PBL blok 11

15

Click here to load reader

Transcript of PBL blok 11

Page 1: PBL blok 11

Pembesaran Kelenjar Tiroid

Oleh : Christian Salim

Mahasiswa Universitas Kristen Krida Wacana

I. Pendahuluan

Sistem endokrin, melalui hormon yang disekresikannya ke dalam darah, secara umum

mengatur aktivitas – aktivitas yang lebih memerlukan durasi daripada kecepatan. Sistem

endokrin merupakan satu dari dua sistem kontrol utama tubuh, mengeluarkan hormon, yang

diantara berbagai fungsi homeostatik, mengontrol pertumbuhan dan perkembangan, serta dalam

adaptasi terhadap stress.

II. ISI

1. Anatomi glandula thyroidea

Glandula thyroidea terdiri atas lobus kanan dan lobus kiri yang dihubungkan oleh isthmus

yang sempit. Setiap lobus berbentuk seperti buah alpukat yang mempunyai apex yang mencapai

linea oblique cartilage thyroideae, dan bassisnya terletak di bawah setinggi cincin trachea ke

empat atau ke lima. Isthmus meluas melintasi garis tengah di depan cincin trachea 2, 3, dan 4.

Sering terdapat lobus pyramidalis yang menonjol ke atas garis tengah isthmus yang biasanya di

hubungkan ke os hyoideum oleh m. levator glandulae thyroideae.1 Glandula ini di bungkus oleh

simpai jaringan ikat kelenjar tiroid yang membungkus glandula tiroid dan simpai kelenjar

paratiroid. Di antara dua capsula fibrosa tersebut terdapat 2 pasang glandula parathyroidea yang

terdapat di latero-posterior dari glandula thyroidea.2

Page 2: PBL blok 11

Sumber, www.image.google.com

Glandula thyroidea mendapat pendarahan oleh a.thyroidea superior yang merupakan

percabangan dari a. carotis externa dan a. thyroidea inferior yang merupakan percabangan dari

truncus thyrocervicalis. Vena – vena dari glandula thyroidea adalah v. thyroidea superior yang

bermuara ke v. jugularis interna, v. thyroidea media yang bermuara di v.jugularis interna dan v.

thyroidea inferior yang bermuara di v. brachiocephalica sinistra. glandula ini dilalui oleh n.

laryngea recurrent.1

2. Histologi glandula thyroidea

Glandula tiroid terdiri dari folikel – folikel berbentuk berbentuk bola yang selektif

menyerap iodium dari plasma untuk memproduksi hormon tiroid yang kemudian disimpan di

dalam ruang folikel. Sekitar 25% iodium dalam tubuh terdapat dalam kelenjar tiroid. Tiap folikel

terdiri dari epitel (sel folikel) dan ruang folikel yang berisi substansi koloid. Epitel tiroid

mempunyai tipe sel gepeng sampai torak tergantung aktifitas kelenjar. Pada folikel yang aktif,

mempunyai epitel kubis sampai torak, sedangkan pada folikel inaktif, mempunyai epitel gepeng.

Sel – sel folikel yang aktif akan mengeluarkan hormonnya ke ruang folikel tersebut. Unsur

Page 3: PBL blok 11

utama dari substansi koloid yaitu molekul glikoprotein besar yang disebut Tiroglobulin, yang

merupakan precursor untuk pembentukan hormone tiroid.

Sumber, www.image.google.com

Sel – sel folikel menghasilkan dua hormon yang mengandung iodium yaitu

tetraiodotironin (T4 atau tiroksin) dan triiodotironin (T3). Kedua hormone ini disebut juga

sebagai hormone tiroid. Kadang – kadang di antara sel – sel folikel terdapat sel yang lebih besar

dari sel folikel dan berwarna lebih terang disebut sel parafolikular (sel C), yang akan

menghasilkan hormon kalsitonin. 2,3

3. Sintesis dan penyimpanan hormon tiroid

Sintesis hormon tiroid memerlukan dua bahan dasar yaitu tirosin dan iodium, yang

keduanya harus diserap dari darah oleh sel – sel folikel. Tirosin adalah asam amino yang

disintesis tubuh, sedangkan iodium tidak disintesis oleh tubuh sehingga harus diperoleh dari

makanan.

Page 4: PBL blok 11

Sintesis, penyimpanan dan sekresi hormon tiroid terdiri dari langkah – langkah berikut:

Semua langkah sintesis hormone tiroid berlangsung di dalam molekul tiroglobulin di

dalam koloid. Tiroglobulin di sintesis oleh reticulum endoplasma sel folikel. Di dalam sel

folikel, tiroglobulin yang disintesis akan menyatu dengan tirosin dan kemudian

dikeluarkan ke dalam koloid dengan cara eksotisosis.

Iodium dari darah terjerat di membran secara aktif oleh enzim hydrogen peroksidase yang

dihasilkan enzim tiroid peroksidase di sel folikel. Kemudian melalui pompa iodium yaitu

pompa Na – K ATPase terletak di membran luar sel folikel, iodium secara aktif masuk ke

dalam sel folikel menuju ke dalam koloid.

