PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ...repository.uinjambi.ac.id/2199/1/TESIS_SELLA...
Transcript of PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ...repository.uinjambi.ac.id/2199/1/TESIS_SELLA...
EKSISTENSI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU
DAN KARAKTER SANTRI DI PONDOK PESANTREN
AL-JAUHAREN KOTA JAMBI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam
dalam Konsentrasi Pendidikan Agama Islam
Oleh:
SELLA SILVIA
NIM: MPA.172670
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
LITERASI
Huruf arab disebut juga dengan huruf hijaiyah yang berjumlah 28 huruf di bawah
ini adalah :
HURUF
ARAB
NAMA
HURUF BUNYI
HURUF
ARAB
NAMA
HURUF BUNYI
Dlod Dl ض Alif A ا
Tho Th ط Ba B ب
Dzo Dz ظ Ta T ت
ain „a„ ع Tsa Ts ث
Ghoin Gh غ Jim J ج
Fa F ف Ha H ح
Qof Q ق Kho Kh خ
Kaf K ك Dal D د
Lam L ل Dzal Dz ذ
Mim M م Ro R ر
Nun N ن Za Z ز
Waw W و Sin S س
Hamzah A ء Syin Sy ش
Ya Y ي Shod Sh ص
MOTTO
روامابان فسهم ر مابقوم حتى ي غي ج واذا ارادالله بقوم سوءافلا مردله قلى ان الله لاي غي
)اا(وما لهم من دونه من وال.
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,
maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung
bagi mereka selain Dia. (Q.S. Ar-Ra’d : 11).1
1 Departemen Agama R.I, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Toha, 2002), hal 251.
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang dan rasa syukur kepada Allah SWT dan dengan kerendahan
serta ketulusan hati, Tesis ini kupersembahkan kepada :
1. Kedua orang tua saya tercinta Ayahanda Ahmad Herman SH dan
Ibunda Yuhaiti (yang menjadi tempat pertama saya belajar dari segala
pembelajaran yang senantiasa memberikan kasih sayang, merawat,
membimbing, yang selalu memotivasi dan selalu memberi dukungan
serta do’a hingga Tesis ini bisa terselesaikan). Dan Suami tercinta
Sayyid Fadly Al-Jufri yang selalu menyemangati serta Kakanda yang
pertama Haidir Rahman SE.,ME, Adinda ketiga Yenni Rahmawati,
Adinda keempat Wirda Wahyuni, Adinda kelima Siti Pajar Wulan, dan
Adinda Muhammad Rizkyyang selalu setia memberi saran, support
dan dukungan serta motivasinya.
2. Teman-Teman Seperjuagan PPs terkhusus Pai Reg yang hanya
berjumlah enam orang, Lutfi Mazidah, Halimah, Mohd Sya’roni, Ibu
Rohimah dan Mauly Setiawan angkatan 2017 yang banyak membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikan
tesis ini.
3. Guru-guruku, Dosen pembimbingku Bapak Dr.Jalaluddin, M.Pd.I dan
Bapak Dr.Zawaqi Afdal Jamil, M.Pd, dan semua Dosen Pascasarjana
UIN STS Jambi, terimakasih banyak atas ilmu dan didikannya semoga
dicatat disisi Allah sebagai ilmu yang bermanfaat, aamiin.
4. Keluarga besar Mts pesantren Al-Jauharen Kota Jambi yang bersedia
membantu saya sehingga dapat terpenuhi data-data yang saya
butuhkan.
ABSTRAK
Sella Silvia. NIM. MPA 172670. Eksistensi Kompetensi Kepribadian Guru dan Karakter Santri di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi.
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota
Jambi. Penelitian ini memfokuskan pada eksistensi kompetensi
kepribadian guru aqidah akhlak dan karakter disiplin santri, faktor
pendukung dan penghambat serta upaya guru aqidah akhlak dalam
meningkatkan karakter disiplin santri, Penelitian di lakukan terhadap santi
kelas VIII di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi tahun pelajaran 2019.
pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik
wawancara, observasi, dokumentasi.
Hasil penelitian ini terdapat indikator tentang kompetensi
kepribadian yang harus dimiliki guru yaitu; pertama, bertindak sesuai
norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan. Kedua, berakhlak mulia
serta menjadi teladan bagi peserta didik. Ketiga, kepribadian yang mantap
dan stabil. Keempat, dewasa dan arif. Kelima, berwibawa. Keenam,
menunjukkan etos kerja serta tanggung jawab yang tinggi dan percaya
diri. Ketujuh, menjunjung tinggi kode etik guru. Namun dari indikator
tersebut masih ada indikator yang belum terpenuhi dengan maksimal,
seperti indikator kepribadian guru yang berakhlak mulia serta menjadi
teladan bagi peserta didik. Faktor pendukung serta faktor penghambat
guru dalam meningkatkan karakter santri terutama dari karakter disiplin
santri, yaitu terdapat pada faktor guru, faktor orang tua, faktor lingkungan,
faktor kurangnya kesadaran santri untuk disiplin. Komitmen guru aqidah
akhlak dalam meningkatkan karakter disiplin santri di Pondok Pesantren
Al-Jauharen Kota Jambi adalah membuat tata tertib pesantren,
menyelenggarakan Ekstra Kurikuler Berbasis Karakter, memberikan
nasehat kepada santri, memberikan Sanksi/hukuman kepada Santri
Kata Kunci : Eksistensi Kompetensi Kepribadian Guru, Karakter Disiplin Santri.
ABSTRACT
Sella Silvia. NIM MPA 172670. The Existence of Teacher Personality
Competencies and Santri Character in Al-Jauharen Islamic Boarding
School in Jambi City.
This research was conducted at Al-Jauharen Islamic Boarding School in
Jambi City. This study focuses on the existence of the personal competence of
the aqidah moral teacher and the character of the santri discipline, the supporting
and inhibiting factors and the efforts of the aqidah moral teacher in improving the
character of the santri discipline, the study was conducted on class VIII students
in Al-Jauharen Islamic Boarding School in 2019. this is done using interview,
observation, documentation techniques.
The results of this study there are indicators of personality
competencies that must be possessed by teachers, namely; first, act according to
religious, legal, social and cultural norms. Second, having good character and
being a role model for students. Third, a steady and stable personality. Fourth,
mature and wise. Fifth, authoritative. Sixth, show a work ethic as well as high
responsibility and confidence. Seventh, upholding the teacher's code of ethics.
But of these indicators there are still indicators that have not been met to the
maximum, such as indicators of teacher personality that are of good character
and become role models for students. Supporting factors and inhibiting factors of
teachers in improving the character of students, especially from the character of
student discipline, are found in the teacher factor, parent factor, environmental
factor, environmental factor, factors. Aqidah moral commitment of teachers in
improving the character of students in the discipline of Al-Jauharen Islamic
Boarding School in Jambi City is to make boarding school rules, organize
Extracurricular Character-Based, provide advice to students, provide sanctions /
punishment to students
Keywords: The Existence of Teacher Personality Competence, Disciplinary
Character Students
KATA PENGANTAR
Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan
untuk memperoleh gelar Magister (S2) Konsentrasi Manajemen
Pendidikan Islam (MPI) Program Studi Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Penulisan tesis ini, dilandasi beberapa kajian literatur yang
berhubungan dengan Eksistensi Kompetensi Kepribadian Guru Dan
Karakter Santri Di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi. Tesis ini
ditulis berdasarkan pada penelitian lapangan dalam kurun waktu tiga
bulan, yang dilaksanakan Di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi,
dengan judul: ‘’EKSISTENSI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DAN KARAKTER
SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-JAUHAREN KOTA JAMBI’’.
Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Magister (S2) Manajemen Pendidikan Islam
Konsentrasi Pendidikan Agama Islam pada UIN STS Jambi. Selama
proses penyelesaian tesis ini, banyak pihak yang telah memberikan
konstribusi baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA. Ph.D selaku Rektor UIN STS
Jambi
2. Bapak Prof. Dr. H. A. Husein Ritonga, MA selaku Direktur
Pascasarjana UIN STS Jambi
3. Ibu Dr. Risnita, M.Pd selaku Wakil Direktur Pascasarjana UIN STS
Jambi
4. Bapak Dr.Jalaluddin, M.Pd.I selaku Pembimbing I, dan Bapak
Dr.Zawaqi Afdal Jamil, M.Pd selaku Pembimbing II.
5. Bapak Dr. Abdul Malik Selaku Ketua Program Studi Manajemen
Pendidikan Islam Pascasarjana UIN STS Jambi
6. Ibu Dr. Minah El Widdah, M.Ag Selaku Sekretaris Program Studi
Managemen Pendidikan Islam Pascasarjana UIN STS Jambi
7. Bapak Kesbanglinmas Provinsi Jambi dan Kepala Dinas Bina Kesbang
Provinsi Jambi yang telah memberikan saya izin penelitian.
8. Kepala MTs Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi, Ustad
Drs.Muhammad Rafi’I
9. Para guru, staf, dan santri Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi.
10. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana UIN STS Jambi
11. Bapak dan Ibu staf Pascasarjana UIN STS Jambi
12. Teman-teman seperjuangan Pascasarjana UIN STS Jambi
13. Semua yang tidak dapat penulis sampaikan satu persatu
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada
penulisan tesis ini, oleh karena itu saran dan tanggapan guna
penyempurnaan tesis ini, akan penulis terima, semoga tesis ini dapat
berguna bagi pembaca sekalian. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih.
Jambi, Agustus
2019
Penulis
SELLA SILVIA
NIM : MPA. 172670
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i LEMBAR LOGO ........................................................................................ ii HALAMAN NOTA DINAS ......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. v HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii ABSTRAK .................................................................................................. viii ABSTRACT ............................................................................................... ix KATA PENGANTAR ................................................................................. x DAFTAR ISI .............................................................................................. x DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 11
C. Fokus Penelitian ............................................................................. 11
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori ............................................................................... 13
1. Pengertian Eksistensi……………………………....………….13
2. Pengertian Kompetensi Kepribadian ........................................ 14
3. Kompetensi Kepribadian Yang Harus Dimiliki Guru ............... 21
4. Urgensi Kepribadian Guru ......................................................... 24
5. Definisi Karakter ........................................................................ 28
6. Karakter dalam Persfektif Islam..……………………………...30
7. Urgensi Karakter………..……………………………….….…32
8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Karakter..……….……….32
B. Penelitian Yang Relevan………………………………………….42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ..................................................................... 45
B. Situasi Sosial Dan Subjek Penelitian .............................................. 47
C. Jenis Dan Sumber Data................................................................... 48
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 50
E. Teknik analisis Data ....................................................................... 53
F. Uji Keterpercayaan Data (Trushworthines) .................................... 55
G. Rencana dan Waktu Penelitian ....................................................... 59
BAB IV DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian .................................................................. 60
1. Sejarah MTs Al-Jauharen........................................................... 60
2. Letak Geografis ........................................................................ 62
3. Visi Misi dan Tujuan ................................................................ 63
4. Struktur Organisasi MTs Al-Jauharen………………………..……64
5. Keadaan Tenaga Pendidik, Tenaga Kependidikan, dan Santri . 71
6. Sarana dan Prasarana ............................................................. 75
B. Temuan Penelitian......................................................................... 79
1. Bagaimana Eksistensi Kompetensi Kepribadian Guru Aqidah Akhlak di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi .................... 79
2. Bagaimana Faktor Pendukung Dan Penghambat Guru Aqidah Akhlak Dalam Meningkatkan Karakter Disiplin
Santri Di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi ..................... 106 3. Bagaimana Upaya Guru Aqidah Akhlak dalam Meningkatkan
Karakter Disiplin Santri Di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi ....... 127 C. Analisis Hasil Penelitian …………………………………………….. 145
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………154
B. Implikasi ………………………………………………………………..160
C. Rekomendasi ………………………………………………………….164
D. Saran ……………………………………………………………………165
E. Kata Penutup ………………………………………………………166
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................167
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Pedoman Wawancara............................................ 173 Lampiran 2. Pedoman Observasi............................................. 176 Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi......................................... 176 Lampiran 3. Catatan Lapangan Hasil Observasi...................... 177 Lampiran 4. Catatan Lapangan Hasil Wawancara.................... 184 Lampiran 5. Dokumen Pendukung (Foto dan Dokumen)......... 191 Lampiran 6. Data Informan ..................................................... 196
CURRICULUM VITAE.......................................................................... 197
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Nilai dan Deskripsi Nilai Karakter ............................................ 51
Tabel 2 Keadaan Guru di Pondok Pesantren Al-Jauharen .................. 55
Tabel 3 Keadaan Santri di Pondok Pesantren Al-Jauharen ................. 64
Tabel 4 Data Ruang Belajar di Pondok Pesantren Al-Jauharen ......... 79
Tabel 5 Data Kantor Pondok di Pesantren Al-Jauharen ...................... 81
Tabel 6 Data Ruang Penunjang diPondok Pesantren Al-Jauharen...... 83
Tabel 7 Lapangan upacara di Pondok Pesantren Al-Jauharen ............ 85
Tabel 8 Kondisi Sarana Prasarana di Pondok Pesantren Al-Jauharen 88
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi MTs Al-Jauharen ................................... 66
Gambar 2 Lampiran………………………………………………………… 191
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan guru merupakan suatu komponen yang penting dalam dunia
pendidikan. Pendidikan yang berkualitas dapat mengantarkan masyarakat pada
kecerdasan dan kemandirian Salah satu persyaratan profesi guru adalah masalah
kompetensi. Kompetensi merupakan gambaran hakikat dari perilaku seseorang.
Kompetensi artinya kemampuan yang dapat ditunjukkan atau ditampilkan.
Kompetensi tidak hanya berarti menguasai, tetapi juga mampu menampilkan hasil
penguasaan itu dalam suatu unjuk kinerja atau tampilan kerja.2
Eksistensi (keberadaan) guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran
merupakan suatu upaya memberikan bekal kemampuan kepada peserta didik, baik
dibidang kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan perilaku) maupun
psikomotorik (aktualisasi diri dan keterampilan) yang harus dimiliki. Dan bagi
seorang guru yang memiliki kompetensi baik secara profesional, personal maupun
sosial akan mampu melaksanakan pengajaran dengan baik dan benar dalam upaya
untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan serta hasil yang optimal
terutama dalam meningkatkan karakter peserta didik itu sendiri. Dapat dipahami
guru adalah orang dewasa yang memegang amanah dan tanggung jawab untuk
mendidik, membimbing dan mengarahan peserta didik agar memiliki
pengetahuan, keterampilan dan budi pekerti yang luhur berdasarkan nilai-nilai
ajaran agama Islam.
Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab
yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat
dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.3
Kompetensi
kepribadian dalah kemampuan seseorang dengan pribadi yang mantap, berakhlak
mulia, arif, dan berwibawa serta mampu menjadi teladan bagi peserta didik.4
2 Winarno, Pembelajaran Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hal 44.
3 Mulyasa, Uji Kompetensi dan Penilain Kinerja Guru (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2013),
hal 64. 4 Helmawati, Pendidik Sebagai Model (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), hal 194.
Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan
strategis. Hal ini disebabkan guru yang berada dibarisan terdepan dalam
pelaksanaan pendidikan. Guru yang langsung berhadapan dengan peserta didik
untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan
nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan.5
Kaitannya dengan eksistensi (keberadaan) guru aqidah akhlak dalam
upaya memikul tanggung jawab untuk membimbing, dimana ia tidak hanya
bertanggung jawab menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik tetapi
juga bertanggung jawab membentuk kepribadian atau karakter peserta didik
bernilai tinggi. Lebih jauh dijelaskan bahwa guru (pendidik) adalah orang dewasa
yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan, mampu
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifatullah, makhluk sosial dan
sebagai individu yang mampu berdiri sendiri.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistim Pendidikan Nasional dan
juga termuat di dalam SK Dikti No.43/DIKTI/KEP/2006, dijelaskan rambu-rambu
pendidikan kepribadian mengarah pada moral yang diharapkan terwujud dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu berperilaku yang memancarkan iman dan taqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas golongan
agama, kebudayaan, dan beraneka ragam kepentingan dan memantapkan
kepribadian siswa agar secara konsisten.6
Sekolah adalah suatu lembaga profesional. Sekolah bertujuan membentuk
anak didik menjadi manusia dewasa yang berkepribadian matang dan tangguh,
yang dapat dipertanggungjawabkan dan bertanggung jawab terhadap masyarakat
dan dirinya.7
Guru mempunyai status yang sangat tinggi dalam masyarakat, mempunyai
wibawa yang sangat tinggi dalam masyarakat,dan di anggap sebagai orang yang
5 Kunandar, Gruru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan dan Sukses
dalam Sertivikasi Guru (Jakarta Rajawali: Pers, 2011), hal 5. 6 Kaelan, Pendidikan Pancasila (Yogyakarta: Paradigma, 2014), hal 6.
7 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009), hal 6.
serba tahu. 8Menurut Al-Ghazali yang dikutip Jalaluddin menyatakan bahwa
guru/pendidik memiliki pengaruh sebagai paramount. Pendidik sebagai
„‟examplar moral‟‟ dan „‟moral guide”, dimana seorang anak belajar dengan
meniru apa yang dilakukan guru ketimbang apa yang dikatakan guru. Guru tidak
hanya melakukan transfer ilmu pengetahuan (transfer knowledge), tetapi juga
bertanggung jawab terhadap perkembangan personalitas (personality), karakter
(character), kapasitas mengambil keputusan (decision making capacity), dan
perilaku yang baik (good behaviors) dan pendidik memiliki pengaruh yang
maksimal dalam pengembangan moral anak didik.9 Sebagaimana Rasulullah SAW
bersabda:
ا بعثت لأتم مكارم الأخلاق إنمArtinya :“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak.”
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan teladan bagi para
peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar
kualitas pribadi tertentu yang harus bertanggung jawab, berwibawa, berdisiplin,
dan mandiri dalam melaksanakan tugas dan pengabdiannya. Bertanggung jawab
mengandung makna bahwa setiap guru harus mampu mempertanggungjawabkan
segala perilaku dan tindakannya dalam melaksanakan tugas dan pengabdiannya
kepada masyarakat, khususnya dalam memberikan layanan kepada peserta didik.
Untuk kepentingan tersebut, guru harus mengetahui dan memahami nilai, norma
moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan
norma tersebut. Oleh karena itu, dalam menanamkan disiplin guru harus memulai
dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan perilakunya
8 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan ( Jakarta; Rineka Putra, 2009), hal 29
9 Jalaluddin dan Abdullah, filsafat pendidikan :Manusia, Filsafat dan Pendidikan (Jakarta:
Rajawali press, 2014), hal 221.
لقد كان ف رسول الله اسوة حسنة لمن كان ي رجوا الله و الي وم را (12)الاخر و ذكر الله كثي
Artinya :"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. Al-Ahzab: Ayat 21)
Rasulullah SAW adalah teladan utama bagi kaum muslimin. Ia teladan
dalam keberanian, konsisten dalam kebenaran, pemaaf, rendah hati dalam
pergaulan dengan tetangga, sahabat, dan keluarganya. Dalam dirinya terkandung
semua karakter utama. Dialah teladan Utama. Keyakinan Nabi Saw akan mabda‟
Islam, keseriusan, kesungguhan, kesabaran, sikap, istiqomah dalam berdakwah
tiada tara. Keberhasilan dakwah Nabi SAW tidak bisa dilepaskan dari pancaran
sosok pribadi beliau.Oleh karena itu keberhasilan pembentukan karakter tidak bisa
dilepaskan dari sosok karakter seorang pendidik. Demikianlah, pendidik harus
meneladani Rasulullah SAW.10
Setiap guru sebaiknya memahami unsur-unsur kompetensi yang harus
dimilikinya terkait tugas pokok dan fungsi yang ia emban.11
Guru sebagai model
mempunyai makna guru yang patut digugu dan ditiru. Hal ini berarti bahwa guru
menjadi sentral belajar dan mengajar. Saat guru menetapkan sebagai guru, itu
artinya seluruh sepak terjang guru akan menjadi pusat perharian warga sekolah,
baik dari mulai gaya bicaranya, gaya berpakain, rambut, tata rias, sepatu, bahkan
tas serta penampilan.12
Islam sangat memperhatikan masalah moral. Hal ini sesuai dengan misi
diutusnya Rasulullah Saw, yaitu untuk memperbaiki akhlak atau moral manusia.
Pendidikan karakter atau akhlak atau moral yang baik adalah menjalankan
perintah agama dengan baik sesuai dengan yang dicontohkan Rasul-Nya, sepertl
10
Faqih Syarif, Menjadi Dai yang di Cinta (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011), hal 48. 11
Nanang Priatna dan Tito Sukamto (Pengembangan Profesi guru (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2013), hal 35. 12
Jenny Gichara,Kelas Hebat Prestasi Hebat (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2012), hal
201-202.
sopan, jujur, menghormati dan menyayangi sesama makhluk ciptaan-Nya. Sosok
karakter yang dapat dijadikan contoh sepanjang masa adalah karakter Rasulullah
Saw. Rasulullah memiliki akhlak mulia yang semuanya merupakan sifat-sifat
yang diajarkan oleh Allah Swt. Sifat-sifat yang dapat diterapkan sebagai karakter
manusia sebenarnya merupakan sebagian kecil karakter atau sifat-sifat yang
dimiliki Allah dalam asma‟ul husna.
Ki Hajar Dewantara, mengatakan pendidikan merupakan upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budi perketi (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intellect), dan tubuh anak. Hakikat tujuan dan pendidikan nasional tersebut
menyiratkan bahwa melalui pendidikan hendak diwujudkan peserta didik yang
secara utuh memiliki berbagai kecerdasan, baik kecerdasan spritusl, emosional,
sosial, intelektual maupun kecerdasan kinestetika.13
Kompetensi itu tidak bisa dipisahkan dari eksistensi guru sebagai individu
dalam melaksanakan profesinya. Sebagai guru, karena pekerjaan guru itu tidak
gampang dan tidak sembarang dikerjakan. Dalam penelitian ini penulis
memfokuskan pada kompetensi kepribadian guru. Kompetensi terkait erat dengan
standar. Seseorang disebut kompeten dalam bidangnya jika pengetahuan,
keterampilan, dan sikapnya, serta hasil kerjanya sesuai standar (ukuran) yang
ditetapkan dan/atau diakui oleh Iembaganya/pemerintah.14
Kondisi karakter bangsa yang memprihatinkan tersebut telah mendorong
pemerintah untuk mengambil inisiatif untuk memprioritaskan pembangunan
karakter bangsa. Untuk mendukung perwujudan cita-cita-cita pembangunan
karakter sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka pemerintah menjadikan
pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan
nasional.15
Sebagaimana firman Allah SWT:
13
Dasim Budimansyah, Penguatan Pendidikan Karakter Kewarganegaraan untuk membangun
Karakter Bangsa (Bandung: Widya aksara Press, 2010), hal 51. 14
Jejen Musfah, Peningkatan kompetensi Guru ( Jakarta: Prenada Media, 2015), hal 28. 15
Amirullah Syarbini, Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2016),
hal 39.
هم ن وماكان المعمن ون لي نفرا كافة ف لولا ن فر من كل فرقة م
هوا ف المذين ولي نزروا ق ومهم إذ رجعوا إليهم لعله فقم م طئقة ليت م
(211)يذرون
Artinya: Tidaklah sepatutnya bagi orang-orang yangmukmin pergi
semuanya (kemedan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama (ad-din) dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
telah kembali kepadanya supaya mereka dapat menjaga diri (Q.S;9: 122).
Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan
jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah
peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Sebagai contoh dapat dikemukakan
misalnya, anjuran atau suruhan terhadap anak-anak untuk duduk yang baik, tidak
berteriak-teriak agar tidak mengganggu orang Iain, bersih badan, rapih pakaian,
hormat terhadap orang tua, menyayangi yang muda, menghormati yang tua,
menolong teman, dan seterusnya merupakan proses pendidikan karakter.
Sehubungan dengan itu, Dewantara pernah mengemukakan beberapa hal yang
harus dilaksanakan dalam pendidikan karakter, yakni ngerti-ngroso-nglakoni
(menyadari, menginsyafi, dan melakukan). Pendidikan karakter merupakan proses
yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir (never ending procéss), sehingga
menghasilkan perbaikan kualitas yang berkesinambungan (continuous quality
improvement), yang ditujukan pada terwujudnya sosok manusia masa depan, dan
berakar pada nilai-nilai budaya bangsa. 16
Dalam ketetapan MPR NO VII/MPR/2001 yang dinyatakan masih berlaku
terdapat visi Indonesian masa depan. Dalam visi masa depan Indonesia tersebut
karakter bangsa yang di idealkan adalah terwujudnya bangsa yang religius,
16
E.Mulyasa, Manajemen pendidikan Karakter (Jakarta:Bumi Aksara, 2016), hal 1-2.
manusiawi, adil, bersatu, maju mandiri baik dan bersih dalam penyelengaraan
negara. Bangsa atau masyarakat yang demikian merupakan ciri dari masyarakat
madani di Indonesia.17
Moral dan religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa
remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moral dan religi bisa mengendalikan
tingkah laku anak yang beranjak dewasa ini sellingga ia tidak melakukan hal-hal
yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat.
Di sisi lain tiadanya moral dan religi ini sering kali dituding sebagai faktor
penyebab meningkatnya kenakalan remaja. Religi, yaitu kepercayaan terhadap
kekuasaan suatu zat yang mengatur alam semésta ini adalah sebagian dari moral,
sebab dalam moral sebenamya diatur segala perbuatan yang dinilai balk dan perlu
dilakukan, serta perbuatan yang dinilai tidak baik sebingga perlu dihindari.
Agama. mengatur juga tingkah laku baik buruk, secara psikologis termasuk dalam
moral. Hal lain , yang termasuk dalam moral adalah sopan-santun. tata karma dan
norma masyarakat lain.18
Permasalahan pendidikan karakter di sekolah/madrasah dewasa ini, perlu
segera dikaji dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya
secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah/pesantren.
Mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, pendidikan karakter pun perlu
memiliki standar mutu, baik berkaitan dengan isi, proses, kompetensi lulusan,
kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan,
manajemen, pembiayaan, maupun standar evaluasi bagi pendidikan karakter
bangsa.
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani mengatakan bahwa ada
beberapa nilai karakter yakni religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
17
Winarno, Kewarganegaraan Indonesia : Dari Sosiologis Ke Yuridis ( Bandung:Alfabeta, 2009),
hal 17. 18
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta;PT.Garafindo persada, 2012), hal109.
peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai-nilai karakter inilah yang harus ada
dalam setiap individu termasuk santri.19
Pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran
pengetahuan, tapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika,
budi pekerti yang Iuhur dan lain sebagainya. Pemberian penghargaan (prizing)
kepada yang berprestasi, dan hukuman kepada yang melanggal (punishment),
menumbuhsuburkan (cherising) nilai-nilai yang baik dan sebaliknya mengecam
dan mencegah (discowaging) berlakunya nilai-nilai yang buruk. Selanjutnya
menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (characterbase education) dengan
menerapkan ke da!am setiap pelajaran yang ada, di samping mata pelajaran
khusus untuk mendidik karakter, seperti pelajaran Agama, Sejarah, Moral
Pancasila dan sebagainya.20
Melalui grand tour penulis di Pondok Pesantren Al-Jauharen penulis
menemukan gejala-gejala yang timbul tentang Eksistensi Kompetensi Kepribadian
Guru sebagai berikut:
1. Rendahnya kedisiplinan guru dengan masih ditemukannya guru datang
terlambat ke pesantren ketika ada jam mengajar.
2. Rendahnya keadilan guru terhadap santri dengan ditemukannya guru yang
lebih cenderung memperhatikan santri yang masih memiliki hubungan
kerabat dan santri yang pintar ketika proses pembelajaran.
3. Rendahnya sikap kepedulian guru dalam pembinaan santri diluar kelas, hal ini
terlihat saat berada diluar kelas guru tidak memperhatikan kegiatan santri
seperti kegiatan ekstrakurikuler santri.
Melalui grand tour penulis di Pondok Pesantren Al-Jauharen bahwa penulis
menemukan gejala-gejala yang timbul tentang pembentukan karakter disiplin
santri sebagai berikut:
19
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif islam (Bandung:
Pustka Setia, 2013), hal 30. 20
Hamka Abdul Aziz, Pendidikan Karakter Berpusat pada hati (Jakarta: Al-Mawardi prima,
2012), hal 199.
1. Penulis menemukan bahwa adanya santri yang tidak disiplin seperti datang
terlambat saat mengikuti kegiatan apel pagi dan terlambat masuk kelas.
2. Penulis menemukan bahwa adanya santri yang berpenampilan yang tidak
sesuai dengan peraturan yang berlaku di pesantren seperti tidak memakai
seragam sekolah pada hari yang ditentukan serta ketat dan sempit.
3. Penulis menemukan bahwa adanya santri yang terus-menerus melanggar
kedisiplinan seperti membolos pada saat jam pelajaran berlangsung.
Dengan adanya Eksistensi Kompetensi Kepribadian Guru dan Karakter
Santri di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi bisa mencapai keberhasilan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan kedisiplinan pada
karakter disiplin bagi santri. Berdasarkan dari latar belakang diatas peneliti
tergerak hati untuk mengadakan penelitian tentang ‘’Eksistensi Kompetensi
Kepribadian Guru dan Karakter Santri di Pondok Pesantren Al-Jauharen
Kota Jambi’’.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana eksistensi kompetensi kepribadian guru dan karakter disiplin
santri di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi?
2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat guru dalam meningkatkan
karakter disiplin santri di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi?
3. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan karakter disiplin santri di
Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi?
C. Fokus Penelitian
Di dalam penelitian tentang ‘’Eksistensi Kompetensi Kepribadian Guru
dan Karakter Santri di Pesantren Al-Jauharen kota Jambi, maka disini
penulis hanya akan memfokuskan pada ’Eksistensi Kompetensi Kepribadian
Guru aqidah akhlak dan Karakter Disiplin Santri pada tingkat Madrasah
Tsanawiyah hanya pada kelas VIII di Pesantren Al-Jauharen kota Jambi.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
a. Ingin mengetahui eksistensi kompetensi kepribadian guru dan karakter disiplin
santri di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi
b. Ingin mengetahui faktor pendukung dan penghambat guru dalam
meningkatkan karakter disiplin santri di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota
Jambi
c. Ingin mengetahui upaya guru dalam meningkatkan karakter disiplin santri di
Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi
2. Kegunaan peneltian
Dengan berhasilnya penelitian ini, diharapkan bisa bermanfaat ,yaitu:
a. Bagi penulis, adalah sebagai sarana untuk mengasah kemampuan akademik
penulis terutama untuk mengembangkan keilmuan dalam bidang pendidikan
agama islam
b. Sebagai bahan kajian guru Pendidikan Agama Islam terutama guru di di
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kecamatan Pelayangan Kelurahan Tanjung
Johor Kota Jambi dalam meningkatkan kompetensi kepribadian guru dan
sebagai tolak ukur kemampuan dalam mengajar juga sebagai pertimbangan
untuk langkah kedepan dalam mengambil kebijakan-kebijakan pengajaran
yang berhubungan dengan problematika santri
c. Salah satu syarat untuk mendapatkan gelar magister pada jurusan Manajemen
Pendidikan Islam prodi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. E ksistensi Kompetensi Kepribadian
1. Pengertian Kompetensi Kepribadian
Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab
yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat
dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.21
Kompetensi
menurut Finch dan Crunkilton, dikutip Kunandar22
, adalah penguasaan terhadap
tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang
keberhasilan.
Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa inggris,
competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. Menurut Echols dan Shadily
yang dikutip didalam buku Jejen Musfah, mengatakan kompetensi adalah
kumpulan pengetahuan, perilaku dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui
pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber
belajar.23
21
Mulyasa, Uji Kompetensi dan Penilain Kinerja Guru (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2013),
hal 64. 22
Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan dan Sukses
dalam Sertivikasi Guru (Jakarta Rajawali: Pers, 2011), hal 52 . 23
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 27.
Dalam bahasa Inggris terdapat minimal tiga peristilahan yang mengandung
makna apa yang dimaksudkan dengan perkataan kompetensi itu yaitu:
a. “Competence (n) is being competent, ability (to do the work)”.
b. “Competent (adj) refers to (persons) having ability, power, authority, skill,
knowledge, etc. (to do what is needed)”.
c. “Competency is rational performance which satisfactorily meets the objectives
for a desired condition”.
Defiinisi pertama menunjukkan bahwa kompetensi itu pada dasarnya
menunjukkan kepada kecakapan atau kemampuan untuk mengerjakan sesuatu
pekerjaan. Sedangkan definisi kedua menunjukkan lebih lanjut bahwa kompetensi
itu pada dasarnya merupakan suatu sifat (karaktristik) orang-orang (kompeten)
ialah memiliki kecakapan, daya (kemampuan), otoritas (kewenangan), kemahiran
(keterampilan), pengetahuan, untuk mengerjakan apa yang diperlukan. Kemudian
definisi ketiga lebih jauh lagi, ialah bahwa kompetensi itu menunjukkan kepada
tindakan (kinerja) rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuan secara memuaskan
berdasarkan kondisi (prasyarat) yang diharapkan.24
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai
dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Menurut
Mcashan mengatakan‟‟..is a knowledge, skill, and abilities or capabilities that a
person achieves, which become part of his or her being to the exent he or she can
satisfactorily perfome particular cognitive, afective, and psychomotor behaviors.
Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,
sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik
dengan sebaik-baiknya.25
Menurut Cece Ijaya yang dikutip di dalam buku Akmal Hawi menjelaskan
kompetensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan, dalam hal ini guru juga
harus memiliki kemampuan tersendiri, guna mencapai harapan yang kita cita-
citakan dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses belajar
24
Buchori Alma, Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Belajar (Bandung: CV
Alfabeta, 2014), hal 126. 25
Ibid hal. 6.
mengajar pada khususnya. Agar guru memiliki kemampuan, ia perlu membina diri
secara baik karena fungsi guru itu tersendiri adalah membina dan
mengembangkan kemampuan siswa secara profesional dalam proses belajar
mengajar.26
Menurut Gordon yang dikutip didalam buku E. Mulyasa menjelaskan
beberapa aspek atau ranah yang terkandung didalam konsep kompetensi sebagai
berikut:
1) Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya
seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar dan
bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan
kebutuhannya.
2) Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang
dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan
pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan
kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif
dan efesien.
3) Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya
kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga sederhana untuk
memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.
4) Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara
psikologis telah menyatu pada diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru
dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain).
5) Sikap (ettitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau
reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi
terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah/gajih, dan
sebagainya.
26
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2013), hal. 1.
6) Minat (interest); adalah kecenderungan sesorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.27
Adapun penjelasan dalam Al-Qur‟an untuk bersungguh-sungguh dalam
pekerjaan:
ر با مت لغد وت مقوالله خبي اقدم يأي هاالمذينءمن وات مقالله ولت نظر ن فس مم (21)ت عملون
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (Q.S. 59;18)
Maksud ayat ini adalah setiap orang harus bekerja dengan sungguh-
sungguh, yaitu terpenuhinya unsur kompetensi dan tanggung jawab dalam bekerja
dengan kemauan yang tinggi. Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen pasal 10 ayat 1, menyebutkan bahwa kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan peserta didik.28
Dalam teori Fromm yang dikutip oleh Jess Feist dan Gregory J.Feist
mengatakan bahwa kepribadian tercermin pada orientasi karakter
seseorang, yaitu cara relatif manusia yang permanen untuk berhubungan
dengan orang atau hal lain. Fromm mendefinisikan kepribadian sebagai
keseluruhan kualitas psikis yang diwarisi dan diperoleh yang merupakan
karakteristik individu dan menjadikannya individu yang unik.29 Menurut
tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau
27
Ibid.,hal. 38-39. 28
UU RI No.14 Tahun 2005, Op.Cit., hal. 44. 29
Jess Feist dan Gregory J.Feist, Theories Of Personality terjemahan: Handriatno (Jakarta:
Salemba Humanika, 2010), hal. 237.
kesatuan aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya)
dengan aspek perilaku behavioral (perbuatan nyata).30
Kompetensi kepribadian mencakup kualitas pribadi seorang guru
yaitu kesehatan fisik, kecerdasan umum, baik moral, kemampuan
linguistik, kemampuan berinovasi, kemampuan mengelola dan mengambil
keputusan dan kemampuan berkomunikasi diperlukan dalam pengambil
keputusan dan orang tua siswa.31
Menurut Fatchul Muin, kepribadian adalah hubungan antara materi tubuh
dan jiwa seseorang yang perkembangannya dibentuk oleh pengalaman dan kondisi
alam bawah sadar yang terbentuk sejak awal pertumbuhan manusia, terutama
akibat peristiwa-peristiwa psikologis yang penting dalam pertumbuhan dirinya.32
Dari pendapat Fatchul Muin di atas, penulis memahami bahwa
kepribadian adalah semua hal yang berkaitan dengan diri pribadi seseorang secara
keseluruhan. Ia bukan merupakan sesuatu yang dibawa sejak lahir, tetapi suatu
yang terbentuk kemudian sehingga dapat dirubah dan diarahkan. Oleh karena itu,
kepribadian sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang membentuknya.
