Paper Mata Andi

32
PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NAMA : Andi Susilo NIM : 080100068 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata kering merupakan penyakit mata yang umum, yang sering menyebabkan iritasi okular yang membuat pasien mencari penanganan dari dokter spesialis mata. Ketika gejala biasanya membaik dengan pengobatan, penyakit ini biasanya tidak bisa sembuh, yang mungkin menjadi sumber frustasi bagi pasien dan dokter. Mata kering dapat menyebabkan kecacatan visual dan dapat menjadi korneal, katarak, dan operasi refraksi. Di Amerika Serikat, sebanyak 6% dari populasi yang berusia diatas 40 tahun dan lebih dari 15% populasi yang berusia diatas 65 tahun menderita mata kering. Menurut National Eye Institute mata kering adalah gangguan film air mata oleh karena defisiensi air mata yaitu gagalnya glandula memproduksi komponen air mata yang cukup atau evaporasi air mata yang berlebihan yang mengakibatkan kerusakan pada permukaan intrapalpebra dan berhubungan dengan gejala ketidaknyamanan. Sindroma mata kering (keratokonjungtivitis sika) dapat dibagi menjadi sindroma non-Sjogren, sindroma Sjogren dan penyakit glandula meibom. Secara klinis, gejala yang berhubungan dengan mata kering termasuk mata terasa terbakar, sensasi benda asing, sensasi nyeri, fotofobia dan penglihatan kabur. 1 Air mata diperlukan untuk mempertahankan kesehatan permukaan depan mata dan untuk memberikan pandangan yang 1

Transcript of Paper Mata Andi

Page 1: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mata kering merupakan penyakit mata yang umum, yang sering menyebabkan iritasi

okular yang membuat pasien mencari penanganan dari dokter spesialis mata. Ketika gejala

biasanya membaik dengan pengobatan, penyakit ini biasanya tidak bisa sembuh, yang

mungkin menjadi sumber frustasi bagi pasien dan dokter. Mata kering dapat menyebabkan

kecacatan visual dan dapat menjadi korneal, katarak, dan operasi refraksi. Di Amerika

Serikat, sebanyak 6% dari populasi yang berusia diatas 40 tahun dan lebih dari 15%

populasi yang berusia diatas 65 tahun menderita mata kering.

Menurut National Eye Institute mata kering adalah gangguan film air mata oleh

karena defisiensi air mata yaitu gagalnya glandula memproduksi komponen air mata yang

cukup atau evaporasi air mata yang berlebihan yang mengakibatkan kerusakan pada

permukaan intrapalpebra dan berhubungan dengan gejala ketidaknyamanan. Sindroma

mata kering (keratokonjungtivitis sika) dapat dibagi menjadi sindroma non-Sjogren,

sindroma Sjogren dan penyakit glandula meibom. Secara klinis, gejala yang berhubungan

dengan mata kering termasuk mata terasa terbakar, sensasi benda asing, sensasi nyeri,

fotofobia dan penglihatan kabur.1

Air mata diperlukan untuk mempertahankan kesehatan permukaan depan mata dan

untuk memberikan pandangan yang jelas. Orang dengan dry eye tidak menghasilkan air

mata yang cukup atau memiliki kualitas buruk air mata. Dry eye merupakan masalah

umum dan sering bersifat kronis, terutama pada orang dewasa yang lebih tua.2

1

Page 2: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

1.2. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah Aqueous Tear-deficient ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu

Kesehatan Mata di RSUP H Adam Malik Medan

2. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan

pembaca, terutama mengenai dry eye syndrome dan Aqueous Tear-deficient.

2

Page 3: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Kelopak Mata

Palpebra (kelopak mata) superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang

dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip membantu

menyebarkan lapisan tipis air mata, yang melindungi kornea dan konjungtiva dari

dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan

pipi.1

Kelopak mata terdiri atas lima jaringan yang utama. Dari superfisial ke dalam

terdapat lapisan kulit, otot rangka (orbicularis oculi), jaringan areolar, jaringan fibrosa

(lempeng tarsus), dan lapisan membran mukosa (konjungtiva palpebralis).1

Struktur Palpebra1

A. Lapisan Kulit

Kulit palpebra berbeda dari kulit di kebanyakan bagian lain tubuh karena tipis, longgar

dan elastis, dengan sedikit folikel rambut serta tanpa lemak subkutan.

B. Muskulus Orbicularis Oculi

Fungsi muskulus orbicularis oculi adalah menutup palpebra. Serat-serat ototnya

mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan menyebar dalam jarak pendek

mengelilingi tepi orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang

terdapat didalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum

orbitale adalah bagian praseptal. Segmen diluar palpebra disebut bagian orbita.

Orbicularis oculi dipersarafi oleh nervus fascialis.

C. Jaringan Areolar

Jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah musculus orbicularis oculi

berhubungan dengan lapisan subaponeurotik kulit kepala.

D. Tarsus

Struktur penyokong palpebra yang utama adalah lapisan jaringan fibrosa padat yang

bersama sedikit jaringan elastik disebut lempeng tarsus. Sudut lateral dan medial serta

juluran tarsus tertambat pada tepi orbita dengan adanya ligamen palpebra lateralis dan

medialis. Lempeng tarsus superior dan inferior juga tertambat pada tepi atas dan

3

Page 4: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

bawah orbita oleh fasia yang tipis dan padat. Fasia tipis ini membentuk septum

orbitale.

E. Konjungtiva Palpebra

Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra,

yang melekat erat pada tarsus. Insisi bedah melalui garis kelabu tepian palpebra

membelah palpebra menjadi lamella anterior kulit dan musculus orbicularis oculi serta

lemella posterior lempeng tarsal dan konjungtiva palpebra.

Tepian Palpebra1

Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebarnya 2 mm. Tepian ini

dipisahkan oleh garis kelabu (sambungan mukokutan) menjadi tepian anterior dan

posterior.

A. Tepian anterior

1. Bulu Mata – Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur.

Bulu mata atas lebih panjang dan lebih banyak daripada bulu mata bawah serta

melengkung ke atas; bulu mata bawah melengkung kebawah.

2. Glandula Zeis – Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar sebasea kecil, yang

bermuara ke dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.

3. Glandula Moll – Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar keringat yang

bermuara membentuk satu barisan dekat bulu mata.

B. Tepian Posterior

Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini

terdapat muara-muara kecil kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi (glandula

Meibom, atau tarsal).

C. Punctum Lakrimal

Pada ujung medial tepian posterior palpebra terdapat penonjolan kecil dengan lubang

kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior. Punctum ini berfungsi

menghantarkan air mata ke bawah.

4

Page 5: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

Gambar 1. Anatomi Kelopak Mata.2

2.2. Air Mata

Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 µm yang menutupi epitel kornea dan

konjungtiva. Fungsi lapisan ultra-tipis ini adalah (1) membuat kornea menjadi permukaan

optik yang licin dengan meniadakan ketidakteraturan minimal di permukaan epitel; (2)

membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungtiva yang lembut; (3)

menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan mekanik dan efek

antimikroba; dan (4) menyediakan kornea berbagai substansi nutrien yang diperlukan.1,2

Lapisan-Lapisan Film Air Mata1

Film air mata terdiri atas tiga lapisan:

1. Lapisan superfisial adalah film lipid monomolekular yang berasal dari kelenjar

meibom. Diduga lapisan ini menghambat penguapan dan membentuk sawar kedap-air

saat palpebra ditutup.

2. Lapisan aqueous tengah yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal mayor dan minor;

mengandung substansi larut-air (garam dan protein).

3. Lapisan musinosa dalam terdiri atas glikoprotein dan melapisi sel-sel epitel kornea

dan konjungtiva. Membran sel epitel terdiri atas lipoprotein dan karenanya relatif

hidrofobik. Permukaan yang demikian tidak dapat dibasahi dengan larutan berair saja.

Musin diabsorpsi sebagian pada membran sel-sel epitel permukaan. Ini menghasilkan

permukaan hidrofilik baru bagi lapisan akueosa untuk menyebar secara merata ke

bagian yang dibasahinya dengan cara menurunkan tegangan permukaan.

5

Page 6: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

Komposisi Air Mata

Volume air mata normal diperkirakan 7±2 µL di setiap mata. Albumin mencakup

60% dari protein total air mata; sisanya globulin dan lisozim yang berjumlah sama banyak.

Terdapat imunoglobulin IgA, IgG, dan IgE. Yang paling banyak adalah IgA, yang berbeda

dari IgA serum karena bukan berasal dari transudat serum saja; IgA juga diproduksi sel-sel

plasma didalam kelenjar lakrimal. Pada keadaan alergi tertentu, seperti konjungtivitis

vernal, konsentrasi IgE dalam cairan air mata meningkat. Lisozim air mata menyusun 21-

25% protein total-bekerja secara sinergis dengan gamma-globulin dan faktor antibakteri

non-lisozim lain- membentuk mekanisme pertahanan penting terhadap infeksi. Enzim air

mata lain juga bisa berperan dalam diagnosis berbagai kondisi klinis tertentu, mis,

hexoseaminidase untuk diagnosis penyakit Tay-Sachs.1

K+, Na+, dan Cl- terdapat dalam kadar yang lebih tinggi di air mata daripada di

plasma. Air mata juga mengandung sedikit glukosa (5 mg/dL) dan urea (0,04 mg/dL).

Perubahan kadar dalam darah sebanding dengan perubahan kadar glukosa dan urea dalam

air mata. pH rata-rata air mata adalah 7,35, meskipun ada variasi normal yang besar (5,20-

8,35). Dalam keadaan normal, air mata bersifat isotonik. Osmolalitas film air mata

bervariasi dari 295 sampai 309 mosm/L.1

Sistem Sekresi Air Mata

Sistem lakrimasi mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi dan

drainase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai

unsur pembentuk cairan air mata, yang disebarkan di atas permukaan mata oleh kedipan

mata. Kanalikuli, saccus lacrimalis, dan ductus nasolacrimalis merupakan komponen

ekskresi sistem ini yang mengalirkan sekret ke dalam hidung.1

Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimal yang terletak di fossa

glandula lacrimalis di kuadran temporal atas orbita. Kelenjar yang berbentuk kenari ini

dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi lobus orbita yang lebih besar dan

lobus palpebra yang lebih kecil, masing-masing dengan sistem duktulusnya yang bermuara

ke forniks temporal superior. Lobus palpebra kadang-kadang dapat dilihat dengan

membalikkan palpebra superior. Persarafan kelenjar-utama datang dari nukleus lacrimalis

di pons melalui nervus intermedius dan menempuh suatu jaras rumit cabang maksilaris

nervus trigeminus.3,4

6

Page 7: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

Kelanjar lakrimal aksesorius, meskipun hanya sepersepuluh dari massa kelenjar

utama, mempunyai peranan penting. Struktur kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan

kelenjar utama, tetapi tidak memiliki duktulus. Terletak di konjungtiva, terutama diforniks

superior. Sel-sel goblet uniseluler, yang juga tersebar di konjungtiva, mensekresi

glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea meibom dan zeis ditepian

palpebra memberi lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi kelenjar keringat

yang juga ikut membentuk film air mata. Sekresi kelenjar lakrimal dipicu oleh emosi atau

iritasi fisik dan menyebabkan air mata mengalir berlimpah melewati tepian palpebra

(epifora). Kelenjar lakrimal aksesorius dikenal sebagai ”pensekresi dasar”. Sekret yang

dihasilkan normalnya cukup untuk memelihara kesehatan kornea. Hilangnya sel goblet

berakibat mengeringnya kornea meskipun banyak air mata dari kelenjar lakrimal.3,5

Sistem Ekskresi Air Mata

Bila sudah memenuhi saccus konjungtivalis, air mata akan memasuki puncta

sebagian karena sedotan kapiler. Dengan menutup mata, bagian khusus orbicularis

pratarsal yang mengelilingi ampula akan mengencang untuk mencegahnya keluar.

Bersamaan dengan itu palpebra ditarik kearah crista lakrimalis posterior, dan traksi fascia

yang mengelilingi saccus lakrimalis berakibat memendeknya kanalikulus dan

menimbulkan tekanan negatif di dalam saccus. Kerja pompa dinamik ini menarik air mata

ke dalam saccus, yang kemudian berjalan melalui ductus nasolakrimalis karena pengaruh

gaya berat dan elastisitas jaringan, ke dalam meatus inferior hidung.1

7

Page 8: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

Gambar 2. Sistem ekskresi air mata8

2.3. Dry Eye Syndrome

Definisi

National Eye Institute (NEI)/ Industry Dry Eye Workshop melihat kembali definisi

mata kering pada tahun 1995 yang menyatakan bahwa dry eye merpuakan gangguan dari

lapisan air mata akibat defisiensi air mata atau evaporasi berlebihan, yang menyebabkan

kerusakan pada permukaan okular interpalpebra dan dikaitkan dengan gejala

ketidaknyamanan okular. Komite sepakat bahwa definisi mata kering dapat berkembang

dengan pengetahuan tentang peranan hiperosmolaritas air mata dan inflamasi permukaan

okuular pada mata kering dan berakibat gangguan fungsi penglihatan. Sehingga terbentuk

versi yang telah digabungkan pada workshop tahun 2007 untuk membuat definisi dry eye

merupakan penyakit air mata multifaktorial dan permukaan okular yang menghasilkan

gejala ketidaknyamanan, gangguan visual, dan ketidakstabilan air mata dengan kerusakan

potensial terhadap permukaan okular. Hal ini disertai dengan meningkatnya osmolaritas

film air mata dan inflamasi pada permukaan okular.6,7

Sindroma mata kering (keratokonjungtivitis sika) dapat disebabkan oleh sembarang

penyakit yang berkaitan dengan defisiensi komponen-komponen air mata (aqueous,

musinosa, atau lipid), kelainan permukaan palpebra, atau kelainan-kelainan epitel.

8

Page 9: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

Walaupun terdapat berbagai bentuk keratokonjungtivitis sika, yang berhubungan dengan

arthritis rheumatoid dan penyakit autoimun lainnya biasanya dikategorikan sebagai

sindrom Sjorgen.1

Epidemiologi

Ellwein dkk menemukan angka kejadian kasus mata kering per 100 pembayaran

pelayanan pengobatan meningkat sebesar 57,4% dari 1,22 pada 1991 menjadi 1,92 pada

19989. Sejumlah 17% dari 2127 pasien rawat jalan didiagnosis dengan mata kering

diketahui dengan pemeriksaan yang komprehensif. Sedangkan pada populasi 2520 orang

tua (65 tahun atau lebih) penduduk Salisbury, Maryland, 14,6 % mengeluhkan satu atau

lebih gejala mata kering sering atau sepanjang waktu. Pada populasi di US usia 65-84

tahun diperkirakan 1 juta dari 4,3 juta orang mengalami mata kering.6

Gejala keratokonjungtivitis sika didapati sebanyak 20% pada wanita dan 15% pada

pria antara usia 45 sampai 54 tahun. Sedangkan antara usia 55 sampai 60 tahun didapati

sebanyak 22% wanita dan 10% pria yang mengalami gejala keratokonjungtivitis sika1,6,10.Faktor Resiko1,2,3

Tingkat BuktiKonsisten Usia tua, Wanita, Terapo Estrogen pasca menopause,

Diet rendah asam lemak omega 3, pengobatan antihistamin, penyakit jaringan connective, LASIK, terapi radiasi,Transplantasi Hemopoietik stem sel,Defisiensi Vitamin A, Hepatitis C, Defisiensi Androgen

Mungkin Ras Asia, Pengobatan: Tricyclic antidepresan, selective serotonin reuptake inhibitor, diuretik dan beta bloker, Diabetes Melitus, Infeksi HIV, Kemoterapi sistemik, Insisi Luas dan keratoplasty, Isoretinoin, Sarcoidosis, Disfungsi Ovarium.

Belum Jelas Merokok, Pengobatan: antikolinergik, anxiolytics, antipsikosis,Penggunaan alkohol, Menopause, Inejksi Botulinum toksin, jerawat, Asam urat, Kontrasepsi Oral, Hamil

Etiologi

Banyak diantara penyebab dry eye mempengaruhi lebih dari satu komponen film air

mata atau berakibat perubahan permukan muka yang secara sekunder menyebabkan film

air mata menjadi tidak stabil. Ciri histopatologik termasuk timbulnya bintik-bintik kering

kornea dan epitel konjungtiva, pembentukan filamen, hilangnya sel goblet konjungtiva,

9

Page 10: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

pembesaran abnormal sel epitel non-goblet, peningkatan stratifikasi sel, dan penambahan

keratinasi.1

Etiologi dari dry eye syndrome/keratokeratokonjungtivitis sika yaitu:1

A. Kondisi ditandai hipofungsi kelenjar lakrimal

1. Kongenital

a. Dysautonomia familier (sindrom Riley-Day)

b. Apalasi kelenjar lakrimal (alakrima kongenital)

c. Aplasia nervus trigeminus

d. Dysplasia ektodermal

2. Didapat

a. Penyakit sistemik

1) Sindroma sjorgen

2) Sklerosis sistemik progresif

3) Sarkoidosis

4) Leukemia, limfoma

5) Amiloidosis

6) Hemokromatosis

b. Infeksi

1) Trachoma

2) Parotitis epidemica

c. Cedera

1) Pengangkatan kelenjar lakrimal

2) Iradiasi

3) Luka bakar kimiawi

d. Medikasi

1) Antihistamin

2) Antimuskarinik; atropin, skopalamin

3) Anestetika umum; halothane, nitrous oxide

4) Beta-adregenik blocker; timolo, practolol

e. Neurogenik-neuroparalitik (fasial nerve palsy)

B. Kondisi ditandai defisiensi musin

1. Avitaminosis A

10

Page 11: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

2. Sindrom steven-johnson

3. Pemfigoid okuler

4. Konjungtivitis menahun

5. Luka bakar kimiawi

6. Medikasi-antihistamin, agen muskarin, agen beta-

adregenic blocker

C. Kondisi ditandai defisiensi lipid

1. Parut tepian palpebra

2. Blepharitis

D. Penyebaran defektif film air mata disebabkan:

1. Kelainan palpebra

a. Defek, coloboma

b. Ektropion atau entropion

c. Keratinasi tepian palpebra

d. Berkedip berkurang atau tidak ada

1) Gangguan neurologik

2) Hipertiroid

3) Lensa kontak

4) Obat

5) Keratitis herpes simpleks

6) Lepra

e. Lagophthalmus

1) Lagophthalmus nocturna

2) Hipertiroidi

3) Lepra

2. Kelainan konjungtiva

a. Pterygium

b. Symblepharon

3. Proptosis

11

Page 12: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

Mekanisme Mata Kering.1,9

Secara umum, mata kering disebabkan oleh gangguan pada unit fungsi lakrimal

(UFL), mencakup integrasi system glandula lakrimal, permukaan ocular dan kelopak mata,

dan saraf motorik dan sensorik yang menyambungkan mereka. Unit fungsional ini

mengatur komponen utama film air mata dalam regulasi dan berespon pada pengaruh

lingkungan, endokrin dan kortikal. Keseluruhan fungsi ini untuk memroses integritas film

air mata, kejernihan kornea dan kualitas gambar yang diproyeksikan ke retina. Ketika

penyakit dan kerusakan pada komponen UFL dapat menyebabkan mata kering, mekanisme

inti dari mata kering dikendalikan oleh hiperosmolaritas air mata dan ketidakstabilan film

air mata.

Hiperosmolaritas air mata menyebabkan kerusakan pada permukaan epitel dengan

mengaktifkan kaskade inflamasi pada permukaan okular dan melepaskan mediator

inflamasi kedalam air mata. Kerusakan epitel melibatkan kematian sel dengan apoptosis,

hilangnya sel goblet dan gangguan paparan musin, memicu ketidakstabilan film air mata.

Eksaserbasi ketidakstabilan hiperosmolaritas permukaan okular dan melengkapi

kemantapan lingkaran. Ketidakstabilan film air mata dapat dimulai, tanpa kehadiran

hiperosmolaritas air mata, oleh beberapa etiologi, seperti xeroptalmia, alergi okular,

penggunaan topikal dan pemakaian lensa kontak.

Kerusakan epitel disebabkan oleh mata kering yang menstimulasi akhir persarafan

kornea, mengarahkan pada gejala ketidaknyamanan, meningkatkan penutupan mata dan

secara potensial mengkompensasi refleks sekresi air mata. Hilangnya musin normal pada

permukaan okular berkontribusi pada gejala peningkatan resistensi gesekan antara kelopak

mata dan bola mata.

Hal utama yang diakibatkan oleh hiperosmolaritas air mata adalah berkurangnya

aliran akuos air mata, menghasilkan kegagalan lakrimal, dan/atau meningkatkan evaporasi

film air mata. Peningkatan evaporasi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang rendah

kelembaban dan tingginya aliran udara dan menyebabkan secara klinis disfungsi glandula

meibom (DGM), yang menyebabkan ketidakstabilan lapisan lipid air mata. Kualitas

minyak kelopak mata dimodifikasi oleh aksi esterase dan lipase yang dilepaskan oleh flora

komensal di kelopak mata, yang jumlahnya meningkat pada blepharitis. Penurunan aliran

akuos air mata adalah akibat terganggunya pengiriman cairan lakrimal ke saccus

konjungtiva. Masih belum jelas apakah hal ini diakibatkan kejadian yang normal pada

12

Page 13: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

penuaan, tetapi ini dapat dipicu oleh obat-obatan sistemik tertentu, seperti antihistamin dan

agen antimuskarinik. Hal utama yang paling umu menyebabkan kerusakan inflamasi

lakrimal, terlihat pada kelainan autoimun seperti sindroma Sjorgen dan juga non-Sjorgen.

Inflamasi menyebabkan kerusakan jaringan dan hambatan neurosekretorik yang reversibel.

Penghambatan reseptor dapat juga disebabkan oleh sirkulasi antibodi di reseptor M3.

Pengiriman air mata dapat terhambat oleh sikratiks konjungtiva akibat luka atau

penurunan refleks sensorik ke glandula lakrimal dari permukaan okular. Akhirnya,

kerusakan permukaan yang kronik dari mata kering mengarahkan pada gagalnya

sensitivitas kornea dan penurunan refleks sekresi air mata. Berbagai etiologi dapat

menyebabkan mata kering, oleh mekanisme blok refleks sekresi, termasuk operasi refraksi

Laser in Situ Keratomileusi (LASIK), pemakaian lensa kontak dan penyalahgunaan

anastesi topikal yang kronik.

Gambar 3. Mekanisme Mata Kering9

Manifestasi Klinis

13

Page 14: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

Pasien dengan mata kering paling sering mengeluhkan tentang iritasi, benda asing

(berpasir), sensasi terbakar, ketidaknyamanan okular yang tidak spesifik, fotosensitivitas,

mata merah, sakit, air mata berlebihan (refleks lakrimasi) dari hanya akibat lingkungan

yang kecil seperti tiupan angin, dingin, kelembaban rendah, atau membaca dalam waktu

yang lama. Pada kebanyakan pasien, ciri paling luar biasa pada pemeriksaan mata adalah

tampilan yang nyata-nyata normal. Ciri yang paling khas pada pemeriksaan slitlamp

adalah terputus atau tiadanya meniskus air mata di tepian palpebra inferior. Benang-

benang mukus kental kekuning-kuningan kadang-kadang terlihat dalam fornix

conjungtivae inferior. Pada konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan

mungkin menebal, beredema dan hiperemik.1

Epitel kornea terlihat bertitik halus pada fissura interpalpebra. Sel-sel epitel

konjungtiva dan kornea yang rusak terpulas dengan bengal rose 1% dan defek pada epitel

kornea terpulas dengan fluorescein. Pada tahap lanjut keratokonjungtivitia sika tampak

filamen-filamen dimana satu ujung setiap filamen melekat pada epitel kornea dan ujung

lain bergerak bebas. Pada pasien dengan sindrom sjorgen, kerokan dari konjungtiva

menunjukkan peningkatan jumlah sel goblet. Pembesaran kelenjar lakrimal kadang-kadang

terjadi pada sindrom sjorgen.1

Diagnosis

Diagnosis dan penderajatan keadaan mata kering dapat diperoleh dengan teliti

memakai cara diagnostik berikut:.

A. Tes Schirmer.7,8

Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan memasukkan strip

Schirmer (kertas saring Whatman No. 41) kedalam cul de sac konjungtiva inferior pada

batas sepertiga tengah dan temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar

diukur 5 menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10 mm tanpa

anestesi dianggap abnormal.

Bila dilakukan tanpa anestesi, tes ini mengukur fungsi kelenjar lakrimal utama, yang

aktivitas sekresinya dirangsang oleh iritasi kertas saring itu. Tes Schirmer yang dilakukan

setelah anestesi topikal (tetracaine 0.5%) mengukur fungsi kelenjar lakrimal tambahan

(pensekresi basa). Kurang dari 5 mm dalam 5 menit adalah abnormal.

14

Page 15: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

Tes Schirmer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata. Dijumpai hasil

false positive dan false negative. Hasil rendah kadang-kadang dijumpai pada orang normal,

dan tes normal dijumpai pada mata kering terutama yang sekunder terhadap defisiensi

musin.

Gambar 4. Tes Schirmer7

B. Tear film break-up time 7,8

Pengukuran tear film break-up time kadang-kadang berguna untuk memperkirakan

kandungan musin dalam cairan air mata. Kekurangan musin mungkin tidak mempengaruhi

tes Schirmer namun dapat berakibat tidak stabilnya film air mata. Ini yang menyebabkan

lapisan itu mudah pecah. Bintik-bitik kering terbentuk dalam film air mata, sehingga

memaparkan epitel kornea atau konjungtiva. Proses ini pada akhirnya merusak sel-sel

epitel, yang dapat dipulas dengan rose bengal. Sel-sel epitel yang rusak dilepaskan kornea,

meninggalkan daerah-daerah kecil yang dapat dipulas, bila permukaan kornea dibasahi

flourescein.

Tear film break-up time dapat diukur dengan meletakkan secarik kertas berflouresein

pada konjungtiva bulbi dan meminta pasien berkedip. Film air mata kemudian diperiksa

dengan bantuan saringan cobalt pada slitlamp, sementara pasien diminta agar tidak

berkedip. Waktu sampai munculnya titik-titik kering yang pertama dalam lapisan

flouresein kornea adalah tear film break-up time. Biasanya waktu ini lebih dari 15 detik,

namun akan berkurang nyata oleh anestetika lokal, memanipulasi mata, atau dengan

menahan palpebra agar tetap terbuka. Waktu ini lebih pendek pada mata dengan defisiensi

air pada air mata dan selalu lebih pendek dari normalnya pada mata dengan defisiensi

musin.

15

Page 16: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

C. Tes Ferning Mata1,7,8

Sebuah tes sederhana dan murah untuk meneliti mukus konjungtiva dilakukan

dengan mengeringkan kerokan konjungtiva di atas kaca obyek bersih. Arborisasi (ferning)

mikroskopik terlihat pada mata normal. Pada pasien konjungtivitis yang meninggakan

parut (Pemphigoid mata, sindrom Stevens Johnsons, parut konjungtiva difus), arborisasi

berkurang atau hilang.

D. Sitologi Impresi7,8,10

Sitologi impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada permukaan

konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel goblet paling tinggi di kuadran infra-nasal.

Hilangnya sel goblet ditemukan pada kasus keratokonjungtivitis sika, trachoma,

pemphigoid mata sikatriks, sindrom Stevens Johnsons, dan avitaminosis A.

E. Pemulasan Flouresein7,8,10

Menyentuh konjungtiva dengan secarik kertas kering berflouresein adalah indikator

baik untuk derajat basahnya mata, dan meniskus air mata mudah terlihat. Flouresein akan

memulas daerah-daerah tererosi dan terluka selain defek mikroskopik pada epitel kornea.

F. Pemulasan rose bengal10

Bengal rose lebih sensitif dari flouresein. Pewarna ini akan memulas semua sel epitel

non-vital yang mengering dari kornea konjungtiva.

Gambar 5. Pemulasan rose bengal10

G. Penguji Kadar Lisozim Air Mata10

Penurunan konsentrasi lisozim air mata umumnya terjadi pad awal perjalanan

sindrom Sjorgen dan berguna untuk mendiagnosis penyakit ini. Air mata ditampung pada

16

Page 17: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

kertas Schirmer dan diuji kadarnya. Cara paling umum adalah pengujian secara

spektrofotometri.

H. Osmolalitas Air Mata10

Hiperosmolitas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungtivitis sika dan

pemakaian kontak lens dan diduga sebagai akibat berkurangnya sensitivitas kornea.

Laporan-laporan menyebutkan bahwa hiperosmolalitas adalah tes paling spesifik bagi

keratokonjungtivitis sika. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada pasien dengan

Schirmer normal dan pemulasan bengal rose normal.

I. Laktoferin10

Laktoferin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi

kelenjar lakrimal. Kotak penguji dapat dibeli dipasaran.

2.4. Aqueous Tear-deficient

Defisiensi Air mata berair adalah penyebab paling umum dari mata kering, dan itu adalah

karena produksi air mata tidak cukup. Penyebab produksi air kekurangan meliputi mata

kering (primer dan sekunder), defisiensi kelenjar lacrimalis, obstruksi saluran kelenjar

lacrimalis, refleks hiposekresi, penggunaan obat-obat sistemik. Aqueous Tear-

deficient dapat dibedakan menjadi penyebab oleh karena Sjögren syndrome and non-

Sjögren syndrome1,3,10.

Penyebab defisensi air mata dapat juga disebabkan oleh meningkatnya evaporasi

dari air mata, meliputi Gangguan apperture mata, rendah tingkat berkedip, obat tindakan

(misalnya, isotretinoin), kekurangan vitamin A, obat-obatan topikal dan bahan pengawet,

hubungi memakai lensa pada mata, okular permukaan penyakit (misalnya, alergi).1

Kekurangan air mata dapat disebabkan gangguan pada kelenjar lakrimal sekunder yang

dapat mengganggu produksi air meliputi:

Lacrimalis kelenjar infiltrasi kelenjar lacrimal,sarkoidosis, limfoma, AIDS,

amiloidosis,hemochromatosis, penyakit menular pada kelenjar lacrimalis, trakhoma,

defisiensi viamin A akibat gizi buruk, diet bebas lemak, malabsorpsi usus dari penyakit

radang usus, reseksi usus, atau alkoholisme kronis, ablasi/ deneravasi kelenjar lacrimal.3

Obat-obat yang dapat menyebabkan defisiensi air mata yaitu: antihistamin, Beta blockers,

fenotiazin, atropin,oral kontrasepsi, anxiolytics, antiparkinson agen, diuretik,

antikolinergik, antiaritmia, topikal pengawet dalam obat tetes mata, topikal anestesi,

isotretinoin.10

17

Page 18: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

Penyebab defisiensi air mata akibat evaporasi dapat dilihat secara intrinsik dan ekstrinsik:

a) Intrinsik

Penyakit kelenjar meibom mungkin melibatkan berkurangnya jumlah kelenjar berfungsi,

seperti pada defisiensi bawaan atau diperoleh Disfungsi kelenjar meibom, atau

penggantian, seperti dalam distichiasis, lymphedema-distichiasis sindrom, atau metaplasia.

Disfungsi kelenjar meibom dapat dibagi menjadi 3 subtipe sebagai berikut: Hipersekresi

oelh karena seborrhea meibom, hyposecretory disebabkan terapi retinoid, Obstruktif dapat

disebabkan secara sederhana, primer atau sekunder untuk penyakit lokal (misalnya,

blepharitis anterior), penyakit sistemik (misalnya, jerawat rosacea, dermatitis seboroik,

atopi, ichthyosis, atau psoriasis), sindrom (misalnya, anhidrotic ectodermal dysplasia,

sindrom ectrodactyly, atau sindrom Turner), atau toksisitas sistemik (misalnya, 13-cis

retinoic acid atau polychlorinated biphenyls), atau mungkin cicatricial, primer atau

sekunder untuk penyakit lokal (misalnya, luka bakar kimia, trachoma, pemfigoid, eritema

multiforme, jerawat rosacea, vernal keratoconjunctivitis [VKC] keratoconjunctivitis, atau

atopik [AKC]).10

Kerugian evaporasi mungkin akibat dari rendahnya tingkat berkedip disebabkan oleh hal-

hal berikut akibat fenomena fisiologis, seperti mungkin terjadi selama pelaksanaan tugas-

tugas yang membutuhkan konsentrasi (misalnya, bekerja di sebuah komputer atau

mikroskop), Ekstrapiramidal gangguan, seperti penyakit Parkinson (penurunan

dopaminergik pool neuron).8

Kerugian evaporasi dapat mengakibatkan dari gangguan berikut aperture kelopak mata dan

kesesuaian antara kelopak mata dengan kontak langsung dengan lingkungan sekitar. Selain

itu, tindakan obat-obatan seperti isotretinoin dapat menyebabkan hilangnya penguapan10.

b) Ekstrinsik

Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan mata kering sebagai akibat dari hal-hal berikut:

Pengembangan gangguan sel goblet, kerusakan asinar lacrimalis, atau penggunaan topikal

obat dan pengawet serta penggunaan lensa mata yang tidak hygine, atau pun alergi.10

2.5. Penatalaksanaan

Mata kering umumnya tidak bisa disembuhkan dan penanganan berupa mengontrol

gejala dan mencegah kerusakan permukaan. Pilihan terapi bergantung pada tingkat

keparahan penyakit.12

18

Page 19: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

1. Suplementasi dengan substitusi air mata. Air mata artifisial tetap menjadi pengobatan

mata kering. Tersedia dalam bentuk tetes dan salap. Mengandung derivat selulosa

(0,25-0,7% metil selulosa dan 0,3% hipromelosa) atau polyvinyl alkohol (1,4%).

2. Siklosporin topikal (0,05%, 0,1%) dilaporkan sebagai obat yang sangat efektif untuk

mata kering di banyak studi terbaru. Ini membantu mengurangi inflamasi cell-

mediated pada jaringan lakrimal.

3. Mukolitik, seperti 5 persen acetylcystine dipakai 4 kali sehari membantu menyebarkan

mukus dan menurunkan viskositas air mata.

4. Retinoid topikal baru-baru ini dilaporkan bermanfaat menunda perubahan selular

(metaplasia skuamosa) yang terjadi di konjungtiva pada pasien mata kering.

5. Menurunkan evaporasi dan drainase. Evaporasi dapat dikurangi dengan menurunkan

suhu ruangan, menggunakan ruang lembab dan kacamata proteksi2.

6. Tetrasiklin sistemik dapat diberikan untuk mengatasi blepharitis dan mengurangi

mediator inflamasi di air mata.

7. Oklusi punktal. Mengurangi drainase dan dapat menyelamatkan air mata alami dan

memperpanjang efek artificial tears. Ini sangat bermanfaat pada pasien dengan

keratokonjungtivitis sedang hingga berat yang tidak berespon pada pengobatan

topikal. Sementara, oklusi dapat dilakukan dengan menginsersi kolagen ke dalam

kanalikuli.

19

Page 20: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Dry eye merupakan penyakit air mata multifaktorial dan permukaan okular yang

menghasilkan gejala ketidaknyamanan, gangguan visual, dan ketidakstabilan air mata

dengan kerusakan potensial terhadap permukaan okular. Hal ini disertai dengan

meningkatnya osmolaritas film air mata dan inflamasi pada permukaan okular.6,7

Gejala keratokonjungtivitis sika didapati sebanyak 20% pada wanita dan 15% pada

pria antara usia 45 sampai 54 tahun. Sedangkan antara usia 55 sampai 60 tahun didapati

sebanyak 22% wanita dan 10% pria yang mengalami gejala keratokonjungtivitis sika.1,6,10

Pasien dengan mata kering paling sering mengeluhkan tentang iritasi, benda asing

(berpasir), sensasi terbakar, ketidaknyamanan okular yang tidak spesifik, fotosensitivitas,

mata merah, sakit, air mata berlebihan (refleks lakrimasi) dari hanya akibat lingkungan

yang kecil seperti tiupan angin, dingin, kelembaban rendah, atau membaca dalam waktu

yang lama.6 Pada kebanyakan pasien, ciri paling luar biasa pada pemeriksaan mata adalah

tampilan yang nyata-nyata normal. Ciri yang paling khas pada pemeriksaan slitlamp

adalah terputus atau tiadanya meniskus air mata di tepian palpebra inferior. Benang-

benang mukus kental kekuning-kuningan kadang-kadang terlihat dalam fornix

conjungtivae inferior. Pada konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan

mungkin menebal, beredema dan hiperemik.1

Aqueous Tear-deficient dapat disebabkan oleh sjorgen atau non-sjorgen syndrome,

dan merupakan salah satu penyebab dry eyeness syndrome. Namun pengobatan Aqueous

Tear-deficient sama dengan terapi pada dry eyeness syndrome.

Air mata buatan adalah terapi yang kini dianut. Salep berguna sebagai pelumas

jangka panjang, terutama saat tidur. Bantuan tambahan diperoleh dengan memakai

pelembab, kacamata pelembab bilik, atau kacamata berenang. pemeriksaan mata secara

eksternal termasuk struktur kelopak mata dan dinamik berkedip; evaluasi kelopak mata

dan kornea menggunakan cahaya terang dan magnifikasi; serta pengukuran kuantitas dan

kualitas air mata untuk semua abnormalitas1,10.

Langkah awal untuk mengobati penyakit ini adalah dengan mengidentifikasi

etiologi yang mendasarinya dan mencoba untuk mengeliminasi dan/atau mengobatiya.

20

Page 21: Paper Mata Andi

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Andi SusiloNIM : 080100068

DAFTAR PUSTAKA

1. Salmon, JF. 2007.Lid Lacrimal Apparatus and Tears. In General Ophthalmology

Vaughan D, Asbury T, Rordian Eva P.The McGraw-Hill ED 17 : 95-98

2. James, B., Chew, C., Bron, A. Lecture Notes on Ophtalmology. Anatomy. 4-5, 59-

3. Amerian Optomeric Association. 2006-12. Dry Eye. Available from:

http://www.aoa.org/x4717.xml. [Accessed 17 Maret 2013].

4. The Ocular Surface. Special Issue: 2007 Report of International Dry Eye

Workshop (DEWS). The Ocular Surface Vol. 5, No. 2.

5. Lemp, M A, Foulks, G N. 2008. The Definition & Classification of Dry Eye

Disease Guidelines from the 2007 International Dry Eye Workshop.

6. The Ocular Surface. Special Issue: The Epidemiology of Dry Eye Disease : Report

of the Epidemiology Subcommittee of the International Dry Eye Work Shop

(2007). Vol. 5, No. 2.

7. Ilyas S. 2009. Ilmu penyakit mata edisi ketiga. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 140-

141.

8. Foster, C.S. 2012. Dry Eye Syndrome. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/1210417-overview#aw2aab6b2b4.

[Accessed 17 Maret 2013].

9. Perry, H.D. 2008. Dry Eye Disease: Pathophysiology, Classification, and

Diagnosis. Available from: http://www.ajmc.com/publications/

supplement/2008/2008-04-vol14-n3Suppl/Apr08-3141pS079-S087/. [ Accessed 17

Maret 2013].

10. Feder.R.S., Dun,S.P. 2011. Dry Eye Disease Limitied Revision. American

Ocademy of Ophtamology. Available from: www.guidelines.gov/content.aspx

%3Fid%3D36094 [Accesed 17 Maret 2013]

11. Modis, L., Szalai, E. 2012. Dry Eye Diagnosis and Management. Available from:

http://www.medscape.org/viewarticle/737035_7. [Accessed 17 Maret 2013].

21