ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT ....

84
ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN 2009-2011 FERRY IRAWAN DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT ....

Page 1: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN 2009-2011

FERRY IRAWAN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

Page 2: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN 2009-2011

(Analysis the Achievement of Community Nutrition Program in Musi Banyuasin District in 2009 until 2011)

Ferry Irawan1, Evy Damayahti2, Leily Amalia3

Abstract The aim of this research was to analyze the achievement of community

nutrition programs in Musi Banyuasin District in 2009 until 2011. Cross-sectional design was used in this study. Data retrieval is performed in the Dinas Kesehatan of Musi Banyuasin in July 2012 which is derived from the data 25 Clinics in 11 town in Musi Banyuasin. Research results on average index W/U 10.39%. TB/U index 45.31%, the index W/TB 11.84%. Of achievement an Breast feeding 38.38%. In achievement of Fe-I in pregnant women 85.44%. In achievement of Fe-III in pregnant women 78,53%. Achievement of vitamin A blue capsules for baby in February 83.59%, August 75.37%, while achievement of vitamin A red capsules in February 86.81%, August 80.99%. The average achievement toddler having KMS (K/S) 79.02%. The average achievement of community participation (D/S) 61.62%. The average achievement toddler is his weight (N/D) 51.81%. The average achievement program weighing scope (D/K) 61.62%. Policies of nutrition program have reached the target, but for some programs still need more intensive treatment-related increases of the achievement program through the scaling up nutrition through collaboration between Government, private sector, cross through in CSR program and community empowerment through non-governmental organizations.

Key words: breast milk, Fe tablets, nutritional status, performance nutrition

program (SKDN), vitamin A

Page 3: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

RINGKASAN

FERRY IRAWAN. I14104039. Analisis Pencapaian Program Gizi Masyarakat di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011, Dibimbing oleh EVY DAMAYANTHI, LEILY AMALIA

Data Statistik WHO 2010 menyatakan bahwa gizi salah di seluruh dunia menyumbang 11% dari beban global penyakit, menyebabkan gangguan kesehatan jangka panjang, kemiskinan, kecacatan, gangguan pendidikan dan gangguan perkembangan. Indonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masih besarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita seperti kurang energi protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Anemia kurang zat besi dan Kurang Yodium. Prevalensi KEP pada periode 1989-1999 menurun dari 29.5% menjadi 27.5% atau rata-rata terjadi penurunan 0.40% per tahun, namun pada periode 2000-2005 prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) meningkat kembali dari 24.6% menjadi 28.0%. (Riskesdas 2007)

Secara umum tujuan penelitian ini adalah Analisis pencapaian program gizi masyarakat untuk Kesiapan Gerakan Scaling up Nutrition (SUN) di Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011. Tujuan khusus (1) Menganalisis status gizi balita di Kabupaten Musi BanyuasinTahun 2009-2011 (2) Mengidentifikasi cakupan dan pencapaian program perbaikan status gizi di Kabupaten Musi BanyuasinTahun 2009-2011 (3) Mengidentifikasi cakupan dan pencapaian program pemberian kapsul vitamin A pada balita di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 (4) Mengidentifikasi cakupan dan pencapaian program pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamildi Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 (5) Mengidentifikasi cakupan dan pencapaian program pemberian ASI Ekslusif pada bayi di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 (6) Mengidentifikasi cakupan dan pencapaian hasil kinerja program gizi (SKDN)

Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada 8 indikator keluaran yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan khususnya bidang perbaikan gizi yaitu; 100% balita gizi buruk ditangani/dirawat, 85% balita ditimbang berat badannya, 80% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif, 90% rumah tangga mengonsumsi garam beryodium, 85% balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A, 85% ibu hamil mendapat Fe 90 tablet, 100% kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi, dan 100% penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah bencana.

Di Indonesia, anak kelompok balita menunjukkan prevalensi paling tinggi untuk penyakit kekurangan energi protein (KEP) dan defisiensi vitamin A serta anemia defisiensi Fe. Kelompok umur ini sulit dijangkau oleh berbagai upaya kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya (Sediaoetama 2004).

Data sekunder yang digunakan bersumber dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011. Data-data tersebut meliputi data hasil survey Penilaian Status Gizi dari 25 Puskesmas yang tersebar di 11 kecamatan, jumlah bayi yang mendapat ASI Esklusif, jumlah ibu hamil yang mendapat tablet besi, jumlah bayi balita yang mendapat kapsul vitamin A, dan kinerja program gizi melalui penimbangan balita (SKDN) di posyandu.

Berdasarkan indeks BB/U tahun 2009 (9.34%), 2010 (9.58%), 2011 (5,56%) standar WHO < 10% pertahun, rata-rata indek BB/U pertahun mengalami penurunan angka KEP total berdasarkan standar acuan yang ditetapkan. Berdasarkan indeks TB/U status gizi pendek tahun 2009 (31.62%), 2010 (12.50%), 2011 (3.56%), standar WHO < 20%, Balita Pendek mengalami

Page 4: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

penurunan dari tahun ketahun. Berdasarkan indeks BB/TB sangat kurus dan kurustahun 2009 (12.54%), 2010 (8.76%), 2011(3.4%) standar WHO 10,1-15, Balita dengan status gizi sangat kurus dan kurus mengalami penurunan dari tahun ketahun.

Pencapaian program pemberian ASI Esklusif di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 (38.38%) kurang baik. Pencapaian pemberian tablet Fe1 pada ibu hamil di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 (85.44%) kurang baik. Pencapaian program pemberian tablet Fe3 pada ibu hamil di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 (78.53%) kurang baik dan tidak mencapai target dari tahun ke tahun.

Pencapain pemberian kapsul vitamin A biru pada bayi di Kabupaten Musi Banyuasin pada bulan Februari 2009-2011 (83.59%) rata-rata baik, bulan Agustus 2009-2011 (75.37%) rata-rata kurang baik. Pencapaian program pemberian kapsulvitamin A merah pada balita bulan Februari 2009-2011 (86.81%), bulan Agustus 2009-2011(80.99%) rata- rata baik dan memenuhi target, pencapaian program pemberiankapsulvitamin A merah pada balita memenuhi target yang diharapkan.

Pencapaian K/S Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 adalah kurang baik (79.02%), pencapaian rata-rata K/S belum memenuhi target yang diharpkan.PencapaianD/S Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 adalah kurang baik (61.62%), pencapaian rata- rata D/S tahun 2009-2011 belum memenuhi target yang ditetapkan. PencapaianN/D Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 adalah baik (84.09%), pencapaian rata-rata N/D telah memenuhi target yang diharapkan.PencapaianD/K Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 (75.55%) kurang baik, pencapaian rata-rata D/K belum memenuhi target yang diharapkan.

Secara keseluruhan Analisis pencapaian program gizi dilihat berdasarkan (1). Status gizi balita di Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2009-2011 indeks BB/U pertahun mengalami penurunan angka KEP total berdasarkan (standar WHO 10%), indeks TB/U Balita Pendek mengalami penurunan (standar WHO < 20%), indeks BB/TB sangat kurus dan kurus mengalami penurunan (standar WHO 10.1-15%). (2). Pencapaian target program ASI Esklusif, Tablet Fe-I, Tablet Fe-III masih termasuk kategori kurang baik. Tren waktu pelaksanaan kegiatan bulan vitamin A biru pada bayi, dan vitamin A merah pada balita dan pencapaian hasil program untuk bulan Februari 2009-2011 termasuk kategori baik, sedangkan Tren waktu pelaksanaan kegiatan bulan vitamin A biru pada bayi, dan vitamin A merah pada balita dan pencapaian hasil program untuk bulan Agustus pada bayi katagori kurang baik, sedangkan pada balita katagori baik. Pencapaian target K/S, D/S, D/K termasuk kategori kurang baik, sedangkan N/D termasuk kategori baik.

Page 5: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN 2009-2011

FERRY IRAWAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

Dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

Page 6: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

Judul Skripsi : Analisis Pencapaian Program Gizi Masyarakat Di Kabupaten

Musi Banyuasin Tahun 2009-2011

Nama : Ferry Irawan

NIM : I141040039

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS Leily Amalia,STP,MSi

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Page 7: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang tanggal 10 Februari 1976 dari pasangan

Bapak H. Matcik, BBA dan Ibu Paiqoh. Penulis menamatkan SD Negeri No 42

tahun 1988, dan SMP Negeri 13 tahun 1991 dan menamatkan SMA Negeri 02

tahun 1995, dan Jenjang Diploma III di Akademi Gizi Palembang tahun 1999.

Pada tahun 2001 penulis mendapat kesempatan bekerja di PT Kimia Farma, Tbk

sampai dengan tahun 2005, dan pada tahun 2005 tersebut Penulis mendapat

kesempatan mengabdi di Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin sampai

dengan sekarang, dan penulis juga mendapat kesempatan melanjutkan

pendidikan ke jenjang strata satu (S1) di Institut Pertanian Bogor (IPB) dari tahun

2010 sampai dengan tahun 2013 dengan mendapat beasiswa dari Pemerintah

Kabupaten Musi Banyuasin.

Page 8: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

PRAKATA

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan kasih

sayangnya yang telah tercurah dan tidak terhingga banyaknya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pencapaian Program Gizi

Masyarakat di Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2009-2011”. Penyusunan

skripsi ini merupakan syarat bagi penulis untuk mendapat gelar Sarjana Gizi

pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,

Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS

selaku dosen pembimbing I skripsi yang telah memberikan kesempatan,

motivasi, bimbingan, dan arahan sejak awal penelitian dan penulisan skripsi ini.

Leily Amalia, STP, MSi.selaku dosen pembimbing II yang telah senantiasa sabar

membimbing dan mengarahkan penulis dalam melaksanakan penelitian dan

penyelesaian penulisan skripsi. Dr. Ir. Cecilia Meti, M.Sc selaku dosen

pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan sejak masa awal

perkuliahan. Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati. MS selaku dosen penguji skripsi yang

telah berkenan menjadi penguji skripsi saya. Keluarga tercinta : (Alm) kedua

orangtua, (Alm) Bapak dan ibu mertua, istri, dan anak-anak, saudara-saudara

tercinta yang penulis sayangi, yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan,

semangat, kesabaran, ketulusan, kasih sayang dan do’anya. Teman-teman

seperjuangan Alih Jenis Gizi Masyarakat angkatan 44 tahun 2010 dan teman-

teman satu bimbingan. Sejawat penulis di Dinas Kesehatan Kabupaten Musi

Banyuasin yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pihak-

pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan dan

dukungannya. Penulis juga menyadari dan berharap hasil penelitian ini dapat

terlaksana dengan baik sehingga bermanfaat bagi semua. aamiin

Bogor, Maret 2013

Ferry Irawan

Page 9: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ iv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. vi

PENDAHULUAN

Latar Belakang ..................................................................................................... 1

Tujuan .................................................................................................................. 4

Manfaat ................................................................................................................ 4

TINJAUAN PUSTAKA

Sasaran Pembangunan Gizi ................................................................................ .5

Penilaian Status Gizi .............................................................................................. 7

Gizi Buruk ............................................................................................................. 8

Pemberian ASI Eksklusif ...................................................................................... 10

Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil ................................................................... 11

Pemberian Kapsul Vitamin A ............................................................................... 13

Kinerja Program Gizi (SKDN) di Posyandu .......................................................... 14

Surveilaince Gizi ................................................................................................. 16

Tugas Pokok dan Fungsi ..................................................................................... 16

Program dan Target Program .............................................................................. 18

KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................................... 19

METODE PENELITIAN

Desain, waktu, dan tempat .................................................................................. 22

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ..................................................................... 22

Pengolahan Data ................................................................................................. 22

Pengkategorian Variabel Penelitian ..................................................................... 22

Analisis Data ....................................................................................................... 22

Definisi Operasional ............................................................................................. 24

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah ................................................................................... 26

Balita dan Ibu Hamil ............................................................................................. 28

Status Gizi Balita ................................................................................................. 29

Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur. ............................... 29

Status Gizi Balita Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur ............................... 32

Page 10: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

ii

Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Tinggi Badan .................... 33

Program Pemberian ASI Esklusif ......................................................................... 35

Pencapaian Program Pemberian ASI Esklsusif ................................................... 36

Program Pemberian Tabet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil .......................................... 39

Distribusi Tablet Besi (Fe) ................................................................................... 40

Target Program Pemberian Tablet Besi (Fe) ....................................................... 40

Pencapaian Program Pemberian Tablet Besi (Fe) ............................................... 40

Program Pemberian Kapsul Vitamin A ................................................................. 43

Pencapaian Program Pemberian Kapsul Vitamin A Biru ..................................... 44

Pencapaian Program Pemberian Kapsul Vitamin A Merah .................................. 46

Kinerja Program Gizi (SKDN)............................................................................... 48

Pencapaian K/S .................................................................................................. 48

Pencapaian D/S ................................................................................................... 49

Pencapaian N/D .................................................................................................. 51

Pencapaian D/K ................................................................................................... 53

Rekomendasi Perbaikan Program Gizi ................................................................ 54

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan .......................................................................................................... 56

Saran ................................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 58

LAMPIRAN .......................................................................................................... 62

Page 11: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kategori Status Gizi ....................................................................................... 8

2. Program dan Target Program Gizi di Kabupaten Musi Banyuasin .................. 18

3. Pengkategorian Variabel ................................................................................ 23

4. Distribusi Jumlah Penduduk .......................................................................... 27

5. Jumlah Posyandu .......................................................................................... 28

6. Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin .................................................. 28

7. Distribusi Balita Berdasarkan Umur................................................................ 29

8. Distribusi Ibu Hamil ........................................................................................ 29

9. Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Indikator BB/Umur ......................... 31

10. Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Indikator TB/Umur.......................... 33

11. Distribusi StatusGizi Balita Berdasarkan Indikator BB/TB ............................. 35

Page 12: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Prioritas Pembangunan pada Scaling Up Nutrition 6

2. Tumbuh Kembang Janin dan Bayi 7

3. Alur Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan Surveilance Program Gizi ............... 16

4. Kerangka Konsep ............................................................................................ 21

5. Persentase Gizi Buruk di Kecamatan .............................................................. 30

6. Persentase Gizi Kurang di Kecamatan ............................................................ 31

7. Persentase Gizi Pendek di Kecamatan ........................................................... 32

8. Persentase Gizi Sangat Kurus di Kecamatan .................................................. 34

9. Persentase Gizi Kurus di Kecamatan .............................................................. 34

10. Persentase Pencapaian Program ASI Esklusif di Kecamatan ........................ 36

11. Analisis Pencapaian Program ASI Esklusif di Kabupaten ................................ 37

12. Persentase Pencapaian Program Pemberian Tablet Fe-I di Kecamatan ......... 41

13. Persentase Pencapaian Program Pemberian Tablet Fe-III di Kecamatan ....... 42

14. Analisis Pencapaian Program Pemberian Tablet Fe-I dan Fe-III di

Kabupaten ....................................................................................................... 42

15. Program Pemberian Kapsul Vitamin A ............................................................ 43

16. Persentase Pencapaian Pemberian Kapsul Vitamin A Biru Bulan

Februari di Kecamatan .................................................................................... 44

17. Persentase Pencapaian Pemberian Kapsul Vitamin A Biru Bulan

Agustus di Kecamatan ................................................................................... 44

18. Analisis Pencapaian Pemberian Kapsul Vitamin A Biru Bulan

Februari dan Agustus di Kabupaten ................................................................ 45

19. Persentase Pencapaian Pemberian Kapsul Vitamin A Merah Bulan

Februari di Kecamatan .................................................................................... 46

20. Persentase Pencapaian Pemberian Kapsul Vitamin A Merah Bulan

Agustus di Kecamatan .................................................................................... 46

21. Analisis Pencapaian Pemberian Kapsul Vitamin A Merah Februari

dan Agustus di Kabupaten .............................................................................. 47

22. Persentase Pencapaian K/S di Kecamatan ..................................................... 48

23. Analisis cakupan dan pencapaian program K/S di Kabupaten ......................... 49

24. Persentase Pencapaian D/S di Kecamatan ..................................................... 49

25. Analisis Cakupan dan Pencapain program D/S di Kabupaten ......................... 50

Page 13: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

v

26. Persentase Pencapaian N/D di Kecamatan .................................................... 51

27. Analisis Cakupan dan Pencapaian N/D di Kabupaten ..................................... 52

28. Persentase Pencapaian D/K di Kecamatan .................................................... 53

29. Analisis Cakupan dan Pencapaian D/K di Kabupaten ..................................... 53

Page 14: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Analisis Masalah dan Penaganan Masalah Gizi di Kabupaten ....................... 62

2. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Arah Kebijakan Renstra

Tahun 2012 – 2017 Kabupaten Musi Banyuasin ............................................ 64

3. Renstra SKPD Badan Ketahanan Pangan Daerah(BKPD)

Kabupaten Musi Banyuasin............................................................................ 66

4. Distribusi Jumlah Puskesmas, Posyandu, dan Kader Posyandu .................... 67

5. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ..................................... 68

Page 15: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Data Statistik WHO (2010) menyatakan bahwa gizi salah di seluruh

dunia menyumbang 11% dari beban global penyakit, menyebabkan gangguan

kesehatan jangka panjang, kemiskinan, kecacatan, gangguan pendidikan dan

gangguan perkembangan. Sebanyak 186 juta anak-anak di seluruh dunia

mengalami gangguan pertumbuhan. Beberapa faktor penyebab masalah

tersebut diantaranya yaitu gizi buruk, berat badan rendah, pemberian ASI yang

tidak optimal, kekurangan vitamin dan mineral, khususnya vitamin A, zat besi,

yodium dan seng yang berpengaruh terhadap 3,9 juta kematian (35% dari total

kematian) dan 144 juta cacat yang hidup (33% dari jumlah cacat hidup) pada

anak kurang dari lima tahun (Soekirman 2012).

Menurut WHO (2010) anak pendek adalah anak yang tinggi badannya

pada umur tertentu lebih rendah dari standar WHO yang telah disepakati menjadi

patokan yang berlaku universal. Misalnya anak perempuan umur 4 tahun

tingginya 94 cm adalah pendek karena kurang 8,6 cm dari standar seharusnya

yaitu 102,6 cm (standar WHO) (Soekirman 2012).

Indonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masih

besarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita seperti kurang energi protein

(KEP), kurang Vitamin A (KVA), anemia kurang zat besi dan kurang Yodium.

Prevalensi KEP pada periode 1989-1999 menurun dari 29.5% menjadi 27.5%

atau rata-rata terjadi penurunan 0.40% per tahun, namun pada periode 2000-

2005 prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) meningkat kembali dari 24.6%

menjadi 28.0% (Riskesdas 2007).

Dari 23 juta anak balita di Indonesia, menurut data Kementerian

Kesehatan (2010) 7,6 juta di antaranya (36%) adalah pendek. Dengan jumlah

tersebut menurut WHO Indonesia tercatat menduduki peringkat ke 5 terbanyak

anak pendek di dunia. Ilmu pengetahuan mutakhir dan diakui oleh lembaga-

lebaga PBB, faktor utama pendek adalah lingkungan yang tidak mendukung

proses pertumbuhan dan perkembangan anak sejak usia janin. Faktor

lingkungan yang dominan di negara berkembang dan miskin adalah kekurangan

gizi dan penyakit infeksi. Faktor tersebut menjadi penyebab sepertiga sampai

separuh ibu hamil sejak awal kehamilan kekurangan gizi dan tidak sehat.

Page 16: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

2

Keadaan ini menyebabkan anak kekurangan gizi sejak dalam kandungan (janin),

bayi dan berlangsung terus sampai usia 2 tahun (Soekirman 2012).

