Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

131
Manajemen Peserta Didik Dr. Shalahudin, S.Ag.,M.Pd.I Penerbit Garudhawaca

Transcript of Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

Page 1: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

Manajemen Peserta Didik

Dr. Shalahudin, S.Ag.,M.Pd.I

Penerbit Garudhawaca

Page 2: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

ii

Manajemen Peserta Didik

Penulis Dr. Shalahudin, S.Ag., M.Pd.I

Penyunting

Dr. Muhamad Sholeh, M.Pd ( UNESA)

Tata letak

Jalu Sentanu

Desain sampul freepik.com

14,5 x 21cm ; 131 hlm

ISBN 978-623-6521-61-8Terbit 2021

Diterbitkan oleh

Penerbit Garudhawaca Yogyakarta

www.penerbitgarudhawaca.com

Pastikan Anda mendapatkan buku ini melalui cara-cara yang shalih dan tidak melukai. Selalu belilah buku/ebook garudhawaca dengan cara-cara yang jujur. Anda tidak diperkenankan meng-copy dan kemudian menyebarkan

buku/ebook ini kepada orang lain tanpa seijin penerbit. ~*~

Page 3: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

iii

KATA SAMBUTAN

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN )Sulthan Thaha Saifuddin Jambi ;

Prof. Dr. Su’aidi, MA, Ph.D

Saya selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi menyambut baik dan gembira dengan diterbitnya buku referensi Manajemen Peserta Didik. Menurut hemat saya, buku ini dapat memberi kontribusi bagi pengembangan pengetahuan terutama yang berkenaan dengan manajemen pendidikan.

Buku Manajemen Peserta didik dapat memberi arahan dan menuntun bagi para pembaca untuk mengelola Peserta didik dengan efektif dan efisien yang merupakan sumber daya pendidikan yang vital.

Buku ini membahas tentang materi perkuliahan Manajemen peserta didik yang disusun berdasarkan Rencana Perkuliahan dan silabus. Mudah-mudahan kehadiran buku ini dapat sedikit menambah referensi perkuliahan manajemen peserta didik.

Page 4: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

iv

KATA SAMBUTAN

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN ) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi ;

Dr. Hj. Fadlillah, M. Pd.

Saya selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi mengucap syukur atas terbitnya buku karya ilmiahnya bagi para mahasiswa dan para Dosen.

Buku ini adalah merupakan salah satu referensi pada program studi manajemen pendidikan islam di lingkungan fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, dan dapat menambah wawasan bagi para pembaca terutama yang berkenaan dengan manajemen peserta didik.

Dengan harapan, semoga dengan kehadiran karya ini dapat menambah sedikit referensi perkuliahan bagi para mahasiswa dan para Dosen khususnya di fakultas tarbiyah dan keguruan.

Page 5: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulilillah segala puja dan puji hanya kita haturkan kehadirat Allah Swt, karena Dia telah memberi nikmat kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan Buku bahan ajar dalam mata kuliah Manajemen Peserta didik.

Adapun yang menjadi sub topik pembahasan buku ini adalah: Konsep dasar manajemen peserta didik, perencanaan peserta didik, penerimaan peserta didik baru, orientasi, urgensi pengelompokan peserta didik, pelayanan dan pembinaan peserta didik, evaluasi belajar, pengaturan mutasi siswa, pengaturan peserta didik drop out, dan kode etik dan disiplin peserta didik.

Buku ini disusun untuk menjawab salah satu kendala para mahasiswa dalam membuat tugas perkuliahan sangat minim referensi khususnya dalam kajian manajemen peserta didik. Diharapkan kehadiran buku ini menjadi solusi terhadap masalah tersebut.

Akhirnya, semoga Buku ini bermanfaat bagi para pembaca, kritikan dan sumbang saran yang konstruktif sangat diharapakan untuk perbaikan karya tulis ini.

Page 6: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

vi

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN______________________________________________________ iii KATA SAMBUTAN_______________________________________________________ iv KATA PENGANTAR _____________________________________________________ v DAFTAR ISI ______________________________________________________________ vi BAB I KONSEP MANAJEMEN PESERTA DIDIK ________________________ 1 BAB II Hal- Hal Yang Mempengaruhi Kualitas Peserta didik _________ 29 BAB III TUJUAN, FUNGSI DAN PRINSIP MANAJEMEN PESERTA DIDIK __________________________________________________________________________ 38

A. Tujuan Dan Fungsi Manajemen pesrta didik ______________ 38 B. Prinsip-prinsip Manajemen Peserta didik _________________ 40 C. Pendekatan Manajemen peserta didik ____________________ 41

BAB IV PROSEDUR PERENCANAAN PESERTA DIDIK _______________ 43 A. Batasan Perencanaan Peserta Didik _______________________ 43 B. Langkah-langkah Perecanaan Peserta Didik ______________ 43 C. Sensus Sekolah _____________________________________________ 49 D. Ukuran Sekolah dan Kelas _________________________________ 51 E. Kelas yang Efektif _____________________________________________ 55

BAB V KEBIJAKAN REKRUTMEN PESERTA DIDIK ___________________ 57 A. Kebijakan penerimaan peserta didik ______________________ 57 B. Sistem penerimaan peserta didik __________________________ 58 C. Kriteria penerimaan peserta didik baru ___________________ 59 D. Prosedur penerimaan peserta didik baru _________________ 61 E. Orientasi peserta didik ________________________________________ 69

BAB VI PEMBINAAN PESERTA DIDIK ________________________________ 83 A. Definisi Pembinaan _________________________________________ 83

Page 7: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

vii

B. Materi dalam pembinaan___________________________________ 84 C. Tahap-tahap dalam pembinaan ____________________________ 87

BAB VII EVALUASI BELAJAR PESERTA DIDIK _______________________ 89 A. Evaluasi Hasil Belajar Peserta didik _______________________ 89 B. Alasan Perlu Evaluasi ______________________________________ 90 C. Batasan Evaluasi ____________________________________________ 92 D. Tujuan Evaluasi _____________________________________________ 93 E. Kriteria Evaluasi _______________________________________________ 95

BAB VIII MUTASI PESERTA DIDIK ____________________________________ 97 A. Pengertian Peserta Didik yang Mutasi _____________________ 97 B. Macam-macam Mutasi _____________________________________ 97 C. Sebab-sebab Peserta Didik Mutasi _________________________ 99

BAB IX PESETA DIDIK DROP OUT __________________________________ 102 A. Pengertian Peserta didik Drop Out ______________________ 102 B. Sebab-sebab Siswa Drop Out ____________________________ 102 C. Sebab Ketidakhadiran Siswa _____________________________ 104 D. Rekomendasi Pencegahan Putus Sekolah (Drop Out) __ 107

BAB X KODE ETIK PESERTA DIDIK _________________________________ 110 A. Definisi kode etik dan disiplin Peserta didik____________ 110 B. Macam-macam kode etik dan disiplin siswa ____________ 112

DAFTAR PUSTAKA ___________________________________________________ 119 CURRICULUM VITAE_________________________________________________ 122

Page 8: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

viii

Page 9: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

BAB I KONSEP MANAJEMEN PESERTA DIDIK

A. Konsep Manajemen Pendidikan

Sebelum dielaborasi pembahasan lebih mendalam, akan dibahas defenisi manajemen secara umum yang kemukan para pakar.

Manajemen dapat dipahami sebagai kemampuan mengarahkan dan mencapai hasil yang diinginkan dengan tujuan, usaha manusia dan sumber lainnya. Definisi lain dijelaskan manajemen ialah suatu proses pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui kerjasama para anggota untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.1

Manajemen didefinisikan oleh Parker Follet seperti dikutip oleh Syaiful2 sagala sebagai “The art of getting thing done through people” atau diartikan lebih luas sebagai proses pencapaian tujuan melalui pendayagunaan daya manusia dan material secara efisien.

Kata management berarti pimpinan, direksi, dan pengurus, yang diambil dari kata kerja manage berarti mengemudikan, mengurus dan memerintah. Dalam bahasa perancis manage berarti tindakan membimbing atau 1 Syaifuddin,Manajemen Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press,

2005), h. 41. 2 Syaiful, Sagala. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan

(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 49.

Page 10: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

2

memimpin.3 Fridreck Taylor mendefinisikan management sebagai

berikut: management the art of as knowing axacty what you want to do, and then seeing that they do it in the best and cheapest way.4

Manajemen berasal dari kata “managio” yaitu pengurusan atau ”managiare” atau melatih dalam mengatur langkah-langkah. Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Karena itu, manajemen merupakan suatu sistem tingkah laku manusia yang koperatif dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan kepemimpinan yang teratur melalui usaha yang terus menerus dilandasi tindakan yang rasional. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat atau seni oleh Filieat, karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Sedangkan dikatakan sebagai profesi karena manajemen dilandasai oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para professional dituntun oleh suatu kode etik.

Manajemen pendidikan secara umum didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan 3 Wojowarsito, Poerwadarminto, Kamus Lengkap Indonesia Inggris (Jakarta:

Hasta, 1974),h. 96. 4 Friderick Taylor W, Scientific Management (New York: Harper and Bros,

1974), h. 2.

Page 11: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

3

dan pengawasan usaha pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Atau suatu penataan bidang garapan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas perencanaan, peng-organisasian, penyusunan staf, pembinaan, pengkoordinasian, pengkomunikasian, pemotivasian, penganggaran, pengen-dalian, pengawasan, penilaian dan pelaporan secara sistemitis untuk mencapai tujuan pendidikan secara berkualitas.5

Menurut H.B. Siswanto manajemen adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemo-tivasian, dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.6

Manajemen ilmiah mencakup suatu revolusi mental yang lengkap pada pihak pekerja yang terlihat dalam usaha tertentu, suatu revolusi mental lengkap pada pihak orang-orang mengenai kewajiban-kewajiban mereka terhadap pekerjaan mereka. Revolusi mental terjadi dalam sikap mental kedua pihak dalam manajemen ilmiah adalah kedua belah pihak berpaling dari pembagian surplus sebagai hal yang paling penting.

Manajemen merupakan proses yang khas terdiri atas tindakan-tindakan aktivitas manajemen yaitu: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan péngawasan yang dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melaiui pemantaatan sumber

5 Tim Guru Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan (Bandung:

Alfabeta 2011),h. 88. 6 H. B. Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: PT Bumi Aksara 2013),h.14.

Page 12: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

4

daya manusia serta sumber daya lain7. Bertitik tolak pada pendapat para ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa konsep manajemen adalah menjalankan fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian menjadi suatu rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh dalam proses pendayagunaan segata sumberdaya secara efisien disertai penetapan cara pelaksanaannya oleh seluruh jajaran dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Setelah dielaborasi tentang definisi manajemen secara umum, selanjutnya akan diulas secara komprehensip fungsi-fungsi manajemen pendidikan.

B. Fungsi Manajemen

Dalam mengkaji fungsi manajemen, secara umum akan dibahas tentang fungsi perencanaan (planning ), fungsi pengorganisasian (organizing ), Fungsi penggerakan (aktuating ), dan fungsi pengawasan (controlling ).

1. Fungsi Perencanaan (Planning)

Dalam proses pelaksanaan manajemen, seorang manajer harus menjalankan berbagai fungsi-fungsi manajemen sebagai mana akan dijelaskan sebagai berikut:

Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang

7 R. Eko. Indrajit dan R. Djoko Pronoto. Manajemen Perguruan Tinggi Modern

(Yogyakarta: C. V Andi Offset, 2006), h. 28.

Page 13: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

5

ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama waktu yang diperIukan untuk mencapai tujuan tersebut, berapa orang personal yang diperlukan, dan berapa banyak biayanya. Pencanaan ini dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan. Banghart dan Trull sebagaimana dikutip oleh Hadari Nawawi mengemukakan: “Educational planning is firs of all a rational process”8. Perencanaan menurut Engkoswara dan Aan Komariah adalah membuat keputusan mengenai arah yang akan dituju, tindakan yang akan diambil, sumber daya yang akan diolah, dan teknik yang digunakan9.

Planning adalah penentuan segala sesuatunya terlebih dahulu untuk melaksanakan suatu aktivitas. Dalam rumusan lain disebutkan: Planning is deciding in advance what is to be done.10 Louis Allen mendefinisikan planning is the determinition of a course of action to achieve a desired result.

Selanjutnya, dalam perencanaan ada 4 tahap yang harus dilakukan yaitu: (1) Menetapkan tujuan; (2) Merumuskan tujuan saat ini; (3) Mengidentifikasi segala peluang dan hambatan; (4) Mengembangkan rencana.11

Endang Soenarya menjelaskan dalam proses perencanaan ada beberapa kegiatan utama yang dilakukan yaitu: memformulasikan tujuan, merumuskan strategi,

8 Hadari, Nawawi. Manajemen Strategik Organisasi Nonprofit Bidang

Pemerintahan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h. 50. 9 Engkoswara dan Aan Komariah. Administrasi Pendidikan (Bandung:

Alfabeta, 2010), h. 90. 10 Jawahir Tanthowi, Unsur-Unsur Manajemen Menurut Ajaran Al Qur’an

(Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983), h. 65. 11 Anharululum. Blokspot. Com/ 2011/ 09/ fungsi-manajemen-

pendidikan.html, diunduh, 11 juni 2012

Page 14: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

6

kebijakan, dan perincian perencanaan, membentuk organisasi untuk melaksanakan keputusan, dan membahas hasil umpan balik untuk dijadikan acuan rencana selanjutnya.12

Dengan melihat pendapat para pakar di atas, maka dapat dipahami perencanaan adalah aktivitas yang harus dilakukan dalam menjawab pertanyaan lima W (what, why, who, when, where) dan satu H (how).

Adapun langkah yang harus dilakukan dalam suatu perencanaan menurut Mukhtar adalah sebagai berikut: 1). Mengumpulkan data atau informasi untuk menentukan indikator; 2). Menganalisis data; 3). Merumuskan kebijakan; 4). Memprediksi kebutuhan yang akan datang; 5). Menetapkan sasaran dan alternative strategi, dan 6). Memperhitungkan yang dibutuhkan.13

Dalam Al-qur’an surah al-Hasyr: 18 Allah berfirman sebagai berikut:

��

12 Endang Soenarya, Teori Perencanaan Pendidikan (Yogyakarta: Adicita

Karya Nusa, 2000) ), h. 38. 13 Mukhtar dkk, Sekolah Berprestasi ( Jakarta: PT. Nimas Multima, 2001 ), h.

18.

Page 15: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

7

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.14

Ayat ini memberi pesan kepada orang-orang yang

beriman untuk memikirkan masa depan yang dituangkan dalam konsep yang jelas dan sistematis. Dalam Islam perencanaan (planning) karena berfungsi mengarahkan kegiatan, target-target, dan hasil-hasilnya di masa depan sehingga aktivitas dapat berjalan dengan tertib15.

Menurut jangkauan waktunya perencanaan dapat dibagi menjadi perencanaan jangka pendek (satu mingu, satu bulan, satu semester dan satu tahun), perencanaan jangka menengah yaitu perencanaan yang dibuat untuk jangka waktu tiga sampai tujuh tahun, dan perencanaan waktu jangka panjang dibuat untuk jangka waktu delapan sampai dua puluh lima tahun.

Hamzah dalam bukunya Model pembelajaran mendefinisikan perencanaan ialah hubungan antara apa yang ada sekarang dengan bagaimana seharusnya yang berkaitan dengan kebutuhan, penentuan tujuan, perioritas, program, dan alokasi dana.16 14 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya: Mekar Surabaya, 2004),

h. 799. 15 Mujammil, Qomar. Manajemen Pendidikan Islam (Malang: PT Gelora Aksara

Pratama, 2007), h. 30. 16 Hamzah, Model Pembelajaran ( Jakarta: Bumi Aksara, 2007 ), h. 82.

Page 16: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

8

Berdasar uraian di atas tergambar bahwa perencanaan pondok pesantren adalah proses menentukan sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos tujuan, pedoman, dan kesepakatan (commitment) yang menghasilkan program-program sekolah yang terus berkembang. Tujuan perencanaan sekolah membantu sekolah menjelaskan pengelolaan sekolah sekarang dan masa mendatang, mendorong dan mendukung partisipasi masyarakat, mendorong adanya keputusan-keputusan tingkat sekolah, dan mendorong terciptanya ketentuan dalam perencanaan dan pelaksanaannya.

2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam kerja sama sekolah. Karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing unit organisasi. Kegiatan pengorganisasian menentukan siapa yang akan melaksanakan tugas sesuai pninsip pengorganisasian. Pengorganisasian adalah keseluruhan proses memilih orang-orang serta mengalokasikan sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam organisasi dan mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin pencapaian tujuan.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengorganisasian adalah proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber

Page 17: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

9

daya organisasi yang dimiliki dan lingkungan. Dalam penyusunan struktur ada dua aspek utama yaitu departementalisasi dan pembagian kerja. Departementalisasi adalah pengelompokan kegiatan kerja organisasi agar kegiatan sejenis saling berhubungan dapat kerja sama. Pembagian kerja adalah rincian tugas pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab melaksanakan kegiatan.

Aspek-aspek penting dalam pengorganisasian ialah: bagan organisasi, pembagian kerja, departementalisasi, rantai perintah, tingkat hirarki manajemen, saluran komunikasi, dan rentang manajemen serta kelompok informal yang dihindari.

3. Fungsi Penggerakan (Actuating)

Fungsi ketiga manajemen fungsional adalah fungsi pelaksanaan atau penggerakan yang dilaksanakan sebuah organisasi yang dilaksanakan setelah fungsi-fungsi di atas sudah dilaksanakan. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pengarahan (commanding), bimbingan (directing), dan komunikasi (communication) termasuk didalamnya melakukan koordinasi.

Penggerakan ialah menggerakkan dan memotivasi para personalia agar bekerja dengan giat dan antusias.17

Dalam Al-Qur’an surat Alkahfi ayat 2 Allah SWT berfirman: 17 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta,

2011), h. 2.

Page 18: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

10

“Yang artinya: Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik.18”

“Ayat tersebut menjelaskan diperlukan tindakan actuating dengan memberikan bimbingan, pengarahan, dilengkapi dengan berbagai motif yaitu kabar gembira bagi staf yang melakukan tugas dengan baik, dan kabar buruk bagi staf yang melakukan penyalah gunaan wewenang.”

Pengkoordinasian mengandung makna menjaga agar

tugas-tugas yang telah dibagi, tidak dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakan saja, tetapi menurut aturan sehingga menyumbang pencapaian tujuan. Pengkoordinasian menurut The Liang Gie merupakan rangkaian aktivitas menghubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya sehingga semuanya berlangsung secara tertib dan seirama menuju ke arah tercapainya tujuan tanpa terjadi kekacauan, percekcokan, kekembaran kerja atau kekosongan kerja. Sedangkan Oteng Sutisna merumuskan koordinasi ialah mempersatukan sumbangan-sumbangan dan orang-orang, bahan, dan sumber-sumber lain ke arah tercapainya maksud

18 Anonim, op. cit., 401.

Page 19: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

11

yang telah ditetapkan19.

4. Fungsi Pengawasan (Controlling)

Proses terakhir dari fungsi manajemen adalah controlling atau Ar Riqobah (pengawasan) adalah kegiatan untuk meneliti dan memeriksa apakah pelaksanaan tugas-tugas perencanaan semula betul-betul dilaksanakan. Juga, untuk mengetahui apakah telah terjadi penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran, kekurangan dalam melaksankan tugas-tugas dan sekaligus dapat mengetahui jika sekiranya terdapat segi-segi kelemahan.

Henry Fayol mengartikan controlling is not consist in verifying whether everything accors in eguformity with the plan adopted the instruction and principle estableshed.

Sayyid Muhammad mendefinisikan pengawasan ialah mengetahui kejadian-kejadian yang sebenarnya, serta menunjukkan secara tepat terhadap dasar-dasar yang telah ditetapkan dalam perencanaan awal.20

Tujuan pengawasan yaitu: mencegah terjadinya penyimpangan pencapaian tujuan yang direncanakan, agar proses kerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, mencegah dan menghilang hambatan dan kesulitan yang akan datang, mencegah penyimpangan penggunaan sumber daya, dan mencegah penggunaan otoritas dan kedudukan.21 19 Hadari, Nawawi, op. cit., h. 90. 20 As Sayyid Mahmud Al Hawary, Idarah Al Asas Wal Ushulil Ilmiyah, Cet ke III,

(Kairo: Almaktabah almadinah, 1976), h. 189. 21 Anharululum. Blokspot. Com/ 2011/ 09/ fungsi-manajemen-

pendidikan.html, diunduh, 11 juni 2012

Page 20: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

12

Setiap kegiatan pengawasan memerlukan tolok ukur atau kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam bekerja, yang dalam Penilaian Kinerja disebut Standar Pekerjaan. Tanpa tolok ukur tidak satupun sistem kontrol yang dapat dilakukan secara efektif. Suatu sistem kontrol terdiri dari standar (tolok ukur), proses pengukuran (penilaian), koreksi dan umpan balik, yang dapat digambarkan dalam gambar di bawah ini.

Gambar: 2: 1 Alur Kegiatan Proses Pengawasan.

Dengan mencermati gambar alur kegiatan proses pengawasan tersebut dapat dipahami bahwa kegiatan pengawasan dalam fungsi manajemen diawali dengan menentukan standar pelaksanaan pekerjaan, proses pengukuran pelaksanaan pekerjaan, koreksi kegagalan atau

Umpan Balik

STANDAR PELAKSAN

AAN

PELAKSANAAN

PEKERJAAN

PROSES PENGUKUR

AN DAN

KOREKSI KEBERHASI

LAN /

Page 21: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

13

keberhasilan pekerjaan, kemudian menindak lanjuti dengan melakukan umpan balik.

Kegiatan pengawasan dapat dilakukan dengan melalui kegiatan pengukuran (measurement) dan penilaian (evaluation). Proses pengukuran dilakukan terhadap pelaksanaan pekerjaan yang standar pekerjaannya bersifat kuantitatif.

Menurut Mukhneri dalam bukunya pengawasan pendidikan menjelas ada Sembilan unsur yang terdapat dalam aktivitas pengawasan yaitu: pertama, ada proses pengamatan tentang fakta yang sebenarnya mengenai pelaksanaan pekerjaan yang diamati. Kedua, fakta yang sebenarnya ini merupakan bahan untuk merumuskan tindakan-tindakan yang dapat menjamin pekerjaan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketiga, pengawasan lebih ditekankan pada pekerjaan yang sedang berjalan dan pekerjaan-pekerjaan yang telah selesai dikerjakan (concurrent control). Keempat, pengawasan sebagai proses untuk menentukan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan. Kelima, pengawasan adalah mata dan telinga pimpinan yang dapat mengungkapkan fakta. Keenam, controlling terdiri dari unsur-unsur tindakan korektif yang menggunakan standar untuk mengukur apakah kegiatan telah sesuai dengan rencana. Ketujuh, pengawasan untuk menentukan bahwa tujuan manajemen telah tercapai. Kedelapan, pengawasan adalah sebagai usaha sistematik untuk menetapakan standar pelaksanaan. Kesembilan, pengawasan bersifat konstruktif, dan tidak

Page 22: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

14

mencari kesalahan, akan tetapi lebih diarahkan pada efisiensi waktu, dana, material, metode dan tenaga dengan meminimalkan penyimpangan yang terjadi.22

Jadi, dengan mencermati penjelasan fungsi pengawasan oleh para pakar manajemen pendidikan dapat disarikan pengawasan adalah berfungsi untuk memastikan bahwa aktivitas atau program yang telah berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan atau belum berjalan. Kemudian mendiagnosa penyebab belum berjalannya suatu program.

C. Konsep Manajemen Peserta Didik

Setelah kita memahami konsep fungsi manajemen, pada pembahasan berikut akan dibahas tentang konsep manajemen atau manajemen pesrta didik.

Dilihat dari kata manajemen pesrta didik terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan kesiswaan. Pengertian siswa menurut undang-undang sisdiknas No. 20 tahun 2003 adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang terdedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Definisi lain menjelaskan siswa adalah orang yang tidak bergantung pada orang lain.23

Manajemen adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih yang 22 Mukhneri Mukhtar, Pengawasan Pendidikan (Jakarta: BPJM Press, 2013), h.

39. 23 Anonim, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 205.

Page 23: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

15

didasarkan atas aturan tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Kesiswaan atau peserta didik menurut ketentuan umum undang-undang RI tentang Sistem Nasional adalah angota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Menurut knezevich (1961) yang dikutip oleh E. Mulyasa manajemen pesrta didik (pupil personnel administration) sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti : pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah. Manajemen pesrta didik dapat di artikan sebagai usaha pengaturan terhadap siswa mulai dari siswa tersebut masuk sekolah sampai deengan mereka lulus sekolah .

Manajemen pesrta didik adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik , mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen pesrta didik bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.24

24 E. Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung,

2002, hal. 7.

Page 24: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

16

Dengan demikian dapat dipahami siswa adalah orang yang mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, agar dapat berkembang dengan baik serta merasa puas dalam menerima pelajaran.

Menurut buku manajemen pendidikan yang dikarang oleh tim Dosen administrasi pendidikan Indonesia mengatakan bahwa manajemen siswa atau manajemen peserta didik (pupil personnel administration) adalah layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas.

Sri Minarni dalam Manajemen Sekolah menjelaskan manajemen pesrta didik adalah merupakan suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan siswa, mulai dari masuknya siswa sampai dengan keluarnya siswa tersebut dari suatu sekolah.

Kosasi mengartikan manajemen peserta didik atau pupil personnel administration sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.25

Dengan demikian dapat dipahami manajemen pesrta didik adalah suatu aktivitas penataan siswa mulai dari dia masuk suatu sekolah sampai keluar untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

25 Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). h. 166.

Page 25: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

17

Sutjipto dan Mukti rnengemukakan bahwa ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka manajemen pesrta didik, yaitu : 1) penerimaan siswa, 2) pembinaan siswa, 3) promosi dan mutasi, dan 4) pemberhentian siswa dari sekolah.26

Dari kedua pendapat di atas, maka kita dapat mengambil sebuah alur aktivitas manajemen pesrta didik, yaitu:

a. Langkah pertama adalah perencanaan yang dilakukan untuk memperoleh atau rnenyusun program/rencana kerja.

b. Langkah kedua adalah pelaksanaan berupa implementasi, dari program/rencana kerja yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan. Pelaksanaannya itu sendiri terdiri atas aktivitas-aktivitas; penerimaan siswa (rekrutmen, seleksi, orientasi, penempatan dan pengelompokkan), pembinaan siswa (akademik dan non-akademik), evaluasi hasil (output) dan dampak (impact).

c. Langkah ketiga adalah pengawasan yang dilakukan secara menyeluruh terhadap keseluruhan proses dan hasil pembinaan kesiswaan.

Langkah-langkah tersebut masing-masing akan dibahas secara lebih rinci berikut ini :

26 Sutjipto dan Mukti, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Gramedia, 2006), h.

40.

Page 26: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

18

a. Perencanaan

Langkah awal dalam sebuah proses melakukan proses perencanaan. Nanang Fatah mengartikan perencanan sebagai tindakan menetapkan terlebih dahlulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan siap yang mengerjakannya.27 Perencanaan sering juga disebut jembatan yang nnenghubungkan kesendangan atau jurang antara keadaan masa kini dan keadaan yang diharapkan terjadi pads masa yang akan datang.

Selanjutnya Nanang Fatah juga menyebutkan bahwa dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam proses perencanaan. Ketiga kegiatan itu adalah (1) perumusan tujuan yang ingin dicapai; (2) pemilihan program untuk mencapai tujuan itu; (3) identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas.

b. Pelaksanaan

Setelah proses perencanaan dilakukan hingga menghasilkan rencana kerja, maka langkah selanjutnya adalah langkah pelaksanaan. Pelaksanaan pada hakikatnya merupakan aktualisasi dari rencana

27 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001), h. 49.

Page 27: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

19

kerja yang telah disusun. Fungsi pelaksanaan meliputi proses mengoperasionalkan desain atau rancangan itu dengan menggunakan berbagai strategi kebijakan dan kegiatan yang terarah secara jelas, menggunakan tenaga manusia dan fasilitias yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Dalam manajemen pembinaan kesiswaan, Sutjipto dan Mukti mengemukakan bahwa ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam implementasi manajemen pembinaan kesiswaan, yaitu penerimaan siswa, pembinaan siswa, promosi dan mutasi, dan pemberhentian siswa dari sekolah.28

Sebagai sebuah sistem, maka lmplementasi pembinaan kesiswaan diawali dengan masukan (input). Masukan dasar dalam Manajemen pesrta didik adalah siswa itu sendiri. Untuk memperoleh masukan berupa siswa maka dilakukan langkah penerimaan siswa. Setelah masukan berupa siswa itu tersedia kemudian dilanjutkan pada tahapan transformasi atau prosesi. Pada langkah ini siswa dibina dan dikembangkan dengan berbagai aktivitas pembinaan kesiswaan yang telah dipersiapkan dan direncanakan. Untuk mengetahui hasil dari proses pembinaan maka dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi ini akan menunjukkan tingkat pencapaian prestasi dan kepribadian siswa. Setelah tingkat pencapaian prestasi

28 Ibid.,h. 48.

Page 28: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

20

siswa diketahui, langkah selanjutnya adalah melakukan pengukuran terhadap hasil evaluasi ini (outcome).

Dengan demikian langkah-langkah pelaksanaan pembinaan kesiswaan terdiri atas penerimaan, penempatan, dan pengelompokkan siswa, pembinaan siswa dan evaluasi hasil (output) serta dampak (impact). Secara lebih rinci, masing-masing langkah akan dijelaskan pada uraian berikut ini:

1) Penerimaan, Penempatan dan Pengelompokkan Siswa Penerimaan siswa adalah proses seleksi dan pencatatan siswa yang memasuki sekolah tertentu setelah memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan oleh sekolah. Untuk melakukan penerimaan siswa Baru di sekolah ada beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan, yaitu; penetapan daya tampung, penetapan syarat-syarat bagi siswa-siswa yang siswa yang diterima, dan pembentukan panitia penerimaan siswa.

Secara umum terdapat empat aktivitas dalam proses penerimaan siswa baru yaitu; rekrutmen, seleksi, orientasi, dan penempatan/pengelompokkan. Rekrutmen merupakan aktivitas untuk mengumpulkan calon siswa melalui pendaftaran calon siswa, sedangkan seleksi adalah proses pemilihan calon siswa yang

Page 29: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

21

akan diterima sebagai siswa berdasarkan kriteria tertentu. Sistem rekrutmen dan seleksi penerimaan siswa tentu tidaklah sama dengan sistem rekrutmen dan seleksi yang digunakan untuk para pegawai, walaupun tujuan awal keduanya sama, yaitu untuk memperoleh masukan dasar (input) yang berkualitas sesuai dengan target yang diharapkan. Oleh karena itu, konsepsi tentang rekrutmen dan seleksi dalam penerimaan pegawai tidak dapat sepenuhnya digunakan dalam rekrutmen dan seleksi dalam penerimaan siswa.

Teori umum tentang sistem rekrutmen dan seleksi siswa tidak banyak yang dapat kita temukan, berbeda dengan teori tentang sistem rekrutmen dan seleksi pegawai. Umunya system rekrutmen dan seleksi siswa lebih bersifat ketentuan teknis dan sangat bergantung pada kebijakan-kebijakan yang berlaku dalam suatu wilayah/Negara dimana rekrutmen dan seleksi siswa itu dilaksanakan.

2) Pembinaan Siswa Langkah selanjutnya dalam tahapan pelaksanaan pembinaan kesiswaan adalah melakukan pembinaan siswa. Pembinaan siswa (student development) menurut Drum sebagaimana yang dikutip oleh Morril et.all., didefinisikan sebagai berikut :

Page 30: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

22

Pembinaan Siswa adalah suatu proses di mana setiap orang mengalami sejumlah perubahan kearah perilaku lebih maju, hal tersebut diakibatkan oleh pengetahuan yang terus meningkat menuntut tantangan dalam menjalani hidup. la berubah ke arah perilaku lebih maju seiring naiknya individu yang berubah dalam suatu posisi yang berkembang lebih tinggi mengakibatkan seseorang mengamati orang-orang, peristiwa, dan berbagai hal dengan cara yang berbeda.29

Pembinaan siswa (student development) adalah proses dimana individu/peserta didik diberikan sejumlah perlakuan yang telah dipersiapkan secara sistematis dan bervariasi sehingga dari perlakuan ini akan dihasilkan suatu perubahan prilaku hidup dari individu/peserta didik yang bersangkutan diharapkan perubahan itu dapat menjawab tantangan dan kebututhan hidup. Perubahan yang dimaksud adalah adanya peningkatan dalam pengetahuan, nilai-nilai kehidupan, moralitas dan kehidupan sosial siswa dan berinteraksl dengan lingkungannya.

Diharapkan melalui pembinaan kesiswaan, kemampuan yang dimiliki para siswa dapat

29 Morill, et all, Dimension of intervention for Student Development (Canada:

John Wiley and Sins, Inc, 1980), h. 23.

Page 31: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

23

berkembang secara maksimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pembinaan kesiswaan itu sendiri dilakukan agar siswa mengenal Iingkungan tempat belajar mereka, dan dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah. Dengan pemahaman tentang lingkungan itu diharapkan dapat tercipta suatu keadaan dimana siswa lebih tertib dan mementingkan tugas-tugas belajarnya, dibandingkan dengan kegiatan pribadi lainnya disekolah.

Aktivitas pembinaan siswa adalah persoalan teknis sehingga dalam implementasinya pembinaan siswa yang dilakukan sekolah dapat beragam sesuai dengan situasi, kondisi, kreatifitas, dan kemampuan sekolah yang bersangkutan. Karenanya, pembinaan siswa pada setiap sekolah bisa beragam dan mempunyai corak atau kekhasan masing-masing sekolah. Namun walaupun begitu terdapat beberapa arahan dari para ahli dalam menyusun program pembinaan siswa.

Holmes dan Wynne menyatakan bahwa ketika sekolah akan membuat program kegiatan bagi para siswanya hendaknya harus memperhatikan empat fungsi utama sekolah, yaitu fungsi distribusi sosial, fungsi pengenalan dasar-dasar ilmu pengetahuan, fungsi pembekalan kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung, dan fungsi pembekalan

Page 32: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

24

penjagaan diri. keempat fungsi utama sekolah tersebut harus diselaraskan dengan enam wilayah fungsi pendidikan, yaitu fungsi intelektual, fungsi moral spiritual, fungsi budaya dan seni, fungsi sosial, fungsi fisik dan fungsi kejuruan.

Morril et.all. memberikan arahan agar program pembinaan siswa senantiasa memperhatikan tiga hal penting dalam sistem kehidupan seorang siswa, yaitu; pertama, pembinaan diarahkan pada pengembangan kemampuan intelektual siswa sehingga nantinya siswa akan mengalami perubahan dalam pola pikir, pengetahuan, dan kemampuan memecahkan masalah, kedua pembinaan diarahkan pada pengembangan diri pribadi siswa, sehingga nantinya siswa akan mengalami perubahan dalam mengenal diri dan memahami esensi dan tanggung jawab kehidupannya; dan ketiga, pembinaan diarahkan pada pengembangan kehidupan sosial siswa, sehingga nantinya siswa akan mengalami perubahan dalam hal bagaimana berinteraksi dengan sesame manusia dan dengan lingkungan sekitarnya.

Secara umum, pembinaan siswa dapat diklasifikasi kepada dua jenis pembinaan, yaitu pembinaan siswa yang bersifat akademik, pembinaan siswa yang bersifat non-akademik.

Page 33: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

25

Pembinaan siswa yang bersifat akademik adalah pembinaan siswa yang secara langsung berhubungan pelajaran yang diajarkan di sekolah bersangkutan. Pembinaan siswa yang bersifat akademik ini dibagi kepada dua jenis kegiatan, yaitu: kegiatan intrakurikuler, yaitu kegiatan yang dilakukan disekolah yang waktunya sesuai dengan struktur program yang telah kegiatan yang erat kaitannya dengan pemerkayaan pelajaran yang dilakukan diluar jam pelajaran yang dalam struktur program. Kegiatan ini dimaksudkan agar apa yang telah dipelajari dalam intrakurikuler dapat lebih dikuasai dan dipahami oleh siswa. Kegiatan-kegiatan ini dapat merupakan penugasan-penugasan atau pekerjaan rumah yang merupakan penunjang kegiatan intrakurikuler.

Pembinaan siswa yang bersifat non-akademik adalah pembinaan siswa yang tidak secara langsung berhubungan dengan pelajaran resmi di kelas. Dalam istilah lain, pembinaan siswa yang bersifat non-akademik ini juga disebut kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Sucipto dan Mukti, kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan siswa, menambah keterampilan mengenai hubungan atar berbagai mata pelajaran pengetahuan siswa, menambah keterampilan mengenal hubungan antar berbagai

Page 34: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

26

mata pelajaran, menyalurkan bakat, minat, menunjang pencapaian tujuan intrakurikuler serta melengkapi usaha pembinaan manusia Indonesia seutuhnya.

c. Pengawasan

Selanjutnya dalam Manajemen pesrta didik adalah melakukan pengawasan, Oteng Sutisna rnengartikan pengawasan sebagai suatu proses flungsl dan mirip administrasi untuk melihat apa yang terjadi sesuai dengan apa yang semestinya terjadi. Apabila tidak sesuai dengan semestinya maka perlu adanya penyesuaian yang semestinya dilakukan.30

Pengawasan mempunyai peranan yang penting dalam suatu organisasi. Pengawasan merupakan suatu yang sangat essensial dalam kehidupan organisasi untuk menjaga agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Dengan pengawasan akan diketahui keunggulan dan kelemahan dalam pelakasanaan manajemen, sejak dari awal, selama dalam proses, dan akhir pelaksanaan manajemen.

Ada dua hal yang mendorong adanya pengawasan, yaitu ; pertama, tujuan-tujuan individu atau kelompok kadang-kadang atau pada umumnya bertentangan

30 Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Praktek

Profesional (Jakarta: Bulan Bintang, 2001), h.58.

Page 35: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

27

dengan tujuan organisasi; dan kedua, adanya jangka waktu antara saat tujuan dirumuskan dengan saat tujuan diwujudkan dalam hal ini adanya penyimpangan yang perlu diluruskan.

Oteng Sutisna mengemukakan bahwa tindakan pengawasan terdiri atas tiga langkah yang umum, yaitu; mengukur perbuatan atau menyelidiki apa yang sedang dilakukan, membandingkan perbuatan dengan standar yang telah ditetapkan dan menetapkan perbedaannya jika terdapat perbedaan, dan memperbaiki penyimpangan dengan tindakan-tindakan pembetulan atau tindakan perbaikan.31

Dalam pelaksanaanya, pengawasan ada yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dalam arti pengawas langsung terjun ke lapangan untuk mengawasi perilaku atau kegiatan. Sedangkan pengawasan tidak langsung berarti pengawas tidak secara langsung terjun mengawasi perilaku atau kegiatan, namun mengawasi hanya melalui laporan-laporan.

Hasil dari pengawasan itu sendiri kemudian akan menjadi tolak ukur tingkat efektifitas atau tingkat keberhasilan program dan juga akan menjadi bahan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan pembinaan kesiswaan di sekolah, pada saat kegiatan

31 Ibid.,h.58.

Page 36: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

28

masih berlangsung maupun ketika kegiatan sudah selesai. Dan juga yang terpenting adalah bahwa hasil dari hasil pengawasan ini haruslah ditindaklanjuti, sebab bila ditindaklanjuti tentu hasil dari pengawasan ini akan tidak bernilai. Selanjutnya juga hasil dari pengawasan ini akan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan pada saat penyusunan kembali perencanaan pembinaan pada periode selanjutnya.

Page 37: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

29

BAB II Hal- Hal Yang Mempengaruhi Kualitas Peserta didik

A. Faktor-Faktor Manajemen peserta didik

Dalam mengkaji faktor manajemen peserta didik ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kualitas peserta didik yaitu factor internal dan eksternal.

Faktor internal yaitu faktor yang ada pada diri Kepala Madrasah, dan guru tentu sangat terpengaruhi, terhadap usaha mereka dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun faktor-faktor internal yang dimaksud antara lain :

1. Wawasan dan Kemampuan Professional

Mengajar, mendidik, melatih dan melakukan evaluasi/ penilaian merupakan tugas guru. Atas dasar tugas itulah maka setiap guru di tuntut untuk memilik kemampuan profesional untuk mengayomi anak didiknya.32

Mendidik yaitu mentransfer nilai-nilai pada anak didik peran pendidik sangat penting termasuk didalamnya transfer nilai-nilai moral dimana anak didik didorong, dibimbing dan diarahkan Untuk sikap atau tingkah laku yang baik.

32 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar (Bandung: Alfabeta, 2006). h. 54.

Page 38: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

30

Adapun sikap mental yang dimaksud antara lain Ikhlas dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya (tanpa pamrih), kemampuan untuk bekerja keras, tabah, sabar dan tak pernah kenal dan menyerah dan senantiasa meningkatkan kemampuan segala bidang, terutama yang relevan dengan tugas pokoknya, memiliki sifat-sifat terpuji (akhlakul karimah) dan berusaha menghindarkan diri dari sifat-sifat tercela karena guru adalah teladan bagi para peserta didik kreatif dan inovatif dalam melaksanakan tugas profesi yang disandangnya.

2. Pengalaman Lapangan

Ada pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik (experience is the best teacher). Bila pepatah ini masih berlaku, berarti faktor pengalaman juga sangat mempengaruhi tercapainya tujuan.

Pengalaman dapat di peroleh dari diri sendiri maupun pengalaman dari orang lain/teman seprofesi. Pengalaman yang dimaksud disini adalah pengalaman daam kegiatan pendidikan, baik dalam bentuk kegiatan intra maupun ekstra kurikuler. Misalnya ada guru yang selama mengajar belum pernah membuat rencana pengajaran. Artinya dia mengajar hanya berdasarkan buku paket yang ada. Hasil belajar mengajar yang diperoleh pun tentu tidak akan sebaik guru yang selalu mempersiapkan Rencana Pengajaran pada setiap kali

Page 39: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

31

pertemuan/setiap kali belajar mengajar. Dari dua pengalaman yang berbeda ini perlu ada kesepakatan untuk mengikuti atau mengambil yang terbaik, dari sinilah kita melihat bahwa pengalaman itu sangat diperlukan.

3. Kerjasama

Dalam setiap kegiatan organisasi dan managemen tidak ada konsep yang menyatakan bahwa tujuan dapat dicapai sendiri. Akan tetapi sebaliknya bahwa tujuan akan tercapai berkat hasil kerjasama antara dua orang atau lebih.

Begitu pula halnya dengan kegiatan pendidikan, baik di sekolah umum maupun madrasah. Untuk mencapai suatu tujuan sangat diperlukan kerjasama antar semua unsur yang terkait. Misalnya proses belajar mengajar akan berhasil bila terjadi kerjasama antara guru dan siswa, proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik bila di dukung oleh, pengawas dan kepala sekolah sebagai Pembina, serta adanya kerjasama dengan guru-guru lain di sekolah tersebut maupun guru di sekolah lain.

Tegasnya untuk mencapal suatu tujuan di perlukan kerjasama yang baik dari semua pihak dan kerjasama ini harus dimiliki oleh setiap guru.

Page 40: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

32

Di samping faktor internal, faktor eksternalpun sangat mempengaruhi tercapainya tujuan. Adapun faktor-faktor eksternal tersebut antara lain:

4. Sarana dan prasarana

Sebaik apapun tujuan yang dirumuskan dan sesiap apapun manusianya (guru dan siswa) untuk melakukan suatu kegiatan, pada akhirnya akan terbentur pada sarana dan prasarana yang tersedia. Hal ini berarti bahwa faktor sarana dan prasarana sangat mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah.

Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan Madrasah diperlukan fasilitas pendukung yang sesuai dengan tujuan kurikulum. Fasilitas yang dimaksud adalah sarana dan prasarana madrasah. Sarana dan prasarana Madrasah adalah "semua benda bergerak maupun yang tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengelolaan sarana dan prasarana Madrasah pada manajemen pesrta didik mengenai keseluruhan proses pengadaan, pendayagunaan dan pengawasan sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang tujuan manajemen pesrta didik di Madrasah sehingga dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Aktivitas yang terdapat dalam pengelolaan sarana dan prasarana Madrasah adalah: (1) perencanaan

Page 41: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

33

kebutuhan, (2) pengadaan, (3) penyimpanan, (4) inventarisasi, (5) pemeliharaan, ( 6) penghapusan, dan (7) pengawasan.33

a. Perencanaan Kebutuhan Perencanaan Kebutuhan sarana dan prasarana Madrasah didasarkan pada pertimbangan :

Perkembangan kebutuhan zaman, seperti pengadaan media pendidikan yang moderen.

Pengganti sarana dan prasarana yang rusak,dihapuskan, atau hillang.

Persediaan barang.

b. Pengadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Pengadaan adalah kegiatan untuk rnenghladirkan sarana dan prasarana Madrasah dalam rangka menunjang pelaksanaan manajemen pesrta didik.

Dana untuk pengadaan sarana dan prasarana Madrasah ini bisa berasal dari dana rutin, bantuan masyarakat dan dana bantuan pemerintah daerah.

c. Penyimpanan Sarana dan Prasarana Madrasah Penyimpanan sarana dan prasarana adalah kegiatan yang dilakukan dalam mengurus, menyelenggarakan, dan mengatur sarana dan prasarana di ruang penyimpanan atau gudang penyimpanan ini dilakukan

33 Ibid.,h. 75.

Page 42: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

34

dalam rangka barang tidak rusak dari mudah dihadirkar jika dibutuhkan. Oleh karena itu, penyimpanan ini bersifat sementara.

d. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Madrasah Inventarisasi sarana dan prasarana merupakan kegiatan mengurus, menyelenggarakan, mengatur, dan mencatat sarana dan prasarana yang menjadi milik Madrasah berdasarkan daftar inventaris.

Daftar inventaris merupakan suatu dokumen yang berisi jenis dan jumlah barang baik bergerak maupun tidak bergerak yang menjadi milik dan dikuasai oleh oleh Negara dibawah tanggung jawab Madrasah. Daftar inventaris ini terdiri dari: a) Kartu inventaris ruangan, b) Kartu inventaris barang, dan c) buku inventaris.

e. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Madrasah Pemeliharaan sarana dan prasarana Madrasah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menjaga atau mencegah dari kerusakan barang. Pemeliharaan ini seyogyanya dilakukan secara kontinu sehingga barang tetap baik ban siap dipakal.

Pemeliharaan ini hendaknya dilakukan oleh tenaga yang fropesional yang mampu merawat barang dengan baik. Pelaksanaan pemeliharaan ini meliputi: perawatan, pencegahan kerusakan, dan penggantian ringan.

Page 43: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

35

f. Penghapusan Sarana dan Prasarana Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan meniadakan barang-barang milik Madrasah tidak berguna lagi atau karena biaya pemeliharaannya sudah terlalu mahal. Penghapusan hendaknya dilakukan dengan transparan agar tidak terjadi penyalahgunaan barang-barang Madrasah tersebut.

g. Pengawasan Sarana dan Prasarana Madrasah Pengawasan sarana dan prasarana Madrasah merupakan kegiatan pengamatan, pemeriksaan, dan penilaian terhadap pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana agar tidak terjadi penyimpangan, penggelapan, dan penyalahgunaan. Pengawasan ini dilakukan dalam rangka untuk mengoptimalkan penempatan sarana dan prasarana Madrasah.

5. Budaya Sekolah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sekaligus sebagai sumber belajar dan pusat pendidikan hendaknya mampu menciptakan situasi yang kondusif. Budaya sekolah merupakan faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter peserta didik.

Disamping kebersihan, disiplin, keamanan dan kenyamanan serta keramah tamahan sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan akhlak peserta didik. Menjaga kualitas budaya sekolah, menjadi

Page 44: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

36

kepala sekolah dan seluruh personil yang ada di sekolah tersebut.

6. Pengawasan

Faktor lain yang juga sangat mempengaruhi tercapainya tujuan adalah pengawasan. Dalam hal ini ada dua aspek pengawasan yang dapat dilakukan di sekolah yaitu pengawasan melekat yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah tersebut dan pengawasan fungsional yang dilakukan oleh pengawas.

Pengawasan melekat merupakan pengawasan yang terdapat pada diri setiap pemimpin. Beres tidaknya pelaksanaan manajemen pesrta didik di sekolah tersebut sangat di pengaruhi oleh berjalan tidaknya fungsi pengawasan melekat yang dilakukan oleh kepala sekolah.

Selanjutnya, dalam menata pesrta didik/ kesiswaan seorang manajer harus memperhatikan beberapa prinsip mendasar seperti yang dikemukakan oleh Syafaruddin yang mengatakan ada empat prinsip yaitu: (1). Siswa harus diperlakukan sebagai subjek bukan objek dan harus didorong untuk aktif dalam setiap perencanaan; (2). Kondisi siswa yang beragam baik ditinjau dari fisik, kemampuan intelektual, sosial, ekonomi, dan lain-lain; (3). Menciptakan suasana belajar

Page 45: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

37

yang menyenangkan; dan (4). Mengembangkan potensi siswa secara menyeluruh.34

34 Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam ( Jakarta: Ciputat

Press, 2005). h. 262.

Page 46: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

38

BAB III TUJUAN, FUNGSI DAN PRINSIP MANAJEMEN PESERTA DIDIK

A. Tujuan Dan Fungsi Manajemen pesrta didik

1. Tujuan manajemen pesrta didik

1) Tujuan umum

Tujuan umum manajemen pesrta didik adalah bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan-kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancer, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.

2) Tujuan khusus

a. Meningkatkan pengetahuan,keterampilan dan pskimotor siswa.

b. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan) , bakat dan minat siswa .

c. Manyalurkan aspirasi , harapan dan memenuhi kebutuhan siswa.

d. Denga terpenuhinya 1,2 dan 3 di atas diharapkan siswa dapat mencapai kebahagiaan dan

Page 47: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

39

kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.35

2. Fungsi manajemen pesrta didik

1) Fungsi secara umum

Fungsi manajemen pesrta didik secara umum adalah sebagai wahana bagi siswa untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin , baik yang berkenaan dengan segi-segi aspirasinya, segi invidualitasnya , segi sosialnya ,segi kebutuhannya dan segi-segi potensi siswa lainnya.

2) Fungsi secara khusus

a. Fungi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas siswa ialah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitsnya tanpa hambatan .

b. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosil siswa ialah agar siswa dapat mengadakan sosialisasinya dengan sebayanya , dengan orang tua dan keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakatnya.

c. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan siswa , ialah agar siswa tersalur hobi, kesenangan dan minatnya.

35 http://dayintapinasthika.wordpress.com/2003/01/02/manajemen-

sekolah

Page 48: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

40

d. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan ialah agar siswa terpenuhi kesejahteraanya .

B. Prinsip-prinsip Manajemen Peserta didik

Yang di maksud dengan prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomi dalam melaksanakan tugas . jika sesuatu tersebut sudah tiak di pedomi lagi, maka akan tangal sebagai suatu prinsip.36 Prinsip manajemen pesrta didik mengandung arti bahwa dalam rangka memanaj kesiawaaan, prinsip-prinsip yang di sebutkan di bawah ini haruslah selalu di pegang dan di pedomi.adapun prinsip-prinsip manajemen kesiswan di antaranya ialah : 1. Manajemen pesrta didik di pandang sebagai bagian dari

keseluruhan manajemen sekolah . oleh karena itu , ia harus mempunyai tujuan yang sama dan tau mendukung tahap tujuan manajemen keseluruhan .

2. Segala bentuk kegiatan manajemen kesiswan haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik para siawanya.

3. Kegiatan manajemen kesiswan haruslah diupayakan untuk mempersatukan siswa yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya banyak perbedaan.

36 http://dayintapinasthika.wordpress.com/2003/01/02/manajemen-

sekolah

Page 49: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

41

4. Kegiatan manajemen pesrta didik haruslah dipandang sebagi upaya pengaturan terhadap pembimbingan siswanya.

5. Kegiatan manajemen pesrta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian siswa

6. Apa yang di berikan kepada siswa dan yang selalu diupayakan oleh kegiatan manajemen pesrta didik haruslah fungsional bagi kehidupan siswa baik di sekolah lebih-lebih di masa depan .

C. Pendekatan Manajemen peserta didik

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen pesrta didik ( yeager , 1994) 1. Pendekatan kuntitatif ( the quantitative approach)

pendekatan ini lebih menitik beratkan pada segi-segi administratifdan biroktratif lembaga pendidikan . dalam pendektaan demikian, kesiswaan dihrapkan bnyak memenuhi tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan lembaga pendidikan di tempat kesiswaan tersebut berada.37

2. Pendekatan kualittif (the qualitative approach ) pendekatan ini lebih memberikan perhatian pada kesejahteraan kesiswaan . jika pendekatan kuantitatif ini lebih diarahkan agar kesiswaan senang . asumsi dari pendekatan ini adalah , jika kesiswaan senang dan sejahtera maka mereka dapat belajar dengan baik serta

37 Loc.cit

Page 50: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

42

senang juga untuk mengembangkan diri mereka sendiri di lembaga pendidikan seperti sekolah .

Page 51: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

43

BAB IV PROSEDUR PERENCANAAN PESERTA DIDIK

A. Batasan Perencanaan Peserta Didik

Perencanaan merupakan terjemahan dari kata planning. Yang dimaksud dengan perencanaan adalah memikirkan di muka tentang apa-apa yang harus dilakukan. Muka di sini perlu diberi garis bawah, oleh karena ia berkenaan dengan kurun waktu dan bukan kurun tempat. Perencanaan sendiri adalah aktivitasnya, sedangkan hasil dari perencanaan tersebut adalah rencana yang berwujud rumusan tertulis. Dengan kata, jika rencana yang terumus secara tertulis tersebut belum ada, maka aktivitas perencanaan tersebut belum selesai atau belum berhasil.

Perencanaan peserta didik adalah suatu aktivitas memikirkan di muka tentang hal-hal yang harus dilakukan berkenaan dengan peserta didik di sekolah, baik sejak peserta didik akan memasuki sekolah maupun mereka akan lulus dari sekolah. Yang direncanakan adalah hal-hal yang harus dikerjakan berkenaan dengan peserta didik sampai dengan pelulusan peserta didik.

B. Langkah-langkah Perecanaan Peserta Didik

Ada beberapa langkah-langkah yang harus ditempuh dalam perencanaan peserta didik.langkah-langkah tersebut meliputi:

Page 52: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

44

1. Perkiraan (forcasting) Yang dimaksud dengan perkiraan (forcasting) adalah menyusun suatu perkiraan kasar dengan mengantisipasi ke depan. Ada tiga dimensi waktu yang disertakan dalam hal ini, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Dimensi Kelampauan Adalah dimensi yang berkenaan dengan pengalaman-pengalaman masa lampau penanganan peserta didik. Kesuksesan-kesuksesan penanganan peserta didik pada masa lampau harus selalu diingat dan diulang kembali, sementara kegagalan penanganan peserta didik pada masa lampau hendaknya selalu diingat dan dijadikan pelajaran.

b. Dimensi Kekinian Adalah dimensi yang berkaitan erat dengan faktor kondisional dan situasional peserta didik di masa sekarang ini. Keadaaan peserta didik yang senyatanya sekarang ini haruslah diketahui oleh perencanaan peserta didik. Semua keterangan, informasi dan data mengenai peserta didik haruslah dikumpulkan, agar dapat ditetapkan kegiatan-kegiatannya, dan konsekuensi dari kegiatan tersebut menyangkut pada biayanya, tenaganya, dan sarana prasarananya.

c. Dimensi Keakanan Adalah dimensi yang berkenaan dengan antisipasi ke depan peserta didik. Ha-hal yang diidealkan dari peserta didik di masa depan, haruslah dapat dijangkau

Page 53: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

45

seberapa pun jangkauannya. Pemikiran mengenai peserta didik dalam perkiraan ini, tidak saja hanya untuk hal-hal yang sekarang saja, melainkan yang juga tak kalah pentingnya adalah kaitannya dengan peserta didik di masa depan.

2. Perumusan Tujuan Tujuan adalah sesuatu yang hanya sekedar dapat dituju, dan oleh karena itu ia tidak dapat dicapai. Tujuan ini dapat dirumuskan secara berbeda-beda sesuai dengan sudut kepentingannya. Ada rumusan tujuan jangka panjang, kemudian dijabarkan ke dalam tujuan jangka menengah dan tujuan jangka pendek. Ada tujuan yang digolongkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Ada juga rumusan tujuan final atau akhir yang dijabarkan ke dalam tujuan sementara.

3. Kebijakan Yang dimaksud dengan kebijakan adalah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang dapat dipergunakan untuk mencapai target atau tujuan. Bisa jadi, satu tujuan membutuhkan banyak kegiatan, sebaliknya, bisa juga beberapa tujuan atau target membutuhkan satu kegiatan.

4. Pemograman (Penyusun Program) Penyusunan program adalah suatu aktivitas yang bermaksud memilih kegiatan-kegiatan yang sudah diindentifikasi sesuai dengan langkah kegiatan. Pemilihan demikian harus dilakukan karena tidak

Page 54: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

46

semua kegiatan yang diidentifikasi tersebut nantinya dapat dilaksanakan. Dengan perkataan lain, penyusunan program berarti seleksi atas kegiatan-kegiatan yang sudah diidentifikasi dalam kebijakan.

Ada beberapa pertimbangan dalam seleksi kegiatan

ini. Pertama, berkaitan dengan pertanyaan: apakah kegiatan-kegiatan yang di pilih tersebut memang paling besar kontribusinya terhadap pencapaian target? Kedua, berkaitan dengan pertanyaan: mungkinkah kegiatan tersebut dilaksanakan dengan mempertimbangkan segi tenaga, biaya dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah? Atau dengan kata lain, seberapa besar dampak positif kegiatan tersebut bagi peserta didik? Ketiga, berkaitan dengan pertanyaan: mungkinkah kegiatan tersebut dapat dilaksanakan mengingat waktu yang tersedia? Keempat, berkaitan dengan pertanyaan: apakah tidak ada faktor-faktor penghambat untuk mencapainya? Kalau ada, apakah mungkin hal tersebut dapat diatasi berdasarkan estimasi-estimasi dan pertimbangan-pertimbangan yang telah dibuat?

1. Langkah- langkah

Yang dimaksud dengan langkah-langkah (procedure) adalah merumuskan langkah-langkah. Ada tiga aktivitas dalam hal ini, yakni aktivitas pembuatan skala prioritas, aktivitas pengurutan dan aktivitas menyusun langkah-

Page 55: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

47

langkah kegiatan. Yang dimaksud dengan pembuatan skala prioritas adalah menetapkan rumusan. Faktor-faktor yang harus dijadikan penentu dalam membuat skala prioritas ini adalah sebagai berikut:

a. Seberapa jauh kegiatan tersebut memberikan kontribusi bagi pencapaian targetnya?

b. Seberapa jauh kegiatan tersebut mendesak untuk dilaksanakan dilihat dari segi kebutuhan?

c. Apakah kegiatan tersebut mengikuti periode waktu tertentu, misalnya saja periode bulan dan tanggal?

d. Apakah dukungan tenaga, biaya, prasarana dan sarananya bagi kegiatan tersebut cocok dengan waktunya?

Pengurutan kegiatan dilakukan dengan mengulang sesuatu yang diprioritaskan. Pengulangan demikian, bukan dimaksudkan untuk pemborosan, melainkan memberi ketegasan kembali mengenai urutan pelaksanaan kegiatan. Penegasan demikian perlu dilakukan, agar jelas mana kegiatan yang menjadi skala prioritas dan yang tidak menjadi skala prioritas. Penegasan demikian juga perlu dilakukan, agar prioritas sekolah tidak mudah dilupakan oleh personalia sekolah.

2. Penjadwalan Yang dimaksud dengan schedule adalah penjadwalan. Kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan urutan prioritasnya, dan langkah-langkahnya agar jelas

Page 56: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

48

pelaksanaannya, dan di mana dilaksanakan. Dengan adanya jadwal ini semua personalia yang bertugas dan memberikan bantuan di bidang manajemen peserta didik akan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya, serta kapan harus melaksanakan kegiatan tersebut.

Yang tercantum dalam jadwal adalah jenis-jenis kegiatannya secara urut, kapan dilaksanakan, siapa yang bertanggung jawab untuk melaksanakan, bahkan kalau perlu di mana kegiatan tersebut harus dilaksanakan. Dengan jadwal demikian, diharapkan kegiatan yang direncanakan akan dapat dilaksanakan. Adanya jadwal demikian, juga memberikan kemungkinan bagi mereka yang konsen untuk memberikan bantuan, baik bantuan yang sifatnya pemikiran maupun ketenagaan, prasarana dan biaya.

3. Pembiayaan Ada dua hal yang harus dilakukan dalam pembiayaan. Pertama, mengalokasikan biaya. Yang dimaksud dengan alokasi disini adalah perincian mengenal biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan-kegiatan yang sudah dijadwalkan. Pengaplikasian di sini hendaknya dibuat serinci dan serealistik mungkin.

Kedua, menentukan sumber biaya. Sumber biaya demikian perlu disebutkan secara jelas, agar mudah menggalinya. Ada sumber-sumber biaya yang bersifat primer dan sumber-sumber biaya yang bersifat sekunder. Baik sumber biaya primer maupun sumber

Page 57: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

49

biaya sekunder haruslah sama-sama dicantumkan, agar dapat memberi petunjuk kepada mereka yang terkait untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

C. Sensus Sekolah

Sensus sekolah (school census) adalah suatu sarana atau kegiatan prinsip untuk mengumpulkan informasi yang berguna untuk perencanaan dalam berbagai kegiatan dalam program sekolah (Atkinson, 1965). Sedangkan menurut Yeager (1945) sensus sekolah berarti pencatatan tiap-tiap siswa yang berada pada usia sekolah. Berarti, sensus sekolah adalah suatu aktivitas yang bermaksud mengumpulkan informasi mengenai anak usia sekolah di suatu daerah (area) tertentu, berdasarkan data dari hasil sensus tersebut dapat dipergunakan untuk merencanakan layanan kepada peserta didik.

Fungsi umum sensus sekolah adalah sebagai dasar pembagian anggaran belanja dan sarana untuk mendapatkan dana bantuan pendidikan. Sedangkan fungsi khusus sensus sekolah banyak dikemukakan para ahli sesuai dengan sudut pandang dan latar belakang serta daerah mereka.

Menurut Calvin Greader (1981), fungsi khusus sensus sekolah adalah sebagai berikut: 1. Penentuan kebutuhan program sekolah. 2. Penentuan bidang school attendance. 3. Pemberian fasilitas transportasi.

Page 58: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

50

4. Perencanaan program pendidikan dari melayani kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan.

5. Membuat persyaratan kehadiran dan undang-undang kerja bagi anak.

6. Menyediakan fasilitas pendidikan. 7. Menganalisis kemajuan daerah sekolah setempat. 8. Mengadakan pendaftaran terhadap sekolah privat. 9. Mendapatkan informasi dari berbagai macam

kesejahteraan masyarakat, yayasan dan sebagainya. Sementara itu, Smith Akinson berpendapat bahwa

fungsi sensus sekolah dapat dikemukakan dengan menggunakan rasional berikut: 1. Biaya sekolah bergantung kepada jumlah peserta didik. 2. Batas daerah anak sekolah dipengaruhi oleh jumlah

penduduk. 3. Jumlah guru yang dibutuhkan bergantung kepada

populasi peserta didik. 4. Transportasi dan fasilitas sekolah harus diberikan

kepada peserta didik. 5. Keadaan rumah peserta didik perlu diketahui. 6. Bangunan sekolah berdasarkan jumlah peserta didik

dan kebutuhan pendidikannya. 7. Penerangan kelas berdasarkan atas keadaan dan jumlah

peserta didik. 8. Buku teks, peralatan dan fasilitas sekolah haruslah

berdasarkan pendaftaran enrollmen peserta didik.

Page 59: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

51

9. Jumlah anggota staf bergantung registrasi peserta didik pada masing-masing pelajaran.

Jelaslah bahwa sensus sekolah sangat besar artinya bagi perencanaan suatu sekolah. Oleh karena itu, dalam merencanakan peserta didik, yang dimulai dari tahap prakiraan sampai dengan pembiayaan di atas, haruslah berdasarkan pada data yang diperoleh dari sensus sekolah. Hanya dengan cara itu, program-program yang akan dibuat benar-benar realistik sesuai dengan kebutuhan.

D. Ukuran Sekolah dan Kelas

1. Ukuran Sekolah Dari sensus sekolah antara lain akan diketahui dan didapatkan mengenai school size. Yang dimaksud dengan school size adalah perbandingan antara jumlah sekolah dengan jumlah peserta didik di suatu daerah. Perbandingan demikian dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut.

SS = Di mana:

SS = School Size

JP = Jumlah peserta didik

JS = Jumlah sekolah

Jika jumlah peserta didik pada suatu daerah adalah 15.000, sementara jumlah sekolah adalah 150, maka ukuran sekolah (SS) adalah 15.000 : 150 = 100

Page 60: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

52

2. Ukuran Kelas Setelah ukuran sekolah (school size) didapatkan, kemudian dapat dihitung class size. Yang dimaksud dengan class size adalah hasil perbandingan antara jumlah kelas dengan jumlah peserta didik di suatu daerah. Perbandingan demikian, dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

CS =

Di mana:

CS = Class Size

JP = Jumlah peserta didik

JK = Jumlah kelas

Jika jumlah peserta didik adalah 15.000 sedangkan jumlah kelasnya adalah 500, maka ukuran kelas (CS) adalah 15.000 : 500 = 30

3. Ukuran Kelas Ideal Yang di maksud dengan kelas adalah jumlah peserta didik dalam suatu kelas. Ukuran kelas yang ideal secara teoritik 30 sampi 35 peserta didik. Sedangkan kebijaksanaan pemerintah mengenai ukuran kelas khususnya di sekolah dasar kita adalah 40-45 orang peserta didik.

4. Rata-rata Ukuran Kelas Yang di maksud dengan rata-rata ukuran kelas (Average Size of Class ) adalah rata-rata peserta didik dalam kelas

Page 61: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

53

di suatu sekolah. Untuk menghitung Average Size of Class di pergunakan rumus sebagai berikut.

퐴푆퐶 = ∑ ∑ ⋯

Di mana:

ASC = Averege size class

∑ = Sigma

P = Peserta didik

K = Kelas

1 = Tingkat atau kelas

Jika jumlah peserta didik pada kelas 1 adalah 45, kelas 2 adalah 40, kelas 3 adalah 45, kelas 4 adalah 40, kelas 5 adalah 40, dan kelas 6 adalah 35, maka rata-rata ukuran kelas adalah:

ASC =

ASC = 41

5. Rasio Murid dengan Guru Yang di maksud dengan rasio murid (pupil teacher ratio) adalah perbandingan antara banyaknya peserta didik dengan guru per full timer. Adapun rumus yang di pergunakan untuk menghitung pupil teacher ratio adalah sebagai berikut:

PTR=

Di mana:

PTR = Pupil teacher ratio

Page 62: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

54

JG = Jumlah guru

JS = Jumlah siswa

Jika jumlah guru sebanyak 25, sementara jumlah siswa berjumlah 500, maka rasio murid adalah = 25 : 500 = 1 :20.

6. Daya Tampung Kelas dan Sekolah Daya tampung kelas berdasarkan ukuran ruang disarankan 1,2 meter per orang atau peserta didik. Daya tampung sekolah berdasarkan jumlah bangku dapat dibedakan antara yang single shift dan double shift. Pada sekolah yang menggunakan single shift berlaku rumus sebagai berikut.

DT = ∑B(M)- TK

Di mana:

DT = Daya tampung

B = Bangku

M = Muatan tiap bangku

TK = Tingkat kelas

∑ = Sigma

Jika jumlah bangku adalah 40, muatan tiap bangku adalah 1 sedangkan siswa tinggal kelas adalah 5, maka daya tampungnya adalah 40(1) – 5 = 35

Page 63: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

55

Sementara itu, daya tampung sekolah yang menggunakan sistem double shift dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

DT = ∑B(M) (2) – TK

Di mana:

DT = Daya tampung

B = Bangku

M = Muatan tiap bangku

TK = Tinggal kelas

∑ = Sigma

Jika jumlah bangku adalah 40, muatan tiap bangku adalah 1 sedangkan siswa tinggal kelas adalah 5 maka daya tampungnya adalah 40 (1) (2) – 10 = 70.

E. Kelas yang Efektif

Yang dimaksud dengan effectife class adalah suatu ukuran kelas yang efektif. Semakin kecil ukuran suatu kelas, semakin efektif. Sebaliknya semakin besar, akan semakin tidak efektif. Tetapi ukuran kelas yang kecil, meskipun efektif, tidaklah efisien. Sebab semakin banyak kelas yang dibentuk dengan ukuran kecil, berarti semakin banyak tenaga, sarana, prasarana dan biaya yang dibutuhkan. Sebaliknya kelas besar, akan lebih efisien meskipun tidak efektif.

Adapun beberapa kerugian kelas besar, yaitu sebagai berikut:

Page 64: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

56

1. Individualisasi pembelajaran terbatas. 2. Pelajaran yang diberikan cenderung ceramah tanpa

partisipasi kelompok dan individu. 3. Hanya terjadi komunikasi lisan, partisipasi menyeluruh

sangat kurang. 4. Kerja menulis kurang ditangani oleh guru. 5. Persiapan guru kurang, oleh karena tanggung jawab

mereka bertambah. 6. Peserta didik tidak mengenal guru secara pribadi. 7. Wawancara dengan orang tua peserta didik menjadi

berkurang karena banyaknya jumlah peserta didik. 8. Peserta didik yang mengalami atau memiliki kelainan

akan kurang terkontrol. 9. Pengembangan kurikulum tersedat-sendat, demikian

juga pengembangan pengajaran.38

38 .Imron, Ali, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah(Jakarta: Bumi

Aksara, 2011) hlm. 21-39

Page 65: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

57

BAB V KEBIJAKAN REKRUTMEN PESERTA DIDIK

A. Kebijakan penerimaan peserta didik

Kebijakan penerimaan peserta didik baru sebenarnya menggunakan dasar-dasar manajemen peserta didik, peserta didik dapat diterima disuatu lembaga pendidikan seperti sekolah, haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan sebagaimana yang telah ditentukan. Sungguhpun setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan layanan pendidikan, tidak secara otomatis mereka dapat diterima di suatu lembaga pendidikan seperti sekolah, sebab untuk dapat diterima, haruslah terlebih dahulu memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan.

Kebijakan operasinal penerimaan peserta didik baru, memuat aturan mengenai jumlah peserta didik yang didik yang dapat diterima di suatu sekolah. Penentuan mengenai jumlah peserta didik, tentu juga didasarkan atas kenyataan-kenyataan yang ada di sekolah ( faktor kondisional sekolah ). Faktor kondisional tersebut meliputi : daya tamping kelas baru, kriteria mengenai siswa yang dapat di terima, anggaran yang tersedia, prasarana dan saran yang ada, tenaga kependidikan yang tersedia, jumlah peserta didik

Page 66: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

58

yang tinggal di satu tempat dan lain sebagainya.39 Kebijakan operasional penerimaan peserta didik, juga

memuat sistem pendaftaran dan seleksi atau penyaringan yang akan diberlakukan untuk peserta didik. Selain itu, kebijakan penerimaan penerimaan peserta didik, juga berisi mengenai suatu pendaftaran,kapan dimulai dan kapan diakhiri. Selanjutnya, kebijakan penerimaan peserta didik harus juga memuat tentang personalia yang akan terlibat dalam pendaftaran, seleksi dan penerimaan peserta didik.

B. Sistem penerimaan peserta didik

Sistem yang dimaksudkan disini lebih menunjuk kepada cara. Berarti, sistem penerimaan peserta didik adalah cara penerimaan peserta didik baru. Ada dua macam sistem penerimaan peserta didik baru. Pertama, dengan menggunakan sistem promosi, sedangkan yang kedua dengan menggunakan sistem seleksi. Yang dimaksud dengan sistem promosi disini adalah penerimaan peserta didik, yang sebelumnya tanpa menggunakan seleksi. Mereka yang mendaftar sebagai peserta didik disuatu sekolah, diterima semua dengan begitu saja. Oleh karena itu, mereka yang mendaftar menjadi peserta didik, tidak adayang ditolak.

Kedua sistem seleksi. Sistem seleksi ini dapat digolangkan menjadi tiga macam. Pertama, seleksi berdasarkan Daftar nilai Ebta Murni (DANEM), yang kedua

39. Ali imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2011 hlm 41-43

Page 67: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

59

berdasarkan penelusuran minat dan kemampuan (PMDK), sedangkan yang ketiga adalah seleksi berdasarkan hasil tes masuk. Meskipun demikian, sekolah juga masih dapat memberikan kebijaksanaan kepada masing-masing calon, misalnya saja menunda pemenuhan persyaratan administrative dengan batas waktu yang telah di tentukan, sebab dengan cara demikian, sekolah memang akan lebih mudah merekrut calon yang lebih potensial. Jangan sampai calon yang potensial gagal mengikuti seleksi, hanya karena tertundanya persyaratan administrative, karena ada kalanya persyaratan administrative demikian melibatkan instansi lain dalam pemenuhannya.

Adapun seleksi akademik, adalah sersuatu aktifitas bermaksud mengetahui kemampuan akdemik calon. Apakah calon yang akan di terima di suatu sekolah tersebut dapat memenuhi kemampuan persyaratan yang di tentukan ataukah tidak. Jika kemampuan persyaratan yang di inginkan oleh sekolah tidak dapat di penuhi maka yang bersangkutan tidak di terima sebagai calon peserta didik. Sebaliknya, jika calon dapat memenuhi kemampuan persyaratan yang di tentukan maka yang bersangkutan akan di terima sebagai peserta didik di sekolah tersebut.40

C. Kriteria penerimaan peserta didik baru

Yang di maksud dengan kriteria adalah patokkan-patokkan yang menentukan bisa atau tidaknya seseorang

40. Ali imron Ibid : hlm 44-45

Page 68: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

60

untuk di terima sebagai peserta didik. Ada tiga macam kriteria penerimaan peserta didik.

1. Adalah kriteria acuan patokkan yaitu suatu penerimaan peseta didik yang di dasarkan atas patokkan-patokkan yang telah di tentukan sebelumnya. Dalam hal ini, sekolah terlebih dahulu membuat patokkan bagi calon peserta didik dengan kemampuan minimal setingkat dengan sekolah yang menerima peserta didik.

2. Kriteria acuan norma yaitu penerimaan calon peserta didik yang di dasarkan atas keseluruhan prestasi calon peserta didik yang mengikuti seleksi. Dalam hal ini sekolah menetapkan kriteria penerimaan berdasarkan prestasi keseluruhan peserta didik. Keseluruhan prestasi peserta didik di jumlah, kemudian di cari rata-ratanya. Calon peserta didik yang nilainya berada di atas rata-rata di golongkan sebagai calon yang dapat di terima. Sementara yang berada di bawah rata-rata termasuk peserta didik yang tidak di terima.

3. Kriteria yang di dasarkan atas daya tamping sekolah, sekolah terlebih dahulu menentukan berapa jumlah daya tampungnya atau berapa calon peserta didik baru yang akan di terima. Setelah sekolah menentukan, kemudian merangking prestasi siswa mulai dari prestasi yang paling tinggi hingga yang paling rendah. Penentuan peserta didik yang di terima di lakukan dengan cara mengurutkan dari atas ke bawah, sampai daya tampung tersebut terpenuhi.

Page 69: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

61

Jika ada di antara siswa yang rangkingnya sama, maka sekolah dapat mengambil kebijakkan antara lain, melalui tes ulang atas siswa yang rangkingnya sama, atau dapat pula memilih di antara mereka dengan mengamati prestasi lainnya. Alternative mana yang di pilih, tentulah harus di sepakati bersama dengan tenaga pendidik di sekolah sejak awal perencanaan. Di sinilah pentinya rapat penerimaan peserta didik baru.41

D. Prosedur penerimaan peserta didik baru

Penerimaan peserta didik termasuk salah satu aktivitas penting dalam manajemen peserta didik. Sebab aktivitas penerimaan ini menentukan beberapa kualitas input yang dapat diterima oleh sekolah tersebut.

Adapun prosedur penerimaan peserta didik baru adalah pembentukan panitia penerimaan peserta didik baru, rapat penentuan peserta didik baru, pembuatan, pemasangan atau pengiriman pengumuman, pendaftaran peserta didik baru, seleksi, penentuan peserta didik yang diterima, pengumuman peserta didik yang diterima dan registrasi peserta didik yang diterima. Secara jelasnya langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut : pembentukan panitia penerimaan, rapat penentuan peserta didik baru, pembuatan pengumuman peserta didik baru, pemasangan pengumuman peserta didik baru, pendaftaran peserta didik baru,seleksi peserta didik baru, rapat

41. Ali imron Ibid: hlm 45-46

Page 70: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

62

penentuan peserta didik yang diterima, pengumuman peserta didik yang diterima, dan pendaftaran ulang peserta didik baru. Rapat penerimaan peserta didik baru dipimpin oleh wakil kepala sekolah urusan kesiswaan. Yang dibicarakan dalam rapat ini adalah keseluruhan ketentuan penerimaan peserta didik baru.

Walaupun penerimaan peserta didik merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan setiap tahun, tetapi ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan penerimaan harus senantiasa dibicarakan agar tidak dilupakan oleh mereka yang terlibat.42

Dalam rapat ini, keseluruhan anggota panitia dapat bicara sesuai dengan kapasitas mereka masing-masing. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dibicarakan setuntas mungkin sehingga setelah rapat selesai, seluruh anggota panitia tinggal menindaklanjuti saja. Apa yang sudah diputuskan dalam rapat hendaknya tidak dimentahkan, melainkan diikuti dengan langkah selanjutnya. Hasil rapat penerimaan peserta didik baru tersebut, dicatat dalam buku notulen rapat. Buku notulen rapat merupakan buku catatan tentang rapat yang dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk membuat keputusan-keputusan sekolah. Dalam rapat banyak sekali pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan cemerlang yang perlu didokumentasikan. Bahan untuk mendokumentasikannya melalui buku catatan rapat tersebut. 42. Ali imron Ibid : 47-51

Page 71: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

63

1. Pengertian orientasi peserta didik Orientasi peserta didik siswa (baru) adalah kegiatan penerimaan siswa baru dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan (sekolah) tempat peserta didik itu menempuh pendidikan. Situasi dan kondisi ini menyangkut lingkungan fisik sekolah dan lingkungan sosial sekolah. Lingkungan fisik sekolah seperti jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tempat olahraga, gedung dan perlengkapan sekolah serta fasilitas fasilitas lainnya yang disediakan lembaga. Sedangkan lingkungan sosial sekolah meliputi kepala sekolah, guru guru, tenaga TU, teman sebaya, kakak kelas, peraturan atau tata tertib sekolah, layanan layanan sekolah bagi peserta didik serta kegiatan kegiatan organisasi kesiswaan yang ada dilembaga. 43

Pemberian gambaran yang tuntas tentang sekitar sekolah, amat membantu personil baru dalam melaksanakan tugasnya, sebab sebagai orang baru, banyak hal yang masih merupakan tanda tanya. Kalau dibiarkan tidak terjawab dapat menimbulkan keragu raguan dalam setiap tindakan dan perilaku seharri hari. Padahal keragu raguan akan mengurangi produktivitas kerja.

Hal hall yang perlu dilakukan dalam masa orientasi banyak ragamnya, namun yang paling utama adalah:

43. Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia,

Manajemen Pendidikan(Bandung: Alfabeta,2014) hlm 60.

Page 72: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

64

a. Sejarah sekolah. Dengan memahami sejarah sekolah personalia baru lebih mudah terlibat atau “involve” dalam aktivitas sekolah dan sekaligus mudah menyesuaikan sikap dan perilaku.

b. Aktivitas yang ada. Penjelasan ini bermakna selain untuk memberi pengertian, sekaligus mendorong personil mengadakan pemilihan keterlibatan yang dirasa cocok baginya.

c. Fasilitas yang tersedia. Penjelasan bidang ini tidak kalah penting nya dengan jumlah dan jenis fasilitas yang tersedia dapat memperlancar tindakan dan program kerja.

d. Persepsi masyarakat. Memahami persepsi masyarakat terhadap sekolah membantu personil baru dalam menetukan tindakan tanpa harus diberi penjelasan rinci oleh kepala sekolah.

e. Perkenalan oleh personil sekolah lainnya. Tindakan ini selain untuk menciptakan keakraban juga untuk memberi bimbingan kepada personil baru dalam bersikap.44

2. Alasan dan batasan orientasi peserta didik Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa lingkungan sekolah peserta didik yang lama telah ditinggalkan mereka berganti dengan lingkungan sekolah yang baru,

44. Nurhamiyah, S.Pd Mohammad Jauhar, S.Pd, Pengantar Manajemen

Pendidikan di Sekolah(Jakarta: Prestasi Pustakaraya,2015) hlm73

Page 73: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

65

dengan penghuni dan budaya yang baru. Oleh karena itu peserta didik perlu orientasi. Dengan orientasi tersebut peserta didik akan siap menghadapi lingkungan dan budaya baru di sekolah, yang dapat saja berbeda jauh dengan sebelumnya.

Kian tinggi jenjang lembaga pendidikan, kian berat tuntutan tuntuan yang harus dipenuhi oleh peserta didik. Daya saing lingkungan baru tersebut, relatif lebih ketat dibandingkan dengan lingkungan sebelumnya. Orientasi peserta didik baru diharapkan dapat menghantarkan peserta didik pada suasana baru yang berbeda dengan sebelumnya. Dengan demikian, peserta didik akan sadar, bahwa lingkungan baru dimana ia akan memasukinya, membutuhkan pikiran, tenaga dan waktu yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan lingkungan sekolah sebelumnya.45

3. Tujuan dan fungsi orientasi peserta didik Tujuan orientasi peserta didik baru adalah sebagai berikut:

a. Agar peserta didik mengenal lebih dekat mengenai diri mereka sendiri di tengah tengah lingkungan barunya.

b. Agar peserta didik mengenal lingkungan sekolah, baik lingkungan fisiknya, maupun lingkungan sosialnya.

45. Prof. Dr. Ali Imron, M.Pd, M.Si, Manajemen Peserta Didik Berbasis

Sekolah(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011) hlm 72-73

Page 74: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

66

c. Pengenalan lingkungan sekolah demikian sangat penting bagi peserta didik dalam hubungan nya dengan: a). Pemanfaatan semaksimal mungkin terhadap layanan yang dapat diberikan oleh sekolah. b). Sosialisasi diri dan pengembangan diri secara optimal.

d. Menyiapkan peserta didik secara fisik, mental dan emosional agar siap menghadapi lingkungan baru sekolah.

Adapun fungsi orientasi peserta didik adalah sebagai berikut:

a. Bagi peserta didik sendiri, orientasi peserta didik berfungsi sebagai: a). Wahana untuk menyatakan dirinya dalam konteks keseluruhan lingkungan sosialnya. Diwahana ini peserta didik dapat menunjukkan: inilah saya kepada teman sebayanya. b). Wahana untuk mengenal siapa lingkungan barunya sehingga dapat dijadikan pedoman dalam menentukan sikap.

b. Bagi personalia sekolah dan atau tenaga kependidikan, dengan mengetahui siapa peserta didik barunya, akan dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam memberikan layanan layanan yang mereka butuhkan.

c. Bagi para peserta didik senior, dengan adanya orientasi ini akan mengetahui lebih dalam mengenai

Page 75: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

67

peserta didik penerusnya disekolah tersebut. Hal ini sangat penting terutama berkaitan dengan kepemimpinan estafet organisasi peserta didik disekolah tersebut.46

Hari hari pertama sekolah bagi peserta didik adalah hari yang secara campur aduk. Campur aduk antara senang, khawatir, bangga, dan kadangkala cemas. Senang dan bangga, karena baru saja diterima menjadi peserta didik disekolah yang dipilihnya. Khawatir dan cemas karena ia akan berhadapan dengan tugas tugas baru yang lebih berat dibandingkan dengan masa masa sebelumnya.

Oleh karena yang dihadapi peserta didik baru tersebut adalah hal hal yang serba baru, maka hasrat ingin tahu mereka terhadap lingkungan baru tersebut sangat besar. Siapa saja guru di sekolah tersebut, siapa saja pejabat prjabat disekolah tersebut, dan bagaimana penampilan orangnya, adalah pertanyaan pertanyaan yang seringkali menggoda peserta didik baru. Demikian juga keahlian gurunya, bidang study yang akan diajarkan seringkali ingin diketahui oleh mereka.

Para peserta didik baru ini juga seringkali tidak sabar dengan keingintahuannya tentang perpustakaan sekolah, laboratorium sekolah serta berbagai macam jenis layanan yang didapatkan di sekolah. hal demikian wajar mengingat lingkungan baru sekolah yang lebih

46. Ibid hlm 74

Page 76: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

68

tinggi dibandingkan sekolah mereka sebelumnya, menimbulkan persepsi lebih bagi peserta didik terhadap sekolah barunya. Kelebihan kelebihan inilah yang segera ingin mereka ketahui.

Tidak jarang, peserta didik sebenarnya telah mengenal sekolah tersebut melalui brosur brosur, berita berita dikoran, serta berita dari teman temannya. Oleh karena itu, ia ingin tahu kenyataannya terhadap sekolah tersebut, begitu ia diterima sebagai peserta didiknya. Oleh karena itulah, pada hari hari pertama sekolah peserta didik diperkenalkan secara global mengenai sekolahnya, personalianya, jenis jenis layanan yang dapat dimanfaatkan dan sebagainya. Perkenalan secara menyeluruh tersebut dilakukan bersama dengan penerimaan secara resmi terhadap peserta didik oleh kepala sekolah.

Pada saat penerimaan peserta didik, para peserta didik dikumpulkan digedung pertemuan yang dapat menampung secara keseluruhan. Didepan mereka duduk kepala sekolah beserta guru guru dan karyawan sekolah. dengan demikian, pada saat mereka diperkenalkan, para peserta didik akan dapat melihat mereka dengan mudah.

Pada saat itu kepala sekolah memberikan sambutan penerimaan. Isi sambutan itu antara lain adalah sejarah singkat sekolah, prestasi prestasi yang peranah diraih, pernyataan penghargaan kepada peserta didik yang

Page 77: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

69

secara jeli telah menjadikan sekolah tersebut sebagai pilihan untuk memobilisasi diri. Selanjutnya, kepala sekolah memperkenalkan wakil kepala sekolah, guru guru beserta keahlian dan pengalamannya, personalia sekolah dengan jenis jenis layanan yang akan dia berikan, tokoh tokoh organisasi peserta didik, dan sebagainya. 47

E. Orientasi peserta didik

Pekan orientasi peserta didik adalah kelanjutan dari orientasi hari hari pertama masuk sekolah. jika pada hari hari pertama masuk sekolah, peserta didik diperkenalkan dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial sekolah secara global, maka pekan orientasi studi ini mereka diperkenalkan secara rinci.

Adapun lingkungan sekolah yang diperkenalkan secara rinci tersebut adalah peraturan dan tata tertib sekolah, guru dan personalia sekolah, perpustakaan sekolah, laboratorium sekolah, bengkel sekolah, kafeteria sekolah, bimbingan dan konseling sekolah, layanan kesehatan sekolah, layanan asrama sekolah, orientasi program studi, cara belajar yang evektif dan efisien disekolah dan organisasi peserta didik.48

47. Ibid hlm 76 48. Ibid hlm 77

Page 78: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

70

1. Peraturan dan tata tertib sekolah

Para peserta didik baru perlu diperkenalkan dengan tata tertib sekolah. Sebab, tata tertib sekolah ini mengatur perilaku peserta didik di sekolah. Adapun tata tertib sekolah yang harus dipatuhi oleh peserta adalah:

a. Peserta didik wajib berpakaian sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh sekolah.

b. Peserta didik wajib memelihara dan menjaga ketertiban serta menjunjung tinggi nama baik sekolah.

c. Peserta didik harus hadir disekolah paling lambat lima menit sebelum pelajaran dimulai.

d. Peserta didik harus siap menerima pelajaran yang telah di tetapkan oleh sekolah.

e. Pada jam istirahat para peserta didik para peserta didik tidak dibenarkan ada dalam ruang kelas atau meninggalkan pekarangan sekolah, kecuali ijin kepada kepala sekolah.

f. Selama jam sekolah berlangsung, peserta didik dilarang meninggalkan sekolah tanpa izin kepada sekolah.

g. Setiap peseerta didik yang tidak dapat mengikuti pelajaran harus dengan menunjukkan keterangan yang sah.

h. Setiap peseta didik wajib memekihara dan menjaga kebersihan sekolah.

Page 79: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

71

i. Peserta didik tidak dibenarkan membawa rokok atau merokok, baik didalam kelas, maupun halaman sekolah, dan lingkungannya,

j. Peserta didik dilarang berpakaian yang berlebihan dan memakai perhiasan yang mencolok.

k. Peserta didik dilarang menbawa segala sesuatu yang dapat mengganggu pelajran.

l. Peserta didik dilarang mengadakan kegiatan legiatan yang dapat mengganggu pelajran disekolah.

m. Setiap peserta didik wajib membayar SPP setiap bulan selambat lambatnya tgl 10 setiap bulan.

n. Pelanggaran atas tata tertib sekolah dapat menyebabkan peserta didik dikeluarkan daari sekolah setelah mendapat peringatan lisan, tertulis dan skorsing sementara.

2. Guru dan personalia sekolah

Pada pekan orientasi pesrta didik ini para peserta didik harus diperkenalkan dengan guru guru dan personalia sekolah secara detail. Perkenalan mengenai guru dan personalia ini meliputi: tempat dan tanggal lahirnya, statusnya, jumlah anaknya, alamatnya, latar belakang pendidikannya, bidang keahliannya, pengalamannya, prestasi prestasi yang pernah dicapaidan karya karyanya.

Perkenalan secara detai demikian sangat penting, agar peserta didik mengetahui lebih banyak tentang gurunya

Page 80: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

72

dan personalia sekolah yang akan memberikan layanan kepadanya. Lebih jauh, peserta didik akan dapat mengetahiu alamat, dan kepada siapa menyampaikan masalah yang sedang dihadapi. Peserta didik akan tahu, kepada guru mana ia harus mengadukan mata pelajaran dan personalia sekolah ini.

3. Perpustakaan sekolah

Perpustakaan sekolah ini juga harus di perkenalkan kepada peserta didik. Yang diperkenalkan menyangkut siapa yang mengelola dan mengepalai, dan apa saja tugas dan tanggung jawab mereka. Pesert didik perlu diperkenalkan berapa jumlah koleksi bahan pustaka yang dipunyai perpustakaan sekolah, macam macam dan jenis koleksi buku, dari mana koleksi yang dipunyai selama ini. Peserta didik juga diperkenalkan dengan layanan yang dapat diberikan oleh perpustakaan, misalnya saja layanan baca, peminjaman, pemesanan, dan pengembalian.

4. Labolatorium sekolah

Layanan laboratorium ini juga perlu diperkenalkan kepada peserta didik baru, tidak berbeda dengan pengenalan perpustakaan, peserta didik terlebih dahulu diperkenalkan kepada para petugas laboratorium petugas dan tanggung jawabnya.

Lebih lanjut peserta didik diberi informasi mengenai macam macam laboratorium yang dimiliki oleh sekolah,

Page 81: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

73

termasuk sarana dan prasarananya, perlengkapan dan atau fasilitas yang dipunyai. Tata cara menggunakan masig masing laboratorium beserta dengan petunjuk teknisnya perku juga disampaikan.

5. Bengkel sekolah

Bengkel yang dimiliki sekolah perlu juga diperkenalkan kepada peserta didik baru. Tujuan, fungsi dan pemanfaatannya itu perlu pula diperkenalkan kepada peserta didik baru.

Selanjutnya, Pengelompokan atau lazim dikenal

grouping di dasarkan atas pandangan bahwa disamping peserta didik tersebut mempunyai kesamaan, dan juga mempunyai perbedaan. Kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan kepada kelompok yang sama, sementara perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran pengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda.

