MAKALAH Case Tumor Parotis

65
MAKALAH PRESENTASI KASUS TUMOR PAROTIS” Disusun oleh: Putri Nuraini 108103000003 Pembimbing : dr. M. Yadi Permana, Sp. B(K)Onk Kepaniteraan Klinik Bedah

description

MAKALAH Case Tumor Parotis

Transcript of MAKALAH Case Tumor Parotis

Page 1: MAKALAH Case Tumor Parotis

MAKALAH PRESENTASI KASUS

“TUMOR PAROTIS”

Disusun oleh:

Putri Nuraini

108103000003

Pembimbing :

dr. M. Yadi Permana, Sp. B(K)Onk

Kepaniteraan Klinik Bedah

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negri

Syarif Hidayatullah Jakarta

Periode 8 April 2013 – 16 Juni 2013

Page 2: MAKALAH Case Tumor Parotis

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt. karena atas rahmat dan karuniaNya kami

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tumor parotis dengan baik.

Shalawat beserta salam semoga tak henti-hentinya tercurahkan kepada uswatun hasanah,

Nabi Muhammad saw. bereserta keluarga, sahabat,dan kepada kita semua selaku umatnya

semoga mendapatkan syafa’atnya kelak di akhir zaman, Aamiin. Ribuan terima kasih saya

sampaikan kepada pembimbing saya, dr.M. Yadi Permana, SpB (K) Onk. yang telah banyak

membantu saya menyelesaikan makalah ini.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, maka dari itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah

membantu.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah ini. Penyusun merasa masih

banyak kekurangan, karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah ini akan penyusun terima dengan hati terbuka.

Akhir kata, penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat, bagi pembaca umumnya dan

bagi penyusun khususnya.

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Jakarta, Mei 2013

Penyusun

Page 3: MAKALAH Case Tumor Parotis

BAB I

PENDAHULUAN

Kelenjar liur atau kelenjar saliva adalah kelenjar yang mensekresikan cairan

saliva, terbagi menjadi dua golongan, yaitu mayor dan minor. Kelenjar saliva mayor

terdapat tiga pasang, yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibular, dan kelenjar

sublingual. Kelenjar saliva minor di mukosa traktus aerodigestif atas termasuk rongga

mulut, terutama selaput lendir palatum. 1

Kelenjar saliva mayor dan minor menghasilkan saliva yang berbeda-beda.

Kelenjar parotis mensekresikan liur serosa, sedangkan kelenjar submandibula

mensekresikan liur mukosa.1

Kelainan pada parotis meliputi tumor jinak maupun ganas, batu di duktus,

infeksi bakteri maupun virus, dan berbagai gangguan autoimun yang jarang

ditemukan. Pembahasan dalam makalah ini akan lebih fokus kepada tumor yang

terjadi di parotis, baik tumor jinak maupun ganas. Neoplasma kelenjar liur jarang

terjadi, hanya 3-6% dari tumor kepala leher, tumor kelenjar liur mengenai parotis

85%, submandibula 3-15%, kelenjar liur minor 5-8% dan sublingual <1%. Makin

kecil kelenjar liur yang terkena, makin besar kemungkinan keganasan.1

Secara klinis, jika didapatkan benjolan kelenjar parotis, maka cuping telinga

akan terangkat ke atas. Tumor pleiomorf tidak nyeri, tumbuh berangsur dan dapat

menjadi besar sekali bila dibiarkan.1

Page 4: MAKALAH Case Tumor Parotis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi, Histologi, Dan Fisiologi Kelenjar Parotis

2.1.1 Anatomi

Kelenjar parotis merupakan kelenjar terbesar dibandingkan kelenjar saliva

lainnya dengan berat sekitar 15-30 gram. Terletak di lateral wajah, yaitu di

preaurikula, sampai ke posterior mandibula. Dilewati oleh nervus fasialis yang

membaginya menjadi dua lobus, yaitu lobus profunda dan superfisial. Lobus

superficial terletak di superficial dari bagian posterior otot masseter, ke atas, hingga

ke arkus zigomatik, ke bawah mencapai margo inferior os mandibular. Lobus

profunda ke atas berbatasan dengan kartilago meatus akustikus eksternal, terletak

antara prosessus mastoideus tulang temporal dan ramus mandibula.1- 4

Duktus Stensen dengan panjang lebih kurang 4- 7cm, muncul dari anterior

kelenjar. Duktus ini keluar dari permukaan lateral otot maseter, menembus jaringan

lemak pipi dan otot businator. Ujung saluran ini berada di mukosa pipi rongga mulut,

berhadapan dengan gigi molar kedua bagian atas. Kelenjar parotis aksesorius dapat

ditemukan di sepanjang bagian anterior kelenjar dan pada duktus Stensen. Kelenjar ini

dijumpai berkisar 20%.1-4

Page 5: MAKALAH Case Tumor Parotis

Perdarahan kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna, dimana arteri

ini berjalan medial dari kelenjar parotis, kemudian mempercabangkan arteri

maksilaris dan arteri temporalis superior. Arteri temporalis superior

mempercabangkan arteri fasialis tranversalis yang berjalan di anterior zigoma dan

saluran parotis, kemudian memperdarahi kelenjar parotis, saluran parotis dan otot

Page 6: MAKALAH Case Tumor Parotis

maseter. Vena maksilaris dan vena temporalis superfisialis bersatu membentuk vena

retromandibuler yang berjalan di sebelah dalam saraf fasialis, kemudian menyatu

dengan vena jugularis eksterna. 4

Fungsi sekretomotorik dihantarkan melalui serabut saraf parasimpatis lewat

saraf glosofaringeus. Dalam perjalanan yang rumit serabut saraf ini memasuki

kelenjar parotis setelah melewati ganglion otik dan dihantarkan melalui saraf

aurikulotemporalis. 3

Lobus superfisial dari kelenjar parotis mengandung lebih kurang 3-20 kelenjar

limfe, terletak diantara kelenjar parotis dengan kapsulnya. Kelenjar limfe ini

merupakan saluran dari kelenjar parotis, liang telinga luar, daun telinga, kulit kepala,

kelopak dan kelenjar air mata. Lapisan kedua terdapat pada kelenjar parotis profunda

dan merupakan saluran dari kelenjar parotis, liang telinga luar, telinga tengah,

Page 7: MAKALAH Case Tumor Parotis

nasofaring, dan palatum mole. Kedua sistem ini mengalir ke sistem limfe servikal

superfisialis dan profunda.3

Nervus fasialis sebenarnya terdiri dari serabut saraf motorik saja, namun pada

perjalanannya ke tepi, nervus intermedius bergabung dengannya. Nervus intermedius

ini tersusun oleh serabut sekretomotorik untuk glandula salivatorius dan serabut yang

menghantarkan impuls pengecap dari 2/3 bagian depan lidah.

Sebagai saraf motorik mutlak nervus fasialis keluar dari foramen

stilomastoideum dan memberikan cabang-cabang kepada otot stilohioid dan venter

posterior muskulus digastrikus dan otot oksipitalis. Pangkal sisanya menuju ke

glandula parotis. Disitu ia bercabang cabang lagi untuk mempersarafi otot wajah dan

plastima. Cabang-cabang tersebut diantaranya adalah cabang temporal, zigomatikus,

bukalis, mandibularis dan cabang servikalis.

2.1.2 Histologi

Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan mengandung sejumlah

besar enzim antara lain amylase, lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase.

Kelenjar parotis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks, yang pada manusia adalah

serosa murni. Kelenjar ini dikelilingi oleh kapsula jaringan ikat yang tebal, dari sini

ada septa jaringan ikat termasuk kelenjar dan membagi kelenjar menjadi lobulus yang

kecil. Kelenjar parotis mempunyai sistem saluran keluar yang rumit sekali dan hampir

semua duktus ontralobularis adalah duktus striata. Saluran keluar yang utama yaitu

duktus parotidikius steensen terdiri dari epitel berlapis semu, bermuara kedalam

vestibulum rongga mulut berhadapan dengan gigi molar kedua atas.1,3

Page 8: MAKALAH Case Tumor Parotis

2.1.3 Fisiologi

Pada kondisi basal, sekitar 0,5 mililiter saliva, hampir seluruhnya dari tipe mucus,

disekresikan setiap detik sepanjang waktu kecuali selama tidur, saat sekresi menjadi

sangat sedikit. Sekresi ini sangat berperan penting dalam mempertahankan kesehatan

jaringan rongga mulut. Saliva membantu mencegah proses kerusakan jaringan mulut

yang dapat disebabkan oleh bakteri dengan cara membantu membuang bakteri

pathogen juga partikel-partikel makanan yang memberi dukungan metabolic bagi

bakteri dan saliva juga mengandung beberapa factor yang menghancurkan bakteri,

salah satunya adalah ion tiosianat dan lainnya adalah enzim proteolitik terutama

lizozim. Terakhir, saliva juga mengandung sejumlah besar antibodi protein yang dapat

menghancurkan bakteri rongga mulut, termasuk yang menyebabkan karies gigi.3,5,6

Setiap hari satu sampai dua liter air liur diproduksi dan hampir semuanya ditelan

dan direabsorbsi. Proses sekresi dibawah kendali saraf otonom. Makanan dalam mulut

merangsang serabut saraf yang berakhir pada nukleus pada traktus solitaries dan pada

akhirnya merangsang nukleus saliva pada otak tengah. Pengeluaran air liur juga

dirangsang oleh penglihatan, penciuman melalui impuls dari kerja korteks pada

nukleus saliva batang otak. Aktivitas simpatis yang terus menerus menghambat

produksi air liur seperti pada kecemasan yang menyebabkan mulut kering. Obat-

obatan yang menghambat aktivitas parasimpatis juga menghambat produksi air liur

seperti obat antidepresan, tranquillizers, dan obat analgesik opiate dapat menyebabkan

mulut kering (Xerostomia).3,5,7

Saluran air liur relatif impermeabel terhadap air dan mensekresi kalium,

bikarbonat, kalsium, magnesium, ion fosfat dan air. Jadi produk akhir dari kelenjar air

liur adalah hipotonik, cairan yang bersifat basa yang kaya akan kalsium dan fosfat.

