Panduan Komunikasi Yang Efektif

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM). Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. Guna mewujudkan hal tersebut, maka pembangunan kesehatan diarahkan untuk untuk lebih menguatamakan upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit atau masalah kesehatan (preventif), tanpa mengesampingkan upaya-upaya penanggulangan atau penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitative) sesuai paradigma sehat yang ada. Pendidikan pasien dan keluarga adalah pengetahuan yang diperlukan oleh pasien dan keluarga selama proses asuhan maupun pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan ke pelayanan kesehatan lain atau ke rumah. Pendidikan pasien dapat mencakup informasi sumber-sumber di komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut pelayanan apabila diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan emergensi bila dibutuhkan. Pendidikan yang efektif dalam suatu rumah sakit hendaknya menggunakan audiovisual serta berbagai pembelajaran jarak jauh dan berbagai teknik pendidikan yang lain. Pendidikan pasien 1

description

pedoman komunikasi

Transcript of Panduan Komunikasi Yang Efektif

Page 1: Panduan Komunikasi Yang Efektif

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi

sumber daya manusia serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan

indeks pembangunan manusia (IPM). Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan

bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatan

demi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.

Guna mewujudkan hal tersebut, maka pembangunan kesehatan diarahkan

untuk untuk lebih menguatamakan upaya-upaya peningkatan kesehatan

(promotif) dan pencegahan penyakit atau masalah kesehatan (preventif), tanpa

mengesampingkan upaya-upaya penanggulangan atau penyembuhan (kuratif), dan

pemulihan (rehabilitative) sesuai paradigma sehat yang ada. Pendidikan pasien dan

keluarga adalah pengetahuan yang diperlukan oleh pasien dan keluarga selama proses asuhan

maupun pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan ke pelayanan kesehatan

lain atau ke rumah. Pendidikan pasien dapat mencakup informasi sumber-sumber di

komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut pelayanan apabila diperlukan, serta

bagaimana akses ke pelayanan emergensi bila dibutuhkan.

Pendidikan yang efektif dalam suatu rumah sakit hendaknya menggunakan

audiovisual serta berbagai pembelajaran jarak jauh dan berbagai teknik pendidikan yang lain.

Pendidikan pasien dan keluarga di rumah sakit membantu pasien berpartisipasi

lebih baik dalam perawatan yang diberikan dan mendapat informasi dalam

mengambil keputusan tentang perawatan dalam mengambil keputusan tentang

perawatan dalam pelayanan kesehatan. Berbagai disiplin ilmu yang ada di rumah

sakit memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga

yang dating ke rumah sakit mempunyai social, pendidikan dan ekonomi yang

berbeda-beda sehingga edukasi di rumah sakit sangat penting guna menggugah

kesadaran minat pasien dan keluarga untuk berperan positif dalam penyembuhan

dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu, edukasi di rumah sakit merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatatn kesehatan di

rumah sakit.

1

Page 2: Panduan Komunikasi Yang Efektif

1.2 Tujuan

1 Sebagai pedoman dalam melakukan edukasi kesehatan.

2 Memahami bagaimana cara dan proses melakukan edukasi kesehatan di rumah sakit.

Sehingga edukasi kesehatan (penkes) dapat berjalan lancar dan sesuai prosedur yang ada.

3 Agar pasien & keluarga berpartisipasi dalam keputusan perawatan dan proses  perawatan.

Sehingga dapat membantu proses penyembuhan lebih cepat.

4 Pasien/keluarga memahami penjelasan yang diberikan, memahami pentingnya mengikuti

rejimen pengobatan yang telah ditetapkan sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk

berperan aktif dalam menjalani terapi obat.

1.3 Pengertian

Informasi adalah suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan,

yang berupa data, fakta, gagasan, konsep, kebijakan, aturan, standar, norma,  pedoman atau

acuan yang diharapkan dapat diketahui, dipahami, diyakini, dan di implementasikan oleh

komunikan. Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui

teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata,

dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri, aktif memberikan informasi-

informasi atau ide baru ( Craven dan Hirnle, 1996 dalam suliha, 2002).