Menurut penelitian di Inggris berbagai kegiatan atau intervensi gizi yang

spesifik sektor kesehatan (Posyandu, PMT, gizi seimbang, kapsul vitamin A,

tablet Besi, taburia, imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pelayanan persalinan

dan lain-lainnya) hanya 30% efektif mengatasi masalah gizi. Sisanya (70%)

memerlukan intervensi lintas sektor untuk kegiatan yang secara tidak langsung

dan sensitif berdampak pada gizi anak pada 1000 hari pertama (Soekirman

2012).

Gerakan Scaling Up Nutrition (SUN) bermaksud untuk memadukan dan

mengarahkan intervensi gizi spesifik dan sensitif menjadi suatu gerakan

kemitraan pemerintah, swasta dan masyarakat yang terpadu dan konvergen

menuju sasaran sama yaitu mencegah dan mengatasi masalah gizi, baik

kekurangan gizi, kegemukan maupun penyakit tidak menular (PTM).

Undang-undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang

Kesehatan Bab.XIII pasal 167 mengenai Pengelolaan Kesehatan menyatakan

bahwa : Pengelolaan kesehatan diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah

daerah dan/atau masyarakat melalui pengelolaan administrasi kesehatan,

informasi kesehatan, sumber daya kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan

kesehatan, peran serta dan pemberdayaan masyarakat, ilmu pengetahuan dan

teknologi di bidang kesehatan, serta pengaturan hukum kesehatan secara

terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya. Pengelolaan Kesehatan dilakukan secara berjenjang di

Pusat dan di Daerah serta dibuat dalam suatu Sistem Kesehatan Nasional.

Untuk mempercepat hasil pemerataan pembangunan telah dikeluarkan

Undang-Undang RI No. 22 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No.

32 tentang Pemerintah Daerah, Undang-Undang No. 33 tentang Perimbangan

Keuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000

tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerah

otonom. Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan kepada pemerintah

Kabupaten/Kota untuk menentukan prioritas pembangunan di daerahnya,

dengan demikian daerah diharapkan memiliki kemampuan memilih prioritas

penanggulangan masalah gizi sesuai dengan masalah dan sumber daya yang

tersedia.

Page 17: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

3

Berbagai upaya telah dilakukan Dinas Kesehatan dan Puskesmas yang

merupakan bagian dari sistem kesehatan nasional dengan melibatkan peran

serta masyarakat untuk menangani masalah gizi yang pada hakikatnya adalah

masalah kesehatan masyarakat. Namun demikian penanggulangan tidak dapat

dilakukan hanya dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.

Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan

penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait (Supariasa

2002)

Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Banyuasin melalui Dinas

Kesehatan telah berupaya mengumpulkan data cakupan program perbaikan gizi

masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin. Hal tersebut tercermin pada data tahun

2003 yang telah dipublikasikan, dimana cakupan kapsul vitamin A balita bulan

Februari dan Agustus 88,90%, cakupan vitamin A bayi bulan Februari dan

Agustus 66,95%, cakupan ibu hamil mendapat tablet tambah darah (Fe) 75,9%,

cakupan penimbangan balita yaitu yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S)

mencapai 41,1%, untuk cakupan balita yang mengalami kenaikan berat badan

dibagi jumlah sasaran (N/D) yaitu pada balita mencapai 71,93%. Kabupaten Musi

Banyuasin menargetkan cakupan penimbangan balita di posyandu mencapai

90% (Direktorat Gizi Masyarakat 2005). Data Cakupan vitamin A bayi bulan

Februari dan Agustus 2006 (83,80%), cakupan kapsul vitamin A balita bulan

Februari dan Agustus (86,08%), KEP balita tahun 2006 (9,7%), data

penimbangan tahun 2006 Kabupaten Musi Banyuasin yaitu K/S (77%), D/S

(55%), D/K (72%), N/D (65%) (Dinkes Musi Banyuasin).

Data cakupan BB/U balita di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2007

(20%), cakupan TB/U balita (37%), cakupan BB/TB balita (20,1%), total vitamin

A (61,6%), cakupan penimbangan (19,4%), kepemilikan kartu menuju sehat

(KMS) sebesar (25%) (Riskesdas 2007). Data Kabupaten Musi Banyuasin tahun

2008 yaitu cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita 2 x pemberian

(82,34%), ibu hamil mendapat 90 tablet Fe (5,17%), cakupan ASI Esklusif

(44,22%) (Dinkes Musi Banyuasin 2008). Dengan masih rendahnya hasil

cakupan dan pencapaian program gizi di Kabupaten Musi Banyuasin dari tahun

ke tahun maka penulis tertarik untuk menganalisis program gizi masyarakat di

Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin selama tiga tahun berjalan apakah

sudah tercapai atau belum dan bagaimana cara meningkatkan cakupan dan

pencapaian program tersebut, sehingga target yang diharapkan dapat tercapai.

Page 18: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

4

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pencapaian program gizi masyarakat di

Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi dan menganalisis status gizi balita di Kabupaten Musi

Banyuasin tahun 2009-2011.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis cakupan dan pencapaian program

pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil di Kabupaten Musi

Banyuasin tahun 2009-2011.

3. Mengidentifikasi dan menganalisis cakupan dan pencapaian program

pemberian kapsul vitamin A di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011.

4. Mengidentifikasi dan menganalisis cakupan dan pencapaian program

pemberian ASI Ekslusif yang telah dilaksanakan di Kabupaten Musi

Banyuasin tahun 2009-2011.

5. Mengidentifikasi dan menganalisis cakupan dan pencapaian kinerja program

gizi (SKDN) di Posyandu.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini :

1. Bagi Pengambil Kebijakan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan data cakupan program

perbaikan gizi masyarakat di Kabupaten Musi Banyuasin, masukan atau

pertimbangan bagi penyusun dan penentu kebijakan dalam mengupayakan

peningkatan pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat.

2. Bagi Peneliti

Menambah informasi tentang cakupan program perbaikan gizi masyarakat di

Kabupaten Musi Banyuasin.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah literatur kepustakaan tentang cakupan program perbaikan gizi

masyarakat di Kabupaten Musi Banyuasin.

Page 19: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

5

TINJAUAN PUSTAKA

Sasaran Pembangunan Gizi

WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan

kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Sejak janin dalam kandungan, bayi,

balita, anak, remaja, dewasa, dan umur lanjut, makanan yang memenuhi syarat

gizi merupakan kebutuhan utama untuk pertahanan hidup, pertumbuhan fisik,

perkembangan mental, prestasi kerja, kesehatan dan kesejahteraan (Soekirman

2000).

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-

2014 telah menetapkan 4 sasaran pembangunan kesehatan, yaitu; 1)

Meningkatkan Umur Harapan Hidup menjadi 72 tahun; 2) Menurunkan Angka

Kematian Bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup; 3) Menurunkan Angka

Kematian Ibu menjadi 228 per 100 ribu kelahiran hidup; dan 4) Menurunkan

prevalensi gizi kurang menjadi 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek

menjadi 32%. Untuk mencapai sasaran RPJMN Tahun 2010-2014 bidang

kesehatan, Kementerian Kesehatan telah menetapkan Rencana Strategi

Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, yang memuat indikator keluaran

yang harus dicapai, kebijakan dan strategi.

Di bidang perbaikan gizi telah ditetapkan 8 indikator keluaran, yaitu;

100% balita gizi buruk ditangani/dirawat, 85% balita ditimbang berat badannya,

80% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif, 90% rumah tangga

mengonsumsi garam beryodium, 85% balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin

A, 85% ibu hamil mendapat Fe 90 tablet, 100% kabupaten/kota melaksanakan

surveilans gizi, dan 100% penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah

bencana (Kemenkes 2010).

Di Indonesia, anak kelompok balita menunjukkan prevalensi paling tinggi

untuk penyakit kekurangan kalori protein (KKP) dan defisiensi vitamin A serta

anemia defisiensi Fe. Kelompok umur ini sulit dijangkau oleh berbagai upaya

kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya (Sediaoetama 2004). Selain itu

Indonesia juga menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan

masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh

kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan

(sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan

kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi (iodium) (Almatsier 2009).

Page 20: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

6

Arah pembangunan Gizi sesuai dengan UU 17/2007 : Rencana

Pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) 2005-2025 menitikberatkan

pada pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor, yang

meliputi : 1) produksi, 2) pengolahan, 3) distribusi, 4) konsumsi pangan, 5)

kandungan gizi yang cukup seimbang, 6) terjamin keamanannya.

Faktor-faktor penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita antara

lain karena faktor kemiskinan sehingga orang tua tidak mampu memberikan

makanan bergizi, faktor ketidaktahuan ibu tentang makanan bergizi, serta faktor

penyakit yang diderita balita hingga menyebabkan nafsu makan berkurang

(Siswono 2006).

Selain itu faktor penyebab lain timbulnya gizi kurang pada anak balita

lebih komplek, maka upaya penanggulangannya memerlukan pendekatan dari

berbagai segi kehidupan anak secara terintegrasi. Artinya tidak cukup dengan

memperbaiki aspek makanan, tetapi juga lingkungan hidup anak seperti pola

pengasuhan, pendidikan ibu, air bersih dan kesehatan lingkungan, mutu

pelayanan kesehatan dan sebagainya (Soekirman 2000).

Dalam pelaksanaan program perbaikan gizi dan prioritas pembangunan

pada gerakan Scaling Up Nutrition (SUN) memiliki beberapa program yang

dapat dilihat pada Gambar 1:

Sumber : Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional

Gambar 1 Prioritas Pembangunan pada Scaling Up Nutrition

Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa prevalensi KEP Nasional pada

balita dimana prevalensi status gizi buruk sebesar 4.9% dan status gizi kurang

sebesar 13%. Program Scaling Up Nutrition (SUN) movement merupakan upaya

global dari berbagai negara dalam rangka memperkuat komitment dan rencana

aksi percepatan perbaikan gizi, khususnya penanganan gizi sejak 1000 hari dari

masa kehamilan hingga usia 2 tahun. Periode tumbuh kembang janin dan bayi

Kebijakan Dengan Prioritas pada

pangan, gizi, dan jaminan

kesehatan untuk semua

Pengarusutamaan

pembangunan gizi

pada lintas sektor

Cakupan Luas Pada

Intervensi gizi

Page 21: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

7

apabila tidak ditangani dengan baik dapat berdampak jangka pendek dan jangka

panjang ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :

Dampak jangka pendek Dampak jangka panjang

Sumber : Short and long term effect of early nutrition ( James et al 2000)

Gambar 2 Tumbuh Kembang Janin dan Bayi

Penilaian Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel-

variabel tertentu. Status gizi juga merupakan akibat dari keseimbangan antara

konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau

keadaan fisiologik akibat dari kondisi ketersediaan zat gizi dalam seluruh tubuh

(Supariasa, 2002). Status gizi merupakan salah saru faktor yang menentukan

sumberdaya manusia dan kualitas hidup. Status gizi didefinisikan sebagai

keadaan kesehatan tubuh seseorang atau kelompok orang yang diakibatkan oleh

konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi (Riyadi 2001).

Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi

pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif Cara lain yang sering

digunakan untuk mengetahui status gizi yaitu dengan cara biokimia, antropometri

ataupun secara klinis (Baliwati dan Khomsan 2004). Saat ini pengukuran

antropometri (ukuran – ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam penilaian

status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intake energi

dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran

pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak

tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (non – fat mass) (Baliwati dan

Khomsan 2004).

Gizi pada 1000

hari pertama

kehidupan

( janin dan bayi)

2 tahun)

Perkembangan

Otak

Pertumbuhan massa

tubuh dan komposisi

badan

Metabolisme glukosa,

lipids, protein,

Hormon/receptor/gen

Kekebalan

Kapasitas kerja

Diabetes, Obesitas,

Penyakit jantung dan

pembuluh darah,

kanker, stroke, dan

disabilitas

Kognitif dan

prestasi belajar

Mati

Page 22: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

8

Indikator status gizi balita (bawah lima tahun) merupakan salah satu

indikator yang dapat menunjukkan tingkat sosial ekonomi suatu wilayah. Saat ini

kegiatan pemantauan status gizi (PSG) secara Nasional dilakukan melalui dua

kegiatan yaitu pengumpulan data antropometri dalam Survey Sosial Ekonomi

Sosial (SUSENAS) yang dilaksanakan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) dan kedua

Pengumpulan data Antropometri melalui Pemantauan Status Gizi (PSG) yang

dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan.

Pelaksanaan Pemantauan Status Gizi (PSG) di Kabupaten Musi

Banyuasin Tahun 2006, dimaksudkan untuk menyediakan informasi status gizi

balita yang akurat dan tepat secara berkala untuk membantu penentu kebijakan

dan perencanaan program pangan dan gizi di Kabupaten Musi Banyuasin.

Selain itu hasil PSG juga dapat digunakan sebagai parameter untuk menilai

tingkat keberhasilan suatu program yang terkait dengan peningkatan status gizi

masyarakat (Profil Gizi Kab. Musi banyuasin 2006)

Tabel 1 Kategori Status Gizi dengan didasarkan pada nilai Z-nya

Ambang Batas (cut off point) Kategori

BB/U TB/U BB/TB

> 2 SD Gizi Lebih - Gemuk - 2 SD s/d + 2 SD Gizi Baik Normal Normal < -2 SD Gizi Kurang Pendek Kurus < -3 SD Gizi Buruk Pendek Sekali Sangat Kurus

Sumber: (Adisasmito, 2007)

Gizi Buruk

Balita adalah anak usia dibawah 5 tahun (anak usia 0-59 bulan) yang

ada di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu, Gizi buruk adalah status gizi

berdasarkan indeks berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi

badan (TB) dengan nilai Z-score < -3 SD dengan atau tanpa gejala klinis,

ditangani/dirawat adalah tindakan yang diberikan kepada balita gizi buruk yang

ditemukan mulai dari rujukan, klarifikasi dan konfirmasi, pengobatan dan

pemberian makanan tambahan yang disertai dengan penyuluhan, baik rawat

jalan maupun rawat inap. Menurut Sediaoetama (2008), anak balita merupakan

kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga

memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kg berat badannya. Anak balita ini

justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat

kekurangan gizi.

Khomsan (2004) bayi sampai anak berusia 5 tahun yang lazim disebut

balita termasuk sebagai golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan

Page 23: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

9

zat gizi termasuk KEP. Terjadinya gizi kurang pada anak balita tidak selalu

didahului dengan terjadinya bencana kurang pangan dan kelaparan sehingga

upaya penangulangannya memerlukan pendekatan. Salah satunya adalah

dengan memperbaiki aspek makanan.

Anak yang menderita KEP terutama pada tingkat berat (gizi buruk)

mengalami hambatan dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, daya

tahan terhadap penyakit menurun sehingga meningkatkan angka kesakitan dan

risiko kematiannya cukup tinggi. Risiko Relative (RR) angka kematian bagi

penderita KEP berat 8.4 kali, KEP sedang 4.6 kali dan KEP ringan 2,4 kali

dibandingkan dengan gizi baik (Soekirman, 2000). Ketidakseimbangan

(kelebihan atau kekurangan) antara zat gizi dengan kebutuhan tubuh akan

menyebabkan kelainan patologi bagi tubuh manusia. Keadaan demikian disebut

malnutrition (gizi salah atau kelainan gizi). Secara umum, bentuk kelainan gizi

digolongkan menjadi 2 yaitu overnutrition (kelebihan gizi) dan under nutrition

(kekurangan gizi). Overnutrition adalah suatu keadaan tubuh akibat

mengkonsumsi zat-zat gizi tertentu melebihi kebutuhan tubuh dalam waktu yang

relative lama. Undernutrition adalah keadaan tubuh yang disebabkan oleh

asupan zat gizi sehari-hari yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi

kebutuhan tubuh (Gibson, 2005).

Notoadmojdo (2007), menyatakan bahwa salah satu kondisi yang

menyebabkan anak balita rawan gizi dan rawan kesehatan adalah anak balita

sudah mulai bermain di tanah atau di luar rumahnya sendiri. Dengan demikian

anak-anak balita lebih terpapar dengan lingkungan yang kotor dan kondisi yang

memungkinkan untuk terkena berbagai penyakit.

Munculnya kasus gizi buruk dimasyarakat seharusnya dapat dicegah

dan diketahui secara dini melalui kegiatan penimbangan bulanan balita di

Posyandu (Soekirman, 2000). Untuk itu tugas yang harus dilakukan oleh

pengelolah program gizi yaitu selain menggabungkan data kegiatan Pembinaan

Gizi Masyarakat dari Puskesmas, pengelola kegiatan gizi juga perlu melakukan

kompilasi laporan kasus gizi buruk yang dirawat di RS atau informasi dari

masyarakat dan media. Bila ada laporan kasus gizi buruk dari masyarakat atau

media, pengelola gizi perlu melakukan klarifikasi ke puskesmas mengenai

laporan atau informasi tersebut untuk melakukan konfirmasi status gizinya.

Klarifikasi laporan kasus gizi buruk dapat dilakukan melalui telepon dan

sms. Bila hasil konfirmasi ternyata balita tersebut benar gizi buruk (BB/PB atau

Page 24: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

10

BB/TB <-3 SD dengan atau tanpa gejala klinis) maka perlu dilakukan pelacakan

atau penyelidikan kasus. Pelacakan kasus meliputi waktu kejadiannya,

tempat/lokasi kejadian dan identitas orangnya termasuk umur, jenis kelamin dan

penyebab terjadinya kasus gizi buruk.

Pelacakan kasus gizi buruk dilakukan apabila: Kasus gizi buruk belum

mendapatkan penanganan, kasus gizi buruk terkonsentrasi pada satu wilayah,

dicurigai kemungkinan adanya rawan pangan (pedoman survailance gizi).

Keluaran yang diharapkan dari langkah pengumpulan data adalah adanya

rekapitulasi laporan terkait dengan jumlah puskesmas yang melapor, ketepatan

waktu, kelengkapan dan kebenaran data yang dilaporkan (Dinkes Muba 2006).

ASI Eksklusif

ASI adalah satu-satunya makanan yang lengkap mengandung zat gizi

yang dibutuhkan bayi. Selain mengandung semua zat gizi yang diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi, ASI juga mengandung zat kekebalan atau

anti-body yang melindungi anak dari infeksi terutama diare dan ISPA. Menurut

UNICEF pada tahun 1997 kurang lebih 95 persen bayi Indonesia pernah diberi

ASI, dan hanya lima persen atau kurang lebih 200.000 bayi yang sama sekali

tidak pernah mendapat ASI. Dari 95 persen bayi yang mendapat ASI hanya

sebagian kecil yang memperoleh ASI eksklusif atau ASI penuh tanpa diberikan

makanan atau minuman lain (Soekirman 2000).

Definisi ASI eksklusif bermacam-macam tetapi definisi yang sering

digunakan adalah definisi WHO yang menyebutkan ASI eksklusif adalah

pemberian hanya ASI saja tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali

vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan.

Beberapa studi menggunakan definisi ASI ekslusif yang berbeda seperti sebagai

pemberian hanya ASI saja dalam 24 jam terakhir: 1). Bayi 0–6 bulan adalah

seluruh bayi usia 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang ada di wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu, 2). ASI Esklusif 0–6 bulan adalah ASI saja yang

diberikan kepada bayi usia 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari tanpa

makanan/cairan lain selama sehari sebelum dilakukan pencatatan (recall 24

jam), 3). Bayi usia 0–6 bulan yang diberikan ASI Eksklusif adalah bayi usia 0

bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang diberikan ASI saja selama sehari

sebelum dilakukan pencatatan (recall 24 jam) yang ada diwilayah kerja pada

kurun waktu tertentu ( Riskesdas 2010).