Komposisi ini penting untuk mencegah demineralisasi enamel gigi.7

Kelenjar parotis menghasilkan suatu sekret yang kaya akan air yaitu serous.

Saliva pada manusia terdiri atas 25% sekresi kelenjar parotis.5

Page 9: MAKALAH Case Tumor Parotis

2.2 Tumor Parotis

2.2.1 Definisi

Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh

akibat pengaruh berbagai faktor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan

setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya.

Sesuai definisi Willis, neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang

pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasi dengan pertumbuhan

jaringan normal serta terus demikian walaupun rangsangan yang memicu

perubahan tersebut telah berhenti. Hal mendasar tentang asal neoplasma adalah

hilangnya responsivitas terhadap faktor pengendali pertumbuhan yang normal.8

Sel bisa menjadi kanker karena adanya kerusakan DNA. Didalam sel

normal, ketika DNA mengalami kerusakan, maka sel yang lain akan

memperbaikinya atau sel rusak tersebut akan mati. Sedangkan didalam sel

kanker, kerusakan DNA tersebut tidak diperbaiki. Sel tersebut juga tidak mati

seperti seharusnya. Bahkan sel ini akan membentuk sel baru yang tidak

dibutuhkan oleh tubuh dan memiliki kerusakan DNA yang sama seperti sel

pertama.8

2.2.2 Epidemiologi

Tumor pada kelenjar liur relative jarang terjadi, presentasinya kurang

2-5% dari seluruh keganasan pada kepala dan leher. Dari tumor kelenjar saliva,

insidens tumor parotis paling tinggi, yaitu sekitar 80%, tumor submandibular

10%, tumor sublingual 1%, tumor kelenjar saliva kecil dalam mulut 1%.1

Sejak periode 2000-2008 angka kejadian lebih sering pada laki-laki

dengan insidensi sekitar 1.41 kasus per 100.000 laki-laki, dibandingkan dengan

Page 10: MAKALAH Case Tumor Parotis

perempuan yang hanya 1.00. bisa mengenai semua umur, namun kebanyakan

pasien didiagnosis pada usia >64 tahun.9

Sebagian besar tumor parotis adalah jinak. Tumor jinak yang paling

sering adalah mixed tumor / pleomorfik adenoma, dan Wartin’s tumor. Hanya

sekitar 20% tumor parotis yang ganas.9,10

Keganasan biasanya asimtomatik, tetapi tanda dan gejala yang

menunjukkan keganasan biasanya adalah pertumbuhan tumor yang cepat

membesar, nyeri, trismus, paralisis nervus fasialis atau yang lainnya.

Pemeriksaan penunjang yang sensitivitasnya 95% pada keganasan kelenjar

saliva adalah dengan FNAB. Semua pasien dengan massa di kelenjar saliva nya

harus dilakukan pemeriksaan FNAB untuk mengetahui diagnosis

histologinyadan untuk perencanaan terapi pembedahan. Pemeriksaan CT Scan

dan MRI juga sangat membantu untuk mengetahui apakah letak tumor di lobus

superfisial atau profunda. Keganasan lebih sering terjadi pada tumor parotis

yang mengenai lobus profunda. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

didapatkan hasil bahwa tumor pada lobus profunda sebanyak 35%nya adalah

maligna, dan hanya 10% nya yang benigna.10

2.2.3 Etiologi

Penyebab terjadinya tumor kelenjar parotis masih belum jelas karena

angka kejadiannya yang masih jarang. Paparan rokok dan konsumsi alkohol

tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan tumor parotis. Sejauh ini, paparan

radiasi ion sudah ditetapkan sebagai faktor resiko terjadinya tumor parotis.

Seseorang yang pernah mengalami terapi radiasi dan terapi UV pada kepaladan

leher meningkatkan faktor risiko. Penelitian terakhir mengatakan bahwa terjadi

peningkatan angka kejadian tumor parotis, terutama di Israel dan Inggris.

Terdapat hipotesis bahwa peningkatan angka kejadian tumor parotis ini ada

hubungannya dengan meningkatnya penggunaan telepon genggam. Namun dari

penelitian yang dilakukan oleh Shu, dkk ini didapatkan hasil bahwa tidak ada

hubungan antara peningkatan penggunaan telepon genggam dengan peningkatan

angka kejadian tumor parotis. Faktor resiko lain yang mempengaruhi terjadinya

karsinoma kelenjar air liur adalah pekerjaan, nutrisi, dan genetik.9,11

2.2.4 Klasifikasi Tumor Parotis

WHO tahun 2005 mengklasifikasikan tumor kelenjar saliva menjadi

jinak dan ganas. Berdasarkan histopatologinya dibagi menjadi epitelial dan non

Page 11: MAKALAH Case Tumor Parotis

epitelial. Jenis epitelial sangat jarang terjadi, sekitar 2-5% dari kasus tumor

kelenjar saliva.

Tabel 1. Klasifikasi histopatologi WHO/AJCC

Tumor jinak Tumor ganas

plemorphic adenoma ( mixed

benign tumor)

monomorphic adenoma

papillarycystadenoma

lymphomatosum (Warthin’s

tumor)

mucoepidermoid carcinoma

acinic cell carcinoma

adenoid cystic carcinoma

adenocarcinoma

epidermoid carcinoma

small cell carcinoma

lymphoma

Malignant mixed tumor

Carcinoma ex pleomorphic adenoma

(carcinosarcoma)

a. Tumor jinak

1) Pleomorfik adenoma (mixed tumor jinak):

Merupakan tumor tersering pada kelenjar liur dan paling sering terjadi

pada kelenjar parotis. Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel

epitel dan jaringan ikat. Pertumbuhan tumor ini lambat berupa benjolan

pada depan bawah daun telinga atau angulus mandibula yang tidak

memberikan gejala. Kondisi ini membuat luput dari perhatian pasien,

sehingga pasien datang untuk pemeriksaan ke petugas kesehatan setelah

muncul benjolan setidaknya 1 tahun. Pada perabaan didapatkan massa

berbentuk bulat, permukaan licin, kadang berbenjol-benjol, dan

konsistensinya lunak, berbatas tegas, tampak berkapsul, dan ukuran

terbesarnya jarang melebihi 6 cm, tidak nyeri tekan dan dapat

digerakkan.12,13

Secara histologi dikarakteristik dengan struktur yang beraneka

ragam.biasanya terlihat seperti gambaran lembaran, untaian atau seperti

pulau-pulau dari spindel atau stellata. Tumor ini, yang umumnya terbentuk

di parotis superfisial, menyebabkan pembengkakan tak nyeri di sudut

rahang dan mudah diraba sebagai massa diskret. Tumor biasanya sudah ada

selama beberapa tahun sebelum dibawa ke dokter. Walaupun berkapsul,

Page 12: MAKALAH Case Tumor Parotis

pemeriksaan histologik sering memperlihatkan tempat tumor menembus

kapsul. Oleh karena itu, diperlukan batas reseksi yang adekuat untuk

mencegah kekambuhan. Hal ini mungkin memerlukan pengorbanan saraf

fasialis, yang berjalan melalui kelenjar parotis. Secara rerata, sekitar 10%

eksisi diikutioleh kekambuhan. Penatalaksanaanya yaitu eksisi bedah dari

kelenjar yang terkena. 2,12,13

Gambaran histologi adenoma pleomorfik

Adenoma pleomorfik sering mengenai wanita pada dekade umur ke-IV,

namun pada laki-laki adenoma pleomorfik bisa terjadi pada anak-anak dan

orang tua. Sehingga dapat dikatakan bahwa insidensi adenoma pleomorfik

dapat terjadi pada semua umur, dan kasus terbanyak terutama terjadi pada

dekade IV - V. 2,12,13

Umur rata-rata penderita adenoma pleomorfik adalah 43 tahun, dan

hampir 40% kasus yang dicatat AFIP mengenai penderita berumur kurang

dari 40 tahun. Adenoma pleomorfik 10 kali lebih sering terjadi pada

kelenjar liur mayor parotis daripada kelenjar submandibuler, jarang terjadi

pada kelenjar liur sublingual. 2,12,13

2) Warthin's tumor ( kistadenoma limfomatosum papiler, adenoma kistik

papiler).

Tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul

apabila terletak pada kelenjar parotis dan terdiri atas kista multipel.

Histologi Warthin's tumor yaitu : (1) lapisan epitel dua deret yang melapisi

Page 13: MAKALAH Case Tumor Parotis

rongga yang bercabag, kistik, atau mirip celah, dan (2) jaringan limfoid

didekatnya yang kadang-kadang membentuk sentrum germinativum. Angka

kekambuhan sekita 10% diperkirakan disebabkan oleh eksisi yang tidak

komplet, sifat multisentrik tumor, atau adanya tumor primer kedua.

Perubahan menjadi ganas tidak pernah dilaporkan.Lebih sering ditemukan

pada kelenjar mayor. 2,8,12,13

3) Tumor monomorphic

Tumor yang tumbuh lambat ini hanya berkisar kurang dari 5% dari

seluruh angka kejadian tumor kelenjar lidah. Monomorfik adenoma

dibedakan dari pleomorfik adenoma karena tumor ini hanya memiliki satu

morfologi sel. Monomorfik adenoma memiliki subklasifikasi menjadi grup

neoplasma epitelial dan mioepitelial yang termasuk didalamnya yaitu basal

cell adenomas, canalicular adenomas, oncocytomas atau oxyphilic

adenomas, dan myoepitheliomas.2,

b. Tumor Jinak Nonepitelial

1) Hemangioma

Kebanyakan terajadi pada anak-anak biasnya pada kelenjar parotis.

Biasanya asimptomatik, unilateral dan massa yang kompresibel. berwarna

merah gelap, berlobus-lobus dan tidak berkapsul. Penanganan dengan

pemberian steroid 2-4 mg/kgBB/hari.40-60% hemengioma tidak berespon

terhadap steroid. 2

2) Limfangioma (higroma kistik)

Merupakan tumor bagian kepala dan leher yang paling sering pada

anak-anak, eksisi merupakan penanganan piliha bila tumor terletak pada

struktur yang vital.Limfangioma jarang menimbulkan gejala-gejala

obstruksi jalan napas dan eksisi biasanya untuk alasan kosmetik. 2

c. Tumor Ganas Kelenjar Liur

1) Mukoepidermoid karsinoma

Kebanyakan berasal dari kelenjar parotis dan biasanya memiliki

gradasi yang rendah.2

Presentasi yang paling umum adalah adanya massa di daerah pipi

posterior tanpa rasa sakit dan tanpa gejala > 80% pasien. Sekitar 30% dari

pasien mengeluhkan rasa sakit yang terkait dengan massa, meskipun

Page 14: MAKALAH Case Tumor Parotis

keganasan kelenjar parotis sebagian besar tidak sakit. Kemungkinan besar

rasa sakit menunjukkan adanya invasi perineural yang memungkinkan

adanya keganasan pada pasien dengan massa parotis.

Dari pasien dengan tumor ganas parotis, 70-20% terdapat adanya

kelemahan atau kelumpuhan saraf wajah, yang hampir tidak pernah

menyertai lesi jinak dan menunjukkan prognosis buruk. Sekitar 80% dari

pasien dengan kelumpuhan saraf wajah telah terjadi metastasis nodul pada

saat diagnosis. Pasien-pasien ini memiliki kelangsungan hidup rata-rata 2,7

tahun dan selama 10 tahun sebesar 14-26%.

Aspek penting yang lain dari anamnesis meliputi lama waktu

timbulnya massa, riwayat lesi kulit sebelumnya atau eksisi lesi parotis.

Pertumbuhan massa yang relatif lambat cenderung jinak. Riwayat adanya

karsinoma sel skuamosa, melanoma ganas, atau histiocytoma bersifat ganas

menunjukkan metastasis intraglandular atau metastasis ke kelenjar getah

bening parotis. Kemungkinan besar tumor parotis yang kambuh

menunjukkan reseksi awal yang tidak memadai.

Sebuah laporan adanya sakit pada telinga mungkin menunjukkan

perluasan tumor ke dalam saluran pendengaran. Adanya keluhan mati rasa

sering menunjukkan invasi saraf pada cabang kedua atau ketiga dari saraf

trigeminal.

Pada pasien dengan tumor kelenjar saliva, diindikasikan pemeriksaan

kepala dan leher secara cermat. Perhatian harus langsung pada ukuran,

lokasi dan mobilitas dari tumor. Ada atau tidak ada penekanan dari tumor

sebaiknya dicatat. Adanya paralisis nervus fasialis seharusnya

meningkatkan kecurigaan adanya suatu keganasan pada pasien, walaupun

jarang, tumor jinak dapat juga menyebabkan paralisis nervus facialis.

2) Kista Adenoid karsinoma

Tumor ini merupakan suatu basaloid tumor yang terdiri dari sel-sel

epitel dan myoepitel dengan gambaran morfologi yang bervariasi antara

cribriform, tubular, dan solid. Tumor ini merupakan neoplasma malignan

yang jarang terjadi.1,21

Tumor ini dapat mengenai semua umur dengan insiden paling tinggi

pada usia pertengahan dan usia tua. Tidak ada perbedaan insiden antara pria

dan wanita. Pertumbuhannya lambat dan kebanyakan memiliki gradasi yang

Page 15: MAKALAH Case Tumor Parotis

rendah. dapat berulang setelah dilakukan pembedahan, kadang-kadang

beberapa bulan setelah operasi.1,21

Gejala klinis yang terjadi pada tumor ini tergantung pada ukuran tumor

dan lokasi dari tumor. Pada lesi yang dini pada kelenjar liur, tampak adanya

massa dengan pertumbuhan yang lambat tanpa rasa nyeri pada daerah mulut

ataupun wajah. Pada lesi yang sudah lanjut, gejala yang timbul disertai

dengan rasa nyeri dan adanya nervus paralyse oleh karena sel-sel tumor

sudah menginvasi saraf perifer.1,21

Pemeriksaan radiologi berupa MRI dan USG dapat digunakan untuk

membantu menegakkan diagnosa terutama pada tumor yang sudah meluas

ke organ-organ sekitarnya.1,21

Pada sediaan makroskopis karsinoma ini berbentuk bulat, solid, dan

tidak berkapsul. Warna coklat terang dan konsistensi kenyal dengan ukuran

yang bervariasi. Pada pemeriksaan histopatologi, karsinoma ini mempunyai

tiga gambaran utama: tubular, cribriform, dan solid.1,21

Gambaran histologi kista adenoma karsinoma

3) Adenokarsinoma

Terdapat beberapa tipe adenokarsinoma:

a) Karsinoma sel asinik

Paling banyak berasal dari kelenjar parotis dan pertumbuhannya

lambat

Page 16: MAKALAH Case Tumor Parotis

b) Adenokarsinoma polimorfik

grade rendah

Kebanyakan berasal dari kelenjar minor

c) Adenokarsinoma yang tidak

dispesifikasikan:

Bila dilihat di mikroskop tumor ini memiliki penempakan yang

cukup untuk disebut adenokarsinoma, tetapi belim memiliki

penampakan untuk dispesifikasikan.sering berasal dari kelenjar

parotis dan kelenjar minor.

d) Adenokarsinoma yang jarang:

Contohnya seperti basal sel adenokarsinoma, clear cell

adenokarsinoma, kistadenokarsinoma, sebaceus adenokarsinoma,

musinous adenokarsinoma.8

d. Mixed tumor maligna

Terdiri atas 3 tipe yaitu, ex adenoma pleomorfik, karsinosarkoma dan

mixed tumor metastasis.kasrinoma ex pleomorfik adenoma merupakan tipe

yang paling banyak. Karsinoma ex pleomorfik adenoma merupakan kanker

yang berkembang dari mixed tumor jinak (pleomorfik adenoma). Kebanyakan

terjdi pada kelenjar liur mayor. 8

e. Kanker kelenjar liur lainnya yang jarang

squamous sel karsinoma: terutama pada laki-laki yang tua. Dapat

berkembang setelah terapi radiasi untuk kanker yang lain pada area yang

sama.

epitelial-mioepitelial karsinoma

anaplastik small sel karsinoma

karsinoma yang tidak berdiferensiasi

limfoma non hodgkin7

2.2.5 Prosedur Diagnostik

A. Pemeriksaan Klinis

1. Anamnesa

Anamnesa dengan cara menanyakan kepada penderita atau keluarganya tentang :

a.) Keluhan

Page 17: MAKALAH Case Tumor Parotis

1. Pada umumnya hanya berupa benjolan soliter, tidak nyeri, di

pre/infra/retro aurikula (tumor parotis), atau di submandibula (tumor

sumandibula), atau intraoral (tumor kelenjar liur minor)

2. Rasa nyeri sedang sampai hebat (pada keganasan parotis atau

submandibula)

3. Paralisis n. fasialis, 2-3% (pada keganasan parotis)

4. Disfagia, sakit tenggorok, gangguan pendengaran (lobus profundus

parotis terlibat)

5. Paralisis n.glosofaringeus, vagus, asesorius, hipoglosus, pleksus

simpatikus (pada karsinoma parotis lanjut)

6. Pembesaran kelenjar getah bening leher (metastase)

b.) Perjalanan penyakit ( progresivitas penyakit)

c.) Faktor etiologi dan resiko (radioterapi kepala leher, ekspos radiasi)

d.) Pengobatan yang telah diberikan serta bagaimana hasil pengobatannya

e.) Berapa lama kelambatan

Pada penelitian retrospective yang dilakukan pada 104 pasien dengan tumor

kelenjar parotis yang diterapi di ENT clinic timisoara pada tahun 2001-2009

didapatkan gejala-gejala yang paling sering dikeluhkan pasien, yaitu paling sering

adalah konsistensi keras, tumbuh cepat, fiksasi dalam, nyeri, nodus yang

terpalpasi, keterlibatan nervus fasialis, pembengkakan dinding faring lateral, dan

keterlibatan perubahan kulit.

