16.Panduan Pemberian Informasi (Komunikasi Efektif)

28
Panduan Pemberian Informasi Dan Edukasi (Komunikasi Efektif)

description

16.Panduan Pemberian Informasi (Komunikasi Efektif)

Transcript of 16.Panduan Pemberian Informasi (Komunikasi Efektif)

Page 1: 16.Panduan Pemberian Informasi (Komunikasi Efektif)

Panduan

Pemberian Informasi Dan Edukasi

(Komunikasi Efektif)

RSB.PERMATA SARANA HUSADAPamulang Permai Blok D3 No. 1-3 Pamulang Tangerang Selatan 15417

Telp. 021.7407421/22 , Fax, 021.7496346

Email : [email protected]

Page 2: 16.Panduan Pemberian Informasi (Komunikasi Efektif)

PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI

(KOMUNIKASI EFEKTIF)

1. PENGERTIAN

Informasi adalah suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada

komunikan, yang berupa data, fakta, gagasan, konsep, kebijakan, aturan, standar, norma,

pedoman atau acuan yang diharapkan dapat diketahui, dipahami, diyakini, dan

diimplementasikan oleh komunikan.

Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui

teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi

nyata, dengan cara member dorongan terhadap pengarahan diri, aktif memberikan

informasi-informasi atau ide baru (Craven dan Hirnle, 1996 dalam suliha, 2002).

2. TUJUAN

a. Sebagai pedoman dalam melakukan edukasi kesehatan.

b. Memahami bagaimana cara dan proses melakukan edukasi kesehatan di rumah sakit.

Sehingga edukasi kesehatan (penkes) dapat berjalan lancar dan sesuai prosedur yang

ada.

c. Agar pasien dan keluarga berpartisipasi dalam keputusan perawatan dan proses

perawatan. Sehingga dapat membantu proses penyembuhan lebih cepat.

d. Pasien/keluarga memahami penjelasan yang diberikan, memahami pentingnya

mengikuti rejimen pengobatan yang telah ditetapkan sehingga dapat meningkatkan

motivasi untuk berperan aktif dalammenjalani terapi obat.

3. LANGKAH AWAL ASSESMEN PASIEN DAN KELUARGA

Assesmen merupakan proses pengumpulan menganalisis dan menginterpretasikan

data atau informasi tentang peserta didik dan lingkungannya. Kegiatan ini dilakukan

untuk mendapatkan gambaran tentang berbagai kondisi individu dan lingkungannya

sebagai dasar untuk memahami individu dan untuk pengembangan program pelayanan

kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.

Pengkajian pasien merupakan langkah guna mengidentifikasi sejauh mana

kebutuhan pasien akan pelayanan kesehatan. Keputusan mengenai jenis pelayanan yang

paling tepat untuk pasien, bidangspesialisasi yang paling tepat, penggunaan pemeriksaan

penunjang diagnostik yang paling tepat,sampai penanganan perawatan, gizi, psikologis

Page 3: 16.Panduan Pemberian Informasi (Komunikasi Efektif)

dan aspek lain dalam penanganan pasien di rumah sakitmerupakan keputusan yang

diambil berdasarkan pengkajian (assessment).

Sebelum pendidikan kesehatan diberikan, lebih dulu dilakukan pengkajian/analisis

terhadap kebutuhan pendidikan dengan mendiagnosis penyebab masalah kesehatan yang

terjadi. Hal ini dilakukan dengan melihat faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku

kesehatan.

Lawrence Green (1980), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor:

1. Faktor pendukung (predisposing factors), mencakup:

Pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan/keyakinan, sistem nilai, pendidikan, sosial

ekonomi.

2. Faktor pemungkin (enambling factors), mencakup:

Fasilitas kesehatan, mis: spal, air bersih, pembuangan sampah, mck, makanan bergizi,

dsb. Termasuk juga tempat pelayanan kesehatan seperti RS, poliklinik, puskesmas, rs,

posyandu, polindes, bides, dokter, perawat.

3. Faktor penguat (reinforcing factors), mencakup:

Sikap dan perilaku: tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan,

kebijakan/peraturan/UU, LSM.