Page 25: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

11

ASI Eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah

bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti

pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI secara

esklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila

mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, la harus mulai

diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai

bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2005).

Gizi seimbang memerlukan keanekaragaman makanan oleh karena

tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan

manusia, kecuali air susu ibu (ASI) untuk bayi sampai umur enam bulan.

Beberapa jenis makanan kaya akan zat gizi tertentu, sedang jenis makanan lain

kaya akan zat gizi lainnya. Dengan makan yang beraneka ragam berarti

kekurangan zat gizi dari sesuatu makanan dapat diisi oleh zat gizi dari makanan

lain (Soekirman 2000).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui program perbaikan

gizi masyarakat telah menargetkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 80%.

Namun demikian angka ini sangat sulit untuk dicapai bahkan kecenderungan

prevalensi ASI eksklusif dari tahun ke tahun terus menurun. Data Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007 memperlihatkan terjadinya

penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40.2% pada tahun 1997 menjadi 39.5%

dan 32% pada tahun 2003 dan 2007 (BPS 2002-2007).

Studi kualitatif (Fikawati & Syafiq 2009) melaporkan faktor predisposisi

kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan

pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin penting yang menyebabkan

terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan Inisiasi

Menyusui Dini.

Pemberian Tablet Fe pada Ibu hamil

Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses yang dikonsumsi

sehari-hari. Zat besi secara alamiah dapat diperoleh dari makanan, Kekurangan

zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat menimbulkan

penyakit anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang

darah. Jumlah zat besi yang harus diserap tubuh setiap hari hanya 1 mg atau

setara dengan 10 – 20 mg zat besi yang terkandung dalam makanan. Zat besi

Page 26: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

12

pada pangan hewani lebih tinggi penyerapannya, yaitu 20 – 30% sedangkan dari

sumber nabati hanya 1 – 6% (Anonim 2006).

Menurut Almatsier (2002), makan besi heme dan non heme secara

bersama dapat meningkatkan penyerapan besi non heme. Daging, ayam, dan

ikan mengandung suatu faktor yang membantu penyerapan besi. Faktor ini terdiri

atas asam amino yang mengikat besi dan membantu penyerapannya. Susu sapi,

keju, dan telur tidak mengandung faktor ini hingga tidak dapat membantu

penyerapan besi.

Anemia Gizi Besi (AGB) terutama banyak diderita oleh wanita hamil,

wanita menyusui, dan wanita usia subur pada umumnya, karena fungsi kodrati.

Peristiwa kodrati wanita adalah haid, hamil, melahirkan dan menyusui. Karena itu

menyebabkan kebutuhan Fe atau zat besi relatif lebih tinggi dibandingkan

kelompok lain. Kelompok lain yang rawan AGB adalah anak balita, anak usia

sekolah, dan buruh serta tenaga kerja berpenghasilan rendah. Tablet Fe-I adalah

Tablet Tambah Darah (TTD) yang mengandung 60 mg elemenental iron dan 250

mcg asam folat, sedangkan Fe-III tablet adalah tablet tambah darah Fe yang

diberikan kepada ibu hamil sebanyak 90 tablet sampai masa nifas. (Kemenkes

2010)

Anemia gizi besi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dari tingkat

ringan sampai berat. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko:

mendapatkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan

pada saat persalinan, dan bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan

bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat. Pada ibu hamil lebih

banyak terjadi perdarahan kronis, yaitu perdarahan sedikit-sedikit tetapi terus

menerus dalam waktu yang lama (Riyadi, Hardinsyah, & Anwar 1997).

Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh banyak faktor, yaitu faktor

langsung, tidak langsung dan mendasar. Secara langsung anemia disebabkan

oleh seringnya mengkonsumsi zat penghambat absorbsi zat besi, kurangnya

mengkonsumsi promotor absorbsi zat besi non heme serta adanya infeksi

parasit. Adapun kurang diperhatikannya keadaan ibu pada waktu hamil

merupakan faktor tidak langsung. Namun secara mendasar anemia pada ibu

hamil disebabkan oleh rendahnya pendidikan dan pengetahuan serta faktor

ekonomi yang masih rendah (Darlina 2003).

Di Indonesia dari laporan depkes (2005) prevalensi anemia pada remaja

wanita (15-19 tahun) 26.5%, dan pada wanita subur 26.9%. Masalah anemia gizi

Page 27: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

13

besi tidak hanya terjadi pada remaja tetapi juga terjadi pada kelompok usia

lainnya, misalnya prevalensi pada balita (47%), ibu hamil (40.1%) termasuk

kategori defesiensi tingkat berat, dan bahkan pada manula 45.8%. Data nasional

(SUSENAS) menunjukkan prevalensi rumah tangga yang defisit zat gizi (< 50%

AKG) cukup besar, yaitu untuk zat besi 37.9%, vitamin C 53.8%, dan Vitamin A

(35.3%) dilakukan dengan menggunakan pendekatan konsumsi pangan.

Pemberian kapsul vitamin A

Balita 6-59 bulan adalah balita usia 6-59 bulan yang ada di wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu. Kapsul vitamin A adalah kapsul yang mengandung

vitamin A dosis tinggi (100.000 SI warna kapsul biru untuk bayi usia 6-11 bulan

dan 200.000 SI warna kapsul merah untuk anak balita 12-59 bulan).

Fungsi vitamin A sebenarnya mencakup tiga fungsi, yaitu fungsi dalam

proses melihat, dalam proses metabolisme, dan proses reproduksi. Program

penanggulangan xerophthalmia ditujukan pada anak balita dengan pemberian

vitamin A secara cuma-cuma melalui Puskesmas atau Posyandu (Notoatmodjo

2003).

Program penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA) telah dilaksanakan

sejak tahun 1970-an dan sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah

gizi utama di Indonesia. Masalah vitamin A subklinis masih merupakan salah

satu masalah gizi utama di Indonesia, karena dari hasil survai xeroftalmia tahun

1992 menunjukkan bahwa 50% anak balita mempunyai kadar serum vitamin A

dibawah standar kecukupan yang ditentukan oleh WHO (< 20 mg/ dl ).

Sejak tahun 1980-an diketahui bahwa angka kematian meningkat pada

anak balita yang kurang vitamin A, bahkan sebelum terlihat adanya tanda-tanda

xerophthalmia. Di banyak negara pemberian atau suplemen vitamin A dapat

menurunkan angka kematian akibat infeksi sebanyak 19.0 persen hingga 54.0

persen dan menurunkan resiko kematian akibat penyakit campak. Diperkirakan

sekurang-kurangnya satu juta anak dapat dicegah dengan meningkatkan

konsumsi vitamin A (Soekirman 2000).

Hasil Studi Masalah Gizi Mikro di 10 propinsi yang dilakukan Puslitbang

Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan RI pada Tahun 2006 memperlihatkan

balita dengan Serum Retinol kurang dari 20 μg/dl adalah sebesar 14.6%. Hasil

studi tersebut menggambarkan terjadinya penurunan bila dibandingkan dengan

Survei Vitamin A Tahun 1992 yang menunjukkan 50% balita mempunyai serum

retinol kurang dari 20 μg/dl. Oleh karena itu, masalah kurang Vitamin A (KVA)

Page 28: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

14

sudah tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi karena berada di

bawah 15% (batasan IVACG). Hal tersebut salah satunya berkaitan dengan

strategi penanggulangan KVA dengan pemberian suplementasi Vitamin A yang

dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus (Bulan Kapsul Vitamin A).

Strategi penanggulangan kurang vitamin A di Kabupaten Musi

Banyuasin masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi, yang

diberikan pada bayi (6-11 bulan), balita (1-5 tahun) dan ibu nifas. Distribusi

vitamin A dilakukan secara serentak pada bulan promosi vitamin A di 11

Kecamatan dan 25 Puskesmas dalam Kabupaten Musi Banyuasin (profil Gizi

Kab. Musi Banyuasin 2006).

Kinerja program gizi di Posyandu

Sistem yang digunakan di Posyandu adalah menggunakan sistem balok

SKDN. SKDN adalah hasil penimbangan balita di posyandu yang merupakan

data berupa pencatatan dan pelaporan pada lingkungan kelurahan. Kegiatan

bulanan di posyandu merupakan kegiatan rutin yang bertujuan untuk : (a)

memantau pertumbuhan berat badan balita dengan menggunakan kartu menuju

sehat (KMS), (b) memberikan konseling gizi, (c) memberikan pelayanan gizi dan

kesehatan dasar. Untuk tujuan pemantauan pertumbuhan balita dilakukan

penimbangan balita setiap bulan. Dalam KMS berat badan balita hasil

penimbangan akan diisikan dengan titik dan dihubungkan dengan garis,

sehingga membentuk garis pertumbuhan anak. Berdasarkan garis pertumbuhan

ini dapat dinilai apakah berat badan anak hasil penimbangan dua bulan berturut-

turut = NAIK (N) atau TIDAK NAIK (T) dengan cara yang telah ditetapkan dalam

panduan penggunaan KMS (Depkes, 2005).

Berat badan adalah indikator kesehatan yang penting bagi setiap orang.

Oleh karena itu penting menimbang berat badan secara teratur dan mengetahui

apakah berat badannya sudah ideal, kurang, atau lebih. Berat badan yang ideal

menunjukkan status gizi yang baik atau normal (Soekirman 2000).

Anak yang berumur antara empat bulan sampai dengan tiga tahun

sebaiknya ditimbang setiap bulan, karena pada periode umur tersebut

merupakan penyesuaian dengan makanan orang dewasa, asupan makanan

sering tidak mencukupi, dan ASI mulai tidak mencukupi kebutuhan anak karena

anak mulai disapih, dan anak masih rentan terhadap penyakit sehingga sering

terjadi gangguan pertumbuhan (Soetjiningsih 1995).

Page 29: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

15

Hasil Penimbangan Balita di Posyandu yang dilakukan setiap bulan

menghasilkan data penimbangan, yaitu:

• Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desa.

• Jumlah balita yang memiliki KMS (K).

• Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbangan.

• Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulan penimbangan.

• Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM).

• Jumlah balita yang tidak naik berat badannya (T).

• Jumlah balita yang datang bulan ini, tetapi bulan lalu tidak datang (O).

• Jumlah balita baru yang datang (B).

Dari data hasil penimbangan tersebut dapat dihasilkan cakupan kinerja program

gizi, Cakupan hasil program gizi di Posyandu tersebut adalah sebagai berikut :

1). Cakupan Program (K/S)

Cakupan program (K/S) adalah Jumlah Balita yang memiliki Kartu Menuju

Sehat (KMS) dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah Posyandu

kemudian dikali 100%. Persentase K/S disini, menggambarkan berapa jumlah

balita diwilayah tersebut yang telah memiliki KMS atau berapa besar cakupan

program di daerah tersebut telah tercapai.

2). Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S)

Cakupan partisipasi masyarakat (D/S) adalah Jumlah Balita yang ditimbang

di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah kerja Posyandu

kemudian dikali 100%. Persentase D/S disini, menggambarkan berapa besar

jumlah partisipasi masyarakat di dareah tersebut yang telah tercapai.

3). Cakupan Hasil Penimbangan (N/D)

Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) adalah Rata–rata jumlah balita yang naik

berat badan (BB) nya dibagi dengan jumlah balita yang ditimbang di Posyandu

kemudian dikali 100%. Persentase N/D disini, menggambarkan berapa besar

hasil penimbangan didaerah tersebut yang telah tercapai.

4). Cakupan Kelangsungan Penimbangan (D/K)

Cakupan kelangsungan penimbangan (D/K) adalah Jumlah Balita yang

ditimbang di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang telah memiliki KMS

kemudian dikali 100%. Persentase D/K disini, menggambarkan berapa besar

kelangsungan penimbangan di daerah tersebut yang telah tercapai (Depkes

2008).

Page 30: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

16

Surveilance Gizi

Manfaat umum surveilans (Thacker, 2000) adalah perencanaan,

implementasi, dan evaluasi kegiatan kesehatan masyarakat. Adapun manfaat

khusus surveilance adalah memperkirakan kuantitas masalah, menggambarkan

riwayat alamiah penyakit, mendeteksi wabah/KLB, menggambarkan distribusi

masalah kesehatan, memfasilitasi penelitian dan epidemiologis dan laboratoris,

membuktikan hipotesis, menilai kegiatan pencegahan dan penanggulangan,

memonitor perubahan agen infeksius, memonitor upaya isolasi, mendeteksi

perubahan kegiatan, merencanakan kegiatan. Dibawah ini adalah alur kegiatan

surveilans:

Sumber:

Sumber : (Hidajah 2007)

Gambar 3 Alur Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan Surveilance Program Gizi

(Dinkes Muba 2009)

Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok Dinas Kesehatan Musi Banyuasin di bidang pelayanan

kesehatan meliputi penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu anak, gizi

masyarakat dan institusi. Melalui bidang pelayanan kesehatan dengan

membawahi beberapa seksi diantaranya yaitu Seksi Kesga mempunyai fungsi

sebagai berikut :

a. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan KIA-Gizi masyarakat dan institusi

b. Menyelenggarakan pelayanan KIA-Gizi masyarakat dan institusi

c. Melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan KIA-Gizi

masyarakat dan institusi. Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana maksud

diatas, maka program Gizi mempunyai uraian tugas sebagai berikut :

a. Menyusun rencana kegiatan program gizi masyarakat dan institusi setiap

tahunnya dan langkah-langkahnya.

Pengumpulan Data Pengolahan dan

penyajian data

Analisis dan

Interpretasi data

Tindakan pencegahan dan

penanggulangan

Pembuatan Laporan,

rekomendasi tindak lanjut

dan diseminasi informasi

Page 31: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

17

b. Menyiapkan usulan dana penyelenggaraan pemberian pelayanan program

gizi masyarakat dan institusi.

c. Melaksanakan koordinasi dengan instansi lain yang terkait dalam

pelaksanaan pelayanan gizi masyarakat dan institusi.

d. Menyiapkan dan melaksanakan monitoring pelaksanaan pelayanan program

gizi masyarakat dan institusi.

e. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan pelayanan program gizi masyarakat dan

institusi.

f. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas kegiatan setiap tahunnya.

g. Melaksanakan koordinasi kegiatan monitoring dan pembinaan dengan lintas

program dalam rangka perbaikan gizi masyarakat.

h. Memberikan saran pertimbangan dan informasi untuk bahan penetapan garis

kebijakan umum Bidang Pelayanan Kesehatan.

i. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang

Pelayanan Kesehatan.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi program Gizi maka kegiatan yang

dilaksanakan pada tahun 2009, 2010 dan 2011 antara lain :

1. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) melalui kegiatan penimbangan balita

setiap bulan di posyandu, distribusi tablet tambah darah (tablet Fe)

2. untuk ibu hamil serta distribusi kapsul vitamin A untuk bayi, balita dan ibu

nifas.

3. Pemantauan status gizi balita melalui kegiatan Bulan Penimbangan Balita

(BPB).

4. Pencegahan dan penanggulangan balita gizi buruk melalui kegiatan

Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P)

5. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

6. Peningkatan cakupan ASI Eksklusif melalui kegiatan Pelatihan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif bagi petugas Puskesmas.

7. Penilaian kinerja Posyandu setiap tahunnya.

8. Penilaian petugas gizi teladan setiap tahunnya.

Disamping tugas pokok dan fungsi di atas program gizi memiliki

kegiatan rutin yang harus dilaksanakan setiap bulan yaitu pengumpulan,

pengolahan dan analisa data program perbaikan gizi masyarakat dan hasil

pemantauan status gizi yang dilaporkan oleh masing-masing petugas pelaksana

gizi puskesmas se-Kabupaten Musi Banyuasin setiap bulannya. Selanjutnya,

Page 32: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

18

laporan puskesmas tersebut direkap, diolah, dan dianalisis. Kemudian hasilnya

dikirimkan ke Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan.

Program dan Target Program Gizi

Program Perbaikan Gizi diarahkan tercapainya keadaan gizi yang

optimal bagi seluruh penduduk yang dicerminkan dengan semakin meningkatnya

jumlah keluarga yang berperilaku gizi seimbang. Dalam melaksanakan berbagai

kegiatan tersebut, ditentukan beberapa indikator yang disertai dengan target

pencapaian program, dengan tujuan untuk memantau dan mengevaluasi

jalannya kegiatan.

Tabel 2 Program dan Target Program Gizi tahun 2009-2011 di Dinas Kesehatan

Kabupaten Musi Banyuasin

Program Indikator Target

2009 2010 2011

Upaya Perbaikan Gizi Keluarga ( UPGK )

K/S 80% 80% 80%

D/S 80% 80% 80%

N/S 80% 80% 80%

D/K 80% 80% 80%

N/D 80% 80% 80%

Fe-I 90% 90% 90%

Fe-III 90% 90% 90%

ASI Esklusif 80% 80% 80%

Vitamin A Bayi 80% 80% 80%

Vitamin A Balita 80% 80% 80%

Pencegahan dan Penanggulangan Balita

Gizi Buruk

Gizi Buruk < 20 % < 20 % < 20 %

BGM < 15 % < 15 % < 15 %

Gizi Buruk mendapat Perawatan 100% 100% 100%

MP-ASI Baduta Gakin BGM

100% 100% 100%

Kecamatan Bebas Rawan Gizi 80% 80% 80%

Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Musi Banyuasin S = Jumlah balita disuatu wilayah, K = Jumlah balita disuatu wilayah yang memiliki kartu menuju sehat (KMS), D= Jumlah Balita yang ditimbang disuatu wilayah, dan N= Jumlah Balita disuatu wilayah yang naik timbangannya.

Page 33: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

19

KERANGKA PEMIKIRAN

Indonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masih

besarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita, kurang vitamin A (KVA),

anemia gizi besi. Prevalensi gizi kurang pada periode 1989-1999 menurun dari

29.5% menjadi 27.5% atau rata-rata terjadi penurunan 0.40% per tahun, namun

pada periode 2000-2005 terjadi peningkatan prevalensi gizi kurang dari 24.6%

menjadi 28.0% (Depkes 2008).

Penduduk sasaran program kesehatan sangatlah beragam sesuai

dengan karakteristik kelompok umur tertentu atau didasarkan pada kondisi siklus

kehidupan yang terjadi. Beberapa upaya program kesehatan memiliki sasaran

ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas atau ibu menyusui, sedangkan beberapa

program lainnya dengan penduduk sasaran terfokus pada bayi, anak balita, anak

usia sekolah, wanita usia subur, usia lanjut dan lain-lain. Bagi petugas

kesehatan, data sasaran program tersebut diperlukan untuk menyusun rencana

kegiatan tahunan atau menghitung pencapaian indikator dalam rangka evaluasi

keberhasilan upaya kesehatan (Depkes 2009).

Pelaksanaan program gizi atau surveilans gizi di Kabupaten/Kota

meliputi :

1. Pemantauan kasus gizi buruk dan gizi kurang pada balita.

2. Pemantauan pertumbuhan balita (K/S), (D/S), (N/D) dan (D/K) yang

merupakan cerminan tingkat cakupan program, partisipasi masyarakat, hasil

penimbangan dan keberlangsungan program penimbangan.

