Pariwisata

8
TUGAS KULIAH MANAJEMEN PELAYANAN SEKTOR PUBLIK IDENTIFIKASI MASALAH PARIWISATA DI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA PALANGKA RAYA Dosen : DR. TRESIA KRISTIANA, SE, M.Si. Oleh : MUHAMAD ALAMSYAH BBA 213 001 PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS MANAJMENEN

description

Masalah Pariwisata

Transcript of Pariwisata

TUGAS KULIAH MANAJEMEN PELAYANAN SEKTOR PUBLIKIDENTIFIKASI MASALAH PARIWISATADI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATAKOTA PALANGKA RAYA

Dosen : DR. TRESIA KRISTIANA, SE, M.Si.

Oleh : MUHAMAD ALAMSYAHBBA 213 001

PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS MANAJMENENUNIVERSITAS PALANGKA RAYATAHUN 2014

Identifikasi masalah di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palangka Raya

Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI bersama jajaran Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi / Kabupaten / Kota perlu segera berbenah diri melaksanakan UU Nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik. Dalam UU tersebut setiap Dinas Pariwisata harus menyusun standar pelayanan publik dengan memperhatikan kemampuan penyelenggara, kebutuhan masyarakat, dan kondisi lingkungan dalam melayani pemangku kepentingan (stakeholder) yang terkait bidang dan keilmuan pariwisata.

Pengikutsertaan masyarakat dan pihak terkait bidang pariwisata dan ekonomi kreatif dilakukan dengan prinsip tidak diskriminatif, terkait langsung dengan jenis pelayanan, memiliki kompetensi dan mengutamakan musyawarah, serta memperhatikan keberagaman pelaku pariwisata itu sendiri. Sedangkan komponen standar pelayanan dinas kebudayaan dan pariwisata sekurang-kurangnya meliputi:a. dasar hukumb. persyaratanc. sistem, mekanisme, dan prosedur; d. jangka waktu penyelesaian; e. biaya / tarif ; f. produk pelayanan; g. sarana, prasarana, dan/atau fasilitas;h. kompetensi pelaksana; i. pengawasan internal; j. penanganan pengaduan, saran, dan masukan; k. jumlah pelaksana;l. jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan; m. jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko keraguraguan; dan n. evaluasi kinerja pelaksana.

Selain itu, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi / Kabupaten / Kota se Indonesia berkewajiban menyusun dan menetapkan maklumat pelayanan budaya dan pariwisata yang merupakan pernyataan kesanggupan Provinsi / Kabupaten / Kota se Indonesia dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan budaya dan pariwisata. Juga Maklumat pelayanan budaya dan pariwisata wajib dipublikasikan secara jelas dan luas. Maklumat pelayanan yang tertulis sebaiknya dilaksanakan dan maklumat pelayanan yang tidak tertulis sebaiknya terdokumentasikan dengan baik, sehingga tidak menimbulkan salah paham masyarakat budaya dan pariwisata.

Terkait pengelolaan sarana, prasarana dan / atau fasilitas pelayanan publik Pariwisata dan Ekonomi Kreatif , misalnya sarana dan prasarana dewan kesenian, obyek wisata yang dikelola Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / BUMD, maka Dinas Pariwisata dan Ekonomi / BUMD dan pelaksana berkewajiban mengelola sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik secara efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan berkesinambungan serta bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan/atau penggantian sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik budaya dan pariwisata.

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / BUMD pariwisata dan pelaksana pengelola obyek wisata wajib memberikan laporan kepada pemerintah daerah mengenai kondisi dan kebutuhan sarana, prasarana, dan / atau fasilitas pelayanan publik serta pelaksana sesuai dengan tuntutan kebutuhan standar pelayanan budaya dan pariwisata. Atas laporan kondisi dan kebutuhan tersebut Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / BUMD pengelola obyek wisata melakukan analisis dan menyusun daftar kebutuhan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik dan pelaksana. Atas analisis dan daftar kebutuhan tersebut penyelenggara melakukan pengadaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan mempertimbangkan prinsip efektivitas, efisiensi, transparansi, akuntabilitas, dan berkesinambungan.

Kemudian Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dilarang memberikan izin dan/atau membiarkan pihak lain menggunakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik yang mengakibatkan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik tidak berfungsi atau tidak sesuai dengan peruntukannya. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / BUMD yang bermaksud melakukan perbaikan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik wajib mengumumkan dan mencantumkan batas waktu penyelesaian pekerjaan secara jelas dan terbuka.

Dengan demikian Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi / Kabupaten / Kota se Indonesia dapat menyediakan pelayanan budaya dan pariwisata dengan berjenjang secara transparan, akuntabel, dan sesuai dengan standar pelayanan serta peraturan perundang-undangan. Pelayanan berjenjang tersebut di atas harus mematuhi ketentuan tentang proporsi akses dan pelayanan kepada kelompok masyarakat berdasarkan asas persamaan perlakuan, keterbukaan, serta keterjangkauan masyarakat pelaku pariwisata. Juga korporasi dan/atau badan hukum yang menyelenggarakan pelayanan publik wajib mengalokasikan anggaran yang memadai secara proporsional untuk peningkatan kualitas pelayanan publik Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dilarang membiayai kegiatan lain dengan menggunakan alokasi anggaran yang diperuntukkan pelayanan publik Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Kemudian terkait keterbukaan informasi publik, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi / Kabupaten / Kota se Indonesia perlu menyediakan Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) sebagai amanat UU 14/2008 tentang keterbukaan informasi publik. UU ini menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, PROGRAMkebijakan publik bidang budaya dan pariwisata, dan proses pengambilan keputusan publik serta alasan pengambilan suatu keputusan publik bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

UU ini juga bertujuan mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik bidang pariwisata dan ekonomi kreatif, meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Akhirnya pelaksanaan UU ini berupaya mewujudkan penyelenggaraan negara dan/atau Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan sehingga kita dapat mengetahui alasan kebijakan publik budaya dan pariwisata yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak

Keberadaan PPID Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi / Kabupaten / Kota se Indonesia untuk mewujudkan pelayanan cepat, tepat, dan sederhana PPID membuat dan mengembangkan sistem penyediaan layanan informasi secara cepat, mudah, dan wajar sesuai dengan petunjuk teknis standar layanan Informasi Publik yang berlaku secara nasional. Setiap Disbudpar Provinsi / Kabupaten / Kota wajib mengumumkan Informasi Publik secara berkala. meliputi: a. informasi yang berkaitan dengan Disbudpar ; ; b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Disbudpar terkait ; c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Setiap orang berhak memperoleh Informasi Publik Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sesuai dengan ketentuan Undang-Undang 14/2008. Setiap Orang berhak : a. melihat dan mengetahui Informasi Publik ; b. menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh Informasi Publik; c. mendapatkan salinan Informasi Publik Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif..

Setiap Pemohon Informasi Publik Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berhak mengajukan permintaan Informasi Publik tersebut disertai alasan permintaan tersebut. Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik bidang budaya dan pariwisata wajib disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif wajib mengumumkan secara serta merta suatu informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum.

Dalam sistem demokrasi, keberadaan masyarakat sebagai subyek pembangunan dan pelayanan publik merupakan prasyarat yang tidak terhindarkan. Artinya tingkat pemahaman masyarakat terhadap demokrasi, salah satunya diwujudkan dalam keterlibatan (partisipasi) mereka, mulai dari proses pembuatan (rancangan), penetapan, pelaksanaan hingga evaluasi (monitoring) sebuah aturan.

Semakin tinggi tingkat keterlibatan masyarakat sebagai subyek dari sistem demokrasi, pada akhirnya menunjukkan tingkat kepercayaan sekaligus kepuasan mereka terhadap penyelenggaraan layanan publik yang dilakukan oleh pemerintah. Oleh karena itu, demi menjaga berlangsungnya proses demokratisasi, dibutuhkan pengawasan yang secara langsung menempatkan rakyat sebagai subyek.