1.4 Langkah Awal Assesmen Pasien dan Keluarga

Assesmen merupakan proses pengumpulan menganalisis dan menginterpretasikan

data atau informasi tentang peserta didik dan lingkungannya. Kegiatan ini dilakukan untuk

mendapatkan gambaran tentang berbagai kondisi individu dan lingkungannya sebagai dasar

untuk memahami individu dan untuk pengembangan program pelayanan kesehatan yang

sesuai dengan kebutuhan. Pengkajian pasien merupakan langkah guna mengidentifikasi

sejauh mana kebutuhan psaien akan pelayanan kesehatan. Keputusan mengenai jenis

pelayanan yang paling tepat unutk pasien, bidang spesialis yang tepat, penggunaan

pemeriksaan penunjang diagnostic yang paling tepat, sampai penanganan perawatan, gizi,

psikologis, dan aspek lain dalam penanganan psien di rumah sakit merupakan keputusan yang

diambil berdasarkan pengkajian (assessment). Sebelum pendidikan kesehatan diberikan, lebih

dulu dilakukan pengkajian/analisis terhadap kebutuhan pendidikan dengan mendiagnosis

2

Page 3: Panduan Komunikasi Yang Efektif

penyebab masalah kesehatan yang terjadi.hal ini dilakukan dengan melihat factor-faktor yang

mempengaruhi perilaku kesehatan.

Lawrence Green (1980), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor:

1. Faktor pendukung (predisposing factors), mencakup:

Pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan/keyakinan, sistem nilai, pendidikan, sosial

ekonomi, dsb.

2. Faktor pemungkin(enambling factors), mencakup:

Fasilitas kesehatan, mis: spal, air bersih, pembuangan sampah, mck, makanan bergizi, dan

sebagainya. Termasuk juga tempat pelayanan kesehatan seperti RS, poliklinik,

puskesmas,  posyandu, polindes, bides, dokter, perawat dan sebagainya.

3. Faktor penguat (reinforcing factors), mencakup:

Sikap dan perilaku: tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan.

Kebijakan/peraturan/UU, LSM

Informasi tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan :

1. Observasi

2. Wawancara

3. Angket/questioner

4. Dokumentasi

Jenis informasi yang diperlukan dalam pengkajian antara lain:

1. Pentingnya masalah bagi individu, kelompok dan masyarakat yang dibantu

2. Masalah lain yang kita lihat

3. Masalah yang dilihat oleh petugas lain

4. Jumlah orang yang mempunyai masalah ini

5. Kebiasaan yang dapat menimbulkan masalah

6. Alasan yang ada bagi munculnya masalah tersebut

7. Penyebab lain dari masalah tersebut.

Tujuan pengkajian

1. Untuk mengetahui besar, parah dan bahayanya masalah yang dirasakan.

2. Menentukan langkah tepat untuk mengatasi masalah.

3

Page 4: Panduan Komunikasi Yang Efektif

Memahami masalah

1. Mengapa muncul masalah

2. Siapa yang akan memecahkan masalah dan siapa yang perlu dilibatkan

3. Jenis bantuan yang akan diberikan

Prioritas Masalah

Di susun berdasarkan hirarki kebutuhan Maslow :

Agar edukasi dapat dipahami dengan baik dilakukan dahulu assesment/penilaian

terhadap  pasien dan keluarga meliputi :

1. Kepercayaan dan nilai-nilai agama yang dianut pasien dan keluarganya

2. Kecakapan baca tulis, tingkat pendidikan dan bahasa mereka

3. Hambatan emosional dan motivasi

4. Keterbatasan fisik dan kognitif

5. Kemauan pasien untuk menerima informasi

Sehingga pemberi edukasi mengetahui apakah pasien dan keluarga bersedia dan

maupun untuk belajar hasil penilaian didokumentasikan dalam rekam medis.

