Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

download Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

of 60

Transcript of Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    1/60

    2

    PANDUAN

    PEDOMAN ADMINISTRASI

    FASKES PRIMER

    DESEMBER 2013

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    2/60

    3

    BAB   I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan

    pada tahun 2014 merupakan suatu momentum yang sangat krusial bagi bangsa

    Indonesia.Kondisi ini merefleksikan keinginan dari pemerintah sebagai representasirakyat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat berdasarkan prinsip keadilan

    sosial.Penyediaan dan pengelolaan sistem pelayanan kesehatan sejatinya   telah

    disepakati menjadi kewajiban pokok pemerintah sebagaimana termaktub dalam

    UUD‘45.Sistem pelayanan kesehatan telah diakui sebagai hak setiap warga negara

    sehingga keberadaannya harus dapat dimanfaatkan oleh setiap lapisan

    masyarakat.Perlu dilakukan transformasi secara menyeluruh dari sistem pelayanan

    kesehatan untuk mendukung penerapan SJSN   tersebut.

    Transformasi sistem pelayanan kesehatan tersebut ditengarai akan menemui

    berbagai hambatan yang cukup substansial. Walaupun negara secara hukum

    bertanggung jawab penuh dalam penyediaan sistem pelayanan kesehatan namun

    sebagian besar sistem tersebut masih bertumpu pada upaya yang dilakukan oleh

    individu maupun sektor swasta.Hal ini terutama disebabkan oleh kurangnya

    kemampuan negara dalam menyediakan sumber daya kapital yang dibutuhkan untuk

    membiayai pelayanan kesehatan yang digunakan oleh masyarakat.Kondisi ini

    menyebabkan masih dominannya pola pembiayaan yang bersifat “out of pocket”. Model

    pembiayaan ini menyebabkan terjadinya disparitas pelayanan kesehatan dan beban

    finansial katastrof ik yang berdampak pada pemiskinan.

    Selain itu, kebijakan/regulasi yang berlaku cenderung mendorong

    f asilitas kesehatan untuk melakukan upaya mandiri guna memenuhi kecukupan

    anggaran.Prinsip ini menyebabkan banyak fasilitas kesehatan termasuk   f asilitas

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    3/60

    4

    kesehatan pemerintah secara sadar menerapkan kaidah–kaidah korporasi yang

    berorientasi pada profit. Profitabilitas menjadi   goal   utama bagi mayoritas   f asilitas

    kesehatan sehingga model pembayaran retrospektif seperti   Fee For Service ( FFS  )

    menjadi model pembayaran favorit. FFS memberikan ruang bagi fasilitas keseha tan

    untuk meningkatkan profit sekaligus juga menerapkan metode maupun teknik   terkini.

    Efektivitas dan efisiensi hanya menjadi   jargon   semata dan kualitas dikonotasika

    kepada aplikasi teknologi sehingga inefisiensi menjadi hasil akhir dari keseluruhan

    proses   tersebut

    Transformasi fundamental merupakan upaya yang diperlukan untuk

    mengatasi kondisi-kondisi seperti tersebut diatas. Penetapan model asuransi

    kesehatan sosial sebagai bentuk sistem pembiayaan utama jelas harus diikuti

    dengan   transformasi menyeluruh di semua aspek lainnya. Asuransi kesehatan

    sosial harfiahnya memiliki karakteristik yang terkait erat dengan konsep redistribusi

    kesejahteraan dan konsep kontribusi (Bodenheimer & Grumbach, 1992) Konsep

    redistribusi kesejateraan merujuk pada penerapan kaidah subsidi silang serta

    penerapan kontribusi yang bersif at progressif. Sedangkan konsep kontribusi

    merujuk pada ketentuan bahwa manfaat hanya dapat diperoleh oleh individu yang

    telah membayar.Kedua prinsip tersebut jelas menunjukkan pentingnya dukungan

    sistem pelayanan yang efisien dan efektif untuk menjamin keberlangsungan sistem.

    Untuk mendukung hal tersebut maka perlu disusun   blue print   sistem

    pelayanan kesehatan yang akan menjadi acuan BPJS dalam mengelola sistem.

    Pedoman ini merupakan petunjuk yang akan memandu operasionalisasi manfaat

    bagi peserta   BPJS.   Diharapkan pedoman ini dapat mewujudkan sistem

    pelayanan kesehatan yang ef ektif  dan efisien.

    B. BATASAN   PENGERTIAN

    1.   Jaminan Kesehatan   adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar 

    peser ta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan

    dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    4/60

    5

    setiap orang yang   telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh

    pemerintah.

    2.   Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan   yang selanjutnya

    disingkat BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk

    menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan

    3.   Peserta   adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling

    singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran

    4.   Manfaat  adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak Peserta dan/atau

    anggota keluarganya

    5.   Fasilitas Kesehatan  adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan

    untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik

    promotif, preventif   kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh

    Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat

    6.   Pelayanan kesehatan tingkat pertama   adalah pelayanan kesehatan

    perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat

     jalan dan rawat inap.

    7.   Rawat jalan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang

    bersif at non spesialistik yang dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat

    pertama untuk keperluan observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau

    pelayanan kesehatan lainnya.

    8.   Rawat inap tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang

    bersif at non spesialistik dan dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat

    pertama dengan fasilitas rawat inap, untuk keperluan observasi, perawatan,

    diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan medis lainnya, dimana peserta

    dan/atau anggota keluarganya dirawat inap paling singkat 1 (satu) hari

    9.   Hari rawat inap tingkat pertama   adalah tanggal keluar pasien dikurangi

    tanggal masuk.

    10.   Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan   adalah upaya pelayanan

    kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang

    meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat

    inap di ruang perawatan khusus

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    5/60

    6

    11.   Pelayanan kesehatan lain   adalah pelayanan kesehatan yang ditetapkanoleh Menteri

    12.   Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan   adalah adalah penyelenggaraan

    pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung

     jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun

    horizontal.

    13.   Menteri   adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

    bidang kesehatan

    14.   Asosiasi fasilitas kesehatan   adalah Asosiasi Fasilitas Kesehatan yangditetapkandengan Keputusan Menteri

    15.  Klinik Pratama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar 

    16.   Klinik Utama   adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medikspesialistik.

    17.   Pemulasaran jenazah   adalah kegiatan merawat jenazah yang

    mecakup memandikan/membersihkan jenazah

    18.   Pelayanan Kesehatan Gawat Darurat   adalah pelayanan kesehatan yang

    harus diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan,

    dan/atau kecacatan sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    6/60

    7

    BAB   II

    RUANG LINGKUP PELAYANAN  KESEHATAN

    A. PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

    1. Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)

    a. Fasilitas  Kesehatan

    1) Puskesmas beserta jejaringnya;

    2) Praktik dokter beserta jejaringnya (apotek, laboratorium, bidan, perawat);

    3) Praktik dokter gigi beserta jejaringnya;

    4) Klinik pratama beserta jejaringnya; dan

    5) Fasilitas kesehatan milik TNI/POLRI beserta jejaringnya

    6) Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang Starasetara

    b. Jenis pelayanan.

    1) administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta

    untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke faskes

    lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di faskes tingkat

    per tama;

    2) pelayanan promotif preventif, meliputi kegiatan penyuluhan

    kesehatan perorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana, skrining

    kesehatan

    Penyediaan dan distribusi vaksin dan alat kontrasepsi dasar menjadi

    tanggung jawab pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah. BPJS

    Kesehatan hanya membiayai jasa pelayanan pemberian vaksin dan alat

    kontrasepsi dasar yang sudah termasuk dalam kapitasi, kecuali untuk jasa

    pelayanan pemasangan IUD/Implan dan Suntik di daerah perifier dluar 

    kapitasi

    3) pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    7/60

    8

    4) pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui dan bayi

    5) upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi

    6) rehabilitasi medik dasar 

    7) tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;

    8) pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; dan

    9) pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama

    (pemeriksaan darah sederhana (Hemoglobin, apusan darah tepi,

    trombosit, leukosit, hematokrit, eosinofil, eritrosit, golongan darah, laju

    endap darah, malaria), urin sederhana (warna, berat jenis, kejernihan,

    pH, leukosit, eritrosit),   f eses sederhana (benzidin test, mikroskopik

    cacing), gula darah sewaktu.

    10) pemeriksaan penunjang sederhana lain yang dapat dilakukan di faskes

    tingkat per tama

    11) pelayanan rujuk balik dari faskes lanjutan

    12) pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

    13) Menjalankan 4 Fungsi Pelayanan  Primer :

    (1)   First Contact  (kontak pertama)

    a). Dokter dapat diakses di luar jam praktek formal (konsultasi

    melalui telepon, SMS, e-mail,dll)

    b).   Home visi t 

    c). Konsultasi non akut, yaitu dokter melakukan kontak kepada

    Peserta yang tidak dalam kondisi sakit. Bentuk komunikasi

    dapat berupa promosi kesehatan, melalui kontak secara langsung,

    media elektronik maupun sarana yang lain

    (2)   Continuity  (kontinuitas pelayanan)

    Dalam mendukung kontinuitas pelayanan kepada peserta, faskes

    primer harus menyediakan   Family Folder  bagi peserta yang terdaftar 

    padanya

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    8/60

    9

    (3)   Comprehensiveness  (komprehensif)

    Faskes primer harus mempunyai jejaring dalam memberikan pelayanan

    secara komprehensif yaitu laboratorium, apotek dan jejaring lain yang

    diperlukan, misalnya bidan dan perawat.

    (4)   Coordination (dokter sebagai  Care Manager )

    a). Dokter melakukan koordinasi dengan jejaringnya, antar Faskes

    tingkat pertama, dengan Faskes rujukan dan dengan petugas

    BPJS Kesehatan

    b). Faskes menggunakan aplikasi SIM yang terintegrasi

    dengan pelayanan rujukan

    b. Jenis pemeriksaan, pengobatan, konsultasi medis, tindakan medis

    non spesialistik, baik operatif maupun non operatif, pelayanan obat dan

    bahan medis habis pakai serta pemeriksaan penunjang diagnostik

    laboratorium   tingkat pertama yang dilakukan di faskes tingkat pertama

    sesuai dengan ketentuan yaitu Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang

    berlaku

    2. Pelayanan Gigi

    a. Ruang lingkup pelayanan gigi

    1) administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta

    untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke faskes

    lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di faskes tingkat per tama

    2) pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis

    3) premedikasi

    4) kegawatdaruratan oro-dental

    5) pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi)

    6) pencabutan gigi permanen tanpa penyulit

    7) obat pasca ekstraksi

    8) tumpatan komposit/GIC

    9) skeling gigi : 1x dalam setahun

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    9/60

    10

    b. Kantor Cabang berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat untuk

    melakukan pemetaan   (mapping)   ketersediaan tenaga dokter gigi di wilayah

    kerjanya.

    c. Pendaftaran/enrollment  peserta ke Dokter Gigi praktik Mandiri   :

    - h anya untuk Peserta yang terdaftar di Dokter praktik perorangan

    - dilakukan secara alamiah dengan mengisi Daftar Isian Peserta (DIP)

    - tidak diperbolehkan pendaftaran secara otomatis melalui prosesmapping  beberapa dokter praktik perorangan untuk 1 dokter gigi

    - pada awal pelaksanaan BPJS Kesehatan (1 Januari 2014)   :

    •   jumlah peserta yang sudah terdaftar di Dokter Gigi Mandiri tetap

    berjalan seperti biasa

    •   Kantor Cabang bersama-sama dengan Dokter Gigi pro aktif 

    melakukan sosialisasi bagi peserta yang belum melakukan registrasi

    (mengisi DIP) agar segera melakukan registrasi ke Kantor 

    Cabang/Kantor Operasional Kabupaten/Kota.

    d. Dokter Gigi sebagai jejaring   :

    -   Untuk Klinik dan Puskesmas wajib menyiapkan jejaring Dokter Gigi

    kecuali di wilayah kerja Puskesmas tersebut memang tidak ada Dokter Gigi.

    -   Apabila Peserta memilih pilihan Faskes Tingkat Pertamanya adalah Klinik

    atau Puskesmas maka tidak ada pendaftaran/enrollmen  untuk Dokter Gigi

    -   Pelayanan gigi kepada peserta diberikan oleh Dokter Gigi yang menjadi

     jejaring Klinik dan Puskesmas.

    -   Bila di Puskesmas dalam area kecamatan tidak memiliki jejaring Dokter 

    Gigi maka pelayanan Gigi dirujuk ke Faskes tingkat lanjutan

    -   Pembayaran Kapitasi Dokter Gigi diberikan kepada Klinik atau

    Puskesmas sebagai Faskes Tingkat Pertamanya, dan tidak dibayarkanlangsung ke Dokter Gigi yang menjadi jejaring

    e. Dokter Gigi Praktik Perorangan / Mandiri

    –   Untuk Peserta yang memilih Faskes Tingkat Pertamanya Dokter 

    Praktik Perorangan, maka Peserta sekaligus memilih dokter gigi

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    10/60

    11

    sesuai dengan pilihannya   (enrollment), dengan mengisi Formulir (DIP)

    yang disediakan oleh BPJS Kesehatan

    –   Pelayanan gigi kepada peserta diberikan oleh Dokter Gigi tempat

    Peser ta terdaftar di Dokter Gigi pilihannya

    –   Pembayaran kapitasi Dokter Gigi Praktik Perorangan / Mandiri diberikan

    setiap bulannya langsung kepada Dokter Gigi berdasarkan jumlah

    Peserta yang terdaftar bulan sebelumnya, sehingga diperlukan kerjasama

    / kontrak langsung antara Dokter Gigi dengan BPJS  Kesehatan

    –   Penggantian faskes dokter gigi diperbolehkan minimal setelah terdaftar 3

    (tiga)bulan.

    f. Rujukan kasus gigi hanya dapat dilakukan oleh dokter gigi kecuali puskesmas

    yang tidak memiliki dokter gigi.

    3. Rawat Inap Tingkat   Pertama

    a. Fasilitas kesehatan Puskesmas atau klinik dengan fasilitas rawat inap

    b. Ruang lingkup pelayanan

    1) administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta

    untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke faskes

    lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di faskes tingkat

    pertama

    2) pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis

    3) perawatan dan akomodasi di ruang perawatan.

    4) tindakan medis kecil/sederhana oleh Dokter ataupun paramedis.

    5) persalinan per vaginam tanpa penyulit maupun dengan penyulit

    6) pemeriksaan penunjang diagnostik selama masa perawatan

    7) pelayanan obat dan bahan medis habis pakai selama masa perawatan.

    8) pelayanan transfusi darah sesuai indikasi medis

    c. Jenis pemeriksaan, pengobatan, konsultasi medis, tindakan medis non

    spesialistik, baik operatif maupun non operatif, pelayanan obat dan bahan

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    11/60

    12

    medis habis pakai serta pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat

    pertama yang dilakukan di faskes tingkat pertama sesuai dengan ketentuan yaitu

    Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang berlaku.

    4. Pelayanan Maternal dan Neonatal

    a Lokasi pelayanan

    Pelayanan Maternal dan Neonatal diberikan kepada peserta pada

    f asilitas kesehatan tingkat pertama   :

    1. Puskesmas/Puskesmas PONED/Klinik/Dokter praktik perorangan

    beser ta jejaringnya (Pustu, Polindes/Poskesdes, Bidan desa/Bidan praktik

    Mandiri)

    2. Bidan Praktik Mandiri pada daerah tidak ada faskes (Berdasarkan SKKepala Dinas Kesehatan Kab/Kota setempat)

    b Ruang Lingkup

    Pelayanan Maternal dan Neonatal diberikan kepada peserta pada

    f asilitas kesehatan tingkat pertama dan jejaringnya sesuai indikasi medis.

    Ruang lingkup pelayanan maternal dan neonatal meliputi:

    1. Pemeriksaan Kehamilan (ANC)

    Pemeriksaan kehamilan (ANC) dilakukan selama ibu hamil sesuai standar 

    pelayanan KIA dan diperiksa sebanyak minimal 4 kali disertai konseling

    KB terdiri dari:

    a. 1 kali pada triwulan per tama

    b. 1 kali pada triwulan kedua

    c. 2 kali pada triwulan ketiga

    2. Persalinan pervaginam normalPertolongan persalinan normal pada   Puskesmas/Puskesmas

    PONED/Klinik/Dokter Praktik perorangan dan jejaringnya serta   Bidan

    Desa/Bidan Praktik mandiri baik sebagai jejaring atau faskes tingkat

    per tama.

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    12/60

    13

    3. Penanganan perdarahan paska keguguran, persalinan pervaginam

    dengan tindakan emergensi dasar 

    4. Pemeriksaan PNC (Ibu Nifas dan Neonatus)

    Pelayanan nifas diintegrasikan antara pelayanan ibu nifas, bayi baru

    lahir dan pelayanan KB pasca salin sesuai standar pelayanan  KIA.

    Pelayanan bayi baru lahir dilakukan pada saat lahir dan kunjungan

    neonatal Pelayanan PNC bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar 

    pelayanan   KIA dengan frekuensi 4 kali kunjungan, yang terdiri dar i:

    a. Pelayanan nifas bagi ibu pasca melahirkan selama 42 hari

    b. Pelayanan PNC bagi bayi baru lahir selama 28 hari Dengan masing-

    masing kunjungan terdiri dari   :

    a. Kunjungan pertama untuk Kf1 dan KN1 (6 jam s/d hari ke-2)

    b. Kunjungan kedua untuk KN2 (hari ke-3 s/d hari ke-7)

    c. Kunjungan ketiga untuk Kf2 dan KN3 (hari ke-8 s/d hari ke-28)

    d. Kunjungan keempat untuk Kf3 (hari ke-29 s/d hari ke-42)

    e. Pelayanan KB pasca persalinan dilakukan hingga hari ke 42

    5. Pelayanan tindakan paska persalinan (mis. placenta manual)

    6. Pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan neonatal

    7. Pelayanan KB pasca persalinan untuk pemasangan:

    a. IUD, Implant

    b. Suntik  KB

     Alat dan obat kontrasepsi (alokon) disediakan oleh BKKBN

    8. Penanganan komplikasi KB paska persalinan

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    13/60

    14

    5. Pelayanan Kesehatan oleh Bidan dan Perawat

    3.1. Di daerah tidak ada Dokter a. Bidan dan Perawat menjadi pemberi pelayanan tingkat per tama

    •   Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat dokter berdasarkan

    penetapan kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, BPJS

    Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan dan/atau praktik

    perawat sesuai dengan kewenangan yang ditentukan dalam peraturan

    perundang-undangan.

    •   Ruang Lingkup  Pelayanan

    1) Cakupan pelayanan bidan dan perawat sesuai dengan kompetensi

    dan kewenangannya sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku

    2) Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter 

    dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama

    kecuali dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan

    kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan/atau

    dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat per tama

    3) Dasar hukum untuk penyelenggaraan kesehatan di Bidan dan

    Perawat adalah:

    a) Permenkes Nomor HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin

    dan Penyelenggaraan Praktik Perawat sebagaimana   telah diubah

    dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013

    b) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/2010 tentang Izin dan

    Penyelenggaraan Praktik Bidan dan Keputusan Menteri

    Kesehatan nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar 

    Profesi  Bidan.

    c) Bila terjadi perubahan terhadap Peraturan tersebut secara

    otomatis akan diberlakukan

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    14/60

    15

    b. Bidan sebagai pemberi pelayanan maternal dan neonatal

    Di daerah yang tidak ada dokter, bidan dapat bekerjasama dengan

    BPJS Kesehatan sebagai pemberi pelayanan tingkat pertama

    sesuai dengan kompetensi dan sebagai pemberi pelayanan maternal dan

    neonatal termasuk tindakan persalinan.

    3.2.Di daerah ada Dokter 

    1) Bidan dan perawat hanya dapat menjadi jejaring dari fasilitas

    kesehatan tingkat pertama BPJS  Kesehatan.

    2) Bidan sebagai jejaring  :

    •   Pelayanan Bidan dibawah tanggung jawab faskes induknya

    •   Memberikan pelayanan maternal dan neonatal termasuk

    tindakan persalinan.

    6.   G a te K e e p e r C o n c e p t  

    a. Faskes tingkat pertama sebagai   Gatekeeper  adalah sebagai kontak pertama

    pada pelayanan kesehatan dasar dan penapis rujukan sesuai dengan standar 

    pelayanan medis.

    b. Semua faskes tingkat pertama berfungsi sebagai   gate keeper , kecuali bidandan perawat. Dokter Gigi berfungsi sebagai   gate keeper  untuk pelayanan gigi.

    c. Empat falsafah pokok pelayanan primer   :

    1) .First Contact   (kontak pertama) : bahwa Fasilitas kesehatan tingkat

    pertama merupakan tempat pertama yang dikunjungi peserta setiap

    kali mendapat masalah kesehatan.

    2). Continuity  (Kontinuitas pelayanan) : Hubungan fasilitas kesehatan tingkat

    per tama dengan peserta dapat berlangsung dengan kontinyu sehingga

    penanganan penyakit dapat berjalan optimal

    3). Comprehensiveness   (komprehensif) : Fasilitas kesehatan tingkat

    pertama memberikan pelayanan yang komprehensif terutama untuk

    pelayanan promotif  dan preventif.

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    15/60

    16

    4).   Coordination  Dokkel sebagai  “Care Manager”  koordinasi: Fasilitas tingkat

    per tama berperan sebagai koordinator pelayanan bagi peserta untuk

    mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya

    d. Ruang Lingkup Pelayanan  Gate Keeper  adalah   :

    1) Promosi kesehatan ( promoti f )

    2) Pencegahan penyakit dan proteksi khusus   (Preventive   dan   Specific  prot ec t ion)

    3) Pengobatan (Curat ive)

    4) Pembatasan kecacatan (disability limi t ation)

    5) Pemulihan kesehatan (rehabili t at ive)

    e. Implementasi  Gate Keeper Concept 

    1) Pastikan bahwa faskes tingkat pertama yang terdaftar melalui

    proses kredensialing dan re-kredensialing sesuai dengan ketentuan yang

    berlaku

    2) Pastikan faskes tingkat pertama menjalankan empat falsafah pokok

    pelayanan primer 

    3) Peningkatan Kompetensi faskes tingkat pertama,

    4) Audit Medis pelayanan di faskes tingkat pertama

    5) Monitoring, evaluasi dan umpan balik (feedback)

    B. PELAYANAN GAWAT DARURAT

    1. Pemberi Fasilitas Pelayanan

    a. Fasilitas Kesehatan Tingkat  Per tama

    b. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan baik yang bekerjasama

    maupun   tidak bekerjasama dengan BPJS  Kesehatan.

    2. Ruang Lingkup  Pelayanan

    a. Pelayanan gawat darurat yang dapat dijamin adalah sesuai dengan kriteria

    gawat darurat yang berlaku.

    b. Kriteria gawat darurat mengikuti Keputusan Menteri KesehatanNomor 

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    16/60

    17

    856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) RumahSakit.

    c. Cakupan pelayanan gawat darurat sesuai dengan pelayanan rawat jalandan rawat inap di faskes tingkat pertama maupun tingkat lanjutan

    d. Jenis tindakan dan pelayanan yang dijamin sebagaimana yang tercantum

    pada   tarif  paket INA CBG’s yang berlaku

    C. PELAYANAN PERSALINAN

    1. Fasilitas kesehatan pemberi pelayanan

    a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dengan fasilitas rawat inap(Puskesmas perawatan, PONED, Klinik dengan rawat inap, Praktik Bidan)

    b. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan

    2. Ruang lingkup pelayanan Persalinan

    Persalinan terdiri dari persalinan normal (tanpa penyulit) dan persalinan dengan

    penyulit baik penyulit per vaginam atau per abdominam. Pelayanan persalinan

    berdasarkan tingkat faskes adalah sebagai berikut   :

    a. Pelayanan persalinan di Faskes tingkat pertama terdiri dari  :

    1) Persalinan pervaginam normal

    - pada Puskesmas/Puskesmas PONED/Klinik/Dokter Praktek Perorangan

    dan jejaringnya;

    - Bidan Desa/Bidan Praktik Mandiri baik sebagai jejaring atau sebagaiFaskes tingkat pertama.

    2) Persalinan dengan komplikasi atau penyulit pervaginam yang

    merupakan kompetensi Puskesmas PONED/Klinik/Dokter dan Bidan  :

    a. Persalinan pervaginam melalui induksi

    b. Persalinan pervaginam dengan   tindakan

    c. Persalinan pervaginam dengan komplikasi

    d. Persalinan pervaginam dengan kondisi bayi kembar 

    e. Penanganan perdarahan pasca keguguran

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    17/60

    18

    b. Pelayanan persalinan di faskes tingkat lanjutan terdiri dari   :

    1) Tindakan persalinan normal

    2) Tindakan persalinan dengan penyulit pervaginam sesuai indikasi medis

    3) Tindakan persalinan dengan penyulit perabdominam   (sectio caesaria)

    sesuai indikasi medis

    4) Pelayanan rawat inap

    c. Ketentuan Persalinan

    1) Pada kondisi kehamilan normal ANC harus dilakukan di faskes tingkat

    per tama ANC di tingkat lanjutan hanya dapat dilakukan sesuai indikasi

    medis berdasarkan rujukan dari faskes tingkat pertama.

    2) Penjaminan persalinan adalah benefit bagi peserta BPJS Kesehatan dan tidak

    ada batasan jumlah persalinan yang ditanggung

    3) Persalinan normal diutamakan dilakukan di faskes tingkat per tama

    4) Penjaminan persalinan normal di faskes rujukan tingkat lanjutan hanya

    dapat dilakukan dalam kondisi gawat darurat

    5) Yang dimaksud kondisi gawat darurat pada poin (4) di atas adalah

    perdarahan, kejang pada kehamilan, ketuban pecah dini, gawat janin dan

    kondisi lain yang mengancam jiwa ibu dan bayinya

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    18/60

    19

    D. PELAYANAN OBAT

    1. Pemberi Fasilitas Pelayanana. Fasilitas kesehatan tingkat per tama

    b. Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan

    2. Ruang Lingkup Pelayanan Obat

    a. Pelayanan obat pada Fasilitas Kesehatan Tingkat  Per tama.

    1) Pelayanan obat di Puskesmas disediakan oleh Depo obat/ InstalasiFarmasiPuskesmas.

    2) Pelayanan obat di dokter praktik perorangan dan klinik disediakan oleh

     Apotek jejaring dokter/klinik berdasarkan resep dari dokter yang merawat,kecuali pada kondisi tertentu yang memenuhi persyaratan   dispensing , obat

    diberikan langsung oleh dokter/dokter gigi.   Dokter dapat meracik dan

    menyerahkan obat kepada pasien bagi yang praktik di daerah terpencil yang

    tidak ada apotek (UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang  Praktik Kedokteran).

    Dalam hal di daerah terpencil yang tidak ada apotek, dokter atau

    dokter gigi yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi mempunyai

    wewenang meracik dan menyerahkan obat kepada pasien yang

    dilaksanakan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (PP Nomor 

    51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan  Kefarmasian) Kriteria daerah terpencil

    adalah daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab seperti keadaan

    geografi (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa),

    transportasi, sosial dan ekonomi.

    Daerah sangat terpencil adalah daerah yang sangat sulit dijangkau

    karena berbagai sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan,

    daratan, hutan dan rawa), transportasi, sosial dan ekonomi (Permenkes Nomor 

    6 Tahun 2013 tentang Kriteria Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terpencil, Sangat

    Terpencil dan Fasilitas  Pelayanan Kesehatan Yang Tidak Diminati).

    3) Untuk pelayanan di bidan dan perawat, pelayanan obat diatur sesuai UUPraktik Keperawatan dan Kebidanan yang berlaku.

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    19/60

    20

    E. PELAYANAN ALAT KESEHATAN

    1. Fasilitas Kesehatan Pemberi Pelayanan

    Pelayanan Alat Kesehatan dapat diberikan pada pelayanan kesehatan rawat

     jalan dan/atau rawat inap baik di Fasilitas Kesehatan tingkat pertama maupun

    Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan

    2. Penyediaan Alat Kesehatan

     Alat kesehatan disediakan oleh fasilitas kesehatan atau jejaringnya dengan mutu

    sesuai kebutuhan medis

    3. Ruang Lingkup Pelayanan Alat  Kesehatan

    a. Alat kesehatan diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan atas dasar indikasi

    medis.

    b. Jenis dan plafon harga alat kesehatan sesuai dengan Kompendium Alat

    Kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri  Kesehatan

    c. Apabila atas indikasi medis Rumah Sakit meresepkan alat kesehatan

    di luar Kompendium alat kesehatan yang berlaku maka dapat digunakan alat

    kesehatan lain berdasarkan persetujuan Komite Medik dan kepala/direktur 

    rumah sakit.

    4. Pembiayaan Alat Kesehatan

    a) Biaya alat kesehatan pada faskes tingkat pertama sudah termasuk dalam

    komponen kapitasi dan/atau paket rawat inap yang dibayarkan ke  f askes.

    b) Penggunaan alat kesehatan sesuai Kompendium alat kesehatan

    maupun diluar Kompendium alat kesehatan, sudah termasuk dalam

    pembiayaan paket INA CBG’s,   tidak dapat ditagihkan kepada BPJS

    Kesehatan dan tidak boleh dibebankan kepada peser ta.

    c) Biaya alat kesehatan yang dijamin di luar paket INA CBG’s ditagihkan

    terpisah dari tagihan paket INA CBG’s dengan menggunakan aplikasi

    yang telah disiapkan oleh BPJS Kesehatan.

    d) Besaran biaya penggantian alat kesehatan di luar paket INA CBG’s

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    20/60

    21

    sebagaimana yang diatur oleh Menteri  Kesehatan.

    5. Tata laksana pelayanan alat kesehatan di luar paket INA CBG’s a. Kacamata

    1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan dengan gangguan penglihatan

    sesuai dengan indikasi medis

    2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan penanganan yang

    diberikan pada fasilitas kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan

    BPJS  Kesehatan

    3) Penjaminan pelayanan kacamata diberikan atas rekomendasi dari dokter spesialis mata dan dibuktikan dengan hasil pemeriksaan mata.

    4) Ukuran kacamata yang dijamin oleh BPJS Kesehatan adalah:

    i. Untuk lensa spheris, minimal 0.5 Dioptri

    ii. Untuk lensa silindris minimal 0.25 Dioptri

    5) Kacamata dapat diberikan maksimal 1 kali dalam 2 (dua)  tahun

    b. Alat bantu dengar (hearing aid)

    1) Diberikan kepada peserta BPJS dengan Kesehatan gangguan

    pendengaran sesuai dengan indikasi medis

    2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan penanganan yang diberikanpada fasilitas kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan BPJS

    Kesehatan

    3) Penjaminan pelayanan alat bantu dengar diberikan atas rekomendasi dari

    dokter spesialis THT.

    4) Alat bantu dengar dapat diberikan maksimal sekali dalam 5 (lima) tahun per 

    telinga

    c. Prothesa gigi/gigi palsu

    1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan yang kehilangan gigi sesuai

    dengan indikasi medis

    2) Pelayanan prothesa gigi diberikan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama

    yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    21/60

    22

    3) Penjaminan pelayanan prothesa gigi/gigi palsu diberikan atas rekomendasi

    dari dokter gigi

    4) Prothesa gigi/gigi palsu dapat diberikan paling cepat 2 (dua) tahun sekali

    untuk gigi yang sama.

    d. Penyangga leher (collar neck/cervical collar/neck brace)

    1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan sebagai penyangga kepala dan

    leher karena trauma pada leher dan kepala ataupun fraktur pada tulang cervix

    sesuai dengan indikasi medis.

    2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan penanganan yang diberikanpada fasilitas kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan BPJS

    Kesehatan

    3) Penyangga leher dapat diberikan maksimal 1 kali dalam 2 (dua)  tahun

    e.  Jaket Penyangga Tulang  (Corset  )

    1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan yang mengalami

    kelainan/gangguan tulang atau kondisi lain sesuai dengan indikasi medis.

    2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan penanganan yang diberikan

    pada fasilitas kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan BPJS

    Kesehatan

    3) Jaket penyangga tulang dapat diberikan maksimal 1 kali dalam 2 (dua)tahun

    f. Prothesa alat gerak (kaki dan/atau tangan  tiruan)

    1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan sesuai dengan indikasi medis.

    2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan penanganan yang diberikan

    pada fasilitas kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan BPJS

    Kesehatan

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    22/60

    23

    F. PELAYANAN PROMOTIF PREVENTIF

    1. Pemberi Fasilitas Pelayanan

    a. Fasilitas kesehatan tingkat per tama

    b. Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan

    2. Ruang Lingkup  Pelayanan

    Bentuk kegiatan promotif preventif BPJS Kesehatan adalah:

    a. penyuluhan kesehatan perorangan dalam bentuk edukasi kesehatan

    b. Imunisasi Dasar 

    c. Skrining Riwayat Kesehatan d. Deteksi dini Kanker  Serviks

    e. Program Pengelolaan penyakit DM Tipe 2 dan Hiper tensi

    3. Prosedur pelayanan promotif preventif diatur dalam pedoman   tersendiri

    G. PELAYANAN AMBULAN

    1. Penyelenggara Pelayanan Ambulan

    BPJS Kesehatan melakukan kerjasama dengan penyelenggara pelayanan ambulan

    untuk pelayanan ambulan.

    Penyelenggara ambulan antara lain:

    a. Faskes tingkat pertama yang mempunyai ambulan

    b. Faskes tingkat lanjutan yang mempunyai ambulan

    c. Pihak ketiga, antara lain  :

    1) Pemda atau Dinas Kesehatan Propinsi yang mempunyai ambulan

    2) Ambulan 118

    3) Yayasan penyedia layanan ambulan

    2. Ruang Lingkup  Pelayanana. Pelayanan Ambulan merupakan pelayanan transportasi pasien rujukan dengan

    kondisi tertentu, antar Fasilitas Kesehatan, disertai dengan upaya atau kegiatan

    menjaga kestabilan kondisi pasien dengan tujuan penyelamatan nyawa pasien.

    b. Yang dimaksud dengan kondisi tertentu pada poin a di atas adalah  :

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    23/60

    24

    –   kondisi pasien sesuai indikasi medis berdasarkan rekomendasi medis dari

    dokter yang merawat

    –   kondisi kelas perawatan sesuai hak peserta penuh dan pasien sudah dirawat

    paling sedikit selama 3 hari di kelas satu tingkat di atas haknya

    –   pasien rujuk balik rawat inap yang masih memerlukan pelayanan rawat

    inap di faskes tujuan

    Contoh   :

    pasien kanker rawat inap dengan terapi paliatif di RS tipe A dirujuk balik ke

    RS  t ipe di bawahnya untuk mendapatkan rawat inap paliatif (bukan rawat

     jalan)

    c. Pelayanan ambulan hanya diberikan untuk rujukan antar Faskes  :

     – sesama faskes tingkat per tama;

     – dari faskes tingkat pertama ke faskes rujukan;

     – sesama faskes rujukan sekunder ;

     – dari faskes sekunder ke faskes tersier ;

     – dan rujukan balik ke faskes dengan tipe di bawahnya.

    d. Faskes perujuk adalah:

    –   Faskes tingkat pertama atau Faskes rujukan tingkat lanjutan yang

    bekerjasama dengan BPJS  Kesehatan

    –   Faskes tingkat pertama atau Faskes rujukan tingkat lanjutan yang

    tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan khusus untuk kasus gawat darurat

    yang keadaan gawat daruratnya telah teratasi dan pasien dalam kondisi

    dapat dipindahkan

    e. Faskes Penerima Rujukan adalah Faskes tingkat pertama atau faskes tingkat

    lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS  Kesehatan

    f. Pelayanan Ambulan yang tidak dijamin adalah pelayanan yang tidak sesuai

    ketentuan di atas,   termasuk:

    –   jemput pasien selain dari Faskes (rumah, jalan, lokasi lain)

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    24/60

    25

    –   mengantar pasien ke selain Faskes

    –   rujukan parsial (antar jemput pasien atau spesimen dalam rangka

    mendapatkan pemeriksaan penunjang atau tindakan, yang merupakan

    rangkaian perawatan pasien di salah satu Faskes).

    –   Ambulan/mobil jenazah

    –   Pasien rujuk balik rawat jalan

    H. PELAYANAN KESEHATAN YANG TIDAK DIJAMIN

    1. Pelayanan atau hal-hal lain yang tidak termasuk jaminan yang ditanggung

    oleh BPJS Kesehatan adalah sebagai berikut   :

    2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana

    diatur dalam peraturan yang berlaku;

    3. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja

    sama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;

    4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan

    kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja;

    5. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu

    lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan

    kecelakaan lalu lintas;

    6. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;

    7. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;

    8. pelayanan untuk mengatasi infer tilitas;

    9. pelayanan meratakan gigi (or todonsi);

    10. gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol;

    11. gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat

    melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;

    12. pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin

    she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi

    kesehatan (health technology assessment);

    13. pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaa

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    25/60

    26

    (eksperimen);

    14. alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;

    15. perbekalan kesehatan rumah   tangga;

    16. pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian

    luar biasa/wabah;

    17. Kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah   (preventable adverse events)

    yang ditetapkan oleh Menteri; dan

    18. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat

    Jaminan Kesehatan yang diberikan.

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    26/60

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    27/60

    28

    BAB   III

    PROSEDUR PELAYANAN   KESEHATAN

    Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta diupayakan prosedur yang   tidak

    menyulitkan peserta namun demikian harus memperhatikan upaya pengendalian ser ta

    kelengkapan persyaratan administrasi yang harus dipenuhi oleh peser ta.

    A. PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT   PERTAMA

    1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)

    a. Ketentuan umum

    1) Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan

    tingkat pertama tempat Peserta terdaftar 

    2) Ketentuan di atas dikecualikan pada kondisi  :

    a. berada di luar wilayah Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat  Peser ta

    terdaftar; atau

    b. dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

    3) Peserta dianggap berada di luar wilayah apabila melakukan kunjungan ke luar 

    domisili karena tujuan tertentu, bukan merupakan kegiatan yang rutin

    4) Untuk mendapatkan pelayanan di faskes tingkat pertama tempat tujuan, maka

    peserta wajib membawa surat pengantar dari Kantor BPJS Kesehatan   tujuan.

    Surat pengantar hanya berlaku paling lama untuk 1 (satu) bulan .

    5) Dalam hal Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, Fasilitas

    Kesehatan tingkat pertama harus merujuk ke Fasilitas Kesehatan rujukan   tingkat

    lanjutan terdekat sesuai dengan sistem rujukan yang diatur dalam ketentuan

    peraturan perundang- undangan

    6) Peserta yang melakukan mutasi pada tanggal 1 s/d akhir bulan berjalan,   tidak

    dapat langsung mendapatkan pelayanan di faskes tingkat pertama yang baru

    sampai dengan akhir bulan berjalan. Peserta berhak mendapatkan pelayanan di

    faskes tingkat pertama yang baru di bulan berikutnya.

    7) Untuk peserta yang baru mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan dan sudah

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    28/60

    29

    membayar iuran, maka pada bulan berjalan tersebut peserta dapat langsung

    mendapatkan pelayanan di faskes tingkat pertama tempat peserta   terdaftar .

    b. Prosedur Pelayanan di faskes tingkat pertama

    a) Peserta menunjukkan kartu identitas BPJS Kesehatan (proses administrasi).b) Faskes melakukan pengecekan keabsahan kartu peser ta

    c) Faskes melakukan pemeriksaan kesehatan/pemberian   tindakan

    d) Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti pelayanan pada

    lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masing-masing

    faskes.

    e) Bila diperlukan peserta akan memperoleh obat.

    f) Apabila peserta membutuhkan pemeriksaan kehamilan, persalinan dan pasca

    melahirkan, maka pelayanan dapat dilakukan oleh bidan atau dokter umum.

    g) Bila hasil pemeriksaan dokter ternyata peserta memerlukan pemeriksaan ataupun

    tindakan spesialis/sub-spesialis sesuai dengan indikasi medis, maka faskes   tingkat

    pertama akan memberikan surat rujukan ke faskes tingkat lanjutan yang

    bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang

    berlaku.

    h) Surat rujukan berlaku untuk periode maksimal 1 (satu) bulan sejak tanggal rujukan

    diterbitkan. Surat rujukan disediakan oleh masing-masing faskes dengan   f ormatsesuai ketentuan BPJS  Kesehatan

    i) Faskes wajib melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan yang telah dilakukan

    ke dalam Aplikasi Sistem Informasi Manajemen yang telah disediakan   BPJS

    Kesehatan

    2. Pelayanan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)

    Prosedur dan syarat-syarat mendapatkan pelayanan di RITP   :

    1. Peserta datang ke faskes tingkat pertama yang memiliki fasilitas rawat inap

    2. Faskes dapat melayani peserta yang terdaftar maupun peserta yang dirujuk dari

    faskes tingkat pertama lain

    3. Peserta menunjukkan identitas BPJS  Kesehatan

    4. Faskes melakukan pengecekan keabsahan kartu peser ta

    5. Faskes melakukan pemeriksaan, perawatan, pemberian tindakan, obat dan  BMHP

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    29/60

    30

    6. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti pelayanan pada

    lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masing-masing

    faskes.

    7.  Faskes wajib melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan yang telah dilakukan ke

    dalam Aplikasi Sistem Informasi Manajemen yang telah disediakan BPJS  Kesehatan8. Peserta dapat dirujuk ke faskes tingkat lanjutan bila secara indikasi medis diperlukan

    3.  Pelayanan Kebidanan dan Neonatal

    1. Peserta memeriksakan kehamilan (ANC) pada faskes tingkat pertama atau

     jejaringnya sesuai dengan prosedur pemeriksaan di faskes tingkat pertama

    2. Pemeriksaan ANC dan PNC dilakukan pada satu tempat yang sama, misalnya

    pemeriksaan ANC dilakukan pada bidan jejaring maka diharapkan proses persalinan

    dan pemeriksaan PNC juga dilakukan pada bidan jejaring   tersebut.

    3. Pemeriksaan ANC dan PNC tidak dapat dilakukan pada tempat yang berbeda kecuali

    dalam keadaan darurat.

    4. Pemeriksaan ANC dan PNC pada tempat yang sama dimaksudkan untuk   :

    a. Keteraturan pencatatan partograf 

    b. Monitoring terhadap perkembangan kehamilan

    c. Memudahkan dalam administrasi pengajuan klaim ke BPJS  Kesehatan

    B. PELAYANAN GAWAT DARURAT   (E M E R G E NC Y   ) 

    1. Dalam keadaan gawat darurat, maka:

    a. Peserta dapat dilayani di faskes tingkat pertama maupun faskes tingkat lanjutan yang

    bekerjasama maupun yang tidak bekerjasama dengan BPJS  Kesehatan

    b. Pelayanan harus segera diberikan tanpa diperlukan surat rujukan

    c. Peserta yang mendapat pelayanan di Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerjasama

    dengan BPJSKesehatan harus segera dirujuk ke Fasilitas Kesehatan yang

    bekerjasama dengan BPJS Kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya teratasi dan

    pasien dalam kondisi dapat dipindahkan

    d. Pengecekan validitas peserta maupun diagnosa penyakit yang termasuk dalam kriteria

    gawat darurat menjadi tanggung jawab fasilitas kesehatan

    2. Prosedur Pelayanan Gawat Darurat di Faskes yang Bekerjasama dengan   BPJS

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    30/60

    31

    Kesehatan

    a. Pelayanan kegawatdaruratan di faskes tingkat pertama dapat diberikan pada   f askes

    tempat peserta terdaftar maupun bukan tempat peserta terdaftar 

    b. Pelayanan kegawatdaruratan di faskes tingkat pertama maupun lanjutan mengikuti

    prosedur pelayanan yang berlaku

    3. Prosedur Pelayanan Gawat Darurat di Faskes Tingkat pertama dan Faskes Rujukan yang

    tidak bekerjasama dengan BPJS  Kesehatan

    a. Penyiapan Faskes

    Dalam penyelenggaraan penjaminan pelayanan kesehatan di faskes yang   tidak

    bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, Kantor Cabang melakukan hal-hal sebagai

    berikut:

    1) Sosialisasi kepada Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja sama di wilayah kerja

    masing-masing mengenai:

    2) BPJS Kesehatan secara umum

    a) ketentuan penjaminan pelayanan di faskes yang tidak bekerja sama

    b) kriteria gawat darurat yang dapat dijamin

    c) mekanisme pembiayaan

    d) pengajuan klaim

    e) dll

    3) Membuat kesepakatan untuk memberikan kontak personal dari masing-masing

    faskes dan BPJS Kesehatan yang diperlukan dalam pelayanan kegawatdaruratan

    kepada peserta BPJS  Kesehatn

    4) Membuat jaringan komunikasi antar kontak personal masing – masing faskes baik

    yang bekerja sama maupun yang tidak bekerja sama dengan BPJS   Kesehatan

    untuk melakukan koordinasi dalam rangka mempermudah pelayanan rujukan antar 

    faskes.

    b. Proses Penjaminan

    1) Faskes memastikan eligibilitas peserta dengan mencocokkan data peserta dengan

    master file kepesertaan BPJS Kesehatan pada kondisi real time. Hal ini dapat dilakukan

    dengan cara:

    a). Faskes mengakses master file kepesertaan melalui website   BPJS

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    31/60

    32

    Kesehatan,  sms gateway  dan media elektronik lainnya.

    b). Apabila poin (a) tidak dapat dilakukan maka Faskes menghubungi petugas

    BPJS Kesehatan melalui telepon atau mendatangi kantor BPJS Kesehatan

    2) Apabila kondisi kegawatdaruratan pasien sudah teratasi dan pasien dalam kondisidapat dipindahkan, tetapi pasien tidak bersedia untuk dirujuk ke Fasilitas

    Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan maka biaya pelayanan

    selanjutnya tidak dijamin oleh BPJS. Faskes harus menjelaskan hal ini kepada

    peserta dan peserta harus menandatangani surat pernyataan bersedia

    menanggung biaya pelayanan selanjutnya

    3) Penanganan kondisi kegawatdaruratan di faskes yang tidak bekerjasama

    ditanggung sebagai pelayanan rawat jalan kecuali kondisi tertentu yang

    mengharuskan pasien dirawat inap.

    4) Kondisi tertentu yang dimaksud diatas adalah sebagai berikut:

    a) Tidak ada sarana transportasi untuk evakuasi pasien.

    b) Sarana transportasi yang tersedia tidak memenuhi syarat untuk evakuasi

    Kondisi a dan b dinyatakan oleh petugas BPJS Kesehatan setelah dihubungi

    oleh Faskes, dan petugas BPJS Kesehatan tersebut telah berusaha mencari

    ambulan sesuai dengan kebutuhan.

    c) Kondisi pasien yang tidak memungkinkan secara medis untuk dievakuasi, yang

    dibuktikan dengan surat keterangan medis dari dokter yang merawat.

    C. PELAYANAN   PERSALINAN

    1. Pelayanan persalinan dapat dilakukan di faskes tingkat pertama maupun   tingkat

    lanjutan.

    2. Pemberian jaminan persalinan sebagaimana pemberian jaminan perawatan   tingkat

    pertama atau perawatan tingkat lanjutan.

    3. Prosedur pelayanan sesuai dengan ketentuan pelayanan di faskes tingkat pertama dan

    faskes tingkat lanjutan.

    D. PELAYANAN DARAH

    1. Pelayanan darah dapat dilakukan di faskes tingkat pertama maupun tingkat lanjutan

    sesuai indikasi medis.

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    32/60

    33

    2. Prosedur pelayanan darah di faskes tingkat pertama adalah sebagai berikut:

    a. Disesuaikan dengan kompetensi Faskes untuk melakukan transfusi darah

    b. Pelayanan tranfusi darah di faskes tingkat pertama dapat dilakukan pada kasus:

    (1) Kegawatdaruratan maternal dalam proses persalinan

    (2) Kegawatdaruratan lain untuk kepentingan keselamatan pasien

    (3) Penyakit thalasemia, hemofili dan penyakit lain setelah mendapat rekomendasi

    dari dokter Faskes tingkat lanjutan

    c. Darah disediakan oleh fasilitas pelayanan darah yang bekerjasama dengan   BPJS

    Kesehatan

    d. Penggunaan darah maksimal 2 (dua) kantung/hari berdasarkan surat permintaan

    darah yang ditanda tangani oleh dokter yang merawat, kecuali atas kebutuhan medis

    bisa diberikan lebih.

    3. Prosedur pelayanan darah di faskes tingkat lanjutan mengikuti ketentuan pelayanan

    darah yang diatur oleh Faskes tingkat lanjutan dan jejaringnya yang melayani darah

    2. Dokter menuliskan resep Alat Kesehatan sesuai dengan indikasi medis.

    3. Peserta mengurus legalisasi pelayanan Alat Kesehatan ke Petugas BPJS Center atauKantor BPJS KesehataN

    4.   Peserta mengambil Alat Kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau Faskes

    penyedia Alat Kesehatan yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dengan

    membawa identitas dan berkas pelayanan yang diperlukan.

    5.   Faskes melakukan verifikasi resep dan bukti pendukung lain, kemudian menyerahkan Alat Kesehatan kepada Peser ta.

    6.   Peserta menandatangani bukti penerimaan Alat Kesehatan.

    7.   BPJS Kesehatan memastikan pasien mendapatkan alat kesehatan dengan cara melihat

    bukti penerimaan alat kesehatan dan bila perlu dilakukan konfirmasi kepada pasien

    H. PELAYANAN AMBULAN

    1. Penyediaan Fasilitas Pelayanan Ambulan

    Dalam proses penyediaan fasilitas pelayanan ambulan bagi peserta BPJS   Kesehatan,

    Kantor Cabang melakukan   :

    a.   Mapping   ketersediaan fasilitas Ambulan di Faskes yang berada di wilayahnya

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    33/60

    34

    (diutamakan faskes yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan). Jika dari hasil

    mapping didapatkan bahwa jumlah fasilitas pelayanan ambulan yang ada di   f askes

    yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan kurang, maka dapat melakukan kerjasama

    dengan penyelenggara pelayanan Ambulan pihak ketiga.

    b. Melakukan negosiasi tarif pelayanan Ambulan dengan pemberi pelayanan Ambulan

    c. Melakukan kontrak dengan pemberi pelayanan Ambulan

    2. Penjaminan Pelayanan Ambulan

    a. BPJS Kesehatan wajib memberikan daftar penyedia ambulan kepada faskes yang

    bekerjasama maupun tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan di wilayah kerjanya

    b. Dalam rangka evakuasi pasien bagi Faskes yang tidak mempunyai ambulan, maka

    Faskes berkoordinasi dengan penyedia ambulan yang bekerjasama dengan   BPJS

    Kesehatan atau petugas BPJS  Kesehatan.

    c. Untuk Faskes yang mempunyai ambulan dapat langsung menggunakan ambulan

    tersebut

    d. Proses rujukan antar faskes mengikuti ketentuan sistem rujukan berjenjang yang

    berlaku.

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    34/60

    35

    BAB   IV

    PROSES ADMINISTRASI   KLAIM

    Proses administrasi klaim sangat penting dalam suatu rangkaian proses bisnis asuransi dimana

    kinerja suatu perusahaan asuransi sangat ditentukan oleh bagaimana klaim diproses dan

    diselesaikan. Disamping itu penyelesaian klaim juga sangat mempengaruhi efisinsi dalam biaya

    kesehatan karena kekurang hati hatian dalam proses klaim dapat mengakibatkan pembayaran

    yang berlebihan dari yang seharusnya. Oleh sebab itu semua petugas terutama petugas

    verifikator, kepala bidang dan kepala cabang harus melaksanakan proses klaim dengan prinsip

    hati hati, dan   teliti.

    A. JENIS KLAIM

    Secara keseluruhan pengajuan klaim yang masuk ke BPJS Kesehatan dapat dibagi dala

    2 (dua) kategori yaitu   :

    1. Klaim kolektif.

    Klaim kolektif adalah klaim yang diajukan oleh Faskes atas biaya pelayanan seluruh

    peserta yang telah dilayani ataupun pembayaran yang bersifat prospektif dalam periode

    tertentu (satu bulan). Biaya pelayanan yang dilakukan secara kolektif adalah:

    a. klaim pelayanan rawat inap tingkat per tama,

    b. klaim persalinan di Faskes tingkat per tama

    c. klaim pelayanan Darah di Faskes Tingkat Per tama

    d. klaim pelayanan tingkat lanjutan, baik rawat jalan maupun rawat inap

    e. klaim gawat darurat di Faskes yang tidak bekerjasama

    f. klaim alat kesehatan di luar INA CBG’s

    g. klaim ambulan

    h. klaim COB dari asuransi tambahan atau penjamin pelayanan kesehatan lainnya

    i. klaim atas biaya pengiriman tenaga kesehatan dan penyediaan fasilitas kesehatan di

    daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    35/60

    36

    2.Klaim perorangan.

    a. Klaim perorangan adalah klaim yang diajukan oleh peserta secara perorangan untuk

    pelayanan kesehatan yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh peserta   tersebut.

    b. Biaya pelayanan yang dapat diklaim secara perorangan adalah biaya kompensasi

    untuk pelayanan kesehatan bagi peserta di daerah belum tersedia Fasilitas

    Kesehatan yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku

    c. Hanya untuk pelayanan di Faskes Tingkat Pertama yang tidak bekerjasama dengan

    BPJS Kesehatan.

    B. KETENTUAN UMUM

    1. Faskes mengajukan klaim setiap bulan secara reguler paling lambat tanggal 10 bulan

    berikutnya.

    2. BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan

    kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak dokumen klaim di terima

    lengkap di Kantor Cabang/Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan.

    3. Seluruh berkas dokumen penagihan klaim dan pertanggung jawaban dana disimpan

    oleh rumah sakit dan BPJS Kesehatan dan sewaktu-waktu dapat diaudit oleh yang pihak

    berwenang.

    4. Kadaluarsa Klaim

    a. Klaim Kolektif 

    1) Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah baik Tingkat Pertama maupun Tingkat

    Lanjutan adalah 2 (dua) tahun setelah pelayanan diberikan.

    2) Fasilitas Kesehatan milik Swasta baik Tingkat Pertama maupun Tingkat Lanjutan

    adalah 2 (dua) tahun setelah pelayanan diberikan

    b. Klaim Perorangan

    Batas waktu maksimal pengajuan klaim perorangan adalah 2 (dua) tahun setelah

    pelayanan diberikan.

