Paper Koba

download Paper Koba

of 8

Transcript of Paper Koba

  • 7/23/2019 Paper Koba

    1/8

    Nama : Prima Agusti Lukis

    NRP : 1412.201.011

    TUGAS KIMIA BAHAN ALAM

    1

    ISOLASI DAN ELUSIDASI STRUKTUR SANTON TERPRENILASI BARU DARI

    KULIT BUAH (PERICARP) Garcinia mangostana(MANGGIS)

    1. PENDAHULUAN

    Garcinia mangostana merupakan salah satu spesies dari genus Garciniayang biasa

    kita sebut manggis. Tumbuhan ini merupakan pohon tropis yang tersebar luas di Asia

    Tenggara yang telah banyak digunakan sebagai obat tradisional yaitu pengobatan infeksi

    kulit, diare dan luka, sehingga mendapat julukan sebagai Queen of Fruit. Derivatif santon

    terprenilasi dilaporkan menjadi konstituen utama dalam kulit buah manggis yang ditemukan

    memiliki aktivitas antioksidan, antiinflamasi, sitotoksik dan antijamur. Penelitian ini

    membahas tentang isolasi dan elusidasi struktur dari senyawa derivatif santon baru.

    2. EKSTRAKSI DAN ISOLASI

    Pericarp (kulit buah) manggis mula-mula dirajang hingga menjadi potongan-

    potongan kecil dan dikeringkan untuk menghilangkan kadar air dalam sampel tersebut.

    Sampel yang kering itu dihaluskan hingga menjadi serbuk untuk memperluas permukaan

    dari sampel, sehingga dihasilkan serbuk kering dan halus sebanyak 4 kg. Kemudian serbuk

    kering kulit buah manggis ini diekstraksi menggunakan metode maserasi pada suhu kamar

    dengan pelarut etanol 95% (3x8 L) selama 3 hari. Pemilihan metode ini dikarenakan

    memiliki beberapa kelebihan yaitu praktis, tidak melibatkan pemanasan yang menyebabkan

    terdekomposisinya senyawa-senyawa target dan cara penggunaannya mudah. Ekstraksi ini

    dilakukan selama 3 hari karena dari hasil monitoring KLT menunjukkan senyawa fenolat itu

    telah banyak yang terekstrak. Ekstrak cair yang diperoleh itu disaring dan dipekatkan di

    bawah tekanan tereduksi (dievaporasi) sehingga diperoleh ekstrak pekat etanol (855,8 g),

    ditambahkan H2O sebanyak 2 L untuk menghasilkan larutan aquous, kemudian dipartisi

    dengan etil asetat (EtOAc) sebanyak 3x2 L sehingga menghasilkan ekstrak EtOAc (344,5 g).

    Ekstrak EtOAc ini difraksinasi menggunakan kromatografi kolom silika gel dan dielusi

    dengan petroleum eter-aseton (10:1-1:1) berdasarkan gradien kepolaran sehingga

    menghasilkan 17 fraksi (A-Q) dan senyawa 4 (26,9 g), 5 (6,4 g), 6 (46 mg), dan 7 (290 mg).

    Dari 17 fraksi tersebut, peneliti mengerjakan fraksi A (45 g) difraksinasi dengan

    menggunakan kromatografi kolom sephadex LH-20 dengan eluen metanol menghasilkan 3

    sub fraksi yaitu A1-A3.

    Sephadex LH-20 adalah media kromatografi cair yang dirancang untuk ukuran

    molekul senyawa bahan alam seperti steroid, terpenoid, lipid dan peptide yang memiliki

    berat molekul rendah (hingga 35 residu asam amino). Tergantung pada pelarut yang dipilih,

  • 7/23/2019 Paper Koba

    2/8

    Nama : Prima Agusti Lukis

    NRP : 1412.201.011

    TUGAS KIMIA BAHAN ALAM

    2

    media ini juga dapat memisahkan komponen-komponen sampel oleh partisi antara fasa

    diam dan fasa gerak. Sephadex LH-20 ini sangat bermanfaat baik untuk skala analitis dan

    industri untuk membuat spesies molekul yang memiliki hubungan yang erat. Karena sifat

    fisika-kimia yang unik dari media ini, dapat digunakan baik selama pemurnian awal sebelum

    polishing oleh pertukaran ion kinerja tinggi atau reversed phase chromatography atau

    tahapan akhir polishing, sebagai contoh selama pembuatan diastereomers. Sephadex LH-

    20 ini ditandai dengan: Selektivitas kromatografi ini unik karena sifat hidrofobik dan lipofilik

    ganda dari matriks, mudah diprediksi proses elusi yang didasarkan pada struktur kimia dari

    sampel, adanya ketahanan kimia dan fisika serta reproduktifitas luar batch-to-batch.