Cara Penyampaian Informasi Dan Edukasi Yang Efektif

Semua aktifitas manusia melibatkan komunikasi, namun karena kita sering

menerimanya begitu saja, kita tidak selalu memikirkan bagaimana kita berkomunikasi dengan

yang lain dan apakah efektif atau tidak. Komunikasi yang baik melibatkan  pemahaman

bagaimana orang-orang berhubungan dengan yang lain, mendengarkan apa yang dikatakan

4

Aktualisasi Diri

Harga Diri

Kasih Sayang

Aman/Nyaman

Biologis/Fisiologis

Page 5: Panduan Komunikasi Yang Efektif

dan mengambil pelajaran dari hal tersebut. Komunikasi adalah tentang pertukaran informasi,

berbgi ide dan pengetahuan. Hal ini  berupa proses dua arah dimana informasi, pemikiran,

ide, perasaan atau opini disampaikan/dibagikan melalui kata-kata, tindakan maupun isyarat

untuk mencapai  pemahaman bersama. Komunikasi yang baik berarti bahwa para pihak

terlibat secara aktif. Hal ini akan menolong mereka untuk mengalami cara baru mengerjakan

atau memikirkan sesuatu. Pengertian komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian

pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga

orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau

informasi”. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich,

1988).

1. Teori Komunikasi

a. Proses komunikasi:

Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud

oleh pengirim pesan/komunikator, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah  perbuatan oleh

penerima pesan/komunikan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana,

2003).Gambar berikut memberikan ilustrasi proses komunikasi.

2. Unsur-Unsur/Elemen Dalam Komunikasi Efektif

a. Sumber/pemberi pesan/komunikator (dokter, perawat, administrasi, dan lain-lain) adalah

orang yang memberikan pesan.

Sumber (yang menyampaikan informasi): adalah orang yang menyampaikan isi

pernyataannya kepada penerima/komunikan. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab

5

Page 6: Panduan Komunikasi Yang Efektif

pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan

meminta kejelasan apakah  pesan tersebut sudah di terima dengan baik (konsil

kedokteran Indonesia, hal.8)

Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,  pengetahuannya

luas dan dalam tentang informasi yang yang disampaikan, cara berbicaranyanya jelas

dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan

(komunikan)

b. Isi Pesan, adalah ide atau informasi yang disampaikan kepada komunikan.

Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi, media

penyampaian,penerimanya.

c. Media/saluran pesan (Elektronic, Lisan,dan Tulisan) adalah sarana komunikasi dari

komunikator kepada komunikan.

Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang disampaikan

pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima. Pesan dapat berupa berita lisan,

tertulis, atau keduanya sekaligus. Pada kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan

oleh pengirim yaitu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang

mungkin terjadi  berupa perubahan sikap. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8). Media

yang dapat digunakan : melalui telepon, menggunakan lembarlipat, buklet, vcd, (peraga)

d. Penerima pesan/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter, Admission,Adm.)

atau audience adalah pihak/orang yang menerima pesan.

Penerima pesan berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi,  peran pengirim

dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung  jawab penerima adalah

berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan balik kepada

pengirim. Umpan balik sangat penting  sehingga proses komunkasi berlangsung dua

arah. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8)

e. Umpan Balik adalah respon/tindakan dari komunikan terhadap respon pesan yang

diterimanya.

3. Pemberi Pesan/Komunikator Yang Baik

Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-hal  berikut

(konsil kedokteran Indonesia, hal 42):

6

Page 7: Panduan Komunikasi Yang Efektif

a. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan  pertanyaan

tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi, paraphrase,

intonasi.

b. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat

c. Cara mengamati (observation), agar dapat memahami yang tersirat di balik yang tersurat

(bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh).

d. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar tidak

menggangu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan gerak tubuh,

raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.

 

4. Sifat Komunikasi

Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelyanan promosi). Komunikasi

yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah:

a. Jam pelayanan

b. Pelayanan yang tersedia

c. Cara mendapatkan pelayanan

d. Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan

asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.

Akses informasi dapat di peroleh dengan melalui Customer Service,  Admission,dan Website.

Sedang komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) adalah :

a. Edukasi tentang obat.

b. Edukasi tentang penyakit.

c. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari

d. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan qualitas hidupnya

pasca dari rumah sakit.

Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical information dan nantinya akan

menjadi sebuah unit PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit).

