PARTAI POLITIK

14
PARTAI POLITIK DAN SISTEM KEPARTAIAN

Transcript of PARTAI POLITIK

Page 1: PARTAI POLITIK

PARTAI POLITIK DAN

SISTEM KEPARTAIAN

Page 2: PARTAI POLITIK

PENGERTIAN PARTAI POLITIK Carl J. Friedrich: Partai Politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir

secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasan pemerintah bagi pemimpin Partainya, dan berdasarkan penguasan ini memberikan kepada anggota Partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materil.

R.H. Soltou: Partai Politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyaknya terorganisir, yang bertindak sebagai satukesatuan politik, yang dengan memanfaatkan kekuasan memilih, bertujuan menguasai pemerintah dan melaksanakan kebijakan umum mereka.

Sigmund Neumann: Partai Politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis Politik yang berusaha untuk menguasai kekuasan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan melawan golongan-golongan lain yang tidak sepaham.

Miriam Budiardjo: Partai Politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya), dengan cara konstitusional guna melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.

Page 3: PARTAI POLITIK

Al Chaedar

Partai Politik merupakan organisasi politik yang menjadi barometer demokrasi. Demokratis atau tidaknya suatu sistem politik negara tergantung pada ada atau tidaknya partai politik, terlepas dari berfungsi atau tidaknya partai politik. Jumlah partai politik tidak menentukan kadar demokrasi suatu sistem politik. Jumlah yang banyak tidak menjamin terpeliharanya institusi dan nilai-nilai demokrasi. Namun, jumlah partai yang hanya satu tidak dapat dikatakan sistem politik yang demokratis

Page 4: PARTAI POLITIK

Kay LawsonPartai politik sebagai alat penghubung dan pengontrol. Partai politik bertindak untuk menghubungkan antara warganegara dengan pemerintah dengan mengajukan alternatif2 dalam pemilihan Umum, dengan mengerahkan suara (votes) dan dengan memberikan keparcayaan kepada para sukarelawan untuk menjadi staf di kantor partai. Sedangan sebagai alat kontrol, partai politik mendisiplinkan anggotanya di legislatif, birokrasi dan organ-organ pembuat kebijakan publik dan semi publik.

Dengan demikian, partai politik merupakan perantara tunggal yang paling penting di dalam politik untuk bersaing, lobi dan negosiasi, Partai memungkinkan para politisi dekat dengan publik disatu pihak dan menjadi sesuatu yang berlawanan dengan pihak yang lain. Sebaliknya, ketika mereka memperoleh jabatan publik, para politisi diharapkan mampu berdiri di atas berbagai kepentingan dan mewakili kepentingan publik yang lebih umum.

Page 5: PARTAI POLITIK

Basis sosiologis suatu partai politik adalah ideologi dan kepentingan yang diarahkan pada usaha-usaha untuk memperoleh kekuasaan. Tanpa kedua elemen partai politik tersebut tidak akan mampu mengungkapkan identifikasi diri dengan pengikutnya.

Page 6: PARTAI POLITIK

FUNGSI PARTAI POLITIK Roy C. Macridis (dalam Amal, 1988: 27)

Representasi (perwakilan), konversi dan agregasi;Integrasi (partisipasi, sosialisasi, mobilisasi); Persuasi, represi, rekrutmen (pengangkatan

tenaga-tenaga baru), dan pemilihan pemimpin, pertimbangan-pertimbangan dan perumusan kebijaksanaan serta kontrol terhadap pemerintah.

Fungsi representasi sebagai ekspresi dan artikulasi kepentingan di dalam dan melalui partai politik,

kadangkala lebih sering ditampilkan daripada fungsi perantara (brokerage).

Page 7: PARTAI POLITIK

Barrie Axford (1997: 376-377) mengatakan bahwa partai politik merupakan kendaraan untuk memenangkan pemilihan umum.

Berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan umum di negara-negara demokratis di dunia, terdapat delapan fungsi partai politik yaitu:

socialisation and mobilisation, structuring the vote, interest articulation and agregation, activist and elite recruitment, representation, policy and issue development, organising government, and legitimation.

Page 8: PARTAI POLITIK

Miriam Budiardjo (1985:163 – 165) mengemukakan empat fungsi partai politik di dalam negara demokrasi.

Sebagai sarana komunikasi politikadalah fungi menyalurkan berbagai macam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat di masyarakat dapat berkurang

Sebagai sarana sosialisasi politikproses melalui mana seseorang memperoleh sikap dn orientasi terhadap fenomena politik yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana dia berada.biasanya proses sosialisasi berlangsung secara berangsur-angsur dari kecil hingga dewasa.

Sebagai sarana rekrutmen politikrekrutmen politik adalah proses melalui mana partai mencari anggota baru dan menajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik.

Sebagai sarana pengatur konflik. partai menjadi penengah dalam menyelesaikan konflik yang diakibatkan oleh perbedaan pendapat yang dianggap wajar dalam negara demokratis

Page 9: PARTAI POLITIK

TIPOLOGI PARTAI POLITIK(ROY MACRIDIS) Otoriter dan demokratis, Integratif dan representatif

(perwakilan), Ideologis dan pragmatis, Agamis dan sekuler, Demokratis dan revolusioner, Massa dan elite dan, Demokratis dan oligarki

Page 10: PARTAI POLITIK

SISTEM KEPARTAIAN

Page 11: PARTAI POLITIK

Dinamika pembangunan partai politik dan sistem partai seiring dengan perubahan sosial dan kultur di sekitarnya dan juga mungkin dipengaruhi oleh kemajuan teknologi.

Katz dan Mair (dalam Barrie Oxford, 1997: 362) menunjukkan model-model partai politik yang menggambarkan pembangunan partai politik dan sistem kepartaian dalam tabel berikut:

Page 12: PARTAI POLITIK

Katz and Mair’s Models Political Party System

CharacteristicsCaucus party

Mass Party

Catch-all Party

Cartel party

Media Party

Time PeriodeNineteenth Century

1880-1960 1945 - 1970 - 1990s -

Basis of Competition

Ascribed Status

Representative capacity

Policy effectiveness

Managerial skills and efficiency

Public retalion, agenda-setting

Pattern of electoral competition

ManagedMobilisation

Competitive

Contained Permanent campaigns frameed by media

Principal Source of party resources

Personal contacs

Members fees and contributions

From many source

State subventions

State subventions, some private source

Relation between elite and members

Elite are members

Elite accountable to members

Members support elite

Stratachy; mutual autonomy

Leader dominated

Relation between party and civil society

Unclear boundary

Party belongs to civil society

Party is broker between civil society and state

Party creates demand reflexively through monitoring of public opinion

Relation between party and state

Unclear boundary

Party tries to gain control of state

Party become part of state

Party is part of state

Page 13: PARTAI POLITIK

KLASIFIKASI PARTAI POLITIKS DASAR HASIL PENGKLASIFIKASIAN

1 KOMPOSISI DAN FUNGSI KEANGGOTAAN

• PARTAI MASSA• PARTAI KADER

2 SIFAT DAN ORIENTASINYA

• PARTAI LINDUNGAN (PATRONAGE PARTY)• PARTAI IDEOLOGI (PARTAI ASAS)

3 JUMLAH • SISTEM PARTAI TUNGGAL (dominant party system)

• SISTEM DWI PARTAI (dwi party system)• SISTEM MULTIPARTAI (Multiparty system)

4 TINGKAT KOMITMEN PARTAI TERHADAP IDEOLOGI DAN KEPENTINGAN

• PARTAI PROTO• PARTAI KADER• PARTAI MASSA• DIKTATORIAL• CATCH ALL

5 • TERTUTUP ATAU KOMPETITIF• AGREGATIF ATAU IDEOLOGIS• PLURALISTIS ATAU MONOPOLISTIS• ISSUES ORIENTED ATAU CLIENTELE ORIENTED• INTEGRATIF ATAU REPRESENTATIF

Page 14: PARTAI POLITIK

Dalam artikel Scott Mainwaring yang berjudul ‘Party Systems in The Third Wave’ dalam Journal of Democracy (volume 9, number 3, July) , menyatakan bahwa partai politik di demokrasi gelombang ketiga adalah kurang terinstitusionalisasi dibandingkan dengan partai politik di negara yang sudah lama dalam berdemokrasi.

Dalam artikel ini disebutkan empat dimensi dari institusionalisasi partai politik. Pertama, di dalam sistem partai yang lebih terinstiusionalisasi terdapat pola

kompetisi partai yang lebih stabil. Hasil dari pemilu lebih bisa diprediksi karena ada pola tersebut. Jika ada sebuah partai yang tampak kemudian menghilang (hasil suara yang didapat naik-turun setiap ada pemilu), maka hal ini merupakan salah satu ciri bahwa partai belum terinstitusionalisasi.

Kedua, di dalam sistem yang sudah terinstitusionalisasi, partai mempunyai akar yang kuat di dalam masyarakat. Di dalam sistem yang terinstitusionalisasi maka ideologi sebuah partai adalah konsisten, karena ideologi inilah yang mengikat antara para pemilih dengan partai tersebut sehingga para pemilih menjadi loyal yang pada akhirnya partai tersebut mengakar kuat di masyarakat.

Ketiga, adanya pengakuan dari elit ataupun warga negara bahwa partai politik adalah hal yang mendasar dan penting dalam kehidupan berdemokrasi.

Keempat, di dalam sistem yang sudah terinstitusionalisasi, organisasi partai lebih baik, mempunyai strukutur internal, prosedur, dan rutinitas yang lebih jelas. Adanya pergantian kepemimpinan di dalam tubuh partai tanpa adanya konflik menandakan