Paper Psikodiagnostik

61
BAB 4 KLASIFIKASI TES 4.1 Sejarah Tes Psikologi Asal mula sejarah tes psikologi berawal dari abad 2200 sebelum masehi di China, yang dilakukan untuk menguji rakyat sipil yang ingin menjadi legislative berdasarkan pengetahuan menulis klasik, persoalan administrasi dan manajerial. Tetapi hal ini berkembang dan bukan hanya dilakukan pada bidang militer, perpajakan, pertanian dan geografi. Dalam sejarah psikologi Benua Asia bangsa China telah lama menggunakan tes “kemampuan psikologi” sebagai salah satu tes kemampuan belajarnya. Bahkan seseorang bernama Lin Xie pernah melakukan sebuah tes psikologi. Pada saat tersebut, ia meminta beberapa orang untuk menggambar persegi empat dengan salah satu tangannya dan lingkaran dengan tangannya yang lain. Tes ini di tunjukan untuk menguji kemampuan sinkronisasi pola pikir dan menguji konsentrasi seseorang. Beberapa ahli menyebutkan bahwa tes Lin Xie ini adalah tes psikologi pertama di dunia. Dikalangan orang Yunani kuno, testing merupakan pendamping tetap proses pendidikan. Tes-tes digunakan untuk mengukur penguasaan keterampilan-keterampilan fisik dan juga intelektual (Doyle, 1974). Sesudah dari awal munculnya tes di abad pertengahan, universitas- universitas di Eropa mengandalkan kajian formal dalam hal memberi gelar dan penghargaan, bagaimanapun juga untuk mengidentifikasi perkembangan-perkembangan utama sampai menghasilkan testing dewasa ini, kita perlu mempelajari abad 19. Awal abad 19 merupakan masa kebangkitan minat pada pengobatan yang lebih manusiawi terhadap orang-orang gila dan mereka yang keterbelakangan mental. Sebelum itu orang ini lazimnya diabaikan, dicemooh, bahkan disiksa. Dengan munculnya kepedulian akan perawatan yang layak bagi orang-orang yang mempunyai masalah mental, semakin disadari perlunya kriteria untuk

Transcript of Paper Psikodiagnostik

BAB 4 KLASIFIKASI TES

4.1 Sejarah Tes Psikologi

Asal mula sejarah tes psikologi berawal dari abad 2200 sebelum masehi di China, yang dilakukan

untuk menguji rakyat sipil yang ingin menjadi legislative berdasarkan pengetahuan menulis klasik,

persoalan administrasi dan manajerial. Tetapi hal ini berkembang dan bukan hanya dilakukan pada

bidang militer, perpajakan, pertanian dan geografi. Dalam sejarah psikologi Benua Asia bangsa China

telah lama menggunakan tes “kemampuan psikologi” sebagai salah satu tes kemampuan belajarnya.

Bahkan seseorang bernama Lin Xie pernah melakukan sebuah tes psikologi. Pada saat tersebut, ia

meminta beberapa orang untuk menggambar persegi empat dengan salah satu tangannya dan

lingkaran dengan tangannya yang lain. Tes ini di tunjukan untuk menguji kemampuan sinkronisasi

pola pikir dan menguji konsentrasi seseorang. Beberapa ahli menyebutkan bahwa tes Lin Xie ini

adalah tes psikologi pertama di dunia.

Dikalangan orang Yunani kuno, testing merupakan pendamping tetap proses pendidikan. Tes-tes

digunakan untuk mengukur penguasaan keterampilan-keterampilan fisik dan juga intelektual (Doyle,

1974). Sesudah dari awal munculnya tes di abad pertengahan, universitas-universitas di Eropa

mengandalkan kajian formal dalam hal memberi gelar dan penghargaan, bagaimanapun juga untuk

mengidentifikasi perkembangan-perkembangan utama sampai menghasilkan testing dewasa ini, kita

perlu mempelajari abad 19. Awal abad 19 merupakan masa kebangkitan minat pada pengobatan yang

lebih manusiawi terhadap orang-orang gila dan mereka yang keterbelakangan mental. Sebelum itu

orang ini lazimnya diabaikan, dicemooh, bahkan disiksa. Dengan munculnya kepedulian akan

perawatan yang layak bagi orang-orang yang mempunyai masalah mental, semakin disadari perlunya

kriteria untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kasus-kasus ini. Pendirian banyak lembaga

social untuk perawatan orang-orang bermentalitas terbelakang baik di Eropa maupun AS

menimbulkan kebutuhan untuk menetapkan standar-standar penerimaan dan system klasifikasi yang

obyektif.

Tokoh – Tokoh yang Berpengaruh

Seguin (dokter Perancis yang pindah ke Amerika) pada 1837, menolak bahwa

retardasi mental tidak dapat disembuhkan, mengadakan pelatihan fisik untuk meningkatkan

inteligensi, mengukur kemampuan sensomotoriknya, kemampuan fisik menggambarkan

inteligensinya. Esquirol (dokter Perancis) pada 1838, mengembangkan alat dalam klasifikasi

retardasai mental, menggunakan kemampuan bahasanya, kemampuan bahasa menunjukkan

kemampuan intelektualnya. Francis Galton (seorang ahli Biologi Inggris) pada 1883,

memulai gerakan testing dan membayar, mengukur ketjaman pengilhatan dan pendengaran,

kekuatan otot, gerak dan waktu reaksi, menganalisisnya menjadi gambaran inteligensi,

menggunakan analisis statistik sederhana (pengklasifikasian), angket dan asosiasi bebas.

James Mckeen Cattel

Cattel (seorang psikolog Amerika) pada 1890, melanjutkan apa yang telah dirintis

oleh Galton dalam penyebaran gerakan testing, pertama menggunakan istilah Mentally Test,

memaparkan bagaimana cara mengukur intelektual para mahasiswanya, masih menggunakan

kemampuan indra dan waktu reaksi, tetapi diyakini bahwa itu merupakan kemampuan

mental. Kemudian Kreaplin (psikiater/psikolog Jerman) pada 1895, dalam pemeriksaan

klinisnya terahdap para pasiennya, untuk memperoleh gambaran karakteristik dengan

meminta melakukan operasional hitungan sederhana. Ebinghaus (psikolog Jerman) pada

1897, menyelenggarakan tes-tes komputasi, rentang memori, melengkapi kalimat bagi siswa

sekolah, menunjukkan bahwa ada hubungan yang jelas dengan prestasi belajar di sekolah. 

Tes tersebut merupakan tes individual yang meliputi ; ukuran-ukuran kekuatan otot,

kecepatan gerakan, sensivitas pada pada rasa sakit, ketajaman penglihatan dan pendengaran,

pembedaan berat, waktu reaksi dan sebagainya. Apa yang telah dikemukakan Catell,

Kraepelin, dan Ebbinghaus di atas kemudian mendapatkan kritik dari Binet dan Henri, karena

terlalu indrawi dan berkonsentrasi pada kemampuan-kemampuan yang sederhana.

Binet

Binet pada 1897 mengkritik sebagian rangkaian tes yang ada, terlalu fokus pada

kemampuan indera dan kemampuan sederhana dan terpsesialisasi, dalam pengukuran fungsi

yang lebih komplek, tidak membutuhkan persisi tinggi, perbedaan individual lebih besar dari

fungsi ini, pengukuran lebih baik pada fungsi memori, imaginasi, perhatian, pemahaman,

apresiasi estetis. Binet pada 1904 diangkat menjadi menteri Pengajaran Umum, dan memiliki

tugas untuk memisahkan anak mana yang bisa sekolah di sekolah umum dan mana yang

harus di sekolah khusus. Binet bersama Simon pada 1905 menyiapkan seberangkat alat tes

untuk fungsi itu yang kemudian diakenal sebagai tes Binet-Simon.

Skala Binet-Simon terdiri dari 30 kelompok soal yang diatur dalam urutan tingkat

kesulitan yang semakin tinggi, secara empiris dikaitkan dengan usia mental, kemaudian

akana diperoleh tingkat usia mental (mental age, MA) seseorang. Pada 1916 digunakan

bertama nisbah IQ dengan membagi usia kronologisnya (cronological age, CA), maka akan

diberoleh tingkat inteliogensi yang disebut Intelligence Quotient (IQ). Keberhasilan tes ini,

membuat pemakian tes ini meluas ke barbagi bidang, sampai ke Amerika, dilakukan revisi

berkali kali (1908, 1911, 1916), revisi paling mendasar dilakukan oleh Terman dkk a.n.

Stanford University (1916) yang kemudian dikenal dengan Skala Stanford-Binet, direvisi lagi

1960 dengan mulai digunakan dengan skala deviasi IQ.

4.2 Dasar Pemikiran Tes Psikologi

Wechsler-bellevue intelegent scale (WBIS)

Diawali oleh adanya pandangan dan keraguan tentang pengukuran inteligensi melalui tes

Binet (1937) sebagai pendahulu dalam tes inteligensi. Menurut Wechsler : tes Binet memiliki

keterbatasan dalam penggunaannya, khususnya dalam pengukuran inteligensi untuk orang

dewasa sehingga perlu adanya perluasan dalam pengukuran inteligensi memerlukan item-

item yang dapat diberikan tidak hanya pada kelompok anak tetapi juga pada orang dewasa.

34 tahun setelah diterbitkanya tes intelegensi yang pertama oleh binet-simon atau 2 tahun

setelah munculnya revisi stanford-binet, david wechsler memperkenalkan versi 1 tes

intelegensi yang dirancang khusus untuk digunakan orang dewasa. Tes tersebut terbit pada

tahun 1939 dan dinamai wechsler-bellevue intelegent scale (WBIS), disebut juga skala W-B.

kenyataan bahwa tes intelegensi yang digunakan untuk orang dewasa saat itu hanya

merupakan perluasan dari tes intelegensi untuk anak-anak- dengan menambahkan soal yang

sejenis yang lebih sulit. Isi tes yang seperti itu, menurut wechler seringkali tidak menarik

minat dan perhatian orang dewasa. Pada tahun 1949 wechsler menerbitkan pula skala

intelegensi untuk digunakan pada anak-anak.

Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC)

WISC dikembangkan oleh Wechsler pada tahun 1949. WISC ini dirancang khusus untuk

individu usia 6 hingga 16 tahun. Ada sebelas subtes yang terdapat dalam WISC, yaitu :

1. General Information.

Subtes ini berisi 30 soal, dengan materi pengetahuan umum, yang meliputi nama

benda, tanggal, sejarah, pengetahuan geografi, dan informasi lain. Dasar

pemikiran dari subtes ini adalah kemampuan testee dalam menjawab akan

tergantung dari kemampuan dasar, pendidikan, kesadaran akan lingkungan, latar

belakang sosial budaya, dan ingatan jangka panjang.