Saiful Bahri Djamarah bahwa kepribadian adalah keseluruhan dari individu
yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Seluruh sikap dan perbuatan seseorang
merupakan gambaran dari kepribadian yang bersangkutan asal dilakukan secara
sadar.33
Menurut Ngalim Purwanto yang dikutip oleh Masnur Alam,
mengungkapkan bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan mengalami
perubahan-perubahan, terutama yang berhubungan dengan watak (karakter, tabiat)
30
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan; dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), hal. 225. 31
Dalal A. Alqiawi dan Sawsan M. Ezzeldin, A Suggested Model for Developing and Assessing
Competence of Prospective Teachers in Faculties of Education (World Journal of Education: Vol.
5, No.6, 2015), hal. 67. 32
Fatchul Mu‟in, Pendidikan Karakter; Konstruksi Teoretik dan Praktik (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2016), hal. 349. 33
Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam interaksi Edukatif Suatu Pendekatan
Teoritis Psikologis (Jakarta:Rineka Cipta, 2009) hal 40.
adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan nilai-nilai, misalnya: jujur,
pembohong, rajin, pemalas, pembersih, penjorok, dan sebagainya.34
Personality berasal dari kata person yang secara bahasa memiliki arti
individual human being (sosok manusia individu), a common Individual
(individual secara umum), a living human body ( orang yang hidup), self (pribadi),
personal existence or identity (eksistensi atau identitas pribadi) distinctive
personal character (kekhususan karakter individu).35
Menurut McShane dan Glinow dalam Martinis Yamin dan Maisah
menjelaskankan bahwa Competencies adalah kemampuan, keterampilan,
pengetahuan, bakat, nilai-nilai pengarah dan karakteristik pribadi lainnya yang
mendorong kearah formasi unggul.36
Personality atau kepribadian berasal dari kata persona yang berarti topeng,
yakni alat untuk menyembuyikan identitas diri. Bagi bangsa Romawi persona
berarti ‟‟bagaimana seseorang tampak pada orang lain‟‟, jadi buka diri yang
sebenarnya. Adapun pribadi yang merupakan terjemahan dari bahasa Ingrris
person, atau persona dalam bahasa latin yang berarti manusia susunan) dinamis
dari sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuainnya yang
unik terhadap lingkungan.37
sebagai perseorangan, diri manusia atau diri orang
sendiri. Dan menurut Elizabeth Hurlock yang dikutip Djaali kepribadian adalah
organisasi (Kepribadian adalah pola sifat dan karakteristik tertentu yang relatif
permanen baik konsistensi maupun individualitas pada perilaku seseorang. 38
.
Kepribadian disebut sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata hanya
dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan ucapan ketika menghadapi
sesuatu persoalan.39
Kepribadian seorang guru mencakup semua elemen, apakah
34
Masnur Alam, Filsafat Pendidikan Islam: Peranan Kompetensi Pendidik dalam Proses
Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 65. 35
Abdul Mujib, Teori Kepribadian;Perspektif Psikologi Islam (Jakarta;PT grafindo Persada, 2017)
hal 26. 36
Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru,(Jakarta:Gaung Persada Press, 2010) cet
1, hal. 1-2. 37
Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal 2. 38
Jess Feist dan Gregory J.Feist, Theories Of Personality Terj. Handriatno (Jakarta, Salemba
Humanika, 2009), hal 4. 39
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung: Alfabeta,
2011), hal. 1.
fisik maupun jiwa. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah
laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang. Apabila
kepribadian seorang guru itu baik, maka akan baik pula kewibawaan seorang guru
tersebut. Tentunya dasar itu semua adalah ilmu pengetahuan dan akhlak yang
dimilikinya. Kepribadian seorang guru akan turut menentukan apakah para guru
dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya.40
2. Kompetensi Kepribadian Yang Harus Dimiliki Seorang Guru
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di
masyarakat apabila menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi
panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya.41
Guru adalah orang
berpengetahuan yang menyebarkan informasi pada sekelompok orang yang butuh
akan pengetahuan. Kelompok tersebut sering kali dipandang sebagai orang yang
pasif, dan aktivitas utamanya dalam lingkungan pembelajaran membutuhkan
adanya seorang guru yang menjelaskan/menceritakan pada siswa apa yang perlu
mereka ketahui.42
Menurut Permendiknas No.16 tahun 2007, Kemampuan dalam
standar kompetensi kepribadian mencakup lima kompetensi yaitu:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia
b. Menampilakan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat
c. Menampilan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa
d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru43
40
Carmelita Rosie Castaneda, Teaching and learning in Diverse Classrooms, (New York: Also
available, 2005). hal. 1. 41
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2009, hal 42. 42
David A.Jacobsen dkk, Methods For Teaching: Promoting Student Learning in K-12
Classrooms (USA, New Jersey Upper saddle River, 2009), hal 8. 43
Marselus R.Payong, Sertifikasi Guru :Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya
(Jakarta: PT Indeks, 2011), hal 3.
Al-Qur‟an secara khusus tidak membahas masalah kepribadian guru atau
pendidik, tetapi secara implisit banyak ayat Al-Qur‟an yang membicarakan
tentang pendidikan sekaligus masalah kepribadian pendidik, antara lain:
a. Pendidik haruslah seorang yang beriman sehingga guru dapat menanamkan
keimanan kepada pendidik dan tidak syirik.
رك و اذ قال لقمان لابنو وىو يعظو ي ب نم لا تشرك بالله انم الش(21)لظلم عظيم
Artinya:Dan (ingatlah) ketika lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia
member pelajaran kepadanya: „‟Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah SWT, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar (QS.Lukman:13)
b. Seorang guru hendaknya memiliki sifat rabbani artinya sebagai guru
hendaknya mempunyai ilmu yang banyak dan takwa kepada Allah SWT.
ما كان لبشر ان ي ؤتيو الله الكتاب و الكم و النب ومة ثم ي قول من د با كنتم للنماس كون وا عبادا ل ون الله و لكن كون وا ربماني
(97)ت علمون الكتاب و با كنتم تدرسون Artinya: Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-
Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: hendaklah
kamu menjdai penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah SWT, akan
tetapi (Dia berkata); „‟Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena
kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya. (QS.Ali-Imron:79)
c. Guru hendaknya menjalankan tugas dengan iklas, sehingga seluruh
aktivitasnya dalam mengajar diraihkan untuk meraih keridhoan Allah SWT
serta mewujudkan ketulusan yang betul-betul dari kedalaman jiwa,
sehinggamelahirkan perilaku terpuji dihadapan anak didiknya.
d. Guru hendaknya bersifat sabar dalam menghadapi anak didik yang sangat
kompleks, baik dari segi kemampuan maupun perilakunya.
Artinya:
e. Seorang guru hendaknya memberikan keteladanan kepada anak didiknya dalam
rangka membentuk perilaku anak didik yang sesuai dengan perilaku Rasulullah
SAW
ن ىو قنت ءاناءالميل ساجيداوقائمايذروالآخرة وي رجوا رحةربو أممرأولوا ا ي تذكم قل ىل يستوى المذين ي عملون والمذين لاي عملون إنم
(7)الألباب Artinya: Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang
yag beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat TuhanNya? Katakanlah:
„‟Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakalah yang dapat menerima
pelaran. (Q.S. 39;9)
f. Guru diharapkan bersikap konsisten terhadap apa yang disampaikan kepada
anak didiknya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka
tidak merasa kebingungan, perkataan guru harus sesuai dengan perbuatannya.
ياي ها اللمذين امن وا ل ت قولون مالا ت فعلون كب ر مقتا عند الله ان (1-1)ت قولوا مالا ت فعلون
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (QS. As-Shaff: 2-3)
3. Urgensi Kepribadian Guru
Guru adalah seseorang figur yang mulia dan dimuliakan banyak orang,
kehadiran guru ditengah-tengah kehidupan manusia sangat penting, tanpa ada
guru atau seseorang yang dapat ditiru, diteladani oleh manusia untuk belajar dan
berkembang, manusia tidak akan memiliki budaya, norma dan agama dan guru
merupakan orang pertama yang memberikan pengetahuan dan pengalaman. 44
Hal ini juga digambarkan oleh Allah Swt dalam surah Al Anbiya ayat 73
yang berbunyi :
ة ي هدون رات وإقام وجعلناىم أئمم نا إليهم فعل الي بأمرنا وأوحي ( ٣٧الصملاة وإيتاء الزمكاة وكانوا لنا عابدين )
Artinya : „‟Kami telah menjadikan mereka itu sebagai seorang pemimpin-
pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami dan telah kami
wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan solat, menunaikan
zakat dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah. (Q.S , 21;73 )
Guru merupakan perancang pengajaran dan bertindak mengarahkan
belajar melalui cara-cara yang mengandung tujuan, dan guru bertindak sebagai
fasilitator, yang memberikan panduan saat siswa terlibat dalam aktivitas dan
pengalaman belajar yang diarahkan. 45
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
guru diartikan orang yang mempelajari ilmu pengetahuan atau keterampilan.
Sebagai pendidik, kedudukan guru sebagai tenaga professional sebagaimana
disebutkan dalam Konstitusi Sistem Pendidikan Nasional, berfungsi untuk
44
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP (Jakarta;Gaung Persada Press
Jakarta, 2013), hal 47. 45
Sharon E. Dkk Smaldino, Instructional Technology and media For learning Terj. Arif rahman (
Jakarta, kencana Media Group, 2012), hal 50.
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan ikut
meningkatkan mutu pendidikan nasional yang bertujuan berkembangnya peserta
didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. 46
Usaha yang dilakukan guru adalah membimbing, mengajar, melatih, dan
mendidik peserta didik agar kognitif, afektif dan psikomotoriknya tumbuh dan
memiliki pengetahuan, penghayatan serta keterampilan yang seimbang dengan
ukuran kuantitas dan kualitas berdasarkan umur/mental dan kemampuan yang
dimilikinya.47
Disinilah kemanfaatan guru bagi orang lain atau murid benar-
benar dituntut, seperti hadist Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam bersabda:
ر الناس أن فعهم للناس خي Artinya :“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia
lainnya” (HR. Ahmad, ath-Thabrani)
Selain itu, juga diharapkan akan mendorong terwujudnya guru yang
cerdas, berbudaya, bermartabat, sejatera, canggih, elok, unggul, dan professional.
Guru masa depan diharapkan semakin konsisten dalam mengedepankan nilai-nilai
budaya mutu, keterbukaan, demokratis, dan menjunjung akuntabilitas dalam
melaksanakan tugas dan fungsi sehari-hari.48
Secara umum, menurut Uzer Usman yang dikutip Mahmud, tugas guru
dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Profesi. Tugas profesi ini meliputi mendidik, mengajar, dan melatih;
b. Kemanusiaan. Salah satu tugas ini adalah menjadi orang tua kedua.
46
Ricard I. Arends, Learning To Teach Terj, Helly Prajitno Soetjipto ( New York, Mc-Graw Hill
Companies, 2009), hal 147. 47
Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran(Jakarta: Gaung Persada
Press), hal 141. 48
Kunandar, Gruru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan dan Sukses
dalam Sertivikasi Guru (Jakarta Rajawali: Pers, 2011), hal 50.
c. Kemasyarakatan. Salah satu tugas ini ikut mencerdaskan bangsa dan ikut
membantu menciptakan dan membentuk warga Indonesia yang bermoral
Pancasila.49
Pendidik yang sukses harus memiliki kepribadian yang kuat dan akhlak
yang mulia dan ketakwaan. Dan pribadi yang tangguh dan berakhlak mulia akan
muncul penghormatan dan kewibawaan, ketenangan yang akan melahirkan
kemampuan untuk menguasai kelas dan mengaturnya, juga mengatur ketaatan
siswa kepadanya.50
Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik (guru) dipandang mempunyai
derajat yang tinggi dan mulia. Derajat yang tinggi itulah yang menempatkan
pendidik sebagai orang-orang yang berilmu. Penghormatan itu di dasarkan pada
Al-Quran surah Al-Mujadillah ayat 11 :
جالس فافسح الله
حوا ف الم ياي ها المذين امنوا اذا قيل لكم ت فسم
لكم و اذا قيل انشزوا ي رفع الله المذين امنوا منكم و المذين اوتوا
ر ال (22)علم درجات و الله با ت عملون خبي
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Mujadilah: 11)
Ayat ini menerangkan tentang perintah untuk memberi kelapangan dalam
segala hal kepada orang lain. Ayat ini juga tidak menyebut secara tegas bahwa
Allah Swt akan meninggikan derajat orang yang berilmu. Tetapi menegaskan
bahwa mereka memiliki derajat-derajat yakni yang lebih tinggi dari sekadar
49
Mahmud, Sosiologi Pendidikan (Bandung; Sahifa, 2011), hal 105. 50
Ummu Mahmud dkk, Panduan Etika Muslimah Sehari-hari,( PT. Elba Fitrah Mandiri Sejahtera,
2010), hal 299.
beriman, tidak disebutkan kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa sebenarnya
ilmu yang dimiliki itulah yang berperan besar dalam ketinggian derajat yang
diperolehnya, bukan akibat dari faktor di luar ilmu itu.
. Seorang guru harus dapat mengembangkan kompetensi dirinya secara
maksimal sehingga selalu mampu menjawab dan menyelesaikan setiap
permasalahan yang timbul dan tumbuh dalam kehidupan masyarakatnya.51
Guru memiliki arti dan peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Hal
ini disebabkan ia memiliki tanggung jawab dan menentukan arah pendidikan.
Adapun cara menyampaikan dan menanamkan nilai-nilai pendidikan kepada
peserta didik dengan lemah lembut dan selalu memingat akan kebesaran Allah
SWT, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nahl ayati 125:
وعظة السنة و جادلم بالمت ىى
ادع ال سبيل ربك بالكمة و الم(211)احسن
Artinya : "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.52
Dalam hal ini kompetensi kepribadian guru sangat penting sekali di
Pondok Pesantren Al-Jauharen karena benar-benar membantu bagi pembentukan
pribadi karakter santri agar menjadi lebih baik dan dapat di implementasikan
dalam kehidupan sehari-hari terutama pada Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi.
Adapun indikator kompetensi kepribadian guru pendidikan agama Islam
adalah sebagai berikut:53
a. Mantap dan stabil, yaitu bertindak sesuai dengan norma hukum, Bertindak
sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru, memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma.
51
Muhammad Saroni, Personal Brending guru: Meningkatkan Kualitas dan Profesionalitas Guru (
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal 118. 52
Depag RI l-Qur‟an dan Terjemahannya ,( Jakarta Depag RI, 2013 ), hal 281. 53
E.Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hal.
121-129.
b. Dewasa, yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik
dan memiliki etos kerja yang tinggi. Guru sebagai pribadi, pendidik, pengajar
dan pembimbing dituntut memiliki kematangan atau kedewasaan pribadi serta
kesehatan jesmani dan rohani.
c. Arif dan bijaksana, yaitu menampilkan tindakan yang didasarkan pada
kemanfaatan siswa, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan
dalam berpikir dan bertindak.
d. Berwibawa, yaitu memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap
peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
e. Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan, yaitu bertindak sesuai dengan
norma religius (iman dan taqwa, jujur dan ikhlas, suka menolong) dan
berperilaku yang diteladani oleh peserta didik.
4. Definisi Karakter
Karakter berasal dari bahasa latin kharaker atau bahasa yunani kharassein
yang berarti memberi tanda ( to mark), atau bahasa Prancis charakter yang berarti
membuat tajam atau membuat dalam.54
Dalam bahasa inggris character, memiliki
arti watak, karakter, peran dan huruf.55
Dan dalam kamus umum bahasa
Indonesia, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak,
atau budi pekerti yang membedakan daripada yang lain.
Karakter adalah ciri khas setiap individu berkenaan dengan jati dirinya
(daya qolbu), yang merupaan saripati kualitas batiniah/rohaniah, cara berpikir,
cara berperilaku (sikap dan perbuatan lahiriah) hidup seseorang dan bekerja sama
baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara.56
Karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh individu. Ciri khas
tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut,
serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang individu bertindak,
bersikap, berucap, dan merespons sesuatu. Dalam kamus lengkap bahasa
54
Amirullah Sarbini, Op.Cit .,hal 2. 55
John M. Echols & Hasan Shadily, Kamus bahasa Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2009),
hal 109-110. 56
Maksudin, Pendidikan Karakter Non-Dikotomik (Yogyakarta; Pustaka Belajar, 2013), hal 3.
Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan moral, misalnya
kejujuran seseorang dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.
Berikut pengertian karakter menurut beberapa ahli:
a. Menurut Thomas Lickona, karakter mengandung tiga unsur pokok yaitu
mengetahui hal yang baik (knowing the good), menginginkan hal yang baik
(desiring the good) dan melakukan hal yang baik ( acting the good)57
b. Kemudian, pendidikan karakter menurut Rama Megawangi, sebagaimana yang
dikutip Dharma Kesuma, yaitu . sebuah usaha untuk mendidik anak agar dapat
mengambil keputusan dengan bijak clan mempraktikkannya dalam kehidupan
sehari-hari schingga mereka dapat memberikan kontribusi positif kepada
masyarakatnya.
c. Sementara menurut Screnco, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
upaya sungguh-sungguh dengan cara yang mana ciri kepribadian positif
dikembangkan, dimotivasi, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian, serta
praktik emulasi. Sementara Anne Lock word mendefinisikan pendidikan
karakter sebagai aktivitas berbasis sekolah yang mengungkap secara sistematis
bentuk perilaku dari peserta didik. 58
5. Urgensi Karakter
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta
didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi
lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik
diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-
hari.
57
Thomas Lickona, diterjemahkan Juma Abdu Wamaungo, Educating For Character: How For
Our Schools Can Teach Respoect and Responsibilty (Jakarta:Bumi Aksara, 2013), hal 1. 58
Novan Ardy Wiyani, Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran PAI SMA berbasis pendidikan
karakter (Yogyakarta; ar-Ruzz Media, 2016), hal 50.
Etika adalah disiplin yang berkenaan dengan apa yang baik dan buruk,
yang benar dan salah, atau dengan kewajiban dan tanggung jawab moral.59
Pelajar
dikatakan bermoral jika mereka memiliki kesadaran moral yaitu dapat menilai
hal-hal yang baik dan buruk, hal-hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan serta hal-hal yang etis dan tidak etis. Remaja bermoral dengan
sendirinya akan tampak dalam penilain dan penalaran moralnya serta perilakunya
yang baik, benar, dan sesuai dengan etika.60
Perkembangan moral adalah
penalaran, perasaan dan perilaku tentang standar mengenai benar salah.
Perkembangan moral memiliki dimensi interpersonal, yang mengatur aktivitas
seseorang ketika dia tidak terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal
yang yang mengatur interaksi sosial dan penyelesain konflik.61
Sekolah menjadi pelindung terpenting bagi kepribadian nasional. Sekolah
merupakan jantung sistem pendidikan .62
Pendidikan karakter dimaksudkan untuk
mendeteksi karakter yang terbentuk dalam diri peserta didik melalui pembelajaran
yang telah diikutinya. Pembentukan karakter memang tidak bisa sim salabim atau
terbentuknya dalam waktu singkat, tapi indikator perilaku dapat dideteksi secara
dini oleh setiap guru.63
Kementrian Pendidikan nasional telah merumuskan 18 nilai karakter yang
akan ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun karakter
bangsa. Pada tataran lembaga pendidikan seperti sekolah, khususnya untuk mata
pelajaran Akidah Akhlak, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing
dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Secara lebih
terperinci tugas guru berpusat pada mendidik dengan titik berat memberikan arah
dan motivasi penyampain tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang,
memberi fasilitas tujuan. Melalui pengalaman belajar yang memadai, membantu
59
R. Wayne Mondy, Human Resource Management Terj. Bayu Airlangga (Jakarta: Erlangga,
2009), hal 30. 60
Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), hal 5. 61
John W.Santrock, Child Development Terj. Mila Rachmawati (Mc Graw-Hill Companies,
2009), hal 117. 62
Emile Durkhem, Moral Education Terj. Lukas Ginting ( The Free Press Of Glencoe, 2009), hal
3. 63
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung; PT Remaja Rosdakarya,
2016), hal 146-147.
perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuain diri.
Berikut dijabarkan nilai dan deskripsi nilai pendidikan karakter;
Tabel 1. Nilai dan Deskripsi Nilai Karakter64
No Nilai Deskripsi
1 2 3
1. Religius Ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan
melaksanakan ajaran agam (aliran kepercayaan)
yang di anut, termasuk dalam hal ini adalah sikap
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran
kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan
berdampingan
2. Jujur Sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan
antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan
(mengetahui yang benar, dan melakukan yang
benar),sehingga menjadikan orang yang
bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya
3. Toleransi Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan
terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku,
adat, bahasa, ras, etnis, pendapat dan hal-hal lain
yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan
terbuka, serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan
tersebut
4. Disiplin Kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap
segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-
sungguh (berjuang ingga darah titik penghabisan)
dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan
dan lain-lain sebaik-baiknya
6. Kreatif Sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi
dalam berbagai segi memecahkan masalah, sehingga
selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil
baru yang lebih baik dari sebelumnya
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun
persoalan. Namun hal ini bukan berarti tidak boleh
kerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh
melemparkan tugas dan tanggung jwab kepada orang
lain.
8. Demokratis Sikap dan cara berpikir yang mencerminkan
persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata
antara dirinya dengan orang lain
64
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung; PT Remaja Rosdakarya , 2013),
hal 8-9.
9. Rasa Ingin Tahu Cara berpikir, sikap dan perilaku yang
mencerminkan penasaran dan keingintahuan
terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan
dipelajari secara lebih mendalam
10. Nasionalisme Sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
individu dan golongan
11. Cinta Tanah Air Sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga,
setia, peduli dan penghargaan yang tinggiterhadap
bahasa, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya,
sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain
yang dapat merugikan bangsa sendiri
12. Menghargai
Prestasi
Sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan
mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi
semangat prestasi yang lebih tinggi
13. Komunikatif Senang bersahabat atau proaktif.yakni sikap dan
tindakan terbuka terhadaporang lain melalui
komusikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama
secara kolaboratif dengan baik
14. Cinta Damai Sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana
damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran
dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu
15. Gemar Membaca Kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menydiakan
waktu secara khusus untuk menyediakan waktu
secara khusus guna membaca berbagai informasi,
baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya,
sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.
16. Peduli
Lingkungan
Sikap dan perilaku yang selalu berupaya menjaga
dan melestarikan lingkungan sekitar
17. Peduli Sosial Sikap dan perilaku yang mencerminkan kepedulian
terhadap orang lainn maupun masyarakat yang
membutuhkannya
18. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku yang seseorang dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang
berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat,
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Karakter Disiplin
Dalam bukunya Heri Gunawan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi
karakter seseorang yaitu faktor intern dan faktor ekstren.65
65
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasinya (Bandung:lfabeta, 2012),
hal 19-20.
a. Faktor Intern
Terdapat banyak hal yang mempengaruhi faktor internal diantaranya adalah:
1) Insting atau Naluri
Insting adalah suatu sifat yang dapat menumbuhkn perbuatan yang
menyampaikan pada tujuan dengan berpikir lebih dahulu kea rah tujuan itu dan
tidak didahului latihan perbuatan itu. Naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak
lahir yang merupakan suatu pembawaan yang asli. Para ahli pikologi membagi
insting manusia sebagai pendorong tingkah laku kedalam beberapa bagian
diantaranya, naluri makan, naluri berjodoh, naluri keibu-bapakan, naluri berjuang
dan naluri ber-Tuhan.
2) Adat atau Kebiasaan
Salah satu faktor penting dalam tingkah laku manusia adalah kebiasaan,
Karena sikap dan perilaku yang menjadi akhlak (karakter) sangat erat sekali
dengan kebiasaan, yang dimaksud dengan kebiasaan adalah perbuatan yang selalu
diulang-ulang sehingga mudah untuk dikerjakan. Faktor kebiasaan ini memegang
peranan penting dalam membentuk dan membin karakter. Kebiasaan yang baik
hendaknya dilakukan manusia, yakni dengan cara memaksakan diri untuk
mengulang-ulang perbuatan yang baik sehingga membentuk akhlak (karakter)
yang baik.
3) Kehendak atau Kemauan
Kemauan adalah kemuan untuk melangsungkan segala ide dan segala
yang dimaksud, walau disertai dengan berbagai rintangan dan kesukaran-
kesukaran, namun sekali-kali tidak mau tunduk pada rintangan-rintangan tersebut.
Salah atu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku aalah kehendak atau
kemauan keras (azam), itulah yang menggerakkan dan mendorong manusia
dengan sunguh0sungguh untuk berprilaku, sebab ari kehendak akan menjelma
suatu niat yang baik dan buruk, dan kemauan pada semua ide, keyakinan
kepercayaan pengetahuan akan menjadi pasif dan tak akan ada artinya.
4) Suara Batin atau Suara Hati
Didalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu
member peringatan jika tingkah laku manusia beraa di ambang bahaya dan
keburukan, kekuatan tersebut adalah suara btin atau suara hati. Suara batin
berfungsi memperigatkan bahayanya erbuatan buruk dan berusaha untuk
mencegahnya, disamping dorongan untuk melakukan perbuatan baik.
5) Keturunan
Keturunan merupakan suatu faktor yang dapat memprngaruhi perbuatan
manusia, dalam kehidupan ini anak-anak akan melihat dan berprilaku menyerupi
orang tuanya, bahkan nenek moyangnya, sekalipun sudah jauh. Sifat yang
diturunan itu pada garis bersarnya ada dua macam yaitu:
a) Sifat Jasmaniyah, yaitu kekuatan dan kelemahan otot-otot dan urat-urat saraf
orangtua yang dapat diwariskan pada anaknya.
b) Sifat Ruhaniyah, yakni lemah dan kuatnya suatu naluri dapat diturunkan pula
oleh orangtua yang kelak mempengaruhi cucunya.
b. Faktor Ekstren
Selain faktor intern yang dapat mempengaruhi karakter, akhlak, moral,
budi pekerti dan etik manusia, juga terdapat faktor ekstren diantaranya adalah:
1) Pendidikan
Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya.
Pendidikan mempunyai pengaruh yag sangat besar dalam pembentukan karakter,
akhlak dan etika seseorang sehingga baik buruknya akhlak seseorang sangat
tergantung pada pendidikan. Pendidikan ikut mematangkan kepribadian manusia
sehingga tingkah lakunya sesuai dengan pendidikan yang diterima oleh seseorang
baik pendidikan formal maupun nonformal.
2) Lingkungan
a) Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian
seseorang, karena keluarga adalah kelompok sosial pertama bagi anak, anak
banyak menghabiskan waktu dilingkungan keluarga
b) Kebudayaan
Kebudayaan juga mempengaruhi perkembangan individu, secara sadar atau
tidak kebudayaansekitar mempengaruhi kepribadian.
c) Sekolah
Iklim emosional kelas adalah sikap guru terhadap siswanya, guru bersikap
otoriter dan tidak bisa menghargai siswa, maka memungkinkan siswanya
akan menjadi tegang, mudah marah, malas belajar, dan mungkin saja
melakukan sesuatu yang menganggu ketertiban umum.66
Agar seseorang dapat melaksanakan disiplin maka guru harus
memperhatikan beberapa faktor. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
karakter disiplin seperti berikut:
a. Faktor Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi
atau mengawasi pikiran, perasaan/tindakan dan tingkah laku orang lain. Oleh
sebab itu kepala sekolah selaku pemimpin diharapkan mampu menggerakkan dan
mempengaruhi serta membina guru-guru agar dapat mengajar dengan disiplin
yang tinggi guna mencapai tujuan institusi yang efektif.
Pimpinan suatu unit organisasi akan memiliki kebijakan dan arahan dalam
memimpin organisasinya ketika anggota organisasi itu dituntut berusaha untuk
bekerja dalam melaksanakan tujuan organisasi tersebut. Kerja sama yangdituntut
pimpinan tersebut dapat dijadikan tuntutan kepatuhan dalam melaksanakan arahan
dan petunjuk yang diberikan mereka. Kerja sama juga dapat diberikan dalam
bentuk usulan bahkan kritikan yang membangun demi pencapain tujuan yang
telah digariskan bersama. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa sikap seorang
guru terhadap pimpinan harus positf dalam pengertian harus bekerja sama dalam
menyuksskan program yang sudah disepakati, baik disekolah maupun di luar
sekolah.
Allah Swt mewajibkan kita untuk taat kepada pemimpin kita. Mereka
adalah pemimpin yang diperintahkanu untuk memimpin kita. Tetapi dalam
66
Muhammad Hamdi, Teori Kepribadian (Bandung; Alfabeta, 2016), hal 16.
konteks tidak melanggar ajaran Islam. Karena tidak diperbolehkan taat pada
makhluk dalam hal maksiat kepada Allah Swt. Allah Swt berfirman ;
يا أي ها المذين آمنوا أطيعوا اللو وأطيعوا الرمسول وأول الأمر منكم فإن ت نازعتم ف شيء ف ردوه إل اللو والرمسول إن كنتم ت ؤمنون باللو
ر وأحسن تأويلا ) والي وم الآخر ( ٩٥ذلك خي Artinya; Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad), dan Ulul Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.‟‟ (Q.S An-Nisa; 59 )
Pemimpin memikul tanggung jawab dan berusaha untuk menangani
masalah yang akan mereka hadapi. Pemimpin tersebut mengidentifikasi dan
memahami keinginan dari bawahannya. Hal tersebut hanya dapat berhasil melalui
pengembangan lingkungan dan saling pengertian yang dapat dicapai melalui
berbagai pertemuan konsultatif dan partisipasi. Memimpin merupakan kegiatan
yang harus dijalani bagi seorang pemimpin dengan penuh keseriusan dan
tanggung jawab dengan sebaik-baiknya. Dan dalam melaksanakan tanggung
jawabnya sebagai pemimpin, maka diperlukannya suatu seni memimpin agar
tugas dan tanggung jwab berjalan dengan baik.
b. Faktor Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan juga merupakan suatu tujuan dari semua tingkah
laku manusia (guru) dalam segala kegiatan/perkerjaan, kebutuhan manusia yang
diperlukan adalah kebutuhan yang meteril dnan moril. Jika kebutuhan tersebut
terpenuhi dengan baik, maka hal itu merupakan andil yang cukup besar bagi usaha
meneggakan disiplin guru dan diharapkan semua kewajiban sebagai tenaga
pengajar akan berjalan dengan baik. Namun sebaliknya, jika kebutuhan tersebut
terabaikan maka individu guru aan berusaha mencapainya dengan cara-cara yang
cenderung melanggar disiplin.
Seseorang yang telah memilih suatu karier tertentu biasanya akan berhasil
baik jika mencintai kariernya dengan sepenuh hati. Dalam hal ini, ia akan
menyadari, memahami serta memiliki kepedulian dan komitmen yang tinggi
dalam mengembangkan kariernya agar berhasil baik sehingga mau dan mampu
melaksanakan tugasnya.
c. Faktor Pengawasan
Faktor pengawasan/controlling sangat penting dalam usaha mendapatkan
disiplin kerja yang tinggi. Pengawasan hendaknya dilaksakan secara efektif,
jujurdan objektif. Pengawasan perlu dilaksanakan untuk menegakkan disiplin
kerja guru yang sifatnya memang membantu setiap personil agar selalu
melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-
masing.Degrasi moral dan minimnya figur yang dapat dijadikan panutan membuat
pendidik harus lebih waspada. Pertumbuhan dan perkembangan siswa harus selalu
dipantau. Pengawasan dan perhatian yang intens menjadi keniscayaan agar siswa
menjadi manusia yang manusiawi serta bahagia dunia akhirat.67
Pendidikan karakter, untuk memastikan, dan dapat dilaksanakan dengan
efektif yang mendesak anak-anak untuk berperilaku dengan baik. Namun sekolah
yang melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dengan cara yang
menstransformasi kultur sekolah, pengalaman sehari-hari para siswa dan
menciptakan suatu lingkungan yang didalamnya usaha yang rajin, sikap saling
menghormati dan pelayanan dengan orang lain dengan aturan bukan
pengecualian.68
Beberapa metode pendidikan karakter adalah:
a. Pendidikan dengan Teladan
Keteladanan dalam pendidikan adalah metode yang paling sukses untuk
mempersiapkan akhlak seorang anak, dan membentuk jiwa serta rasa sosialnya.
67
Helmawati,.Op.Cit hal 183 68
Thomas Lickona, Character Matters: How To Help Our Children Develop Good Judgment,
Integrity and Other Essential Virtues, Terj. Abu Juma Wamaungo (Jakarta; PT Bumi Aksara,
2013), hal 7.
Sebab seorang pendidik adalah contih terbaik dalam pandangan anak, dan akan
menjadi panutan baginya.69
ن الله لنت لم ولوكنت فظ غليظ القلب لان فضوا من . فابا رحة مهم وست غفرلم وشاورىم ف الأمر فإذ عزمت حولك فاغفوعن
لي )الإمرن:ف ت وكل ب المت وك (217على الله إنم الله يArtinya: „‟Maka disebabkan rahmat Allah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranyakamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah
mereka menjauhakan diri dari sekelilingmu, karena itu maafkanlah mereka
mohonkanlah ampunan bagi mereka dalam urusan itu. Kemudian kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya. (Q.S Al-Imran 159
Kepribadian yang sukses memiliki ciri jujur, amanah,menyukai kebaikan,
murah hati, bergantung kepada Allah SWT. Dan selalu meneladani akhlak
Rasulullah SAW dan oran-orang saleh. 70
Karena itu Allah SWT mengutus Nabi
Muhammad Saw sebagai teladan yang baik bagi kaum muslimin di sepanjang
masa, serta sebagai pelita yang menerangi dan sempurnama yang memberi
petunjuk bagi seluruh manusia disepanjang zaman dan di seluruh tempat.
b. Pendidikan dengan Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang
agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembasaan sebenarnya berintikan
pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan. Pembiasaan
menempatkan manusia sebagai sesuatu yang istimewa yang dapat menghemat
kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan, agar
kekuatan itu dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dalam setiap pekerjaan dan
aktivitas lainnya.71
69
Abdullah Nashih Ulwan,.Op.Cit ., hal 364. 70
Ibrahim Elfiky, Quwwat Al-Tafkir (International Enterprices Inc, 2014), hal 222. 71
E Mulyasa., Op.Cit., hal 166.
Pembiasaan merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengaplikasikan
perilaku-perilaku yang belum pernah atau jarang dilaksanakan menjadi sering
dilaksanakan hingga pada akhirnya menjadi kebiasaan. Anak dilahirkan dalam
keadaan suci dan bersih dalam keadaan seperti ini anak akan mudah menerima
kebaikan ataupun keburukan, karena pada dasarnya anak mempunyai potensi
menerima kebaikan ataupun keburukan.
c. Metode Motivasi
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas
seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil.
