PBL Blok 21 (CA Parotis)
-
Upload
satrio-adiras-putra -
Category
Documents
-
view
119 -
download
0
Transcript of PBL Blok 21 (CA Parotis)
Karsinoma pada Kelenjar Liur
Satrio adiras putra102011323
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telephone: (021) 5694-2061Fax: (021) 563-1731
e-mail:satrioadiras @g mail .com
Abstrak: Ada 3 kelenjar liur utama, yaitu Kelenjar Parotis, submandibular, dan sublingualis.
Kelenjar parotis merupakan kelenjar terbesar yang terdapat di sisi kanan dan kiri pada daerah
telinga bagian bawah. Terdapat 2 bagian penting yang melintasi kelenjar parotis, yaitu arteri
karotis interna dan saraf kranial ketujuh.
Kata kunci: Kelenjar Parotis, Arteri Karotis Interna, Saraf Fasialis.
Pendahuluan
Kelenjar liur terdiri dari 3 kelenjar liur utama, yaitu kelenjar parotis, submandibular,
dan sublingualis dan banyak kelenjar liur minor.1 Kelenjar Parotis merupakan kelenjar yang
terbesar, yang terdiri dari satu di bagian kiri dan satu di sebelah kanan yang terletak dekat di
depan agak ke bawah telinga.2 Sekretnya dituangkan ke dalam mulut melalui saluran parotis
atau saluran Stensen, yang bermuara di pipi sebelah dalam, berhadapan dengan graham
(molar) kedua atas.2 Ada 2 struktur penting yang melintasi kelenjar parotis, yaitu arteri
karotis externa dan saraf kranial ketujuh (saraf facialis).2
Penyakit neoplastik pada kelenjar liur merupakan 5% dari semua tumor kepala dan
leher.1 Riwayat terapi radiasi telah dibuktikan berkaitan dengan pembentukkan adenoma
pleomorfik dan tumor mukoepidermoid kelenjar liur utama, dengan masa waktu bisa sampai
beberapa tahun.1
Pembahasan
Skenario
Seorang laki-laki 60 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan benjolan pada bawah telinga
kanannya sejak 6 bulan yang lalu. Benjolan dirasakan semakin membesar hingga membuat
1
telinga kanannya terangkat. Selain itu, pasien juga mengeluh mata kanannya tidak menutup
sempurna sejak 1 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik, teraba benjolan berdiameter
kurang lebih 7 cm, nyeri tekan (+), konsistensi keras, melekat pada jaringan sekitar. Pada
palpasi leher dan supraclavicular teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening.
Anamnesis
Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian
pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung. Tujuan dari
anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan.
Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan
pasien, selain itu tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter pasien
yang profesional dan optimal.
Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting:
1. Identitas pasien
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, agama, status perkawinan,
pekerjaan, dan alamat rumah. Data ini sangat penting karena data tersebut sering berkaitan
dengan masalah klinik maupun gangguan sistem organ tertentu.
Dari kasus ini, yang perlu kita tanyakan adalah sejak kapan benjolan itu muncul?
Apakah benjolannya menyebar atau tidak? Benjolannya nyeri atau tidak? Bentuknya padat
atau tidak? Lalu ditanyakan keluhan-keluhan penyulit lainnya.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi nilai keadaan umum pasien secara menyeluruh serta
bagaimana tingkat kesadarannya. Dengan inspeksi dalam keadaan istirahat dan pada
pergerakan dapat ditentukan apakah ada pembengkakan abnormal dan dimana, bagaimana
keadaan kulit dan selaput lendir diatasnya dan bagaimana keadaan fungsi nervus fasialis.
