Paper Sedimen Urin

26
BAB I PENDAHULUAN Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum. Pemeriksaan urin terbagi menjadi dua jenis yaitu pemeriksaan kimiawi dan pemeriksaan sedimen. Sebagaimana namanya dalam pemeriksaan kimia yang diperiksa adalah pH urin/ keasaman, berat jenis, nitrit, protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen,dll. Jenis zat kimia yang diperiksa merupakan penanda keadaan dari organ-organ tubuh yang hendak didiagnosa. Seperti penyakit “kuning” yang disebabkan oleh bilirubin darah yang tinggi biasanya menghasilkan urin yang mengandung kadar bilirubin diatas normal. Begitu pula zat kimia lainnya yang dihubungkan dengan keadaan organ tubuh yang berbeda. Dalam pemeriksaan sedimen yang diperiksa adalah zat sisa metabolisme yang berupa kristal, granula termasuk juga bakteri. Dengan pemeriksaan sedimen maka keberadaan suatu benda normal ataupun tidak normal yang terdapat dalam urin kita akan dapat menunjukkan keadaan organ tubuh. Dalam urin yang ditemukan jumlah eritrosit jauh diatas angka normal bisa menunjukkan terjadinya perdarahan di saluran kemih bagian bawah. Begitu juga dengan ditemukannya kristal-kristal abnormal dapat diprediksi jika Pemeriksaan Sedimen Urine | 1

Transcript of Paper Sedimen Urin

Page 1: Paper Sedimen Urin

BAB I

PENDAHULUAN

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis

infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal,

memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi),

dan skrining terhadap status kesehatan umum.

Pemeriksaan urin terbagi menjadi dua jenis yaitu pemeriksaan kimiawi dan pemeriksaan

sedimen. Sebagaimana namanya dalam pemeriksaan kimia yang diperiksa adalah pH urin/

keasaman, berat jenis, nitrit, protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen,dll. Jenis zat kimia yang

diperiksa merupakan penanda keadaan dari organ-organ tubuh yang hendak didiagnosa. Seperti

penyakit “kuning” yang disebabkan oleh bilirubin darah yang tinggi biasanya menghasilkan urin

yang mengandung kadar bilirubin diatas normal. Begitu pula zat kimia lainnya yang

dihubungkan dengan keadaan organ tubuh yang berbeda.

Dalam pemeriksaan sedimen yang diperiksa adalah zat sisa metabolisme yang berupa

kristal, granula termasuk juga bakteri. Dengan pemeriksaan sedimen maka keberadaan suatu

benda normal ataupun tidak normal yang terdapat dalam urin kita akan dapat menunjukkan

keadaan organ tubuh. Dalam urin yang ditemukan jumlah eritrosit jauh diatas angka normal bisa

menunjukkan terjadinya perdarahan di saluran kemih bagian bawah. Begitu juga dengan

ditemukannya kristal-kristal abnormal dapat diprediksi jika seseorang beresiko terkena batu

ginjal, karena kristal-kristal dalam urin merupakan pemicu utama terjadinya endapan kristal

dalam saluran kemih terutama ginjal yang jika dibiarkan berlanjut akan membentuk batu ginjal.

Penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya

penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan

pengawet formalin.

Pemeriksaan Sedimen Urine | 1

Page 2: Paper Sedimen Urin

BAB II

ISI

Pemeriksaan mikroskopis dari sedimen urin merupakan bagian integral dari urinalisis.

Prinsip pemeriksaan sedimen urine adalah sejumlah sampel urine disentrifugasi dengan

kecepatan rendah, lalu endapan (sedimen) yang terbentuk diperiksa dengan mikroskop. Adapun

prosedur dalam pemeriksaan sedimen urin adalah sebagai berikut :

a. Dituangkan ± 8 mL sampel urine ke dalam sebuah tabung sentrifuge.

b. Dipusingkan pada kecepatan rendah (1500 rpm) selama 5 menit.

c. Bagian supernatannya dibuang.

d. Sedimen yang tersisa dihomogenkan dengan cara dikocok.

e. Objek glass ditetesi 1 tetes sedimen urine, lalu ditutup dengan cover glass.

f. Preparat tersebut diamati dengan mikroskop.

Pada pemeriksaan sedimen urin, sampel urin harus dihomogenkan terlebih dahulu sebelum

dituang ke tabung centrifuge, tujuannya agar unsur-unsur yang mengendap menjadi homogen

kembali. Sampel urin dimasukkan ke dalam tabung centrifuge sebanyak 2/3 tabung (tidak sampai

penuh) adalah untuk menghindari tumpahnya urin saat proses sentrifugasi (Zaman, et.al., 2010).

Sampel urin disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit. Jika proses

sentrifugasi terlalu cepat dan waktunya terlalu lama maka dapat merusak bentukan-bentukan

tertentu yang terkandung dalam urin, sebaliknya jika kecepatan centrifuge terlalu lambat dan

dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan tidak semua analit dapat mengendap menjadi

sedimen. Hal tersebut harus dihindari agar tidak diperoleh hasil pemeriksaan yang negatif palsu

(Zaman, et.al., 2010).

Setelah urin melalui proses sentrifugasi, maka terbentuk 2 lapisan, yaitu sedimen urin dan

supernatant. Lapisan supernatant dibuang karena pada bagian ini tidak terdapat kristal-kristal,

leukosit, eritrosit, bakteri, maupun jamur karena unsur-unsur tersebut telah mengendap di dasar

tabung. Jika lapisan supernatant tidak dibuang, kemungkinan menyebabkan kesalahan hasil

pemeriksaan (negatif palsu) karena pemipetan yang tidak mencapai bagian sedimen (Zaman,

et.al., 2010).

Selanjutnya pada pemipetan sedimen yang telah dibuang supernatannya, sedimen

dihomogenkan agar unsur-unsur pada sedimen menyebar rata (tidak bertumpuk-tumpuk)

Pemeriksaan Sedimen Urine | 2

Page 3: Paper Sedimen Urin

sehingga lebih memudahkan proses pengamatan bentukan-bentukan yang ada pada mikroskopis

urin (Zaman, et.al., 2010).

Endapan pertama kali diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran rendah

menggunakan lensa obyektif 10X, disebut lapang pandang kecil (LPK) atau low power field

(LPF) untuk mengidentifikasi benda-benda besar seperti silinder dan kristal. Selanjutnya,

pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan tinggi menggunakan lensa obyektif 40X, disebut lapang

pandang besar (LPB) atau high power field (HPF) untuk mengidentifikasi sel (eritrosit, lekosit,

epitel), ragi, bakteri, Trichomonas, filamen lendir, sel sperma. Jika identifikasi silinder atau

kristal belum jelas, pengamatan dengan lapang pandang kuat juga dapat dilakukan (Zaman, et.al.,

2010).

Karena jumlah elemen yang ditemukan dalam setiap bidang dapat berbeda dari satu bidang

ke bidang lainnya, beberapa bidang dirata-rata. Berbagai jenis sel yang biasanya digambarkan

sebagai jumlah tiap jenis ditemukan per rata-rata lapang pandang kuat. Jumlah silinder biasanya

dilaporkan sebagai jumlah tiap jenis yang ditemukan per lapang pandang lemah. Lazimnya unsur

sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal

dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel,eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan,

sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan

seperti urat amorf dan kristal. Beberapa bentuk yang mungkin ditemukan:

1. Eritrosit

Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih. Secara

teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit, namun dalam urine normal dapat

ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam urin

karena: kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal, batu

saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi saluran kemih

atas dan bawah, nefrotoksin, dll (Aprilia, 2010).

Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil, shadow atau

ghost cells dengan mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan berat jenis 1,010-1,020,

eritrosit berbentuk cakram normal. Eritrosit tampak bengkak dan hampir tidak berwarna pada

urin yang encer, tampak mengkerut (crenated) pada urine yang pekat, dan tampak mengecil

sekali dalam urine yang alkali. Selain itu, kadang-kadang eritrosit tampak seperti ragi

(Aprilia, 2010).

Pemeriksaan Sedimen Urine | 3

Page 4: Paper Sedimen Urin

Eritrosit dismorfik tampak pada ukuran yang heterogen, hipokromik, terdistorsi dan

sering tampak gumpalan-gumpalan kecil tidak beraturan tersebar di membran sel. Eritrosit

dismorfik memiliki bentuk aneh akibat terdistorsi saat melalui struktur glomerulus yang

abnormal. Adanya eritrosit dismorfik dalam urin menunjukkan penyakit glomerular seperti

glomerulonefritis (Aprilia, 2010).

Eritrosit normal eritrosit dismorfik

2. Leukosit

Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 – 2 kali eritrosit.

Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil (polymorphonuclear, PMN). Lekosit dapat

berasal dari bagian manapun dari saluran kemih (Aprilia, 2010).

Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal. Peningkatan jumlah

lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran

kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut.

Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya infeksi

atau inflamasi (Aprilia, 2010).

Pemeriksaan Sedimen Urine | 4

Page 5: Paper Sedimen Urin

3. Sel Epitel

Sel Epitel Tubulus

Sel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval, lebih besar dari leukosit,

mengandung inti bulat atau oval besar, bergranula dan biasanya terbawa ke urin dalam

jumlah kecil. Namun, pada sindrom nefrotik dan dalam kondisi yang mengarah ke

degenerasi saluran kemih, jumlahnya bisa meningkat. Jumlah sel tubulus ≥ 13 / LPK atau

penemuan fragmen sel tubulus dapat menunjukkan adanya penyakit ginjal yang aktif atau

luka pada tubulus, seperti pada nefritis, nekrosis tubuler akut, infeksi virus pada ginjal,

penolakan transplnatasi ginjal, keracunan salisilat (Fogazzi, et.al. 2008).

Oval fat bodies

Sel epitel tubulus dapat terisi oleh banyak tetesan lemak yang berada dalam lumen

tubulus (lipoprotein yang menembus glomerulus), sel-sel seperti ini disebut oval fat

bodies / renal tubular fat / renal tubular fat bodies. Oval fat bodiesmenunjukkan adanya

disfungsi disfungsi glomerulus dengan kebocoran plasma ke dalam urin dan kematian sel

epitel tubulus. Selain sel epitel tubulus, oval fat bodies juga dapat berupa makrofag atau

hisiosit (Fogazzi, et.al. 2008).

Pemeriksaan Sedimen Urine | 5

Page 6: Paper Sedimen Urin

Sel epitel transisional

Sel epitel ini berbentuk bulat atau oval, gelendong dan sering mempunyai tonjolan.

Besar kecilnya ukuran sel epitel transisional tergantung dari bagian saluran kemih yang

mana dia berasal (Fogazzi, et.al. 2008).

Sel epitel skuamosa

Sel epitel skuamosa adalah sel epitel terbesar yang terlihat pada spesimen urin

normal. Sel epitel ini tipis, datar, dan inti bulat kecil. Mereka mungkin hadir sebagai sel

tunggal atau sebagai kelompok dengan ukuran bervariasi. Signifikansi utama mereka

adalah sebagai indikator kontaminasi (Fogazzi, et.al. 2008).

4. Silinder

Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang terbentuk di tubulus ginjal

dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder dibagi-bagi berdasarkan gambaran morfologik dan

komposisinya (Fogazzi, et.al. 2012).

Pemeriksaan Sedimen Urine | 6

Page 7: Paper Sedimen Urin

Silinder hialin

Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein (protein

Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini homogen (tanpa

struktur), tekstur halus, jernih, sisi-sisinya parallel, dan ujung-ujungnya membulat.

Sedimen urin normal mungkin berisi 0 – 1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang lebih

besar dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal (misalnya, penyakit glomerular) (Fogazzi,

et.al. 2012).

Silinder Eritrosit

Silinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung hemoglobin dari kerusakan

eritrosit. Adanya silinder eritrosit disertai hematuria mikroskopik memperkuat diagnosis

untuk kelainan glomerulus. Cedera glomerulus yang parah dengan kebocoran eritrosit

atau kerusakan tubular yang parah menyebabkan sel-sel eritrosit melekat pada matriks

protein (mukoprotein Tamm-Horsfall) dan membentuk silinder eritrosit (Fogazzi, et.al.

2012).

Silinder Leukosit

Silinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika leukosit masuk dalam matriks

Silinder. Kehadiran mereka menunjukkan peradangan pada ginjal, karena silinder

tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal. Silinder lekosit paling khas untuk

pielonefritis akut, tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit glomerulus

(glomerulonefritis) (Fogazzi, et.al. 2012).

Silinder Granular

Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami degenerasi. Disintegrasi

sel selama transit melalui sistem saluran kemih menghasilkan perubahan membran sel,

fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil disintegrasi awalnya granular kasar,

kemudian menjadi butiran halus (Fogazzi, et.al. 2012).

Silinder Lilin (Waxy Cast)

Silinder lilin adalah silinder tua hasil silinder granular yang mengalami perubahan

degeneratif lebih lanjut. Silinder lilin umumnya terkait dengan penyakit ginjal berat dan

amiloidosis ginjal. Kemunculan mereka menunjukkan keparahan penyakit dan dilasi

nefron dan karena itu terlihat pada tahap akhir penyakit ginjal kronis (Spinelli, 2013).

Pemeriksaan Sedimen Urine | 7

Page 8: Paper Sedimen Urin

5. Mikroorganisme

Bakteri

Bakteri yang umum dalam spesimen urin adalah mikroba flora normal vagina atau

meatus uretra eksternal. Bakteri juga dapat disebabkan oleh kontaminan dalam wadah

pengumpul, atau memang dari infeksi di saluran kemih. Oleh karena itu pengumpulan

urine harus dilakukan dengan benar.

Ragi

Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur sejati. Mereka sering

sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf, membedakannya adalah bahwa

ragi memiliki kecenderungan bertunas. Paling sering adalah Candida, yang dapat

menginvasi kandung kemih, uretra, atau vagina.

Trichomonas vaginalis

Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual yang dapat berasal dari

urogenital laki-laki dan perempuan. Ukuran organisme ini bervariasi antara 1-2 kali

diameter leukosit. Organisme ini mudah diidentifikasi dengan cepat dengan melihat

adanya flagella dan pergerakannya yang tidak menentu.

6. Kristal

Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam urat.

Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam

jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi, memungkinkan timbulnya

penyakit kencing batu (French, et.al., 2010).

Kalsium Oksalat

Kristal ca-oxallate bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan bebentuk amplop

atau halter. Kristal dapat muncul dalam specimen urine setelah konsumsi makanan

tertentu (mis. asparagus, kubis, dll) dan keracunan ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + )

kristal Ca-oxallate per LPL masih dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5

( ++ atau +++ ) sudah dinyatakan abnormal (French, et.al., 2010).

Triple Fosfat

Kristal terlihat berbentuk prisma empat persegi panjang seperti tutup peti mati

(kadang-kadang juga bentuk daun atau bintang), tak berwarna dan larut dalam asam

Pemeriksaan Sedimen Urine | 8

Page 9: Paper Sedimen Urin

cuka encer. Kristal dapat muncul di urin setelah konsumsi makan tertentu (buah-

buahan). Infeksi saluran kemih dengan bakteri penghasil urease (mis. Proteus vulgaris)

dapat mendukung pembentukan kristal (dan urolithiasis) dengan meningkatkan pH urin

dan meningkatkan amonia bebas (French, et.al., 2010).

Asam Urat

Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk belah ketupat

(kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Dengan pengecualian langka, penemuan

kristal asam urat dalam urin sedikit memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat

sampah metabolisme normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya

makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin (French, et.al., 2010).

Sistin (Cystine)

Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul dalam urin sebagai

akibat dari cacat genetic atau penyakit hati yang parah. Kristal dan batu sistin dapat

dijumpai pada cystinuria dan homocystinuria. Sistin crystalluria atau urolithiasis

merupakan indikasi cystinuria, yang merupakan kelainan metabolisme bawaan cacat

yang melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu termasuk asam amino sistin (French,

et.al., 2010).

Leusin dan Tirosin

Leusin dan tirosin adalah kristal asam amino dan sering muncul bersama-sama

dalam penyakit hati yang parah. Tirosin tampak sebagai jarum yang tersusun sebagai

berkas atau mawar dan kuning. Kristal leucine dipandang sebagai bola kuning dengan

radial konsentris (French, et.al., 2010).

Kristal Kolesterol

Kristal kolesterol tampak regular atau irregular , transparan, tampak sebagai pelat

tipis empat persegi panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki takik.

Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan biasanya disertai oleh proteinuria

(French, et.al., 2010).

Kristal lain

Berbagai macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin

misalnya adalah :

Pemeriksaan Sedimen Urine | 9

Page 10: Paper Sedimen Urin

Kristal dalam urin asam :

Natirum urat : tak berwarna, bentuk batang ireguler tumpul, berkumpul

membentuk roset.

Amorf urat : warna kuning atau coklat, terlihat sebagai butiran, berkumpul.

Kristal dalam urin alkali :

Amonium urat (atau biurat) : warna kuning-coklat, bentuk bulat tidak teratur,

bulat berduri, atau bulat bertanduk.

Ca-fosfat : tak berwarna, bentuk batang-batang panjang, berkumpul membentuk

rosset.

Amorf fosfat : tak berwarna, bentuk butiran-butiran, berkumpul.

Ca-karbonat : tak berwarna, bentuk bulat kecil, halter.

Banyak obat diekskresikan dalam urin mempunyai potensi untuk membentuk kristal,

seperti, kristal Sulfadiazin dan sulfonamide. Secara umum, tidak ada intepretasi klinis,

tetapi jika terdapat dalam jumlah yang banyak, mungkin dapat menimbulkan gangguan.

Gambar hasil temuan laboratorium pada sedimen urine

Sumber : Urine Sediment Atlas, 2010

Silinder hyaline

Pemeriksaan Sedimen Urine | 10

Page 11: Paper Sedimen Urin

Silinder granula Silinder lilin

Silinder lemak Silinder eritrosit

Silinder leukosit Makrofag

Pemeriksaan Sedimen Urine | 11

Page 12: Paper Sedimen Urin

Kristal

Kristal Cystine kristal cholesterol

kristal 2-8dihydroxyadenine kristal bilirubin

Kristal Hemosiderin kristal calcium oxalate

Kristal phosphate kristal asam urat

Pemeriksaan Sedimen Urine | 12

Page 13: Paper Sedimen Urin

Cara pelaporan hasil pemeriksaan sedimen urine :

1. Sel darah dan epitel

Negatif, jika tidak ditemukan sel dalam seluruh lapang pandang (LP)

Positif 1, jika ditemukan <4 sel/LPK

Positif 2, jika ditemukan 5-9 sel/LPK

Positif 3, jika ditemukan 10-29 sel/LPK

Positif 4, jika ditemukan >30 sel/LPB

Positif 5, jika ditemukan sel sebanyak setengah bagian LPB

2. Silinder

Negatif, jika tidak ditemukan silinder dalam seluruh lapang pandang (LP)

Positif 1, jika ditemukan 1 silinder dalam 100 LPK

Positif 2, jika ditemukan 1-10 silinder dalam 1 LPK

Positif 3, jika ditemukan 10-100 silinder/LPK

Positif 4, jika ditemukan >100 silinder/LPK

3. Bakteri

Negatif, jika tidak ditemukan bakteri dalam seluruh lapang pandang (LP)

Positif 1, jika ditemukan sedikit bakteri/LPK

Positif 2, jika ditemukan banyak bakteri/LPK

Positif 3, jika pada 1 LPK dipenuhi oleh bakteri

4. Protozoa

Negatif, jika tidak ditemukan bakteri dalam seluruh lapang pandang (LP)

Positif 1, jika ditemukan 1-4 protozoa/LPB

Positif 2, jika ditemukan 5-9 protozoa/LPB

Positif 3, jika ditemukan >10 protozoa/LPB

5. Kristal

Negatif, jika tidak ditemukan bakteri dalam seluruh lapang pandang (LP)

Positif 1, jika ditemukan 1-4 kristal/LPB

Positif 2, jika ditemukan 5-9 kristal/LPB

Positif 3, jika ditemukan >10 kristal/LPB

Pemeriksaan Sedimen Urine | 13

Page 14: Paper Sedimen Urin

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan sedimen urin:

1. Pada wanita yang haid dan pasien dengan perdarahan berat pada saluran kemih tidak

dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan sedimen urine karena akan terjadi kesalahan dalam

penafsiran hasil. Cukup dilaporkan pada makroskopis Blood gross (+) disertai keterangan

lain.

2. Kadang-kadang kristal-kristal, bakteri, jamur dapat berukuran kecil sehingga perlu dilihat

pada lensa objektif pembesaran 40x.

3. Kontaminan sedimen seperti : pollen grain, serat rambut, cotton fiber, gelembung udara, lipid

droplet, fecal material contaminant dan anticoagulant EDTA tidak perlu dilaporkan.

4. Adanya lendir secara makroskopis dan benang lendir secara mikroskopis dilaporkan sebagai :

Mucus Thread (+) dan ikut serta dalam pelaporan.

5. Epitel transisional merupakan epitel yang berasal dari ureter, kandung kemih dan uretra baik

pada wanita maupun pria. Dapat dilaporkan sebagai epitel transisional atau dapat pula

dibedakan menurut asalnya (trans caudatus, female uretra, dll).

6. Kristal dalam sedimen yang dilaporkan harus mengacu pada pH urine sehingga tidak salah

dalam pelaporan. Seperti tripel phosphat dan calcium carbonat yang ditemukan pada pH

diatas 7,5.

7. Apabila berat jenis urin rendah, maka eritrosit akan cenderung mengembang sedangkan bila

berat jenis urin tinggi maka eritrosit cenderung mengkerut.

8. Bila pH urine tinggi (lindi) maka leukosit cenderung mengumpul dan mengembang

sedangkan pH rendah maka leukosit cenderung menyebar dan mengkerut.

9. Pada hematuria penghancuran eritrosit dengan Asam cuka dapat dilakukan untuk

mempermudah pengamatan terhadap unsur sedimen lain.

Pemeriksaan Sedimen Urine | 14

Page 15: Paper Sedimen Urin

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan :

1. Pemeriksaan mikroskopis dari sedimen urin merupakan bagian integral dari urinalisis.

Prinsip pemeriksaan sedimen urine adalah sejumlah sampel urine disentrifugasi dengan

kecepatan rendah, lalu endapan (sedimen) yang terbentuk diperiksa dengan mikroskop.

2. Adapun prosedur dalam pemeriksaan sedimen urin adalah sebagai berikut :

a. Dituangkan ± 8 mL sampel urine ke dalam sebuah tabung sentrifuge.

b. Dipusingkan pada kecepatan rendah (1500 rpm) selama 5 menit.

c. Bagian supernatannya dibuang.

d. Sedimen yang tersisa dihomogenkan dengan cara dikocok.

e. Objek glass ditetesi 1 tetes sedimen urine, lalu ditutup dengan cover glass.

f. Preparat tersebut diamati dengan mikroskop.

3. Unsur-unsur yang dapat ditemukan pada sedimen urine dibagi atas dua golongan yaitu

unsur organik dan anorganik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan

antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit

dan yang anorganik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan, misalnya: urat amorf

dan kristal.

3.2 Saran

Pemeriksaan sedimen urine dengan menggunakan mikroskop sebaiknya dilakukan

dengan intensitas cahaya yang rendah, dengan cara menurunkan kondensor dan diafragma

agak tertutup agar morfologi unsur-unsur mikroskopis yang ditemukan dapat diamati dengan

jelas sehingga dapat dibedakan antara unsur yang satu dan yang lainnya.

Pemeriksaan Sedimen Urine | 15

Page 16: Paper Sedimen Urin

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Dianika Rohmah. 2010. Korelasi antara kejadian leukosituria dan volume prostat

penderita pembesaran prostat jinak pada pemeriksaan ultrasonografi. Surakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Fogazzi, Giovanni B., et.al. 2008. Urinalysis. American Journal of Kidney Diseases. Elsevier,

Milano.

Fogazzi, Giovanni B., et.al. 2012. Urinary Sediment Findings in Acute Interstitial Nephritis.

American Journal of Kidney Diseases. Elsevier, Milano.

French, et.al. 2010. Urine Sediment Atlas. Cornell University, New York.

Spinelli, Diana. 2013. Waxy casts in the urinary sediment of patients with different types of

glomerular diseases: Results of a prospective study. Elsevier, Milano.

Utami, Koni Atikah. 2010. Hubungan antara gagal ginjal kronis dengan gambaran sedimen

urine di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi. Surakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret.

Zaman, Zahur, et.al. 2010. Urine sediment analysis: Analytical and diagnostic performance of

sediMAX® — A new automated microscopy image-based urine sediment analyser. Elsevier,

Belgium.

Pemeriksaan Sedimen Urine | 16