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    36/60

    37

    C. PROSES PENGAJUAN KLAIM

    1. Klaim Kolektif 

    a. Klaim Pelayanan Kesehatan Tingkat  Pertama

    1) Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP

    )

    Biaya pelayanan RJTP dibayar dengan kapitasi, yaitu berdasarkan jumlah peser ta

    yang terdaftar di faskes tersebut tanpa pengenaan iur biaya kepada peserta

    2) Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)

    Pengajuan klaim RITP diajukan kepada Kantor Cabang/Kantor Operasional

    Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan yang dilakukan oleh Faskes tingkat per tama

    secara kolektif setiap bulan atas pelayanan yang sudah diberikan kepada peser ta

    pada bulan sebelumnya dengan menyampaikan kelengkapan administrasi sebagai

    berikut   :

    a) Formulir pengajuan klaim (FPK) rangkap 3 (tiga)

    b) Rekapitulasi pelayanan

    (1) Nama penderita;

    (2) Nomor Identitas;

    (3) Alamat dan nomor telepon pasien;

    (4) Diagnosa penyakit;

    (5) Tindakan yang diberikan;

    (6) Tanggal masuk perawatan dan tanggal keluar perawatan;

    (7) Jumlah hari rawat;

    (8) Besaran tarif paket;

    (9) Jumlah tagihan paket rawat inap tingkat pertama (besaran tarip paket

    dikalikan jumlah hari rawat);

    (10) Jumlah seluruh  tagihan

    c) Berkas pendukung masing-masing pasien

    (1) Foto kopi identitas peserta  BPJS

    (2) Surat perintah rawat inap dari Dokter .

    (3) Bukti pelayanan yang sudah ditandatangani oleh peserta atau anggota

    keluarga.

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    37/60

    38

    3) Persalinan / maternal dan neonatal non kapitasi di Faskes Tingkat  Pertama

    a) Pengajuan klaim persalinan dan pelayanan maternal/neonatal non kapitasi di

    Faskes tingkat pertama dapat dilakukan oleh Faskes tingkat pertama yang

    memberikan pelayanan (Puskesmas/Puskesmas PONED/Klinik/Dokter praktek

    perorangan dengan jejaring).

    b) Jejaring Faskes tingkat pertama berupa Polindes/Poskesdes dan bidan

    desa/praktik mandiri mengajukan tagihan melalui Faskes induknya.

    c) Kecuali pada daerah tidak ada Faskes tingkat pertama (ditetapkan oleh   SK

    Kepala Dinas Kesehatan setempat), maka bidan desa/bidan praktik mandiri

    dapat menjadi faskes tingkat pertama yang bekerjasama langsung dengan   BPJS

    Kesehatan ke BPJS K

    esehatan

    d) Klaim diajukan secara kolektif setiap bulankepada Kantor Cabang/Kantor 

    Operasional Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan secara kolektif setiap bulan

    dengan kelengkapan administrasi sebagai berikut:

    (1) Formulir pengajuan klaim (FPK) rangkap 3 (tiga)

    (2) Rekapitulasi pelayanan

    i. Nama penderita;

    ii. Nomor   Identitas;

    iii. Alamat dan nomor telepon pasien;

    iv. Tanggal pelayanan;

    v. GPA (Gravid, Partus, Abortus)

    vi. Jenis persalinan (tanpa penyulit/dengan penyulit);

    vii. Besaran tarif paket;

    viii. Jumlah seluruh   tagihan

    (3) Berkas pendukung masing-masing pasien

    i. Foto kopi identitas peserta BPJS

    ii. Foto kopi lembar pelayanan pada Buku KIA sesuai pelayanan yang

    diberikan untuk Pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas,   termasuk

    pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan. Apabila Peserta   tidak

    memiliki buku KIA pada daerah tertentu, dapat digunakan kartu ibu atau

    keterangan pelayanan lainnya pengganti buku KIA yang ditandatangani ibu

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    38/60

    39

    hamil/bersalin dan petugas yang menangani

    iii. Partograf : yang ditandatangani oleh tenaga kesehatan penolong

    persalinan untuk Pertolongan persalinan. Pada kondisi tidak ada par tograf 

    dapat digunakan keterangan lain yang menjelaskan tentang pelayanan

    persalinan yang diberikan

    iv. Surat keterangan kelahiran

    v. Bukti pelayanan yang sudah ditandatangani oleh peserta atau anggota

    keluarga.

    vi. Kwitansi bermaterai cukup

    4) Pelayanan Darah

      Biaya pelayanan darah terdiri dari jasa, sarana dan darah per bag.

      Biaya jasa dan bahan, alat medis habis pakai termasuk transfusi set yang

    digunakan dalam pelayanan transfusi darah  sudah termasuk paket rawat inap di

    Puskesmas atau Klinik

      Klaim darah diajukan kepada Kantor Cabang/Kantor Operasional   Kabupaten/Kota

    BPJS Kesehatan secara kolektif setiap bulan oleh PMI atau UTD setempat dengan

    kelengkapan administrasi sebagai berikut:

    a) Formulir pengajuan klaim (FPK) rangkap 3 (tiga)

    b) Rekapitulasi pelayanan

    (1) Nama penderita;

    (2) Nomor   Identitas;

    (3) Alamat dan nomor telepon pasien;

    (4) Tanggal pelayanan;

    (5) Diagnosa penyakit;

    (6) Jumlah darah per bag yang dibutuhkan;

    (7) Besaran tarif paket;

    (8) Jumlah seluruh  tagihan

    c) Berkas pendukung masing-masing pasien

    (1) Foto kopi identitas peserta  BPJS

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    39/60

    40

    (2) Bukti pelayanan yang sudah ditandatangani oleh peserta atau anggota

    keluarga.

    c. Penagihan Klaim Gawat Darurat

    1) Pelayanan oleh Faskes Tingkat Pertama yang tidak bekerjasama dengan BPJS

    Kesehatan

    a) Klaim diajukan ke Kantor Cabang/Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS

    Kesehatan secara kolektif setiap bulan atas pelayanan yang sudah diberikan kepada

    peserta BPJS Kesehatan

    b) Kelengkapan adminitrasi pengajuan klaim sama dengan kelengkapan administrasi

    pengajuan klaim di faskes tingkat per tama

    2) Pelayanan oleh Faskes Lanjutan yang Bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

     Adminitrasi pengajuan klaim sama dengan kelengkapan administrasi pengajuan klaim

    kolektif pelayanan kesehatan tingkat lanjutan

    3) Pelayanan oleh Faskes Lanjutan yang tidak bekerjasama dengan BPJS  Kesehatan

    a) Administrasi pengajuan klaim sama dengan kelengkapan administrasi pengajuan

    klaim kolektif pelayanan kesehatan tingkat lanjutan faskes yang bekerjasama dengan

    BPJS Kesehatan

    b) Pengajuan tagihan berupa  hardcopy  dan  softcopy  hasil luaran dari aplikasi INA CBG

    c) Bagi faskes yang belum dapat mengajukan dalam bentuk   softcopy   luaran INA CBG,maka klaim dientry oleh Faskes tersebut di Kantor BPJS Kesehatan   terdekat

    d. Penagihan Klaim Ambulan

    1) Administrasi pengajuan klaim diajukan secara kolektif oleh penyelenggara pelayanan

    ambulan.

    2) Kelengkapan administrasi klaim adalah sebagai berikut   :

    a) Formulir pengajuan klaim

    b) Surat Eligibilitas Peserta (tindasan NCR atau foto copynya)

    c) Surat keterangan medis dari dokter yang merawat yang menerangkan kondisi

    medis pasien pada saat akan dirujuk.

    d) Bukti pelayanan ambulan yang memuat informasi tentang   :

      Identitas pasien

      Waktu pelayanan (hari, tanggal, jam berangkat dari faskes perujuk dan jam

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    40/60

    41

    tiba di faskes tujuan)

      Faskes perujuk

      Faskes tujuan rujukan

      Tandatangan dan cap dari faskes perujuk dan faskes penerima rujukan

      Tanda tangan pasien atau anggota keluarganya

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    41/60

    42

    PELAYANAN OBAT

    A. RUANG LINGKUP PELAYANAN OBAT

    Pelayanan obat diberikan kepada peserta setelah mendapatkan layanan medis berdasarkan

    resep obat dari dokter sesuai indikasi medis. Pemberian obat kepada peserta melalui

    Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau Apotek Jejaring. Ruang lingkup pelayanan obat

    meliputi:

    Pelayanan obat pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

    Pelayanan Obat pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama meliputi Obat Rawat Jalan

    Tingkat Pertama (RJTP) dan Obat Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), diberikan

    kepada peserta setelah mendapatkan pelayanan medis pada Fasilitas   Kesehatan

    Tingkat  Per tama

    Pemberian obat RJTP dan obat RITP adalah sesuai indikasi medis, berdasarkan resep

    obat dari dokter yang merawat, berpedoman pada Daftar Obat Formularium Nasional

    yang ditetapkan oleh Menteri serta ketentuan lain yang berlaku.

    Obatdan bahan medis habis pakai di fasilitas kesehatan tingkat pertama merupakan

    salah satu komponen pelayanan kesehatan yang dibayar oleh BPJS Kesehatan secara

    kapitasi.Obat diperoleh di Depo Farmasi Puskesmas atau di Apotek jejaring fasilitas

    kesehatan tingkat pertama.

    B. PROSEDUR PELAYANAN OBAT

    Prosedur pelayanan di Fasilitas KesehatanTingkat   Pertama

    a. Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis diFasilitasKesehatan Tingkat  Per tama

    b. Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan indikasi medis.

    c. Peserta membawa resep ke Ruang Farmasi/Instalasi Farmasi di puskesmas, klinik

    dan apotek jejaring.

    d. Apoteker di puskesmas melakukan pengkajian resep, menyiapkan dan

    menyerahkan obat kepada Peserta disertai dengan pemberian informasi obat. Jika

    di Puskesmas belum memiliki Apoteker pelayanan obat dapat di lakukan oleh

    tenaga teknis kefarmasian dengan pembinaan apoteker dari dinas kesehatan

    kabupaten/kota.

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    42/60

    43

    e. Apoteker di Klinik dan Apotek melakukan pengkajian resep, menyiapkan dan

    menyerahkan obat kepada Peserta disertai dengan pemberian informasi obat.

     Apabila di Klinik tidak memiliki apoteker maka tidak dapat melakukan pelayanan

    obat.

    f. Peserta menandatangani bukti penerimaan obat.

    C. PELAYANAN OBAT PROGRAM RUJUK BALIK

    Pelayanan Obat Program Rujuk Balik adalah pemberian obat-obatan penyakit kronis di

    fasilitas kesehatan tingkat pertama sebagai bagian dari program pelayanan rujuk balik.

    Penyakit yang dikelola melalui program rujuk balik, yaitu Diabetes Mellitus tipe 2 dan

    Hiper tensi.

    1. LANDASAN HUKUM

    a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan   Kesehatan

    pada Jaminan Kesehatan Nasional

    b. Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 01 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

    Jaminan Kesehatan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial  Kesehatan

    2. Filosofi Program Rujuk Balik

    a. Pelayanan Rujuk balik adalah Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

    penderita di Fasilitas Kesehatan atas rekomendasi/rujukan dari Dokter   Spesialis/Sub

    Spesialis yang merawat.

    b. Pelayanan   Program Rujuk Balik adalah   Pelayanan Kesehatan yang diberikan

    kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan

    pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di Faskes

    Tingkat Pertama atas rekomendasi/rujukan dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis yang

    merawat.

