Paper Anggaran Ntb

19
Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 1 MERETAS JALAN MENUJU ANGGARAN BERBASIS RAKYAT Studi Kasus di Kabupaten Sumbawa Barat-NTB Oleh : Syahrul Mustofa, S.H.,M.H 1 Tak ada yang mengira Kabupaten termuda di NTB Sumbawa Barat menjadi satu-satunya Kabupaten di NTB yang menerapkan kebijakan pendidikan gratis, kesehatan gratis, akte gratis, kartu keluarga gratis, KTP gratis dan asuransi kematian bagi setiap warganya 2 .. Dan di akhir tahun 2006, lahir gagasan baru, model pembangunan berbasis RT—yang diyakini dapat meretas kebuntuan peruses penganggaran. I. PENGANTAR Gerakan advokasi anggaran di NTB sepertinya menuai jalan buntu tatkala berbagai upaya telah ditempuh, untuk mendorong penggaranggaran daerah yang transparans, partisipatif dan akuntabel, mulai dari analisis anggaran hingga aksi boikot pembahasan anggaran bahkan upaya untuk menggeret para koruptor anggaran ke penjara. Namun, sistem penganggaran daerah belum jua menuai adanya tanda-tanda perubahan kebijakan penganggaran kearah kearah kelompok rakyat miskin. Istilah partisipasi, transparansi dan akuntabilitas masih menjadi momok yang menakutkan dikalangan birokrasi dan politisi kita, good governance dipandang sebagai produk asing yang tidak sesuai dengan budaya birokrasi kita. Tidak heran, bila upaya advokasi anggaran yang dilakukan para aktifis dan warga selalu saja dipandang sinis oleh pemerintah, bahkan tidak segan menggunakan tangan preman untuk melanggengkan praktek korupsi. Tulisan ini yang sangat sederhana ini akan berusaha untuk memberikan gambaran bagaimana upaya untuk mewujudkan anggaran berbasis rakyat miskin yang ditempuh Kabupaten Sumbawa Barat? II. MENGAGAS KEBUNTUHAN Awalnya memang susah, bahkan sepertinya keinginan untuk pendidikan dan kesehatan gratis di KSB hanyalah sebuah mimpi, tak akan mungkin bisa diwujudkan. Karena kemampuan keuangan daerah yang terbatas, apalagi KSB sebagai Kabupaten baru, butuh dana yang besar untuk pembangunan infrastruktur. Jadi, jika dalam pilkada 2005 menkampanyekan pendidikan dan kesehatan gratis di KSB, hanyalah dagelan atau retorika politik belaka (simularca), untuk mencari simpatik massa. Itulah issue yang 1 Penulis adalah advokat tinggal di Sekongkang Atas, Kecamatan Sekongkang Kabupaten Sumbawa Barat Koordinator Badan Pekerja Lembaga Penelitian dan Advokasi Desa (LEGITIMID) 2 Kabupaten Sumbawa Barat terbentuk berdasarkan UU no. 30 Tahun 2003, terdiri dari 5 kecamatan (sekarang 8 kecamatan), 43 desa, 662 RT, dengan jumlah penduduk hampir 200 jiwa, berada di Pulau Sumbawa-NTB. Sebelumnya pemekaran bergabung dengan Kab Sumbawa. LUAS WILAYAH DAN JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN SUMBAWA BARAT 86 20.616 240,32 Seteluk 5. 78 10.253 212,07 Brang Rea 4. 73 39.632 516,83 Taliwang 3. 35 7.538 305,13 Sekongkang 2. 23 13.352 574,67 Jereweh 1. Kepadatan Pendd. (Jiwa/Km2) Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas Wilayah (Km2) Kecamatan No. 59 91.391 1849,02 Kab. Sumbawa Barat

Transcript of Paper Anggaran Ntb

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 1

MERETAS JALAN

MENUJU ANGGARAN BERBASIS RAKYAT Studi Kasus di Kabupaten Sumbawa Barat-NTB

Oleh : Syahrul Mustofa, S.H.,M.H1

Tak ada yang mengira Kabupaten termuda di NTB Sumbawa Barat menjadi satu-satunya

Kabupaten di NTB yang menerapkan kebijakan pendidikan gratis, kesehatan gratis, akte gratis,

kartu keluarga gratis, KTP gratis dan asuransi kematian bagi setiap warganya2.. Dan di akhir

tahun 2006, lahir gagasan baru, model pembangunan berbasis RT—yang diyakini dapat meretas

kebuntuan peruses penganggaran.

I. PENGANTAR

Gerakan advokasi anggaran di NTB sepertinya

menuai jalan buntu tatkala berbagai upaya telah

ditempuh, untuk mendorong penggaranggaran

daerah yang transparans, partisipatif dan akuntabel,

mulai dari analisis anggaran hingga aksi boikot

pembahasan anggaran bahkan upaya untuk menggeret para koruptor anggaran ke

penjara. Namun, sistem penganggaran daerah belum jua menuai adanya tanda-tanda

perubahan kebijakan penganggaran kearah kearah kelompok rakyat miskin.

Istilah partisipasi, transparansi dan akuntabilitas masih menjadi momok yang

menakutkan dikalangan birokrasi dan politisi kita, good governance dipandang sebagai

produk asing yang tidak sesuai dengan budaya birokrasi kita. Tidak heran, bila upaya

advokasi anggaran yang dilakukan para aktifis dan warga selalu saja dipandang sinis oleh

pemerintah, bahkan tidak segan menggunakan tangan preman untuk melanggengkan

praktek korupsi.

Tulisan ini yang sangat sederhana ini akan berusaha untuk memberikan gambaran

bagaimana upaya untuk mewujudkan anggaran berbasis rakyat miskin yang ditempuh

Kabupaten Sumbawa Barat?

II. MENGAGAS KEBUNTUHAN

Awalnya memang susah, bahkan sepertinya keinginan untuk pendidikan dan kesehatan

gratis di KSB hanyalah sebuah mimpi, tak akan mungkin bisa diwujudkan. Karena

kemampuan keuangan daerah yang terbatas, apalagi KSB sebagai Kabupaten baru, butuh

dana yang besar untuk pembangunan infrastruktur. Jadi, jika dalam pilkada 2005

menkampanyekan pendidikan dan kesehatan gratis di KSB, hanyalah dagelan atau

retorika politik belaka (simularca), untuk mencari simpatik massa. Itulah issue yang

1 Penulis adalah advokat tinggal di Sekongkang Atas, Kecamatan Sekongkang Kabupaten Sumbawa Barat Koordinator

Badan Pekerja Lembaga Penelitian dan Advokasi Desa (LEGITIMID) 2 Kabupaten Sumbawa Barat terbentuk berdasarkan UU no. 30 Tahun 2003, terdiri dari 5 kecamatan (sekarang 8

kecamatan), 43 desa, 662 RT, dengan jumlah penduduk hampir 200 jiwa, berada di Pulau Sumbawa-NTB. Sebelumnya

pemekaran bergabung dengan Kab Sumbawa.

LUAS WILAYAH DAN JUMLAH PENDUDUK

KABUPATEN SUMBAWA BARAT

8620.616240,32Seteluk5.

7810.253212,07Brang Rea4.

7339.632516,83Taliwang3.

357.538305,13Sekongkang2.

2313.352574,67Jereweh1.

Kepadatan Pendd.

(Jiwa/Km2)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Luas Wilayah (Km2)

KecamatanNo.

5991.3911849,02Kab. Sumbawa Barat

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 2

berkembang ketika pilkada langsung 2005 di KSB3. Pendidikan dan kesehatan gratis,

merupakan issue yang cukup populis dan banyak didengungkan oleh lima pasangan

calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di KSB4.

Issue penerapan kebijakan pendidikan dan kesehatan gratis di KSB ternyata bukan

isapan jempol belaka. Sejak terpilihnya K.H. Zulkifli

Muhadli,S.H dan Drs. Malarahman sebagai Bupati dan

Wakil Bupati KSB periode 2005-2010, ditahun pertama

kepemimpinannya kebijakan pendidikan dan kesehatan

secara gratis langsung diberlakukan di KSB (tahun 2006).

Kebijakan tersebut diiringi pula dengan lahirnya kebijakan

wajib belajar 12 tahun dan kebijakan gerakan penanaman

sejuta pohon bagi setiap warga KSB. Sumber : Data diolah dari Bappeda KSB

Selain kebijakan diatas, juga diberlakukan kebijakan pelayanan KTP gratis, Akte Gratis,

dan asuransi kematian bagi setiap warga (penduduk) KSB sebesar Rp ,1,000,000,- (satu

juta rupiah) serta pendirian KPT (Kantor Pelayanan Terpadu). Lahirnya berbagai

kebijakan tersebut melahirkan berbagai pertanyaan dari berbagai kalangan, mengapa

KSB sebagai Kabupaten Baru dapat menerapkan kebijakan pendidikan dan kesehatan

secara gratis?

Bila menilik kembali sejarah perjalanan kebijakan pendidikan dan kesehatan gratis di

KSB memang tidak lepas dari dinamika perjalanan politik pada Pilkada Langsung tahun

2005. Sedikitnya, ada dua pasangan calon yang mengkampanyekan issue pendidikan dan

kesehatan gratis, yakni pasangan Andi Azisi Amin dan Muchsin Hamim, dan pasangan

K.H.Zulkifli Muhadli,S.H dengan Malarahman. Pilkada langsung 2005, berhasil

menempatkan pasangan K.H Zulkifli Muhadli dan Drs Malarahman. Visi pasangan ini

adalah mewujudkan perubahan yang lebih baik pada seluruh bidang kehidupan

masyarakat KSB menuju kabupaten percontohan di Provinsi NTB dalam ridho Allah.

Setelah dilantik pada tanggal 13 Agustus 2005, diakhir tahun 2005 gagasan tentang

pendidikan dan kesehatan gratis mulai diluncurkan ke publik. Respon masyarakat

cukup positif, hal ini ditandai dengan dukungan masyarakat terhadap kebijakan

tersebut.

Pada awalnya, kebijakan ini banyak ditentang

oleh sejumlah kalangan DPRD, khususnya

kelompok oposisi yang menolak terpilihnya

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

terpilih5. Sejumlah kalangan DPRD yang

menolak kebijakan pendidikan dan

kesehatan gratis di KSB beranggapan bahwa

kebijakan tersebut belum tepat untuk

diterapkan sekarang ini karena keterbatasan

3 Kabupaten Sumbawa Barat terbentuk berdasarkan UU No. 30 tahun 2003. Sebelumnya Kabupaten Sumbawa Barat

merupakan bagian dari Kabupaten Sumbawa. Proses kelahirannya dipicu pemilihan bupati sumbawa 2000 yang gagal

dilaksanakan secara demokratis, disamping terjadinya ketimpangan pembangunan. (penjelasan lebih lanjut dapat dilihat

pada Laporan pertanggungjawaban KPKSB 2003). 4 Kelima Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati KSB, pada Pilkada Langsung 2005 secara berurutan adalah Drs. Hatta

Taliwang BSW dengan Abdul Razak,.S.H (nomor urut 1), Pasangan Drs Salim Ahmad dan H.M Syafeei ( 2), pasangan

K.H.Zulkifli Muhadli,S.H dan Drs. Malarahman (3), Pasangan Ir.H. Busrah Hasan (4) dan pasangan Andi Azisi Amin.S.E,

Msc dengan Drs H.Muchsin Hamim (5) 5 Sejumlah guru juga memprotes kebijakan pendidikan gratis alasannya yang dibutuhkan KSB saat ini adalah fasilitas

pendidikan, dan program pendidikan menurut sebagian guru haruslah diarahkan pada peningkatan fasilitas pendidikan

dan kesejahteraan guru.