5. Syarat Dalam Komunikasi Efektif

a. Tepat waktu,

b. Akurat.

7

Page 8: Panduan Komunikasi Yang Efektif

c. Lengkap

d. Jelas.

e. Mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan

6. Proses Komunkasi Efektif

Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melaui prinsip sebagai berikut:

a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan

b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut

c. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima  pesan.

d. Pemberi pesan memverifikas isi pesan kepada pemberi penerima pesan.

e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil verifikasi.

f. Dalam berkomunikasi ada kalanya terdapat informasi misalnya nama obat, nama orang,

dan lain-lain. Untuk memverifikasi dan mengklarifikasikan, maka komunikan sebaiknya

mengeja huruf demi huruf menggunakan alfabeth standart internasional.

Proses komunikasi efektif dengan prinsip, terima, catat, verifikasi dan klarifikasi

dapat digambarkan sebagai berikut:

8

Yah.. Benar Dikonfirmasi Jadi isi pesannya ini yah Pak

Komunikator Isi Pesan Ditulis Dibacakan Komunikan

Page 9: Panduan Komunikasi Yang Efektif

7. Hukum Dalam Komunikasi Efektif

Lima Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective

Communication) terangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu

sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya

komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih,

minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon  positif dari orang lain.Hukum

komunikasi efektif yang pertama adalah :

a. Respect, pengertiannya:

Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap

menghargai setiap individu yang menjadi sasaran  pesanyangkita sampaikan.Jika kita

membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati,

maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan

meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan

sebagai sebuah tim.

b. Hukum komunikasi efektif yang kedua adalah Empathy

Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi

yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati

adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum

didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.Rasa empati akan menimbulkan respek atau

penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur

utama dalam membangun teamwork. Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau

mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon  penerima

pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan

psikologis atau penolakan dari penerima.

c. Hukum komunikasi efektif yang ketiga adalah Audible

Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika

empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan

balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh

penerima pesan. Hukum ini mengatakan  bahwa pesan harus disampaikan melalui media

atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima

pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media

maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan

yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik.

9

Page 10: Panduan Komunikasi Yang Efektif

d. Hukum komunikasi efektif yang keempat, adalah Clarity

Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang

terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan

multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Karena kesalahan penafsiran

atau pesan yang dapat menimbulkan  berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak

yang tidak sederhana. Clarity dapat pula berarti, keterbukaan dan transparansi. Dalam

berkomunikasi kita  perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau

disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari  penerima pesan

atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada

gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.

e. Hukum komunikasi efektif yang kelima adalah Humble

Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati.

Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa

menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap

Rendah Hati pernah yang pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam

bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan

menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui

kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta

mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi

yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada

gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan

penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang

saling menguntungkan dan saling menguatkan.

Ruang Lingkup

1. Panduan komunikasi efektif ini diterapkan kepada:

a. Antar pemberi pelayanan saat memberikan perintah lisan atau melalui telpon .

b. Petugas laboratorium saat membacakan hasil laboratoruim secara lisan atau melalui

telepon.

c. Petugas informasi saat memberikan informasi pelayanan rumah sakit kepada

pelanggan

d. Petugas PKRS saat memberikan edukasi kepada pasien

10

Page 11: Panduan Komunikasi Yang Efektif

e. Semua karyawan saat berkomunikasi via telpon dan lisan

2. Pelaksana panduan ini adalah seluruh pemberi pelayanan, petugas laboratorium,  petugas

informasi, pelaksana PKRS, semua karyawan

Prinsip

1. Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melaui prinsip terima, catat, verifikasi

dan klarifikasi:

a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan.

b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut

c. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima  pesan.

d. Pemberi pesan memverifikas isi pesan kepada pemberi penerima pesan.

e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil

verifikasi.

2. Baca ulang dan verifikasi dikecualikan untuk kondisi darurat di ICU dan UGD

3. Penggunaan code alfabetis internasional digunakan saat melakukan klarifikasi hal-hal

penting, misal nama obat, nama pasien, dosis obat, hasil laboratorium dengan mengeja

hurup-hurup tersebut saat membaca ulang (reed back) dan verifikasi.

4. Tujuan utama panduan komunikasi efektif ini adalah untukmemperkecil terjadinya

kesalahan penerima pesan yang diberikan secara lisan

 

Tatalaksana Pemberian Informasi Dan Edukasi

Petugas yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan tentang informasi yang

akan di sampaikan, memiliki rasa empati dan ketrampilan berkomunikasi secara efektif.

Pemberian informasi dan edukasi dilakukan melalui tatap muka dan berjalan secara

interaktif, dimana kegiatan ini bisa dilakukan pada saat pasien dirawat, akan pulang atau

ketika datang kembali untuk berobat

Kondisi lingkungan perlu diperhatikan untuk membuat  pasien/keluarga merasa nyaman

dan bebas, antara lain :

a. Dilakukan dalam ruang yang dapat menjamin privacy.

b. Ruangan cukup luas bagi pasien dan pendamping pasien untuk kenyamanan

mereka.

c. Penempatan meja, kursi atau barang- barang lain hendaknya tidak menghambat

komunikasi. 

11

Page 12: Panduan Komunikasi Yang Efektif

d. Suasana tenang, tidak bising dan tidak sering ada interupsi

Pada pasien yang mengalami kendala dalam berkomunikasi, maka pemberian informasi

dan edukasi dapat disampaikan kepada keluarga/pendamping pasien. 

Membina hubungan yang baik dengan pasien/keluarga agar tercipta rasa percaya terhadap

peran petugas dalam membantu mereka. 

Mendapatkan data yang cukup mengenai masalah medis pasien (termasuk adanya

keterbatasan kemampuan fisik maupun mental dalam mematuhi rejimen pengobatan)

Mendapatkan data yang akurat tentang obat-obat yang digunakan pasien, termasuk obat

non resep.

Mendapatkan informasi mengenai latar belakang sosial budaya,  pendidikan dan tingkat

ekonomi pasien/ keluarga.

Informasi yang dapat diberikan kepada pasien/keluarga adalah yang berkaitan dengan

perawatan pasien :

a. Assesment pendidikan pasien dan keluarga

b. Pendidikan kesehatan pengobatan ; Penggunaan obat- obatan yang aman: kemungkinan

nama obat, kegunaan obat, aturan pakai, teknik penggunaan obat-obat tertentu (contoh obat, inhaler),

cara penyimpanan, berapa lama obat harus digunakan dan kapan obat harus ditebus lagi, apa yang harus

dilakukan jika terjadinya efek samping yang akan dialami dan bagaimana cara mencegah atau

meminimalkan, meminta pasien/keluarga untuk melaporkan jika ada keluhan yang dirasakan pasien

selama menggunakan.

c. Pendidika kesehatan Manajemen nyeri

d. Pendidikan kesehatan diet

e. Pendidikan kesehatan penggunaan peralatan medis

f. Pendidikan kesehatan proses penyakit

g. Pendidikan kesehatan pre operasi (informed consent)

Proses komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya berkaitan

dengan kondisi kesehatannya

Tahap asesmen pasien: Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi

pasien & keluarga berdasarkan: (data ini didapatkan dari RM):

1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.

2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.

3. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: Depresi, senang dan marah)

12

Page 13: Panduan Komunikasi Yang Efektif

4. Keterbatasan fisik dan kognitif.

5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.

Tahap Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui tahap asesmen

pasien, di temukan :

1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses komunikasinya

mudah disampaikan.

2. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna wicara),

maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga

sekandung (istri,anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan menjelaskannya kepada

mereka.

3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien marah

atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi edukasi dan

menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi,

pasien bisa menghubungi medical information.

Verifikasi

Tahap Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi yang

diberikan:

1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien  baik

dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali edukasi yang

telah diberikan. Pertanyaannya adalah: “ Dari materi edukasi yang telah disampaikan,

kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari?”.

2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya mengalami

hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan

yang sama:“Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang Bapak/Ibu

bisa pelajari?”.

3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan

emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali

sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami.

Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang

disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti semua

arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.

13