Tester perlu menghentikan tes jika peserta gagal menjawab soal sebanyak lima

kali berturut-turut. Testee akan memperoleh nilai 1 jika menjawab benar, dan nilai

0 jika salah menjawab. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat diperoleh

adalah 30.

2. General Comprehension.

Subtes ini berisi 17 soal, dengan materi mengenai pengetahuan diri, hubungan

interpersonal, dan norma sosial. Dasar pemikiran dari subtes ini adalah tes ini

dibuat untuk mengukur kemampuan dalam memahami situasi dan menyelesaikan

masalah, serta melihat perkembangan nurani atau moral.

Tester perlu menghentikan tes pada subtes ini jika testee gagal menjawab soal

sebanyak empat kali berturut-turut. peserta akan memperoleh nilai 2 jika

menjawab dengan baik dan lengkap, nilai 1 jika menjawab kurang tepat, dan nilai

0 jika salah menjawab. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat diperoleh

adalah 34.

3. Arithmetical Reasoning.

Subtes ini berisi 18 soal, dimana 10 soal dibacakan oleh tester dan 3 soal tertulis.

Dasar pemikiran subtes ini adalah tes digunakan untuk mengukur kemampuan

mengikuti instruksi, konsentrasi, dan numerik.

4. Digit Span.

Subtes ini terdiri dari Digit Forward dan Digit Backward. Digit Forward dimulai

dari deret 3 - deret 9 angka. Sedangkan Digit Backward dimulai dari deret 2 -

deret 8 angka. Setiap deret angka terdapat 2 kali percobaan. Dasar pemikiran

subtes ini adalah tes digunakan untuk mengukur konsentrasi, STM, kecemasan,

dan kemampuan mengingat.

5. Similarities.

Subtes ini terdiri dari 17 pasang kata dimana testee harus menjelaskan kesamaan

dari setiap pasang kata. Dasar pemikiran dari tes ini adalah mengukur kemampuan

menangkap kesamaan objek atau peristiwa kedalam suatu kelompok yang

bermakna.

6. Picture Arrangement.

Pada subtes ini berisi 12 seri gambar, dimana testee harus mengurutkan gambar

dalam urutan logis. Jumlah gambar dalam tiap set antara 3 sampai 5 gambar.

Subtes ini dimulai dari item 3, kecuali yang diduga mengalami mental retardasi

harus dimulai dari item 1. Dasar pemikiran tes ini adalah digunakan untuk

mengukur kemampuan memahami seluruh situasi dan kemampuan perencanaan.

7. Picture Completion.

Subtes ini berisi 26 gambar, dimana testee harus menemukan elemen yang hilang

dalam waktu 20 detik untuk tiap gambar (time limit). Dasar pemikiran untuk tes

ini adalah tes digunakan untuk mengukur kemampuan membedakan hal yang

penting dan tidak penting, konsentrasi, dan penalaran.

8. Block Design.

Subtes ini berisi 11 soal, dimana testee harus menyusun pola sesuai gambar. Ada

sebelas pola, dimana pola 1 – 8 menggunakan empat balok, sedangkan pola 9 – 11

menggunakan sembilan balok. Dasar pemikiran tes ini adalah tes digunakan untuk

mengukur kemampuan persepsi, analisa, koordinasi, dan visual-motorik.

9. Object Assembly.

Subtes ini berisi empat soal, dimana testee harus menyusun potongan puzzle.

Dasar pemikiran tes ini adalah digunakan untuk mengukur kemampuan, persepsi,

analisa, dan koordinasi visual-motorik

10. Digit Symbol.

Berbeda pada WBIS, Digit Symbol pada WISC terdiri dari dua bentuk, yaitu

Coding A dan Coding B. Coding A digunakan untuk testee usia di bawah 8 tahun,

yang terdiri dari lima soal latihan dan 43 soal tes. Coding B digunakan untuk

testee di atas 8 tahun, yang terdiri dari tujuh soal latihan dan 93 soal tes. Dasar

pemikiran tes ini adalah digunakan untuk mengukur kecepatan dan ketepatan

koordinasi visual motorik, konsentrasi, dan ingatan jangka pendek.

11. Vocabulary.

Subtes ini berisi 32 soal, dimana testee harus menjelaskan arti setiap kata. Tester

dapat menghentikan tes jika testee gagal menjawab sebanyak lima kali berturut-

turut. Dasar pemikiran ini adalah digunakan untuk mengukur kemampuan belajar,

kekayaan informasi atau ide, dan perkembangan bahasa.

Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI)

Dalam perkembangannya, WPPSI mengalami dua kali revisi, yaitu revisi ke dua pada

tahun 1989 dan revisi ketiga pada tahun 2002. Revisi yang ketiga ini dipublikasikan oleh

Harcourt Assessment, dan diberi nama dengan WPPSI-III. WPPSI-III terdiri atas 14 subtes,

yaitu:

1. General Information.

Subtes ini terdiri dari 23 soal, yang berisi materi mengenai pengetahuan umum.

Subtes ini dimulai dari item ketiga. Pada subtes ini, tester dapat menghentikan

pengetesan jika testee gagal menjawab benar sebanyak lima kali berturut-turut.

Testee akan memperoleh nilai 1 jika menjawab dengan benar, dan nilai 0 jika

menjawab dengan salah. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat dicapai

oleh testee adalah 23. Subtes ini mengukur kemampuan sadar akan lingkungan

dan ingatan jangka panjang.

2. Animal House.

Subtes ini terdiri atas 20 soal, yang dikerjakan selama 5 menit. Pada subtes ini,

tugas testee adalah menaruh warna balok tertentu di empat gambar hewan

tertentu, mencatat waktu, dan jumlah kesalahan. Sedangkan tugas testee adalah

menaruh warna balok sesuai contoh di baris pertama. Nilai maksimal yang dapat

dicapai oleh testee adalah 20.

3. Vocabulary.

Subtes ini terdiri dari 22 soal, dimana testee harus menjelaskan arti setiap kata.

Subtes dimulai selalu dari item pertama. Testee akan memperoleh nilai 2 untuk

jawaban paling baik dan lengkap, nilai 1 untuk jawaban kurang tepat, dan nilai 0

untuk jawaban salah. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat dicapai testee

pada subtes ini adalah 44. Tester harus menghentikan tes jika testee gagal

menjawab tepat sebanyak lima kali berturut-turut. Subtes ini mengukur

kemampuan belajar, kekayaan informasi atau ide, dan perkembangan bahasa.

4. Picture Completion.

Subtes ini terdiri dari 23 gambar, dimana testee harus menemukan bagian gambar

yang hilang. Subtes ini dimulai dari item pertama. Testee akan memperoleh nilai

1 untuk jawaban yang benar, dan nilai 0 untuk jawaban salah. Dengan demikian,

nilai maksimal yang dapat dicapai testee pada subtes ini adalah 23. Tester harus

menghentikan tes jika testee gagal menjawab tepat sebanyak lima kali berturut-

turut. Subtes ini mengukur kemampuan membedakan hal yang penting dan tidak

penting, kemampuan konsentrasi, dan kemampuan menalar.

5. Arithmetical Reasoning.

Subtes ini terdiri dari 20 soal. Tes ini dimulai dari item pertama jika testee berusia

di bawah 6 tahun. Sedangkan, untuk testee yang berusia di atas 6 tahun, tes

dimulai dari item ke 7. Testee akan memperoleh nilai 1 untuk jawaban yang

benar, dan nilai 0 untuk jawaban salah. Dengan demikian, nilai maksimal yang

dapat dicapai testee pada subtes ini adalah 20. Tester harus menghentikan tes jika

testee gagal menjawab tepat sebanyak empat kali berturut-turut. Subtes ini

mengukur kemampuan mengikuti instruksi, konsentrasi, dan kemampuan

numerik.

6. Mazes.

Subtes ini terdiri dari 10 soal dengan waktu tertentu. Skor penilaian jawaban

testee berkisar antara nilai 0, 1, 2, 3, dan 4. Dengan demikian, nilai maksimal

yang dapat dicapai testee pada subtes ini adalah 40. Tester harus menghentikan

tes jika testee gagal menjawab tepat sebanyak dua kali berturut-turut.

7. Geometric Design.

Subtes ini terdiri dari 10 soal, dimana tugas testee adalah menggambar desain

tertentu yang diminta oleh tester. Skor penilaian jawaban testee berkisar antara

nilai 0, 1, 2, 3, dan 4. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat dicapai testee

pada subtes ini adalah 40. Tester harus menghentikan tes jika testee gagal

menjawab tepat sebanyak dua kali berturut-turut.

8. Similarities.

Subtes ini terdiri dari 16 pasang kata dimana testee harus menjelaskan kesamaan

dari setiap pasang kata. Subtes ini mengukur kemampuan menangkap kesamaan

objek atau peristiwa kedalam suatu kelompok yang bermakna. Pada item 1 – 10,

berlaku nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah. Sedangkan

pada item 11 – 16, berlaku nilai 2, 1, 0 untuk setiap jawaban testee. Dengan

demikian, nilai maksimal yang dapat dicapai testee pada subtes ini adalah 22.

9. Block Design.

Subtes ini berisi 10 soal, dimana testee harus menyusun pola sesuai gambar.

Testee yang berusia di bawah 6 tahun akan memulai tes dari soal pertama,

sedangkan testee yang berusia di atas 6 tahun akan memulai tes dari soal yang

ketiga. Subtes ini mengukur kemampuan persepsi, analisa, dan koordinasi visual-

motorik. Dalam subtes ini, testee akan memperoleh nilai 2 untuk jawaban yang

paling baik dan lengkap, nilai 1 untuk jawaban yang kurang tepat, dan nilai 0

untuk jawaban yang salah. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat dicapai

testee pada subtes ini adalah 20. Tester harus menghentikan tes jika testee gagal

menjawab tepat sebanyak dua kali berturut-turut.

10. General Comprehension.

Subtes ini terdiri dari 15 soal. Subtes ini mengukur kemampuan memahami

situasi dan menyelesaikan masalah, serta melihat perkembangan nurani atau

moral. Dalam subtes ini, testee akan memperoleh nilai 2 untuk jawaban yang

paling baik dan lengkap, nilai 1 untuk jawaban yang kurang tepat, dan nilai 0

untuk jawaban yang salah. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat dicapai

testee pada subtes ini adalah 30. Tester harus menghentikan tes jika testee gagal

menjawab tepat sebanyak empat kali berturut-turut.

