PBL SMT5 SK2 jhsabd

4
STEP 4 Stroke dapat disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan intracranial, lesi vascular serebri, trauma kepala, hemorrhagic serebri, dan lain-lain. Proses terjadinya stroke diawali adanya autoregulasi vaskuler yang sewajarnya mengadakan vasokontriksi, yang pada orang-orang sehat vasokontriksi tersebut berlangsung sejenak → lonjakan tekanan darahnya pun tidak berlangsung lama → tetapi pada orang hipertentif lonjakan hipertensi melewati batas kritis atas dan bisa berlangsung agak lama. Pada reaksi vasokontriksi yang berlabihan tersebut dapat terjadi lonjakan tekanan darah sistemik (vasopasmus regional). Jika terjadi penyumbatan salah satu aliran darah karena adanya vasopasmus → deficit pada daerah otak yang terkena bisa berupa hemiparesis atau afasia. Gejala yang dapat timbul baal, lemas, wajah pucat, gangguan penglihatan, dan bingung. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti CT scan dan MRI. Penatalaksanaan dapat dilakukan tindakan operasi pengangkatan bekuan darah pada hemorrhagic serebri. Dan sebagai birrul walidain seorang anak harus menjaga dan merawat orang tuanya.

description

jagh akdjhaskdhsa kdha

Transcript of PBL SMT5 SK2 jhsabd

Page 1: PBL SMT5 SK2 jhsabd

STEP 4

Stroke dapat disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan intracranial, lesi vascular serebri, trauma kepala, hemorrhagic serebri, dan lain-lain. Proses terjadinya stroke diawali adanya autoregulasi vaskuler yang sewajarnya mengadakan vasokontriksi, yang pada orang-orang sehat vasokontriksi tersebut berlangsung sejenak → lonjakan tekanan darahnya pun tidak berlangsung lama → tetapi pada orang hipertentif lonjakan hipertensi melewati batas kritis atas dan bisa berlangsung agak lama. Pada reaksi vasokontriksi yang berlabihan tersebut dapat terjadi lonjakan tekanan darah sistemik (vasopasmus regional). Jika terjadi penyumbatan salah satu aliran darah karena adanya vasopasmus → deficit pada daerah otak yang terkena bisa berupa hemiparesis atau afasia.Gejala yang dapat timbul baal, lemas, wajah pucat, gangguan penglihatan, dan bingung.Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti CT scan dan MRI. Penatalaksanaan dapat dilakukan tindakan operasi pengangkatan bekuan darah pada hemorrhagic serebri. Dan sebagai birrul walidain seorang anak harus menjaga dan merawat orang tuanya.

Page 2: PBL SMT5 SK2 jhsabd

2.3 Menjelaskan patofisiologi stroke

a.) Stroke hemorragicPerdarahan otak atau meningen terjadi akibat ruptura salah satu pembuluh darah dan mayoritas berasal dari ruptura pembuluh darah yang mengalami aterosklerotik. Hemorrage profunda kedalam substansi otak terutama pons dan mesencephalon dapat terjadi akibat trauma kepala atau berhubungan dengan tumor otak supratentorial. Perdarahan yang tersebar secara difus dengan pelbagai ukuran dapat disebabkan oleh kerusakan pembulu darah otak. Sebagian perdarahan berasal dari pembuluh darah arteri dan sebagian lagi dari vena. Pelunakan jaringan otak disekitar pembuluh darah mungkin mempercepat ruptura pembuluh darah tersebut. Ruptura vasavasorum dari pembuluh yang berukuran sedang dapat mempercepat hemorrage serebri. Perubahan penampang dan desakan di dalam pembuluh darah berperan dalam peristiwa ruptura sebuah pembuluh darah. Bekuan darah menghancurkan dan menggantikan jaringan otak didekatnya. Biasanya jaringan otak didekatnya melunak. Tempat yang paling sering dari perdarahan biasa ialah basal ganglia yang meluas meliputi capsula interna dan kadang-kadang pecah ke dalam ventriculus lateralis.(Mardjono, Mahar dan Sidharta Priguna. 1981)

b.) Stroke non hemorragicTerjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum → terjadi penurunan jumlah darah ke otak → terjadi iskemik pada bagian dari salah satu daerah otak karena kekurangan oksigen → diwilayah tersebut didapatkan tekanan perfusi rendah, tekanan oksigen menurun, karbondioksida dan asam laktat tertimbun → semua pembuluh darah dibagian pusat daerah iskemik itu kehilangan tonus → vasoparalisis → pembengkakan sel, serabut saraf, dan selubung myelin → disusul dengan diapedisis eritrosit dan leukosit sehingga sel saraf musnah.(J.G Chusid. 1983)

Gangguan Bell’s PalsyMerupakan paralysis facialis LMN (lower motor neuron) unilateral idiopatik. Paralisis ini dihubingkan dengan fenomena infeksi virus terutama herpes simpleks. Onsetnya cepat dalam jam atau hari dan mungkin terdapat nyeri pada bagian belakang telinga. Beberapa ahli merekomendasikan penggunaan kortikosteroid dan obat-obatan antivirus pada 48 jam pertama setelah onset. 85-90% pasien mengalami perbaikan dan hanya sebagian kecil yang mengalami kelainan wajah. Selama fase akut prioritas utama adalah melindungi kornea dengan menggunakan air mata buatan atau menutup kelopak mata ke bawah. Kelainan UMN (upper motor neuron) biasanya disebabkan oleh proses patologis di hemispher serebri kontralateral (contohnya: infark, tumor) dan mungkin disertai kelemahan anggota gerak pada sisi yang sama. Kelemahan facialis bilateral disebabkan oleh penyakit otot promer atau penyakit sinaps neuromuskular. Kombinasi gangguan gerakan mata kompleks dengan kelemahan bilateral otot orbikularis okuli merupakan tanda patognomonik miastenia gravis. Lesi pada kedua nervus facialis dapat terjadi akut. Dan lesi yang lebih kronis dapat menunjukkan kerusakan saraf di basal meninges.