Menurut H.L Petri yang dikutip Dimyati motivasi dapat merupakan tujuan dan
alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan
dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intelektual
dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan
salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang
dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-
nilai, dan keterampilan.72
Guru mengungkapkan bahwa ketika peserta didik memiliki sedikit
motivasi atau ketertarikan terhadap topik, pembelajaran tidak akan berlansung
baik.73
Motivasi biasanya didefinisikan sebagai keadaan internal yang
membangkitkan, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. 74
merupakan salah
satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik
kan belajar dengan sunguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajran, guru harus mampu
membangkitan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan
72
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal 42 . 73
Dick Walter, Carey Lou dan Carey James. The Systematic Design Of Instruction. ( New York
Addison-Wesley, Educational Publishers, 2015), hal 97. 74
Anita Woolfolk, Educational Psyhology Active Learning Edition, Terj. Helly Prajitno Soetjipto
(Boston, Arlington Street, 2009), hal 186.
pembelajaran.75
Dan Motivasi merujuk kepada kebutuhan sebagai kekuatan
pendorong perilaku manusia.76
Motivasi Merupakan salah satu determinan penting dalam belajar, para
ahli sukar mendefinisikannya, akan tetapi motivasi berhubungan dengan (1) arah
perilaku; (2) kekuatan respon (yakni usaha) setelah belajar peserta didik
mengikuti tindakan tertentu; (3) ketahanan perilaku, atau berapa lama seseorang
itu terus menerus berperilaku menurur cara tertentu.77
Motivasi
mengidentifikasikan beragam faktor, seperti sejarah prestasi dan konteks sosial
pemelajar, yang mempengaruhi keyakinan motivasi individu.Namun, mereka
tidak mengidentifikasikan konstelasi khusus dari faktor-faktor yang membedakan
individu.78
d. Metode dengan Latihan
Latihan adalah mempraktekkan teori yang telah dipelajari. Banyak hal
yang jika dilatih akan menghasilkan karakter tangguh dan pantang menyerah pada
anak. Contoh pelatihan (baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik) yang
dapat dilakukan dalam membentuk karakter anak di antaranya adalah pelatihan
membaca menulis, berhitung, latihan fisik, dan pelatihan keterampilan lainnya.
Dalam pelatihan akan ada pengulangan. Dengan demikian semakin anak berlatih
giat,ia akan mengulang banyak hal yang akan berguna baginya.
e. Metode Pengawasan
Penawasan adalah proses untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan
dalam pelaksanaan rencana agar segera dilakukan upaya perbaikan sehingga dapat
memastikan bahwa aktivitas yang dilaksanakan siswa riel merupakan aktivitas
yang sesuai dengan apa yang direncanakan. Dan pengawasan guru adalah
pendidik profesional yang memiliki salah satu tugas utama sebagai pembimbing,
75
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan
(Bandung: PT Rosdakarya, 2016), hal 174. 76
R. Wayne dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal 120. 77
Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran (Jakarta: Gaung persada Press, 2013), hal 196. 78
Margaret E.Gredler, Learning And Instruction: Theory Into Practice Terj. Tri Wibowo (Jakarta,
PT Kencaa Group, 2011), hal 509.
pengarah, penilai, dan pengevaluasi siswa untuk mengetahui ada tidaknya
penyimpangan.
6. Faktor Pembentuk Karakter Disiplin
Pembentukan disiplin diri (building self-disipline) sangat individual
sifatnya, karena munculnya diinspirasi dan dilakukan oleh diri sendiri, meski
kemungkinan tidak menutup bahwa hal ini berawal dari pengkondisian yang lama
atau tradisi hidup lingkungan komunitas yang telah mengakar. Pembentukan
disiplin laksana otot. Makin sering seseorang melakukan gerakan, maka semakin
terbentuklah otot-otot. Sebaliknya, semakin jarang melakukan gerakan, maka otot
tidak akan terbentuk. Ada tiga hal faktor pembentuk kedisiplinan yaitu:
a. Kesadaran Diri
Kesadaran diri adalah memahami dan mengerti siapa diri sendiri,
potensyang dimilik dan berhasil tidaknya suatu organisasi dalam pencapain tujuan
akan banyak ditemukan dalam menjalankan tugas yang diembannya. Sebab
manusia merupakan pelaksana dalam rangka pencapain tujuan. kesadaran
individu-individu Sebagai pemahaman diri bahwa disiplin penting bagi kebaikan
dan keberhasilan dirinya. Selain itu kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi
terwujudnya disiplin. Disiplin yang terbentuk akibat kesadaran diri akan kuat
pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan disiplin yang
terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman.
b. Kepatuhan dan Ketaatan
Disiplin adalah kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada
pengawasan atau pengendalian. Sebagai langkah penetapn dan praktik atas
peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai
kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan
kemauan diri yang kuat. Patuh pada tata tertib atau peraturan, karena peraturan itu
bersifat mengikat artinya siapapun yang berada pada lingkungan yang memiliki
suatu peraturan secara tidak langsung memiliki tanggung jawab pada peraturan
tersebut
c. Sanksi
Sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah
sehingga orang kembali kepada perilaku yang sesuai dengan harapan. Hukuman
ialah tindakan yang paling akhir diambil apabila teguran dan peringatan belum
mampu untuk dicegah oleh guru atau para staf tidak diindahkan hal-hal yang
mengarah kepada disiplin guru.Ganjaran adalah alat pendidikan yang paling
menyenangkan. Ganjaran yang telah diberikan kepada guru yang telah
menunjukan hasil baik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sekaligus
menerapkan prilaku dan kepribadian yang mulia.Demikian beberapa indikator
yang amat perlu diperhatikan supanya kedisiplinan guru tercapai. 79
B.Penelitian Relevan
Kajian seputar manajemen guru dengan berbagai persoalannya pada dasarnya
telah banyak dibahas oleh banyak peneliti. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
:
1 Penelitian Siti Ubaidah (2010) dengan tesis tentang Pengelolaan Kompetensi
Presonal Guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Kota Jambi.
Pengelolaan kompetensi personal guru yang dilakukan pihak Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Kota Jambi masih bersifat statis hanya
mengikuti jadwal kerja yang ada, sehingga menyebabkan lemahnya
perencanaan dan evaluasi terhadap perencanaan sehingga kegiatan
manajemen hanya berbentuk rutinitas yang sudah terjadwal, dan implikasinya
manajemen kompetensi personal guru.80
2 Penelitian Syarifah Parida (2011) dengan judul tesis Kontribusi Kompetensi
Kepribadian dan Sosial Pendidik Terhadap Kecerdasan Emosional Anak di
79 E Mulyasa, Op.Cit.,hal 195 80
Siti Ubaidah,‟ Pengelolaan Kompetensi Presonal Guru di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri 4 Kota Jambi.‟‟ Tesis: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI 2010.
Kelompok Bermain Se Kota Jambi81
. Penelitian ini membahas mengenai
kontribusi dari kompetensi kepribadian dan sosial pendidik dalam
memecahkan masalah bagi pendidikan di usia dini. Berbeda dengan yang
dilakukan oleh penulis membahas permasalahan di tingkat madrasah
Tsanawiyah yang timbul dari kenakalan para siswa dan membutuhkan peran
guru sebagai contoh pengembangan karakter siswa.
3 Penelitian Hasnatun Nadia (2018) dengan tesis tentang Peran Guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Meningkatkan Akhlakul Karimah
Siswa Sekolah Menengah Pertama negeri 7 Muaro Jambi. Guru Pendidkan
Agama Islam yang masih kurang memberi reward kepada para siswa,
memberikan keteladanan kepada para siswa, sesama guru dan semua warga
sekolah. Karena guru Pendidikan Agama Islam merupakan pioner dan
penggerak pembentukan Akhlakul Karimah. Guru Pendidikan Agama Islam
yang masih kurang membuat kegiatan akstrakurikuler khusus agama sebagai
ajang pembentukan akhlak mulia dan penggalian bakat dan minat siswa.82
4 Jurnal yang ditulis oleh Argi Herriyan dengan judul Kompetensi kepribadian
guru pendidikan agama islam dalam membina akhlak peserta didik di Mas
proyek Univa Medan di dalam jurnalnya beliau menganalisis tentang
pembinaan akhlak peserta didik di madrasah Aliyah Swasta (MAS) proyek
UNIVA Medan untuk menganalisis metode pendidik Pendidikan Agama
Islam (PAI) dalam membina akhlak peserta didik di madrasah Aliyah Swasta
(MAS) proyek UNIVA Medan. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini menggambarkan
tentang bagaimana seorang pendidik melakukan pembinaan terhadap akhlak
peserta didik di madrasah Aliyah Swasta (MAS) proyek UNIVA Medan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumen. Berdasarkan analisis
81 Syarifah Parida,; Tesis: Kontribusi Kompetensi Kepribadian dan Sosial Pendidik Terhadap
Kecerdasan Emosional Anak di Kelompok Bermain Se Kota Jambi.‟‟ Tesis: UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2011. 82
Hasnatun Nadia,‟ Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Meningkatkan Akhlakul
Karimah Siswa Sekolah Menengah Pertama negeri 7 Muaro Jambi.‟‟ Tesis: UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2018.
data maka ditarik kesimpulan: 1. Kompetensi kepribadian pendidik Pendidik
Agama Islam (PAI) yang diteliti mencakup perilaku jujur, tegas, keteladanan
dan menghargai peserta didik tergolong baik, 2. Akhlak peserta didik di di
madrasah Aliyah Swasta (MAS) proyek UNIVA Medan meliputi aspek
kejujuran, sikap amanah, percaya diri, gemar mengucapkan salam, sedekah
dan mampu bergaul secara baik dengan teman tergolong buruk.
5 Jurnal yang ditulis oleh Thiara Zamhir dengan judul: Persepsi siswa terhadap
kompetensi kepribadian guru pada sekolah menengah kejuruan (SMK)
Kosgoro 2 payakumbuh dalam jurnalnya beliau mengatakan penelitian ini
merupakan penelitian deskritif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa SMK Kosgoro 2 Payakumbuh. Berdasarkan hasil temuan penelitian dan
pembahasan yang telah didapat yaitu 1.Persepsi siswa terhadap kompetensi
guru yang bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dan kebudayaan pada
SMK Kosgoro 2 Payakumbuh sudah baik,2. Persepsi siswa terhadap
kompetensi kepribadian guru yang menampilkan diri sebagai pribadi yang
jujur, berakhlak mulia, teladan bagi peserta didik dan masyarakat pada SMK
Kosgoro 2 Payakumbuh masih cukup,3. Persepsi Persepsi siswa terhadap
kompetensi kepribadian guru yang menampilkan diri sebagai pribadi yang
mantap stabil, dewasa, arif bijaksana dan berwibawa pada SMK Kosgoro 2
Payakumbuh masih cukup, 4. Persepsi siswa terhadap kompetensi
kepribadian guru yang memiliki ertos kerja tanggung jawab tinggi, rasa
bangga menjadi seorang guru masih cukup.
6 Jurnal yang ditulis oleh Ahwy Oktradiksa dengan judul
Pengembangan Kualitas Kepribadian guru, dalam jurnalnya beliau
mengatakan guru memegang peran dalam peningkatan mutu pendidikan.
Sebagai pribadi, guru merupakan perwujudan dari seluruh keunikan
karakteristik yang sesuai dengan posisinya sebagai pemangku profesi
keguruan. Kepribadian merupakan landasan utama bagi perwujudan diri
sebagai guru yang efektif dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Hal ini
menuntut seorang guru harus mampu mewujudkan pribadi yang efektif
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field riserch), penelitian ini
bersifat kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Deskiriptif
merupakan suatu usaha untuk mendeskripsikan dan menginterprestasikan apa
yang ada, yang bisa mengenai kondisi yang ada, pendapat yang sedang
berkembang, proses yang sedang berkembang dari efek yang sedang terjadi. Studi
deskripsi terutama kasus yang ada pada saat ini dan pengaruhnya terhadap
perkembangan pada masa kini83
. Penelitian dengan pendekatan kualitatif
menekankan analisis proses dari proses berpikir secara induktif yang berkaitan
dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan senantiasa
menggunakan logika ilmiah.84
Penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor
fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriftif
seperti proses langkah kerja, formula suatu konsep, pengertian-pengertian tentang
suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar,
gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik atau artifak dan lain sebagainya.85
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah, disebut juga metode kualitatif
karena data nya yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Adapun ciri-ciri utama penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian terlibat secara langsung dengan setting sosial penelitian. Peneliti
tidak dapat dengan mudah mewakili kehadirannya dilapangan melalui orang
lain.
2. Bersifat deskriptif. Dalam melakukan penelitian kualitatif, waktu
pengumpulan data, pada umumnya seorang peneliti dapat menemukan data
83
Esti Ismawati, Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa dann Sastra (Jakarta: Yuma Pustaka,
2009), hal 27. 84
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 80. 85
Djam‟am Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfatbeta,
2009), hal 23.
penelitian dalam bentuk kata-kata, gambar, data di sini bermaksud adalah
transkrip-transkrip wawancara, catatan data lapangan, dokumen pribadi, foto-
foto, kamera, nota dan lain-lainnya.
3. Menekankan makna proses dari pada hasil penelitian. Maksudnya data,
prilaku, gambar, dan sebagainya, hanya bermakna jika diberikan verifikasi
atau tafsiran secara akurat oleh peneliti. Tafsiran menjadi bermakna bilamana
peneliti dapat melalui proses penelitian dengan perspektif data prilaku atau
gambar itu bermakna.
4. Menggunakan pendekatan analisis induktif. Analisis induktif ini dimulai dari
pengamatan fenomena-fenomena secara empiris, kemudian mempolakan atau
menafsirkan hasil penelitian dan diinterpretasi atau dimaknai sebagai
kesimpulan untuk membangun teori dan hipotesis. Maknanya pendekatan
induktif menemukan format membangun teori.
5. Peneliti merupakan instrumen utama (human instruments). Pendekatan
penelitian kualitatif dalam pengumpulan data penelitian di lapangan, peran
peneliti merupakan instrumen oleh karena itu, seorang peneliti harus siap
untuk memasuki setting sosial objek, dan diharapkan peneliti mampu
menguasai wawasan terhadap bidang yang diteliti.86
Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari
proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar
fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. 87
Metode
ilmiah adalah suatu sistem dan metode yang ketat untuk mengatur pengetahuan
tentang fenomena yang ada dimasyarakat. Suatu metode ilmiah merupakan suatu
rangkaian kgiatan sistematis dan terkontrol secara empirik terhadap sifat-sifat dan
hubungan-hubungan antara berbagai tema yang terdapat dalam fenomena yang
diteliti.88
Metode kualititatif berkenaan dengan mengindentifikasikan, mengolah,
dan menganalisis data yang berkenaan dengan penelitian ini. Dari pendapat ini
86
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2009), hal. 191-193. 87
Imam Gunawan, Op.Cit., hal. 81. 88
Djam‟am Satori dan Aan Komariah, Op.Cit., hal 20.
dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif kualitatif yaitu memberikan
gambaran sesuai dengan kenyataan atau yang ada berdasarkan data atau informasi
yang diperoleh sesuai dengan tema yang akan diteliti.
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis akan mencari kajian yang
mendalam mengenai Eksistensi Kompetensi Kepribadian Guru dan Karakter
Disiplin Santri di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kecamatan Pelayangan
Kelurahan Tanjung Johor Kota Jambi dapat tercapai.
B. Situasi sosial dan subjek penelitian
1.Situasi Sosial
Situasi sosial di Pondok Pesantren Al-Jauharen dapat dikatakan
merupakan sekolah yang berciri khas islami. Hal ini dikarenakan di pesantren
tersebut sangat kental dengan nuansa keislaman. Beberapa hal yang menunjukkan
hal ini adalah karena banyaknya atribut dan simbol-simbol keislaman yang
terdapat pada prasarana pesantren. Selain itu tenaga pendidik di Pesantren Al-
Jauharen ini adalah muslim, dan dalam kehidupan sehari-hari dalam berpakain di
pesantren ini sesuai dengan tuntunan yang di ajarkan oleh agama Islam. Di
samping itu kebersihan dan kerapian Pesantren juga tampak dari luar, meskipun
pesantren tersebut berada dipinggir jalan.
Lokasi penelitian yang Penulis pilih adalah Pesantren Al-Jauharen
Kecamatan Pelayangan Kelurahan Tanjung Johor Kota Jambi. Untuk
menajamkan kajian, penelitian ini dilakukan di lokasi Pondok Pesantren Al-
Jauharen Kecamatan Pelayangan Kelurahan Tanjung Johor Kota Jambi. Alasan
dipilihnya lokasi penelitian tersebut karena di sana terdapat permasalahan
yang dijadikan fokus penelitian.
2.Subjek Penelitian
Sumber data adalah sumber-sumber yang dimungkinkan seorang peneliti
mendapatkan sejumlah informasi atau data-data yang dibutuhkan dalam sebuah
penelitian, baik data primer maupun data sekunder. Sumber-sumber data diperoleh
dari lembaga atau situasi sosial, subjek, informan, dokumentasi lembaga, badan
atau historis.
Adapun yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari 3
orang yaitu:, Kepala Madrasah, Guru aqidah akhlak, dan santri. Tetapi tidak
menutup kemungkinan untuk memperoleh informasi dari pihak lain yang ada
kaitannya dengan penelitian ini. Namun sesuai dengan judul penelitian ini subjek
penelitiannya lebih memfokuskan pada Kepala Madrasah, Guru aqidah akhlak,
dan santri. Dalam hal ini untuk subjek penelitiannya dilakukan dengan cara
mendatangi seluruh subjek tersebut untuk diwawancarai serta dilakukan dengan
cara mengobservasi secara langsung.
C. Jenis dan sumber data
Dalam penelitian ini jenis data ada dua yaitu data primer dan data
sekunder: Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti kepada
sumbernya, tanpa adanya perantara.
1. Data primer
Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti kepada
sumber nya, tanpa adanya perantara. Data primer juga dapat diartikan sebagai
"Data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang
melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer
ini disebut juga data asli atau data baru."89
Selain itu data primer adalah "Data
yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang
melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer
ini disebut juga data asli atau data baru." Melalui wawancara dan observasi.
Adapun data primer dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari guru,
pengasuh asrama dan santri tentang Eksistensi Kompetensi Kepribadian Guru dan
Karakter Santri di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi tersebut.
2. Data sekunder
89
Iqbal Hasan. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Cet ke-4 (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
hal 19.
Data sekunder adalah data yang dikutip dari wawancara dan catatan
lapangan.90
Data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya. yang
diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-
sumber yang telah ada." Adapun data sekunder itu meliputi:
a. Profil Pondok Pesantren Al-Jauharen dan Struktur Organisasi Pondok
Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi
b. Bidang-Bidang Kegiatan Pondok Pesantren Al-Jauharen Keadaan Guru dan
santri Serta Karyawan Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi
c. Sarana dan Fasilitas Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi
3. Sumber data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Yang
dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh. Apabila penulis menggunakan wawancara dalam pengumpulan
datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.
Apabila penulis menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa
benda, gerak atau proses sesuatu.
Sumber data yang dimaksud adalah dari mana data
penelitian diperoleh. data ini meliputi data utama terdiri dari kata-kata dan
tindakan yang bersumber dari Kepala Madrasah, Guru aqidah akhlak, dan santri.
Data yang akan digali meliputi Eksistensi Kompetensi Kepribadian Guru dan
Karakter santri di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi secara umum,
kemudian akan difokuskan kepada Eksistensi Kompetensi Kepribadian Guru
dan Karakter santri di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi. Data utama
tersebut didukung dengan data tambahan seperti dokumen atau arsip-arsip
sekolah dan pihak-pihak yang lain yang dapat memberikan informasi yang
berhubungan dengan penelitian.
90
Anslem Strauss, Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009). Hal 43.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka penulis tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Bermacam-macam teknik pengumpulan data, dalam penelitian kualitatif
pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber
data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan
serta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan
dokumentasi.
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan keperluan penelitian,
penulis menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan
gabungan atau triangulasi data.
1. Observasi
Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap
objek, baik secara langsung maupun tidak langsung, lazimnya menggunakan
teknik yang disebut dengan Observasi. Observasi merupakan teknik pengamatan
dan pencatatan sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi
dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari gejala atau fenomena
(kejadian atau peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada tujuan
penyelidikan yang telah dirumuskan.91
Observasi adalah teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik
bila dibandingkan dengan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara. Sutrisno
Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses dan psikologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan
data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak
terlalu besar.
91
Ridwan, Metode Dan Teknik Menyusun Proposal Penilitian (Bandung : Alfabeta, 2009) hal 42.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan
mengajukan pertanyaan secara lisan kepada sumber data, dan sumber data juga
memberikan jawaban secara lisan pula. Wawancara antara penginterviu dengan
responden umumnya dilakukan secara tatap muka (face to face), tetapi tidak
menutup kemungkinan untuk melakukan percakapan dengan menggunakan media
komunikasi, seperti menggunakan telepon misalnya.
Menurut prosedurnya wawancara yang dilakukan, maka wawancara
dapat dibedakan atas wawancara berstruktur dan wawancara tidak berstruktur.
Dikatakan wawancara berstruktur apabila pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan dalam wawancara tersebut telah disusun dalam suatu catatan secara jelas
dan terinci. Dikatakan wawancara tidak berstruktur apabila pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan dalam wawancara tersebut tidak disusun secara rinci. Catatan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara tersebut dijadikan
pegangan oleh penginterviu dalam melaksanakan interviu.
Dilihat dari pengertian dan jenis wawancara ini peneliti menggunakan
jenis wawancara yang terstruktur yaitu peneliti telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Peneliti telah menyiapkan instrument
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatifnya pun telah
disiapkan. Penulis melakukan wawancara dengan Kepala Madrasah, Guru aqidah
akhlak, dan santri yang terkait dengan penelitian ini.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life
histories), biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar,
misalnya foto, gambar hidup, sektsa dan lain-lain. studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah
catatan tertulis yang isinya merupakan pernyataan tertulis disusun oleh seseorang
atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber
data, bukti, informasi kealamiahan yang sukar diperoleh, sukar ditemukan, dan
membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap suatu yang
diselidiki.92
Melalui dokumentasi, penulisi membaca sumber-sumber tentang
peningkatan budaya kerja guru, rekapitulasi yang tersedia dan dokumen-dokumen
lain yang penulis anggap penting.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan
secara terus menerus sampai datanya jenuh. Melakukan analisis berarti melakukan
kajian untuk memahami struktur suatu fenomena-fenomena yang berlaku di
lapangan. Analisis dilaksanakan dengan melakukan telaah terhadap fenomena atau
peristiwa secara keseluruhan, maupun tehadap bagian-bagian yang membentuk
fenomena-fenomena tersebut serta hubungan keterkaitannya.93
Analisis data menjelaskan tekhnik dan langkah-langkah yang ditempuh
dalam mengolah atau menganalisi data. Data kualitatif di analisis menggunakan
analisis kualitatif deskritif naratif logis. Hasil analisis data masih berbentuk
temuan yang belum diberi makna atau arti dari temuan dilakukan melalui
interpretasi. Intrepretasi dibuat dengan melihat makna hubungan antara temuan
yang satu dengan yang lainnya, antara temuan dengan konteks atau hal-hal yang
melatarbelakanginya, dengan teori yang mendukung ataupun dengan
kemungkinan penerapannya.94
. Adapun analisis datanya melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
92
Ridwan, Ibid., hal.72. 93
Iskandar, Op;Cit., hal. 220-221. 94
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
2011), hal 11.
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti yang telah dikemukakan,
semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak,
kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui
reduksi data. Merudksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.95
Masalah masalah yang ditemukan baik melalui observasi, wawancara,
dan dokumentasi Eksistensi Kompetensi Kepribadian Guru dan Karakter Santri di
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi dianalisis dengan merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya, dan membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data
tersebut sehingga bisa disajikan.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah usaha merangkaikan informasi yang terorganisir
dlam upaya menggambarkan suatu kesimpulan dalam mengambil tindakan.
Biasanya bentuk penyajian data kualitatif menggunakan teks naratif. Sebagaimana
reduksi data, kreasi dan penggunaan display juga bukan merupakan sesuatu yang
terpisah dari analisis, akan tetapi merupakan bagian dari analisis.
Penyajian data mengenai Eksistensi Kompetensi Kepribadian Guru dan
Karakter Santri di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi yang telah direduksi
melalui bab-bab yang sudah tersedia.
3. Penyimpulan
Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan
display data sehingga data dapat disimpulkan, dan peneliti masih berpeluang
95
Sugiyono, Op.Cit., hal. 247.
untuk menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji
kembali dengan data di lapangan, dengan cara merefleksikan kembali, peneliti
dapat bertukar pikiran dengan teman sejawat, trianggulasi, sehingga kebenaran
ilmiah dapat tercapai.
Kesimpulan sementara dapat dibuat terhadap setiap data yang ditemukan
pada saat penelitian sedang berlangsung, dan kesimpulan akhir dapat dibuat
setelah seluruh data dianalisis mengenai masalah Eksistensi Kompetensi
Kepribadian Guru dan Karakter Santri di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota
Jambi
F. Uji Keterpercayaan Data
Penelitian kualitatif menjadikan peneliti sebagai instrumen utama
pengumpulan data. Karena itu sangat tidak mungkin memeriksa keabsahan
instrumen seperti yang dilakukan dalam penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif mengembangkan berbagai jenis instrumen, yaitu wawancara,
pengamatan, tes, dan berbagai skala. Tes dan berbagai skala biasanya diuji coba
dan diperiksa keabsahannya. Data yang sahih dan handal hanya dapat dihasilkan
oleh instrumen yang telah teruji keabsahannya. Karena itu untuk wawancara dan
observasi pun dibuat protokol atau pedomannya.
Dalam penelitian kualitatif, keadaannya sama sekali berbeda. Instrumen
utamanya ialah manusia, karena itu yang periksa adalah keabsahan datanya.
Untuk keperluan pemeriksaan keabsahan data dikembangkan empat indikator
yaitu:
1. Kredibilitas uji kredibilitas data diperiksa dengan teknik-teknik: perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan pengamatan, trianggulasi, pengecekan
teman sejawat, pengecekan anggota, anilisis kasus negatif dan kecukupan
referensial.
2. Keteralihan atau trasferability. Dilakukan dengan cara menggunakan hasil
penelitian pada tempat atau lokasi lain. tentu saja pemamfaatan itu mesti
memenuhi persyaratan, yaitu adanya kesamaan atau kemiripan konteks
sosialnya.
3. Ketergantungan atau dependability adalah pemeriksaan yang rinci atau audit
lengkap terhadap proses penelitian.
4. Kepastian atau comfirmability adalah suatu cara untuk memastikan, apakah
telah terjadi kesepakatan antara yang diteliti dengan peneliti. Ini perlu
diperiksa. Karena dalam penelitian kualitatif tidak dikenal istilah objektivitas.
Yang ada ialah intersubjektivitas, yaitu kesepakatan antar subjek yang terlibat
dalam penelitian. 96
Dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti menggunakan tekhnik untuk
menguji keabsahan/keterpercayaan data dengan cara perpanjangan keikutsertaan,
diskusi dengan teman sejawat. dan trianggulasi, untuk lebih jelas adalah sebagai
berikut:
1. Perpanjangan Keikutsertaan.
Sebagiamana sudah dikemukakan, penulis dalam penelitian kualitatif
adalah instrumen itu sendiri. Keikutsertaan penulis sangat menentukan dalam
pengumpulan data. Keiukutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu
singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian.
Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal dilapangan sampai kejenuhan
pengumpulan data tercapai.
Dengan demikian, penting sekali arti perpanjangan keikutsertaan peneliti
guna berorientasi dengan situasi, juga guna memastikan apakah konteks itu
dipahami dan dihayati. Kedua, perpanjangan keikutsertaan juga dimaksudkan
untuk membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga
kepercayaan diri peneliti sendiri. Perpanjangan keikutsertaan juga menuntut
peneliti agar terjun ke lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang guna
mendeteksi dan memperhitungkan distori yang mungkin mengotori data. 97
2. Pemeriksaan Teman Sejawat melalui diskusi
Tehnik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Tehnik ini mengandung
beberapa maksud sebagai salah satu tehnik pemeriksaan keabsahan data.
96
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012),
hal. 330-334 97
Lexy J. Meleong, Ibid., hal. 327-328.
Pertama, untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap
terbuka dan kejujuran. Dalam diskusi analitik tersebut kemelencengan peneliti
disingkap dan pengertian mendalam ditelaah yang nantinya menjadi dasar bagi
klarifikasi penafsiran. Kedua, diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu
kesempatan awal yang baik untuk memulai mejajaki dan menguji hipotesis yang
muncul dari pemekiran peneliti. Ada kemungkinan hipotesis yang muncul dalam
benak peneliti sudah dapat dikonfirmasikan, tetapi dalam diskusi analitik ini
mungkin sekali dapat terungkap segi-segi lainnya yang justru membongkar
pemikiran peneliti.
3. Trianggulasi
Uji keabsahan data melalui trianggulasi adalah pemeriksaan data yang
sangat sering dan banyak digunakan dalam penelitian kualitatif. Ini terjadi karena
trianggulasi memberi peluang paling besar untuk mendapatkan data sesuai dengan
realitas sesungguhnya. Trianggulasi adalah pengecekan data dengan cara
pengecekan atau pemeriksaan ulang. Dalam bahasa sehari-hari trianggulasi ini
sama dengan cek dan ricek. Tekniknya adalah pemeriksaan kembali data dengan
tiga cara, yaitu:
a. Trianggulasi sumber,
b. Trianggulasi metode,
c. Trianggulasi waktu.
Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memafaatkan
sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Tehnik triangulasi yang paling banyak digunakan
ialah pemeriksaan melalui sumber lain.98
Untuk teknik pengumpulan data, triangulasi dapat diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan
data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.tujuan dari
98
Lexy J. Meleong, Ibid hal. 330.
triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomenal, tetapi
lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
Nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui
data yang diperoleh compergent (meluas),tidak konsisten dan kontradiksi.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
kernbali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Dengan demikian, triangulasi dengan
sumber ini dapat dilakukan dengan cara:
a. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara,
b. Membandingkan apa yang dikatakan subjek penelitian di depan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi,
c. Membandingkan apa yang dikatakan subjek penelitian tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu,
d. Membandingkan keadaan dan perspektif subjek penelitian dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain, dan
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu yang berkaitan.99
Dalam hal ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil
pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau
pemikiran. Yang penting disini ialah bisa mengetahui adanya alasan-alasan
terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut.100
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka yang dimaksud untuk
mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan
mengenai Eksistensi Kompetensi Kepribadian Guru dan Karakter Santri di
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi dari hasil wawancara, lalu dicek
dengan observasi maupun melalui dokumentasi, atau melalui beberapa sumber
yaitu pengelola, guru serta teman kerja sehingga dapat dipertanggung jawab
seluruh data yang diperoleh di lapangan dalam penelitian tersebut.
G. Rencana dan Waktu Penelitian
99
Kunandar, Langkah Mudah Penelian Tindakan Kelas, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hal.124. 100
Lexy J. Meleong, Op.Cit .,hal. 331.
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan. Penelitian diawali dengan
pembuatan proposal penelitian, kemudian seminar proposal, dilanjutkan dengan
perbaikan hasil seminar, izin penelitian, pengumpulan data, pengolahan data yang
dikumpulkan. Untuk lebih rincinya dijelaskan pada tabel di bawah ini.
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN
DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. DESKRIPSI LOKASI
1. Historis
Pondok Pesantren Al-Jauharen merupakan salah satu pondok yang cukup
maju dan berkembang pesat di wilayah ini. Sejarah berdirinya pondok ini yang
bernaung di MTs Al-Jauharen Kelurahan Tanjung Johor, tidak terlepas dari jasa
seorang ulama Al-Alimul Alamah Syeikh H.Usman bin Haji Ali pada tahun 1300
H bertepatan pada tahun 1872 M di sungai Asam Darat selanjutnya pondok
pesantren Al-Jauharen tersebut pindah dari sungai Asam Darat ke Tanjung Johor
pada tahun 1305 H bertepatan pada tahun 1877 M. Sebelum didirikan bangunan
yang dinamakan Maktabah Al-Jauharen di Kelurahan Tanjung Johor.
Sistem pembelajaran yang ada dimana beliau mengajar para santri di
rumah dengan bertambahnya santri tersebut maka pengajian santri dipindahkan ke
masjid guru H.Abdul Kafi Bin H.Abu Bakar Tanjung Johor lebih kurang 29 tahun
berada di Tanjung Johor tepatnya 1 Zulkaedah tahun 1333 H bersamaan tahun
1915 M beliau mendirikan persatuan kematian yang dinamakan “ tsamaratul
insan” yang berarti “manusia yang berguna” yang beranggotakan:
a. Guru H.Abdul Somad bin H.Ibrahim Khof Penghulu Jambi pertama
b. Guru H.Ibrahim bin H.Abdul Majid (pendiri pondok pesantren Nurul Iman,
Ulu Gedong)
c. Guru H.Ahmad bin Abdul Syukur (pendiri pondok pesantren Sa‟adatu darein,
Tahtul Yaman)
d. Guru H.Usman bin H.Ali (pendiri pondok pesantren Al-Jauharen, Tanjung
Johor)
e. Guru Kemas H.Muhammad Saleh bin Kemas. H.Muhammad Yasin (pendiri
pondok pesantren Nurul Islam, tanjung pasir)
f. Sayyid Alwi bin Muhammad Syihab Pasar Jambi
Kemudian lebih kurang 12 tahun setelah didirikan persatuan kematian
tsamaratul insan tepatnya pada tahun 1346 H bersamaan tahun 1927 M dengan
izin Allah SWT sepakatlah masyarakat Tanjung Johor membangun gedung
Maktab Al-Jauharen. Setelah didirikannya bangunan Maktab Al-Jauharen
beliaupun sudah tua maka diserahkanlah kepemimpinan Maktab Al-Jauharen
kepada guru H.Abdul Majid bin Hamzah selanjutnya pada tahun 1938M
masyarakat Tanjung Johor sepakat untuk membangun kembali masjid guru
H.Abdul Kafi yang sekarang dipimpin oleh guru H.Jamaludin Abdullah. Salah
satu bukti peninggalan berupa mimbar dan tongkat besi yang ada sekarang berasal
dari masjid Jami‟ sungai Asam Darat, setelah meninggalnya H.Abdul Majid bin
Hamzah pimpinan Maktab Al-Jauharen pada masa itu.
Kemudian kepemimpinan diserahkan kepada guru H.Jamaludin Abdullah
sampai pada tahun 1940 M. Dan dilanjutkan kepemimpinan Maktab Al-Jauharen
kepada guru H.Ahmad Zein bin Najhun 1940 s/d 1951. Kemudian dari tahun
1951-1962 dipimpin oleh guru Muhammad Yusuf bin Safarudin. Dilanjutkan
kepemimpinan Maktab Al-Jauharen oleh guru H.Mahfudz Jalil pada tahun 1962
s/d 1966. Dan pada tahun 1967 s/d 1975 kepemimpinan Maktab Al-Jauharen
dikembalikan lagi kepada guru Muhammad Yusuf bin Safarudin, kemudian
diserahkan lagi kepada guru Muhammad Tahir Ja‟far pada 1975 s/d 1981.
Kemudian pada tahun 1982 s/d 1989 kepemimpinan Maktab Al-Jauharen
diserahkan kembali kepada guru H.Mahfudz Jalil, dan sampai akhir tahun 1989
mengalami kefakuman (tidak berjalan sebagaimana mestinya). (Dokumentasi
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi, 2019)
Pada tahun 2003 atas dorongan ulama beserta tokoh masyarakat Tanjung
Johor, dan diprakarsai para pemuda sepakat untuk mengaktifkan kembali
Maktabah Al-Jauharen yang sangat dicintai namun dengan format yang lebih baik
yang sesuai dengan tuntunan perkembangan zaman yang mengarah pada arti nama
Al-Jauharen yaitu “dua mutiara”. Dua mutiara dimaksud adalah mutiara dunia dan
mutiara akhirat (pendidikan umum dan agama) format yang baru ini dikenal
dengan nama pondok pesantren Al-Jauharen adapun sistem pendidikan yang
digunakan adalah perpaduan dua kurikulum yakni salafiah dan kholafiah.
Kurikulum salafiah dikembangkan oleh para guru agama yang rata-rata lulusan
dari pesantren dan langsung dibimbing oleh guru KH.Sirojuddin H.Muhammad
sedangkan kurikulum kholafiah (umum) merupakan ketentuan dari Kementrian
Pendidikan Nasional (Mendiknas).
Perkembangan Pondok Pesantren Al-Jauharen dengan format yang terbaru
dikembangkan oleh Guru KH.Sirojuddin H.Muhammad sebagai pimpinan
membuahkan hasil pada perkembangan pondok yang terus mengalami kemajuan
dengan jumlah santri yang semakin meningkat. Peningkatan kuantitas dan kualitas
Pondok Pesantren Al-Jauharen ini diharapkan bisa berdampak baik pada
kemajuan agama dan bangsa Indonesia. Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota
Jambi memiliki tempat untuk pembelajaran, dan juga lokasinya sangat strategis
berada di pinggir sungai Batanghari serta di pinggir jalan raya. Madrasah ini
berada dibawah naungan Pondok Pesantren Al-Jauharen yang terdiri dari Raudatul
Atfal (RA), Madrasah Diniyah (Madin), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan
Madrasah Aliyah (MA). Dan pada tingkat Madrasah Tsanawiyah dipimpin Oleh
Drs.Muhammad Rafi‟i, sampai sekarang.
2. Letak Geografis
Lokasi Pondok Pesantren Al-Jauharen terletak di Kelurahan Tanjung Johor
Kecamatan Pelayangan kota Jambi tepatnya di jalan KH. A.Majid RT 04 RW 02
dan berada di pinggir sungai Batanghari, hal ini disebabkan punya alasan
tersendiri bagi pendirinya. Jalur transportasi sungai adalah jalur yang paling
mudah digunakan, dan cepat menjangkau lokasi madrasah terutama bagi mereka
yang berasal dari desa-desa yang berada di sepanjang sungai Batanghari. Di
samping itu pula air sungai Batanghari dapat dimanfaatkan oleh santri untuk
keperluan sehari-hari, seperti mandi, mencuci pakain dan lain-lain.
Letak madrasah di tengah kota ternyata dapat juga memberikan dampak
positif, tidak hanya bagi pihak madrasah namun juga bagi masyarakat sekitar.
Keberadaan madrasah di tengah kota akan lebih mudah terkontrol oleh
masyarakat, yang secara emosional memiliki konsern dengan pesantren. Demikian
pula sebaliknya, bagi masyarakat sekitar, keberadaan madrasah akan memberikan
warna Islami yang sangat kontras di tengah mereka. Sebab kegiatan keagamaan
kerap berbaurndengan kegiatan (keagamaan) masyarakat.Seiring dengan semakin
berkembangnya daerah perkotaan maka daerah sekitar madrasah pun mengalami
kemajuan dari segi aktifitas dan jumlah penduduk. Dalam pengamatan penulis,
masyarakat Tanjung Johor adalah masyarakat yang taat beribadah. Ini terlihat dari
jumlah yang datang untuk melaksanakan sholat berjamaah di masjid.
Pondok Pesantren Al-Jauharen ini menempati lahan seluas 7.276 M2,
dengan luas pekarangan: 378 M2 dan luas bangunan 278 M
2. Adapun batas-batas
yang mengelilingi madrasah Al-Jauharen adalah:
a. Sebelah barat berbatasan dengan pabrik Remco (pabrik getah)
b. Sebelah timur berbatasan dengan sawah penduduk
c. Sebelah utara berbatasan dengan rumah penduduk
d. Sebelah selatan berbatasan dengan sungai Batanghari
3.Visi dan Misi
Madrasah yang efektif adalah madrasah yang mempunyai visi dan misi,
tujuan, sasaran, peningkatan mutu dan menghasilkan alumni yang bisa
diandalkan. Artinya lembaga pendidikan Islam memiliki visi dan misi yang baik
akan dapat menentukan antisipasi berbagai perubahan dan tantangan pendidikan.
Madrasah dengan visinya akan mampu membuka perencanaan pendidikan yang
tepat berkaitan dengan kurikulum, sistem, tenaga kependidikan, sarana,
pengembangan program dan lain-lain yang menyangkut komponen-komponen
sistem pendidikan.
Madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan
Pelayangan Kota Jambi mempunyai visi untuk mencapai prestasi unggulan sesuai
dengan tujuan dengan tekad pesantren Al-Jauharen juga amanat masyarakat.
Sementara misi yang telah di sepakati secara bersama-sama adalah; 1)
mewujudkan generasi Islam yang menjunjung tinggi dan menegakkan nilai-nilai
iman dan taqwa serta berakhlakul karimah, 2) meningkatkan pelayanan
pendidikan baik intrakurikuler dan ekstrakurikuler, 3) menimbulkan kesadaran
akan pentingnya kereladanan sesuai dengan jiwa Tut Wuri Handayani yang
selaras dengan pengawasa efektif dan efesien.
Berangkat dari visi dan misi yang telah disepakati tersebut, dapat dipahami
bahwa madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen memfokuskan diri pada pengembangan
tiga ranah (wilayah), yaitu ilmu pengetahuan, keimanan dan ketaqwaan. Hal ini
sejalan dengan pernyataan pimpinan pondok pesantren bahwa ada tiga falsafah
yang dimiliki pondok pesantren Al-Jauharen yaitu ilmu, iman dan amal.
Ketiga filsafah inilah yang dijadikan dasar dalam merencanakan dan
mengelola madrasah Tsanawiyah Al-jauharen menjadi sebuah lembaga
pendidikan alternative bagi masyarakat terutama dalam menghadapi
perkembangan global dan tuntunan moral agama.
4. Struktur Organisasi MTs Al-Jauharen
Susunan struktur organisasi pada suatu organisasi pendidikan berarti
merupakan suatu kegiatan atau ikatan yang mempertemukan antara program
kegiatan-kegiatan dalam organisasi pendidikan di samping itu juga mempermudah
pencampain tujuan pendidikan yang ditetapkan. Sebagai satuan organisasi tidak
akan terlepas dari struktur organisasi kepengurusan. Karena kepengurusan itulah
yang akan menjalankan roda-roda organisasi itu. Maju atau mundurnya suatu
organisasi sangat ketergantungan pada manusia yang duduk di pengurusan
tersebut. Ketika tugas seorang pemimpin untuk mengatur dan memberikan
kebijaksanaan dalam mengatur langkah-langkah yang harus ditempuh karena
pemimpinlah yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab secara penuh dan
konsekuen.
Suatu lembaga pendidikan sudah mutlak adanya suatu organisasi kerja
dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam organisasi tersebut
terdapat adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab menurut bidang
dan bagian yang ditentukan, sehingga diharapkan tidak adanya saling lempar
tugas dan tanggung jawab yang merusak kelancaran untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Sebagai organisasi kegiatan kerja maka untuk mencapai tujuan organisasi
itu harus disusun sebagai tata laksana yang dapat menjalankan tugasnya masing-
masing baik tujuanumum maupun tujuan khusus menurut jenis dan tingkatnya
masing-masing.Begitu juga halnya dengan MTs Al-Jauharen yang merupakan
lembaga pendidikan yang memiliki berbagai kegiatan dalam rangka pencapain
tujuan pendidikan. Untuk mengatur, menyusun dan menjalankan kegiatan agar
dapat berjalan denganlancar dan terorganisir maka diperlukan suatu organisasi
untuk pembagian tugas secara merata dan professional yang sesuai dengan jabatan
tanggung jawab dan urain tugasnya masing-masing.
Struktur organisasi sangat diperlukan dalam penyelenggaraan proses
pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Di dalam struktur organisasi, pimpinan
pondok pesantren dibantu para staf yang terdiri dari wakil pimpinan pondok
pesantren, tata usaha, wali kelas dan majelis guru sebagai unsur pelaksana yang
bertugas mendidik dan mengajar. Dari struktur tersebut tergambarlah fungsinya
masing-masing. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi MTs Al-
Jauharen dapat dilihat pada struktur berikut ini :
Bagan 1.1 Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen Tanjung Johor
Kecamatan Pelayangan Kota Jambi
MUDIR
KH. Ahmad Sirojuddin
KEPALA MADRASAH
Drs.Muhammad Rafi’i
KEPALA TATA USAHA
WAKAMAD BIDANG KURIKULUM
Abdul Rofur S.Pd.I
WAKAMAD
BIDANG KESISWAAN
Alwi Mahfudz, S.Pd.I
WAKAMAD
BIDANG SAR & PRA
Siti Aisyah, S.Pd.I
WAKAMAD
BIDANG HUMAS
Hermantoni, S.Pd.I
PENANGGUNG JAWAB
BAG.PESANTREN
PENANGGUNG JAWAB
PERPUSTAKAAN
Nike Fitria, S.Pd.I
5. Keadaan Tenaga Pendidik
Peranan guru di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi sebagai tenaga
pengajar atau pendidik sangatlah penting didalam memupuk minat dan
menumbuhkan semangat santri dalam memberikan bekal ilmu pengetahuan
melalui program pembelajaran. Keberhasilan dalam setiap mata pelajaran
tentunya didukung oleh semangat guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Guru di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi merupakan
unsur dari terlaksananya proses pendidikan dan pengajaran dalam suatu lembaga
pendidikan. Guru merupakan alat untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada
santri atau yang disebut sebagai pemberi informasi. Tanpa guru suatu lembaga
pendidikan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Sebagaimana di Pondok
Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi. Guru yang baik adalah guru yang
memberikan pelajaran kepada santrinya secara efektif dan efisien dengan
senantiasa membuat perencanaan pembelajaran, baik jangka pendek maupun
jangka panjang serta beusaha untuk menanamkan, memupuk, dan
mengembangkan sikap cinta kepada pelajaran serta meberikan semangat dalam
setiap proses pembelajaran.
WALI KELAS BP
MAJELIS GURU
SANTRI
Guru di MTs Al-Jauharen terdiri dari berbagai macam lulusan serta
disiplin ilmu seperti di Darul Musthofa Yaman, Rubath Tarim Yaman, UIN STS
Jambi, STAI MA‟ARIF, Universitas Jambi dan perguruan tinggi lainnya dan
bahkan ada juga yang lulusan Madrasah Aliyah. Dengan berbagai disiplin ilmu
yang dimiliki oleh para guru itu diharapkan akan tercapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Guru di MTs Al-Jauharen ini memang patut diacungkan jempol,
karena keteguhan mereka untuk tetap mengabdi di pondok pesantren Al-Jauharen
ini, walaupun gaji yang mereka terima tergolong kecil.
MTs Al-Jauharen berdasarkan data terakhir memiliki 25 orang tenaga
pendidik. Dari jumlah tenaga pendidik tersebut, 19 orang alumni dari berbagai
perguruan tinggi dan selebihnya 5 orang alumni MA sederajat. Untuk lebih
jelasnya keadaan tenaga pendidik pada tingkat MTs Al-Jauharen dapat dilihat
pada table dibawah ini:
Tabel 1.1 : Tenaga Kependidikan MTs Al-Jauharen Tahun 2018/2019
No NAMA JABATAN PENDIDKAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Drs. Muhammad Rafi‟I
Hermantoni, S.Pd.I
Rahim Fadli
M.Ikhlas
Ahmad Hidri
Syar‟I S.Pd.I
Muslimaini, S.Pd
Marlina, S.Pd.I
Siti Aisyah, S.Pd.I
Siti Muthmainnah, S.Pd.I
Nike Fitria, S.Pd.I
Fitri Hajariah, S.Pd.I
Nurhikmah
Rif‟ah
Hendra saputra, S.Pd.I
Kepala MTs Al-Jauharen
Guru MTs dan TU. MTs
Guru MTs
Guru MTs
Guru MTs
Guru MTs
Guru MTs
Guru MTs
Guru MTs
Guru MTs
Guru MTs
Guru MTs
Guru MTs
Guru MTs
Guru MTs
IAIN STS
STAI MA‟ARIf
Sa‟adatuddaren
Sa‟adatuddaren
Sa‟adatuddaren
UIN STS
UNJA
IAIN STS
IAIN STS
UNJA
STAI MA‟ARIF
IAIN STS
AL-Jauharen
AL-Jauharen
IAIN STS
IAIN STS
17
18
19
21
22
23
24
25
26
A.Hifzi, S.Pd.I
Miftah S.Pd.I
Alwi Mahfudz, S.Pd.I
Ummi khoirotu S.Pd.I
Dra.Siti raihani
Jamilah nurdini, S.Pd.I
Edi Susanto, S.Pd
Junaidi
Guru MTs
Guru MTs
Guru MTs
Guru MTs
Guru MTs
Guru MTs
Guru MTs
Satpam
Sa‟adatuddaren
STAI MA‟ARIF
STAI MA‟ARIF
UNJA
STAI MA‟ARIF
UNJA
STAI MA‟ARIF
IAIN STS
SMA
(Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi, 2019)
6. Keadaan Santri
Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah, santri merupakan salah satu faktor pendidikan yang paling utama, tanpa
adanya siswa pendidikan dan proses pembelajaran tidak akan berlangsung. Siswa
atau anak didik merupakan suatu faktor yang menjadi syarat berdirinya sebuah
lembaga pendidikan. Selain daripada itu anak didik juga sebagai obyek dalam
proses pembelajaran untuk menstranfer ilmu pengetahuan dari para guru kepada
siswanya yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebagai anak didik mereka harus
menyiapkan diri secara sempurna untuk menerima informasi ilmiah yang
disampaikan oleh para guru.Berbicara mengenai keadaan siswa Madrasah
Tsanawiyah Al-Jauharen pada tahun ajaran 2018/2019 saat ini berjumlah 303
siswa yang terdiri dari 8 kelas, yang gambaran umumnya dapat dilihat pada table
dibawah ini :
Tabel 2.1 : Keadaan santri Madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen tahun Ajaran
2018/2019
NO KELAS JUMLAH SISWA KETERANGAN
1 VII A 37 LAKI-LAKI
2 VII B 38 LAKI-LAKI
3 VII C 39 PEREMPUAN
4 VII D 40 PEREMPUAN
5 VIII A 40 LAKI-LAKI
6 VIII B 38 PEREMPUAN
7 IX A 34 LAKI-LAKI
8 IX B 37 PEREMPUAN
JUMLAH 303 LAKI-LAKI/PERUMPUAN
(Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi, 2019)
Berdasarkan table diatas dapat dipahami bahwa siswa madrasah
Tsanawiyah Al-Jauharen pada tahun ajaran 2018/2019 berjumlah 303 orang yang
terdiri dari 8 kelas, santri kelas VII berjumlah 154 orang yang terdiri dari 4 kelas,
kelas VII A berjumlah 37 orang santri, kelas VII B berjumlah 38 orang santri,
kelas VII C berjumlah 39 orang santri, kelas VII D berjumlah 40 orang santri
sementara santri kelas VIII yang terdiri dari 2 kelas berjumlah 78 orang yang
terdiri dari kelas VIII A berjumlah 40 orang santri, kelas VII B berjumlah 38
orang, sedangkan santri kelas IX juga terdiri dari 2 kelas yang berjumlah 71 orang
santri, kelas IX A berjumlah 34 santri, kelas IX B berjumlah 37 santri. Jadi jumlah
santri yang belajar di MTs Al-Jauharen tahun ajaran 2018/2019 berjumlah 303
santri.
7. Sarana dan Fasilitas
Demikian pula halnya dengan MTs Al-Jauharen, juga memiliki
beberapa alat perlengkapan untuk membantu jalannya proses pembelajaran
tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana yang ada di MTs
Al-Jauharen dapat dilihat dalam table berikut ini :
Tabel 3.1 Data Ruang Belajar
No Jenis Ruangan
Jml.
(Buah)
Ukuran
(P x L)
Kondisi*)
1 Perpustakaan 1 8 x 8 m Darurat
2 Labor IPA 1 6x4 m Baik
3 Ketrampilan - - -
4 Multimedia 1 8x8 -
5 Kesenian - - -
6 Labor Bahasa - - -
7 Labor computer 1 8x8 Baik
8 PTD - - -
Tabel 4.1 Data Ruang Kantor
No Jenis Ruangan Jumah
Ruangan
Ukuran
(P x L) Kondisi
1 Kepala Sekolah 1 3x4 m Baik
2 Waka Sekolah - - Belum ada
3 Guru 1 5x5 m Menggunakan Ruang kantor pesantren
4 Tata Usaha 1 3x4 Baik
5 Tamu 1 5x5 m Baik
Tabel 5.1 Data Ruangan Penunjang
No Jenis Ruangan
Jumlah
(Buah)
Ukuran (P x
L) Kondisi
1 Gudang 1 2x2 Baik
2 Dapur 1 6x6 Baik
3 Asrama Putri 12 45x45 Baik
4 KM/WC/ Guru 5 1x 1,5 m Baik
5 KM/WC/ Siswa 22 6 x 7 m Baik
6 Reproduksi - - -
7 BK - - -
NO Jenis Ruangan Jumlah
(Buah)
Ukuran (P x
L)
Kondisi
9 PMR/ Pramuka - - -
10 OSIS 1 3x5 Baik
11 Ibadah 1 40x40 Baik
12 UKS 1 6x6 Baik
13 Koperasi 1 8x8 Baik
14 Hall/ Lobi - - -
15 Kantin 1 3 x 3 m Baik
16 Bangsal Kendaraan 1 12x12 Baik
17 Rumah Penjaga 1 - Baik
18 Pos Penjaga 1 1x1,5 Baik
Tabel 6.1 Lapangan Olahraga
Lapangan Jumlah
(Buah)
Ukuran
(P x L) Kondisi Keterangan
Lapangan Olahraga
- Volley Ball
- Badminton
- Takraw
1
1
16x6 m
9 x 3 m
Baik
Baik
- Futsal 1
1
13x4,5
20x1o
Baik
Baik
B. Temuan Penelitian dan Analisis Hasil Penelitian
1. Eksistensi Kompetensi Kepribadian Guru di Pondok Pesantren
Al-Jauharen Kota Jambi
Eksistensi (keberadaan) guru ditengah-tengah santri, sangatlah
menentukan dalam berbagai upaya peningkatan karakter disiplin pada diri santri.
Ini artinya, guru memiliki arti dan peran yang sangat penting terutama dalam
mengajar, medidik dan menanamkan nilai-nilai kedisiplinan kepada santri itu
sendiri. Hal ini perlu diperhatikan oleh guru Aqidah Akhlak pada khususnya dan
para pendidik pada umumnya agar santri memiliki karakter disiplin dilingkungan
pesantren maupun diluar lingkungan pesantren.
Untuk mengetahui eksistensi kompetensi kepribadian guru aqidah akhlak
di pesantren Al-Jauharen Kota Jambi ini. Penulis melakukan wawancara terlebih
dahulu kepada kepala madrasah ustad Drs. Muhammad Rafi‟I di pesantren Al-
Jauharen Kota Jambi, beliau mengatakan bahwa:
„‟Guru aqidah akhlak cukup eksis di depan para santri dan kompetensi
keribadian guru aqidah akhlak di pesantren ini sudah cukup baik sehingga
banyak santri yang suka dengan guru aqidah akhlak. Akan tetapi kita
ketahui manusia memiliki kekurangangan masing-masing. Namun
menurut saya bahwa guru aqidah akhlak memiliki kompetensi
kepribadian yag cukup baik‟‟.101
Menurut ustad Alwi Mahfuz S.Pd.I, guru Waka kesiswaan di pondok
pesantren Al-Jauharen Kota Jambi mengatakan bahwa eksistensi guru khususnya
101
Wawancara, 23 Mei 2019
guru aqidah akhlak banyak memberikan manfaat bagi santri seperti kegiatan
ekstrakurikuler yang dilakukan berupa pramuka, sholat lima waktu dengan
bejama‟ah di masjid, sehingga dengan keberadaan karakter disiplin guru yang bisa
dijadikan contoh, santri terbiasa untuk disiplin pada diri mereka sendiri.102
Ustadzah Nike Fitria S.Pd.I guru fiqih di pesantren Al-Jauharen Kota
Jambi juga mengatakan, saya melihat kompetensi kepribadian guru aqidah akhlak
sudah cukup baik yaitu eksistensi (keberadaan) guru aqidah akhlak dalam
meningkatkan karakter disiplin memiliki arti yang sangat penting bagi santri,
sebab dengan adanya guru aqidah akhlak santri dapat diberikan bimbingan yang
dilakukan berdasarkan aturan-aturan atau jadwal yang telah dtetapkan. Apalagi
dalam hal kompetensi kepribadian guru tentunya menjadi hal yang sangat penting
sekali karena santri biasanya mencontoh kepribadian daripada gurunya apalagi
jika guru itu yang mengajari masalah aqidah dan akhlak.103
Dari beberapa informasi yang telah dikemukakan diatas, dapat
disimpulkan bahwa guru aqidah akhlak di pesantren Al-Jauharen sudah memiliki
kompetensi keribadian yang cukup bagus. Hal ini dapat dilihat dari tanggapan
yang diberikan kepala madrasah serta tanggapan baik dari beberapa guru lainnya.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru harus memiliki
kompetensi kepribadian yang baik karena. agar dapat tetap eksis dimata santri-
santrinya. Akan tetapi jika guru memiliki kompetensi kepribadian yang buruk atau
tidak baik, maka bisa menyebabkan guru tersebut tidak memiliki eksistensi dimata
santrinya. Karena guru akan di contoh dan dijadikan suri teladan serta ditiru oleh
para santri-santrinya.
Berdasarkan kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru yaitu;
pertama, bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan. Kedua,
berakhlak mulia serta menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Ketiga,
kepribadian yang mantap dan stabil. Keempat, dewasa dan arif. Kelima,
berwibawa. Keenam, menunjukkan etos kerja serta tanggung jawab yang tinggi.
Ketujuh, menjunjung tinggi kode etik guru. Berikut ini hasil observasi dan
102
Wawancara, 19 Mei 2019 103
Wawancara, 23 Mei 2019
wawancara penulis tentang eksistensi (keberadaan) guru aqidah akhlak dalam hal
kompetensi kepribadian guru adalah sebagai berikut:
a. Bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan
Guru harus berhati-hati dalam bertindak dan bersikap. Segala sikap dan
tindakan dan perilaku guru harus selalu memperhatikan norma agama yang dianut,
hukum dan sosial yang berlaku di dalam masyarakat serta kebudayaan nasional
Indonesia yang beragam. Guru harus berhati-hati dalam bertindak dan bersikap.
Segala sikap, tindakan, dan perilaku guru harus selalu memperhatikan norma
agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku di dalam masyarakat serta
kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
Pembelajaran yang dilakukan oleh ustad Hermantoni S.Pd.I, yaitu berlaku
adil terhadap santrinya dalam segala hal dan setiap sisi yang berkaitan dengan
pembelajaran dan tidak terfokus pada satu atau kelompok santri baik itu santri
yang berasal dari satu suku maupun yang berasal dari satu daerah. 104 Kebenaran
dari penjelasan tersebut diperoleh oleh ungkapan salah satu santri yang mana
informasi ini didapat dikatakan oleh Niha santri MTs.N kelas VIII B:
„‟Ustad Hermantoni S.Pd.I, beliau memberi perhatian, bimbingan serta
memberikan penilaian dalam setiap ulangan mid semester dan akhir
semester secara menyeluruh dan transparan kepada kami semua,
lembaran nilai hasil ujian kami dikembalikan semua setelah diberi
penilaian, tanpa membedakan santri satu dengan yang lainnya. Dan
ketika kami salah pasti dihukum, dan jika tidak salah maka kami tidak
dihukum. Dan tidak pernah jika kami salah ustad tidak menghukum kami
karena disebabkan adanya hubungan kerabat ataupun hubungan
keluarga105
Dari ungkapan diatas terlihat bahwa guru cukup baik dalam konsistensinya
untuk menjalankan profesinya, karena perlu diketahui bahwa pada dasarnya
kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku dan keterampilan yang harus
dimiliki oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan.
Sedangkan kepribadian adalah unsur yang menentukan keakraban hubungan guru
dengan anak didik.
104
Hasil wawancara , 9 Mei 2019. 105
Hasil wawancara , 9 Mei 2019.
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki
karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok
seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun
masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut „‟digugu‟‟
(ditaati nasehat/ucapan/perintahnya), „‟ditiru‟‟ (dicontoh sikap dan perilakunya).
Adapun kaitannya dengan kompetensi kepribadian seorang guru dalam proses
kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan
kebudayaan yaitu guru tidak membedakan status sosial, suku, adat istiadat, serta
daerah asal peserta didiknya.Sebagaimana firman Allah SWT:
إنا المؤمن ون إخوة فأصلحوأ ب ي أخويكم وات مقوالله لعلكم ت رحون Artinya: „‟Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara sebab itu
damaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.(Al-Hujarat ayat 10)
Metode yang digunakan dalam membentuk karakter disiplin, adalah
pembiasaan dan keteladanan, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah
cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak berpikir, bersikap dan
bertindak, sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Jadi pembiasaan adalah sesuatu
yang disengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi
kebiasaan. Jika suatu perbuatan terbiasa dilakukan oleh seseorang, maka akan
mudah untuk melakukannya secara terus menerus, meskipun perbuatan tersebut
menurut sebagian orang merupakan perbuatan yang memiliki tingkat kesulitan
jika dilakukan berulang-ulang, Sebagaimana yang dikemukakan oleh ustad
Hermantoni S,Pd.I bahwa;
„‟Dengan pembiasaan dan latihan akan terbentuk sikap tertentu pada
santri yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya
tidak tergoyah lagi karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya
melakukan pembiasaan kepada santri untuk selalu disiplin dalah
kehidupan sehari-hari.‟‟106
106 Hasil wawancara , 9 Mei 2019.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diartikan bahwa seseorang
yang terbiasa dilatih maka dia akan menjadi seorang yang terlatih, dalam hal ini
adalah anak didik menjadi seorang peserta didik yang pandai karena sudah dilatih
secara terus menerus sehingga apa yang telah diajarkan tertanam dalam dirinya
dan menjadikan anak didik lebih mempunyai kemampuan untuk menjalani proses
belajar pada tahap selanjutnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh guru agama
Islam. Pembiasaan yang dilakukan guru pesantren Al-Jauharen para guru dan
santri untuk memulai dan menutup pelajaran dengan sama-sama berdo‟a terlebih
dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh berkah dari Allah agar ilmu
yang dipelajari dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan
adanya contoh yang diberikan guru maka santri akan lebih mudah untuk
melakukannya karena sudah terbiasa setiap hari bahkan setiap pergantian mata
pelajaran.
Pengamalan yang dilakukan oleh santri setiap hari akan membentuk
sebuah kepribadian yang kuat, sehingga apa yang sudah biasa dilakukan tidak
mudah terlupakan, bahkan akan selalu teringat. Dengan membiasakan pengamalan
secara terus menerus tentunya sangat berpengaruh terhadap reflek mereka,
sehingga tanpa berpikir secara mendalam kegiatan yang sudah biasa dilakukan
akan mengakar kuat mengiringi setiap aktifitas santri. Pada sisi yang lain
kebiasaan rutin para santri untuk melaksanakan shalat berjamaah dzuhur pada
waktu berakhirnya jam pelajaran kedua, mulai dari guru sampai kepada santri
mengikuti shalat berjamaah kecuali bagi santri yang berhalangan Berdasarkan
hasil wawancara guru aqidah akhlak bahwa;
„‟Melalui arahan guru aqidah akhlak dengan rutin melaksanakan shalat
berjamaah santri diharapkan mampu untuk mengembangkan nilai-nilai
kedisiplinan sekaligus memupuk semangat kerja sama dengan siapa saja
khususnya teman sendiri, sehingga santri dapat saling kenal mengenal satu
dengan yang lain sehingga menumbuhkan dan mempererat tali silaturahmi
antara guru dan santri.‟‟107
b. Berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didik
107 Hasil wawancara , 9 Mei 2019.
Guru harus berakhlak mulia, karena guru adalah seorang penasehat bagi
peserta didik, bahkan bagi para orang tua. Dengan berakhlak mulia, dalam
keadaan bagaimanapun guru harus memiliki rasa percaya diri, istiqomah dan tidak
tergoyahkkan. Guru aqidah akhlak harus meluruskan niatnya , menjadi guru
bukan semata-mata untuk kepentingan duniawi, memperbaiki ikhtiar terutama
berkaitan dengan kompetensi pribadinya dengan bertawakal kepada Allah.
Melalui guru yang demikian lah kita berharap pendidikan menjadi ajang
pembentukan karakter bangsa.
Keteladanan adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari yang tidak
diprogramkan krena dilakukan tanpa mengenal batas ruang dan waktu.
Keteladanan ini merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan
santri dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga
diharapkan menjadi panutan bagi santri. Guru merupakan teladan bagi santri dan
semua orang yang beranggapan dia sebagai guru. Pribadi guru sangat berperan
dalam membentuk pribadi santri. Ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan
makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam
bentuk pribadinya. Secara teoritis, menajdi teladan merupakan bagian integral dari
seorang guru sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab menjadi
teladan.
Pembiasaan akhlak mulia adalah upaya yang dilakukan oleh madrasah
secara rutin dan berkelanjutan dalam mengembangkan karakter disiplin santri,
sebagai proses internalisasi nilai-nilai keagamaan santri terbiasa berbicara,
bersikap, dan berperilaku disiplin dalam kehidupan sehari-hari, melalui kegiatan
pembiasaan, diharapkan peserta didik memiliki karakter disiplin baik dalam
komunitas kehidupan madrasah, dirumah maupun dimasyarakat. Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru aqidah akhlak di pesantren Al-Jauharen yaitu
„‟Beberapa kegiatan pembiasaan karakter disiplin yang dilakukan santri di
pesantren Al-Jauharen antara lain; shalat berjamaah di masjid, membaca
do‟a pada awal dan akhir pelajaran, shalat dhuha, shalat tahajud, membaca
surah-surah pilihan setelah shalat fardu, dan mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler‟‟.108
Hal unik yang dilakukan guru aqidah akhlak dalam mengembangkan
karakter disiplin adalah setiap mengakhiri jam pelajaran, guru aqidah akhlak
memberikan pesan-pesan moral dengan dikaitkan dengan fenomena fenomena
yang terjadi di zaman sekarang seperti tentang keberhasilan seseorang yang
memiliki sikap disiplin dalam segala hal.
Untuk menjadi teladan bagi santri, tentu saja pribadi dan apa yang
dilakukan oleh seorang guru aqidah akhlak akan mendapat sorotan oleh santri
serta orang sekitar lingkungannya, baik dari segi perkataan maupun perbuatan.
Salah satu upaya pembinaan karakter santri adalah dengan memberi contoh
teladan yang baik kepada santri.
Sebagaimana hasil wawancara dengan K.H. Ahmad Sirojuddin selaku
pimpinan Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi mengatakan bahwa:
„‟Dalam meningkatkan kedisiplinan santri guru harus menjadi suri
tauladan bagi santri, dan harus mencontohkan suatu yang terbaik buat
santri atau jadi panutan‟‟. 109
„‟Menurut hasil pengamatan penulis para guru di Pondok Pesantren Al-
Jauharen, terlihat upaya guru menjadi contoh teladan dalam meningkatkan
kedisiplinan adalah 15 menit sebelum jam 07.00 terlihat para guru berbaris rapi
menyambut dan menyalami para santri yang akan berangkat ke gedung belajar.
Hal ini tentunya akan memberikan dampak positif bagi santri, karena pada
umumnya santri suka meniru apa yang dilihatnya, santri akan malu jika ia pergi ke
pesantren terlambat, dikarenakan gurunya telah berbaris rapi didepan pintu
gerbang utama‟‟.110
Dalam kutipan wawancara penulis dengan ustad Muhammad Rafi‟I selaku
kepala sekolah pondok pesantren Al-Jauharen menuturkan adalah sebagai berikut:
108
Hasil wawancara , 22 Juni 2019. 109
Hasil wawancara, 9 Mei 2019 110
Observasi, 16 Mei 2019
„‟Pendidikan harus dimulai dari pengajarnya. Guru itu bisa digugu dan
ditiru, jadi setia guru harus mencontohkan. Ini tidak berlaku untuk guru
aqidah akhlak saja, tetapi untuk semua guru yag ada. Bila guru mau
mengajarkan disiplin misalnya, maka guru harus bisa berdisiplin terlebih
dahulu. Tidak mungkin santri bisa berdisiplin dalam belajar jika gurunya
saja datang sering terlambat dan jarang masuk. Pembinaan karakter
disiplin itu lebih tepat sasaran dengan metode keteladanan dan
pembiasaan, untuk saya seringmenyarankan kepada guru mata pelajaran
aqidah akhlak untuk bisa memberikan upaya-upaya tertentu untuk
meningkatkan moral dan karakter santri di pesantren‟‟.111
Pernyataan kepala madrasah di atas, sangat sesuai dengan apa yang telah
diajarkan oleh Nabi Muhammad SW melalui hadistnya yaitu:
كلكم راع و كلكم مسؤول عن رعيمتو الامام مسؤول عن رعيمتو و رأة راعية ف ب يت الرمجل مسؤول ف اىلو و
مسؤول عن رعيمتو و الم
زوجها و مسؤولة عن رعيمتها )متفق عليو(
Artinya:Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggung
jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin
dalam keluarga dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.
Seorang istri adalah pemimpin dirumah suaminya dan dia bertanggung
jawab atas apa yang dipimpinnya‟‟.(H.R.Muttafaq Alaih)112
Berdasarkan hasil observasi di pondok pesantren Al-Jauharen ditemukan
bahwa guru aqidah akhlak masih kurang maksimal dalam hal keteladanan, hal ini
disebabkan guru aqidah akhlak justru memperlihatkan perilaku yang tidak
semestinya dicontoh oleh peserta didik seperti kurangnya kedisiplinan, terlambat
masuk ke kelas, memberikan janji kepada santri untuk memeriksa tugasnya,
sehingga tugas-tugas santrinya tidak diperiksa dan dibiarkan bertumpuk di atas
meja, sehinggan dampaknya akan mempengaruhi kepercayaan peserta didik
111
Hasil wawancara, 22 Juni 2019 112
Soheh Bukhori Muslim, Al-Fath, At-Tabaah wa Nasr wa Turya, Al-Makkah Mukarromah
terhadap dirinya, tentunya dapat mempengaruhi pengembangan karakter santri,
sehingga dampak yang ditimbulkannya santri dapat mencontohnya.
c. Kepribadian yang mantap dan stabil
Seorang guru haruslah memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, yaitu
dengan indikator esensial menaati seluruh peraturan perundang-undangan,
menunjukkan perilaku disiplin, bertindak sesuai norma sosial dengan cirri
berpenampilan sopan dan bertutur kata yang llemah lembut, bangga menjadi guru
yang ditandai dengan menunjukkan komitmen tegas sebagai pendidik, dan
menjaga kode etik profesi guru, serta senantiasa memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma dan memiliki kedisiplinan diri secara konsisten.
Kepribadian guru profesional dapat dilihat dari sikapnya yang mantap dan
stabil. Mantap dapat diartikan kukuh,kuat,tidak goyah, tidak terganggu, dan
tetap/tidak berubah. Stabil dapat di artikan mantap, kukuh, tetap jalannya, tetap
pendiriannya tidak berubah-ubah dan tidak naik turun. Stabil dan mantap
merupakan sikap seorang guru profesional yang sangat perlu dan dibutuhkan
dalam menjalankan profesinya.
