Paper Pola Pewarisan Watik 1

13
POLA PEWARISAN SIFAT BUAH TOMAT INHERITANCE OF TRAITS OF TOMATO FRUIT Rudi Hari Murti 1 , Triasih Kurniawati 2 , dan Nasrullah 3 Sari Dalam naskah ini diuraikan pola pewarisan sifat buah tomat berdasarkan segregasi hasil persilangan tetua yang mempunyai sifat berbeda. Perbedaan sifat tetua meliputi warna buah mentah, warna buah masak, bentuk buah, jumlah bunga dan buah per tandan, jumlah rongga buah dan beberapa sifat lainnya. Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari empat tetua (P) yaitu GM1, GM3, Gondol Hijau dan Gondol Putih serta keturunan F1 dan F2 dari persilangan GM1xGH, GM3xGH dan GM3xGP. Jumlah tanaman masing-masing tetua dan F1 sebanyak 20 tanaman, sedangkan F2 dari masing-masing persilangan sebanyak 200 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan warna buah masak dikendalikan oleh dua lokus dengan dua alel pada satu lokus dan tiga alel di lokus yang lain atau tiga lokus dengan dua alel per lokus tetapi salah satu lokus berbeda pada tetua Gondol Putih dan Gondol Hijau. Bentuk buah apel (gepeng) dominan terhadap bentuk bulat, dikendalikan oleh dua lokus dengan interaksi antar lokus epistasis dominan. Jumlah bunga, jumlah buah, fruitset, dan jumlah rongga buah termasuk sifat kualitatif sedangkan panjang dan diameter buah termasuk sifat kuantitatif. Nisbah potensi pada semua variabel menunjukkan efek dominan, kecuali fruitset pada persilangan GM3xGP. Ada pleotropi atau tautan (linkage) antara gen pengendali jumlah rongga buah, jumlah bunga, dan ukuran buah. Kata kunci: pola pewarisan, buah tomat, epistesis, korelasi Abstract This paper elaborate the pattern of inheritance of fruit characters on tomato based on the segregation F2 generation. The parental used for producing F2 population had some difference characters of fruit. The gene that controlled the fruit characters had elaborated in this research. The research used four parental (GM1, GM3, Gondol Putih and Gondol Hijau), F1 and F2 of GM1xGH, GM3xGH dan GM3xGP. Each parental and F1 consisted of 20 plants, while F2 generation consisted of 200 plants. The result of showed that fruit ripe color controlled by two locus (two alel per locus and three allele per locus on the other hand) or three locus (two allele per locus) but one of difference locus conferred by two parental (Gondol Putih and Gondol Hijau). The flattened fruit shape was dominant to sphere shape. The fruit shape was controlled by two locus with epsitesis dominant interaction between locus. The flower number, fruit number, fruitset, and loculus included into qualitative characters, while diameter and length of fruit included into quantitative characters. Potence ratio of all 1 Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Fak. Pertanian UGM 2 Alumni Fakultas Pertanian UGM 3 Laboratorium Biometrik, Fak. Pertanian UGM

Transcript of Paper Pola Pewarisan Watik 1

  • POLA PEWARISAN SIFAT BUAH TOMAT INHERITANCE OF TRAITS OF TOMATO FRUIT

    Rudi Hari Murti1, Triasih Kurniawati2, dan Nasrullah3

    Sari

    Dalam naskah ini diuraikan pola pewarisan sifat buah tomat berdasarkan segregasi hasil persilangan tetua yang mempunyai sifat berbeda. Perbedaan sifat tetua meliputi warna buah mentah, warna buah masak, bentuk buah, jumlah bunga dan buah per tandan, jumlah rongga buah dan beberapa sifat lainnya.

    Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari empat tetua (P) yaitu GM1, GM3, Gondol Hijau dan Gondol Putih serta keturunan F1 dan F2 dari persilangan GM1xGH, GM3xGH dan GM3xGP. Jumlah tanaman masing-masing tetua dan F1 sebanyak 20 tanaman, sedangkan F2 dari masing-masing persilangan sebanyak 200 tanaman.

    Hasil penelitian menunjukkan warna buah masak dikendalikan oleh dua lokus dengan dua alel pada satu lokus dan tiga alel di lokus yang lain atau tiga lokus dengan dua alel per lokus tetapi salah satu lokus berbeda pada tetua Gondol Putih dan Gondol Hijau. Bentuk buah apel (gepeng) dominan terhadap bentuk bulat, dikendalikan oleh dua lokus dengan interaksi antar lokus epistasis dominan. Jumlah bunga, jumlah buah, fruitset, dan jumlah rongga buah termasuk sifat kualitatif sedangkan panjang dan diameter buah termasuk sifat kuantitatif. Nisbah potensi pada semua variabel menunjukkan efek dominan, kecuali fruitset pada persilangan GM3xGP. Ada pleotropi atau tautan (linkage) antara gen pengendali jumlah rongga buah, jumlah bunga, dan ukuran buah.

    Kata kunci: pola pewarisan, buah tomat, epistesis, korelasi

    Abstract This paper elaborate the pattern of inheritance of fruit characters on tomato

    based on the segregation F2 generation. The parental used for producing F2 population had some difference characters of fruit. The gene that controlled the fruit characters had elaborated in this research.

    The research used four parental (GM1, GM3, Gondol Putih and Gondol Hijau), F1 and F2 of GM1xGH, GM3xGH dan GM3xGP. Each parental and F1 consisted of 20 plants, while F2 generation consisted of 200 plants.

    The result of showed that fruit ripe color controlled by two locus (two alel per locus and three allele per locus on the other hand) or three locus (two allele per locus) but one of difference locus conferred by two parental (Gondol Putih and Gondol Hijau). The flattened fruit shape was dominant to sphere shape. The fruit shape was controlled by two locus with epsitesis dominant interaction between locus. The flower number, fruit number, fruitset, and loculus included into qualitative characters, while diameter and length of fruit included into quantitative characters. Potence ratio of all

    1 Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Fak. Pertanian UGM 2 Alumni Fakultas Pertanian UGM 3 Laboratorium Biometrik, Fak. Pertanian UGM

  • 2

    characters showed the dominance effect, except fruitset on GM3xGP crossed. The pleotropy or linkage was exist on flower number, fruit number, and loculus

    Key words: inheritance, fruit characters, epistasis, correlation

    PENDAHULUAN

    Permasalahan utama pada budidaya tanaman tomat di Indonesia adalah kurang

    tersedianya varietas unggul yang berpotensi hasil tinggi, memiliki kualitas buah yang

    baik serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Usaha untuk mendapatkan

    varietas unggul terus dilakukan yaitu dengan pemuliaan konvensional, introduksi,

    seleksi dan persilangan (Jaya, 1995). Pemuliaan tanaman tomat bertujuan untuk

    meningkatkan produktivitas dan kualitas, antara lain ukuran buah, warna buah,

    kekerasan, rasa serta sifat hortikultura seperti jumlah bunga per tandan, jumlah tandan

    bunga per tanaman (Purwati, 1997). Kemajuan genetic hasil di California dan Israel

    berturut-turut sebesar 1,54% dan 0,4% per tahun. Kemajuan genetic yang nyata terjadi

    untuk warna buah yaitu 1,15%/tahun (1977-1987) di California dan 2,73% /tahun

    (1985-1995) di Israel (Grandillo et al., 1999).

    Keragaman pada tanaman tomat cukup besar. Rahmat (1983) cit. Panjaitan

    (1990) mengatakan bahwa varietas Gondol mempunyai warna dan bentuk buah

    menarik, tahan pengepakan dan tidak mudah rusak selama pengangkutan. Ambarwati

    dan Murti (1994) menambahkan bahwa varietas Gondol Hijau dan Gondol Putih

    merupakan tetua yang baik untuk disilangkan. GM1 dan GM3 mempunyai bentuk buah

    apel, warna merah muda saat masak, daging buah tebal, ukuran buah besar, kulit kuat

    dan produksinya tinggi. (Murti dan Trisnowati, 2001). Tetua-tetua tersebut telah

    disilangkan dan menghasilkan biji F2.

    Informasi genetik merupakan hal yang penting dalam menyeleksi hasil

    persilangan untuk mendapatkan varietas unggul. Informasi ini sangat sedikit dan jarang

    diperoleh. Kajian genetika sifat buah dapat dilakukan dengan menggunakan populasi

    F2 dari populasi yang mempunyai sifat berbeda. Generasi F2 tanaman akan mengalami

    segregasi sesuai dengan hukum Mendel. Aksi dan interaksi gen yang berbeda akan

    membuat pola segregasi berbeda. Tipe aksi gen dapat dibedakan menjadi dua yaitu

    interaksi antar alel pada lokus yang berbeda (interlokus) dan interaksi antar alel pada

    lokus yang sama (intralokus). Sifat yang dikendalikan oleh satu lokus dua alel per lokus

    maka interaksi intralokus dominan akan menghasilkan perbandingan segregasi fenotipe

  • 3

    3:1 pada keturunan F2, sedangkan jika tidak ada dominansi menghasilkan nisbah 1:2:1.

    Pada sifat yang dikendalikan dua lokus dengan dua alel per lokus akan menghasilkan

    nisbah 12:3:1 jika interaksi interlokus epistasis dominan, 9:3:4 untuk epistasis resesif ,

    15:1 untuk duplikasi epistasis dominan, 9:7 untuk duplikasi epistasis resesif, dan 13:3

    untuk interaksi inhibitor (Welsh, 1991).

    Hasil penelitian Purwati (1988) menunjukkan bahwa jumlah rongga buah tomat

    dikendalikan oleh gen mayor dan rongga buah sedikit dominan terhadap jumlah rongga

    banyak. Hasil penelitian Effendi (1993) pada tanaman terung menunjukkan bahwa

    jumlah bunga majemuk dominan parsial terhadap bunga tunggal. Hasil penelitian

    White et al., (2000) menunjukkan bahwa bentuk buah pears dikendalikan oleh genetic

    dengan nilai heritabilitas >0,5 berdasarkan metode regresi tetua-keturunan dan

    kompenen varian.

    Pada tanaman ada sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Sifat kualitatif umumnya

    dikendalikan oleh sedikit gen (monogenik ataupun oligogenik) yang dicirikan dengan

    sebaran fenotipnya diskontinu, pengaruh gen secara individu mudah dikenali, cara

    pewarisannya sederhana, tidak atau sedikit dipengaruhi lingkungan. Sifat kuantitatif

    dikendalikan oleh banyak gen (poligenik) yang masing-masing gen berpengaruh kecil

    terhadap ekspresi suatu sifat (Trustinah, 1997). Sifat tersebut penting diketahui sebagai

    dasar dalam pemuliaan tanaman tomat.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pewarisan sifat kualitatif dari

    beberapa persilangan tanaman tomat dan aksi gen pada beberapa buah tomat. Penelitian

    ini diharapkan dapat memberi informasi genetik pada tanaman tomat sehingga

    bermanfaat dalam menentukan metode seleksi yang akan dilakukan.

    BAHAN DAN METODE

    Penelitian dilakukan di Kebun Balai Benih Induk Hortikultura Ngipiksari,

    Pakem, Sleman, selama 5 bulan yaitu Juni sampai Oktober. Penelitian dilakukan

    dengan menanam keturunan F1 dan F2 persilangan GM1xGH, GM3xGH, dan

    GM3XGP, serta keempat tetuanya (Gondol Hijau, Gondol Putih, GM1, GM3). Jumlah

    tanaman masing-masing persilangan F1 sebanyak 20 tanaman dan F2 sebanyak 200

    tanaman, serta 20 tanaman untuk masing-masing tetua. Keturunan F1, F2 ketiga

    persilangan dan keempat tetua (P) ditanam secara terpisah pada bedengan yang

    berbeda.

  • 4

    Pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang (ayam) sebanyak 20 ton/ha,

    serta pupuk anorganik yaitu Urea 300 kg, TSP 200 kg dan KCl 150 kg/ha. Kapur

    dolomite ditaburkan di atas bedeng secara merata untuk mengurangi keasaman tanah.

    Bedengan ditutup dengan mulsa plastik hitam perak dan dilubangi dengan jarak tanam

    60 cm x 50 cm dengan diameter 10 cm. Pembibitan dilakukan dengan menanam benih

    di dalam polibag kecil Perawatan tanaman berupa pengairan, penyulaman dan wiwilan

    yang dilakukan terhadap daun yang tua, daun yang terserang penyakit, dan tunas-tunas

    air. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida.

    Pengamatan dilakukan untuk setiap tanaman pada keturunan F1, F2 ketiga persilangan

    dan keempat tetuanya. Sifat yang diamati meliputi warna buah, bentuk buah, jumlah

    rongga buah, berat buah (g), ukuran buah (cm), dan fruitset.

    Data hasil pengamatan pada populasi F2 untuk setiap tanaman dari ketiga

    persilangan dianalisis dengan uji Lilliefor mengunakan program SPSS versi 7.5. untuk

    mengetahui apakah data mengikuti distribusi normal atau tidak. Variabel pengamatan

    yang termasuk dalam sifat kualitatif dilanjutkan dengan uji Chi-kuadrat untuk

    mengetahui nisbah genetik (Crowder, 1993). Nisbah yang mempunyai nilai lack of

    fitted paling kecil dipilih karena penyimpangan dari nilai harapan paling kecil.

    Nisbah potensi digunakan untuk mengetahui aksi gen dari sifat yang diamati.

    Besarnya derajat dominansi gen (h) dihitung dengan menggunakan Nisbah Potensi

    menurut Petr dan Frey (1966)

    Koefisien korelasi antar variabel yang diamati pada populasi F2 dianalisis

    dengan menggunakan program SAS. Koefisien korelasi dihitung dengan rumus Singh

    dan Chaudary (1979).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Bagian tomat yang mudah dikenali oleh konsumen adalah sifat fisik buah dan

    penampilan buah. Faktor yang mempengaruhi penampilan buah adalah warna, ukuran,

    bentuk, dan kerusakan fisik (Grierson dan Kader, 1986). Warna dan bentuk buah

    dipengaruhi oleh faktor genetik. Pengendali genetik sifat buah tomat diuraikan sebagai

    berikut.

    A. Warna dan Bentuk Buah

    Warna buah tomat dipengaruhi oleh kandungan klorofil dan betakarotin. Warna

    buah mentah yang muncul pada generasi F2 dari ketiga persilangan berwarna hijau

  • 5

    muda, akan tetapi memiliki warna pangkal buah beragam yaitu hijau tua, hijau dan

    hijau muda (seluruh buah berwarna hijau muda). Warna hijau pada kulit buah

    dipengaruhi oleh kandungan klorofil a dan b. Total klorofil pada buah hijau mentah

    adalah sekitar 13 g/g buah. Kandungan karotenoid buah mentah jauh lebih kecil dibandingkan klorofil (Grierson dan Kader, 1986). Hasil analisis warna buah mentah

    untuk ketiga persilangan menunjukkan warna buah mentah dikendalikan oleh lokus

    tunggal dengan dua alel per lokus. Hal ini tampak dari tanaman F2 (dari ketiga

    persilangan) yang menghasilkan buah dengan warna hijau tua dan hijau muda dengan

    nisbah 3:1. Sifat warna pangkal buah mentah hijau tua dominan terhadap warna hijau

    muda. Warna buah hijau akan berubah menjadi merah akibat destruksi klorofil dan

    peningkatan akumulasi -karotin dan lycopene (Grierson dan Kader, 1986). Gen hp (high pigment) dan dg (dark green) berkaitan dengan kandungan vitamin C buah tomat,

    yang juga mempunyai efek pleotropi terhadap ukuran buah kecil dan hasil rendah

    (Martin, ?).

    Tabel 1. Nisbah Segregasi Warna Buah Persilangan GM1xGH

    GM1 GH F1 GM1xGH

    Nisbah Segregasi

    a. Buah masak

    Merah muda

    Merah

    Merah

    12 Merah : 3 Merah muda : 1 Merah jingga

    b. Buah mentah Hijau muda

    Hijau tua

    Hijau tua 3 Hijau tua : 1 Hijau muda

    Keterangan: GP = Gondol Hijau

    Tabel 2. Nisbah Segregasi Warna Buah pada persilangan GM3XGP

    Warna GM3 GP F1 GM3xGP

    F2 GM3xGP

    b. Buah masak

    Merah muda

    Merah

    Merah

    12 Merah : 3 Merah muda : 1 Merah jingga

    b. Buah Mentah Hijau muda

    Hijau tua

    Hijau tua 3 Hijau tua : 1 Hijau muda

    Keterangan: GP = Gondol Putih

    Warna buah masak pada F2 persilangan GM1xGH adalah merah, merah muda

    dan merah jingga dengan nisbah genetik 12:3:1 seperti terdapat pada Tabel 1. Hal ini

  • 6

    menunjukkan terjadinya interaksi antar alel pada dua lokus yang berbeda sehingga

    menyebabkan efek epistasis dominan.

    Nisbah segregasi persilangan GM1xGH dan GM3x GP dapat dilihat pada Tabel

    1 dan Tabel 2. Warna buah masak tanaman F2 pada kedua persilangan adalah merah,

    merah muda dan merah jingga dengan nisbah 12:3:1. Hasil ini menunjukkan warna

    buah masak dikendalikan oleh dua lokus dengan dua alel perlokus, dengan interaksi

    antar lokus epistasis dominan.

    Warna buah masak pada keturunan F2 persilangan GM3xGH adalah merah,

    merah jingga dan merah muda dengan nisbah genetik 9:6:1. Hal ini menunjukkan

    jumlah lokus dan alel sama dengan dua persilangan lainnya tetapi pada persilangan

    GM3xGH terjadi interaksi antar lokus semi epistasis.

    Berdasarkan segregasi tampak bahwa warna buah masak dikendalikan oleh dua

    gen. Perbedaan nisbah segregasi warna buah masak dan proporsi warna merah jingga

    pada F2 GM3 x GP dan GM3 x GH disebabkan oleh perbedaan letak salah satu lokus

    pengendali warna buah antara Gondol Putih dan Gondol Hijau sehingga jumlah lokus

    diperkirakan ada tiga, atau salah satu lokus pada Gondol Hijau dan Gondol Putih terdiri

    dari tiga alel.

    Tabel 3. Warna Buah Persilangan GM3xGH

    Warna GM3 GH F1 GM3xGH

    F2 GM3xGH

    a. Buah masak Merah muda

    Merah

    Merah

    9 Merah : 6 Merah jingga : 1 Merah muda

    b. Buah mentah Hijau muda

    Hijau tua Hijau tua 3 Hijau tua : 1 Hijau muda

    Keterangan: GH = Gondol Hijau

    Bentuk buah dari keempat tetua berbeda, GM3 dan GM1 memiliki bentuk apel

    sedangkan Gondol Hijau dan Gondol Putih memiliki bentuk lonjong. Bentuk buah pada

    keturunan F1 persilangan GM1xGH, GM3xGH dan GM3xGP adalah berbentuk apel

    (gepeng) sedangkan pada F2 bentuk buah ketiga persilangan yaitu apel, lonjong dan

    bulat (lihat Tabel 4) dengan perbandingan 12:3:1. Sifat bentuk buah tersebut

    dikendalikan oleh dua lokus epistasis dominan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

  • 7

    Murti et al. (2000) yang menunjukkan bahwa bentuk buah dikendalikan oleh dua lokus

    dengan dua alel per lokus. Bentuk lonjong dikendalikan gen resesif maka untuk

    menghasilkan buah lonjong atau bulat maka genotipenya harus homosigot. Hasil

    penelitian van der Knaap dan Tanksley (2000) menunjukkan bahwa lokus tunggal pada

    kromosom 7 (disebut sun) yang mengendalikan perbedaan perkembangan buah pada

    tomat TA491 dan LA1589. Lokus pengendalikan bentuk buah pada tomat yaitu fs8.1

    dan ovate yang menampakkan pengaruhnya sebelum anthesis dan pada awal

    perkembangan bakal buah. Gen sun merupakan lokus pertama yang teridentifikasi

    mengendalikan bentuk buah setelah terjadi pembuahan.

    Genotipe heterosigot hasil persilangan tetua dengan buah gepeng dan lonjong

    akan menghasilkan buah gepeng. Bentuk buah yang banyak diminati bulat atau

    lonjong bukan gepeng (apel). Oleh sebab itu dalam pembuatan tomat hibrida yang

    berbentuk lonjong hanya dapat dilakukan dengan menyilangkan tomat berbuah lonjong

    dengan lonjong atau bulat.

    Tabel 4. Bentuk Buah pada Persilangan GM3xGP, GM3xGH dan GM3xGP

    Tetua F1 F2 GM1 GH GM1xGH GM1xGH Apel Lonjong Apel 12 Apel : 3 Lonjong : 1 Bulat GM3 GH GM3xGH GM3 XGH Apel Lonjong Apel 12 Apel : 3 Lonjong : 1 Bulat

    GM3 GP GM3xGP GM3xGP Apel Lonjong Apel 12 Apel : 3 Lonjong : 1 Bulat

    B. Komponen hasil

    Hasil uji normalitas komponen hasil dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil uji

    normalitas menunjukkan panjang dan diameter buah dapat digolongkan ke dalam sifat

    kuantitatif karena memiliki sebaran kontinu dengan data mengikuti distribusi normal.

    Sifat kuantitatif dipengaruhi oleh banyak gen yang pengaruhnya bersifat kumulatif.

    Hasil uji normalitas juga menunjukkan bahwa jumlah bunga, jumlah buah,

    fruitset, jumlah rongga buah, dan berat buah pada ketiga persilangan yang diamati tidak

    mengikuti distribusi normal. Parameter yang tidak mengikuti distribusi normal

  • 8

    memiliki sebaran diskontinu berarti digolongkan ke dalam sifat kualitatif. Sifat

    kualitatif merupakan sifat yang kelasnya dapat dibedakan dengan jelas, karena

    dipengaruhi oleh beberapa gen (monogenik atau digenik).

    Tabel 5. Hasil Uji Normalitas pada Persilangan GM1xGH, GM3xGH dan GM3xGP

    Parameter GM1xGH GM3xGH GM3xGP 1. Jumlah bunga Tidak normal Tidak normal Tidak normal 2. Jumlah buah Tidak normal Tidak normal Tidak normal 3. Fruitset Tidak normal Tidak normal Tidak normal 4. Jumlah rongga buah Tidak normal Tidak normal Tidak normal 5. Panjang buah Normal Normal Normal 6. Diameter buah Normal Normal Normal

    Jumlah gen pengendali sifat buah dan nisbah segregasi parameter pada ketiga

    persilangan tanaman tomat dapat dilihat pada Tabel 6. Jumlah bunga, jumlah rongga

    buah dan fruitset pada persilangan GM1xGH memiliki nisbah genetik 3:1 yang

    menunjukkan bahwa kedua variabel ini dikendalikan oleh satu lokus, dengan tindak

    gen dominan. Jumlah rongga buah dipengaruhi oleh efek epistasis dominan dan ada

    interaksi antar alel pada lokus yang berbeda sehingga memiliki nisbah 12:3:1. Hal ini

    sejalan dengan hasil penelitian Purwati (1988) yang menunjukkan bahwa jumlah

    rongga buah tomat dikendalikan oleh gen mayor dan jumlah rongga buah sedikit

    dominan terhadap jumlah rongga banyak. Nilai heritabilitas jumlah rongga buah yang

    diperoleh termasuk sedang. Jumlah buah GM1xGH menghasilkan nisbah segregasi

    13:3. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah buah dipengaruhi oleh efek epistasis resesif.

    Jumlah buah pada persilangan GM3xGH dipengaruhi oleh efek dominan, dengan

    nisbah genetik 3:1.

    Tabel 6. Jumlah Gen dan Nisbah Segregasi pada Persilangan GM1xGH, GM3xGH dan GM3xGP

    Sifat GM1xGH GM3xGH GM3xGP Jumla gen Nisbah Jumlah gen Nisbah Jumlah gen Nisbah

    JB 1 3:1 2 13:3 1 3:1 JBH 2 13:3 1 3:1 2 12:3:1 Fruitset 1 3:1 2 13:3 2 13:3 JRB 1 3:1 2 12:3:1 2 12:3:1 PJ Poligen _ Poligen _ Poligen _ D Poligen _ Poligen _ Poligen _

    Keterangan : JB= Jumlah bunga; PJ= Panjang buah, D =Diameter buah; JBH : Jumlah buah, RB=Jumlah rongga buah

  • 9

    Jumlah bunga dan fruitset persilangan GM3xGH memiliki nisbah 13:3, yang

    dipengaruhi oleh dua lokus epistasis dominan resesif. Lain halnya jumlah buah, jumlah

    rongga buah dan berat pada persilangan GM3XGP yang memiliki nisbah genetik

    12:3:1. Sifat tersebut dipengaruhi oleh dua lokus epistasis dominan. Segregasi jumlah

    buah yang berbeda tersebut mungkin disebabkan salah satu lokus pada GH sama

    dengan salah satu lokus di GM3. Terjadinya perbedaan nisbah disebabkan oleh

    interaksi antar lokus yang berbeda untuk kombinasi persilangan yang berbeda.

    C. Aksi Gen

    Aksi gen suatu sifat dari tanaman hasil persilangan dapat diketahui dengan

    melihat nisbah potensinya. Nisbah potensi menunjukkan pengaruh aksi gen dari

    persilangan kedua tetua pada keturunan pertama. Hasil perhitungan nisbah potensi

    ketiga persilangan dapat dilihat pada Tabel 7. Jika dilihat secara keseluruhan tampak

    bahwa ada efek dominansi pada semua sifat dan sesuai dengan hasil analisis pada pola

    segregasinya kecuali fruitset pada persilangan GM3 dan Gondol Putih.

    Tabel 7. Nisbah Potensi Persilangan GM1xGH, GM3xGH dan GM3xGP

    Parameter GM1xGH GM3xGH GM3 xGP 1. Jumlah bunga 35 (e) 2,89 (e) -0,29 (c) 2. Jumlah buah 7.33 (e) 2,95 (e) 0,29 (d) 3. Fruitset 1 (b) 1 (b) 0 (a) 4. Jumlah rongga buah 0,02 (d) -0,89 ( c) -0,16 (c) 5. Berat buah 0.43 (d) -1,003 (e) -0,05 ( c) 6. Panjang -0,13 (c) -11 (e) -5,13 (e) 7. Diameter 0,3 (d) -0,89 (c) 0,17 ( d)

    Keterangan: a : tidak ada dominansi b : dominansi sempurna c : dominansi negatif tidak sempurna e : dominansi lebih

    d : dominansi positif tidak sempurna Jumlah bunga dan jumlah buah pada persilangan GM1XGH dipengaruhi oleh

    aksi gen dominan lebih. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Effendi (1993) pada

    tanaman terung bahwa jumlah bunga majemuk dominan parsial terhadap bunga

    tunggal. Aksi gen dominan lebih menyebabkan nilai F1 melebihi kedua tetuanya,

    sehingga didapatkan tanaman dengan sifat superior yaitu jumlah bunga dan jumlah

    buah lebih banyak daripada tetuaterbaiknya. Jumlah bunga dan jumlah buah merupakan

    sifat komponen hasil, sehingga dengan adanya aksi gen dominan lebih memungkinkan

    GM1xGH memiliki potensi hasil yang tinggi.

  • 10

    Fruitset memiliki nisbah potensi satu yang menunjukkan efek dominan

    sempurna. Berat buah, diameter, dan jumlah rongga buah pada persilangan GM1xGH

    dipengaruhi aksi gen dominan positif tidak sempurna. Panjang buah dipengaruhi oleh

    aksi gen dominan negatif tidak lengkap.

    Fruitset pada persilangan GM3xGH memiliki nisbah potensi satu, yang

    menunjukkan adanya aksi gen dominan sempurna. Jumlah bunga, jumlah buah, berat

    buah dan panjang buah pada persilangan GM3xGH dipengaruhi oleh aksi gen dominan

    lebih. Menurut Tesar (1984) cit. Sumpena (1995) hasil buah per pohon ditentukan oleh

    jumlah tandan bunga, jumlah bunga dalam satu tandan, banyak bunga yang berhasil

    membentuk buah dan bobot buah per buah. Diameter dan jumlah rongga buah

    dipengaruhi oleh aksi gen dominan negatif tidak sempurna. Oleh sebab itu pembuatan

    hibrida dapat memanfaatkan efek dominansi ini.

    Efek dominan positif tidak sempurna pada persilangan GM3xGP terdapat pada

    jumlah buah dan diameter buah. Fruitset menunjukkan dominansi negatif tidak

    sempurna, berarti tanaman menghasilkan fruitset seperti induk yang mempunyai

    fruitset rendah. Panjang buah dipengaruhi oleh efek dominan lebih (negatif) yang

    menunjukkan bahwa hasil persilangan menghasilkan ukuran panjang buah yang jauh

    lebih kecil dibandingkan tetua dengan ukuran lebih pendek. Jumlah bunga, jumlah

    rongga buah dan berat buah dipengaruhi oleh efek dominan negatif tidak sempurna.

    Menurut Edward et al., (1976), pengetahuan tentang tindak gen yang terlibat

    dalam kenampakan suatu sifat berguna dalam penentuan langkah-langkah pemuliaan

    tanaman untuk perbaikan sifat.

    D. Korelasi antar sifat

    Nilai korelasi ini menunjukkan keeratan hubungan antar variabel. Nilai korelasi

    dipengaruhi oleh efek pleotropi dan tautan (Miranda dan Hallauer, 1988). Jika genotipe

    bersegregasi secara bebas maka korelasi antar sifat rendah. Tetua yang digunakan yaitu

    Gondol Hijau dan Gondol Putih mempunyai banyak bunga dan buah tetapi jumlah

    rongga buah sedikit dan sebaliknya pada GM3. Adanya tautan atau pleotropi dapat

    dekati dengan nilai korelasi sifat-sifat pada populasi F2 (populasi segregasi).

  • 11

    Tabel 8. Koefisien Korelasi pada Persilangan Tanaman Tomat

    Sifat JB JBH Fruitset JRB Berat Panjang Dia Meter

    JB 1 0.00 JBH 0.97** 1 0.0001 0,00 Fruitset -0.20** 0.04tn 1 0.0001 0.3725 0,00 JRB -0.24** -0.25** 0.02tn 1 0.0001 0.0001 0.6999 0,00 Berat -0.07tn -0.05tn 0.10* 0.36** 1 0.1185 0.238 0.017 0.0001 0,00 Panjang 0.14** 0.17** 0.14** -0.17** 0.62** 1 0.0013 0.0001 0.0007 0.0001 0.0001 0,00 Diameter -0.08tn -0.06tn 0.09* 0.49** 0.89** 0.47** 1 0.0658 0.134 0.033 0.0001 0.0001 0.0001 0,00

    Keterangan: - angka cetak tebal = koefisien korelasi - angka cetak miring = tingkat kesalahan () - ** : korelasi sangat nyata - JB : jumlah bunga - * : korelasi nyata - tn : korelasi tidak nyata - JB : jumlah buah - JRB : jumlah rongga buah Jumlah bunga berkorelasi negatif sangat nyata dengan fruitset dan jumlah

    rongga buah. Hal ini menyebabkan efek yang berlawanan arah antara dua sifat,

    sehingga menyebabkan jumlah rongga buah semakin sedikit pada tanaman yang jumlah

    bunga banyak. Hal ini menunjukkan ada kemungkinan terjadi tautan (linkage) dua atau

    lebih gen dan atau pleotropi gen yang mengendalikan jumlah bunga dan jumlah rongga

    buah.

    Jumlah buah berkorelasi negatif sangat nyata dengan jumlah rongga buah, dan

    menunjukkan korelasi positif sangat nyata dengan panjang buah. Fruitset berkorelasi

    positif sangat nyata dengan panjang dan diameter buah sehingga apabila prosentase

    jumlah buah jadi semakin meningkat maka diameter buah juga memiliki

    kecenderungan untuk bertambah.

    Jumlah rongga buah berkorelasi positif sangat nyata dengan berat buah.

    Korelasi positif nyata pada jumlah rongga buah dengan berat buah sesuai dengan

    tetuanya yang menunjukkan semakin bertambah berat buah maka jumlah rongga buah

    juga bertambah. Jumlah rongga buah berkorelasi negatif sangat nyata dengan panjang

    dan berkorelasi positif sangat nyata dengan diameter buah.

  • 12

    Menurut Tesar, (1984) cit. Sumpena (1995) hasil buah pertanaman ditentukan

    oleh jumlah tandan buah, jumlah bunga dalam satu tandan, banyaknya bunga yang

    berhasil menjadi buah dan berat buah per buah. Perbaikan salah satu sifat komponen

    hasil akan mempengaruhi terhadap sifat komponen hasil lainnya. Adanya korelasi

    positif pada sifat komponen hasil memudahkan untuk perbaikan hasil tanaman tomat

    KESIMPULAN

    1. Warna merah dominan terhadap warna merah jingga. Warna buah masak

    dikendalikan oleh a) dua lokus dengan dua alel pada satu lokus dan tiga alel di

    lokus yang lain atau b) tiga lokus dengan dua alel per lokus.

    2. Bentuk buah dikendalikan oleh dua lokus dengan interaksi antar lokus epistasis

    dominan. Bentuk buah apel (gepeng) dominan terhadap bentuk bulat.

    3. Nisbah potensi pada semua variable menunjukkan efek dominan, kecuali pada

    fruitset persilangan GM3xGP

    4. Ada pleotropi atau tautan (linkage) antara jumlah rongga buah, jumlah bunga,

    dan ukuran buah.

    5. Jumlah bunga, jumlah buah, fruitset, dan jumlah rongga buah termasuk sifat

    kualitatif sedangkan panjang dan diameter buah termasuk sifat kuantitatif.

    DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, E dan Murti, R. H. 1999. Evaluasi Tanaman Tomat hasil Persilangan

    .Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan. Crowder, L. V. 1993. Plant Genetic (Genetika Tumbuhan alih bahasa L. Kusdiarti dan

    Soetarso). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 499p. Duriat, A. S. 1997. Tomat Andalan yang Prospektif. p: 1-8. Dalam Duriat, A. S.,

    Hadisoeganda, W. W., Permadi, A. H., Sinaga, R. M., Hilman, Y., Basuki, R. S (eds). 1997. Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.

    Effendi, A.R.1993. Pewarisan dan Kemajuan Genetik Sifat Jumlah Bunga per Tandan, Ukuran Buah dan Warna Buah Terung (Solanum melongena Linn.). Tesis Fak. Pertanian UNPAD. Tidak dipublikasikan.

    Falconer. D. S. 1960. Introduction to Quantitative Genetics. The Ronald Press Company..New York. 365p.

    Grandillo, S., D. Zamir dan S.D. Tanksley. 1999. Genetic improvement of processing tomatoes: A 20 years perspective. Euphytica. 110(2):85-97.

    Grierson, D. dan A.A. Kader. 1986. Fruit ripening and quality. Dalam: Atherton, J.G. and J. Rudich. The Tomato Crop. Chapman & Hall. New York.

    Hallauer, A.R. dan J.B. Miranda 1981. Quantitative Genetics in Maize Breeding. Iowa State University. Press Ames. 468+xii pp.

  • 13

    Jaya, B. 1995. Identifikasi dan Pemanfaatan Kultivar Tomat di Dataran Tinggi atau Rendah Jawa Barat. p: 31-36. Dalam Duriat, A. S., Hadisoeganda, W. W., Permadi, A. H., Sinaga, R. M., Hilman, Y., Basuki, R. S (eds). 1997. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Komoditi Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.

    Martin, F.W. ?. Interaction of a green fruit color modifying gene on vitamin C content of tomato. Tomato Genetics Coop. Vol. 36.

    Murti, R. H dan Trisnowati, S. 2001. Keragaman dan Kandungan Nutrisi Buah Tiga Jenis Tomat Introduksi. Agrivet. 5 (2): 105-115.

    Murti, R.H., E. Ambarwati, dan Supriyanta. 2000. Genetika sifat komponen hasil tanaman tomat. Mediagama II(2):58-64.

    Panjaitan, I. 1990. Heterosis dan Daya Gabung pada Tanaman Tomat. Tesis Fakultas Pertanian UGM.Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

    Petr, F. C dan Frey, K. J. 1966. Genotypic, Correlation, Dominance and Heritability of Quantitative Character in Oats. Crop Sci. ( 6 ): 259-262.

    Purwati , E. 1988. Pewarisan Sifat Ukuran Diameter Buah, Jumlah Rongga Buah dan Tebal Daging Buah Tomat (Lycopersicon esculentuk Mill) serta Nilai Duga Heritabilitasnya. Tesis Fak. Pertanian UNPAD. Tidak dipublikasikan.

    Purwati, E. 1997. Pemuliaan Tanaman Tomat. p:42-58. Dalam Duriat, A. S., Hadisoeganda, W. W., Permadi, A. H., Sinaga, R. M., Hilman, Y., Basuki, R. S (eds). 1997. Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang .

    Sigh, R. K and B. D. Chaudhary.1979. Biometrical Methods in Quantitative Genetic Analysis. Kalyani Publishers. New Dehli.

    Trustinah. 1997. Pewarisan Beberapa Sifat Kualitatif dan Kuantitatif pada Kacang Tunggak (Vigna unguiculata (l) Walls). Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 15 (2): 48-53.

    Van der Knaap, E. and S.D. Tanksley. 2000. Identification and characterization of a novel locus controlling early fruit development in tomato. Theoretical Applied Genetics. 103(2/3):353-358

    Villareal, R. L. 1980. Tomato in Tropic. Westview Press. Colorado. 134p. Welsh, J. R. 1991. Fundamental of Plant Genetic and Breeding (Dasar-dasar Genetika

    dan Pemuliaan Tanaman alih bahasa Mogea, J. P). Erlangga. Jakarta. 224. White, A.G., P.A. Alspach, R.H. Weskett, dan L.R. Bewer. 2000. Heritability of fruit

    shape in pears. Euphytica 112(1):1-7.