Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

21
Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta : Menjadikan Pariwisata yang Berbasiskan Kebudayaan Pertumbuhan Pariwisata Global Saat ini pariwisata merupakan satu dari sektor ekonomi yang paling dinamis di banyak negara. Pariwisata menjadi salah satu pemain utama di dalam perdagangan internasional. Saat ini, volume bisnis dari pariwisata sama atau bahkan melampaui bisnis ekspor minyak, komoditas pangan, maupun industri otomotif. Selain itu, pariwisata adalah sumber pemasukan utama dari beberapa negara yang sedang berkembang. Sebagai salah satu industri terbesar atau salah satu sektor ekonomi yang berkontribusi triliunan dolar per tahun terhadap ekonomi global, pariwisata turut membantu menciptakan pekerjaan dan kemakmuran, meningkatkan nilai ekspor dan pendapatan dari pajak, serta mendorong investasi modal. Dinamika ini menjadikan pariwisata sebagai poros penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Bahkan diperkirakan pariwisata akan dapat menjadi industri terbesar di dunia kedepannya. Tercatat ada 982 juta turis seluruh dunia mengunjungi berbagai belahan dunia pada 2011, atau terdapat kenaikan 4.6% dibandingkan tahun 2010. Kontribusi dari pariwisata internasional mengalami kenaikan 3.8% dari pendapatan ekonomi dunia dan menyentuh 1 triliun US$ untuk pertama kalinya. Pertumbuhan ini tercapai meskipun ada perlambatan pemulihan ekonomi global, perubahan konstelasi politik di Timur Tengah dan Afrika Utara, serta terjadinya bencana alam di beberapa tempat di dunia. Dengan ekspetasi pertumbuhan antara 3% hingga 4% di tahun 2012, pariwisata internasional akan dapat mencapai pencapaian utama : 1 milyar turis akan berpergian lintas internasional dalam setahun. 1 Ada sekitar 260 juta orang dari seluruh dunia yang bekerja dibidang pariwisata, 100 juta dari mereka bekerja secara langsung didalam industri pariwisata ini. Secara global, pekerjaan yang berkaitan langsung dengan industri pariwisata meningkat 8.3% dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010, atau sama dengan menciptakan 7 juta tambahan pekerjaan. Tetapi distribusi dari pertumbuhan pekerjaan tersebut sangat tidak merata. Dua-pertiga dari pertumbuhan seluruh dunia terjadi di Asia, dimana jumlah pekerjaan dibidang industri pariwisata meningkat hampir 5 juta antara tahun 2000 dan 2010. 2 1 World Tourism Organization, 2012, Annual Report 2011, UNWTO, Madrid, hlm. 6 2 World Travel & Tourism Council, 2011, Travel & Tourism 2011, WTTC, London, hlm.9

Transcript of Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

Page 1: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta : Menjadikan Pariwisata yang Berbasiskan Kebudayaan

Pertumbuhan Pariwisata Global

Saat ini pariwisata merupakan satu dari sektor ekonomi yang paling dinamis di banyak negara.

Pariwisata menjadi salah satu pemain utama di dalam perdagangan internasional. Saat ini, volume bisnis

dari pariwisata sama atau bahkan melampaui bisnis ekspor minyak, komoditas pangan, maupun industri

otomotif. Selain itu, pariwisata adalah sumber pemasukan utama dari beberapa negara yang sedang

berkembang. Sebagai salah satu industri terbesar atau salah satu sektor ekonomi yang berkontribusi

triliunan dolar per tahun terhadap ekonomi global, pariwisata turut membantu menciptakan pekerjaan

dan kemakmuran, meningkatkan nilai ekspor dan pendapatan dari pajak, serta mendorong investasi

modal. Dinamika ini menjadikan pariwisata sebagai poros penggerak utama pertumbuhan ekonomi.

Bahkan diperkirakan pariwisata akan dapat menjadi industri terbesar di dunia kedepannya.

Tercatat ada 982 juta turis seluruh dunia mengunjungi berbagai belahan dunia pada 2011, atau

terdapat kenaikan 4.6% dibandingkan tahun 2010. Kontribusi dari pariwisata internasional mengalami

kenaikan 3.8% dari pendapatan ekonomi dunia dan menyentuh 1 triliun US$ untuk pertama kalinya.

Pertumbuhan ini tercapai meskipun ada perlambatan pemulihan ekonomi global, perubahan konstelasi

politik di Timur Tengah dan Afrika Utara, serta terjadinya bencana alam di beberapa tempat di dunia.

Dengan ekspetasi pertumbuhan antara 3% hingga 4% di tahun 2012, pariwisata internasional akan dapat

mencapai pencapaian utama : 1 milyar turis akan berpergian lintas internasional dalam setahun.1

Ada sekitar 260 juta orang dari seluruh dunia yang bekerja dibidang pariwisata, 100 juta dari

mereka bekerja secara langsung didalam industri pariwisata ini. Secara global, pekerjaan yang berkaitan

langsung dengan industri pariwisata meningkat 8.3% dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010, atau

sama dengan menciptakan 7 juta tambahan pekerjaan. Tetapi distribusi dari pertumbuhan pekerjaan

tersebut sangat tidak merata. Dua-pertiga dari pertumbuhan seluruh dunia terjadi di Asia, dimana

jumlah pekerjaan dibidang industri pariwisata meningkat hampir 5 juta antara tahun 2000 dan 2010.2

1 World Tourism Organization, 2012, Annual Report 2011, UNWTO, Madrid, hlm. 6

2 World Travel & Tourism Council, 2011, Travel & Tourism 2011, WTTC, London, hlm.9

Page 2: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

Pariwisata juga merupakan kunci penggerak ekonomi utama di kawasan Asia Pasifik, serta

sebagai pencipta lapangan pekerjaan, promosi investasi dan pembangunan. Oleh karena itu, badan

kerjasama ekonomi Asia Pasifik, APEC, kemudian mendirikan Tourism Working Group (TWG) pada tahun

1991 untuk membantu perkembangan pembangunan ekonomi di kawasan Asia Pasifik, serta

mengenalkan bahwa pariwisata adalah salah satu industri yang tumbuh pesat dan penting bagi

pembangunan ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Kontribusi dari industri pariwisata menyumbang 8.4%

dari total 3.22 trilyun US$ produk domestik bruto (GDP) anggota APEC sepanjang 2011.