1313

PerkembanganPerkembangan Penduduk Penduduk

UsiaUsia SekolahSekolah didi KSBKSB

Penduduk Usia Sekolah

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Bukan Usia Sekolah 62,681 69,848 70,989 71,132 71,834 82,708 102,54 114,54 128,46

Penduduk Umur 16-18 th 7,708 4,594 4,362 5,709 5,733 7,597 8,264 8,774 9,388

Penduduk Umur 13-15 th 4,782 4,562 5,485 5,647 6,316 8,308 10,474 12,524 14,652

Penduduk Umur 7-12 th 10,932 10,939 11,519 11,717 12,169 13,752 15,422 17,034 18,685

2001 2002 2003 2004 2005 2010 2015 2020 2025

88

KapasitasKapasitas FiskalFiskal KSBKSB

20.126.593.13320.126.593.133

11.257.755.63311.257.755.633

10.950.000.00010.950.000.000

--

107.755.633107.755.633

200.000.000200.000.000

1.208.532.0001.208.532.000

(1 Milyar)(1 Milyar)

2.064.793.0002.064.793.000

143.739.000143.739.000

11.560.305.50011.560.305.500

(113.625.000)(113.625.000)

(926.839.500)(926.839.500)

--

12.600.770.00012.600.770.000

3,9 Milyar3,9 Milyar

82.191.494.63382.191.494.633

51.257.755.63351.257.755.633

50.950.000.00050.950.000.000

--

107.755.633107.755.633

200.000.000200.000.000

16.793.39.00016.793.39.000

4 Milyar4 Milyar

12.500.000.00012.500.000.000

293.739.000293.739.000

14.140.000.00014.140.000.000

400.000.000400.000.000

60.000.00060.000.000

--

13.680.000.00013.680.000.000

--

62.064.901.50062.064.901.500

40 Milyar40 Milyar

40 Milyar40 Milyar--

--

--

--

15.585.739.00015.585.739.000

5 Milyar5 Milyar

10.435.207.00010.435.207.000

150.000.000150.000.000

2.579.694.5002.579.694.500

513.625.000513.625.000

986.839.500986.839.500

--

1.079.230.0001.079.230.000

3,9 Milyar3,9 Milyar

KAPASITAS FISKALKAPASITAS FISKAL

1. 1. BagiBagi Hasil SDAHasil SDA

a. a. PertambanganPertambangan

b. b. MigasMigas

c. c. KehutananKehutanan

d. d. PerikananPerikanan

2. 2. BagiBagi Hasil Hasil PajakPajak

a. a. PPhPPh

b. PBBb. PBB

c. BPHTBc. BPHTB

3. 3. PendapatanPendapatan

PendapatanPendapatan AsliAsli Daerah/PADDaerah/PAD

-- PajakPajak DareahDareah

-- RetribusiRetribusi DaerahDaerah

-- LabaLaba Usaha DaerahUsaha Daerah

-- LainLain--lain PADlain PAD

4. 4. PendptnPendptn. Daerah Lain . Daerah Lain ygyg SahSah

PerubahanPerubahan

(+ / (+ / -- ))TA. 2006TA. 2006TA. 2005TA. 2005KapasitasKapasitas FiskalFiskal

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 3

anggaran daerah serta tingginya kebutuhan pembangunan infrastruktur daerah. Bahkan

ada dikalangan anggota DPRD KSB ada yang beranggapan bahwa langkah Bupati dan

Wakil Bupati menerapkan kebijakan pendidikan dan kesehatan gratis hanyalah

instrumens untuk mendongkrak derajat legitimasi politik Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah terpilih (KH. Zulkifli Muhadli S.H dan Drs. Malarahman) atau dengan

kata lain mencari populeritas semata karena perolehan hasil Pilkada Langsung yang

diraih Bupati dan Wakil Bupati pada Pilkada Langsung 2005 hanya mencapai 31,30 %

suara6.

TABEL PROSENTASE PEROLEHAN SUARA PASANGAN

CALON

Andi & Muchsin

23, 46 %

Busrah &

Hamid

20,67%

Kyai & Mala

31,.30 %

Salim & Syafe'i

19,15 %

Hatta & Razak

5,42 %

1 Hatta & Razak

2 Salim & Syafe'i

3 Kyai & Mala

4 Busrah & Hamid

5 Andi & Muchsin

Sumber KPU KSB : Data diolah hasil perolehan suara Pilkada KSB model DB I KWK

Sikap politik yang diambil sejumlah kalangan di

DPRD, mendapat reaksi ”perlawanan” dari

rakyat, menilai DPRD tidak aspiratif dan

artikulatif dalam merespon tuntutan dan

kebutuhan rakyat. Seiring dengan itu, disisilain

dukungan terus mengalir Kepada Bupati dan

Wakil Bupati. Dukungan ini kemudian dijadikan

amunisi oleh Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah untuk terus melanjutkan rencana

kebijakan pendidikan dan kesehatan gratis.

Sebaliknya, disisi lain secara politik dukungan terhadap DPRD semakin berkurang

(mengalami defisit legitimasi), situasi yang menyudutkan ini kemudian memaksa DPRD

untuk mengambil sikap yang serupa dengan Pemerintah Daerah7.

6 Berdasarkan hasil pemilu 2004, jumlah anggota DPRD KSB sebanyak 20 kursi, terdiri atas ; 4 kursi Golkar, 3 kursi

PPP, 3 kursi PKS, 3 kursi PAN, 2 Kursi PDI-P, 2 kursi PBB, 1 kursi PDK dan satu kursi PIB. Pada pilkada 2005 Pasangan

Bupati dan Wakil Bupati terpilh, K.H.Zulkifli Muhadli,S.H dan Drs Malarahman diusung oleh gabungan partai PBB dan

PIB yang merupakan partai minoritas di DPRD. Pada Pilkada Langsung 2005 di KSB, terdapat lima pasangan calon,

pasangan KH. Zulkifli Muhadli dan Drs. Malarahman memperoleh 16494 suara (31,30%), dikuti Pasangan Andi Azisi

Amin dan H Muchsin Hamin (didukung PKS) memperoleh 12705 suara, Ir. Busrah Hasan dan Drs Hamid Rahman (PPP

dan PDIP) sebanyak 11192 suara (20,67%), Drs.Salim Ahmad dan HM Syafeii (Golkar) sebanyak 10371 suara (19,5%)

dan Hatta Taliwang BSW dan Abdul Razak (PAN) 2937 suara (5,4%) dengan komposisi kekuatan partai di DPRD yang

minim dan dukungan suara yang relatif sedikit, psosisi politik Bupati dan Wakil Bupati terpilih memang sangat riskan

untuk dijatuhkan secara politik. 7 Salah satu langkah yang ditempuh oleh Bupati adalah ketika ”diserang” oleh DPRD, melakukan sosialisasi secara terus

menerus kepada masyarakat dan menyakinkan kepada masyarakat bahwa pendidikan gratis adalah merupakan hak dasar,

rakyat berhak memperoleh pendidikan secara gratis. Serta menyakinkan bahwa APBD KSB mampu untuk

mengalokasikan penyelenggaraan pendidikan secara gratis.

Alokasi dan Realisasi Dana Perimbangan

Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2005

Sampai Dengan Maret 2005

10,413268.623.8822.579.694.500Pendapatan Asli Daerah

(PAD)6.

48,3851.887.000.0003.900.000.000Lain-lain Pendapatan yang

Sah5.

---Dana Alokasi Khusus

(DAK)4.

25,00010.067.250.00040.269.000.000Dana Alokasi Umum

(DAU)2.

0,0042.336.13155.505.207.000Bagi Hasil Pajak dan Bukan

Pajak1.

PROSENTASEREALISASIALOKASIURAIANNO.

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 4

Bahkan sebelum APBD diketuk, Peraturan

Bupati tentang Kebijakan Pendidikan dan

Kesehatan gratis di tetapkan Bupati telah

mengumumkan dan melarang seluruh Kepala

Sekolah di KSB mulai tingkat Taman Kanak-

Kanak hingga Sekolah Menengah Atas untuk

menarik biaya pendidikan dari orang tua atau

wali murid. Dan pada tanggal 1 Mei 2006

Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat secara

resmi menerbitkan Peraturan Bupati

Sumbawa Barat No. 11 Tahun 2006 tentang

Pendidikan Gratis (lihat : Perbup Bupati

KSB)8. Hampir semua Anggaran Pendidikan Gratis dan kesehatan gratis pada APBD

2006 dan 2007 dibiaya melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Pada Tahun 2006

misalnya, alokasi untuk anggaran pendidikan di KSB sebesar Rp. 11.128.933.248 atau

sekitar 22,33% dari total anggaran APBD KSB sebesar Rp. 111.860.107.0159.

Pada tahun anggaran 2007 plafon anggaran

untuk sektor pendidikan sebesar Rp, 20, 8

milyar dan untuk alokasi anggaran kesehatan

sebesar Rp. 15 milyar. Pada tahun 2007

pendidikan gratis mulai merambah ketingkat

Perguruan Tinggi (S1 dan S2). Pemerintah juga mengalokasikan bantuan biaya

pendidikan S2 bagi penduduk KSB yang kuliah di luar daerah. Keberhasilan penerapan

kebijakan pendidikan dan kesehatan gratis tersebut semata-mata karena adanya kemauan

yang kuat dan keberanian Pemkab untuk menerapkan pendidikan dan kesehatan gratis.

Sebab, jika merujuk pada kekuatan kapasitas fiskal yang dimiliki KSB sangatlah minim.

Kontsribusi PT NNT dalam bentuk royalti tidak cukup banyak membantu KSB karena

dengan adanya royalti, terdapat pengurangan DAU. Memang, selain pemerintah daerah,

pihak PT NNT juga mealokasikan beasiswa bagi masyarakat KSB khususnya dan NTB

umumnya. Namun, anggaran beasiswa yang dikelola oleh PT NNT tersebut tidak masuk

dalam APBD , melainkan dikelola sendiri oleh pihak perusahaan melalui departemen

community development PT NNT10. Jadi, pendidikan dan kesehatan gratis menurut

hemat penulis dapat diterapkan di daerah

manapun sepanjang pemerintah, DPRD

dan masyarakat memiliki kemauan dan

keberanian untuk melaksanakan

penerapan pendidikan dan kesehatan gratis,

kendati anggaran daerah atau kemampuan

fiskal terbatas.

Permasalahan keterbatasan anggaran

yang selama ini dijadikan alasan oleh sebagain pemerintah daerah, sudah patut untuk

kita pertanyaan kembali serta perlu dikoreksi. Banyak cara atau metode yang bisa

digunakan daerah untuk menerapkan kebijakan pendidikan dan kesehatan gratis,

8 Dalam peraturan tersebut penerapan pendidikan secara gratis berlaku surut, yakni mulai tanggal 1 januari 2006. (lihat

peraturan bupati no. 11 tahun 2006) 9 Pada tahun 2006 misalnya, pembiayaan SD gratis diberlakukan disleuruh SD dan madrasah di KSB sebanyak 79

SD/MI, dan sebanyak 14 SMP/MTS di KSB. Untuk tingkat SD/MIN, SMP dan MTS biaya yang dikeluarkan untuk

menanggung seluruhnya sebesar Rp. 941,940,000 (angka tersebt tidak termasuk untuk sekolah Menagah Atas/MA). 10 Pemberian beasiswa yang diberikan PT NNT kepada masyarakat NTB, khususnya Lingkar Tambang untuk

melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility)

Kunci sukses yang mendorong lahirnya

kebijakan pendidikan dan kesehatan gratis di

KSB adalah tekad dan keberanian Kepala

Daerah untuk berani melahirkan kebijakan

yang populis. Dan ternyata kebijakan yang

populis akan meningkatkan dukungan dan

derajat legitimasi politik. Karena itu jika

seorang pemimpin sudah seyogyanya memiliki

keberanian untuk melahirkan kebijakan yang

pro rakyat miski.

1010

AnggaranAnggaran SektorSektor

PendidikanPendidikan dan dan KesehatanKesehatan

29,0529,0579.529.536.39679.529.536.39628,6328,6332.029.039.23032.029.039.230JumlahJumlah

6,726,7218.400.603.14818.400.603.1484,204,204.693.585.0754.693.585.075KesehatanKesehatan 273.706.664.318273.706.664.318

22,3322,3361.128.933.24861.128.933.248

111.860.107.015111.860.107.015

24,4324,4327.335.454.15527.335.454.155PendidikaPendidika

nn

Total APBD Total APBD (Rp)(Rp)

%%Jumlah Jumlah (Rp)(Rp)

Total APBD Total APBD (Rp)(Rp)

%%Jumlah Jumlah (Rp)(Rp)

TA. 2006TA. 2006TA. 2005TA. 2005

SEKTORSEKTOR

1111

KomposisiKomposisi dan dan PerbandinganPerbandingan BelanjaBelanja

AnggaranAnggaran SektorSektor PendidikanPendidikan dan dan KesehatanKesehatan

22,822,813.707.018.07313.707.018.07310010018.400.603.14818.400.603.1481001004.693.585.0754.693.585.075JumlahJumlah

22,822,86.118.891.8586.118.891.85842,7442,747.864.240.6087.864.240.60837371.745.348.7501.745.348.750PublikPublik

35735710.241.536.21510.241.536.21557,2657,2610.536.362.54010.536.362.54063632.948.236.3252.948.236.325AparaturAparatur

KesehatanKesehatan

33.793.479.09333.793.479.093

17.214.551.88417.214.551.884

16.578.927.24516.578.927.245

Jumlah Jumlah

(Rp)(Rp)

MeningkatMeningkat

100100

34,5734,57

65,4365,43

%%

61.128.933.24861.128.933.248

21.134.079.89421.134.079.894

39.994.853.35039.994.853.350

Jumlah Jumlah

(Rp)(Rp)

TA. 2006TA. 2006

44,744,710010027.335.454.15527.335.454.155

53953914,3414,343.919.528.0103.919.528.010

JumlahJumlah

PublikPublik

AparaturAparatur

BELANJABELANJA

23.415.926.10523.415.926.105

Jumlah Jumlah

(Rp)(Rp)

TA. 2005TA. 2005

85,6685,66

%%

170170

%%

PendidikaPendidika

nn

BIDANGBIDANG

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 5

sepanjang ada itikad dan integritas dari para pemegang kebijakan di daerah. Kasus di

KSB misalnya, untuk merampingkan (efisiensi) dan meningkatkan efektifitas struktur

perangkat daerah, Pemkab KSB melakukan restrukturisasi organsiasi perangkat daerah,

dari 14 SKPD menjadi 9 SKPD. Langkah ini cukup efektif untuk membuat struktur

organsiasi miskin struktur namun kaya fungsi, implikasi beban pembiayaan daerah pun

berkurang11.

III. MENGAGAS PEMBANGUNAN BERBASIS RT

Setelah melahirkan kebijakan pendidikan dan kesehatan gratis di KSB, diakhir tahun

2006, Bupati KSB meluncurkan program pembangunan berbasis RT (Rukun Tetangga).

Gagasan besar yang diluncurkan ini tentu mendapat respons yang beragam dari

masyarakat. Sejumlah kalangan bertanya-tanya, ”ada apa lagi ini”?. Dengan keheranan

sekaligus takjub, perlahan-lahan gagasan besar ini mulai ditangkap oleh sejumlah

kalangan. Salah satunya adalah Lembaga Penelitian dan Advokasi Masyarakat Desa

(LEGITIMID) KSB yang selama ini fokus dalam issue good governance turut membantu

untuk merumuskan kerangka konsep operasional dari pembangunan berbasis RT di

KSB12.

Apa yang melatarbelakangi pembangunan

berbasis RT? Pembangunan berbasis RT dilatar

belakangi oleh beberapa hal, antara lain;,

pertama untuk melaksanakan agenda reformasi,

yakni mewujudkan tata kelola pemerintahan

yang baik dan sistem penyelenggaraan

pemerintahan yang bersih (good governance dan

clean government). Kedua, mewujudkan cita-cita

atau visi Kabupaten Sumbawa Barat, yakni

sebagai Kabupaten Percontohan di NTB yang

diridhoi Allah Swt. Ketiga, dalam rangka mengejar ketertinggalan pembangunan (sebagai

kabupaten baru terbentuk 2003) dan pilihan kebijakan prioritas pembangunan yakni

pembangunan sumberdaya manusia melalui optimalisasi pemenuhan kebutuhan dasar

masyarakat pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, serta pembangunan

infrastruktur. Keempat, Program dan kegiatan pembangunan selama ini belum

11 Ketika upaya restrukturisasi organisasi dilaksanakan, sejumlah pejabat yang notabennya kehilangan

jabatan eseslon (struktural) memang banyak yang menentang dan mengkritik kebijakan Bupati, dan mereka

yang menduduki posisi Kepala Dinas/Badan/Kantor merasakan beban tugas yang berat. Memang dalam

proses restrukturisasi organisasi di KSB telah melahirkan kontroversial karena banyak pejabat fungsional

(guru-guru) masuk dalam struktur perangkat daerah (jabatan struktural). Kondisi inilah yang kemudian

menimbulkan kecemburuan dikalangan pejabat struktural di KSB. Bahkan menilai langkah yang ditempuh

Bupati bersifat ”politis”. Menurut hasil pemetaan politik yang dilakukan Divisi Politik LEGITIMID KSB

menggambarkan pada tubuh birokrasi terjadi perpecahan, sebagian besar guru mendukung pasangan K.H

Zulkifli Muhadli dan Drs Malarahman (pasangan terpilih), dan di level birokrasi struktural sebagian besar

mendukung pasangan Drs. Salim Ahmad dan M.Syafeei (hasil riset Legitimid: Dinamika politik birokrasi di

KSB, 2006) 12 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh LSM Aspirasi Taliwang pada tahun 2003, tercatat

sedikitnya ada 500 lebih LSM di Kabupaten Sumbawa Barat. Namun, dari sekian banyak LSM tidak ada

satupun yang fokus untuk mendorong issue good governance di KSB, sebagian besar lahir sebagai reaksi atas

kehadiran PT NNT—untuk mengangkap proyek-proyek comdev PT NNT. Sehingga, dari sekian banyak LSM

di KSB hanya sebagian kecil saja LSM yang tetap eksis dalam pengembangan masyarakat (Sumber :Laporan

hasil penelitian ASPIRASI TALIWANG, tentang Pemetaan LSM di KSB, 2003). Legitimid sendiri didirikan

tahun 2004, pada awalnya hanyalah kelompok diskusi komunitas yang ada di tingkat desa, kemudian

berkembang ke tingkat Kabupaten dan selama tahun 2005-2007 fokus melakukan pendampingan regulasi

daerah, khususnya berkaitan dengan regulasi desa dan advokasi hukum.

77

KebutuhanKebutuhan FiskalFiskal KSBKSB

** ** sebelumsebelum

dilaksanakandilaksanakan

perhitunganperhitungan oleholeh BPSBPS

Data Data tahuntahun 20052005

Data Data tahuntahun 20052005

Data Data tahuntahun 20052005

Data Data tahuntahun 20042004

ADHB 2005ADHB 2005

--

--

--

21.279 Jiwa21.279 Jiwa

23.656 Jiwa23.656 Jiwa

121,8%121,8%

61,9%61,9%

7,80 7,80 TrilyunTrilyun

73.365.288,573.365.288,5

1.849,02 Km1.849,02 Km22

6.542 Km6.542 Km22

4.693 Km4.693 Km22

117.405 Jiwa117.405 Jiwa

39.140 Jiwa39.140 Jiwa

121,8%121,8%

61,9%61,9%

7,99 7,99 TrilyunTrilyun

74.836.55874.836.558

1.849,02 Km1.849,02 Km22

6.542 Km6.542 Km22

4.693 Km4.693 Km22

96.126 Jiwa96.126 Jiwa

15.484 Jiwa15.484 Jiwa

--

--

Rp. 185,2 Rp. 185,2

MM****

Rp. 1.926.522,50Rp. 1.926.522,50

1. Luas Wilayah1. Luas Wilayah

-- Luas LautLuas Laut

-- Luas Luas DaratDarat / /

pemukimanpemukiman

2. Jumlah Penduduk2. Jumlah Penduduk

3. Jumlah Penduduk 3. Jumlah Penduduk MiskinMiskin

4. 4. IndeksIndeks KemahalanKemahalan KonstruksiKonstruksi

5. 5. IndeksIndeks PembPemb. . ManusiaManusia (IPM)(IPM)