Informasi tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan :

1. Observasi

2. Wawancara

3. Angket/quesioner

4. Dokumentasi

Jenis informasi yang diperlukan dalam pengkajian antara lain:

1. Pentingnya masalah bagi individu, kelompok dan masyarakat yang dibantu

2. Masalah lain yang kita lihat

3. Masalah yang dilihat oleh petugas lain

4. Jumlah orang yang mempunyai masalah ini

5. Kebiasaan yang dapat menimbulkan masalah

6. Alasan yang ada bagi munculnya masalah tersebut

7. Penyebab laindari masalah tersebut.

Page 4: 16.Panduan Pemberian Informasi (Komunikasi Efektif)

Tujuan pengkajian

1. Untuk mengetahui besar, parah dan bahayanya masalah yang dirasakan.

2. Menentukan langkah tepat untuk mengatasi masalah.

Memahami masalah

1. Mengapa muncul masalah

2. Siapa yang akan memecahkan masalah dan siapa yang perlu dilibatkan

3. Jenis bantuan yang akan diberikan

Prioritas masalah

Disusun berdasarkan hirarki kebutuhan maslow:

Aktualisasi diri

Harga diri

Kasih sayang

Aman / nyaman

Biologis / Fisiologi

Agar edukasi dapat dipahami dengan baik dilakukan dahulu assesment/penilaian terhadap

pasien dan keluarga meliputi :

1. Kepercayaan dan nilai-nilai agama yang dianut pasien dan keluarganya

2. Kecakapan baca tulis, tingkat pendidikan dan bahasa mereka

3. Hambatan emosional dan motivasi

4. Keterbatasan fisik dan kognitif

5. Kemauan pasien untuk menerima informasi

Sehingga pemberi edukasi mengetahui apakah pasien dan keluarga bersedia dan maupun

untuk belajar hasil penilaian didokumentasikan dalam rekam medis.

4. CARA PENYAMPAIAN INFORMASI DAN EDUKASI YANG EFEKTIF

Semua aktifitas manusia melibatkan komunikasi, namun karena kita sering

menerimanya begitu saja, kita tidak selalu memikirkan bagaimana kita berkomunikasi

dengan yang lain dan apakah efektif atau tidak. Komunikasi yang baik melibatkan

Page 5: 16.Panduan Pemberian Informasi (Komunikasi Efektif)

pemahaman bagaimana orang-orang berhubungan dengan yang lain, mendengarkan apa

yang dikatakan dan mengambil pelajaran dari hal tersebut

Komunikasi adalah tentang pertukaran informasi, berbagi ide dan pengetahuan. Hal ini

berupa proses dua arah dimana informasi, pemikiran, ide, perasaan atau opini

disampaikan/dibagikan melalui kata-kata, tindakan maupun isyarat untuk mencapai

pemahaman bersama. Komunikasi yang baik berarti bahwa para pihak terlibat secara aktif.

Hal ini akan menolong mereka untuk mengalami cara baru mengerjakan atau memikirkan

sesuatu.

Pengertian komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau

informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain

tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau

informasi”. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich,

1988).

1. Teori komunikasia. Proses komunikasi:

Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana

dimaksud oleh pengirim pesan/komunikator, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah

perbuatan oleh penerima pesan/komunikan dan tidak ada hambatan untuk hal itu

(Hardjana, 2003).Gambar berikut memberikan ilustrasi proses komunikasi.

Umpan Balik

Komunikator

Ganguan

Pesan Saluran Komunikan

Page 6: 16.Panduan Pemberian Informasi (Komunikasi Efektif)

2. Unsur-unsur/elemen dalam komunikasi efektif

a. Sumber/pemberi pesan/komunikator (dokter,perawat, administrasi kasir,dll),

adalah orang yang memberikan pesan.

1) Sumber (yang menyampaikan informasi): adalah orang yang menyampaikan

isi pernyataannya kepada penerima/komunikan. Hal-hal yang menjadi

tanggung jawab pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas,

memilih media yang sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan tersebut

sudah di terima dengan baik. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8)

2) Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,

pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang yang disampaikan,

cara berbicaranyanya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat

dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan)

b. Isi Pesan, adalah ide atau informasi yang disampaikan kepada komunikan.

Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan

komunikasi, media penyampaian, penerimanya.

c. Media/saluran pesan (Elektronic, Lisan,dan Tulisan) adalah sarana komunikasi

dari komunikator kepada komunikan.

Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang

disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima.Pesan dapat

berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus.Pada kesempatan tertentu,

media dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat komunikasi berlangsung

atau tatap muka dengan efek yang mungkin terjadi berupa perubahan sikap. (konsil

kedokteran Indonesia, hal.8). Media yang dapat digunakan: melalui telepon,

menggunakan lembar lipat, buklet, vcd, (peraga)

d. Penerima pesan / komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter,

Admission,Adm.) atau audience adalah pihak/orang yang menerima pesan.