    3. Manfaat Program Rujuk Balik

    a. Bagi Peser ta

    1) Meningkatkan kemudahan akses pelayanan kesehatan

    2) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang mencakup akses promotif, preventif,

    kuratif dan rehabilitatif 

    3) Meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dalam konteks pelayanan holistik

    4) Memudahkan untuk mendapatkan obat yang diperlukan

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    43/60

    44

    b. Bagi Faskes Tingkat Per tama

    1) Meningkatkan fungsi Faskes selaku Gate Keeper  dari aspek pelayanan

    komprehensif dalam pembiayaan yang rasional

    2) Meningkatkan kompetensi penanganan medik berbasis kajian ilmiah  terkini

    (evidence based) melalui bimbingan organisasi/dokter spesialis

    3) Meningkatkan fungsi pengawasan pengobatan

    c. Bagi Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan

    1) Mengurangi waktu tunggu pasien di poli RS

    2) Meningkatkan kualitas pelayanan spesialistik di Rumah Sakit

    3) Meningkatkan fungsi spesialis sebagai koordinator dan konsultan manajemen

    penyakit

    4. Ruang Lingkup Program Rujuk Balik

    a. Jenis   Penyakit

    Jenis Penyakit yang termasuk dalam Program Rujuk Balik adalah:

    1) Diabetus Mellitus Tipe 2

    2) Hiper tensi

    b. Jenis Obat

    Obat yang termasuk dalam Obat Rujuk Balik adalah:

    1)   Obat-obat kronis yang diresepkan oleh dokter spesialis/sub-spesialis di Faskes

    Rujukan Tingkat Lanjutan.

    2)   Obat tambahan   adalah obat yang diresepkan oleh dokter spesialis/sub

    spesialis dan mutlak diberikan bersama obat utama untuk mengatasi penyakit

    penyerta atau mengurangi resiko efek samping akibat obat utama.

    Daftar Obat Program Rujuk Balik sesuai Daftar Obat Formularium Nasional yang

    berlaku dan ditetapkan melalui keputusan Direksi BPJS  Kesehatan.

    2. Identifikasi peserta Program Rujuk Balik

    a. Peserta berobat ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dimana peserta   tersebut

    terdaftar dengan membawa indentitas diri.

    b. Apabila atas indikasi medis peserta memerlukan pemeriksaan ataupun   tindakan

    spesialis/sub-spesialis, maka Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama akan memberikan

    rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang bekerjasama dengan

    BPJS Kesehatan.

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    44/60

    45

    c. Peserta mendaftar ke BPJS Center dengan membawa surat rujukan dan identitas diri

    untuk mendapatkan  SEP.

    d. Dokter Spesialis/Sub Spesialis melakukan pemeriksaan kepada peserta sesuai

    kebutuhan indikasi medis.

    e. Apabila peserta didiagnosa penyakit kronis maka peserta mendapatkan pelayanan

    kesehatan secara rutin di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan hingga

    diperoleh kondisi terkontrol/stabil sesuai panduan klinis penyakit kronis.

    f. Setelah peserta ditetapkan dalam kondisi terkontrol/stabil, maka dokter Spesialis/Sub

    Spesialis memberikan SRB (Surat Rujuk Balik) kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat

    Pertama dimana peserta yang bersangkutan   terdaftar .

    3. Pendaftaran Peserta Program Rujuk Balik

    a. Peserta mendaftarkan diri pada petugas BPJS Center /Kantor 

    Cabang/Kota/Kabupaten dengan menunjukkan   :

    1) Kartu Identitas peserta BPJS Kesehatan

    2) Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis

    3) Surat Eligibilitas Peserta (SEP) dari BPJS Kesehatan

    4) Lembar resep obat/salinan resep

    b. Peserta mengisi formulir pendaftaran peserta PRB

    c. Peserta menerima buku kontrol Peserta PRB

    d. Petugas BPJS Kesehatan melakukan:

    1) Verifikasi keabsahan peserta (identitas BPJS, SRB, SEP dan lembar resep)

    2) Verifikasi dan melegalisasi formulir pendaftaran peser ta

    3) Mendokumentasikan formulir pendaftaran sebagai bukti pendaftaran peser ta

    4) Melakukan legalisasi obat yang diresepkan oleh Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan

    untuk disetujui sebagai obat Program Rujuk Balik serta menyerahkan kembali

    SEP RJTL dan lembar resep kepada peser ta

    5) Mencatat jenis dan jumlah obat yang disetujui untuk obat Program Rujuk   Balik

    (sesuai resep obat yang dilegalisasi) pada:

    i. Formulir Pendaftaran Peserta Rujuk Balik

    ii. Buku Kontrol Peserta PRB

    6) Mencatat identitas peserta PRB pada buku Register Manual peserta  PRB

    7) Menyerahkan SRB dan buku kontrol Peserta PRB kepada peserta diser tai

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    45/60

    46

    dengan pemberian informasi mekanisme pelayanan Program Rujuk  Balik.

    4. Prosedur Pelayanan Obat Program Rujuk Balik

    a. Apabila obat Program Rujuk Balik dari dokter spesialis/subspesialis telah habis,

    selanjutnya peserta berobat ke Faskes Tingkat Pertama dimana dia terdaftar 

    dengan menunjukkan Identitas sebagai peserta BPJS, SRB dan Buku   Kontrol

    Peserta PRB.

    b. Peserta melakukan kunjungan ulang ke faskes tingkat pertama (tempatnya

    terdaftar) dengan menunjukkan identitas peserta BPJS, SRB dan buku kontrol peserta

    PRB.

    c. Dokter faskes tingkat pertama melakukan pemeriksaan dan menuliskan resep

    obat rujuk balik yang tercantum pada buku kontrol peserta  PRB.

    d. Peserta memperoleh obat rujuk balik dari apotek PRB dengan menyerahkan

    resep dari Faskes Tingkat Pertama serta menunjukkan SRB dan Buku   Kontrol

    Peser ta

    e. Petugas Apotek melakukan verifikasi obat dengan menggunakan aplikasi

    pengendalian obat  APD ALINE.

    f. Apabila peserta telah mendapatkan obat yang sama dari Apotek lain dan masih

    dalam range waktu pemberian obat, maka petugas apotek tidak boleh

    memberikan obat tersebut. Jika pelayanan obat tetap diberikan maka biaya obat

    tersebut akan menjadi beban  Apotek.

    g. Apabila sebelumnya peserta belum pernah mendapatkan obat atau obatnya   telah

    habis maka petugas Apotek memberikan obat Program Rujuk Balik diser tai

    dengan informasi penggunaan obat.

    h. Pelayanan obat rujuk balik dilakukan 3 kali berturut-turut selama 3 bulan

    i. Setelah 3 (tiga) bulan peserta dapat dirujuk kembali oleh Fasilitas Kesehatan

    Tingkat Pertama ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan untuk

    dilakukan evaluasi oleh dokter spesialis/sub-spesialis.

     j. Apabila hasil evaluasi kondisi peserta dinyatakan masih terkontrol/stabil oleh

    dokter spesialis/sub-spesialis, maka pelayanan program rujuk balik dapat

    dilanjutkan kembali dengan memberikan SRB baru kepada peserta. SRB   tersebut

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    46/60

    47

    dilegalisasi oleh petugas BPJS di BPJS Center/Kantor Cabang/Kota/   Kabupaten.

    Untuk pelayanan pada bulan tersebut, maka peserta mendapatkan obat dari RS

    yang sudah termasuk dalam paket tarif INA CBG’s, kemudian untuk selanjutnya

    peserta kembali periksa ke fasiltas kesehatan tingkat pertama untuk mendapatkan

    obat rujuk balik.

    5. Ketentuan pelayanan obat Program Rujuk Balik

    a. Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan meresepkan dan memberikan obat kronis pada

    pasien yang akan diberikan pelayanan Program Rujuk  Balik.

    b. Obat PRB diberikan untuk kebutuhan maksimal 30 (tiga puluh) hari setiap kali

    peresepan dan harus sesuai dengan Daftar Obat Program Rujuk Balik   BPJS

    Kesehatan serta ketentuan lain yang berlaku.

    c. Perubahan/penggantian obat program rujuk balik dapat dilakukan oleh Dokter faskes

    tingkat pertama hanya pada dosis obat sesuai dengan kondisi pasien dan sesuai

    dengan batas kewenangan dokter   tersebut.

    d. Obat PRB dapat diperoleh di Apotek atau depo farmasi Fasilitas Kesehatan   tingkat

    pertama yang bekerja sama dengan BPJS  Kesehatan.

    e. Jika peserta masih memiliki obat PRB, maka peserta tersebut tidak boleh dirujuk ke

    Faskes Rujukan Tingkat Lanjut, kecuali terdapat keadaan   emergency    atau

    kegawatdaruratan yang menyebabkan pasien harus konsultasi ke Faskes Rujukan

    Tingkat Lanjut.

    D. PROSEDUR PENAGIHAN KLAIM PELAYANAN OBAT

    Obat-obatan yang bisa ditagihkan secara terpisah kepada BPJS Kesehatan adalah Obat

    Program Rujuk Balik sesuai dengan Daftar Obat Formularium Nasional yang berlaku.

    Tagihan obat diajukan oleh Apotek yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan untuk

    Program Rujuk Balik secara kolektif. Prosedur Penagihan Klaim Pelayanan Obat Program

    Rujuk Balik adalah sebagai berikut:

    1. Klaim obat PRB ditagihkan secara kolektif oleh Apotek PRB kepada BPJS Kesehatan

    sesuai dengan ketentuan/prosedur penagihan klaim yang ditetapkan oleh   BPJS

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    47/60

    48

    Kesehatan.

    2. Dokumen yang dilampirkan saat Apotek PRB mengajukan klaim obat adalah:

    a. Formulir Pengajuan Klaim (FPK)

    b. Rekap Tagihan Obat Program Rujuk  Balik

    c. Lembar Resep Obat Program Rujuk   Balik

    d. Lembar  SEP

    e. Data tagihan pelayanan dalam bentuk  softcopy  sesuai aplikasi Apotek dari  BPJS

    Kesehatan

    3. Petugas BPJS Kesehatan melakukan verifikasi dan re-verif ikasi:

    a. Verifikasi   setting  aplikasi (nama faskes, jenis faskes, faktor pelayanan dan embalage)

    b. Memastikan referensi obat yang digunakan adalah yang berlaku

    c. Keabsahan dan kelengkapan resep dan dokumen pendukung resep.

    d. Eligibilitas pelayanan obat meliputi kesesuaian jenis penyakit dengan restriksi dan

    peresepan maksimal.

    e. Kesesuaian antara dokumen dengan data pengajuan klaim pada aplikasi

    f. Kesesuaian harga, jenis, merek dan jumlah obat

    4. Jika terdapat perbedaan antara data pelayanan yang diajukan oleh Apotek Rujuk   Balik

    dengan hasil verifikasi, petugas BPJS Kesehatan meminta klarifikasi kepada Apotek dan

    menuliskan di lembar telaahan verif ikasi

    .

