Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
-
Upload
octha-ryani -
Category
Documents
-
view
248 -
download
0
Transcript of Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
1/60
2
PANDUAN
PEDOMAN ADMINISTRASI
FASKES PRIMER
DESEMBER 2013
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
2/60
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan
pada tahun 2014 merupakan suatu momentum yang sangat krusial bagi bangsa
Indonesia.Kondisi ini merefleksikan keinginan dari pemerintah sebagai representasirakyat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat berdasarkan prinsip keadilan
sosial.Penyediaan dan pengelolaan sistem pelayanan kesehatan sejatinya telah
disepakati menjadi kewajiban pokok pemerintah sebagaimana termaktub dalam
UUD‘45.Sistem pelayanan kesehatan telah diakui sebagai hak setiap warga negara
sehingga keberadaannya harus dapat dimanfaatkan oleh setiap lapisan
masyarakat.Perlu dilakukan transformasi secara menyeluruh dari sistem pelayanan
kesehatan untuk mendukung penerapan SJSN tersebut.
Transformasi sistem pelayanan kesehatan tersebut ditengarai akan menemui
berbagai hambatan yang cukup substansial. Walaupun negara secara hukum
bertanggung jawab penuh dalam penyediaan sistem pelayanan kesehatan namun
sebagian besar sistem tersebut masih bertumpu pada upaya yang dilakukan oleh
individu maupun sektor swasta.Hal ini terutama disebabkan oleh kurangnya
kemampuan negara dalam menyediakan sumber daya kapital yang dibutuhkan untuk
membiayai pelayanan kesehatan yang digunakan oleh masyarakat.Kondisi ini
menyebabkan masih dominannya pola pembiayaan yang bersifat “out of pocket”. Model
pembiayaan ini menyebabkan terjadinya disparitas pelayanan kesehatan dan beban
finansial katastrof ik yang berdampak pada pemiskinan.
Selain itu, kebijakan/regulasi yang berlaku cenderung mendorong
f asilitas kesehatan untuk melakukan upaya mandiri guna memenuhi kecukupan
anggaran.Prinsip ini menyebabkan banyak fasilitas kesehatan termasuk f asilitas
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
3/60
4
kesehatan pemerintah secara sadar menerapkan kaidah–kaidah korporasi yang
berorientasi pada profit. Profitabilitas menjadi goal utama bagi mayoritas f asilitas
kesehatan sehingga model pembayaran retrospektif seperti Fee For Service ( FFS )
menjadi model pembayaran favorit. FFS memberikan ruang bagi fasilitas keseha tan
untuk meningkatkan profit sekaligus juga menerapkan metode maupun teknik terkini.
Efektivitas dan efisiensi hanya menjadi jargon semata dan kualitas dikonotasika
kepada aplikasi teknologi sehingga inefisiensi menjadi hasil akhir dari keseluruhan
proses tersebut
Transformasi fundamental merupakan upaya yang diperlukan untuk
mengatasi kondisi-kondisi seperti tersebut diatas. Penetapan model asuransi
kesehatan sosial sebagai bentuk sistem pembiayaan utama jelas harus diikuti
dengan transformasi menyeluruh di semua aspek lainnya. Asuransi kesehatan
sosial harfiahnya memiliki karakteristik yang terkait erat dengan konsep redistribusi
kesejahteraan dan konsep kontribusi (Bodenheimer & Grumbach, 1992) Konsep
redistribusi kesejateraan merujuk pada penerapan kaidah subsidi silang serta
penerapan kontribusi yang bersif at progressif. Sedangkan konsep kontribusi
merujuk pada ketentuan bahwa manfaat hanya dapat diperoleh oleh individu yang
telah membayar.Kedua prinsip tersebut jelas menunjukkan pentingnya dukungan
sistem pelayanan yang efisien dan efektif untuk menjamin keberlangsungan sistem.
Untuk mendukung hal tersebut maka perlu disusun blue print sistem
pelayanan kesehatan yang akan menjadi acuan BPJS dalam mengelola sistem.
Pedoman ini merupakan petunjuk yang akan memandu operasionalisasi manfaat
bagi peserta BPJS. Diharapkan pedoman ini dapat mewujudkan sistem
pelayanan kesehatan yang ef ektif dan efisien.
B. BATASAN PENGERTIAN
1. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peser ta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
4/60
5
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah.
2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya
disingkat BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan
3. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran
4. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak Peserta dan/atau
anggota keluarganya
5. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik
promotif, preventif kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat
6. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat
jalan dan rawat inap.
7. Rawat jalan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
bersif at non spesialistik yang dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat
pertama untuk keperluan observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau
pelayanan kesehatan lainnya.
8. Rawat inap tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
bersif at non spesialistik dan dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat
pertama dengan fasilitas rawat inap, untuk keperluan observasi, perawatan,
diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan medis lainnya, dimana peserta
dan/atau anggota keluarganya dirawat inap paling singkat 1 (satu) hari
9. Hari rawat inap tingkat pertama adalah tanggal keluar pasien dikurangi
tanggal masuk.
10. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan adalah upaya pelayanan
kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang
meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat
inap di ruang perawatan khusus
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
5/60
6
11. Pelayanan kesehatan lain adalah pelayanan kesehatan yang ditetapkanoleh Menteri
12. Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan adalah adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung
jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun
horizontal.
13. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan
14. Asosiasi fasilitas kesehatan adalah Asosiasi Fasilitas Kesehatan yangditetapkandengan Keputusan Menteri
15. Klinik Pratama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar
16. Klinik Utama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medikspesialistik.
17. Pemulasaran jenazah adalah kegiatan merawat jenazah yang
mecakup memandikan/membersihkan jenazah
18. Pelayanan Kesehatan Gawat Darurat adalah pelayanan kesehatan yang
harus diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan,
dan/atau kecacatan sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
6/60
7
BAB II
RUANG LINGKUP PELAYANAN KESEHATAN
A. PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
1. Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)
a. Fasilitas Kesehatan
1) Puskesmas beserta jejaringnya;
2) Praktik dokter beserta jejaringnya (apotek, laboratorium, bidan, perawat);
3) Praktik dokter gigi beserta jejaringnya;
4) Klinik pratama beserta jejaringnya; dan
5) Fasilitas kesehatan milik TNI/POLRI beserta jejaringnya
6) Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang Starasetara
b. Jenis pelayanan.
1) administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta
untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke faskes
lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di faskes tingkat
per tama;
2) pelayanan promotif preventif, meliputi kegiatan penyuluhan
kesehatan perorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana, skrining
kesehatan
Penyediaan dan distribusi vaksin dan alat kontrasepsi dasar menjadi
tanggung jawab pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah. BPJS
Kesehatan hanya membiayai jasa pelayanan pemberian vaksin dan alat
kontrasepsi dasar yang sudah termasuk dalam kapitasi, kecuali untuk jasa
pelayanan pemasangan IUD/Implan dan Suntik di daerah perifier dluar
kapitasi
3) pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
7/60
8
4) pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui dan bayi
5) upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi
6) rehabilitasi medik dasar
7) tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
8) pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; dan
9) pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama
(pemeriksaan darah sederhana (Hemoglobin, apusan darah tepi,
trombosit, leukosit, hematokrit, eosinofil, eritrosit, golongan darah, laju
endap darah, malaria), urin sederhana (warna, berat jenis, kejernihan,
pH, leukosit, eritrosit), f eses sederhana (benzidin test, mikroskopik
cacing), gula darah sewaktu.
10) pemeriksaan penunjang sederhana lain yang dapat dilakukan di faskes
tingkat per tama
11) pelayanan rujuk balik dari faskes lanjutan
12) pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
13) Menjalankan 4 Fungsi Pelayanan Primer :
(1) First Contact (kontak pertama)
a). Dokter dapat diakses di luar jam praktek formal (konsultasi
melalui telepon, SMS, e-mail,dll)
b). Home visi t
c). Konsultasi non akut, yaitu dokter melakukan kontak kepada
Peserta yang tidak dalam kondisi sakit. Bentuk komunikasi
dapat berupa promosi kesehatan, melalui kontak secara langsung,
media elektronik maupun sarana yang lain
(2) Continuity (kontinuitas pelayanan)
Dalam mendukung kontinuitas pelayanan kepada peserta, faskes
primer harus menyediakan Family Folder bagi peserta yang terdaftar
padanya
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
8/60
9
(3) Comprehensiveness (komprehensif)
Faskes primer harus mempunyai jejaring dalam memberikan pelayanan
secara komprehensif yaitu laboratorium, apotek dan jejaring lain yang
diperlukan, misalnya bidan dan perawat.
(4) Coordination (dokter sebagai Care Manager )
a). Dokter melakukan koordinasi dengan jejaringnya, antar Faskes
tingkat pertama, dengan Faskes rujukan dan dengan petugas
BPJS Kesehatan
b). Faskes menggunakan aplikasi SIM yang terintegrasi
dengan pelayanan rujukan
b. Jenis pemeriksaan, pengobatan, konsultasi medis, tindakan medis
non spesialistik, baik operatif maupun non operatif, pelayanan obat dan
bahan medis habis pakai serta pemeriksaan penunjang diagnostik
laboratorium tingkat pertama yang dilakukan di faskes tingkat pertama
sesuai dengan ketentuan yaitu Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang
berlaku
2. Pelayanan Gigi
a. Ruang lingkup pelayanan gigi
1) administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta
untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke faskes
lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di faskes tingkat per tama
2) pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
3) premedikasi
4) kegawatdaruratan oro-dental
5) pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi)
6) pencabutan gigi permanen tanpa penyulit
7) obat pasca ekstraksi
8) tumpatan komposit/GIC
9) skeling gigi : 1x dalam setahun
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
9/60
10
b. Kantor Cabang berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat untuk
melakukan pemetaan (mapping) ketersediaan tenaga dokter gigi di wilayah
kerjanya.
c. Pendaftaran/enrollment peserta ke Dokter Gigi praktik Mandiri :
- h anya untuk Peserta yang terdaftar di Dokter praktik perorangan
- dilakukan secara alamiah dengan mengisi Daftar Isian Peserta (DIP)
- tidak diperbolehkan pendaftaran secara otomatis melalui prosesmapping beberapa dokter praktik perorangan untuk 1 dokter gigi
- pada awal pelaksanaan BPJS Kesehatan (1 Januari 2014) :
• jumlah peserta yang sudah terdaftar di Dokter Gigi Mandiri tetap
berjalan seperti biasa
• Kantor Cabang bersama-sama dengan Dokter Gigi pro aktif
melakukan sosialisasi bagi peserta yang belum melakukan registrasi
(mengisi DIP) agar segera melakukan registrasi ke Kantor
Cabang/Kantor Operasional Kabupaten/Kota.
d. Dokter Gigi sebagai jejaring :
- Untuk Klinik dan Puskesmas wajib menyiapkan jejaring Dokter Gigi
kecuali di wilayah kerja Puskesmas tersebut memang tidak ada Dokter Gigi.
- Apabila Peserta memilih pilihan Faskes Tingkat Pertamanya adalah Klinik
atau Puskesmas maka tidak ada pendaftaran/enrollmen untuk Dokter Gigi
- Pelayanan gigi kepada peserta diberikan oleh Dokter Gigi yang menjadi
jejaring Klinik dan Puskesmas.
- Bila di Puskesmas dalam area kecamatan tidak memiliki jejaring Dokter
Gigi maka pelayanan Gigi dirujuk ke Faskes tingkat lanjutan
- Pembayaran Kapitasi Dokter Gigi diberikan kepada Klinik atau
Puskesmas sebagai Faskes Tingkat Pertamanya, dan tidak dibayarkanlangsung ke Dokter Gigi yang menjadi jejaring
e. Dokter Gigi Praktik Perorangan / Mandiri
– Untuk Peserta yang memilih Faskes Tingkat Pertamanya Dokter
Praktik Perorangan, maka Peserta sekaligus memilih dokter gigi
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
10/60
11
sesuai dengan pilihannya (enrollment), dengan mengisi Formulir (DIP)
yang disediakan oleh BPJS Kesehatan
– Pelayanan gigi kepada peserta diberikan oleh Dokter Gigi tempat
Peser ta terdaftar di Dokter Gigi pilihannya
– Pembayaran kapitasi Dokter Gigi Praktik Perorangan / Mandiri diberikan
setiap bulannya langsung kepada Dokter Gigi berdasarkan jumlah
Peserta yang terdaftar bulan sebelumnya, sehingga diperlukan kerjasama
/ kontrak langsung antara Dokter Gigi dengan BPJS Kesehatan
– Penggantian faskes dokter gigi diperbolehkan minimal setelah terdaftar 3
(tiga)bulan.
f. Rujukan kasus gigi hanya dapat dilakukan oleh dokter gigi kecuali puskesmas
yang tidak memiliki dokter gigi.
3. Rawat Inap Tingkat Pertama
a. Fasilitas kesehatan Puskesmas atau klinik dengan fasilitas rawat inap
b. Ruang lingkup pelayanan
1) administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta
untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke faskes
lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di faskes tingkat
pertama
2) pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
3) perawatan dan akomodasi di ruang perawatan.
4) tindakan medis kecil/sederhana oleh Dokter ataupun paramedis.
5) persalinan per vaginam tanpa penyulit maupun dengan penyulit
6) pemeriksaan penunjang diagnostik selama masa perawatan
7) pelayanan obat dan bahan medis habis pakai selama masa perawatan.
8) pelayanan transfusi darah sesuai indikasi medis
c. Jenis pemeriksaan, pengobatan, konsultasi medis, tindakan medis non
spesialistik, baik operatif maupun non operatif, pelayanan obat dan bahan
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
11/60
12
medis habis pakai serta pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat
pertama yang dilakukan di faskes tingkat pertama sesuai dengan ketentuan yaitu
Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang berlaku.
4. Pelayanan Maternal dan Neonatal
a Lokasi pelayanan
Pelayanan Maternal dan Neonatal diberikan kepada peserta pada
f asilitas kesehatan tingkat pertama :
1. Puskesmas/Puskesmas PONED/Klinik/Dokter praktik perorangan
beser ta jejaringnya (Pustu, Polindes/Poskesdes, Bidan desa/Bidan praktik
Mandiri)
2. Bidan Praktik Mandiri pada daerah tidak ada faskes (Berdasarkan SKKepala Dinas Kesehatan Kab/Kota setempat)
b Ruang Lingkup
Pelayanan Maternal dan Neonatal diberikan kepada peserta pada
f asilitas kesehatan tingkat pertama dan jejaringnya sesuai indikasi medis.
Ruang lingkup pelayanan maternal dan neonatal meliputi:
1. Pemeriksaan Kehamilan (ANC)
Pemeriksaan kehamilan (ANC) dilakukan selama ibu hamil sesuai standar
pelayanan KIA dan diperiksa sebanyak minimal 4 kali disertai konseling
KB terdiri dari:
a. 1 kali pada triwulan per tama
b. 1 kali pada triwulan kedua
c. 2 kali pada triwulan ketiga
2. Persalinan pervaginam normalPertolongan persalinan normal pada Puskesmas/Puskesmas
PONED/Klinik/Dokter Praktik perorangan dan jejaringnya serta Bidan
Desa/Bidan Praktik mandiri baik sebagai jejaring atau faskes tingkat
per tama.
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
12/60
13
3. Penanganan perdarahan paska keguguran, persalinan pervaginam
dengan tindakan emergensi dasar
4. Pemeriksaan PNC (Ibu Nifas dan Neonatus)
Pelayanan nifas diintegrasikan antara pelayanan ibu nifas, bayi baru
lahir dan pelayanan KB pasca salin sesuai standar pelayanan KIA.
Pelayanan bayi baru lahir dilakukan pada saat lahir dan kunjungan
neonatal Pelayanan PNC bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar
pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali kunjungan, yang terdiri dar i:
a. Pelayanan nifas bagi ibu pasca melahirkan selama 42 hari
b. Pelayanan PNC bagi bayi baru lahir selama 28 hari Dengan masing-
masing kunjungan terdiri dari :
a. Kunjungan pertama untuk Kf1 dan KN1 (6 jam s/d hari ke-2)
b. Kunjungan kedua untuk KN2 (hari ke-3 s/d hari ke-7)
c. Kunjungan ketiga untuk Kf2 dan KN3 (hari ke-8 s/d hari ke-28)
d. Kunjungan keempat untuk Kf3 (hari ke-29 s/d hari ke-42)
e. Pelayanan KB pasca persalinan dilakukan hingga hari ke 42
5. Pelayanan tindakan paska persalinan (mis. placenta manual)
6. Pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan neonatal
7. Pelayanan KB pasca persalinan untuk pemasangan:
a. IUD, Implant
b. Suntik KB
Alat dan obat kontrasepsi (alokon) disediakan oleh BKKBN
8. Penanganan komplikasi KB paska persalinan
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
13/60
14
5. Pelayanan Kesehatan oleh Bidan dan Perawat
3.1. Di daerah tidak ada Dokter a. Bidan dan Perawat menjadi pemberi pelayanan tingkat per tama
• Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat dokter berdasarkan
penetapan kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, BPJS
Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan dan/atau praktik
perawat sesuai dengan kewenangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan.
• Ruang Lingkup Pelayanan
1) Cakupan pelayanan bidan dan perawat sesuai dengan kompetensi
dan kewenangannya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
2) Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter
dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama
kecuali dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan
kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan/atau
dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat per tama
3) Dasar hukum untuk penyelenggaraan kesehatan di Bidan dan
Perawat adalah:
a) Permenkes Nomor HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Perawat sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013
b) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan dan Keputusan Menteri
Kesehatan nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar
Profesi Bidan.
c) Bila terjadi perubahan terhadap Peraturan tersebut secara
otomatis akan diberlakukan
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
14/60
15
b. Bidan sebagai pemberi pelayanan maternal dan neonatal
Di daerah yang tidak ada dokter, bidan dapat bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan sebagai pemberi pelayanan tingkat pertama
sesuai dengan kompetensi dan sebagai pemberi pelayanan maternal dan
neonatal termasuk tindakan persalinan.
3.2.Di daerah ada Dokter
1) Bidan dan perawat hanya dapat menjadi jejaring dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama BPJS Kesehatan.
2) Bidan sebagai jejaring :
• Pelayanan Bidan dibawah tanggung jawab faskes induknya
• Memberikan pelayanan maternal dan neonatal termasuk
tindakan persalinan.
6. G a te K e e p e r C o n c e p t
a. Faskes tingkat pertama sebagai Gatekeeper adalah sebagai kontak pertama
pada pelayanan kesehatan dasar dan penapis rujukan sesuai dengan standar
pelayanan medis.
b. Semua faskes tingkat pertama berfungsi sebagai gate keeper , kecuali bidandan perawat. Dokter Gigi berfungsi sebagai gate keeper untuk pelayanan gigi.
c. Empat falsafah pokok pelayanan primer :
1) .First Contact (kontak pertama) : bahwa Fasilitas kesehatan tingkat
pertama merupakan tempat pertama yang dikunjungi peserta setiap
kali mendapat masalah kesehatan.
2). Continuity (Kontinuitas pelayanan) : Hubungan fasilitas kesehatan tingkat
per tama dengan peserta dapat berlangsung dengan kontinyu sehingga
penanganan penyakit dapat berjalan optimal
3). Comprehensiveness (komprehensif) : Fasilitas kesehatan tingkat
pertama memberikan pelayanan yang komprehensif terutama untuk
pelayanan promotif dan preventif.
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
15/60
16
4). Coordination Dokkel sebagai “Care Manager” koordinasi: Fasilitas tingkat
per tama berperan sebagai koordinator pelayanan bagi peserta untuk
mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya
d. Ruang Lingkup Pelayanan Gate Keeper adalah :
1) Promosi kesehatan ( promoti f )
2) Pencegahan penyakit dan proteksi khusus (Preventive dan Specific prot ec t ion)
3) Pengobatan (Curat ive)
4) Pembatasan kecacatan (disability limi t ation)
5) Pemulihan kesehatan (rehabili t at ive)
e. Implementasi Gate Keeper Concept
1) Pastikan bahwa faskes tingkat pertama yang terdaftar melalui
proses kredensialing dan re-kredensialing sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
2) Pastikan faskes tingkat pertama menjalankan empat falsafah pokok
pelayanan primer
3) Peningkatan Kompetensi faskes tingkat pertama,
4) Audit Medis pelayanan di faskes tingkat pertama
5) Monitoring, evaluasi dan umpan balik (feedback)
B. PELAYANAN GAWAT DARURAT
1. Pemberi Fasilitas Pelayanan
a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Per tama
b. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan baik yang bekerjasama
maupun tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
2. Ruang Lingkup Pelayanan
a. Pelayanan gawat darurat yang dapat dijamin adalah sesuai dengan kriteria
gawat darurat yang berlaku.
b. Kriteria gawat darurat mengikuti Keputusan Menteri KesehatanNomor
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
16/60
17
856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) RumahSakit.
c. Cakupan pelayanan gawat darurat sesuai dengan pelayanan rawat jalandan rawat inap di faskes tingkat pertama maupun tingkat lanjutan
d. Jenis tindakan dan pelayanan yang dijamin sebagaimana yang tercantum
pada tarif paket INA CBG’s yang berlaku
C. PELAYANAN PERSALINAN
1. Fasilitas kesehatan pemberi pelayanan
a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dengan fasilitas rawat inap(Puskesmas perawatan, PONED, Klinik dengan rawat inap, Praktik Bidan)
b. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
2. Ruang lingkup pelayanan Persalinan
Persalinan terdiri dari persalinan normal (tanpa penyulit) dan persalinan dengan
penyulit baik penyulit per vaginam atau per abdominam. Pelayanan persalinan
berdasarkan tingkat faskes adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan persalinan di Faskes tingkat pertama terdiri dari :
1) Persalinan pervaginam normal
- pada Puskesmas/Puskesmas PONED/Klinik/Dokter Praktek Perorangan
dan jejaringnya;
- Bidan Desa/Bidan Praktik Mandiri baik sebagai jejaring atau sebagaiFaskes tingkat pertama.
2) Persalinan dengan komplikasi atau penyulit pervaginam yang
merupakan kompetensi Puskesmas PONED/Klinik/Dokter dan Bidan :
a. Persalinan pervaginam melalui induksi
b. Persalinan pervaginam dengan tindakan
c. Persalinan pervaginam dengan komplikasi
d. Persalinan pervaginam dengan kondisi bayi kembar
e. Penanganan perdarahan pasca keguguran
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
17/60
18
b. Pelayanan persalinan di faskes tingkat lanjutan terdiri dari :
1) Tindakan persalinan normal
2) Tindakan persalinan dengan penyulit pervaginam sesuai indikasi medis
3) Tindakan persalinan dengan penyulit perabdominam (sectio caesaria)
sesuai indikasi medis
4) Pelayanan rawat inap
c. Ketentuan Persalinan
1) Pada kondisi kehamilan normal ANC harus dilakukan di faskes tingkat
per tama ANC di tingkat lanjutan hanya dapat dilakukan sesuai indikasi
medis berdasarkan rujukan dari faskes tingkat pertama.
2) Penjaminan persalinan adalah benefit bagi peserta BPJS Kesehatan dan tidak
ada batasan jumlah persalinan yang ditanggung
3) Persalinan normal diutamakan dilakukan di faskes tingkat per tama
4) Penjaminan persalinan normal di faskes rujukan tingkat lanjutan hanya
dapat dilakukan dalam kondisi gawat darurat
5) Yang dimaksud kondisi gawat darurat pada poin (4) di atas adalah
perdarahan, kejang pada kehamilan, ketuban pecah dini, gawat janin dan
kondisi lain yang mengancam jiwa ibu dan bayinya
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
18/60
19
D. PELAYANAN OBAT
1. Pemberi Fasilitas Pelayanana. Fasilitas kesehatan tingkat per tama
b. Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
2. Ruang Lingkup Pelayanan Obat
a. Pelayanan obat pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Per tama.
1) Pelayanan obat di Puskesmas disediakan oleh Depo obat/ InstalasiFarmasiPuskesmas.
2) Pelayanan obat di dokter praktik perorangan dan klinik disediakan oleh
Apotek jejaring dokter/klinik berdasarkan resep dari dokter yang merawat,kecuali pada kondisi tertentu yang memenuhi persyaratan dispensing , obat
diberikan langsung oleh dokter/dokter gigi. Dokter dapat meracik dan
menyerahkan obat kepada pasien bagi yang praktik di daerah terpencil yang
tidak ada apotek (UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran).
Dalam hal di daerah terpencil yang tidak ada apotek, dokter atau
dokter gigi yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi mempunyai
wewenang meracik dan menyerahkan obat kepada pasien yang
dilaksanakan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (PP Nomor
51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian) Kriteria daerah terpencil
adalah daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab seperti keadaan
geografi (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa),
transportasi, sosial dan ekonomi.
Daerah sangat terpencil adalah daerah yang sangat sulit dijangkau
karena berbagai sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan,
daratan, hutan dan rawa), transportasi, sosial dan ekonomi (Permenkes Nomor
6 Tahun 2013 tentang Kriteria Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terpencil, Sangat
Terpencil dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Yang Tidak Diminati).
3) Untuk pelayanan di bidan dan perawat, pelayanan obat diatur sesuai UUPraktik Keperawatan dan Kebidanan yang berlaku.
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
19/60
20
E. PELAYANAN ALAT KESEHATAN
1. Fasilitas Kesehatan Pemberi Pelayanan
Pelayanan Alat Kesehatan dapat diberikan pada pelayanan kesehatan rawat
jalan dan/atau rawat inap baik di Fasilitas Kesehatan tingkat pertama maupun
Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan
2. Penyediaan Alat Kesehatan
Alat kesehatan disediakan oleh fasilitas kesehatan atau jejaringnya dengan mutu
sesuai kebutuhan medis
3. Ruang Lingkup Pelayanan Alat Kesehatan
a. Alat kesehatan diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan atas dasar indikasi
medis.
b. Jenis dan plafon harga alat kesehatan sesuai dengan Kompendium Alat
Kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
c. Apabila atas indikasi medis Rumah Sakit meresepkan alat kesehatan
di luar Kompendium alat kesehatan yang berlaku maka dapat digunakan alat
kesehatan lain berdasarkan persetujuan Komite Medik dan kepala/direktur
rumah sakit.
4. Pembiayaan Alat Kesehatan
a) Biaya alat kesehatan pada faskes tingkat pertama sudah termasuk dalam
komponen kapitasi dan/atau paket rawat inap yang dibayarkan ke f askes.
b) Penggunaan alat kesehatan sesuai Kompendium alat kesehatan
maupun diluar Kompendium alat kesehatan, sudah termasuk dalam
pembiayaan paket INA CBG’s, tidak dapat ditagihkan kepada BPJS
Kesehatan dan tidak boleh dibebankan kepada peser ta.
c) Biaya alat kesehatan yang dijamin di luar paket INA CBG’s ditagihkan
terpisah dari tagihan paket INA CBG’s dengan menggunakan aplikasi
yang telah disiapkan oleh BPJS Kesehatan.
d) Besaran biaya penggantian alat kesehatan di luar paket INA CBG’s
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
20/60
21
sebagaimana yang diatur oleh Menteri Kesehatan.
5. Tata laksana pelayanan alat kesehatan di luar paket INA CBG’s a. Kacamata
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan dengan gangguan penglihatan
sesuai dengan indikasi medis
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan penanganan yang
diberikan pada fasilitas kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan
3) Penjaminan pelayanan kacamata diberikan atas rekomendasi dari dokter spesialis mata dan dibuktikan dengan hasil pemeriksaan mata.
4) Ukuran kacamata yang dijamin oleh BPJS Kesehatan adalah:
i. Untuk lensa spheris, minimal 0.5 Dioptri
ii. Untuk lensa silindris minimal 0.25 Dioptri
5) Kacamata dapat diberikan maksimal 1 kali dalam 2 (dua) tahun
b. Alat bantu dengar (hearing aid)
1) Diberikan kepada peserta BPJS dengan Kesehatan gangguan
pendengaran sesuai dengan indikasi medis
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan penanganan yang diberikanpada fasilitas kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan
3) Penjaminan pelayanan alat bantu dengar diberikan atas rekomendasi dari
dokter spesialis THT.
4) Alat bantu dengar dapat diberikan maksimal sekali dalam 5 (lima) tahun per
telinga
c. Prothesa gigi/gigi palsu
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan yang kehilangan gigi sesuai
dengan indikasi medis
2) Pelayanan prothesa gigi diberikan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
21/60
22
3) Penjaminan pelayanan prothesa gigi/gigi palsu diberikan atas rekomendasi
dari dokter gigi
4) Prothesa gigi/gigi palsu dapat diberikan paling cepat 2 (dua) tahun sekali
untuk gigi yang sama.
d. Penyangga leher (collar neck/cervical collar/neck brace)
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan sebagai penyangga kepala dan
leher karena trauma pada leher dan kepala ataupun fraktur pada tulang cervix
sesuai dengan indikasi medis.
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan penanganan yang diberikanpada fasilitas kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan
3) Penyangga leher dapat diberikan maksimal 1 kali dalam 2 (dua) tahun
e. Jaket Penyangga Tulang (Corset )
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan yang mengalami
kelainan/gangguan tulang atau kondisi lain sesuai dengan indikasi medis.
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan penanganan yang diberikan
pada fasilitas kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan
3) Jaket penyangga tulang dapat diberikan maksimal 1 kali dalam 2 (dua)tahun
f. Prothesa alat gerak (kaki dan/atau tangan tiruan)
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan sesuai dengan indikasi medis.
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan penanganan yang diberikan
pada fasilitas kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
22/60
23
F. PELAYANAN PROMOTIF PREVENTIF
1. Pemberi Fasilitas Pelayanan
a. Fasilitas kesehatan tingkat per tama
b. Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
2. Ruang Lingkup Pelayanan
Bentuk kegiatan promotif preventif BPJS Kesehatan adalah:
a. penyuluhan kesehatan perorangan dalam bentuk edukasi kesehatan
b. Imunisasi Dasar
c. Skrining Riwayat Kesehatan d. Deteksi dini Kanker Serviks
e. Program Pengelolaan penyakit DM Tipe 2 dan Hiper tensi
3. Prosedur pelayanan promotif preventif diatur dalam pedoman tersendiri
G. PELAYANAN AMBULAN
1. Penyelenggara Pelayanan Ambulan
BPJS Kesehatan melakukan kerjasama dengan penyelenggara pelayanan ambulan
untuk pelayanan ambulan.
Penyelenggara ambulan antara lain:
a. Faskes tingkat pertama yang mempunyai ambulan
b. Faskes tingkat lanjutan yang mempunyai ambulan
c. Pihak ketiga, antara lain :
1) Pemda atau Dinas Kesehatan Propinsi yang mempunyai ambulan
2) Ambulan 118
3) Yayasan penyedia layanan ambulan
2. Ruang Lingkup Pelayanana. Pelayanan Ambulan merupakan pelayanan transportasi pasien rujukan dengan
kondisi tertentu, antar Fasilitas Kesehatan, disertai dengan upaya atau kegiatan
menjaga kestabilan kondisi pasien dengan tujuan penyelamatan nyawa pasien.
b. Yang dimaksud dengan kondisi tertentu pada poin a di atas adalah :
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
23/60
24
– kondisi pasien sesuai indikasi medis berdasarkan rekomendasi medis dari
dokter yang merawat
– kondisi kelas perawatan sesuai hak peserta penuh dan pasien sudah dirawat
paling sedikit selama 3 hari di kelas satu tingkat di atas haknya
– pasien rujuk balik rawat inap yang masih memerlukan pelayanan rawat
inap di faskes tujuan
Contoh :
pasien kanker rawat inap dengan terapi paliatif di RS tipe A dirujuk balik ke
RS t ipe di bawahnya untuk mendapatkan rawat inap paliatif (bukan rawat
jalan)
c. Pelayanan ambulan hanya diberikan untuk rujukan antar Faskes :
– sesama faskes tingkat per tama;
– dari faskes tingkat pertama ke faskes rujukan;
– sesama faskes rujukan sekunder ;
– dari faskes sekunder ke faskes tersier ;
– dan rujukan balik ke faskes dengan tipe di bawahnya.
d. Faskes perujuk adalah:
– Faskes tingkat pertama atau Faskes rujukan tingkat lanjutan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
– Faskes tingkat pertama atau Faskes rujukan tingkat lanjutan yang
tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan khusus untuk kasus gawat darurat
yang keadaan gawat daruratnya telah teratasi dan pasien dalam kondisi
dapat dipindahkan
e. Faskes Penerima Rujukan adalah Faskes tingkat pertama atau faskes tingkat
lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
f. Pelayanan Ambulan yang tidak dijamin adalah pelayanan yang tidak sesuai
ketentuan di atas, termasuk:
– jemput pasien selain dari Faskes (rumah, jalan, lokasi lain)
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
24/60
25
– mengantar pasien ke selain Faskes
– rujukan parsial (antar jemput pasien atau spesimen dalam rangka
mendapatkan pemeriksaan penunjang atau tindakan, yang merupakan
rangkaian perawatan pasien di salah satu Faskes).
– Ambulan/mobil jenazah
– Pasien rujuk balik rawat jalan
H. PELAYANAN KESEHATAN YANG TIDAK DIJAMIN
1. Pelayanan atau hal-hal lain yang tidak termasuk jaminan yang ditanggung
oleh BPJS Kesehatan adalah sebagai berikut :
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana
diatur dalam peraturan yang berlaku;
3. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;
4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan
kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja;
5. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu
lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan
kecelakaan lalu lintas;
6. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
7. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
8. pelayanan untuk mengatasi infer tilitas;
9. pelayanan meratakan gigi (or todonsi);
10. gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol;
11. gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;
12. pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin
she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi
kesehatan (health technology assessment);
13. pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaa
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
25/60
26
(eksperimen);
14. alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
15. perbekalan kesehatan rumah tangga;
16. pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian
luar biasa/wabah;
17. Kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah (preventable adverse events)
yang ditetapkan oleh Menteri; dan
18. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat
Jaminan Kesehatan yang diberikan.
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
26/60
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
27/60
28
BAB III
PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta diupayakan prosedur yang tidak
menyulitkan peserta namun demikian harus memperhatikan upaya pengendalian ser ta
kelengkapan persyaratan administrasi yang harus dipenuhi oleh peser ta.
A. PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)
a. Ketentuan umum
1) Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama tempat Peserta terdaftar
2) Ketentuan di atas dikecualikan pada kondisi :
a. berada di luar wilayah Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat Peser ta
terdaftar; atau
b. dalam keadaan kegawatdaruratan medis.
3) Peserta dianggap berada di luar wilayah apabila melakukan kunjungan ke luar
domisili karena tujuan tertentu, bukan merupakan kegiatan yang rutin
4) Untuk mendapatkan pelayanan di faskes tingkat pertama tempat tujuan, maka
peserta wajib membawa surat pengantar dari Kantor BPJS Kesehatan tujuan.
Surat pengantar hanya berlaku paling lama untuk 1 (satu) bulan .
5) Dalam hal Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama harus merujuk ke Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat
lanjutan terdekat sesuai dengan sistem rujukan yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang- undangan
6) Peserta yang melakukan mutasi pada tanggal 1 s/d akhir bulan berjalan, tidak
dapat langsung mendapatkan pelayanan di faskes tingkat pertama yang baru
sampai dengan akhir bulan berjalan. Peserta berhak mendapatkan pelayanan di
faskes tingkat pertama yang baru di bulan berikutnya.
7) Untuk peserta yang baru mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan dan sudah
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
28/60
29
membayar iuran, maka pada bulan berjalan tersebut peserta dapat langsung
mendapatkan pelayanan di faskes tingkat pertama tempat peserta terdaftar .
b. Prosedur Pelayanan di faskes tingkat pertama
a) Peserta menunjukkan kartu identitas BPJS Kesehatan (proses administrasi).b) Faskes melakukan pengecekan keabsahan kartu peser ta
c) Faskes melakukan pemeriksaan kesehatan/pemberian tindakan
d) Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti pelayanan pada
lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masing-masing
faskes.
e) Bila diperlukan peserta akan memperoleh obat.
f) Apabila peserta membutuhkan pemeriksaan kehamilan, persalinan dan pasca
melahirkan, maka pelayanan dapat dilakukan oleh bidan atau dokter umum.
g) Bila hasil pemeriksaan dokter ternyata peserta memerlukan pemeriksaan ataupun
tindakan spesialis/sub-spesialis sesuai dengan indikasi medis, maka faskes tingkat
pertama akan memberikan surat rujukan ke faskes tingkat lanjutan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang
berlaku.
h) Surat rujukan berlaku untuk periode maksimal 1 (satu) bulan sejak tanggal rujukan
diterbitkan. Surat rujukan disediakan oleh masing-masing faskes dengan f ormatsesuai ketentuan BPJS Kesehatan
i) Faskes wajib melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan yang telah dilakukan
ke dalam Aplikasi Sistem Informasi Manajemen yang telah disediakan BPJS
Kesehatan
2. Pelayanan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)
Prosedur dan syarat-syarat mendapatkan pelayanan di RITP :
1. Peserta datang ke faskes tingkat pertama yang memiliki fasilitas rawat inap
2. Faskes dapat melayani peserta yang terdaftar maupun peserta yang dirujuk dari
faskes tingkat pertama lain
3. Peserta menunjukkan identitas BPJS Kesehatan
4. Faskes melakukan pengecekan keabsahan kartu peser ta
5. Faskes melakukan pemeriksaan, perawatan, pemberian tindakan, obat dan BMHP
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
29/60
30
6. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti pelayanan pada
lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masing-masing
faskes.
7. Faskes wajib melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan yang telah dilakukan ke
dalam Aplikasi Sistem Informasi Manajemen yang telah disediakan BPJS Kesehatan8. Peserta dapat dirujuk ke faskes tingkat lanjutan bila secara indikasi medis diperlukan
3. Pelayanan Kebidanan dan Neonatal
1. Peserta memeriksakan kehamilan (ANC) pada faskes tingkat pertama atau
jejaringnya sesuai dengan prosedur pemeriksaan di faskes tingkat pertama
2. Pemeriksaan ANC dan PNC dilakukan pada satu tempat yang sama, misalnya
pemeriksaan ANC dilakukan pada bidan jejaring maka diharapkan proses persalinan
dan pemeriksaan PNC juga dilakukan pada bidan jejaring tersebut.
3. Pemeriksaan ANC dan PNC tidak dapat dilakukan pada tempat yang berbeda kecuali
dalam keadaan darurat.
4. Pemeriksaan ANC dan PNC pada tempat yang sama dimaksudkan untuk :
a. Keteraturan pencatatan partograf
b. Monitoring terhadap perkembangan kehamilan
c. Memudahkan dalam administrasi pengajuan klaim ke BPJS Kesehatan
B. PELAYANAN GAWAT DARURAT (E M E R G E NC Y )
1. Dalam keadaan gawat darurat, maka:
a. Peserta dapat dilayani di faskes tingkat pertama maupun faskes tingkat lanjutan yang
bekerjasama maupun yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
b. Pelayanan harus segera diberikan tanpa diperlukan surat rujukan
c. Peserta yang mendapat pelayanan di Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerjasama
dengan BPJSKesehatan harus segera dirujuk ke Fasilitas Kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya teratasi dan
pasien dalam kondisi dapat dipindahkan
d. Pengecekan validitas peserta maupun diagnosa penyakit yang termasuk dalam kriteria
gawat darurat menjadi tanggung jawab fasilitas kesehatan
2. Prosedur Pelayanan Gawat Darurat di Faskes yang Bekerjasama dengan BPJS
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
30/60
31
Kesehatan
a. Pelayanan kegawatdaruratan di faskes tingkat pertama dapat diberikan pada f askes
tempat peserta terdaftar maupun bukan tempat peserta terdaftar
b. Pelayanan kegawatdaruratan di faskes tingkat pertama maupun lanjutan mengikuti
prosedur pelayanan yang berlaku
3. Prosedur Pelayanan Gawat Darurat di Faskes Tingkat pertama dan Faskes Rujukan yang
tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
a. Penyiapan Faskes
Dalam penyelenggaraan penjaminan pelayanan kesehatan di faskes yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, Kantor Cabang melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1) Sosialisasi kepada Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja sama di wilayah kerja
masing-masing mengenai:
2) BPJS Kesehatan secara umum
a) ketentuan penjaminan pelayanan di faskes yang tidak bekerja sama
b) kriteria gawat darurat yang dapat dijamin
c) mekanisme pembiayaan
d) pengajuan klaim
e) dll
3) Membuat kesepakatan untuk memberikan kontak personal dari masing-masing
faskes dan BPJS Kesehatan yang diperlukan dalam pelayanan kegawatdaruratan
kepada peserta BPJS Kesehatn
4) Membuat jaringan komunikasi antar kontak personal masing – masing faskes baik
yang bekerja sama maupun yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
untuk melakukan koordinasi dalam rangka mempermudah pelayanan rujukan antar
faskes.
b. Proses Penjaminan
1) Faskes memastikan eligibilitas peserta dengan mencocokkan data peserta dengan
master file kepesertaan BPJS Kesehatan pada kondisi real time. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara:
a). Faskes mengakses master file kepesertaan melalui website BPJS
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
31/60
32
Kesehatan, sms gateway dan media elektronik lainnya.
b). Apabila poin (a) tidak dapat dilakukan maka Faskes menghubungi petugas
BPJS Kesehatan melalui telepon atau mendatangi kantor BPJS Kesehatan
2) Apabila kondisi kegawatdaruratan pasien sudah teratasi dan pasien dalam kondisidapat dipindahkan, tetapi pasien tidak bersedia untuk dirujuk ke Fasilitas
Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan maka biaya pelayanan
selanjutnya tidak dijamin oleh BPJS. Faskes harus menjelaskan hal ini kepada
peserta dan peserta harus menandatangani surat pernyataan bersedia
menanggung biaya pelayanan selanjutnya
3) Penanganan kondisi kegawatdaruratan di faskes yang tidak bekerjasama
ditanggung sebagai pelayanan rawat jalan kecuali kondisi tertentu yang
mengharuskan pasien dirawat inap.
4) Kondisi tertentu yang dimaksud diatas adalah sebagai berikut:
a) Tidak ada sarana transportasi untuk evakuasi pasien.
b) Sarana transportasi yang tersedia tidak memenuhi syarat untuk evakuasi
Kondisi a dan b dinyatakan oleh petugas BPJS Kesehatan setelah dihubungi
oleh Faskes, dan petugas BPJS Kesehatan tersebut telah berusaha mencari
ambulan sesuai dengan kebutuhan.
c) Kondisi pasien yang tidak memungkinkan secara medis untuk dievakuasi, yang
dibuktikan dengan surat keterangan medis dari dokter yang merawat.
C. PELAYANAN PERSALINAN
1. Pelayanan persalinan dapat dilakukan di faskes tingkat pertama maupun tingkat
lanjutan.
2. Pemberian jaminan persalinan sebagaimana pemberian jaminan perawatan tingkat
pertama atau perawatan tingkat lanjutan.
3. Prosedur pelayanan sesuai dengan ketentuan pelayanan di faskes tingkat pertama dan
faskes tingkat lanjutan.
D. PELAYANAN DARAH
1. Pelayanan darah dapat dilakukan di faskes tingkat pertama maupun tingkat lanjutan
sesuai indikasi medis.
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
32/60
33
2. Prosedur pelayanan darah di faskes tingkat pertama adalah sebagai berikut:
a. Disesuaikan dengan kompetensi Faskes untuk melakukan transfusi darah
b. Pelayanan tranfusi darah di faskes tingkat pertama dapat dilakukan pada kasus:
(1) Kegawatdaruratan maternal dalam proses persalinan
(2) Kegawatdaruratan lain untuk kepentingan keselamatan pasien
(3) Penyakit thalasemia, hemofili dan penyakit lain setelah mendapat rekomendasi
dari dokter Faskes tingkat lanjutan
c. Darah disediakan oleh fasilitas pelayanan darah yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan
d. Penggunaan darah maksimal 2 (dua) kantung/hari berdasarkan surat permintaan
darah yang ditanda tangani oleh dokter yang merawat, kecuali atas kebutuhan medis
bisa diberikan lebih.
3. Prosedur pelayanan darah di faskes tingkat lanjutan mengikuti ketentuan pelayanan
darah yang diatur oleh Faskes tingkat lanjutan dan jejaringnya yang melayani darah
2. Dokter menuliskan resep Alat Kesehatan sesuai dengan indikasi medis.
3. Peserta mengurus legalisasi pelayanan Alat Kesehatan ke Petugas BPJS Center atauKantor BPJS KesehataN
4. Peserta mengambil Alat Kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau Faskes
penyedia Alat Kesehatan yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dengan
membawa identitas dan berkas pelayanan yang diperlukan.
5. Faskes melakukan verifikasi resep dan bukti pendukung lain, kemudian menyerahkan Alat Kesehatan kepada Peser ta.
6. Peserta menandatangani bukti penerimaan Alat Kesehatan.
7. BPJS Kesehatan memastikan pasien mendapatkan alat kesehatan dengan cara melihat
bukti penerimaan alat kesehatan dan bila perlu dilakukan konfirmasi kepada pasien
H. PELAYANAN AMBULAN
1. Penyediaan Fasilitas Pelayanan Ambulan
Dalam proses penyediaan fasilitas pelayanan ambulan bagi peserta BPJS Kesehatan,
Kantor Cabang melakukan :
a. Mapping ketersediaan fasilitas Ambulan di Faskes yang berada di wilayahnya
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
33/60
34
(diutamakan faskes yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan). Jika dari hasil
mapping didapatkan bahwa jumlah fasilitas pelayanan ambulan yang ada di f askes
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan kurang, maka dapat melakukan kerjasama
dengan penyelenggara pelayanan Ambulan pihak ketiga.
b. Melakukan negosiasi tarif pelayanan Ambulan dengan pemberi pelayanan Ambulan
c. Melakukan kontrak dengan pemberi pelayanan Ambulan
2. Penjaminan Pelayanan Ambulan
a. BPJS Kesehatan wajib memberikan daftar penyedia ambulan kepada faskes yang
bekerjasama maupun tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan di wilayah kerjanya
b. Dalam rangka evakuasi pasien bagi Faskes yang tidak mempunyai ambulan, maka
Faskes berkoordinasi dengan penyedia ambulan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan atau petugas BPJS Kesehatan.
c. Untuk Faskes yang mempunyai ambulan dapat langsung menggunakan ambulan
tersebut
d. Proses rujukan antar faskes mengikuti ketentuan sistem rujukan berjenjang yang
berlaku.
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
34/60
35
BAB IV
PROSES ADMINISTRASI KLAIM
Proses administrasi klaim sangat penting dalam suatu rangkaian proses bisnis asuransi dimana
kinerja suatu perusahaan asuransi sangat ditentukan oleh bagaimana klaim diproses dan
diselesaikan. Disamping itu penyelesaian klaim juga sangat mempengaruhi efisinsi dalam biaya
kesehatan karena kekurang hati hatian dalam proses klaim dapat mengakibatkan pembayaran
yang berlebihan dari yang seharusnya. Oleh sebab itu semua petugas terutama petugas
verifikator, kepala bidang dan kepala cabang harus melaksanakan proses klaim dengan prinsip
hati hati, dan teliti.
A. JENIS KLAIM
Secara keseluruhan pengajuan klaim yang masuk ke BPJS Kesehatan dapat dibagi dala
2 (dua) kategori yaitu :
1. Klaim kolektif.
Klaim kolektif adalah klaim yang diajukan oleh Faskes atas biaya pelayanan seluruh
peserta yang telah dilayani ataupun pembayaran yang bersifat prospektif dalam periode
tertentu (satu bulan). Biaya pelayanan yang dilakukan secara kolektif adalah:
a. klaim pelayanan rawat inap tingkat per tama,
b. klaim persalinan di Faskes tingkat per tama
c. klaim pelayanan Darah di Faskes Tingkat Per tama
d. klaim pelayanan tingkat lanjutan, baik rawat jalan maupun rawat inap
e. klaim gawat darurat di Faskes yang tidak bekerjasama
f. klaim alat kesehatan di luar INA CBG’s
g. klaim ambulan
h. klaim COB dari asuransi tambahan atau penjamin pelayanan kesehatan lainnya
i. klaim atas biaya pengiriman tenaga kesehatan dan penyediaan fasilitas kesehatan di
daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
35/60
36
2.Klaim perorangan.
a. Klaim perorangan adalah klaim yang diajukan oleh peserta secara perorangan untuk
pelayanan kesehatan yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh peserta tersebut.
b. Biaya pelayanan yang dapat diklaim secara perorangan adalah biaya kompensasi
untuk pelayanan kesehatan bagi peserta di daerah belum tersedia Fasilitas
Kesehatan yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku
c. Hanya untuk pelayanan di Faskes Tingkat Pertama yang tidak bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan.
B. KETENTUAN UMUM
1. Faskes mengajukan klaim setiap bulan secara reguler paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
2. BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan
kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak dokumen klaim di terima
lengkap di Kantor Cabang/Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan.
3. Seluruh berkas dokumen penagihan klaim dan pertanggung jawaban dana disimpan
oleh rumah sakit dan BPJS Kesehatan dan sewaktu-waktu dapat diaudit oleh yang pihak
berwenang.
4. Kadaluarsa Klaim
a. Klaim Kolektif
1) Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah baik Tingkat Pertama maupun Tingkat
Lanjutan adalah 2 (dua) tahun setelah pelayanan diberikan.
2) Fasilitas Kesehatan milik Swasta baik Tingkat Pertama maupun Tingkat Lanjutan
adalah 2 (dua) tahun setelah pelayanan diberikan
b. Klaim Perorangan
Batas waktu maksimal pengajuan klaim perorangan adalah 2 (dua) tahun setelah
pelayanan diberikan.
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
36/60
37
C. PROSES PENGAJUAN KLAIM
1. Klaim Kolektif
a. Klaim Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
1) Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP
)
Biaya pelayanan RJTP dibayar dengan kapitasi, yaitu berdasarkan jumlah peser ta
yang terdaftar di faskes tersebut tanpa pengenaan iur biaya kepada peserta
2) Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)
Pengajuan klaim RITP diajukan kepada Kantor Cabang/Kantor Operasional
Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan yang dilakukan oleh Faskes tingkat per tama
secara kolektif setiap bulan atas pelayanan yang sudah diberikan kepada peser ta
pada bulan sebelumnya dengan menyampaikan kelengkapan administrasi sebagai
berikut :
a) Formulir pengajuan klaim (FPK) rangkap 3 (tiga)
b) Rekapitulasi pelayanan
(1) Nama penderita;
(2) Nomor Identitas;
(3) Alamat dan nomor telepon pasien;
(4) Diagnosa penyakit;
(5) Tindakan yang diberikan;
(6) Tanggal masuk perawatan dan tanggal keluar perawatan;
(7) Jumlah hari rawat;
(8) Besaran tarif paket;
(9) Jumlah tagihan paket rawat inap tingkat pertama (besaran tarip paket
dikalikan jumlah hari rawat);
(10) Jumlah seluruh tagihan
c) Berkas pendukung masing-masing pasien
(1) Foto kopi identitas peserta BPJS
(2) Surat perintah rawat inap dari Dokter .
(3) Bukti pelayanan yang sudah ditandatangani oleh peserta atau anggota
keluarga.
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
37/60
38
3) Persalinan / maternal dan neonatal non kapitasi di Faskes Tingkat Pertama
a) Pengajuan klaim persalinan dan pelayanan maternal/neonatal non kapitasi di
Faskes tingkat pertama dapat dilakukan oleh Faskes tingkat pertama yang
memberikan pelayanan (Puskesmas/Puskesmas PONED/Klinik/Dokter praktek
perorangan dengan jejaring).
b) Jejaring Faskes tingkat pertama berupa Polindes/Poskesdes dan bidan
desa/praktik mandiri mengajukan tagihan melalui Faskes induknya.
c) Kecuali pada daerah tidak ada Faskes tingkat pertama (ditetapkan oleh SK
Kepala Dinas Kesehatan setempat), maka bidan desa/bidan praktik mandiri
dapat menjadi faskes tingkat pertama yang bekerjasama langsung dengan BPJS
Kesehatan ke BPJS K
esehatan
d) Klaim diajukan secara kolektif setiap bulankepada Kantor Cabang/Kantor
Operasional Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan secara kolektif setiap bulan
dengan kelengkapan administrasi sebagai berikut:
(1) Formulir pengajuan klaim (FPK) rangkap 3 (tiga)
(2) Rekapitulasi pelayanan
i. Nama penderita;
ii. Nomor Identitas;
iii. Alamat dan nomor telepon pasien;
iv. Tanggal pelayanan;
v. GPA (Gravid, Partus, Abortus)
vi. Jenis persalinan (tanpa penyulit/dengan penyulit);
vii. Besaran tarif paket;
viii. Jumlah seluruh tagihan
(3) Berkas pendukung masing-masing pasien
i. Foto kopi identitas peserta BPJS
ii. Foto kopi lembar pelayanan pada Buku KIA sesuai pelayanan yang
diberikan untuk Pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas, termasuk
pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan. Apabila Peserta tidak
memiliki buku KIA pada daerah tertentu, dapat digunakan kartu ibu atau
keterangan pelayanan lainnya pengganti buku KIA yang ditandatangani ibu
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
38/60
39
hamil/bersalin dan petugas yang menangani
iii. Partograf : yang ditandatangani oleh tenaga kesehatan penolong
persalinan untuk Pertolongan persalinan. Pada kondisi tidak ada par tograf
dapat digunakan keterangan lain yang menjelaskan tentang pelayanan
persalinan yang diberikan
iv. Surat keterangan kelahiran
v. Bukti pelayanan yang sudah ditandatangani oleh peserta atau anggota
keluarga.
vi. Kwitansi bermaterai cukup
4) Pelayanan Darah
Biaya pelayanan darah terdiri dari jasa, sarana dan darah per bag.
Biaya jasa dan bahan, alat medis habis pakai termasuk transfusi set yang
digunakan dalam pelayanan transfusi darah sudah termasuk paket rawat inap di
Puskesmas atau Klinik
Klaim darah diajukan kepada Kantor Cabang/Kantor Operasional Kabupaten/Kota
BPJS Kesehatan secara kolektif setiap bulan oleh PMI atau UTD setempat dengan
kelengkapan administrasi sebagai berikut:
a) Formulir pengajuan klaim (FPK) rangkap 3 (tiga)
b) Rekapitulasi pelayanan
(1) Nama penderita;
(2) Nomor Identitas;
(3) Alamat dan nomor telepon pasien;
(4) Tanggal pelayanan;
(5) Diagnosa penyakit;
(6) Jumlah darah per bag yang dibutuhkan;
(7) Besaran tarif paket;
(8) Jumlah seluruh tagihan
c) Berkas pendukung masing-masing pasien
(1) Foto kopi identitas peserta BPJS
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
39/60
40
(2) Bukti pelayanan yang sudah ditandatangani oleh peserta atau anggota
keluarga.
c. Penagihan Klaim Gawat Darurat
1) Pelayanan oleh Faskes Tingkat Pertama yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan
a) Klaim diajukan ke Kantor Cabang/Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan secara kolektif setiap bulan atas pelayanan yang sudah diberikan kepada
peserta BPJS Kesehatan
b) Kelengkapan adminitrasi pengajuan klaim sama dengan kelengkapan administrasi
pengajuan klaim di faskes tingkat per tama
2) Pelayanan oleh Faskes Lanjutan yang Bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
Adminitrasi pengajuan klaim sama dengan kelengkapan administrasi pengajuan klaim
kolektif pelayanan kesehatan tingkat lanjutan
3) Pelayanan oleh Faskes Lanjutan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
a) Administrasi pengajuan klaim sama dengan kelengkapan administrasi pengajuan
klaim kolektif pelayanan kesehatan tingkat lanjutan faskes yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan
b) Pengajuan tagihan berupa hardcopy dan softcopy hasil luaran dari aplikasi INA CBG
c) Bagi faskes yang belum dapat mengajukan dalam bentuk softcopy luaran INA CBG,maka klaim dientry oleh Faskes tersebut di Kantor BPJS Kesehatan terdekat
d. Penagihan Klaim Ambulan
1) Administrasi pengajuan klaim diajukan secara kolektif oleh penyelenggara pelayanan
ambulan.
2) Kelengkapan administrasi klaim adalah sebagai berikut :
a) Formulir pengajuan klaim
b) Surat Eligibilitas Peserta (tindasan NCR atau foto copynya)
c) Surat keterangan medis dari dokter yang merawat yang menerangkan kondisi
medis pasien pada saat akan dirujuk.
d) Bukti pelayanan ambulan yang memuat informasi tentang :
Identitas pasien
Waktu pelayanan (hari, tanggal, jam berangkat dari faskes perujuk dan jam
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
40/60
41
tiba di faskes tujuan)
Faskes perujuk
Faskes tujuan rujukan
Tandatangan dan cap dari faskes perujuk dan faskes penerima rujukan
Tanda tangan pasien atau anggota keluarganya
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
41/60
42
PELAYANAN OBAT
A. RUANG LINGKUP PELAYANAN OBAT
Pelayanan obat diberikan kepada peserta setelah mendapatkan layanan medis berdasarkan
resep obat dari dokter sesuai indikasi medis. Pemberian obat kepada peserta melalui
Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau Apotek Jejaring. Ruang lingkup pelayanan obat
meliputi:
Pelayanan obat pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Pelayanan Obat pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama meliputi Obat Rawat Jalan
Tingkat Pertama (RJTP) dan Obat Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), diberikan
kepada peserta setelah mendapatkan pelayanan medis pada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Per tama
Pemberian obat RJTP dan obat RITP adalah sesuai indikasi medis, berdasarkan resep
obat dari dokter yang merawat, berpedoman pada Daftar Obat Formularium Nasional
yang ditetapkan oleh Menteri serta ketentuan lain yang berlaku.
Obatdan bahan medis habis pakai di fasilitas kesehatan tingkat pertama merupakan
salah satu komponen pelayanan kesehatan yang dibayar oleh BPJS Kesehatan secara
kapitasi.Obat diperoleh di Depo Farmasi Puskesmas atau di Apotek jejaring fasilitas
kesehatan tingkat pertama.
B. PROSEDUR PELAYANAN OBAT
Prosedur pelayanan di Fasilitas KesehatanTingkat Pertama
a. Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis diFasilitasKesehatan Tingkat Per tama
b. Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan indikasi medis.
c. Peserta membawa resep ke Ruang Farmasi/Instalasi Farmasi di puskesmas, klinik
dan apotek jejaring.
d. Apoteker di puskesmas melakukan pengkajian resep, menyiapkan dan
menyerahkan obat kepada Peserta disertai dengan pemberian informasi obat. Jika
di Puskesmas belum memiliki Apoteker pelayanan obat dapat di lakukan oleh
tenaga teknis kefarmasian dengan pembinaan apoteker dari dinas kesehatan
kabupaten/kota.
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
42/60
43
e. Apoteker di Klinik dan Apotek melakukan pengkajian resep, menyiapkan dan
menyerahkan obat kepada Peserta disertai dengan pemberian informasi obat.
Apabila di Klinik tidak memiliki apoteker maka tidak dapat melakukan pelayanan
obat.
f. Peserta menandatangani bukti penerimaan obat.
C. PELAYANAN OBAT PROGRAM RUJUK BALIK
Pelayanan Obat Program Rujuk Balik adalah pemberian obat-obatan penyakit kronis di
fasilitas kesehatan tingkat pertama sebagai bagian dari program pelayanan rujuk balik.
Penyakit yang dikelola melalui program rujuk balik, yaitu Diabetes Mellitus tipe 2 dan
Hiper tensi.
1. LANDASAN HUKUM
a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan
pada Jaminan Kesehatan Nasional
b. Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 01 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
2. Filosofi Program Rujuk Balik
a. Pelayanan Rujuk balik adalah Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
penderita di Fasilitas Kesehatan atas rekomendasi/rujukan dari Dokter Spesialis/Sub
Spesialis yang merawat.
b. Pelayanan Program Rujuk Balik adalah Pelayanan Kesehatan yang diberikan
kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan
pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di Faskes
Tingkat Pertama atas rekomendasi/rujukan dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis yang
merawat.
3. Manfaat Program Rujuk Balik
a. Bagi Peser ta
1) Meningkatkan kemudahan akses pelayanan kesehatan
2) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang mencakup akses promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif
3) Meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dalam konteks pelayanan holistik
4) Memudahkan untuk mendapatkan obat yang diperlukan
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
43/60
44
b. Bagi Faskes Tingkat Per tama
1) Meningkatkan fungsi Faskes selaku Gate Keeper dari aspek pelayanan
komprehensif dalam pembiayaan yang rasional
2) Meningkatkan kompetensi penanganan medik berbasis kajian ilmiah terkini
(evidence based) melalui bimbingan organisasi/dokter spesialis
3) Meningkatkan fungsi pengawasan pengobatan
c. Bagi Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan
1) Mengurangi waktu tunggu pasien di poli RS
2) Meningkatkan kualitas pelayanan spesialistik di Rumah Sakit
3) Meningkatkan fungsi spesialis sebagai koordinator dan konsultan manajemen
penyakit
4. Ruang Lingkup Program Rujuk Balik
a. Jenis Penyakit
Jenis Penyakit yang termasuk dalam Program Rujuk Balik adalah:
1) Diabetus Mellitus Tipe 2
2) Hiper tensi
b. Jenis Obat
Obat yang termasuk dalam Obat Rujuk Balik adalah:
1) Obat-obat kronis yang diresepkan oleh dokter spesialis/sub-spesialis di Faskes
Rujukan Tingkat Lanjutan.
2) Obat tambahan adalah obat yang diresepkan oleh dokter spesialis/sub
spesialis dan mutlak diberikan bersama obat utama untuk mengatasi penyakit
penyerta atau mengurangi resiko efek samping akibat obat utama.
Daftar Obat Program Rujuk Balik sesuai Daftar Obat Formularium Nasional yang
berlaku dan ditetapkan melalui keputusan Direksi BPJS Kesehatan.
2. Identifikasi peserta Program Rujuk Balik
a. Peserta berobat ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dimana peserta tersebut
terdaftar dengan membawa indentitas diri.
b. Apabila atas indikasi medis peserta memerlukan pemeriksaan ataupun tindakan
spesialis/sub-spesialis, maka Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama akan memberikan
rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan.
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
44/60
45
c. Peserta mendaftar ke BPJS Center dengan membawa surat rujukan dan identitas diri
untuk mendapatkan SEP.
d. Dokter Spesialis/Sub Spesialis melakukan pemeriksaan kepada peserta sesuai
kebutuhan indikasi medis.
e. Apabila peserta didiagnosa penyakit kronis maka peserta mendapatkan pelayanan
kesehatan secara rutin di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan hingga
diperoleh kondisi terkontrol/stabil sesuai panduan klinis penyakit kronis.
f. Setelah peserta ditetapkan dalam kondisi terkontrol/stabil, maka dokter Spesialis/Sub
Spesialis memberikan SRB (Surat Rujuk Balik) kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama dimana peserta yang bersangkutan terdaftar .
3. Pendaftaran Peserta Program Rujuk Balik
a. Peserta mendaftarkan diri pada petugas BPJS Center /Kantor
Cabang/Kota/Kabupaten dengan menunjukkan :
1) Kartu Identitas peserta BPJS Kesehatan
2) Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis
3) Surat Eligibilitas Peserta (SEP) dari BPJS Kesehatan
4) Lembar resep obat/salinan resep
b. Peserta mengisi formulir pendaftaran peserta PRB
c. Peserta menerima buku kontrol Peserta PRB
d. Petugas BPJS Kesehatan melakukan:
1) Verifikasi keabsahan peserta (identitas BPJS, SRB, SEP dan lembar resep)
2) Verifikasi dan melegalisasi formulir pendaftaran peser ta
3) Mendokumentasikan formulir pendaftaran sebagai bukti pendaftaran peser ta
4) Melakukan legalisasi obat yang diresepkan oleh Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan
untuk disetujui sebagai obat Program Rujuk Balik serta menyerahkan kembali
SEP RJTL dan lembar resep kepada peser ta
5) Mencatat jenis dan jumlah obat yang disetujui untuk obat Program Rujuk Balik
(sesuai resep obat yang dilegalisasi) pada:
i. Formulir Pendaftaran Peserta Rujuk Balik
ii. Buku Kontrol Peserta PRB
6) Mencatat identitas peserta PRB pada buku Register Manual peserta PRB
7) Menyerahkan SRB dan buku kontrol Peserta PRB kepada peserta diser tai
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
45/60
46
dengan pemberian informasi mekanisme pelayanan Program Rujuk Balik.
4. Prosedur Pelayanan Obat Program Rujuk Balik
a. Apabila obat Program Rujuk Balik dari dokter spesialis/subspesialis telah habis,
selanjutnya peserta berobat ke Faskes Tingkat Pertama dimana dia terdaftar
dengan menunjukkan Identitas sebagai peserta BPJS, SRB dan Buku Kontrol
Peserta PRB.
b. Peserta melakukan kunjungan ulang ke faskes tingkat pertama (tempatnya
terdaftar) dengan menunjukkan identitas peserta BPJS, SRB dan buku kontrol peserta
PRB.
c. Dokter faskes tingkat pertama melakukan pemeriksaan dan menuliskan resep
obat rujuk balik yang tercantum pada buku kontrol peserta PRB.
d. Peserta memperoleh obat rujuk balik dari apotek PRB dengan menyerahkan
resep dari Faskes Tingkat Pertama serta menunjukkan SRB dan Buku Kontrol
Peser ta
e. Petugas Apotek melakukan verifikasi obat dengan menggunakan aplikasi
pengendalian obat APD ALINE.
f. Apabila peserta telah mendapatkan obat yang sama dari Apotek lain dan masih
dalam range waktu pemberian obat, maka petugas apotek tidak boleh
memberikan obat tersebut. Jika pelayanan obat tetap diberikan maka biaya obat
tersebut akan menjadi beban Apotek.
g. Apabila sebelumnya peserta belum pernah mendapatkan obat atau obatnya telah
habis maka petugas Apotek memberikan obat Program Rujuk Balik diser tai
dengan informasi penggunaan obat.
h. Pelayanan obat rujuk balik dilakukan 3 kali berturut-turut selama 3 bulan
i. Setelah 3 (tiga) bulan peserta dapat dirujuk kembali oleh Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan untuk
dilakukan evaluasi oleh dokter spesialis/sub-spesialis.
j. Apabila hasil evaluasi kondisi peserta dinyatakan masih terkontrol/stabil oleh
dokter spesialis/sub-spesialis, maka pelayanan program rujuk balik dapat
dilanjutkan kembali dengan memberikan SRB baru kepada peserta. SRB tersebut
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
46/60
47
dilegalisasi oleh petugas BPJS di BPJS Center/Kantor Cabang/Kota/ Kabupaten.
Untuk pelayanan pada bulan tersebut, maka peserta mendapatkan obat dari RS
yang sudah termasuk dalam paket tarif INA CBG’s, kemudian untuk selanjutnya
peserta kembali periksa ke fasiltas kesehatan tingkat pertama untuk mendapatkan
obat rujuk balik.
5. Ketentuan pelayanan obat Program Rujuk Balik
a. Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan meresepkan dan memberikan obat kronis pada
pasien yang akan diberikan pelayanan Program Rujuk Balik.
b. Obat PRB diberikan untuk kebutuhan maksimal 30 (tiga puluh) hari setiap kali
peresepan dan harus sesuai dengan Daftar Obat Program Rujuk Balik BPJS
Kesehatan serta ketentuan lain yang berlaku.
c. Perubahan/penggantian obat program rujuk balik dapat dilakukan oleh Dokter faskes
tingkat pertama hanya pada dosis obat sesuai dengan kondisi pasien dan sesuai
dengan batas kewenangan dokter tersebut.
d. Obat PRB dapat diperoleh di Apotek atau depo farmasi Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
e. Jika peserta masih memiliki obat PRB, maka peserta tersebut tidak boleh dirujuk ke
Faskes Rujukan Tingkat Lanjut, kecuali terdapat keadaan emergency atau
kegawatdaruratan yang menyebabkan pasien harus konsultasi ke Faskes Rujukan
Tingkat Lanjut.
D. PROSEDUR PENAGIHAN KLAIM PELAYANAN OBAT
Obat-obatan yang bisa ditagihkan secara terpisah kepada BPJS Kesehatan adalah Obat
Program Rujuk Balik sesuai dengan Daftar Obat Formularium Nasional yang berlaku.
Tagihan obat diajukan oleh Apotek yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan untuk
Program Rujuk Balik secara kolektif. Prosedur Penagihan Klaim Pelayanan Obat Program
Rujuk Balik adalah sebagai berikut:
1. Klaim obat PRB ditagihkan secara kolektif oleh Apotek PRB kepada BPJS Kesehatan
sesuai dengan ketentuan/prosedur penagihan klaim yang ditetapkan oleh BPJS
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
47/60
48
Kesehatan.
2. Dokumen yang dilampirkan saat Apotek PRB mengajukan klaim obat adalah:
a. Formulir Pengajuan Klaim (FPK)
b. Rekap Tagihan Obat Program Rujuk Balik
c. Lembar Resep Obat Program Rujuk Balik
d. Lembar SEP
e. Data tagihan pelayanan dalam bentuk softcopy sesuai aplikasi Apotek dari BPJS
Kesehatan
3. Petugas BPJS Kesehatan melakukan verifikasi dan re-verif ikasi:
a. Verifikasi setting aplikasi (nama faskes, jenis faskes, faktor pelayanan dan embalage)
b. Memastikan referensi obat yang digunakan adalah yang berlaku
c. Keabsahan dan kelengkapan resep dan dokumen pendukung resep.
d. Eligibilitas pelayanan obat meliputi kesesuaian jenis penyakit dengan restriksi dan
peresepan maksimal.
e. Kesesuaian antara dokumen dengan data pengajuan klaim pada aplikasi
f. Kesesuaian harga, jenis, merek dan jumlah obat
4. Jika terdapat perbedaan antara data pelayanan yang diajukan oleh Apotek Rujuk Balik
dengan hasil verifikasi, petugas BPJS Kesehatan meminta klarifikasi kepada Apotek dan
menuliskan di lembar telaahan verif ikasi
.
5. Setelah semua resep selesai diverifikasi, petugas BPJS Kesehatan melakukan umpan
balik verif ikasi.
6. Petugas Apotek Rujuk Balik melakukan pencetakan Formulir Pengajuan Klaim (FPK) dan
menandatanganinya.
7. Petugas Apotek Rujuk Balik menyerahkan data pengajuan klaim dalam bentuk soft copy
beserta lembar FPK dan dokumen kelengkapan resep kepada petugas BPJS Kesehatan.
Masa kadaluarsa klaim kolektif obat PRB adalah 6 (enam) bulan setelah pelayanan
diberikan.
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
48/60
49
BAB V
SISTEM PEMBAYARAN
A. Ketentuan Umum Pembayaran BPJS Kesehatan
1. BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan yang memberikan
layanan kepada Peser ta
2. Besaran pembayaran yang dilakukan BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan
berdasarkan kontrak antara BPJS Kesehatan dengan Fasilitas kesehatan
3. Standar tarif ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
4. Asosiasi fasilitas kesehatan untuk Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas
Kesehatan rujukan tingkat lanjutan ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
5. Kesepakatan tarif antara BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan dilakukanantara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas kesehatan di wilayah provinsi.
6. Tarif hasil kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan
wilayah menjadi acuan besaran tarif dalam kontrak antara BPJS Kesehatan dengan
Fasilitas kesehatan.
7. Khusus untuk tarif kapitasi bagi faskes tingkat pertama akan dilakukan adjustment sesuai
dengan ketentuan yang berlaku yang disebut norma kapitasi
8. Dalam hal besaran tarif tidak disepakati oleh asosiasi Fasilitas Kesehatan Wilayah dan
BPJS Kesehatan maka besaran tarif atas program Jaminan Kesehatan sesuai dengan
tarif yang ditetapkan oleh Menteri
9. BPJS Kesehatan wajib melakukan pembayaran klaim kepada Fasilitas Kesehatan atas
pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak
dokumen klaim diterima lengkap
10. Klaim pelayanan diajukan paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya
B. PEMBAYARAN DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
1. Sistem pembayaran pada pelayanan tingkat pertama adalah ruang lingkup dan tata cara
pembayaran pada fasilitas kesehatan tingkat pertama atas pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan.
2. Sistem pembayaran pada pelayanan tingkat pertama terdiri dari:
a. Pembayaran Kapitasi pada rawat jalan tingkat per tama
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
49/60
50
b. Pembayaran paket pada rawat inap tingkat per tama
c. Pembayaran pelayanan darah pada faskes tingkat pertama
d. Pembayaran persalinan pada faskes tingkat per tama
e. Pembayaran alat kesehatan
f. Pembayaran Obat dan Pemeriksaan Penunjang Program Rujuk Balik
g. Pembayaran paket ambulans
h. Pembayaran pelayanan gawat darurat pada faskes tingkat per tama
i. Pembayaran kompensansi pada wilayah yang tidak memiliki faskes yang memenuhi
syarat
3. Sistem Pembayaran
a. Kapitasi pada rawat jalan tingkat per tama
1) Faskes yang dibayarkan kapitasi adalah faskes yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan
2) Biaya pelayanan RJTP dibayar dengan kapitasi, yaitu berdasarkan jumlah peser ta
yang terdaftar di faskes tersebut tanpa pengenaan iur biaya kepada peser ta
3) Besaran kapitasi standar ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
4) Ketentuan norma kapitasi adan besaran kapitasi akan diatur oleh Direksi sebagai
acuan negosiasi tarif kapitasi dengan Asosiasi faskes wilayah, sebagai berikut :
a) Pembayaran Tahap Awal (1 Januari sd 31 Desember 2014)
Besaran kapitasi yang dibayarkan sesuai dengan norma kapitasi yang
ditetapkan oleh Direksi :
(a) Jenis f askes
(1) puskesmas,
(2) praktek dokter perorangan/klinik
(3) praktek dokter gigi(b) Ketersediaan dokter umum tetap
(1) Dokter umum tetap tersedia
(2) Dokter umum tetap tidak tersedia
Dasar perhitungan untuk pembayaran kapitasi di faskes tingkat pertama bulan
Januari 2014 adalah jumlah peserta yang ditetapkan di masing-masing f askes
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
50/60
51
tingkat pertama oleh BPJS Kesehatan.
Untuk pembayaran periode berikutnya dasar perhitungannya adalah jumlah
peserta terdaftar pada akhir bulan sebelumnya (N-1)
Apabila ada perubahan ketersediaan tenaga medis (dokter umum) tetap di
puskesmas, maka besaran kapitasi akan disesuaikan.
Bagi Faskes TNI/POLRI pembayaran kapitasi disetarakan Klinik Pratama
Pembayaran kapitasi dilakukan setiap bulan paling lambat tanggal 15 bulan
berjalan sesuai ketentuan yang berlaku
b) Periode berikutnya
Penentuan besaran kapitasi mengacu pada :
(a) Ketentuan yang diberlakukan pada tahap awal penetapan kapitasi tetap
diberlakukan
(b) Ketentuan mengenai adjustment terhadap norma kapitasi :
(1) Kapasitas layanan
(2) Community Rating by Class (CRC)
(3) Withhold capi t at ion
(4) Kompetensi tambahan tenaga medis (dokter umum)
(5) Indikator performa
Catatan :
Norma kapitasi ini akan dijalankan secara bertahap sesuai kesiapan BPJS
Kesehatan dan pihak lain yang terkait.
Besaran kapitasi yang dibayarkan adalah besaran kapitasi sesuai dengan
hasil adjustmen terhadap norma kapitasi yang diberlakukan.
5) Mekanisme pembayaran kapitasia) Bagian Manajemen Pelayanan Primer menerima daftar peserta di setiap f askes
tingkat pertama dari Bagian Kepesertaan
b) Bagian Manajemen Pelayanan Primer melakukan verifikasi terhadap hal-hal
sebagai berikut :
- besaran kapitasi masing-masing faskes sesuai dengan PKS
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
51/60
52
- kesesuaian jumlah peserta yang terdapat pada aplikasi
- hal-hal lain yang berkaitan dengan penetapan besaran kapitasi yang akan
dibayarkan ke masing-masing faskes tingkat per tama
c) Bagian Pelayanan melakukan approval atas hasil verifikasi pembayaran kapitasi
d) Bagian Keuangan melakukan pembayaran
6) Kapitasi yang dibayarkan digunakan untuk membiayai semua pelayanan yang masuk
dalam cakupan pelayanan di faskes tingkat pertama meliputi :
a) Jasa pelayanan
b) Jasa sarana
c) Obat
d) BMHP
e) Pemeriksaan penunjang
f) Alat kesehatan
7) Kapitasi yang dibayarkan kepada Puskesmas, Dokter Praktek dan Klinik sudah
termasuk pembayaran biaya pelayanan yang dilakukan oleh jejaring faskes (apotek,
laboratorium, bidan, perawat atau jejaring lainnya)
8) Pembayaran untuk jejaring faskes tingkat pertama tidak dilakukan secara langsung
kepada jejaring, akan tetapi masuk dalam kapitasi yang dibayarkan kepada dokter
tingkat pertama
9) Pajak Kapitasi
a) Pemotongan pajak atas pembayaran kapitasi kepada faskes tingkat pertama sesuai
dengan peraturan yang berlaku
b) Komponen kapitasi kena pajak adalah keseluruhan/total kapitasi yang diterima
10) Bukti tanda bayar kapitasi dapat berupa kwitansi atau bukti transfer yang diberikan
kepada faskes tingkat per tama.
11) Ketentuan mutasi tambah kurang peser ta
a) Peserta lama yang melakukan pergantian faskes tingkat per tama
(1) Apabila peserta melakukan perpindahan (mutasi) dari faskes tingkat pertama ke
faskes tingkat pertama lainnya pada tanggal 1 s/d 31 bulan berjalan, maka perhitungan
kapitasi pada faskes tingkat pertama yang baru akan dihitung mulai tanggal 1
(satu) pada bulan berikutnya.
-
8/18/2019 Panduan Pedoman Administrasi Pelayanan Faskes Primer
52/60
53
(2) Peserta yang melakukan mutasi pada tanggal 1 s/d 31 bulan berjalan tidak dapat
langsung mendapatkan pelayanan di faskes tingkat pertama yang baru sampai
dengan bulan berjalan selesai. Peserta berhak mendapatkan pelayanan di f askes
tingkat pertama yang baru pada bulan berikutnya.
b) Peserta baru
(1) Untuk perhitungan kapitasi dengan penambahan peserta baru yang masuk pada
tanggal 1 sd 31 bulan berjalan, maka perhitungan kapitasi pada faskes tingkat
pertama akan disesuaikan dengan menambahkan jumlah pembayaran kapitasi
pada bulan berikutnya sesuai dengan jumlah peserta baruyang mendaftar pada faskes
tersebut
(2) Peserta baru dapat langsung mendapatkan pelayanan di faskes tingkat per tama
sejak tanggal peserta tersebut mulai mendaftar dan membayar iuran BPJS
Kesehatan
4. Pelayanan Gigi oleh Dokter Gigi
a. Biaya pelayanan gigi pada praktik dokter gigi mandiri maka kapitasi dibayarkan ke
masing-masing praktek dokter gigi tersebut
b. Dokter gigi yang terdapat dalam suatu klinik, maka pembayarannya termasuk dalam
kapitasi yang dibayarkan ke Klinik (tidak pembayaran kapitasi sendiri)
c. Dokter gigi yang terdapat di Puskesmas, maka pembayarannya sudah termasuk
dalam kapitasi yang dibayarkan ke Puskesmas (tidak dilakukan pembayaran kapi tasi
tersendiri)
d. Mekanisme pembayaran kapitasi dokter gigi sesuai dengan mekanisme pembayaran
kapitasi Puskesmas/Dokter Praktek/Klinik
e. Jumlah peserta maksimal terdaftar masing-masing dokter gigi adalah 10.000 jiwa per
dokter gigi.
5. Pelayanan oleh Bidan dan Perawat
a. Pelayanan oleh Bidan dan perawat sebagai jejaring faskes tingkat per tama
Pembayaran bidan dan perawat sebagai jejaring dari faskes tingkat per