Dalam menghadapi peserta didik seorang guru dituntut memiliki emosi
pribadi yang mantap dan stabil, yaitu berupa suatu kemampuan untuk mengenali
emosi, mengelola dan mengontrol diri sendiri, dan mengenali emosi orang lain
sehingga mampu menjalin hubungan yang baik dengan siswa serta mampu dalam
membina akhlak peserta didiknya.
Untuk menjadi pendidik yang professional seorang guru harus menjadi
tuntunan Nabi Muhammad SAW .Keberhaslan Nabi SAW sebagai pendidik
didahului oleh bekal kepribadian (personality) yang berkualitas unggul,
kepedulian terhadap masalah-masalah sosial dan religius dan mampu
mempertahankan dan mengembangkan kualitas iman, amal shaleh, bejuang dan
bekerja sama menegakkan kebenaran. Seperti yang terdapat dalam penjelasan Al-
Qur‟an yaitu:
كم ياي ها المذين امنوا اصبوا و صابروا ورابطوا و ات مقوا الله لعلم ت فلحون
Artinya:‟‟Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu beruntung. (Q.S.Ali Imron: 200)113
Seorang guru mempunyai sifat sabar dan peran penting pada
emosionalnya dalam mempengaruhi proses pembelajaran seorang guru yang
kurang mampu mengenali emosi peserta didiknya maka suasana kelas menjadi
tidak kondusif sehingga proses pembelajaran menjadi tidak efektif dan secara
tidak langsung tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan maksimal. Adapun
wawancara dengan bapak kepala sekolah Drs.Muhammad Rafi‟i mengatakan
bahwa:
„‟Guru-guru disini mempunyai tanggung jawabnya masing-masing, sejauh
ini saya perhatikan mereka cukup baik dalam menjalankan tanggung
jawabnya.Seorang guru memang sangatlah pentig memiliki sikap atau
kepribadian yang mantap dan stabil, karena dalam kepribadian ini ada
sikap kedidiplinan. Kalau guru aqidah akhlak yang mengajar disini saya
rasa sudah bersikap disiplin. Namun terkadang datang terlambat kekelas
pada saat ada jam pelajaran mengajar, itu dikarenakan ada sesuatu hal
yang penting,.‟‟114
Hal ini juga senada dengan apa yang disampaikan oleh Waka Kesiswaan
Ustad Alwi Mahfuz S.Pd.I sebagai berikut:
“Guru aqidah akhlak ketika tidak masuk kelas pada saat ada jam
pelajaran dikarenakan guru aqidah akhlak memiliki tugas ganda, guru
aqidah akhlak memilik tugas sebagai guru dan juga memiliki tugas
kebagai TU atau Tata Usaha tingkat Mts, oleh sebab itu ketika ada rapat
di Kemenag ataupun ketika menginput data santri untuk proses ujian
Nasional serta terkadang ada santri yang sudah menjadi alumni yang mau
mengambil Ijazah maka guru aqidah akhlak mengurus pemberian Ijazah
113
Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 2013 114
Hasil Wawancara, 23 Mei 2019
dikarenakan santri alumni yang sudah tamat dari di pesantren Al-
Jauharen terkadang berada diluar provinsi Jambi seperti Riau, sehingga
jika tidak diberikan pada saat itu terkadang guru aqidah akhlak merasa
kasihan dan iba karena sudah jauh-jauh dari kampung halaman. Hal ini
lah terkadang yan membuat guru aqidah akhlak tidak masuk ke kelas
ketika ada jam pelajaran.‟‟115
Hal ini juga senada dengan apa yang di sampaikan oleh Nadin santriwati
kelas VIII B sebagai berikut:
„‟Terkadang jam pelajaran dikelas, kami tidak belajar karena tidak ada
gurunya ataupun guru piket yang menggantikan jam pelajaran yang
kosong.‟‟116
Hal ini juga senada dengan apa yang di sampaikan oleh Ario santri kelas
VIII A sebagai berikut:
„‟Saya lihat dikantor TU bawah terkadang sering kedatangan tamu yang
mencari guru aqidah akhlak, sehingga ustad sering telat masuk ke kelas
kami, terkadang kami bermain dikelas dan kami ngobrol-ngobrol dengan
teman-temas dikarenakan kelas kami belum ada gurunya.‟‟117
Dari wawancara dan observasi diatas, bahwa masalah kepribadian yang
mantap dan stabil merupakan hal yang wajib dimiliki bagi setiap orang terutama
bagi seorang guru. Guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik, terutama
disiplin diri. Karena tidak disiplinnya seorang guru bisa berakibat kurang baik
bagi santri secara tidak langsung mengajarkan santri untuk bersikap tidak disiplin.
Guru harus meningkatkan kembali efektivitas pembinaan terhadap santri. Lebih
aktif dan memberi contoh yang baik trus-menerus dan tidak putus asa dalam
menghadapi santri.118
Dengan disiplin tentunya kita dituntut untuk berbuat baik terhadap orang
lain, jika kita tidak disiplin maka akan menimbulkan kerusakan, baik dari akhlak
maupun karakter kita dan tentu akan banyak pengaruhnya yang terjadi apabila kita
115
Hasil Wawancara, 23 Mei 2019 116
Hasil wawancara, 5 Juni 2019 117
Hasil wawancara, 5 Juni 2019 118
Hasil observasi, 5 Juni 2019
tidak disiplin. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an surah Al-Qashash ayat 77
yang berbunyi sebagai berikut:
ن يا و ار الاخرة و لا ت نس نصيبك من الد و اب تغ فيما اتك الله الدمر انم الله احسشن كما احسن الله اليك و لا ت بغ الفساد ف الا
فسدين
ب الم لا ي
Artinya: ‟‟Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah
dianugrahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu didunia
dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah SWT telah berbuat baik
kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan dibumi. Sungguh Allah SWT
tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan „‟.119
Penulis dalam penelitian ini memang khusus mengambil kepribadian yang
mantap dan stabil dengan sikap kedisiplinan. Masalah disiplin adalah masalah
umum yang sering terjadi di setiap pesantren. Akan tetapi jika dibiarkan terus-
menerus akan terjadi kebiasaan yang buruk dan berakibat fatal dan menjadi
budaya yang tidak baik
d. Dewasa dan arif
Kepribadian yang dewasa tampak dari sikap dan tindakan guru dalam
mematuhi peraturan yang ada di pesantren dan menyelesaikan administrasi
pesantren sesuai dengan standard dan aturan dari pesantren. Kedewasaan guru
juga tampak dari kemampuan guru dalam mengendalikan emosi.
Kedewasaan yang dimaksudkan disini adalah kedewasaan sikap
kepribadian dalam kematangan berfikir atau pandangan seseorang, kedewasaan
seseorang dapat dilihat dari ciri-cirinya yaitu mampu menahan diri, besikap
empati kepada peserta didik, hati-hati dalam bertindak, sabar dalam menghadapi
berbagai kesulitan,memiliki sikap amanah. Sedangkan arif dapat diartikan sebagai
119
Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 201
bijaksana, cerdik, berilmu, paham, mengerti. guru yang arif adalah juga guru yang
bijaksana yang memahami dengan baik ilmunya dan menggunakan akal budinya
dan berbagai situasi, serta mampu mengendalikan emosinya dengan baik serta
tolong menolong antara satu dan lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan sebagaimana firman Allah yang berbunyi nsebagai berikut:
قوى ولات عاون و على الإث والعدوان وت عا ون وا على الب وا لت م
وت مقوالله إنم الله شديدالعقاب
Artinya: Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kbajikan
dan takwa dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah SWT sesungguhnya Allah
amat berat siksaNya ( Q.S Al-Maidah ayat 2)
Hal ini penting karena banyak masalah kependidikan yang disebabkan
oleh faktor kepribadian guru yang kurang dewasa. Kondisi kepribadian yang
demikian sering membuat guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak
professional dan tidak terpuji yang merusak citra dan martabat guru. Ujian berat
bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang sering memancing
emosinya. Hendaklah guru bersikap lemah lembut sebagaimana firmal Allah
SWT:
Kestabilan emosi sangat diperlukan, namun tidak semua orang mampu
menahan emosinya terhadap rangsangan yang mempunyai temperamen yang
berbeda dengan orang lain. Utuk keperluan tersebut, upaya dalam bentuk latihan
mental akan angat beguna. Guru yang mudah marah-marah akan membuat peserta
didik takut dan ketakutan yang mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti
pembelajaran serta rendahnya konsentrasi, karena ketakuatan menimbulkan
kekhawatiran untuk dimarahi dan hal ini membelokkan konsentrasi peserta didik.
Seperti yang telah diungkapkan oleh ustad Hermantoni S.Pd.I mengatakan:
„‟Dimadrasah memiliki program pendukung dalam pengembangan
wawasan pengetahuan agama santri, salah satunya seperti dengan adanya
kegiatan ekstra kurikuler yang berbau agama yaitu penyelenggaraan
jenazah, syahril Qur‟an dan Tilawah Al-Qur‟an.
Kegiatan ini wajib untuk siswa dalam mengikutinya. Ada juga ekstra
kurikuler lainnya seperti pramuka yang bisa melatih kedisiplinan santri.
Kegiatan tersebut yang bertanggung jawab penuh adalah saya‟‟.120
Dari pernyataan tersebut telah tampak salah satu contoh dari kedewasaan
dan kearifan guru aqidah akhlak yang mempunyai nilai positif dalam peningkatan
kemajuan peserta didik untuk menguasai keterampilan agama, jadi kecerdasan dan
kebijaksanaan merupakan salah satu faktor pendukung untuk peningkatan karakter
siswa dalam hal ini terutama dari bidang agamanya. Seperti baca tulis hafal
Qur‟an adalah bimbingan khusus yang dilakukan oleh guru aqidah akhlak dalam
rangka mendidik, membimbing, melatih keterampilan membaca, menulis,
menghafal dan memahami Al-Qur‟an, khususnya bagi peserta didik yang belum
kompeten membaca dan menulis Al-Qur‟an. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru aqidah akhlak menuturkan bahwa;
„‟Bimbingan tambahan yang saya berikan berupa bacaan ayat-ayat Al-
Qur‟an karena masih ada beberapa santri yang belum bisa membaca Al-
Qur‟an khususnya secara benar berdasarkan tajwid Al-Qur‟an. Dan ini
dilakukan agar dapat memacu peserta didik untuk terus belajar ayat Al-
Qur‟an, karena itu sudah kewajiban umat muslim membaca Al-Qur‟an.121
Pengakuan santri yang bernama Niha kelas VIII B dan hasil pengamatan
sesuai dengan pernyataan di atas bahwa, guru aqidah akhlak memberikan
bimbingan tambahan khususnya dalam mempelajari cara-cara membaca Al-
Qur‟an yang benar berdasarkan tajwid Al-Qur‟an.
e. Berwibawa
Menjadi guru itu indah dan mendidik itu mulia. Indah dan mulia adalah
wibawa guru. Dan wibawa guru dalam membimbing peserta didik pada kegiatan
120
Hasil wawancara, 5 Juni 2019 121 Hasil wawancara , 5 Juni 2019.
pembelajaran merupakan pembawaan yang dapat menguasai dan mempengaruhi
orang lain untuk menghormati melalui sikapnya yang mengandung kepemimpinan
dan penuh daya tarik. Berkaitan dengan wibawa, guru harus memiliki kelebihan
dalam merealisasikan nilai, spiritual, emosional, moral, sosial dan intelektual
dalam pribadinya.
Berdasarkan observasi dilapangan ditemukan bahwa guru aqidah akhlak
memiliki penampilan guru yang menarik, bertindak secara dinamis, tegas dan
konsisten serta memiliki percaya diri. Sikap guru aqidah akhlak yang ramah,
santun dan humoris terhadap semua santri maupun warga pesantren membuat
guru aqidah akhlak disenangi oleh santri bahkan ditunggu-tunggu khadirannya.
Hal ini tampak, ketika tiba di pesantren santri–santri langsung berlalri untuk
menemui guru aqidah akhlak dan memberi salam guru aqidah akhlak serta
mencium tangan guru aqidah akhlak. Sikap dan tindakan yang berdampak positif
terhadap prilaku santri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan santri yang mengungkapkan
beberapa hal yang menyangkut perilaku negatif guru aqidah akhlak yang terkesan
oleh satri pada saat pembelajaran seperti halnya diungkap Zulfakar Santri kelas
VIII A bahwa‟‟ Terkadang guru aqidah akhlak suka marah-marah dan bersikap
pilih kasih terhadap santri, jika santri yang pintar akan terus diperhatikan dan
diperdulikan sedangkan santri yang kurang pintar tidak diperhatikan dan
diperdulikan.122
Sedangkan wawancara dengan Melani salah satu santriwati kelas VIII B
MTs Pondok Pesantren Al-Jauharen, maka ia mengatakan:
„‟Saya perhatikan guru aqidah akhlak cukup disiplin sekali dalam
mengajar. Dan santri yang terlambat ke kelas, akan diberi hukuman
berupa, berdiri satu kaki di depan kelas, dijemur dilapangan bahkan ada
yang tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran. Kondisi ini menyebabkan
kami menjadi santri menjadi takut dan tidak berani melanggar. Selain itu
guru aqidah akhlak berwibawa sekali, baru melihat sandal atau motornya
saja kami sudah ketakutan, apalagi kami harus melanggar, dan juga guru
aqidah akhlak ketika kami melihatnya dari kejauhan saja ketika kami
berada diluar kelas, kami langsung cepat-cepat berlari ke dalam kelas, itu
122
Hasil wawancara, 15 Juni 2019
baru melihatnya saja apalagi kami bolos dalam pelajaran yang guru
tersebut ajarkan, tentu kami tidak berani melanggar.‟‟ 123
Berdasarkan wawancara tersebut, penulis merasa sudah semestinya guru
bertekad untuk mempunyai sifat sabar dalam arti tidak mudah emosi menghadapi
tingkah laku santri yang kurang baik. Jika kestabilan emosi dari seorang guru
sudah terwujud, maka disitulah letak kepribadian dewasa dalam diri seorang guru,
terlebih lagi guru aqidah akhlak yang selalu menjadi sorotan bagi santri.
Kemudian yang dimaksud berwibawa berarti disegani dan dipatuhi. Kinerja
seorang pendidik akan lebih efektif apabila didukung dengan penampilan kualitas
kewibawaan. Secara umum kewibawaan pada seseorang dapat membuat pihak
lain menjadi tertarik, bersifat mempercayai, menghormati dan menghargai.
Untuk aspek pengembangan karakter disiplin, guru aqidah akhlak selalu
melakukan kerja sama, dalam hal mengembangkan karakter disiplin santri seperti,
setiap bulan Ramadhan, kegiatan ibadah dan pembinaan akhlak mulia serta
membaca Al-Qur‟an pada malam hari (Tadarusan). Dan pada hari terakhir dari
pelaksanaan kegiatan dalam bulan ramadhan diadakan kegiatan dan ditutup buka
puasa bersama. Dimana para majelis guru berkesempatan untuk mnjadi imam
sholat tarawih bersama-sama santri di masjid.
f. Menunjukkan Ethos Kerja Serta Tanggung Jawab Yang Tinggi dan
Percaya Diri
Guru menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan rasa
percaya diri. Etos kerja yang dimiliki oleh seorang guru akan mempengaruhi
semangat, kualitas dan produktivitas kerja yang dilakukannya. Etos kerja juga
dapat membentuk semangat yang selalu berusaha mengubah keadaan menuju
kualitas yang lebih baik . danya tanggung jawab menunjukkan bahwa seseorang
menjalankan suatu tugas atau kewajiban dengan profsional. Guru yang memiliki
rasa tanggung jawab atas materi pembelajaran yang disampaikannya kepada santri
sesuai dengan kurikulum, masuk tepat waktu, menjalankan tugas sebaik-baiknya,
123
Hasil wawancara, 22 Juni 2019
selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan kecakapan, serta guru harus
bertanggung jawab karena ia dituntut untuk menciptakan manusia yag seutuhnya,
yaitu insan yang berbudi luhur, berprilaku baik dan berprestasi.
Menunjukkan etos kerja serta tanggung jawab yang tinggi dan percaya
diri. Guru harus mempunyai aktualisasi diri yang tinggi. Aktualisasi diri yang
sangat penting adalah sikap bertanggung jawab, seluruh tugas pendidikan dan
bantuan kepada anak didik memerlukan tanggung jawab yang besar, pendidikan
yang menyangkut perkembangan anak didik tidak dapat dilakukan seenaknya,
tetapi perlu dikembangkan dan perlu dilakukan dengan tanggung jawab dan
dijadikan lading ibadah sebagaiman firman Allah SWT:
ما خلقت النم واللإنس إلام لي عبدون و Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk
beribadah kepadaKu (Q.S. Adz-Dzariyat ayat 56)
Dan anjuran bahwa manusia untuk selalu menyembah Allah SWT.
اعبدوا ربمكم المذى خلقكم والمذين من ق بلكم يأي ها النما س
قون لعلكم ت ت مArtinya: Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa (Q.S Al-Baqoroh ayat 21).
Seperti dalam peringatan hari besar Islam adalah kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan untuk memperingati dan merayakan hari-hari besar Islam
sebagaimana biasanya diselenggarkan oleh masyarakat Islam seluruh dunia
berkaitan dengan peristiwa-peristiwa besar bersejarah. Hari besar Islam yang
dimaksud, antara lain maulid Nabi Muhammad saw, Isra‟ Mi‟raj, Tahun Baru
Islam atau Muharram. Berdasarkan hasil wawancara dengan ustad Hermantoni
S.Pd.I beliau menjelaskan bahwa;
„‟Kegiatan hari-hari besar Islam dilaksanakan sesudah tanggal hari besar
Islam tersebut. Misalnya peringatan maulid Nabi Muhammad saw,
peringatan ini dilaksanakan pada hari efektif sekolah, kegiatan ini
maksudnya supaya santri dapat menelaah makna dari peringatan hari-hari
besar Islam, dan para santri melakukan serangkaian kegiatan positif yang
berkaitan dengan pengembangan atas potensi yang bersifat akademik,
wawasan, maupun keterampilan atau keahlian khusus dibidang seni atau
kebudayaan Islam‟‟.124
Hal senada dijelaskan oleh wakil kepala madrasah dibidang kesiswaan bahwa;
Pelaksanaan PHBI dikelola oleh pengasuhan pesantren tetapi bekerjasama
langsung dengan para majlis guru, seperti mengundang ustadz untuk
memberikan ceramah, seperti kegiatan Maulid Nabi Saw, Isra Mi‟raj dan
sebagainya, santri diperintahkan untuk mencatat apa hikmah yang
disampaikan oleh ustadz dan pihak pesantren menyediakan sesajian.125
Demikian juga sikap yang harus dimiliki oleh guru-guru pesantren Al-
Jauharen kota Jambi. Sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap dunia
pendidikan khususnya pendidikan pesantren Al-Jauharen Kota Jambi mereka
senantiasa mendahulukan tugas dibandingkan kepentingan pribadi maupun
keluarga, sehingga berdasarkan data absensi guru tingkat kehadirannya rata-rata
mencapai 80% meskipun umumnya mereka bertempat tinggal jauh dari pesantren.
Namun dalam hal ini belum memadai jika tidak diikuti oleh prestasi dari satri.
Artinya kehadiran dan partisipasi saja belum cukup jika tidak dibarengi dengan
kesungguhan dan keseriusan dalam menjalankan tugas sehingga tujuan pesantren
dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.
g. Menjunjung Tinggi Kode Etik Guru
Sikap professional dan kode etik guru sangat penting dalam peningkatan
kualitas pendidikan. Oleh karena itu, sikap professional dan kode etik guru
difokuskan pada perilaku guru. Pola perilaku guru tersebut berkaitan dengan
bagaimana perilaku guru tersebut yag berkaitan dengan figure dan teladan, sikap
124 Hasil wawancara, 6 Mei 2019 125 Hasil wawancara, 6 Mei 2019
terhadap organisasi profesi, perarturan perundang-undagan, teman sejawat,
peserta didik, lingkungan kerja, pimpinan dan pekerjaannya.
Kode etik guru Indonesia butir Sembilan menyebutkan,‟‟Guru
melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan‟‟. Dengan
komposisi kemampuan anak didik yang beragam, tentunya dibutuhkan satu
kondisi yang multi pada guru. Multi-kondisi ini adalah untuk memberikan
pelayanan proses secara maksimal kepada anak didik, sesuai dengan kemampuan
anak didik. Untuk anak didik dengan kemampuan tinggi, guru tidak tertinggal
bahkan masih mampu memberikan bimbingan terbaik bagi mereka. Begitu juga
untuk anak-anak yang berkemampuan sedang dan rendah, guru tidak kebingungan
melakukan pemilihan pola pembimbingan sesuai porsinya masing-masing.
Dengan demikian, proses yang dilakukan benar-benar ideal untuk setiap kondisi
anak didik.
Kegagalan guru dalam menyelenggarakan proses pendidikan dan
pembelajaran sering disebabkan adanya anggapan bahwa anak didik mempunyai
kemampuan yang sama sehingga proses dilakukan sama rata. Kemampuan ini
sering menyebabkan proses tidak dapat maksimal sebab anak-anak tidak
seluruhnya dapat mengikuti proses. Untuk anak-anak dengan kemampuan tinggi,
rasaya proses begitu mudah. Sementara, untuk anak-anak yang kemampuan
sedang dan rendah, kelabakan sehingga tidak berhasil mengikuti proses sebaik-
baiknya
Kode etik guru merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalam melaksanakan tugas sehari-hari serta mengatur hubungan guru dengan
teman kerja, guru dan wali murid, pimpinan dan masyarakat serta dengan misi
tugasnya, dengan tujuan untuk menjunjung tinggi martabat profesi, memelihara
kesejahteraan anggota, meningkatkan pengabdian anggota profesi, serta
tercapainya tujuan pembelajaran.
Sangat jelas bahwa kode etik guru membuat pembelajaran menjadi efektif
dalam proses pembelajaran dan dalam mencapai hasil belajar yang maksimal.
Dalam menyikapi kode etik guru seyogyanya seorang guru mempelajari,
memahami, dan mengaplikasikan kode etik guru tersebut.
2. Faktor Pendukung Dan Penghambat Guru Dalam Meningkatkan
Karakter Disiplin Santri Di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi
Suatu kegiatan yang dijalankan pasti menemui kendala-kendala maupun
pendukung dalam melakukan aktifitasnya tersebut begitu juga dalam berbagai
kegiatan yang dilakukan di madrasah tsanawiyah ini, dan peran gurulah yang
selalu terus membimbing dan memberikan dorongan untuk bisa menjadikan para
siswanya mempunyai karakter akhlak yang baik dalam kesehariannya, yang mana
ini akan menunjang kehidupan mereka dalam bermasyarakat kelak, serta peranan
keluarga yang sangat dibutuhkan untuk membentuk kepribadian yang baik serta
disiplin sehingga menjadi terbiasa menjalankan kebiasaannya dilingkungan dan
menjadi pengaruh positif bagi lingkungan sekitarnya.
a. Faktor Pendukung
2) Faktor Guru
Kerja sama yang baik antara majelis guru dalam meningkatkan
kedisiplinan bagi santri sangat diperlukan sekali. Karena diharapkan mampu
saling mendukung antara majelis guru dalam meningkatkan kedisiplinan maupun
dalam pemecahan berbagai permasalahan di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Drs.Muhammad Rafi‟i selaku
Kepala Madrasah tingkat Tsanawiyah di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi
mengatakan bahwa:
„‟Selaku Kepala Madrasah tingkat Tsanawiyah Pondok Pesantren Al-
Jauharen Kota Jambi juga bekerja sama dengan para majelis guru dalam
meningkatkan kedisiplinan, memecahkan berbagai permasalahan dengan
diadakannya rapat berkala yang diselenggarakan 1 bulan sekali dan jika
rapat sangat melibatkan pimpinan Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota
Jambi, karena semua keputusan dan hasil rapat yang telah di
musyawarahkan kepala madrasah tingkat Tsanawiyah dan para majelis
guru di sahkan oleh pimpinan Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota
Jambi‟‟.126
„‟Berdasarkan hasil pengamatan penulis di Pondok Pesantren Al-Jauharen
Kota Jambi ditemukan bahwa jika ditemukan adanya permasalahan yang terjadi di
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi selalu diselesaikan melalui rapat
berkala dengan majelis guru yang diselenggarakan setiap 1 bulan sekali. Dan
terlihat juga ditemukan pimpinan dan majelis guru sering melakukan diskusi
dalam pemecahan masalah dan mencari solusi bersama-sama.127
Keadaan ini menjadi pendukung percepatan upaya meningkatkan disiplin
bagi santri di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi pada setiap kerja sama
pimpinan dan majelis guru dan untuk kemajuan pendidikan atau pengajaran di
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi. Wawancara dengan ustad Drs.
Muhammad Rafi‟i yang mengatakan:
„‟Selaku kepala madrash telah menegaskan melalui rapat bersama dengan
guru, saya menghimbau dan menegaskan kepada guru untuk lebih
memperhatikan perilakusantri disekolah bukan sekadar pemenuhan
kewajiban untuk mengajar saja. Dengan demikian semua guru
bertanggung jawab penuh dalam membentuk karakter santri di Pesantren
Al-Jauharen. „‟128
Selanjutnya wawancara penulis dengan Ustad Hermantoni S.Pd.I, guru
aqidah akhlak yang dikatakan bahwa:
„‟Prinsip kerja dalam pembinaan karakter santri baru dilaksanaka, namun
merupakan terobosan baru dari sistem pembelajaran sehingga guru dikelas
juga berkewajiban menyamaikan materi aqidah akhlak yang sela
menekankan pada pembentukan karakter. Pembentukan kepribadian anak
itu tidak mudah. Hal yang bisa dilakukan guru hanyalah terbatas pada
penyampain materi, mensuriteladani, dan berusaha semaksimal mungkin
mengarahkan santri menuju terbentuknya karakter sesuai yang dicita-
citakan. Banyak para guru menginginkan perubahan akhlak santri tetapi
dengan cara yang salah. Sebagai contoh guru membetulkan ucapan santri
yang berbicara dengan ucapan yang kasar, tetapi menasehatinya dengan
ekspresi marah, menasehati dan banyak saran-saran yang kadang-kadang
126
Hasil wawancara, 22 Juni 2019 127
Hasil Observasi 22 Juni 2019 128
Hasil wawancara, 6 Mei 2019
membuat santri merasa tertekan dan muak, dalam hal ini memerlukan
langkah dewasa pula dalam menanganinya. Keribadian lebih cepat
terbentuk lewat tauladan dan karakter guru kalau kepingin mengajari
kepribadian yang baik yang harus mencontohkan bagaimana berkpribadian
yang baik itu.‟‟129
Penjelasan diatas seperti yang telah diuraikan oleh ustazah Nike Fitria
S.Pd.I yang menjelaskan tentang cara membentuk kepribadian, yaitu:
„‟Membentuk kepribadian, tidak datang melalui banyaknya nasehat dan
saran, atau dengan menakut-nakuti, menghina, dan memukulnya agar
santri jera. Hal tersebut bisa didapatkan melalui perlakuan lemah lembut,
mengayomi, bersikap peduli dan perhatian sehingga santri tersebut merasa
dirinya diperdulikan oleh gurunya sehingga santri dapat menerimanya
dengan lapang dada dan jiwa yang bersih.‟‟130
Dalam sebuah proses pembelajaran guru terkadang menemukan berbagai
macam sifat santri. Ada yang bisa dinasehati dan ada juga yang diperlukan
perhatian khusus ketika ingin menasehatinya. Oleh diperlukan sekali keterampilan
guru untuk mendidik santri agar santri mau mentaati apa yang telah dikatakan
gurunya. Oleh karena itu guru harus dengan lemah lembut dalam menasehati
santri serta penuh perhatian dengan rasa peduli sesuai dengan surah Ali-Imron
ayat 110 yaitu:
هون عروف و ت ن
ة اخرجت للنماس تأمرون بالم ر امم كنتم خي
م را لم نكر و ت ؤمنون بالله ولو امن اىل الكتاب لكان خي
عن الم
ؤمن ون و اكث رىم الفاسقون
هم الم من
Artinya : „‟Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar,
129
Hasil wawancara, 6 Mei 2019 130
Hasil wawancara, 6 Mei 2019
dan beriman kepada Allah SWT. Sekiranya ahli kitab beriman, tntulah itu
lebih baik diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik‟‟.131
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa guru harus selalu memberikan
contoh-contoh yang baik kepada santri-santrinya serta semangat dalam
membentuk karakter santri dan mencegah santri dari perbuatan yang tidak baik
misalnya saja tidak terlambat masuk ke kelas pada saat ada jam megajar.
3) Faktor Orangtua
Dalam upaya pendidikan karakter kerjasama antara orang tua dan guru itu
sangatlah penting untuk mengetahui sejauh mana perkembangan anaknya
disekolah. Namun dalam hal ini para orang tua hanya lebih cendrung
memperhatikan pendidikan anaknya tampa mengetahui bagaimana karakter
anaknya disekolah karena sering terjadi perkelahian antar santri karena hal sepele,
tidak mengerjakan tugas sekolahnya dari guru yang bersangkutan dan lain
sebagainnya dan orang tua baru mengetahui hal tersebut ketika dipanggil pihak
sekolah, dalam hal ini penanganan terhadap anak sebaiknya dilakukan sejak dini
seperti, memberi arahan dan wejangan kepada anak setiap kali ingin
mengantarkan anak kesekolah serta orang tua juga harus menanyai bagaimana
kepribadian anak disekolah kepada wali muridnya. Berikut merupakan salah satu
contoh kecil gambaran dari perilaku anak yang tidak disiplin dalam mengerjakan
tugas sekolahnya yang ditemukan penulis saat melakukan observasi di pesantren
Al-Jauharen Kota Jambi.
Faktor keluarga dan suasana rumah termasuk unsur yang menentukan
dalam pembentukan pribadi santri. Orang tua yang tahu akan dapat mndidik
anaknya dengan cara yang baik, tentunya akan sukses dalam belajarnya.
Sebaliknya orang tua yang acuh tak acuh bisa berakibat anak tidak akan berhasil
dalam belajarnya.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan ustad Hermantoni S.Pd.I,
beliau mengatakan sbagai berikut:
131
Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 2013
„‟Kami sudah beruaha melakukan berbagai upaya agar santri dapat
memahami pentingnya sikap kedisiplinan, terutama dalam proses belajar
mengajar. Namun saya rasa untuk membina karakter kedisiplinan santri itu
adalah suatu tanggung jawab yang berat, sebab usia MTs masih sangat
membutuhkan peran orangtua dan keterlibatan secara langsung oleh pihak
guru dalam mmbentuk perilaku yang patut untuk dicontoh dalam
kehidupan sehari-hari baik dipesantren maupun dirumah‟‟.132
Senada dengan apa yang disampaikan oleh ustad Alwi Mahfuz S.Pd.I yang
menyatakan bahwa:
„‟Orangtua banyak yang kurang peduli dengan perilaku anaknya, terbukti
ketika anaknya melanggar tata tertib ataupun peraturan yang berlaku
dipesantren, orang tua dipanggil untuk datang kepesantren guna
menandatangani surat perjanjian agar anaknya tidak mengulangi kesalahan
tersebut, akan tetapi orantua enggan untuk datang kepesantren dengan
alasan sibuk mencari nafkah dan tidak sempat untuk kepesantren, bahkan
terkadang ada orang tua yang jarang sekali datang kepesantren hanya
untuk menjenguk ananknya di pesantren, karena berbagai alasan dan
cuman mengirimkan uang saja untuk anaknya setiap bulan melalui
rekening bank yang dimiliki gurunya, padahal anak sangat butuh sekali
perhatian dari orangtuanya. Kalau saya amati, kurangnya kerja sama
orangtua dengan pihak pesantren dalam hal pengembangan karakter
kedisiplinan dikarenakan faktor orangtua sibuk mencari nafkah. Karena
itulah yang menyebabkan kurangnya pengawasan dari orang tua atau wali
santri terhadap anaknya133‟‟.
Berdasarkan observasi dilapangan, penulis melihat bahwa kerjasama
sekolah dengan orangtua santri memang masih kurang. Orang tua terlihat hanya
sebatas mengantar anaknya ke pesantren untuk mondok kemudian datang lagi
untuk menjemput anaknya beberapa bulan kemudian ketika libur semester
maupun libur bulan puasa tanpa ada interaksi dengan guru di pesantren.134
Dibalik prestasi santri yang baik akan selalu ditemukan keterlibatan dan
keterikatan orangtua yang besar. Sebaliknya, dibalik kegagalan program
pendidikan suatu pesantren sering diakibatkan oleh potensi orangtua yang tidak
dikelola secara efektif. Partisipasi dan keterikatan orangtua bersifat relatif, baik
secara pasif atau aktif mulai dari laporan pengasuh pesantren tentang kemajuan
132
Hasil wawancara, 27 Mei 2019 133
Hasil wawancara, 27 Mei 2019 134
Hasil Observasi, 27 Mei 2019
belajar santri kepada orang tua santri kepada orang tua mereka, rapat khusus yang
harus dihadiri orang tua, sosialisasi kurikulum kepada orang tua, bantuan orang
tua dalam bentuk non-intruksional, sampai kepada partisipasi orang tua dalam
pembuatan keputusan.
Untuk menanamkan karakter pada santri tidak semudah membalikkan
tangan. Menurut penjelasan ustad Hermantoni S.Pd.I, hal tersebut dijelaskan
adalah sebagai berikut:
„‟Mendidik karakter disiplin itu sangat sulit dan butuh waktu yang lama
serta berkesinambungan. Mendidik santrimemiliki pengaruh pada
lingkungan keluarga dan masyarakat. Pengaruh akhlak dipesantren belum
seberapa jika disbanding dengan pengaruh karakter dari lingkungan
keluarga atau masyarakat. Namun demikian pesantren juga mempunyai
pengaruh bersar terhadap perkembangan anak. Sebagai guru aqidah akhlak
menurut saya memang harus berlaku lemah lembut teradap santri. Hali ini
penting karena terkadang santri ketika dirumah sering tidak mendapatkan
kasih sayang kelembutan dari orangtuanya. Jika dilingkungan keluarga
para orantua mendidik anaknya dengan keras, atau tipe orangtua yang
otoriter, maka dipesantren harus mendapatkan perhatian dari gurunya.
Dengan demikian santri akan tetap ada penganyom dalam perjalanan
hidupnya. Apa jdinya jika santri selalu mendapatkan didikan keras terus
dipesantren diterapkan pengajaran yang keras pula, maka santri akan tentu
santri akan tedidik menjadi santri-santri yang tidak berkarakter. Itulah
sebabnya keteladanan akan karakter disiplin guru harus dicontohkan lewat
perilakun guru yang memiliki karakter yang baik.135
Dalam masalah ini Allah SWT juga telah mengajarkan mengenai sikap
seorang pengajar aqidah akhlak, pendakwah atau siapapun yang membawa misi
agama untuk selalu menyampaikan dakwah agama dengan lemah lembut dan
bijaksana. Hal ini telah dijelaskan Allah SWT melalui firman-Nya yaitu:
135
Hasil wawancara, 27 Mei 2019
نفضوا فبما رحة من الله لنت لم ولو كنت فظا غليظ القلب لا هم و است غفر لم و شاورىم ف الأمر فاذا من حولك فاعف عن
لي ت وكم
ب الم ل علي الله انم الله ي عزمت ف ت وكمArtinya:‟‟Maka disebabkan rahmat Allah SWT lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu
maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah
SWT. Sungguh Allah mencintai orang yang bertawakal. ( Surah Ali-
Imron Ayat 159)136
Pengembangan peran orangtua dapat dipandang penting sama pentingnya
dengan pengembangan staf pesantren. Karena dengan memperhatikan peran
orangtua, setidaknya dapat diambil tiga keuntungan. Pertama, mereka dapat
memberi informasi tentang pendidikan pada umumnya dan khususnya di
pesantren. Oleh karenanya, guru hendaknya berusaha memikirkan bagaimana arus
informasi orang tua santri dapat sampai kepada mereka. Sebagai bentuk
penghormatan terhadap guru, biasanya orang tua santri hanya akan berbicara jika
ditanyai guru. Oleh karena itu, diharapkan setiap terjadi pertemuan orangtua
dengan majelis guru, para guru berupaya menggali informasi seperlunya dari
mereka demi peningkatan mutu pelayanan pesantren kepada santri dan
masyarakat.Kedua, partisipasi orangtua dapat menumbuhkan komitmen mereka
untuk mendorong prestasi pendidikan anak-anak mereka di pesantren. Misalnya,
dengan mengetahui program pesantren orangtua akan berusaha menciptakan iklim
pendidikan di keluarga sehingga tidak menimbulkan konflik dengan pengetahuan
dan sikap anaknya di pesantren. Dan ketiga, partisipasi orangtua dalam proses
136
Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 2013
pembuatan keputusan akan mengurangi tingkat resistensi dalam implementasi
program-program pendidikan pesantren.
