Panduan Informasi Dan Edukasi New

18
BAB I DEFINISI A. Informasi Informasi adalah pesan yang disampaikan seseorang komunikator kepada komunikan. Menurut Rakhmat (1986), proses informasi meliputi empat tahap, yakni tahap sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Tahap sensasi merupakan tahap yang paling awal dalam penerimaan informasi melalui alat indera, sehinnga individu dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Selanjutnya individu mepersepsikan objek, peristiwa, atau pun hubungan-hubungan yang diperoleh, kemudian menyimpulkan atau menafsirkan informasi tersebut. Sensasi yang telah dipersepsikan oleh individu direkam oleh memori. Memori berperan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir. Dengan memori inilah informasi dapat direkam, disimpan, dan kemudian digunakan kembali, jika diperlukan. Tahap terakhir proses pengolahan informasi adlah berpikir, yang mempengaruhi penafsiran individu terhadap stimuli. Berpikir dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan persoalan, dan menghasilkan pengetahuan baru. Proses pengolahan informasi ini akan dapat menimbulkan suatu perubahan pada sikap atau tindakan individu. Menurut Aristoteles (dalam fisher, 1986), (dalam Tina Afianti, 2007), informasi dapat digunakan sebagai alat persuasi. Informasi dapat digunakan untuk membujuk dan mempengaruhi perilaku manusia, atau untuk mengubah perilaku manusia, sesuai yang diinginkan pemberi informasi. Melalui informasi individu mendapatkan pengetahuan. B. Edukasi 1

description

gytyu

Transcript of Panduan Informasi Dan Edukasi New

Page 1: Panduan Informasi Dan Edukasi New

BAB I

DEFINISI

A. Informasi

Informasi adalah pesan yang disampaikan seseorang komunikator kepada komunikan.

Menurut Rakhmat (1986), proses informasi meliputi empat tahap, yakni tahap sensasi,

persepsi, memori dan berpikir. Tahap sensasi merupakan tahap yang paling awal dalam

penerimaan informasi melalui alat indera, sehinnga individu dapat memahami kualitas fisik

lingkungannya. Selanjutnya individu mepersepsikan objek, peristiwa, atau pun hubungan-

hubungan yang diperoleh, kemudian menyimpulkan atau menafsirkan informasi tersebut.

Sensasi yang telah dipersepsikan oleh individu direkam oleh memori. Memori berperan

penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir. Dengan memori inilah

informasi dapat direkam, disimpan, dan kemudian digunakan kembali, jika diperlukan. Tahap

terakhir proses pengolahan informasi adlah berpikir, yang mempengaruhi penafsiran individu

terhadap stimuli. Berpikir dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil

keputusan, memecahkan persoalan, dan menghasilkan pengetahuan baru. Proses pengolahan

informasi ini akan dapat menimbulkan suatu perubahan pada sikap atau tindakan individu.

Menurut Aristoteles (dalam fisher, 1986), (dalam Tina Afianti, 2007), informasi dapat

digunakan sebagai alat persuasi. Informasi dapat digunakan untuk membujuk dan

mempengaruhi perilaku manusia, atau untuk mengubah perilaku manusia, sesuai yang

diinginkan pemberi informasi. Melalui informasi individu mendapatkan pengetahuan.

B. Edukasi

Edukasi Kesehatan adalah kegiatan upaya meningkatkan pengetahuan kesehatan

perorangan paling sedikit mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup

bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan status kesehatan peserta, mencegah timbulnya

kembali penyakit dan memulihkan penyakit. Menurut Ross (1998) dalam (Afiatin, 2007),

pendidikan yang berusaha mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku, lebih penting

dibandingkan hanya sekedar memberikan informasi tanpa disertai usaha pembentukan sikap

dan perubahan perilaku nyata. Haloran (1970) menyatakan bahwa interaksi dengan tatap

muka langsung antara pihak penerima pesan dan pihak penyampai pesan merupakan

intervensi dua arah yang lebih memungkinkan untuk menghasilkan perubahan. Dengan

demikian peningkatan pengetahuan yang bertujuan untuk mengubah sikap akan lebih efektif

jika disampaikan dengan cara tatap muka langsung. Menurut Ross (1998) dalam (Afiatin,

2007), pendidikan yang berusaha mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku, lebih penting

dibandingkan hanya sekedar memberikan informasi tanpa disertai usaha pembentukan sikap

dan perubahan perilaku nyata. Haloran (1970) menyatakan bahwa interaksi dengan tatap

1

Page 2: Panduan Informasi Dan Edukasi New

muka langsung antara pihak penerima pesan dan pihak penyampai pesan merupakan

intervensi dua arah yang

lebih memungkinkan untuk menghasilkan perubahan. Dengan demikian peningkatan

pengetahuan yang bertujuan untuk mengubah sikap akan lebih efektif jika disampaikan

dengan cara tatap muka langsung. Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi

perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi,

memberikan kesadaran, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau

penyuluhan kesehatan. Memang dampak yang timbul dari cara ini terhadap perubahan

perilaku masyarakat memakan waktu yang lama, dibanding dengan cara koersi. Namun

demikian bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka akan langgeng, bahkan

selama hidup dilakukan. Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan

masyarakat, tampaknya pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) lebih tepat dibandingkan

dengan pendekatan koersi. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu

bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif

untuk kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan mengupayakan perilaku

individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai pengaruh positf terhadap pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan

2

Page 3: Panduan Informasi Dan Edukasi New

BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pemberian informasi dan edukasi dapat dilihat dari berbagai dimensi,

antara lain dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan atau aplikasinya, dan

dimensi tingkat pelayanan kesehatan.