Jika dicermati lebih mendalam, akan ada perbedaan antara individu dan intraindividu. Yang pertama berkenaan dengan berbedanya peserta didik satu dengan yang lain dalam kelas, yang kedua berkenaan dengan berbedanya kemampuan masing-masing peserta didik dalam berbagai mata pelajaran atau bidang studi.

Perbedaan antara peserta didik ini mengharuskan layanan pendidikan yang berbeda terhadap mereka. Oleh karenanya layanan yang berbeda secara individual di

Page 82: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

74

anggap kurang efisien, maka dilakukannya pengelompokan berdasarkan persamaan dan perbedaan peserta didik, agar kekurangan pada pengajaran secara klasikal dapat dikurangi.

Dengan perkataan lain pengelompokkan atau pengorganisasian siswa adalah konvergensi dari pengajaran sistem klasikal dan sistem individual.

1. Pengertian sistem klasikal

Merupakan kemampuan guru yang utama, pembelajaran klasikal ini berarti melaksanakan dua kegiatan, yaitu: pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan kelas merupakan penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik. Dapat dilakukan dengan cara penciptaan belajar yang tertib49dikelas, penciptaan suasana senang didalam kelas dan pengorganisasia siswa sesuai dengan kondisi kelas.50

2. Pengertian sistem individual51

Pada pembelajaran individu guru lebih membantu atau memberi bantu kepada masing-masing pribadi, sedangkan pada klasikal guru memberi bantuan secara umum. Yang sering nampak dalam sistem individual ini

49PROF. DR. ALI IMRON, M.PD, M.SI, Manajemen Peserta Didik Berbasis

Sekolah(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011) hlm 95-96 50 Ibid. hlm 97 51 --

Page 83: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

75

seperti tujuan pengajaran, siswa sebagai subyek yang belajar dan guru dalam pembelajaran secara individual.

Pengelompokan atau grouping adalah pengelompokan

peserta didik berdasarkan karakteristiknya. Karakteristik demikian perlu di golongkan, agar mereka berada dalam kondisi yang sama, adanya kondisi yang sama inilah memudahkan pemberian yang sama pula. Oleh karena itu pengelompokan ini lazim atau biasa dengan istilah pengklasifikasian.

Sebagaimana telah disebutkan, bahwa pebgelompokan bukan dimaksudkan mengotak-kotakan peserta didik, melainkan justru membantu mereka agar dapat berkembang seoptimal mungkin. Jika maksud pengelompokan demikian tidak tercapai, maka peserta didik tidak perlu dikelompokan atau di golong-golongkan.

Adapun alat ukur yang lazim pergunakan untuk membedakan peserta didik diantaranya adalah tes, dalam hal ini banyak tes yang dapat dipergunakan oleh peserta didik untuk membedakan, antara lain adalah: 1. Tes kemampuan umum, seperti tes kemampuan verbal

dan numerikal. Hal ini dapat dipergunakan untuk membedakan kemampuan umum peserta didik.

2. Tes keklerekan, dapat dipergunakan untuk membedakan kecepatan kerja dan kecermatan kerja para peserta didik.

Page 84: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

76

3. Tes minat, dapat dipergunakan untuk membedakan minat yang dimilki oleh peserta didik.

4. Tes prestasi belajar, dapat dipergunakan untuk membedakan daya serap masing-masing peserta didik, terhadap bahan ajaran yang telah disampaikan kepada peserta didik.

5. Tes kepribadian, yang digunakan untuk membedakan intergritas dan kepribadian peserta didik. 52

Ada banyak jenis dalam pengelompokan peserta didik,

salah satunya yang dikemukakan para ahli yang mengemukakan hal tersebut diantaranya: 1. Ability grouping, maksudnya adalah pengelompokan

yang berdasarkan kemampuan didalam setting sekolah. 2. Sub grouping in the class, maksudnya adalah

pengelompokan yang dilakukan dalam setting kelas.

Adapun kelompok-kelompok kecil pada masing-masing kelas demikian dapat dibentuk berdasarkan karakteristik individu, ada beberapa macam kelompok kecil didalam suatu kelas yaitu: 1. Pengelompokan berdasarkan kebutuhan khusus(special

need grouping) Yang dimaksud dengan special need grouping adalah pengelompokan berdasarkan kebutuhan khusus peserta didik. Peserta didik yang sebenarnya sudah tergabung

52 Ibid. hlm 97

Page 85: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

77

dalam kelompok-kelompok, dapat membentuk kelompok baru untuk belajar keterampilan khusus.

2. Pengelompokan berdasarkan minat(interest grouping) Maksunya adalah pengelompokan yang didasrakn atas minat peserta didik, peserta didik yang minat pada pokok bahasan tertentu, pada kegiatan tertentu, pada topik tertentu atau tema tertentu, membentuk ke dalam suatu kelompok.53

3. Pengelompokan beregu(team grouping) Maksudnya adalah suatu kelompok yang terbentuk karena dua atau lebih peserta didik ingin bekerja dan bekerja sama untuk memecahkan masalah-masalah khusus.

4. Pengelompokan tutorial(tutoril group) Maksudnya adalah suatu pengelompokan dimana peserta didik bersama-sama dengan guru merencanakan kegiatan kelompoknya, dengan demikian apa yang dilakukan oleh kelompok bersama dengan guru tersebut, telah disepakati terlebih dahulu. Antara kelompok satu dengan yang lainnya bisa berbeda kegiatannya, karena mereka mempunyai otonomi untuk menentukan kelompoknya masing-masing.

53 Ibid. hlm 98-99

Page 86: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

78

5. Pengelompokan penelitian(research grouping) Maksudnya adalah suatu pengelompokan diaman dua atau lebih peserta didik menggarap suatu topik peneklitian untuk dilaoprkan didepan kelas. Bagaimana cara penggarapan penyajian serta sistem kerja yang dipergunakan bergantung kepada kesepakatan anggota kelompok.

6. Pengelompokan kelas utuh(full-class grouping) Maksudnya adalah suatu pengelompokan dimana peserta didik secara bersama-sama mempelajari dan mendapatkan pengalaman di bidang seni. Misalnya saja, kelompok yang berlatih drama, musik, tari, dan sebagainya.

7. Pengelompokan kombinasi(combined class grouping) Maksudnya adalah suatu pengelompokan dimana dua atau lebih kelas yang dikumpulakan dalam suatu ruangan untuk bersama-sama menyaksikan pemutaran film, slide, TV, dan media audio visual lainnya.54

Selanjutnya ada beberapa macam pengelompokan atau grouping yang didasarkan atas realitas pendidikan di sekolah, di kemukakan oleh sebagian para ahli, yaitu Regen seperti dibawah ini: 1. SD tanpa tingkat (the non grade elementary school)

54 Ibid. hlm 100-101

Page 87: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

79

Yang dimaksud SD tanpa tingkat adalah sekolah dasar tanpa tingkat. Sekolah dasar tanpa tingkat ini memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mengambil mata pelajaran berdasarkan kemampuan masing-masing individu peserta didiknya. Bahkan peserta didik dapat mengambil pelajaran yang mungkin sama dengan mereka yang angkatan masuknya tidak sama.

Adapun keuntungan dalam menggunakan sistem pengelompokan ini adalah:

a. Secara psikologis, kebutuhan peserta didik terpenuhi, karena tidak pernah dipaksa untuk melaksanakan sesuatu yang dia sendiri tidak bisa, tidak suka dan tidak mampu.

b. Peserta didik tidak bosan, karena pengajaran yang diberikan disesuaikan dengan minat dan kemampuannya.

c. Peserta didik akan dapat dibantu sesuai dengan tingkat dan kecepatan perkembangannya.

d. Peserta didik akan puas, oleh karena apa yang didapatkan sesuai benar dengan apa yang mereka inginkan.

e. Terdapat kerja sama yang baik antara peserta didik dengan gurunya, karena di antara mereka tidak terjadi perbedaan interpretasi(mis-intepretation).

Page 88: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

80

f. Peserta didik akan merasa mendapatkan layanan pendidikan yang terbaik.55

Disamping ada kelebihan dalam pengelompokan jenis ini, ada juga kekurangannya yitu:

a. Sangat sulit melakukan administrasinya, karena harus menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang berbeda-beda.

b. Tidak efisien, karena membutuhkan biaya, tenaga dan ruang kelas yang banyak. Tenaga yang tersedia didasrkan atas jumlah kelas atau tingkat yang ada.

c. Membutuhkan guru yang tinggi tingkat komitmen dan tingkat kecermatannya, sebab hanya demikian akan dapat mengetahui karakteristik peserta didik secara individual.

2. Pengelompokan kelaa rangkap (multy-garde and mult-age grouping) Yang dimaksud dengan pengelompokan kelas ini adalah pengelompokan yang multi tingkat dan multi usia. Pengelompokan demikian dapat terjadi pada sekolah yang menggunakan sistem tingkat. Pada pengelopokan demikian, peserta didik berbeda usianya, di kelompokan pada tempat yang sama, mereka berinteraksi dan belajar bersama-sama.

55 Ibid. hlm 101-102

Page 89: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

81

Adapun keuntungan dalam pengelompokan pada sistem ini adalah:

a. Mendorong cepatnya sosialisasi dengan lingkungan sebayanya.

b. Pesrta didik yang berbeda pada tingkat awal dan relatif yang lebih.

c. Sedikit usianya akan dapat belajar banyak kepada peserta didik yang lebih tinggi tingkatannya, dan lebih tua usiannya.56

d. Peserta didik yang lebih muda dan lebih tingkatannya, jika mempunyai kemampuan yang lebih tinggi akan semakin mempunyai kepercayaan diri.

Sedangkan kekurangan dalam sistem pengelompokan ini adalah:

a. Peserta didik yang lebih rendah tingkatan usiannya, akan merasa dipaksakan menyesuaikan diri dengan peserta didik yang lebih tinggi usiannya dan tingkatannya. Hal demikian bisa kurang menguntungkan, lebih-lebih jika mereka mempunyai kemampuan rendah. Pemaksaan demikian tidak jarang menjadikan peserta didik yang tinggal akan frustasi.

56 Ibid. hlm 103

Page 90: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

82

3. Pengelompokan kemajuan rangkap(the dual progress plan grouping) Yang dimaksud dengan pengelompokan kemajuan rangkap adalah untuk mengatasi perbedaan-perbedaan kemampuan individual di setiap umur dan setiap tingkat. Masing-masing peserta didik diberikan tugas-tugas dari guru sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.

Keuntungan sistem pengelompokan kemajuan rangkap demikian sebagai berikut:

a. Guru lebih banyak mengenal peserta didiknya, oleh layanan yang diberikan bersifat individual.

b. Layanan yang diberikan oleh gru benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan, karena lebih dirahkan pada pelayanan bakat khusus peserta didik.

Sementara itu, kekurangan sistem ini adalah:57

a. Layanan yang diberikan oleh guru kepada seluruh peserta didik menjadi terbatas. Disamping disebabkan oleh jumlah kelompok yang sangat banyak, waktu guru banyak terbatas dihabiskan untuk menyusun strategi penyampian kepada masing-masing kelompok yang beraneka tuntunan.58

57 Ibid. hlm 104-105 58 Ibid. hlm 106-107

Page 91: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

83

BAB VI PEMBINAAN PESERTA DIDIK

A. Definisi Pembinaan

Menurut Arifin, membina adalah usaha atau tindakan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Membina adalah serangkaian tindakan atau usaha yang sengaja dilakukan oleh seseorang untuk mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Dan hal-hal yang harus dibina dalam peserta didik yaitu : 1. Hakikat tingkah laku menyimpang

Tingkah laku menyimpang adalah tingkah laku yang dinilai menyimpang dari aturan-aturan normative yang berlaku dalam suatu lembaga pendidikan. Tingkah laku menyimpang dapat pula didefinisikan sebagai keluhan atau keadaan pada umumya tidak dapat diterima oleh suatu lembaga pendidikan. Dalam penyimpangan tingkah laku disekolah, sering terjadi hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan sebuah sekolah, siswa dalam kehidupanya disekolah selalu melakukan berbagai aktivitas yang mengarah pada perubahan tingkah laku baik itu dalam belajar, bergaul, penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah dan dalam proses belajar mengajar. Namun demikian sisiwa dalam bertingkah laku tidak selalu mengarah

Page 92: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

84

pada apa yang diinginkan oleh siswa, melainkan adanya penyimpangan tingkah laku, baik penyimpangan terhadap ketentuan sekolah maupun dalam penyesuaian diri dengan diri sendiri.

2. Tingkah laku yang secara sosial dinilai tidak baik

Saparina sadli mengatakan bahwa tingkah laku menyimpang adalah sebagai kelakuan atau keadaan pada umumnya tidak diinginkan, seperti ganguan mental, cacat fisik, dipandang rendah dalam kelompok, kriminalitas, dll.

Dari kedua penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa perilaku menyimpang adalah suatu tingkah laku atau sikap hidup yang tidak diterima oleh suatu sekolah. Selain itu yang menyimpang juga dapat dikatakan merupakan sebuah tingkah laku abnormal atau tingkah laku karena ganguan internal yang mempengaruhi kepribadian seseorang59.

B. Materi dalam pembinaan

Dalam proses pembinaan di suatu lembaga pendidikan, memiliki materi yang dilakukan dalam aktualisasinya, diantaranya ialah : 1. Pembinaan sikap kepemimpinan dan kemampuan

berorganisasi

59 Prof.Dr.Sudarwan Danim. Visi baru manajemen sekolah.

Page 93: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

85

2. Pembinaan sikap dan kepribadian siswa 3. Pembinaan wawasan keilmuan siswa 4. Pembinaan kemampuan dan keterampilan siswa 5. Pembinaan sikap, wawasan dan keterampilan dalam

bidang keagamaan 6. Pembinaan apresiasi seni dan budaya siswa 7. Pembinaan kebugaran dan kesehatan jasmani dan

rohani siswa 8. Pembinaan kehidupan siswa dilingkungan pendidikan

sekolah

Jalur pembinaan kesiswaan adalah bidang pembinaan yang dijadikan sebagai media penyelenggaraan kegiatan pembinaan kesiswaan yang meliputi :

1. Jalur penegakan disiplin

Pembinaan kesiswaan melalui jalur penegakan disiplin adalah jalur pembinaan kesiswaan yang berusaha memberi pembinaan dan penanganan terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan kedisiplinan siswa, baik disekolah maupun diluar sekolah. Tujuan dari pembinaan kesiswaan jalur penegakan disiplin bertujuan member penanganan dan pembinaan masalah yang berhubungan dengan kedisiplinan siswa baik disekolah maupun diluar sekolah.

2. Jalur latihan kepemimpinan dan berorganisasi

Page 94: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

86

Pembinaan kesiswaan melalui jalur latihan kepemimpinan dan berorganisasi adalah jalur pembinaan kesiwaan yang berusaha memberi bekal pengetahuan maupun pengalaman kepada siswa untuk memimpin dirinya, orang lain dan lingkungannya dalam mengikuti kegiatan sekolah dan lingkungan sosial sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan untuk mencapai keberhasilan pendidikan siswa disekolah. Bentuk program iniadalah pemberian latihan kepada siswa untuk memimpin serta berorganisasi melalui organisasi siswa.

3. Jalur kegiatan ekstrakulikuler

Pembinaan jalur kegiatan ekstrakulikuler adalah pembinaan kesiswaan yang berusaha memberikan penyaluran minat, bakat, perluasan wawasan, serta kemantapan iman dan taqwa melalui kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan diluar program kulikuler untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan sekolah. Kegiatan ekstrakulikuler adalah program pembinaan kepada siswa yang diberikan oleh sekolah diluar program kulikuler untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan sekolah60.

60. Ratminto & Atik Septi Winarsih. Manajemen pelayanan.

Page 95: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

87

C. Tahap-tahap dalam pembinaan

1. Teknik dialog

Teknik dialog dapat diartikan sebagai pertemuan antara dua orang yang berkomunikasi secara lisan atau tertulis dengan tujuan untuk lebih mengenali atau mengenalkan siswa dalam suasana akrab dan gembira. Teknik dialog ini dilakukan apabila para peserta didik saling mengenal secara dalam antara satu sama lain dan ditujukan untuk membangun keakraban. Langkah teknik ini dapat dilakukan dengan cara pendidik meminta peserta didik berpasangan dengan teman disampingnya, dan selanjutnya melakukan tanya jawab.

2. Teknik pembentukan kelompok kecil

Adapun teknik pembentukan kelompok kecil berguna untuk membina keakraban dan keterbukaan. Teknik ini dilakukan untuk pembentukan kelompok kecil yang jumlah anggotanya terbatas, teknik ini dilakukan dengan cara membina dinamika kelompok yang anggotanya mempunyai hubungan yang erat dan akrab serta efektif agar dapat dilaksanakan kegiatan pembelajaran.

3. Teknik pembinaan belajar kelompok

Penggunaan teknik belajar kelompok ini adalah untuk mengetahui harapan peserta didik tentang aktifitas yang dapat mereka lakukan dalam kegiatan berkelompok. Harapan ini dilakukan secara tertulis dengan cara

Page 96: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

88

memeriksa informasi dan mengisi kotak yang disediakan dalam lembar isian. Tujuan penggunaan teknik ini ialah untuk membiasakan para peserta didik dalam kegiatan belajar kelompok.

Adapun berdasarkan dalam landasan Firman ALLAH SWT dalam Al- Qur’an surah Al Jumu’ah ayat 2, maka tahap pembinaan dibagi dalam 3 tahap yaitu : 1. Marhalah Tilawah, atau sering disebut dengan tahap

open mind (membuka pikiran/membangun kesadaran) para siswa.

2. Marhalah Tazkiyah, yaitu tahap untuk mengikis sifat-sifat negatif yang ada pada diri siswa.

3. Marhalah Ta’lim. pada tahap ketiga inilah para siswa akan merasa nyaman dalam belajar dan mampu menerima pelajaran dengan baik61.

61. Http: Kaltim. Trimbunnews.com/2017/07/16/sekolah-tiga-tahap-

pembinaan. Tanggal 06/06/2016.

Page 97: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

89

BAB VII EVALUASI BELAJAR PESERTA DIDIK

A. Evaluasi Hasil Belajar Peserta didik

Dalam pengevaluasian ada dua langkah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil barang untuk kita, itulah yang disebut mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran.

a. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.

b. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kuantitatif.

c. Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah diatas yakni mengukur dan menilai.

Dalam istilah asingnya, pengukuran adalah

measurement, sedangkan penilaian adalah evaluation. Dari kata evaluation inilah di peroleh kata indonesia evaluasi yang berarti menilai.

Menurut Bloom et.al (1971), ia mengemukakan bahwa evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa.

Page 98: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

90

Dalam suatu pendidikan guru, ataupun pengelola pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud melihat apakah usaha yang dilakukan melalui pengajaran sudah mencapai tujuan. Jadi, evaluasi pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Dalam suatu pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khususnya di kelas. Guru adalah pihak yang bertanggung jawab atas hasilnya. Dengan demikian guru patut di bekali dengan evaluasi sebagai ilmu yang mendukung tugasnya, yakni mengevaluasi hasil belajar siswa. Dalam hal ini guru bertugas mengukur apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari oleh siswa atas bimbingan guru sesuai dengan tujuan yang di rumuskan.62

B. Alasan Perlu Evaluasi

Untuk membatasi masalah evaluasi seperti di sekolah umpamakan sebagian tempat mengolah sesuatu dan calon siswa diumpamakan sebagai bahan mentah maka lulusan dari sekolah itu dapat disamakan dengan hasil olahan yang sudah siap digunakan. Dalam istilah inovasi yang digunakan teknologi maka tempat pengolah ini disebut transformasi.

Jika digambarkan dalam bentuk diagram akan terlihat sebagai berikut :

62 Dr. Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, Bina Aksara,

Jakarta, 1988, Hal. 13.

INPUT TRANSFORMASI OUTPUT

Page 99: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

91

1. Input adalah bahan mentah yang dimasukkan kedalam transformasi. Dalam dunia sekolah maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa yang baru akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki atau tingkat (institusi), calon siswa itu dinilai dahulu kemampuannya. Dengan evaluasi itu ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas – tugas yang akan diberikan kepadanya.

2. Output adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksud dalam pembicaraan ini adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk dapat menentukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan evaluasi.

3. Transformasi adalah maesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam dunia sekolah, sekolah itulah disebut dengan transformasi. Sekolah itu sendiri terdiri dari beberapa mesin yang menyebabkan berhasil atau gagalnya sebagai transformasi. Bahan jadi yang diharapkan, yang dalam hal ini siswa lulusan sekolah ditentukan oleh beberapa faktor sebagai akibat pekerjanya unsur – unsur yang ada. Unsur – unsur transformasi sekolah tersebut antara lain : a. Guru dan personal lainnya. b. Bahan pelajaran. c. Metode belajar dan sistem evaluasi. d. Sarana penunjang. e. Sistem administrasi.

Page 100: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

92

Adapun umpan baliknya di sekolah itu diperlukan sekali untuk memperbaiki input maupun trsnsformasi. Lulusan yang kurang bermutu atau yang belum memenuhi harapan, akan menggugah semua pihak untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan penyebab kurang bermutunya lulusan.

C. Batasan Evaluasi

Ada tiga batasan dalam evaluasi yang memiliki makna berbeda, tetapi sering diartikan sama oleh sebagian guru. Tiga batasan tersebut, yaitu evaluasi, pengukuran, dan tes.

Pertama, evaluasi menurut Cross (1973) diartikan sebagai evaluasi merupakan proses yang menentukan keadaan dimana tujuan dapat dicapai, sedangkan Good (1973) memberikan batasan seperti berikut evaluation is a process of making an assessment of a student’s grown. Batasan ini sering digunakan sama dengan arti evaluasi adalah assessment is a process by whichas many data as possible are gathered and used to evaluate a person more a accurately.63

Kedua, batasan lain yang juga penting dalam pembahasan evaluasi yaitu batasan tentang pengukuran (measurement), pengukuran merupakan batasan luas, pengukuran ini lebih spesifik cangkupanya, yaitu testing dan

63. Dr. Suhar Simi Arikunto, Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara,

Jakarta, 1995, hal. 3.

Page 101: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

93

scaling. Pada proses pengukuran, fenomena dari objek ditransfer kedalam satuan angka, agar para guru dapat memberikan makna yang relevan. Dalam pengukuran perilaku digunakan alat ukur yang berbeda dengan para guru pendidikan teknologi kejuruan, dimana objek yang diukur mungkin benda konkret yang mempunyai bentuk teratur. Dalam kaitannya dengan perubahan perilaku atau penguasaan hasil belajar guru menggunakan salah satu cara yaitu dengan melakukan testing.

Ketiga, tes yang merupakan prosedur sistematis yang direncanakan oleh evaluator guna membandingkan perilaku dua orang siswa atau lebih. Dalam kenyataannya tes pada umumnya terdiri atas sekumpulan pertanyaan atau tugas yang harus dijawab oleh para peserta didik. Tujuan testing lebih lanjut dikatakan bahwa tes adalah untuk menghasilkan pertanyaan yang mewakili karakteristik siswa yang hendak direncanakan untuk diukur, peristiwa ulangan dalam proses pembelajaran pada umumnya merupakan penggunaan dari tes dimana pada unit-unit silabus yang telah direncanakan guru yang memberikan tes untuk dijawab oleh para siswa.

D. Tujuan Evaluasi

Di dalam dunia pendidikan evaluasi ini mempunyai beberapa tujuan diantaranya mencakup Tujuan Umum dan Tujuan Khusus.

Page 102: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

94

1. Tujuan Umum Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua, yaitu :

a. Untuk menghimpun bahan – bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf pengembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain, tujuan umum dari evaluasi dalam pendidikan adalah untuk memperoleh data pembuktian, yang akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan – tujuan kurikuler, setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

b. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode – metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Jadi tujuan umum yang kedua dari evaluasi pendidikan adalah untuk mengukur dan menilai sampai dimanakan efektivitas mengajar dan metode – metode mengajar mengajar yang telah diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik, serta kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik.

Page 103: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

95

2. Tujuan Khusus Adapun yang terjadi tujuan khusus dari kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan adalah :

a. Untuk merangsang kegitan peserta didik dalam menempuh program pendidikan. Tanpa adanya evaluasi maka tidak timbul kegairahan atau meransang pada diri peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing – masing.

b. Untuk mencari dan menemukan faktor – faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditentukan jalan keluar atau cara – cara perbaikannya.

E. Kriteria Evaluasi

Istilah kriteria dalam penilaian sering juga dikenal dengan kata tolak ukur, atau standar. Dari nama – nama yang di gunakan tersebut dapat segera di pahami bahwa kriteria, tolak ukur, atau standar, adalah sesuatu yang di gunakan sebagai patokan atau batasan minimal untuk sesuatu yang di ukur. Kriteia atau stadar dapat di samakan dengan “takran”. Jika untuk mengetahui berat beras yang di gunakan adalah meteran maka, kriteria atau tolak ukur digunakan untuk menakar kondisi objek yang di nilai.

Dalam kriteria atau tolak ukur ini ia bersifat jamak, karena ia menunjukkan batas atas dan batas bawah. Dengan

Page 104: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

96

demikan kriteria menunjukkan geradasi atau tingkat dan ditunjukkan dalam bentuk kata keadaan atau predikat.

Page 105: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

97

BAB VIII MUTASI PESERTA DIDIK

A. Pengertian Peserta Didik yang Mutasi

Apa yang dimaksud dengan mutasi? Mutasi adalah perpindahan peserta didik dari kelas yang satu ke kelas lain yang sejajar atau perpindahan peserta didik dari sekolah lain yang sejajar.64

Mutasi ini dapat dilakukan oleh peserta didik, karena mereka berhak untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diminati.

Meskipun, untuk melakukan mutasi mereka harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan oleh sekolah yang menerimanya.

Penentuan persyaratan sangat penting karena untuk menghindari ajang penumpukan hanya pada sekolah-sekolah tertentu saja.

B. Macam-macam Mutasi

Ada beberapa macam mutasi:

64 Prof.Dr.Ali imron, M.PD.,M.Si, (Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah),

Jakarta, Bumi Aksara , tahun 2012, hlm: 152

Page 106: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

98

1. Mutasi intern

Mutasi intern adalah mutasi yang dilakukan oleh peserta didik dalam data sekolah. Umumnya, peserta didik demikian hanyalah pindah kelas yang tingkatannya sejajar. Mutasi intern ini, dilakukan oleh peserta didik yang sama jurusannya, atau yang berbeda jurusannya.

Sebagai contoh: disuatu sekolah menengah atas ada tiga tingkatan , ialah tingkat satu, dua ,dan tiga. Pada tingkat dua dibagi lagi menjadi tingkat 2A dan 2B. Tingkat 2A sendiri ada beberapa program yakni: A1,A2,A3, dan A4. Jumlah A1 ada 3 kelas, yaitu A1A,A1B, dan A1C. Jika peserta didik mutasi dari satu tempat ke tempat lain dalam satu tingkatan di wilayah sekolah ini disebut mutasi intern. Katakanlah, bahwa siswa tersebut sebelumnya berada di program A1A ke A1B atau A1C. Bahkan tidak jarang, peserta didik juga dapat mutasi (selama masih baru pemilihan program) dari A1Ake A2A.

2. Mutasi ekstern

Yang dimaksud dengan mutasi ekstern adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain dalam satu jenis,dan satu tingkatan. Meskipun ada juga peserta didik yang pindah ke sekolah lain dengan jenis sekolah yang berlainan. Pada sekolah-sekolah negri ,hal demikian menjadi persoalan. Namun tidak

Page 107: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

99

demikian pada sekolah swasta, terutama yang kekurangan peserta didik.65

C. Sebab-sebab Peserta Didik Mutasi

Ada banyak penyebab peserta didik mutasi. Penyebabnya dapat bersumber dari peserta didik sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan-lingkungan sekolah, dan lingkungan teman sebaya.

Yang bersumber dari peserta didik sendiri adalah: 1. Yang bersangkutan tidak kuat mengikuti pelajaran di

sekolah tersebut. 2. Tidak suka dengan sekolah tersebut, atau merasa tidak

cocok. 3. Malas. 4. Ketinggalan dalam pelajaran. 5. Bosan dengan sekolahnya. 6. Tidak adanya termotivasi . 7. keterpaksaan .

Yang bersumber dari lingkungan keluarga adalah: 1. Mengikuti orang tua pindah kerja. 2. Dititipkan oleh orang tuanya di tempat nenek atau

kakeknya, karena ditinggal tugas belajar keluar negri. 3. Mengikuti orang tua yang sedang tugas belajar. 4. Orang tua meminta pindah. 5. Orang tua merasa keberatan dengan biaya yang harus

dikeluarkan disekolah tersebut. 65 ibid,hlm:153-154

Page 108: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

100

6. Mengikuti orang tua pindah rumah. 7. Mengikuti orang tua transmigrasi.

Yang bersumber dari lingkungan sekolah adalah: 1. Lingkungan sekolah yang tidak menarik. 2. Fasilitas sekolah yang tidak lengkap. 3. Guru sering tidak masuk. 4. Kebijakan-kebijakan sekolah yang dirasakan berat oleh

peserta didik. 5. Jarak sekolah yang jauh dan sulit dijangkau. 6. Sekolah dibubarkan. 7. Sekolah dianggap tidak bermutu yang diindentifikasikan

dengan rendahnya angka kelulusan setiap tahun. Yang bersumber dari lingkungan teman sebaya,yaitu:

1. Bertengkar dengan teman. 2. Diancam oleh teman. 3. Tidak cocok dengan teman. 4. Usia peserta didik lebih tua dibandingkan teman

sebayanya. 5. Peserta didik merasa rendah diri.

Yang bersumberdari lain-lain adalah: 1. Sekolah tersebut sering dilanda banjir. 2. Terjadi peperangan sehingga tidak memungkinkan

adanya aktifitas mengajar.

Page 109: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

101

3. Adanya bencana alam di wilayah atau daerah tempat sekolah tersebut berada.

4. Sekolah tersebut tiba-tiba ambruk karena sudah terlalu tua.

Page 110: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

102

BAB IX PESETA DIDIK DROP OUT

A. Pengertian Peserta didik Drop Out

Yang dimaksud dengan drop out adalah keluar dari sekolah sebelum waktunya, atau sebelum lulus. Drop out demikian ini perlu dicgah karena menyebabkan terjadinya pemborosan biaya. Jumlah peserta didik yang drop out merupakan indikasi rendahnya produktivita pendidikan.

Penanganan drop out tentu tidak bisa dilakukan oleh sekolah sendiri , melainkan haruslah terpadu dan bersama-sama dengan lingkungan lain: keluarga dab masysarakat. Pemerintah juga perlu mengupayakan bagaimana agar drop out ini dapat ditekan. Sebab, kalau hanya satu lembaga saja yang harus berusaha menekaan angkan drop out, maka tidak akan dapat berhasil sebagaimana yang diharapkan.

B. Sebab-sebab Siswa Drop Out

Peserta didik yang drop out atau tidak menyelesaikan pendidikannya dalam suatu lembaga pendidikan tertentu disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang menyebabkan peserta didik yang drop out ini antara lain akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Ketidakmampuan mengikuti pelajaran menjadi

penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan pendidikannya. Oleh sebab itu, mereka

Page 111: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

103

ini perlu mendapatkan perlakuan khusus yang berbeda dengan peserta didik kebanyakan.

2. Peserta didik yang tidak memiliki biaya sekolah. Hal ini banyak terjadi di daerah-daerah pedesaan dan kantong-kantong kemiskinan. Padahal semakin tinggi tingkatan dan jenjang pendidikan yang akan ditempuh oleh peserta didik, semakin banyak pula biaya pendidikan yang harus dikeluarkan.

3. Sakit parah. Peserta didik yang mengalami sakit parah tidak dapat masuk sekolah sampai dengan batas waktu yang ditentukan. Hal ini menyebabkan peserta didik tertinggal jauh pelajaran di sekolah sehingga peserta didik lebih memilih tidak melanjutkan sekolah.

4. Anak-anak terpaksa bekerja. Pada negara-negara berkembang jumlah pekerja anak sangat banyak. Anak-anak ini tidak jarang bekerja pada sektor formal yang terikat oleh waktu dan peraturan di perusahaan tersebut. Oleh karena itu, lambat laun ia tidak dapat melanjutkan sekolahnya karena harus bekerja.

5. Membantu orang tua di ladang. Di daerah agraris, anak laki-laki dipandang sebagai pembantu terpenting oleh ayahnya untuk bekerja di ladang. Membantu di ladang dibutuhkan waktu yang relatif banyak sehingga menyita waktu belajar dan peserta didik tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah. Karena merasa peserta didik tidak dapat mengikutui tersebut, peserta didik drop out.

6. Peserta didik di-drop out oleh sekolah. Hal ini terjadi karena yang bersangkutan memang sudah tidak

Page 112: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

104

mungkin dapat dididik lagi. Faktor ini disebabkan karena kemampuan belajarnya yang rendah, atau dapat juga yang bersangkutan tidak mau belajar.

7. Peserta didik itu sendiri yang ingin drop out dan tidak mau sekolah. Pada peserta didik demikian, memang tidak dapat dipaksa untuk sekolah termasuk orang tuanya sendiri.

8. Kasus pidana dengan kekuatan hukum yang sudah pasti. Pidana yang dialami oleh peserta didik untuk beberapa tahun, bisa menjadikan yang bersangkutan akan drop out dari sekolah.

9. Sekolah dianggap tidak menarik bagi peserta didik. Mereka memandang lebih baik tidak sekolah saja.66

10. kecanduan alkohol, alkoholisme telah muncul sebagai masalah besar dalam masyarakat. Banyak remaja yang mencengkram kecanduan ini dan menghancurkan hidup mereka. Siswa mengembangkan cacat emosional dan psikologis karena mereka tidak dapat berkonsentrasi pada studi dan dengan demikian mereka drop out dari sekolah.67

C. Sebab Ketidakhadiran Siswa

66 Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta, Bumi

Aksara, 2012) hlm. 159 67 Donna J. Dockery,”Masalah Putus Sekolah (dropout): Indikator, Tren

dan Intervensi bagi Konselor Sekolah”, http://muktizasikin.blogspot.co.id/2012/04/ masalah-putus-sekolah-dropout-indikator.html, 23 Mei 2016 pukul 22.34 wib

Page 113: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

105

Pada umumnya di sekolah-sekolah sekarang ini dibedakan 3 hal sehubung dengan masalah ketidak hadiran. Penyebab ketidak hadirn tersebut diantaranya adalah adanya ijin, sakit dan alpa. Tetapi ketiga hal tersebut akan menyebabkan sebuah masalah jika dalam jumlah yang sering dilakukan oleh peserta didik. Salah satu akibat yang akan diterima oleh peserta didik adalah sebuah pilihan yang harus diterima yaitu sebuah pernyatan drop out dari sekolah.

Secara umum sebab-sebab terjadinya drop out yaitu peserta didik tidak mampu menyelesaikan pendidikan, tidak mempunyai biaya sekolah, peserta didik dalam keadaan sakit dan tidak kunjung sembuh. Jika dibedakan melalui beberapa sumber ketidak hadiran yang juga akan menyebabkan terjadinya sebuah drop out dapat dilihat dari berbagai sumber, ysaitu sebagai berikut: (Sahertian, 1987:75) 1. Dilihat dari segi tanggung jawab murid itu sendiri

Murid yang sering sakit Membolos karena pengaruh teman-teman

sekelompok Karena malas Tidak mengerjakan pekerjaan rumah Melanggar peraturan lalu dihukum Berkelahi lalu tidak berani masuk sekolah Lupa atau tidak mau minta ijin dari sekolah Kebiasaan-kebiasaan buru yang telah dibawa sejak

lama

Page 114: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

106

2. Dilihat dari segi rumah tangga Orang tua yang selalu sibuk karena ayah dan ibu

bekerja dan kurang memperhatikan anak Latar elakang ekonomi orang ua yang terlalu buruk Terlalu memanjakan anak Keluarga yang berpindah-pindah tempat kerja Tempat tinggal yang jauh Karena tidak mempunyai pakaian yang layak untuk

ke sekolah Tuntutan orang tua yang harus bekerja Orang tua mengajak anak untuk bepergian

3. Dilihat dari segi sekolah Suasana belajar yang kurang menyenangkan Guru yang terlalu keras dan menyakitkan Kurangnya pembinan dan bimbingan dari guru Kebijaksanaan pimpinan sekolah yang kurang

menguntungkan Bangunan sekolah yang agak jauh Biaya dan pungutan uang sekolah yang terlalu tinggi Tuntutn peraturan yang menekan para siswa Keadaan gedung yang tidak memenuhi syarat Program sekolah yang kurang menarik Sukarnya pengangkutan untuk datang ke sekolah

4. Dilihat dari segi masyarakat Musim panaen yang memaksa anak harus ikut kerja

musiman Bencana alam menimpa sehingga masyarakat kacau Jalan yang terhalang

Page 115: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

107

Dari uraian di atas dapat dirangkum hal-hal sebagai berikut: 1. Bahwa ada hubungan yang berarti antara

ketidakhadiran seseorang siswa dari kemajuan belajar dan pembentukan pribadi.

