Paper

20
LAPORAN TUGAS BESAR PL 3101 ASPEK SOSIAL DAN PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pengembangan Komunitas Masyarakat Adat di Indonesia Melalui Program Advokasi oleh Aliansi Masyarakat Adat Indonesia (AMAN) Disusun Oleh : - Jennyfer Marchela (15411012) - Listianing Widiastuti (15411062) - Putu Angga Widyastaman (15411064) - Naomi Fransisca (15411076) Dosen : Ir. Tubagus Furqon Sofhani, MA., Ph.D PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

description

AMAN

Transcript of Paper

Page 1: Paper

LAPORAN TUGAS BESAR

PL 3101 ASPEK SOSIAL DAN PENGEMBANGAN KOMUNITAS

Pengembangan Komunitas Masyarakat Adat di Indonesia Melalui Program Advokasi oleh Aliansi

Masyarakat Adat Indonesia (AMAN)

Disusun Oleh :

- Jennyfer Marchela (15411012)

- Listianing Widiastuti (15411062)

- Putu Angga Widyastaman (15411064)

- Naomi Fransisca (15411076)

Dosen :

Ir. Tubagus Furqon Sofhani, MA., Ph.D

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTASEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN

KEBIJAKANINSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2013

Page 2: Paper

Pengembangan Komunitas Masyarakat Adat di Indonesia Melalui Program Advokasi oleh Aliansi Masyarakat Adat

Indonesia (AMAN)

Abstrak

Sebagai negara yang memiliki kekayaan budaya, Negara Indonesia masih dinilai lemah dalam memperjuangkan hak-hak Masyarakat Adat. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh lambatnya respons Pemerintah Indonesia terhadap rekomendasi yang diberikan oleh PBB melalui Universal Periodic Review (UPR). Tidak sedikit kasus pembangunan yang menempatkan Masyarakat Adat dalam posisi yang sulit sehingga terpaksa Masyarakat Adat mengalah dan meninggalkan hak-hak mereka. Masyarakat Adat secara legal merupakan masyarakat Indonesia yang kewajiban dan hak-haknya dalam pembangunan juga harus turut dihormati. Oleh karena itu, pemberdayaan terhadap Masyarakat Adat menjadi penting. Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis mengambil studi kasus pengembangan komunitas Masyarakat Adat yang dilakukan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).Kata kunci : masyarakat adat, pengembangan komunitas, kapasitas, advokasi

I. PENDAHULUAN

Latar BelakangIndonesia merupakan negara kepulauan yang besar dan dianugerahi kekayaan

sumberdaya alam. Hampir dapat dipastikan bahwa antara satu wilayah dengan wilayah lainnya di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda dan unik, baik ditinjau dari segi fisik lingkungan hingga keanekaragaman hayati dan nonhayati yang terkandung di dalamnya. Hal inilah menyebabkan terbentuknya kebudayaan masyarakat sebagai bentuk penyesuaian terhadap kondisi di daerahnya. Bentuk kebudayaan antara kelompok masyarakat daerah satu dengan yang lainnya berbeda-beda, sehingga kekayaan alam Indonesia diikuti pula dengan kekayaan kebudayaan penduduknya.

Namun pada era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menyebabkan perubahan pada nilai-nilai budaya asli Indonesia. Beberapa di antaranya dapat bertahan tetapi mengalami pencampuran nilai dengan kebudayaan asing, sementara itu banyak kebudayaan lainnya yang terancam punah, bahkan telah hilang. Kebudayaan yang tergolong sebagai kebudayaan yang terancam punah tersebut sebagian besar masih dipegang teguh oleh Masyarakat Adat yang secara umum bertempat tinggal di daerah yang termajinalkan oleh pembangunan. Kurangnya kapasitas Masyarakat Adat dalam menyikapi perubahan nilai-nilai dalam berbagai dimensi menyebabkan Masyarakat Adat rentan dalam pembangunan. Kerap kali keterlibatan Masyarakat Adat tidak dipedulikan oleh para pelaku pembangunan. Hingga saat ini, Indonesia belum memiliki kerangka hukum yang bisa menjadi landasan acuan untuk mengakui, menghormati, dan melindungi Hak Azasi Manusia.

Deklarasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Hak-hak Masyarakat Adat memberikan penegasan bahwa Masyarakat Adat memiliki hak kolektif, yang beberapa di antaranya yang paling penting adalah hak atas menentukan nasib sendiri, hak atas tanah, wilayah dan sumberdaya alam, hak atas identitas budaya dan kekayaan intelektual dan hak free prior informed consent yaitu; hak untuk mendapatkan informasi mengenai rencana program pembangunan serta hak untuk menyetujui atau menolak rencana program pembangunan tersebut. Oleh karena itu, pemberdayaan Masyarakat Adat menjadi salah satu hal yang ingin diwujudkan oleh beberapa kelompok masyarakat, salah satunya adalah dengan terbentuknya

1

Page 3: Paper

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) sebagai salah satu organisasi yang berusaha mewujudkan Masyarakat Adat yang mampu mempertahankan hak-haknya.

Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, maka terdapat beberapa rumusan

permasalahan yang akan dibahas, yaitu:

1. Bagaimana penyelenggaraan program pengembangan komunitas yang dilakukan oleh AMAN?

2. Apa pendekatan yang digunakan oleh AMAN dalam mengembangkan kapasitas komunitas Masyarakat Adat?

3. Bagaimana peran dari setiap pelaku yang terkait dengan program pengembangan komunitas AMAN?

4. Apa fungsi yang dijalankan dari program pengembangan komunitas tersebut?5. Bagaimana strategi yang ditetapkan oleh AMAN untuk mengembangkan kapasitas

komunitas Masyarakat Adat?6. Apa outcome yang diharapkan dari penyelenggaran program pengembangan

komunitas yang dilakukan oleh AMAN?

Tujuan dan SasaranTujuan dari penulisan paper ini adaah untuk mengidentifikasi program pengembangan

komunitas yang dilakukan oleh AMAN berdasarkan teori dan konsep pengembangan komunitas.Sedangkan sasaran dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:- Identifikasi karakteristik pokok wilayah atau masyarakat yang menjadi kelompok

sasaran program;- Identifikasi area atau bidang pengembangan komunitas yang diaplikasikan oleh

AMAN;- Identifikasi pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan program;- Identifikasi peran para pelaku (individu, organisasi, network) yang terkait dengan

program serta sumber dana yang digunakan;- Identifikasi fungsi yang dijalankan pada program;- Identifikasi strategi yang dilakukan untuk mengembangkan kapasitas kelompok

sasaran program;- Identifikasi outcome dari pelaksanaan program

II. DASAR TEORI

Definisi Pengembangan KomunitasSetiap masyarakat memiliki potensi, akan tetapi belum semua potensi tersebut telah

dikembangkan. Potensi masyarakat tersebut berupa kapasitas komunitas. Menurut Robert J. Chaskin, kapasitas komunitas merupakan interaksi antara sumber daya manusia, sumber daya organisasi, dan modal sosial yang ada dalam suatu masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah kolektif dan meningkatkan atau mempertahankan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat beroperasi melalui proses sosial informal dan/atau usaha-usaha yang terorganisasi oleh individu, organisasi, dan jaringan sosial yang ada di antara mereka.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas komunitas, di antaranya sumber daya (resources), jaringan hubungan (network of relationship), kepemimpinan (leadership), serta

2

Page 4: Paper

dukungan di mana anggota-anggota komunitas dapat berpartisipasi secara kolektif dalam pemecahan masalah (support for vehicles through which community members participate in collective action and problem solving). Faktor-faktor tersebut membentuk karakteristik kapasitas komunitas, antara lain rasa untuk berkomunitas (sense of community), komitmen, kemampuan untuk memecahkan masalah yang dialami komunitas tersebut, serta akses terhadap sumber daya (access to resources)

Kapasitas komunitas memiliki beberapa fungsi dalam masyarakat. Fungsi-fungsi tersebut di antaranya adalah fungsi dalam perencanaan, pengambilan keputusan, serta pengelolaan kebijakan. Fungsi ini menunjukkan pentingnya kapasitas komunitas dalam bidang perencanaan wilayah dan kota. Fungsi lain dari kapasitas komunitas adalah sebagai faktor produksi barang dan jasa, sebagai fasilitas diseminasi informasi, serta sebagai sarana organisasi dan advokasi. Hal ini juga dapat menghasilkan outcome dalam berbagai bentuk, seperti better services, influence on decision-making, serta economic well-being.

Inti dari pengembangan komunitas adalah pengembangan atau pembangunan kapasitas masyarakat. Pembangunan kapasitas masyarakat, atau dalam prosesnya sering disebut empowerment, merupakan tujuan utama dari pengembangan masyarakat.

Strategi Pengembangan KomunitasMenurut Robert J. Chaskin, dalam pembangunan kapasitas masyarakat terdapat empat

strategi. Keempat strategi tersebut antara lain adalah pengembangan kepemimpinan (leadership development), pengembangan organisasi (organizational development), pengorganisasian masyarakat (community organizing), serta kerjasama antar organisasi (organizational collaboration).

a. Pengorganisasian masyarakat (community organizing)Dalam pengembangan komunitas, pengorganisasian masyarakat (community organizing)

merupakan suatu proses membawa setiap individu dalam masyarakat bersama-sama untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan bersama. Pengorganisasian masyarakat mampu meningkatkan modal sosial dari tiap-tiap individu dalam masyarakat dengan cara meningkatkan dan menguatkan hubungan di antara masyarakat dengan membangun kepercayaan dan kesadaran akan adanya tujuan bersama.

Pengorganisasian masyarakat memiliki beberapa tujuan, di antaranya adalah untuk membangun kekuatan masyarakat, memperkokoh kekuatan komunitas basis, serta membangun jaringan. Menurut United Nations pada tahun 1983, pengorganisasian masyarakat memiliki beberapa unsur yang dimuat dalam definisi pengorganisasian masyakarat, yakni sekelompok orang di dalam suatu komunitas yang mencapai suatu keputusan untuk memulai suatu proses tindakan sosial atau intervensi yang bertujuan untuk mengubah keadaan ekonomi, sosial, budaya, atau lingkungan mereka.

Dalam pengorganisasian masyarakat dapat terjadi perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan suatu proses evolusioner yang disengaja dan terarah. Perubahan sosial memiliki lima unsur yang juga dikenal sebagai 5C. Kelima unsur tersebut antara lain adalah sebab (cause), agen perubahan (change agency), sasaran perubahan (change target), saluran/media (channel), serta strategi perubahan (change strategy).

Dalam penerapan pengorganisasian masyarakat, terdapat tiga strategi yang biasa dipakai. Ketiga strategi tersebut adalah strategi berbasis konflik atau konsensus, strategi berfokus pada satu atau banyak isu, serta strategi merekrut satu orang secara langsung atau merekrut satu organisasi. Dalam strategi konflik atau konsensus, pengorganisasian pembentukan kekuatan

3

Page 5: Paper

masyarakat dibentuk dari merebut kekuatan tersebut dari pihak lain atau membangun kekuatan tersebut dari dalam masyarakat atau gabungan keduanya. Dalam strategi berfokus pada satu atau banyak isu, dapat dipilih usaha yang berfokus pada satu isu yang spesifik atau isu yang lebih luas. Dalam strategi merekrut satu orang secara langsung atau merekrut satu organisasi, dapat dipilih untuk memperkuat organisasi melalui individu-individu atau menggabungkan organisasi dengan organisasi lain.

b. Kerjasama antar organisasi (organizational collaboration)Upaya untuk membangun sebuah kapasitas komunitas seringkali hanya terfokus pada

infrastruktur sebuah organisasi dari suatu komunitas. Melalui strategi kerjasama antar organisasi, dapat dicari perubahan organisasi individu yang berhubungan satu dengan lainnya dan pihak-pihak di luar lingkungan organisasi. Strategi ini juga mendukung hubungan antar organisasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, alokasi sumber daya, dan hubungan sumber daya di dalam komunitas.

Strategi kerjasama antar organisasi bertujuan untuk meningkatkan pengaruh komunitas pada sebuah kebijakan, membentuk dan memperluas kapasitas dalam memproduksi barang dan jasa publik, memperkuat komunitas yang berkelanjutan untuk memecahkan masalah dan kapasitas dalam pembuat keputusan, serta meningkatkan penyediaan akses kepada sumber daya luar.

Dalam penerapan kerjasama antar organisasi atau kolaborasi organisasi, terdapat tiga strategi yang dapat dilakukan, yakni organisasi perantara, mekanisme keberlanjutan dari hubungan antar organisasi, serta kerjasama khusus.

c. Pengembangan kepemimpinan (leadership development)Kepemimpinan merupakan komponen inti dalam community capacity. Pemimpin

memfasilitasi dan memberi arah kerja dalam pengembangan komunitas. Pemimpin juga menginisiasi dan menyediakan aktivitas kultural, rekreasi, pendidikan, dan kesempatan lainnya untuk penduduk komunitas untuk menikmati hidup komunitas, memperkuat identitas komunitas, serta mengadvokasi kepentingan komunitas.

Pengembangan kepemimpinan fokus pada individual. Hal ini secara khusus mengusahakan untuk menggunakan partisipasi dan komitmen pemimpin yang sekarang dan yang potensial, memberikan mereka kesempatan untuk membangun keahlian, menghubungkan mereka dengan informasi dan sumberdaya baru. Hal ini juga memperluas perspektif pemimpin terhadap komunitas dan bagaimana hal itu bisa berubah serta membantu para pemimpin membuat hubungan baru.

Kepemimpinan adalah interaksi antara dua atau lebih anggota kelompok yang seringkali meliputi struktur atau restruktur terhadap situasi, persepsi, dan ekspektasi dari anggota. Pemimpin adalah agen perubahan, orang yang bertindak untuk mempengaruhi orang lain lebih dari orang lain mempengaruhi mereka. Kepemimpinan terjadi ketika seorang anggota kelompok memodifikasi motivasi atau kompetensi yang lain di dalam kelompok. Dalam konteks membangun komunitas atau memperkuat community capacity, sering individu dipandang sebagai pemimpin karena mereka secara formal mengepalai sebuah organisasi. Perencanaan strategi pengembangan kepemimpinan efektif, bagaimanapun juga, memerlukan pemahaman yang lebih detail mengenai apa yang dilakukan pemimpin untuk mencapai sesuatu.

Usaha membangun kepemimpinan dalam community capacity-building bertujuan untuk mendukung barisan individu lokal yang mempunyai keinginan dan kemampuan untuk

4

Page 6: Paper

mengambil tanggung jawab untuk keberadaan komunitas yang baik dengan menjadi yang terdepan dalam menginisiasi dan memfasilitasi berbagai tindakan komunitas.

Dalam strategi membangun kepemimpinan, terdapat dua dimensi, yakni dimensi proses dan dimensi target. Dalam penerapan pembangunan kepemimpinan, terdapat beberapa strategi, di antaranya formal training, “on the job” training, serta combination approach yang tergolong dalam dimensi proses dan dalam dimensi target terdapat strategi yang berorientasi pada individu dan kelompok.

d. Pengembangan organisasi (organizational development)Organisasi merupakan sekelompok orang yang memiliki tujuan yang sama. Menyediakan

barang dan jasa bagi anggotanya. Selain itu, organisasi juga dapat menjadi penggerak utama dalam pemecahan masalah, pembantu anggotanya dalam memberikan pandangan umum serta pengambilan keputusan yang merupakan tujuan utama, forum untuk pembangunan kepemimpinan dan pengikat sosial antar anggotanya, penghubung kepada sumber daya luar, serta basis kekuatan yang menampilkan dan mengadvokasi kepentigan komunitas dalm lingkup lingkungan yang lebih besar.

Dalam konteks pengembangan komunitas, terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan suatu organisasi, yakni menguatkan organisasi yang ada, membantu organisasi yang ada dengan mengambil satu fungsi atau jabatan didalamnya, serta membangun organisasi baru.

Pendekatan dalam Pengembangan KomunitasTerdapat tiga bentuk pendekatan dalam pengembangan komunitas, yakni pendekatan

self-help, technical assistance, serta conflict approach.

a. Self-helpPendekatan self-help berdasarkan pada pernyataan bahwa setiap orang dapat, akan, dan

seharusnya berkolaborasi untuk dapat menyelesaikan masalah komunitasnya sendiri. Pendekatan self-help membantu masyarakat untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Dengan kata lain, pendekatan ini membantu masyarakat agar dapat menjadi mandiri. Unsur pembentuk pendekatan ini adalah tujuan bersama (common goals) dan sikap saling tolong menolong (mutual respect).

Ciri-ciri pendekatan self-help diantaranya adalah menghasilkan perbaikan pada kondisi tempat tinggal, fasilitas, dan pelayanan serta mengutamakan proses perbaikan yang dicapai sebagai sesuatu yang sangat penting untuk mengembangkan komunitas.

Pada awalnya konsep self-help tidak diformulasikan sebagai sesuatu yang sifatnya anti-ketergantungan. Tidak ada satu komunitas pun yang dapat hidup dan berkembang secara terisolasi dan independen sehingga pada dasarnya konsep pengembangan komunitas pun harus melibatkan adanya bantuan-bantuan dari luar (fasilitator) yang mempunyai pengetahuan yang baik yang dapat memberikan pembelanjaran bagi komunitas tersebut. Konsep self-help dapat memberikan kontribusi penting dalam menimbulkan beberapa sense dalam anggota komunitas misalnya sense untuk mengkonsolidasikan identitas, rasa memiliki/kebersamaan, membangun kemampuan untuk mengatasi masalah, dan keterampilan untuk bertindak.

Pekerja-pekerja dalam sebuah komunitas berperan sebagai agen perubah (agent of change atau perantara program) untuk bisa membantu dalam mentransfer pengetahuan dan inovasi dari para ahli melalui program-program yang secara terpusat berasal dari pusat/pemerintah. Penambahan pengembangan sosial dalam perubahan pertumbuhan ekonomi dan teknologi, menyebabkan peran pekerja-pekerja tersebut dalam komunitas pun

5

Page 7: Paper

berubah secara substansial. Perannya yaitu sebagai katalisator dalam memberikan ide-ide untuk dapat maju, dan sebagai fasilitator untuk membantu dalam menstrukturkan proses pengembangan ketika diperlukan.

b. Technical assistanceTechnical Assistance secara umum bisa didefinisikan sebagai ketentuan dari program-

program, aktivitas-aktivitas, dan jasa-jasa untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam meningkatkan kemampuan dan kepekaan mereka. Dengan kata lain, Techincal Assitance merupakan semua bantuan dari luar komunitas yang diberikan dalam bentuk jasa keahlian, pendidikan dan pelatihan, barang dan peralatan atau kegiatan pendukung lainnya.

Pendekatan technical assistance mengabaikan input publik/partisipasi masyarakat. Peran perencana dalam pendekatan ini adalah untuk menilai situasi lokal berdasarkan informasi teknis terbaik serta memberikan masukan mengenai pendekatan yang layak dari segi ekonomi dan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial untuk mengembangkan situasi.

Dalam pendekatan technical assistance, masyarakat dilihat sebagai sistem yang kompleks dengan struktur yang dispesialisasi secara fungsional dan dikelola oleh pihak yang berwenang secara sah. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan struktur yang saat ini dan bukan sekedar untuk menggantikannya dengan struktur yang baru.

c. Conflict approachKonflik sosial adalah suatu perilaku mengancam oleh salah satu pihak yang ditujukan

pada daerah – hak, kepentingan, atau kebebasan – atas pihak lain. Ancaman biasanya ditujukan untuk membatasi atau mengurangi akses satu pihak terhadap suatu sumber atau tujuan.

Fungsi dari konflik dalam masyarakat menurut Coser antara lain adalah memungkinkan perselisihan internal dan ketidakpuasan muncul ke permukaan dan kelompok untuk mengatur kembali dirinya atau membuat kesepakatan atas ketidakpuasan, memunculkan norma baru dari perilaku, memberi makna dari struktur kekuatan yang ada, menguatkan batas diantara kelompok-kelompok, memunculkan persaudaraan diantara kelompok terstruktur yang lemah, serta dapat menjadi stimulus untuk mengurangi stagnansi.

Konflik dapat mempengaruhi kelompok maupun individual baik secara positif dan negatif. Pengaruh positif konflik terhadap kelompok yaitu untuk mendefinisikan persoalan, membuat solusi dari persoalan, meningkatkan kesatuan kelompok, memicu persekutuan antarkelompok, dan membuat kelompok menjaga ketertarikan anggota. Sementara itu, pengaruh negatifnya adalah meningkatkan kedendaman, memicu perusakan, memicu ketegangan interkelompok, tidak memberikan ruang kerjasama, dan menghindari objektivitas.

Strategi yang digunakan di dalam konflik akan ditentukan oleh orientasi nilai terhadap konflik sebagai proses aktif untuk perubahan. Jika konflik dilihat sebagai proses sosial fungsional, maka dapat digunakan sebagai alat yang berharga untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Akan tetapi, jika dilihat sebagai ancaman terhadap sistem atau terhadap kestabilan sosial dan ekonomi, maka konflik akan ditolak dan dinilai buruk bagi komunitas.

III. PEMBAHASANPembahasan Program Pengembangan Komunitas yang Dilakukan oleh AMAN

AMAN merupakan sebuah organisasi kemasyarakatan (ORMAS) independen yang beranggotakan dari komunitas-komunitas masyarakat adat dari seluruh Nusantara. Organisasi ini dibentuk karena adanya berbagai macam permasalahan yang mengancam eksistensi Masyarakat Adat dari berbagai aspek seperti pelanggaran HAM, perampasan tanah adat,

6

Page 8: Paper

pelecehan budaya, berbagai kebijakan yang dengan sengaja menyingkirkan Masyarakat Adat, didiskusikan dan dicarikan jalan keluarnya.

AMAN terbentuk sejak 17 Maret 1999 melalui Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) I yang bertempat di Hotel Indonesia, Jakarta. Momentum konsolidasi Masyarakat Adat Indonesia yang terbentuk pada pertemuan KMAN I ini melibatkan 400 utusan dari perwakilan masing-masing Masyarakat Adat. AMAN dideklarasikan secara resmi dengan terdaftar sebagai Organisasi Persekutuan AMAN di Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia pada 24 April 2001. Hingga KMAN IV yang diselenggarakan tahun 2012 lalu, AMAN telah memiliki 2240 anggota. Keanggotaan AMAN terdiri atas komunitas-komunitas Masyarakat Adat di seluruh wilayah Indonesia, dan jumlah anggota yang besar yang telah dimiliki hingga saat ini menjadikan AMAN sebagai salah satu organisasi adat terbesar di Indonesia bahkan di dunia.

Organisasi ini memiliki visi “Terwujudnya kehidupan masyarakat adat yang adil dan sejahtera”. Misinya adalah berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan bermartabat secara budaya. Tujuan AMAN digariskan dalam Anggaran Dasar organisasi antara lain :

1. Mengembalikan kepercayaan diri, harkat dan martabat Masyarakat Adat Nusantara, baik laki-laki maupun perempuan, sehingga mampu menikmati hak-haknya.

2. Mengembalikan kedaulatan Masyarakat Adat Nusantara untuk mempertahankan hak-hak ekonomi, sosial, budaya dan politik.

3. Mencerdaskan dan meningkatkan kemampuan Masyarakat Adat mempertahankan dan mengembangkan kearifan adat untuk melindungi bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya.

4. Mengembangkan proses pengambilan keputusan yang demokratis.5. Membela dan memperjuangkan pengakuan, penghormatan, perlindungan dan

pemenuhan hak-hak Masyarakat Adat.Wilayah yang menjadi pelayanan organisasi ini adalah Negara Indonesia karena

organisasi ini merupakan kumpulan dari komunitas adat di seluruh Indonesia. Masyarakat yang ikut serta didalamnya adalah masyarakat adat dari berbagai wilayah di Indonesia. Jadi dari setiap komunitas adat yang ada di Indonesia ini membawa perwakilannya untuk tergabung dalam organisasi AMAN. Kelompok sasaran dari AMAN merupakan masyarakat adat karena budaya atau adat di Indonesia sangat beragam tetapi tidak ada wadah yang menampung kepentingan atau kebutuhannya bahkan eksistensinya semakin terancam.

Struktur organisasi AMAN terdiri dari Pengurus Besar (PB ), Pengurus Wilayah (PW), dan Pengurus Daerah (PD) AMAN. Pembagian tersebut berdasarkan lingkup wilayah. Pada tingkat nasional, Pengurus Besar AMAN bertindak sebagai pemimpin yang mengorganisasikan masyarakat adat yang meliputi seluruh wilayah penyebaran anggota AMAN; pada tingkat wilayah, pengorganisasian masyarakat adat dilakukan oleh Pengurus Wilayah AMAN dengan cakupan wilayahnya minimal 3 (tiga) kabupaten atau kota atau kepulauan; sedangkan pada tingkat daerah pengorganisasian dipimpin oleh Pengurus Daerah AMAN yang mencakup masyarakat adat satu kabupaten atau wilayah persekutuan dari minimal 3 (tiga) komunitas masyarakat adat anggota AMAN di wilayah tesebut. Perangkat pengambilan keputusan organisasi AMAN terdiri atas Kongres, musyawarah dan rapat-rapat. KMAN merupakan pemegang kekuasaan tertinggi organisasi AMAN, yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar AMAN sekali dalam 5(lima) tahun. Sumber pendanaan AMAN ini berasal dari iuran dari anggotanya, yaitu sebesar Rp 120.000,00 per tahun.

AMAN telah menetapkan fokus isu sebagai landasan pergerakan organisasi. Secara ringkas, fokus isu yang telah ditetapkan adalah isu mengenai pengembalian hak-hak masyarakat adat untuk meneruskan hukum adat; mengendalikan, mengelola dan

7

Page 9: Paper

memanfaatkan tanah beserta segala kekayaan lainnya yang terkandung di wilayah tersebut sesuai dengan kearifan lokal yang mereka miliki; serta isu mengenai perkembangan pembangunan yang lambat yang dihadapi oleh masyarakat adat di dalam berbagai bidang baik sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Oleh karena itu, AMAN membentuk program-program untuk menjawab isu-isu yang dihadapi oleh masyarakat adat di seluruh wilayah Nusantara. Garis Besar Program Kerja AMAN sesuai dengan yang ditetapkan dalam KMAN IV (23-25 April 2012) adalah sebagai berikut :

- Program Bidang PolitikProgram-program AMAN di bidang politik dibentuk untuk mendorong perbaikan sistem

hukum dan kelembagaan adat serta mekanisme pengambilan keputusan bersama di tiap Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal. Dalam lingkup daerah, perwujudan program-program AMAN di bidang politik ini dilaksanakan melalui edukasi kepada masyarakat adat dengan memberikan pendidikan politik serta mengembangkan pendidikan pluralisme hukum dalam politik Indonesia. Penguatan kapasitas komunitas masyarakat adat dalam pemahaman di bidang politik ini juga dilakukan dengan menyediakan pelayanan hukum terhadap kasus-kasus pelanggaran hak masyarakat adat melalui tim advokasi khusus. Dalam lingkup daerah maupun nasional, AMAN berusaha untuk memperluas kerjasama dengan pemerintah di tingkat nasional maupun daerah; memperkuat hubungan antara organisasi masyarakat adat dengan masyarakat sipil lainnya; serta memanfaatkan mekanisme dan prosedur Perserikatan Bangsa-bangsa untuk menggalang solidaritas dan tekanan internasional. Bentuk kerjasama ini diarahkan untuk mempercepat pengakuan-pengakuan hukum terhadap keberadaan masyarakat adat melalui penyusunan peraturan perundang-undangan.

Keterlibatan AMAN sejauh ini dalam lingkup nasional maupun internasional adalah sebagai berikut : Berdasarkan Laporan Kemajuan Penyelenggaraan Organisasi dan Pelaksanaan Program

AMAN (Maret 2012 – Februari 2013), advokasi yang dilakukan AMAN pada lingkup nasional adalah : melakukan hak uji materi (judicial review) terhadap UU Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Pada tanggal 16 Mei 2013 lalu, Mahkamah Konstitusi mengabulkan permintaan ini yang menegaskan bahwa hutan adat adalah hutan yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat. AMAN juga melakukan advokasi Undang-Undang tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Adat yang telah secara resmi diajukan kepada DPR RI pada bulan November 2011. Hingga saat ini advokasi tersebut sudah berbentuk RUU.

Di tingkat internasional, AMAN memperjuangkan HAM Masyarakat Adat melalui PBB, yaitu dengan menyampaikan laporan pada Universal Periodic Review (UPR). UPR merupakan suatu mekanisme PBB untuk mereview situasi HAM di negara-negara anggota PBB. Dari laporan UPR tersebut, terdapat 133 rekomendasi termasuk rekomendasi untuk Masyarakat Adat dan hak-haknya, yang ditujukan kepada Pemerintah Indonesia. Namun Pemerintah Indonesia menolak rekomendasi yang berkaitan dengan Masyarakat Adat. Menanggapi pernyataan tersebut, AMAN mencoba melakukan dialog dengan Menteri Luar Negeri RI

AMAN juga melakukan intervensi terhadap Rencana Investasi Hutan (Forest Investment Plan) yang pada awalnya tidak mempertimbangkan perbaikan mendasar pada masyarakat adat/sipil setempat. Rencana Investasi Hutan ini pada akhirnya dikabulkan yang di dalamnya terdapat alokasi pendanaan khusus untuk Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal.

8

Page 10: Paper

- Program Bidang EkonomiSelain bergerak dalam bidang politik, AMAN juga berusaha untuk meningkatkan

kesejahteraan Masyarakat Adat. Strategi yang dilakukan oleh AMAN terkait pelaksanaan program di bidang ekonomi yaitu : (1) Penguatan Kelembagaan Ekonomi Masyarakat Adat; (2) Pengembangan Produk Masyarakat Adat dan Pemasaran; (3) Menyusun konsep pengembangan sosial dan kebudayaan masyarakat; (4) Memperkuat dukungan komunitas

- Program Bidang Penguatan OrganisasiTantangan utama yang dihadapi oleh AMAN untuk memberikan layanan kepada seluruh

anggotanya adalah tantangan dari segi geografis, yaitu jauhnya jarak atara wilayah Masyarakat Adat satu dengan yang lainnya sehingga tidak memungkinkan komunikasi dilakukan secara intensif, begitu pula dari segi transportasi yang tentunya tidak murah. Selain itu, pada bidang Advokasi dan Penanganan Kasus Knflik, kasus-kasus yang ditangani oleh PB AMAN berada pada level yang berbeda-beda, tergantung pada situasi di lapangan, solid tidaknya komunitas, serta kelengkapan data dan informasi yang dimiliki. Oleh karena itu, AMAN berusaha untuk membentuk strategi untuk memperkuat kapasitas anggota dan kader-kadernya dalam penanganan kasus yaitu dengan pelaksanaan Training Advokasi dan Dokumentasi untuk pengurus AMAN di daerah dan wilayah yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kadernya dalam merekam, mendomentasikan dan melaporkan kasus-kasus yang terjadi di komunitas; serta strategi penanganan kasus.

Pelayanan dan administrasi keuangan kepada seluruh Anggota juga diupayakan untuk terus ditingkatkan. Selain melakukan Training dalam bidang Advokasi, PB AMAN juga menyelenggarakan Training dalam bidang manajemen dan keuangan.

Hal utama yang diharapkan oleh AMAN dalam pelaksanaan program-program di ketiga bidang tersebut adalah meningkatnya kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam politik. Hingga saat ini, berdasarkan hasil evaluasi rutin yang dilakukan oleh AMAN, sebagian kelompok Masyarakat Adat lebih percaya diri dalam menanggapi isu dan konflik yang bertentangan dengan hak-hak Masyarakat Adat.

Identifikasi Program Pengembangan Komunitas Organisasi AMAN terbentuk sebagai akibat dari perwujudan ketidakadilan terhadap

hak-hak Masyarakat Adat di Indonesia. Seperti yang telah dibahas pada pertemuan KMAN I, permasalahan yang mengancam eksistensi Masyarakat Adat terdiri atas pelanggaran Hak Azasi Manusia, perampasan tanah adat, pelecehan budaya, dan berbagai kebijakan pembangunan yang dengan sengaja meminggirkan Masyarakat Adat. Kurangnya pemeberdayaan Masyarakat Adat khususnya dalam bidang pemahaman politik dan hukum serta ekonomi menyebabkan Masyarakat Adat tidak berdaya dalam menghadapi situasi konflik yang mengancam daerah adatnya.

Berdasarkan pemaparan program pengembangan komunitas yang telah dirumuskan oleh AMAN, pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan self-help yang dalam pelaksanannya lebih dominan digunakan dan technical assistance. Hal ini seperti yang diperlihatkan dari misi AMAN, sehingga pengembangan kapasitas yang direncanakan adalah kemampuan Masyarakat Adat dalam menyelesaikan masalah melalui pengambilan keputusan yang demokratis; kemampuan menangani kasus yang berkaitan dengan pelanggaran hak-hak Masyarakat Adat di daerahnya; serta komitmen tiap anggotanya dalam berkontribusi meningkatkan kapasitas Masyarakat Adat. Komitmen tersebut ditunjukkan dengan disusunnya struktur organisasi,

9

Page 11: Paper

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AMAN serta penyelenggaraan KMAN yang memiliki kuota forum sebanyak ½ jumlah anggota AMAN.

Fungsi yang dijalankan oleh AMAN adalah sebagai penyedia barang dan pelayanan, advokasi dan pengorganisasian komunitas serta fungsi informasi. Seperti yang ditunjukkan melalui program AMAN dalam bidang hukum, yaitu pembentukan tim advokasi yang melayani Masyarakat Adat dalam bidang hukum dan politik. Dalam bidang pemberdayaan masyarakat, AMAN melakukan pemetaan terhadap potensi yang dapat dikembangkan secara ekonomi, menyusun konsep dan membangun Koperasi AMAN dan Koperasi Simpan-Pinjam; menyusun konsep pembangunan yayasan pendidikan dan mengupayakan pembuatan kamus bahasa asli/Ibu; dan lain sebagainya. Selain itu, AMAN juga mendokumentasikan secara keseluruhan dan mempublikasikan sebagian kasus-kasus Masyarakat Adat yang sedang terjadi atau berada dalam penanganan. Informasi tersebut dapat diakses melalui situs AMAN, yaitu http://www.aman.or.id/ berupa berita ataupun publikasi lainnya.

Pelaku yang terlibat dalam menjalankan fungsi tersebut terbagi dalam lingkup individu dan organisasi. Dalam lingkup individu, setiap anggota AMAN merupakan Masyarakat Adat yang mewakili kelompoknya masing-masing. Melalui perannya sebagai anggota AMAN dan Masyarakat Adat sekaligus, memperkuat fungsi organisasi AMAN dalam bidang advokasi dan penyedia barang dan pelayanan. Sedangkan organisasi bertindak sebagai wadah untuk merumuskan program dan strategi berdasaarkan masukan dari para anggotanya. Selain itu, organisasi juga berperan dalam memperkuat posisi AMAN di kancah nasional maupun internasional dengan melibatkan AMAN secara proaktif di berbagai konferensi nasional, regional hingga internasional. Organisasi juga berperan dalam menjalin hubungan kerjasama antarlembaga formal maupun nonformal atau organisasi lainnya untuk mendukung program-program AMAN. Bentuk rencana kerjasama yang telah disebutkan dalam buku Laporan Kemajuan Penyelenggaraan dan Pelaksanaan Program AMAN periode Maret 2012 s.d. Februari 2013 beberapa di antaranya adalah :

- Rencana kerjasama dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk mengembangkan program ekonomi kreatif dan pariwisata berbasis keragaman budaya

- Kerjasama dengan Donor dan Mitra dalam hal pengelolaan admnistarsi keuangan beberapa proyek

- Rencana kerjasama dengan pihak pemerintah dan LSM serta peneliti dalam identifikasi, penguatan dan pengembangan bahasa-bahasa asli/ibuStrategi yang dikembangkan oleh AMAN terbagi atas : (1) Penguatan komunitas

Masyarakat Adat; (2) Organizational collaboration; (3) Penguatan organisasi; dan (4) Leadership Development.

Beberapa strategi dalam Penguatan Komunitas Masyarakat Adat :o Mengembangkan pendidikan pluralisme hukum dalam politik indonesia (hukum

nasional, hukum adat, hukum agama dan hukum publik lainnya) serta mendorong Pemerintah Indonesia dan penegak hukum untuk mengakui peradilan adat secara total

o Memperkuat, memperluas dan mempercepat gerakan pemetaan dan registrasi wilayah-wilayah adat serta penegasan ‘claim’ dan ‘reclaiming’ hak-hak masyarakat adat

o Mengidentifikasi pembela-pembela masyarakat adat dan membangun jaringan taktis dan strategis dalam melakukan kerja-kerja advokasi masyarakat adat

o Menyediakan pelayanan hukum terhadap kasus-kasus pelanggaran hak masysrakat adat melalui tim advokasi khusus

10

Page 12: Paper

o Mengidentifikasi potensi-potensi ekonomi komunitas dan sumber-sumber pangan lokal berdasarkan wilayah-wilayah dan mengembangkan basis-basis ekonomi di masyarakat adat

o Mengembangkan strategi yang memungkinkan kearifan adat dapat diwariskan kepada generasi muda

o Menyelenggarakan even-even di tingkat lokal,nasional dan internasional untuk mempromosikan dan mengembangkan budaya dan adat istiadat Masyarakat Adat nusantara

Beberapa strategi dalam Organizational collaboration:o Memperluas kerjasama dengan pemerintah, baik di tingkat nasional maupun

daerah dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat adat. Kerjasama ini juga diarahkan untuk mempercepat pengakuan-pengakuan hukum terhadap keberadaan masyarakat adat melalui penyusunan peraturan daerah

o Memanfaatkan mekanisme dan prosedur Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menggalang solidaritas dan tekanan internasional

o Memperluas dan memperkuathubungan antara organisasi masyarakat adat dengan masyarakat sipil lainnya

Beberapa strategi dalam Penguatan Organisasi adalah:o Meningkatkan kapasitas kader dan Anggota AMAN dengan pengetahuan dan

teknik pelayanan, pembelaan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat yang menyeluruh diberbagai lini

o Mengembangkan sistem informasi dan strategi komunikasi yang cepat dan akurat yang diikuti dengan pengembangan kesadaran di masing-masing tingkatan kepengurusan AMAN mengenai pentingnya informasi dan komunikasi yang cepat dan akurat dalam rangka advokasi hak-hak masyarakat adat dengan menggunakan bahasa yang bisa dimengerti oleh masyarakat adat

o Menentukan secara tegas unit-unit sosial masyarakat adat yang menjadi anggota AMAN, karena hal ini akan berimplikasi luas berkaitan dengan perjuangan menegaskan keberadaan masyarakat adat sebagai subjek hukum. Unit sosial masyarakat adat tidak termasuk kerajaan dan kesultanan

o Melakukan verifikasi berkaitan dengan keadaan struktur sosial anggota AMAN, berdasarkan visi AMAN tentang masyarakat adat yang berdaulat, mandiri, bermartabat, adil dan demokratis. Oleh karena itu AMAN harus membantu komunitas dalam melakukan transformasi internal untuk menunjukan kemampuan masyarakat adat sebagai satuan yang bergerak di bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, budaya dan kesehatan

o Melakukan pertemuan berkala di komunitas-komunitasanggota AMAN untuk membangun kesadaran bersama tentang persoalan yang dihadapi dan juga untuk merancang masa depan komunitas termasuk rencana pengembangan ekonomi komunitas sehingga kerja-kerja advokasi dapat dilakukan dalam jangka panjang

o Menyiapkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis untuk melaksanakan kegiatan pada PW dan PD

o Memfasilitasi dan melengkapi struktur-struktur kerja PB, PW dan PD dan Membentuk sekretariat yang blum ada di PW danPD serta mengupayakan rumah pertemuan adat yang belum ada di setiap komunitas.

11

Page 13: Paper

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Secara ringkas, program pengembangan komunitas yang dilakukan oleh AMAN dapat diidentifikasikan berdasarkan model dimensional yang dikembangkan oleh Chaskin, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2 sebagai berikut :

Strategi yang dilakukan oleh AMAN dalam mengembangkan kapasitas komunitas Masyarakat Adat secara umum dapat dikatakan cukup baik. Strategi pengembangan komunitas Masyarakat Adat yang dilakukan oleh AMAN hingga saat ini masih memberikan porsi perhatian terbesar untuk memperjuangkan hak-hak Masyarakat Adat untuk diakui secara legal dalam peraturan perundang-undangan Negara Indonesia. Jaminan keamanan dan kebebasan hak azasi manusia merupakan persyaratan utama bagi keberlangsungan dan perkembangan kehidupan bagi sekelompok individu. Oleh karena itu, AMAN berusaha untuk melakukan advokasi dengan melibatkan Masyarakat Adat dan bekerjasama dengan organisasi-organisasi lainnya baik dalam kancah nasional maupun internasional.

Namun konsentrasi program pengembangan komunitas oleh AMAN ini masih ditujukan pada bidang advokasi politik dan hukum saja. Program-program di bidang lain seperti ekonomi, budaya, dan sosial lainnya tidak dijalankan secara beriringan dan sinergis. Oleh karena itu, kapasitas Masyarakat Adat dalam bidang ekonomi, budaya dan sosial juga perlu dikembangkan

12

Gambar 1 Rangkuman Hasil Identifikasi Program Pengembangan Komunitas oleh AMAN

Sumber : Pengolahan Data, 2013

Page 14: Paper

agar mereka mampu menyusun sistem kemasyarakatan mereka secara mandiri sesuai dengan karakteristik budaya masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Marcus Cholcester, Forest Poples Programme. 2009. Prinsip Free, Prior and Informed Concent: Sebuah Panduan bagi Aktivis. Forest People Programme

Pengurus Besar Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, “Laporan Kemajuan Penyelenggaraan Oganisasi dan Pelaksanaan Program”, periode pelaporan : Maret 2012 – Februari 2013

Robert J. Chaskin, “Building Community Capacity: A Definitional Framework ad Case Studies from a Compreensice Community Initiative”, Urban Affairs Review 2001; 36; 291

http://www.aman.or.id

http://www.mongabay.co.id/2013/05/16/mahkamah-konstitusi-putuskan-hutan-adat-bukan-hutan-negara/ diakses pada hari Rabu, 27 November 2013 pukul 16:57

13