Terkadang pada inspeksi sudah jelas adanya fiksasi ke jaringan sekitar dan tampak adanya
trismus. Inspeksi dapat dilakukan sampai intraoral untuk melihat adakah desakan tonsil atau
uvula. Penderita juga harus diperiksa dari belakang untuk dapat melihat asimetrisitas yang
2
mungkin lolos dari pengamatan. Palpasi yang teliti dapat mengarah ke penilaian lokalisasi
tumor dengan tepat, ukuran, bentuknya, konsistensi dan hubungan dengan sekelilingnya
seperti apakah ada pembesaran pada kelenjar getah bening leher.17
Palpasi yang dilakukan dengan teliti dapat mengarah ke penilaian lokalisasi tumor
dengan tepat, ukuran (dalam cm), bentuknya, konsistensi, dan hubungan dengan
sekelilingnya. Jika mungkin palpasi harus dilakukan bimanual. Palpasi secara sistematis dari
leher untuk limfadenopati dan tumor Warthin yang jarang terjadi juga harus dilakukan.17
Pada kasus saat pemeriksaan fisik teraba benjolan berdiameter kurang lebih 7 cm
dengan nyeri tekan positif, konsistensi keras, melekat pada jaringan sekitar. Pada palpasi
daerah leher dan supraclavicular teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening.
Pemeriksaan Penunjang
1. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH)
BAJAH merupakan cara yang aman dan cepat untuk mendiagnosis adenoma
pleomorfik parotis, sekalipun keakuratan hasilnya tergantung pada keterampilan dari ahli
sitopatologi yang memeriksa.3,4
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Sialografi
Pemeriksaan sialografi telah digunakan untuk mendiagnosis tumor parotis sejak dulu,
namun saat ini sudah ditinggalkan dengan adanya CT Scan (Computerized tomografi scan)
dan MRI (Magneticresonance imaging). Dengan pemeriksaan ini massa tumor terlihat
mendorong jaringan parotis dan duktus-duktusnya.5,6
b. Tomografi Komputer (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Dengan CT Scan, adenoma pleomorfik memberi gambaran berupa massa berbatas
tegas, dengan densitas yang homogen atau heterogen. Densitasnya lebih tinggi dari cairan
serous normal dan jaringan lemak parotis. Gambaran yang heterogen dengan daerah nekrosis,
kistik sering didapatkan karena pada adenoma pleomorfik sering terdapat cairan, lemak
darah, dan kalsifikasi.7,8
Pemeriksaan MRI akan membantu untuk melihat perluasan ke jaringan sekitar.
Namun MRI tidak terlalu penting dilakukan pada massa tumor yang secara histopatologi
3
jinak dan mudah dipalpasi. Sensitivitas dan spesifisitas CT Scan hampir sama dengan MRI
dalam menentukan lokasi tumor, batas tumor dan infiltrasi ke jaringan sekitar.7
c. Ultrasonografi (USG)
Dengan USG, adenoma pleomorfik memberikan gambaran massa lembut, hipoekoik
dan sering terlihat seperti massa berlobul. Tumor yang luas memberikan gambaran yang lebih
heterogen. Meskipun dengan USG dapat memperkirakan diagnosis adenoma pleomorfik,
namun CT dan MRI dibutuhkan untuk menilai tumor lebih lengkap.7
3. Biopsi Terbuka
Biopsi terbuka untuk mendiagnosis tumor parotis jarang dilakukan, bahkan
merupakan kontraindikasi pada benjolan kecil di parotis tanpa tandatanda kearah ganas,
seperti pada adenoma pleomorfik, tumor yang paling sering ditemukan pada daerah ini
bersifat kambuh lokal.9
Diagnosis Kerja
Kanker Parotis
Kelenjar Parotis berlokasi di belakang mandibula di sebelah muskulus pterigoideus
dan melebar ke daerah praaurikular di bawah angulus mandibula. Sekitar 70% kelenjar
parotis berada di superfisial dari permukaan nervus facialis. Duktus parotis (duktus stensen)
berasal dari duktus intralobular yang besar dan lewat dekat ramus bukalis nervus facialis.