APEC Tourism Charter disahkan pada 1st Tourism Ministerial Meeting di Seoul, Korea pada tahun

2000. Piagam ini menentukan empat tujuan dan menyetujui proses realisasi tujuan tersebut dengan

cara membebaskan hambatan-hambatan yang ada, meningkatkan daya saing, membangun kapabilitas,

mempromosikan kebijakan positif untuk pembangunan pariwisata, meminimalkan praktik-praktik yang

mempunyai dampak negatif terhadap citra pariwisata, serta mengidentifikasi pokok permasalahan yang

timbul yang mempengaruhi terhadap pariwisata. Sedangkan empat tujuan tersebut adalah menghapus

rintangan pada bisnis dan investasi dalam bidang pariwisata; Meningkatkan mobilitas turis serta

permintaan barang dan jasa dalam bidang pariwisata di kawasan APEC; Mengatur secara terus menerus

pengaruh dan akibat dari pariwisata; serta meningkatkan pengakuan dan pengertian pariwisata sebagai

alat pembangunan ekonomi dan sosial.3

Pariwisata diidentifikasi sebagai satu dari duabelas prioritas4 yang akan membantu

mempercepat integrasi dari negara-negara ASEAN (ASEAN Economic Community) pada tahun 2015.

ASEAN Economic Community (AEC) dapat menjadi tujuan integrasi ekonomi kawasan pada 2015. AEC

mempertimbangkan beberapa karakteristik penting : pasar tunggal dan berbasis produksi, kawasan

3 The APEC Tourism Charter, endorsed at the 1st Tourism Ministerial Meeting in Korea in 2000

4 Negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) telah menyepakati 12 produk prioritas dalam skema Asean

Economic Community (AEC) 2015. Ke-12 sektor prioritas tersebut meliputi: (1) Produk-produk berbasis pertanian

(agro-based goods); (2) Transportasi udara (air transport); (3) Produk-produk otomotif (automotive products);

(4) e-Asean termasuk peralatan komunikasi dan telekomunikasi (e-Asean including ICT equipment); (5) Barang-

barang elektronik (electronics goods); (6) Perikanan (fisheries); (7) Produk-produk kesehatan (health care

products); (8) Barang berbasis karet (rubberbased goods); (9) Tekstil dan pakaian (textiles and clothing);

(10) Pariwisata (tourism); (11) Produk-produk berbasis kayu (wood-based products); (12) Logistik (logistics).

Page 3: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

ekonomi yang berdaya saing tinggi, pertumbuhan kawasan ekonomi yang adil, dan kawasan yang

sepenuhnya terintegrasi kedalam ekonomi global. Dan sebagai salah satu sektor prioritas integrasi dari

negara-negara ASEAN, pariwisata di kawasan ASEAN tumbuh cukup signifikan. Ini dapat dilihat dari

jumlah kunjungan turis dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 total ada 65 juta kunjungan turis, jumlah

ini meningkat pada tahun 2010 menjadi 73 juta, dan pada tahun 2011 bertambah menjadi 81 juta orang

yang datang mengunjungi kawasan di ASEAN.5

Pariwisata di Indonesia menyumbangkan devisa sebesar 7.6 juta US$ pada tahun 2010 atau

meningkat dari 6.2 juta US$ pada tahun 2009. Jumlah devisa dari sektor pariwisata terus mengalami

pertumbuhan dari setiap tahunnya. Pada tahun 2006 nilainya mencapai 4.4 juta US$, tahun 2007

meningkat menjadi 5.3 juta US$, dan tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 7.3 juta US$. Terhadap

jenis komoditas ekspor lainnya, pada tahun 2010, pariwisata menduduki peringkat empat, sedangkan

peringkat satu sampai tiga berturut-turut ditempati oleh minyak dan gas bumi (28 juta US$), minyak

kelapa sawit (13.4 juta US$), dan karet olahan (9.3 juta US$).6

Pariwisata berperan dalam pembangunan negara pada garis besarnya berintikan tiga segi, yaitu

segi ekonomis (sumber devisa, pajak); segi sosial (penciptaan lapangan kerja), dan segi budaya

(memperkenalkan kebudayaan kita kepada wisatawan). Ketiga segi tersebut tidak saja berlaku bagi

wisatawan-wisatawan mancanegara, tetapi juga untuk wisatawan-wisatawan domestik7. Sebagai

industri, pariwisata mempunyai potensi besar mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi.

Pariwisata sebagai ilmu merupakan kegiatan manah (pikaran dan perasaan) manusia mengenai

berbagai hal atau apa saja, termasuk pariwisata. Suatu gejala yang dipelajari dan dihubung-hubungkan

dengan gejala lain dalam suatu penelitian pariwisata melahirkan hipotesis, penemuan yang kemudian

diterapkan bahwa pariwisata adalah suatu ilmu, yang dalam hal ini dikaitkan dengan perekonomian

suatu masyarakat atau bangsa. Dengan disertai penelitian, data-data statistik, ungkapan, dan penemuan

baru, pariwisata sebagai ilmu tampil kedepan sebagai suatu kehadiran nyata/hidup. Penelitian dilakukan

5 ASEAN Tourism Statistics Database : Tourist arrivals in ASEAN

6 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif : Rangking Devisa Pariwisata

7 James J. Spillane, 1990, Ekonomi Pariwisata : Sejarah dan Prospeknya, Kanisius, Yogyakarta, hlm. 54

Page 4: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

dalam hal-hal tujuan, ruang lingkup, fenomena, efek/akibat, anatomi, dan dampak kehidupan

masyarakat kini dan masa datang. Definisi, ungkapan, dan penemuan baru ditambahkan untuk

memperkaya seperti ilmu-ilmu yang lain yang pada awalnya juga merupakan gejala atau fenomena yang

tumbuh, dikembangkan, dianalisa, dan diterapkan sebagai ilmu.8

Pariwisata dapat mengembangkan dan mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat secara

ekonomis, sosial, dan budaya. Jika pengembangannya tidak dipersiapkan dan dikelola dengan baik justru

akan menimbulkan berbagai permasalahan bahkan merugikan masyarakat. Oleh karena itu,

perkembangan pariwisata supaya berlangsung secara berkelanjutan diperlukan adanya penelitian

pariwisata. Penelitian pariwisata dapat menjadi pendukung pemasaran pariwisata karena dengannya

akan diperoleh berbagai informasi mengenai keadaan, harapan dan preferensi wisatawan untuk

melaksanakan kegiatan wisatanya. Hasil penelitian pariwisata dapat dipakai sebagai referensi para

pembuat keputusan untuk membuat kebijakan tentang pengembangan pariwisata daerah yang sesuai

dengan potensi yang dimiliki, sesuai situasi masyarakat dan selaras dengan kebutuhan masyarakat.9

Terkait berbagai alasan tersebut dan sehubungan dengan diselenggarakannya Lomba Karya Tulis

Pariwisata, maka penulis tertarik artikel yang berjudul : “Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta :

Menjadikan Pariwisata yang Berbasiskan Kebudayaan.”