3. Pemantauan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan.

4. Pemantauan pemberian kapsul vitamin A pada balita.

5. Pemantauan pemberian Fe 90 tablet pada ibu hamil.

Input dari Pemantauan tersebut didapat dari berbagai laporan

diantaranya laporan rutin bulanan Rumah Sakit atau Puskesmas, dan

direkapitulasi setiap tahun oleh Dinas Kesehatan Musi Banyuasin. Selain itu

untuk memudahkan pencatatan dan pelaporan yang diharapkan. Kementrian

Kesehatan telah menyediakan formulir standar baku pelaporan mengenai

kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap bulan oleh setiap puskesmas yang ada

di seluruh wilayah Indonesia. Formulir standar baku tersebut yaitu Formulir

LB3/FIII Gizi yang berfungsi sebagai formulir pencatatan, pelaporan dan

rekapitulasi hasil kegiatan sebagai indikator kinerja pembinaan gizi masyarakat di

tingkat Kabupaten/Kota.

Page 34: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

20

Proses dari hasil pemantauan tersebut perlu dianalisis sehingga

menghasilkan data-data dasar berupa data gizi buruk, data distribusi kapsul

vitamin A, data distribusi tablet Fe, data penimbangan (SKDN), dan data ASI

eksklusif. Setelah data-data tersebut tersedia dari hasil proses pemantauan yang

telah dilakukan, diharapkan adanya output berupa besaran cakupan program

gizi, dimana dari hasil cakupan program ini data yang ada mencerminkan kondisi

yang sebenarnya. Keberhasilan program yang diharapkan berhasil dengan baik

ditetapkan berdasarkan target yang hendak dicapai yaitu kasus gizi buruk < 20%,

cakupan Kurang Vitamin A ≥ 80%, cakupan pemberian tablet Fe ≥ 90%, SKDN ≥

80%, Cakupan ASI Eksklusif ≥ 80%. Adapun penyajian data yang dijadikan

dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.

Page 35: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

21

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

= Hubungan yang diteliti

= Hubungan yang tidak diteliti

LB3/FIII adalah formulir pencatatan, pelaporan dan rekapitulasi hasil kegiatan sebagai indikator kinerja pembinaan gizi masyarakat di tingkat

Kabupaten/Kota

Gambar 4 Kerangka konsep, Status Gizi Balita, Cakupan SKDN, Cakupan Vitamin A, Cakupan Fe Bumil, Cakupan ASI Esklusif,

di Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin

input Output Proses

Keputusan Tindakan Hasil Tindakan

Analisis Data Cakupan Program 1. Laporan RS/Puskesmas/ Masyarakat (from

Lap. KLB Gizi RS dan From lap.Bulanan

Gizi buruk

2. Laporan Puskesmas (LB3/FIII Gizi)

3. Laporan Puskesmas (from ASI esklusif)

Penerimaan

Data Dasar 1. Data Gizi Buruk 2. Data Distribusi Kapsul Vit. A 3. Data Distribusi Tablet Fe 4. Data SKDN 5. Data ASI Esklusif

Data Dasar 1. Analisis Data Gizi Buruk 2. Analisis Data Distribusi Kapsul Vit. A 3. Analisis Data Distribusi Tablet Fe 4. Analisis Data SKDN 5. Analisis Data ASI Esklusif

Target 1. Gizi Buruk <20%

2. KVA ≥ 80%

3. Anemia Gizi Besi≥ 90%

4. Penimbangan 80% 5. Asi Eksklusif ≥ 80%

Keluaran

Target

Acuan

Page 36: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

22

METODE PENELITIAN

Desain, Waktu danTempat

Rancangan penelitian yang digunakan pada data cakupan program gizi

masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin ini adalah cross-

sectional study dimana antara variabel independen dan variabel dependen diukur

pada saat yang sama. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

menggunakan data sekunder yaitu untuk mendapat gambaran status gizi balita,

cakupan pemberian ASI Esklusif pada bayi 0-6 bulan, cakupan pemberian tablet

Fe bumil, cakupan pemberian kapsul vitamin A, cakupan informasi posyandu

(SKDN) anak balitadi Kabupaten Musi Banyuasin. Pengambilan data dilakukan

di Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin bulan Juli Tahun 2012 yang

berasal dari data 25 Puskesmas dalam 11 Kecamatan di Kabupaten Musi

Banyuasin.

Jenis dan Cara pengumpulan Data

Data-data tersebut meliputi data hasil survey Penilaian Status Gizi dari

25 Puskesmas yang tersebar di 11 kecamatan, dimana data yang dikumpulkan

adalah kualitas subyek ( umur, jenis kelamin ), status gizi (BB/U, PB/U, dan

BB/PB), cakupan SKDN, jumlah ibu hamil yang mendapat tablet besi, jumlah bayi

balita yang mendapat kapsul vitamin A, dan jumlah bayi yang mendapat ASI

Esklusif. Data tersebut di dapatkan dari hasil laporan penimbangan tiap bulan.

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Excel 2007.

Data Sekunder untuk nilai z-score ditentukan berdasarkan BB/TB, BB/U

danTB/U.

Pengkatagorian Variabel

Pengkatagorian variabel pada penelitan ini dapat dilihat pada tabel 3.

Analisis Data

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum

tentang data cakupan kegiatan pembinaan gizi masyarakat. Tujuannya adalah

untuk menetapkan daerah prioritas untuk pembinaan wilayah.

Analisis Analitik

Analisa analitik dimaksudkan untuk memberikan gambaran hubungan

antar 2 (dua) atau lebih indikator yang saling terkait, sehingga bila antar dua

Page 37: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

23

variabel tersebut mengalami penurunan maka perlu dilakukan suatu tindakan

sehingga wilayah tersebut perlu mendapat prioritas dalam kegiatan pembinaan

gizi.

Tabel 3 Cara pengkategorian variable

No Subyek Data Kategori Pengukuran Sumber

Acuan

1. Karakteristik

Umur

Nominal 1. 00-06 bulan 2. 06-11 bulan 3. 12-59 bulan

Depkes (2008)

Jenis kelamin Nominal 1. Laki-laki 2. Perempuan

Depkes (2008)

2. Anak balita Penilaian Status gizi

Indikator BB/U Ordinal Gizi buruk Z-skor < -3.0 Gizi Kurang Z-skor ≥ -3.0 s/d Z-skor < -2.0 Gizi Baik Z-skor ≥ -2.0 s/d Z-skor ≤ 2.0 Gizi lebih Z-skor ≥ 2.0 Indikator PB/U Normal Z-skor - 2,0 s/d + 2 SD Pendek/Stunted Z-skor -3 s/d< -2,0 SD ) Sangat Pendek <-3 SD Indikator BB/PB Gemuk Z-skor > 2,0 Normal Z-skor (- 2,0 s/d + 2,0 ) Kurus / wasted Z-skor (< - 2,0 s/d – 3,0) Sangat Kurus Z-skor (< - 3,0)

Depkes RI

(2008)

3. Anak Balita Cakupan ASI Esklusif

Ordinal :

- Baik apabila cakupan ≥ 80% dari populasi

- Kurang apabila <80% dari populasi

SPM (2010)

4. Anak balita Pemberian Kapsul

Vit A

Ordinal :

- Baik apabila cakupan ≥ 80% dari populasi

- Kurang apabila < 80% dari populasi

SPM (2010)

5. Ibu hamil Pemberian

Tablet Fe

Ordinal :

- Baik apabila cakupan ≥ 90% dari populasi

- Kurang apabila < 90% dari populasi

6. Anak Balita SKDN Ordinal :

- Baik apabila cakupan ≥ 80% dari populasi

- Kurang apabila < 80% dari populasi

SPM (2010)

Page 38: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

24

Definisi Operasional

Status gizi adalah gambaran keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi, dilakukan dengan pengukuran BB/U,

PB/U, dan BB/TB

Gizi Buruk adalah status gizi dengan indikator berat badan menurut umur

(BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan tinggi badan

menurut umur (TB/U) dengan Z-score <−3, dan atau dengan tanda-

tanda klinis : marasmus, kwasiorkor, dan marasmus-kwasiorkor.

Defisiensi vitamin A adalah suatu kondisi dimana simpanan Vitamin A dalam

tubuh berkurang. Keadaan ini ditunjukkan dengan kadar serum retinol

dalam darah kurang dari 20μg/dl.

Anemia gizi besi adalah kondisi tubuh akibat kekurangan zat besi dalam

makanan sehari-hari secara berkelanjutan yang ditandai dengan kada

HB serum ˂ 12 mg/dl. Anemia Gizi Besi (AGB) terutama banyak diderita

oleh wanita hamil, wanita menyusui, dan wanita usia subur pada

umumnya, karena fungsi kodrati.

Sistem informasi posyandu (SKDN) adalah hasil penimbangan balita di

posyandu yang merupakan data berupa pencatatan dan pelaporan pada

lingkungan kelurahan atau desa.

ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa cairan atau makanan

padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau

sirup sampai usia 6 bulan.

Penilaian status gizi adalah penafsiran informasi yang diperoleh dari berbagai

cara penilaian, yakni antropometri, konsumsi makanan, laboratorium

dan klinik. Informasi digunakan untuk menetapkan status kesehatan

individu atau kelompok masyarakat yang berkaitan dengan konsumsi

dan penggunaan zat-zat gizi oleh tubuh. Cara penilaian status gizi yang

paling sering digunakan adalah antropometri. Antropometri digunakan

untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara

asupan protein dan energi. Dibawah ini adalah pengkategorian status

gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB.

Cakupan Gizi Buruk adalah persentase balita gizi buruk ditangani/dirawat

adalah jumlah balita gizi buruk yang ditangani dibagi dengan jumlah

balita gizi buruk yang ditemukan di satu wilayah kerja puskesmas pada

kurun waktu tertentu.

Page 39: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

25

Cakupan Kapsul Vitamin A adalah persentase balita 6-59 bulan dapat kapsul

vitamin A adalah jumlah balita 6-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin

A dibagi dengan jumlah seluruh balita 6-59 bulan yang ada di satu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

CakupanTablet Fe adalah persentase ibu hamil mendapat tablet Fe 90 adalah

jumlah ibu hamil yang mendapat 90 TTD dibagi dengan jumlah seluruh

ibu hamil trimester 3 yang ada di satu wilayah kerja pada kurun waktu

tertentu.

Cakupan SKDN adalah diantara kegiatan sistem informasi posyandu yaitu

ketrampilan dalam pengisian KMS, KMS adalah suatu pencatatan

lengkap tentang kesehatan seorang anak. KMS harus dibawa ibu setiap

kali ibu menimbang anaknya atau memeriksa kesehatan anak dengan

demikian pada tingkat keluarga KMS merupakan laporan lengkap bagi

anak yang bersangkutan, sedangkan pada lingkungan kelurahan bentuk

pelaporan tersebut dikenal dengan SKDN. Pengertiannya S adalah

jumlah balita yang ada di wilayah posyandu, K adalah jumlah balita yang

terdaftar dan yang memiliki KMS, D adalah jumlah balita yang datang

ditimbang bulan ini, N adalah jumlah balita yang naik berat badanya.

Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan kegiatan

penimbangan (K/S), kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu

(D/K), tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan (D/S),

kecenderungan status gizi (N/D), efektifitas kegiatan (N/S).

Cakupan Asi Ekslusif adalah persentase bayi usia 0 – 6 bulan mendapat ASI

Eksklusif yaitu jumlah bayi usia 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari

yang diberikan ASI saja selama sehari sebelum dilakukan pencatatan

(recall 24 jam) dibagi dengan jumlah bayi usia 0 bulan 0 hari sampai 5

bulan 29 hari yang ada pada saat dilakukan pencatatan di wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu.

Page 40: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

26

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah

Kondisi Geografis

Berdasarkan data dasar profil Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009,

2010 dan 2011, Kabupaten Musi Banyuasin berada di wilayah Propinsi Sumatera

Selatan yang memiliki luas wilayah ± 14.265,96 km atau sekitar 15 persen dari

luas propinsi Sumatera Selatan setelah terjadi pemekaran menjadi Kabupaten

Musi Banyasin dan Banyuasin. Secara geografis Kabupaten Musi Banyuasin

terletak antara 1.3 sampai dengan 4 Lintang Selatan dan 103 sampai dengan

105 40’ Bujur Timur. Batas wilayah Kabupaten Musi Banyuasin adalah sebelah

utara berbatasan dengan Propinsi Jambi, sebelah selatan berbatasan dengan

Kabupaten Muara Enim, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Musi

Rawas, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin.

Kabupaten Musi Banyuasin mempunyai iklim trofis dan basah dengan

variasi curah hujan antara 26.5 – 251.0 mmdengan curah hujan tidak menentu.Di

sebelah Timur dari Kabupaten Musi Banyuasin adalah Kecamatan Sungai Lilin,

sebelah Barat Kecamatan Bayung Lincir kemudian di daerah pinggiran aliran

Sungai Musi sampai ke Kecamatan Babat Toman tanahnya terdiri dari rawa-

rawa dan dipengaruhi oleh pasang surut. Daerah rawa-rawa tersebut luasnya

mencapai 53% dan selebihnya 35% tanah datar, serta12% tanah bergelombang.

Gambaran Administrasi Pemerintahan

Sejak terbentuknya otonomi daerah Kabupaten Musi Banyuasin dibagi

menjadi 9 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 203 desa. Tahun 2006

terjadi pemekaran beberapa desa dan kecamatan sehingga jumlah kecamatan

bertambah menjadi 11 kecamatan dan jumlah desa menjadi 218 desa.

Kabupaten Musi Banyuasin terbagi dalam 11 Kecamatan, yakni: (1)

Kecamatan Sangadesa, (2) Kecamatan Babat Toman, (3) Kecamatan Plakat

Tinggi, (4) Kecamatan Batanghari Leko, (5) Kecamatan Sungai Keruh, (6)

Kecamatan Sekayu, (7) Kecamatan Lais, (8) Kecamatan Sungai Lilin, (9)

Kecamatan Keluang, (10) Kecamatan Bayung Lencir, (11) Kecamatan Lalan.

Pada awal tahun 2012 telah terjadi pemekaran beberapa desa dan kecamatan

sehingga jumlah kecamatan bertambah menjadi 14 kecamatan dan jumlah desa

menjadi 239 desa.

Page 41: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

27

Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Musi Banyuasin dilihat dari sebaran

penduduk di masing-masing Kecamatan termasuk kabupaten/kota dengan

jumlah penduduk yang tidak terlalu padat dibandingkan dengan luas wilayah

hampir 15 ribu km2. Jumlah penduduk akhir tahun 2009 mencapai 473210 jiwa.

Rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin pada tahun 2009

adalah 33 jiwa/km². Jumlah penduduk akhir tahun 2010 mencapai 523025 jiwa.

Rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin pada tahun 2010

adalah 37 jiwa/km². Jumlah penduduk akhir tahun 2011 mencapai 609773 jiwa.

Rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin pada tahun 2011

adalah 43 jiwa/km². Jumlah dan distribusi penduduk dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Distribusi jumlah penduduk di Kecamatan di Kabupaten Musi

BanyuasinTahun 2009- 2011

NO KECAMATAN Luas Wilayah Jumlah Penduduk

2009 2010 2011

1 Sanga Desa 1523 27685 31112 31050

2 Babat Toman 247 49437 50649 54424

3 Plakat Tinggi 2108 24785 21450 22790

4 Batang Hari Leko 317 17407 23174 21873

5 Sungai Keruh 629 35285 35204 41971

6 Sekayu 702 61513 77026 83411

7 Lais 756 54492 57125 81302

8 Sungai Lilin 885 68037 72499 88651

9 Keluang 401 24431 28105 29303

10 Bayung Lincir 5668 74095 88155 116084

11 Lalan 1031 36043 38526 38914

Jumlah 14266 473210 52025 607664

Sumber : BPS Kabupaten Musi Banyuasin (2009-2011)

Sarana Kesehatan

Puskesmas binaan diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Musi

Banyuasin sebanyak 25 buah terdiri dari lima puskesmas dengan perawatan dan

20 tanpa perawatan yang tersebar di seluruh wilayah Kecamatan. Jumlah rumah

sakit sebanyak tiga buah rumah sakit terdiri dari satu rumah sakit tipe C dan dua

rumah sakit tipe D. Selain itu sarana kesehatan yang dibangun oleh masyarakat

antara lain pada tahun 2009 posyandu yang terdaftar ada 465, pada tahun 2010

posyandu yang terdaftar ada 500 buah, dan pada tahun 2011 posyandu yang

terdaftar ada 501 buah. Rasio sarana kesehatan terhadap jumlah penduduk

tahun 2009 (0.098%), tahun 2010 (0.096%), tahun 2011 (0.082%). Dengan

Page 42: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

28

melihat perbandingan rasio tersebut kecenderungan daya dukung sarana

kesehatan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di

Kabupaten Musi Banyuasin sehingga memerlukan perhatian yang khusus untuk

menambahan sarana pelayanan kesehatan.

Tabel 5 Jumlah posyandu yang melapor di Kecamatan di Kabupaten Musi

Banyuasin tahun 2009-2011

No. Kecamatan

Jumlah Posyandu tahun 2009

Jumlah Posyandu tahun 2010

Jumlah Posyandu tahun 2011

Terdaftar Lapor Terdaftar Lapor Terdaftar Lapor

1 Sanga desa 20 18 20 18 23 21 2 Babat Toman 39 28 38 38 38 38 3 Plakat Tinggi 27 25 28 25 28 25 4 Batanghari Leko 20 18 23 18 19 19 5 Sungai Keruh 40 34 40 33 44 37 6 Sekayu 48 48 52 52 52 52 7 Lais 40 33 55 40 41 36 8 Sungai Lilin 53 53 53 49 54 50 9 Keluang 42 41 44 44 44 44

10 Bayung Lencir 70 70 74 74 85 84 11 Lalan 66 66 73 73 73 71

Jumlah 465 434 500 464 501 477

Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin

Balita dan Ibu Hamil

Jumlah contoh Balita yang dikumpulkan dalam penelitian ini didasarkan

rekapitulasi hasil laporan bulanan selama tiga tahun di Kabupaten Musi

Banyuasin dari tahun 2009-2011. Berdasarkan klasifikasi jenis kelamin, dapat

diketahui bahwa sebagian besar contoh berjenis kelamin perempuan 50.48%

dan laki-laki 49.52% pada tahun 2009, berjenis kelamin perempuan 48.90% dan

laki-laki 51.10% pada tahun 2010, dan berjenis kelamin perempuan 51.24% dan

sisanya adalah laki-laki 48.76% seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6 Distribusi balita berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Musi Banyuasin

tahun 2009-2011

Jenis Kelamin 2009 2010 2011

n % n % n %

Laki-laki 34073 49.52 35523 51.10 35031 48.76

Perempuan 34738 50.48 33998 48.90 36819 51.24

Umur contoh pada penelitian ini berkisar antara 0 bulan hingga 60

bulan. Pada tabel 7 terlihat bahwa sebagian besar umur contoh termasuk ke

Page 43: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

29

dalam kategori 12-59 bulan 81.15% (2009), 78.45% (2010), dan 77.51% (2011)

dengan umur minimum 0-6 bulan sedangkan umur maksimum 59 bulan. Rata-

rata umur contoh adalah 38.6 bulan dengan standar deviasi 11.1 bulan.

Tabel 7 Distribusi balita berdasarkan umur di Kabupaten Musi Banyuasin tahun

2009-2011

Umur Balita 2009 2010 2011

n % n % n %

0-6 bulan 4132 6.00 6359 9.15 6935 9.65

6-11 bulan 8836 12.84 8620 12.40 9221 12.83

12-59 bulan 55843 81.15 54542 78.45 55694 77.51

Jumlah balita akhir tahun 2009 mencapai 68.088 jiwa yang terdiri dari

bayi 0-6 bulan sebesar 4132, bayi 6-11 bulan sebesar 8836, dan balita 12-59

bulan sebesar 55843. Jumlah Balita akhir tahun 2010 mencapai 69.516 jiwa

yang terdiri dari bayi 0-6 bulan sebesar 6359, bayi 6-11 bulan sebesar 8620, dan

balita 12-59 bulan sebesar 54542. Jumlah Balitanya akhir tahun 2010 mencapai

68.088 jiwa yang terdiri dari bayi 0-6 bulan sebesar 6935, bayi 6-11 bulan

sebesar 9221, dan balita 12-59 bulan sebesar 47869. Pada tabel 8 jumlah ibu

hamil berturut-turut berjumlah 12961 di tahun 2009, 25044 di tahun 2010, dan

13759 di tahun 2011.

Tabel 8 Distribusi ibu hamil di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011

Ibu hamil 2009 2010 2011

n % n % n %

Total 12961 2.74 25044 4.79 13759 2.26

Status Gizi Balita

Status Gizi Balita berdasarkan Berat Badan menurut Umur

Pengukuran status gizi pada balita dan anak dapat dilakukan dengan

menggunakan indeks antropometri sebagai berikut : 1). Indeks berat badan

menurut umur (BB/U), 2). Indeks berat badan menurut panjang atau tinggi badan

(BB/PB atau BB/TB) 3). Indeks panjang atau tinggi badan menurut umur (PB/U

atau TB/U) 4). Indeks gabungan (BB/U, BB/TB,TB/U) 5). Lingkar Lengan Atas

(LILA) 6). Indeks lingkar kepala menurut Umur (LK/U) 7). Tebal lipatan lemak

dibawah kulit (TLBK) (Baliwati dan Khomsan 2004).

Penilaian Skor gizi kurang balita di Kabupaten Musi Banyuasin

ditentukan dari prevalensi gizi kurang menurut berat badan terhadap umur

(BB/U) di bawah minus dua standar deviasi (<-2 SD) di Kabupaten bersangkutan.

Page 44: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

30

Selanjutnya ditentukan 4 skor dengan memperhatikan nilai rata-rata prevalensi

gizi kurang. Tahun 2003, nilai rata- rata prevalensi gizi kurang adalah 27.5%.

Secara nasional, skor 1 ditentukan jika prevalensi gizi kurang < 20%, skor 2 jika

prevalensi antara 20 s/d 29.9%, skor 3 jika prevalensi antara 30-39.9%, dan skor

4 jika prevalensi antara ≥ 40%. Kategori status gizi pada berbagai ukuran

antropometri untuk balita dan anak yaitu pengukuran dengan menggunakan

pengukuran berdasarkan Indeks BB/U

a. Gizi Lebih (> 2.0 SD baku WHO NCHS)

b. Gizi Baik (- 2.0 SD s/d + 2.0 SD)

c. Gizi Kurang (< - 2.0 SD)

d. Gizi Buruk (< - 3.0 SD) (Baliwati dan Khomsan 2004)

Indeks BB/U mencerminkan status gizi saat ini karena berat badan

menggambarkan massa tubuh (otot dan lemak) yang sensitif terhadap

perubahan yang mendadak, seperti infeksi otot dan tidak cukup makan (Tarwotjo

& Djuwita 1990).

Gambar 5 Persentase gizi buruk di setiap Kecamatan di Kabupaten Musi

Banyuasin tahun 2009-2011

Berdasarkan persentase jumlah gizi buruk di setiap Kecamatan di

Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 pada Gambar 5 dapat ditunjukkan

bahwa jumlah kasus gizi buruk tertinggi tahun 2009 terjadi pada Kecamatan

Batanghari Leko sebesar 5.00% dan terendah Kecamatan Plakat Tinggi dan

Keluang sebesar 0.00%. Jumlah kasus gizi buruk tertinggi tahun 2010 terjadi

pada Kecamatan Batanghari Leko sebesar 3.45% dan terendah pada

Kecamatan Sanga Desa, Babat Toman, Lais, Sungai Lilin, Keluang, dan Lalan

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

% g

izi b

uru

k

2009

2010

2011

Page 45: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

31

sebesar 0.00%. Jumlah kasus gizi buruk tertinggi tahun 2011 terjadi pada

Kecamatan Lalan sebesar 1.28% dan terendah Kecamatan Sanga Desa, Lais,

dan Keluang sebesar 0.00%.

Gambar 6 Persen gizi kurang di setiap Kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2009-2011

Berdasarkan persentase jumlah gizi kurang di setiap Kecamatan di

Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 pada Gambar 6 dapat ditunjukkan

bahwa jumlah kasus gizi kurang tertinggi tahun 2009 terjadi pada Kecamatan

Lalan sebesar 18.00% dan terendah Kecamatan Keluang sebesar 0.00%.

Jumlah kasus gizi kurang tertinggi tahun 2010 terjadi pada Kecamatan Sungai

Keruh sebesar 13.57% dan terendah pada Kecamatan Keluang sebesar 4.38%.

Jumlah kasus gizi kurang tertinggi tahun 2011 terjadi pada Kecamatan Lalan

sebesar 13.07% dan terendah Kecamatan Keluang sebesar 0.94%.

Tabel 9 Distribusi status gizi balita berdasarkan indikator BB/U di Kabupaten

Musi Banyuasin Tahun 2009-2011

Status gIzi Balita 2009 2010 2011

BB/U n % n % n %

Gizi Buruk 29 1.56 19 0.56 68 0.30

Gizi Kurang 145 7.78 306 9.03 1180 5.26

Gizi Baik 1584 85.02 2980 87.85 20708 92.39

Gizi Lebih 105 5.64 87 2.56 458 2.05

Jumlah 1863 100 3392 100 22414 100

Berdasarkan jumlah status gizi balita KEP menurut Indeks BB/U di

Kabupaten Musi Banyuasin didapat persentase balita KEP sebesar 9.34% terjadi

pada tahun 2009, persentase balita KEP sebesar 9.58% terjadi pada tahun 2010,

dan persentase balita KEP sebesar 5.56% terjadi pada tahun 2011. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Deni Wismaati (2002) disimpulkan bahwa ada

0,002,004,006,008,00

10,0012,0014,0016,0018,0020,00

% g

izi k

ura

ng

2009

2010

2011

Page 46: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

32

hubungan antara kejadian KEP Balita dengan tingkat pencapaian D/S Posyandu.

Berdasarkan acuan WHO KEP total yaitu sebesar 10%. Jumlah kasus gizi buruk

di Kabupaten Musi Banyuasin dari tahun ke tahun memiliki kecenderungan

terjadinya penurunan, hasil ini disebabkan upaya dan program-program yang

dilaksanakan terus-menerus oleh Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin yaitu

dengan mengadakan pelacakan gizi buruk yang terjadi dan menanggulangi

kejadian-kejadian kasus gizi buruk di wilayahnya.

Status Gizi Balita berdasarkan Tinggi Badan menurut Umur

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) mencerminkan

status gizi masa lalu karena pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif

terhadap masalah kurang gizi dalam waktu pendek (Supariasa et al. 2002).

Penilaian Status Gizi balita berdasarkan indeks TB/U di setiap kecamatan di

kabupaten yang bersangkutan. Kategori status gizi pada berbagai ukuran

antropometri untuk balita dan anak yaitupengukuran dengan menggunakan

pengukuran berdasarkan Indeks PB/U.

a). Normal (≥ - 2.0 SD baku WHO NCHS)

b). Pendek / Stunted (< -2.0 SD)(Baliwati,Khomsan 2004)

Gambar 7 Persentase status gizi pendek di setiap Kecamatan di Kabupaten Musi

Banyuasin tahun 2009-2011

Berdasarkan persentase status gizi pendek di setiap Kecamatan di

Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 pada Gambar 7 dapat ditunjukkan

bahwa jumlah kasus gizi balita pendek (stunting) tertinggi tahun 2009 terjadi

pada Kecamatan Lalan sebesar 75.00% dan terendah Kecamatan Lais sebesar

9.47%. Jumlah kasus gizi balita pendek (stunting) tertinggi tahun 2010 terjadi

pada Kecamatan Lalan sebesar 26.67% dan terendah Kecamatan Sanga Desa

sebesar 2.28%. Jumlah kasus gizi balita pendek (stunting) tertinggi tahun 2011

0,0010,0020,0030,0040,0050,0060,0070,0080,00

% p

en

de

k

2009

2010

Page 47: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

33

terjadi pada Kecamatan Bayung Lencir sebesar 5.30% dan terendah Kecamatan

Sanga Desa sebesar 0.00%. Menurut Salimar et al. (2009), prevalensi balita

pendek tertinggi berada di pedesaan (65.1%).

Tabel 10 Distribusi status gizi balita berdasarkan PB/U di Kabupaten Musi

Banyuasin Tahun 2009-2011

Status gizi Balita 2009 2010 2011

PB/U n % n % n %

Normal 1274 68.38 2968 87.5 21616 96.44

Pendek 589 31.62 424 12.5 798 3.56

Jumlah 1863 100 3392 100 22414 100

Berdasarkan jumlah status gizi balita pendek menurut Indeks PB/U

pada tabel 10 didapat persentase balita dengan status gizi pendek sebesar

31.62% pada tahun 2009, persentase balita dengan status gizi pendek sebesar

12.50% pada tahun 2010, dan persentase balita dengan status gizi pendek

sebesar 3.56% pada tahun 2011. Berdasarkan acuan WHO kependekan yang

ditetapkan sebesar 10%.

Indeks PB/U digunakan untuk mengetahui status gizi yang dipengaruhi

oleh pemenuhan gizi di masa lalu. Riyadi (2001) menyatakan bahwa defisit TB/U

menunjukkan ketidakcukupan gizi dan kesehatan secara kumulatif dalam jangka

panjang. Stunting merefleksikan proses kegagalan untuk mencapai pertumbuhan

linear sebagai akibat dari keadaan gizi dan atau kesehatan yang subnormal.

Status Gizi Balita berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan

Indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) merupakan indikator

yang baik untuk menilai status gizi saat ini, karena pada keadaan normal

perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan

dengan kecepatan tertentu (Supariasa et al. 2002). Penilaian status gizi balita

berdasarkan indeks BB/TB di dilakukan disetiap Kecamatan di Kabupaten yang

bersangkutan. Indeks BB/TB merupakan indikator kurang gizi akut yang paling

sensitif dan paling umum digunakan. Kategori status gizi pada berbagai ukuran

antropometri untuk balita dan anak yaitupengukuran dengan menggunakan

pengukuran berdasarkan Indeks BB/PB

a. Gemuk (> 2.0 SD baku WHO NCHS)

b. Normal (- 2.0 SD s/d + 2.0 SD)

c. Kurus / wasted (< - 2.0 SD s/d – 3.0 SD)

d. Sangat Kurus (< - 3.0 SD) (Baliwati dan Khomsan 2004)

Page 48: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

34

Gambar 8 Persentase status gizi sangat kurus di setiap Kecamatan di Kabupaten

tahun 2009- 2011

Berdasarkan persentase status gizi sangat kurus di setiap Kecamatan di

Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 pada Gambar 8 dapat ditunjukkan

bahwa jumlah kasus gizi balita sangat kurus tertinggi tahun 2009 terjadi pada

Kecamatan Sekayu sebesar 5.08% dan terendah Kecamatan Batanghari Leko,

Keluang dan Lalan sebesar 0.00%. Jumlah kasus gizi balita sangat kurus

tertinggi tahun 2010 terjadi pada Kecamatan Sungai Keruh sebesar 3.49% dan

terendah Kecamatan Lais, Sungai Lilin, dan Keluang sebesar 0.00%. Jumlah

kasus gizi balita sangat kurus tertinggi tahun 2011 terjadi pada Kecamatan Lalan

sebesar 0.80% dan terendah Kecamatan Sanga Desa, Babat Toman, Sungai

Lilin dan Keluang sebesar 0.00%.

Gambar 9 Persentase status gizi kurus di setiap Kecamatan di Kabupaten Musi

Banyuasin tahun 2009-2011

Berdasarkan persentase jumlah status gizi kurus di setiap Kecamatan di

Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 pada Gambar 9 dapat ditunjukkan

bahwa jumlah kasus gizi balita kurus tertinggi tahun 2009 terjadi pada

Kecamatan Sungai Keruh sebesar 15,86 % dan terendah Kecamatan Batanghari

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

% g

izi s

anga

t ku

rus

2009

2010

2011

0,002,004,006,008,00

10,0012,0014,0016,0018,00

% g

izi k

uru

s 2009

2010

2011

Page 49: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

35

Leko sebesar 0.00 %. Jumlah kasus gizi balita kurus tertinggi tahun 2010 terjadi

pada Kecamatan Lalan sebesar 11.48 % dan terendah Kecamatan Keluang

sebesar 3.19 %. Jumlah kasus gizi balita kurus tertinggi tahun 2011 terjadi pada

Kecamatan Plakat Tinggi sebesar 6.05% dan terendah Kecamatan Sungai Keruh

sebesar 0.50%.

Tabel 11 Distribusi status gizi balita berdasarkan BB/PB menurut Kecamatan di

Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2009-2011

Status gizi Balita 2009 2010 2011

BB/PB n % n % n %

Sangat Kurus 44 2.36 41 1.21 53 0.24

Kurus 171 9.18 256 7.55 701 3.13

Normal 1312 70.42 2911 85.82 20816 92.87

Gemuk 336 18.04 184 5.42 844 3.77

Jumlah 1863 100 3392 100 22414 100

Berdasarkan status gizi balita dari tabel 11 didapat proporsi status gizi

balita dalam rumah tangga berdasarkan Indeks BB/PB dengan status gizi sangat

kurus dan kurus di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009 tercatat sebesar

11.54% balita. Proporsi status gizi balita dalam rumah tangga berdasarkan

Indeks BB/PB dengan status gizi kurus sekali dan kurus di Kabupaten Musi

Banyuasin tahun 2010 tercatat sebesar 8.76% balita. Proporsi status gizi balita

dalam rumah tangga berdasarkan Indeks BB/PB dengan status gizi sangat kurus

dan kurus di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2011 tercatat sebesar 3.37%

balita. Indeks BB/PB merupakan indikator penentuan status gizi yang paling baik

karena menggambarkan pemenuhan gizi pada masa sekarang dan pemenuhan

gizi di masa lalu. Berdasarkan acuan badan WHO urusan pengungsi (UNHCR)

yaitu 10.1-15%.

Berdasarkan kriteria WHO, masalah gizi dan kesehatan masyarakat

tergolong sangat tinggi apabila prevalensi kurus (wasting) di atas 15.0%, maka

masalah gizi dan kesehatan pada penelitian ini tergolong sangat tinggi. Riyadi

(2001) menyatakan bahwa wasting secara luas digunakan untuk menjelaskan

proses yang mengarah pada terjadinya kehilangan berat badan, sebagai

konsekuensi dari kelaparan akut dan atau penyakit berat.

Program Pemberian ASI Esklusif di Kabupaten Musi Banyuasin

Prevalensi ASI eksklusif menurut data SDKI hanya 32.7% menurut

penelitian Mercy Corps sebesar 7.4% (ASI predominan pada bayi usia 0-5 bulan)

dan 28.9% (ASI saja dalam 24 jam terakhir pada bayi usia 0-5 bulan)

Page 50: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

36

(Anonim 2009), dan penelitian awal sehat untuk hidup sehat sebesar 9.2%

(Fikawati, Syafiq 2003). Survei yang dilakukan oleh Helen Keller International

menyebutkan bahwa rata-rata bayi di Indonesia hanya mendapatkan ASI

eksklusif selama 1.7 bulan. (Syafiq, Fikawati 2007).

Perlu upaya yang terarah untuk mencapai target yang diharapkan salah

satu cara yang di lakukan oleh Pemerintan Kabupaten Musi Banyuasin pada

tahun 2011 dalam meningkatkan pengetahuan anggota keluarga, tenaga

kesehatan dan masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI adalah melalui

pelatihan konselor ASI Eksklusif, khususnya kepada para tenaga kesehatan

yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan terdepan dalam hal ini rumah sakit.

Pencapaian Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Musi Banyuasin

Survey yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition and Health

Surveillance System (NSS) bekerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller

International di 4 kota (Jakarta, Surabaya, Semarang,Makasar) dan 8 pedesaan

(Sumatera Barat, Lampung, Banten, JawaBarat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

NTB, Sulawesi Selatan), menunjukkan bahwa pencapaian pemberian ASI

Eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4-12%, sedangkan di pedesaan 4-25%.

Pencapaian ASI Eksklusif 5-6 bulan di perkotaan antara 1-13%, sedangkan

dipedesaan 2-13% (Depkes RI, 2004). Pesentase pencapaian program

pemberian ASI eksklusif di setiap Kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin

tahun 2009-2011 dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Pesentase pencapaian program ASI eksklusif di setiap Kecamatan

di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011

Berdasarkan persentase pencapaian program pemberian ASI eksklusif

tahun 2009-2011 pada Gambar 10 dapat ditunjukkan bahwa pencapaian tertinggi

tahun 2009 terjadi pada Kecamatan Sungai Keruh sebesar 78.65% dan terendah

0,0010,0020,0030,0040,0050,0060,0070,0080,0090,00

100,00

% A

SI E

kskl

usi

f 2009

2010

2011

Page 51: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

37

Kecamatan Lalan sebesar 12.26%. Pencapaian tertinggi tahun 2010 terjadi pada

Kecamatan Keluang sebesar 88.67% dan terendah Kecamatan Plakat Tinggi

sebesar 10.09%. Pencapaian tertinggi tahun 2011 terjadi pada Kecamatan

Keluang sebesar 70.66% dan terendah Kecamatan Sungai Lilin sebesar 8,26%.

Hasil pencapaian program pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Musi

Banyuasin dari tahun ke tahun memiliki kecenderungan menurun. Alasan yang

menjadi penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif bermacam-macam seperti

misalnya budaya memberikan makanan pralaktal, memberikan tambahan susu

formula karena ASI tidak keluar, menghentikan pemberian ASI karena bayi atau

ibu sakit, ibu harus bekerja, serta ibu ingin mencoba susu formula, bidan tidak

melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sehingga air susu ibu sering sulit keluar.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Roesli, 2005) yang menyatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam menyusui adalah (1)

komitmen ibu untuk menyusui, (2) dilaksanakan secara dini (early initiation), (3)

posisi menyusui yang benar baik untuk ibu maupun bayi, (4) menyusui atas

permintaan bayi (on demand), dan (5) diberikan secara eksklusif. ASI Eksklusif

atau lebih tepat disebut pemberian ASI secara eksklusif, artinya bayi hanya diberi

ASI saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,

air putih, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur

susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim mulai lahir sampai usia 6 bulan.

Masih rendahnya pencapaian program pemberian ASI eksklusif di

masing-masing wilayah Kecamatan tersebut, menyebabkan Pemerintah

Kabupaten Musi Banyuasin terus berupaya untuk menanggulangi rendahnya

pencapaian pemberian ASI eksklusif yang terjadi di wilayahnya dengan

melaksanakan program pojok ASI pada ibu yang bekerja dalam lingkup instansi

pemerintah, penyuluhan-penyuluhan disetiap posyandu tentang manfaat ASI.

Pencapaian program pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2009-2011 dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Pencapaian program ASI eksklusif di Kabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2009-2011

40.56 34.66

42.32

0

10

20

30

40

50

2009 2010 2011

% A

SI E

kskl

usi

f

Page 52: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

38

Berdasarkan proporsi rata-rata pencapaian program pemberian ASI

eksklusif di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 pada Gambar 11

didapat persentase sebesar 20.74% pada tahun 2009 termasuk kategori kurang

baik, 47.49% pada tahun 2010 termasuk kategori kurang baik, dan 42.32% pada

tahun 2011 termasuk kategori kurang baik. Masih rendahnya pencapaian

program pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Musi Banyuasin dapat

menyebabkan angka kematian bayi semakin meningkat ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Edmond et al (2005) menunjukkan bahwa 16%

kematian bayi baru lahir seharusnya dapat diselamatkan dengan pemberian ASI

pada hari pertama dan meningkat 22% jika menyusui dimulai pada 1 jam

pertama setelah melahirkan. Selain itu Wiryo (2007) menyatakan bahwa bayi

yang tidak pernah mendapat kolostrum akan mudah terkena infeksi

gastrointestinal dan diare karena bayi tidak mendapatkan senyawa-senyawa

imun yang terkandung dalam kolostrum.

Penelitian Anita, di salah satu rumah sakit pusat rujukandi Jakarta Pusat

menunjukkan hubungan yang signifikan antara bidan yang mempunyai sikap

positif terhadap Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan penerapan praktik Inisiasi

Menyusui Dini (IMD). Artinya bidan yang bersikap positif akan lebih besar

kemungkinan pasienyauntuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Sikap

positif bidan terhadap Inisiasi Menyusui Dini (IMD) antara lain adalah bidan

merasa senang bila ibu mengerti akan pentingnya Inisiasi Menyusui Dini (IMD),

bidan mau menyebarluaskan informasi tentang pentingnya Inisiasi Menyusui Dini

(IMD), bidan mau membantu melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), dan

bidan tidak mau memberikan susu botol kepada bayi.

Upaya peningkatan pemberian ASI selama ini mulai memberikan hasil

yang menggembirakan. Data Survei Sosial Ekonomi (Susenas) tahun 2007

menunjukkan telah terjadi peningkatan cakupan pemberian ASI secara eksklusif

pada bayi dibawah 6 bulan (0-6 bulan) dari 58.5% pada tahun 2006 menjadi

62.2% pada tahun 2007. Cakupan pemberian ASI secara eksklusif selama 6

bulan sebesar 21.2% pada tahun 2006 meningkat menjadi 28.6% pada tahun

2007.

Secara nasional pencapaian pemberian ASI eksklusif di Indonesia

berfluktuasi dan menunjukan kecenderungan menurun selama tiga tahun

terakhir. Pencapaian pemberian ASI eksklusif 0–6 bulan turun dari 62.2% tahun

2007 menjadi 56.2% pada tahun 2008. Pencapaian pemberian ASI eksklusif

Page 53: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

39

pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28.6% tahun 2007 menjadi 24.3% pada

tahun 2008 (Susenas 2007– 2008). Target pencapaian program pemberian ASI

Eksklusif di Kabupaten Musi Banyuasin sebesar 80%, Propinsi Sumatera Selatan

yaitu sebesar 71.8% (susenas 2010), dan Nasional sebesar 80%.

Program Pemberian Tablet Besi pada Ibu Hamil di Kabupaten Musi

Banyuasin tahun 2009-2011

Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam

tubuh manusia dan hewan yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia

dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh di antaranya

sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat

angkut elektron di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim

di dalam jaringan tubuh (Almatsier 2009). Badan Kesehatan Dunia (WHO)

melaporkan bahwa prevalensi ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar

35-75% (Riswan M, 2003).

Anemia gizi besi merupakan salah satu dari 4 (empat) masalah gizi

utama di Indonesia. Program penanggulangan anemia gizi pada ibu hamil dan

WUS ditujukan dalam rangka mempersiapkan kondisi fisik wanita usia subur

(WUS), sebelum dan selama kehamilan, agar ibu hamil dan WUS siap menjadi

ibu yang sehat, dan pada saat hamil tidak menderita anemia serta mencegah

pendarahan pada saat melahirkan. Penanggulangan masalah anemia gizi besi

saat ini masih terfokus pada pemberian tablet besi (Fe) atau yang lebih dikenal

masyarakat sebagai tablet tambah darah. Ibu hamil mendapat tablet tambah

darah 90 tablet selama kehamilannya (Kemenkes, 2010). Suatu penelitian

menunjukan bahwa wanita hamil yang tidak minum pil besi mengalami

penurunan ferritin (cadangan besi) cukup tajam sejak minggu ke 12 usia

kehamilan (Khomsan, 2003).

Suplementasi pemberian tablet besi dalam program penanggulangan

anemia gizi telah dikaji dan diuji secara ilmiah efektifitasnya apabila dilaksanakan

sesuai dengan dosis dan ketentuan. Namun, program pemberian tablet besi

pada wanita hamil yang menderita anemia kurang menunjukan hasil yang nyata.

Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu : 1). Kepatuhan minum tablet besi yang

tidak optimal; dan 2). Status besi Wanita Usia Subur (WUS) sebelum hamil

sangat rendah, sehingga jumlah tablet besi yang dikonsumsi tidak cukup untuk

meningkatkan Hemoglobin (Hb) dan simpanan besi (Depkes, 2002). Menurut

Page 54: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

40

Riyadi et al. (1997), konsumsi zat besi ibu hamil dibedakan antara konsumsi

rendah (<15mg/kapita/hari) dan konsumsi tinggi (>15mg/kapita/hari).

Distribusi Tablet Besi di Kabupaten Musi Banyuasin

Distribusi tablet Fe-I dan Fe-III dilaksanakan di seluruh desa dalam

Kabupaten Musi Banyuasin yang berjumlah 218 Desa yang termasuk dalam 25

wilayah kerja puskesmas. Dalam hal pendistribusian tablet besi, Dinas

Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin pada bagian obat (gudang farmasi) tidak

mendistribusikan langsung ke tiap puskesmas. Tetapi puskesmas yang

mengambil tablet besi ke gudang farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Musi

banyuasin. Tablet besi dibagikan atau didistribusikan ke tiap puskesmas pada

awal tahun, dengan bentuk sachet (1 sachet berisi 30 tablet Fe). Jumlah tablet

Fe yang akan didistribusikan ke tiap puskesmas dihitung berdasarkan jumlah

kebutuhan di tiap wilayah puskesmas, yaitu dengan cara setiap puskesmas

mengajukan usulan permintaan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan masing-

masing puskesmas yang bersangkutan.

Berdasarkan hasil pengamatan pada program gizi Dinas Kesehatan

Kabupaten Musi Banyuasin, pendistribusian kebutuhan Puskesmas dilakukan

dengan cara puskesmas langsung mengambil tablet besi ke gudang farmasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin sangat efisien dikarenakan selain

mengambil tablet besi pihak puskesmas pun sekaligus mengambil kebutuhan

program lain untuk kebutuhan selama 1 tahun. Padahal menurut Depkes (1999)

pendistribusian tablet besi di tingkat Kabupaten, didistribusikan dari gudang

farmasi Kabupaten ke tiap puskesmas. Faktor utama yang menyebabkan sulitnya

penurunan prevalensi anemia ini antara lain karena rendahnya cakupan distribusi

dan kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet besi. Survei Kesehatan Rumah Tangga

melaporkan bahwa distribusi tablet besi sebesar 27% dan kepatuhan ibu

mengkonsumsi tablet besi sebanyak 23% (Ernawati, 2000).

Target Pencapaian Program Pemberian Tablet Besi pada Ibu Hamil

Program KIA-Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin, pada

tahap ini yang menjadi sasaran dalam evaluasi program adalah berupa keluaran

(output) dari program pemberian tablet besi yaitu berupa besaran jumlah

cakupan dan pencapaian program pemberian tablet besi pada ibu hamil. Untuk

target cakupan dan pencapain program pemberian tablet Fe-I adalah 90% dan

Fe-III adalah 90%.

Page 55: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

41

Program KIA-gizi pada dinas kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin

yang telah berjalan hanya mengacu pada hasil laporan yang dikirimkan ke dinas

kesehatan Propinsi Sumatera Selatan dalam bentuk output untuk semua

program kesehatan termasuk salah satunya program pemberian tablet besi yang

dilaporkan ke dinas kesehatan Propinsi Sumatera Selatan. Untuk pengamatan

proses pelaksanaan (pemberian tablet Fe kepada ibu hamil) dan dampak dari

adanya pelaksanaam program untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat

kurang dievaluasi.

Menurut Mantra dalam Santri (2010), evaluasi pada tahap proses

dilakukan pada saat program sedang dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk

mengukur apakah program yang sedang berjalan telah sesuai dengan rencana

atau tidak atau apakah telah terjadi penyimpangan yang dapat merugikan

pencapaian tujuan dari program. Evaluasi dampak menurut Notoatmodjo (2003),

ditujukan untuk menilai sejauh mana program itu mempunyai dampak terhadap

peningkatan kesehatan masyarakat. Evaluasi terhadap dampak dilakukan

dengan cara melihat apakah prevalensi anemia dari tahun ke tahun menurun

atau semakin meningkat.

Pencapaian Pemberian Tablet Fe-I di Kabupaten Musi Banyuasin Pencapaian ibu hamil mendapat tablet besi adalah pencapaian ibu hamil

yang mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu.

Gambar 12 Persentase pencapaian pemberian tablet Fe-I di Kecamatan di

Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011

Berdasarkan persentase pencapaian Fe-I tahun 2009-2011 pada

Gambar 12 dapat ditunjukkan bahwa pencapaian tertinggi tahun 2009 terjadi

pada Kecamatan Bayung Lencir sebesar 108.27% dan terendah Kecamatan

Lalan sebesar 38.73%. Pencapaian tertinggi tahun 2010 terjadi pada Kecamatan

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

% F

e-I

2009

2010

2011

Page 56: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

42

Sanga Desa sebesar 98.75% dan terendah pada Kecamatan Batanghari Leko

sebesar 61.08%. Pencapaian tertinggi tahun 2011 terjadi pada Kecamatan Lalan

sebesar 112.28% dan terendah Kecamatan Plakat Tinggi sebesar 71.81%.

Pencapaian Pemberian Tablet Fe-III di Kabupaten Musi Banyuasin

Fe-III tablet adalah tablet tambah darah Fe yang diberikan kepada ibu

hamil sebanyak 90 tablet sampai masa nifas.

Gambar 13 Persentase pencapaian pemberian tablet Fe-III di setiap Kecamatan

di Kabupaten Musi banyuasin tahun 2009-2011

Berdasarkan persentase pencapaian Fe-III tahun 2009-2011 pada

Gambar 13 dapat ditunjukkan bahwa pencapaian tertinggi tahun 2009 terjadi

pada Kecamatan Bayung Lencir sebesar 99.57% dan terendah Kecamatan Lalan

sebesar 35.59%. Pencapaian tertinggi tahun 2010 terjadi pada Kecamatan

Sanga Desa sebesar 98.47% dan terendah pada Kecamatan Lalan sebesar

32.43%. Pencapaian tertinggi tahun 2011 terjadi pada Kecamatan Plakat Tinggi

sebesar 101.29% dan terendah Kecamatan Keluang sebesar 64.37%.

Gambar 14 Pencapaian pemberian tablet besi Fe-I dan Fe-III pada ibu hamil di

Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011

Berdasarkan proporsi rata-rata pencapaian program pemberian tablet

besi Fe-I pada Gambar 14 didapat persentase sebesar 92.08% ibu hamil di

tahun 2009 termasuk kategori baik, 80.43% pada tahun 2010 termasuk kategori

kurang baik, 88.31% pada tahun 2011 termasuk kategori kurang baik. Hal ini

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

% F

e-I

II 2009

2010

2011

92.08 84.73 80.43 73.72

88.31 81.43

0

20

40

60

80

100

Fe-I Fe-III

% F

e-I

dan

Fe

-III

2009

2010

2011

Page 57: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

43

menunjukkan bahwa masih rendahnya cakupan Fe-I dalam dua periode,

walaupun sebagian sudah memenuhi target pencapaian. Hal ini disebabkan

masih rendahnya distribusi Fe-I dimasing-masing wilayah oleh karena itu

Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin terus berupaya untuk menanggulangi

rendahnya pencapaian Fe-I yang terjadi diwilayahnya dengan cara melakukan

penyuluhan ke posyandu-posyandu oleh tenaga kesehatan.

Berdasarkan proporsi rata-rata pencapaian program pemberian tablet

besi Fe-III pada Gambar 14 didapat persentase sebesar 84.73% terjadi pada

tahun 2009 termasuk kategori kurang baik, 73.72% pada tahun 2010 termasuk

kategori kurang baik, dan 81.43% pada tahun 2011 termasuk kategori kurang

baik. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian Fe-III di Kabupaten Musi

Banyuasin masih rendah. Akibat masih rendahnya pencapaian total Fe-III pada

Ibu Hamil di Kabupaten Musi Banyuasin yang disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu adanya pernyataan ibu hamil yang merasa mual ketika mengkonsumsi Fe

tablet yang dibagikan gratis dari Puskesmas, adanya ibu hamil baru melakukan

pemeriksaan setelah usia kehamilan trimester III, sehingga mempengaruhi hasil

pencapaian program pemberian tablet besi yang masih dibawah target yang

akan dicapai sebesar 90 % untuk Fe-I dan Fe-III.

Program Pemberian Kapsul Vitamin A

Masih rendahnya cakupan suplementasi vitamin A ini mengindikasikan

bahwa manajemen dan sosialisasi program vitamin A tingkat Kabupaten/Kota

belum berjalan optimal. Berkaitan hal tersebut diperlukan pelatihan penyegaran

terkait dengan manajemen suplementasi vitamin A bagi petugas dalam rangka

meningkatkan cakupan program khususnya pada Kabupaten/Kota dengan

pencapaian rendah.

Hasil survei menunjukkan bahwa di provinsi Kalimantan Barat cakupan

vitamin A pada bayi (6-11bulan) adalah sebesar 55.8% dan anak balita (12-59

bulan) sebesar 56.6%, sementara untuk provinsi Lampung cakupan pada bayi

adalah 82.4% dan anak balita 80.4%, dan Sulawesi Tenggara adalah 70.5%

pada bayi dan anak balita sebesar 62.2%. Hasil survei juga menemukan bahwa

sebanyak 70.2% bayi umur 6-11 bulan dan 13.9% anak balita umur 12-59 bulan

mendapatkan suplementasi vitamin A dengan dosis yang tidak sesuai umur

(Kemenkes 2009)

Page 58: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

44

Pencapaian Program Pemberian Kapsul Vitamin A Biru tahun 2009-2011

Gambar 15 Persentase pencapaian vitamin A biru di setiap Kecamatan di

Kabupaten Musi Banyuasin bulan Februari 2009-2011

Berdasarkan persentase pencapaian vitamin A biru bulan Februari

2009-2011 pada gambar 15 dapat ditunjukkan bahwa pencapaian tertinggi tahun

2009 terjadi pada Kecamatan Plakat Tinggi sebesar 100% dan terendah

Kecamatan Sungai Keruh sebesar 80.20%. Pencapaian tertinggi pada tahun

2010 terjadi pada Kecamatan Plakat Tinggi sebesar 96.92% dan terendah pada

Kecamatan Keluang sebesar 49.16%. Pencapaian tertinggi pada tahun 2011

terjadi pada Kecamatan Sungai Keruh sebesar 98.75% dan terendah Kecamatan

Bayung Lencir sebesar 81.70%.

Gambar 16 Persentase pencapaian pemberian kapsul vitamin A biru di setiap

Kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin bulan Agustus 2009-2011

Berdasarkan persentase pencapaian program pemberian kapsul vitamin

A biru bulan Agustus 2009-2011 pada gambar 16 dapat ditunjukkan bahwa

pencapaian tertinggi pada tahun 2009 terjadi pada Kecamatan Lais sebesar

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

% v

itam

in A

bir

u

2009

2010

2011

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

% v

itam

in A

bir

u

2009

2010

2011

Page 59: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

45

91.57% dan terendah Kecamatan Sungai Keruh sebesar 32.49%. Pencapaian

tertinggi pada tahun 2010 terjadi pada Kecamatan Plakat Tinggi sebesar

101.82% dan terendah Kecamatan Sungai Keruh sebesar 63.65%. Pencapaian

tertinggi pada tahun 2011 terjadi pada Kecamatan Sekayu sebesar 92.82% dan

terendah Kecamatan Bayung Lencir sebesar 70.36%.

Gambar 17 Pencapaian pemberian kapsul vitamin A biru pada bayi di Kabupaten

Musi Banyuasin Tahun 2009-2011

Berdasarkan proporsi rata-rata pencapaian program pemberian kapsul

vitamin A biru pada bayi di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 pada

Gambar 17 didapat persentase sebesar 88.46% bayi pada bulan Februari 2009

termasuk kategori baik, 65.78% pada bulan Agustus 2009 termasuk kategori

kurang baik, terjadi penurunan yang tidak sesuai dengan target. Hal ini

disebabkan ketersediaan vitamin A biru dosis 100.000 IU tidak mencukupi serta

pendistribusian kapsul vitamin A kepada kelompok sasaran juga mengalami

penurunan, dimana ibu balita yang mempunyai bayi dan balita tidak datang ke

posyandu untuk mendapatkan kapsul vitamin A.

Pencapaian pemberian kapsul vitamin A biru pada bayi sebesar 75.35%

pada bulan Februari 2010 termasuk kategori kurang baik, 84.47% pada bulan

Agustus 2010 termasuk kategori baik. Pencapaian pemberian kapsul vitamin A

biru pada bayi sebesar 87.43% pada bulan Februari 2011 termasuk baik, 80.87%

pada bulan Agustus 2011 termasuk kategori baik sesuai dengan target walaupun

hasilnya mengalami penurunan. Sedangkan untuk hasil cakupan dan pencapaian

program pemberian kapsul vitamin A biru pada bayi di Kabupaten Musi

Banyuasin dalam periode tahun 2009-2011 terdapat sebesar 77.78% pada tahun

2009, 79.88% pada tahun 2010, dan 84.07% pada tahun 2011, terdapat adanya

tren kenaikan hasil yang dicapai seiring dengan meningkatnya kesadaran

masyarakat.

88.46

65.78 75.35

84.47 87.43 80.87

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Februari Agustus

% v

itam

in A

bir

u

2009

2010

2011

Page 60: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

46

Pencapaian Program Pemberian Kapsul Vitamin A Merah tahun 2009-2011

Gambar 18 Persentase pencapaian program kapsul vitamin A merah di setiap

Kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin bulan Februari 2009-2011

Berdasarkan persentase pencapaian program pemberian kapsul vitamin

A merah bulan Februari 2009-2011 pada gambar 18 dapat ditunjukkan bahwa

pencapaian tertinggi tahun 2009 terjadi pada Kecamatan Plakat Tinggi sebesar

95.43% dan terendah Kecamatan Sanga Desa sebesar 64.97%. Pencapaian

tertinggi tahun 2010 terjadi pada Kecamatan Keluang sebesar 95.43% dan

terendah pada Kecamatan Sungai Keruh sebesar 58.58%. Pencapaian tertinggi

tahun 2011 terjadi pada Kecamatan Sungai Keruh sebesar 99.80% dan terendah

Kecamatan Bayung Lencir sebesar 75.60%.

Gambar 19 Persentase pencapaian vitamin A merah di setiap Kecamatan di

Kabupaten Musi Banyuasin bulan Agustus 2009-2011

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

% v

itam

in A

me

rah

2009

2010

2011

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

% V

itam

in A

me

rah

2009

2010

2011

Page 61: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

47

Berdasarkan persentase pencapaian program pemberian kapsul vitamin

A merah bulan Agustus tahun 2009-2011 pada gambar 19 dapat ditunjukkan

bahwa pencapaian tertinggi tahun 2009 terjadi pada Kecamatan Keluang

sebesar 91.62% dan terendah Kecamatan Sungai Keruh sebesar 75.89%.

Pencapaian tertinggi tahun 2010 terjadi pada Kecamatan Plakat Tinggi sebesar

96.37% dan terendah Kecamatan Batanghari Leko sebesar 70.67%. Pencapaian

tertinggi tahun 2011 terjadi pada Kecamatan Sungai Lilin sebesar 92.88% dan

terendah Kecamatan Lais sebesar 41,22%.

Gambar 20 Pencapaian pemberian kapsul vitamin A merah pada balita di

Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2009-2011

Berdasarkan proporsi rata-rata pencapaian program pemberian kapsul

vitamin A merah di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 pada Gambar

20 didapat persentase sebesar 87.11% balita pada bulan Februari 2009

termasuk kategori baik, 86.53% pada bulan Agustus 2009 termasuk kategori baik

sesuai target yang diharapkan. Pencapaian pemberian kapsul vitamin A merah

sebesar 85.86% pada bulan Februari 2010 termasuk kategori baik, 84.39% pada

bulan Agustus 2010 termasuk kategori baik sesuai target walaupun sedikit

mengalami penurunan. Pencapaian pemberian kapsul vitamin A merah sebesar

87.82% pada balita bulan Februari 2011 termasuk kategori baik, 79.44% pada

bulan Agustus 2011 termasuk kategori kurang baik dimana terjadi penurunan

yang tidak sesuai dengan target. Kecenderung terjadinya penurunan cakupan

dan pencapaian program ini diakibatkan oleh rendahnya distribusi kapsul vitamin

A, dan balita yang datang ke posyandu pada saat bulan vitamin A, dimana

daerah-daerah tertentu di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin sudah masuk

waktunya musim tanam dan banyak ibu-ibu yang tinggal dan menetap ditalang-

talang untuk menyadap getah karet sehingga ibu-ibu yang mempunyai balita

jarang membawa balitanya ke posyandu.

87.11 86.53 85.86 84.39

87.46

76.12

70

75

80

85

90

Februari Agustus

% V

itam

in A

me

rah

2009

2010

2011

Page 62: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

48

Kinerja Program Gizi (SKDN) di Posyandu

Hasil analisis data di kelompok penimbangan yang dilakukan setiap

bulan berguna sebagai survailance gizi untuk pemantauan perkembangan balita

ditingkat posyandu. Indikator yang ada di kelompok penimbangan meliputi tingkat

partisipasi masyarakat (D/S), D merupakan jumlah balita yang ditimbang

sedangkan S adalah jumlah seluruh balita. Tingkat keberhasilan program (N/D),

N merupakan jumlah balita yang ditimbang yang berat badannya naik.

Keterjangkauan program (K/S) dan pencapaian program (D/K), K adalah jumlah

balita yang memiliki kartu.

Pencapaian K/S

Pencapaian program (K/S) adalah: Jumlah Balita yang memiliki Kartu

Menuju Sehat (KMS) dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah Posyandu

kemudian dikali 100%. Persentase K/S disini, menggambarkan berapa jumlah

balita diwilayah tersebut yang telah memiliki KMS atau berapa besar cakupan

program di daerah tersebut telah tercapai. Cakupan K/S juga merupakan salah

satu indikator di kelompok penimbangan yang menggambarkan besarnya akses/

keterjangkauan dalam kegiatan penimbangan di posyandu.

Gambar 21 Persentase pencapaian K/S di setiap Kecamatan di Kabupaten Musi

Banyuasin tahun 2009-2011

Berdasarkan persentase pencapaian K/S tahun 2009-2011 pada

Gambar 21 dapat ditunjukkan bahwa pencapaian K/S tertinggi tahun 2009 terjadi

pada Kecamatan Plakat Tinggi sebesar 80.02% dan terendah Kecamatan Babat

Toman sebesar 40.18%. Pencapaian K/S tertinggi tahun 2010 terjadi pada

Kecamatan Sanga Desa sebesar 45.29% dan terendah Kecamatan Babat

Toman sebesar 10.81%. Pencapaian K/S tertinggi tahun 2011 terjadi pada

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

% K

/S 2009

2010

2011

Page 63: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

49

Kecamatan Keluang sebesar 101.65% dan terendah Kecamatan Babat Toman

sebesar 54.25%.

Gambar 22 Pencapaian K/S di Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2009-2011

Berdasarkan proporsi rata-rata pencapaian program K/S total di

Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 pada Gambar 22 didapat

persentase sebesar 58.42% pada tahun 2009 termasuk kategori kurang baik.

Pencapaian rata-rata K/S total sebesar 17.8% pada tahun 2010 termasuk

kategori kurang baik. Pencapaian rata- rata K/S total sebesar 82.44% pada tahun

2011 termasuk kategori baik. Masih rendahnya pencapaian K/S di Kabupaten

Musi Banyuasin disebabkan ketersediaan KMS yang tidak mencukupi, dan juga

disebabkan terjadinya perubahan KMS lama ke KMS baru, serta banyaknya KMS

yang hilang oleh ibu balita.

Pencapaian D/S

Pencapaian D/S merupakan wujud partisipasi (keikutsertaan)

masyarakat pada kegiatan Posyandu adalah merupakan bentuk dari perilaku

masyarakat terhadap kesehatan. Indikator D/S menggambarkan tingkat

partisipasi masyarakat di kelompok penimbangan.

Gambar 23 Persentase pencapaian D/S di setiap Kecamatan di Kabupaten Musi

Banyuasin tahun 2009- 2011

58.42

17.8

82.44

0

20

40

60

80

100

2009 2010 2011

% K

/S

0,0010,0020,0030,0040,0050,0060,0070,0080,0090,00

% D

/S

2009

2010

2011

Page 64: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

50

Berdasarkan persentase pencapaian D/S tahun 2009-2011 pada

Gambar 23 dapat ditunjukkan bahwa pencapaian D/S tertinggi tahun 2009 terjadi

pada Kecamatan Keluang sebesar 70.46% dan terendah Kecamatan Babat

Toman sebesar 17.32%. Pencapaian D/S tertinggi tahun 2010 terjadi pada

Kecamatan Sanga Desa sebesar 40.48% dan terendah Kecamatan Batanghari

Leko sebesar 8.48%. Pencapaian D/S tertinggi tahun 2011 terjadi pada

Kecamatan Keluang sebesar 90.79% dan terendah Kecamatan Babat Toman

sebesar 38.64%.

Gambar 24 Pencapaian D/S di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011

Berdasarkan proporsi rata-rata pencapaian program D/S total di

Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 pada gambar 24 didapat

persentase sebesar 45.94% pada tahun 2009 termasuk kategori kurang baik.

15.52% pada tahun 2010 termasuk kategori kurang baik. 61.15% pada tahun

2011 termasuk kategori kurang baik. Partisipasi masyarakat (D/S) adalah

indikator keberhasilan penimbangan balita di Posyandu yang didapatkan dari

hasil : jumlah Balita yang ditimbang (D) dibagi dengan semua jumlah Balita yang

ada (S) dikali 100 dan hasilnya dalam bentuk persentase. Menurut Soekirman

(2000) menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya kasus kurang gizi

pada masyarakat karena tidak berfungsinya lembaga – lembaga sosial dalam

masyarakat seperti Posyandu.

Walaupun untuk tingkat pencapaian D/S total di Kabupaten Musi

Banyuasin masih rendah disebabkan sebagian besar balita hanya aktif dibawa

posyandu sebelum mendapatkan imunisasi lengkap, tetapi setelah balita

berumur 9 bulan atau telah mendapatkan imunisasi lengkap, sebagian besar ibu-

ibu tidak lagi melakukan penimbangan secara rutin sehingga pencapaian

penimbangan atau partisipasi masyarakat di kelompok penimbangan untuk usia

di atas 9 bulan tidak mencapai target akan tetapi untuk target pada pada tingkat

45.94

15.52

61.15

0

10

20

30

40

50

60

70

2009 2010 2011

% D

/S

Page 65: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

51

Kecamatan masih ada yang melampaui target yang telah ditentukan. Ini sejalan

dengan hasil penelitian Satoto dkk (2002) menunjukkan bahwa sekitar 35%

desa di Indonesia masih melaksanakan Posyandu sampai sekarang dan

sebagian masyarakat miskin masih menggunakan Posyandu sebagai tempat

pelayanan kesehatan.

Teori yang menyatakan bahwa ada 3 faktor utama yang mempengaruhi

perilaku masyarakat dalam bidang kesehatan yaitu : (a) Faktor-faktor predisposisi

(predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, tradisi, norma sosial dan unsur – unsur lain yang terdapat dalam diri

individu dan masyarakat. (b) faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang

terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau

sarana-sarana kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya (c) faktor-faktor

pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat. Keberadaan Posyandu dalam hal ini masuk dalam faktor

pendukung (enabling factors) (Sarwono, 2004).

Pencapaian N/D

Pencapaian Hasil Penimbangan (N/D) adalah : Rata–rata jumlah balita

yang naik berat badan (BB) nya dibagi dengan jumlah balita yang ditimbang di

Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase N/D disini, menggambarkan berapa

besar hasil penimbangan di daerah tersebut yang telah tercapai.

Gambar 25 Persentase pencapaian N/D di setiap Kecamatan di kabupaten Musi

Banyuasin tahun 2009-2011

Berdasarkan persentase pencapaian N/D tahun 2009-2011 pada

Gambar 25, dapat ditunjukkan bahwa pencapaian N/D tertinggi tahun 2009

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

% N

/D

2009

2010

2011

Page 66: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

52

terjadi pada Kecamatan Sanga Desa sebesar 90.00% dan terendah Kecamatan

Keluang sebesar 56.97%. Pencapaian N/D tertinggi tahun 2010 terjadi pada

Kecamatan Babat Toman sebesar 93.91% dan terendah Kecamatan Batanghari

Leko sebesar 43.68%. Pencapaian N/D tertinggi tahun 2011 terjadi pada

Kecamatan Sanga Desa sebesar 97.64% dan terendah Kecamatan Babat

Toman sebesar 80.79%.

Gambar 26 Pencapaian N/D di Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2009-2011

Indikator N/D di gunakan untuk menilai tingkat keberhasilan program di

kelompok penimbangan. Hal ini berarti setiap balita yang ditimbang diharapkan

ada kenaikan berat badan. Berdasarkan proporsi rata-rata pencapaian program

N/D total di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 pada Gambar 26

didapat proporsi rata- rata pencapaian N/D total Kabupaten Musi Banyuasin

sebesar 75.02% pada tahun 2009 termasuk kategori kurang baik. 86.05% pada

tahun 2010 termasuk kategori baik. 90.14% pada tahun 2011 termasuk kategori

baik. Pencapaian N/D tahun 2009, 2010, dan 2011 cenderung mengalami

kenaikan walaupun pencapaian N/D Kabupaten Musi Banyuasin secara total

masih belum memenuhi target yang diharapkan yaitu setiap balita yang

ditimbang mengalami peningkatan berat badannya. Belum tercapainya target

hasil penimbangan disebabkan masih adanya balita yang tidak rutin melakukan

penimbangan sehingga tidak dapat dinilai kenaikan berat badan balita tersebut,

dan juga disebabkan beberapa desa di Kecamatan ini merupakan daerah

terpencil sehingga pencapain N/D masih sangat rendah.. Tetapi dalam dua tahun

terakhir adanya peningkatan dengan adanya kenaikan yang melampaui target.

Hal ini disebabkan adanya kesadaran masyarakat untuk menimbang balitanya di

posyandu dan juga adanya peran aktif dari petugas kesehatan dengan dibantu

oleh peran serta masyarakat.

75.02

86.05 90.14

0

20

40

60

80

100

2009 2010 2011

% N

/D

Page 67: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

53

Pencapaian D/K

Gambar 27 Persentase pencapaian D/K di setiap Kecamatan di Kabupaten Musi

Banyuasin tahun 2009-2011

Berdasarkan persentase pencapaian D/K tahun 2009-2011 pada

gambar 27, dapat ditunjukkan bahwa pencapaian D/K tertinggi tahun 2009 terjadi

pada Kecamatan Sungai Lilin sebesar 100.00% dan terendah Kecamatan Babat

Toman sebesar 43.11%. Pencapaian D/K tertinggi tahun 2010 terjadi pada

Kecamatan Sungai Keruh sebesar 96.84% dan terendah Kecamatan Batanghari

Leko sebesar 63.04%. Pencapaian D/K tertinggi tahun 2011 terjadi pada

Kecamatan Sungai Keruh sebesar 96.69% dan terendah Kecamatan Lais

sebesar 65.80%. Cakupan dan pencapaian D/K tahun 2009, 2010, dan 2011

cenderung berubah-ubah. Cakupan dan pencapaian D/K total tingkat Kecamatan

belum mencapai target, dimana diharapkan setiap balita yang datang

mempunyai KMS sebagai rapor dalam pemantauan pertumbuhan balita.

Gambar 28 Pencapaian D/K di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011

Indikator D/K dikelompok penimbangan dapat digunakan untuk

memberikan gambaran besarnya pencapaian program penimbangan di

posyandu. Berdasarkan proporsi rata-rata pencapaian program N/D total di

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

% D

/K

2009

2010

2011

78.64

87.19

75.55

65

70

75

80

85

90

2009 2010 2011

% p

en

cap

aian

Page 68: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

54

Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009-2011 pada Gambar 28 didapat

persentase D/K total Kabupaten Musi Banyuasin sebesar 78.64% pada tahun

2009 termasuk kategori kurang baik. 87.19% pada tahun 2010 termasuk kategori

baik. 75.55% pada tahun 2011 termasuk kategori kurang baik. Masih rendahnya

pencapaian D/K disebabkan ketersediaan KMS yang ada belum mampu

memenuhi jumlah balita yang datang, sehingga masih ada balita yang datang

dan ditimbang tidak mempunyai KMS sebagaimana mestinya.

Dari analisis program yang telah dilaksanakan perlu adanya

pengawasan dan pembinaan yang lebih intensif yaitu dengan melakukan

pemberdayaan dan peningkatan kemampuan petugas, fasilitas pelayanan

kesehatan, kader posyandu, dan masyarakat serta pentingnya promosi

kesehatan yang berkaitan erat dengan pelaksanaan program gizi di daerah yang

dapat dilihat pada lampiran 1.

Rekomendasi Perbaikan Program Gizi

Pelaksanaan program gizi yang telah dilaksanakan di Kabupaten Musi

Banyuasin masih terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dan

memerlukan program tindaklanjut yang berkesinambungan, dimana Menurut

Notoatmodjo (2003) evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan

terhadap tiga hal, yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan program, evaluasi

terhadap hasil program, dan evaluasi terhadap dampak program.

Melihat hasil yang telah diperoleh perlu dilakukan evaluasi yang

berkelanjutan terhadap program-program yang telah dilaksanakan. Menurut

Notoatmodjo (2003), evaluasi inii ditujukan untuk menilai sejauh mana program

itu mempunyai dampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Dalam

melaksanakan program-program perlu dilakukan pendekatan-pendekatan yang

berkesinambungan. Manfaat yang diperoleh dari hasil evaluasi adalah setiap

informasi yang ada dapat menghasilkan suatu keputusan yang tepat bersifat

rasional dan realistik. Rasional artinya dilandasi oleh gagasan yang baik. Bersifat

realistik artinya mempertimbangkan kenyataan yang ada. Keputusan yang baik

adalah gagasan yang baik berdasarkan iformasi yang dapat dipercaya meliputi 1)

Perencanaan 2). Pemantauan 3). Evaluasi dan 4) intervensi.

Peranan lintas sektor yang ada diharapkan dapat menerapkan program

perbaikan gizi masyarakat tercemin pada rencana strategis daerah (Renstra)

pada masing-masing steakholder atau (SKPD) sehingga dapat terpenuhinya

kebutuhan pangan masyarakat yang cukup baik jumlah, mutu, aman, merata dan

Page 69: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

55

terjangkau, dan berkurangnya angka penduduk miskin dapat dilihat pada

lampiran 3 dan 4.

Page 70: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

56

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan indeks BB/U di Kabupaten Musi Banyuasin terdapat 9.34%

balita KEP tahun 2009, 9.58% tahun 2010, 5.56% tahun 2011. Berdasarkan

indeks TB/U terdapat balita pendek 31.62% tahun 2009, 12.50% tahun 2010,

3.56% tahun 2011. Indeks BB/TB terdapat 12.54% tahun 2009 balita kurus dan

kurus sekali, 8.76% tahun 2010, 3.4% tahun 2011.

Pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Musi

Banyuasin terdapat 20.74% bayi yang memperoleh ASI eksklusif tahun 2009,

47.49% tahun 2010, 42.32% tahun 2011, pencapaian program pemberian ASI

eksklusif ini termasuk kategori kurang baik. Pencapaian program Fe-I di

Kabupaten Musi Banyuasin terdapat 92.08% ibu hamil tahun 2009 termasuk

kategori baik, 80.43% tahun 2010 kurang baik, 88.31% tahun 2011 kurang baik.

Terjadi penurunan dari tahun ketahun untuk cakupan total Fe-I. Pencapaian Fe-

III terdapat 84.73% ibu hamil tahun 2009 termasuk kategori kurang baik, 73.72%

tahun 2010 kurang baik, 81.43% tahun 2011 kurang baik, pencapaian Fe-III tidak

mencapai target dari tahun ke tahun.

Pencapaian program pemberian kapsul vitamin A biru di Kabupaten

Musi Banyuasin terdapat 88,46% bayi pada bulan Februari 2009 termasuk

kategori baik, 65.78% bulan Agustus 2009 kurang baik. 75.35% bayi pada bulan

Februari 2010 termasuk kategori kurang baik, 84.47% bulan Agustus 2010 baik.

87.43% bayi pada bulan Februari 2011 termasuk kategori baik, 80.87% bulan

Agustus 2011 baik. Pencapaian pemberian kapsul vitamin A merah di Kabupaten

Musi Banyuasin terdapat 87.11% balita pada bulan Februari 2009 termasuk

kategori baik, 86.53% bulan Agustus 2009 baik. 85.86% bayi pada bulan

Februari 2010 termasuk kategori baik, 84.39% bulan Agustus 2010 baik, 8.82%

pada bulan Februari 2011 termasuk kategori baik, 79.44% bulan Agustus 2011

kurang baik, pencapaian program pemberian kapsul vitamin A ini terjadi

penurunan yang tidak sesuai dengan target.

Pencapaian K/S di Kabupaten Musi Banyuasin terdapat 58.42% balita

pada tahun 2009 termasuk kategori kurang baik, 17.8% tahun 2010 kurang baik,

82.44% tahun 2011 baik. Pencapaian D/S di Kabupaten Musi Banyuasin terdapat

45.94% balita tahun 2009 termasuk kategori kurang baik, 15.52% tahun 2010

kurang baik, 61.15% tahun 2011 kurang baik. Pencapaian N/D di Kabupaten

Musi Banyuasin terdapat 75.02% balita tahun 2009 termasuk kategori kurang

Page 71: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

57

baik, 86.05% tahun 2010 baik, 90.14% tahun 2011 baik. Pencapaian D/K di

Kabupaten Musi Banyuasin terdapat 78.64% balita tahun 2009 termasuk kategori

kurang baik, 87.19% tahun 2010 baik, 75.55% tahun 2011 kurang baik.

