PAPER Edema - Revisi

download PAPER Edema - Revisi

of 18

Transcript of PAPER Edema - Revisi

PAPER KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Disusun Oleh : Kelompok 5

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2012

ANGGOTA KELOMPOK

Eni Astutiningsih Agus Junaedi Nasikhatus Sangadah Tri Septi Pujirahayu Nur Rochyanti Ikhsan Haniati Nur Fazari Budiman Fedi Sudrajat Dwi Nur Miftahul Jannah Istingadah

A11100708 A11100709 A11100710 A11100712 A11100713 A11100714 A11100715 A11100716 A11100717 A11100718 A11100719

A.KASUS Mr. C 35 years old is admitted to PKU Muhammadiyah Gombong with some complaints. He is easily fatigue after only walking 100 meters distance continued by dispnea. Siti, a nursing student is practicing there and then examines him and found that he has edema of both lower limbs. After reading a physiology book, she knows that edema is a clinical state characterized by an accumulation of fluid in the interstitial or intracellular space. This accumulation develops when the net transcapillary filtration rate exceeds the lymphatic drainage rate over a period of time. In other words, increased filtration or reduced lymph flow or both. The lower limb edema frequently associated with venous insufficiency. Because the key pathophysiological factor behind this edema is increased distal venous pressure in the upright position, much attention is given to the mechanisms leading to venous hypertension. Understanding edema mechanisms requires knowledge of the factors acting on transcapillary fluid balance. Tuan C 35 tahun dirawat di PKU Muhammadiyah Gombong dengan beberapa keluhan. Dia mudah lelah setelah berjalan dengan jarak 100 meter dan susah bernafas.Siti merupakan mahasiswa keperawatan ang sedang praktik di sana, kemudian mengkaji Tn C dan menemukan bahwa dia mempunyai bengkak kedua lengan bagian bawah. Setelah membaca dokumen fisiologi , dia tahu bahwa bengkak adalah status medis yang karateristiknya oleh akumulasi air di bagian jaringan atau di dalam sel. Akumulasi ini berkembang ketika kecepatan filtrasi dengan melalui pembuluh kapiler melebihi kecepatan drainase getah bening melebihi titik waktu. Dengan kata lain, peningkatan filtrasi atau berkurangnya aliran getah bening atau keduanya. Bengkak di kedua tangan bawah selalu dihubungkan dengan ketidakcukupan pembuluh darah vena. Karena kunci faktor patofisiologi di belakang bengkak tersebut adalah meningkatanya tekanan pembuluh vena distal di posisi tegak lurus, banyak perhatian diberikan ke pimpinan mekanisme tekanan darah tinggi

pembuluh vena. Memahami mekanisme bengkak memerlukan pengetahuan dari faktor bekerjanya keseimbangan cairan melalui kapiler. B. METODE SEVEN JUMPS 1. Identifikasi Kata- kata sulit a. Fatigue adalah keadaan meningkatnya ketidaknyamanan dan menurunnya efisiensi akibat pekerjaan yang berkepanjangan. b. Dispnea adalah susah bernafas atau suatu keadaan yang menggambarkan sensasi yang dialami individu dengan keluhan tidak nyaman dalam bernafas. c. Edema adalah pengumpulan cairan yang abnormal dalam ruang jaringan interseluler tubuh atau meningkatnya volume cairan ekstraselular dan ekstravaskuler yang disertai penimbunan cairan abnormal dalam sela- sela jaringan dan rongga serosa. d. Interstitial adalah terletak diantara bagian jaringan (intra sel dengan ekstrasel ) e. Intracellular adalah di dalam satu atau lebih sel 2. Identifikasi Masalah a. Sebutkan elektrolit? b. Bagaimana fisiologi keseimbangan natrium dan cairan ? c. Sebutkan tanda tanda edema ? d. Apa penyebab terjadinya edema ? e. Bagaimana cara mencegah edema ? f. Bagaimana mekanisme terjadi edema ? g. Apakah ada tindakan terapi untuk mengatasi edema? 3. Brainstorming a. Gangguan keseimbangan cairan meliputi dehidrasi dan syok hipovolemik, hiponatremia, gangguan keseimbangan elektrolit meliputi macam-macam gangguan keseimbangan cairan dan