11. Sentences.

Subtes ini terdiri dari 10 kalimat. Subtes ini selalu dimulai dari soal yang

pertama. Skor penilaian jawaban testee berkisar antara nilai 0, 1, 2, 3, dan 4.

Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat dicapai testee pada subtes ini adalah

40.

Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)

Tes ini dibuat pada tahun 1955, disusun oleh David Wechsler. WAIS diciptakan dengan dasar pikiran intelegensi terdiri dari beberapa aspek (aspek verbal, abstrak, numerical, bahkan faktor G). Oleh karena itu dalam tes WAIS ada 2 kelompok susunan tes, yaitu : kelompok verbal (lisan) dan kelompok performance(perbuatan)

Skala Verbal terdiri dari:

1.      InformasiBerisi 29 pertanyaan mengenai pengetahuan umum yang dianggap dapat

diperoleh oleh setiap orang dari lingkungan sosial dan budaya sehari-hari dimana ia berada.

2.     Rentang AngkaBerupa rangkaian angka antara 3 sampai 9 angka yang disebutkan secara lisan

dan subjek diminta untuk mengulangnya dengan urutan yang benar.

3.     Kosa KataBerisi 40 kata-kata yang disajikan dari yang paling mudah didefinisikan

sampai kepada yang paling sulit.

4.     Hitungan        Berupa problem hitungan yang setaraf dengan soal hitungan di sekolah dasar.

5.     Pemahaman        Isi subtes ini dirancang untuk mengungkap pemahaman umum.

6.     Kesamaan       Berupa 13 soal yang menghendaki subjek untuk menyatakan pada hal apakah dua benda memiliki kesamaan.

Untuk skala performance adalah sebagai berikut:

1.      Kelengkapan Gambar      Subjek diminta menyebutkan bagian yang hilang dari gambar dalam kartu yang jumlahnya 21 kartu.

2.     Susunan Gambar      Berupa delapan seri gambar yang masing-masing terdiri dari beberapa kartu yang disajikan dalam urutan yang tidak teratur.

3.     Rancangan Balok      Terdiri atas suatu seri pola yang masing-masing tersusun atas pola merah-putih. Setiap macam pola diberikan di atas kartu sebagai soal.

4.     Perakitan Objek      Terdiri dari potongan-potongan langkap bentuk benda yang dikenal sehari-hariyang disajikan dalam susunan tertentu.

5.     Simbol Angka      Berupa Sembilan angka yang masing-masing mempunyai simbolnya sendiri-sendiri. Subjek diminta menulis symbol untuk masing-masing angka di bawah deretan angka yang tersedia sebanyak yang dapat dia lakukan selama 90 detik.

4.3 Fungsi Tes Psikologi

Tes psikologi merupakan serangkaian kegiatan pengukuran untuk mendeskripsikan

seseorang, baik kemampuan (ability), kepribadian, kecenderungan dan sebagainya.

Berdasarkan keputusan yang akan diambil dalam pengukuran, maka tes psikologi mempunyai

fungsi sebagai berikut:

Fungsi seleksi

Tes psikologi berfungsi sebagai seleksi jika digunakan untuk memilih individu-

individu yang cocok/sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan.. misalnya tes masuk suatu

lembaga pendidikan atau tes seleksi jabatan tertentu. Berdasarkan hasilh-asil tes psikologis

yang dilakukan, pimpinan lembaga dapat memutuskan calon-calon pelamar yang dapat

diterima dan menolak alon-calon lainnya.

Fungsi Klasifikasi

Yaitu mengelompokkan individu-individu dalam kelompok sejenis. Misalnya

mengelompokkan siswa yang mempunyai masalah sejenis, sehingga dapat diberi bantuan

yang sesuai dengan masalahnya. Atau mengelompokkan siswa ke dalam program khusus

tertentu.

Fungsi deskripsi

Tes ini berfungsi untuk menjelaskan profil seseorang, baik kepribadian, tingkahlaku,

kemampuan, minat dan bakat dan sebagainya

Mengevaluasi suatu treatment

Tes psikologi digunakan juga untuk mengavaluasi suatu treatment/tindakan yang

telah dilakukan terhadap seseorang atau sekelompok individu. Ini untuk mengavaluasi sampai

tingkat mana keberhasilan treatment yang sudah diberikan. Evalusi ini sangat membantu

untuk meneruskan tindakan selanjutnya yang akan diambil.

Menguji suatu hipotesis

Tes psikologi juga bisa digunakan menguji sebuah hipotesis dan asumsi yang ada. Ini

dikarenakan, bahwa tes psikologi terbuat/disusun dari sejumlah penelitian yang ilmiah

sebelumnya.  Contoh penggunaan tes psikologi untuk menguji hipotesis ini seperti

membandingkan hasil eksperimen yang sudah didapatkan dengan tes psikologi yang sudah

dibakukan. Jadi hasilnya dapat di compare (membadingkan), ataupun tes psikologi bisa

langsung menguji hipotesis dengan menurunkan indicator-indokator dari tes psikologi yang

baku.

4.4 Klasifikasi Tes dan Jenis-Jenisnya

a. Tes Proyeksi

Perkembangan psikologi proyektif banyak didasarkan sebagai protes terhadap teori atau

aliran lama yang kebanyakan bersifat structuralism, behaviorism, yang kebanyakan

memandang individu bukan suatu whole tetapi sebagai suatu kumpulan dari berbagai aspek.

Aspek psikologis manusia yang tidak disadari sulit diungkap dalam kondisi wajar (sukar

diungkap melalui self report, inventory). Jadi dalam pendekatan proyektif diperlukan

instrument khusus yang dapat mengungkap aspek-aspek ketidaksadaran manusia, teknik

proyektif ini kemungkinan subjek mau merespon, walaupun teknik proyektif mempunyai arti

interpretatif Teknik ini pendekatannya menyeluruh (global approach).

MACAM-MACAM TES PROYEKSI

- ASSOCIATIVE TECHNIQUES

Subjek menjawab stimulus dengan perkataan, image, atau ide-ide yang pertama kali

muncul.Ex : Rorschach Inkblots, Word Association

- CONSTRUCTION PROCEDURES

Subjek mengkonstruk atau membuat suatu produk (cerita). Dan dari cerita itulah keadaan

psikologis klien diungkap. Ex : TAT, MAPS (Make a picture story)

- COMPLETION TASKS

Melengkapi kalimat atau cerita yang sudah ada disedikana sebelumnya. Ex : SSCT,

Rosenzweig Picture-Frustation Study

- CHOICE OR ORDERING DEVICES

Mengatur kembali gambar, mencatat referensi atau semacamnya. Ex : Szondi Test,

Tomkins-Horn Picture Arrangement Test

- EXPRESSIVE METHODS

Gambar, cara / metode dalam menyelesaikan sesuatu dievaluasi. Ex : BAUM, HTP, DA

Teknik-teknik dalam penyajian tes proyeksi ada bermacam-macam cara:

1. Stimulus tidak berstruktur: Stimulus yang diberikan (tes) tidak terstruktur seperti tes

intelegensi. 

2. Proses proyeksi: pengungkapan keadaan psikologi klien dengan memproyeksikannya

dalam bentuk reaksi terhadap tes yang disajikan. 

3. Administrasi longgar: Administrasi tes proyeksi biasanya tidak ada aturan baku,

tergantung dengan kebutuhan klien dengan catatan tidak mempengaruhi hasil tes. 

4. Testee oriented: Tes ini berorientasi pada testee 

5. Unsur subjektifitas dalam interpretasi: Dalam menginterpretasikan tes ini, unsure

subjektivitas psikolog sangat berpengaruh. 

6. Menyentuh bawah sadar: Tes proyeksi membantu mengungkapkan keadaan bawah

sadar manusia.

FUNGSI TES PROYEKSI

Tes proyeksi berfungsi untuk mengungkap keadaan psikologi bawah sadar manusia yang

selama ini di repres kealam bawah sadar. Melalui tes proyeksi ini diharapkan dinamika

psikologis itu dapat dikeluarkan melalui alat bantu tes-tes proyeksi.

Sebagai sebuh tes, tes proyeksi mempunyai kelebihan dan kekurangan jika dibandingkan

dengan tes-tes psikologi yang lain:

Kelebihan Tes Proyektif

Dapat mengungkap hal-hal di bawah sadar untuk keperluan klinis 

Dapat menurunkan ketegangan 

Bersifat ekonomis

Kekurangan Tes Proyektif

Validitas dan reliabilitasnya rendah 

Tester harus memiliki keterampilan yang khusus untuk dapat menggunakan tes ini

dalam kaitannya dengan ketepatan melakukan diagnosa.

b. Tes Inventory

Tes inventori adalah tes-tes yang terutama menggunakan paper and pencil. Tes inventori merupakan self report Questionnare, untuk menentukan karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value). Tes inventori sangat berguna untuk mengetahui karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka. Namun perlu di ingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya tidak ada yang sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau beberapa aspek kepribadian.

Beberapa masalah dalam tes inventori kepribadian adalah: 

Definisi kepribadian sedemikian banyak (defenisi konseptual), sehingga seleksi yang tepat dari macam-macam definisi kepribadian perlu mendasari pemakaian tes inventori. 

Tes inventori kepribadian tidak dapat bersifat culture free. Oleh karena itu aspek kultural harus di pertimbangkan, padahal nilai-nilai kultur selalu berubah. Sedangkan di sisi lain tes inventori diharapkan dapat memberikan profil kepribadian yang stabil. 

Bila tes inventori kepribadian terlalu sensitif terhadap perubahan, maka sulit memperoleh reliabilitas yang tinggi.

Secara umum tes inventori kepribadian memiliki beberapa kelemahan, seperti; 

1. Itemnya ambigu dan perintah tidak jelas. 2. Subjek ingin menunjukkan kesan-kesan tertentu kepada penguji. 3. Kesukaran semantik, penafsiran yang berbeda 4. Sikap subjek yang tak kooperatif/defensif 5. Faking atau tidak jujur. 6. Acquiscence; bila aitem yang dibuat lebih mengarah ke jawaban-jawaban tertentu.

Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan ini, tester perlu memahami tes yang hendak digunakan dengan baik sehingga menyajikan tes dengan baik.

Macam-macam Tes Inventori

A. Tes Inventori kepribadian 

MMPI (minnesota Personality Inventory)  CPI (california Psychological Inventory)  PIC (Personality Inventory for Children)  MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)  16 PF (sixteen Personality Factor Questionnaire)  EPPS (Edward Perssonal Preference Schedule)  PRF (Personality Research Form)  Jackson Personality Inventory

B. Tes Inventory Minat 

SCII (Strong-Campbell Interest Inventory)  JVIS (Jackson Vocationalinterest Survey)  KPR-V (Kuder Preference Record - Vocational)  CAI (Career Assessment Inventory)  RMIB (The rothwell-Miller Interest Blank)

C. Tes Inventori Nilai 

Study OF Value  WVI (Work Value Inventory)

BAB 5KLASIFIKASI TES

5.1 Tes Inteligensi

intelegensi adalah suatu konsep yang sifatnya abstrak atau dapat dikatakan sebagai suatu

konstruk. Oleh karena itu definisi intelegensi tidaklah mudah. Pada awalnya ada beberapa

ahli dari tiga negara melakukan percobaan di laboratorium. Wundt dari jerman, Galton dari

inggris, dan Cattel dari amerika serikat secara terpisah melakukan tes dengan soal yang

mudah terhadap anak-anak. Mereka menemukan bahwa individu saling berbeda dalam hal

ketepatan (akurasi) dan kecepatan tanggapannya apabila mereka dites dengan suatu tugas

yang mudah. Galton menggambarkan bahwa jika tanggapan dari banyak individu tersebut

disusun berdasarkan prestasinya yang berhasil, maka terhadap sejumlah besar di antarnya

yang menunjukkan respon atau tanggapan yang relatif sama dalam jumlah yang banyak.

Intelegensi merupakan kemampuan yang ada pada individu yang ada sejak lahir. Dan

prestasi yang tinggi dari bakat dan minat individu itu sendiri. Tingkat kecerdasan pun akan di

tes apabila mempunyai kemampuan juga minat yang ada apada diri individu. Dalam

kemampuan kerja diperlukan keterampilan dan kecakapan terhadap pekerjaan yang

diinginkan. Apabila kemampuan pada diri individu belum bisa memunculkan minat ataupun

tidak memiliki keterampilan dalam pekerjaan maka masih kurang atas intelegensi di diri

individu tersebut. Karena intelegensin di diri individu pun bisa di tes dan mendapatkan suatu

pekerjaan apabila tingkat IQ nya tinggi. Dan bisa mendalami pekerjaan yang dikerjakan.

Kesanggupan dalam pekerjaan harus bisa dipenuhi oleh karyawan atau pegawai yang

memiliki intelegensi yang cukup tinggi. Kemampuan kerja pun bisa dilakukan apabila ada

pengalaman yang pernah dilakukannya dulu. Oleh karena itu, intelegensi digunakan untuk

menyeleksi bagaimana seorang pelamar kerja yang ingin bekerja dan diberi tes intelegensi

untuk menentukan apa pekerjaan yang dia inginkan. Dan juga mengetahui tingkat prestasi

yang ada pada diri kita.

Tokoh – Tokoh yang Terkait

Beberapa nama di bawah ini adalah para ahli yang telah banyak berbuat dalam

mengembangkan tes intelegensi.

Menurut crow dan crow (1989) tes-tes yang dikembangkan sebelum tahun 1800-an

disusun dengan maksud untuk mengukur satu kemampuan saja. Karya-karya para pelopor

hanya terbatas dalam upayanya untuk memisahkan faktor-faktor respon atau tanggapan

tunggal yang sederhana, hingga akhirnya sampai kepada pengukuran intelegensi yang

didasari dari beberapa variabel yang sederhana.

Cattel adalah sarjana yang diakui pertama kali memperkenalkan istilah tes mental atau

psikis. Pada tahun 1880, Ebbinghause berhasil menemukan macam tes yang digunakan untuk

menentukan sampai dimana perbedaan kemampuan individu dalam mengingat. Seorang ahli

dari prancis, Alfred Binet menyimpulkan bahwa intelegensi adalah lebih dari sekedar jumlah

fungsi yang berdiri sendiri dan oleh karena itu tingkah laku yang dianggap intelegen

hendaknya dinilai dari berdasarkan pada aktivitas-aktivitas yang menggabungkan berbagai

macam item.

Binet berpendapat bahwa tingkat intelegensi dapat dibuktikan dari tanggapan orang-orang

pada semua umur terhadap situasi yang adadi lingkungan sekitarnya. Dalam perkembangan

berikut nya, Binet dengan rekan sejawatnya Theophila Simon mengembangkan metode yang

dapat membedakan antara anak normal dengan anak yang lemah pikirannya. Pada akhirnya

karya mereka kemudian dikenal dengan tes Binet-Simon. Pada awalnya dahulu telah pernah

dipraktekkan oleh negara cina sejak sebelum dinasti Han, yang dilakukan oleh jenderal cina,

untuk menguji rakyat sipil yang ingin menjadi legislatif berdasarkan pengetahuan menulis

klasik, persoalan administratif dan manajerial.

Kemudian dilanjutkan sampai pada masa dinasti Han (200 SM- 200 M), namun seleksi ini

tidak lagi untuk legislatif saja, tetapi mulai merambah pada bidang militer, perpajakan,

pertanian, dan geografi. Meskipun diawali dengan sedikit mencontoh pada seleksi militer

perancis dan Inggris. Sistem ujian telah disusun dan berisi aktivitas yang berbeda, seperti

tinggal dalam sehari semalam dalam kabin untuk menulis artikel atau puisi, hanya 1 %

sampai dengan 7 % yang diijinkan ikut ambil bagian pada ujian tahap kedua yang berakhir

dalam tiga hari tiga malam.

Menurut Gregory (1992), seleksi ini keras namun dapat memilih orang yang mewakili

karakter orang Cina yang kompleks. Tugas-tugas militer yang berat cukup dapat dilakukan

dengan baik oleh para pegawai yang diterima dalam seleksi fisik dan psikologi yang intensif

Tokoh-tokoh yang berperan antara lain adalah Wundt. Beliau merupakan psikolog pertama

yang menggunakan laboratorium dengan penelitiannya mengukur kecepatan berpikir. Wundt

mengembangkan sebuah alat untuk menilai perbedaan dalam kecepatan berpikir. Sedangkan

Cattel (1890) menemukan tes mental pertama kali. Yang memfokuskan pada tidak dapatnya

membedakan antara energi mental dan energi jasmani. Meskipun Pada dasarnya tes mental

temuan Cattel ini hampir sama dengan temuan Galton. Tokoh yang tak kalah pentingnya

adalah Alfred Binet.

Selain kontribusi nyata pribadi beliau dengan menciptakan tes intelegensi, beliau juga

bekerja sama dengan Simon (1904) untuk membuat instrumen pengukur intelegensi dengan

skala pengukuran level umum pada soal- soal mengenai kehidupan sehari- hari.

Perkembangan selanjutnya dua tokoh ini mengembangkan penggunaan tes intelegensi dengan

tiga puluh items berfungsi mengidentifikasikan kemampuan sekolah anak. Tahun 1912, Stres

membagi mental age dengan cronological age sehingga muncul konsep IQ.

Tokoh selanjutnya yang cukup berperan adalah Spearman dan Persun, dengan

menemukan perhitungan korelasi statistik. Perkembangan selanjutnya dibuatlah suatu standar

internasional yang dibuat di Amerika Serikat berjudul “Standards for Psychological and

Educational Test” yang digunakan sampai sekarang. Kini tes psikologi semakin mudah,

praktis, dan matematis dengan berbagai macam variasinya namun tanpa meninggalkan

pedoman klasiknya. Psikodiagnostik adalah sejarah utama dari tes psikologi atau yang juga

disebut psikometri.

Teori Inteligensi

Teori Intelegensi Adalah teori faktor yang muncul dalam upayanya untuk

mendeskripsikan struktur intelegensi ke dalam satu atau lebih kemampuan yang berdiri

sendiri melalui analisis faktor yang membangun konstruk kemampuan. Charles Spearman,

seorang sarjana dari Inggris adalah penemu adanya dua faktor utama, yaitu : faktor G

(general) dan faktor S (spesifik). Secara lebih terperinci, Spearman membagi intelegensi

menjadi dua faktor. Yaitu Faktor G, yang mencakup semua kegiatan intelektual yang dimiliki

oleh setiap orang dalam berbagai derajad tertentu. Contohnya penyanyi, orang yang

mempunyai suara yang merdu dengan musikalitas yang tinggi tanpa latihan. General factor

mempunyai beberapa karakteristik, antara lain sebagai berikut:

• Merupakan kemampuan umum yang dibawa sejak lahir

• Bersifat konstan

• Dipergunakan dalam setiap kegiatan individu

• Jumlah faktor G setiap individu berbeda

• Semakin besar jumlah G yang ada dalam diri seseorang, maka makin besar kemungkinan

kesuksesan hidupnya

Jenis-jenis Tes IntelegensiTes Intelegensi individual, tes ini hanya dilakukan oleh satu orang saja secara khusus.

Tes Intelegensi individual diantaranya :

-  Stanford - Binet Intelligence Scale

-    Wechsler - Bellevue Intelligence Scale (WBIS)

-    Wechsler - Intelligence Scale for Children (WISC)

-    Wechsler - Adult Intelligence Scale (WAIS)

-    Wechsler - Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI).

Kelebihan pada tes ini antara lain penguji dapat menilai dengan jelas bagaimana individu

yang sedang menjalani tes tersebut. Misalnya mengamati bagaimana individu menyusun

laporan, minat dan perhatian individu, kecemasan dalam pengerjaan tugas, serta tingkat

toleransi menghadapi rasa frustasi. Kekurangan tes ini adalah kurang begitu nyaman.

Tes Intelegensi kelompok, tes ini dilakukan guna mencari data secara cepat secara

serentak. Tes Intelegensi kelompok diantaranya :Pintner Cunningham Primary Test-    The

California Test of Mental Maturity

-    The Henmon- Nelson Test Mental Ability

-    Otis - Lennon Mental Ability Test

-    Progressive Matrices

Kelebihan pada tes ini antara lain rasa nyaman. Tes ini juga memiliki kekurangan antara lain

peneliti tidak dapat menyusun laporan individu, tidak dapat menentukan tingkat kecemasan

individu, instruksi yang kurang jelas karena ribut atau peserta yang satu diganggu oleh

peserta lainnya.

5.2 Tes Kemampuan Kerja

Kemampuan kerja terdiri dari dua kata, yaitu kemampuan dan kerja. sedangkan menurut

Wojowasito (1995)  adalah kesanggupan atau kecakapan, sedangkan kemampuan berarti

seseorang yang memiliki kecakapan atau kesanggupan untuk menjalankan sesuatu yang

diwujudkan melalui tindakannya untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Menurut

Robbins (2002) dalam Pertiwi (2008) kemampuan (ability) merupakan suatu kapasitas

individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Seluruh kemampuan

seorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor, yaitu kemampuan

intelektual dan kemampuan fisik.