4) Adanya Kebiasaan atau Tradisi Santri di Pesantren Al-Jauharen
Kebiasaan dalam keseharian berprilaku dalam pesantren juga dapat
mempengaruhi pembentukan karakter santri, sehingga tanpa adanya paksaan
santri sudah terbiaa mengerjakannya. Sebagai contoh tradisi di pondok pesantren
Al-Jauharen adalah shalat berjamaah dan waktu keluar dari kelas santri dilarang
mendahului gurunya, dari shalat tersebut santri terbiasa untuk melaksanakan
shalat berjamaah baik dipesantren maupun dirumah, sehingga santri akan sadar
dari pembiasaan tersebut. Apalagi jika shalat berjamaah tersebut dilaksanakan
lima kali dalam sehari. Tentu akan memberikan pengajaran kepada santri arti
pentingnya untuk tepat waktu dan disiplin dalam kehidupan.
Kebiasaan yang dilakukan santri ini memiliki peran yang angat penting
sekali dalam meningkatkan karakter disiplin antri, karena dalam pembiasaan ini
menjadi tumbuh dan berkembag dengan baik dan tentunya dengan pembiasaan
yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga muncul suatu
rutinitas yang baik yang tidak menyimpang dari ajaran islam.Adanya kebiasaan
atau tradisi yang ada di pondok pesantren Al-Jauharen juga sangat mempengaruhi
pembentukan karakter santri, karena dalam pembiasaan yang baik maka akan
menjadi tumbuh dan berkembang dengan baik.
Dan terlihat juga oleh penulis bahwasanya jika adzan sholat
berkumandang, semua aktifitas belajar-mengajar terhenti. Dan terlihat adanya
para guru dan santri bergegas mengambil wudhu dan sholat berjama‟ah di masjid.
Ini merupakan salah satu disiplin dalam beribadah yang dilakukan para guru dan
santri. Karena memang salah satu upaya guru untuk meningkatkan disiplin santri
adalah untuk membiasakan santri selalu disiplin dalam waktu. Terutama disiplin
ibadah kepada Allah SWT dengan mengerjakan sholat lima waktu sehari semalam
serta mengerjakan sholat-sholat sunah yang diwajibkan kepada para santri. Seperti
sholat sunah tahajud dan sholat sunah dhuha.
Santri yang belajar di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi, juga
melakukan kegiatan sehari-hari yang diatur oleh pihak Pondok Pesantren Al-
Jauharen Kota Jambi. Berikut adalah tabel kegiatan-kegiatan yang dilakukan
sehari-hari oleh santri Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi.
No
JAM
KEGIATAN
1. 03.00-03.30 Bangun tidur, antrian mandi atau wudhu
2. 03.30-04.00 Sholat tahajud di masjid dan baca wirid
3. 04.00-04.30 Makan sahur (hari senin dan kamis) atau tadarus Al-
Qur‟an
4. 04.30-05.20 Sholat tahajud
5. 05.20-05.30 Baca surah Al-Mulk dan sholawat
6. 05.30-06.00 Mufrodat/muhadhatsah dan tahfidz
7. 06.00-06.30 Persiapan berangkat ke kelas
8. 06.30-07.00 Sarapan pagi
9. 07.00-09.30 Sekolah formal
10. 09.30-10.10 Sholat dhuha dan istirahat
11. 10.10-12.10 Sekolah formal
12. 12.10-13.00 Ishoma (sholat zuhur)
13. 13.00-14.20 Sekolah formal
14. 14.20-15.00 Istirahat/tidur siang
15. 15.00-15.30 Persiapan sholat ashar
16. 15.30-15.50 Sholat ashar di masjid
17. 15.50-16.00 Membaca surah Ar-Rahman atau Al-Waqi‟ah
18. 16.00-17.00 Kegiatan ekstrakurikuler atau olahraga
19. 17.00-17.30 Mandi dan makan sore
20. 17.30-17.50 Mufrodat atau Muhadatshah
21. 17.50-18.00 Tadarus atau nazor di masjdi
22. 18.00-20.00 Sholat magrib, belajar Al-Qur‟an dan sholat isya
23. 20.00-22.00 Belajar malam tambahan
24. 22.00-22.10 Persiapan tidur, wudhu dan membaca doa tidur
bersama-sama
24. 22.10-03.00 Tidur malam
Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan yang ada di
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi sangat padat sekali, dan jarang
ditemukan waktu untuk bersantai-santai. Dan table di atas merupakan disiplin
waktu yang harus dilaksanakan oleh para santri. Dan dari hasil observasi penulis
ditemukan bahwa masih adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
santri, mengingat bahwa manusia jarang ada yang sempurna dalam melaksanakan
disiplin waktu, tapi setidaknya guru mencoba dan berupaya agar selalu
memotivasi dan menasehati santri agar santri selalu disiplin waktu dalam semua
kegiatan-kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi.
b. Faktor Penghambat
1) Pengaruh Lingkungan
Lingkungan adalah tempat dimana santri mendapatkan pengaruh dari
pembentukan karakternya, pada usia remaja pengaruh lingkungan masyarakat
terkadang membawa pengaruh besar dari pengaruh faktor lainnya karena remaja
sedang mengembangkan kepribadian dimana mereka sangat memerlukan
pengakuan lingkungan teman-teman, lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat pada umumnya.
Lingkungan masyarakat yakni lingkungan yang selalu mengadakan
hubungan dengan cara bersama orang lain oleh karena itu lingkungan masyarakat
juga dapat membentuk karakter seseorang. Di dalamnya orang akan menetap
beberapa permasalahan yang dapat mempengaruhi bagi perkembangan, baik
dalam hal-hal yang positif maupun ha-hal yang negatif dalam membentuk
karakter pada diri seseorang. Ketika santri berada dalam lingkungan pesantren ia
akan berada pada lingkungan yang berada pada pengawasan 24 jam oleh guru
asramanya, bagi santri yang mondok dimana adakalanya santri merasa jenuh
karena tidak bisa kemana-mana dan terasa hidupnya terkekang dan membosankan
sehingga adakalanya santri melakukan sebuah pelanggaran-pelanggaran ringan
hingga terkadang santri melakukan pelanggaran-pelanggaran berat hanya untuk
membuang jauh rasa jenuhnya. Akan tetapi bagi santri yang tidak mondok
lingkungan sangat berpengaruh sekali bagi pembentukan karakter dikarenakan
kurangnya pengawasan orangtua yang sibuk bekerja sehingga bisa menyebabkan
masuk kedalam lingkungan yang kurang baik.
Penjelasan diatas mengemukakan bahwa sejatinya manusia itu adalah
makhluk sosial dimana mereka tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang
lain. Demikian pula dengan perilakunya mereka dimana dominan faktor
lingkunganlah yang menjadi pembentukan karakter itu sendiri. Jadi perlu
diperhatikan mana yang membawa dampak positif dan negatifnya. Sebagaimana
sabda Rasulullah SAW :
الرمجل على دين خليلو ف لي نظر أحدكم من يالل
Artinya: ‟Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah
satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan
teman‟‟ (HR. Abu Daud no. 4833 dan at-Tirmidzi no. 2378)
Dari hadist diatas jelas bahwa kita sangat dianjurkan untuk memilih
lingkungan yang baik dimana akan berdampak positif pula bagi kehidupan sehari
dan berkelanjutan.
Berdasarkan hasil observasi penulis ditemukan bahwa kurang adanya
pengawasan dan penindaklanjutan atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
oleh santri yang tidak mondok. Pelanggaran-pelanggaran yang banyak dilakukan
oleh santri yang tidak mondok biasanya seperti, terlambat masuk kelas,
dikarenakan jarak rumah ke pesantren agak jauh. Dan biasanya santri yang tidak
mondok ketika mereka pergi sekolah, mereka bersama-sama secara
rombongan.Dan ada yang berjalan kaki dan ada yang membawa motor ke
sekolah‟‟.137
137
Hasil Observasi, 27 Juni 2019
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang santriwati kelas VIII
B MTs Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi yang bernama Ega mengatakan
bahwa:
„‟Biasanya kami ketika ingin berangkat sekolah, kami serempak pergi
bersama-sama teman lainnya. Dikarenakan jarak rumah kami saling
berdekatan, tetapi yang menyebabkan kami suka terlambat masuk ke kelas
karena kami saling tunggu-menunggu, ada yang sudah siap berangakat dan
ada yang belum siap berangakat sehingga banyak menghabiskan waktu
untuk menunggu teman. Belum lagi menghabiskan waktu ketika dalam
perjalanan menuju pesantren. Karena pergi sekolah bersama-sama itu lebih
asyik dan terasa kebersamaanya dibandingkan sendirian.‟‟ 138
Pelanggaran-pelanggaran yang banyak dilakukan oleh santri yang tidak
mondok biasanya seperti membawa Hand Phone ke sekolah, hal ini juga
menyebabkan santri malas belajar dan asyik bermain Hand Phone. Apalagi
dewasa ini, Hand Phone Android sangat mudah di beli dengan harga yang murah
dan aplikasi yang lengkap. Dan ditemukan adanya santri yang mondok yang
membawa Hand Phone ke pesantren lalu menitipkannya ke santri yang tidak
mondok untuk dibawa pulang kerumah. Serta terkadang santri yang tidak mondok
sengaja meminjamkan hp nya kepada santri yang mondok. Padahal pihak pondok
pesantren Al-Jauharen Kota Jambi sangat melarang pemakain Hand Phone saat
berada dalam kawasan pesantren karena sangat mengganggu. Dan terlihat pihak
pondok pesantren Al-Jauharen Kota Jambi sering melakukan razia. Dan jika ada
santri yang ketahuan membawa Hand phone saat berada dalam kawasan Pondok
Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi, maka Hand Phone nya akan disita dan tidak
dikembalikan. Dan ada juga yang dihancurkan ditempat, agar santri jera dan tidak
mengulanginya lagi. Dan penulis menemukan bahwa masih ada santriwati yang
tidak mondok memakai seragam yang agak ketat dan terkadang berbeda dengan
seragam yang telah ditentukan oleh pihak Pondok Pesantren Al-Jauharen‟‟. 139
138
Hasil wawancara, 22 Juni 2019 139
Hasil Observasi, 22 Juni 2019
2) Kurangnya Kesadaran Santri Untuk Berdisiplin
Faktor penyebab rendahnya disiplin santri dalam pembelajaran di pondok
pesantren Al-Jauharen Kota Jambi karena masih banyaknya santri kurang
menyadari akan pentingnya disiplin bagi setiap santri yang belajar. Mereka tidak
bisa memahami bahwa disiplin sangat dibutuhkan bagi seorang santri dalam
belajar. Karena santri berasal dari latar belakang yang berbeda-beda seperti jika
santri ber\al dari latar belakang keluarga yang baik dan gamis maka kepribadian
atau karakter anak akan baik, akan tetapi lain halnya dengan apabila latar
belakang santri buruk maka kepribadian atau karakter santri juga akan buruk.
Ketika santri memiliki kesadaran yang tinggi dalam hal kedisiplinan tentunya
akan berakibat baik bagi santri itu sendiri karena hidupnya akan terarah seperti
ketika santri memiliki kesadaran dalam disiplin waktu dan disiplin untuk taat pada
tata tertib pesantren. Akan tetapi sedikit sekali santri yang memiliki kesadaran
untuk disiplin waktu maupun disiplin untuk taat pada tata tertib pesantren
sehingga banyak ditemukan santri yang masih melanggar dalam hal kedisiplinan,
Sesuai dengan penuturan ustazah Nike Fitria S.Pd.I guru di pesantren Al-
Jauharen mengemukakan bahwa:
„‟Santri yang ada di pesantren Al-Jauharen memiliki karakter yang
berbeda-beda selain karena memang karakter anak tidak sama juga mereka
berasal dari kondisi keluarga yang bebeda-beda sehingga sangat wajar jika
santri memperlihatkan karakter yang bermcam-macam‟‟.140
Hasil observasi Pengamatan di lapangan adalah dimana santri dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran masih ada yang ribut dan tidak memperhatikan
pelajaran guru di depan. Siswa hanya ribut berbicara dengan teman sebangkunya
tentang sesuatu yang lain di luar materi pelajaran. Meskipun guru memberikan
sanksi kepada mereka, namun lainnya melakukan hal yang sama dengan teman
mereka sebelumnya‟‟. 141
Wawancara dengan ustad Hermantoni S.Pd.I guru aqidah akhlak MTs di
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi, maka ia mengatakan:
140
Hasil wawancara, 20 Mei 2019 141
Hasil Observasi, 20 Mei 2019
„‟Ketika saya mengajar pada mata pelajaran jam pertama, masih adanya
santri kurang menyadari disiplin itu penting menyebabkan penerapan
disiplin ini lemah. Seperti misalnya ada santri yang terlambat masuk ke
kelas dan diberi sanksi tidak boleh mengikuti pelajaran, namun mereka
menjadi senang, bukannya mereka merasa rugi karena tidak dapat
mengikuti pelajaran,dan memilih untuk tidak belajar. Hal ini tentu
menyulitkan saya untuk meneggakan disiplin bagi santri. Dan biasanya
banyak santri yang tidak mondok yang banyak terlambat. Dan dikarenakan
mengurusi santri yang terlambat, menyebabkan sedikit terganggunya
aktivitas belajar-mengajar pada santri lain.‟‟ 142
Pengamatan terhadap santri Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi,
yang mengikuti pembelajaran mata pelajaran jam terakhir di Pondok Pesantren
Al-Jauharen Kota Jambi saat belajar di kelas dimana mereka selalu ingin keluar
cepat jika sudah jam pelajaran akan berakhir, sehingga terkadang ia membuat
kegaduhan di kelas yang mengganggu jam mata pelajaran jam terakhir. Mereka
terlihat lelah dan jenuh belajar seharian dan ingin beristirahat sesegera mungkin di
luar kelas, namun sikap mereka yang begitu selalu dapat teguran dari guru‟‟. 143
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang santri putri kelas
VIII B MTs Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi yang bernama Niha
mengatakan bahwa:
„‟Biasanya ketika belajar mata pelajaran jam terakhir kami sudah mulai
merasa kelelahan dan jenuh, dikarenakan seharian telah belajar, dan kami
juga merasa lapar sehingga jam mata pelajaran terakhir agak kurang
fokus dan kami juga mengantuk, sehingga menyebabkan kami ingin cepat
keluar kelas.‟‟ 144
Disekolah atau pesantren, santri belajar menurut gaya mereka masing-
masing. Perilaku santri bermacam-macam baik dalam kehidupan berinteraksi
sesama santri maupun guru, maupun dalam menerima pelajaran. Ada yang
memang sebagian yang tekun dan penuh konsentrasi dalam belajar dengan cara
mendengarkan penjelasan atau mengerjakan tugas yang telah diberikan, serta taat
dan patuh terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh lingkungan
pesantren. Ada juga yang sebaliknya, yang nakal, suka tidur dikelas, terlambat
142
Hasil wawancara, 20 Mei 2019 143
Hasil wawancara, 29 Mei 2019 144
Hasil wawancara, 20 Juni 2019
masuk, suka bolos, kabur dari asrama. Oleh sebab itulah para guru di Pesantren
Al-Jauharen Kota Jambi selalu memberikan nasehat kepada para santri agar
memiliki kesadaran yang tinggi dalam kedisiplinan guna dalam menjalani
kehidupan sehari-hari.
3) Kurangnya Keteladanan Guru
Seorang guru sudah sepantasnya berdisiplin dalam mengajar, karena
tujuan utama mengajar bukan sekadar memberikan ilmu pengetahuan sesuai
dengan yang dalam buku pelajaran, melainkan juga guru membentuk sikap santri
menjadi baik, seperti pembentukan disiplin siswa dalam belajar. Pada dasarnya
perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan oleh peserta didik harus dipengaruhi
oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimIiIki oleh seorang guru.
Atau dengan perkataan Iain, guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan
perilaku peserta didik. Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh (suri
teladan) bagi peserta didik, karena pada dasarnya guru adaiah representasi dari
sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat
menjadi teladan, yang dapat digugu dan ditiru.
Guru di pondok pesantren Al-Jauharen dalam hal untuk bekerjasama
dalam hal-hal kegiatan tertentu masih ada terlihat belum maksimal dalam
kekompakannya. Seperti terlihat dari hasil pengamatan penulis dilapangan pada
saat kegiatan sholat zuhur berjama‟ah. Seperti yang di ungkap oleh kepala sekolah
mengenai ini mengatakan:
„‟Untuk siswa dalam sholat zuhur berjamaah di awasi oleh beberapa guru
saja secara kekompakan guru dalam sholat zuhur berjama‟an memang
belum sepenuhnya terlaksana. Sama hal nya dengan kegiatan
ekstrakurikuler, perlombaan-perlombaan maupun kegiatan-kegiatan yang
ada dipesantren Al-Jauharen masih sangat minim sekali kekompakan dari
para guru, hanya sebagian guru saja yang mau ikut andil serta
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. ‟‟145
145
Hasil Wawancara, 16 Mei 2019.
Adapun wawancara penulis kepada salah satu santri kelas VIII B bernama
Melani mengatakan:
„‟Ketika telah memasuki waktu sholat maka kami akan melakukan sholat
berjamaah serta sebagian guru kami juga menyeru untuk sholat saja, tetapi
tidak ikut sholat berjamaah, guru malah pulang kerumah untuk makan
siang dan istirahat, lalu ketika jam ishoma telah habis baru guru kembali
lagi ke pesantren, dan ada juga yang sholat di asrama bagi ustadzah-
ustadzahnya dan tidak ikut sholat dimasjid, dikarenakan di masjid tidak
ada tempat wudhu khusus untuk jama‟ah perempuan nya sehingga ketika
berwudhu harus di wc santri dan masjidnya ketika siang sangat panas
sekali sehingga tidak betah berlama-lama dimasjid. Belum lagi kalau ada
ekstrakurikuler, kegiatan-kegiatan atau acara-acara dipondok sangat
sedikit sekali guru yang bisa hadir dalam acara tersebut dikarenakan
banyak hal ada yang rumahnya jauh, karena ada urusan pribadi, ada juga
yang memang sengaja tidak mau datang dalam acara tersebut ‟‟146
Dari hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa untuk membangun
karakter disiplin siswa juga perlu bimbingan secara praktik dalam keseharian
dipesantre noleh guru, akan tetapi kebersamaan serta kekompakan dari guru itu
sendiri belum sepenuhnya terwujud, dan hanya sebagian yang peduli dengan
kegiatan-kegiatan yang sifatnya menanamkan nilai-nilai agama serta karakter
disiplin di pondok pesantren Al-Jauharen Kota Jambi.
Seharusnya guru lebih mengingat kembali, mengevaluasi sejauh mana ia
sudah melakukan pengembangan diri. Dari setiap apa saja yang telah
diperbuatnya, hendaklah guru mengingat kembali apa saja yang telah
dilakukannya, dan diperhitungkan kembali apakah sudah benar yang dikerjakan
dari setiap individu itu. Allah SWT pun menyuruh kita untuk bertakwa
kepadaNya dan memperhatikan segala apa yang diperbuatnya.
Sebagaimana dengan Tegas Al-Qur‟an memperigatkan agar kita jangan
sampai menganjurkan sesuatu tetapi tidak menjalankannya. Firman Allah SWT
QS. As-Shaf ayat 2-3 sebagai berikut:
146
Hasil Wawancara, 16 Mei 2019
( كب ر مقتا عند 1ت قولون مالا ت فعلون ) ياي ها المذين امنوا ل
(1الله ان ت قولوا ما لا ت فعلون )
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, apakah kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.147
Pribadi guru sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini
dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh,
termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadi dirinya. Secara
teoritis, menjadi teladan merupaka bagian integral dari seorang guru, sehingga
guru berarti menerima tanggung jawab menjadi teladan.
Hasil pengamatan tersebut dapat dipahami bahwa usaha guru dalam
meningkatkan kedisiplinan di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota
Jambi, ada beberapa macam usaha di antaranya memanggil dan memberi nasehat
atau bimbingan serta memberI pelajaran tambahan untuk meningkatkan sumber
daya santri. 148
3. Upaya Guru dalam Meningkatkan Karakter Disiplin Santri Di Pesantren
Al-Jauharen Kota Jambi
Upaya guru dalam pembentukan karakter siswa sebagai contoh atau
teladan bagi peserta didik dan khususnya masyarakat pada umumnya. Oleh
karena itu, seorang guru haruslah memberi contoh yang baik, segala tingkah
lakunya tidak bertentangan dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat.
Segala bentuk penyimpangan tidak akan terjadi jika guru, orang tua dan
masyarakat mampu memberikan teladan yang baik bagi seorang anak, potensi
untuk berbuat yang melanggar norma, aturan itu akan semakin kecil.
147
Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 2013 148
Observasi, 23 Mei 2019
هون عروف و ي ن
ة يدعون ال الي و يأمرون بالم ولتكن منكم أممفلحون
نكر و أولئك ىم الم
عن الم
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari
yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung (Q.S Al-Imron (3): 104)
Guru sebagai pendidik berkewajiban membawa anak didik ke arah
kedewasaan dengan memanfaatkan pergaulan sehari-hari dalam pendidikan
merupakan cara yang paling baik dan efektif dalam pembentukan pribadi anak
didik. Guru merupakan ujung tombak memerlukan kreativitas dan kemandirian
untuk mencapai kebijakan yang sudah ditetapkan oleh pesantren, jika ingin
karakter santrinya terbentuk dengan baik guru sebaiknya memiliki upaya yang
kuat agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan pesantren. Jika upaya seseorang
tinggi maka hasilnya juga akan memuaskan, tanpa upaya sedikit sekali yang akan
dicapai dengan pengalaman yang luar biasa bisa di tantang dan dipenuhi.
ر ص ب وال ع م سم ل ا نم إ م ل ع و ك ب ل س ي ل ا م ف ق ت ولا
ولا ئ س م و ن ع ن ا ك ك ئ ول أ ل د ك ؤا ف ل وا
Artinya: Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati
nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya.(QS.17(36)149
149
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemahan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006),
hal. 389.
Berdasarkan uraian diatas upaya guru yang akan memiliki identifikasi
terhadap tujuan sekolah, terlibat sungguh-sungguh dalam pekerjaan dan ada
loyalitas serta tindakan yang positif terhadap tujuan pendidikan yang di inginkan
sekolah. Selain itu tampil tingkah laku berusaha kearah tujuan pendidikan dan
keinginan untuk tetap bergabung dengan sekolah dalam jangka waktu yang lama.
Dengan komitmen yang tinggi, maka kualitas pelayanan pembelajaran yang
merupakan tugas pokok dan fungsi sebagai seorang guru akan tercapai dengan
maksimal dalam proses pembelajaran, dalam membentuk karakter santri yang
lebih baik.
a. Menyusun Tata Tertib Pondok Pesantren
Tata tertib atau peraturan yang dibuat untuk mendisiplinkan dan
membentuk karakter santri yang taat pada tata tertib. Salah satu upaya dalam
meningkatkan karakter kedisiplinan di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi adalah
membuat tata tertib. Tata tertib yang dibuat oleh pihak Pondok Pesantren Al-
Jauharen Kota Jambi bukan bermaksud mengekang ataupun membatasi gerak-
gerik santri, akan tetapi mampu membuat para santri menjadi lebih terarah dan
terorganisir dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran. Adapun tata tertib
yang dibuat oleh pihak Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi adalah hasil
kajian, pemikiran dan musyawarah bersama antara pimpinan dan majelis guru di
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi yang telah disepakati bersama-sama.
Sebagaimana hasil wawancara dengan K.H. Ahmad Sirojuddin selaku pimpinan
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi mengatakan bahwa:
„‟Dalam pembuatan dan penyusunan peraturan yang berlaku di Pondok
Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi, selaku pimpinan Pondok Pesantren Al-
Jauharen Kota Jambi juga ikut terlibat, dikarenakan tidak di anggap sah
jika pimpinan tidak terlibat dalam pembuatan dan penyusunan peraturan
yang berlaku di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi‟‟.150
„‟Hasil temuan yang ada di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi
adalah guru aqidah akhlak tidak bertempat tinggal di dalam kawasan lingkungan
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi seperti pada umumnya, walaupun
150
Hasil wawancara, 20 Juni 2019
demikian terlihat guru aqidah akhlak sering ke Pondok Pesantren Al-Jauharen
Kota Jambi ketika siang hari pada saat beliau mengajar. Walaupun beliau tidak
bertempat tinggal di dalam kawasan lingkungan Pondok Pesantren, terlihat beliau
sering berdiskusi dengan bawahan nya dalam rangka membahas masalah
pengajaran termasuk dalam peningkatan disiplin santri di pesantren.
Taat terhadap peraturan pesantren atau disiplin pesantren merupakan
tindakan yang terpuji dan menjadi perhatian oleh pihak guru dan pihak pesantren
melalui tindakan-tindakan disiplin. Salah satu upaya untuk penegakkan disiplin
adalah dengan adanya papan peraturan yang ditempel di gedung madrasah, agar
santri bisa ingat apa saja peraturan yang berlaku di Pondok Pesantren Al-Jauharen
Kota Jambi.
Bentuk-bentuk penerapan disiplin di atas wajib ditaati dan dilakukan oleh
seluruh santri Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi. Mengenai bentuk
penerapan ini salah seorang santriwati yang mondok kelas VIII B MTs pondok
pesantren Al-Jauharen Kota Jambi yang bernama Niha mengatakan:
„‟Saya takut terlambat dan tidak mau bolos sekolah, dikarenakan memang
tujuan utama saya disuruh oleh orang tua sekolah di pesantren adalah
memang untuk belajar dan bukan untuk main-main, oleh karena itu saya
berusaha sebaik mungkin untuk mengikuti peraturan yang telah berlaku di
Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi, dan ikut belajar supaya bisa
memahami pelajaran yang diberikan oleh guru dan karena jika saya bolos
maka saya tidak mengerti dan tidak dapat mengikuti pelajaran yang akan
datang, Oleh karena itu agar tidak terlambat masuk ke kelas, saya
membiasakan mandi sebelum sholat tahajud, agar tidak antrian panjang
untuk mandi.‟‟ 151
Lebih lanjut lagi disampaikan oleh Melani santri kelas VIII B MTs pondok
pesantren Al-Jauharen Kota Jambi tentang taat terhadap peraturan di Pondok
Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi, berikut petikannya:
151
Hasil wawancara, 29 Juni 2019
„‟Setiap hari senin setelah upacara bendera, selalu razia tentang pakain,
sepatu dan kaos kaki, kuku, dan HP, maka saya dan teman-teman selalu
ingat akan peraturan itu, terutama jika hari senin, hari jum‟at atau minggu
jika kuku saya terlihat panjang langsung saya potong, saya takut dengan
hukuman, dan saya juga merasa malu dengan teman-teman, dikarenakan
akan di umumkan pakai microfon.‟‟ 152
Berdasarkan pendapat di atas dapat di pahami bahwa peraturan yang
berlaku di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi ditaati oleh para santri di
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi hal ini disebabkan oleh beberapa
alasan yaitu, karena faktor sekolah yang tegas dalam meneggakkan kedisiplinan
terhadap peraturan-peraturan yang telah di tetapkan sebagai peraturan pondok
pesantren, dan juga kesadaran para santri akan peraturan tersebut, santri merasa
takut dan malu jika melanggar peraturan yang telah di tetapkan oleh pihak Pondok
Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi. Apalagi jika santri kena sanksi sampai di
keluarkan oleh pihak Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi, dikarenakan
kebanyakn santri berasal dari luar Kabupaten maupun luar Kota. Sehingga mereka
akan memiliki kesadaran yang tinggi karena jauh-jauh mereka datang ke Pondok
Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi hanya untuk belajar dengan baik. Dan mereka
juga memikirkan orang tua nya yang kesusahan mencari biaya untuk mereka
belajar, dan telah memberikan mereka amanah untuk belajar dengan baik di
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi, dan bukan untuk main-main saja.
Agar tidak sia-sia hasil jerih payah orang tua mereka di kampung.
b. Menyelenggarakan Ekstra Kurikuler Berbasis Karakter
Menyelenggarakan ekstrakurikuler bisa sebagai wadah pembinaan
karakter disiplin melalui sejumlah aktifitas belajar dalam kegiatan ini. Perubahan
dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung
dalam belajar. Belajar dapat membuat sseorang memiliki ilmu pengetahuan,
maka membuat manusia dapat berkembang lebih jauh dari makhluk lainnya.
Belajar juga memainkan peran penting mempertahankan kehidupan sekelompok
umat manusia di tengah-tengah persaingan semakin ketat diantara manusia.
152
Hasil wawancara, 29 Juni 2019
Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi menetapkan pembagian tugas ekstrakurikuler
dalam bidang keagamaan untuk melatih kedisiplinan meliputi kegiatan:153
1) PAMI (Pengajian Antara Magrib dan Isya)
2) Sholat lima waktu berjamaah
3) Sholat Dhuha
4) Sholat Tahajud
5) Yasinan malam jum‟at
6) Pembacaan surah-surah pilihan sesudah ashar dan subuh
7) Pembiasaan pembacaan Ratibul Haddad dan Ratibul Athos sebelum magrib.
8) Puasa sunah pada hari senin dan kamis
9) Hadroh, sholawat, tilawah dan barzanji
10) Pembacaan doa bersama sebelum tidur154
Langkah berikutnya dalam menyukseskan kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan adalah memfokuskan pada pembentukan lifeskill santri. Demikian,
dapat dikatakan bahwa life skill adalah keterampilan atau kecakapan atau
kepandain hidup yang dimiliki seseorang yang mengakibatkan perubahan diri
dalam individu sebagai hasil dari aktivitas belajarnya. banyak kegiatan
ekstrakurikuler yang dilaksanakan di pesantren atau luar pesantren dengan tujuan
melatih kedisiplinan bagi santri, memperlas pengetahuan, memahami keterkaitan
antara berbagai mata pelajaran, penyaluran bakat dan minat, serta dalam rangka
usaha untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan para santri terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, kesadaran berbangsa dan bernegara, berbudi pekerti luhur
dan sebagainya.
Dalam berjamaah terkandung bermacam macam pelajaran yang harus
diterapkan dalam kehidupan sehari hari sebagai makhluk sosial. Dengan sholat
berjamaah maka akan terbentuklah sifat-sifat kebersamaan akibat dari ikatan
sholat. Sifat kebersamaan dari sholat inilah yang harus ditanamkan sedini
mungkin kepada siswa dengan tujuan akan dilanjutkan dalam kehidupan
153
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Jauharen Tahun 2019 154
Hasil Observasi, 11 Juli 2019
masyarakat. Apabila hal ini telah terlaksana maka dalam lingkungannya akan
terbentuklah satu kesatuan sosial muslim yang diikat oleh suatu aqidah atau
keyakinan.
Shalat merupakan amalan manusia yang paling pertama ditanyakan oleh
Allah SWT ketika di akhirat nanti, dunia dan akhirat saling berhubungan layaknya
mahasiswa yang mengerjakan soal ujian yang diumumkan kemudian. Tidak ada
sedikitpun celah yang memisahkan keduanya. Pembahasan tentang apapun
didunia ini, pasti berhubungan dengan akhirat, begitu juga sebaliknya karena
keberhasilan di dunia akan mengantarkan kita pada keberhasilan kita di akhirat.
Disiplin shalat lima waktu adalah salah satu ciri-ciri orang yang bertaqwa.
Disiplin shalat lima waktu adalah mengerjakan shalat wajib tepat pada waktunya.
Allah mencintai hamba-Nya yang mengerjakan sholat tepat pada waktunya serta
menghapuskan segala dosa-dosanya.Kemudian hasil wawancara dengan ustad
Hermantoni S.Pd.I selaku guru aqidah akhlak mengatakan bahwa:
„‟Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di pesantren Al-Jauharen, sangat baik
sekali dalam pembentukan karakter disiplin pada santri terutama masalah
disiplin waktu dimana santri harus stand by ketika ada jadwal
ekstrakurikuler untuk di ikuti. Seluruh santri diwajibkan untuk
menjalankan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di pesantren Al-Jauharen‟‟ 155
Senada dengan yang diucapkan Zulfakar salah satu santri kelas VIII A ia
mengatakan bahwa:
„‟Kami diwajibkan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler jika tidak
kami akan diberikan sanksi, tetapi baguslah jadinya kami terbiasa untuk
disiplin waktu dalam kehidupan sehari-hari‟‟.156
c. Memberikan Nasehat Kepada Santri
Nasehat merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh guru aqidah
akhlak dalam pengembangan karakter kedisiplinan santri. Biasanya nasehat
155
Hasil wawancara, 11 Juli 2019 156
Hasil wawancara, 11 Juli 2019
dilakukan ketika ada seseorang yang berlaku atau bertindak tidak sesuai dengan
norma-norma yang berlaku. Tujuan guru memberikan nasehat kepada santri yang
berakhlak kurang terpuji tersebut adalah agar santri dapat tergugah hatinya dan
dapat mengubah perilaku buruknya tersebut .
Untuk menerapkan dan mengembangkan karakter disiplin pada santri,
sebagai guru hendaknya berusaha memberikan arahan yang baik supaya santri
dapat memahami apa yang menjadi karakter disiplin. Dengan begitu, santri dapat
mengetahui perilaku apa yang seharusnya ditanamkan di dalam diri mereka
sendiri seperti taat pada tata tertib di pesantren Al-Jauharen.
المذين يستمعون القول ف يتمبعون أحسانو, أولئك المذين ىداىم الله و أولئك ىم أولوا الألباب
Artinya: Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling
baik di antaranya, mereka itulah orang-orang yang diberi Allah SWT petunjuk dan
mereka itulah orang-orang yang memiliki akal.
Sebagai guru yang telah di amanahi oleh orang tua dalam hal mendidik
anaknya, guru bertanggung jawab memberikan nasehat kepada santri, agar mereka
kelak menjadi anak yang baik, sholeh dan bertanggung jawab. Untuk itu guru
tidak pernah bosan-bosannya untuk selalu memberikan motivasi dan nasehat
kepada santri agar selalu disiplin dalam belajar. Hal ini sebagaimana hasil
observasi di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi telah diperoleh suatu
gambaran bahwa para guru telah memberikan nasehat kepada santri pada saat
upacara hari senin dan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Nasehat yang
diberikan guru adalah untuk selalu berdisiplin dalam hidup termasuk di dalamnya
untuk belajar dengan baik dan tidak bermalas-malasan di pesantren.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Ustad Hermantoni S.Pd.I selaku
guru aqidah akhlak tingkat Tsanawiyah di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi
mengatakan bahwa:
„‟Pembentukan kepibadian santri itu tidaklah mudah, hal yang bisa
dilakukan guru hanyalah terbatas pada penyampain materi,
mensuritauladani, dan berusaha semaksimal mungkin mengarahkan santri
menuju terbentuknya karakter sesuai yang dicita-citakan. Banyak para
guru menginginkan perubahan karate santri tetapi dengan cara yang salah.