hipernatremia,

hipokalemia,

hiperkalemia,

hipokalsemia

dan

hiperkalsemia,

hipomagnesemia

dan

hipermagnesemia. b. Natrium adalah kation utama cairan ekstraseluler (CES). Dalam kondisi fisiologis, Natrium (Na) serum memiliki rentang nilai antara 138 142 mmol/L. Untuk menilai jumlah total partikel dalam darah, maka perlu diukur osmolalitas serum. Osmolalitas serum memiliki nilai berkisar antara 280 290 mOsm/kgH2O. Osmolalitas diukur dengan rumus3 :P_osm=2(Na)+(Nitrogen urea darah (mg/dl))/2,8+(glukosa(mg/dl))/18. Peningkatan osmolalitas akibat absorpsi Na atau kehilangan cairan yang berlebihan, menyebabkan cairan intraseluler keluar untuk menyeimbangkan tekanan osmotik. Untuk itu, perlu adanya suatu osmoregulator. Dalam hal ini, ada suatu sensor atau osmoreseptor yang ada di hipotalamus, dan Anti Diuretic Hormone (ADH), yang dikenal juga dengan antidiuretin atau vasopressin. c. Tanda- tanda edema adalah 1. Meningkatnya ukuran perut (ascites) 2. Napas pendek atau sulit bernafas (pulmonari edema ) 3. Volume air kencing yang dikeluarkan sangat sedikit meskipun minum air dalam takaran normal per harian 4. Baju,celana,rok atau aksesoris yang digunakan terasa sempit 5. Pada tahap yang parah tanda- tanda edema dapat berupa kesulitan bernafas, nafas pendek ketika berbaring,batuk dan tangan serta kaki jika disentuh terasa dingin. d. Penyebab edema adalah 1. Berkurangnya konsentrasi protein plasma 2. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler 3. Meningkatnya tekanan vena 4. Sumbatan pembuluh limfe 5. Duduk atau berdiri terlalu lama 6. Makanan yang banyak mengandung natrium atau garam

e. Cara mencegah 1. Kurangi konsumsi garam 2. Jangan berdiri terlalu lama (edema pada kaki) 3. Jika pembengkakan dirasa terlalu berat, kompres dengan air dingin. Caranya celupkan handuk ke dalam air dingin, peras. Bebatkan handuk dingin pada kedua betis sampai terasa nyaman. 4. Jangan duduk dengan kaki menggantung. Usahakan duduk dengan kedu atelapak kaki berpijak ke lantai. 5. Letakkan kaki di atas tumpukan bantal, jika seang berbaring. sehingga aliran darah lebih mudah mengalir ke jantung 6. Hindari memakai sepatu bertumit tinggi (high-heel) dan istirahatkan kaki senyaman mungkin. f. Mekanisme terjadi edema adalah adanya kongesti, obstruksi limfatik, permeabilitas kapiler yang bertambah, hipoproteinemia , dan retensi air dan natrium. g. Terapi diuretik dapat dilakukan untuk mengurangi edema dengan menghambat reabsorpsi dari natrium dan air oleh ginjal.

4. Mind Mapping

Keseimbangan cairan elektrolit dan air

Edema

1. Napas pendek 2. Volume sedikit 3. Sulit bernafas dan batuk urine

Penyebab edema : 1. Berkurangnya konsentrasi protein plasma 2. Meningkatanya permeabilitas kapiler 3. Meningkatnya tekanan dinding

Cara mencegah :

vena

1. Kurangi konsumsi garam 2. Jangan berdiri terlalu lama 3. Jangan duduk dengan kakii menggantung

Terapi diuretik

5. Tujuan Pembelajaran a. Mahasiswa mampu menyebutkan macam-macam gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit. b. Mahasiswa mampu memahami fisiologi keseimbangan natrium dan cairan. c. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda tanda edema d. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab terjadinya edema e. Mahasiswa mampu mengetahui cara mencegah edema f. Mahasiswa mampu memahami mekanisme terjadi edema g. Mahasiswa mengetahui tindakan terapi untuk mengatasi edema