Lalu masuk rongga mulut dekat pada gigi molar II atas.10
Dari semua tumor saliva, 70% adalah tumor parotis. Dari tumor kelenjar parotis, 70%
adalah tumor benigna, dan dari tumor benigna, 70% adalah adenoma pleomorfik. Adenoma
pleomorfik adalah proliferasi baik sel epitel dan mioepitel duktus yang juga disertai dengan
peningkatan komponen stroma. Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa
menyebabkan gejala-gejala nervus fasialis. Kanker parotis dimulai dengan pembengkakan di
bawah sudut rahang yang jika bertambah besar, membuat daun telinga terangkat. Tidak ada
rasa nyeri atau keluhan lain. Ini karena kanker merupakan sesuatu yang tumbuh diam-diam
tanpa rasa nyeri dan tidak menimbulkan keluhan lain. Sampai akhirnya mimik di belahan
wajah sebelah berkurang dan hilang sama sekali, mata tidak lagi dapat menutup dengan baik,
sudut mulut turun dan belahan wajah yang terkena seakan-akan mati.10
4
Diagnosis Banding
1. Adenoma Submandibular
Merupakan tumor jinak pada kelenjar parotis dan paling sering terjadi. Bentuk dari
tumor ini adalah adanya pembengkakan tanpa rasa nyeri yang bertahan dalam waktu
lama di daerah depan telinga atau daerah kaudal kelenjar parotis. Reseksi bedah total
merupakan satu-satunya terapi. Perawatan sebaiknya dilakukan untuk mencegah
cedera pada saraf fasialis. Adenoma pleomorfik juga merupakan tumor kelenjar
submandibular yang paling sering. Tumor ini paling sering pada palatum dekat garis
tengah pada pertemuan palatum mole dan palatum durum. Lokasi ini juga merupakan
lokasi yang paling sering untuk tumor ganas kelenjar liur.15
2. Parotitis Epidemika
Gondongan (Parotitis Epidemika) adalah penyakit infeksi akut dan menular yang
disebabkan virus Mumps. Virus menyerang kelenjar air liur di mulut, terutama
kelenjar parotis yang terletak pada tiap-tiap sisi muka tepat di bawah dan di depan
telinga.Gambaran klinis:14
- Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak dan orang muda berusia lima
sampai 15 tahun. Gejalanya, nyeri sewaktu mengunyah dan menelan. Lebih
terasa lagi bila menelan cairan asam seperti cuka dan air jeruk.
- Pembengkakan yang nyeri terjadi pada sisi muka dan di bawah telinga. Kelenjar-
kelenjar di bawah dagu juga akan lebih besar dan membengkak. Penderita
juga merasa demam. Suhu tubuh dapat meningkat hingga 39,5oC. Komplikasi
mungkin terjadi pada anak laki-laki pada umur belasan tahun, nyeri pada perut
dan alat kelamin. Pada penderita remaja perempuan, nyeri akan terasa juga di
bagian payudara. Komplikasi serius terjadi jika virus gondong menyerang otak
dan susunan syarat. Ini menyebabkan radang selaput otak dan jaringan selaput
otak.
- Penularan penyakit ini melalui kontak langsung dengan penderita, seperti
persentuhan dengan cairan muntah dan air seni penderita atau melalui udaraketika
penderita bersin atau batuk.
5
Epidemiologi12
Resiko terjadinya neoplasma parotis berhubungan dengan ekspos radiasi sebelumnya.
Akan tetapi ada faktor resiko lain yang mempengaruhi terjadinya karsinoma kelenjar air liur
seperti pekerjaan, nutrisi, dan genetik. Kemungkinan terkena pada laki-laki sama dengan
perempuan.
Tumor pada kelenjar liur relative jarang terjadi, presentasinya kurang dari 3% dari
seluruh keganasan pada kepala dan leher. Dari tumor kelenjar saliva, insidens tumor parotis
paling tinggi, yaitu sekitar 80%, tumor submandibular 10%, tumor sublingual 1%, tumor
kelenjar saliva kecil dalam mulut 1%.