2. Bahwa ketidakhadiran ada yang disebut tardiness atau terlambat datang dan ada yag disebut truency(kebenaran).

3. Umumnya ketidak hadiran itu disebabkan dari faktor kesehatan atau faktor diluar kesehatan.

4. Untuk mengatasi masalah ketidak hadiran itu diperlukan perhitungan yang lebh akurat dan lebih teliti.

5. Mengatasi sumber sebab ketidak hadiran harus dilihat dari setiap segi, yaitu segi dari murid sendiri, orang tua, sekolah, dan masyarakat.68

D. Rekomendasi Pencegahan Putus Sekolah (Drop Out)

Ada sejumlah rekomendasi untuk mengurangi tingkat putus sekolah dan memperbxxesar kelulusan, yang disarankan dalam penelitian ini . Intervensi, termasuk strategi reformasi sekolah untuk meningkatkan keterlibatan siswa, bantuan yang ditujukan kepada individu atau kelompok siswa yang teridentifikasi beresiko untuk putus sekolah, memberikan dukungan bagi siswa selama

68 Siti Maymunah, “Manajemen pesrta didik”,

http://sitimaymunahborbat.blogspot.co.id/2013/ 06/bab-i-pendahuluan-1.html, 22 Mei 2016 pukul 23.30 wib.

Page 116: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

108

transisi, dan menggunakan sistem pelacakan diagnostik untuk mengidentifikasi siswa dan faktor sekolah yang mempengaruhi tingkat putus sekolah (Dynarski et al, 2008.). Beberapa strategi yang paling umum dari program pencegahan putus sekolah yang menjanjikan untuk dikaji, Yaitu:

Menerapkan Sistem Pelacakan Melatih dan Menggunakan Pendukung (penganjur) Memberikan Dukungan dan Pengayaan Akademik Promosikan Pengembangan Keterampilan Sosial Membantu masa transisi bagi siswa baru Melaksanakan Pendampingan Luas di Sekolah.69

Kasus-kasus drop out demikian, memang tidak selamanya dapat dipecahkan. Dalam pengertian, ada beberapa kasus peserta didik drop out yang dapat dicegah dan yang tak dapat dicegah. Pada peserta didik drop out karena alasannya biaya, masih dapat dicarikan jalan keluarnya dengan memberikan beasiswa, mencarikan orang tua asuh dan sebagainya. Sedangkan kasus peserta didik drop out karena yang bersangkutan tidak mau lagi bersekolah, sangat sulit pemecahannya. Oleh karena itu, amanat wajib belajar, dengan memberikan sanksi bagi orang tua yang anak-anaknya tidak sekolah, bisa dijadikan sebagai sarana untuk menekan angka drop out.70

Kerjasama dan pendekatan yang manusiawi akan dapat mengurangi ketidak hadiran di sekolah. Seorang

69 Donna J. Dockery, Loc. Cit. 70 Ali Imron, Op. Cit. hlm 161

Page 117: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

109

administrator dapat menciptakan sebuah suasana sekolah yang dapat membuat seseorang siswa merasa nyaman. Sehingga seorang siswa dapat mengambil ilmu atau manfaat dengan adnya sekolah tersebut. Olek karena itu Dr. P. Ely dalam Sahertian mengatakan para guru dan administrator sebaiknya memilki tender, love and care atau perawatan. Berlakulah supel tetapi tegas dan berwibawa. Jadi seorang murid tidak akan merasa takut atau ketidaknyaman dalam belajar. Itulah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi sebab yang berasal dari segi lingkugan sekolah yaitu melalui seorang guru ataupun administrator.71

71 Siti Maymunah, Loc. Cit.

Page 118: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

110

BAB X KODE ETIK PESERTA DIDIK

A. Definisi kode etik dan disiplin Peserta didik

Kode etik, yang merupakan terjemahan dari ethical code, adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkung kehidupan tertentu. Ia berisi rumusan baik-buruk, boleh tidak boleh, terpuji-tidak terpuji, yang harus di pedomani oleh seseorang dalam suatu lingkungan tertentu.

Kode etik juga berasal dari kata kode dan etik. Kode berarti simbol atau benda; sedangkan etik berasal dari bahasa latin ethica dan bahasa Yunani ethos. Dalam kedua bahasa tersebut, etik berati norma-norma nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia.

Kode etik adalah aturan-aturan, norma-norma yang dikenakan kepada peserta didik, berisi sesuatu yang menyatakan boleh-tidak boleh, benar-tidak benar, layak-tidak layak, dengan maksud agar di taati oleh peserta didik. Aturan-aturan tersebut, bisa berupa yang tertulis maupun yang tidak tertulis, termasuk di dalamnya adalah tradisi-tradisi yang lazim di taati di dunia pendidikan, khususnya sekolah.72

Adapun pengertian dari disiplin peserta didik, yakni

72 Ali imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Bumi Aksara, Jakarta,

2011, hlm 163-164.

Page 119: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

111

disiplin sangat penting bagi peserta didik karena itu, ia harus di tanamkan secara terus menerus maka disiplin tersebut akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya masing-masing umumnya mempunyai ke disiplinan yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal umumnya tidak disiplin.

Banyak para ahli yang memberikan pengertian sesuai dengan sudut pandang mereka. The Liang Gie ( 1972 ) memberikan pengertian disiplin sebagai berikut.

“Disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati”

Good’s ( 1959 ) dalam Dictionary of Education mengartikan disiplin sebagai berikut. 1. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian

keinginan, dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif.

2. Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan di arahkan sendiri, meskipun menghadapi rintangan.

3. Pengendalian prilaku secara langsung dan otoriter dengan hukuman atau hadiah.

4. Pengekangan dorongan dengan cara yang tidak nyaman dan bahkan menyakitkan.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut kiranya jelas, bahwa disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu

Page 120: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

112

itu berada dalam keadaan tertib, tetatur dan semestinya, serta tidak ada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung atau tidak langsung.

Adapun pengertian disiplin peserta didik adalah suatu keadaan dan teratur yang di miliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tiak langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.73

B. Macam-macam kode etik dan disiplin siswa

1. Macam-macam kode etik siswa 1) Peserta didik adalah insan yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

a. Memiliki keyakinan yang kuat kepada Tuhan yang Maha Esa.

b. Bersikap dan berprilaku taat dan di siplin, menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang di anutnya.

c. Melaksanakan yang di perintahkan dan menjahi yang di larang Tuhan yang Maha Esa.

d. Saling menghormati sesama dan antar umat beragama.

2) Menghormati kepada pendidik dan tenaga kependidikan.

73 Ibid : hlm 172-173

Page 121: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

113

a. Bersikap dan berprilaku sopan santun/bertatakrama.

b. Menciptakan hubungan yang harmonis, kondusif, dan kekelurgaan dengan warga sekolah.

c. Mentaati nasihat yang di berikan oleh guru.

3) Di siplin untuk mengikuti proses pembelajaran, dengan menjujung tinggi ketentuan pembelajaran dan mematuhi semua peraturan yang berlaku.

a. Tekun, rajin, ulet, optimis, percaya diri, bersemangat, aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran.

b. Memanfaatkan waktu dengan efektif dan efisien untuk belajar.

c. Mentaati/mematuhi semua peraturan yang ada di sekolah.

4) Memelihara kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan harmoni sosial sesama teman.

a. Saling hormat menghormati, tolong menolong antar teman tanpa membeda-bedakan.

b. Yang tua menyayangi yang muda dan yang muda menghormati yang tua.

c. Memiliki sikap peduli dan setia kawan sesama teman.

5) Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi sesama

Page 122: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

114

a. Berbakti kepada kedua orang tua dan mencintai keluarga

b. Memiliki kepedulian dan berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat.

c. Menyayangi sesama tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan gender, agama, etnis, status sosial, dan kemampuan ekonomi.

6) Mencintai lungkungan, bagsa, dan negara.

a. Memiliki kepedulian untuk memelihara, melestarikan, dan mencintai lingkungn atau ramah lingkungan.

b. Memiliki rasa bangga dan mencintai terhadap sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan.

c. Merasa bangga dan mencintai bangsa dan negara Republik Indonesia.

7) Menjaga dan memelihara sarana dan prasarana, kebbersihan, ketertiban, keamanan, keindahan, dan kenyamanan sekolah.

a. Memanfaatkan sarana dan prasarana sesuai dengan fungsinya dan dapat menjaga serta memelihara dengan sebaik-baiknya.

b. Membiasakan hidup bersih baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Page 123: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

115

c. Berusaha selalu tertib dalam segala hal baik di sekolah maupun di luar sekolah ( selalu mentaati tata tertib ).

d. Berusaha selalu untuk menjaga keamanan di sekolah. e. Turut menciptakan keindahan dan kenyamanan

sekolah.74 Adapun isi yang terkandung di dalam kode etik

tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pertimbangan dan atau rasionalitas mengapa kode etik

tersebut di tetapkan dan harus di taati. 2. Standar tingkah laku peserta didik yang layak di

tampilkan, baik ketika berada di sekolah, di lingkungan keluarga, maupun di masyarakat.

3. Kapan peserta didik harus sudah berada di sekolah, dan kapan juga peserta didik harus sudah berada di rumah kembali.

4. Pakaian yang bagaimanakah yang layak di pakai oleh peserta didik terutama di lingkungan sekolah.

5. Apasaja yang wajib di lakukan oleh peserta didik berkaitan dengan lembaga pendidikan atau sekolahnya.

6. Bagaimanakah hubungan antara peserta didik dengan guru, kepala sekolah, personalia yang lain, dengan teman sebaya ( senior dan juniornya ), orang tua, masyarakat pada umum bahkan pada tamu yang sedang berkunjung ke sekolah.

74 Hamiyah Nur dan Mohammad Jauhar, Pengantar Manajemen Pendidikan Di

Sekolah, Prestasi, Pustakaraya, Jakarta, 2015 hlm 120

Page 124: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

116

7. Apa yang di lakukan oleh peserta didik ketika ada di antara temanya ada yang merasa kesusahan.

Adapun di sini tujuan kode etik peserta didik adalah

sebagai berikut : 1. Agar dapat suatu standar tingkah laku tertentu yang

dapat di jadikan sebagai pedoman bagi peserta didik di sekolah tertentu.

2. Agar dapat kesamaan bahasa dan gerak langkah antara sekolah dengan orang tua peserta didik serta masyarakat, dalam hal menangani peserta didik.

3. Agar dapat menjunjung tinggi citra peserta didik di mata masyarakat .

4. Agar tercipta suatu aturan yang dapat di taati bersama, khususnya peserta didik dan demikian juga oleh personalia sekolah yang lain.75

5. Macam-macam disiplin siswa

Ada tiga macam disiplin yaitu : Pertama, di siplin yang di bangun berdasarkan konsep

otoritatian. Menurut konsep ini, peserta didik di sekolah di katakan mempunyai disiplin tinggi manakala mau duduk tenang sambil memperhatikan uraian guru guru ketika sedang mengajar. Peserta didik di haruskan mengiyakan saja terhadap apa yang di kehendaki guru, dan tidak boleh membantah. Dengan demikian, guru bebas memberikan

75 Ali imron Op-cit hlm 164-166

Page 125: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

117

tekanan kepada peserta didik, dan memeang harus menekan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik takut dan terpaksa mengikuti apa yang di inginkan oleh guru.

Kedua, disiplin yang di bangun berdasarkan konsep permissive. Menurut konsep ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas dan sekolah. Aturan-aturan d sekolah di longgarkan dan tidak perlu mengikat kepada peserta didik. Peserta didik di biarkan berbuat apa saja sepanjang itu menurut mereka baik. Konsep permissive ini merupakan antitesa dari konsep otoritarian. Keduanya sama-sama berbeda dalam kutub ekstrim.

Ketiga, disiplin yang di bangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin demikian, memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari pebuatan itu, haruslah ia tnggung. Karena ia yang menabur maka ia pula yang menuai. Konsep ini merupakan konvergensi dari konsep otoritarion dan permissive di atas.76

Menurut konsep kebebasan ini, ada juga batas-batas tertentu yang harus di ikuti oleh seseorang dalam kerangka kehidupan bermasyarakat, termasuk juga kehidupan bermasyarakat dalam setting sekolah. Bahkan pendamba kebebasan mutlak, sebenarnya akan terbatasi oleh kebebasan itu sendiri.

76 Ibid : 172-174

Page 126: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

118

Kebebasan jenis ketiga ini juga lazim di kenal dengan kebebasan terbimbing. Terbimbing karena dalam menerapkan kebebasan tersebut, diaksentuasikan kepada hal-hal yang kontruksif. Manakala arah tersebut berbalik atau berbelok ke hal-hal yang destruktif maka di bimbing kembali ke arah arah yang konstruktif.

Berdasarkan tiga konsep disiplin tersebut, kemudian di kemukakan teknik-teknik alternatif pembinaan disiplin peserta didik.

Pertama, di namai dengan teknik external control adaalah suatu teknik di mana disiplin peserta didik haruslah di kendalikan dari luar peserta didik. Menurut teknik external control ini, peserta didik hrus terus–menerus di siplinkan, dan kalau perlu di takuti dengan ancaman dan ganjaran.

Kedua, di namai engan teknik inner control atau internal control. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik di atas. Teknik ini mengupayakan agar peserta didik dapat mendisiplinkan diri sendiri. Peserta didik di sadarkan akan pentingnya disiplin. Jika teknik ini dapat di kembangkan dengan baik maka akan mempunyai kekuatan yang lebih hebat di bandingkan dengan teknik external control.

Ketiga, adalah teknik cooperatit control. Konsep teknik ini, adalah antara pendidik dan peserta didik harus saling bekerjasama dengan baik dalam menegakkan disiplin.

Page 127: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

119

DAFTAR PUSTAKA

Antonio. Muhammad, Syafii, The Muhammad Saw Super Leader Super Manager. Jakarta: ProLM Centre & Tazkia Publishing, 2009.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006.

Anwar , Moch. Idochi. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2003.

Anharululum. Blogspot. Com/ 2011/ 09/ fungsi-manajemen-pendidikan.html.

Aly, Abdullah, Pendidikan Islam Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Cribbin,James J. Leadership: Strategies for Organizational Effectiveness. New York: Amacon, 1981.

Christopher F. Achua, Robert N, Lussier. Effective leadership. Laten America: Leap Publishing Service, 2010.

Ditjen Bimbaga Islam. Statistik Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2003-2004, Jakarta: Depag RI.

Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surabaya: Mekar Surabaya, 2004.

Denzin, Norman K dan Yvonnas Lincoln. Handbook of Qualitative Research Terjemahan, Dariyatno et al. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Engkoswar dan Aan Komariah. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010.

Page 128: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

120

Gibran, James, L, John M, Ivancevich dan James H. Donnel Jr. Organization Behavior: Structure and Process. Texas: Business Publication, Inc, 1985.

http://rudien87.wordpress.com/2010/03/20/manajemen-hubungan-masyarakat/

Indrajit R. Eko. dan R. Djoko Pronoto. Manajemen Perguruan Tinggi Modern. Yogyakarta: C. V Andi Offset, 2006.

M, Bass, Bernard. Management. Sandiego: Harcourt Brace Jovanotich, Publisher, 1988.

Mungin, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Grafindo Persada, 2006.

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Nawawi, Hadari. Manajemen Strategik Organisasi Nonprofit Bidang Pemerintahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005.

Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito, 1992.

Prastowo, Andi, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Qomar, Mujammil. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: PT Gelora Aksara Pratama, 2007.

Robbin, Stephen P, dan Many Coulter. Management. New Jersey: Prentice Hall, Inc, 1999.

Syaifuddin. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press, 2005.

Page 129: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

121

Sagala, Syaiful. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2007.

Saefullah,Aef. Kiat Menjadi Pemimpin Sukses. Bandung: Pustaka Rineka Cipta, 2010.

Satori, Djamaran dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2009.

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2007.

William, David,. Penelitian Naturalistik, Alih Bahasa Lexy. J Moleong Jakarta: Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta, 1995.

Woodside, Arch G. Case Study Research, Theory, Methods, Practice. Boston College USA: British Library Cataloguing In Publication Data.

Yin, Robert K. Case Study Research Design and Methods, Third Edition. California: Sage Publications, Inc, 2003.

Page 130: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

122

CURRICULUM VITAE

Nama :Dr. Shalahudin, S.Ag.,M.Pd.I Tempat/ Tanggal Lahir : Desa Danau, 03 Maret 1974 Ayah/ Ibu : M. Syauti/ Maimunah Istri : Ratna, S.Pd.I Anak : Ahmad Wildan Zuirfan Ahmad Fauzan Alfath Pendidikan Terakhir : S3 Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Jakarta Nomor HP : 02114114974 Alamat : Jl. Sunan Kalijaga Lr. Sekawan Rt 13 Nomor 81 Kel Simpang Tiga Sipin Kota Baru Jambi Riwayat Pendidikan Jenjang Pendidikan

Tahun Masuk

Tahun Lulus Nama Lembaga

SD 1982

1988 SDN 22/II Padang Plangeh

MTS 1988 1991 MTS As’ad Kota Jambi MA 1991 1994 MAS As’ad Kota Jambi S1 1994 1998 IAIN STS Jambi S2 1999 2002 Pasca IAIN STS Jambi S3 2010 2015 UNJ Riwayat Organisasi

Nama Organisasi Jabatan Tahun

OSIS MAS As’ad Ketua 1992-1993

PRAMUKA Anggota 1991-

Page 131: Manajemen Peserta Didik - repository.uinjambi.ac.id

123

1994

Himpunan Jurusan Tafsir Hadis Ketua 1995-1997

Pers Alhikmah Editor 1995- 1996

MAS Labor Kabag TU 2006-2007

Jurusan PGMI Sekretaris 2016-2019

Karya Tulis No. Judul Karya Tulis Jenis Karya Tulis Tahun

1 Konsep Sabar Dalam Alqur’an Skripsi 1998

2 Implementasi Kebijakan Pengembengan Kurikulum Pesantren

Tesis 2002

3 Manajemen Pondok Pesantren (Studi Ponpes As’ad Kota Jambi )

Disertasi 2015

4 Studi Gaya Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Mutu UIN STS Jambi

Penelitian 2018

5 Usaha Dosen FTK Dalam Membina Karakter Mahasiswa

Penelitian 2015

6 Implementasi Media Pembelajaran Kolase Berbasis Pemenfaatan Daur Ulang Sampah

Artikel 2019

7 Pengembangan Media Pembelajaran Wayang Sorong

Prosiding Nasional 2019