Paper SKP Kebijakan Moneter Draft Jurnal

9
P KEBIJAKAN MONETER Seminar Keuangan Publik Kelompok Melody Kelas VIII-A BPKP Aditya Nugraha / 01 / 134060018253 Daeng Achmad Ardiansyah / 08 / 134060018267 I Made Suandi Putra / 14 / 134060018278 Yulia Pramita Rahman / 29 / 134060018302 Yustina Ronny Puspita I. H. / 30 / 134060018304

description

kebijakan moneter

Transcript of Paper SKP Kebijakan Moneter Draft Jurnal

Page 1: Paper SKP Kebijakan Moneter Draft Jurnal

P

Seminar Keuangan Publik

Kelompok Melody Kelas VIII-A BPKP

Aditya Nugraha / 01 / 134060018253Daeng Achmad Ardiansyah / 08 / 134060018267I Made Suandi Putra / 14 / 134060018278Yulia Pramita Rahman / 29 / 134060018302Yustina Ronny Puspita I. H. / 30 / 134060018304

Page 2: Paper SKP Kebijakan Moneter Draft Jurnal

A. Pengertian Kebijakan MoneterKebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah menyangkut perilaku bank sentral dalam penawaran uang dan pengaturan uang yang beredar pada suatu negara. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga serta pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) juga tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.

B. Jenis-Jenis Kebijakan Moneter1. Kebijakan Moneter Ekspansif

(Monetary Expansive Policy)Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat). Kebijakan ini diterapkan pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan moneter ekspansif ini disebut juga sebagai kebijakan moneter longgar (easy monetary policy). Penerapan kebijakan ini seperti:a. Politik diskonto (penurunan

tingkat suku bunga).b. Politik pasar terbuka (pembelian

surat-surat berharga, misalnya saham dan obligasi).

c. Politik cash ratio (penurunan cadangan kas).

d. Politik kredit selektif (pemberian kredit longgar).

2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Kontractive Policy)Kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan yang dilakukan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Kebijakan moneter kontraktif disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).  Kebijakan ini dapat diterapkan berupa :a. Politik diskonto (peningkatan

suku bunga).b. Politik pasar terbuka (penjualan

surat berharga).c. Politik cash ratio (peningkatan

cadangan kas).d. Politik kredit selektif (pengetatan

pemberian kredit).

C. Kerangka Umum Kebijakan MoneterKerangka yang umum dipergunakan dalam membahas kebijakan moneter meliputi target, indikator, dan instrumen kebijakan moneter. Target akhir (ultimate target) adalah variabel-variabel yang ingin dicapai oleh otoritas moneter (bank sentral). Indikator (intermediate target) adalah variabel-variabel yang ingin dikontrol oleh bank sentral agar sasaran akhir dapat dicapai. Sedangkan instrumen adalah seperangkat variabel yang dimiliki dan sepenuhnya dapat digunakan oleh bank sentral untuk mengontrol indikator sedemikian rupa sehingga target yang ditetapkan dapat dicapai. Hubungan ketiganya digambarkan sebagai berikut:

D. Instrumen Kebijakan MoneterInstrumen kebijakan moneter, sesuai dengan istilahnya, adalah seperangkat variabel yang dimiliki dan sepenuhnya dapat digunakan oleh bank sentral untuk mengontrol indikator sedemikian rupa

sehingga target yang ditetapkan dapat dicapai.Untuk dapat mengontrol indikator, baik tingkat suku bunga maupun uang beredar, bank sentral perlu melakukan intervensi dengan menggunakan instrumen-instrumen yang dimiliki. Secara umum,

Instrumen Sasaran operasional

Sasaran antara

Sasaran Akhir

- Operasi pasar terbuka

- Cadangan wajib minimum

- Fasilitas doskonto- imbauan

- Uang primer (M0)

- Reserve bank

- Besaran moneter (M1, M2, kredit)

- Suku bunga

- Stabilitas harga- Pertumbuhan

ekonomi- Kesempatan kerja

Page 3: Paper SKP Kebijakan Moneter Draft Jurnal

instrumen yang biasa digunakan dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni instrumen langsung dan instrumen tidak langsung.1. Instrumen langsung

Disebut sebagai instrumen langsung karena otoritas moneter dapat secara langsung menggunakan instrumen tersebut ketika dibutuhkan. Berikut ini merupakan instrument langsung yang dapat digunakan oleh bank sentral.a. Penetapan suku bunga

Penetapan suku bunga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan bank sentral dalam rangka kebijakan moneter. Teknisnya, bank sentral menetapkan tingkat suku bunga, baik suku bunga simpanan maupun suku bunga pinjaman. Dengan penetapan tingkat suku bunga ini, bank sentral dapat melakukan ekspansi dan kontraksi moneter sesuai kebutuhan. Akan tetapi, dengan makin mengglobalnya perekonomian dunia, penetapan suku bunga makin hari makin tidak efektif.

b. Pagu kreditSelain menetapkan suku bunga, bank sentral juga dapat menjaga likuiditas di pasar dengan menetapkan besaran maksimum kredit perbankan yang dapat disalurkan, yang lazim disebut sebagai pagu kredit (credit ceilings). Berapa maksimum bank menyalurkan kreditnya diatur oleh otoritas moneter. Dengan pembatasan kredit ini, jumlah uang beredar dapat dikendalikan. Pagu kredit inilah yang dinaik turunkan sesuai kebutuhan.

c. Rasio likuiditasKadang untuk keperluan tertentu bank sentral dapat mewajibkan bank-bank untuk, selain memelihara cadangan tertentu, juga memelihara surat berharga tertentu atau valuta asing tertentu dengan proporsi yang ditetapkan. Biasanya langkah ini dilakukan untuk membiayai anggaran pemerintah melalui surat berharga. Dengan rasio likuiditas tersebut secara otomatis bank-bank wajib menyimpan surat berharga sebagai cadangan.

d. Kredit langsung

Pada era prakrisis kita mengenal apa yang disebut dengan kredit likuiditas di mana Bank Indonesia memberikan kredit untuk keperluan prioritas tertentu. Misalnya terkait dengan program atau proyek tertentu yang tengah digalakkan oleh pemerintah. Kredit langsung ini merupakan salah satu bentuk instrumen langsung yang dapat dikendalikan bank sentral. Namun, kini instrumen langsung ini tidak lagi digunakan karena dianggap tidak efektif dan sangat mahal.

e. Kuota penjualan kembali surat berhargaBank sentral dapat menetapkan kuota untuk penjualan kembali surat berharga yang belum jatuh tempo. Biasanya ditransaksikan dengan tingkat bunga di bawah tingkat bunga pasar uang antar bank. Sebenarnya, instrumen langsung ini tidak ubahnya pemberian kredit oleh bank sentral secara langsung, hanya saja dijamin dengan surat berharga pasar uang. Kuota biasanya diberikan sebagai insentif kepada sektor tertentu.

2. Instrumen tidak langsungDisebut instrumen tidak langsung karena instrumen ini tidak secara langsung memengaruhi uang beredar.Akan tetapi, melalui instrumen inilah, pada akhirnya jumlah uang beredar dapat dikendalikan. Berikut adalah contoh instrument tidak langsung yang biasanya digunakan oleh bank sentral:a. Cadangan wajib minimun

Cadangan wajib minimum atau reserve requirement adalah ketentuan bank sentral yang mewajibkan bank-bank untuk memelihara sejumlah alat-alat likuid (reserve) sebesar persentase tertentu dari kewajiban lancarnya. Semakin kecil persentase tersebut semakin besar kemampuan bank memanfaatkan reserve-nya untuk memberikan pinjaman dalam jumlah yang lebih besar. Sebaliknya semakin besar persentase semakin berkurang kemampuan bank untuk memberikan pinjaman.