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk kegiatan mental.

Misalnya tes IQ, dirancang untuk menentukan kemampuan intelektual umum seseorang.

Tujuh dimensi yang membentuk kemampuan intelektual adalah kemahiran berhitung,

pemahaman ferbal, kecakapan perseptual, penalaran induktif, visualisasi ruang dan ingatan

(memori). Pekerjaan berbeda-beda dalam tuntutannya bagi pemangku pekerjaan itu untuk

menggunakan kemampuan intelektual mereka makin banyak tuntutan pemrosesan informasi

dalalam suatu pekerjaan, makin banyak kecerdasan umum dan kemampuan verbal diperlukan

untuk melakukan pekerjaan itu dengan sukses.

Kemampuan intelektual memainkan peran yang lebih besar dalam pekerjaan-pekerjaan

rumit yang menuntut persyaratan pemrosesan informasi. Kemampuan fisik yang khusus

memiliki makna penting untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang kurang menuntut

keterampilan dan yang lebih terbakukan dengan sukses. Misalnya pekerjaan yang

keberhasilannya menuntut stamina, kecekatan tangan, kekuatan tungkai, atau bakat-bakat

serupa menuntut menejemen untuk mengenali kapabilitas fisik seorang karyawan.

Terdapat sembilan kemampuan fisik dasar yang dilibatkan dalam melakukan tugas-tugas

jasmani, yaitu kekuatan dinamis, kekuatan tubuh, kekuatan statis , kekuatan, keluwesan

eksten, keluwesan dinamis, koordinasi tubuh, keseimbangan, dan stamina. Individu-individu

berbeda dalam hal sejauh mana mempunyai tiap-tiap kemampuan tersebut. Skor yang tinggi

pada satu kemampuan bukanlah jaminan skor yang tinggi pada kemampuan yang lain.

Kemampuan intelektual atau fisik khusus yang diperlukan untuk kinerja yang memadai pada

suatu pekerjaan, tergantung pada persyaratan yang diminta dari pekerjaan itu.

Tokoh – Tokoh yang Terkait

Menurut Zainun (1994) dalam Sariyathi (2003) bahwa kemampuan (ability) dimaksudkan

sebagai kesanggupan (capasity) karyawan untuk melaksanakan pekerjaannya. Kemampuan

mengandung berbagai unsur seperti keterampilan manual dan intelektual, bahkan sampai

kepada sifat-sifat pribadi yang dimiliki. Unsur-unsur ini juga mencerminkan pendidikan,

latihan dan pengalaman yang dituntut sesuai rincian kerja. Kemampuan sesungguhnya

merupakan suatu unsur pelaksanaan kerja yang diperlukan untuk memungkinkan para

karyawan bekerja dengan cara tertentu.

Menurut Gitosudarmo dan Sudita (2008) pencapaian prestasi berkaitan dengan

kemampuan menyelesaikan tujuan yang menantang (challenging goal). Sebagian orang

menyenangi tujuan-tujuan yang menantang (tujuan yang cukup berat tetapi masih mungkin

dicapai), dan sebagian lagi menyenangi tujuan yang moderat maupun rendah. Kemampuan

seseorang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Ini berarti bahwa dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan selalu masih tersedia suatu tingkatan kemampuan yang belum

dipergunakan oleh seseorang.

Jenis – Jenis dan Pelaksanaanya

1.Tes Intelektual

- CFIT (Culture Fair Intelegence Test) = untuk mengungkap kemampuan mental umum

- TIU (Tes Intelegensi Umum) = untuk mengungkap kemampuan mental umum

- TKD (Tes Kemampuan Dasar) = untuk mengukur kemampuan dasar individu

- AA (Army Alpha) = untuk mengetahui daya tangkap / daya konsentrasi orang

- ADKUDAG (Administrasi dan Keuangan) = untuk mengetahui kemampuan administrasi

dan keuangan

- IST (Tes inteligensi) yang terdiri dari 9 subtes didasarkan pada

anggapan bahwa strutktur inteligensi tertentu cocok dengan pekerjaan

atau profesi tertentu.

2.Tes Kepribadian

- EPPS (Edwards Personal Preference Schedule) = untuk mengukur

kepribadian orang dilihat dari kebutuhan-kebutuhan yang mendorongnya (16 faktor)

- DAM&BAUM = Draw A Man Tes (Tes Gambar Orang) ; untuk

mengetahui tanggung jawab, kepercayaan diri, kestabilan dan ketahanan kerja

- WARTEGG = untuk mengetahui emosi, imajinasi, intelektual dan aktifitas subjek

- Tes Pauli = untuk mengukur sikap kerja dan prestasi kerja (daya

tahan, keuletan, sikap terhadap tekanan, daya penyesuaian, ketekunan, konsistensi, kendali

diri)

- KRAEPLIEN = untuk mengungkap ketelitian,kecepatan, kestabilan dan

ketahanan kerja

- RM (The Rothwell Miller) = untuk mengetahui minat seseorang terhadap jenis pekerjaan

- PAPI Kostick = untuk menjabarkan kepribadian dalam 20 aspek yang

masing-masing mewakili need atau role tertentu, tinggi rendahnya need

atau role tertentu mempunyai arti yang spesifik. Konfigurasi yang

diperoleh adalah gambaran dari pilihan testee yang bermuatan need atau role; dan

dibandingkan dengan need atau role lain dalam keseluruhan sistem kepribadian berdasarkan

persepsi testee atas dirinya sendiri.

3. Wartegg Test

Pernahkah anda ikut psikotest dan disuruh menggambar atau melengkapi gambar delapan

kotak diatas (Wartegg Test)

Pada saat Anda menjalankan Wartegg Test, Anda akan diberi selembar kertas yg berisi 8

kotak yg ada stimulus2 nya, kemudian Anda akan diberikan perintah untuk melengkapi dari

gambar yg ada di kotak tersebut.

Isi dari masing2 gambar :

gbr 1. berupa titik ditengah kotak : ini menyangkut hal2 yg

berhubungan dengan penyesuaian diri yaitu bagaimana seseorang

menempatkan diri dlm lingkungan

gbr 2. berupa ~ tp berada di kotak sebelah kiri : menunjukkan

fleksibilitas perasaan.

gbr 3. berupa 3 garis horisontal dr pendek, sedang tinggi sejajar:

mengukur hasrat untuk maju/ ambisi

gbr 4. berupa kotak kecil di sebelah kanan : mengukur bagaimana

seseorang mengatasi kesulitan

gbr 5. seperti huruf T tp miring (susah gambarin nya) : mengukur

bagaimana cara bertindak.

gbr 6. berupa garis horisontal ; vertikal : mengukur cara berpikir /

analisa; sintesa

gbr 7. berupa titik2 : menyangkut kehidupan dan perasaan ( apakah

sudah stabil, kekanakan)

gbr 8. berupa lengkungan : mengenai kehidupan sosial/ hubungan sosial

Jika anda pernah bertanya-tanya apa fungsi test melengkapi gambar diatas dan apakah test

diatas sebenarnya adalah untuk mencari tahu siapa diantara peserta yang paling pintar

menggambar.

Ternyata test diatas bukan untuk mengetahui kemampuan menggambar

Anda melainkan hal tersebut merupakan salah satu cara dari beberapa

cara yang lain yang digunakan oleh psikolog untuk mengetahui

kepribadian Anda dari cara Anda menggambar.

Test Wartegg mengharuskan peserta untuk melengkapi gambar yang

terdiri dari 8 gambar, 4 diantaranya berupa garis lurus (Gambar III,

IV, V, dan VI) dan empat lainnya berupa garis lengkung (Gambar I, II,

VII, VIII). Menurut informasi dari buku, internet menyatakan bahwa garis melengkung

sebaiknya diisi dengan mahkluk hidup dan garis lurus diisi dengan benda mati. Apakah ini

benar?

Selain itu menurut informasi yang didapat juga menyatakan, dari cara Anda menggambar

akan terlihat apakah Anda seorang yang keras kepala, tidak terorganisir,dll. Semuanya

terlihat dari kebersihan, kerapian, tekanan pensil dan sebagainya. Test ini juga mampu untuk

mengungkapkan kemampuan IQ anda, dari hasil apa yang Anda gambar.

4. BAUM Test

Draw A Man Tes (Tes Gambar Orang) ; untuk mengetahui tanggung jawab, kepercayaan diri,

kestabilan dan ketahanan kerja. BAUM Test termasuk dlm test Grafis. Mungkin Anda pernah

menjalani test dimana Anda diberi kertas kosong dan diminta untuk menggambar pohon, dan

dikertas lainnya diminta menggambar orang. Yang dinilai bagus atau tidaknya gambar

tersebut, melainkan besar-kecil gambar, tarikan garis (tegas atau tidak atau patah2), letak

gambar (kanan-kiri, atas-bawah, atau center). Biasanya Anda juga diminta untuk memberikan

keterangan pohon apa yang digambar, kalau orang ( dia lagi melakukan apa dan jenis

kelaminnya apa). Tiap2 gambar ada artinya.

5. Tes KRAEPPELIN dan PAULI

Tidak ada perbedaan semua berisikan kertas dan angka yang membedakan hanya cara

dan jumlah isinya dan KRAEPPELIN memiliki jumlah deret angka yg lbh banyak, biasanya

sang psikolog hanya menginstruksikan “pindah” pada waktu tertentu dan berbeda2 utk

melihat daya tahan otak dan konsistensi.

Pada saat Anda menjalankan test ini pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana para

psikolog itu memeriksa hasil test? Karena tulisan yang dibuat mungkin kecil, berantakan, dan

banyak. Ternyata dari informasi yang didapat dari buku, internet dan orang-orang psikolog

bahwa mereka mempunyai teknik tertentu dalam memeriksa hasil test ini, yaitu dengan

mengabaikan kolom2 tertentu dan mengecek kolom2 tertentu juga.

Namun demikian, tes psikolog hanyalah merupakan suatu alat buatan

manusia untuk mengetahui kepribadian seseorang secara umum saja. (Menurut saya taksiran).

Kesimpulan yang dihasilkannya boleh jadi berbeda dengan kepribadian

yang sesungguhnya. Hal ini diakui oleh para psikolog sendiri bahwa

tidak ada satu pun tes di dunia ini yang benar-benar akurat dapat

menilai kemampuan dan kepribadian seseorang

BAB 6ROLEPLAY

Roleplay Pelaksanaan Tes Psikologi

Grafis

Tehnik proyeksi yang dipakai tes grafis ini seringkali disebut sebagai tehnik ekspresif.