    Kemudian dari ketiga sub fraksi tersebut, peneliti mengerjakan sub fraksi A3 (33 g)

    difraksinasi lebih lanjut menggunakan kromatografi kolom (CC) silika gel dengan eluen

    CHCl3sehingga menghasilkan 9 sub fraksi lagi yaitu A3-1-A3-9. Selanjutnya, A3-5 difraksinasimenggunakan silika gel C-18 reversed-phase (RPC C-18) dengan eluen metanol:H2O

    (90%) menghasilkan senyawa 1 (3,5 mg) dan 8 (4 mg).

    Silika gel RPC C-18 adalah silika berpori mikropartikel (3 m) untuk rantai alkil C-18

    yang telah terikat secara kovalen. Silika gel RPC C-18 cocok untuk peptide, analisis

    pemetaan dan mikropurifikasi. Ukuran partikel sangat kecil menjamin efisiensi tinggi dan

    resolusi yang sangat baik dari sampel yang kompleks. Silika gel RPC C-18 dapat

    digunakan dengan pelarut berair dan larutan organik dalam air dengan kisaran pH 2-8.

    3. ELUSIDASI STRUKTUR

    Senyawa 1 diperoleh dari hasil isolasi ekstrak etil asetat (EtOAc) kulit buah

    G.mangostana, berupa padatan amorf kuning. Hasil uji titik leleh menunjukkan bahwa

    senyawa 1 telah murni dengan titik leleh 160-161C. Data HREIMS memberikan data m/z

    sebesar 366,1097 [M+], sedangkan secara perhitungan sebesar 366,1106 dimana nilai

    tersebut sebanding dengan nilai Mr molekul senyawa 1. Data HREIMS ini juga memberikan

    data berupa rumus molekulnya yaitu C21H18O6sehingga nilai DBEnya sebesar 13.

    Hasil dari metode spektroskopi UV menunjukkan 5 puncak maksimal yaitu pada

    panjang gelombang 201, 256, 275, 310 dan 361 nm. Panjang gelombang 201 nm

    merupakan puncak pelarut. Pita 1 dengan max 310 nm menunjukan adanya transisi

    elektron dari orbital n* yang menyatakan adanya sistem konjugasi dari suatu heteroatom

    dengan ikatan rangkap terkonjugasi (-C=C-C=O). Pita 2 dengan max 256 nm menunjukkan

    adanya transisi elektron dari orbital * yang merupakan gugus kromofor yang khas

    untuk sistem ikatan rangkap terkonjugasi (-C=C-C=C-) dari cincin aromatik. Sehingga dapat

    disarankan bahwa senyawa 1 memiliki sistem aromatik dan karbonil terkonjugasi (Nilar,

    et.al., 2005) yang khas untuk kerangka santon (Lannang, et.al., 2005; Kosela, et.al., 2006;

  • 7/23/2019 Paper Koba

    3/8

    Nama : Prima Agusti Lukis

    NRP : 1412.201.011

    TUGAS KIMIA BAHAN ALAM

    3

    Ito, et.al., 1997). Data UV ini diperkuat dengan data IR dimana muncul puncak pada 3289

    cm-1yang menunjukkan adanya gugus hidroksi bebas, pada 1654 cm -1 yang menunjukkan

    adanya gugus karbonil yang terkhelat dengan gugus hidroksi dan pada 1608 cm-1

    menunjukkan kekhasan (C=C-) aril sp2pada sistem aromatic. Dari data UV dan IR dapat

    ditarik kesimpulan sementara ada struktur dasar santon, -OH kelat dan kemungkinan ada

    subtituen R berupa hidroksi.