Di dalam koloid, iodium cepat melekat dengan molekul tiroglobulin. Perlekatan sebuah

iodium ke tirosin menghasilkan monoiodotirosin (MIT). Perlekatan dua iodium ke tirosin

menghasilkan diiodotirosin (DIT).

Kemudian terjadi penggabungan antar molekul MIT dan DIT. Penggabungan antar satu

molekul MIT dengan satu molekul DIT menghasilkan triiodotironin (T3). Penggabungan

antar dua molekul MIT menjadi tetraiodotironin (T4 atau tiroksin). Penggabungan tidak

terjadi antara dua molekul MIT.

Karena reaksi – reaksi ini berlangsung di dalam molekul tiroglobulin, semua produk tetap

melekat ke protein besar tersebut sampai kemudian dipecah dan di sekresikan jika diperlukan

tubuh.4,5

Sekitar 90% produk sekretorik yang dikeluarkan dari kelenjar tiroid adalah dalam bentuk

T4, walaupun T3 memiliki aktivitas biologis sekitar empat kali lebih poten daripada T3. Namun

sebagian besar T4 kemudian diubah atau diaktifkan oleh enzim deiodinase menjadi T3 melalui

proses pengeluaran satu iodium di hati dan ginjal. Sekitar 80% T3 dalam darah berasal dari

pengubahan T4. Dengan demikian T3 adalah bentuk hormone yang paling aktif di tingkat sel,

meskipun tiroid menghasilkan lebih banyak T4.2,5

4. Pengaturan sekresi hormon tiroid

Page 5: PBL blok 11

Thyroid stimulatory hormone (TSH), hormon yang dihasilkan hipofisis anterior,

merupakan hormone regulator terpenting bagi sekresi hormone tiroid.

Selain meningkatkan sekresi hormone tiroid, TSH bertanggung jawab untuk

mempertahankan integritas structural kelenjar tiroid. Tanpa adanya TSH, kelenjar tiroid

mengalami atrofi dan sekresi hormonnya berkurang. Sebaliknya kelenjar ini akan hipertrofi

(peningkatan ukuran tiap sel folikel) dan hyperplasia (peningkatan jumlah sel folikel) sebagai

respon stimulasi TSH yang berlebihan.

Sumber, www.image.google.com

Jika kadar hormon tiroid berlebih dalam darah, hormon – hormon tiroid akan

memberikan feedback negative dengan cara menghambat hipofisis anterior untuk menghentikan

sekresi TSH oleh hipofisis anterior.5

5. Mekanisme dan fungsi hormone tiroid.

Page 6: PBL blok 11

Sebenarnya hampir semua sel tubuh dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung

oleh hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori sebagai

berikut:

Efek pada laju metabolisme dan kalorigenik. Hormon tiroid meningkatkan laju

aktivitas metabolisme hampir di seluruh jaringan tubuh. Efek peningkatan laju

metabolisme menyebabkan efek kalorigenik yaitu peningkatan produksi panas tubuh.

Efek pada metabolisme karbohidrat. Hormon tiroid merangsang hampir semua aspek

metabolisme karbohidrat, termasuk penggunaan glukosa yang cepat oleh sel (efek

insulin), meningkatkan glikolisis, meningkatkan glukogenesis, meningkatkan kecepatan

absorbsi dari saluran cerna.

Efek pada metabolisme lemak. Hormon tiroid menurunkan kadar lemak di jaringan

adiposa yang menyebabkan cadangan lemak dalam tubuh menurun. Hormon tiroid juga

meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas di dalam plasma dan mempercepat oksidasi

asam lemak bebas oleh sel.

Efek pada metabolisme protein. hormon tiroid diperlukan untuk sintesis protein untuk

pertumbuhan tubuh, namun jika di sekresi berlebih, maka sebaliknya, terjadi penguraian

protein.

Efek pada plasma dan lemak hati. Meningkatnya hormon tiroid menurunkan

konsentrasi kolesterol, fosfolipid dan trigliserida dalam darah. Sebaliknya jika menurun,

kosentrasi lemak – lemak tersebut dalam plasma akan meningkat, dan hampir selalu

menyebabkan pengendapan lemak secara berlebihan di hati.

Efek pada kebutuhan vitamin. Hormon tiroid meningkatkan metabolisme dalam tubuh

dengan cara meningkatkan jumlah enzim tubuh. Jadi sejumlah vitamin yang berperan

sebagai koenzim diperlukan untuk kerja enzim. Oleh karena itu peningkatan hormone

tiroid yang berlebih, akan menyebabkan defisiensi vitamin.

Efek pada berat badan. Bila produksi hormon tiroid sangat meningkat maka hampir

selalu menurunkan berat badan dan sebaliknya jika produksinya menurun, maka akan

menaikan berat badan. Efek ini selalu terjadi, oleh karena hormone tiroid juga

meningkatkan nafsu makan, dan keadaan ini dapat menyeimbangkan perubahan

kecepatan metabolism.