Pembangunan Pariwisata Indonesia

Bangsa Indonesia telah dikaruniai sumber daya dan modal pembangunan pariwisata untuk

peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, yaitu keadaan alam, flora dan fauna, serta

peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni, dan budaya. Pembangunan pariwisata dikembangkan

dengan pendekatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dan

pembangunan yang berorientasi pada pengembangan wilayah, bertumpu kepada masyarakat, dan

bersifat memberdayakan masyarakat. Pembangunan pariwisata merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan

8 Nyoman S Pendit, 2003, Ilmu Pariwisata : Sebuah Pengantar Perdana, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 4

9 Wardiyanta, 2006, Metode Penelitian Pariwsata, Penerbit Andi, Yogyakarta, hlm. 48-49

Page 5: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang

hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional.

Pembangunan pariwisata memerlukan political will dari pemerintah, baik dari bentuk kebijakan

maupun regulasinya. Oleh karena itu, saat ini sudah ada berbagai peraturan yang berkaitan langsung

dengan bidang pariwisata, yaitu : Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang

menggantikan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990; Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025; maupun berbagai macam

peraturan menteri. Selain itu terdapat juga Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal yang mengatur penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing khususnya dalam

bidang pariwisata.

Dalam penyelenggaraannya, pemerintah menugaskan kepada Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif untuk mengurusi urusan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Dalam

melaksanakan tugasnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mempunyai beberapa fungsi,

yaitu : Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;

Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian; Pengawasan

atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian; Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas

pelaksanaan urusan Kementerian; dan Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.10

Dalam rangka mengoptimalkan akselerasi pembangunan pariwisata guna mengupayakan

kesejahteraan masyarakat, membuka lapangan kerja, memberantas kemiskinan dan memeratakan

pembangunan; Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif diberikan instruksi untuk : Menyiapkan

informasi yang lengkap di bidang pariwisata; Meningkatkan kerjasama dengan daerah dan kerjasama

internasional dalam rangka menunjang promosi pariwisata Indonesia; Mendorong pengembangan

destinasi pariwisata unggulan; serta Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kelestarian

peninggalan budaya dan daya tarik wisata.11

10

Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM. 07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 11

Instruksi Presiden No. 16 Tahun 2005 tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata

Page 6: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

Pembangunan pariwisata Indonesia meliputi : industri pariwisata, destinasi pariwisata,

pemasaran, dan kelembagaan kepariwisataan12. Adapun tujuan dari pembangunan pariwisata adalah :

mewujudkan industri pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian nasional; meningkatkan

kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata; mengkomunikasikan destinasi pariwisata Indonesia dengan

menggunakan media pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung jawab; serta mengembangkan

kelembagaaan kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan pembangunan

destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, dan industri pariwisata secara profesional, efektif dan

efisien.13

Dalam UU Kepariwisataan pengertian dari industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata

yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan

wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Usaha di bidang pariwisata meliputi, antara lain : usaha

daya tarik wisata; usaha kawasan pariwisata; usaha jasa transportasi wisata; usaha jasa perjalanan

wisata; usaha jasa makanan dan minuman; usaha penyediaan akomodasi; usaha penyelenggaraan

kegiatan hiburan dan rekreasi; usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan

pameran; usaha jasa informasi pariwisata; usaha jasa konsultan pariwisata; serta usaha jasa

pramuwisata.

Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 dijelaskan bahwa pembangunan

industri pariwisata meliputi : Penguatan struktur (fungsi, hierarki, dan hubungan) industri pariwisata;

Peningkatan daya saing produk pariwisata yang meliputi daya tarik wisata, daya saing fasilitas

pariwisata, dan daya saing aksesibilitas; Pengembangan kemitraan usaha pariwisata yang diwujudkan

dalam bentuk skema kerja sama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat;

Penciptaan kredibilitas bisnis dengan menerapkan standardisasi dan sertifikasi usaha pariwisata; serta

Pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya dengan mendorong

tumbuhnya ekonomi hijau.

12

Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan 13

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun

2010 – 2025

Page 7: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

Pembangunan destinasi pariwisata merupakan upaya terpadu dan sistematik seluruh komponen

destinasi pariwisata dalam rangka menciptakan, meningkatkan kualitas produk dan pelayanan

pariwisata serta kemudahan pergerakan wisatawan di destinasi pariwisata. Maksud dengan

pembangunan destinasi pariwisata, antara lain pemberdayaan masyarakat, pembangunan daya tarik

wisata, pembangunan prasarana, penyediaan fasilitas umum, serta pembangunan fasilitas pariwisata

secara terpadu dan berkesinambungan. Pembangunan destinasi pariwisata meliputi : Perwilayahan

pembangunan destinasi pariwisata; Pembangunan daya tarik wisata; Pembangunan aksesibilitas

pariwisata; Pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata; Pemberdayaan

masyarakat melalui pariwisata; serta Pengembangan investasi di bidang pariwisata.

Termasuk di dalam pembangunan pariwisata adalah pembangunan pemasaran pariwisata.

Upaya ini memerlukan upaya terpadu, sistematik dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh

pemangku kepentingan dalam rangka menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk

wisata, serta pemasaran yang bertanggung jawab dalam membangun citra Indonesia sebagai destinasi

pariwisata yang berdaya saing. Pembangunan pemasaran pariwisata nasional meliputi : pengembangan

pasar wisatawan, pengembangan citra pariwisata, pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata, dan

pengembangan promosi pariwisata.

Arah kebijakan pengembangan pasar wisatawan diwujudkan melalui pemantapan segmen pasar

wisatawan massal dan pengembangan segmen ceruk pasar untuk mengoptimalkan pengembangan

destinasi pariwisata dan dinamika pasar global. Arah kebijakan pengembangan citra pariwisata meliputi :

peningkatan dan pemantapan citra pariwisata Indonesia secara berkelanjutan baik citra pariwisata

nasional maupun citra pariwisata destinasi; serta peningkatan citra pariwisata Indonesia sebagai

destinasi pariwisata yang aman, nyaman, dan berdaya saing.

Pembangunan pariwisata juga termasuk dalam hal pembangunan kelembagaan kepariwisataan,

yaitu upaya terpadu dan sistematik dalam rangka pengembangan organisasi kepariwisataan,

pengembangan sumber daya manusia pariwisata untuk mendukung dan meningkatkan kualitas

pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan pariwisata di destinasi pariwisata. Upaya pembangunan

Page 8: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

kelembagaan kepariwisataan meliputi : penguatan organisasi kepariwisataan, pembangunan sumber

daya manusia pariwisata, dan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.

Pembangunan pariwisata dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor pendukung maupun

faktor penghambat, antara lain : pertumbuhan ekonomi global; kemudahan akomodasi, transportasi,

dan informasi; serta faktor keamanan. Pertumbuhan ekonomi membawa dampak bagi tingkat

kunjungan turis ke suatu negara. Akan tetapi resesi ekonomi sebenarnya hanya berpengaruh kecil

karena pariwisata global tetap mengalami pertumbuhan meskipun ada pelambatan. Faktor yang lebih

mempengaruhi pertumbuhan pariwisata adalah faktor keamanan. Adanya isu terorisme, ketidakstabilan

kondisi politik, konflik di suatu daerah, serta terjadinya bencana alam lebih memberikan pengaruh

penurunan signifikan angka kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Pesona Pariwisata Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendapat berbagai predikat sebagai Kota Perjuangan, Kota

Budaya, Kota Pendidikan, maupun Kota Wisata. Sebagai kota perjuangan, Yogyakarta berperan dan

memberikan sumbangsih yang besar dalam mempertahankan, mengisi, dan menjaga keutuhan Negara

Indonesia. Yogyakarta identik sebagai kota budaya karena merupakan pusat kebudayaan yang

mempunyai akar kuat pada tradisi dan kebudayaan Jawa. Yogyakarta dikenal juga sebagai kota

pendidikan karena banyak berdiri perguruan tinggi negeri maupun swasta, baik yang berbentuk

universitas, institut, sekolah tinggi, ataupun akademi.

Sebagai kota wisata, Yogyakarta memiliki destinasi wisata yang sangat banyak dan beragam.

Keelokan alam dan pesona keragaman budaya yang dimiliki memikat siapapun, baik wisatawan

mancanegara maupun wisatawan nusantara, untuk mengunjunginya. Dari keindahan alamnya, cita rasa

kulinernya, maupun keunikan seni budayanya. Beberapa destinasi wisata yang ada bahkan sudah sangat

mendunia bagi para wisatawan mancanegara. Potensi yang ada ini dapat digunakan sebagai modal

utama pembangunan.

Keraton Yogyakarta sebelum zaman Indonesia merdeka merupakan kerajaan yang menjalankan

pemerintahannya secara efektif-definitif dan otonom, maka sejak Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Page 9: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

menyatakan diri berdiri di belakang Republik Indonesia, Keraton Yogyakarta beralih fungsi menjadi pusat

kebudayaan, pusat kegiatan dan pengembangan kebudayaan tradisi yang adiluhung. Saat ini Keraton

Yogyakarta sering menyelenggarakan bermacam upacara tradisional, seperti Sekaten, Grebeg, Siraman

Pusaka Keraton, maupun Siraman Kereta Kencana.

Sekaten, yaitu merupakan upacara adat yang dilaksanakan setiap Bulan Maulud penanggalan

Jawa untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Grebeg merupakan upacara adat yang

diadakan sebagai kewajiban sultan untuk menyebarkan dan melindungi agama Islam. Grebeg di Keraton

Yogyakarta diadakan sebanyak 3 (tiga) kali dalam setahun, yaitu Grebeg Maulud, Grebeg Syawal yang

diadakan setiap Idul Fitri, dan Grebeg Besar yang diadakan setiap Idul Adha. Ada juga upacara tumplak

wajik adalah upacara pembuatan wajik (makanan khas yang terbuat dari beras ketan dengan gula

kelapa) untuk mengawali pembuatan pareden yang digunakan dalam upacara Grebeg.

Selain Keraton Yogyakarta, terdapat juga bangunan lain yang berkaitan dengan Kasultanan

Yogyakarta. Pura Pakualaman merupakan istana kadipaten yang terletak di sebelah timur Keraton

Yogyakarta. Seperti halnya Keraton Yogyakarta, Pura Pakualaman berfungsi juga sebagai pusat

kebudayaan dengan sering diselenggarakan pentas seni budaya tradisional maupun upacara tradisional

Jawa. Taman Sari yang menyisakan jejak kejayaan Keraton Yogyakarta, dahulunya adalah tempat Sultan

dan para selirnya bersantai merupakan obyek wisata yang menarik. Bentuknya menyerupai taman air

dan dihiasi dengan beberapa tanaman yang berbunga. Tugu Jogja merupakan tetenger (landmark) yang

paling terkenal di Yogyakarta yang kira-kira telah berumur sekitar 3 abad. Banyak wisatawan pada

malam hari menyempatkan mengabadikan keindahan ikon Kota Yogyakarta ini. Makam Imogiri adalah

makam raja-raja beserta kerabat Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Sesuai dengan

namanya, Imogiri, makam ini terletak di puncak bukit dengan ketinggian 345 anak tangga batu.

Selain bangunan cagar budaya yang berkaitan dengan Kasultanan Yogyakarta, terdapat juga

beberapa bangunan candi baik candi agama Hindu maupun candi agama Budha. Candi Prambanan

terdiri dari tiga candi utama yang berketinggian 47 meter dan dikelilingi oleh candi kecil yang disebut

perwara. Candi ini merupakan salah satu peninggalan candi Hindu terbesar. Candi Keraton Ratu Boko

terletak 3km arah selatan dari Candi Prambanan. Kompleks bangunan candi ini terdiri gapura, sebuah

Page 10: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

candi pembakaran, paseban (balai), pendapa, dan kompleks pemandian keputren. Candi Sambisari ini

ditemukan pada tahun 1966. Berdasarkan penelitian geologis dari batu dan tanah, ditemukan bahwa 6

meter candi itu terkubur karena material erupsi Gunung Merapi.

Yogyakarta juga memiliki berbagai obyek-obyek wisata alam. Gunung Merapi merupakan salah

satu gunung berapi paling aktif di dunia. Gunung Merapi yang baru saja meletus pada akhir tahun 2010

menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk menyaksikan sisa bekas erupsi. Kaliurang merupakan

daerah tujuan wisata dengan pemandangan indah dan udara segar yang terletak di lereng Gunung

Merapi. Gunung purba Nglanggeran yang berada di Desa Nglanggeran, Patuk, Gunung Kidul merupakan

gunung api purba yang aktif pada 70 juta tahun silam dengan menawarkan keunikan bentang alam yang

tersusun dari material vulkanik tua.

Goa Pindul yang berada di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul merupakan obyek wisata

yang menawarkan penelusuran goa sepanjang 300 meter dengan menggunakan alat pelampung. Goa

Cerme yang terletak di Srirenggo, Imogiri, Bantul; mempunyai panjang 1.200 meter yang didalamnya

terdapat stalagtit dan stalagmit yang indah, serta aliran air yang jernih dan dingin. Goa Kalisuci yang

terletak di Dusun Jetis, Pacarejo, Gunung Kidul merupakan tempat yang cocok sebagai wisata minat

khusus dengan menawarkan kegiatan cavetubing, yakni kegiatan yang memadukan rafting (olahraga

arus deras) dengan caving (olahraga susur goa).