    O

    O

    RR

    O

    H

    AB

    Gambar 1.Hipotesis 1 berdasarkan data UV dan IR

    Selanjutnya untuk mengetahui struktur yang pasti dari senyawa 1 maka dilakukan

    karakterisasi dengan 1D dan 2D NMR. Hasil dari spektra 1H NMR (Tabel 1) diperoleh

    minimal 11 jenis proton yaitu: pada H 14,16 ppm(1H, s) merupakan sinyal yang khas untuk

    proton dari gugus hidroksil terkhelat dengan gugus karbonil. H 6,34 ppm (1H, s) merupakan

    proton dari gugus hidroksi fenol, ada satu proton metoksi pada pergeseran kimia (H) 3,80

    ppm (3H, s), ada proton yang menunjukkan adanya gugus prenil pada pergeseran kimia

    (H) 1,69 ppm (3H, s), 1,83 ppm (3H, s), 4,10 ppm (2H, d, J=6,4 Hz), dan 5,28 ppm (1H, t,

    J=6,4). Terdapat 2 jenis proton yang menunjukkan adanya disubstituen cincin furan pada

    pergeseran kimia (H) 6,97 ppm (1H, dd, J=2,0 ; 0,8 Hz) dan 7,53 ppm (1H, d, J=2,0 Hz),

    dan ada dua proton aromatik pada pergeseran kimia (H) 6,86 (1H, s) dan 6,94 (1H, d,

    J=0,8 Hz). Pada H 6,94 ppm itu seharusnya multiplisitasnya singlet, tetapi dari data

    menyebutkan bahwa multiplisitasnya doublet dengan J=0,8 Hz. Hal ini mungkin terjadi

    akibat adanya imbas dari cincin furan.

    Kemudian data tersebut diperkuat lagi dengan data 13C-NMR dimana, senyawa 1

    memiliki minimal 21 atom karbon. Hal ini sesuai dengan data HREIMS dimana jumlah

    karbon sebanyak 21. Pada C 183,7 ppm adalah pergeseran yang khas untuk karbon

    karbonil terkonjugasi. Terdapat karbon gugus isoprenil pada C 18,2 ; 25,8 ; 26,7 ; 123,0 ;

    dan 132,4 ppm dan karbon yang khas untuk gugus metoksi pada C 62,1 ppm. Selanjutnya

    terdapat substituen cincin furan pada C(ppm) 104,4 dan 144. Selain itu terdapat 12 karbon

    karbon aromatik pada C(ppm) 137,2 ; 142,4 ; 154,9 ; 101,6 ; 156,2 ; 89,7 ; 159,4 ; 112,1 ;

    156,8 ; 104,4 ; 111,6 dan 153,3.

  • 7/23/2019 Paper Koba

    4/8

    Nama : Prima Agusti Lukis

    NRP : 1412.201.011

    TUGAS KIMIA BAHAN ALAM

    4

    Tabel 1.Data 1H dan 13C NMR Senyawa 1

    H (ppm) C (ppm)

    14,16 (1H, s)

    6,34 (1H, s)3,80 (3H, s)

    1,69 (3H, s)

    1,83 (3H, s)

    4,10 (2H, d, J=6,4 Hz)

    5,28 (1H, t, J=6,4)

    6,97 (1H, dd, J=2,0 ; 0,8 Hz)

    7,53 ppm (1H, d, J=2,0 Hz)

    6,86 (1H, s)6,94 (1H, d, J=0,8 Hz)

    137,2

    142,4154,9

    101,6

    156,2

    89,7

    159,4

    112,1

    156,8

    104,4183,7

    111,6

    153,3

    26,7

    123,0

    132,4

    18,2

    25,8

    104,4

    144,1

    62,1

    Berdasarkan data UV, IR, 1H-NMR dan 13C NMR dapat dinyatakan bahwa hipotesis

    2 dari senyawa 1 merupakan turunan dari santon terprenilasi, yang memiliki 1 gugus

    metoksi, 1 gugus hidroksi dan 1 cincin furan, dimana kemungkinan strukturnya sebagai

    berikut :

  • 7/23/2019 Paper Koba

    5/8

    Nama : Prima Agusti Lukis

    NRP : 1412.201.011

    TUGAS KIMIA BAHAN ALAM

    5

    O

    OH

    R5

    O R1

    R3

    1

    3

    510a 4a

    8a 9a R2

    6

    7

    2

    4

    8R7

    R6

    R4

    C =

    B = OH

    A = OCH3

    D =

    O

    Gambar 2. Hipotesis 2 Senyawa 1

    Tahapan selanjutnya, untuk melengkapi penentuan struktur ini, maka diperlukan

    perbandingan data 1H dan 13C NMR dengan data penelitian sebelumnya berupa senyawa

    garciniafuran (penelitian yang dilakukan oleh Nilar, 2002) untuk mengetahui secara pastiposisi proton dan karbon pada senyawa 1 ini. Perbandingan datanya ditunjukkan pada Tabel

    2.

    1. R1=C, R2=A, R3=B, R4=R5=H, R6, R7=D

    2. R1=C, R2, R3=D, R4=R5=H, R6=B, R7=A

    3. R1=C, R2,R3=D, R4=R7=H, R5=B, R6=A

    4. R1=R5=H, R2,R3=D, R4=C, R6=B, R7=A

    5. R1=B, R2,R3=D, R4=R7=H, R5=C, R6=A

    6. R1=R6=H, R2,R3=D, R4=B, R5=C, R7=A

    7. R1=A, R2=C, R3=B, R4,R5=H, R6,R7=D

    8. R1=B, R2=C, R3=A, R4=R5=H, R6,R7=D

    9. R1=B, R2=A, R3=C, R4=R5=H, R6,R7=D

  • 7/23/2019 Paper Koba

    6/8

    Nama : Prima Agusti Lukis

    NRP : 1412.201.011

    TUGAS KIMIA BAHAN ALAM

    6

    Tabel 2.Perbandingan data 1H dan 13C NMR Senyawa 1 dengan Garciniafuran (Nilar, 2002)

    Nomorkarbon

    Senyawa Garciniafuran Senyawa 1

    H(ppm) C(ppm) H(ppm) C(ppm)

    1 - 137,5 - 137,22 - 144,1 - 142,4

    3 - 158,6 - 154,9

    4 6,80 (s) 98,4 6,86 (s) 101,6

    4a - 156,0 - 156,2

    5 6,95 (d, J= 0,9 Hz) 89,6 6,95 (d, J= 0,8 Hz) 89,7

    6 - 159,3 - 159,4

    7 - 112,1 - 112,1

    8 - 156,9 - 156,8

    8a - 104,7 - 104,4

    9 - 183,8 - 183,7

    9a - 111,4 - 111,6

    10a - 153,4 - 153,3

    11 4,15 (d, J= 6,6 Hz) 26,3 4,10 (d, J = 6,4 Hz) 26,712 5,28 (t, J= 6,6 ; 1,4 Hz) 123,1 5,28 (t,J = 6,4 Hz) 123,0

    13 - 132,1 - 132,4

    14 1,69 (s) 18,2 1,69 (s) 18,2

    15 1,87 (s) 25,9 1,83 (s) 25,8

    16 6,99 (dd, J = 2,2 ; 0,9 Hz) 104,5 6,97 (dd, J= 2,0 ; 0,8 Hz) 104,4

    17 7,54 (d, J = 2,2 Hz) 144,1 7,53 (d, J= 2,0 Hz) 144,1

    18 - - - -

    19 - - - -

    20 - - - -

    3-OH - - 6,34 -

    8-OH 14,24 - 14,16 -

    2-OMe 3,81 (s) 61,0 3,80 (s) 62,13-OMe 3,98 (s) 56,1 - -

    Berdasarkan data perbandingan pada Tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa

    pergesaran kimia proton senyawa 1 memiliki kemiripan dengan pergeseran kimia senyawa

    garciniafuran yaitu terdapat 1 gugus metoksi pada posisi C-2, gugus prenil pada posisi C-

    11,C-12,C-14 dan C-15 terletak pada posisi C-1. Selain itu terdapat cincin furan pada posisi

    C-16 dan C-17 terletak pada posisi C-7, terdapat 1 gugus hidroksi terkhelat pada posisi C-8

    dan terakhir terdapat 1 proton aromatik singlet pada posisi C-4 dan 1 proton aromatik

    doublet pada posisi C-5 karena ada imbas dari cincin furan. Sedangkan dari data 13C NMR,

    pergeseran kimia senyawa 1 memiliki kemiripan dengan pergeseran kimia 13C senyawa

    garciniafuran, tetapi pada senyawa garciniafuran ini memiliki perbedaan dengan senyawa 1

    yaitu pada garciniafuran terdapat 2 gugus metoksi pada posisi C-2 dan C-3, sedangkan

    pada senyawa 1 terdapat 1 gugus metoksi yang memiliki pergeseran kimia yang sama

    dengan salah satu gugus metoksi dari garciniafuran yaitu pada posisi C-2. Sedangkan pada

    garciniafuran, posisi C-3 ditempati gugus metoksi yang lain, dan untuk senyawa 1 tidak

    mempunyai metoksi lagi, tetapi kemungkinan posisi itu ditempati oleh gugus hidroksi fenol,

    sehingga dapat ditentukan hipotesis 3 dimana struktur molekul senyawa 1 sebagai berikut:

  • 7/23/2019 Paper Koba

    7/8

    Nama : Prima Agusti Lukis

    NRP : 1412.201.011

    TUGAS KIMIA BAHAN ALAM

    7

    O

    OH

    H

    O

    OCH 3

    1

    3

    510a 4a

    8a 9a OCH 3

    6

    7

    2

    4

    8

    O

    H

    11

    12

    1415

    16

    17

    Gambar 3. Senyawa garciniafuran (Nilar, 2002)

    O

    OH

    H

    O

    OH

    1

    3

    510a 4a

    8a 9a OCH 3

    6

    7

    2

    4

    8

    O

    H

    11

    12

    1415

    16

    17

    Gambar 4. Hipotesis 3 Senyawa 1

    Selanjutnya, untuk memastikan posisi subtituen-subtituen pada senyawa 1 memang

    benar pada posisi seperti pada hipotesis 3 maka dilakukan karakterisasi dengan 2D NMR

    yaitu HMBC. Data HMBC senyawa 1 adalah sebagai berikut: terdapat korelasi antara H-16,

    H-17 dan 8-OH dengan C-7, berarti posisi cincin furan tepat berada pada posisi C7. Korelasi

    antara H-11 dengan C-9a,C-1, C-2, dan C-13, H-12 dengan C-1 menunjukkan bahwa gugus

    prenil ini tepat berada pada posisi C-1. Selanjutnya, terdapat korelasi antara 2-OMe dengan

    C-2, sehingga posisi gugus metoksi itu tepat berada pada C-2 dan terdapat korelasi antara

    3-OH dengan C-2 dan C-4 menunjukkan bahwa posisi gugus hidroksi fenol tepat berada

    pada posisi C-3.

    O

    OH

    H

    O

    OH

    OCH 3

    O

    H

    Gambar 4. HMBC Senyawa 1

  • 7/23/2019 Paper Koba

    8/8

    Nama : Prima Agusti Lukis

    NRP : 1412.201.011

    TUGAS KIMIA BAHAN ALAM

    8

    Berdasarkan analisis data di atas menunjukkan struktur senyawa 1 memiliki

    kemiripan struktur dengan senyawa garciniafuran, hanya berbeda pada posisi C-3 yaitu

    posisi metoksi pada garciniafuran digantikan dengan gugus hidroksi fenol untuk senyawa 1.

    Dengan demikian struktur senyawa 1 adalah 3,8-dihidroksi-2-metoksi-1-(3-metilbut-2-enil)-

    6,7-furanosanton dan dibuat nama lainnya yaitu Garcimangosanton A.

    O

    OH

    H

    O

    OH

    OCH 3

    O

    H

    Gambar 5. Struktur Senyawa 1

    4. Kesimpulan

    Pada penelitian ini telah dilakukan proses ekstraksi dan isolasi kulit buah kering

    G.mangostana dari Guangzhou, Cina. Hasilnya diperoleh 3 senyawa baru (senyawa 1, 2

    dan 3) yaitu 2 senyawa santon terprenilasi dan 1 senyawa tetrahidrosanton terprenilasi. Tiga

    senyawa baru tersebut kemudian dikarakterisasi dan ditentukan struktur molekulnya dengandata spektroskopi. Salah satu senyawa baru tersebut yaitu senyawa 1 berdasarkan data-

    data spektroskopinya adalah 3,8-dihidroksi-2-metoksi-1-(3-metilbut-2-enil)-6,7-furanosanton

    dan dibuat nama lainnya yaitu Garcimangosanton A.

    5. Daftar Pustaka

    Amersham, B., (1978), Sephadex LH-20 Chromatography in Organic Solvents, Pharmacia

    Fine Chemicals, Data File 18-1107-22 AB

    Amersham, B., (1978), Reversed Phase Chromatography Principles and Methods, Edition

    AA, Data File 18-1134-16

    Nilar, Harrison, L.J., (2002), Xanthones from The Heartwood of Garcinia mangostana,

    Phytochemistry, Vol. 60, page 541-548

    Zhang, Y., Song, Z., Hao, J., Qiu, S., Xu, Z., (2010), Two New Prenylated Xanthones and A

    New Prenylated Tetrahydroxanthone from The Pericarp of Garcinia mangostana,

    Fitoterapia, Vol. 81, page 595-599