6. PDRB6. PDRB

7. PDRB Per 7. PDRB Per KapitaKapita ADHB ADHB

KeteranganKeteranganPerubahanPerubahan

(+ / (+ / -- ))TA. 2006TA. 2006TA. 2005TA. 2005KebutuhanKebutuhan FiskalFiskal

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 6

sepenuhnya bisa memanfaatkan partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasinya. Pembangunan berskala kecil yang

bersentuhan langsung dan dapat dikerjakan sendiri oleh masyarakat ternyata masih

dijadikan proyek pemerintah, kondisi ini diyakini dapat mengurangi kesempatan

masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan. kelima, database

dan sistem informasi selama ini sulit untuk diakses masyarakat, bahkan data kelompok

masyarakat miskin seringkali simpang siur, antar dinas datanya seringkali berbeda-beda,

seperti kasus Bantuan Tunai Langsung (BLT) misalnya, disamping data yang diperoleh

tidak melibatkan masyarakat, juga telah melahirkan ketidakpercayaan masyarakat

terhadap pemerintah. Keenam, Belum efektifnya saluran aspirasi dan akuntabilitas

(tanggung gugat) atas laporan masyarakat (control social) tentang penyimpangan dan

penyelewengan pelaksanaan kegiatan pembangunan sehingga partisipasi masyarakat

terhadap kinerja pelayanan oleh pemerintah dan atau pengelolan kegiatan dinilai buruk

dan dianggap tidak transparans. Ketujuh, terputusnya perencanaan pembangunan

ditingkat bawah. Hasil Musbangdes banyak yang tidak terakomodir dalam SKPD, karena

program dan kegiatan yang disusun SKPD kurang partisipatif, lebih bersifat project

oriented dan tidak didasarkan pada data, serta RPJP dan RPJMD Daerah yang telah

ditetapkan. Kedelapan, lemahnya partisipasi, transparansi dan akuntabilitas dalam

penyelenggaraan pembangunan dan lemahnya proses percepatan peningkatan IPM

karena mengandalkan kekuatan pemerintah. Kesembilan, penganggaran daerah banyak

yang mubazir, banyak SKPD yang tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik,

serta seringkali ”kebingungan” merumuskan rencana kerja tahunan tiap tahunnya

karena tidak tersedianya database yang akurat.

Pertanyaannya kemudian adalah mengapa

RT yang dipilih sebagai basis dan pelaku

utama dalam proses pembangunan?

Pertama, pada dasarnya wilayah kabupaten

adalah desa/kelurahan dan wilayah desa

adalah RT. Sehingga dapat dipastikan

bahwa dalam suatu proyek/program

pembangunan baik pemerintah pusat,

provinsi maupun kabupaten, locus

wilayahnya diluar lingkup kekuasaan RT.

Karena itu, RT sesungguhnya merupakan

locus utama dalam pembangunan. Di tingkat ini, Ketua RT adalah orang yang paling

dekat dan mengetahui permasalahan dan kebutuhan warganya. Menurut hemat saya,

semakin dekat jarak pembangunan, maka akan semakin memudahkan dan

meningkatkan proses dan hasil pembangunan, dan akan semakin banyak warga yang

terlibat dan mengetahuinya, sehingga akan semakin kuat kontrol dari masyarakat, dan

pada akhirnya dapat mengurangi atau mencegah penyimpangan dalam proses

pembangunan, sehingga kesejahteraan rakyat akan lebih dekat dan mudah untuk

dicapai.

Kedua, sebagaian besar orang yang dipilih dan duduk sebagai Ketua RT adalah mereka

yang bersedia ”secara sukarela” untuk membangun warganya. Karena RT secara umum

tidak digaji, artinya orang yang duduk sebagai RT sesungguhnya adalah mereka yang

memiliki komitmen untuk memberdayakan masyarakat, bukan kepentingan ekonomis

(mencari keuntungan/gaji atau proyek) bukan pula mencari kedudukan jabatan politis

(kekuasaan) dan kebanyakan diantara mereka yang terpilih adalah ”tokoh” dalam

komunitas tersebut—artinya, masyarakat secara selektif memilih orang yang memang

RINGKASAN PENDAPATAN

TAHUN 2007 & 2008

1,549,737,073 1,549,737,073 Bantuan Keuangan dari Propinsi atau Pemerintah Daerah lainnya

8,000,000,000 7,000,000,000 Dana Penyesuaiaan dan otonomi khusus

15,020,091,000 15,020,091,000 Dana Bagi Hasil Pajak Propinsi dan pemerintah Daerah lainnya

24,569,828,073 23,569,828,073 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

33,000,000,000 30,263,000,000 Dana Alokasi Khusus

191,781,000,000 147,770,000,000 Dana Alokasi Umum

76,863,713,208 76,863,713,208 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak

301,644,713,208 254,896,713,208 DANA PERIMBANGAN

16,655,900,000 16,655,900,000 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

100,000,000 100,000,000 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

825,000,000 810,296,000 Hasil Retribusi Daerah

900,000,000 890,043,000 Hasil Pajak Daerah

18,480,900,000 18,456,239,000 PENDAPATAN ASLI DAERAH

344,695,441,281 296,922,780,281 PENDAPATAN DAERAH

ESTIMASI 2008 PAGU 2007 URAIAN

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 7

betul-betul dipandang secara sosial mampu untuk ”mengayomi” warganya sekaligus

memiliki basis dukungan massa yang nyata pada level tingkat paling bawah.

Ketiga, mekanisme perencanaan pembangunan di tingkat bawah/ Musyawarah

Pembangunan Desa (Musrenbangdes) yang selama ini menjadi satu-satunya mekanisme

yang dianggap paling partisipatif, ternyata sebagian besar masih didominasi oleh

kalangan elite di tingkat desa (Kepala Desa, BPD, LPM dan lainnya), sehingga ruang dan

perluasan partisipasi bagi warga menjadi begitu sempit dan terbatas. Dengan meletakkan

RT sebagai basis dari pembangunan, maka membuka peluang bagi setiap warga untuk

dapat berpartisipasi.

Hasil yang diharapkan kemudian dengan model pembangunan berbasis RT ini adalah

pertama akan berlangsung perluasan partisipasi warga, rencana pembangunan desa akan

benar-benar merupakan kondisi dan kebutuhan warga pada tingkat paling bawah disatu

sisi dan mengurangi dominasi para elite desa disislain. Kedua, rencana pembangunan RT

menjadi salah satu alat atau instrumen untuk mengukur sejauhmanakah SKPD telah

mengakomodasikan kepentingan warga RT (khususnya warga miskin) yang ada disetiap

RT dan sejauhmanakah SKPD mampu untuk mengintegrasikan rencana program

pembangunan tahunan dengan rencana yang dimiliki oleh RT, termasuk dalam konteks

ini APBDesa dan warga memiliki instrumen untuk melakukan pengawasan terhadap

proses pembangunan, khususnya pembangunan dari Kabupaten atau Desa yang berada

di tingkat RT.

Program pembangunan berbasis RT mendorong secara masksimal partisipasi masyarakat

dan stakeholder dilingkungan RT masing-masing untuk berperan aktif dalam berbagasi

aspek pembangunan khususnya bidang-bidang yang bersentuhan langsung dan

mempengaruhi peningkatan angka IPM, seperti pendidikan, kesehatan dan

perekonomian masyarakat. Dengan kata lain, ketiga komponen pembentuk IPM

tersebut akan dibenahi secara partisipatif yang dimulai dari cakupan wilayah terkecil

yang dikenal dengan RT.

Kebijakan pembangunan berbasis RT dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat

secara langsung (direct empowerment of civil society), serta menggeser paradigma

pembangunan selama ini yang terpusat (sentralistik) dan elitis, kearah masyarakat sipil

yang bertumpuh pada kekuatan partisipasi public dengan berbasiskan pada modal sosial

yang dimiliki ditingkat desa (khususnya RT). Sehingga dimasa mendatang, kelompok

komunitas, khususnya RT akan mampu sebagai pelayan masyarakat yang professional,

responsive, efisien dan efektif dalam memberikan pelayanan public, serta memahami

berbagai persoalan dari berbagai sudut pandang atau dimensi social, politik, ekonomi

maupun budaya.

Kedudukan RT (Rukun Tetangga) sesungguhnya cukup strategis, karena RT merupakan

ujung tombak dan paling dekat dengan masyarakatnya. Hampir sebagian warga di

ketahui oleh Ketua RT, mulai dari warga mampu, kurang mampu, miskin hingga sangat

miskin. RT juga mengetahui situasi dan kondisi wilayahnya, secara politik, sosial,

budaya. Dengan asumsi itu, maka dalam proses perencanaan pembangunan haruslah

dimulai dari tingkat RT agar setiap warga dapat berpartisipasi serta hasil perencanaan

yang dilakukan oleh pemerintah dapat memperoleh gambaran (input) yang detail

tentang kebutuhan warganya pada tingkat paling bawah. Kondisi inilah yang kemudian

dianggap sebagai peluang untuk memulai proses perencanaan pembangunan yang

partisipatif di KSB.

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 8

Tantangannya kemudian yang dihadapi dalam mengagas pembangunan berbasis RT di

KSB adalah pertama keterbatasan kemampuan Ketua RT dalam proses pembangunan

(perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi), karena memang selama ini RT hanya

diperankan sebagai ”simbol” semata, misalnya membawa ”kue” pada acara pernikahan,

menjadi ketua ronda malam dan seterusnya.Sementara dalam hal pembangunan, seperti

proses penganggaran, RT jarang sekali dilibatkan. Kedua, kedudukan RT sesungguhnya

merupakan lembaga kemasyaratan desa yang berfungsi membantu Pemerintah Desa

dalam Pemberdayaan Masyarakat, RT dipilih, diangkat dan diberhentikan oleh

masyarakat, bukan oleh Kepala Desa. Dan RT bukan perangkat desa. Oleh karenanya

kedudukan, tugas dan fungsi RT harus dikembalikan pada hakekatnya (revitalsiasi RT)

sebagai lembaga ”pemberdayaan masyarakat” bukan sebagai lembaga ”pembantu kepala

desa/lurah”13. Ketiga, pembangunan partisipatif sulit untuk dapat berkembang, jika

mekanisme proses pembangunan hanya pada tingkat desa. Misalnya, mekanisme dalam

Musyawarah Pembangunan Desa (Musbangdes), mekanisme ini dalam prakteknya

ternyata masih didominasi oleh elite di tingkat desa dan peserta musbangdes

jumlahnyapun sangat terbatas dan minim sekali sirkulasi peserta (pesertanya itu-itu saja).

Sehingga rumusan program dan kegiatan yang diakomodir dalam APBDes maupun

APBD Kabupaten cenderung merupakan kepentingan para elite di tingkat desa dan sulit

sekali berkembang.

Atas dasar itulah diakhir tahun 2006 pemkab KSB menggagas program pembangunan

berbasis RT sebagai salah satu terobosan (trial and error) untuk mengembangkan model

pembangunan yang lebih berbasis pada rakyat (RT).