Secara keseluruhan Analisis pencapaian program gizi dilihat berdasarkan

(1). Status gizi balita di Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2009-2011 indeks

BB/U pertahun mengalami penurunan angka KEP total berdasarkan standar

WHO 10%, Indeks TB/U balita pendek mengalami penurunan standar WHO <

20%, indeks BB/TB sangat kurus dan kurus mengalami penurunan standar WHO

10,1-15%. (2). Pencapaian target program ASI Esklusif, Tablet Fe-I, Tablet Fe-III

masih termasuk kategori kurang baik. Tren waktu pelaksanaan kegiatan bulan

Vitamin A biru pada bayi, dan vitamin A merah pada balita dan pencapaian hasil

program untuk bulan Februari 2009-2011 termasuk kategori baik, sedangkan

Tren waktu pelaksanaan kegiatan bulan Vitamin A biru pada bayi, dan vitamin A

merah pada balita dan pencapaian hasil program untuk bulan Agustus pada bayi

katagori kurang baik, sedangkan pada balita katagori baik. Pencapaian target

K/S, D/S, D/K termasuk kategori kurang baik, sedangkan N/D termasuk kategori

baik.

Saran

Sebaiknya seluruh steakholder melakukan pemantauan dan evaluasi

yang terus menerus, dan memberikan penyuluhan dan pengetahuan ke

posyandu-posyandu tentang pentingnya gizi dan program gizi yang dilaksanakan

demi tercapainya status gizi yang berkualitas, baik pada bayi, Balita, Ibu hamil

dan Ibu menyusui, dan melakukan program intervensi bagi wilayah-wilayah yang

dianggap rawan akan permasalahan yang berkaitan dengan gizi. Perlu adanya

kerjasama antarlembaga-lembaga, baik itu Dinas Kesehatan maupun lintas

sektor yang terkait dengan permasalahan yang terjadi khusunya masalahan gizi

di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin sehingga permasalahan yang terjadi dapat

diatasi dengan baik.

Page 72: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

58

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Anonim. 2001. Mabuk Pagi, Ibu Hamil Bisa Kurang Gizi. terhubung

berkala.http://www.indomedia.com/intisari/2001/Sept/warna_hamil.htm.

Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Badan Pusat Statistik, BKKBN, Departemen Kesehatan. Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia 2002-2003. Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2003.

Badan Pusat Statistik, BKKBN, Departemen Kesehatan. Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia 2006-2007. Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2007.

Baliwati, Yayuk Farida dan Ali Khomsan. 2004. Pengantar Pangan dan

Gizi.Jakarta. Penebar Swadaya.

Bapenas 2012. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional Inisiatif Global

Scaling Up Nutrition (SUN). Jakarta

Darlina. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia

Gizipada Ibu Hamil (skipsi). Bogor : Departemen Gizi Masyarakat

danSumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Departemen Kesehatan. 2004 Petunjuk Teknis Standar pelayanan Minimal,

Jakarta

Departemen Kesehatan. 2005 Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), Jakarta

Departemen Kesehatan. 2005 Gizi Dalam Angka, Jakarta

Departemen Kesehatan. 2008. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB-GIZI

BURUK Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta

Departemen Kesehatan. 2008. Petunjuk Teknis bantuan sosial (bansos)

perbaikan gizi masyarakat. Jakarta

Departemen Kesehatan. 2009. Data penduduk Sasaran Program Kesehatan

tahun 2007-2011. Jakarta

Departemen Kesehatan. 2009. Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A.

Jakarta

Departemen Kesehatan. 2011. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas)

2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Dinas Kesehatan 2006. Profil Seksi Gizi Gambaran pencatatan dan pelaporan

program gizi dinas Kesehatan, Kabupaten Musi Banyuasin

Dinas Kesehatan 2009. Profil Seksi Gizi Gambaran pencatatan dan pelaporan

program gizi dinas Kesehatan, Kabupaten Musi Banyuasin

Page 73: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

59

Dinas Kesehatan 2010. Profil Seksi Gizi Gambaran pencatatan dan pelaporan

program gizi dinas Kesehatan, Kabupaten Musi Banyuasin

Dinas Kesehatan 2011. Profil Seksi Gizi Gambaran pencatatan dan pelaporan

program gizi dinas Kesehatan, Kabupaten Musi Banyuasin

Edmond, K.M., C. Zandoh, M.A. Quigley, S.A. Etego, S.O. Agyei, B.R. Kirkwood.,

2006. Delayed Breastfeeding Initiation Increases Risk of Neonatal

Mortality, Pediatrics 117, p. 380-386.

Fikawati S, Syafiq A. Hubungan antara Immediate Breastfeeding dan ASI

eksklusif 4 bulan. Jurnal Kedokteran Trisakti 2003; 22(2): 47-55.

Fikawati S, Syafiq A. Praktik pemberian ASIeksklusif, penyebab-penyebab

keberhasilan dankegagalannya. Jurnal Kesmas Nasional 2009;4(3):120-

131.

Gibson RS, 2005. Principle of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxford

University Press. New York.

James, P., Norum, K. R., Smitasiri, S., Swaminathan, M. S., Tagwireyi, J., Uauy,

R. & Haq, M. U. (2000) The selection of reference data in the

assessment of growth: the new World Health Organization reference.

Ending malnutrition by 2020: an agenda for change in the millennium.

Final Report to the ACC/SCN by the Commission on the Nutrition

Challenges of the 21st Century .

Kementrian Kesehatan. 2010. Pedoman Pelaksanaan Surveilance Gizi di

Kabupaten dan kota, Jakarta

Notoatmodjo S. 2003. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoajmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan.Edisi Revisi. Penerbit

Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka

Cipta.

Riyadi H. 2001. Metode penilaian status gizi secara antropometri. Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Riyadi H, Hardinsyah, F Anwar. 1997. Faktor-faktor Resiko Anemia pada

IbuHamil. Media Gizi dan Keluarga tahun XXI No 2.

Roesli, U., 2005, Mengenal ASI Eksklusif, Trubus Agriwidya, Jakarta, hal. 2-47.

Rusnita A. Faktor-faktor yang Berhubungandengan Pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini diKamar Bersalin IGN RSUPN Dr. CiptoMangunkusumo

Page 74: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

60

Jakarta November 2008. Skripsi.Fakultas Kesehatan Masyarakat,

UniversitasIndonesia. Indonesia, 2008.

Salimar et al. 2009. Karakteristik masalah pendek (stunting) pada balita di

seluruh wilayah Indonesia. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan, 3 (67),

63-74.

Satoto, A.B. Jauhari dan Soekirman., 2002, Growth Data From Posyandu in

Indonesia: Precision, Accuracy, Reliability and Utilization. Jakarta : Gizi

Indonesia 2002, 26:17 – 23 : http: // www.Gizi net.

Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi.

Dian Rakyat, Jakarta.

Sediaoetama. 2008. Ilmu Gizi. Jakarta: PT Dian Rakyat.

Soekirman. 2000. ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat .

Dirjen Dikti, Depdiknas, Jakarta.

Soekirman. 2012. Kurang Gizi, Anak Bertubuh Pendek. Opini dan Editorial Suara

Pembaruan, Jakarta.

Soetjiningsih, 2001, Tumbuh Kembang Anak, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Surabaya.

Supariasa IDN, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Departemen Pendidikan

danKebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat

antarUniversitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Suhardjo 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta.

Syafiq A, Fikawati S. Mercy Corps Healthy Start Baseline Survey North Jakarta,

Indonesia, Final Report. Depok: Center For Health Research University

of Indonesia, 2007.

Syahrul, Fachriani dan Hidajah, A. C. (2007) Bahan Ajar Dasar Epidemiologi.

Surabaya: FKM UNAIR

Tarwotjo, R Djuwita. 1990. Penerapan prinsip epidemiologi dalam penilaian

status gizi. Gizi Indonesia, X/V (2), hlm 15-25.

Undang- undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Bab.XIII pasal 167

UNICEF, WHO. 2006. Baby-Friendly Hospital Initiative: Revised, Updated and

Expanded for Integrated Care. New York.

Page 75: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

61

Utomo, B., 2000, The Slowing Progress of Breastfeeding Promotion Program in

Indonesia: Causes and Recommendation, KumpulanMakalah Diskusi

Pakar bidang Gizi tentang ASI-MP ASI,Antropometri, dan BBLR,

Kerjasama antara Persatuan Ahli GiziIndonesia, LIPI, dan UNICEF.

WHO. 2010. Infant and young chlid nutrition. New York.

Wiryo, H., 2007, The Effect of Early Solid Food Feeding and The Absence

of Colostrum Feeding On Neonatal Mortality, FK Universitas Udayana.

Diakses pada tanggal 03 Oktober 2012, dari

www.tempointeraktif.com.

Page 76: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

62

Lampiran 1

Analisis masalah dan penanganan masalah gizi di Kabupaten Musi Banyuasin

Indikator Masalah Analaisis Masalah dan penanganan masalah

Puskesmas/ Kecamatan Dinkes Pemda

Status Gizi BB/U (KEP) ↗ a. Klarifikasi dan konfirmasi data a. Meningkatkan kemampuan petugas Anggaran

TB/U (Pendek) ↗ b. Penanganan Balita apabila puskesmas dan rumah sakit dalam

BB/PB ( Sangat terjadi gizi buruk melakukan surveilans gizi.

Kurus dan Kurus ) ↗ c. Pemberian PMT b. Menyiapkan Puskesmas Perawatan Anggaran

d. Merujuk apabila tdk tertangani dan Rumah Sakit untuk pelaksanaan

tatalaksana gizi buruk.

c. Memberikan PMT pemulihan untuk Anggaran

balita gizi buruk rawat jalan dan

pasca rawat.

d. Melakukan pemantauan kasus yang Anggaran

lebih intensif pada daerah dengan

risiko tinggi terjadinya kasus gizi

buruk.

e. Melakukan penyelidikan kasus Anggaran

bersama dengan lintas program dan

lintas sektor terkait

ASI Esklusif Pencapain Rendah Pembentukan KP-ASI atau 1. Meningkatkan kemampuan, kinerja Anggaran

kelas ibu petugas puskesmas dan rumah sakit

dalammelakukan konseling ASI.

Pemberian bimbingan Konseling 2. Meningkatkan promosi dan advokasi Anggaran

oleh konselor tentang Peningkatan Pemberian Air

Susu Ibu (PP ASI).

3. Membina puskesmas untuk Anggaran

memberdayakan konselor dan

motivator ASI yang telah dilatih.

Page 77: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

63

Analisis masalah dan penanganan masalah gizi di Kabupaten Musi Banyuasin

Indikator Masalah Analaisis Masalah dan penanganan masalah

Puskesmas/ Kecamatan Dinkes Pemda

Vitamin A Pencapaian Rendah 1. Penyuluhan ttg manfaat kapsul 1. Penyuluhan ttg manfaat kapsul vitamin A Anggaran

vitamin A 2. Menyediakan kapsul vitamin A Anggaran

2. Sweeping balita yg Belum

mendapat kapsul vitamin A

3. Evaluasi stok kapsul

vitamin A

Fe1 dan Fe3 Pencapaian Rendah 1. penyuluhan manfaat TTD 1. Penyuluhan ttg manfaat TTD Anggaran

2. Sweeping ibu hamil yg belum 2. Menyediakan TTD

mendapat TTD 3. Melakukan koordinasi dengan Anggaran

3. Evaluasi stok TTD program KIA dan program lain

SKDN K/S Rendah 1. Koordinasi dengan camat dan PKK 1. Melakukan koordinasi dengan Camat Anggaran

D/S Rendah 2. Pembentukan wadah pembinaan dan PKK tingkat kecamatan untuk

N/D Rendah berupa forum-forum di desa menggerakan masyarakat datang ke

D/K Rendah c. Promosi manfaat kegiatan posyandu.

posyandu b. Memanfaatkan kegiatan pada Anggaran

forum-forum yang ada di desa, yang

bertujuan untuk menggerakan

masyarakat datang ke posyandu.

c. Melakukan promosi tentang manfaat Anggaran

kegiatan di posyandu

Page 78: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

64

Lampiran 2

Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Arah Kebijakan Renstra Tahun 2012 - 2017

Kabupaten Musi Banyuasin

TABEL. STRATEGI VISI : Terwujudnya Ketahanan Pangan di Kabupaten Musi Banyuasin dengan Penganekaragaman Pola Komsumsi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang

Menuju Permata Muba 2017

MISI : 1.

Memantapkan ketersediaan pangan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara bijaksana dan berkelanjutan serta mencegah dan menanggulangi kerawanan pangan

2.

Meningkatkan Kemampuan Masyarakat dalam Mengelola Produk Pangan Lokal Berbasis Sumber Daya Lokal

Tujuan Sasaran Strategi Arah kebijakan

1.1. Terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat yang cukup baik jumlah, mutu, aman, merata dan terjangkau

1.1.1. Meningkatnya Ketahanan Pangan

Masyarakat

1.1.1. Pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat sampai

tingkat rumah tangga

1.1.1. Peningkatan Ekonomi Kerakyatan

1.1.2. Berkurangnya jumlah penduduk rawan

pangan 1 % pertahun

1.1.2. Menumbuhkembangkan koordinasi ketersedian pangan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kerawanan

pangan

1.1.2. Mencegah dan menanggulangi kondisi rawan pangan secara

dinamis

1.1.3. Terwujudnya keanekaragaman & keamanan pangan

1.1.3. Menumbuhkembangkan koordinasi dan sinergi dalam upaya gerakan percepatan konsumsi pangan beragam, bergizi dan berimbang serta

melakukan pengawasan keamanan pangan masyarakat.

1.1.3. Peningkatan kesadaran dan pengetahuan

masyarakat tentang makanan beragam, bergizi, berimbang

serta mutu dan keamanan pangan

Page 79: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

65

MISI II : Meningkatkan Kualitas dan Kinerja SDM yang memadai dan mampu menjadi akselelator dan dinamisator pembangunan

Tujuan Sasaran Strategi Arah kebijakan

2.1. Meningkatnya kinerja aparatur 2.1.1. Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana

aparatur

2.1.1. Tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan

aparatur

2.1.1. Memberikan pertanggung jawaban atas pelaksanaan

program kerja

2.1.2. Meningkatnya kualitas aparatur

2.1.2. Memberdayakan sarana dan prasarana yang tersedia

2.1.2. Mengoptimalkan pemenuhan sarana dan

prasarana aparatur

2.1.3. Meningkatnya Kinerja Aparatur

2.1.3. Mendorong aparatur untuk meningkatkan kinerja

2.1.3. Mendorong dan memfasiltasi upaya peningkatan SDM

Page 80: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

66 Lampiran 3 Renstra SKPD Badan Ketahanan Pangan Daerah(BKPD) Kabupaten Musi Banyuasin

No Indikator Kinerja sesuai

Tugas dan Fungsi SKPD

Target SPM

Target IKK

Target Indikator Lainnya

Target Renstra SKPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke-

2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1. Ketersediaan Energi dan Protein

/Kapita/Tahun 90 - - 0

E : 4.605 K P : 57,6 Gr

E : 4.387 K P : 84,6 Gr

E : 3.772 K P : 102 Gr

E: 3.379

0 E:4.824 K P : 63Gr

E:4.558K P : 88 Gr

E: 4.231 K P : 114Gr

E: 3.955 K P : 105 g

2. Penguatan Cadangan Pangan

60 - - 0 15 Ton 30 Ton 45 Ton 60 Ton 0 40 Ton 70 Ton 115 Ton 215 Ton

3. Ketersediaan Informasi Pasokan,Harga dan

Akses Pangan di Daerah

90 - - 0 25% 50% 75% 90% 0 82% 87% 86% 89%

4. Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan

90 - - 0 25% 50% 75% 90% 0 85% 87% 87% 89%

5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

90 - - 0 80,8 82,6 89,2 79,3 0 79,1 83,8 74,1 86,10

6. Pengawasan dan Pembinaan Keamanan

Pangan 80 - - - - - - - - - - - -

7. Penanganan Daerah Rawan Pangan

60 - - 0 30% 35% 40% 45% 0 25% 25% 25% 35%

9. Tingkat pemenuhan jasa administrasi

perkantoran - - 100 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

10. Tingkat ketersediaan sarana dan prasarana

aparatur - - 100 100% 100% 100% 100% 100% 75% 80% 85% 90% 90%

11. Prosentase aparatur yang mempunyai

kompetensi dibidangnya

- - 100 100% 100% 100% 100% 100% 70% 75% 80% 85% 85%

Page 81: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

67 Lampiran 4

Distribusi Jumlah Puskesmas, Posyandu, dan Kader Posyandu Menurut Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kab. Musi Banyuasin

Tahun 2009-2011

No. Kecamatan Jumlah Posyandu tahun 2009 Jumlah Posyandu tahun 2010 Jumlah Posyandu tahun 2011

Terdaftar Lapor Terdaftar Lapor Terdaftar Lapor

1 Sanga desa 20 18 20 18 23 21 2 Babat Toman 39 28 38 38 38 38 3 Plakat Tinggi 27 25 28 25 28 25 4 Batanghari Leko 20 18 23 18 19 19 5 Sungai Keruh 40 34 40 33 44 37 6 Sekayu 48 48 52 52 52 52 7 Lais 40 33 55 40 41 36 8 Sungai Lilin 53 53 53 49 54 50 9 Keluang 42 41 44 44 44 44 10 Bayung Lencir 70 70 74 74 85 84 11 Lalan 66 66 73 73 73 71

Jumlah 465 434 500 464 501 477

Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Musi Banyuasin

Page 82: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

68

Lampiran 5

Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan di Kab. Musi Banyuasin

Tahun 2009-2011

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

1 Sanga Desa 13.852 13.833 27.685 15.734 15.378 31.112 15.747 15.303 31.050

2 Babat Toman 27.329 22.108 49.437 25.615 25.034 50.649 27.506 26.918 54.424

3 Plakat Tinggi 12.747 12.038 24.785 10.848 10.602 21.450 11.651 11.139 22.790

4 Batang Hari Leko 8.817 8.590 17.407 11.720 11.454 23.174 11.350 10.523 21.873

5 Sungai Keruh 17.929 17.356 35.285 17.804 17.400 35.204 21.288 20.683 41.971

6 Sekayu 31.213 30.300 61.513 38.954 38.072 77.026 41.126 40.176 81.302

7 Lais 27.730 26.762 54.492 28.890 28.235 57.125 41.126 40.176 81.302

8 Sungai Lilin 35.225 32.812 68.037 36.665 35.834 72.499 45.486 43.165 88.651

9 Keluang 12.513 11.918 24.431 14.212 13.893 28.105 15.061 14.242 29.303

10 Bayung Lincir 39.029 35.066 74.095 44.582 43.573 88.155 61.206 54.878 116.084

11 Lalan 19.171 16.872 36.043 19.484 19.042 38.526 20.470 18.444 38.914

245.555 227.655 473.210 264.508 258.517 523.025 312.017 295.647 607.664Jumlah

Penduduk 2010jumlah

Penduduk 2009jumlah

Penduduk 2011jumlahNO KECAMATAN

Sumber : Dinas transmigrasi dan kependudukan 2009, Badan Pusat statistik 2010, dan 2011 Kabupaten Musi Banyuasin

Page 83: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

69

Page 84: ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT DI … · ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT . ... kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya ... Bapak H. Matcik, BBA dan

70