Paper pendidikan
-
Upload
akoska-pratama -
Category
Education
-
view
614 -
download
0
Transcript of Paper pendidikan
PAPER PENDIDIKAN“Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan dalam Menciptakan Pendidikan”
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau dengan
istilah ilmiah saling “berinterksi” yang mempunyai sarana-prasarana untuk berinteraksi
antar warganya untuk belajar dan memperoleh pendidikan. Berbagai macam kategori
sosial, golongan sosial, komunitas masyarakat, kelompok suku, perkumpulan golongan,
adat-istiadat dan pranata sosial dalam suatu warga negara. Untuk menganalisis secara
ilmiah gejala dan kejadian sosial-budaya yang mempengaruhi pndidikan di sekeliling kita
diperlukannya dinamika sosial, yaitu konsep-konsep tentang proses-proses pergeseran
masyarakat dan kebudayaan termasuk lapangan penelitian ilmu antropologi dan
sosiologi.
Oleh karena itu dalam Paper ini akan dibahas tentang konsep-konsep khusus
mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan, proses kebudayaan sendiri, proses
evolusi sosial, proses difusi, akulturasi dan asimilasi, pembauran atau inovasi.
B. Tujuan1. Untuk memahami konsepsi-konsepsi khusus mengenai pergeseran masyarakat
dan kebudayaan
[Type text] Page i
2. Memahami bagaimana proses belajar kebudayaan sendiri
3. Memahami bagaimana proses evolusi sosial
4. Memahami proses akulturasi dan asimilasi
5. Memahami bagaimana pembauran dan inovasi kebudayaan
PEMBAHASAN
A. Konsep Khusus mengenai Pergeseran Masyarakat dan
KebudayaanDiantara konsep-konsep yang terpenting ada mengenai proses belajar
kebudayaan oleh warga masyarakat bersangkutan, yaitu internalisasi (internalization),
sosialisasi (socialization), dan enkulturasi (enculturation). Ada juga proses
perkembangan kebudayaan umat manusia pada umumnya dan bentuk-bentuk
kebudayaan yang sederhana, hingga bentuk-bentuk yang makin lama makin kompleks,
yaitu evolusi kebudayaan (cultural evolution). Kemudian ada proses penyebaran
kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi,
yaitu proses difusi (diffusion). Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan
asing oleh warga masyarakat, yaitu proses akulturasi (acculturation) dan asimilasi
(assimilation). Akhirnya ada proses pembauran atau inovasi (innovation), yang
berkaitan erat dengan penemuan baru (discovery dan invention). Semua konsep
mengenai dinamika masyarakat dan kebudayaan tersebut akan dibahas satu demi satu
secara lebih mendalam yang mempengaruhi pendidikan dan perkembangan
kepribadian seorang individu di dalam masyarakatnya.
B. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
1. Proses Internalisasi
Proses internalisasi adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan
sampai ia hampir meninggal. Individu belajar menanamkan dalam kepribadiannya
segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.
Manusia mempunyai bakat yang telah terkandung dalam gennya untuk
mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi dalam
kepribadian individunya, tetapi wujud dan pengaktifan dari berbagai macam isi
kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimulasi yang berada
dalam sekitaran alam dan lingkungan sosial maupun budayanya. Perasaan pertama
yang diaktifkan dalam kepribadian seorang bayi saat dilahirkan adalah perasaan puas
dan tidak puas. Lingkungan yang berbeda dengan kandungan ibu memberi
pengalaman tidak puas yang pertama kepada si individu baru itu. Baru setelah ia
dibungkus selimut dan diberi kesempetan untuk menyusu, maka rasa tidak puas itu
hilang. Kemudian setiap kali ia terkena pengaruh-pengaruh lingkungan yang
menyebabkan rasa tidak puas tadi ia akan menangis, tetapi setiap kali diberi selimut
dan susu (yang mendatangkan rasa puas tadi)ia merasa nyaman. Secara sadar si bayi
telah belajar untuk tidak hanya mengalami, tetapi juga mengetahui cara
mendatangkan rasa puas, yaitu dengan menangis
Tiap hari dalam hidupnya berlalu, bertambahlah pengalamannya mengenai
bermacam-macam perasaan baru, dan belajarlah ia merasakan kegembiraan,
kebahagiaan, simpati, cinta,benci, keamanan, harga diri, kebenaran, perasaan
bersalah, dosa, malu dan sebagainya. Selain perasaan-perasaan tersebut, juga
berbagai macam hasrat, seperti hasrat untuk mempertahankan hidup, bergaul,
meniru, tahu, berbakti, keindahan, dipelajarinya melalui proses internalisasi menjadi
bagian kepribadian individu dan pendidikan tahap awal.
2. Proses Sosialisasi
Menurut Macionis, Pengalaman social sepanjang hidup yang memungkinkan
seseorang mengembangkan potensi kemanusiannya dan mempelajari pola-pola
kebudayaan
Proses sosialisasi berkaitan dengan proses belajar kebudayaan dalam
hubungan dengan sistem sosial. dalam proses itu seorang individu dari masa anak-
anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala
macam individu sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang
mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
Kita dapat mengerti cara menyelami dan mencoba mencapai pengertian
tentang suatu kebudayaan dengan belajar dari jalannya proses sosialisasi baku yang
lazim dialami oleh sebagian individu dalam kebudayaan bersangkutan. Itulah
sebabnya proses sosialisasi merupakan suatu proses yang sudah sejak lama
mendapat perhatian besar dan banyak ahli antopologi sosial.
Sebagai ilistrasi dari suatu proses sosialisasi, berikut ini sebuah contoh dari
pengalaman-pengalaman seorang bayi sorang bayi Indonesia dalam suatu keluarga
golongan pegawai tinggi di kota. Dari permulaan hidupnya si bayi sudah harus
mengahadapi beberapa individu dalam lingkungan masyarakat yang kecil, ialah
ibunya, seorang bidan atau juru rawat yang membantu ibunya semenjak ia lahir
hingga ia berumur kira-kira seminggu, ibu dari ibunya dan ayahnya. Dalam kontak
dengan keempat orang tadi ia mengalami tingkah laku mereka yang berdasarkan
perhatian dan cinta. Kemudian ia juga belajar kebiasaannya yang pertama, ialah
makan dan tidur pada saat-saat yang tetap. Tidak lama kemudian ia mendapat
perhatian dari kakak-kakaknya yang biasanya berjumlah banyak, dan dari beberapa
saudara tua lain yang menumpang pada orang tuanya, dan sering kali juga seorang
wanita pembantu rumah tangga yang mempunyai tugas khsusu untuk
memeliharanya. Dalam golongan-golongan lain masyarakat Indonesia atau banyak
masyarakat lain, tokoh wanita seperti yang tersebut terakhir biasanya tidak ada.
Selama tumbuhnya pada tahun-tahun pertama, kedua dan ketiga dari hidupnya,
dengan susah payah dan disertai banyak konflik, seorang anak harus menyesuaikan
segala keinginan dirinya sendiri dengan tokoh-tokoh tadi. Hubungannya dengan
lingkungan sosialnya menjadi lebih intensif bila ia mengembangkan bahasanya
sehingga ia dapat menguraikan isi hatinya denga lebih jelas dan dapat lebih mudah
menerima maksud dan pendirian individu-individu lain.
Selama masa kanak-kanak tersebut ia juga berkenalan dengan tokoh-tokoh
lain, yakni para paman dan bibinya, para tetangga serta kenalan-kenalan ayah-
ibunya, dan karena rumah di Indonesia sering mempunyai halaman luas, maka
dengan bermain-main bersama anak tetangganya di halaman ia mengalami suatu
proses sosialisasi yang luas. Dalam hal itu misalnya seorang anak belajar mengenai
arti dari umur dalam berbagai macam peranan sosial. kakak-kakak dan teman-
temannya yang lebih tua sering kali dimenangkan atau mempunyai berbagai hak
yang lebih banyak, sering kali juga ia dipaksa mengikuti kemauan individu-individu
lain sekitarnya yang lebih tua, dengan berbagai macam ancaman.suatu bentuk
ancaman yang khas agar anak-anak menurut, carnya menaku-nakuti dengan
makhluk-makhluk yang mengerikan, seperti momok, hantu dan sebagainya. Cara
memaksa supaya seorang anak menurut seperti itu tidak terdapat misalnya dalam
masyarakat di Amerika, dimana paksaan terhadapa anak-anak dilakukan dengan
cara-cara lain.
Ketika seorang anak mulai sekolah, ia mulai belajar mengenai perbedaan
antara jenis kelamin pria dan wanita. Menginjak usia remaj, hasrat birahinya mulai
berkembang. Untuk itu ia harus belajar menyesuaikan diri dengan segala aturan
kebudayaan, adat-istiadat yang ada dimasyarakat. Demikian pula atuan-aturan itu
dapat kita teliti dan analisis pengaruhnya pada para individu, dan untuk selanjutnya
dapat kita ikuti dengan teliti segala situasi sekita individu-individulain dalam
lingkungan sosialnya, serta unsur-unsur kebudayaan yang lazim mempengaruhi diri
orang Indonesia dalam golongan pegawai yang hidup dalam masyarakat kota.
Prose sosialisasi dalam golongan-golongan sosial yang lain (dalam lingkungan
sosial dari berbagai suku bangsa d iIndonesia atau dalam lingkungan sosial bangsa-
bangsa lain di dunia) dapat menunjukkan proses sosialisasi yang sangat berbeda.
Misalnya, bayi yang diasuh dalam keluarga kaum buruh dalam kota-kota industri
besar di Amerika Serikat akan menghadapi individu-individu yang lain daripada bayi
dalam contoh di atas tadi. Tokoh ayah dalam keluarga kaum buruh di Amerika
misalnya tidak begitu penting dalam proses sosialisasi pertama dari bayi, karena ayah
sudah berangkat ke pabrik pagi-pagi sebelum si bayi bangun, sedangkan siang hari ia
tidak pulang untuk makan, dan baru kembali pada malam hari saat si bayi sudah
akan tidur. Hanya pada hari sabtu dan minggu bayi mengalami pengaruh kehadiran
ayahnya.
Demikianlah para individu dalam masyarakat yang berbeda akan mengalami
proses sosialisasi yang berbeda pula karena proses sosialisasi banyak ditemukan oleh
susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Anak akan
mendapatkan pengalaman dan pelajaan yang pertama dari adat-istiadat
pengasuhannya, titingkah laku seks yang lazim dilakukan dalam suatu masyarakat,
riwayat hidup secara detail dari beberapa individu dalam suatu masyarakat.
3. Proses Enkulturasi
Istilah yang sesuai untuk kata “enkulturasi” adalah “pembudayaan” (dalam
bahasa Inggris institutionalization). Proses enkulturasi adalah proses seorang individu
mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, sistem
norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya untuk mendapatkan
pendidikan yang terdapat dalam lingkungan masyarakatnya.
Proses enkulturasi sudah dimulai sejak kecil dalam alam pikiran warga suatu
masyarakat, mula-mula dari orang-orang didalam lingkungan keluarganya, kemudian
dari teman-teman bermainnya. Sering kali anak belajar dan mendapatkan pendidikan
pada tahap awal dengan meniru berbagai macam tindakan, setelah perasaan dan
nilai buday pemberi motivasi akan tindakan meniru itu telah di internalisasikan
dalam kepribadiannya. Dengan berkali-kalimeniru maka tindakannya menjadi suatu
pola yang mantap, dan norma yang mengatur tindakannya “dibudayakan”. Norma
juga ia pelajari dengan mendengar berbagai orang dalam lingkungan pergaulannya
pada saat-saat yang berbeda-beda, dan juga mendapatkan dari sekolah formal
melalui mata pelajaran ilmu kewarganegaraan dan sebagainya.
C. Proses Evolusi Sosial
1. Proses Microscopic dan Macroscopic dalam Evolusi Sosial
Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisis oleh
seorang peneliti seolah-olah dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga
dipandang seolah-olah dari jauh dengan hanya memperhatikan perubahan-
perubahan yang tampak besar saja (macroscopic). Proses evolusi sosial-budaya yang
dianalisis secara detail akan membuka mata peneliti untuk berbagai macam proses
perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari tiap masyarakat di
dunia yang disebut “proses-proses berulang” (recurrent processes). Dan proses-
proses evolusi sosial-budaya yang dipandang seolah-olah dari jauh hanya akan
menampakkan kepada peneliti perubahan-perubahan besar yang terjadi dalam
jangka waktu yang panjang disebut sebagai “proses-proses menentukan arah”
(directional processes).
2. Proses-Proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya
Tindakan individu warga masyarakat yang menyimpang dari adat-istiadat
umum dapat banyak terjadi dan dapat sering berulang dalam kehidupan sehari-
harinya. Sikap individu yang hidup dalam banyak masyarakat akan mengingat
keperluan diri sendirinya, dengan demikian ia sedapat mungkin akan mencoba
menghindari adat atau aturan yang tidak cocok dengan keperluan pribadinya.
Diseluruh dunia tidak ada suatu masyarakat yang semua warganya seratus persen
taat kepada adat untuk selamanya. Justru keadaan-keadaan yang menyimpang dari
adat sangat penting artinya, karena penyimpangan tersebut merupakan pangkal dari
proses-proses perubahan kebudayaan masyarakat pada umumnya.
Tentu saja masyarakat pada umumnya tidak membiarkan begitu saja
penyimpangan-penyimpangan adat yang terjadi, ada alat-alat pengendalian
masyarakat yang mengurangi penyimpangan adat. Namun apabila penyimpangan-
penyimpangan tadi terjadi berulang-ulang sehingga masyarakat tidak dapat
mempertahankan adatnya lagi, maka masyarakat terpaksa memberi konsekuensinya
dan adat serta aturan diubah sesuai dengan desakan keperluan-keperluan baru dari
individu-individu dalam masyarakat tersebut.
Sebagai contoh, adat Minangkabau mewajibkan seorang pria yang telah
meninggal harus mewariskan harta miliknya kepada keponakannya. Namun ada
seorang pria yang tidak melakukan adat tersebut justru mewariskan kepada anaknya
sendiri, ia diadukan kepala adat namun setaah penyimpangan tersebut terjadi
berulang-ulang dengan melihat kepuasan dan keperluan masyarakatnya adat
tersebut diubah menjadi harta yang dikembangkan oleh sanak saudara diwariskan
kepada keponkan sedangkan harta yang dihasilkan dari usaha sendiri diwariskan
keoada anaknya sendiri.
3. Proses Mengarah dalam Evolusi Kebudayaan
Evolusi masyarakat dan kebudayaan yang dipandang seolah-olah dari jarak
yang jauh (misalnya beberapa ribu tahun), maka akan tampak perubahan-perubahan
besar yang seolah-ola bersifat menentukan arah (directional) dari sejarah
perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan dan pedidikan yang
terlihat juga sangat jauh berbeda dari masyarakat sebelumnya.
D. Proses Difusi
1. Penyebaran Manusia
Ilmu pleoantropologi telah memperkirakan bahwa makhluk manusia pertama
hidup di daerah sabana beriklim tropis di Afrika Timur. Sedangkan sekarang makhluk
itu menduduki hampir seluruh muka bumi dalam segala macam lingkungan iklim. Hal
itu hanya dapat diterangkan dengan adanya proses pembiakan dan gerak
penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai proses penyesuaian atau adaptasi fisik
dan sosila budaya dari makhluk manusia dalam jangka waktu beratus-ratus ribu
tahun lamanya sejak zaman purba.
Ada hal-hal yang menyebabkan migrasi yang lambat dan otomatis, ada pula
peristiwa-peristiwa yang menyebabkan migrasi yang cepat dan mendadak seperti
bencana alam, wabah, perubahan mata pencarian hidup, peperangan, dan juga
peristiwa-peristiwa khusus yang semua telah tercatat dalam sejarah.
2. Penyebaran Unsur-Unsur Kebudayaan
Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di
muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses
penyebaran unsur-unsur kebudayaanke seluruh penjuru dunia yang disebut pross
difusi (diffusion).
Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari
satu tempat ke tempat lainnya di muka bumi oleh kelompok-kelompok manusia yang
berimigrasi. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada
perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa dari satu tempat ke
tempat lainnya, tetapi oleh karena ada individu-individu tertentu yang membawa
unsur-unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali.
Bentuk difusi yang lain adalah penyebaran unsur-unsurkebudayaan yang
berdasarkan pertemuan-pertemuan antara individu dalam suatu kelompok manusia
dengan individu kelompok tetangga, dan dapat berlangsung dengan berbagai cara.
Cara yang pertama adalah hubungan dimana bentuk dan kebudayaan itu masing-
masing hampir tidak berubah, yaitu hubungan symbotic, yaitu hanya dengan aktivitas
sehari-hari yang bersamaan saja tanpa ada proses saling mempengaruhi dan masing-
masing kebudayaan tidak berubah.
Cara lain adalah bentuk hubungan yang disebabkan karena perdagangan,
tetapi dengan akibat yang lebih jauh daripada symbotic, unsur-unsur kebudayaan
asing dibawa oleh para pedagang masuk kedalam kebudayaan penerima dengan
tidak disengaja dan tanpa paksaan yang disebut penetration pacifique, pemasukan
secara damai.
Adapula pemasukan secara tidak damai, yaitu pada bentuk hubungan yang
disebabkan karena peperangan dan serangan penaklukkan yang merupakan titik
permulaan dari proses masuknya unsur-unsur kebudayaan asing. Lanjutan dari
penaklukkan adalah penjajahan dan mulailah proses akulturasi.
E. Akulturasi dan Asimilasi
1. Akuturasi
Akulturasi ialah konsep mengenai proses sosial yang timbul bila suatu
kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-
unsur dari suatu kebudayaan asing, lama kelamaan diterima dan diolah kedalam
kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan kebudayaan sendiri.
Terdapat lima masalah-masalah mengenai akulturasi :
a. Mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat dan melukiskan suatu
proses akulturasi dalam suatu masyarakat.
b. Mengenai unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima, dan sukar
diterima masyarakat.
c. Mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah, dan
yang tidak mudah diganti atau diuabah oleh unsur-unsur kebudayaan asing.
d. Mengenai individu-individu yang suka dan cepat menerima dan yang sukar atau
lambat menerima unsur-unsur kebudayaan asing.
e. Mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis-krisis sosial yang timbul sebagai
akibat akulturasi.
2. Asimilasi
Asimilasi (assimilation) adalah proses sosial yang timbul bila ada golongan-
golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, saling
bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan-
kebudayaan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas dan juga berubah
menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
Biasanya, golongan-golongan yang tersangkut dalam suatu proses asimilasi
adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Golongan-
golongan minoritas mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya dan
menyesuaikan dengan kebudayaan dari golongan mayoritas. Sehingga hilangnya
kebudayaan minoritas dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas. Ada beberapa
faktor penghambat terjadinya proses asimilasi yaitu, kurangnya pengetahuan
mengenai kebudayaan yang dihadapi, sifat takut terhadap kekuatan dan kebudayaan
lain, perasaan superioritas pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap
yang lain.
F. Pembauran atau Inovasi
1. Inovasi dan Penemuan
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dan penggunaan sumber-sumber
alam, energi, dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan
teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanyasistem produksi menghasilkan
produk-produk baru.
Proses inovasi sudah tentu sangat erat kaitannya dengan penemuan baru
dalam teknologi. Suatu penemuan biasanya juga merupakan suatu proses sosial yang
panjang dan melalui dua tahap khusus, yaitu discovery dan invention.
Proses discovery adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang
baru, baik berupa suatu alat baru, suatu ide baru, yang diciptakan oleh seorang
individu, atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam masyarakat yang
bersangkutan. Discovery baru menjadi invention bila masyarakat sudah mengakui,
menerima, dan menerapkan penemuan baru itu.
2. Pendorong Penemuan Baru
Beberapa faktor pendorong individu untuk memulai dan mengembangkan
penemuan-penemuan baru :
a. Kesadaran para inividu akan kekurangan dalam kebudayaan
b. Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan
c. Sistem perangsang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat
Suatu krisis masyarakat sering juga merupakan suatu masa timbulnya banyak
penemuan baru, yaitu mereka menentang keadaan, tidak merasa puas dengan
keadanaan dan mereka sadar akan kekurangan-kekurangan disekelilingnya.
Usaha untuk mencari dan menciptakan penemuan baru sering juga terdorong
oleh sisitem perangsang yang ada dalam masyarakat. Seperti, orang yang
menciptakan penemuan baru akan diberi ganjaran berupa kehormatan dari umum,
kedudukan yang tinggi, dan sebagainya.
3. Inovasi dan Evolusi
Suatu penemuan baru harus dilihat dalam kebudayaan tempat penemuan
tadi terjadi. Hal ini disebabkan karena suatu penemuan baru jarang merupakan suatu
perubahan mendadak dan keadaan tidak ada, menjadi ada. Suatu penemuan baru
biasanya berupa rangkaian panjang, dimulai dari penemuan-penemuan kecil yang
secara akumulatif diciptakan oleh sederet pencipta-pencipta. Dengan demikian
proses inovasi yaitu proses pembaruan teknologi ekonomi dan lanjutannya yang juga
merupakan suatu proses evolusi. Bedanya ialah bahwa dalam proses inovasi
individu-individu itu bersifat aktif, sedangkan dalam proses evolusi individu-individu
itu pasif, bahkan sering bersifat negatif. Karena kegiatan dan usaha individu itulah,
maka suatu inovasi memang merupakan suatu proses perubahan kebudayaan yang
lebih cepat (artinya lebih cepat kelihatan daripada suatu proses evolusi kebudayaan).
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa dari berbagai gejala-
gejala dan masalah-masalah kebudayaan dalam masyarakat hingga adanya
pemecahan/solusi yang menyebabkan terjadinya evolusi dan inovasi kebudayaan dapat
meningkatkan pendidikan masyarakat itu sendiri. Sehingga dapat menutupi segala
kekurangan-kekurangan mereka dan mencukupi segala keperluan-keperluan mereka.
Sampai dengan saat ini kebudayaan-kebudayaan masyarakat masih berevolusi untuk
mengikuti perkembangan zaman dan keperluan masyarakat yang beragam yang akan
menjadikan masyarakat tersebut berpendidikan tanpa menghilangkan kebudayaan-
kebudayaan masyarakat itu sendiri.