    5. Setelah semua resep selesai diverifikasi, petugas BPJS Kesehatan melakukan umpan

    balik verif ikasi.

    6. Petugas Apotek Rujuk Balik melakukan pencetakan Formulir Pengajuan Klaim (FPK) dan

    menandatanganinya.

    7. Petugas Apotek Rujuk Balik menyerahkan data pengajuan klaim dalam bentuk   soft copy 

    beserta lembar FPK dan dokumen kelengkapan resep kepada petugas BPJS   Kesehatan.

    Masa kadaluarsa klaim kolektif obat PRB adalah 6 (enam) bulan setelah pelayanan

    diberikan.

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    48/60

    49

    BAB V

    SISTEM   PEMBAYARAN

    A. Ketentuan Umum Pembayaran BPJS Kesehatan

    1. BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan yang memberikan

    layanan kepada  Peser ta

    2. Besaran pembayaran yang dilakukan BPJS Kesehatan kepada Fasilitas   Kesehatan

    berdasarkan kontrak antara BPJS Kesehatan dengan Fasilitas kesehatan

    3. Standar tarif ditetapkan oleh Menteri Kesehatan

    4. Asosiasi fasilitas kesehatan untuk Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas

    Kesehatan rujukan tingkat lanjutan ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

    5. Kesepakatan tarif antara BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan dilakukanantara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas kesehatan di wilayah provinsi.

    6. Tarif hasil kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas   Kesehatan

    wilayah menjadi acuan besaran tarif dalam kontrak antara BPJS Kesehatan dengan

    Fasilitas kesehatan.

    7. Khusus untuk tarif kapitasi bagi faskes tingkat pertama akan dilakukan adjustment sesuai

    dengan ketentuan yang berlaku yang disebut norma kapitasi

    8. Dalam hal besaran tarif tidak disepakati oleh asosiasi Fasilitas Kesehatan Wilayah dan

    BPJS Kesehatan maka besaran tarif atas program Jaminan Kesehatan sesuai dengan

    tarif yang ditetapkan oleh Menteri

    9. BPJS Kesehatan wajib melakukan pembayaran klaim kepada Fasilitas Kesehatan atas

    pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak

    dokumen klaim diterima lengkap

    10. Klaim pelayanan diajukan paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya

    B. PEMBAYARAN DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

    1. Sistem pembayaran pada pelayanan tingkat pertama adalah ruang lingkup dan tata cara

    pembayaran pada fasilitas kesehatan tingkat pertama atas pelayanan kesehatan yang

    diberikan kepada peserta BPJS  Kesehatan.

    2. Sistem pembayaran pada pelayanan tingkat pertama terdiri dari:

    a. Pembayaran Kapitasi pada rawat jalan tingkat per tama

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    49/60

    50

    b. Pembayaran paket pada rawat inap tingkat per tama

    c. Pembayaran pelayanan darah pada faskes tingkat pertama

    d. Pembayaran persalinan pada faskes tingkat per tama

    e. Pembayaran alat kesehatan

    f. Pembayaran Obat dan Pemeriksaan Penunjang Program Rujuk Balik

    g. Pembayaran paket ambulans

    h. Pembayaran pelayanan gawat darurat pada faskes tingkat per tama

    i. Pembayaran kompensansi pada wilayah yang tidak memiliki faskes yang memenuhi

    syarat

    3. Sistem Pembayaran

    a. Kapitasi pada rawat jalan tingkat per tama

    1) Faskes yang dibayarkan kapitasi adalah faskes yang bekerjasama dengan BPJS

    Kesehatan

    2) Biaya pelayanan RJTP dibayar dengan kapitasi, yaitu berdasarkan jumlah peser ta

    yang terdaftar di faskes tersebut tanpa pengenaan iur biaya kepada peser ta

    3) Besaran kapitasi standar ditetapkan oleh Menteri Kesehatan

    4) Ketentuan norma kapitasi adan besaran kapitasi akan diatur oleh Direksi sebagai

    acuan negosiasi tarif kapitasi dengan Asosiasi faskes wilayah, sebagai berikut  :

    a) Pembayaran Tahap Awal (1 Januari sd 31 Desember 2014)

      Besaran kapitasi yang dibayarkan sesuai dengan norma kapitasi yang

    ditetapkan oleh Direksi   :

    (a) Jenis   f askes

    (1) puskesmas,

    (2) praktek dokter perorangan/klinik

    (3) praktek dokter gigi(b) Ketersediaan dokter umum   tetap

    (1) Dokter umum tetap   tersedia

    (2) Dokter umum tetap tidak   tersedia

     Dasar perhitungan untuk pembayaran kapitasi di faskes tingkat pertama bulan

    Januari 2014 adalah jumlah peserta yang ditetapkan di masing-masing   f askes

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    50/60

    51

    tingkat pertama oleh BPJS  Kesehatan.

      Untuk pembayaran periode berikutnya dasar perhitungannya adalah jumlah

    peserta terdaftar pada akhir bulan sebelumnya (N-1)

      Apabila ada perubahan ketersediaan tenaga medis (dokter umum) tetap di

    puskesmas, maka besaran kapitasi akan disesuaikan.

      Bagi Faskes TNI/POLRI pembayaran kapitasi disetarakan Klinik Pratama

      Pembayaran kapitasi dilakukan setiap bulan paling lambat tanggal 15 bulan

    berjalan sesuai ketentuan yang berlaku

    b) Periode berikutnya

      Penentuan besaran kapitasi mengacu pada   :

    (a) Ketentuan yang diberlakukan pada tahap awal penetapan kapitasi   tetap

    diberlakukan

    (b) Ketentuan mengenai adjustment terhadap norma kapitasi   :

    (1) Kapasitas layanan

    (2)  Community Rating by Class (CRC)

    (3) Withhold capi t at ion

    (4) Kompetensi tambahan tenaga medis (dokter umum)

    (5) Indikator performa

    Catatan   :

    Norma kapitasi ini akan dijalankan secara bertahap sesuai kesiapan  BPJS

    Kesehatan dan pihak lain yang   terkait.

      Besaran kapitasi yang dibayarkan adalah besaran kapitasi sesuai dengan

    hasil adjustmen terhadap norma kapitasi yang diberlakukan.

    5) Mekanisme pembayaran kapitasia) Bagian Manajemen Pelayanan Primer menerima daftar peserta di setiap   f askes

    tingkat pertama dari Bagian  Kepesertaan

    b) Bagian Manajemen Pelayanan Primer melakukan verifikasi terhadap hal-hal

    sebagai berikut   :

    - besaran kapitasi masing-masing faskes sesuai dengan PKS

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    51/60

    52

    - kesesuaian jumlah peserta yang terdapat pada aplikasi

    - hal-hal lain yang berkaitan dengan penetapan besaran kapitasi yang akan

    dibayarkan ke masing-masing faskes tingkat per tama

    c) Bagian Pelayanan melakukan approval atas hasil verifikasi pembayaran kapitasi

    d) Bagian Keuangan melakukan pembayaran

    6) Kapitasi yang dibayarkan digunakan untuk membiayai semua pelayanan yang masuk

    dalam cakupan pelayanan di faskes tingkat pertama meliputi   :

    a) Jasa pelayanan

    b) Jasa sarana

    c) Obat

    d) BMHP

    e) Pemeriksaan penunjang

    f) Alat kesehatan

    7) Kapitasi yang dibayarkan kepada Puskesmas, Dokter Praktek dan Klinik sudah

    termasuk pembayaran biaya pelayanan yang dilakukan oleh jejaring faskes (apotek,

    laboratorium, bidan, perawat atau jejaring lainnya)

    8) Pembayaran untuk jejaring faskes tingkat pertama tidak dilakukan secara langsung

    kepada jejaring, akan tetapi masuk dalam kapitasi yang dibayarkan kepada dokter 

    tingkat pertama

    9) Pajak Kapitasi

    a) Pemotongan pajak atas pembayaran kapitasi kepada faskes tingkat pertama sesuai

    dengan peraturan yang berlaku

    b) Komponen kapitasi kena pajak adalah keseluruhan/total kapitasi yang diterima

    10) Bukti tanda bayar kapitasi dapat berupa kwitansi atau bukti transfer yang diberikan

    kepada faskes tingkat per tama.

    11) Ketentuan mutasi tambah kurang peser ta

    a) Peserta lama yang melakukan pergantian faskes tingkat per tama

    (1) Apabila peserta melakukan perpindahan (mutasi) dari faskes tingkat pertama ke

    faskes tingkat pertama lainnya pada tanggal 1 s/d 31 bulan berjalan, maka perhitungan

    kapitasi pada faskes tingkat pertama yang baru akan dihitung mulai tanggal 1

    (satu) pada bulan berikutnya.

  • 8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer

    52/60

    53

    (2) Peserta yang melakukan mutasi pada tanggal 1 s/d 31 bulan berjalan tidak dapat

    langsung mendapatkan pelayanan di faskes tingkat pertama yang baru sampai

    dengan bulan berjalan selesai. Peserta berhak mendapatkan pelayanan di   f askes

    tingkat pertama yang baru pada bulan berikutnya.

    b) Peserta baru

    (1) Untuk perhitungan kapitasi dengan penambahan peserta baru yang masuk pada

    tanggal 1 sd 31 bulan berjalan, maka perhitungan kapitasi pada faskes   tingkat

    pertama akan disesuaikan dengan menambahkan jumlah pembayaran kapitasi

    pada bulan berikutnya sesuai dengan jumlah peserta baruyang mendaftar pada faskes

    tersebut

    (2) Peserta baru dapat langsung mendapatkan pelayanan di faskes tingkat per tama

    sejak tanggal peserta tersebut mulai mendaftar dan membayar iuran   BPJS

    Kesehatan

    4. Pelayanan Gigi oleh Dokter Gigi

    a. Biaya pelayanan gigi pada praktik dokter gigi mandiri maka kapitasi dibayarkan ke

    masing-masing praktek dokter gigi   tersebut

    b. Dokter gigi yang terdapat dalam suatu klinik, maka pembayarannya termasuk dalam

    kapitasi yang dibayarkan ke Klinik (tidak pembayaran kapitasi sendiri)

    c. Dokter gigi yang terdapat di Puskesmas, maka pembayarannya sudah   termasuk

    dalam kapitasi yang dibayarkan ke Puskesmas (tidak dilakukan pembayaran kapi tasi

    tersendiri)

    d. Mekanisme pembayaran kapitasi dokter gigi sesuai dengan mekanisme pembayaran

    kapitasi Puskesmas/Dokter   Praktek/Klinik

    e. Jumlah peserta maksimal terdaftar masing-masing dokter gigi adalah 10.000 jiwa per 

    dokter gigi.

    5. Pelayanan oleh Bidan dan  Perawat

    a. Pelayanan oleh Bidan dan perawat sebagai jejaring faskes tingkat per tama

    Pembayaran bidan dan perawat sebagai jejaring dari faskes tingkat per