IV. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERBASIS RT

Pembangunan berbasis RT (Rukun Tetangga) adalah sebuah model pembangunan yang

meletakkan pondasi pembangunan dan basis pelayanan public pada kekuatan partisipasi

RT dan warga. Program ini diharapkan akan mendorong perluasan partisipasi aktif

masyarakat dalam proses pembangunan, mendorong lahirnya efisiensi dan efektifitas

pembangunan, mendekatkan pelayanan public, serta mendorong proses transparansi

dan akuntabilitas pembangunan sampai tingkat paling bawah, dan pada akhirnya

diharapkan mampu mewujudkan akselerasi pembangunan dan pemerataan

kesejahteraan bagi seluruh warga KSB, khususnya kelompok marginal.

Sehingga dapat mempercepat peningkatan

IPM (Pendidikan, kesehatan dan

perekonomian masyarakat) secara

partisipatif, mandiri dan berkelanjutan

sekaligus mendorong peningkatan

transparansi kinerja pelayanan public

dengan the closer the government, the better it

serves.v.

Strategy pendekatan yang digunakan adalah

pertama memperkuat dan memperluas

partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan. Melalui proses pembangunan

berbasis RT, selain akan memperkuat dan meningkatkan kinerja RT, juga akan

mendorong kemampuan RT dalam proses pembangunan. Para Ketua RT nantinya

dituntut untuk mempu memfasilitasi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

13 Penjelasan tentang ini dapat dilihat pada PP 72 tahun 2005 tentang Desa

PrioritasPrioritas Program Program

PembangunanPembangunan TA. 2008TA. 2008

1. Peningkatan Kualitas Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Masyarakat

2. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

3. Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Daerah

4. Pengembangan Aksesibilitas Antar Wilayah

5. Pengembangan Perkotaan dan Perdesaan

6. Intensifikasi Pengembangan Sektor Unggulan Daerah

(Perikanan, Kelautan, Peternakan, Pertanian, Perkebunan,

dan Pariwisata)

7. Peningkatan Fungsi Sumber Daya Lingkungan

7 Instrumen Prioritas Kebijakan Pembangunan Daerah

Tahun 2008 yaitu :

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 9

pembangunan secara partisipatif, baik terhadap program pembangunan yang

dilaksanakan oleh Pemkab ke tingkat RT maupun pembangunan yang dilaksanakan oleh

Desa di tingkat RT.

Kedua, memperkuat database dan sistem informasi pembangunan. Database pada

tingkat RT akan dijadikan sebagai basis dalam perencanaan pembangunan, melalui data

yang akurat dan terpecaya serta berbasis pada RT, akan mengurangi kekeliuran dalam

penyusunan program dan kegiatan pembangunan yang selama ini disusun oleh SKPD

yang ada, langkah ini sekaligus sebagai upaya untuk ”memotong” rutinitas dan

perbedaan data yang selama ini dilaksanakan oleh setiap instansi pemerintah yang

bergerak dalam proses pendataan penduduk (BPS, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan,

dan lainnya), termasuk dalam konteks ini adalah ”memotong” mekanisme perencanaan

pembangunan yang panjang (birokratis), serta tidak berpihak pada rakyat miskin.

Sedangkan informasi pembangunan diarahkan untuk mendorong lahirnya transparansi

dan partisipasi kritis masyarakat hingga pada level paling bawah. Sekaligus sebagai

langkah untuk memperluas kuantitas dan kualitas kesadaran warga di tingkat RT.

Ketiga, mendorong desentralisasi kekuasaan pelayanan publik, menumpuknya

kewenangan pada level kabupaten dan desa (kepala desa) selain tidak efektif juga

melahirkan biaya yang tinggi dan waktu yang relatif panjang dalam pelayanan publik.

Desentralisasi pelayanan publik pada tingkat ini diarahkan pada jenis-jenis pelayanan

publik yang langsung bersentuhan dengan kepentingan masyarakat, misalnya pembuatan

KTP, akte kelahiran, pemantauan dan sertifikasi penanam pohon, dan sejumlah jenis

pelayanan publik lainnya. Desentralisasi ini, diharapkan dapat mempercepat proses

pelayanan publik, efisien dan efektif.

Keempat, RT bersama warga RT didorong untuk mampu merumuskan standar

pelayanan minimal (SPM), baik pada level RT, Desa maupun pada level kabupaten.

Standar Pelayanan Minimal ini diharapkan dapat mendorong peningkatan kinerja

dalam pelayanan publik hingga pada tingkat paling rendah/warga. Kelima, memperkuat

perencanaan pembangunan partisipatif, melalaui proses perencanaan strategis

pembangunan di tingkat RT, diharapkan seluruh rangkaian proses pembangunan dapat

lebih terarah dan berbasis pada RT. Pada tingkat implementasi pembangunan, akan

diarahkan pada upaya peningkatan swadaya warga serta solidaritas warga. Proses ini

ditempuh melalui penyerahan program/kegiatan pembangunan yang bernilai dibawah

Rp. 50 juta untuk dikelola/diserahkan kepada RT, dengan pengelolaan secara swadaya

diharapkan kualitas pembangunan akan lebih baik, keterlibatan dan swadaya masyarakat

akan meningkat, masyarakat merasa memiliki atas hasil pembangunan yang telah mereka

kerjakan. Dengan demikian, keberlangsungan dan pemeliharaan hasil-hasil

pembangunan akan lebih terjamin pemeliharaannya dan terjaga kualitasnya. Kondisi ini

diyakini pula akan mendorong lahirnya tanggung jawab sosial warga atas hasil-hasil

pembangunan yang telah diraihnya.

Untuk mewujudkan hal tersebut diatas Pemkab KSB memandang bahwa salah satu

prasyarat pendukung dalam rangka mencapai tujuan tersebut adalah perlunya kondisi

yang kondusif untuk keberlangsungan proses pembangunan. Dalam konteks itu,

ditingkat RT dipandang perlu untuk membangun Early Warning System (Sistem

Peringatan Dini) dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Termasuk,

Peringatan Dini dalam menghadapi bencana sosial dan alam. Upaya lain yang ditempuh

adalah membangun sistem resolusi konflik yang berbasis pada kearifan nilai lokal.

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 10

Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat bekerjasama dengan LSM di KSB, pada awal

tahun 2007 telah melaksanakan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan diatas.

Serangkaian program telah dilaksanakan, diantaranya adalah melakukan penguatan

kelembagaan RT melalui pendidikan dan pelatihan para RT (622 RT) serta proses

pengorganisasian yang dilakukan secara berkelanjutan. Pelatihan dan pengorgansiasian

dilaksanakan oleh Tenaga Kerja Sukarela Terdidik (TKST)14. Pada tahun pertama ini,

para ketua RT didorong untuk peningkatan pemahaman terhadap konsep

pembangunan berbasis RT, serta kemampuan RT dalam melakukan pendataan

penduduk, khususnya penduduk miskin yang ada disetiap RT. Database kependudukan

merupakan bagian penting pada tahun pertama ini yang harus dilalui untuk mecapai

tujuan pembangunan berbasis RT. Mengapa?

Pertama, kegiatan ini nantinya akan melahirkan database dan sistem informasi orang

susah (SIOS). Databse dan informasi ini akan digunakan oleh Pemkab KSB (Dinas,

Badan, Kantor,) untuk pengembangan kebijakan pendidikan dan kesehatan gratis,

pengembangan dan penguatan ekonomi kerakyatan berbasis warga miskin serta gerakan

sejuta pohon yang merupakan kebijakan unggulan kabupaten sumbawa barat15.

Dibidang Pendidikan, program ini (basis

RT) menyiapkan data kondisi pendidikan

masyarakat disuatu RT berupa data jumlah

penduduk berdasarkan pendidikannya.

Dengan tersedianya data penduduk

berdasarkan tingkat pendidikan ini akan

sangat membantu pemerintah dalam

pengembangan program pendidikan gratis

dan pengembangan wajib belajar 12 tahun.

Dismaping itu, Pemkab KSB juga bertekad

untuk memfasilitasi proses pembentukan

Taman Bacaan Mini pada setiap RT untuk dikembangkan menjadi wadah Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD) dan play group. Dan untuk pengembangan minat belajar

masyarakat, Pemkab KSB akan melakukan kerjasama dengan Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) terdekat, Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), PKK dan Stakeholder

lainnya. Pembangunan berbasis RT diyakini dapat membantu pemkab KSB dalam

merumuskan formulasi kebijakan yang tepat di bidang pendidikan. Perkembangan

kebijakan pendidikan terus mengalami peningkatan, pada tahun anggaran 2007

penerapan pendidikan gratis, bukan hanya untuk tingkat Taman Kanak, Kanak, SD,

SMP dan SMA melainkan pula untuk tingkat perguruan tinggi (S1 dan S2)

Dibidang Kesehatan, dalam program pembangunan berbasis RT ini diharapkan

perangkat RT dan tokoh masyarakat sekitar dapat bergabung dalam suatu forum untuk

14 Tenaga Kerja Sukarela Terdidik (TKST) adalah Pendamping RT yang ada disetiap desa. Sebagian besar

mereka adalah lulusan sarjana (S1) yang direkrut oleh Pemkab bekerjasama dengan Forum LSM pada awal

tahun 2007. Jumlah TKST disetiap desa sebanyak 1 orang, dalam melaksanakan tugasnya TKST Desa

bertanggung jawab kepada TKST Tingkat Kecamatan, berjumlah 5 orang. Dari 43 TKST Desa, 40 orang

diantaranya adalah sarjana yang selama ini tinggal di desa, namun belum memiliki pekerjaan. Proses

rekruitmen TKST dilaksanakan secara terbuka, dan profesional. TKST ini diwajibkan untuk tinggal di lokasi

desa yang merupakan wilayah idampinganya. Dengan adanya rekrut TKST ini selain mengurangi jumlah

sarjana yang mengganggur, juga mendorong lahirnya kepedulian dan kreatifitas para sarjana yang ada di

desa—mereka dapat berkonstribusi di daerahnya masing-masing untuk membantu meningkatkan

kesejahteraan desa melalui pendampingan RT. 15 Saat ini Team LEGITIMID dan Pemkab dengan dukungan pendanaan dari The Asia Foundation sedang

menyusun konsep Sistem Informasi Orang Susah (SIOS).

2121

KebijakanKebijakan SektorSektor PendidikanPendidikan

dan dan KesehatanKesehatan

�� PembebasanPembebasan biayabiaya sekolahsekolah dari SD dari SD sampaisampai SMA dengan SMA dengan ditetapkannyaditetapkannya PeraturanPeraturan BupatiBupati NomorNomor 11 11 TahunTahun 2006 2006 tentangtentangProgram Program PendidikanPendidikan Gratis Gratis didi KSBKSB

�� Gratis Gratis berobatberobat didi puskesmaspuskesmas untuk untuk semuasemua masyarakatmasyarakat KSB dengan KSB dengan PeraturanPeraturan BupatiBupati NomorNomor 09 09 TahunTahun 2006 2006 tentangtentang PelayananPelayananKesehatanKesehatan / / PengobatanPengobatan Gratis Gratis didi PuskesmasPuskesmas dan dan JaringannyaJaringannya didiKSBKSB

�� PencananganPencanangan program Brigade Mobil program Brigade Mobil PelayananPelayanan KesehatanKesehatanMasyarakatMasyarakat (BRIMOB YANKESMAS) yang (BRIMOB YANKESMAS) yang ditujukanditujukan untuk untuk meningkatkanmeningkatkan derajatderajat kesehatankesehatan didi daerahdaerah terpencilterpencil, yang , yang dimulaidimulaitanggaltanggal 13 13 AgustusAgustus 20062006

�� PembangunanPembangunan saranasarana dan dan prasaranaprasarana pendidikanpendidikan

�� PemberianPemberian insentifinsentif padapada guru dan guru dan tenagatenaga pengajarpengajar yang yang berprestasiberprestasi

�� AlokasiAlokasi anggarananggaran PendidikanPendidikan Gratis Gratis sejumlahsejumlah Rp. 2,6 Rp. 2,6 milyarmilyar dan dan KesehatanKesehatan Gratis Gratis sejumlahsejumlah Rp. 3,8 Rp. 3,8 milyarmilyar..

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 11

melakukan pemantauan kondisi kesehatan masyarakat, pencatatan dan pelaporan

tingkat kesehatan masyarakat maupun melakukan upaya advokasi dan fasilitasi terhadap

pelayanan kesehatan yang diterima oleh masyarakat. Selain itu adalah mendorong

adanya peran serta masyarakat, membangun kebersamaan dalam rangka penyehatan

lingkungan pemukiman masing-masing. Dalam bidang kesehatan, Program

pembangunan berbasis RT diharapkan dapat memperkuat sistem mekanisme komplain

yang tersedia dalam bidang kesehatan yang selama ini belum dapat berjalan efektif dan

berkembang, menyediakan ruang dan saluran komplain bagi warga terhadap pelayanan

Pustu, Polindes bahkan Puskesmas di Tingkat Kecamatan melalui RT. Dengan

demikian, melalui basis RT diharapkan akan

lebih memudahkan dan mendekatkan saluran

aspirasi (keluh-kesah) warga terhadap peleyanan

kesehatan.

Dibidang pemberdayaan ekonomi keluarga,

program pembangunan berbasis RT akan

diarahkan pada upaya peningkatan pendapatan

keluarga melalui pendidikan ketrampilan

khusus, pemanfataan lahan pekarangan, dan

home industri. Potensi yang tersedia dimasing-masing RT dalam desa dimaksimalkan

sebagai kekuatan desa sekaligus kekuatan daerah untuk menopang proses pembangunan

daerah yang berbasis pada warga atau masyarakat di level bawah. Program pembangunan

berbasis RT secara berkelanjutan pada akhirnya melahirkan pula sistem informasi

tentang keadaan sosial ekonomi masyarakat selanjutnya disebut Sistem Informasi Orang

Susah (SIOS) yang menjadi dasar bagi pengambilan kebjakan pembangunan daerah dan

sekaligus memungkinkan Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) dapat berjalan secara

efektif. IV. PROGRAM YANG SEDANG BERJALAN

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut diatas, pada tahun 2007 Pemkab KSB

bekerjasama dengan LSM telah melakukan serangkaian kegiatan, antara lain ;

membangun kerjasama dengan LSM di KSB untuk melaksanakan program kemitraan

pengembangan model pembangunan berbasis RT, melalukan rekruitmen dan seleksi

fasilitator desa atau dikenal dengan Tenaga Kerja Sukarela Terdidik (TKST) bersama

LSM untuk melakukan pendampingan RT dimasing-masing desa sebanyak 43 orang

tingkat desa, dan 5 orang untuk tingkat Kecamatan. Melaksanakan pelatihan untuk

TKST, dan pelatihan untuk para RT sebanyak 552 RT pada tahap pertama. Para

Fasilitator pendamping pembangunan berbasis RT juga telah melaksanakan program

pendampingan RT dimasing-masing desa, pengumpulan data dilapangan dan

serangkaian kegiatan lainnya.

Saat ini ada lima program utama yang saat ini sedang dipersiapkan dan dilaksanakan

oleh Pemkab KSB bersama Legitimid KSB dan TKST, yakni ;

Peningkatan Kualitas Pemenuhan

Kebutuhan Dasar Masyarakat

1. Pendidikan gratis untuk Perguruan Tinggi

2. Beasiswa bagi pelajar/mahasiswa KSB berprestasi diluar daerah

3. Beasiswa peningkatan kapasitas tenaga pendidikan

4. Insentif kepada guru berprestasi

1. Pendidikan

I

2. Kesehatan

1. Peningkatan sistem manajerial pelayanankesehatan

2. Capacity building tenaga kesehatan

3. Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 12

Pertama, mengevaluasi konsep dan

impelemtasi program, dan Team

LEGITIMID bersama Pemkab KSB

sedang merumuskan secara lebih detail

tahapan program dan kegiatan model

pembangunan berbasis RT secara

partisipatif dengan melibatkan berbagai

stakeholders di daerah. Dalam konteks

ini, akan disusun model rencana strategis

RT, model pengelolaan pembangunan

berbasis RT, serta monitoring dan

evaluasi pembangunan berbasis RT.

Rencana strategis RT, akan dijadikan sebagai landasan (input utama) dalam proses

pembangunan, khusunya penganggaran baik pada tingkat desa maupun kabupaten.

Rencana Strategis inipula sebagai dasar bagi Pemerintah Desa dalam menyusun RPJMD

Desa atau dengan kata lain RPJMDesa mengacu pada rencana strategis RT. Dan RPJMD

Desa tersebut menjadi input dalam proses perencanaan pembangunan daerah16. Untuk

menjaga dan memastikan sejauhmanakah SKPD yang ada mengakomdir atau

mengintegrasikan rencana strategis RT tersebut dalam program tahunan (APBD) di

tingkat Musbangdes, TKST tingkat desa akan mengawal proses pembahasan tersebut.

Sedangkan pada tingkat Musbagkec dan Musrenbang akan dikawal oleh TKST yang ada

pada tingkat Kecamatan17.

Kedua, menyusun regulasi daerah yang meliputi ; regulasi pembangunan berbasis RT,

regulasi tentang RT dan TKST (Tenaga Kerja Sukarela Terdidik). Regulasi pertama

dimaksudkan untuk memastikan kebrelangsungan serta memberikan landasan yang kuat

terhadap model pembangunan berbasis RT di KSB. Regulasi yang kedua, adalah

memastikan kejelasan kedudukan, tugas dan fungsi RT serta menghindari semakin

meluasnya ”politisasi RT” serta kekeliruan terhadap kedudukan RT. Regulasi yang ketiga

adalah memastikan dan meningkatkan kinerja TKST/Pendamping RT di setiap desa

dalam melakukan proses pendampingan program.

Ketiga, pengumpulan dan analisis data dari

masing-masing RT. Pada akhir bulan Juli

2007 sebagian RT telah melakukan

pendataan kependudukan (kesehatan,

pendidikan, ekonomi) data ini kemudian

dianalisis oleh team TKST tingkat

Kecamatan dan dijadikan sebagai bahan

untuk merumuskan program dan kegiatan

prioritas di masing-masing RT di setiap

desa. Untuk memudahkan masyarakat

mengetahui perkembangan kemajuan,

masyarakat dapat mengaksesnya di RT

masing-masing, rencananya akan dipasang

16 Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJM Desa dan RKP Desa saat ini sedang dipersiapkan oleh

LEGITIMID KSB bersama Bagian Hukum Setda Kabupaten Sumbawa Barat. Naskah Akademis dan Draf

Raperda dapat dilihat pada laporan hasil penelitian Legitimid tentang Pentingnya RPJM Desa 17 Jumlah TKST di tingkat desa sebanyak 43 orang, dan di tingkat Kecamatan Sebanyak 5 orang. TKST

diangkat oleh Bupati melalui SK Pengangkatan. Saat ini Standar Operasional Prosedure sedang disiapkan

Team Legitimid bersama Dinas Sosial, Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat dengan

LEGITIMID

pemberdayaan masyarakat dan desa meliputi kegiatan-kegiatan

peningkatan kapasitas masyarakat dan desa yang terdistribusi dan

terimplementasi melalui program dan kegiatan pada unit kerja terkait

sehingga secara bertahap dapat memberikan pengaruh nyata terhadap

upaya pengentasan kemiskinan, penanggulangan pengangguran, dan

peningkatan daya beli masyarakat.

Pemberdayaan MasyarakatII

� Peningkatan Alokasi Dana Desa (ADD)

� Pengembangan kegiatan pembangunan berbasis RT

� Peningkatan investasi dana bergulir

� Pelatihan dan magang

� Perkuatan lembaga atau kelompok potensial masyarakat.

Untuk mendorong motivasi dan peningkatan

kinerja RT, selain Lomba Desa (tradisi lama),

mulai tahun 2006 Pemkab KSB mulai

mengagas dan menyelenggarakan Lomba RT

dan memberikan reward kepada RT yang

sukses membangun partisipasi warganya dalam

peningkatan IPM dan proses pembangunan.

Kondisi ini ternyata cukup memicu Ketua RT

di KSB untuk ”giat” melaksanakan tugasnya.

Ketua RT juga diberikan dana stimulan untuk

melaksanakan kegiatan pembangunan di

tingkat RT.

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 13

papan informasi disetiap RT atau melalui Rapat RT (Sesuai kesepakatan antara warga

dan RT). Data ini juga akan digunakan dipublikasikan di webstite pemkab KSB.

Sehingga setiap orang yang memiliki akses internet dapat menjangkaunya. Pusat SIOS

(Sistem Informasi Orang Susah), mendorong program dan kegiatan daerah (SKPD) agar

mulai kepada kelompok sasaran penduduk miskin, serta mengacu pada data, partisipasi

dan kebutuhan real warga miskin di setiap desa (lebih spesifik warga miskin di masing-

masing RT). Data RT inipula akan sangat membantu untuk pengembangan kebijakan

pendidikan dan kesehatan gratis, bedah rumah, asuransi kematian bagi warga, bantuan

modal dan sebagainya, serta untuk mengukur tingkat responsibilitas SKPD dalam

memformulasikan kebijakan pembangunan daerah.

Pada tahun 2008 serangkaian program yang akan dilaksanakan diantaranya adalah

menyusun mekanisme keterlibatan TKST dalam proses penganggaran, membangun unit

pengaduan masyarakat, mendorong desentralisasi pelayanan, memperkuat TKST dalam

proses pendampingan, diantaranya adalah kemampuan dalam memfasilitasi proses

perencanaan pembangunan partisipatif, menerbitkan media informasi RT dan beberapa

kegiatan lainnya.

VI. PERAN AKTOR DALAM PEMBANGUNAN BERBASIS RT

Konsep maupun implementasi program pembangunan berbasis RT pada dasarnya

disusun secara partisipatif, Pemerintah dan LSM secara bersama-sama duduk satu meja

dana membicarakan secara bersama model pengembangan pembangunan berbasis RT.

Pemkab KSB menyadari bahwa untuk mewujudkan cita-cita atau harapan sebagaimana

diatas, bukanlah pekerjaan yang mudah, dibutuhkan adanya sinergisitas antar aktor

dalam pembangunan dan dukungan semua pihak. Sikap pemerintah yang relatif terbuka

ini, mendorong sejumlah LSM di KSB turut membantu merumuskan pembagian peran

dalam mensukseskan agenda program tersebut, secara prinisp unsur yang terlibat dalam

pembangunan berbasis RT, meliputi ;pemerintah daerah, masyarakat, swasta. Adapun

pembagian peran tersebut dapat dirincikan, sebagai berikut :

Peran Pemerintahan Daerah

No Pelaksana Program Peran

1 Bappeda 1. Koordinator Program

2. Mengintegrasikan program pembangunan berbasis

RT kedalam RKPD

2 Dinas Sosial, Nakertans dan

Pemberdayaan Masyarakat

1. Leading Sektor pelaksana program pembangunan

berbasis RT

2. Fasilitatator sosialisasi program

3. Fasilitasi penyusunan persiapan dan pelaksana

program

4. Pelatihan perangkat RT bekerjasama dengan LSM

5. Rekruitmen tenaga pendamping kegiatan

(Fasilitator desa) bekerjsama dengan LSM

6. fasilitasi kerjasama kemitraan

7. fasilitasi kegiatan pemberdayaan masy

8. fasilitasi penyusunan SOP

9. optimalisasi peran dan fungsi Unit Pengaduan

masyarakat

10. Pelaksanaan lomba RT

3 Dinas Kesehatan 1. Fasilitasi dibidang kesehatan

2. Fasilitasi pembentukan Forum jumantara

3. pelatihan kader jumantara (RT)

4. pendampingan dan penguatan jumantara untuk

memback-up desa siga pada locus RT

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 14

5. sosialisasi PHBS kepada masyarakat

4 Dikpora 1. Melakukan koordinasi dan fasilitasi partisipasi

masyarakat dibidang pendidikan

2. fasilitasi wadah kegiatan belajar masyarakat

3. penguatan partisipasi masyarakat dan RT dalam

penyelenggaran PAUD (pendidikan Anak Usia

Dini) dan kegiatan pengentasan keaksaraan

fungsional

5 Sekretariat Daerah 1. Pembentukan perbut tentang Tupoksi RT

2. Pembinaan kewilayahan dan administrasi

pemerintahan desa

3. Fasilitasi penganggaran program

6 Dinas Kehuatanan, pertanian dan

tanaman pangan

1. Fasilitasi penyediaan tanaman keras untuk

mendukung Gerakan Sejuta Pohon (GSP)

2. Bantuan penyuluhan dan pendampingan

masyarakat untuk pemanfataan rumah untuk apotik

hidup dan warung hiudp

7 Perindagkop dan UMKM 1. Pelatihan kewirausahaan

2. Fasilitasi kelompok usaha rumah tangga

8 DPU dan Pertamanan 1. Fasilitasi sistem penataan lingkungan pemukiman

RT

2. Fasilitasi rehabilitasi partisipatif rumah tidak layak

huni

3. fasilitasi masyarakat dalam perbaikan saluran

drainase dan sanitasi lingkungan

4. penyediaan TPS untuk sampah

5. fasilitasi pelaksanaan proyek padat karya

9 Ducapil dan KB 1. Fasilitasi pemutakhiran database kependudukan

2. Fasilitasi bina keluarga

3. Desiminasi peran PL-KB dan PPKBD kedalam

fungsi RT

10 Kecamatan, Kelurahan dan Desa 1. Menyiapkan perangkat administrasi perangkat

RT

2. Pembinaan perangkat RT

3. Fasilitasi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

kegiatan pembangunan di tingkat RT

4. pembinaan RT

11 SKPD lain 1. Menunjang pelaksanaan program

2. mengintegrasikan program pembangunan berbasis

RT dalam renja SKPD

PERAN MASYARAKAT

1 Lembaga Swadaya Masyarakat 1. Membantu pemerintah dalam melakukan

perencanaan program

2. Penjajakan dan identifikasi permasalahan di

lingkungan RT

3. Fasilitasi perekrutan community organizer (CO)

untuk pendamping RT

4. Fasilitasi pelatihan kader pendamping RT

5. Melakukan monitoring dan evaluasi

2 Perangkat RT dan Tokoh

Masyarakat

1. Fasilitator dan mediator dalam melakukan

koordinasi dengan pemerintah dan pihak lain

2. Melakukan pendataan terhadap masyarakat di

lingkungan RT untuk SIOS

3. Fasilitasi rapat bersama warga untuk menyusun

rencana aksi pelaksanaan program

4. memediasi informasi dan pengaduan masyarakat

5. menggerakkan partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan program

3 Dewan Pendidikan 1. Melakukan identifikasi dan koordinasi dengan

perangkat RT kaitannya dengan partisipasi yang

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 15

diharapkan dari masyarakat untuk memajukan

dunia pendidikan dan penguatan pendidikan para

sekolah

2. Sosialiasi kebijakan pemerintah pada locus RT

4 Tenaga Pendamping 1. Pendampingan masyarakat dalam membuat

perencanaan, pelaksanaan, dan melakukan evaluasi

terhadap program

2. melakukan fasilitasi dan koordinasi dalam

pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat

5 PKBM,PKK,LPM dan OMS 1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan

pendidikan keterampilan kepada masyrakat

2. Menyiapkan model pembelajaran masyarakat secara

partisipatif

PERAN PIHAK SWASTA / DUNIA USAHA

1 BUMS 1. Koordinasi dengan Pemda dalam penyusunan

rencana kegiatan pengembangan masyarakat

secara terpadu sampai ketingkat RT

2. Integrasi program dan kegiatan pembangunan

masyarakat dengan program pembangunan

berbasi RT

3. Dukungan pendanaan untuk membantu

stimulasi pembiayaan kegiatan masyarakat

4. Dukungan media ekspose dan fasilitasi kegiatan

termasuk peningkatan kapasitas parapihak yang

terlibat dalam kegiatan

2 BUMD (Perusda) dan KJKS 1. Melaksanakan kegiatan dan usaha pemberdayaan

masyarakat.

2. Optimalisasi pemanfaatan Dana Abadi Desa

dalam rangka mempercepat kemandirian usaha

bersama kelompok dilingkungan RT

VI. MANFAAT DAN DAMPAK PEMBANGUNAN BERBASIS RT DI KSB

No Aktor/Kelompok Penerima

Manfaat

Manfaat

yang diperoleh dari pembangunan berbasis RT

1 Masyarakat Desa/RT (warga

miskin)

1. Dapat terlibat secara langsung dalam proses

pembangunan (perencanaan, pelaksanaan,

monitoring dan evaluasi)

2. Dapat mengusulkan secara langsung kebutuhan

dan kepentingan warga miskin dalam perencanaan

pembangunan

3. Dapat menerima secara langsung bantuan/modal

dsb pembangunan dari Pemkab KSB

4. Berkuranya Program dan kegiatan pemerintah yang

elitis dan berpihak pada kelompok/kalangan

tertentu (penguasa)

2 Pemkab KSB

(Dinas/Badan/Kantor/Bazda

dll)

1. Adanya database dan informasi yang memadai

untuk menyusun program dan kegiatan tahunan

(APBD)

2. Program dan kegiatan lebih terarah dan terpadu

serta dapat mencapai keberhasilan yang lebih baik

3. Koordinasi dan sinergisitas antar instansi dalam

melaksanakan program dan kegiatan akan lebih

terkoordinasi dan sinergis (mengurangi tumpang

tindih)

4. Memudahkan Pemkab KSB untuk

memformulasikan kebijakan pembangunan pro-

rakyat miskin

5. APBD KSB dapat lebih memprioritaskan warga

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 16

miskin

3 DPRD 1. Adanya instrument bagi DPRD untuk melakukan

pengawasan pembangunan/APBD.

2. Tersedianya database dan informasi bagi DPRD

untuk mendorong lahirnya kebijakan pro-rakyat

miskin

Dampak Program Pembangunan Berbasis RT dimasa sekarang ini memang belum cukup

nampak, namun indikasi adanya perbaikan dalam sistem pembangunan daerah,

khususnya dalam penganggaran daerah perlahan-lahan mulai terlihat. Yakni, semakin

mengarahnya program kepada rakyat miskin. Kedua, meningkatnya perluasan partisipasi warga. Hal ini ditandai dengan keterlibatan Ketua RT dan warga dalam proses pembangunan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan, serta semakin terbukanya ruang partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Melalui pelibatan RT dan warga proses Musbangdes hingga Musrenbang dapat lebih terbuka dan partisipatif serta menghasilkan rumusan program dan kegiatan pembangunan yang berpihak pada kepentingan warga miskin. Ketiga, Meningkatnya kapasitas para Ketua RT, TKST, Database Kependudukan.

VI. FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT

Harus diakui bahwa salah satu kunci

keberhasilan pendidikan dan kesehatan

gratis serta model pembangunan berbasis

RT sesungguhnya tidak terlepas dari ;

pertama, komitmen atau politicall will

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

untuk mewujudkan KSB sebagai

Kabupaten Percontohan di NTB.

Persoalannya Political will tanpa didukung

oleh kekuatan politik juga sulit untuk

direalisasikan, karena akan selalu terbentur

dengan kekuatan anti kebijakan tersebut.

Dalam situasi inilah dibutuhkan

keberanian dan tekad dari seorang pemimpin. Sebab, politicall will tidak akan berarti apa-

apa manakala struktur formal politik didominasi oleh aktor yang anti rakyat. Sehingga

dibutuhkan keberanian dan tekada dari seorang pemimpin. Dan Pemerintah KSB

berani melakukan itu, visi dan misi yang disusun nampaknya bukan hanya sekedar

retorika politik belaka, melainkan dalam bentuk kebijakan dan langkah yang konkret.

Kedua, Sikap pemerintah yang terbuka terhadap pembaruan, kreatif dan inovatif inilah

yang cukup mendukung upaya proses pemenuhan hak dasar rakyat atas anggaran pada

akhirnya relatif lebih mudah dipenuhi. Pemerintah juga membuka ruang partisipasi

seluas-luasnya kepada semua pihak, bersedia untuk menerima ide, gagasan, saran dan

tawaran konsep best practises. Sikap inilah yang kemudian menjadi dorongan, peluang

sekaligus tantangan besar bagi kalangan untuk merumuskan berbagai ide kreatif

pembaharuan di KSB, khususnya peran LSM/NGO merespon realitas ini

Ketiga, faktor pendorong lainnya adalah visi dan misi, faktor ini cukup membantu untuk

mendorong kearahmana pemerintah harus berjalan serta hasil akhir yang ingin

diwujudkan. Visi dan Misi yang baik adalah visi dan misi yang dijalankan. Sebab, banyak

Komitmen dan politicall will serta keberanian

untuk kreatif dan inovatif adalah kunci

keberhasilan penerapan Pendidikan dan

Kesehatan gratis serta pengembangan model

pembangunan berbasis RT di Kabupaten

Sumbawa Barat. Ditengah, situasi dingding

kekuasaan yang ”anti rakyat”. Dibutuhkan

pemimpin yang berani dan rela untuk diinjak,

demi rakyatnya yang sedang kesulitan

menyebrangi lautan.

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 17

visi dan misi yang hanya sebatas mimpi, karena memang mimpi-mimpi itu tidak pernah

secara maksimal untuk dicapai. Hampir seluruh Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah bahkan Seorang Presiden pada masa kampanye menjual program kemiskinan,

dan berjanji akan mensejahterakan rakyatnya. Namun, tatkala berkuasa lupa. Bahkan,

parahnya DPR kita yang melakukan amandemen UUD 1945, mereka yang mendesak

agar 20% APBN dialokasikan untuk sektor pendidikan. Namun, dengan berbagai alasan

DPR dan Pemerintah, akhirnya mengugurkan hukum yang telah mereka buat sendiri.

Tapi, jika menyangkut kepentingan mereka (DPR) , segala daya dan upaya dikerahkan,

misalnya kenaikan tunjangan DPR, bahkan dengan tidak punya rasa malu ”meminta”

untuk dibelikan Laptop ditengah rakyat sedang menderita.Persoalan keberpihakan

anggaran, sekali lagi bukan semata-mata soal sistem, melainkan pula soal ”Hati Nurani”.

Di negeri ini banyak maling yang berhati malaikat dan banyak yang malaikat berhati

maling. Wajahnya ”saru” dan selalu berubah, sesuai dengan maunya.

Terlepas dari itu, saya ingin menarik pelajaran berharga dari KSB. Pada awalnya saya

melihat jika dimasa awal pemerintahan K.H.Zulkifli Muhadli dan Drs Malarahman

banyak mengalami tantangan serta ”defisit politik”, namun saat ini saya melihat setelah

lahirnya berbagi kebijakan yang populis, ada kecendrungan terjadi pergeseran politik,

yakni meningkatkatnya dukungan dan mulai terlihat pula posisi pemerintah nampak

semakin legitimate. Apalagi, arus dukungan tersebut mengalir dari aras kelompok

marginal. Dan berdasarkan pengalaman saya, dalam situasi atau kondisi dimana ada

keterbukaan dari pemerintah, strategypun harus dirubah. Pola strategy pendekatan yang

sering saya lakukan di mataram-NTB dalam advokasi APBD yang cenderung

”konfrontatif’ karena struktur kekuasaan yang tertutup, maka dengan kondisi di KSB

pola pendekatan yang digunakan lebih ”kooperatif”, dan upaya yang ditempuh adalah

melakukan intervensi secara langsung (asistensi kepada Pemkab) serta membantu

merumuskan berbagai program SKPD kearah yang lebih berpihak kepada rakyat.

Berbagai pola pendekatan dalam advokasi anggaran memang masing-masing memiliki

kekuatan dan kelamahan. Di Mataram misalnya, NGO yang tergabung dalam GERAK

NTB masih menggunakan pola advokasi yang cenderung ”konfrontatif” dan berada pada

posisi sebagai kelompok penekan atau oposisi dikarenakan situasi dan kondisi yang

terjadi di Ibu Kota NTB tersebut struktur politiknya tidak ckup mendukung bagi mereka

untuk berada pada ruang intervensi langsung dari dalam.

VI. TANTANGAN PEMBANGUNAN BERBASIS RT DI KSB

Tantantangan yang dihadapi saat ini dalam program pembangunan berbasis RT di KSB

(tahun 2006). Pertama, kedudukan, tugas dan fungsi kelembagaan RT masih belum jelas.

Sehingga RT masih belum dapat berperan secara maksimal. Kedua, RT Merupakan

lembaga kemasyarakatan desa, bukan merupakan perangkat desa/kelurahan. Selama ini

masih ada kekeliruan, bahwa RT merupakan perangkat desa/kelurahan, sehingga proses

pengangkatan dan pemberhentian RT bukan melalui musyawarah, melainkan oleh

Kepala Desa. Kondisi ini sangat rentan, terjadinya ”politisasi” RT. Dibeberapa desa di

KSB yang telah melaksanakan Pilkades, Kepala Desa terpilih melakukan pergantian RT,

seperti di Desa Lalar Liang. Sehingga, berpengaruh terhadap proses program

pembangunan berbasis RT. Ketiga, Masih terbatasnya kemampuan perangkat RT dalam

mengelola inisiasi partisipasi dan kontrol sosial masyarakat sehingga transparansi

penyelenggaraan pemerintahan dalam kerangka pelayanan publik cenderung dimaknai

secara politis ketimbang mempresepsikan sebagai sebuah keniscayaan tata kelola

bemerintahan yang baik. Keempat, Belum adanya petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan

pembangunan berbasis RT secara detail dan sistematis. Kelima, besarnya respon dari

masyarakat menyebabkan ruang lingkup program ini pada tataran implementasinya

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 18

semakin meluas dan sekaligus berimplikasi pada pembengkakan anggaran program dan

ekspektasi stakeholder lainnya terhadap semanagat transparansi sedemikian tinggi masih

belum berimbang dengan ketersediaan saluran dan akurasi informasi. Keenam,

terbatasnya kemampuan tenaga pendamping (meskipun hampir seluruh tenaga

pendamping sarjana) kemampuan dalam memfasilitasi proses belum maksimal,

dibutuhkan kemampuan untuk memfasilitasi, merencanakan, melaksanakan dan

melakukan evaluasi setiap kegiatan. Ketujuh, sebagian besar Ketua RT menempatkan

jabatan RT sebagai jabatan atau pekerjaan sampingan, sehingga proses pendampingan

tidak berjalan maksimal. Kedelapan, belum adanya komunikasi dan jaringan kerjasama

antar semua tenaga pendamping desa dengan tenaga pendamping kecamatan dan

kabupaten serta posisi peran LSM dalam pembangunan berbasis RT yang masih

simpang siur.

Model pembangunan berbasis RT dimasa mendatang diharapkan dapat menjadi salah

satu model pembangunan dan penganggaran daerah yang efektif. Model ini diharapkan

nantinya dapat meretas persoalan klasik dalam proses perencanaan pembangunan,

khususnya penyusunan program dan kegiatan dalam SKPD, agar berpedoman pada

database yang dimiliki desa, lebih spesifik dan detail adalah database di tingkat RT.

Dengan tersedia database tersebut, maka perencanaan pembangunan yang berlarut-larut,

biaya tinggi, serta lebih bersifat seremonial dapat disederhanakan. SKPD dapat melihat

secara langsung database yang ada disetiap RT atau desa. Begitupun, BPS cukup dengan

data yang ada di tingkat RT dapat melihat siapa saja orang miskin yang ada dalam suatu

desa atau RT dan instansi terkait lainnya. Melalui proses pendampingan yang sistematis

yang dilaksanakan oleh TKST dalam beberapa tahun mendatang para Ketua RT

diharapkan telah memiliki kemandirian dalam mengelola pembangunan di tingkat RT,

mampu menggali permasalahan, kebutuhan warga serta mampu memfasilitasi proses

pembangunan dan sebagainya.

VI. KESIMPULAN DAN PELAJARAN BERHARGA DARI KSB

Penulis memang ragu dan masih bertanya-tanya dalam hati kecil, mengapa KSB bisa

melaksanakan pendidikan gratis? Sebelum penulis menarik kesimpulan ini, penulis

kembali bertanya (melakukan wawancara langsung dengan Bupati), mengapa KSB bisa

melaksanakan pendidikan dan kesehatan gratis?. Beliau menjawab dengan enteng.

“kunci adalah keberanian, yakni berani untuk merubah, itu saja!”18

Penulis juga menanyakan kepada salah seorang staf di Bappeda (Abdul Muis, Sos) beliau

mengatakan ;

“Dikalangan birokrasi muda di KSB, yang notabennya berasal dari kalangan NGO

ingin memulai warna baru di KSB, sebagai Kabupaten Baru KSB perlu untuk

memberikan pondasi yang kuat untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik (good

governance). Banyak pelajaran yang saya peroleh ketika masih di LSM dulu, saya mulai

transformasikan dalam kebijakan pembangunan daerah, termasuk pengalaman dalam

membangun desa yang partisipatif, transparan dan akuntabel. Dari pengalaman itupula

saya menocaba untuk memback-up lahirnya gagasan model pembangunan berbasis RT19.

Semangat baru untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik di KSB memang

saat ini sedang mengebu-gebu. Peran LSM di KSB sendiri masih belum cukup

18 Hasil wawancara dengan Bupati KSB, K.H. Zulkifli Muhadli, hari Rabu, 8 Agustus 2007 di Pondok

Pesantren Al-Ihklas Taliwang. 19 Hasil Wawancara dengan Abdul Muis S.Sos, Staf Bappeda KSB Bagian Sosial dan Budaya 2007

Judul Makalah : Meretas Jalan Menuju Anggaran Berbasis Rakyat

Makalah /Databse/Syahrul/09/08/2007 19

maksimal dalam mendorong upaya pembaharuan ini, tantangan konsep yang

inovatif selalu ditungggu, namun belum mampu secara optimal dijawab oleh

LSM yang ada di KSB. Apa peran dan gagasan inovatifmu?

Semoga tulisan yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat dan memberikan keyakinan pada diri kita semua bahwa masih ada figur pemimpin di negeri ini yang korup ini. SELAMAT BERJUANG KAWAN-KAWANKU SEMOGA KESUKSESAN MENGIRINGI PERJUANGAN KITA

BIODATA PENULIS

Nama Syahrul Mustofa

TTL Tangerang, 15 Nop 1978

Nama Lembaga Lembaga Penelitian dan Advokasi Masyarakat Desa (LEGITIMID)

Alamat Lembaga Jl Ahmad Yani No.03 Kelurahan Kuang Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat-NTB Kode Pos 84355 Email : [email protected] [email protected]

Kontak person 08175799200 SYAHRUL

Jabatan penulis Koordinator Badan Pekerja

Pengalaman Organisasi 1. Ketua Divisi Hukum dan Kebijakan Publik Solidaritas Masyarakat Untuk Transparansi Nusa Tenggara Barat (SOMASI NTB) 1999 s/d 2004

2. Wakil Koordinator Badan Pekerja LBH NTB 2005-s/d sekarang