C. TINJAUAN TEORI 1. Pengertian Sembap atau edema berarti meningkatnya volume cairan di luar sel (ekstraseluler) dan di luar pembuluh darah (ekstravaskular) disertai dengan penimbunan di jaringan serosa. Pada manusia yang tidak mengalami obesitas, pada umumnya 60% massa tubuh berupa air dengan dua per tiga bagian terkandung di dalam sel. Sepertiganya berada di luar sel dengan distribusi 70% berada pada interstitium, 20% di dalam vaskulatura, 10% pada sistem saraf pusat, mata, rongga serosa dan dinding saluran pencernaan.[1] Mengenali edema merupakan langkah penting ditinjau dari aspek klinis, oleh karena rasa sakit yang diderita pasien dapat berawal dari simtoma yang diinduksi oleh cairan tubuh seperti nokturia, dispnea nokturnal paroksimal, angina nokturnal, defisiensi tiamina, hipertensi portal dan kekurangan hepatoselular. Edema (oedema) atau sembab adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa

(jaringan ikat longgar dan rongga-rongga badan). Edema dapat bersifat setempat (lokal) dan umum (general). Edema yang bersifat lokal seperti terjadi hanya di dalam rongga perut (hydroperitoneum atau ascites), rongga dada (hydrothorax), di bawah kulit (edema subkutis atau hidops anasarca), pericardium jantung (hydropericardium) atau di dalam paru-paru (edema pulmonum). Sedangkan edema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan edema di banyak tempat dinamakan edema umum (general edema). Cairan edema diberi istilah transudat, memiliki berat jenis dan kadar protein rendah, jernih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang encer atau mirip gelatin bila mengandung di dalamnya sejumlah fibrinogen plasma. 2. Etiologi Penyebab (causa) edema adalah adanya kongesti, obstruksi limfatik, permeabilitas kapiler yang bertambah, hipoproteinemia, tekanan osmotic koloid dan retensi natrium dan air. a. Adanya kongesti Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intra vaskula (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi edema).

b.

Obstruksi limfatik Apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan), maka cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk ke dalam saluran limfe akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadi akibat mastek-tomi radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau akibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe. Selain itu, saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga menyebabkan edema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki gajah/elephantiasis).

c. Permeabilitas kapiler yang bertambah Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit atau terbatas. Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe.Daya permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang mengikat selsel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.

d. Hipoproteinemia Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar vaskula sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh cacing Haemonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung kelenjar (abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala albuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan. Hipoproteinemia ini biasanya

mengakibatkan edema umum. e. Tekanan osmotic koloid Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam darah. Tetapi pada keadaan tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan edema. f. Retensi natrium dan air Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi edema.

3. Klasifikasi Berdasarkan sifat, edema dibagi menjadi : a. Edema Pitting Edema pitting mengacu pada perpindahan air interstisial oleh tekanan jari pada kulit, yang meninggalkan cekungan. Setelah tekanan dilepas, memerlukan beberapa menit bagi cekungan ini untuk kembali pada tekanan semula. Edema pitting sering terlihat pada sisi dependen, seperti sacrum pada individu yang tirah baring. Begitu juga tekanan hidrostatik gravitasi meningkatkan akumulasi cairan di tungkai dan kaki pada individu yang berdiri. b. Edema Non-Pitting Edema non pitting terlihat pada area lipatan kulit yang longgar seperti ruang periorbital pada wajah. Edema non pitting dapat terjadi setelah thrombosis vena, khusunya vena supervisial. Edema persisten menimbulkan perubahan trofik pada kulit. Berdasarkan daerah terjadinya, edema dibagi menjadi : 1) Edema anasarka Edema umum diseluruh jaringan sub-kutan. 2) Hidrotoraks Edema didaerah dada 3) Hidroperikardium Edema dirongga perikardium 4) Hidroperitonium Edema dirongga perut / ascites

4. Anatomi dan Fisiologi Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan

perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. a. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna. b. Pengaturan Volume Cairan Tubuh Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat

menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit

tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine), ekresi pada proses. 1) Intake Cairan : Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme. Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari

penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal. 2) Output Cairan Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu : a) Urine Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat.

5. Patofisiologi Peningkatan permeabilitas glomelurus

Proteinuria

Hipoalbumenia Hiperlipidemia

Edema

Protein hilang

Meningkatnya tekanan osmotik plasma, menurunnya tekanan hidrostatik

Akumulasi cairan

Edema 6. Tanda dan Gejala a. Meningkatnya ukuran perut (ascites) b. Napas pendek atau sulit bernafas (pulmonari edema ) c. Volume air kencing yang dikeluarkan sangat sedikit d. Baju,celana,rok atau aksesoris yang digunakan terasa sempit e. Pada tahap yang parah tanda- tanda edema dapat berupa kesulitan bernafas,nafas pendek ketika berbaring,batuk dan tangan serta kaki jika disentuh terasa dingin. 7. Penatalaksanaan a. Mobilisasi edema : sebagai contoh, dengan tirai baring b. Pembatasan diet natrium dan cairan : selain itu, sumber natrium tersembunyi (misal obat- obatan ) harus dihindari c. Terapi diuretik, kualitas dan karateristik diuresis bervariasi, tergantung pada jenis diuretik dan tempat kerjanya dalam tubulus ginjal . d. Dialisa atau hemofiltrasi arterivena kontinu : pada gagal ginjal atau kelebihan beban cairan yang mengancam jiwa

e. Parasentesis abdomen : untuk tindakan asites berat yang secara menguntungkan mempengaruhi fungsi kardiopulmoner. f. Terapi cairan yaitu pemberian larutan dekstrosa 5% untuk mempertahankan atau memulihkan volume cairan normal dan keseimbangan elektrolit .Cairan tersebut terbagi menjadi dua kategori yaitu kristaloid dan koloid. Larutan kristaloid mengandung elektrolit dan glukosa. Sedangkan koloid adalah larutan yang mengandung sel- sel, protein atau makromolekul sintetik yang

tidak siap melewati membran kapiler. Larutan pengganti yang diberikan adalah natrium hipertonik, bisa berupa NaCl 3% atau 5% NaCl. Pada sediaan NaCl 3% yang biasa dipakai, terdapat 513 mmol dalam 1 liter larutan. Koreksi pada hiponatremia kronik yang tanpa gejala, dapat diberikan sediaan oral, yaitu berupa tablet garam.

8. Komplikasi Adapun komplikasi terapi diuretik yang dapat mengurangi edema dengan menghambat reabsorpsi dari natrium dan air oleh ginjal yaitu : a. Abnormalitas volume Kekurangan volume karena diuresis berlebihan. Pantau pasien terhadap tanda kekurangan volume cairan, pusing , kelemahan, keletihan dan hipotensi postural b. Gangguan elektrolit : 1) Hipokalemia yaitu peningkatan ekskresi dan sekresi kalium oleh ginjal 2) Hiperkalemia yaitu penurunan ekskresi dan sekresi kalium oleh ginjal 3) Hiponatremia yaitu peningkatan rangsang untuk pelepasan ADH sekunder terhadap penurunan volume sirkulasi efektif 4) Hipomagnesemia yaitu penurunan reabsorbsi dan peningkatan ekskresi magnesium oleh ginjal.

c. Komplikasi metabolik lain : 1. Azotemia yaitu peningkatan retensi sisa metabolik (misal urea dan kreatinin ) 2. Hiperuresemia yaitu peningkatan reabsorbsi dan penurunan ekskresi asam urat oleh ginjal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009.Keseimbangan cairan Tubuh dan Asam Basa.diakses pada 2 April 13:00.http:// Keseimbangan-cairan- Tubuh- dan Asam Basa.html Anonim.2012.Edema.diakses pada 2 April 2012.13:30.http://article-edema.html Desi.2011. Diagnosis dan Penatalaksanaan Keseimbangan Elektrolit.diakses pada 3 April 2012.08.30. http:// DiagnosisKeseimbangan- Elektrolit.html Nurhayati,Siti.2012.Penyebab Edema Dapat Dikelompokan Menjadi Empat dan Penatalaksanaan-

Kategori Umum.htm.diakses pada 2 April 2012.14:00.http:// PenyebabEdema-Dapat-Dikelompokan-Menjadi-Empat-Kategori-Umum.htm Sammy.2009.Keseimbangan Cairan,Elektrolit, Asam & Basa.diakses pada 3 April 2012.10:21.http:// Keseimbangan Cairan-Elektrolit-Asam & Basa. Html Swearingen, Pamela L.dkk.2002.Keseimbangan Cairan Elektrolit & Asam Basa.Jakarta : EGC Wikipedia Indonesia.2012.Pengertian Edema.diakses pada 2 April 2012 14:00.http://edema.htm