Sekitar 85% dari tumor kelenjar parotis adalah jinak. Adenoma pleomorfik
menempati 45-75% dari seluruh tumor kelenjar liur dan 65% terjadi di kelenjar parotis.
Adenoma pleomorfik lebih sering terjadi pada wanita dibanding laki-laki dengan
perbandingan 2:1. Adenoma pleomorfik paling sering terjadi di antar dekade ke-3 sampai ke-
6.
Etiologi
Penyebab pasti tumor kelenjar liur belum diketahui secara pasti, dicurigai adanya
keterlibatan faktor lingkungan dan faktor genetik. Paparan radiasi dikaitkan dengan tumor
jinak Warthin dan tumor ganas karsinoma mukoepidermoid. Epstein-Barr virus mungkin
merupakan salah satu faktor pemicu timbulnya tumor limfoepitelial kelenar liur. Kelainan
genetik, misalnya monosomi dan polisomi sedang diteliti sebagai faktor timbulnya tumor
kelenjar liur.16
Patofisiologi
1. Teori multiseluler: teori ini menyatakan bahwa tumor kelenjar liur berasal dari
diferensiasi sel-sel matur dari unit-unit kelenjar liur. Seperti tumor asinus berasal dari
sel-sel asinar, onkotik tumor berasal dari sel-sel duktus striated, mixed tumor berasal
darisel-sel duktus interkalated dan mioepitelial, squamous dan mukoepidermoid
karsinoma berasal dari sel-sel duktus ekskretori.16
6
2. Teori biseluler: teori ini menerangkan bahwa sel basal dari glandula ekskretorius dan
duktus interkalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari duktus interkalated dapat
menimbulkan terjadinya karsinoma acinous, karsinoma adenoid kistik, mixed tumor,
onkotik tumor dan Warthin's tumor. Sedangkan stem sel dari duktus ekskretorius
menimbulkan terbentuknya skuamous dan mukoepidermoid karsinoma.16
Gejala Klinis
Gejala klinis yang bisa terjadi adalah benjolan pada pipi bagian belakang di depan
atau di bawah daun telinga, tidak nyeri, sulit digerakan, kadang-kadang disertai lesi otot-otot
wajah (muka mencong), bila minum air merembes dan sulit menutup mata.13
Penatalaksanaan
Pendekatan bedah pada kelenjar saliva adalah berdasarkan dugaan bahwa lesi itu
maligna. Masalah utama ialah adanya nervus fasialis pada kelenjar parotis. Jika tidak ada
bukti keterlibatan nervus, tumor harus dieksisi dengan lobektomi superficialis, dengan
menyisakan nervus. Penempatan segmen nervus yang direksisi menggunakan cangkok saraf
dapat mencegah timbulnya kelumpuhan nervus facialis. Tumor benigna dapat diangkat
dengan batas yang tegas dengan lobektomi superficialis.10
Komplikasi
Komplikasi akibat pengangkatan tumor parotis dapat timbul terutama jika dilakukan
dengan parotidektomi. Komplikasi yang timbul dapat berupa:11
1. Sindroma Frey
Reinervasi yang bersilang dari jalur otonom kelenjar parotis, ke kelenjar keringat,
sehingga serabut parasimpatis, yang dirangsang oleh penciuman, pengecapan, akan
mempersarafi kelenjar keringat dan pembuluh darah. Hal ini berakibat timbulnya
keringat dan kemerahan di sekitar kulit pada region parotis pada waktu mengunyah.
Kejadian ini berkisar 30%-60% pasien pasca parotidektomi.
2. Kelumpuhan saraf fasialis
Kelumpuhan saraf fasialis lebih sering terjadi pada tindakan parotidektomi total dari
pada parotidektomi superfisial, dan akan semakin berkurang jika hanya melakukan
parotidektomi subtotal atau enukleasi. Kelumpuhan saraf fasial terjadi akibat tarikan
7
yang dilakukan saat operasi atau oleh trauma operasi. Kelumpuhan yang terjadi dapat
bersifat sementara atau menetap.