Page 7: PBL blok 11

Efek terhadap sistem kardiovaskular. Meningkatnya metabolism jaringan

mempercepat pemakaian oksigen dan memperbanyak pelepasan jumlah produk akhir

metabolism dari jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi di sebagian besar jaringan

tubuh untuk sehingga meningkatkan aliran darah. Kecepatan aliran darah di kulit juga

meningkat untuk membuang panas dari tubuh. Sebagai meningkatnya aliran darah, maka

curah jantung juga meningkat sampai 60% atau lebih di atas normal dan turun sampai

hanya 50% dari nomal jika hipotiroidisme yang sangat berat. Frekuensi denyut jantung

juga meningkat karena kebutuhan jaringan untuk proses metabolism meningkat

Efek pada pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf pusat (SSP). Hormon tiroid

penting untuk pertumbuhan anak. Hormone tiroid akan merangsang peningkatan sekresi

growth hormone (GH) dan meningkatkan metabolism pada tulang yang berperan penting

untuk pertumbuhan anak. Pada anak hipotiroidisme, kecepatan pertumbuhan sangat

tertinggal. Pada anak hipertiroidisme, terjadi pertumbuhan tulang yang sangat berlebihan.

Akan tetapi, epifisis lebih cepat menutup, sehingga anak tersebut mempunyai masa

pertumbuhan yang lebih singkat. Selain itu, hormone tiroid penting untuk perkembangan

SSP pada janin. Sehingga bayi yang kekurangan hormon tiroid pasca melahirkan yang

tidak di beri pengobatan, maka perkembangan SSP khususnya otak akan terhambat dan

terjadi keterbelakangan mental yang menetap selama hidupnya.

Efek pada SSP. Pada umumnya, hormon tiroid meningkatkan kecepatan berpikir, tetapi

juga sering menimbulkan disosiasi pikiran, dan sebaliknya, berkurangnya hormon tiroid

menyebabkan kecemasan yang berlebihan, atau paranoia.

Efek pada saluran cerna. Selain meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan,

hormon tiroid mempercepat sekresi getah pencernaan dan motilitas saluran cerna.

Hipertiroidisme seringkali menyebabkan diare, dan sebaliknya, hipotiroidisme

menyebabkan konstipasi.

Efek pada fungsi seksual. Sekresi hormon tiroid yang normal dapat membuat fungsi

seksual yang normal. Pada pria, jika terjadi hipertiroidism akan menyebabkan impotensi,

dan sebaliknya jika hipotiroidisme akan menyebabkan hilangnya libido. Pada wanita

hipertiroidisme, biasanya menderita oligomenore, bahkan kadangkala timbul amenore.

Sedangkan pada wanita hipotiroidisme menyebabkan timbulnya menoragia (darah

menstruasi berlebih) dan polimenore (frekuensi menstruasi lebih sering). Namun pada

Page 8: PBL blok 11

beberapa wanita kekurangan hormone ini menimbulkan periode menstruasi yang tidak

teratur dan bahkan timbul amenore. Pada wanita hipotiroidsme juga mengalami

penurunan libido yang sangat besar.

Efek pada kelenjar endokrin lain. Meningkatnya hormon tiroid menyebabkan

meningkatnya kecepatan sekresi sebagian besar kelenjar endokrin lain. Sebagai contoh

menigkatnya metabolisme glukosa menyebabkan peningkatan sekresi insulin oleh

pankreas.5,6

III. Kesimpulan

Kelenjar tiroid, terletak di bawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior trakea,

merupakan salah satu kelenjar endokrin terbesar yang menghasilkan dua hormone utama yaitu

T3 dan T4. Kedua hormone ini sangat meningkatkan kecepatan metabolism tubuh. Kekurangan

hormone ini biasanya menyebabkan penurunan kecepatan metabolism basal kira – kira 40 – 50%

dibawah normal, dan bila kelebihan sekresi tiroid sangat hebat dapat meningkatkan sekresi

kelenjar tiroid dapat meningkatkan kecepatan metabolism basal sampai 60 – 100 persen diatas

normal. Sekresi hormone ini terutama diatur oleh hormone TSH yang disekresi oleh hipofisis

anterior.

Daftar Pustaka

Page 9: PBL blok 11

1. Snell RS. Anatomi klinis untuk mahasiswa kedokteran. 6th ed. Jakarta: EGC; 2006. p.705-

6.

2. Thyroid. Diunduh dari en.wikipedia.org/wiki/thyroid pada tanggal 23 oktober 2011.

3. Sumbayak EM. Penuntun praktikum histology. 1th ed. Jakarta: FK UKRIDA; 2010.p.96.

4. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. 27th ed. Jakarta: EGC; 2009.

p.466-9.

5. Sherwod L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC; 2011.p.644-9.

6. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. 11 th ed. Jakarta: EGC; 2008. p.978-

87.

Pembesaran Kelenjar Tiroid

Page 10: PBL blok 11

Christian salim

10.2010.268

E3

25 Oktober 2011

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

[email protected]