Page 18: MAKALAH Case Tumor Parotis

2. Pemeriksaan fisik

a.) Status general

Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki, tentukan :

1. penampilan (Karnofski / WHO)

2. keadaan umum

adakah anemia, ikterus, periksa T,N,R,t, kepala, toraks,

abdomen, ekstremitas,vertebra, pelvis

3. apakah ada tanda dan gejala ke arah metastase jauh (paru, tulang

tengkorak, dll)

b.) Satus lokal

1. Inspeksi (termasuk inraoral, adakah pedesakan tonsil/uvula)

2. Palpasi (termasuk palpasi bimanual, untuk menilai konsistensi,

permukaan, mobilitas terhadap jaringan sekitar)

3. Pemeriksaan fungsi n.VII,VIII,IX,X,XI,XII karena lintasan nervus-

nervus tersebut dekat dengan kelenjar parotis.

Lintasan nervus kranialis yang dekat dengan kelenjar parotis

Page 19: MAKALAH Case Tumor Parotis

c.) Status regional

Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher ipsilateral dan

kontralaeral. Bila ada pembesaran tentukan lokasinya, jumlahnya, ukuran

terbesar, dan mobilitasnya.

Pemeriksaan nervus fasialis:

A. Dalam keadaan diam, perhatikan :

Asimetri muka (lipatan nasolabial)

gerakan-gerakan abnormal (tic fasialis, grimacing, kejang tetanus/rhesus

sardonicus, tremor, dsb)

B. Atas perintah pemeriksa

1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dengan kiri.

2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri), kemudian pemeriksa mencoba

membuka kedua mata tersebut (bandingkan kekuatan kanan dan kiri).

3. Memperlihatkan gigi (asimetri).

4. Bersiul dan mencucu (asimetri/deviasi ujung bibir).

5. Meniup sekuatnya (bandingkan kekuatan udara dari pipi masing-masing).

6. Menarik sudut mulut ke bawah (bandingkan konsistensi otot platisma kanan

dan kiri). Pada kelemahan ringan, kadang-kadang tes ini dapat untuk

mendeteksi kelemahan saraf fasialis pada stadium dini.

3. Pemeriksaan Penunjang

Terdapat beberapa macam pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk

penegakan diagnosis tumor parotis meliputi pemeriksaan histopatologik dan

pemeriksaan radiologik ( foto polos, sialografi, CT- Scan, dan MRI)

a. Pemeriksaan Histopatologik

Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Fine – Needle Aspiration Biopsy)

Biopsi Aspirasi Jarum halus merupakan alat yang sederhan untuk

diagnostic. Biopsi aspirasi jarum halus memiliki kelebihan yaitu tingkat

keakuratan yang cukup tinggi dengan sensitifitas 88-98% dan spesifitas 94%

pada tumor jinak. Biopsi aspirasi jarum halus juga sensitive dalam mendeteksi

keganasan sebesar 58-98 % dengan spesifitas 71-88%. Suatu penelitian

didapatkan diagnosis sitologi tumor jinak negatif palsu sebanyak 4 dari 27

pasien (14.8%). Kesalahan diagnosis ini bisa disebabkan oleh bias sampel

Page 20: MAKALAH Case Tumor Parotis

(sampelnya terlalu sedikit / tidak adekuat), dan bisa juga karena kesalahan

interpretasi (salah baca). Tekhnik ini sederhana, dapat ditoleransi dengan

komplikasi yang minimal. Selain untuk menegakan diagnosis defenitif,

pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menentukan tindakan tepat selanjutnya

dan untuk evaluasi preoperative..17,18

Bedah Diagnostik

Biopsi pembedahan sebaiknya dihindari. Biopsi eksisional dan

enukleasi massa parotis berhubungan dengan peningkatan rekurensi tumor,

terutama pada adenoma pleiomorfik. Penanganan bedah yang baik untuk

tumor parotis adalah reseksi bedah komplit melalui parotidektomi dengan

identifikasi dan preservasi nervus fasialis. Identifikasi nervus fasialis

ditujukan agar dapat dilakukan eksisi tumor yang adekuat dan mencegah

cedera nervus fasialis. Cara ini memastikan batas jaringan sehat yang adekuat

disekeliling tumor, sehingga pada kebanyakan kasus tidak hanya bersifat

diagnostic, tetapi juga kuratif. Pemeriksaan ini jarang dilakukan dan biasanya

dilakukan hanya pada pasien dengan keganasan yang tidak dapat dioperasi.

Pada kasus seperti ini, biopsy dengan insisi terbuka berguna dalam diagnostic

histopatologi dan terapi radiasi paliatif atau kemoterapi.17

b. Pemeriksaan Radiologi

Sialografi

Tekhnik ini memerlukan suntikan bahan kontras yang larut dalam air

atau minyak langsung keduktus submandibula atau parotis. Setelah pemakaian

anastesi topical pada daerah duktus, tekanan yang lembut dilakukan pada

kelenjar, dan muara duktus yang kecil diidentifikasi oleh adanya aliran air liur.

Muara duktus dilebarkan dengan menggunakan sonde lakrimal. Kateter

ukuran 18, mirip dengan jenis yang digunakan untuk pemberian cairan

intravena, atau pipa polietilen secara lembut dimasukkan sekitar 2 cm kedalam

duktus.. Kateter dipastikan pada sudut mulut. Tekhnik ini sama untuk kelenjar

parotis dan submandibula. Bagaimanapun kanulasi duktus kelenjar

submandibula, memebutuhkan kesabaran dari pada pelebaran duktus parotis.

Film biasa sinar X diperoleh untuk meyakinkan bahwa tidak terdapat substansi

radioopak, seperti batu dalam kelenjar. Antara 1,5 dan 2 ml media kontras

disuntikan secara lembut melalui kateter kedalam kelenjar sampai penderita

merasakan adanya tekanan tetapi tidak melewati tititk ketika penderita

Page 21: MAKALAH Case Tumor Parotis

mengeluh nyeri. Dilakukan foto lateral, lateral oblik, oblik, dan

anteriposterior. Ketika kateter diangkat penderita dapat diberikan sedikit sari

buah lemon. Dalam 5 sampai 10 menit pengambilan foto ulang. Normal jika

seluruh media kontras dikeluarkan dalam waktu itu. Persistensi media kontras

dalam kelenjar 24 jam setelah test ini pasti abnormal.11,12

Terdapat keuntungan dan kerugian dari bahan kontras yang dapat larut

dalam air dan lemak. Sekarang ini Pantopaque dan Lipidol merupakan bahan

kontras yang paling popular.

Sialografi lebih berguna pada gangguan – gangguan kronis kelenjar

parotis seperti sialadenitis rekuren, sindrom sjorgen, atau obstruksi duktus

seperti striktur. sialografi tidak berguna untuk membedakan massa jinak dari

massa keganasan. Sialografi merupakan kontra indikasi terdapatnya

peradangan akut kelenjar yang baru terjadi.12

CT-Scan

Pemeriksaan CT scan dengan kontras dapat mengetahui letak tumor berada di

lobus superfisial atau lobus profunda. Gambaran kalsifikasi dalam massa

biasanya ditemukan pada adenoma pleomorfik. Nervus fasialis dan duktus

stensen sulit dilihat dengan menggunakan CT scan. 12,17, 18

Gambar 4. Tumor Parotis Ganas. Gambar menunjukkan massa berbatas tegas

dalam kelenjar parotis kiri, yang telah terbukti sebagai adenoma pleomorfik18

Page 22: MAKALAH Case Tumor Parotis

MRI lebih unggul daripada CT scan dalam memvisualisasikan tepi tumor.

Nervus fasialis dan duktus stensen dengan jelas dapat terlihat. Bisa digunakan

untuk mengetahui letak tumor parotis berada dalam lobus superfisial atau

profunda. Selain itu juga untuk membedakan tumor jinak atau ganas. Lesi

jinak biasanya tepinya halus, dengan garis terang atau kapsul; tapi

bagaimanapun juga, banyak keganasan grade rendah yang memiliki

pseudokapsul dan gambaran seperti tumor jinak. Keganasan grade tinggi akan

menunjukkan gambaran tepi yang menginfiltrasi. 12,17,18

Gambar 5. Adenoma pleomorfik pada kelenjar parotis kanan potongan axial leher11

CT-Scan dan MRI digunakan untuk menemukan tumor dan menggambarkan luasnya.

Sedangkan biopsi untuk menegaskan jenis sel.18

2.2.6 Staging Tumor Parotis

Tabel 3: Klasifikasi TNM The American Joint Committee on Cancer (AJCC) 13

TNM Keterangan ST T N M

Tx Tumor primer tak dapat ditentukan I T1

T2

N0

N0

M0

M0

T0 Tidak ada tumor primer

T1 Tumor < 2cm, tidak ada ekstensi ekstraparenkim II T3 N0 M0

T2 Tumor >2cm-4cm, tidak ada ekstensi

ektraparenkim

III T1

T2

N1

N1

M0

M0

T3 Tumor >4cm-6cm, atau ada ekstensi ekstraprenkim

tanpa terlibat n.VII

IV T4 N0 M0

Page 23: MAKALAH Case Tumor Parotis

T3

T4

N1

N1

M0

M0

T4 Tumor >6cm, atau ada invasi ke n.VII/dasar

tengkorak

Tiap

T

Tiap

T

Tiap

T

N2

N3

Tiap

N

M0

M0

M1

Nx Metastase k.g.b tak dapat ditentukan

N0 Tidak ada metastase k.g.b

N1 Metastase k.g.b tunggal <3cm, ipsilateral

N2 Metastase k.g.b tunggal/multipel >3cm-6cm,

ipsilateral/bilateral/kontralateral

N2a Metastase k.g.b tunggal >3cm-6cm, ipsilateral

N2b Metastase k.g.b multipel > 6cm, ipsilateral

N2c Metastase k.g.b > 6cm, bilateral/kontralateral

N3 Metastase k.g.b >6cm

Mx Metastse jauh tak dapat ditentukan

M0 Tidak ada metastase jauh

M1 Metastase jauh

2.2.7 Tatalaksana Tumor Parotis15

Terapi pilihan utama untuk tumor kelenjar liur ialah pembedahan. Radioterapi

sebagai terapi ajuvan pasca bedah diberikan hanya atas indikasi, atau diberikan

pada karsinoma kelenjar liur yang inoperabel. Kemoterapi hanya diberikan

sebagai ajuvan, meskipun masih dalam penelitian, dan hasilnya masih belum

memuaskan.

1. Tumor operabel

a. Terapi utama ( pembedahan). Pilihan pengobatan untuk neoplasma

kelenjar parotis adalah melalui pembedahan. Sebagian besar tumor parotis

Page 24: MAKALAH Case Tumor Parotis

jinak dan ganas dapat diatasi dengan parotidektomi superfisial atau total

sesuai dengan lokasi tumor dengan preservasi nervus fasilis.

Parotidektomi superfisial. Parotidektomi superfisial adalah

tindakan pengangkatan massa tumor dengan kelenjar parotis lobus

superfisial. Dilakukan pada tumor jinak parotis lobus superfisialis.

Parotidektomi total. Parotidektomi total adalah pengangkatan

massa tumor dengan seluruh bagian kelenjar parotis dilakukan

pada:

a. Tumor ganas parotis yang belum ada ekstensi

ekstraparenkim dan n.VII

b. Tumor jinak parotis yang mengenai lobus profundus

Parotidektomi total diperluas, dilakukan pada: Tumor ganas parotis

yang sudah ada ekstensi ekstraparenkim atau n.VII

Deseksi leher radikal (RND), dikerjakan pada: Ada metastase

k.g.b.leher yang masih operabel

b. Terapi tambahan

Meskipun terapi primer tumor ganas kelenjar liur adalah dengan

pembedahan, terapi radiasi juga dianjurkan karena memiliki efek

menguntungkan jika digabungkan dengan pembedahan yaitu

meningkatkan hasil terapi. Selain itu berperan sebagai terapi primer untuk

tumor yang sudah tidak dapat direseksi. Ada keadaan di mana terapi

radiasi merupakan indikasi, yaitu:

1. high grade malignancy

2. masih ada residu makroskopis atau mikroskopis

3. tumor menempel pada syaraf ( n.fasialis, n.lingualis, n.hipoglosus, n.

asesorius )

4. setiap T3,T4

5. karsinoma residif

6. karsinoma parotis lobus profundus

Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan untuk

memberikan penyembuhan luka operasi yang adekwat, terutama bila telah

dikerjakan alih tandur syaraf.

Page 25: MAKALAH Case Tumor Parotis

Radioterapi lokal diberikan pada lapangan operasi meliputi bekas

insisi sebanyak 50 Gy dalam 5 minggu.

Radioterapi regional/leher ipsilateral diberikan pada T3,T4, atau

high grade malignancy

Baik konvensional dan neutron-beam terapi radiasi telah

dianjurkan sebagai single-modalitas pengobatan untuk T1 dan T2

neoplasma ganas kelenjar ludah. Pendekatan ini kontroversial, tetapi

dapat dipertimbangkan jika ada kontraindikasi nyata untuk operasi.14

2. Tumor inoperabel

a. Terapi utama

Radioterapi : 65 – 70 Gy dalam 7-8 minggu

b. Terapi tambahan

Kemoterapi : Indikasi untuk kemoterapi adalah pasien dengan tumor yang

inoperable. Respon parsial atau lengkap telah dicapai pada hingga 50%

pasien, yang biasanya berlangsung 5-8 bulan dan mungkin termasuk

kontrol nyeri yang signifikan. Sebagian besar pasien memiliki karsinoma

adenoid kistik, karsinoma mucoepidermoid, atau adenokarsinoma. Saat

ini, paclitaxel adalah agen yang paling sering digunakan. Meskipun

kemoterapi saja tidak meningkatkan tingkat ketahanan hidup, integrasi

radiasi dan kemoterapi telah terbukti meningkatkan kontrol lokal dan

menunjukkan perbaikan dalam pengelolaan keganasan kelenjar ludah.14

a. Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma,

adenocarcinoma, malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)

-adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1

-5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1 diulang tiap 3minggu

-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2

b. Untuk jenis karsinoma sel skuamous (squamous cell carcinoma,

mucoepidermoid carcinoma)

-methotrexate 50mg/m2 iv pada hari ke 1 dan 7 diulang tiap

-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2 3 minggu

Page 26: MAKALAH Case Tumor Parotis

3. Metastase Kelenjar Getah Bening (N)

a. Terapi utama

Operabel : deseksi leher radikal (RND)

Inoperabel : radioterapi 40 Gy/+kemoterapi preoperatif, kemudian

dievaluasi

- menjadi operabel RND

- tetap inoperabel radioterapi dilanjutkan sampai 70Gy

b. Terapi tambahan

Radioterapi leher ipsilateral 40 Gy

4. Metastase Jauh (M)

Terapi paliatif : kemoterapi

a. Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma,

malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)

-adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1

-5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1 diulang tiap 3

-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2 minggu

b. Untuk jenis karsinoma sel skuamous (squamous cell carcinoma,

mucoepidermoid carcinoma)

-methotrexate 50mg/m2 iv pd hari ke 1 dan 7 diulang tiap

-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2 3 minggu

2.2.8 Komplikasi

Telah dilakukan penelitian selama 10 tahun antara 1996 Januari sampai 2006 Januari

pada pasien dengan tumor parotis yang telah menjalani terapi bedah di University of

Rome “La Sapienza”, Department of Maxillo-Facial surgery. Didapatkan 135 pasien

laki-laki dan 147 pasien perempuan dengan usia antara 10 tahun sampai 85 tahun dan

pasien usia terbanyak adalah 49 tahun. Dari total 282 pasien, setelah dilakukan follow

up ±60 bulan didapatkan 26 pasien mengalami komplikasi post operasi sebagai

berikut:

Page 27: MAKALAH Case Tumor Parotis

Komplikasi

yang sering

terjadi setelah

parotidektomi

Nervus Fasialis

Nervus fasialis adalah nervus yang melintasi kelenjar parotis dan membaginya

menjadi lobus superfisialis dan profunda. Sekitar 15-20% kasus (15-20 dalam

100 pasien) nervus fasialisnya mengalami trauma sehingga terjadi kelemahan

pada otot-otot fasialis. Ini biasanya sembuh dalam 14 hari sampai 3 bulan

setelah operasi dan penyembuhan bisa lebih cepat dengan latihan terapi bicara

dan bahasa. Sebanyak 1% kasus terjadi kelemahan permanen dari nervus

fasialis. Beberapa pasien mengalami kelemahan nervus fasialis cabang-cabang

tertentu saja.