Yang banyak dikenal dan banyak dipakai oleh para psikolog Indonesia adalah:

-          Gambar Orang (Graw a Person Test)

-          Gambar Pohon (Draw a tree Test)

Tes grafis disebut juga sebagai paper and pencil test karena hanya melibatkan 2 bahan

tersebut dan dianggap sebagai tes yang sederhana dan murah. Sederhana karena tugas yang

diberikan tidak rumit, mudah dimengerti subyek dan waktu pengerjaan tidak lama. Murah

karena hanya melibatkan beberapa lembar kerja HVS 70gr ukuran A4 dan sebatang pinsil

HB.

1.                  Gambar Orang (Draw a Person Test)

Ada beberapa versi dari Tes Gambar Orang, yaitu versi Goodenough yang biasanya

dipakai untuk memperoleh nilai I.Q Versi ini kemudian dikembangkan Harris sehingga

dikenal sebagai Draw a Person Tes versi Goodenough-Harris. Apabila pada versi

Goodenough subyek hanya menggambar 1 figur saja maka pada versi Goodenough Harris,

subyek diminta untuk menggambar 3 figur, yaitu figur laki, perempuan dan figur diri. Pad

dua tes ini, figur yang digambar diberikan penilaian kuantitatif, misalnya kepala diperoleh

nilai : 1; mata diberi nilai 1; ada pupil diberi nilai 1 dan seterusnya sehingga diperoleh skor

total. Skor total ini masih diolah lebih lanjut sehingga akhirnya memunculkan nilai IQ.

Berbeda dengan yang disebut diatas adalah versi Machover yang tidak memberikan

penilaian kuantitatif tetapi kualitatif.

Versi Machover ini dilandasi teori Psikoanalisa.

Figur manusia yang digambar dianggap sebagai persepsi si penggambar tentang

dirinya dan bayangan tubuhnya. Walaupun gambar-gambar yang dibuat subyek biasanya

merupakan bayangan tubuh dan konsep dirinya, tetapi perubahan-perubahan dalam sikap dan

suasana hati karena situasi juga dinyatakan disini.

Seringkali dipertanyakan, mengapa figur manusia yang digambar dan bukan figur

lain? Jawabannya adalah sebagai berikut, yaitu figur manusia adalah yang paling dikenal,

yang paling dekat dengan dirinya sehingga ia dapat menggambar berdasarkan pengalaman-

pengalamannya.

Administrasi tes tidaklah sukar. Persyaratan untuk tes adalah 2 lembar kertas HVS 70

mgr ukuran A4 dan 1 pinsil HB, penghapus. Perhatikan agar tidak menggunakan alas karton

atau buku. Alas untuk menggambar harus keras dan licin Instruksi adalah : Gambarlah orang

Apabila subyek sudah selesai dengan gambarnya, maka diberikan kertas lain lalu diberi

instruksi:

”Sekarang gambarlah figur dengan jenis kelamin lain dari yang tadi digambar”

Selama subyek mengerjakan tes, tester membuat observasi dan mencatat semua

pernyataan verbal subyek, komentar yang diberikan, cara ia menggambar, figur dengan jenis

kelamin mana yang digambar terlebih dahulu, berapa lama ia menggambar?

Setelah subyek selesai menggambar, tester melakukan asosiasi, yaitu meminta subyek

untuk membuat cerita tentang figur yang digambarnya. Dalam tes kelompok, sukar membuat

asosiasi karena waktu yang tersedia terbatas. Disamping itu hanya 1 figur saja yang

digambar. Waktu pelaksanaan dalam tes kelompok juga dibatasi, yaitu 10 menit.

Prinsip interpretasi.

Pada waktu kita menghadapi lembar kertas dengan hasil karya subyek berupa figure

manusia, maka seolah-olah kita berhadapan langsung dengan si penggambarnya. Kita akan

mendapat kesan pertama tentang gambar tersebut. Dalam analisis selanjutnya, kita berpegang

pada 3 hal yaitu :

Ruang ; gerak dan bentuk.

Ruang adalah : Posisi figur diatas kertas, apakah ditempatkan ditengah, kiri, kanan,

atas atau bawah?

Gerak adalah : Bagaimana pinsil diatas kertas bergerak membentuk figure manusia. Ini

mencakup tenakan pinsil, cara subyek membuat garis dan bayangan.

Bentuk adalah : Bagaimana proporsi figur, apa yang digambar, elaborasi, detail, distorsi,

ada yang tidak digambar dan sebagainya. Disamping itu masih perlu dipertimbangkan fungsi

anggota tubuh yang mendapat penekanan. Penekanan dapat berupa tambahan shading,

hapusan, berulangkali diperbaiki, dipertebal, garis pada bagian tertentu berbeda dengan garis

secara keseluruhan, lebih mendetail dan sebagainya. Adanya anggota tubuh yang tidak

digambarpun perlu ditertimbangkan. Penekanan dibagian tertentu dari figur manusia

menunjukkan adanya konflik pada bagian tersebut dan karena itu perlu diketahui fungsi dari

berbagai bagian/organ tubuh.

a.       Kepala : Dianggap sebagai tempat kegiatan intelek dan fantasi dan diasosiasikan dengan

kontrol impuls dan emosi, kebutuhan sosialisasi dan komunikasi. Maka dikatakan bahwa

orang yang menarik diri, neurotik tidak memberi banyak perhatian pada kepala. Bagian-

bagian kepala berfungsi sebagai sumber utama dari kepuasan dan ketidak puasan sensoris

disamping sebagai alat komunikasi. Mata, telinga dan mulut merupakan organ yang

diperlukan dalam berhubungan dengan lingkungan, sehingga perlakuan yang berlebihan

menunjukkan kemungkinan kecemasan yang berhubungan dengan fungsi-fungsi organ-organ

tersebut.

b.      Leher : Leher merupakan penghubung antara kepala dan badan, merupakan penghubung,

dalam bahasa psikoanalisis antara super-ego, ratio, dan id, impuls, dorongan. Pada umumnya

bila leher mendapat penekanan maka menunjukkan kemungkinan pemikiran subyek

mengenai kebutuhannya untuk mengontrol impuls-impuls yang dirasakannya mengancam.

c.       Badan : Badan, khususnya ”trunk” diasosiasikan dengan dorongandorongan dasar. Subyek

biasanya cenderung menggambar figuryang mirip dengan keadaan tubuhnya sendiri. Anak

seringkali menggambar ”trunk” secara sederhana, persegi-empat atau lonjong. Tidak adanya

bagian tubuh yang penting (kecuali pada anak) menunjukkan kemungkinan gangguan

psikologis yang serius.

d.      Bahu : Perlakuan terhadap bahu dianggap sebagai pernyataan dari perasaan kebutuhan akan

kekuatan fisik. Orang normal akan menggambar bahu dengan jelas sedangkan orang dengan

rasa rendah diri karena fisik yang kurus dan kecil akan menggambar figur dengan sebelah

bahu lebar. Tidak adanya bahu terkadang dikatakan sebagai kemungkinan skizofreni atau

kondisi kerusakan otak.

e.       Lengan dan tangan: Kondisi lengan dan penempatannya, yaitu menjauh dari tubuh atau

melekat pada tubuh menunjukkan hubungan subyek dengan lingkungannya. Maka lengan

yang ditaruh dipunggung sehingga hanya sebagian saja yang tampak, menunjukkan

keengganan subyek untuk berhubungan dengan orang. Tangan yang dimasukkan ke dalam

saku, atau tangan yang tidak tampak, diassosiasikan dengan konflik dan perasaan-perasaan

bersalah yang berhubungan dengan kegiatan tangan tersebut.

f.       Tungkai kaki dan kaki: Figur dengan perlakuan tidak biasa terhadap kaki atau tungkai kaki

berhubungan dengan perasaan aman atau tidak aman. Tungkai kaki merupakan serana

bergerak dan perlakuan terhadap bagian ini mencerminkan perasaan seseorang mengenai

mobilitas.

2.                  Gambar Pohon

Gambar pohon dikembangkan oleh Karl Koch

Administrasi tes:

         Persyaratan : Kertas HVS 70mgr ukuran A4, pinsil HB, tidak pakai penghapus, alas

menggambar harus licin dan keras, waktu tidak dibatasi (kecuali tes kelompok).

         Instruksi : ”Gambarlah pohon”

”Kecuali : pohon cemara, randu, kelompok palma, bambu”

Apabila ada kesan bahwa gambar yang dibuat tidak memenuhi persyaratan, maka

subyek diberi kertas baru dan diberi instruksi: ”Gambarlah pohon lain dari yang telah anda

gambar”.

Seringkali muncul pertanyaan : Mengapa justru gambar pohon? Apabila kita melihat

tanaman yang mempunyai sistem terbuka yaitu dengan pertumbuhan yang menuju keluar,

segala sesuatu terjadi di permukaan, dibentuk dibawah kulit dan ujung-ujung tunasnya.

Hanya pohon yang memperlihatkan hal ini. Maka dikatakan bahwa ”Keberadaan” tanaman

adalah gerakan hidup keluar, usaha menjauhi zone pertumbuhan pusat. Pohon tidak pernah

berhenti berkembang, ia tumbuh sempurna, selalu muda-berbunga berbuah sampai mati.

Berbeda dengan manusia atau binatang yang merupakan sistem yang tertutup. Hidup

fisik diarahkan kedalam. Semua organ sudah ada sejak awal dan dalam tubuh semua organ

diberi makanan (darah) oleh kekuatan yang sama, seumur hidup. Dalam eksistensi manusia

segala sesuatu bergerak ke dalam dan dikendalikan organorgan pusat. Gambar pohon yang

dibuat manusia merupakan sekresi dari yang ada di dalam. Gerak keluar menjadi bentuk yang

menyerupai manusia, namun dengan sifat-sifat yang berbeda dalam ”inner being”nya. Ini

yang dikatakan sebagai royeksi dari psyche.

Prinsip interpretasi.

Sama halnya dengan tes gambar orang, pada waktu kita menghadapi hasil karya

subyek, maka seolah-olah kita berhadapan dengan subyek. Bagaimana kesan pertama yang

kita peroleh? Juga dalam analisis selanjutnya kita berpegang pada 3 hal, yaitu : ruang, gerak

dan bentuk.