Sebagai contoh guru membetulkan ucapan santri yang ngomong kasar
tetapi dinasehati dengan ekspesi marah, mnasehati dan banyak saran-
saran yang kadang-kadang santri mrasa tertekan dan muak, hal ini karena
masa remaja adalah dewasa yang memerlukan langkah dewasa pula
dalam menanganinya. Kepribadian lebih cepat terbentuk lewat tauladan
dan karakter guru kalau kepingin mengajari kepribadian yang baik yang
harus mencontohkan bagaimana berkepribadian yang baik. Selaku guru
aqidah akhlak disini, apabila ada santri yang melanggar peraturan yang
telah ditetapkan di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi selain
diberi sanksi, diberi peringatan berupa nasehat terlebih dahulu, sekali, dua
kali, tiga kali masih juga melanggar yang keempat kali baru dikembalikan
kepada orang tuanya, sebab kita sebagai selaku guru di Pondok Pesantren
Al-Jauharen Kota Jambi seperti diibaratkan bengkel, pegawainya para
guru, apabila motor tersebut sudah diperbaiki tapi tetap juga tidak mau
juga hidup, maka akan dikembalikan kepada orang yang punya motor
tersebut‟‟. 157
„‟Dan menurut hasil pengamatan penulis ditemukan bahwa hampir
sebagian besar pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi adalah
pelajaran tentang agama Islam. Dan memakai kitab-kitab yang disusun oleh para
ulama terdahulu maupun kitab kuning, dimana di dalamnya terdapat pembahasan
khusus tentang akhlak atau karakter bagi para penuntut ilmu seperti santri, yang
rela meninggalkan oran tua dan kampung halaman demi menuntut ilmu. Dan di
dalam kandungan kitab-kitab tersebut banyak sekali nasehat-nasehat yang baik
yang telah dijelaskan oleh guru yang mengajar. Sehingga ketika proses
pembelajaran berlangsung guru bukan hanya mengajar tapi juga bisa menjadi
pendidik dan memberikan nasehat yang baik bagi santri. Sehingga sedikit banyak
akan tersimpan di dalam memori santri dalam menjalankan kehidupan sehari-hari
di pesantren maupun dirumah. Sehingga membuat para santri menjadi lebih baik
jika sering di nasehati. Terutama santri yang suka melanggar, akan lebih banyak
di nasehati oleh guru, agar tidak mengulanginya lagi‟‟. 158
157
Hasil wawancara, 11 Juli 2019 158
Hasil Observasi, 11 Juli 2019
و ق رءانا ف رق نىو لت قرأه على النما س على مكث ون ز لنىو ت نزلا
Artinya: Dan Al-Qur‟an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur
agar kamu membacakkannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami
menurunkannya bagian demi bagian.
Saat ditanya akan hal ini kepada ustad Hermantoni S.Pd.I di Pondok
Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi, maka ia mengatakan:
„‟Saya selalu memberikan nasehat jika ditemukan ada santri yang
melanggar, terutama pada saat saya sedang mengajar di kelas, seperti tidak
menyetor hapalan, keluar masuk kelas serta ribut di dalam kelas, jika
sudah di nasehatin berulang kali maka baru diberikannya sanksi.‟‟ 159
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, maka dapat di ambil suatu
pemahaman bahwa, pemberian nasehat merupakan upaya guru dalam
meningkatkan disiplin santri dalam belajar dan untuk menumbuhkan kesadaran
bagi santri agar lebih disiplin dalam kehidupan sehari-hari.
d. Memberikan Sanksi kepada Santri
Pemberian sanksi adalah salah satu cara untuk mendidik dan membina
karakter santri, tetapi hukuman yang disebut disini adalah sanksi yang mendidik
bukan dengan emosi dan kekerasan. Hukuman disini dimaksudkan agar santri
sadar dan jera sehingga tidak lagi mengulangi perbuatan buruknya dan berdampak
positif bagi karakter santri. Sanksi juga merupakan jalan terakhir dari upaya-upaya
lain yang sudah dilaksanakan.
Pemberian sanksi bagi santri yang melanggar adalah salah satu upaya
untuk meningkatkan kedisiplinan. Karena bisa menimbulkan efek jera bagi santri
yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak pondok pesantren.
Akan tetapi adakalanya santri yang telah diberi sanksi tetapi masih juga
melakukan pelanggaran kedisiplinan. Untuk itu sangat dibutuhkan sekali bagi para
guru untuk meningkatkan pengawasan terhadap santri.
159
Hasil wawancara, 11 Juli 2019
Sebagaimana hasil wawancara dengan Ustad Hermantoni S.Pd.I selaku
guru aqidah akhlak tingkat Tsanawiyah di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi
mengatakan bahwa:
„‟Saya sebagai guru aqidah akhlak merasa berkewajiban mengingatkan
santri yang berperilaku melanggar etika, saya langsung memberikan
hukuman kras kepada santri yang seperti saya suruh keluar ruangan,
berdiri di depan kelas dengan satu kaki, menulis 5 halaman perjanjian
tidak akan mengulangi perilaku tidak disiplin lagi, hal ini saya lakukan
hanya untuk memberikan efek jera dan takut agar santri yang melanggar
tidak mengulanginya lagi. Terkadang dikeluarga ketika santri dirumah
mereka kurang mendapatkan pendidikan seperti ini, orangtua terkadang
lebih memanjakan anak-anaknya atau bersikap masa bodoh terhadap
anaknya sehingga anak merasa bebas tanpa terkendali untuk berperilaku
semaunya. Sevagai guru aya tetap menyayangi santri nsaya oleh karena itu
di saat tertentu saya buat lelucon agar ketika santri-santri tetap dekat
dengan gurunya dan merasa tidak dendam karena telah diberikan hukuman
okeh gurunya, walaupun hukuman itu meripakan hukuman yang
mendidik‟‟.160
Sebagaimana hasil wawancara dengan ustad Muhammad Amin S.Pd.I
selaku Pembina asrama putra bagian keamanan Pondok Pesantren Al-Jauharen
Kota Jambi mengatakan bahwa:
„‟Jika ada santri juga melakukukan perilaku yang kurang disiplin dan
melakukan pelanggaran maka diberikan sanksi ringan berupa peringatan
dan kalau yang berat dikeluarkan dari Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota
Jambi‟‟.161
Kurang tepatnya sanksi yang diberikan guru dalam hal ini pelanggaran
disiplin terhadap peraturan seperti yang datang terlambat ke kelas, terlambat ke
masjid, kabur dari asrama, membawa alat elektronik atau ribut di kelas, membuat
santri menjadi lebih leluasa untuk melemahkan disiplin pada diri mereka sendiri.
Guru berkewajiban untuk meningkatkannya lagi menjadi lebih baik, agar kegiatan
pembelajaran bisa berjalan normal. Sanksi yang diberikan kepada santri adalah
jalan terakhir yang apabila dengan nasehat dan perhatian santri juga belum
mampu bersikap tidak melanggar kedisiplinan, maka hukuman atau sanksi dapat
160
Hasil wawancara, 11 Juli 2019 161
Hasil wawancara, 29 Juni 2019
diterapkan, akan tetapi sanksi tersebut haruslah bersifat mendidik dan yang
berdampak positif bagi perkembangan karakter santri.
„‟Pengamatan penulis ditemukan bahwa jika ada santri yang melanggar
peraturan yang telah dtetapkan di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota jambi akan
diberikan sanksi agar santri lebih disiplin lagi dalam belajar. Sanksinya seperti
tidak boleh mengikuti kegiatan belajar jika terlambat, membuang sampah,
mencuci rantang, dijemur dilapangan, pemanggilan orangtua dan lain
sebagainya‟‟. 162
Sebagaimana hasil wawancara dengan ustazah Nike Fitria S.Pd.I selaku
bagian pengasuh putri Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi mengatakan
bahwa:
„‟Pemberian sanksi bagi santri yang melanggar peraturan telah ditetapkan
oleh pihak pondok pesantren adalah bersifat mendidik agar para santri
jera dan sadar akan pentinganya kedisiplinan dan bukan bersifat untuk
mengekang kebebasan santri. 163
Dan hal ini dibenarkan oleh santri Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi yang
bernama Ega mengatakan bahwa:
„‟ Pemberian hukuman oleh guru adalah untuk mendidik kami agar lebih
disiplin lagi dalam menaati peraturan dan bukan untuk mengekang
kebebasan kami, Dan biasanya jika ketahuan membawa Hand Phone di
lingkungan Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi, maka kami diberikan
sanksi oleh guru berupa pemanggilan orang tua dan mencuci rantang
seasrama putri, untuk itu kami sangat tidak berani untuk membawa Hand
Phone di lingkungan Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi‟‟. 164
Ketegasan guru memang sangat diperlukan sekali dalam meningkatkan
kedisiplinan bagi santri. Dan ketegasan guru bisa melahirkan sikap hormat dan
canggung santri untuk melakukan palanggaran kedisiplinan. Santri bisa
menghormati dan memahami bahwa setiap keputusan yang diambil guru
mengandung manfaat dan kebaikan. Dari wawancara dan observasi diatas bahwa
162
Hasil wawancara, 29 Juni 2019 163
Hasil wawancara, 29 Juni 2019 164
Hasil wawancara, 29 Juni 2019
pentingnya guru memerlukan sifat bijaksana jangan sampai sanksi itu
meniimbulkan dampak buruk bagi perkembangan karakter santri.
B. Analisis Hasil Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana Eksistensi kompetensi kepribadian guru
aqidah akhlak dan karakter santri di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi,
dari data-data yang dapat di analisis sesuai dengan indikator-indikator
yang telah ditetapkan dalam pembahasan sebelumnya.
1. Eksistensi kompetensi kepribadian guru di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi
Pembentukan karakter santri di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi di
integrasikan dalam kehidupan sehari-hari. Guru merupakan teladan bagi para
santri dan semua orang yang menganggapnya guru. Maka dari itu sudah
selayaknya jika dalam kehidupan sehari-hari utamanya dipesantren guru
berperilaku baik yang dapat dijadikan contoh oleh santri. oleh guru dilakukan
dengan kompetensi kepribadian yang dimilikinya.
Dengan kompetensi kepribadian ini guru berprilaku sesuai norma agama
dan selalu memberi nasehat dan mengarahkan pada hal yang lebih baik. Selain itu
juga dengan kompetensi kepribadian guru berakhlak mulia dan menjadi teladan
bagi santri adalah guru mampu memberikan contoh yang baik kepada santri.
karena hakikatnya guru sering mencontoh guru nya. Selain itu dengan kompeteni
kepribadian guru yang berwibawa, yaitu memiliki kesiapan mengajar yang baik,
bisa memberikan materi-materi tambahan mengenai karakter disiplin, serta
menggunakan metode mengajar yang tidak monoton, akan membuat santri tertarik
dan antusias dalam mengikuti pelajaran sehingga tujuan pembentukan karakter
disiplin santri akan mudah tercapai.
Pembentukan karakter disiplin santri di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi
oleh guru dilakukan dengan kompetensi kepribadian yang dimilikinya, yaitu
kepribadian yang mantap, stabil, arif dan dewasa. Dengan kompetensi
kepribadian ini guru berprilaku sesuai peraturan atau tata tertib yang berlaku. Jika
guru tidak disiplin atau tidak mematuhi tata tertib, bagaimana mungkin santri
akan disiplin. Jadi, memang sudah tepat jika guru harus disiplin pula. selain itu
dengan kompetensi kepribadian guru yang berwibawa, guru yang berwibawa
akan selalu berusaha melayani kebutuhan santri dengan sebaik-baiknya,
menyampaikan peraturan dengan sopan dan tegas, serta memberikan sanksi atau
hukuman yang mendidik, tidak merugikan. Guru yang berwibawa akan disegani
santri. Hal ini mempernudah pembentukan karakter disiplin santri.
Eksistensi Kompetensi kepribadian guru dan karakter santri di
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi bahwa hasil penelitian ini
terdapat indikator tentang kompetensi kepribadian yang harus dimiliki
guru yaitu; pertama, bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan
kebudayaan. Kedua, berakhlak mulia serta menjadi teladan bagi peserta
didik. Ketiga, kepribadian yang mantap dan stabil. Keempat, dewasa dan
arif. Kelima, berwibawa. Keenam, menunjukkan etos kerja serta tanggung
jawab yang tinggi dan percaya diri. Ketujuh, menjunjung tinggi kode etik
guru. Namun dari indikator tersebut masih ada indikator yang belum
terpenuhi dengan maksimal, seperti indikator kepribadian guru yang
berakhlak mulia serta menjadi teladan bagi santri.
2. Faktor Pendukung Guru Dalam Meningkatkan Karakter Disiplin Santri Di
Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi
Adapun pengamatan penulis dari faktor pendukung dan penghambat yang
mana dapat di lihat bahwa yang pertama dari:
a. Faktor guru adalah kerja sama yang baik antara guru akidah akhlak dan
majelis guru dalam meningkatkan kedisiplinan bagi santri sangat diperlukan
sekali. Karena diharapkan mampu saling mendukung antara majelis guru
dalam meningkatkan kedisiplinan maupun dalam pemecahan berbagai
permasalahan di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi. Faktor guru yang mana
telah melaksanakan tugas dan kewajibannya seperti disiplin waktu, mengajar,
membimbing, memberi tugas, memberi sanksi, memberi arahan dan lain
sebagainya.
b. Faktor Orangtua untuk mengelola partisipasi orangtua dapat dilakukan secara
kondisional dalam bentuk yang beragam. Hal ini bahwa kemitraan antara
orangtua dan lembaga pendidikan dapat dilakukan dalam beragam aspek
pembuatan keputusan, termasuk kurikulum. Selama ini, keterlibatan wali
santri tergolong pasif, yakni hadir di pesantren atas undungan pengasuh
setahun sekali untuk mengikuti haflatul wada atau haul. Barangkali kegiatan
semacam itu perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga potensi orangtua
terdayagunakan secara optimal. Misalnya sebelum awal tahun ajaran baru
dimulai, mereka dihadirkan untuk memberikan masukan-masukan demi
perbaikan program pendidikan pesantren. Motivasi pola hidup berkarakter
tidak hanya diberikan oleh pihak pesantren melainkan juga dari orang tua
karena setelah sampai dirumah santri dibina oleh orangtua masing-masing
dalam mengembangkan karakter.
c. Kebiasaan dan tradisi dalam keseharian berprilaku dalam pesantren juga
dapat mempengaruhi pembentukan karakter santri, sehingga tanpa adanya
paksaan santri sudah terbiasa mengerjakannya. Sebagai contoh tradisi di
pondok pesantren Al-Jauharen adalah shalat berjamaah dan waktu keluar dari
kelas santri dilarang mendahului gurunya, dari shalat tersebut santri terbiasa
untuk melaksanakan shalat berjamaah baik dipesantren maupun dirumah,
sehingga santri akan sadar dari pembiasaan tersebut. Apalagi jika shalat
berjamaah tersebut dilaksanakan lima kali dalam sehari. Tentu akan
memberikan pengajaran kepada santri arti pentingnya untuk tepat waktu dan
disiplin dalam kehidupan.Kebiasaan yang dilakukan santri ini memiliki peran
yang angat penting sekali dalam meningkatkan karakter disiplin antri, karena
dalam pembiasaan ini menjadi tumbuh dan berkembag dengan baik dan
tentunya dengan pembiasaan yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari sehingga muncul suatu rutinitas yang baik yang tidak menyimpang dari
ajaran islam.Adanya kebiasaan atau tradisi yang ada di pondok pesantren Al-
Jauharen juga sangat mempengaruhi pembentukan karakter santri, karena
dalam pembiasaan yang baik maka akan menjadi tumbuh dan berkembang
dengan baik.
Adapun pengamatan penulis dari faktor penghambat yang mana dapat di lihat
bahwa yang pertama dari:
a. Pengaruh Lingkungan adalah tempat dimana santri mendapatkan pengaruh
dari pembentukan karakternya, pada usia remaja pengaruh lingkungan
terkadang membawa pengaruh besar dari pengaruh faktor lainnya karena
remaja sedang mengembangkan kepribadian dimana mereka sangat
memerlukan pengakuan lingkungan teman-teman, lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat pada umumnya.Lingkungan pesantren yakni
lingkungan yang selalu mengadakan hubungan dengan cara bersama orang
lain oleh karena itu lingkungan pesantren juga dapat membentuk karakter
seseorang. Di dalamnya orang akan menetap beberapa permasalahan yang
dapat mempengaruhi bagi perkembangan, baik dalam hal-hal yang positif
maupun hal-hal yang negatif dalam membentuk karakter pada diri seseorang.
Ketika santri berada dalam lingkungan pesantren ia akan berada pada
lingkungan yang berada pada pengawasan 24 jam oleh guru asramanya, bagi
santri yang mondok dimana adakalanya santri merasa jenuh karena tidak bisa
kemana-mana dan terasa hidupnya terkekang dan membosankan sehingga
adakalanya santri melakukan sebuah pelanggaran-pelanggaran ringan hingga
terkadang santri melakukan pelanggaran-pelanggaran berat hanya untuk
membuang jauh rasa jenuhnya. Akan tetapi bagi santri yang tidak mondok
lingkungan sangat berpengaruh sekali bagi pembentukan karakter
dikarenakan kurangnya pengawasan orangtua yang sibuk bekerja sehingga
bisa menyebabkan masuk kedalam lingkungan yang kurang baik.
b. Kurangnya Kesadaran Santri adalah salah satu faktor penyebab rendahnya
kedisiplinan santri dalam pembelajaran di pondok pesantren Al-Jauharen
Kota Jambi karena masih banyaknya santri kurang menyadari akan
pentingnya disiplin bagi setiap santri yang belajar. Mereka tidak bisa
memahami bahwa disiplin sangat dibutuhkan bagi seorang santri dalam
belajar. Karena santri berasal dari latar belakang yang berbeda-beda seperti
jika santri berasal dari latar belakang keluarga yang baik dan agamis maka
kepribadian atau karakter santri akan baik, akan tetapi lain halnya dengan
apabila latar belakang santri buruk maka kepribadian atau karakter santri juga
akan buruk. Ketika santri memiliki kesadaran yang tinggi dalam hal
kedisiplinan tentunya akan berakibat baik bagi santri itu sendiri karena
hidupnya akan terarah seperti ketika santri memiliki kesadaran dalam disiplin
waktu dan disiplin untuk taat pada tata tertib pesantren. Akan tetapi sedikit
sekali santri yang memiliki kesadaran untuk disiplin waktu maupun disiplin
untuk taat pada tata tertib pesantren sehingga banyak ditemukan santri yang
masih melanggar dalam hal kedisiplinan.
c. Kurangnya keteladanan guru ada beberapa hal pula yang menjadi kendala
yaitu untuk bekerjasama dalam hal-hal kegiatan tertentu masih ada terlihat
belum maksimal dalam kekompakannya. Seperti terlihat dari hasil
pengamatan peneliti dilapangan pada saat ada kegiatan ekstrakurikuler, acara
keagamaan maupun kegiatan sholat zuhur berjama‟ah, serta berdasarkan hasil
wawancara dan observasi, guru hanya sebagian yang memantau kegiatan
ekstrakurikuler, acara keagamaan dan mengarahkan anak untuk ikut sholat
berjamaah, sedangkan hal ini merupakan hal yang penting bagi
perkembangan serta peningkatan karakter anak, terutama disiplin waktu
ketika telah mendengar waktu azan mereka sebaiknya segera di ajak untuk
melaksanakan sholat di awal waktu.
3. Upaya Guru Aqidah Akhlak dalam Meningkatkan Karakter Disiplin Santri
Di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi
a. Menyusun Tata Tertib Pondok Pesantren adalah Tata tertib atau peraturan
yang dibuat untuk mendisiplinkan dan membentuk karakter santri yang taat
pada tata tertib. Salah satu upaya dalam meningkatkan karakter kedisiplinan
di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi adalah membuat tata tertib. Tata tertib
yang dibuat oleh pihak Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi bukan
bermaksud mengekang ataupun membatasi gerak-gerik santri, akan tetapi
mampu membuat para santri menjadi lebih terarah dan terorganisir dalam
melaksanakan proses kegiatan pembelajaran. Adapun tata tertib yang dibuat
oleh pihak Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi adalah hasil kajian,
pemikiran dan musyawarah bersama antara pimpinan dan majelis guru di
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi yang telah disepakati bersama-
sama. Keberlangsungan sebuah pesantren dalam mencapai tujuan sangat
tergantung dari komiten warganya mematuhi aturan pesantren . Pesantren
yang tertib, aman dan tertur merupakan prasyarat agar santri dapat belajar
secara optimal. Kondisi seperti ini dapat terjadi jika disiplin di pesantren
berjalan dengan baik. Kepala madrasah dan guru aqidah akhlak serta seluruh
majlis guru memegang peranan penting dalam membentuk disiplin
pesantren, mulai dari merancang, melaksanakan dan menjaga peraturan
yang berlaku agar tetap dipatuhi bersama.
b. Menyelenggarakan Ekstra Kurikuler Berbasis Karakter adalah
menyelenggarakan ekstrakurikuler bisa sebagai wadah pembinaan karakter
disiplin melalui sejumlah aktifitas belajar dalam kegiatan ini. Perubahan dan
kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung
dalam belajar. Belajar dapat membuat sseorang memiliki ilmu pengetahuan,
maka membuat manusia dapat berkembang lebih jauh dari makhluk lainnya.
Belajar juga memainkan peran peting dalam mempertahankan kehidupan
sekelompok umat manusia ditengah-tengah persaingan semakin ketat diantara
manusia. Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi menetapkan pembagian
tugas ekstrakurikuler dalam bidang keagamaan untuk melatih kedisiplinan
meliputi kegiatan: PAMI (pengajian antara magrib dan isya), sholat lima
waktu berjamaah, sholat dhuha, sholat tahajud, sholat tasbih serta pembacaan
surah yasin pada malam jum‟at, pembacaan surah-surah pilihan sesudah ashar
dan subuh seperti surah AL-Waqiah, Al-Mulk, Ar-Rahman, As-Sajadah,
pembiasaan pembacaan ratibul haddad dan ratibul athos sebelum magrib,
puasa sunah pada hari senin dan kamis, hadroh, sholawat, tilawah dan
barzanji serta pembacaan doa bersama sebelum tidur.
c. Memberikan nasehat kepada santri adalah nasehat yang merupakan salah satu
cara yang dilakukan oleh guru aqidah akhlak dalam pengembangan karakter
kedisiplinan santri. Biasanya nasehat dilakukan ketika ada seseorang yang
berlaku atau bertindak tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Tujuan guru memberikan nasehat kepada santri yang berakhlak kurang terpuji
tersebut adalah agar santri dapat tergugah hatinya dan dapat mengubah
perilaku buruknya tersebut. Untuk menerapkan dan mengembangkan karakter
disiplin pada santri, sebagai guru hendaknya berusaha memberikan arahan
yang baik supaya santri dapat memahami apa yang menjadi karakter disiplin.
Dengan begitu, santri dapat mengetahui perilaku apa yang seharusnya
ditanamkan di dalam diri mereka sendiri seperti taat pada tata tertib di pondok
pesantren Al-Jauharen.
d. Memberikan Sanksi kepada Santri adalah salah satu cara untuk mendidik dan
membina karakter santri, tetapi hukuman yang disebut disini adalah sanksi
yang mendidik bukan dengan emosi dan kekerasan. Hukuman disini
dimaksudkan agar santri sadar dan jera sehingga tidak lagi mengulangi
perbuatan buruknya dan berdampak positif bagi karakter santri. Sanksi juga
merupakan jalan terakhir dari upaya-upaya lain yang sudah dilaksanakan.
Pemberian sanksi bagi santri yang melanggar adalah salah satu upaya untuk
meningkatkan kedisiplinan. Karena bisa menimbulkan efek jera bagi santri
yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak pondok pesantren.
Akan tetapi adakalanya santri yang telah diberi sanksi tetapi masih juga
melakukan pelanggaran kedisiplinan. Untuk itu sangat dibutuhkan sekali bagi
para guru untuk meningkatkan pengawasan terhadap santri
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan urain yang telah penulis paparkan dalam bab-bab
terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap Eksistensi Kompetensi
kepribadian guru dan karakter santri di Pondok Pesantren Al-Jauharen
Kota Jambi bahwa hasil penelitian ini terdapat indikator tentang
kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru yaitu; pertama,
bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan.
Kedua, berakhlak mulia serta menjadi teladan bagi peserta didik.
Ketiga, kepribadian yang mantap dan stabil. Keempat, dewasa dan
arif. Kelima, berwibawa. Keenam, menunjukkan etos kerja serta
tanggung jawab yang tinggi dan percaya diri. Ketujuh, menjunjung
tinggi kode etik guru. Namun dari indikator tersebut masih ada
indikator yang belum terpenuhi dengan maksimal, seperti indikator
kepribadian guru yang berakhlak mulia serta menjadi teladan bagi
santri.
2. Faktor-faktor yang dihadapi guru di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi
dalam meningkatkan karakter disiplin santri terdapat dua faktor yaitu faktor
pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung dalam meningkatkan
karakter disiplin santri yaitu yang pertama, adanya peran orangtua untuk
mengelola partisipasi orangtua dapat dilakukan secara kondisional dalam
bentuk yang beragam. Hal ini bahwa kemitraan antara orangtua dan lembaga
pendidikan dapat dilakukan. Dan yang kedua adanya peran guru dimana
Faktor guru adalah kerja sama yang baik antara guru akidah akhlak dan
majelis guru dalam meningkatkan kedisiplinan bagi santri sangat diperlukan
sekali. Dan yang ketiga adanya kebiasaan atau tradisi santri sebagai contoh
tradisi di pondok pesantren Al-Jauharen adalah shalat berjamaah dan waktu
keluar dari kelas santri dilarang mendahului gurunya, dari shalat tersebut
santri terbiasa untuk melaksanakan shalat berjamaah baik dipesantren
maupun dirumah, sehingga santri akan sadar dari pembiasaan disiplin
tersebut. Adapun faktor penghambat dalam meningkatkan karakter disiplin
santri ada tiga yaitu pertama, pengaruh lingkungan, lingkungan dikarenakan
kurangnya pengawasan orangtua yang sibuk bekerja dan kurangnya
kesadaran santri untuk berdisiplin dikarenakan faktor jenuh tinggal di asrama
dan merasa kurang bebas dan kedua kurangnya keteladanan guru menjadi
kendala yaitu untuk bekerjasama dalam hal-hal kegiatan tertentu masih erlihat
belum maksimal dalam kekompakannya. Seperti terlihat dari hasil
pengamatan peneliti dilapangan pada saat ada kegiatan ekstrakurikuler, acara
keagamaan maupun kegiatan sholat zuhur berjama‟ah.
3. Adapun beberapa upaya-upaya Guru dalam Meningkatkan Karakter Disiplin
Santri Di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi ada empat yaitu yang pertama
Menyusun Tata Tertib Pondok Pesantren yang berguna untuk membentuk
disiplin pesantren, mulai dari merancang, melaksanakan dan menjaga
peraturan yang berlaku agar tetap dipatuhi bersama, kedua Menyelenggarakan
Ekstra Kurikuler Berbasis Karakter dalam menetapkan pembagian tugas
ekstrakurikuler dalam bidang keagamaan untuk melatih kedisiplinan meliputi
kegiatan-kegiatan, ketiga Memberikan nasehat kepada santri dengan tujuan
agar santri dapat tergugah hatinya dan dapat mengubah perilaku buruknya
tersebut. Dan yang keempat Memberikan Sanksi kepada yang melanggar
adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kedisiplinan. Karena bisa
menimbulkan efek jera bagi santri yang melanggar peraturan yang telah
ditetapkan oleh pihak pondok pesantren
B. Implikasi
Ada orang bijak pernah mengatakan: anak akan melupakan semua
nasehat baik dari orangtuanya, tetapi anak tidak akan pernah lupa dengan
perbuatan baik orangtuanya. Artinya, bahwa perbuatan itu lebih
berpengaruh ketimbang perkataan. Oleh karena itu, seorang guru harus
bisa menjadi teladan bagi santrinya. Jika seorang guru ingin membangun
karakter disiplin pada anak didiknya, maka karakter disiplin itu harus
terbiasa muncul dulu pada guru tersebut. guru harus bisa memberikan
contoh kepada santrinya, misal ketika mengajar di kelas, guru harus
disiplin pada dirinya sendiri dan juga kepada santri.
Oleh karena itu, diperlukan upaya dari seorang guru agar nilai-nilai
kedisiplinan berperan dan berkembang dalam kehidupan anak bangsa,
hendaknya dapat ditimba dari kehidupan Rasulullah SAW yang
menunjukkan besarnya peranan pendidik dalam upaya membina nilai-nilai
keagamaan kepada umatnya. Dewasa merupakan yang tentunya harus
dimiliki seorang guru agama, dengan sikap dewasa ini maka guru memiliki
kemampuan khusus untuk melakukan pengembangan terhadap dirinya.
Tatkala terjadi perilaku santri yang menyimpang, maka seorang guru yang
dewasa tentu berpikir dengan tenang dan mencari jalan keluar agar dapat
mengembangkan karakter santri ke arah yang lebih baik. Dewasa ini yang
dimiliki guru salah satunya dengan sikap guru yang melakukan
pengembangan dirinya secara terus menerus.
Guru jangan hanya sekedar mengajar dan setelah selesai mengajar
pulang kerumah. Seorang guru haruslah kreatif, dan mencari informasi-
informasi, pelatihan-pelatihan, pengembangan diri dan lain sebagainya,
yang tujuan nya adalah untuk membentuk karakter disiplin santri sesuai
dengan yang diharapkan. Guru seharusnya jangan lagi menunggu
diberikan pelatihan, akan tetapi guru harus lah melakukan pengembangan
diri secara terus menerus dengan kreatif.
Guru harus rela mengorbankan dirinya untuk melakukan
pengembangan karakter disiplin santri yang sesuai dengan yang
diharapkan. Dalam karakter moral, siswa dituntut untuk memiliki karakter
disiplin. Karakter disiplin inilah yang saling terkait untuk menumbuhkan
nilai moral bangsa yang lebih baik. Oleh karena itu, sebagai pelaku
pendidikan terutama peran guru dan orang tua yang sangat bertanggung
jawab atas keberhasilan santri sehingga guru bersama orang tua harus
dapat membangun nilai-nilai karakter disiplin santri dan mencetak
santrinya menjadi manusia yang bermoral dalam rangka memimpin masa
depan yang lebih baik. Disamping guru, peran orang tua juga dinilai
sangat mempengaruhi karakter disiplin santri. Orang tua dalam mendidik
anaknya pada pendidikan informal justru harus lebih optimal, sebab waktu
keberadaan santridi rumah lebih lama di bandingkan waktu keberadaan
santri di sekolah.
Orang tua dengan ketulusan mendidik anaknya sejak kecil
sehingga orang tua akan lebih peka terhadap karakter yang dimiliki oleh
anaknya. Dengan karakter dan cara mendidik orang tua dengan guru
mestinya tidak sama, sehingga antara orang tua dengan guru terutama
wali kelas harus saling berkoordinasi dalam rangka mengetahui karakter
yang dimiliki santri sehingga karakter disiplin santri dapat dikembangkan
dengan mudah. Seorang guru hendaknya dapat menerapkan
pembelajaran terutama dalam mengembangkan karakter disiplin santri
sesuai dengan perencanaan dan desain pembelajaran yang telah disusun.
Jika pengembangan karakter disiplin yang dilakukan oleh guru sudah
tepat, maka siswa akan memiliki sikap yang selalu berupaya
menyesuaikan atau mencocokkan antara tindakan dengan fenomena
seperti yang didasarkan pada kebenaran yaitu disiplin, menghindari
perilaku yang salah dan menjadikan dirinya menjadi orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. Oleh karena
itu, pengembangan karakter disiplin siswa memerlukan pembiasaan dan
keteladanan.
C. Rekomendasi
Merujuk pada temuan penelitian ini, maka rekomendasi penulis
adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Provinsi Jambi agar meningkatkan kualitas pendidikan
terutama dalam membentuk guru-guru yang profesional, terutama
tentang kompetensi kepribadian dari seorang guru. Pemerintah juga
hendaknya melakukan pengembangan secara terus menerus dan
pengawasan lebih terhadap santri karena dengan hal ini, guru akan
merasa terbantu dalam mengembangkan karakter kedisiplinan santri
dipesantren.
2. Kepala Kementrian Agama Kota Jambi untuk mengadakan pembinaan
akhlak atau kepribadian guru baik dalam bentuk pelatihan, dan
penataran. Kegiatan tersebut hendaknya dilakukan sesering mungkin
agar bisa merangkul semua permasalahan guru yang terjadi di
sekolah dan memberikan pemecahan dari masalah yang ada
dipesantren.
3. Pesantren adalah suatu sistem dimana unsur-unsurnya saling
berinteraksi satu sama lain dan saling bekerjasama dalam mencapai
tujuan. Salah satu unsur sekolah adalah Kepala Sekolah, peran ,
tugas pokok dan fungsi kepala sekolah antara lain adalah
melaksanakan supervisi dalam pembelajaran. Terkait dengan
penelitian ini diharapkan Kepala Sekolah sering melakukan supervisi
pada saat pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dimaksudkan di
samping untuk lebih mengakrabkan kepada para siswa, secara
psikologis juga akan memberikan dampak yang positif terhadap
tanggung jawab guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Sehingga kondisi yang dilaporkan dalam penelitian tersebut dapat
terhindari jika Kepala Sekolah dengan rutin melaksanakan tupoksinya
dengan baik.
4. Guru di pondok pesantren Al-Jauharen Kota Jambi yang mana terus
memberikan contoh yang baik terhadap santrinya, meningkatkan
kembali kedispilinan, menambah ilmu dan pengalaman melakukan
pengembangan diri secara terus menerus secara kreatif, menjunjung
tinggi lagi kode etik guru, meningkatkan kembali keprofesionalan guru,
dan guru harus mendisiplinkan kembali keahlian mengajarnya
dipesantren yang tidak sesuai mengajar dengan keahlian yang dimiliki.
5. Santri harus lebih memperbaiki akhlaknya dan menghormati guru,
santri harus belajar memilih yakni apabila hal yang positif dari guru
maka tirulah, dan apabila hal sebaliknya ditampilkan maka janganlah
ditiru hal tersebut.
D. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis menyarankan di
antaranya, bagi para guru terutama guru aqidah dan akhlak di pondok
pesantren Al-Jauharen Kota Jambi harus terus menerus menerapkan
karakter disiplin baik itu dalam pembelajaran maupun sikap walaupun
dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Dan
kepada Kepala Madrasah di pondok pesantren Al-Jauharen Kota Jambi,
agar dapat mengupayakan memperoleh bantuan berupa sarana atau alat
yang dibutuhkan sekolah dan fasilitas yang menunjang terhadap
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan dalam belajar maupun mengajar, seperti penerapan karakter
disiplin, agar kemampuan anak dalam menyerap pelajaran lebih mudah
dan karakter santri makin meningkat.
E. Kata Penutup
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini.
Ungkapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu terselesaikannya tesis ini. Penulis berharap,
semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi penulis
sendiri. Tidak lupa penulis mohon maaf, apabila dalam penyusunan
kalimat maupun bahasanya masih dijumpai banyak kekeliruan. Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif guna perbaikan di
masa mendatang.
Selanjutnya penulis juga memohon maaf andai ada pihak yang
merasa kurang berkenan dengan hasil penelitian karena terkait dengan
deskripsi keadaan lembaga pendidikan yang diteliti, khususnya kepada
pihak di pondok pesantren Al-Jauharen Kota Jambi. Inilah hasil penelitian
yang penulis tuangkan apa adanya, karena berdasarkan kondisi real di
lapangan.
Mudah-mudahan apa yang penulis buat ini mendapat ridha dari
Allah yang Maha Murah. Semoga kita semua termasuk dalam golongan
orang-orang yang beruntung di akhir nanti. Semoga tesis ini bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya,
serta orang tua dan guru semoga menambah pengetahuan dalam
mendidik anak. Amiin Ya Rabbal alamiin.
