Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil...

31
Efektivitas Pembelajaran Statistika Melalui Pendekatan Kontekstual Berbasis Life Skill Pada Siswa Kelas XI-IA SMA PGRI Sumenep Tahun 2008/2009” BAB I PENDAHULUAN 1. A. Deksripsi Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai itu, pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman. 1 Pola pikir sentralistik, monolitik, dan uniformistik mewarnai pengemasan dunia pendidikan kita. Keputusan selalu dilaksanakan berdasarkan hierarki-birokrasi. Kita lupa bahwa indikator keberhasilan pendidikan adalah bahwa anak didik kita sejahtera. Anak didik kita sejahtera jika aktivitas belajar menyenangkan dan menggai-rahkan. Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita.

Transcript of Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil...

Page 1: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

Efektivitas Pembelajaran Statistika Melalui Pendekatan Kontekstual Berbasis Life Skill Pada Siswa Kelas XI-IA SMA PGRI Sumenep Tahun   2008/2009” BAB I

PENDAHULUAN

1. A.    Deksripsi Masalah

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai itu, pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman.

1

Pola pikir sentralistik, monolitik, dan uniformistik mewarnai pengemasan dunia pendidikan kita. Keputusan selalu dilaksanakan berdasarkan hierarki-birokrasi. Kita lupa bahwa indikator keberhasilan pendidikan adalah bahwa anak didik kita sejahtera. Anak didik kita sejahtera jika aktivitas belajar menyenangkan dan menggai-rahkan. Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita. Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu. Sekarang ini pembelajaran kontekstual menjadi tumpuan harapan para ahli pendidikan dalam upaya menghidupkan kelas secara maksimal. Kelas yang hidup diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar sekolah yang demikian cepat.

Ada sejumlah alasan mengapa pembelajaran kontekstual dikembangkan sekarang ini. Pertama, penerapan konteks budaya dalam pengembangan silabus, penyusunan buku pedoman guru, dan buku teks akan mendorong sebagian besar siswa untuk tetap tertarik dan terlibat dalam kegiatan pendidikan. Kedua, penerapan konteks sosial dalam pengembangan silabus, penyusunan buku pedoman guru, dan buku teks yang dapat meningkatkan kekuatan masyarakat memungkinkan banyak anggota masyarakat untuk mendiskusikan berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat. Ketiga, penerapan konteks personal yang dapat meningkatkan keterampilan komunikasi, akan membantu lebih banyak siswa untuk secara penuh terlibat dalam kegiatan pendidikan dan masyarakat. Keempat, penerapan konteks ekonomi akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan sosial. Kelima, penerapan konteks politik dapat

Page 2: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

meningkatkan pemahaman siswa tentang berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap masyarakat (Abdurrahman & Bintaro, 2000:73).

Paradigma pembelajaran kontekstual, hendaknya juga dapat membangun kecakapan hidup (life skill) dan berfokus pada pemberdayaan peserta didik. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru perlu berbasis pada life skill dalam lingkup kompetensi personal, sosial, akademik, dan vokasional.

Matematika sebagai ilmu dasar yang menjadi generator ilmu pengetahuan dan teknologi yang dalam kehidupan manusia sangat dibutuhkan eksistensinya, tentu menjadi skala prioritas untuk diajarkan kepada masyarakat belajar, sehingga dengan dikuasainya matematika diharapkan dapat menunjang upaya penguasaan ilmu pengetahuan (sains) yang lain. Karena, aturan-aturan dalam sains yang menjadi landasan teknologi, sejauh ini hanya dapat diungkapkan dalam bahasa matematika. Perkembangan matematika di akhir abad 20 ini telah dimanfaatkan oleh beberapa negara maju dalam menguasai teknologi. Perkembangan matematika tersebut, pada suatu saat nanti akan berpengaruh terhadap pendidikan matematika di Indonesia (Soedjadi, 2000:5).

Penguasaan konsep matematika berikut kemampuan siswa dalam mendemonstrasikan matematika merupakan syarat mutlak untuk menguasai ilmu matematika. Karena, matematika hakekatnya belajar konsep dan struktur-struktur secara beraturan, sistematik, utuh tak terpisahkan serta tersusun dan terorganisir menurut hierarkhi penguasaannya. Penguasaan konsep dasar matematika menentukan terhadap upaya penguasaan konsep berikutnya, bahkan sangat menentukan terhadap kemampuan seseorang dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara menyeluruh. Untuk itu, dalam dunia pendidikan, konsep matematika haruslah benar-benar dikuasai oleh guru matematika sebagai sumber ilmu, pembimbing belajar dan peneliti perkembangan belajar peserta didik, sehingga siswa sebagai peserta didik dapat menerima dan menyerap matematika dengan mudah, mantap, dan mencapai kompetensi dasar sesuai dengan standart kompetensi yang telah digariskan oleh kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Seiring dengan pemberlakuan KTSP yang menitiktekankan pada kompetensi dan kecakapan hidup (life skill), model pembelajaranpun dituntut untuk mampu menjawab tuntutan masyarakat belajar bahwa ilmu pengetahuan matematika dipandang sebagai ilmu yang harus realistik dan benar-benar terkait erat serta membantu siswa dalam memecahkan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu model pembelajaran aktif yang dipandang mampu menjawab tuntutan itu adalah pendekatan kontekstual berbasis life skill.

Pendekatan kontekstual berbasis life skill sebagai bagian dari pendekatan aktif yang membimbing siswa agar belajar bermakna dalam suasana yang nyaman, menyenangkan dan dapat meningkatkan kemampuan siswa SMA PGRI Sumenep dalam penguasaan konsep matematika. Itulah sebabnya penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul ”Efektivitas Pembelajaran Statistika Melalui Pendekatan Kontekstual Berbasis Life Skill Pada Siswa Kelas XI-IA SMA PGRI Sumenep Tahun 2008/2009”.

1. B.     Rumusan Masalah

Bertolak dari deskripsi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Page 3: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

1. Bagaimanakah penerapan pendekatan kontekstual berbasis life skill dalam pembelajaran Statistika kelas XI-IA di SMA PGRI Sumenep?

2. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran Statistika melalui pendekatan kontekstual berbasis life skill di kelas XI-IA SMA PGRI Sumenep?

3. Bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan pendekatan kontekstual berbasis life skill dalam pembelajaran Statistika kelas XI-IA di SMA PGRI Sumenep?

1. C.    Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini ditetapkan antara lain :

1. Untuk mengetahui penerapan pendekatan kontekstual berbasis life skill dalam pembelajaran Statistika kelas XI-IA di SMA PGRI Sumenep.

2. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran Statistika melalui pendekatan kontekstual berbasis life skill di kelas XI-IA SMA PGRI Sumenep.

3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan pendekatan kontekstual berbasis life skill dalam pembelajaran Statistika kelas XI-IA di SMA PGRI Sumenep.

1. D.    Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini antara lain :

1. Bagi lembaga pendidikan, penelitian ini dapat dijadikan referensi bagaimana membangun inovasi guru dan siswa dalam mengupayakan terselenggaranya proses pembelajaran dengan membangun kecakapan hidup.

2. Bagi para guru khususnya guru bidang studi matematika, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertukaran informasi bagaimana memanfaatkan model pendekatan kontekstual berbasis life skill dalam pembelajaran matematika.

3. Bagi siswa, penelitian ini dapat membuka wawasan baru bagaimana belajar bermakna, membangun kecakapan hidup dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. A.    Pendekatan Kontekstual Berbasis Life Skill 1. Pengertian Pendekatan Kontekstual

7

Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,

Page 4: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil belajar. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan demikian mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya.

Pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik di sekolah maupun diluar sekolah. Selain itu siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam suatu situasi, misalnya dalam bentuk simulasi, dan masalah yang memang ada di dunia nyata.

1. Karakteristik Pendekatan Kontekstual Berbasis Life Skill

Pembelajaran kecakapan hidup (life skill) tidak dikemas dalam bentuk mata pelajaran baru, tidak dikemas dalam materi tambahan yang disispkan dalam mata pelajaran, pembelajaran di kelas tidak memerlukan tambahan alokasi waktu, tidak memerlukan jenis buku baru, tidak memerlukan tambahan guru baru, dan dapat diterapkan dengan menggunakan kurikulum apapun. Pembelajaran life skill memerlukan reorientasi pendidikan dari subject matter menjadi life skill oriented. Secara umum ada dua macam life skill, yaitu :

1. a.      General Life Skill

1).      Kecakapan personal (personal life skill)

a).       Kecakapan mengenal diri (self awareness skill)

Meliputi kesadaran sebagai makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri.

b).      Kecakapan berpikir (thinking skill)

Meliputi kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, dan kecakapan memecahkan masalah.

2).      Kecakapan sosial (social life skill)

Meliputi kecakapan komunikasi lisan, komunikasi tertulis, dan kecakapan bekerjasama.

1. b.      Specifik Life Skill

Page 5: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

1).      Kecakapan akademik (academic skill)

Meliputi kecakapan mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis, dan kecakapan melaksanakan penelitian.

2).      Kecakapan vokasional/kejuruan (vocational skill)

Kecakapan ini terkait dengan bidang pekerjaan tertentu.

Dalam proses belajar dengan pendekatan kontekstual berbasis life skill dimulai dari masalah kontekstual, membekali siswa dengan beberapa kecakapan hidup, dan menjadikan siswa pembelajar yang mampu dalam memecahkan masalah. Itulah sebabnya karakteristik pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual berbasis life skill menurut Nurhadi (2004:22-23) sebagai berikut :

1. Aktifitas guru.

1).    Mengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan dipelajari oleh siswa.

2).    Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama.

3).    Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan mengaitkannya dengan konsep dan kompetensi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran.

4).    Merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki oleh siswa dan lingkungan kehidupan  mereka.

5).    Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dan mengaitkan apa yang dipelajarinya dengan fenomena kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, siswa didorong untuk membangun kesimpulan yang merupakan pemahaman siswa terhadap keonsep atau teori yang sedang dipelajarinya.

6).    Memberi pengalaman belajar yang memuat life skill dengan menjadikan siswa sebagai pembelajar yang proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi dalam mengatasi/memecahkan masalah (problem solving).

7).    Melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa. Hasil penilaian tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi terhadap rancangan pembelajaran dan pelaksanaannya.

1. Aktifitas siswa

1).    Siswa belajar sedikit-demi sedikit dari konteks terbatas, mengkonstruk sendiri pemahamannya yang diperoleh melalui pengalaman belajar yang bermakna (Konstruktivisme/Constructivism).

Page 6: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

2).    Siswa mengamati, bertanya, menganalisis dan merumuskan teori untuk memahami konsep dengan mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir kritis (Menemukan/Inquiry).

3).    Siswa berupaya untuk mengetahui sesuatu, memperoleh informasi, menilai dan berlatih kemampuannya dalam berpikir kritis (Bertanya/ Questioning).

4).    Siswa saling bekerja sama dalam berbagi pengalaman dan menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri (Masyarakat Belajar/Learning Community).

5).    Siswa mampu mendemonstrasikan gagasan atau pengalaman belajar yang diperoleh dari proses pembelajaran (Pemodelan/Modeling).

6).    Siswa menelaah dan merespon kejadian, aktivitas dan pengalaman serta mencatat apa yang telah dipelajari, dan bagaimana merasakan ide-ide baru (Refleksi/Reflection).

7).    Siswa menilai dan mengukur pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya yang mempersyaratkan penerapan pengetahuan dan pengalaman (Penilaian yang sebenarnya/Authentic Assessment).

1. B.     Pembelajaran Statistika

Pengajaran materi tentang terapan Statistika dalam pembelajaran konvensional biasanya kurang melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan beberapa konsep. Konsep-konsep yang terdapat dalam Statistika sekedar ditransfer langsung dari guru ke siswa dan siswa secara pasif menerima konsep-konsep itu. Dalam mengajarkan materi soal-soal cerita yang berkaitan dengan Statistika biasanya guru langsung memberi contoh soal yang diselesaikan secara formal. Misalkan sebagai berikut:

Permasalahan:

Nilai rata-rata 30 siswa kelas 2A adalah 6,5. Nilai rata-rata 25 siswa kelas 2B adalah 7. Dan nilai rata-rata 20 siswa kelas 2C adalah 8. Tentukan nilai rata-rata ke-75 siswa tersebut!

Pembahasan:

Untuk menjelaskan kepada siswa bagaimana menyelesaikan soal tersebut, biasanya guru langsung menyelesaikannya dengan menjumlahkan hasil kali nilai rata-rata dengan jumlah siswa pada masing-masing kelas. Kemudian hasilnya dibagi dengan 75. Maka akan diperoleh nilai rata-rata gabungan dari 75 siswa kelas 2A, 2B, dan 2C.

Adapun siswa menerima secara pasif seluruh informasi keilmuan yang diberikan oleh guru serta tidak dilibatkan secara aktif dalam investigasi dan eksplorasi untuk menemukan penyelesaian dengan caranya sendiri. Disamping itu siswa kurang dibekali dengan kemampuan kecakapan hidup untuk menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan dunia nyata.

Page 7: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

Berbeda dengan metode konvensional di atas, pembelajaranStatistika dengan pendekatan kontekstual berbasis life skill sungguh melibatkan siswa secara aktif baik secara fisik maupun mental, serta memberikan perhatian yang seimbang antara matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal. Dalam pembelajaran dengan pendekatan realistik pengalaman belajar siswa harus dimulai dari suatu yang nyata bagi siswa. Hal ini berarti, sesuatu yang formal lebih banyak berawal dari intuisi siswa.

Adapun untuk mengajarkan kepada siswa tentang masalah kontekstual di atas dengan pendekatan kontekstual berbasis life skill dapat dilakukan melalui tujuh tahapan utama, yaitu tahap konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian yang sebenarnya. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Konstruktivisme

Pada tahap ini guru mencoba mengajak siswa untuk memberi arti pada pengetahuan sesuai pengalamannya. Pengetahuan itu rekaan dan tidak stabil. Oleh karena pengetahuan itu adalah konstruksi manusia dan secara konstan manusia mengalami pengalaman-pengalaman baru, maka pengetahuan itu tidak pernah stabil. Oleh karena itu pemahaman yang kita peroleh senantiasa bersifat tentatif dan tidak lengkap. Pemahaman kita akan semakin mendalam dan kuat jika diuji melalui pengalaman-pegalaman baru.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informsi itu menjadi milik mereka sendiri.

1. Tahap Inkuiri

Pada tahap ini guru berusaha membuat siswa bertanya pada persoalan yang sedang dihadapi untuk dilakukan pemecahan masalah. Bertanya yang baik, bukan asal bertanya. Pertanyaan yang diajukan harus dapat diuji dan diselidiki secara bermakna.

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.

Kegiatan inkuiri sebenarnya sebuah siklus. Siklus itu terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut : merumuskan masalah, mengumpulkan data melalui observasi, menganalisis hasil, dan mengkomunikasikan hasil.

1. Tahap Bertanya

Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Pertanyaan-pertanyaan spontan yang diajukan siswa dapat

Page 8: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

digunakan untuk merangsang siswa berpikir, berdiskusi, dan berspekulasi. Guru dapat menggunakan teknik bertanya dengan cara memodelkan keingintahuan siswa dan mendorong siswa agar mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang gejala-gejala yang ada, belajar bagaimana merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang dapat diuji, dan belajar saling bertanya tentang bukti, interpretasi, dan penjelasan-penjelasan yang ada.

Pertanyaan dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, berbagai macam bentuk, dan berbagai macam jawaban yang ditimbulkannya. Dalam kelas, guru mengajukan pertanyaan untuk bercakap-cakap, merangsang siswa berpikir, mengevaluasi belajar, memulai pengajaran, memperjelas gagasan, dan meyakinkan apa yang diketahui siswa.

1. Tahap Masyarakat Belajar

Pada tahap ini, guru membentuk kelompok-kelompok belajar. Siswa yang pandai mengajari yang lemah dan yang tahu memberi tahu yang belum tahu. Masyarakat belajar bisa tercipta apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, anggota kelompok yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran dapat saling belajar. Siswa yang terlibat dalam kegiatan tersebut memberi informasi yang diperlukan dari teman bicaranya.

1. Tahap Pemodelan

Pada tahap ini guru memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, misalnya dengan menunjuk seorang siswa memberi contoh membuat model matematika.

1. Tahap Refleksi

Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan baru. Dengan demikian, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.

Kuncinya adalah, bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru. Guru perlu melaksanakan refleksi apad akhir program pengajaran. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi.

1. Tahap Penilaian yang sebenarnya

Pada tahap ini guru mengajari siswa untuk menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah yang benar. Siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara. Penilaian yang digunakan mengutamakan kualitas hasil kerja siswa dalam menyelesaikan suatu tugas.

1. C.    Hipotesis Tindakan

Page 9: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

Setelah dikaji secara mendalam, dengan menghubungkan teori-teori yang diperoleh, maka dalam hal ini penulis mengajukan hipotesis sebagai dugaan awal untuk menjawab tujuan penelitian ini. Bahwa :

1. Pendekatan kontekstual berbasis life skill dalam pembelajaran Statistika kelas XI-IA di SMA PGRI Sumenep dapat diterapkan sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah direkomendasikan oleh pendekatan tersebut.

2. Pembelajaran Statistika melalui pendekatan kontekstual berbasis life skill di kelas XI-IA SMA PGRI Sumenep dapat berjalan efektif sesuai dengan tujuan pembelajaran life skill.

3. Siswa menunjukkan respon positif terhadap penerapan pendekatan kontekstual berbasis life skill dalam pembelajaran Statistika kelas XI-IA di SMA PGRI Sumenep.

BAB III

METODE PENELITIAN

1. A.    Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dirancang melalui pendekatan kualitatif-kuantitatif. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan gambaran secara jelas tentang fenomena yang tampak selama proses pembelajaran berlangsung baik dalam tindakan siklus 1 maupun siklus 2. Fenomena yang dimaksud yaitu pelaksanaan pendekatan kontekstual berbasis life skill. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui prosentase keberhasilan siswa dalam pembelajaran, terutama dalam mengaplikasikan kecakapan hidupnya untuk memecahkan masalah.

1. B.     Persiapan Penelitian 1.

18

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI-IA semester ganjil SMA PGRI Sumenep Tahun Pelajaran 2008/2009. Penulis sengaja memilih kelas XI-IA karena matematika merupakan salah satu mata pelajaran inti untuk jurusan ilmu alam. Disamping itu kelas XI-IA terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan heterogen terutama kemampuan akademiknya, hal ini dapat dilihat dari nilai raport pada semester sebelumnya.

1. Kriteria Penelitian

Penelitian ini lebih menekankan pada tingkat keefektifan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual berbasis life skill. Adapun penetapan kriteria keefektifan pendekatan kontekstual berbasis life skill secara kualitatif diukur dari baik tidaknya proses pembelajaran yang dilalui guru dan siswa berikut responnya terhadap pendekatan kontekstual berbasis life

Page 10: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

skill. Selain itu, secara kuantitatif keefektifan dapat dicapai jika sekurang-kurangnya 75% siswa memperoleh nilai minimal 70. Penentuan kriteria ini didasarkan pada hasil rapat dewan guru dalam penentuan SKBM mata pelajaran matematika di SMA PGRI Sumenep bahwa siswa dikatakan tuntas dan memiliki kompetensi apabila hasil pembelajaran mencapai minimal 70. Sedangkan tuntas secara klasikal apabila 75% siswa memperoleh nilai minimal 70.

1. C.    Instrumen Penelitian 1. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil jawaban siswa terhadap soal-soal yang diberikan baik berupa latihan-latihan soal, pekerjaan rumah, kuis individual maupun hasil postes. Data kualitatif meliputi (1) hasil observasi dan catatan lapangan, (2) hasil wawancara pada siswa sehubungan dengan pemahaman terhadap masalah yang diberikan dan (3) hasil angket respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Sedangkan yang dijadikan sumber data adalah siswa kelas XI-IA.

1. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi dibantu oleh dua orang observer. Dalam penelitian ini yang menjadi observer adalah guru matematika SMA PGRI Sumenep, yaitu Dina Fitania, S.Pd. (guru matematika kelas X) dan Dra. Triany Sri Nawansari (guru matematika kelas XII). Teknik ini digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan dalam bentuk lembar observasi untuk mencatat peristiwa-peristiwa yang dianggap penting dalam pelaksanaan tindakan tersebut. Pengamatan dilakukan pada waktu peneliti melaksanakan aktivitas pembelajaran statistika dengan pendekatan kontekstual berbasis life skill di kelas.

1. Wawancara

Wawancara dalam hal ini digunakan sebagai sumber informasi untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa. Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan pendekatan kontekstual berbasis life skill pada setiap akhir pembelajaran diselidiki untuk memperoleh data tentang kesalahan-kesalahan yang dilakukan maupun kemajuan yang telah dicapai siswa dalam memahami permasalahan. Wawancara dilakukan dengan siswa sesudah pembelajaran diberikan untuk melengkapi data yang berkaitan dengan kesulitan siswa dalam memahami penerapan konsep statistika dalam kehidupan sehari-hari dengan pendekatan kontekstual berbasis life skill.

1. Angket

Angket yang diberikan pada siswa dimaksudkan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran statistika dengan pendekatan kontekstual berbasis life skill.

Page 11: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

1. Tes

Sebagai alat ukur untuk menguji kemampuan siswa dalam memahami konsep yang telah mereka pelajari dan digunakan sebagai data pelengkap dalam penentuan nilai akhir yang mewakili kemampuan kognitif mereka.

1. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian tindakan kelas, analisis dilakukan peneliti sejak awal, pada setiap aspek kegiatan penelitian. Pada waktu dilakukan pencatatan lapangan tentang kegiatan pembelajaran di kelas, peneliti juga dapat langsung menganalisis apa yang diamatinya, situasi dan suasana kelas, cara guru mengajar, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan lain-lain. (Rochiati W, 2005:127-128)

Data dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan terhadap hasil tes. Sedangkan hasil kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan pemberian angket.

Selanjutnya untuk melihat apakah pembelajaran ini sudah sesuai dengan pembelajaran kontekstual yang membangun life skill dibuat pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran yang memuat 7 indikator. Setiap indikator terdiri dari 5 diskriptor. Yang dimaksud diskriptor di sini adalah pendeskripsi ketercapaian indikator yang sudah ditentukan. Setiap diskriptor mempunyai nilai yang berbeda sehingga semakin besar skor akumulasi dari diskriptor, pelaksanaan pembelajaran semakin mengacu pada pembelajaran kontekstual berbasis life skill. Dengan demikian aktivitas dan antusiasme dalam pembelajaran juga didasarkan pada banyaknya indikator yang muncul. Selanjutnya dari hasil catatan lapangan yang dilengkapi dengan hasil observasi, wawancara dan pemberian angket dilakukan analisis kualitatif.

Adapun dasar penentuan kategori hasil observasi, wawancara, dan angket adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Dasar Penentuan Kategori

Interval Kategori0 ≤ skor ≤ 7 Sangat Kurang8 ≤ skor ≤ 14 Kurang15 ≤ skor ≤ 21 Cukup22 ≤ skor ≤ 28 Baik29 ≤ skor ≤ 35 Sangat Baik

Secara statistik angka-angka dalam interval

dapat dilihat dalam lampiran.

Page 12: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

BAB IV

HASIL PENELITIAN

1. A.      Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Pra Tindakan

23

Sebelum Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan, penulis melakukan pos test (tes awal)  terhadap siswa XI-IA yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian dengan materi tentang Statistika. Dari 19 siswa di kelas XI-IA semuanya mengikuti tes awal tersebut. Untuk lebih jelasnya hasil tes awal tersebut dapat dilihat pada lampiran. Dari hasil tersebut ada 4 siswa yang nilainya dibawah 70 dan 15 siswa lainnya memperoleh nilai minimal 70. Jika diprosentasekan maka 78,9% siswa memperoleh nilai minimal 70 dan 21,1% siswa memperoleh nilai di bawah 70. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pada tes awal ini mereka efektif. Efektif yang dimaksud adalah sama dengan kriteria keefektifan yang telah ditetapkan pada bab III yaitu sekurang-kurangnya 75% siswa memperoleh nilai minimal 70. Keefektifan mereka dikarenakan mereka sudah pernah menerima materi ini di SMP dan materi ini merupakan materi yang mudah dipahami, hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan tiga orang siswa Elvina, Julaini dan Rizvan berikut :

Peneliti       :    Bagaimana pendapat kalian tentang tes awal ini?

Elvina         :    Gampang Pak!

Julaini         :    Ya Pak, gampang.

Peneliti       :    Kenapa kalian bisa mengatakan itu gampang?

Elvina         :    Karena di SMP saya sudah pemah mempelajari materi itu.

Julaini         :    Dan materi itu merupakan materi yang menurut saya paling mudah.

Peneliti       :    Kalau menurut kamu bagaimana Rizvan ?

Rizvan        :    Kalau menurut saya juga gampang Pak.

Sesuai tujuan semula bahwa dalam penerapan pendekatan kontekstual berbasis life skill peneliti akan mencoba mendesain pembelajaran dengan kelompok, maka peneliti membagi berdasarkan nilai raport semester sebelumnya dan diperkuat oleh hasil pretest. Setelah diurutkan nilai raport maupun pretest, maka siswa dibagi menjadi empat kelompok yaitu kelompok yang berkemampuan tinggi, berkemampuan sedang I, berkemampuan sedang II dan kelompok yang berkemampuan rendah sebagaimana dapat dilihat pada lampiran.

Page 13: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

Untuk memperoleh kelompok belajar yang heterogen, peneliti memilih seorang siswa untuk masing-masing kelompok sesuai kemampuan untuk dikelompokkan menjadi satu kelompok belajar. Jadi, masing-masing kelompok belajar terdiri dari seorang siswa yang berkemampuan tinggi, berkemampuan sedang I, berkemampuan sedang II dan berkemampuan rendah. Pembagian kelompok belajar secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.

1. Tindakan Siklus 1 1. Perencanaan Tindakan Siklus 1

Tindakan siklus 1 ini direncanakan berlangsung 3 kali pertemuan atau 6 x 45 menit dengan rincian tahap pendahuluan 20 menit, tahap kegiatan pokok 210 menit dan tahap penutup 40 menit.

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

Tindakan siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 16, 17 dan 22 Juli 2008. Tindakan siklus 1 ini dimulai pada pertemuan ke-1 yaitu tanggal 16 Juli 2008 pukul 08.15 WIB. Pada pertemuan ke-1 ini peneliti memberikan materi penyajian data dalam bentuk diagram garis dan diagram batang daun.

Tahap pendahuluan dimulai dengan peneliti mengucapkan salam dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan dan harapan dari peneliti pada pertemuan tersebut. Peneliti juga menjelaskan sedikit mengenai pembelajaran yang akan dipakai dalam penelitian ini. Setelah itu, sesuai dengan karakteristik pendekatan kontekstual yaitu diawali dengan peneliti mengkaji konsep diagram garis dan diagram batang daun dan kompetensi dasar yang akan dipelajari oleh siswa. Kemudian peneliti berusaha memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. Selanjutnya peneliti mencoba mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, memilih dan mengaitkannya dengan konsep dan kompetensi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran. Peneliti merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki oleh siswa dan lingkungan kehidupan  mereka. Setelah itu peneliti melaksanakan pembelajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dan mengaitkan apa yang dipelajarinya dengan fenomena kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, siswa didorong untuk membangun kesimpulan yang merupakan pemahaman siswa terhadap keonsep atau teori yang sedang dipelajarinya. Karena pendekatan yang digunakan peneliti adalah pendekatan kontekstual berbasi life skill, maka peneliti memberi pengalaman belajar yang memuat life skill dengan menjadikan siswa sebagai pembelajar yang proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi dalam mengatasi/memecahkan masalah (problem solving). Selanjutnya peneliti melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa. Hasil penilaian tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi terhadap rancangan pembelajaran dan pelaksanaannya.

Dari pembelajaran di atas tampak bahwa peneliti sudah melaksanakan semua karakteristik dari pendekatan kontekstual berbasis life skill. Berdasarkan pengamatan peneliti, ternyata hampir semua siswa sudah memahami tentang diagram garis dan diagram batang daun. Untuk lebih

Page 14: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

mematangkan lagi pemahaman siswa, maka peneliti melanjutkan dengan pembentukan kelompok serta mengerjakan soal LKS nomor 2 halaman 6 (LKS Fokus).

Bel berbunyi itu menandakan bahwa waktu pelajaran matematika sudah habis. Karena soal masih belum selesai dikerjakan, maka peneliti meminta siswa melanjutkannya di rumah dan pada pertemuan selanjutnya akan dibahas kembali. Tindakan siklus 1 ini dilanjutkan pada pertemuan ke-2 yaitu tanggal 17 Juli 2008. Pukul 08.15 WIB peneliti masuk kelas. Sebelum memulai kembali pembelajaran peneliti terlebih dulu mengucapkan salam dan mengabsen siswa. Pada pertemuan kedua ini ada dua siswa yang tidak masuk. Untuk menghemat waktu peneliti meminta siswa bergabung dengan kelompoknya, dan meminta masing-masing kelompok melanjutkan soal LKS yang belum dibahas. Setelah soal selesai dikerjakan oleh setiap kelompok, peneliti meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Mula-mula tidak ada kelompok yang berani, tetapi setelah peneliti memberi penguatan, maka kelompok A mempresentasikan soal. Pada presentasi ini kelompok B,C, dan D diberi kesempatan untuk menanggapi jawaban kelompok A yang dipresentasikan.

Setelah soal dipresentasikan, maka peneliti memberi komentar, memberi pertanyaan serta mengkonfrontasikan jawaban siswa. Setelah siswa memahami materi, peneliti melanjutkan pada materi selanjutnya tentang diagram kotak garis dan diagram lingkaran. Metode yang digunakan peneliti sama dengan metode sebelumnya, yaitu pendekatan kontekstual berbasi life skill. Tindakan siklus 1 ini dilanjutkan pada pertemuan ke-3 pada tanggal 22 Juli 2008, pukul 08.15. Materi yang disampaikan adalah tentang tabel distribusi frekuensi dan histogram.

1. Observasi

Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh dua orang guru sejawat sebagai observer yang bertugas mengamati setiap proses, pengaruh, kendala dan persoalan lain yang timbul pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Dari observasi ini dapat diperoleh berbagai informasi penting dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan. Informasi yang diperoleh dapat dijadikan bentuk umpan balik bagi peneliti dalam menentukan langkah selanjutnya.

Tiga fase esensial dalam mengobservasi kelas adalah pertemuan perencanaan, observasi kelas dan diskusi balikan” (Rochiati, 2005:106). Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam observasi ini peneliti membagikan lembar observasi menjadi dua bagian yaitu lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa.

Berikut adalah tabel sajian hasil observasi untuk aktivitas peneliti dan aktivitas siswa pada tindakan siklus 1 :

Tabel 4.1 Hasil Observasi Tindakan Siklus 1

Keterangan Aktivitas peneliti Aktivitas siswaObs1 Obs2 Obs1 Obs2

Skor maks 35 35 35 35

Page 15: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

Skor 19 21 15 16Kategori Cukup Cukup Cukup Cukup

Menurut Sutawidjaja (1999:34) selain lembar observasi, untuk mencatat informasi kualitatif yang terjadi dengan tindakan, maka perlu ada semacam catatan lapangan yang mana catatan ini dapat dipakai untuk menunjukkan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif. Berikut adalah catatan-catatan lapangan selama pelaksanaan tindakan siklus 1

Tabel 4.2 Catatan Lapangan Tindakan Siklus 1

Observasi Catatan LapanganAktivitas peneliti ü Kurang efektif dalam pengumuman nama-nama

kelompok.

ü Waktu untuk membuat kesimpulan kurang.

ü Ramai pada saat pembentukan kelompok.Aktivitas siswa ü Malu untuk mempresentasikan hasil jawaban

ü Masih ada siswa yang kurang aktif

Hasil observasi dan catatan lapangan yang tersaji pada tabel di atas, nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam membuat refleksi.

1. Refleksi

Refleksi adalah upaya merenungkan kembali suatu tindakan yang telah dicatat saat observasi (Herutomo, 2004:3). Dengan demikian refleksi diberikan sesudah pemberian tindakan dan observasi (Sutawidjaja, 1999:28). Dalam mengadakan refleksi peneliti selalu berdiskusi dengan kedua orang observer tentang berbagai masalah yang terjadi di kelas. Berikut ini disajikan beberapa refleksi yang terkait dengan tindakan siklus 1 yang merupakan tindak lanjut dari hasil observasi dan catatan lapangan.

Tabel 4.3 Refleksi Tindakan Siklus 1

No. Sifat Refleksi1. Negatif Peneliti seharusnya memberikan lembaran nama-nama pada

saat pembentukan kelompok agar  tidak gaduh.2. Positif Peneliti menggunakan kosa kata yang dikenal siswa

sebelumnya.3. Positif Peneliti harus mempertahankan cara memberi bantuan

(pancingan) pada saat diskusi berlangsung.4. Positif Peneliti aktif memotivasi siswa yang kurang aktif dalam

mengikuti jalannya diskusi.5. Negatif Peneliti harus bisa mengelola waktu agar siswa mendapat

Page 16: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

porsi waktu yang cukup.6. Negatif Tidak semua siswa merasakan dan memperoleh

pembelajaran life skill  dari peneliti.

Dari segi perencanaan, tindakan siklus 1 tidak sesuai dengan yang direncanakan. Semula tahap kegiatan pokok dialokasikan 210 menit tetapi berlangsung 230 menit, sehingga pada tahap panyimpulan hanya tersisa waktu 20 menit. Dengan demikian hanya sebagian saja yang dapat disimpulkan siswa.

Dilihat dari hasil catatan lapangan pada tindakan siklus 1 bahwa siswa yang berkemampuan tinggi lebih mendominasi kelompok dan siswa tidak berani mempresentasikan hasil jawabannya di depan kelas. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan pendekatan ini. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk melaksanakan tindakan siklus 2.

1. Tindakan Siklus 2 1. Perencanaan Tindakan Siklus 2

Tindakan siklus 2 ini direncanakan berlangsung 3 kali pertemuan atau 6 x 45 menit dengan rincian tahap pendahuluan 20 menit, tahap kegiatan pokok 210 menit dan tahap penutup 40 menit.

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus 2

Tindakan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 23, 24 dan 29 Juli 2008. Tindakan siklus 2 ini dimulai pada pertemuan ke-1 yaitu tanggal 23 Juli 2008 pukul 08.15 WIB. Pada pertemuan ke-1 ini peneliti memberikan materi ukuran pemusatan data.

Tahap pendahuluan dimulai dengan peneliti mengucapkan salam dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan dan harapan dari peneliti pada pertemuan tersebut. Peneliti juga menjelaskan sedikit mengenai pembelajaran yang akan dipakai dalam penelitian ini. Setelah itu, sesuai dengan karakteristik pendekatan kontekstual yaitu diawali dengan peneliti mengkaji konsep ukuran pemusatan data dan kompetensi dasar yang akan dipelajari oleh siswa. Kemudian peneliti berusaha memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. Selanjutnya peneliti mencoba mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, memilih dan mengaitkannya dengan konsep dan kompetensi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran. Peneliti merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki oleh siswa dan lingkungan kehidupan  mereka. Setelah itu peneliti melaksanakan pembelajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dan mengaitkan apa yang dipelajarinya dengan fenomena kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, siswa didorong untuk membangun kesimpulan yang merupakan pemahaman siswa terhadap keonsep atau teori yang sedang dipelajarinya. Karena pendekatan yang digunakan peneliti adalah pendekatan kontekstual berbasi life skill, maka peneliti memberi pengalaman belajar yang memuat life skill dengan menjadikan siswa sebagai pembelajar yang proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi dalam mengatasi/memecahkan masalah (problem

Page 17: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

solving). Selanjutnya peneliti melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa. Hasil penilaian tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi terhadap rancangan pembelajaran dan pelaksanaannya.

Dari pembelajaran di atas tampak bahwa peneliti sudah melaksanakan semua karakteristik dari pendekatan kontekstual berbasi life skill. Berdasarkan pengamatan peneliti, ternyata hampir semua siswa sudah memahami tentang diagram garis dan diagram batang daun. Untuk lebih mematangkan lagi pemahaman siswa, maka peneliti melanjutkan dengan pembentukan kelompok serta mengerjakan soal LKS nomor 1, 2, 3,dan 4 halaman 8 (LKS Fokus).

Bel berbunyi itu menandakan bahwa waktu pelajaran matematika sudah habis. Karena soal masih belum selesai dikerjakan, maka peneliti meminta siswa melanjutkannya di rumah dan pada pertemuan selanjutnya akan dibahas kembali. Tindakan siklus 2 ini dilanjutkan pada pertemuan ke-2 yaitu tanggal 24 Juli 2008. Pukul 08.15 WIB peneliti masuk kelas. Sebelum memulai kembali pembelajaran peneliti terlebih dulu mengucapkan salam dan mengabsen siswa. Pada pertemuan kedua ini semua siswa hadir. Untuk menghemat waktu peneliti meminta siswa bergabung dengan kelompoknya, dan meminta masing-masing kelompok melanjutkan soal LKS yang belum dibahas. Setelah soal selesai dikerjakan oleh setiap kelompok, peneliti meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas.

Setelah soal dipresentasikan, maka peneliti memberi komentar, memberi pertanyaan serta mengkonfrontasikan jawaban siswa. Setelah siswa memahami materi, peneliti melanjutkan pada materi selanjutnya tentang ukuran letak data. Metode yang digunakan peneliti sama dengan metode sebelumnya, yaitu pendekatan kontekstual berbasi life skill. Tindakan siklus 2 ini dilanjutkan pada pertemuan ke-3 pada tanggal 29 Juli 2008, pukul 08.15. Materi yang disampaikan adalah tentang ukuran penyebaran data.

1. Observasi

Berikut adalah tabel sajian hasil observasi untuk aktivitaspeneliti, aktivitas siswa dan aktivitas diskusi pada tindakan II yaitu pertemuan III dan IV:

Tabel 4.4 Hasil Observasi Tindakan Siklus 2

Keterangan Aktivitas peneliti Aktivitas siswaObs1 Obs2 Obs1 Obs2

Skor maks 35 35 35 35Skor 27 30 25 27

Kategori Baik Sangat Baik Baik baik

Sedangkan beberapa catatan lapangan selama tindakan II berlangsung disajikan secara lengkap pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Catatan Lapangan Tindakan Siklus 2

Observasi Catatan Lapangan

Page 18: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

Aktivitas peneliti ü Kurang efektif dalam penggunaan papan tulis.Aktivitas siswa ü Mulai berani mempresentasikan jawabannya.

ü Sudah lancer menyampaikan penjelasan kepada teman-temannya.

ü Masih ada siswa yang kurang bersemangat.

Hasil observasi dan catatan lapangan yang tersaji pada tabel di atas, nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam membuat refleksi.

1. Refleksi

Berikut disajikan beberapa refleksi yang berkaitan dengan tindakan siklus 2 yang merupakan tindak lanjut dari hasil observasi dan catatan lapangan.

Tabel 4.6 Refleksi Tindakan Siklus 2

No. Sifat Refleksi1. Positif Peneliti memberikan kesempatan menjawab bagi

siswa yang sedang mempresentasikan jawabannya2. Positif Peneliti meningkatkan perhatian kepada siswa yang

terlihat kurang bersemangat.3. Positif Peneliti harus mempertahankan agar perhatian siswa

terfokus dalam setiap penjelasan yang disampaikan temannya.

4. Positif Peneliti harus tetap memotivasi siswa agar menanggapi jawaban temannya.

Dari segi perencanaan, tindakan siklus 2 ini kurang sesuai dengan yang direncanakan. Semula direncanakan berlangsung 6 x 45 menit tetapi hanya berlangsung 240 menit, sehingga sisa waktu yang 30 menit digunakan untuk tanya jawab.

1. Analisis Data

Seperti yang telah dijelaskan pada bab III, ada dua teknik analisis data. yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif lebih ditekankan pada hasil tes akhir (post test), sedangkan analisis kualitatif lebih ditekankan pada hasil observasi, wawancara, dan angket. Hasil analisis kuantitatif dapat memberikan informasi prosentase keberhasilan siswa, sedangkan hasil analisis kualitatif dapat memberikan gambaran seberapa efektif pembelajaran Statistika dan seberapa besar minat siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan kontekstual berbasis life skill. Hasil dari kedua analisis tersebut akan memberikan informasi efektif tidaknya pembelajaran yang telah dilaksanakan

Page 19: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

1. Analisis Kuantitatif

Tes akhir diberikan pada tanggal 30 Juli 2008 pukul 07.00 WIB. Berdasarkan soal yang telah dibuat peneliti dan pertimbangan dari observer, maka tes akhir ini terdiri dari 10 pertanyaan. Karena soal yang dibuat hanya satu tipe, maka untuk menghindari kerjasama antar siswa dengan teman sebangkunya peneliti mengacak tempat duduk mereka. Berikut disajikan hasil tes akhir statistika dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.7 Hasil Tes Akhir

Keterangan Banyaknya siswaSiswa dengan nilai minimal 70 18Siswa dengan nilai di bawah 70 1

Dari tabel 4.7 di atas, terlihat bahwa prosentase siswa yang mendapat nilai minimal 70 sebesar 94,7 % dan siswa dengan nilai di bawah 70 sebesar 5,3%. Hal ini dapat diartikan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual berbasis life skill yang telah dilaksanakan sesuai dengan prosentase keberhasilan yang telah ditentukan.

1. Analisis Kualitatif

1).   Observasi

Hasil observasi seluruh tindakan dapat dilihat pada tabel. Hasil tersebut secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Hasil Seluruh Tindakan

KeteranganSkor yang Diperoleh Skor

rata-rataKriteriaSiklus 1 Siklus 2

Obs1 Obs2 Obs1 Obs2Aktivitas peneliti 19 21 27 30 24,25 BaikAktivitas siswa 15 16 25 27 20,75 Cukup

Dari tabel di atas terlihat bahwa aktivitas peneliti baik, aktivitas siswa baik dan aktivitas diskusi baik. Berdasarkan ketentuan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil observasi mendukung keefektifan pembelajaran.

2).   Wawancara

Di akhir pertemuan peneliti memilih 4 siswa untuk diwawancarai. Dari hasil wawancara tersebut terlihat bahwa antusias dan minat siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual berbasi life skill sangat positif.

3).   Pencatatan Lapangan

Page 20: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

Dari data yang disajikan pada tabel-tabel tersebut terdapat beberapa indikasi yang menggambarkan besarnya minat dan antusias siswa dalam pembelajaran. Dari sini terlihat bahwa hasil pencatatan lapangan mendukung keefektifan pembelajaran.

4).   Angket

Dari angket respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan kontekstual berbasis life skill yang diberikan pada akhir pembelajaran diperoleh informasi bahwa secara garis besar menunjukkan bahwa respon siswa baik. Berdasarkan hasil angket respon siswa iri terlihat bahwa respon siswa mendukung keefektifan pembelajaran.

1. B.       Temuan Penelitian

Berdasarkan refleksi dan tindakan siklus 1 dan tindakan siklus 2 dapat ditemukan beberapa temuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan LKS yang berorientasi kontekstual berbasis life skill membantu meningkatkan keefektifan pembelajaran.

2. Respon siswa dalam mengikuti pembelajaran statistika dengan pendekatan kontekstual berbasis life skill adalah positif.

3. Pada tindakan 1 siswa masih belum berani mempresentasikan jawabannya di depan kelas.4. Setelah dilaksanakan tindakan 2 siswa mulai berani mempresentasikan hasil jawabannya,

meskipun pada awalnya harus dengan memberi penguatan kepada siswa bahwa yang maju akan mendapat nilai tambahan.

5. Beberapa hambatan yang ditemui selama penelitian berlangsung, yaitu:

Masih ada beberapa siswa yang sulit memahami masalah kontekstual. Siswa belum terbiasa belajar kelompok. Masih ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran. Siswa belum paham pentingnya life skill.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

1. A.      KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual berbasis life skill berpedoman pada tujuh karakteristik yaitu konstruktivisme, inquiry, questioning, learning community, modelling, dan reflection.

2. Penerapan pendekatan kontekstual berbasis life skill pada pembelajaran statistika di kelas XI-IA semester ganjil  SMA PGRI Sumenep Tahun Pelajaran 2008/2009 adalah efektif.

Page 21: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

3. Respon siswa terhadap penerapan pendekatan kontekstual berbasis life skill pada pembelajaran statistika di kelas XI-IA semester ganjil  SMA PGRI Sumenep Tahun Pelajaran 2008/2009 adalah positif. Hal ini sesuai dengan hasil analisis angket.

4. Pada tindakan siklus 1 siswa belum berani mempresentasikan jawabannya di depan kelas karena mereka masih belum terbiasa menampilkan jawabannya di depan teman-teman dan gurunya. Namun pada pelaksanaan tindakan siklus 2 siswa sudah mulai menunjukkan aktivitas belajarnya secara efektif, nyaman dan kolaboratif antar sesama teman maupun dengan peneliti sebagai guru matematika.

1. B.       SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran dari peneliti adalah:

1. Materi pada penelitian ini hanya terbatas pada materi statistika saja, maka disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian pada materi yang lain.

2. Bagi peneliti lain, sebelum soal postes diberikan pada siswa, sebaiknya soal tersebut diuji cobakan pada siswa lain yang setara. Kemudian hasilnya dianalisis apakah soal tersebut tergolong soal sangat mudah, mudah, sukar atau sangat sukar. Tidak hanya divalidasi oleh guru mata pelajaran.

3. Bagi peneliti lain hendaknya perlu mengadakan tindakan lain, karena pada penelitian ini meskipun sudah dilaksanakan dua kali tindakan ternyata masih ada siswa yang kurang aktif.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya.Universitas Negeri Malang.

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Suharta, Putu, I Gusti. 2002. Pembelajaran Kontekstual. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Matematika. FMIPA Universitas Negeri Malang.

Wahyuningsih, Endang. 2003. PedomanKhusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika. Depdiknas.

39

Page 22: Web viewMengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan ... dan berbagai macam jawaban ... Hasil pekerjaan siswa yang dilakukan melalui tes soal-soal statistika dengan

Sutawidjaja, Akbar. 1999. Penelitian Tindakan (Action Research). Jakarta:  Depdikbud Dirjen Dikdasmen.

W. Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Herutomo. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Matematika FMIPA UM