Dengan bentuk tentunya bukan lagi proporsi figur, akan tetapi proporsi pohon

bagaimana perimbangan antara mahkota dan batang? Kemudian dilihat pohon apa yang

digambar dan apa yang digambar. Kadang-kadang ada pohon yang tidak lengkap, yang dapat

disebabkan beberapa hal yaitu: belum selesai, artinya ada pembelokan tidak dapat

diselesaikan, berarti adanya hambatan. Dalam membuat analisis, harus dilihat terlebih

dahulu: usia si penggambar, sesuaikah untuk usianya dan bila tidak? Kemudian perlu

diketahui pendidikan dan dari mana subyek berasal. Ini perlu diketahui karena bila pada

orang dewasa ada sekelompok ciri yang biasa ditemukan pada tahap usia yang lebih muda

yang dapat dikatakan normal untuk tahap usia tersebut maka ada beberapa kemungkinan yang

perlu dipertimbangkan yaitu retardasi perkembangan, manifestasi keadaan-keadaan infantil

atau regresi.

Untuk dapat menentukan salah satu kemungkinan diperlukan pengalaman dan

membandingkan berbagai gambar pohon dari berbagai kelompok usia.

Selanjutnya dilihat bagaimana subyek menggambar bagian-bagian pohon, yaitu:

Akar : Berfungsi untuk menghisap makanan dan berpegangan pada tanah agar tidak

tumbang. Akar dapat digambar dengan 2 cara, yaitu akar 1 garis dan akar 2 garis. Akar 1

garis biasanya dibuat anak sedangkan akar 2 garis dibuat orang dewasa. Namun akar 2 garis

dapat dibuat sebagai akar tertutup dan akar terbuka.

Pangkal batang : Dapat digambar lebar di kiri dan kanan, sebelah kiri saja lebih lebar

atau sebelah kanan saja lebih lebar. Pelebaran ke kiri atau ke kanan atau pada bagian kiri dan

kanan berarti adanya inhibisi/hambatan.

Batang pohon : dapat digambar dengan 1 garis dan 2 garis. Ada berbagai bentuk

batang, misalnya batang bentuk kerucut yang biasa digambar anak sekitar usia 8-9 tahun,

anak debil atau orang dewasa yang mengalami regresi. Batang dapat pula dibuat dengan 2

garis lurus paralel, batang yang bergelombang serasi atau batang yang menggelembung, jadi

ada penebalan dan konstriksi. Penebalan berarti penimbunan sedangkan konstriksi berarti

hambatan, jadi apa yang ditimbun dan apa yang dihambat?

Apabila kita kembali pada simbolik batang yairu energi, dorongan, maka penimbunan

dapat berarti energi. Permukaan batang:

Secara fisiognomis, permukaan batang berarti ke arah hubungan individu dengan

lingkungan secara emosional dan afektif, yaitu bagaimana individu lingkungannya. Ini berarti

penyesuaian diri, kehidupan afek, defense mechanism diri. Penampilan coretan tajam dan

berkesan keras dapat diartikan sebagai berikut : sesuatu yang keras biasanya tahan pukulan

tetapi pukulan yang keras sekali akan mengakibatkan patah. Jadi sifat yang keras dan sikap

yang keras bila terlalu ditekan, akan patah. Coretan yang begolombang menunjukkan sikap

kontak yang emosional, artinya perasaan memegang peranan penting sedangkan coretan

dalambentuk noda-noda yang tampak seperti penyakit kulit. Melambangkan gangguan dan ko

ntak dengan sesama manusia.

Bayangan, merupakan pengisian kertas dengan psinsip supaya lebih gelap dan dapat

diartikan bahwa ada perose emosional pada yang bersangkutan. Perlu diberhatikan berat-

ringannya bayangan yang dibuat, karena bayangan yang dibuat sengan halus, ringan

menunjukkan kepekaan sipenggambar sedangkan bayangan yang gelap dan berat lebih

menunjukan adanya kecemasan.

Dahan, seperti akar dan batang dapat dibuat dengan 1 garis maupun 2 garis. Dahan

yang dipotog dapat diartikan bahwa dalam perkembangan terjadi sesuatu yang menyangkit

segi psikis. Dahan yang dibuat seperti pipa, yaitu terbuka pada ujungnya pada umumnya

menunjukkan taraf perkembangan yang belumsempurna, dalam arti, dalam sikap sehari-hari

belum terlihat kematangan dan belum dapat membedakan antara diri dan lingkungan.

Mahkota, menggambarkan aktivitas atau proses-proses yang berhubungan dengan

ratio, intelek. Mahkota dapat digambar tertutup maupun terbuka. Perlu diperhatikan

perbandingan antara lebar dan tinggi mahkota depan panjang batang. Kadang-kadang

mahkota diisi dengan dahan yang terpencar tak beraturan, mahkota disini dengan coretem

atau mahkota yang kosong.

IST (Intelligenz – Struktur – Tes)

Tes IST (Intelligenz Struktur Test) merupakan salah satu tes psikologi untuk

mengukur tingkat intelegensi seseorang. IST (Intelligenz - Struktur – Test) adalah tes

inteligensi yang dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Jerman pada tahun 1953.

* IST terdiri dari 9 sub test:

1.      SE (Satzerganzng) --- Melengkapi kalimat

2.      WA (Wortausuahl)--- mencari kata yang berbeda

3.      AN (Analogien) --- mencari hubungan kata

4.      GE (Gmeinsamkeiten) --- mencari kata yang mencakup dua pengertian

5.      RA (Rechen Aufgaben) --- Hitungan sederhana

6.      ZR (Zahlen Reihen) --- deret angka

7.      FA (Form Ausuahl) --- Menyusun bentuk

8.      WU (Wurfal Aufgaben) --- Kubus

9.      ME (Merk Aufgaben) --- Mengingat kata

* Cara Skoring IST

Telah disediakan kunci jawaban.

o   Untuk subtes GE ada kunci jawaban tersendiri dengan penilaian 0 ,1, 2.

o   RW --- SW, dari jumlah benar --- norma.

o   Norma --- IQ

o   Norma IST didasarkan pada USIA dan TARAF PENDIDIKAN.

* Aspek-aspek yang terukur pada setiap subtes IST

1.      SE:

         Berpikir konkrit praktis

         Berpikir logis

         Akal sehat (common sense)

         Pembentukan keputusan

         Pemaknaan realita

         Berpikir mandiri

2.      WA

         Rasa bahasa

         Berpikir verbal

         Pengertian bahasa

         Kemampuan empati (menghayati)

         Komponen reseptif

3.      AN

         Daya mengkombinasikan

         Fleksibilitas/kelincahanberfikir

         Menstransfer hubungan

         Kejelasan dan konsekuen dalam berpikir.

         Analisa yang bersifat dugaan

         Suatu perkiraan yang paling berarti bagi pengembangan studi ilmiah

4.      GE

        Daya abstraksi verbal

        Pembentukan konsep (Pengertian)

        Berfikir logis dalam bentuk bahasa

5.      RA

         Berpikir praktis dalam masalah hitungan

         Berpikir logis objektif

         Berfikir matematis.

         Mengambil keputusan

6.      ZR

         Berpikir teoritis dalam berhitung

         Berfikir induktif angka

         Kelincahan berpikir

         Mengenali komponen ritmis

7.      FA

         Kemampuan membayangkan

         Kemampuan mengamati

         Berpikir secara utuh menyeluruh.

         Mengenali komponen konstruktif

8.      WU

         Daya bayang ruang

         Menganli konstruktif teknis

         Berpikir analitis

9.      ME

         Atensi

         Memori Mengingat kata yang telah dipelajari

* Dari 4 subtest awal IST diperoleh:

o Kecerdasan teoritis (grafik berbentuk M): WA dan GE lebih tinggi

Kemampuan berfikir abstrak-teoritis dan menyatakan dalam bentuk bahasa. Misal:

filsuf

o Kecerdasan praktis (Grafik berbentuk W): SE dan AN lebih tinggi

Kemampuan menentukan hubungan dalam suatu masalah secara praktis. Misal: Ir.

Teknik Mesin

* Langkah-langkah skoring IST

o Cocokkan jawaban testee dengan kunci jawaban IST

o Hitung jawaban yang benar (RW)

o Jumlahkan ke bawah.

o Lihat norma untuk mendapatkan skor SW

o Lihat norma jumlah

o Lihat norma IQ

* Angka IST untuk penjurusan

  IPA : lihat skor RA, ZR,FA, WU harus lebih tinggi dibandingkan yang lain.

  IPS : Lihat skor SE, WA, GE, ME harus lebih tinggi dibandingkan yang lain

  Untuk melanjutkan pendidikan setelah SMA, sebaiknya skor AN cukup baik (rata-rata).

  Diprediksi berhasil menjalani pebdidikan di jenjang D3 dengan baik jika IQ minimal pada

rentang rata-rata (96 - 105).

  Diprediksi berhasil menjalani pendidikan di jenjang SI dengan baik jika IQ minimal pada

rentang rata-rata atas (106 - 110).

  Namun demikian tetap harus mempertimbangkan aspek-aspek psikologis yang lain, seperti

motivasi, minat, kegigihan dalam mengatasi hambatan, keinginan untuk belajar dsb.

* Kesesuaian beberapa jurusan di PT berdasarkan skor IST yang penting untuk

mendapatkan skor cukup tinggi

      Fak. Hukum: SE, AN, GE, ME

      SISIP: SE, AN, GE

      Ekonomi: SE, AN,RA, ZR

      Sastra: WA, AN, GE, ME

      Fikom: SE, WA, AN, ME

      Psikologi: SE, WA, AN, GE, ME

      Kedokteran: SE, AN, GE, FA, WU

      Pertanian: AN, GE, FA, WU

      Peternakan: AN, FA, WU

      Seni rupa: AN, ZR, FA, WU

      Teknik: SE, AN, GE, RA, ZR, FA, WU

      MIPA: AN, GE, RA, ZR, FA, WU

Kraeplin

Tes kraepelin diciptakan oleh seorang psikiater jerman bernama Emilie kraepelin pada tahun

1856 – 1926. Alat tes ini terlahir karena adanya dasar pemikiran dari faktor-faktor yang khas

pada sensori sederhana, sensori motor, perseptual dan tingkah laku. Pada mulanya merupakan tes

kepribadian. Namun dalam pekembangannya telah berubah menjadi tes bakat, dengan cara

merubah tekanan skoring dan interpretasi. Satu hal yang perlu anda ketahui bahwa alat tes ini

akan mengungkap beberapa faktor bakat diantaranya: kecepatan, ketelitian, keajegan, dan

ketahanan dalam tekanan.