Yogyakarta juga menawarkan keindahan wisata pantainya. Terdapat beberapa pantai di

kawasan Yogyakarta selatan. Pantai Parangtritis merupakan salah satu pantai yang menjadi tujuan

wisata utama di Yogyakarta terkenal dengan sebutan Pantai Selatan. Selain pesona keindahan alamnya,

ada mitos tentang Ratu Pantai Selatan yang menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa wisatawan.

Selain itu ada fenomena alam gumuk pasir yang langka. Sebagai bentuk endapan pasir berbukit-bukit

yang mencapai ketinggian 20mpl dan di dunia hanya dapat ditemukan di dua negara, yaitu Meksiko dan

Indonesia.

Pantai Baron terletak sekitar 60km dari Yogyakarta. Pantai Baron merupakan muara sungai

bawah tanah di Kabupaten Gunung Kidul. Pantai Kukup hanya berjarak 1km dari Pantai Baron dan dapat

dicapai melalui jalan setapak. Pantai Kukup memiliki karang ridge yang indah dan beranekaragam ikan

Page 11: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

hias. Pantai Krakal yang memiliki bentangan pasir putih dengan pemandangan alam yang indah. Pantai

Sundak yang memiliki panorama yang indah berjarak 3km dari Pantai Kukup serta terkenal sebagai

tempat berkemah dan kegiatan offroad. Pantai Sadeng sekaligus pelabuhan perikanan satu-satunya

yang ada di Yogyakarta saat ini, terletak sekitar 46km dari Kota Wonosari. Di kawasan Pantai Sadeng

terdapat Telaga Suling yang konon diyakini sebagai muara Sungai Bengawan Solo purba. Pantai Siung

terletak di Desa Purwodadi, Tepus. Disini terdapat beberapa bukit kapur (karsts) yang sering digunakan

untuk kegiatan panjat tebing bertaraf internasional. Pantai Wediombo merupakan pantai yan masih

relatif alami. Terletak di Desa Jepitu, Girisubo, Gunung Kidul. Pantai ini dikelilingi oleh bukit-bukit kapur

yang menjadikan pemandangan yang memikat. Dari Pantai Wediombo ke barat ada sebuah pulau kecil

yang dihuni oleh ribuan kalong.

Agrowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang obyek wisata utamanya adalah lanskap

pertanian, maka dapat dikatakan bahwa agrowisata merupakan wisata yang memanfaatkan obyek-

obyek pertanian. Agrowisata juga merupakan kegiatan wisata yang terintegrasi dengan keseluruhan

sistem pertanian dan pemanfaatan obyek-obyek pertanian sebagai obyek wisata, seperti teknologi

pertanian maupun komoditi pertania. Yogyakarta mempunyai agrowisata perkebunan buah naga yang

berada di perbatasan Pantai Glagah. Agrowisata Salak Pondoh yang terletak di Desa Bangunkerto, Turi,

sekitar 25km dari Yogyakarta. Perkebunan pantas untuk dikunjungi karena kita bisa mengetahui

bagaimana penanaman dan pengolahan salak Pondoh sekaligus berbelanja buah salak Pondoh untuk

oleh-oleh. Ada juga Perkebunan Plasma Nutfah Pisang yang merupakan sebuah kebun berbagai jenis

tanaman pisang yang terdapat di seluruh Indonesia maupun luar negeri. Perkebunan seluas lebih dari

2.5 hektar ini merupakan tempat pendidikan dan penelitian dari tanaman pisang. Perkebunan ini

terletak 8km sebelah selatan Yogyakarta. Tempat ini memberikan pemandangan yang hijau dan suasana

yang menyejukkan.

Yogyakarta juga memiliki potensi wisata kulinernya. Keanekaragaman makanan khas Yogyakarta

menjadikan Yogyakarta menjadi destinasi favorit bagi pencinta wisata kuliner. Gudeg, yaitu adalah

masakan khas Yogyakarta yang terbuat dari nangka muda (ada juga yang terbuat dari manggar) yang

dimasak dengan santan dan warna coklat biasanya dihasilkan dari daun jati yang dimasak bersamaan.

Page 12: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

Brongkos menjadi salah satu warisan masakan leluhur yang masih terjaga dan menjadi salah satu jenis

kuliner yang sangat familier. Brongkos terbuat dari tahu dan kacang tolo dengan perpaduan kuah santan

kental dan kaldu daging segar. Bakmi Jawa di Yogyakarta berbeda dan memiliki kekhasan tersendiri,

Selain rasanya yang gurih, bakmi Jawa biasanya di masak dengan menggunakan anglo, sejenis tungku

dari tanah liat dengan bahan baku arang. Mangut Lele, sesuai namanya menawarkan masakan olahan

dari ikan lele. Tidak seperti masakan lele biasa, lele sebelum dimasak bersama kuah santan gurih dan

pedas seperti kuah gulai, lele terlebih dahulu dibakar diatas tungku, sehingga dagingnya matang saat

pembakaran.

Selain itu, Yogyakarta terkenal dengan aneka penganan (jajan pasar) yang khas, enak, tetapi

murah. Aneka jajan pasar ini mudah ditemukan di berbagai pasar-pasar tradisional. Lupis, jajan pasar

khas Yogyakarta berbahan ketan bertabur parutan kelapa dan siraman kuah gula merah. Klepon ini

termasuk jajanan tradisional yang sampai sekarang masih eksis. Terbuat dari tepung ketan yang

dibentuk bola-bola kecil, berisi irisan gula merah, dan bertabur kelapa parut. Jadah tempe, jajanan khas

daerah Kaliurang berupa perpaduan jadah dari ketan yang gurih dan tempe bacem yang manis.

Yogyakarta juga memiliki beragam oleh-oleh khas. Mulai dari Bakpia Patok, yaitu kue kering berbentuk

bundar agak pipih, bagian luarnya mudah remuk yang terbuat dari terigu dengan isi kacang hijau. Pusat

oleh-oleh Bakpia Patok banyak ditemukan di daerah Patok, Ngampilan, Yogyakarta (sebelah barat

Malioboro). Kue Yangko merupakan sejenis makanan ringan khas Kotagede dengan tekstur kenyal. Kripik

belut yang dijual di sekitaran Pasar Godean, Sleman disajikan secara crispy cocok dijadikan sebagai

camilan. Rempeyek Tumpuk yang berada di daerah Bantul merupakan salah satu oleh-oleh khas

Yogyakarta yang menjadi favorit wisatawan.