Frey’s Syndrome

Nama lain Frey’s syndrome adalah Baillarger’s syndrome, Dupuy’s

syndrome, auriculotemporal syndrome, atau Frey-Baillarger syndrome

Merupakan komplikasi tersering pada pasien pasca operasi parotidektomi

Page 28: MAKALAH Case Tumor Parotis

yaitu sebanyak 6 orang dari 26 pasien. Frey’s syndrome adalah manifestasi

klinik berupa kemerahan dan berkeringat pada hemifasial setelah stimulus

kelenjar saliva dan mengunyah. Frey’s Syndrome ini biasanya terjadi setelah

cedera traumatik regio parotis seperti parotidektomi, fraktur kondilar, trauma

tumpul, insisi dan drainase abses. Sindrom ini bisa muncul setelah beberapa

minggu sampai beberapa tahun setelah trauma. Pemeriksaan dilakukan dengan

cara tes pati-iodine. Iodine cair dioleskan di atas kulit area preaurikular,

tunggu sampai kering, kemudian setelah itu ditaburkan pati jangung di

atasnya. Minta pasien untuk mengunyah makanan selama 5 menit untuk

merangsang gustatori. Akan tampak gambaran bercak biru kehitaman yang

berarti hasilnya positif, karena adanya kompleks iodine-pati yang terdilusi

oleh keringat.

Gambar 6: tes pati – iodine

Patofisiologi Frey’s syndrome adalah karena regenerasi saraf otonom

yang salah arah setelah cedera area parotis. Setelah cedera, serat saraf

parasimpatis sekretomotor post ganglionik yang seharusnyaberinervasi dengan

kelenjar parotis, menjadi bergabung dengan reseptor simpatis, dan berinervasi

dengan kelenjar keringat sehingga menyebabkan berkeringatnya gustatori.

Dengan demikian, seharusnya makanan merangsang kelenjar saliva, menjadi

merangsang kelenjar keringat. Meskipun Frey’s syndrome tidak menyebabkan

gangguan fisiologis yang berbahaya, namun gejala kemerahan dan keringat

berlebihan menyebabkan stres psikologis dan sosial. 20

Hematoma

Page 29: MAKALAH Case Tumor Parotis

Hematoma mengenai 3 dari 26 pasien. Terjadi karena blokade drainase

sehingga pada pasien post parotidektomi dipasang drain untuk mencegah

terjadinya hematoma.

2.2.9 Prognosis

Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histologi, perluasan lokal

dan besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher. Jika sebelum penanganan tumor

maligna telah ada kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya lebih buruk. Untuk tumor

maligna, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar

50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi. Ketahanan hidup 5 tahun kira-kira

5%, namun hal ini masih tetap tergantung kepada histologinya.12,13,15

Faktor prognostik rendah termasuk keganasan kelas tinggi, keterlibatan saraf,

penyakit stadium lanjut, usia lanjut, rasa sakit yang terkait, metastasis getah bening

regional node, metastasis jauh, dan akumulasi p53 atau-erbB2 c oncoproteins. Meskipun

pernyataan menyangkut kelangsungan hidup sulit dibuat karena berbagai macam jenis

histologis, 20% dari semua pasien akan berkembang menjadi metastasis jauh. Metastasis

jauh menandakan prognosis buruk, dengan kelangsungan hidup rata-rata 4,3-7,3 bulan.

Secara keseluruhan 5-tahun kelangsungan hidup untuk semua tahap dan jenis histologis

adalah sekitar 62%-72%. Kelangsungan hidup 5 tahun secara keseluruhan untuk penyakit

berulang adalah sekitar 37%. Karena risiko kekambuhan, semua pasien yang menderita

tumor kelenjar ludah histologi yang terbukti ganas harus di kontrol seumur hidup.12,13,15

2.2.10 Kontrol

Pengawasan harus terus tanpa batas waktu, sebagai kekambuhan lokal atau

metastasis jauh dapat menjadi jelas bertahun-tahun setelah pengobatan awal. Pasien harus

menjalani pemeriksaan fisik secara menyeluruh setiap 3 bulan selama 2 tahun, setiap 6

bulan selama 3 tahun, kemudian setiap tahun setelahnya. Tes fungsi hati dan rontgen dada

harus diperoleh setiap tahun.9,13,16

Page 30: MAKALAH Case Tumor Parotis

BAB III

Kasus dan Pembahasan

1.1 Anamnesis

a) Identitas pasien

Nama : Tn. MH

Usia : 40 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : pegawai swasta

Alamat : Cimanggis, Depok

b) Keluhan Utama

Benjolan di bawah telinga kanan sejak ±4 bulan SMRS.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poliklinik bedah RSF dengan keluhan satu benjolan dekat

telinga kanan yang baru disadari oleh pasien sejak ±4 bulan SMRS.

Benjolan awalnya kecil, kira-kira sebesar kelereng, makin lama makin

membesar namun lambat menjadi sebesar telur puyuh. Tidak terasa nyeri,

tidak terasa hangat, tidak memerah, dan tidak demam. Keluhan lain seperti

bibir mencong, sulit menutup mata, sulit menelan, nyeri tenggorokan,

gangguan pendengaran disangkal. Benjolan di leher dan di tempat lain juga

disangkal. Terdapat penurunan nafsu makan, penurunan berat badan tidak

diketahui. Benjolan ini belum pernah diobati sebelumnya.

d) Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Tidak ada

Hipertensi, DM, kolesterol, asma, storke, jantung, dan trauma. Pasien juga

tidak pernah menjalani terapi radiasi atau UV pada daerah kepala dan

leher.

Page 31: MAKALAH Case Tumor Parotis

e) Riwayat Keluarga

Paman pasien mengalami keluhan benjolan di daerah pipi.

f) Riwayat Kebiasaan dan Sosial

Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minum-minuman

beralkohol.

1.2 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum: tampak sakit ringan

Kesadaran: komposmentis/ GCS:E4M6V5 = 15

Koperasi: kooperatif

Tinggi badan : 170 cm

Berat badan: 79 kg

BMI: 27.3

Tekanan darah: kanan 110/90 mmHg kiri: 110/90 mmHg

Nadi: 84 x/menit

Suhu: 36,7 oC

Pernapasan: 20 x/menit

Pemeriksaan Kepala

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Leher : tidak ada pembesaran KGB leher

Jantung

Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V, 1 jari lateral dari linea

midclavicula sinistra

Perkusi : Batas kanan : ICS IV linea para sternalis dekstra.

Batas kiri : ICS V 1 jari lateral dari linea midclavicula sinistra

Pinggang jantung: ICS III linea parasternalis sinistra

Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru :

Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis

Palpasi : Vokal fremitus sama di kedua lapang paru

Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru

Auskultasi : Suara napas vesicular +/+ ; Ronki -/-; Wheezing -/-.

Page 32: MAKALAH Case Tumor Parotis

Abdomen:

Inspeksi : Datar

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)

Perkusi : Timpani di seluruh lapangan abdomen

Auskultasi : BU (+) normal.

Ekstremitas:

Atas: akral hangat (+), edema (-)

Bawah: akral hangat (+), edema (-)

Status neurologis :

N. VII Kanan Kiri

Motorik Orbitofrontal : baik baik

Motorik Orbicularis : baik baik

N. VIII

Vestibular

Vertigo : (-)

Nistagmus : (-)

Cochlear

Tuli Konduktif : (-)

Tuli Perspeptif : (-)

N. IX, X

Motorik : tidak ada deviasi uvula, arcus faring simetris

Sensorik : refleks muntah (+), refleks menelan (+)

N. XI Kanan Kiri

Mengangkat bahu : baik baik

Menoleh : baik baik

N. XII

Pergerakan Lidah : baik, tidak ada deviasi

Atrofi : (-)

Fasikulasi : (-)

Tremor : (-)

Page 33: MAKALAH Case Tumor Parotis

Status lokalis :

Pada regio infraaurikula dekstra terdapat benjolan, soliter, ukuran 5x3x2cm,

padat, batas tegas, permukaan licin rata, immobile, tidak nyeri, suhu dan warna

seperti jaringan sekitar.

1.3 Pemeriksaan Penunjang

a. FNAB

Sediaan apusan mengandung banyak darah, di antaranya terlihat

beberapa kelompok-kelompok kecil sel yang terdiri atas sel berinti

bulat/oval, inti tampak uniform, kromatin tersebar merata. Tampak

pula fragmen-fragmen menyerupai chondromyroid. Tidak ditemukan

sel ganas.

Kesan : lesi jinak, kemungkinan adenoma pleomorfik.

b. USG: tidak dilakukan

c. Rontgen thoraks : paru dan jantung dalam batas normal

d. Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Interpretasi

Page 34: MAKALAH Case Tumor Parotis

27/11/2012

Hematologi

- Hemoglobin

- Hematokrit

- Leukosit

- Trombosit

- Eritrosit

- LED

14.8

49

6.9

234

5,65

1,0

13.2-17.3 g/dl

33-45 %

5-10 ribu/ul

150-440 ribu/ul

4.40-5.90 juta/ul

0.0-10.0 mm

Normal

Meningkat

Normal

Normal

Normal

VER/HER/ KHER/RDW

- VER

- HER

- KHER

- RDW

86,9

26,1

30,1

13.6

80.0-100.0 fl

26.0-34.0 pg

32.0-36 mg/dl

11.5-14.5 %

Normal

Normal

Normal

Normal

Kimia Klinik

Fungsi Hati

- SGOT

- SGPT

- Bilirubin total

- Bilirubin direk

25

32

0,80

0,30

0-34 U/I

0-40 U/I

0,10-1,00 mg/dl

< 0,2 mg/dl

Normal

Normal

Normal

Meningkat

Fungsi Ginjal

- Ureum Darah

- Creatinin Darah

28

1,4

20-40 mg/dl

0.6-1.5 mg/dl

Normal

Normal

Diabetes

- Gula darah sewaktu 83 70-140 mg/dl Normal

Page 35: MAKALAH Case Tumor Parotis

Pemeriksaan Hasil

24/04/2013

Nilai rujukan Interpretasi

Hematologi

- Hemoglobin

- Hematokrit

- Leukosit

- Trombosit

- Eritrosit

15.4

49

7.7

232

5.58

13.2-17.3 g/dl

33-45 %

5-10 ribu/ul

150-440 ribu/ul

4.40-5.90 juta/ul

Normal

Meningkat

Normal

Normal

Normal

VER/HER/ KHER/RDW

- VER

- HER

- KHER

- RDW

86,8

27,6

31,8

13.5

80.0-100.0 fl

26.0-34.0 pg

32.0-36 mg/dl

11.5-14.5 %

Normal

Normal

Normal

Normal

Sero-Imunologi

- Golongan darah A/Rhesus (+)

1.4 Diagnosis kerja

Tumor parotis superfisial dekstra susp benigna

1.5 Diagnosis banding

Tumor parotis superfisial dekstra susp maligna

1.6 Tata laksana

Parotidektomi superfisial

Page 36: MAKALAH Case Tumor Parotis

1.7 Laporan Operasi

Pasien dalam posisi supine di atas meja operasi dengan general anastesi, bahu

diganjal, dibuat desain blaire modifikasi

Asepsis dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya, droupping, tampak sudut

mata kanan dan sudut mulut

Insisi sesuai desain menembus kutis, subkutis, fasia.

Page 37: MAKALAH Case Tumor Parotis

Dibuat flap ke arah anterior hingga m.maseter, dan posterior hingga

m.sternokleidomastoideus

Trunkus n.fascialis dikenali, dicari cabang-cabang n.fascialis.

Page 38: MAKALAH Case Tumor Parotis

Dilakukan superfisial parotidektomi dengan diseksi secara tajam dengan

skalpel no. 12

Page 39: MAKALAH Case Tumor Parotis

Kontrol perdarahan

Luka operasi ditutup lapis demi lapis

Dipasang 1 buah drain vakum

Operasi selesai

1.8 Instruksi post-op:

Awasi TNSP

IVFD KaenMg3:RL = 3:1/24 jam

Puasa sampai dengan pasien sadar betul

Diet biasa

Ceftriakson 1x2 gr iv

Ketesse 3x1 amp iv

Vakum drain / 12 jam

Senin rawat jalan

Page 40: MAKALAH Case Tumor Parotis

1.9 Follow Up

S : Nyeri pada luka post-operasi (VAS 3), gangguan motorik (-)

O: KU: TSR/ CM, TD : 110/90, N: 84, S: 36,5, RR: 18

Status lokalis: luka tertutup kassa, rembesan-,

drain produksi hemoragik 70cc.

A: Tumor parotis dekstra suspek jinak post parotidektomi superfisial

P: Diet biasa

IVFD KaenMg3:RL = 2:2 / 24 jam

Ceftriakson 1x2gr

Ketesse 3x1 amp

Vacum drain/ 12 jam

Hasil PA :

Makroskopik :

Jaringan permukaan tidak teratur, compang camping 30 cc. Penampang irisan

sebagian putih, padat, sebagian tidak teratur kecoklatan, agak rapuh.

Mikroskopik :

Sediaan dengan keterangan tumor parotis menunjukkan massa tumor dengan

arsitektur yang bervariasi tubuler, tubulokistik dengan massa amorf eusinofilik dalam

lumen, solid dan cribriform. Sel pleomorfik, hyperkromatik. Mitosis mudah

ditemukan.

Kesimpulan :

Adenoid cystic carcinoma

1.10 Resume :

Pasien, laki-laki, usia 40 tahun datang ke poliklinik RSUPF dengan keluhan

satu benjolan dekat telinga kanan yang baru disadari oleh pasien sejak ±4 bulan

yang lalu. Benjolan awalnya kecil, kira-kira sebesar kelereng, makin lama makin

membesar namun lambat menjadi sebesar telur puyuh. Tidak terasa nyeri, tidak

terasa hangat, tidak memerah, dan tidak demam. Keluhan lain seperti bibir

mencong, sulit menutup mata, sulit menelan, nyeri tenggorokan, gangguan

pendengaran disangkal. Benjolan di leher dan di tempat lain juga disangkal.

Page 41: MAKALAH Case Tumor Parotis

Terdapat penurunan nafsu makan, penurunan berat badan tidak diketahui.

Benjolan ini belum pernah diobati sebelumnya. Pasien tidak pernah menjalani

terapi radiasi atau UV pada daerah kepala dan leher. Paman pasien mengalami

keluhan benjolan pada daerah pipi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada regio infraaurikula dekstra terdapat

benjolan, soliter, ukuran 5x3x2cm, padat, batas tegas, permukaan licin rata,

immobile, tidak nyeri, suhu dan warna seperti jaringan sekitar.

Pada pemeriksaan sediaan apusan FNAB didapatkan kesan adenoma

pleomorfik.

Diagnosis sebelum operasi adalah tumor parotis superfisial dekstra susp

benigna dengan recana operasi parotidektomi. Pada saat operasi ditemukan massa

tumor berasal dari parotis superfisial. Kemudian dilakukan parotidektomi

superfisial. Diagnosis setelah operasi adalah tumor parotis superfisial dekstra susp

benigna.

Pada follow up, pada pasien tidak didapatkan pasien keluhan gangguan

motorik. Pada hasil pemeriksaan PA didapatkan kesimpulan adenoid kistik

karsinoma yang merupakan tumor ganas.

Page 42: MAKALAH Case Tumor Parotis

BAB IV

ANALISIS KASUS

Pasien adalah seorang laki-laki berusia 40 tahun, sesuai dengan tinjauan pustaka yang

menyatakan bahwa tumor parotis lebih sering pada laki-laki dengan insidensi sekitar 1.41

kasus per 100.000 laki-laki, dibandingkan dengan perempuan yang hanya 1.00. Tumor

parotis bisa mengenai semua umur, namun kebanyakan pasien didiagnosis pada usia >64

tahun. Baik adenoma pleomorfik maupun adenoid kistik karsinoma, insiden keduanya dapat

terjadi pada semua umur. Pasien bekerja sebagai pegawai swasta, dimana pasien tidak sering

terpapar oleh sinar radiasi yang menjadi faktor risiko tumor parotis.

Pasien datang dengan keluhan benjolan soliter dekat telinga kanan yang baru disadari

oleh pasien sejak ±4 bulan SMRS. Gejala tumor parotis adalah adanya benjolan di

pre/infra/retro aurikula. Adenoma pleomorfik merupakan tumor tersering pada kelenjar liur

dan paling sering terjadi pada kelenjar parotis, sedangkan adenoid kistik karsinoma yang

jarang biasanya terjadi pada kelenjar liur mayor ataupun minor. Pasien tidak mengeluh nyeri,

nyeri biasanya dirasakan pada pasien yang mengalami keganasan tumor parotis. Pada adenoid

kistik karsinoma biasanya tidak ada keluhan nyeri pada lesi yang dini karena

pertumbuhannya yang lambat. Benjolan awalnya kecil, kira-kira sebesar kelereng, makin

lama makin membesar, menjadi sebesar telur puyuh, menunjukkan bahwa adanya

progresivitas dari sel tumor namun lambat, hal ini sesuai dengan adenoid kistik karsinoma

yang pertumbuhannya lambat. Tidak terasa hangat, tidak memerah, tidak demam,

menunjukkan bahwa ini bukan reaksi peradangan/inflamasi. Keluhan lain seperti bibir

mencong, muka asimetris, dan sulit menutup mata tidak ada, hal ini berarti tidak ada

keterlibatan nervus fasialis yang biasanya terjadi pada keganasan tumor parotis. Pasien tidak

mengeluh sulit menelan, nyeri tenggorok, dan gangguan pendengaran disangkal,

menunjukkan bahwa lobus profundus parotis tidak terlibat. Benjolan di leher dan di tempat

lain juga disangkal, hal ini menunjukkan tidak adanya metastasis ke kelenjar limfe dan di

organ jauh. Terdapat penurunan nafsu makan namun penurunan berat badan tidak diketahui

pasien menunjukkan adanya penyakit kronik. Paman pasien mengalami keluhan benjolan

pada daerah pipi, ini untuk mengetahui faktor risiko pasien, yaitu genetik. Pasien tidak pernah

Page 43: MAKALAH Case Tumor Parotis

menjalani radioterapi pada daerah kepala dan leher sebelumnya, yang merupakan faktor

risiko terjadinya tumor parotis.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada regio infraaurikula dekstra terdapat benjolan,

soliter, ukuran 5x3x2cm, padat kistik, batas tegas, permukaan licin rata, immobile, tidak

nyeri, suhu dan warna seperti jaringan sekitar. Tumor parotis pada umumnya hanya berupa

benjolan soliter. Konsistensinya kenyal padat/kistik, permukaan licin, berbatas tegas, tampak

berkapsul, tidak nyeri, dapat digerakkan, dan ukuran terbesarnya jarang melebihi 6 cm

merupakan ciri-ciri adenomapleomorfik. Dari pemeriksaan neurologis tidak didapatkan

parese nervus VII, VII, IX, X, XII, dan XII, hal ini menunjukkan bahwa lobus profunda tidak

terlibat.