Emil Kraepelin dilahirkan pada tanggal 15 Pebruari 1856 di Neustrelitz dan wafat pada

tanggal 7 Oktober 1926 di Munich. Ia menajdi dokter di Wurzburg tahun 1878, lalu menjadi

dokter di rumah sakit jiwa Munich. Pada tahun 1882 ia pindah ke Leipzig untuk bekerja dengan

Wundt yang pernah menjadi kawannya semasa mahasiswa.

Dari tahun 1903 sampai meninggalnya, ia menjadi profesor psikiatri di klinik psikiatri di

Munich dan sekaligus menjadi direktur klinik tersebut. Emil Kraepelin adalah psikiatris yang

mempelajari gambaran dan klasifikasi penyakit-penyakit kejiwaan, yang akhirnya menjadi dasar

penggolongan penyakit-penyakit kejiwaan yang disebut sebagai Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorders (DSM), diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA).

Emil Kraepelin percaya bahwa jika klasifikasi gejala-gejala penyakit kejiwaan dapat

diidentifikasi maka asal usul dan penyebab penyakit kejiwaan tersebut akan lebih mudah diteliti.

Kraepelin menjadi terkenal terutama karena penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan

yang disebut psikosis. Ia membagi psikosis dalam dua golongan utama yaitu dimentia praecox

dan psikosis manic-depresif. Dimentia praecox merupakan gejala awal dari penyakit kejiwaan

yang disebut schizophrenia. Kraepelin juga dikenal sebagai tokoh yang pertama kali

menggunakan metode psikologi pada pemeriksaan psikiatri, antara lain menggunakan test

psikologi untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan kejiwaan. Salah satu test yang

diciptakannya di kenal dengan nama test Kraepelin. Test tersebut banyak digunakan oleh para

sarjana psikologi di Indonesia pada era tahun 1980an.

Aspek – Aspek Tes Kraepelin

Alat tes ini terlahir karena adanya dasar pemikiran dari faktor-faktor yang khas pada

sensori sederhana, sensori motor, perseptual dan tingkah laku. Pada mulanya merupakan tes

kepribadian. Namun dalam pekembangannya telah berubah menjadi tes bakat, dengan cara

merubah tekananskoring dan interpretasi. Satu hal yang perlu anda ketahui bahwa alattes ini

akan mengungkap beberapa faktor bakat diantaranya: kecepatan, ketelitian, keajegan, dan

ketahanan kerja di dalam tekanan. Kraepelin menjadi terkenal terutama karena

penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan yang disebut psikosis. Ia membagi psikosis

dalam dua golongan utama yaitu dimentia praecox dan psikosis manic-depresif. Dimentia

praecox merupakan gejala awal dari penyakit kejiwaan yang disebut schizophrenia.

Kraepelin juga dikenal sebagai tokoh yang pertama kali menggunakan metode

psikologi pada pemeriksaan psikiatri, antara lain menggunakan test psikologi untuk

mengetahui adanya kelainan-kelainan kejiwaan. Salah satu test yang diciptakannya di kenal

dengan nama test Kraepelin. Test tersebut banyak digunakan oleh para sarjana psikologi di

Indonesia pada era tahun 1980an. Menurut Dr. J. de Zeeuw, tes Kraepelin digolongkan

sebagai tes yang mengukur faktor – faktor khusus non intelektual (tes konsenterasi).

Sedangkan menurut Anne Anestesi, tes Kraepelin merupakan tes kecepatan. Ini ditunjukan

dengan banyaknya soal yang dibatasi waktu dimana testi dipastikan tidak dapat

menyelesaikan seluruh soal. Jadi pada tes Kraepelin memang testi tidak diharapkan untuk

menyelesaikan seluruhnya setiap lajur. Yang dilihat disini adalah kecepatan kerja testi.

Selain kecepatan kerja, faktor – faktor lain yang diungkapkan adalah ketelitian, konsenterasi

dan stabilitas kerja. Aspek – aspek yang berpengaruh bermacam – macam, misalnya persepsi

visual, konseptual, koordinasi senso-motorik, pushing power, ketahanan, learning effect.

Tujuan pengetesan

• Tes kraepelin dimaksudkan untuk mengukur maximum performance seseorang. Oleh

karenanya tekanan skoring dan interpretasi lebih didasarkan pada hasil test secara obyektif

bukan pada arti proyektifnya.

• Dari hasil perhitungan obyektif, dapat diinterpretasikan 4 hal :

1. Faktor kecepatan (speed factor)

2. Faktor ketelitian (accuracy factor)

3. Faktor keajekan (rithme factor)

4. Faktor ketahanan (ausdeur factor)

Fungsi dan implementasi tes Kraeplin

• Tes kraepelin dapat digunakan untuk menentukan tipe performance seseorang, misalnya :

1. Hasil penjumlahan angka yang sangat rendah, dapat mengindikasikan gejala depresi

mental

2. Terlalu banyak salah hitung, dapat mengindikasikan adanya distraksi mental

3. Penurunan grafik secara tajam, dapat mengindikasikan epilepsi atau hilang ingatan sesaat

waktu tes.

4. Rentang ritme/grafik yang terlalu besar (antara puncak tertinggi & terendah) dapat

mengindikasikan adanya gangguan emosional.

Alat yang dibutuhkan ( administrasi )

1. lembar tes Kraepelin, tes ini terdiri dari 45 lajur angka, namun biasanya yang dikerjakan

hanya 40 lajur.

2. stopwatch

3. pensil

4. meja yang cukup luas

5. papan tulis , kapur atau flip chart untuk dipergunakan tester saat menjelaskan pada testi.

Prosedur pelaksanaan tes

1. bagikan lembar tes pada testi

2. testi diminta mengisi identitas pada tempat yang sudah ditentukan dalam lebar tes, dan

tidak membuka lembaran tes sebelum diinstruksikan.

3. Berikan contoh mengisi/menjawab lembar tes di papan tulis.

4. Instruksi : “dalam tes ini anda akan menghadapi kolom – kolom yang terdiri dari angka.

Tugas anda adalah :

1. Jumlahkan tiap – tiap angka dengan angka diatasnya, kerjakan dari atas kebawah.

2. Dari angka hasil penjumlahan tersebut, anda cukup menuliskan angka satuannya saja,

misalnya hasil penjumlahan itu adalah 14 , maka anda hanya menulis angka 4 disamping

kanan – antara kedua angka tersebut.

3. Bila anda membuat kesalahan dalam menjumlahkan, misalnya anda menjawab 8 padahal

jawabannya adalah 3, mak anda tidak perlu menghapusnya. Anda cukup mencoret dengan

satu garis angka yang salah tersebut dan menggantinya dengan angka yang benar.

4. Setiap mendengar ketukan (dicontohkan) , maka anda harus pindah ke lajur selanjutnya

disebelah kanan. Dan mulailah kembali mengerjakan dari bawah keatas di lajur yang baru

tersebut.

5. Anda hendaknya bekerja secepat dan seteliti mungkin.

6. Sebagai latihan marilah kita mengerjakan contoh yang terdiri dari 2 lajur angka yang

terdapat pada lembaran tes. Kita mulai dari lajur kiri, mulai dari bawah dijumlahkan dengan

angka diatasnya. “ya mulai”… setelah 30 detik beri ketukan, “stop, pindah kekolom

selanjutnya”. Setelah 30 detik beri ketukan dan ucapkan “ya berhenti”. Setelah mengerjakan

contoh pastikan semua testi mengerjakan dengan benar. “sekarang semuanya sudah

paham?” , “sekarang letakkan dulu alat tulis anda”

7. Andan buka kertas yang ada dihadapan anda, bila saya beri tanda mulai maka anda mulai

mengerjakan dari kolom paling kiri dari bawah keatas. Bila saya ketuk maka anda harus

pindah kekolom selanjutnya. “Siap?” ,, “mulai !!”

Tes kraepelin merupakan tes yang sering digunakan dalam rekruitmen karyawan.

Bagi anda yang sudah mengikuti tes kerja, tentunya anda pernah melakukannya. Dimana

anda disuguhi lembar kertas yang penuh berisi angka – angka dan anda diminta

menjumlahkan angka diatas dan dibawahnya yang berdekatan dalam satu kolom dan menulis

hasilnya diantara angka tersebut, kemudian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan tester

akan meminta anda melanjutkan kekolom selanjutnya sampai waktu tes berakhir.

Skoring

1. Menyambung / membuat garis dari puncak tertinggi sehingga membentuk grafik

2. Garis timbang : puncak teringgi + puncak terendah : 2

3. Kecepatan testi mengerjakan lajur tiap menit :

2 x ( jumlah angka diatas garis timbang – angka dibawah garis timbang) : 40

4. Ketelitian :

Jumlah kesalahan 15 lajur ( 5 lajur terdepan, 5 lajur tengah dan 5 lajur terakhir)

Interpretasi

Interpretasi hasil dapat mencakup :

1. Kecepatan, bisa mengindikasikan tempo kerja

2. Ketelitian, bisa mengindikasikan konsentrasi kerja

3. Keajekan, bisa mengindikasikan stabilitas emosi.

4. Ketahanan, bisa mengindikasikan daya tahan terhadap situasi keadaan menekan.

Individu dikatakan memiliki perfoma kerja yang baik jika dalam rentang waktu yang lama,

dalam situasi menekan ( stressfull) mampu menunjukan kerja yang cepat, teliti dan stabil.

• Dari hasil perhitungan obyektif, dapat diinterpretasikan 4 hal :

5. Faktor kecepatan (speed factor)

6. Faktor ketelitian (accuracy factor)

7. Faktor keajekan (rithme factor)

8. Faktor ketahanan (ausdeur factor)

Sumber:

http://kuliahdi.blogspot.com/2010/05/sekilas-sejarah-pengembangan-tes.html

http://vivapsikologi.blogspot.com/2012/06/psychodiagnostica-sejarah-tes-psikologi.html

Ki Fudyartanta. 2009. Pengantar Psikodiagnostik. Yogyakart: Pustaka Pelajar

Azwar, Syaifuddin. 2009. Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sukardi, Dewa Ketut. 2003. Analisis Tes Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta

http://lompoulu.blogspot.com/2012/12/tes-psikologi.html

http://www.psychologymania.com/2012/03/fungsi-tes-psikologi.html

http://harisahmad.blogspot.com/2011/10/jenis-test-psikologi-untuk-test-di.html

http://ibadurahman-robbani.blogspot.com/2010/11/tes-grafis.html

http://usberstop.wordpress.com/2011/03/30/tes-kraepelin/

http://koreksipsikotes.blogspot.com/