Penerima pesan berfungsi sebagai penerima berita.Dalam komunikasi, peran

pengirim dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab

penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan

memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga

proses komunkasi berlangsung dua arah. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8).

e. Umpan Balik, adalah respon/tindakan dari komunikan terhadap respon pesan yang

diterimanya

Page 7: 16.Panduan Pemberian Informasi (Komunikasi Efektif)

3. Pemberi pesan/komunikator yang baik:

Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-hal

berikut (konsil kedokteran Indonesia, hal 42):

a. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan

pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan,

klarifikasi, paraphrase, intonasi.

b. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat

c. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik

yang tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak

tubuh).

d. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar

tidak menggangu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan

gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.

4. Sifat Komunikasi

Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelayanan promosi).

Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah:

a. Jam pelayanan

b. Pelayanan yang tersedia

c. Cara mendapatkan pelayanan

d. Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika

kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.

Akses informasi dapat di peroleh dengan melalui customer service, admission,

dan website.

Sedang komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) adalah :

a. Edukasi tentang obat.

b. Edukasi tentang penyakit.

c. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari

d. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan

qualitas hidupnya pasca dari rumah sakit.

5. Syarat komunikasi efektif.

Syarat dalam komunikasi efektif adalah:

a. Tepat waktu

Page 8: 16.Panduan Pemberian Informasi (Komunikasi Efektif)

b. Akurat

c. Lengkap

d. Jelas

e. Mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat

kesalahan (kesalah pahaman).

6. Proses komunkasi efektif

Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melaui prinsip sebagai berikut:

a. Pemberi pesan secara lisanmemberikan pesan

b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut

c. Isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh penerima pesan.

d. Pemberi pesan memverifikasi isi pesan kepada pemberi penerima pesan.

e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil

verifikasi

Proses komunikasi efektif dengan prinsip, terima, catat, verifikasi dan

klarifikasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Ya.. benar.

Dikonfirmasikan

Jadi isi pesannya ini ya pak…

Komunikator

Isi pesan

Ditulis

Dibacakan

Komunikan

f. Dalam berkomunikasi ada kalanya terdapat informasi misalnya nama obat,

nama orang , dll. Untuk menverifikasi dan mengklarifikasi, maka komunikan

sebaiknya mengeja huruf demi huruf menggunakan menggunakan alfabeth

standart internasional yaitu:

Page 9: 16.Panduan Pemberian Informasi (Komunikasi Efektif)

Sumber: Wikipedia

7. Hukum dalam komunikasi efektif

Lima Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective

Communication) terangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari

komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena

sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih

perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon

positif dari orang lain.Hukum komunikasi efektif yang pertama adalah:

a. Respect, pengertiannya:

Page 10: 16.Panduan Pemberian Informasi (Komunikasi Efektif)

Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah

sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran

Pesan yang kita sampaikan.Jika kita membangun komunikasi dengan rasa

dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun

kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas

kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah

tim.

b. Hukum komunikasi efektif yang kedua adalah Empathy

Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi

atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam

memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau

mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang

lain.Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa

respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam

membangun teamwork. Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau

mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon

penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan

tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima

c. Hukum komunikasi efektif yang ketiga adalah Audible

Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti

dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu

ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti

pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini

mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery

channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan.

Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai

media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan

membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik.

d. Hukum komunikasi efektif yang ke empat, adalah Clarity

Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum

keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri

sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang

berlainan. Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan

berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity

Page 11: 16.Panduan Pemberian Informasi (Komunikasi Efektif)

dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita

perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau

disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari

penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul

sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan

antusiasme kelompok atau tim kita.

e. Hukum komunikasi efektif yang kelima adalah Humble

Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap

rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama

untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap

rendah

hati yang kita miliki. Sikap Rendah Hati pernah yang pada intinya antara lain:

sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First

Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak

sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela

memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan

kepentingan yang lebih besar.

Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok

komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang

handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang

lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat

membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling

menguatkan

Ruang Lingkup

1. Panduan komunikasi efektif ini diterapkan kepada:

a. Antar pemberi pelayanan saat memberikan perintah lisan atau melalui telpon

b. Petugas laboratorium saat membacakan hasil laboratoruim secara lisan atau

melalui telepon

c. Petugas informasi saat memberikan informasi pelayanan rumah sakit kepada

pelanggan

d. Semua karyawan saat berkomunikasi via telpon dan lisan

2. Pelaksana panduan ini adalah seluruh pemberi pelayanan, petugas laboratorium,

petugas informasi, semua karyawan.

