PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK...

58
PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI

Transcript of PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK...

Page 1: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI

Page 2: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi
Page 3: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

BAB VII

PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI

A. PENDAHULUAN

Sebagaimana dinyatakan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1983, usaha peningkatan produksi pangan seperti beras dan palawija, termasuk usaha peningkatan penanganan pascapanennya, serta produksi pangan yang berasal dari hor-tikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan, bertujuan untuk memantapkan swasembada pangan. Dalam pada itu usaha-usaha tersebut juga diarahkan untuk memperbaiki mutu gizi pola pangan rakyat, khususnya dengan memperbesar penyediaan protein nabati dan hewani. Di samping itu, upaya peningkatan produksi pangan juga diarahkan untuk memperbaiki taraf hidup petani, memperluas kesempatan kerja dan menjamin penyediaan pangan untuk masyarakat pada tingkat harga yang layak baik bagi petani produsen maupun bagi konsumen. Selanjutnya di sektor kesehatan ditekankan pentingnya hal-hal yang diutara-kan di atas dalam rangka peningkatan pembangunan kesehatan, termasuk perbaikan keadaan gizi, terutama bagi golongan ma-syarakat berpenghasilan rendah.

Untuk mewujudkan amanat GBHN tersebut, kebijaksanaan di bidang pangan dan perbaikan gizi dalam Repelita IV diarahkan untuk mencapai empat tujuan. Pertama, menuju tercapainya pe-nyediaan pangan yang memadai, merata dan sesuai dengan ke-butuhan gizi penduduk serta terjangkau oleh daya beli rakyat. Kedua, meningkatkan keanekaragaman pola konsumsi pangan dengan mengurangi ketergantungan pada beras dan meningkatkan mutu

VII/3

Page 4: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

gizinya. Ketiga, menunjang pemantapan usaha untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita melalui peningkatan ke-adaan gizi mereka. Keempat, melanjutkan upaya peningkatan ke-adaan gizi rakyat dengan langkah-langkah yang akan membantu upaya pengurangan penyakit Kurang Kalori Protein (KKP), ke-kurangan vitamin A, Gangguan Kurang Iodin (GAKI) dan Anemia Gizi Besi.

Secara keseluruhan tampak bahwa dalam Repelita IV upaya penyediaan pangan dan perbaikan gizi yang cukup memadai dan terjangkau oleh daya beli rakyat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan rakyat secara merata dan adil telah memberikan hasil-hasil yang cukup menggembirakan. Salah satu keberhasilan dari pelaksanaan kebijaksanaan di bidang pangan selama Repelita IV adalah tercapainya swasembada beras sejak tahun 1984, sehingga pada tahun 1986 Indonesia memper-oleh penghargaan dari Badan Pangan Dunia (FAO) atas prestasi tersebut.

Gambaran lebih lengkap mengenai kebijaksanaan dan lang-kah-langkah yang telah ditempuh serta hasil-hasil yang telah dicapai dalam bidang pengadaan pangan dan perbaikan gizi selama Repelita IV umumnya, dan dalam tahun 1988/89 khusus-nya, disajikan dalam uraian berikut ini.

B. PENGADAAN DAN DISTRIBUSI PANGAN

1. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Kebijaksanaan pengadaan dan penyaluran pangan dalam Repe-lita IV ditujukan untuk menjaga agar pangan selalu tersedia secara memadai dan merata pada tingkat harga yang wajar, di-tinjau baik dari kepentingan konsumen maupun dari kepentingan petani produsen. Untuk maksud ini khusus untuk gabah ataupun beras ditempuh kebijaksanaan penetapan harga dasar dan harga batas tertinggi. Sedang untuk palawija ditempuh kebijaksanaan penetapan harga dasar. Selain itu juga ditempuh kebijaksanaan pengadaan sarana penyangga pangan Pemerintah serta pengadaan dan penyaluran bahan pangan selain beras.

Khususnya untuk gabah, untuk lebih meningkatkan daya guna penerapan kebijaksanaan harga dasarnya, sejak tahun 1986/87 diberlakukan Inpres No. 11 Tahun 1985 yang merinci harga dasar gabah untuk empat macam kualitas. Adanya ketentu-an kualitas yang lebih beragam ini dimaksudkan untuk memper-luas jangkauan pengadaan pangan, khususnya gabah/beras, dan

VII/4

Page 5: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

meningkatkan jumlah petani yang dapat ikut serta dalam pola pengadaan pangan nasional.

a. Harga Dasar

Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, dalam Repelita IV setiap tahun harga dasar gabah selalu disesuaikan selaras dengan perkembangan harga-harga barang dan jasa yang dibutuh-kan para petani. Hal ini dimaksudkan agar para petani tidak dirugikan oleh perkembangan harga barang dan jasa tersebut dan sekaligus agar mereka tetap terdorong untuk meningkatkan produksinya. Pada Tabel VII-1 dapat diikuti perkembangan harga dasar berbagai kualitas sejak tahun 1983/84 sampai dengan ta-hun 1988/89.

Tabel VII-1 tersebut menunjukkan bahwa selama Repelita IV harga dasar Gabah Kering Giling (GKG) telah ditingkatkan rata-rata sebesar 7,8% per tahun. Di samping itu harga dasar gabah jenis lain yang baru ditetapkan sejak tahun 1986/87 telah ditingkatkan pula masing-masing sebesar rata-rata 13,5% per tahun untuk Gabah Kering Panen (GKP), 8,9% per tahun Gabah Kering Desa (GKD) dan 8,1% per tahun Gabah Kering Lumbung (GKL) selama periode 1986/87 - 1988/89.

Pada tahun 1988/89 harga dasar GKP, GKD, GKL dan GKG di-tetapkan masing-masing sebesar Rp 135,- per kg, Rp 160,- per kg, Rp 175,- per kg dan Rp 210,- per kg. Dengan demikian maka pada akhir Repelita IV tersebut harga dasar GKG mencapai hampir satu setengah kali lipat harga dasar pada akhir Repe-lita III (1983/84). Apabila dibandingkan dengan harga dasar pada tahun pertama Repelita• IV (1984/85), harga dasar GKG pada tahun 1988/89 lebih tinggi 27,3%. Selanjutnya apabila dibandingkan dengan harga dasar pada tahun sebelumnya (1987/88), harga dasar GKG pada tahun 1988/89 tersebut berada 10,5% di atasnya.

Sebagaimana lazimnya, penyesuaian-penyesuaian harga dasar gabah tersebut dilakukan menjelang panen musim hujan, yaitu pada saat panenan akan mencapai puncaknya. Pada waktu itu pe-tani dapat menjual gabahnya kepada KUD terdekat dengan mene-rima harga menurut harga dasar yang berlaku. Atau mereka dapat menjual hasil panennya kepada para pedagang dan atau pihak lainnya selain KUD, dengan harga di atas harga dasar. Kebijak-sanaan ini ternyata sangat menguntungkan petani produsen ka-rena pada waktu itu umumnya harga gabah yang berlaku di pasar lebih rendah daripada harga dasar yang telah ditetapkan Pe-merintah.

VII/5

Page 6: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

Pembelian gabah dan beras dalam negeri selama Repe-lita IV, sebagaimana tampak pada Tabel VII-2, secara keselu-ruhan mengalami peningkatan sebesar rata-rata 17,0% per tahun. Dalam tahun 1988/89 jumlah pembelian gabah dan beras dalam negeri mencapai 1.801,0 ribu ton. Apabila dibandingkan dengan keadaan pada akhir Repelita III (1983/84), jumlah pembelian pada tahun terakhir Repelita IV ini hampir mencapai satu se-tengah kali lipat. Namun demikian apabila dibandingkan dengan jumlah pembelian dalam tahun pertama Repelita IV (1984/85), yang merupakan jumlah pembelian terbesar selama Repelita IV, jumlah pembelian dalam tahun 1988/89 hanya mencapai 75,6% daripadanya. Adapun jika dibandingkan dengan keadaan dalam tahun 1987/88, jumlah pembelian dalam negeri pada tahun 1988/89 tersebut lebih tinggi 48,3%.

Dalam rangka pemantapan jumlah cadangan pangan Pemerin-tah, dalam 1988/89 telah ditempuh upaya-upaya yang lebih in-tensif di bidang pengadaan gabah dan beras dalam negeri. An-tara lain diberikan insentif harga dan toleransi kualitas da-lam batas-batas yang wajar kepada KUD-KUD di beberapa daerah penghasil utama gabah ataupun beras, agar mereka berkesempat-an lebih besar untuk menjual persediaan berasnya kepada Peme-rintah.

Pada Tabel VII-3, yang merinci hasil pembelian gabah dan beras dalam negeri di setiap propinsi, dapat dilihat perkem-bangan jumlah pembelian di masing-masing daerah. Sebagian be-sar daerah mengalami peningkatan dalam pembeliannya dan hanya sebagian kecil yang mengalami penurunan. Pada tabel tersebut juga tampak menonjolnya peranan beberapa daerah penghasil utama gabah ataupun beras dalam pemupukan cadangan pangan na-sional. Empat daerah yang secara bersama memberikan sumbangan lebih dari 80% dalam pengadaan gabah dan beras dalam negeri adalah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Se-latan.

Dalam pada itu, guna lebih merangsang upaya peningkatan produksi palawija, Pemerintah juga mengadakan penyesuaian-penyesuaian harga dasar jagung, kacang kedelai dan kacang hijau.

Untuk jagung, selama Repelita IV harga dasarnya telah ditingkatkan rata-rata sebesar 6,1% per tahun. Harga dasar jagung dalam tahun terakhir Repelita IV telah berada 33,3% di atas harga dasarnya dalam tahun terakhir Repelita III. Selan-jutnya apabila dibandingkan dengan harga dasarnya dalam tahun

VII/6

Page 7: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

TABEL VII – 1

HARGA DASAR PADI/GABAH,1983/84 – 1988/89

(Rp/Kg)

1) Berlaku mulai 1 Pebruari 1983 s/d 31 Januari 19842) Berlaku mulai 1 Pebruari 1984 s/d 31 Januari 19853) Berlaku mulai 1 Pebruari 1985 s/d 31 Januari 19864) Berlaku mulai 1 Pebruari 1986 s/d 31 Januari 19875) Berlaku mulai 1 Pebruari 1987 s/d 31 Januari 19886) Berlaku mulai 1 Pebruari 1988 s/d 31 Januari 1989

*) Harga dasar tahun 1985/86 dan tahun-tahun sebelumnya tidakdicantumkan secara keseluruhan oleh karena dasar penentuan-nya berbeda dengan dasar penentuan tahun 1986/87, 1987/88 dan 1988/89

TABEL VII – 2

PEMBELIAN GABAH DAN BERAS DALAM NEGERI DAN IMPOR BERAS,1983/84 – 1988/89(ribu ton beras)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Pengembalian beras dari Philipina4) Bantuan pangan dari Amerika5) Pengembalian beras dari Vietnam dan Filipina

VII/7

Page 8: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

TABEL VII - 3HASIL PEMBELIAN GABAH DAN BERAS DALAM NEGERI

MENURUT DAERAH TINGKAT I,1983/84 - 1988/89(ton setara beras)

VII/8

Page 9: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

pertama Repelita IV, harga dasar jagung dalam tahun terakhir Repelita IV lebih tinggi 27,3%. Adapun dibandingkan dengan keadaan dalam tahun sebelumnya maka harga dasar jagung dalam tahun terakhir Repelita IV lebih tinggi 12,0%. Pada tahun 1984/85, harga dasar jagung ditingkatkan dari Rp 105,- per kg pada tahun 1983/84 menjadi Rp 110,- per kg. Sejak saat itu sampai akhir tahun 1987 harga dasar jagung tidak mengalami perubahan. Pada tahun 1988 berlaku harga dasar jagung yang baru, yaitu sebesar Rp 125,- per kg. Selanjutnya sejak tang-gal 1 Januari 1989 harga dasar jagung dinaikkan menjadi Rp 140,- per kg.

Harga dasar kedelai dan kacang hijau dalam Repelita IV masing-masing telah ditingkatkan rata-rata sebesar 5,8% per tahun dan 5,4% per tahun. Apabila dibandingkan dengan harga dasarnya pada tahun terakhir Repelita III, harga dasar kedua komoditi tersebut pada tahun terakhir Repelita IV telah me-ningkat masing-masing sebesar 32,1% dan 29,0%. Selanjutnya apabila dibandingkan dengan masing-masing harga dasarnya pada tahun pertama Repelita IV, harga dasar kedelai dan kacang hijau pada akhir Repelita IV telah meningkat berturut-turut sebesar 23,3% dan 23,1%. Adapun dibandingkan dengan keadaan pada tahun sebelumnya maka harga dasar kedelai dan kacang hijau pada akhir Repelita IV telah meningkat masing-masing sebesar 13,8% untuk kedelai dan 14,3% untuk kacang hijau.

Pada tahun pengadaan 1988 (1 Januari 1988 sampai dengan 31 Desember 1988), harga dasar kedelai dan kacang hijau di-naikkan masing-masing menjadi Rp 325,- per kg dan Rp 350,- per kg, sesuai dengan perkembangan harga komoditi lain. Se-lanjutnya sejak tanggal 1 Januari 1989 harga dasar kedua ko-moditi tersebut dinaikkan lagi masing-masing menjadi Rp 370,-per kg dan Rp 400,- per kg.

b. Harga Batas Tertinggi

Untuk menjaga agar harga beras selalu terjangkau oleh daya beli masyarakat luas, maka seperti periode sebelumnya, selama Repelita IV kebijaksanaan harga batas tertinggi untuk beras terus dilanjutkan. Harga batas tertinggi ini selalu di-tinjau secara berkala dan disesuaikan dengan kebijaksanaan harga dasar gabah dan perkembangan harga bahan kebutuhan po-kok lain. Penentuan harga batas tertinggi meliputi tiga macam daerah sasaran, yaitu daerah surplus, daerah swasembada dan daerah defisit, sebagaimana tercermin di dalam Tabel VII-4.

VII/9

Page 10: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

Dalam Repelita IV harga batas tertinggi di daerah sur-plus, yang meliputi seluruh Jaws, Sulawesi Selatan, Bali dan Nusa Tenggara Barat telah ditingkatkan rata-rata sebesar 11,3% per tahun. Untuk daerah swasembada, yang meliputi seluruh Su-matera kecuali Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah, peningkatan tersebut rata-rata adalah sebesar 11,9% per tahun. Sedangkan untuk daerah defisit, yang meliputi Riau, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Irian Jaya dan Timor Timur, harga batas tertinggi beras selama Repe-lita IV telah ditingkatkan rata-rata sebesar 12,9% per tahun.

Pada tahun 1988/89 besarnya harga batas tertinggi beras untuk daerah surplus adalah Rp 530,- per kg, untuk daerah swasembada Rp 555,- per kg dan untuk daerah defisit Rp 600,-per kg. Dibandingkan dengan besarnya harga batas tertinggi beras dalam tahun terakhir Repelita III, harga batas terting-gi beras dalam tahun 1988/89 untuk ketiga kelompok tersebut masing-masing telah mengalami peningkatan sebesar 65,6%, 70,8% dan 76,5%. Apabila dibandingkan dengan keadaan dalam tahun 1984/85, maka harga batas tertinggi beras di daerah surplus, daerah swasembada dan daerah defisit dalam tahun 1988/89 masing-masing lebih tinggi 51,4%, 54,2% dan 62,2%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan keadaan dalam tahun sebelumnya (1987/88), harga batas tertinggi beras di daerah surplus, daerah swasembada dan daerah defisit masing-masing telah di-tingkatkan sebesar 35,9%, 35,4% dan 41,2%.

Dalam Tabel VII-4 juga digambarkan usaha, terutama dalam dua tahun terakhir Repelita IV, untuk menciptakan iklim yang lebih mendorong peningkatan partisipasi, dan peranan golongan swasta di bidang pemasaran beras antar daerah, khususnya dari daerah surplus ke daerah defisit. Upaya tersebut diwujudkan dalam bentuk peningkatan perbedaan harga batas tertinggi beras antara yang ditetapkan untuk daerah surplus dan yang ditetap-kan untuk daerah defisit. Perbedaan tersebut dalam tahun 1988/89 adalah sebesar 13,2%. Dibandingkan dengan besarnya perbedaan dalam tahun-tahun sebelumnya perbedaan antara harga batas tertinggi di daerah surplus dan harga batas tertinggi di daerah defisit dalam tahun 1988/89 jauh lebih tinggi. Per-bedaan dalam tahun 1988/89 tersebut juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan keadaan dalam tahun-tahun sebelumnya (1987/88).

Sebagaimana dalam Repelita sebelumnya, dalam Repelita IV berbagai kegiatan penyaluran beras yang meliputi penyaluran

VII/10

Page 11: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

TABEL VII - 4

HARGA BATAS TERTINGGI BERAS,1983/84 - 1988/89

(Rp/kg)

Repelita IV

Dae rah 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89

Surplus 320,0 350,0 355,0 370,0 390,0 530,0

Swasembada 325,0 360,0 365,0 385,0 410,0 555,0

De f i s i t 340,0 370,0 375,0 390,0 425,0 600,0

ke pasaran umum (Operasi Pasar), penyaluran ke perusahaan ne-gara dan penyaluran kepada Golongan Anggaran, yaitu para pe-gawai negeri dan anggota Angkatan Bersenjata Republik Indone-sia (ABRI) beserta keluarganya, terus dilanjutkan. Tabel VII-5 dan Grafik VII-1 menggambarkan jumlah penyaluran beras selama Repelita IV dibandingkan dengan keadaan dalam tahun terakhir Repelita III (1983/84).

Pada Tabel VII-5 tersebut tampak bahwa jumlah penyaluran beras secara keseluruhan selama Repelita IV hanya mengalami peningkatan rata-rata yang sangat kecil, yaitu sebesar 0,9% per tahun. Jumlah penyaluran tersebut dalam tahun 1988/89 adalah sebesar 1.762 ribu ton. Apabila dibandingkan dengan penyaluran dalam tahun terakhir Repelita III, yaitu sebesar 1.861 ribu ton, penyaluran dalam tahun 1988/89 5,3% lebih rendah. Sedangkan dalam tahun pertama Repelita IV penyaluran beras secara keseluruhan mencapai jumlah 1.496 ribu ton. De-ngan demikian jumlah penyaluran beras dalam tahun terakhir Repelita IV 17,8% lebih besar. Sebaliknya, jika dibandingkan dengan penyaluran dalam tahun sebelumnya (1987/88), yaitu 2.262 ribu ton, penyaluran dalam tahun 1988/89 telah menurun sebesar 22,1%. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turun-nya jumlah penyaluran beras ke pasaran umum secara cukup ber-

VII/11

Page 12: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

arti. Jumlah penyaluran beras dalam tahun 1987/88 tersebut adalah yang terbesar selama Repelita IV. Terganggunya produk-si pada/gabah akibat musim kemarau panjang dalam tahun 1987 telah mengakibatkan terganggunya persediaan beras masyarakat. Untuk mengatasi hal ini maka dalam tahun 1987/88 Pemerintah telah meningkatkan jumlah penyaluran berasnya dalam bentuk Operasi Pasar dalam jumlah yang sangat besar yang selanjutnya telah mengakibatkan meningkatnya jumlah penyaluran beras se-cara keseluruhan dalam tahun yang bersangkutan.

Penyaluran beras ke pasaran umum dilaksanakan untuk men-jaga agar harga beras di pasaran senantiasa berada di bawah atau setinggi-tingginya sama dengan harga batas tertinggi yang ditetapkan guna melindungi konsumen terhadap pelonjakan harga. Operasi pasar tersebut dilaksanakan pada saat-saat dan di daerah-daerah yang harga berasnya di pasaran cenderung me-ningkat mendekati harga batas tertinggi yang ditetapkan/

Sebagaimana tampak pada Tabel VII-5 dan Grafik VII-1, selama Repelita IV dalam jumlah Operasi Pasar tampak adanya fluktuasi yang cukup besar. Jumlah Operasi Pasar pada tahun 1988/89 adalah sebesar 144 ribu ton atau turun 63,9% apabila dibandingkan dengan jumlah Operasi Pasar dalam tahun 1983/84. Pada tahun 1984/85 ketika keadaan produksi gabah ataupun be-ras sangat baik dan tingkat harganya relatif stabil dan ter-kendali, Operasi Pasar yang dilakukan sangat kecil, yaitu ha-nya berjumlah 69 ribu ton. Adapun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah operasi pasar dalam tahun 1988/89 tersebut turun sebesar 77,5%. Penurunan Operasi Pasar yang cukup tajam dalam tahun 1988/89 menunjukkan terkendalikannya harga beras di tingkat konsumen pada tahun itu. Jumlah penya-luran beras untuk golongan anggaran selama Repelita IV meng-alami peningkatan yang relatif tidak berarti dari tahun ke tahun, yaitu rata-rata sebesar 2,0% per tahun. Pada tahun 1988/89 jumlah penyaluran beras untuk golongan ini adalah sebesar 1.510 ribu ton, atau hampir 10 persen lebih besar daripada yang disalurkan pada tahun 1983/84 (1.373 ribu ton). Jika dibandingkan dengan jumlah penyaluran dalam tahun sebelumnya (1987/88), jumlah penyaluran beras dalam tahun 1988/89 tersebut 1,0% lebih rendah.

c. Sarana Penyangga

Sebagaimana dalam tahun-tahun sebelumnya dalam Repe-lita IV, dalam tahun 1988/89 kebijaksanaan penyediaan dan

VII/12

Page 13: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

TABEL VII - 5

JUMLAH PENYALURAN BERAS,1983/84 - 1988/89(ribu ton)

Repelita IV

Sasaran Penyaluran 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1) 1988/89 2)

Golongan Anggaran 1.373 1.368 1.413 1.498 1.525 1.510

PB / PNP 89 59 77 94 97 108

Penyaluran kePasaran Unum 399 69 277 175 640 144

Jumlah 1.861 1.496 1.767 1.767 2.262 1.762

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

GRAFIK VII - 1JUMLAH PENYALURAN BERAS,

1983/84 - 1988/89

VII/13

Page 14: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

pengelolaan sarana penyangga pangan Pemerintah terus dilanjut-kan. Dengan demikian diharapkan harga pangan di seluruh tanah air dapat selalu terkendali dan berada dalam batas-batas yang wajar.

(1) Pengadaan Sarana Penyangga

Untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan berbagai kegiatan penyaluran pangan serta untuk memenuhi kebutuhan akan pangan sewaktu-waktu terjadi kekurangan persediaan pangan dalam ma-syarakat, maka Pemerintah mengadakan sarana penyangga pangan dalam jumlah yang memadai. Sarana penyangga pangan tersebut diadakan dalam jumlah yang cukup aman ditinjau dari berbagai faktor, seperti penyebaran pole produksi, kemungkinan bencana alam dan lamanya pengiriman dari pusat-pusat penyimpanan ke tempat-tempat konsumsi.

Sarana penyangga pangan Pemerintah tersebut terutama di-usahakan melalui kegiatan pengadaan dan pembelian di dalam negeri yang dilaksanakan berdasarkan kebijaksanaan harga dasar yang berlaku. Apabila melalui usaha tersebut sarana penyangga pangan Pemerintah masih belum mencukupi maka kekurangannya dipenuhi melalui impor.

Perkembangan pembelian gabah dan beras dalam negeri dan impor beras yang sebagian dipakai untuk sarana penyangga, se-jak akhir Repelita III sampai dengan akhir Repelita IV dapat dilihat dalam Tabel VII-2.

Secara keseluruhan tampak bahwa, kecuali untuk tahun 1984/85, jumlah seluruh pembelian beras untuk sarana penyang-ga selama Repelita IV selalu lebih kecil dari jumlah pembeli-an dalam tahun terakhir Repelita III. Namun demikian, jika dibandingkan dengan jumlah pembelian dalam tahun sebelumnya (1987/88), jumlah pembelian dalam tahun terakhir Repelita IV meningkat sebesar 61,9%. Pada tahun 1987/88 pembelian tersebut hanya mencapai 1.306,6 ribu ton. Peningkatan yang cukup besar ini disebabkan terutama oleh membaiknya keadaan produksi padi dalam tahun 1988/89 setelah mengalami sedikit gangguan akibat musim kemarau panjang dalam tahun sebelumnya.

Selanjutnya dapat pula dilihat pada Tabel VII-2 bahwa pada akhir Repelita III hampir separuh dari volume pembelian beras untuk sarana penyangga berasal dari impor, tetapi sejak tahun kedua Repelita IV (1985/86) pengadaan beras sepenuhnya

VII/14

Page 15: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

berasal dari dalam negeri. Bahkan pada tahun-tahun 1985/86 dan 1986/87 pemerintah mengekspor beras dalam bentuk pinjaman ke negara-negara tetangga sebagai akibat adanya surplus beras karena keberhasilan panen padi pada tahun-tahun itu.

(2) Pembangunan Gudang-gudang

Sejalan dengan upaya untuk memantapkan pelaksanaan kebi-jaksanaan pengadaan pangan untuk sarana penyangga, dalam Repe-lita IV, kebutuhan akan sarana pergudangan, baik di daerah-daerah pusat produksi dan daerah-daerah pusat konsumsi maupun di pelabuhan-pelabuhan sebagai gudang transito, dalam kapasi-tas dan mutu yang memadai semakin dirasakan. Untuk itu dalam Repelita IV pembangunan gudang-gudang baru di seluruh wilayah tanah air serta peningkatan pengelolaannya terus dilanjutkan.

Tabel VII-6 dan Grafik VII-2 menunjukkan perkembangan pembangunan gudang dan penambahan kapasitas penyimpanan pangan dari gudang-gudang tersebut selama periods 1983/84 sampai dengan 1988/89. Melalui program pembangunan gudang ini jumlah gudang gabah dan beras yang tersedia selama Repelita IV rata-rata meningkat sebesar 11,1% per tahun dan kapasitasnya me-ningkat dengan rata-rata 16,5% per tahun. Sampai dengan tahun 1988/89 telah dibangun sebanyak 855 unit gudang baru dengan kapasitas tampung sebesar 3.197,3 ribu ton. Jika dibandingkan dengan tahun 1983/84 maka jumlah gudang yang ada pada tahun 1988/89 meningkat sebesar 67,3% dan kapasitasnya meningkat sebesar 104,8%. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (1987/88), pada tahun 1988/89 telah terjadi peningkatan jumlah gudang dan kapasitasnya masing-masing sebesar 1,9% dan 14,7%.

d. Impor Gandum dan Penyaluran Tepung Terigu

Dalam rangka penganekaragaman konsumsi pangan rakyat, untuk mengurangi ketergantungan masyarakat kepada pangan pokok beras dan untuk memperbaiki mutu gizi makanan rakyat, selama Repelita IV penyediaan tepung terigu sebagai sumber karbohidrat lain di luar beras terus dilakukan. Untuk memenuhi kebutuhan akan tepung terigu tersebut setiap tahun diimpor gandum.

Tabel VII-7 dan Grafik VII-3 mengenai impor dan penya-luran gandum menunjukkan bahwa pada akhir Repelita IV impor gandum berjumlah 1.607 ribu ton atau sekitar 93,3% dari jumlah

VII/15

Page 16: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

TABEL VII - 6

JUMLAH PEMBANGUNAN GUDANG GABAH/BERASDI JAKARTA DAN DI DAERAH-DAERAH,

1983/84 - 1988/89

Posisi DKI Jakarta Daerah-daerah lain Jumlahpada

akhir tahunGudang

(unit)Kapasitas(ribu ton)

Gudang(unit)

Kapasitas(ribu ton)

Gudang(unit)

Kapasitas(ribu ton)

1983/84 72 252,0 439 1.309,5 511 1.561,5

1984/85 72 252,0 479 1.425,5 551 1.677,5

1985/86 80 280,0 502 1.489,0 582 1.769,0

1986/871)

103 360,5 659 2.287,2 762 2.647,7

1987/881) 103 360,5 736 2.426,3 839 2.786,8

1988/89 2) 103 360,5 752 2.836,8 855 3.197,3

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

GRAFIK VII - 2

JUMLAH PEMBANGUNAN GUDANG GABAH/BERAS, DI JAKARTA DAN DI DAERAH-DAERAH,

1983/84 - 1988/89

VII/16

Page 17: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

TABEL VII - 7

IMPOR DAN PENYALURAN GANDUM,1983/84 - 1988/89(ribu ton)

Repelita IV

Uraian 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1) 1988/89 2)

Stok awal 118 192 148 238 271 310

Impor 1.722 1.293 1.502 1.591 1.702 1.607

Jumlah te r sed ia 1.840 1.485 1.650 1.829 1.973 1.917

Penyaluran 1.648 1.337 1.412 1.558 1.663 1.679

Stok akhir 192 148 238 271 310 238

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

GRAFIK VII - 3

IMPOR DAN PENYALURAN GANDUM,1983/84 - 1988/89

VII/17

Page 18: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

impor pada akhir Repelita III. Dibandingkan dengan impor pada tahun sebelumnya (1987/88) yang berjumlah 1.702 ribu ton, jumlah impor dalam tahun 1988/89 ini turun sebesar 5,6%.

Jumlah penyaluran gandum pada tahun 1988/89 mencapai 1.679 ribu ton atau 1,9% lebih tinggi dari jumlah penyaluran tahun 1983/84. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya (1987/88), jumlah penyaluran dalam tahun 1988/89 hanya meningkat sebesar 1,0%.

e. Pengadaan dan Penyaluran Gula Pasir

Dalam Repelita IV kebutuhan gula pasir di dalam negeri telah diusahakan untuk dipenuhi terutama dari pengadaan dalam negeri. Namun demikian karena produksi gula pasir di dalam negeri belum mencukupi seluruh kebutuhan masyarakat, selama periode tersebut impor gula pasir masih dilakukan.

Besarnya penyaluran gula pasir menunjukkan pula besarnya kebutuhan di dalam negeri. Penyaluran gula pasir yang dilaku-kan selama Repelita IV menunjukkan pertumbuhan yang cukup mantap rata-rata sebesar 5,0% per tahun. Pada tahun 1988/89 penyaluran gula pasir berjumlah 2.327 ribu ton atau 26,9% lebih tinggi dari penyaluran dalam tahun terakhir Repelita III yang berjumlah 1.834 ribu ton. Dibandingkan dengan jumlah pe-nyaluran gula pasir dalam tahun sebelumnya, penyaluran gula pasir dalam tahun 1988/89 meningkat sebesar 8,5%.

Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan gula pasir di dalam negeri, kemampuan pengadaan gula pasir di dalam negeri selama Repelita IV juga semakin meningkat. Pengadaan gula pasir dalam negeri selama periode tersebut meningkat rata-rata sebesar 3,6% per tahun. Pada tahun 1988/89 jumlah pengadaan gula pasir dalam negeri mencapai 1.875 ribu ton, atau 17,2% lebih tinggi dari jumlah pengadaan pada tahun terakhir Repelita III. Di-bandingkan dengan tahun sebelumnya (1987/88), jumlah pengada-an pada tahun terakhir Repelita IV turun sebesar 10,0%. Pada tahun 1987/88 pengadaan tersebut berjumlah 2.084 ribu ton.

Selama Repelita IV besarnya impor gula pasir sangat ber-fluktuasi. Dalam tahun 1988/89 jumlah pengadaan gula pasir di dalam negeri hanya mampu memenuhi 80,6% dari kebutuhan masya-rakat. Pada tahun itu telah diimpor sebanyak 222 ribu ton. Jumlah impor itu hampir mencapai 14 kali jumlah impor dalam tahun terakhir Repelita III yang hanya berjumlah 16 ribu ton.

VII/18

Page 19: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

Dibandingkan dengan jumlah impor pada tahun sebelumnya, yang besarnya 114 ribu ton, impor gula pasir dalam tahun 1988/89 tersebut meningkat sebesar 94,7%. Dalam tahun 1984/85 peng-adaan dalam negeri dapat memenuhi 92,0% dari kebutuhan pada waktu itu, sedangkan persediaan yang ada dapat mengisi keku-rangan sebesar 147 ribu ton, sehingga tidak diperlukan impor. Dalam tahun 1985/86 persediaan gula pasir dalam negeri dapat mencukupi kebutuhan masyarakat pada waktu itu, sehingga dalam tahun itu tidak ada impor. Selanjutnya dalam tahun 1986/87 telah diimpor gula pasir sebanyak 164 ribu ton.

2. Hasil-hasil Kebijaksanaan Yang Telah Dicapai

Hasil-hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan kebijak-sanaan pengadaan dan penyaluran bahan pangan untuk mendukung usaha pengendalian harga bahan pangan terutama beras selama Repelita IV dapat dilihat dari hasil pemantauan harga, baik di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen selama periode tersebut. Hasil-hasil pemantauan tersebut ditunjukkan dalam Tabel VII-8 sampai dengan Tabel VII-12 dan Grafik VII-4 sampai dengan Grafik VII-6.

Pada Tabel VII-8 dan Grafik VII-4 tersebut tampak bahwa selama Repelita IV harga rata-rata gabah di pedesaan menunjuk-kan kecenderungan meningkat dan umumnya selalu berada di atas harga dasar yang ditetapkan. Selama periode 1983/84 - 1988/89 peningkatan tersebut adalah rata-rata 7,0% per tahun. Sebagai-mana terjadi dalam tahun-tahun sebelumnya, dalam tahun 1988/89 harga gabah relatif rendah selama musim panen, yaitu selama bulan-bulan Mei sampai dengan Juli, bahkan pada bulan April pun harga sudah mulai turun. Namun demikian apabila dibanding-kan dengan harga dasar gabah sebagaimana tercantum dalam Ta-bel VII-1, harga rata-rata gabah di pedesaan selama musim panen 1988/89 selalu berada di atas harga dasarnya, kecuali pada bulan Mei 1989 ketika harga rata-ratanya di pedesaan se-dikit lebih rendah dari harga dasarnya.

Selanjutnya, apabila harga rata-rata gabah di pedesaan selama tahun 1988/89 dibandingkan tahun terakhir Repelita III, awal Repelita IV dan tahun 1987/88 terlihat peningkatan masing-masing sebesar 39,9%, 38,2% dan 9,3%. Di samping itu, berbeda dengan keadaan dalam tahun-tahun sebelumnya, musim paceklik dalam tahun 1988/89 terjadi pada bulan Oktober 1988 sampai dengan Januari 1989 yang dicerminkan oleh relatif tingginya harga gabah di pedesaan pada seat itu.

VII/19

Page 20: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

TABEL VII - 8

PERKEMBANGAN HARGA RATA-RATA GABAH 1)DI PEDESAAN INDONESIA,

1983/84 - 1988/89(Rp/Kg)

Repelita IV

Bulan 1943/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 2) 1988/89 3)

April 155,41 181,01 187,36 179,02 184,62 210,11

Mei 161,97 173,69 184,95 170,58 190,42 208,81

Juni 165,67 176,83 183,64 175,40 194,94 211,09

Juli 167,78 172,80 187,33 183,60 177,72 228,73

Agustus 167,17 174,46 186,62 188,54 200,53 246,27

September 176,05 177,56 189,45 203,73 227,76 266,30

Oktober 182,18 177,75 192,50 231,17 242,81 290,11

Nopember 186,19 179,87 192,97 234,35 262,06 282,53

Desember 194,47 189,52 199,18 245,92 275,73 276,04

Januari 203,62 192,84-

203,76 233,87 291,14 284,70

Pebruari 204,93 193,86 212,49 213,37 272,16 254,39

Maret 186,92 189,51 189,26 199,76 234,09 252,22

1) Gabah Kering Giling. Namun sejak bulan Maret 1986 pencatatan dilakukan dalam bentuk Gabah Kering Panen lalu dikonversikan menjadi Gabah Kering Giling dengan menggunakan koefisien berupa persentase harga dasar Gabah Kering tiling terhadap realisasi harga rata-rata dari Gabah Kering Panen selama musim panen (April, Mei, Juni) dalam tahun yang bersangkutan.

2) Angka diperbaiki

3) Angka sementara

VII/20

Page 21: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

GRAFIK VII — 4PERKEMBANGAN HARGA RATA—RATA GABAH DI PEDESAAN INDONESIA,

1983/84 - 1988/89

VII/21

Page 22: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

Berdasarkan Tabel VII-8 disusun Tabel VII-9 dan Grafik VII-5 yang menyajikan perkembangan perbedaan harga rata-rata gabah di musim panen dengan musim paceklik di daerah pedesaan selama periode 1983/84 sampai dengan 1988/89. Perkembangan harga rata-rata gabah di daerah pedesaan sebagaimana terdapat dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa secara umum kebijaksa-naan pengadaan dan penyaluran pangan yang ditempuh dalam Re-pelita IV telah mampu mengendalikan gejolak perbedaan harga antar musim pada tingkat yang wajar. Di samping itu dilihat dari hubungan antara harga rata-rata gabah di daerah pedesaan dengan harga dasarnya sebagaimana tertera pada Tabel VII-1, tampak bahwa selama periode tersebut, kecuali dalam tahun 1987/88, harga rata-rata gabah di musim panen dapat dikenda-likan sehingga selalu berada di atas harga dasar yang dite-tapkan.

Dalam tahun 1988/89 perbedaan antara harga rata-rata gabah di musim panen dengan di musim paceklik di daerah pe-desaan mencapai 20,4%. Artinya, harga rata-rata gabah di pe-desaan dalam musim panen berada 20,4% di bawah harga rata-rata gabah dalam musim paceklik. Perbedaan ini lebih besar dari perbedaan dalam tahun terakhir Repelita III. Ketika itu per-bedaan tersebut adalah sebesar 17,8%. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dalam tahun 1988/89 terjadi penurunan dalam perbedaan tersebut atau berarti keadaannya lebih baik. Pada tahun 1987/88 perbedaan tersebut adalah sebesar 32,9%, atau merupakan yang terbesar dalam Repelita IV. Selama periode tersebut perbedaan yang terendah terjadi pada tahun 1984/85, yaitu sebesar 9,2%. Dalam tahun 1985/86 dan 1986/87 perbedaan harga gabah antar musim tersebut berturut-turut adalah sebe-sar 9,7% dan 23,6%.

Harga rata-rata gabah di musim panen dalam tahun 1988/89 berada 3,0% di atas harga dasarnya. Walaupun tidak sebaik ke-adaan dalam tahun terakhir Repelita III ketika selisih antara harga gabah di musim panen dengan harga dasar yang ditetapkan mencapai angka yang lebih besar (13,9%), namun keadaan dalam tahun 1988/89 ini lebih baik dari keadaan dalam tahun sebelum-nya ketika harga rata-rata gabah di musim panen pada saat itu berada 1,2% di bawah harga dasar yang ditetapkan.

Secara umum kebijaksanaan pengendalian harga beras di tingkat konsumen selama Repelita IV dinilai telah berhasil dalam menjaga kewajaran gejolak harga antar musim serta dalam menjaga agar harga beras di tingkat konsumen selalu berada dalam jangkauan daya beli masyarakat luas.

VII/22

Page 23: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

TABEL VII - 9PERBEDAAN ANTARA HARGA RATA-RATA GABAH ¹) DI MUSIM PANENDENGAN MUSIM PACEKLIK DI DAERAH PEDESAAN,1983/84 -.1988/89(Rp/kg)

Repelita IV

Uraian 1983/84

1984/85 1985/86

1986/87 1987/88 ²)

1988/89 ³)

Harga rata-ratamusim panen (Mei,Juni, Juli) 165,1

4174,44 185,3

1176,53 187,69 216,21

Harga rata-ratamusim paceklik(Desember, Januari,Pebruari) 201,0

1192,07 205,1

4231,05 279,68 .

Perbedaan dalampersen terhadapharga musim paceklik 17,84

%9,18% 9,67% 23,60% 32,89% 20,43%

1) Gabah kering Giling. Namun sejak bulan Maret tahun 1986 pencatatan dilakukan

dalam bentuk Gabah Kering Panen lalu dikonversikan menjadi Gabah Kering Giling dengan menggunakan koefisien berupa persentase harga dasar Gabah Kering Giling terhadap realisasi harga rata-rata dari Gabah Kering Panen selama musim panen (April, Mei, Juni) dalam tahun yang bersangkutan.

2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

GRAFIK VII - 5PERBEDAAN ANTARA HARGA RATA-RATA GABAH DI MUSIM PANEN

DENGAN MUSIM PACEKLIK DI DAERAH PEDESAAN 1983/84 - 1988/89

Page 24: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

VII/23

Page 25: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

Perkembangan harga rata-rata beras bulanan tertimbang di beberapa kota penting selama periode tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1988/89 dapat dilihat pada Tabel VII-10 dan Gra-fik VII-6. Dalam tahun-tahun sebelumnya dalam Repelita IV tampak jelas bahwa di kota Palembang, Medan dan Banjarmasin pada umumnya harga rata-rata beras relatif lebih tinggi di-banding tingkat harga rata-rata di kota-kota lainnya. Dalam tahun 1988/89 keadaannya sedikit berbeda. Kota-kota yang me-nunjukkan tingkat harga yang relatif lebih tinggi terutama menjelang dan selama musim paceklik adalah Jakarta, Bandung dan Medan.

Selanjutnya pada Tabel VII-11 yang disusun berdasarkan Tabel VII-10, ditunjukkan perkembangan perbedaan harga rata-rata beras antar musim di kota-kota yang bersangkutan yang keadaannya cukup berfluktuasi selama periode 1983/84 - 1988/89. Fluktuasi tersebut menunjukkan kecenderungan yang me-ningkat sejak awal Repelita IV sampai dengan tahun keempat, namun menurun kembali pada tahun terakhir Repelita IV. Dalam tahun 1988/89 perbedaan harga tersebut mencapai 10,4% yang berarti bahwa harga rata-rata beras di daerah perkotaan dalam musim paceklik berada 10,4% di atas harga rata-rata dalam musim panen. Keadaan ini cukup menggembirakan karena lebih baik dari keadaan dalam tahun terakhir Repelita III ketika perbedaan tersebut mencapai angka 15,4%. Selain itu keadaan ini juga jauh lebih baik dari keadaan dalam tahun sebelumnya (1987/88) ketika perbedaan tersebut mencapai puncaknya selama Repelita IV, yaitu sebesar 29,5%. Selama Repelita IV perbeda-an harga beras antar musim yang terendah terjadi pada tahun 1984/85, yaitu sebesar 1,9%. Hal ini disebabkan antara lain oleh baiknya produksi beras dan memadainya sarana penyangga pangan pemerintah dalam tahun yang bersangkutan, sebagaimana tampak pada Tabel VII-2, sehingga beras cukup banyak tersedia di pasaran umum selama musim paceklik. Dalam tahun 1985/86 dan 1986/87 perbedaan tersebut berturut-turut mencapai 15,4% dan 21,0%.

Ditinjau dari hubungan antara harga rata-rata beras di musim paceklik dengan harga batas tertinggi beras yang di-tetapkan, keadaan pada tahun 1988/89 ini juga jauh lebih baik dari keadaan pada tahun terakhir Repelita III dan pada tahun-tahun sebelumnya dalam Repelita IV karena harga rata-rata beras di musim paceklik pada tahun 1988/89 berada jauh di bawah harga batas tertinggi yang ditetapkan. Dalam hubungan ini keadaan yang kurang baik terjadi dalam tahun 1987/88 ke-tika harga rata-rata beras di musim paceklik pada scat itu

VII/24

Page 26: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

TABEL VII - 10

HARGA RATA-RATA DITIMBANG BERAS 1) BULANANDI BEBERAPA KOTA TERPENTING,

1983/84 - 1988/89(Rp/Kg)

VII/25

Page 27: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

(Lanjutan Tabel VII-10)

1) Beras jenis Medium

VII/26

Page 28: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

GRAFIK VII – 6HARGA RATA-RATA DITIMBANG BERAS BULANAN

DI BEBERAPA KOTA TERPENTING,1983/84 – 1988/89

VII/27

Page 29: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

(Sambungan Grafik VII – 6)

VII/28

Page 30: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

(Sambungan Grafik VII – 6)

VII/29

Page 31: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

TABEL VII - 11

PERBEDAAN HARGA RATA—RATA BERAS DI MUSIM PANENDAN MUSIM PACEKLIK DI KOTA—KOTA,

1983/84 — 1988/89(Rp/kg)

VII/30

Page 32: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

berada sedikit di atas harga batas tertinggi beras yang di-tetapkan.

Tabel VII-12 menunjukkan perkembangan perbandingan harga batas tertinggi dan terendah terhadap harga rata-ratanya di beberapa kota penting selama Repelita IV dibandingkan dengan keadaan dalam tahun terakhir Repelita III. Pada tabel tersebut tampak bahwa perbedaan harga beras antar kota yang terbesar sepanjang tahun, yaitu yang ditunjukkan oleh angka persentase terbesar dari jumlah perbedaan secara absolut terhadap harga rata-rata, pada umumnya terjadi dalam bulan Mei, kecuali dalam tahun 1986/87 dan 1987/88 yang perbedaan terbesarnya masing-masing terjadi dalam bulan Oktober.

Perbedaan harga beras antar kota yang besar dalam bulan Mei ini diperkirakan karena bulan Mei merupakan awal dari mu-sim panen. Sementara di daerah produksi harga berasnya telah mulai turun sebagai akibat bertambahnya persediaan beras yang ada di masyarakat, di daerah konsumsi, terutama di luar Jawa, harga berasnya masih cukup tinggi karena persediaan beras yang ada di masyarakat berada pada tingkat terendah.

Selanjutnya tampak pula dari tabel tersebut bahwa rata-rata perbedaan antar kota antara harga beras tertinggi dan terendah terhadap harga rata-ratanya menunjukkan kecenderung-an meningkat selama periode 1983/84 - 1988/89. Kecenderungan meningkat tersebut terlihat pada tahun pertama, kedua, keempat dan kelima dari Repelita IV, serta sama dengan akhir Repelita III untuk tahun ketiga Repelita IV. Pada tahun 1988/89 rata-rata perbedaan tersebut sebesar 29,0%, yaitu lebih tinggi dari rata-rata perbedaan pada tahun terakhir Repelita III se-besar 23%. Rata-rata perbedaan dalam tahun 1988/89 tersebut sama besar dengan rata-rata perbedaan dalam tahun pertama Re-pelita IV, namun juga lebih besar dari rata-rata perbedaan dalam tahun 1987/88, yaitu sebesar 25%. Dalam tahun 1985/86 dan 1986/87 rata-rata perbedaan harga beras antar kota terse-but berturut-turut mencapai 26% dan 23%. Perubahan dalam tingkat produksi di masing-masing daerah merupakan salah satu sebab adanya perubahan perbedaan harga rata-rata antar kota tersebut.

Dari gambaran mengenai hasil kebijaksanaan dan langkah-langkah yang telah ditempuh di bidang pengadaan dan penyalur-an pangan selama Repelita IV dapat diambil beberapa kesimpul-an sebagai berikut. Pertama, secara umum kebijaksanaan di bidang pangan selama ini telah berhasil mencapai tujuan uta-

VII/31

Page 33: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

TABEL, VII - 12

PERBANDINGAN HARGA BERAS TERTINGGI DAN TERENDAHDENGAN HARGA RATA-RATA DI BEBERAPA KOTA PENTING,

1983/84 -1908/89(Rp/Kg)

1) Angka diperbaiki

VII/32

Page 34: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

manya, yaitu tercapainya swasembada beras sejak tahun 1984. Kedua, kebijaksanaan harga dasar yang ditempuh telah semakin memantapkan swasembada beras yang telah dicapai serta sekali-gus semakin mampu meningkatkan pendapatan petani melalui di-terimanya harga gabah yang lebih tinggi dari harga dasar yang ditetapkan. Ketiga, kebijaksanaan harga batas tertinggi beras yang ditempuh telah semakin mampu mengendalikan harga beras di tingkat konsumen hingga tetap terjangkau oleh daya beli masyarakat luas. Keempat, upaya penyediaan bahan pangan lain di luar beras yang cenderung semakin mantap akan semakin me-nunjang upaya penganekaragaman pangan rakyat. Kelima, semakin memadainya kapasitas dan mutu sarana penyimpanan pangan yang tersebar merata di seluruh wilayah tanah air telah semakin menunjang upaya peningkatan, pemantapan serta pengamanan ke-bijaksanaan pengadaan dan penyaluran pangan.

C. PERBAIKAN GIZI

Seperti diuraikan di muka, dalam Repelita IV telah ber-hasil dicapai dan dimantapkan swasembada beras. Selain itu penyediaan pangan pada umumnya makin terjangkau oleh daya beli masyarakat luas. Keberhasilan di bidang penyediaan pangan yang ditunjang oleh makin meningkatnya pendapatan, pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gizi telah membawa perbaikan dalam keadaan gizi masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator keadaan gizi, antara lain meningkatnya tingkat konsumsi kalori dan protein rata-rata penduduk serta makin berkurangnya berbagai penyakit kurang gizi.

Dalam Repelita IV tingkat persediaan untuk konsumsi ka-lori dan protein rata-rata penduduk telah melebihi batas ke-cukupan gizi yang dianjurkan, yaitu kurang lebih 117,0% untuk kalori dan 108,0% untuk protein. Konsumsi per kapita bahan pangan bukan beras, seperti kedelai, ikan laut, daging, telur, susu, kelapa dan gula, juga telah meningkat. Hal tersebut memberikan petunjuk bahwa upaya penganekaragaman pangan juga telah mulai memberikan hasil.

Persediaan kalori dan protein rata-rata penduduk yang memadai belum pasti berarti bahwa seluruh lapisan masyarakat telah memperoleh pangan yang cukup dan memenuhi norma-norma gizi. Dengan demikian dalam beberapa kelompok masyarakat masih dijumpai adanya penduduk yang menderita kekurangan gizi. Hal

VII/33

Page 35: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

tersebut dapat terjadi oleh karena masalah gizi tidak hanya tergantung pada persediaan pangan seperti telah disebutkan di muka. Ada dua faktor penting lain yang berpengaruh terhadap keadaan gizi penduduk. Pertama masih ada sebagian penduduk yang tingkat pendapatannya masih rendah. Kedua, sebagian pen-duduk juga belum sempat memperoleh pelayanan dasar yang mema-dai, terutama di bidang pendidikan dasar serta pelayanan ke-sehatan dan air bersih yang secara tidak langsung juga ber-pengaruh terhadap keadaan gizi penduduk melalui berbagai pe-nyakit.

Kebijaksanaan dan langkah-langkah perbaikan gizi dalam Repelita IV diarahkan terutama untuk menanggulangi penyakit-penyakit kurang gizi melalui kegiatan-kegiatan yang lebih terpadu dengan memperhatikan pengaruh berbagai faktor penyebab timbulnya masalah gizi seperti disebutkan di atas. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi (1) usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK), (2) penanggulangan kekurangan vitamin A (KVA), (3) penanggulangan kekurangan akibat gangguan iodium (GAKI), dan (4) pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG).

Keempat kegiatan tersebut bertujuan untuk menanggulangi empat masalah gizi utama di Indonesia, yaitu: kurang kalori protein (KKP), kurang vitamin A (KVA), kurang zat besi (anemia gizi), dan gangguan kesehatan akibat kurang zat iodium (GAKI).

1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)

Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyara-kat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi ber-bagai masalah gizi tersebut di atas, dengan prinsip swadaya dan partisipasi aktip masyarakat. Dengan penyuluhan gizi di-harapkan masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan mengenai gizi dan kesehatannya, sehingga terjadi perubahan pola kon-sumsi pangan keluarga ke arah yang lebih baik sebagai bagian dari perilaku hidup sehat.

Secara khusus UPGK ditujukan untuk menanggulangi KKP, KVA dan Anemia Gizi. Oleh karena itu sasaran kegiatan UPGK terutama adalah bayi, anak balita, dan ibu hamil dan menyusui. Penurunan prevalensi ketiga masalah gizi tersebut dapat me-macu upaya untuk menurunkan angka kematian bayi serta balita dan upaya untuk mengurangi resiko kematian bagi ibu yang me-lahirkan. Untuk dapat mencapai sasaran utama tersebut kegiatan UPGK juga diarahkan untuk menjangkau keluarga dan masyarakat umum.

VII/34

Page 36: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

Untuk sasaran utama, yaitu bayi, balita dan ibu hamil dan menyusui, kegiatan UPGK dipadukan dengan kegiatan pelayan-an kesehatan ibu dan anak, dan pelayanan KB di Posyandu.

Kegiatan lain dari UPGK yang sasarannya adalah masyarakat umum di luar Posyandu adalah penyuluhan gizi kepada keluarga-keluarga, kelompok-kelompok pengajian dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Pelayanan UPGK di Posyandu terutama di-laksanakan oleh petugas-petugas gizi dan kesehatan di Puskes-mas. Sedang kegiatan UPGK di luar Posyandu, merupakan kegiatan lintas sektoral antara sektor-sektor kesehatan, pertanian, agama, pendidikan dan unsur-unsur Pemda serta masyarakat.

Selama Repelita IV telah dilayani sejumlah kurang lebih 16 juta anak balita, termasuk tambahan cakupan pada tahun 1988/89 sebesar sekitar 3.800.000 anak balita (Tabel VII-13). Dengan peningkatan jangkauan dan cakupan sasaran UPGK dalam Repelita IV ini, angka KKP telah menurun dari 29,1% pada akhir Repelita III menjadi 10,8% pada akhir Repelita IV.

2. Penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA) dan Anemia Gizi Besi

KVA merupakan penyebab utama kebutaan pada anak balita di Indonesia. Masalah ini juga merupakan salah satu sebab dari mudahnya anak balita terserang penyakit infeksi pernapas-an bagian atas yang dapat mematikan. Oleh karena itu penang-gulangannya dalam Repelita IV terus ditingkatkan tidak saja sebagai upaya untuk mencegah kebutaan tetapi juga sebagai upaya untuk ikut mendorong percepatan penurunan angka kemati-an bayi dan balita.

Dalam Repelita IV melalui UPGK telah diberikan suplemen-tasi vitamin A dosis tinggi kepada sekitar 13,8 juta anak balita, termasuk sekitar 8,0 juta pada tahun 1988/89 (Tabel VII-14). Di samping itu dalam kurun waktu yang sama terus di-galakkan penyuluhan gizi, khususnya tentang pentingnya sayur-an hijau sebagai sumber vitamin A yang sangat penting untuk menjaga kesehatan mata dan meningkatkan daya tahan tubuh anak balita. Sejalan dengan itu digalakkan juga pemanfaatan tanaman pekarangan bagi keluarga. Untuk meningkatkan konsumsi vitamin A di kalangan keluarga-keluarga kurang mampu, dalam Repelita IV juga telah dirintis fortifikasi dengan vitamin A ke dalam bumbu masak tertentu yang banyak dikonsumsi keluarga- keluarga tersebut.

VII/35

Page 37: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

TABEL VII – 13

KEGIATAN USAHA PERBAIKAN GIZI KELUARGA,1983/84 – 1988/89

1) Angka kumulatif2) Angka tahunan

VII/36

Page 38: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

TABEL VII - 14DISTRIBUSI KAPSUL VITAMIN A MELALUI UPGK

DAN PUSKESMAS, 1)

1983/84 - 1988/89 2)

Re pe l i t a IV

Uraian 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89

Propins i 27 27 27 27 27 27

Desa 4.313 3.000 4.000 5.000 9.159 11.500 2)

Anak Balita 862.600 890.000 783.798 1.790.800 2.400.000 8.000 .000 2)

1) Sejak tahun 1985/86 hanya melalui paket UPGK2) Angka tahunan

Upaya untuk menurunkan penyakit anemia gizi, terutama pada ibu hamil dan menyusui, dalam Repelita IV juga terus diting-katkan. Upaya tersebut dilakukan terutama dengan pemberian pil besi kepada ibu hamil melalui Puskesmas dan pelayanan gizi UPGK di Posyandu.

Selama Repelita IV pemberian pil besi telah menjangkau sekitar 4,8 juta ibu hamil, termasuk sekitar 1,4 juta orang pada tahun 1988/89 (Tabel VII-15). Kegiatan ini ditunjang dengan penyuluhan gizi dan peningkatan pemanfaatan tanaman pekarangan.

3. Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI)

Dalam Repelita IV penanggulangan GAKI tetap merupakan lanjutan kegiatan penanggulangan di tahun-tahun sebelumnya, yaitu melaksanakan penyuntikan zat iodium dalam larutan minyak dan iodisasi garam. Upaya yang pertama bersifat jangka pendek sedang upaya yang kedua bersifat jangka panjang.

VII/37

Page 39: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

TABEL VII - 15

PELAKSANAAN PENCEGAHAN GONDOK ENDEMIK DAN ANEMIA GIZI,

1983/84 - 1988/89 1)

Repelita IV

U r a i a n Satuan 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89

Pencegahan GondokEndemik

1. Penyuntikan 2)Lipiodol penduduk 474.643 1.300.000 1.400.000 995.600 1.000.000 1.000.000

2. Pemantauan Media propinsi 4 4 4 4 4 4

Desa 12 12 12 12 12 12

Pencegahan AnemiaGizi- Distribusi tablet 2)

besi melalui UPGK ibu hamil 215.650 150.000 660.000 1.230.360 1.397.300 1.397.300

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara (sampai dengan Desember 1988)

VII/38

Page 40: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

Selama Repelita IV telah diberikan suntikan zat iodium kepada kurang lebih 5,6 juta penduduk penderita GAKI. Dengan demikian rata-rata tiap tahunnya telah diberikan suntikan ke-pada kurang lebih 1,1 juta orang. Khusus untuk tahun 1988/89 diberikan kepada 1,0 juta orang (Tabel VII-15).

Untuk menunjang kelestarian dampak penyuntikan zat iodium tersebut, terus ditingkatkan produksi dan pemasaran garam beriodium terutama di daerah-daerah rawan GAKI. Di samping itu ditingkatkan pula monitoring medic untuk menilai dampak penyuntikan tersebut.

4. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

Untuk menunjang kemantapan swasembada beras dan kecukup-an penyediaan pangan pada umumnya, dalam Repelita IV dikem-bangkan suatu sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG). Tu-juan utama SKPG adalah memantau konsumsi pangan dan persedia-an pangan bagi penduduk pedesaan yang rawan pangan, khususnya dari keluarga miskin. Dengan sistem ini diharapkan Pemerintah Daerah setempat (di Kecamatan dan Kabupaten) dapat memperoleh data dan informasi dini mengenai keadaan pangan penduduk pe-desaan. Dengan informasi dini Pemerintah Daerah setempat dapat segera mengambil tindakan perbaikan apabila diketahui adanya gejala penurunan jumlah dan mutu konsumsi pangan pen-duduk oleh karena berbagai sebab. Di samping itu SKPG juga berusaha memantau perkembangan keadaan gizi anak balita dan anak sekolah dari waktu ke waktu.

Untuk tujuan memperoleh data dan informasi dini, selama Repelita IV SKPG mengembangkan subsistem isyarat dini dan intervensi (SIDI) di 11 propinsi di Jawa dan Indonesia bagian Timur. Kegiatannya antara lain meliputi penelitian untuk meng-identifikasikan jenis-jenis indikator yang peka terhadap per-ubahan keadaan pangan setempat, pelatihan tenaga dan percoba-an pemanfaatan informasi untuk pengambilan keputusan Pemerin-tah Daerah tingkat II atau Kabupaten.

Untuk tujuan pemantauan status gizi anak balita dan anak sekolah, dalam Repelita IV telah dilakukan pemantauan ber-skala nasional dan lokal. Untuk skala nasional dilakukan dengan mengintegrasikannya ke dalam Survai Sosial Ekonomi Na-sional (SUSENAS) pada tahun 1985/86 dan 1987/88. Untuk skala lokal dilaksanakan pengumpulan data secara khusus di 3 pro-

VII/39

Page 41: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web view1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Pada dasarnya UPGK adalah upaya penyuluhan gizi masyarakat dengan tujuan umum untuk mencegah dan menanggulangi

pinsi pada tahun 1986/87 dan 1987/88. Khusus untuk tahun 1988/89 kegiatan SKPG yang dilaksanakan merupakan lanjutan kegiatan tahun sebelumnya.

5. Fortifikasi Bahan Pangan

Kegiatan fortifikasi bahan pangan dilakukan dengan me-nambah zat gizi tertentu ke dalam bahan makanan yang banyak dikonsumsi rakyat dengan memenuhi persyaratan-persyaratan teknis tertentu. Dalam Repelita IV secara nasional telah di-lakukan fortifikasi zat iodium ke dalam garam konsumsi. Ke-giatan ini dikenal dengan iodisasi garam untuk mencegah tim-bulkan masalah gizi karena kurang zat iodium (GAKI) yang me-nyebabkan penyakit gondok endemik. Kegiatan iodisasi garam ini dalam Repelita IV sudah banyak dilaksanakan oleh peng-usaha garam swasta. Pemerintah lebih banyak memberi bimbing-an, pengawasan mutu dan penyuluhan. Untuk tahun 1988/89 tidak ada kegiatan khusus, kecuali melanjutkan kegiatan tahun sebe-lumnya.

Upaya fortifikasi lain adalah fortifikasi vitamin A untuk salah satu bumbu penyedap makanan. Dalam Repelita IV kegiatan ini baru bersifat rintisan dan dilaksanakan oleh pihak swasta dengan kerja sama dan bimbingan teknis dari Pemerintah. Dalam tahun 1988/89 telah diadakan penilaian rintisan tersebut. An-tara lain disimpulkan bahwa fortifikasi dengan vitamin A ter-hadap bumbu masak Mono Sodium Glutamat (MSG) nampaknya me-rupakan salah satu pilihan yang efektif dan efisien untuk mencegah kekurangan vitamin A dikalangan masyarakat berpeng-hasilan rendah. Kesimpulan ini masih akan diuji lebih lanjut di masa-masa yang akan datang di Indonesia dan negara-negara lain oleh lembaga-lembaga penelitian internasional.

VII/40