Jambi, November 2019
Penulis
Sella Silvia
MPA. 172670
DAFTAR PUSTAKA
Depag RI.Al-Qur‟an dan Terjemahannya.Jakarta:Depag RI.2013.
Abdul Mujib.Teori Kepribadian;Perspektif Psikologi Islam.Jakarta;PT
grafindo Persada.2017.
Akmal Hawi.Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam.Jakarta: Rajawali
Pers.2014.
Amirullah Syarbini.Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga.Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media. 2016.
Arends I.Ricard.Learning To Teach Terj, Helly Prajitno Soetjipto.New
York, Mc-Graw Hill Companies.2010.
Asri Budiningsih.Pembelajaran Moral.Jakarta: PT Rineka Cipta.2013.
Buchori Alma.Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Belajar.
Bandung:CV Alfabeta.2014.
Dalal A. Alqiawi dan Sawsan M. Ezzeldin.A Suggested Model for Developing
and Assessing Competence of Prospective Teachers in Faculties of
Education World Journal of Education: Vol. 5 No 6.2015
Dasim Budimansyah.Penguatan Pendidikan Karakter Kewarganegaraan
untuk membangun Karakter Bangsa.Bandung: Widya aksara
Press.2010.
Djaali.Psikologi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.2011.
Djam‟am Satori dan Aan Komariah.Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfatbeta.2009.
Dimyati dan Mudjiono.Belajar dan Pembelajar.Jakarta: Rineka Cipta.
2013.
Esti Ismawati.Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sastra.Jakarta: Yuma
Pustaka.2009.
Faqih Syarif.Menjadi Dai yang di Cinta.Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.2011.
Feist Jess dan J.Feist Gregory.Theories Of Personality Terj. Handriatno.
Jakarta: Salemba Humanika. 2010
Gredler E.Margaret.Learning And Instruction: Theory Into Practice Terj.
Tri Wibowo.Jakarta: PT Kencaa Group.2011.
Hamdan Hamid i dan Beni Ahmad Saebani.Pendidikan Karakter
Perspektif islam.Bandung: Pustka Setia.2013.
Hamdi Muhammad.Teori Kepribadian.Bandung: Alfabeta. 2016
Hamka Abdul Aziz.Pendidikan Karakter Berpusat pada Hati.Jakarta:
Al-Mawardi prima.2012.
Helmawati.Pendidik Sebagai Model.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2016.
Heri Gunawan. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasinya.
Bandung: Ifabeta.2012.
Ibrahim Elfiky.Quwwat Al-Tafkir.International Enterprices Inc.2014.
Imam Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
2013.
Iqbal.Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Cet ke-4.Jakarta:
Bumi Aksara.2009.
Iskandar.Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan
Kualitatif,.Jakarta: Gaung Persada Kaelan.2009
______Pendidikan Pancasila.Yogyakarta: Paradigma.2014.
Jacobsen David A dkk.Methods For Teaching: Promoting Student
Learning in K-12 Classrooms.USA New: Jersey Upper saddle
River. 2009
Jalaluddin. dan Abdullah.Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan
Pendidikan.Jakarta: Rajawali press.2014.
Jamil Suprihatiningrum.Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi
dan Kompetensi Guru.yogyakarta: Ar-Ruzz Media.2013.
Jejen Musfah.Peningkatan kompetensi Guru. Jakarta: Prenada Media.
2015.
Jenny Gichara.Kelas Hebat Prestasi Hebat.Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.2012.
Kunandar.Gruru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat satuan
Pendidikan dan Sukses dalam Sertivikasi Guru.Jakarta Rajawali:
Pers.2011.
_______ Langkah Mudah Penelian Tindakan Kelas.Jakarta: Rajawali
Press.2009.
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif .Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.2012.
Lickona Thomas, diterjemahkan Juma Abdu Wamaungo.Educating For
Character: Educating For Character: How For Our Schools Can
Teach Respoect and Responsibilty.Jakarta: Bumi Aksara.2013.
______Character Matters: How To Help Our Children Develop Good
Judgment Integrity and Other Essential Virtues Terj. Abu Juma
Wamaungo.Jakarta: PT Bumi Aksara.2013.
Mahmud.Sosiologi Pendidikan.Bandung: Sahifa.2011
Maksudin.Pendidikan Karakter Non-Dikotomik .Yogyakarta: Pustaka
Belajar.2013.
Marselus R Payong.Sertifikasi Guru :Konsep Dasar, Problematika, dan
Implementasinya.Jakarta: PT Indeks.2011.
Martinis Yamin dan Maisah.Orientasi Baru Ilmu Pendidikan Pendidikan.
Jakarta: Referensi.2012.
______Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran.Jakarta: Gaung
Persada Press.2013.
______Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung persada Press.
2013.
_____ Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP.Jakarta: Gaung
Persada Press Jakarta. 2013.
Masnur Alam.Filsafat Pendidikan Islam: Peranan Kompetensi Pendidik
dalam Proses Pembelajaran.Bandung: Alfabeta.2014.
M Echols John & Shadily Hasan.Kamus bahasa Inggris-Indonesia.
.Jakarta: Gramedia.2009.
Mondy R. Wayne.Human Resource Management Terj. Bayu Airlangga
Jakarta: Erlangga.2009.
______ Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu.Yogyakarta: Gadjah Mada
University Pres 2011.
Muhammad Saroni.Personal Brending guru: Meningkatkan Kualitas dan
Profesionalitas Guru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.2011.
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung:
Remaja Rosdakarya.2010.
Mulyasa,Manajemen pendidikan Karakter.Jakarta:Bumi Aksara.2016.
_______Uji Kompetensi dan Penilain Kinerja Guru.Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.2013.
_______Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.Bandung; PT
Remaja Rosdakarya.2016.
______Menjadi Guru Profesional; Menciptakan pembelajaran kreatif dan
menyenangkan.Bandung: PT Rosdakarya.2016.
Nana Syaodih Sukmadinata.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya.2011.
Nanang Priatna dan Tito Sukamto.Pengembangan Profesi guru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2013.
Nashih Ulwan Abdullah.Tarbiyatul Aulad.Jakarta: Khatulistiwa Press.
2015.
Novan Ardy Wiyani.Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran PAI SMA
berbasis pendidikan karakter.Yogyakarta; ar-Ruzz Media.2016.
Oemar Hamalik.Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta: PT Bumi Aksara.2009.
Ridwan.Metode Dan Teknik Menyusun Proposal Penilitian.Bandung :
Alfabeta.2009.
Rosie Castaneda Carmelita.Teaching and learning in Diverse
Classrooms.New York: Also available.2005.
Santrock John W, Child Development Terj. Mila Rachmawati.Mc Graw-
Hill Companies.Domain Of The Field (Assoiation For Technology.2009.
Sarlito W Sarwono..Psikologi Remaja.Jakarta:PT.Garafindo persada.
2012.
Soetjipto dan Raflis Kosasi.Profesi Keguruan. Jakarta; Rineka Putra.
2009.
Suyadi.Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter .Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.2013.
Strauss Anslem and Corbin Juliet.Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif.
.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2009.
Syaiful Sagala.Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabeta.2011.
Tim Dosen Universitas Jambi.Pendidikan Agama Islam.Jakarta: Gaung
Persada.2011.
Ummu Mahmud dkk.Panduan Etika Muslimah Sehari-hari. PT. Elba
Fitrah Mandiri Sejahtera.2010.
Walter Dick, Lou Carey dan James Carey.The Systematic Design Of
Instruction.New York Addison-Wesley, Educational Publishers.
2015.
Wayne R dan Don F. Faules.Komunikasi Organisasi: Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan.Bandung, PT Remaja
Rosdakarya.2009.
Winarno.Kewarganegaraan Indonesia: Dari Sosiologis Ke Yuridis.
Bandung: Alfabeta.2009.
_______Pembelajaran Pendidikan.Jakarta: PT Bumi Aksara.2013.
Woolfolk Anita.Educational Psyhology Active Learning Edition Terj. Helly
Prajitno Soetjipto.Boston: Arlington Street.2009.
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Judul: Eksistensi Kompetensi Kepribadian Guru dan Karakter Santri
di Pondok Pesantren Al-Jauharen
A. Pedoman Wawancara
1. Kepala Sekolah
a. Bagaimana menurut ustad kepribadian yang dimiliki oleh
guru aqidah akhlak?
b. Apakah guru aqidah akhlak sudah memberikan contoh yang
baik terhadap santri ?
c. Apakah guru aqidah akhlak selalu menaati tata tertib
disekolah?
d. Apakah guru aqidah akhlak sudah disiplin dalam
menjalankan tugasnya?
e. Jika ada guru yang belum disiplin bagamana cara ustad
mengatasinya?
f. Apakah guru aqidah akhlak sudah bersikap yang
berpengaruh positif terhadap santri?
g. Jika masih ada yang belum bersikap berpengaruh positif
terhadap santri mengapa?
h. Hal apa saja yang dilakukan guru aqidah akhlak dalam
memberikan contoh yang baik kepada santri?
i. Apa yang menjadi kendala guru aqidah akhlak tidak disiplin?
j. Bagaimana karakter disiplin santri ?
k. Apakah dalam pengembangan karakter disiplin santri sudah
dilakukan secara maksimal?
l. Adakah kendala yang dihadapi guru dalam pengembangan
karakter disiplin santri?
m. Bagaimanakah sikap guru aqidah akhlak dalam
pengembangan karakter disiplin santri?
n. Apakah ada solusi yang dapat mengembangkan karakter
disiplin santri sehingga menjadi karakter yang baik yang
diharapkan pesantren?
o. Bagaimana sikap keadilan guru aqidah akhlak kepada santri
di pesantren Al-Jauharen?
p. Bagaimana sikap kepedulian guru aqidah akhlak kepada
santri di pesantren Al-Jauharen?
q. Apa usaha yang dilakukan oleh guru aqidah akhlak dalam
pembentukan karakter santri disiplin di Pesantren Al-
Jauharen Kota Jambi
2. Guru
a. Apakah guru aqidah akhlak sudah bersikap sesuai dengan
kompetensi kepribadian yang baik?
b. Apakah guru aqidah akhlak sudah disiplin dalam
menjalankan tugasnya?
c. Apakah guru aqidah akhlak pernah tidak disiplin?
d. Mengapa guru aqidah akhlak tidak disiplin?
e. Apakah yang menjadi kendala dalam menjalankan tugasnya
sebagai guru?
f. Apakah guru aqidah akhlak sudah memberikan contoh
teladan prilaku yang berpengaruh positif terhadap santri?
g. Bagaimana cara guru aqidah akhlak memberikan prilaku
positif terhadap santri?
h. Apakah ada faktor penghambat dalam memberikan contoh
prilaku positif terhadap santri?
i. Bagaiman solusi agar santri bisa mengembangkan karakter
positif?
j. Bagaimana sikap keadilan guru kepada santri di pesantren
Al-Jauharen?
k. Bagaimana sikap kepedulian guru kepada santri di
pesantren Al-Jauharen?
l. Apa usaha yang dilakukan oleh guru dalam pembentukan
karakter santri di Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi?
3. Santri
a. Bagaimanakah kompetensi kepribadian guru aqidah akhlak
di Pesantren Al-Jauharen?
b. Bagaimanakah kedisiplinan guru aqidah akhlak di Pesantren
Al-Jauharen?
c. Bagaimanakah sikap keadilan guru kepada santri di
Pesantren Al-Jauharen?
d. Bagaimanakah sikap kepedulian guru kepada santri di
Pesantren
Al-Jauharen?
e. Bagaimanakah aspek keteladanan sikap guru bagi santri di
Pesantren
Al-Jauharen?
f. Bagaimana sikap santri terhadap kedisiplinan di Pesantren
Al-Jauharen?
g. Bagaimana sikap keadilan guru kepada santri di pesantren
Al-Jauharen?
h. Bagaimana sikap kepedulian guru kepada santri di
pesantren Al-Jauharen?
i. Apa usaha yang dilakukan oleh guru aqidah akhlak dalam
pembentukan karakter santri di Pesantren Al-Jauharen Kota
Jambi?
B. Observasi
Sasaran Observasi
1. Mengamati fasilitas yang dimiliki pesantren
a. Ruang kepala sekolah
b. Ruang guru terpelihara atau tidak
c. Ruang belajar dalam kondisi siap belajar atau tidak
d. Ruang tata usaha
e. Ruang perpustakaan
f. Perlengkapan yang terdapat pada tiap-tiap ruangan
2. Mengamati Kondisi Guru
a. Reaksi guru dalam peningkatan disiplin santri maupun guru
b. Upaya guru dalam menigkatkan keprofesionalan guru
c. Kendala dalam megmbangkan karakter
d. Kesibukan guru diluar jam pelajaran berlangsung
e. Bagaimana guru memberikan prilaku positif
f. Interaksi kepala sekolah dengan guru
g. Penampilan guru saat mengajar
h. Kedisiplinan guru dan semangat belajar
i. Antara guru dan santri
j. Sikap santri terhadap guru
C. Dokumentasi
1. Historis dan Geografis
2. Struktur Organisasi
3. Keadaan Guru dan Santri
4. Sarana dan Prasarana
CATATAN LAPANGAN HASIL OBSERVASI
1. Dimana alamat MTs Al-Jauharen Kota Jambi?
Hasil Pengamatan: MTs Al-Jauharen Kota Jambi Berlokasi di jalan Jl.
KH. Ahmad Majid RT 04 Kec. Pelayangan Kel. Tanjung Johor Kota
Jambi.
2. Berapa kali pergantian kepala sekolah sejak berdiri sampai saat
ini ?
Hasil Pengamatan: MTs. Al-Jauharen Kota Jambi belum mengalami
pergantian kepala sekolah, tercatat sampai dengan tahun 2004 hingga
sekarang belum ada pergantian kepala sekolah, yaitu:
1. Drs.Muhammad Rafi’i
3. Apa Visi, Misi dan Tujuan MTs Al-Jauharen Kota Jambi?
Hasil Pengamatan: Apa Visi, Misi dan Tujuan MTs. Al-Jauharen Kota
Jambi sebagai berikut:
Madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan
Pelayangan Kota Jambi mempunyai visi untuk mencapai prestasi unggulan sesuai
dengan tujuan dengan tekad pondok pesantren Al-Jauharen juga amanat
masyarakat. Sementara misi yang telah di sepakati secara bersama-sama adalah ;
1) mewujudkan generasi Islam yang menjunjung tinggi dan menegakkan nilai-
nilai iman dan taqwa serta berakhlakul karimah, 2) meningkatkan pelayanan
pendidikan baik intrakurikuler dan ekstrakurikuler, 3) menimbulkan kesadaran
akan pentingnya kereladanan sesuai dengan jiwa Tut Wuri Handayani yang
selaras dengan pengawasa efektif dan efesien. Berangkat dari visi dan misi yang
telah disepakati tersebut, dapat dipahami bahwa madrasah Tsanawiyah Al-
Jauharen memfokuskan diri pada pengembangan tiga ranah (wilayah), yaitu ilmu
pengetahuan, keimanan dan ketaqwaan. Hal ini sejalan dengan pernyataan
pimpinan pondok pesantren bahwa ada tiga falsafah yang dimiliki pesantren Al-
Jauharen yaitu ilmu, iman dan amal.
4. Bagaimana Keadaan Tenaga Administrasi di MTs Al-Jauharen
Kota Jambi?
Hasil Pengamatan: yang menjadi petugas Tata Usaha adalah guru
aqidah akhlak, ia memiliki tugas merangkap sebagai guru maupun
sebagai tata usaha, adapun tugas dari tata usaha adalah:
1) Meyusun program kerja tata usaha
2) Mengelolah keuangan sekolah
3) Mengurus administrasi sekolah
4) Mentusun dan menyajikan data statistik sekolah
5. Bagaimana sarana prasarana di MTs Al-Jauharen Kota Jambi?
Hasil Pengamatan: dipesantren ini memiliki sarana prasarana yang
cukup lengkap
6. Bagaimana kondisi santri di MTs Al-Jauharen Kota Jambi?
Hasil Pengamatan: disekolah ini memiliki jumlah 154 siswa laki-laki
dan 149 siswa perempuan sehingga jumlah keseluruhan adalah 303
siswa.
7. Bagaimana identitas umum di MTs Al-Jauharen Kota Jambi?
Hasil Pengamatan: Indentitas Madrasah yaitu:
Nama Madrasah : MTs Al-Jauharen Kota Jambi
Tahun Pendirian Madrasah : 2004
Status Madrasah : Swasta
Status Akreditasi : Terakreditasi C
Alamat : Jl. KH. Ahmad Majid RT 04 Kec.
Kelurahan : Tanjung Johor
Kecamatan : Pelayangan
Kabupaten/Kota : Kota Jambi
Fax atau E-mail : [email protected]
Kode Pos : 36262
No. Rekening : -
8. Bagaimana karakter santri di MTs Al-Jauharen Kota Jambi?
Hasil Pengamatan: karakter santri dilingkungan pesantren yang mana
dilihat dari karakter disiplinnya yaitu Tindakan yang menunjukan
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Berdasarkan observasi yang penulis melihat masih banyak
pelanggaran ketidak displinan yang ditemukan seperti seringnya santri
kabur dari pesantren, bolos pada saat mata pelajaran tertentu, tidak
menaati tata tertib ataupun peraturan-peraturan yang berlaku di
pondok pesantren Al-Jauharen padahal sudah sering dinasehati dan
dihukum oleh guru tapi tidak menimbulkan efek jera agar tidak
mengulanginya lagi.
9. Bagaimana eksistensi kompetensi kepribadian yang dilakukan
oleh guru di di MTs Al-Jauharen Kota Jambi?
a. Hasil Pengamatan: dapat di simpulkan bahwa guru aqidah akhlak
belum optimal dalam kaitannya dengan eksistensi (keberadaan) guru
ditengah-tengah santri, maka sangatlah menentukan dalam berbagai upaya
peningkatan karakter disiplin pada diri santri. Ini artinya, guru memiliki arti
dan peran yang sangat penting terutama dalam mengajar, mendidik dan
menanamkan nilai-nilai kedisiplinan kepada santri itu sendiri. Dimana guru
belum menerapkan indikator-indikator dari kompetensi kepribadian. Indikator
yang dimaksud oleh penulis adalah sebagai berikut:
b. Berdasarkan hasil penelitian terhadap Eksistensi Kompetensi
kepribadian guru aqidah akhlak dan karakter santri di Pondok
Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi bahwa bertindak sesuai norma agama,
hukum, sosial dan kebudayaan. Bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial
dan kebudayaan. Guru harus berhati-hati dalam bertindak dan bersikap.
Segala sikap dan tindakan dan perilaku guru harus selalu memperhatikan
norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku di dalam
masyarakat serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam. Guru harus
berhati-hati dalam bertindak dan bersikap. Segala sikap, tindakan, dan
perilaku guru harus selalu memperhatikan norma agama yang dianut, hukum
dan sosial yang berlaku di dalam masyarakat serta kebudayaan nasional
Indonesia yang beragam.
c. Berakhlak mulia serta menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat di
pondok pesantren Al-Jauharen ditemukan bahwa guru aqidah akhlak masih
kurang maksimal dalam hal keteladanan, hal ini disebabkan guru aqidah
akhlak justru memperlihatkan perilaku yang tidak semestinya dicontoh oleh
peserta didik seperti kurangnya kedisiplinan, terlambat masuk ke kelas,
memberikan janji kepada santri untuk memeriksa tugasnya, sehingga tugas-
tugas santrinya tidak diperiksa dan dibiarkan bertumpuk di atas meja,
sehinggan dampaknya akan mempengaruhi kepercayaan peserta didik
terhadap dirinya, tentunya dapat mempengaruhi pengembangan karakter
santri, sehingga dampak yang ditimbulkannya santri dapat mencontohnya
d. Kepribadian yang mantap dan stabil yaitu keterlambatan seorang guru bisa
berakibat kurang baik bagi santri di pesantren, karena secara tidak langsung
guru mengajarkan kepada santri untuk tidak disiplin. Disiplin berfungsi
sebagai alat menyesuaikan diri dalam lingkungan yang ada. Dalam hal ini
dapat mengarahkan seseorang untuk menyesuaikan diri terutama dalam
menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di lingkungan. Berkenaan
dengan hal tersebut, penulis memang pernah melihat pada saat melakukan
observasi bahwa kegiatan santri pada saat jam pelajaran aqidah akhlak hanya
bermain-main dikelas, terkadang mereka bermain bola-bola yang terbuat dari
kertas, ribut dan berkelahi ketika guru yang terlambat masuk ke kelas bahkan
ada sebagian yang tidur-tiduran didalam kelas, membawa makanan dikelas.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa saja yang dilakukan guru akan
mendapat sorotan bagi santri serta orang-orang disekitar lingkungan. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan efektivitas pesatren perlu diperhatikan
kedisiplinan guru dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Karena
kepribadian yang mantap dan stabil yakni disiplin dalam segala hal
e. Dewasa dan arif adalah hal ini penting karena banyak masalah kependidikan
yang disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang kurang dewasa. Kondisi
kepribadian yang demikian sering membuat guru melakukan tindakan-
tindakan yang tidak professional dan tidak terpuji yang merusak citra dan
martabat guru. Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah
rangsangan yang sering memancing emosinya. Kestabilan emosi sangat
diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosinya terhadap
rangsangan yang mempunyai temperamen yang berbeda dengan orang lain.
Utuk keperluan tersebut, upaya dalam bentuk latihan mental akan angat
beguna. Guru yang mudah sekali marah-marah akan membuat santri takut
dan ketakutan yang mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti
pembelajaran serta rendahnya konsentrasi, karena ketakuatan menimbulkan
kekhawatiran untuk dimarahi dan hal ini membelokkan konsentrasi peserta
didik.
f. Berwibawa. Guru yang berwibawa tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga
dalam menegur dan menyuruh siswa. Dan tidak perlu mengeluarkan suara yg
keras atau bernada tinggi untuk menghimbau siswa, cukup hanya dengan
tersenyum dan sedikit suara saja dan bermakna, terkadang guru yang
berwibawa kehadiran fisik mereka saja sudah mampu mengembalikan
suasana yang semula hiruk pikuk menjadi tenang dan kondusif. Kewibawaan
merupakan salah satu faktor terciptanya pembelajaran yang efektif,
Terkadang guru aqidah akhlak suka marah-marah dan bersikap pilih kasih
terhadap santri, jika santri yang pintar akan terus diperhatikan dan
diperdulikan sedangkan santri yang kurang pintar tidak diperhatikan dan
diperdulikan. Perilaku negatif tersebut memang terkadang dilakukan oleh
seorang guru tanpa disadarinya. Hal ini menimbulkan kesan negatif pula
terhadap kepribadian guru yang dapat mempengaruhi kewibawaan atau
pencitraannya selaku figur yang perlu ditiru dan di contoh.
g. Menunjukkan etos kerja serta tanggung jawab yang tinggi dan percaya diri
sikap yang harus dimiliki oleh guru-guru pesantren Al-Jauharen kota Jambi.
Sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap dunia pendidikan khususnya
pendidikan pesantren Al-Jauharen Kota Jambi mereka senantiasa
mendahulukan tugas dibandingkan kepentingan pribadi maupun keluarga,
sehingga berdasarkan data absensi guru tingkat kehadirannya rata-rata
mencapai 80% meskipun umumnya mereka bertempat tinggal jauh dari
pesantren. Namun dalam hal ini belum memadai jika tidak diikuti oleh
prestasi dari santri. Artinya kehadiran dan partisipasi saja belum cukup jika
tidak dibarengi dengan kesungguhan dan keseriusan dalam menjalankan tugas
sehingga tujuan pesantren dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.
h. Menjunjung tinggi kode etik guru Namun dalam hal ini para guru memang
telah melaksanakan tugasnya dengan baik karena memang itu adalah tugas
dan kewajiban yang telah dibebankan dan diamanatkan oleh seorang guru,
pada pedoman sikap, tingkah laku serta perbuatan itu perlu diperkuatkan lagi
menjadi sebuah kebiasaan akan tetapi berdasarkan wawancara dan observasi
peneliti melihat bahwa kepedulian akan hal itu belum sepenuhnya terlaksana
karna ketika kita ingin membiasakan orang lain melakukan hal-hal yang
positif maka itu dimulai dari diri kita sendiri, sedangkan apabila seorang guru
belum melakukannya dengan maksimal maka akan didapat hasil yang kurang
maksimal pula yang diperolehnya.
10. Adakah tata tertib pesantren yang mengatur kedisiplinan guru,
karyawan dan santri di MTs Al-Jauharen Kota Jambi?
Hasil Pengamatan: adapun Tertib Siswa MTs Al-Jauharen Kota
Jambi Tahun Pelajaran 2018 / 2019. Meliputi berbagai bab yang telah
dibentuk oleh pesantren
11. Adakah program khusus dalam membentuk karakter disiplin
santri di MTs Al-Jauharen Kota Jambi ?
Hasil Pengamatan: Menyelenggarakan ekstrakurikuler bisa sebagai
wadah pembinaan karakter disiplin melalui sejumlah aktifitas belajar dalam
kegiatan ini. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan
makna yang terkandung dalam disiplin. Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi
menetapkan pembagian tugas ekstrakurikuler dalam bidang keagamaan untuk
melatih kedisiplinan meliputi kegiatan:165
1. PAMI (Pengajian Antara Magrib dan Isya)
2. Sholat lima waktu berjamaah
3. Sholat Dhuha
4. Sholat Tahajud
5. Yasinan malam jum‟at
6. Pembacaan surah-surah pilihan sesudah ashar dan subuh
165 Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Jauharen Tahun 2019
7. Pembiasaan pembacaan Ratibul Haddad dan Ratibul Athos sebelum
magrib.
8. Puasa sunah pada hari senin dan kamis
9. Hadroh, sholawat, tilawah dan barzanji
10. Pembacaan doa bersama sebelum tidur
CATATAN HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Sabtu, 22 Juni 2019
Pukul : 10.00- 10.35 WIB
Tempat : Ruang Kelas
Informan : Melani
Isi Wawancara : „‟Saya perhatikan guru aqidah akhlak cukup disiplin
sekali dalam mengajar. Dan santri yang terlambat ke kelas, akan diberi
hukuman berupa, berdiri satu kaki di depan kelas, dijemur dilapangan bahkan
ada yang tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran. Kondisi ini menyebabkan
kami menjadi santri menjadi takut dan tidak berani melanggar. Selain itu guru
aqidah akhlak berwibawa sekali, baru melihat sandal atau motornya saja kami
sudah ketakutan, apalagi kami harus melanggar, dan juga guru aqidah akhlak
ketika kami melihatnya dari kejauhan saja ketika kami berada diluar kelas,
kami langsung cepat-cepat berlari ke dalam kelas, itu baru melihatnya saja
apalagi kami bolos dalam pelajaran yang guru tersebut ajarkan, tentu kami
tidak berani melanggar.‟
Hari/Tanggal : Kamis, 23 Mei 2019
Pukul : 11.00- 11.35 WIB
Tempat : Ruang Guru
Informan : Ustad Alwi Mahfuz S.Pd.I
Isi Wawancara :“Guru aqidah akhlak ketika tidak masuk kelas pada saat
ada jam pelajaran dikarenakan guru aqidah akhlak memiliki tugas ganda, guru
aqidah akhlak memilik tugas sebagai guru dan juga memiliki tugas kebagai TU
atau Tata Usaha tingkat Mts, oleh sebab itu ketika ada rapat di Kemenag ataupun
ketika menginput data santri untuk proses ujian Nasional serta terkadang ada
santri yang sudah menjadi alumni yang mau mengambil Ijazah maka guru aqidah
akhlak mengurus pemberian Ijazah dikarenakan santri alumni yang sudah tamat
dari di pondok pesantren Al-Jauharen terkadang berada diluar provinsi Jambi
seperti Riau, sehingga jika tidak diberikan pada saat itu terkadang guru aqidah
akhlak merasa kasihan dan iba karena sudah jauh-jauh dari kampung halaman. Hal
ini lah terkadang yan membuat guru aqidah akhlak tidak masuk ke kelas ketika
ada jam pelajaran‟‟.
Hari/Tanggal : Jum’at, 21 Juni 2019
Pukul : 10.00- 10.40 WIB
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Informan : Ustad Drs. Muhammad Rafi’i
Isi Wawancara : „‟Pendidikan harus dimulai dari pengajarnya. Guru itu
bisa digugu dan ditiru, jadi setia guru harus mencontohkan. Ini tidak berlaku
untuk guru aqidah akhlak saja, tetapi untuk semua guru yag ada. Bila guru mau
mengajarkan disiplin misalnya, maka guru harus bisa berdisiplin terlebih dahulu.
Tidak mungkin santri bisa berdisiplin dalam belajar jika gurunya saja datang
sering terlambat dan jarang masuk. Pembinaan karakter disiplin itu lebih tepat
sasaran dengan metode keteladanan dan pembiasaan, untuk saya
seringmenyarankan kepada guru mata pelajaran aqidah akhlak untuk bisa
memberikan upaya-upaya tertentu untuk meningkatkan moral dan karakter santri
di pesantren‟‟.
Hari/Tanggal : Sabtu, 15 Juni 2019
Pukul : 10.00- 10.35 WIB
Tempat : Ruang Kelas
Informan : Muhammad Ario
Isi Wawancara : „‟Kami senang pada saat pembelajaran aqidah dan akhlak
dengan ustad Hermantoni S.Pd.I beliau memiliki pengetahuan yang luas, hanya
saja kenakalan kami yang sering ribut dan mengobrol dikelas akibatnya kami
sering dimarahi dengan emosi oleh ustad Hermantoni S.Pd.I apabila kami selalu
ribut dan tidak mendengarkan apalagi jika tidak mengerjakan tugas maka kami
mendapatkan hukuman. Dan salah satu ciri khas Pondok Pesantren adalah para
guru sangat berwibawa di depan para santri, para santri terlihat sangat menurut
dan menghormati guru-gurunya, terlihat jika ada guru yang berjalan, maka santri
tidak berani mendahuluinya, dan jika santri berjalan di depan guru maka santri
agak sedikit membungkukkan badannya‟‟dimadrasah ini memiliki program
pendukung dalam pengembangan wawasan pengetahuan agama siswa,
salah satunya seperti dengan adanya kegiatan ekstra kurikuler yang
berbau agama yaitu penyelenggaraan jenazah, syahril Qur’an dan Tilawah
Al-Qur’an. Kegiatan ini wajib untuk siswa dalam mengikutinya. Kegiatan
tersebut yang bertanggung jawab penuh adalah saya dan pak mursalim.
Hari/Tanggal : Kamis, 20 Juni 2019
Pukul : 10.00- 10.30 WIB
Tempat : Ruang Kelas
Informan : Niha
Isi Wawancara : „‟Biasanya ketika belajar mata pelajaran jam terakhir kami
sudah mulai merasa kelelahan dan jenuh, dikarenakan seharian telah belajar,
dan kami juga merasa lapar sehingga jam mata pelajaran terakhir agak kurang
fokus dan kami juga mengantuk, sehingga menyebabkan kami ingin cepat
keluar kelas.
Hari/Tanggal : Rabu, 29 Juni 2019
Pukul : 10.00- 10.40 WIB
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Informan : Ustad Drs. Muhammad Rafi‟i
Isi Wawancara : „‟Kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Al-Jauharen
Kota Jambi sudah cukup baik, terlihat bahwa jarang sekali ditemukan adanya
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh santri, khususnya santri MTs,
dikarenakan mereka sangat takut melanggar peraturan yang berlaku di
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi, dan rata-rata santri MTs lagi
masa-masa giatnya untuk belajar, karena mereka masih berada pada tingkat
MTs, tetapi masih ada juga santri tingkat MTs yang masih melanggar
peraturan yang berlaku di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi dan jika
kedapatan melanggar maka akan diberikan sanksi.
Hari/Tanggal : Kamis, 11 Juli 2019
Pukul : 12.00- 12.25 WIB
Tempat : Kelas
Informan : Melani
Isi Wawancara : „‟Kami diwajibkan untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler jika tidak kami akan diberikan sanksi, tetapi baguslah jadinya
kami terbiasa untuk disiplin waktu dalam kehidupan sehari-hari‟‟
Hari/Tanggal : Sabtu, 22 Juni 2019
Pukul : 12.00- 12.30 WIB
Tempat : Ruang Guru
Informan : Muhammad Ario
Isi Wawancara : „‟Ustad sering mengingatkan kami agar selalu bersikap
disiplin, dan kerugian atau akibat yang ditimbulkan jika berlaku tidak disiplin
dan melaporkan ke kantor majelis guru jka ada yang sering bolos pada saat
jam pelajaran berlangsung . Menurut saya disiplin di lingkungan pesantren itu
sangat penting, karena dengan disiplin mematuhi peraturan tata tertib
pesantren maka kita dapat belajar dengan baik di pesantrennn. Bagaimana
kita belajar dengan baik jika kita sering bolos, atau bagaimana kita bisa
belajar dengan baik kalau kita suka datang terlambat ke pesantren. Kalau
sering melanggar peraturan pasti kita sering melanggar peraturan pasti kita
sering berurusan dengan guru BP
Hari/Tanggal : Kamis, 29 Juni 2019
Pukul : 10.00- 10.40 WIB
Tempat : Ruang Guru
Informan : Ustazah Nike Fitria S.Pd.I
Isi Wawancara : „‟Pemberian sanksi bagi santri yang melanggar peraturan
telah ditetapkan oleh pihak pondok pesantren adalah bersifat mendidik agar
para santri jera dan sadar akan pentinganya kedisiplinan dan bukan bersifat
untuk mengekang kebebasan santri.
Hari/Tanggal : Kamis, 23 Mei 2019
Pukul : 11.00- 11.35
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Informan : Ustad Drs. Muhammad Rafi‟i
Isi Wawancara : „‟Kompetensi keribadian guru aqidah akhlak di pesantren
ini sudah cukup baik sehingga banyak santri yang suka dengan guru aqidah
akhlak. Akan tetapi kita ketahui manusia memiliki kekuranganga masing-
masing. Namun menurut saya bahwa guru aqidah akhlak memiliki
kompetensi kepribadian yag cukup baik‟
Hari/Tanggal : Rabu, 5 Juni 2019
Pukul : 11.00- 11.25
Tempat : Ruang Kelas
Informan : Nadin
Isi Wawancara : „‟Terkadang jam pelajaran dikelas, kami tidak belajar
karena tidak ada gurunya ataupun guru piket yang menggantikan jam
pelajaran yang kosong
Hari/Tanggal : Senin, 6 Mei 2019
Pukul : 11.00- 11.25
Tempat : Kelas
Informan : Ustad Hermantoni S.Pd.I
Isi Wawancara : „‟Prinsip kerja dalam pembinaan karakter santri baru
dilaksanaka, namun merupakan terobosan baru dari sistem pembelajaran
sehingga guru dikelas juga berkewajiban menyamaikan materi aqidah akhlak
yang sela menekankan pada pembentukan karakter. Pembentukan kepribadian
anak itu tidak mudah. Hal yang bisa dilakukan guru hanyalah terbatas pada
penyampain materi, mensuriteladani, dan berusaha semaksimal mungkin
mengarahkan santri menuju terbentuknya karakter sesuai yang dicita-citakan.
Banyak para guru menginginkan perubahan akhlak santri tetapi dengan cara
yang salah. Sebagai contoh guru membetulkan ucapan santri yang berbicara
dengan ucapan yang kasar, tetapi menasehatinya dengan ekspresi marah,
menasehati dan banyak saran-saran yang kadang-kadang membuat santri
merasa tertekan dan muak, dalam hal ini memerlukan langkah dewasa pula
dalam menanganinya. Keribadian lebih cepat terbentuk lewat tauladan dan
karakter guru kalau kepingin mengajari kepribadian yang baik yang harus
mencontohkan bagaimana berkpribadian yang baik itu.
DOKUMENTASI PENELITIAN
Ketika guru tidak datang
Wawancara dengan santri
Wawancara dengan Mudir Pesantren Al-Jauharen
Wawancara dengan santriwati
Suasana pada saat jam pelajaran santri masih di kantin
Suasana ketika jam kosong
wawancara dengan Kepala Madrasah