Page 12: 16.Panduan Pemberian Informasi (Komunikasi Efektif)

Prinsip

1. Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melaui prinsip terima, catat,

verifikasi dan klarifikasi:

a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan

b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut

c. Isi pesan dibacakan kembali (read back)secara lengkap oleh penerima pesan.

d. Pemberi pesan memverifikasi isi pesan kepada pemberi penerima pesan.

e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil

verifikasi

2. Baca ulang dan verifikasi dikecualikan untuk kondisi darurat di HCU dan IGD

3. Penggunaan kode alfabetis internasional digunakan saat melakukan klarifikasi

hal-hal penting, misal nama obat, nama pasien, dosis obat, hasil laboratorium

dengan mengeja huruf-huruf tersebut saat membaca ulang (read back) dan

verifikasi

4. Tujuan utama panduan komunikasi efektif ini adalah untuk memperkecil

terjadinya kesalahan penerima pesan yang diberikan secara lisan

5. TATALAKSANA PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI

1) Petugas yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan tentang informasi

yang akan di sampaikan, memiliki rasa empati dan ketrampilan berkomunikasi secara

efektif.

2) Pemberian informasi dan edukasi dilakukan melalui tatap muka dan berjalan secara

interaktif, dimana kegiatan ini bisa dilakukan pada saat pasien dirawat, akan pulang

atau ketika datang kembali untuk berobat

3) Kondisi lingkungan perlu diperhatikan untuk membuat pasien / keluarga merasa

nyaman dan bebas, antara lain:

a. Dilakukan dalam ruang yang dapat menjamin privacy.

b. Ruangan cukup luas bagi pasien dan pendamping pasien untuk kenyamanan

mereka.

c. Penempatan meja, kursi atau barang – barang lain hendaknya tidak menghambat

komunikasi.

d. Suasana tenang, tidak bising dan tidak sering ada interupsi

4) Pada pasien yang mengalami kendala dalam berkomunikasi, maka pemberian

informasi dan edukasi dapat disampaikan kepada keluarga / pendamping pasien.

Page 13: 16.Panduan Pemberian Informasi (Komunikasi Efektif)

5) Membina hubungan yang baik dengan pasien/keluarga agar tercipta rasa percaya

terhadap peran petugas dalam membantu mereka.

6) Mendapatkan data yang cukup mengenai masalah medis pasien (termasuk adanya

keterbatasan kemampuan fisik maupun mental dalam mematuhi rejimen pengobatan ).

7) Mendapatkan data yang akurat tentang obat –obat yang digunakan pasien, termasuk

obat non resep.

8) Mendapatkan informasi mengenai latar belakang sosial budaya, pendidikan dan

tingkat ekonomi pasien/ keluarga

9) Informasi yang dapat diberikan kepada pasien/keluarga adalah yang berkaitan dengan

perawatan pasien :

a. Assesment pendidikan pasien dan keluarga

b. Pendidikan kesehatan pengobatan: Penggunaan obat – obatan yang aman:

kemungkinan nama obat, kegunaan obat, aturan pakai, teknik penggunaan obat –

obat tertentu (contoh: obat tetes dan inhaler), cara penyimpanan, berapa lama obat

harus digunakan dan kapan obat harus ditebus lagi, apa yang harus

dilakukanterjadinya efek samping yang akan dialami dan bagaimana cara

mencegah atau meminimalkannya, meminta pasien/keluarga untuk

melaporkan jika ada keluhan yang dirasakan pasien selama menggunakan.

c. Pendidikan kesehatan Manajemen nyeri

d. Pendidikan kesehatan diet

e. Pendidikan kesehatan penggunaan peralatan medis

f. Pendidikan kesehatan proses penyakit

g. Pendidikan kesehatan pre operasi (informed consent)

Proses komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya

berkaitan dengan kondisi kesehatannya

Tahap asesmen pasien: Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan

edukasi pasien dan keluarga berdasarkan: (data ini didapatkan dari RM):

1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.

2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.

3. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: depresi, senang dan marah)

4. Keterbatasan fisik dan kognitif.

5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.

Page 14: 16.Panduan Pemberian Informasi (Komunikasi Efektif)

Tahap cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui tahap

asesmen pasien, di temukan :

1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses

komunikasinya mudah disampaikan.

2. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna

wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien dan

keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan

menjelaskannya kepada mereka.

3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien

marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi

edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti

materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information.

6. VERIFIKASI

Tahap cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi yang

diberikan:

1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien

baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali

edukasi yang telah diberikan.

Pertanyaannya adalah: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa

yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.

2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya

mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya

dengan pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-

kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.

3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan

emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali

sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami.

Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah

pasien tenang.

Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi

yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti

semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.