Dari pemeriksaan FNAB didapatkan hasil terlihat beberapa kelompok-kelompok kecil

sel yang terdiri atas sel berinti bulat/oval, inti tampak uniform, kromatin tersebar merata.

Tampak pula fragmen-fragmen menyerupai chondromyroid. Yang menggambarkan kesan

adenoma pleomorfik.

Pasien didiagnosis dengan tumor parotis superfisial dekstra susp benigna. Kemudian

pasien direncanakan terapi operatif berupa parotidektomi, saat intraoperatif didapatkan tumor

berasal dari lobus superfisial sehingga akhirnya dilakukan parotidektomi superfisial. Lalu

dipasang drain untuk mengalirkan darah dan cairan post op.

Instruksi post operasi Awasi TNSP, hitung produksi drain / 24 jam, diet biasa, IVFD

KaenMg3/RL = 3:1 / 24 jam, ceftriakson 1 x 2 gr iv sebagai antibiotik profilaksis, ketesse 3

x 1 ampul iv sebagai analgesik dan pemeriksaan PA post-operasi.

Pada follow up tidak didapatkan gangguan motorik pada pasien. Hal ini menunjukkan

pasien tidak mengalami komplikasi.

Pada hasil pemeriksaan PA didapatkan penampang irisan sebagian putih, padat,

sebagian tidak teratur kecoklatan, agak rapuh. Sediaan tumor parotis menunjukkan massa

tumor dengan arsitektur yang bervariasi tubuler, tubulokistik dengan massa amorf eusinofilik

dalam lumen, solid dan cribriform. Sel pleomorfik, hyperkromatik. Mitosis mudah

ditemukan. Kesimpulan adenoid cystic carcinoma yang merupakan tumor ganas. Pasien

masih memerlukan tatalaksana lebih lanjut yaitu berupa terapi radiasi.

Page 44: MAKALAH Case Tumor Parotis

KESIMPULAN

Umumnya, tumor kelenjar liur jarang terjadi, dan jika terjadi, sebagian besar tumor

pada kelenjar liur terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor berasal

dari parotis dan 80% dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak (benign pleomorphic

adenomas). 1,2

Gambaran klinis tumor kelenjar liur baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai

suatu massa berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena.

Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan perubahan

ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik. Keterlibatan saraf fasialis (N.VII)

umumnya sebagai indikator dari keganasan,walaupun gejala ini hanya nampak pada 3% dari

seluruh tumor parotis dan prognosisnya buruk. 4,7

Tumor parotis dapat dibagi menjadi 2 yaitu jinak dan ganas. Tumor kelenjar jinak

yang paling sering ditemui adalah adenoma Pleomorfik dan Limfomatosum Adenokistoma

Papilar (Tumor Warthin), sedangkan tumor ganas kelenjar liur paling sering pada anak adalah

karsinoma mukoepidermoid, biasanya derajatnya rendah. Pada dewasa dapat berupa

Karsinoma mukoepidermoid, Karsinoma sel skuamosa, Adenokarsinoma yang tidak

berdiferensiasi, Karsinoma adenokistik (silindroma). 4,6,7

Untuk terapi dilakukan tergantung stadiumnya, ada tumor yang masih dapat dioperasi

ada pula yang memerlukan terapi lain. Terapi tambahan berupa radiasi pasca operasi atau

kemoterapi. Untuk prognosis sesudah terapi adekuat pada tumor benigna terjadi residif lokal

kurang dari 1% kasus. Namun, jika tumor benigna tidak diangkat secara luas, sering timbul

residif lokal. 12,13,14

Page 45: MAKALAH Case Tumor Parotis

DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong W. Tumor Kelenjar Liur. Dalam : R Samsuhidajat, Warko Karnadihardja,

Theddeus OH Prasetyono, Reno Rudiman, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. h. 469-70.

2. F Christopher Holsinger, Dana T Bui. Anatomy, Function, and Evaluation of

Salivary Glands. In: Myers EN, Ferris RL editors. Salivary Gland Disorders.

Springer: Berlin; 2007. h 1-14.

3. Susan, Standring. Grays Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practise. USA:

Elsevier; 2005. h. 515-18.

4. Arthur C Guyton, John E Hall. Fungsi Sekresi dari Saluran Pencernaan. Dalam :

Luqman Yanur Rachman, Huriawati hartanto, Andita Novrianti, Nanda Wulandari,

editor. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC:

Jakarta; 2007. h. 1013-14.

5. William F Ganong. Fungsi Endokrin Pankreas & Pengaturan Metabolisme

Karbohidrat. Dalam: M Djauhari Widjajakusumah, editor. Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran Edisi 20. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta; 2002. h. 320-39.

6. Satish Keshav. In: The Gastrointestinal System At A Glance. Australia: Blackwell

Science Ltd; 2004. h. 14-15.

7. Vinay Kumar, Ramzi S Cotran, Stanley L Robbins. Pankreas. Dalam: Huriawati

Hartanto, Nurwani Darwaniah, Nanda Wulandari, editor. Buku Ajar Patologi Edisi

7 Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta; 2007. h. 711-16.

8. Kimberley Ho, Helen Lin, David K Ann, Peiguo G Chu, Yun Yen. An Overview of

The Rare Parotid Gland Cancer. Head & Neck Onconlogy 2011. h. 1-7.

9. Mulholland dkk. Greenfield's Surgery: Scientific Principles and Practice. Edisi 4.

Lippincott Williams & Wilkins; 2006.

10. Shu, Xiaochen; Ahlbom, Anders; Feychting, Maria. Incidence Trends of Malignant

Parotid Gland Tumors in Swedish and Nordic Adults 1970 to 2009.Epidemiology:

September 2012. Volume 2. h. 766-67.

11. C Ungari, F Paparo, W Colangeli, G Iannetti. Parotid Glands Tumours: Overview

Of A 10-Years Experience With 282 Patients, Focusing On 231 Benign Epithelial

Page 46: MAKALAH Case Tumor Parotis

Neoplasms. European Review for Medical and Pharmacological Sciences 2008; 12:

h. 321-325.

12. Claudia-Patricia Mejía-Velázquez, Marco-Antonio Durán-Padilla, Erick Gómez-

Apo, Daniel Quezada- Rivera, Luis-Alberto Gaitán-Cepeda. Tumors of the salivary

gland in Mexicans. A re-trospective study of 360 cases. Med Oral Patol Oral Cir

Bucal 2012 Mar 1;17 (2): h. 183-9.

13. Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al., eds.: AJCC Cancer Staging Manual. 7th

ed. New York: Springer; 2010. h. 79-86.

14. A Mag, S Cotulbea, S Lupescu, H tefãnescu, C Doros, et al. Parotid Gland Tumors.

Journal of Experimental Medical and Surgical Research 2010; 4: 259-63.

15. Albar, Zafiral Azdi. Protokol PERABOI 2003 edisi 1 Cetakan 1. Bandung : 2004

16. Ali SN, et al. diagnostic accuracy of fine needle aspiration cytology in parotid

lesion. International Scholarly Research Network. Volume 2011.

17. Moonis G. Et al. Imaging Characteristic of Recurrent Pleomorphic Adenoma of the

Parotid Gland. Am J Neuroradiol 2007; 105: h. 1532-36. `

18. Scott, Vanderheiden. ed. Malignant Parotid Tumor Imaging. Emedicine 2011 may

27.

19. Jeannon JP, Calman F, Gleeson M, et al; Management of advanced parotid cancer.

A systematic review. Eur J Surg Oncol 2008 Nov 20.

20. Samson NG, Cathy Torjek, Allan Hovan. Management of Frey Syndrome Using

Botulinum Neurotoxin: A Case Report. CJDA November 2009; 75: h. 651-54.

21. Lumongga F. Temuan Kasus-kasus Yang Didiagnosa Secara Histopatologi Sebagai

Cylindroma Sejak 1 Januari 1997-31 Oktober 2007. 2008. (diakses 22 Mei 2013).

Tersedia dari:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2046/1/09E01468.pdf