Patofisiologi Gizi Buruk

3
LO 4 Andreas Servanel Lase (123307012) Annisa Maice Kurniasih (123307015) Betsheba Elisabeth (123307018) Patofisiologi gizi buruk Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari gangguan fungsi pada organisme yang sakit meliputi asal penyakit, permulaan perjalanan dan akibat. Patofisiologi gizi buruk adalah anak sulit makan atau anorexia bisa terjadi karena  penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan, pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan  protein. Pada retina ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa memb edakan cahaya terang dan gelap. Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu  protein. Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi rodopsin. Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon patella dan degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti gangguan neurotransmitter. Sedangkan, hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka terjadi penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan LDL. Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke  jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan lemak d i hepar. Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula.  Pitting edema disebabkan oleh kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka  plasma pada intertisial lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema  biasanya terjadi pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik (Sadewa, 2008). Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah kurang kalori  protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut : a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit,  pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang d ianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.

description

patiofisik

Transcript of Patofisiologi Gizi Buruk

Page 1: Patofisiologi Gizi Buruk

7/15/2019 Patofisiologi Gizi Buruk

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-gizi-buruk-5632804b71f0d 1/3

LO 4

Andreas Servanel Lase (123307012)

Annisa Maice Kurniasih (123307015)

Betsheba Elisabeth (123307018)

Patofisiologi gizi buruk 

Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari gangguan fungsi pada organisme yang

sakit meliputi asal penyakit, permulaan perjalanan dan akibat.

Patofisiologi gizi buruk adalah anak sulit makan atau anorexia bisa terjadi karena

 penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan, pengaturan makanan dan

lingkungan. Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin C

dan vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut.

Pasien juga mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan

 protein. Pada retina ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa membedakan

cahaya terang dan gelap. Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu

 protein. Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebutakan mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin.

Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran

adaptasi rodopsin.

Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek patella

negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon patella dan degenerasi saraf 

motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti gangguan neurotransmitter.

Sedangkan, hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan protein,

maka terjadi penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan

LDL. Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke

 jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan lemak di hepar.

Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema adalah

edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula.  Pitting edema disebabkan oleh

kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi,

maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel,

karena pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi

natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita

kwashiorkor, selain defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka

 plasma pada intertisial lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan

mengembalikannya membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema

 biasanya terjadi pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik 

dan onkotik (Sadewa, 2008).Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah kurang kalori

 protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat

seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau

malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan

makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri

anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.

Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut :

a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit,

 pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan

orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.

Page 2: Patofisiologi Gizi Buruk

7/15/2019 Patofisiologi Gizi Buruk

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-gizi-buruk-5632804b71f0d 2/3

 b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya

infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital.

c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschpurng,

deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus hernia,

hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas

d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian ASI

kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat

e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup

f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia,

lactose intolerance

g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebabmaramus yang lain disingkirkan

h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang kurang

akan menimbulkan marasmus

Dampak Gizi Buruk 

Gizi Buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu saja terkait

dengan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun negara, di samping berbagai

konsekuensi yang diterima anak itu sendiri. Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak 

organ dan sistem, karena kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi

(kekurangan) asupan mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan memporak porandakan sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun

 pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi. Secara garis besar, dalam kondisi

akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman

yang timbul antara lain hipotermi (mudah kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis,

hipoglikemia (kadar gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit

dan cairan tubuh. Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan baik 

akibatnya anak tidak dapat ”catch up” dan mengejar ketinggalannya maka dalam jangka

 panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun perkembangannya.

Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan performance anak, akibat

kondisi ” stunting ” (postur tubuh kecil pendek) yang diakibatkannya dan perkembangan anak 

 pun terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dangan

derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Dampak terhadap

 pertumbuhan otak ini menjadi patal karena otak adalah salah satu aset yang vital bagi anak.

Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan

anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan

yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan

 perkembangn kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian,

gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi anak (Nency, 2005).

Sumber:

Page 3: Patofisiologi Gizi Buruk

7/15/2019 Patofisiologi Gizi Buruk

http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-gizi-buruk-5632804b71f0d 3/3

Murray, Robert K., Daryl K., Peter A. M., Viictor W. R. 2003. Biokimia Harper Edisi25. Jakarta : EGC. Nency, Yetty. Arifin, Muhamad Thohar. 2005. Gizi Buruk,

 Ancaman Generasi yang Hilang.

www.repository.usu.ac.id