Page 4: Paper SKP Kebijakan Moneter Draft Jurnal

Cadangan ini bisa dijaga dalam bentuk kas atau dalam bentuk rekening giro di bank sentral. Biasanya cadangan dibedakan dalam dua bentuk, yakni cadangan primer dan cadangan sekunder.

b. Fasilitas diskontoFasilitas diskonto atau discount rate policy adalah kebijakan moneter dalam memengaruhi jumlah uang beredar melalui pengaturan suku bunga pemberian kredit bank sentral kepada bank-bank. Apabila bank sentral menetapkan tingkat diskonto lebih tinggi, bank-bank akan mengurangi permintaan kredit dari bank sentral sehingga mengurangi kemampuan bank-bank memberikan pinjaman sehingga jumlah uang beredar menurun. Sebaliknya, apabila bank sentral menetapkan diskonto lebih rendah bank-bank akan meningkatkan permintaan kredit ke bank sentral untuk disalurkan lebih lanjut berupa pemberian pinjaman, sehingga jumlah uang beredar meningkat.

c. Operasi pasar terbukaOperasi Pasar Terbuka (OPT) merupakan instrumen yang paling banyak digunakan oleh otoritas moneter dalam melaksanakan kebijakan moneter mengingat instrumen ini lebih berorientasi pasar, keterlibatan peserta tidak mengikat, arah kebijakannya mudah ditangkap pekan pasar, dan tidak membebankan pajak pada bank.Operasi pasar terbuka adalah kegiatan bank sentral melakukan jual beli surat-surat berharga jangka pendek dalam rangka mengatur jumIah uang beredar atau suku bunga jangka pendek. Apabila bank sentral bermaksud mengurangi jumlah uang beredar, bank sentral akan menjual surat-surat berharga kepada bank-bank agar reserve bank-bank berkurang sehingga kemampuan bank-bank memberikan pinjaman menurun. Tindakan ini disebut kontraksi moneter.Sebaliknya, untuk menambah jumlah uang beredar biasanya disebut ekspansi moneter, bank

sentral akan membeli surat-surat berharga untuk meningkatkan kemampuan bank-bank memberikan pinjaman sehingga jumlah uang beredar meningkat. Pembelian atau penjualan surat-surat berharga tersebut dapat pula dilakukan oleh bank sentral dari/kepada masyarakat agar langsung dapat menambah/mengurangi jumlah uang beredar. Sama halnya dengan reserve requirement, kontraksi moneter sebagai akibat operasi pasar terbuka akan meningkatkan suku bunga, dan sebaliknya ekspansi moneter akan menurunkan suku bunga.

d. Fasilitas simpanan bank sentralSimpanan bank sentral merupakan simpanan bank-bank pada bank sentral untuk jangka waktu yang sangat pendek. Simpanan ini bersifat sangat pendek, misaInya satu hari, untuk menampung kelebihan likuiditas pada hari itu. Atas simpanan itu, bank menerima bunga yang biasanya di bawah tingkat bunga pasar. Bank Indonesia telah menggunakan fasilitas ini sejak krisis tahun 1997/98, yang dinamakan Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBI).

e. Intervensi valuta asingIntervensi valuta asing memiliki pola hampir sama dengan operasi pasar terbuka. Bank sentral melakukan jual beli valuta asing dengan mata uang sendiri. Cara ini ditempuh untuk memengaruhi jumlah uang beredar. Dalam praktiknya, intervensi valuta asing ini banyak dilakukan untuk upaya stabilisasi atau smoothing pergerakan nilai tukar mata uang sendiri. Dalam sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate system), intervensi jual valuta asing dimaksudkan untuk memperkuat mata uang sendiri, sementara intervensi beli valuta asing adalah untuk mengurangi kecenderungan menguatnya mata uang sendiri.

f. Fasilitas overdraftBank sentral juga dapat memberikan pinjaman jangka pendek kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas

Page 5: Paper SKP Kebijakan Moneter Draft Jurnal

jangka sangat pendek dalam bentuk fasilitas overdraft. Kesulitan likuiditas jangka pendek terjadi karena pada saat kliring bank akan terjadi "menang" atau "kalah". Menang berarti kewajibannya lebih kecil daripada tagihannya kepada bank-bank, sedangkan kalah berarti kewajibannya lebih besar daripada tagihannya. Dalam kondisi kalah, bank harus menyediakan likuiditas untuk menutupi kewajibannya itu. Dalam kondisi inilah bank dapat meminjam melalui fasilitas overdraft. Pinjaman ini memiliki tingkat bunga di atas bunga pasar.