3. Fistula kelenjar liur
Merupakan komplikasi yang sering muncul setelah dilakukan parotidektomi, dimana air
liur akan berkumpul didaerah bekas operasi, sehingga cairan yang terkumpul ini akan
keluar melalui celah sehingga terbentuk fistula. Kondisi ini biasanya akan berhenti
sendiri karena air liur yang terkumpul dapat diserap kembali atau dapat dihisap dengan
menggunakan spuit.
Prognosis
Tumor yang diangkat secara komplit dapat sembuh secara total. Pada pengangkatan
yang tidak komplit tumor ini dapat mengalami kekambuhan dan pada kasus yang jarang
dapat berubah menjadi ganas dan dapat mengalami metastase. Kekambuhan tumor ini dapat
diprediksi dengan menggunakan imunohistokimia. Ekspresi musin khususnya MUC1 pada
adenoma pleomorfik merupakan marker yang penting untuk memprediksi kekambuhan tumor
ini.11
Kesimpulan
Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur terbesar yang terletak di sisi kanan dan kiri
di daerah telinga bagian bawah. Kelenjar ini bisa mengalami gangguan dengan sebab yang
bleum diketahui pasti. Tumor adalah salah satu kelainan pada kelenjar ini. Jika hal ini terjadi,
orang yang menderita tumor akan mengalami beberapa kesulitan, salah satunya adalah
kesulitan menutup mata secara sempurna. Sebagai terapinya, yang bisa dilakukan adalah
dengan pembedahan untuk mengangkat sel-sel tumor itu. Tapi dalam proses pembedahan ini,
perlu juga diperhatikan beberapa komplikasi yang dapat terjadi dan harus sebisa mungkin
komplikasinya itu dicegah.
8
Daftar pustaka
1. Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, dkk. Harrison: prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi ke-13. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2012.h.2059.
2. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia; 2009.h. 1833. Shemen LJ. Salivary Glands: Benign and Malignant disease. 8th Ed.International Edition; 2003. p.
535-66.4. Helmus Ch,MD. Subtotal partotidectomy. The Laryngoscope;2000.p.1024-8.5. Holsinger FC, Bui DT. Anatomy, Function, and Evaluation of Salivary Glands. In: Myers EN,
Ferris RL editors. Salivary Gland Disorders. Springer: Berlin; 2007. p. 1-14.6. Shemen LJ. Salivary Glands: Benign and Malignant diseases. In: Lee KJ. editor. Essential
Otolaryngology Head and Neck Surgery. 8th Ed.International Edition; 2003. p. 535-66.7. Carroll WR, Morgan CE, DMD, MD. Diseases of the Salivary Glands. In: Balanger editor.
Otorhinolaryngology head and neck surgery. BL.Dekler, London; 2002. p.1441-54.8. Moonis G. Et al. Imaging Characteristic of Recurrent Pleomorphic Adenoma of the Parotid Gland.
Am J Neuroradiol 2007; 105: 1532-36.9. Eisele DW, Johns ME. Salivary Glan Neoplasms. In : Bailey BJ, Calhoun KH, editors. Head and
Neck Surgery-Otolaryngology. 3rd ed vol 2. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001. p. 1279-97
10.Schwartz. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Edisi ke-6. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2000.h. 257-8
11.Adenoma pleomorfik parotis. Diunduh dari www.repository.unand.ac.id. 4 November 201312.Kanker parotis. Diunduh dari www.wordpress.com. 4 November 201313.Tumor parotis. Diunduh dari http://sehatkufreemagazine.wordpress.com. 4 November 201314.Parotitis epidemika. Diunduh dari http://penyakitdalam.wordpress.com. 4 November 201315.Wijaya C. Buku ajar penyakit THT. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 1997.h.314-1516.Tumor kelenjar liur. Diunduh dari http://adamelsoin.blogspot.com. 5 November 201317.Velde VD. Onkologie. Leiden: Stafleu; 1973
9