Modul Transportasi Untuk Koba 2012

download Modul Transportasi Untuk Koba 2012

of 27

Transcript of Modul Transportasi Untuk Koba 2012

Transportasi Ikan HidupDisampaikan dalam Temu Teknis Pembudidaya Ikan Di Balai Benih Ikan Koba, Bangka Tengah 01 Maret 2012

Penyusun : Ardiansyah Kurniawan,S.Pi, M.P Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung

1. Pendahuluan Permintaan konsumen meningkat di suatu daerah seringkali membutuhkan pasokan dari daerah lain yang memiliki surplus dalam produksi komoditi yang dibutuhkan. Perbedaan lokasi permintaan dan produksi menyebabkan dibutuhkannya transportasi atau pengangkutan untuk mengalirkan suplay produk / komoditi pada konsumen. Mengangkut berarti memindahkan atau membawa suatu barang, atau benda lainnya dari satu tempat ke tempat lainnya. Tujuan utamanya agar barang yang Tujuan dibawa bisa sampai di tempat tujuan dalam keadaan utuh, atau tidak rusak atau tidak berubah. Perubahan bentuk, perubahan rasa, dan ketidaklengkapan dapat menurunkan nilai barang itu.

Gambar 1. Diagram Sistem Transportasi Ikan Pada komoditi perikanan laut seperti ikan tengiri, udang, ikan tuna, transportasi seringkali dilakukan dalam kondisi mati dengan perlakuan dingin maupun penanganan lainnya. Kualitas ikan laut yang

ditransportasikan

sedemikian, sedemikian,

diharapkan

tidak

banyak

mengalami

perubahan selama pengangkutan. Ikan Bandeng, Tengiri dan jenis ikan lainnya untuk konsumsi lokal ditransportasikan dalam wadah kedap (seperti stereofoam, box fiber, dsb) dengan bahan pendingin seperti Es, Es , kering, dll. Tingkat kesegaran ikan ketika sampai pada konsumen mempengaruhi harga jual ikan yang ditransportasikan. Ikan tuna yang Ikan ditangkap dan didaratkan di pelabuhan Benoa, Bali diberikan perlakuan teknik pembekuan untuk mempertahanan kualitasnya tetap baik k ketika sampai pada konsumen di Jepang dan Korea selatan. Hal ini disebabkan oleh tingkat kualitas komoditi ikan laut dapat mempengaruhi tingkat harga jual. Semakin minim perubahan kualitasnya, maka semakin tinggi harga jual yang diperoleh.

Harga Ikan Hidup Lebih Tinggi

Dibutuhkan Transportasi Ikan HidupKualitas Ikan Hidup lebih terjamin dan disukai konsumenGambar 2. Diagram Keutamaan Transportasi Ikan Hidup ram

Selain kualitas dan tingkat kesegaran, beberapa komoditi perikanan memiliki perbedaan harga antara kondisi mati dan kondisi hidup. Beberapa komoditi yang terbentuk sistem harga sedemikian adalah ikan Nila, Gurame, Patin, Mas dan Kerapu. Harga dalam kondisi mati mencapai setengah harga dari harga ketika dijual dalam kondisi hidup. Agar ikan yang dibudidayakan pada suatu daerah dapat didistribusikan ke daerah lain dalam kondisi hidup, maka diperlukan perlakuan-perlakuan khusus agar kematian ikan yang terjadi selama pengiriman dapat diminimalkan. Berikut ini akan kita bahas teknik-teknik transportasi ikan dalam kondisi hidup. 2. Sistem Transportasi Ikan Hidup Transportasi ikan hidup dapat dilakukan dalam 2 kondisi yaitu kondisi sadar maupun pingsan. Transportasi dalam kondisi sadar merupakan transportasi ikan dimana kondisi ikan dalam kondisi seperti umumnya yaitu bereaksi dan bergerak. Sementara transportasi dalam kondisi pingsan dilakukan dengan memberikan perlakuan pembiusan sehingga ikan pingsan (tidak bergerak dan bereaksi) selama dalam pengaruh perlakuan pemingsanan.

Transportasi Ikan Hidup

Transportasi Kondisi Sadar

Transportasi Kondisi Pingsan

Sistem Terbuka

Sistem Tertutup

Sistem Basah

Sistem Kering

Suhu Rendah

Anastesi

Gambar 3. Diagram sistem Transportasi Ikan Hidup. . Transportasi kondisi sadar Untuk transportasi ikan dalam kondisi sadar ini hamp sama hampir dengan memelihara lihara ikan. Yang membedakan adalah jika memelihara wadahnya diam, sedangkan dalam

pengangkutan/transportasi wadahnya bergerak. Beda lainnya adalah kepadatan, dimana saat mengangkut kepadatannya jauh lebih sangat tinggi dibandingkan dengan meme memelihara. Ikan bernapas dengan insang, dan mengambil oksigen dari dalam air. Agar bisa bernapas dengan bebas, diperlukan oksigen yang cukup. Namun keadaan oksigen dalam alat pengangkutan berbeda dengan di kolam. Ketersediaan sangat terbatas, hanya cukup untuk beberapa jam saja. Karena itu, salah satu prinsip tuk dalam pengangkutan ikan adalah bagaimana menciptakan suasana dalam alat pengangkutan agar ikan bisa bernapas dengan

baik, sehingga bisa bertahan hidup hingga di tujuan. Satu hal lagi yang harus menjadi perhatian adalah selama pengangkutan ikan mengeluarkan kotoran. Untuk menciptakan suasana seperti itu, maka ada tiga faktor penting yang harus diperhatikan dalam pengangkutan ikan, yaitu kepadatan, waktu pengangkutan dan perlakuan, sebelum dan selama pengangkutan. Bila ketiga faktor itu diperhatikan dengan baik, maka prinsip pengakutan bisa tercipta. Pengangkutan ikan dalam kondisi sadar dapat dilakukan dengan sistem terbuka dan sistem tertutup. Pada sistem terbuka media air di dalam wadah dapat kontak langsung dengan udara terbuka diluar wadah sedangkan pada sistem tertutup kontak dengan udara luar tidak terjadi karena media terdapat dalam wadah yang tertutup rapat. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen, ke dalam wadah dimasukan gas oksigen murni. Pengangkutan Sistem Terbuka Sistem ini biasanya digunakan untuk pengangkutan melalui jalur darat dan jarak yang akan ditempuh relatif dekat. Wadah yang digunakan bervariasi, mulai dari yang sederhana atau bekas pengemasan bahan kimia, seperti ember, jeriken plastik, drum/tong plastik hingga yang didesain khusus untuk pengangkutan, seperti kemplung dan bak fiber glass. Sifat wadah ini umumnya kokoh dan kuat.

Gambar 4. Transportasi sistem terbuka tanpa aerasi 4. Pengangkutan Sistem Tertutup Pada sistem tertutup ke dalam wadah angkut dimasukkan oksigen murni dan tekanan udara lebih tinggi dibanding di luar wadah. Hal ini yang menyebabkan konsentrasi dan kelarutan oksigen di dalam media air cukup tinggi, sehingga perbandingan volume air dengan berat ikan pada sistim tertutup lebih tinggi dibanding sistim terbuka, yang berarti ertutup dapat mengurangi ongkos angkut per kg ikan. Transportasi kondisi pingsan Transportasi ikan dalam kondisi sadar dapat dilakukan dengan masih menggunakan media air (sistem basah) maupun non non-air (sistem kering). Sistem Basah Transportasi ikan kondisi pingsan sistem basah dilakukan seperti pengemasan sistem tertutup, namun sebelum ikan dimasukkan dalam kemasan, dilakukan pembiusan terlebih dahulu dengan obat bius atau anastesi. Sistem ini menekan

kematian dengan menghindari kemungkinan ikan mati akibat sadar selama diperjalanan. Meskipun sadar dalam perjalanan, ikan masih dalam media air. Namun kekurangannya adalah air memberikan tambahan beban selama tranportasi. Sistem Kering Transportasi dengan kondisi pingsan dengan sistem kering (tanpa media air) memberikan keuntungan berkurangnya beban selama transportasi karena tidak mengguanakan air sebagai media pengangkutan. Pada sistem ini, pembiusan ikan dapat dilakukan dengan penggunaan obat bius atau anastesi dan penurunan suhu. 3. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Transportasi Ikan Hidup Kualitas air selama pengiriman Kesehatan ikan dipengaruhi oleh perubahan parameter kualitas air selama proses transportasi. Parameter yang harus dipertimbangkan adalah suhu, oksigen terlarut, pH, karbon dioksida, amonia dan keseimbangan garam darah ikan. Tingkat perubahan setiap parameter dipengaruhi oleh berat dan ukuran ikan yang akan diangkut dan durasi transportasi. Suhu Ikan adalah hewan berdarah dingin, sehingga tingkat metabolisme ikan dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Tingkat metabolisme ikan akan berlipat ganda untuk setiap kenaikan suhu 18F (10C) dan dikurangi setengahnya untuk setiap penurunan suhu 18F (10C). Tingkat metabolisme berkurang akan menurunkan konsumsi oksigen, produksi amonia dan produksi karbon dioksida. Oleh karena itu,

sangat penting untuk transportasi ikan sebagai suhu rendah. Suhu 55 - 60 F ( 12-15C) dianjurkan untuk transportasi ikan sub tropis. Sedangkan untuk ikan tropis seperti nila, suhu wadah transportasi sebaiknya mendekati 15C. Penurunan suhu air diharapkan secara bertahap dengan penambahan air dingin. Setelah dimasukkan dalam kantong (media tertutup), dapat diberikan es atau gel pack untuk menjaga stabilitas suhu. Satu-setengah pon es ( sekitar 700 gram) akan mengurangi suhu satu galon air sekitar 10F (5C). Insulated kotak styrofoam pengiriman juga digunakan untuk mencegah suhu dari luar yang mempengaruhi suhu air transportasi. Kebutuhan Oksigen Kebutuhan fisiologis ikan selama transportasi tidak jauh berbeda dari budidaya pada umumnya. Proses pertukaran gas pada ikan adalah pusat sistem pendukung metabolisme efektif pada ikan. Karena menurut King (2008), ketika oksigen terlarut dalam air terbatas, ikan harus melewatkan air dalam volume besar melalui insang mereka dengan gerakan mulut dan operculum. Insang mambantu aliran air dan darah sehingga memaksimalkan O2 larut ke dalam darah. Sehingga oksigen dengan kelarutan rendah akibat kepadatan tinggi dapat memacu percepatan proses pernafasan ikan dan memicu terjadinya stress. Kadar CO2 sisa pernafasan Fakta bahwa ikan seperti salmon umumnya menghasilkan 1,4 mg CO2 untuk setiap mg O2 yang dikonsumsi, namun konsentrasi CO2 dalam darah pada ikan biasanya rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa CO2 dihasilkan lebih banyak dari O2 yang diserap. Sementara

karbon dioksida (CO2) yang lebih mudah larut dalam darah dan air, dihasilkan oleh pernafasan dan diangkut ke insang untuk dilarutkan kembali pada air degan cepat. Peningkatan Amonia (NH3). Selain CO2, respirasi ikan menghasilkan amonia (NH3, degradasi utama produk dari metabolisme protein) yang juga berdifusi dengan mudah dari darah ke dalam air melalui insang maupun pembuangan kotoran. Penumpukan CO2 dan NH3 CO2 dan NH3 hasil ekskresi pada alam dan lingkungan budidaya tidak menumpuk karena kelarutan tinggi dan penyebaran luas. Sebaliknya, selama transportasi, dimungkinkan terjadi akumulasi dalam volume air yang tetap. Penekanan jumlah NH3 dapat dilakukan dengan pemberokan ikan selama 48-72 jam sebelum transportasi. Sedangkan penekanan akumulasi CO2 dapat dilakukan dengan memberikan pasokan blower bertekanan rendah untuk mengikat CO2 ke dalam gelembung udara dan terbebaskan di udara. Kadar CO2 yang tinggi selama transportasi serta pembuangan CO2 secara cepat diakhir transportasi dapat menyebabkan stress pada ikan dan dapat berujung pada kematian. 4. Teknik Transportasi Ikan Tranportasi sistem basah terbuka Sistem ini biasanya digunakan untuk pengangkutan melalui jalur darat dan jarak yang akan ditempuh relatif dekat. Wadah yang digunakan bervariasi, mulai dari yang sederhana atau bekas pengemasan bahan kimia, seperti ember, jeriken plastik, drum/tong

plastik hingga yang didesain khusus untuk pengangkutan, seperti kemplung dan bak fiber glass. Sifat wadah ini umumnya kokoh dan kuat. Pada pengangkutan ini, sumber oksigen untuk pernafasan ikan sebagian besar adalah oksigen yang terlarut dalam air, yang lainnya hasil diffusi dari udara pada tekanan udara yang normal. Pada sistim ini perbandingan volume air dengan berat ikan relatif lebih besar dibanding sistem tertutup. Untuk pengangkutan ikan selama 5 jam, paling tidak 5 liter air diperlukan untuk mengangkut 1 kg ikan. Makin lama waktu angkut makin tinggi perbandingan volume air dengan berat ikan. Untuk mengurangi volume air atau untuk meningkatkan lama pengangkutan maka pada sistem terbuka dilakukan upaya-upaya menghambat laju metabolisme dan mencukupi oksigen selama pengangkutan. Upaya menghambat laju metabolisme dilakukan dengan menjaga agar suhu air selama pengengkutan rendah, yaitu dengan melaksanakan pengangkutan itu pada pagi/malam hari atau menambahkan es ke dalam wadah angkut. Sedangkan upaya mencukupi oksigen selama pengangkutan dilakukan dengan cara : a. Melakukan upaya untuk meningkatkan daya diffusi oksigen ke dalam air. Cara sederhana yang dilakukan pedagang adalah dengan memuncratkan air dengan tangan. Pada cara pengangkutan yang lebih modern adalah dengan memasang aerator. Dengan alat ini terjadi kontak antara gelembung udara dengan air pada daerah yang lebih luas sehingga terjadi diffusi oksigen yang lebih tinggi.

b. Berhenti pada setiap selang waktu tertentu untuk mengganti air. selang Dengan penggantian air ini, air yang sudah berkurang oksigennya diganti dengan air yang berkualitas lebih baik. Cara ini sekaligus befungsi membuang kotoran ikan atau ammoniak yang meningkat konsentrasinya selama masa pengangkutan, sehingga ikan masa terhindar dari keracunan gas amonia.

Gambar 5. Transportasi sistem terbuka menggunakan aerasi .

Transportasi sistem basah tertutup Pada sistem tertutup ke dalam wadah angkut dimasukkan oksigen murni dan tekanan udara lebih tinggi dibanding di luar wadah. Hal ini yang menyebabkan konsentrasi dan kelarutan oksigen di dalam media air cukup tinggi, sehingga perbandingan volume air dengan berat ikan pada sistim tertutup lebih tinggi dibanding sistim terbuka, yang berarti dapat mengurangi ongkos angkut per kg ikan. Dewasa ini hampir semua pedagang ikan mengangkut ikan dengan sistim tertutup, karena dianggap praktis tetapi aman. Bahan utama dalam pengemasan ikan untuk pengangkutan sistem tertutup adalah kantung plastik dan oksigen. Kantung plastik yang tersedia di pasaran berbagai ukuran. Tetapi yang banyak digunakan untuk pengangkutan dalam jumlah yang banyak adalah berukuran lebar 60 cm. Untuk keperluan pengemasan, satu kantung diperoleh dengan memotong gulungan plastik ini sepanjang 80-100 cm. Untuk membentuk kantung ujung plastik ini dilipat dan diikat dengan karet. Untuk pengangkutan selama 5 jam, pada saat pengemasan, kantung plastik di atas diisi air sebanyak 15 liter air dan 10 kg ikan sisanya gas oksigen. Selain bahan standar tersebut, untuk meningkatkan lama pengangkutan atau jarak pengangkutan, dapat pula digunakan alat dan bahan lain diantaranya adalah : a. Box styrofoam. Box ini dapat dibeli di pasaran buatan pabrik, atau dibuat sendiri menggunakan bahan lempengan styrofoam. Dengan

memasukkan kemasan kantung plastik ke dalam kotak ini maka suhu air di dalam kantung bisa terlindungi dari pengaruh suhu diluar kotak (bisa dipertahankan dingin) b. Es. Es digunakan untuk menjaga agar suhu air didalam wadah pengangkutan tetap dingin. Es digunakan pada pengangkutan yang menggunakan styrofoam, yakni diletakkan di dalam styrofoam, diantara wadah angkut dengab dinding styrofoam. Biasanya es dimasukkan ke dalam kantung plastik agar ketika cair tidak meleleh ke mana-mana. c. Na2HPO4. Bahan kimia ini digunakan untuk mengatasi penurunan pH selama pengangkutan berlangsung. Dosis yang digunakan 1,28 gram per liter d. Zeolit. Zeolit dapat mengatasi peningkatan kandungan ammonia selama pengangkutan Cara pengemasan tertutup dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Bahan-bahan yang harus disiapkan adalah oksigen murni, kantong plastik, karet, styrofoam, es batu dan lakban. 2. 2 buah kantung plastik dijadikan satu kantung 3. Air dimasukkan ke dalam kantong plastic 4. Bahan-bahan lain, seperti Na2HPO4 dimasukkan bilamana perlu 5. Udara yang ada di dalam kantong plastik dibuang dan kemudian dimasukkan oksigen murni ke dalamnya. 6. Kantong plastik kemudian diikat dengan karet dan hindari adanya gelembung udara.

7. Kantong plastik dimasukkan ke dalam styrofoam dengan posisi kantong plastik ditidurkan 8. Untuk mempertahankan suhu, dimasukkan es batu yang sudah dibungkus plastik ke dalam styrofoam.

Gambar 6. Teknik Packing untuk transportasi sistem tertutup.

Jumlah ikan dalam 5 liter air untuk transportasi 8 jam.

Jumlah ikan dalam 5 liter air untuk transportasi 12 jam.

Transportasi Kering dengan suhu rendah Teknik pengemasan ikan hidup tanpa media air dikenal dengan sistem imotilisasi yang menggunakan prinsip hibernasi yaitu menekan metabolisme suatu organisme sehingga dalam kondisi lingkungan yang minimum organism tersebut mampu bertahan. Pada sistem kering atau tanpa media air, ikan dikondisikan dalam aktivitas biologis rendah sehingga konsumsi energi dan O2 rendah. Pengepakan ikan hidup tanpa media air mulai berkembang, tetapi penggunaannya masih terbatas pada komoditi perikanan tertentu. Dalam cara ini, air tidak

dipergunakan lagi sehingga kelemahan dan kesulitan pada pengankutan ikan dengan media air dapat teratasi. Dalam pengepakan ikan hidup sistem media non-air digunakan bahan pengisi atau media. Macam bahan pengisi yang dapat digunakan antara lain sekam, serutan kayu, serbuk gergaji, dan rumput. Fungsi utama bahan pengisi adalah untuk mencegah ikan agar tidak bergeser dalam kemasan, menjaga lingkungan suhu rendah agar ikan tetap pingsan atau imotil, dan memberi lingkungan udara yang memadai untuk kelangsungan hidup ikan. Dalam teknik imotilisasi terdapat 2 metode, yaitu : a. Pembiusan dengan suhu rendah Pembiusan atau imotilisasi ikan dengan suhu rendah lebih menguntungkan daripada menggunakan bahan-bahan kimia atau alami. Penggunaan suhu rendah lebih murah dan aman digunakan karena tidak meninggalkan residu kimia yang dapat membahayakan konsumen. Suhu imotil atau suhu saat ikan mengalami mati rasa yang diperlukan sangat tergantung pada ukuran dan jenis ikan. Pembiusan dengan suhu rendah dapat menyebabkan rendahnya aktivitas metabolisme. b. Pembiusan dengan antimetabolik kimia Pemberian senyawa anestesi bertujuan untuk membius ikan selama pengemasan dan pengangkutan. Beberapa senyawa pembius atau bahan anestesi yang dapat digunakan pada pengangkutan ikan hidup, diantaranya kloroform, moacaine, morbarbitol, natrium, barbital natrium, terfrary amil alcohol, kloral hidrat, urenete, tiourasil, hidroksi quinaldine, MS222 (trichain

methano sulfat), phenotyethanol, minyak cengkeh, ekstrak singkong, varietas adira 2, dan ekstrak akar pohon tuba. Pembiusan/imotilisasi ikan dengan suhu rendah lebih menguntungkan daripada menggunakan senyawa anestesi/bahan-bahan kimia/alami. Hal ini disebabkan biaya dalam penggunaan suhu rendah leih murah dan aman digunakan karena tidak adanya residu kimia yang membahayakan. Ada 2 metode dalam pembiusan dengan suhu rendah : Metode secara langsung, dilakukan dengan memasukkan ikan yang akan dibius langsung ke dalam media air yang telah didinginkan sampai suhu pembiusan. Pembiusan secara bertahap, dilakukan dengan menurunkan suhu media secara bertahap sampai suhu pembiusan tercapai.

Disiapkan Stereofoam, Serbuk gergaji, dan Es

Serbuk gergaji didinginkan suhu 18C

Ikan dipuasakan 24 jam

Transportasi dapat dilakukan hingga 12 jam

Ikan yang pingsan disusun dalam stereofoam dilapisi serbuk gergaji

Suhu air diturunkan 5 C / jam hingga 15C selama 15 menit

Ikan disadarkan kembali dengan air dan aerasi kuat

Gambar 7. Diagram Alur pembiusan ikan dengan suhu rendah Pembiusan dengan anastesi Bahan anestesi digunakan apabila ikan yang akan dikemas dipingsankan terlebih dahulu untuk menurunkan proses metabolisme ikan. Macam-macam bahan anestesi yang biasa digunakan dan dosis yang disarankan adalah :

No 1 2 3 4 5 6

Jenis Anastesi MS 222 (trichain methano sulfat ) Phenotyethanol Kloral hidrat Urethene Tiourasil Minyak Cengkeh

Dosis 2,5 ml / Liter air 0,15 mg / Litar air 3 -3,5 gr / 5 Liter air 100 mg / Liter air 10 mg / Liter air 0,015 ml / Liter air

Adapun cara pembiusan adalah sebagai berikut :

Ikan dipuasakan 24 jam (disarankan)

Siapkan wadah berisi air 5 liter dengan obat bius sesuai aturan

Masukkan ikan kedalam larutan obat bius

Ikan disadarkan kembali dengan air dan aerasi kuat

ditransportasikan dengan cara basah maupun kering

Ikan pingsan dalam waktu 10-20 menit

Gambar 8. Diagram alir pembiusan ikan dengan anastesi.

Gambar 9. Teknik pembiusan menggunakan MS222 dengan transportasi sistem basah terbuka.

5. Praktik Transportasi Ikan Hidup dengan pemingsanan 1) Dipersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Meliputi : Ikan yang akan ditranportasikan diberokkan selama 18-24 jam Baskom/bak stereofoam untuk wadah perlakuan Bahan anastesi untuk pemingsanan Es untuk mempertahankan suhu rendah Serbuk gergaji/pelepah pisang sebagai media mempertahankan suhu rendah (jika ditransportasikan kering) Kantong Plastik ukuran 80cm x 110 cm (jika transportasi basah tertutup) Oksigen murni (jika menggunakan transportasi basah tertutup) Termometer untuk mengetahui suhu media yang digunakan. Pipet tetes (jika menggunakan bahan anastesi) 2) Baskom di isi air sebanyak 5 liter (sesuaikan jumlah ikan). Selanjutnya air diberikan perlakuan anastesi sesuai dengan bahan yang tersedia. Jika menggunakan anastesi, maka bahan anastesi diteteskan ke dalam air sebanyak standart penggunaan. 1 tetes 0,05 ml. Sebagai contoh untuk 5 liter air membutuhkan minyak cengkeh 10-20 ppm atau 0,01 ml / Liter sehingga dibutuhkan 1-2 tetes minyak cengkeh. Rendam ikan selama ikan benar-benar pingsan. Jika menggunakan suhu rendah maka ikan dimasukan ke dalam wadah yang telah berisi air. Perlahan-lahan suhu air diturunkan sebanyak 5C setiap jam hingga mencapai suhu 15C. Suhu dipertahankan selama 15 menit hingga ikan benar-benar pingsan. 10 menit hingga

3) Untuk teknik transportasi kering, ikan yang telah pingsan disusun dalam box stereofoam dengan lapisan serbuk gergaji atau pelepah pisang ada bagian atas dan bawah ikan. Untuk transportasi basah sistem tertutup, ikan yang telah dipingsankan, dimasukkan dalam air kemas kantong plastic. Air dalam kantong disiapkan dalam suhu 18C. 4) Ikan yang telah dikemas, ditransportasikan ke tujuan pengiriman dengan waktu antara 7-10 jam. Suhu selama transportasi dipertahankan untuk menjaga ikan tetap dalam kondisi pingsan sampai di tujuan. 5) Sesampai di tujuan, ikan sesegera mungkin dipindahkan ke air baru dengan suhu normal dan diberikan aerasi kuat untuk menydarkan kembali. 6) Ikan siap dijual dalam kondisi hidup pada konsumen.

6. Penutup Transportasi ikan dalam kondisi hidup dibutuhkan untuk beberapa komoditi yang disukai konsumen dalam kondisi hidup karena pemastian ikan dalam kondisi baik. Permintaan konsumen untuk ikan dalam kondisi hidup menjadikan adanya perbedaan harga ikan hidup dan ikan mati. Perbedaan harga yang cukup tinggi menjadikan trasportasi ikan hidup menjadi sangat berarti untuk meningkatkan keuntungan petani ikan. Transportasi hidup dapat dilakukan dengan cara basah sistem tertutup maupun terbuka dan cara kering. Cara basah memiliki kelemahan membutuhkan banyak tempat dalam transportasi namun kelebihannya jika ikan kondisi pingsan dan sadar ketika dalam perjalanan, maka kematian dapat ditekan. Sedangkan cara kering unggul dalam penghematan tempat pengiriman sehingga juga menghemat biaya pengiriman, namun beresiko ketika ikan sadar dalam perjalanan. Semoga informasi tentang transportasi ikan hidup ini dapat memberikan manfaat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani ikan dengan meningkatnya keuntungan dari penjualan ikan hidup.