g. Simpanan sektor pemerintahSimpanan sektor pemerintah dapat menjadi instrumen tidak langsung yang kerap digunakan di banyak negara. Simpanan sektor pemerintah dapat dipindahkan, misalnya dari bank umum ke bank sentral atau sebaliknya. Langkah itu secara tidak langsung akan berdampak kepada uang beredar. Ketika uang beredar terlalu banyak, akan dilakukan realokasi simpanan pemerintah dari bank umum ke bank sentral. Demikian sebaliknya.Apabila terjadi kondisi uang beredar yang sangat kurang, simpanan pemerintah dari bank sentral dapat direalokasi ke bank umum atau bank pelaksana.

h. Lelang kreditDalam kondisi pasar keuangan belum berkembang dan suku bunga patokan antar bank belum terbentuk, bank sentral memerlukan instrumen sementara untuk mengubah sistem pemberian kredit langsung ke alokasi pasar. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah melakukan lelang kredit.

i. Moral suasionMoral suasion atau imbauan juga dapat menjadi instrumen tidak langsung dalam kebijakan moneter. Bank sentral atau otoritas moneter memberi imbauan kepada perbankan untuk melakukan langkah tertentu yang dibutuhkan. Namun, efektivitas imbauan ini sangat tergantung pada kredibilitas bank sentral.

E. Tujuan Kebijakan Monetera. Menjaga kestabilan ekonomi, artinya

pertumbuhan arus barang dan jasa seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.

b. Menjaga kestabilan harga, artinya harga suatu barang merupakan hasil interaksi antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia di pasar

c. Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (medium of exchange) dalam perekonomian.

d. Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas perekonomian dan stabilitas tingkat harga.

e. Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan pada berbagai sektor ekonomi.

f. Membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat terealisasi melalui sumber penerimaan yang normal.

g. Meningkatkan kesempatan kerja. Pada saat perekonomian stabil, pengusaha akan mengadakan investasi untuk menambah jumlah barang dan jasa sehingga adanya investasi akan membuka lapangan kerja baru sehingga memperluas kesempatan kerja masyarakat.

h. Memperbaiki neraca perdagangan kerja masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk ke dalam negeri atau sebaliknya.

F. Kebijakan Moneter di IndonesiaProses pembahasan dan perumusan kebijakan moneter di Indonesia dilakukan secara berjenjang di tingkat direktorat di Bank Indonesia, dan dilanjutkan pada pembahasan dalam forum Komite Evaluasi Kebijakan Moneter yang melibatkan satuan kerja di sektor moneter dan perbankan di Bank Indonesia. Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga (target suku bunga). Stance kebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate). Dalam tataran operasional, BI Rate tercermin dari suku bunga pasar uang jangka pendek yang merupakan sasaran operasional kebijakan moneter.Sejak 9 Juni 2008, BI menggunakan suku bunga Pasar Uang

Page 6: Paper SKP Kebijakan Moneter Draft Jurnal

Antara Bank (PUAB) overnight (o/n) sebagai sasaran operasional kebijakan moneter.Agar pergerakan suku bunga PUAB o/n tidak terlalu melebar dari anchor-nya (BI Rate), Bank Indonesia selalu berusaha untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan secara seimbang sehingga terbentuk suku bunga yang wajar dan stabil melalui pelaksanaan operasi moneter (OM).Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Standing Facilities. Operasi Pasar Terbuka yang selanjutnya disebut OPT merupakan kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia dalam rangka mengurangi (smoothing) volatilitas suku bunga PUAB o/n.  Sementara instrumen Standing Facilities merupakan penyediaan dana rupiah (lending facility) dari Bank Indonesia kepada Bank dan penempatan dana rupiah  (deposit facility) oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka membentuk koridor suku bunga di PUAB o/n. OPT dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia, sementara Standing Facilities dilakukan atas inisiatif bank.

Untuk menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil, Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI Rate sebagai instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian inflasi.  Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag).Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi.