Paper Skabieskjjj

13
RSU Dr. PIRNGADI MEDAN PENDAHULUAN Pengetahuan dasar tentang penyakit ini di letakan oleh VON HERBA, Bapak dermatologi modern.Penyebabnya di temukan pertama kali oleh Benomo pada tahun 1687, kemudian oleh MELLANBAY dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selama perang dunia II. Meski sekarang sudah sangat jarang dan sulit ditemukan laporan terbaru tentang kasus skabies diberbagai media di Indonesia (terlepas dari faktor penyebabnya), namun tak dapat dipungkiri bahwa penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang 1 KEPANITERAAN KLINIK SENIOR EKA - UNBRAH ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

description

vgghmkk

Transcript of Paper Skabieskjjj

STATUS ORANG SAKIT

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

PENDAHULUAN

Pengetahuan dasar tentang penyakit ini di letakan oleh VON HERBA, Bapak dermatologi modern.Penyebabnya di temukan pertama kali oleh Benomo pada tahun 1687, kemudian oleh MELLANBAY dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selama perang dunia II.

Meski sekarang sudah sangat jarang dan sulit ditemukan laporan terbaru tentang kasus skabies diberbagai media di Indonesia (terlepas dari faktor penyebabnya), namun tak dapat dipungkiri bahwa penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat. (Kenneth, F,1995).

Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas selurauh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6 % - 12,95 % dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan 5,77 % dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6 % dan 3,9 % (Sungkar,S, 1995)DEFINISI

Skabies (the itch,gudik,budukan,gatal ogogo ) asalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi terhadap Sarcoptes scebei var.hominis dan produk nya.

Faktor penunjang penyakit ini antara lain social ekonomi rendah,hygiene,buruk,sering berganti pasangan seksual,kesalahan diagnosis,dan perkembangan demografis serta ekologik.

Cara penularan

Kontak langsung ( kulit dengan kulit ) misalnya berjabat tangan,tidur bersama, dan hubungan seksual.

Kontak tak langsung ( melalui benda ), misalnya pakaian,handuk,sprei,bantal, dll.

Penularan biasanya oleh Sarcoptes Scabeibetina yang sudah di buahi atau bentuk larva.Dikenal pula Sarcoptes scabei ar.animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia,terutama yang memiliki binatang peliharaan seperti anjing. (kapita selekta )ETIOLOGI

Sarcoptes scabei termasuk fium artropoda,kelas arachnida,ordo ackarima,super fsmili sarcoptes.Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var.hominis.Slain terdapat S.scabei yang lain misalnya pada kambing dan babi.

Secara morfologik merupakan tungau kecil berbentuk oval,punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.Tungau ini transulen,berwarna putih kotor EPIDEMIOLOGI

Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. (Sungkar, S, 1995).

Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual). (Haandoko, R, 2001).

PATOGENESIS

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies,tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan.Gatal yang terjdi di sebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,vesikel,urtika,dan lain-lain.Dengan garukan dapat timbul erosi,ekskoriasi,kusta dan unfeksi sekunder.)kukkel UI)

MANIFESTASI KLINIS

Ada 4 tanda cardinal :

1. Pruritus nocturnal : artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktifitas tungau ini labih tinggi dari pada suhu yang lebih lembab dan panas 2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok,misalnya dalam sebuah keluarga,biasanya seluruh anggota keluarga yang terkena infeksi.Di kenal dengan hiposensitisasi ,yang seluruh anggota keluarganya terkena.Walaupun mengalami infestasi tungau,tetapi tidak memberiksn gejala.Penderita ini bersifat sebagai pembawa ( cariarr ).

3. Adanya trowongan ( Kunikulus ) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan,berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok,rata-rata panjang 1 pada ujung trowongan itu di temukan papul atau vesikel.Jika timbul infeksi skunder ruam kulit nya menjadi polimorf.Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis,yaitu : sela-sela jari tangan,pergelangan tangan bagian volar,siku bagian luar,lipat ketiak bagian depan,areola mamae (wanita ),umbilicus,bokong,genetalia eksterna (pria),dan perut bagian bawah.Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling di diagnostik.Dapat ditemukan satu atau lebih hidup stadium hidup tungau ini.

DIAGNOSIS BANDING

Ada pendapat yang mengatakan penyakit scabies ini merupakan the great imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding ialah : Prurigo, Pedikulosis korporis, Dermatitis, dan lain-lain. (2)DIAGNOSIS SEMENTARA : SkabiesPENGOBATAN Syarat obat yang ideal ialah :

1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau

2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik

3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian

4. Mudah diperoleh dan harganya murah.

Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita yang hiposensitisasi).

1. Kwell, Scabene, Lindane atau gama benzen heksaklorida (GBH) merupakan terapi standar. Krim, lotio ini sebaiknya dipakaikan ke pasien dan orang yang mempunyai kontak erat (anggota rumah tangga) dari leher sampai jari kaki. Pasien tak boleh mencuci tangannya setelah pemakaian obat. Biasanya dipakai pada waktu malam, jangan mandi sebelum pemakaiannya. Obat ini dibiarkan 8 12 jam lalu dicuci. Walau tak perlu, terdapat sejumlah rekomendasi pemakaian kedua dalam 1 minggu. Setelah itu dianjurkan mengganti handuk, baju dan semua kain di rumah. Cukup pencucian baju dengan cara biasa. Tak perlu tindakan khusus pada perabotan rumah tangga.

2. Perlu diperhatikan status pasien. Wanita hamil dan anak yang berusia kurang dari 1 tahun terbaik diobati dengan terapi lain. Juga jika ada eksim yang luas, maka GBH sebaiknya sementara waktu dihindarkan dan digunakan steroid topikal beberapa hari. Perlu hati-hati dalam penggunaan steroid yang berlebihan karena ia bisa menyebabkan eksaserbasi skabies. Pasien tak perlu bolos dari pekerjaan atau sekolah karena penyakit ini. Kurang dari 10 % pasien akan mengalami dermatitis posskabetik setelah terapi. Cukup aman mengobati ini dengan steroid topical.

3. Pengganti GBH berupa krotamiton dipakai di waktu malam dan diulang malam berikutnya sampai total 48 jam sebelum dicuci. Sama sekali tidak adekuat sebagai bentuk terapi skabies dan juga untuk pruritus.

4. Kasus yang menjadi problema. Bagi yang sangat muda atau wanita hamil, direkomendasikan sulfur presipitatus 3 6%. Dipakai di waktu malam bagi 3 5 aplikasi dan dicuci di waktu pagi. Ini merupakan terapi yang baik tetapi pasien harus diterangkan tentang bau dan pewarnaan kuning yang menyertai penggunaannya. Selama pengobatan ini sebaiknya memakai piyama tua. Tak dilaporkan toksisitas yang menyertai penggunaannya.

5. Benzil benzoat jarang digunakan lagi. Ia bisa dicampurkan ke lotio 20 25% dan dipakai dalam cairan yang sama seperti sulfur.

6. Tiabendazol topical 10%, cukup dua seri terapi.

7. Pada kebanyakan pasien, sebaiknya diberikan antipruritus selama beberapa malam pertama. Cukup adekuat hidroksizin atau difenhidramin di waktu malam.

8. Lesi skabies noduler menetap 6 bulan, walaupun pengobatan berhasil bisa dicoba steroid intralesi dan topical tetapi jarang efektif. Paling baik dibiarkan saja.(1,2)PROGNOSIS

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hygiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.(2)PENCEGAHAN: -Jangan di garuk

-Jaga kebersihan tubuh dan lingkunganDAFTAR RUJUKAN

1. Landow R. Kenneth. Kapita Selekta Terapi Dermatologik. EGC. Jakarta. 1994; 63-652. Kuswadji, Kandidosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi III. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 1999; 119-122

3. Siregar RS. Atlas Bewarna Saripati Penyakit Kulit. Wijaya C, Anugerah P. Editor. EGC. Jakarta. 1992;954. Scabies. Available From URL : http://www.emedicine.com5. Facts About Scabies. Available From URL : http://www.emedical com.au

6. Scabies. Available From URL. http:www.healthlink.mcw.edu/article/955152083.html

KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur kepada Tuhan YME, penulis telah selesai menyusun makalah ini guna melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU.Dr.Pirngadi Medan dengan judul SKABIESPada kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada pembimbing, Dr. Zulilham,Sp.KK atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Neurologi RSU.Dr.Pirngadi Medan serta dalam penyusunan makalah ini.

Bahwasanya hasil usaha penyusunan makalah ini tidak lepas dari masih banyaknya kekurangan, tidaklah mengherankan karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan, guna perbaikan penyusunan makalah di kemudian harinya.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan Ilmu Neurologi dalam klinik dan masyarakat.

Medan, Januari 2010 Penulis

DAFTAR ISI

1. Kata Pengantari

2. Daftar Isiii

3. Pendahuluan1

4. Definisi2

5. Etiologi3

6. Patogenesis4

7. Patofisiologi5

8. Manifestasi Klinis.7

9. Gejala & Komplikasi .10

10. Diagnosis11

11. Penatalaksanaan.12

12. Pencegahan..14

13. Daftar pustaka..16

PAGE 4KEPANITERAAN KLINIK SENIOR EKA - UNBRAHILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN