Paper Endemisme Provisialisme Disjungsi

9
Endemisme, Provinsialisme, dan Disjungsi Oleh : Helmi Romdhoni (3425122209) Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Setiap makhluk hidup memiliki keterbatasan dalam melakukan distribusi secara geografi. Tidak ada spesies yang benar-benar bersifat kosmopolit (ditemukan dibergbagai tempat), dan kebanyakan taksa terbatas pada suatu wilayah. Dalam pengkajian distribusi makhluk hidup, terdapat beberapa pemahaman yang merujuk pada pola makhluk hidup tersebut. Diantaranya adalah endemik, provinsialisme, dan disjungsi. Kata kunci : pola persebaran, ansestor, taksa 1. ENDEMISME Endemik dapat diartikan sebagai sifat keberadaan makhluk hidup yang tidak ditemukan ditempat lain. Sifat endemik makluk hidup dapat ditemukan pada lokasi geografi degan tipe pemisahan dan tingkat taksa yang berbeda. Di mana organisme dengan taksa lebih rendah memliki sifat yang lebih endemik bila dibandingkan dengan taksa yang lebih tinggi. Klasifikasi endemik

description

paper dari presentasi matakuliah biogeografi

Transcript of Paper Endemisme Provisialisme Disjungsi

Endemisme, Provinsialisme, dan DisjungsiOleh : Helmi Romdhoni (3425122209)Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Negeri Jakarta

ABSTRAKSetiap makhluk hidup memiliki keterbatasan dalam melakukan distribusi secara geografi. Tidak ada spesies yang benar-benar bersifat kosmopolit (ditemukan dibergbagai tempat), dan kebanyakan taksa terbatas pada suatu wilayah. Dalam pengkajian distribusi makhluk hidup, terdapat beberapa pemahaman yang merujuk pada pola makhluk hidup tersebut. Diantaranya adalah endemik, provinsialisme, dan disjungsi.Kata kunci : pola persebaran, ansestor, taksa

1. ENDEMISMEEndemik dapat diartikan sebagai sifat keberadaan makhluk hidup yang tidak ditemukan ditempat lain. Sifat endemik makluk hidup dapat ditemukan pada lokasi geografi degan tipe pemisahan dan tingkat taksa yang berbeda. Di mana organisme dengan taksa lebih rendah memliki sifat yang lebih endemik bila dibandingkan dengan taksa yang lebih tinggi. Klasifikasi endemikSifat endemik dari suatu organisme dapat diklasifikasikan dalam beberapa bentuk. Berdasarkan temapt asalnya, taksonomi atau geografi, dan usia.Berdasarkan tempat asalanya. Organisme memiliki sifat penyebaran yang berbeda yang mengarah pada asal penyebarannya. Organisme yang berasal dari suatu tempat namun tidak pernah menyebar ke tempat lain lain disebut juga sebagai endemik autokonos (Autochthonous endemic). Organisme ini dapat disebut juga sebagai organisme asli dari suatu tempat (nativ). Di sisi lain terdapat orgaisme yang dahulunya memiliki persebaran sangat luas, namun hanya terdapat beberapa kelompok yang bertahan hidup hingga saat ini dan hanya ditemukan di beberapa atau hanya disuatu tempat di muka bumi. Sehingga organisme tersebut termasuk dalam endemik aloktonos (Allochthonous endemic) yang dikenal juga sebagai organisme relik (relict) atau epibiotik. Berdasarkan taksonomi dan geografi. Organisme dari kategori endemik ini dikenal sebagai fosil hidup (living fossil). Relik taksnomi merupakan taksa yang satu-satunya tersisa dari suatu taksa yang tinggi. Sedangkan relik geografi merupakan keturuan dari taksa yang tersebar luas, namun saat ini memiliki sifat endemik yang sempit (tidak ditemukan di tempat lain). Berdasarkan usia. Istilah paleoendemik dan neoendemik digunakan untuk mengidentifikasi bentuk endemik organisme di masa lalu dan saat ini. Pada pembahasan sebelumnya mengenai fosil hidup menjelaskan tentang keberadaan relik sebagai bentuk dari paleoendemik. Di sisi lain, neoendemik mengarah pada persebaran suatu organisme yang memiliki kekerabatan dekat pada beberapa tempat, namun antar satu dan lainnya terpisah oleh barrier geografi. Contoh dari neoendemik adalah terdapat tumbuhan pada beberapa puncak gunung yang memiliki kekerabatan dekat dan keberadaanya haya terdapat di sekat puncak gunung. Selain itu antar gunung terdapat jarak yang cukup jauh. Diperkirakan pada masa lalu, tumbuhan tersebut tersebar luas tidak hanya di puncak gunung, tapi juga hingga kedataran rendah karena pada waktu itu iklim bumi masih dingin pada masa glasial. Seiring berjalannya waktu terjadi interglasial yang menyebabkan iklim berubah, dan tumbuhan dingin tersebut semakin terdesak ke arah puncak gunung, sehingga terdapat batas yang memisahkan keberadaan beberapa tumbuhan pada beberapa puncak gunung.

2. PROVINSIALISME Menurut Brown (1998), kelompok hewan dan tumbuhan yang berbeda cenderung menunjukkan pola endemik yang sama, tidak hanya di samudra yang sama atau benua yang sama, tapi juga lokasi yang sama dan habitat pada sebuah kawasan. Sehingga dapat dikatakan pola endemik dari suatu organisme dapat digambarkan dalam bentuk wilayah persebarannya di muka bumi.Dalam bukunya, Brown (1998) mengatakan bahwa terdapat tiga pola dalam terjadinya provinsialisme:Gambar 1. Garis geografi yang membagi kepulauan Indonesia berdasarkan persebaran fauna

1. Spesies yang sangat berdekatan cenderung untuk melakukan overlapping wilayah pada daratan atau lautan yang sudah memiliki batas. Organisme dapat saja melewati batas wilayah yang sudah ada, namun semakin jauh dari batas, kekerabatan dari wilayah asalnya semakin berkurang.2. Taksa yang tinggi biasanya menunjukkan pola-pola endemik yang sama. Sehingga taksa tinggi cenderung memiliki sifat endemik yang rendah bila dibandingkan dengan teksa yang rendah.3. Sejumlah taksa terpisah , dengan spesies-spesies dari taksa tersebut hidup pada benua atau pulau yang berbeda.Dalam menentukan wilayah persebaran organisme, dikenal beberapa tingkatan (hierarki) dalam provinsialisme. Pada tingkat paling tinggi dikenal realm atau region, diikuti dengan sub-region, provinsi, dan distrik. Keberadaan dari hierarki provinsialisme tidak lepas dari keberadaan garis biogeografi (biogeographic lines) yang akan menentukan batas setiap hierarki. Garis biogeografi dapat dikatakan sebagai batas wilayah dari persebaran suatu organisme berdasarkan sifat asalnya atau regional biota. Contoh yang mudah diamati adalah keberdaan garis geografis yang membagi kepulauan Indonesia menjadi beberapa wilayah berdasarkan penyebaran fauna yang ada (gambar 1). Persebaran hewan yang berbeda disebabkan oleh proses pembentukan kepulauan Asia Selatan yang berbeda. Proses pembentukan yang berbeda ini mengarah kepada persebaran hewanyang berbeda.

Klasifikasi PulauPada pembahsan sebelumnya, dikatakan bahwa proses pembentukan pulau juga mengarahkan persebaran hewan. Di mana berdasarkan proses terbentuknya, terdapat beberapa jenis pulau dan kepulauan. Menurut Brown (1998), terdapat dua jenis pulau (dan kepulauan) berdasarkan proses pembentukkannya, yakni continental islands dan oceanic islands (Tabel 1). Dalam bukunya, Whittaker (2007) menambahkan continental fragments sebagai salah satu jenis pulau selain kedua jenis pulau yang sudah diajukan oleh Brown (Tabel 2).Table 1. Pembagian jenis pulau menurut Brown.

Table 2. Pembagian jenis pulau menurut Whittaker.

Marine Regions and ProvincePembagian wilayah di laut memiliki karakter yang berbeda dengan pembagaian wilayah di daratan. Karena di laut tidak barrier yang membatasi pergerakan organisme. Kondisi membuat kebanyakan tumbuhan dan hewan laut bersifat kosmopolit. Ahli biogeografer laut membagi wilayah sesuai dengan temperatur air, kedalaman dan substrat. Sehingga pembagian wilayah ditekankan pada bidang vertikal bila dibandingkan dengan bidang horizontal.

Gambar 3 Peta persebaran wilayah laut di Bumi. (Sumber : VLIZ (2009). Longhurst Biogeographical Provinces. http://www.marineplan.es/ES/fichas_kml/biogeog_prov.html)

3. DISJUNGSIDisjungsi (pemisahan) merupakan distribusi organisme yang memiliki kedekatan, namun terpisah jauh satu sama lain. Dalam terjainya disjungsi terjadi beberapa proses :1. Ansestor tersebar luas di bagian bumi yang satu, kemudian daratan tersebut saling menjauh. Sehingga ansestor tersebut tidak pernah bertemu yang mengarah pada spesiasi.2. Ansestor tersebar luas, namun beberapa populasi punah dan terdapat sejumlah populasi yang hidup.3. Suatu keturunan tersebar jauh dari tempat asal ansestor, dan tidak pernah kembali lagi. Sehingga terjadi spesiasi di tempat persebarannya masing-masing.

KESIMPULANPersebaran organisme di muka bumi mengarah pada pola-pola tertentu yang menciptakan sifat persebaran yang berbeda. Persebaran taksa organisme yang lebih rendah (genus, spesies) memiliki sifat endemik yang lebih tinggi dari tingkatan taksa yang lebih tinggi. Setiap organisme memiliki keterbatasan untuk melakukan persebaran, sehingga muncul istilah endemik, provinsialisme, dan disjungsi.

REFERENSIBrown, J. H., dan Lomolino, M. V. 1998. Biogeography. Second Edition. Sinauer Associates, Inc.Whittaker, R. J., dan Fernandez-Palacios, J. M. 2007. Island Biogeography : Ecology, evolution, and conservation. Oxford University Press.VLIZ. 2009. Longhurst Biogeographical Provinces. http://www.marineplan.es/ES/fichas_kml/biogeog_prov.html. (1 Maret 2015)