Sebagai pusat industri kerajinan, Yogyakarta banyak terdapat industri skala rumah tangga

maupun industri menengah yang memproduksi barang-barang seni dan kerajinan tangan. Kawasan

industri perak Kotagede merupakan pusat kerajinan perak sangat terkenal dan sudah menjadi komoditi

ekspor. Desa Wisata Manding terletak di Dusun Manding, Desa Sabdodadi, Kecamatan Bantul,

merupakan sentra pembuatan kerajinan dari kulit dengan beraneka produk seperti sepatu, tas, jaket,

dompet, dan lain-lain. Desa Wisata Kasongan terletak di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan terkenal

Page 13: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

dengan produksi kerajinan keramik dan aneka produk gerabah lainnya. Desa Wisata Bobung di

Kabupaten Gunung Kidul, sebagian besar masyarakatnya merupakan pengrajin batik kayu. Selain dapat

melihat proses pembuatan batik kayu, wisatawan juga dapat menikmati udara segar dari bukit desa

dengan kehidupan masyarakatnya. Barang-barang seni dan kerajinan tangan tersebut seringkali dibeli

wisatawan sebagai cinderamata ketika berkunjung ke Yogyakarta.

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya

Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Bila hendak membeli batik, Pasar Beringharjo adalah tempat

terbaik karena menyediakan koleksi batiknya lengkap. Mulai batik kain maupun sudah jadi pakaian,

bahan katun hingga sutra, dari harga puluhan ribu sampai ratusan ribu tersedia. Selain itu ada Desa

wisata Karangtengah, Kecamatan Imogiri, yang menawarkan produk batik dengan pewarnaan alami

yang berasal dari daun indigovera, akar pace, buah talok, dan pewarna alami lainnya yang menghasilkan

warna lebih natural serta ramah lingkungan. Di Kecamatan Imogiri ini juga terdapat Museum Lingkungan

Batik Joglo Cipto Wening yang memiliki 300-an koleksi batik tulis. Selain menambah wawasan dan

pengetahuan tentang batik tulis, wisatawan dapat membeli batik tulis disini sebagai buah tangan.

Yogyakarta, Kota Pariwisata Bebasis Budaya

Visi pembangunan Kota Yogyakarta adalah dengan menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota

pendidikan berkualitas, pariwisata berbasis budaya dan pusat pelayanan jasa, yang berwawasan

lingkungan. Hal ini dijabarkan dengan sasaran pembangunan Kota Yogyakarta, yaitu dalam bidang

pendidikan, dengan menjadikan Yogyakarta sebagai kota pendidikan berkualitas dengan dukungan

sumber daya manusia. Dalam bidang pelayanan jasa dengan menjadikan Yogyakarta sebagai kota

pelayanan jasa dengan dukungan peran serta masyarakat. Serta dalam bidang pariwisata dengan

menjadikan Yogyakarta sebagai kota pariwisata berbasis budaya dengan keragaman obyek, atraksi, dan

daya tarik wisata.

Tujuan pembangunan pariwisata Kota Yogyakarta adalah menjadikan kegiatan pariwisata di

Kota Yogyakarta dikembangkan dengan dasar dan berpusat pada budaya Jawa yang selaras dengan

sejarah dan budaya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, kearifan lokal dan nilai-nilai luhur budaya

Page 14: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

bangsa; mengembangkan dan meningkatkan fasilitasi proses paduan atau akulturasi budaya Jawa

dengan budaya nusantara dan asing; serta mewujudkan pariwisata berbasis budaya yang kreatif dan

inovatif sebagai sektor unggulan dan prioritas pembangunan daerah. Hal ini sejalan dengan tematik

pembangunan pariwisata Kota Yogyakarta adalah terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai kota pariwisata

berbasis budaya dengan keragaman atraksi dan daya tarik wisata.

Pariwisata berbasis budaya mengandung makna : Pengembangan pariwisata disesuaikan dengan

potensi yang ada dan berpusat pada budaya Jawa yang selaras dengan sejarah dan budaya Kraton

Ngayogyakarta Hadiningrat; Penyempurnaan dan peningkatan jaringan kerjasama wisata dengan

berbagai pihak dan daerah lain; Menciptakan terobosan baru yang tetap berlandaskan pada wisata

budaya, wisata bangunan bersejarah, wisata pendidikan dan wisata belanja dengan tetap

mempertahankan dan mengembangan norma-norma religius/agama di dalam kehidupan masyarakat.14

Pariwisata berbasis budaya adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas

serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah yang

berupa hasil olah cipta, rasa dan karsa manusia sebagai makhluk budaya, baik yang bersifat berwujud

(tangible) maupun tidak berwujud (intangible).15

Mengutip dari pidato Sri Sultan Hamengku Buwono X yang menyatakan : “Kebudayaan

mengandung dua daya sekaligus, daya preservative yang mempertahankan agar budaya itu lestari dan

daya progresif yang mendorongnya untuk maju. Timbul tenggelamnya kebudayaan dipengaruhi oleh

yang terjadi dalam “dialog” antarbudaya, yaitu seberapa besar budaya lokal memiliki ketahanan budaya

(cultural resilience). Tangguh rapuhnya ketahanan budaya lokal dilatari oleh menurunnya kesadaran

masyarakat pendukungnya sebagai pengukuh jatidiri. Semakin rendah derajat ketahanan budaya lokal,

semakin kuat pula penetrasi budaya asing terhadapnya”.16

14

Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta : Tematik Pembangunan Kota Yogyakarta 15

Peraturan Daerah Provinsi DIY No.1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2025 16

Sri Sultan Hamengku Buwono X, 2011, Ajaran Sang Amurwabumi : Sumber Acuan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Bangsa dalam PIdato Penganugerahan Gelar Doctor Honoris Causa di Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Page 15: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

Definisi mengenai kebudayaan lainnya menurut diuraikan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam

pidato sambutan pemberian gelar Doctor Honoris Causa di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada

tahun 1956 yang mengemukakan definisi kebudayaan, yaitu : “Kebudayaan berarti buah budi manusia

adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat, yakni alam dan zaman atau kodrat

dan masyarakat untuk mengatasi berbagai rintangan dalam kehidupannya, guna mencapai keselamatan

dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai”.17

Undang-Undang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta pun menyebutkan : kebudayaan

diselenggarakan untuk memelihara dan mengembangkan hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang berupa

nilai-nilai, pengetahuan, norma, adat istiadat, benda, seni, dan tradisi luhur yang mengakar dalam

masyarakat Yogyakarta18. Semua hal tersebut membuktikan bahwa kebudayaan, budaya Jawa yang

meliputi kepercayaan, seni, adat istiadat, maupun kebiasaan-kebiasaan yang ada, masih ada dalam

kehidupan keseharian masyarakatnya. Oleh karena itu, tepat kiranya pengembangan dan pembinaan

kebudayaan berbasis kepribadian budaya bangsa sebagai penyangga utama kepariwisataan di Kota

Yogyakarta.

Aspek kedua dari pembangunan pariwisata Kota Yogyakarta adalah adanya keragaman atraksi

dan daya tarik wisata. Hal ini mengandung makna bahwa pengembangan pariwisata di Kota Yogyakarta

yang didasarkan pada budaya perlu didukung dengan keragaman atraksi dan daya tarik wisata. Selain itu

perlu upaya pengembangan seluruh aspek kepariwisataan dan peningkatan kegiatan pariwisata yang

dilaksanakan dengan menciptakan inovasi-inovasi yang tetap berlandaskan pada wisata budaya, wisata

bangunan bersejarah, wisata pendidikan, wisata konvensi, wisata minat khusus, dan wisata belanja.19

Peraturan Daerah Provinsi DIY No.1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2025 menyebutkan arah

kebijakan dan strategi pembangunan meliputi : perwilayahan destinasi pariwisata daerah;

pembangunan daya tarik wisata; pembangunan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata; pembangunan

17

Machmoed Effendhie, 1999, Sejarah Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, hlm.3 18

Undang-Undang No.13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta 19

Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta : Tematik Pembangunan Kota Yogyakarta

Page 16: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

aksesibilitas dan/atau transportasi; pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan; dan

pembangunan investasi di bidang pariwisata.

Upaya penciptaan keragaman atraksi dan daya tarik wisata yang berbasis budaya dapat

dilakukan melalui pengembangan keragaman produk-produk wisata dan pengemasan produk wisata

dengan melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai positif budaya Jawa. Pengembangan keragaman

produk wisata dapat dilakukan, antara lain dengan :

� Pengembangan wisata pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran (Meeting,

Incentive, Convention, and Exhibition / MICE);

Upaya intensifikasi penyelenggaraan wisata pertemuan, perjalanan insentif, konferensi

dan pameran (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition / MICE) dapat lebih spesifik untuk

komunitas profesi tertentu, upaya lain adalah dengan ikut serta dalam bidding tuan rumah acara

MICE berskala nasional. Yogyakarta yang relatif bersih dan lalu lintas yang tidak terlalu

semrawut, sebenarnya layak untuk mengembangkan wisata MICE sebagai salah satu fokus

utamanya (core tourism products).

Beberapa hal harus dibenahi untuk mendukung pengembangan wisata MICE adalah

perbaikan fasilitas utama dan penunjang, peningkatan standard dan kualitas hotel sebagai

sarana MICE, serta membuat standarisasi dengan merumuskan, menetapkan, menerapkan dan

merevisi standar yang dilaksanakan secara tertib.

� Pengembangan seni pertunjukan;

Pengembangan karya seni pertunjukan melalui berbagai karya seperti teater, operet,

ketoprak, drama musikal, maupun seni pertunjukan modern lainnya; dapat menjadi salah satu

penggerak perekonomian kreatif. Perkembangan seni pertunjukan sendiri cukup berkembang

pesat dan masyarakat umum mulai dapat mengapresiasi dan menikmatinya. Yogyakarta sebagai

kota budaya memiliki banyak komunitas-komunitas seni yang secara khusus bergerak dalam

bidang seni pertunjukan. Kondisi ini dapat dijadikan peluang untuk menciptakan keragaman

atraksi dan daya tarik wisata yang berbasis budaya.

Page 17: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

Tentu saja hal ini membutuhkan berbagai dukungan untuk pengembangannya. Satu

yang esensial adalah gedung pertunjukan yang baik dan nyaman. Saat ini Yogyakarta belum

memiliki gedung pertunjukan yang representatif. Kedepan Yogyakarta memerlukan adanya

sebuah gedung pertunjukan modern bahkan fasilitas berstandar internasional dengan didukung

efek visual dan audio sistem yang modern. Hal lain yang dibutuhkan adalah manajemen

kesenian yang baik dan juga pengembangan pertunjukan seni dan budaya lokal secara berkala

baik seni pertunjukan tradisional maupun modern.

� Pengembangan daya tarik wisata museum yang berbasis budaya dan sejarah;

Pengembangan ini dapat dilakukan melalui inovasi manajemen daya tarik wisata

museum dengan pengembangan tema dan even khusus (soft attraction) yang menjadi kekuatan

utama penggerak kunjungan; pengembangan teknologi audio visual yang atraktif dan inovatif

dalam rangka modernisasi museum; peningkatan kualitas dan kapasitas museum untuk

meningkatkan kualitas kegiatan Kepariwisataan berbasis museum; serta fasilitasi wisata

pendidikan berbasis museum.

� Pengembangan festival budaya (culture festival);

Keraton Yogyakarta sebagai warisan budaya bangsa yang mempunyai nilai adiluhung

dapat dikelola sebagai suatu keragaman atraksi dan daya tarik wisata yang berbasis budaya.

Peringatan penobatan raja (jumenengan) setiap tahunnya dapat dikemas sebagai suatu festival

budaya seperti mengadakan pawai kereta kencana keraton, bahkan mengajak keraton lain di

Indonesia untuk ikut berpartisipasi.

Terkenal sebagai kota dengan masyarakatnya yang cukup apresiatif dan kreatif dalam

berkesenian, Yogyakarta seharusnya bisa memanfaatkan potensi tersebut dengan mengadakan

berbagai “event” atau festival budaya, seperti festival musik baik musik tradisional maupun

festival musik internasional, festival film, maupun festival kesenian lainnya.

Maraknya hobi fotografi bagi masyarakat urban saat ini dapat dimanfaatkan untuk

menarik daya tarik wisata Yogyakarta dengan mengadakan kompetisi fotografi yang bertaraf

nasional setiap tahunnya dengan tema wisata dan budaya Yogyakarta. Upaya ini secara langsung

Page 18: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

maupun tidak langsung dapat mengenalkan keragaman budaya dan daya tarik wisata, sekaligus

menarik minat wisatawan (para penghobi fotografer amatir maupun profesional) untuk

menjelajahi berbagai sudut Yogyakarta.

Banyak ikon kuliner di Yogyakarta, sehingga Yogyakarta terkenal sebagai salah satu kota

wisata kuliner di Indonesia. Dengan penyelenggaraan semacam festival kuliner dapat lebih

mengenalkan kuliner khas dari Yogyakarta dan dapat digunakan sebagai strategi

mempromosikan daya tarik wisata di Yogyakarta.

Pembangunan keragaman produk wisata memiliki ketergantungan dari wisatawan itu sendiri.

Apa yang diinginkan dan diminati seorang wisatawan yang satu mungkin tidak diinginkan oleh

wisatawan lainnya. Hal ini dalam perkembangannya muncul adanya motivasi-motivasi yang lebih spesifik

dari wisatawan di dalam melakukan perjalanan wisata. Motivasi dan tujuan yang spesifik ini kemudian

membuka pintu untuk berkembangnya pariwisata minat khusus (special interest tourism), yang sering

disebut sebagai new tourism.

Pariwisata Minat Khusus (Special Interest Tourism)

Kelompok Minat Khusus

(Special Interest Group) Aktivitas (Activity)

Active adventure Caving, Parachute jumping, Trekking, Off-road adventure,

Mountain climbing;

Nature and wildlife Birdwatching, Ecotourism, Geology, National Parks,

Rainforest;

History/culture Agriculture, Art/architecture, Art festivals, Film/film history,

Winery tours;

Spiritual Biblical tours, Church tours, Pilgrimage/mythology,

Religion/spirituality, Yoga and spiritual tours;

Sports Basketball, Car racing, Olympic Games, Soccer;

Hobby Antique, Brewer/beer festivals, Craft tours, Gambling,

Videography tours;

Romance Honeymoon, Island vacation, Nightlife, Singles tours,

Spa/hot springs;

Page 19: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

Affinity Artists’ workshops, Gay tours, Lesbian tours, Seniors tours,

Tours for handicapped;

Soft adventure Backpacking, Bicycle touring, Canoing/kayaking,

Scuba diving/snorklling, Walking tours;

Family Amusement parks, Camping, Shopping trips, Whalewatching,

Gourmet/gastronomy;

� Sumber : Richardson and Fluker (2004:71) dikutip oleh I Gde Pitana, Sosiologi Pariwisata, hlm. 70

Yogyakarta perlu kiranya untuk mereformulasi strategi positioning pariwisatanya dan pasar

sasaran (target market) dengan pendekatan Yogyakarta, kota pariwisata bebasis budaya. Dengan

berbagai potensi besarnya, Yogyakarta dapat memposisikan atau memfokuskan pada wisata budaya

(cultural tourism)20, Festivals and Events, wisata pendidikan (educational tourism), maupun wisata

pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran (meeting, incentive, convention, and exhibition

tourism).

Sedangkan pengembangan pengemasan produk wisata dapat diupayakan dengan kebijakan :

Penguatan citra produk dengan menciptakan keunikan produk wisata melalui penggunaan unsur

kekhasan lokal; Peningkatan kualitas pengemasan produk wisata. Seperti pengemasan produk wisata

secara modern. Sebagai contoh mengadakan kolaborasi dengan seniman luar negeri; serta Peningkatan

inovasi dan kreativitas pemaketan dan pengemasan atraksi dan daya tarik wisata.

Pengembangan pariwisata Yogyakarta juga melingkupi pembangunan pemasaran pariwisata

yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik nusantara

maupun wisatawan mancanegara. Adapun arah kebijakan pemasaran pariwisata daerah Yogyakarta

dilaksanakan melalui : Pemetaan, analisis peluang pasar dan perintisan pemasaran ke pasar potensial;

Pemantapan segmen pasar wisatawan massal dan pengembangan segmen ceruk pasar dalam

mengoptimalkan pengembangan destinasi pariwisata dan dinamika pasar global; Pemantapan segmen

pasar wisatawan massal; Pengembangan dan pemantapan citra daerah sebagai destinasi pariwisata;

Pengembangan citra kepariwisataan daerah sebagai destinasi pariwisata yang aman, nyaman dan

20

Budaya termasuk situs warisan dunia UNESCO, tradisi lokal, suku etnik / suku minoritas, pariwisata berbasis

komunitas.

Page 20: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

berdaya saing; Peningkatan peran media komunikasi pemasaran dalam memasarkan dan

mempromosikan wisata; Pengembangan kemitraan pemasaran yang terpadu, sinergis,

berkesinambungan dan berkelanjutan; Pendukungan kebijakan promosi penggerak wisatawan; dan

Pengembangan Badan Promosi Pariwisata Daerah.21

Pengembangan strategi pemasaran pariwisata Yogyakarta dapat melalui dua jalur, yaitu Above

the Line (ATL) dan Below the Line (BTL). Above The Line (ATL) yaitu pemasaran dan promosi yang

dilakukan dengan menggunakan media, baik cetak maupun elektronik seperti pemasangan iklan,

pemuatan artikel di majalah atau surat kabar, maupun iklan di televisi. Sedangkan Below The Line (BTL)

yaitu pemasaran dan promosi dalam bentuk penyelenggaraan event yang ditujukan langsung terhadap

segmen pasar yang disasar. Harapannya adalah untuk lebih mendekatkan diri kepada pasar, misalnya:

sponsorship, pameran, penyelenggaraan event/festival, lomba, show performance, public relations,

pameran dagang, pasar wisata.

Pengembangan strategi pemasaran dengan menciptakan pencitraan pariwisata Yogyakarta

(tourism branding) yaitu Yogyakarta, Kota Pariwisata Bebasis Budaya. Pengembangan brand image

diharapkan dapat menampilkan diferensiasi produk wisata yang ada. Strategi lainnya adalah melalui

diplomasi budaya, yaitu dengan penggunaan figur publik sebagai duta pariwisata Yogyakarta. Duta

pariwisata ini dapat merupakan seorang tokoh, artis, penyanyi, atau seniman yang namanya cukup

terkenal secara nasional sekaligus paham akan akar budaya Jawa.

Pengembangan strategi pemasaran saat ini juga harus memberikan perhatian kepada media

online (e-marketing). Penyebaran informasi melalui internet berkembang jauh lebih pesat dibandingkan

media offline. Website pariwisata Yogyakarta harus dikemas secara menarik, komunikatif, dan

informative bagi siapapun yang mengaksesnya. Content yang tersedia (e-Magazine, e-brochure, e-

tourism guide) harus dapat diakses dengan mudah, bahkan perlu adanya suatu video dokumenter

tentang pesona pariwisata Yogyakarta. Pemanfaatan social media harus dimanfaatkan semaksimal

mungkin dan sekreatif mungkin.

21

Peraturan Daerah Provinsi DIY No.1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2025

Page 21: Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta Menjadikan Pariwisata Yang Berbasiskan Kebudayaan

Pengembangan strategi pemasaran dapat juga melalui benchmarking, yaitu upaya fokus

eksternal mengenai kegiatan internal sehingga dapat mengadakan perubahan menuju perbaikan secara

berkesinambungan. Tujuan utama benchmarking adalah mengenali kebiasaan terbaik. Benchmarking

menciptakan quantum leap dalam efektifitas kerja dengan merumuskan kembali tujuan perusahaan dan

mencari ide baru dan kreatif untuk mencapai hal itu.22

Terakhir, semua kebijakan pembangunan pariwisata yang ada adalah simbol pengayom

kehidupan masyarakat dan tetap sebagai ciri keistimewaan DIY yang bermuara pada kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat. Hal ini menjadikan pembangunan pariwisata Yogyakarta yang berbasiskan budaya.

22

Kathleen HJ Leibfied, Benchmarking : Rahasia Sukses Bisnis Abad Ini, Taramedia, Jakarta