1. Sasaran Pendidikan Kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

a. Pendidikan kesehatan individual, dengan sasaran individu

b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat

2. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Menurut dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung di

berbagai tempat. Dengan sendirinya sasarannya berbeda pula, misalnya:

a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid, guru

b. Pendidikan kesehatan di Rumah Sakit, dilakukan di rumah sakit dengan sasaran

pasien, keluarga pasien, pengunjung, petugas Rumah Sakit, dan masyarakat sekitar

Rumah Sakit

c. Pendidikan kesehatan di Posyandu atau Desa Binaan dengan sasaran masyarakat

sekitar

3. Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan

Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan

lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) dari Leavel and Clark, sebagai berikut:

a. Promosi Kesehatan (Health Promotion)

Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi,

kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, higiene perorangan, dan sebagainya.

b. Perlindungan Khusus (Specifik Protection)

Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini

pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama di negara-negara berkembang. Hal

ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai cara

perlindungan terhadap penyakit pada orang dewasa maupun pada anak-anaknya masih

rendah.

c. Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)

Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan

dan penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di dalam

masyarakat. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan

diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh

pelayanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sangat

diperlukan pada tahap ini.

3

Page 4: Panduan Informasi Dan Edukasi New

d. Pembatasan Cacat (Disability Limitation)

Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan

penyakit, seringkali mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya

sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan

yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat

mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki

ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu pendidikan kesehatan juga

diperlukan pada tahap ini.

e. Rehabilitasi (rehabilitation)

Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi

cacat.Untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan-latihan

tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak atau

segan melakukan latihan-latihan yang dianjurkan. Di samping itu orang yang cacat

setelah sembuh dari penyakit, kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat.

Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota

masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan

saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehatan kepada

masyarakat.

Rumah Sakit dalam memberikan materi dan proses edukasi pada pasien dan

keluarga minimal berupa topik sebagai berikut :

1. Penggunaan obat - obatan yang didapat pasien secara efektif & aman, termasuk

potensi efek samping obat.

2. Penggunaan peralatan medis secara efektif & aman.

3. Potensi interaksi antara obat yang diresepkan dengan obat lainnya, serta makanan.

4. Diet dan nutrisi.

5. Manajemen nyeri dan teknik rehabilitasi

4

Page 5: Panduan Informasi Dan Edukasi New

BAB III

TATA LAKSANA

Dalam memberikan pelayanan informasi dan edukasi pada sasaran (pasien, keluarga,

pengunjung, dll) harus menggunakan komunikasi yang efektif agar tepat, akurat, jelas, dan

mudah dipahami oleh sasaran, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan

(kesalahpahaman). Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (pelayanan

promosi)

1. Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah :

a. Jam pelayanan

b. Pelayanan yang tersedia

c. Cara mendapatkan pelayanan

d. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika

e. kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit

f. Pasien dan kelurganya diberikan informasi pada waktu admisi

g. Penjelasan meliputi informasi tentang pelayanan yang diharapkan

h. Penjelasan meliputi informasi tentang hasil pelayanan yang diharapkan

i. Penjelasan meliputi informasi tentang perkiraan biaya kepada pasien dan keluarganya

j. Penjelasan cukup bagi pasien dan kelurganya untuk membuat keputusan yang benar

Akses informasi ini dapat diperoleh melalui Customer Service, Admission, dan Website.

2. Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) :

a. Edukasi tentang obat

b. Edukasi tentang penyakit

c. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari

d. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan kualitas

hidupnya pasca dari rumah sakit

e. Edukasi tentang Gizi

Akses untuk mendapatkan materi edukasi melalui unit PKRS (Promosi Kesehatan

Rumah Sakit). Pemberian edukasi dan informasi diberikan oleh semua petugas yang ada

di Rumah Sakit baik petugas medis maupun non medis. Edukasi dapat diberikan kepada

siapa saja yang berada di lingkungan Rumah Sakit maupun di luar Rumah Sakit, misalnya

pelanggan intern ( petugas Rumah Sakit dan keluarga) dan pelanggan ekstern (pasien,

pengunjung, keluarga, pedagang, masyarakat).

Dalam pemberian materi atau pesan yang akan diberikan kepada sasaran harus

disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan pasien keluarga dan masyarakat, sehingga dapat

dirasakan langsung manfaatnya. Sebelum melakukan edukasi, langkah awal petugas

harus menilai kebutuhan edukasi pasien dan keluarga (asesmen) berdasarkan: (data ini

didapatkan dari RM)

5

Page 6: Panduan Informasi Dan Edukasi New

1. Identitas dasar pasien

2. Kemampuan berbicara

3. Perlu penerjemah atau tidak

4. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga

5. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan

6. Hambatan emosional dan motivasi (emosional: depresi, senang dan marah)

7. Keterbatasan fisik dan kognitif

8. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi

Secara ringkas ada 6 (enam) hal yang penting cara penyampaian informasi dan edukasi

agar efektif dalam berkomunikasi dengan pasien, yaitu:

1. Materi informasi apa yang disampaikan

a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak nyaman/sakit

saat pemeriksaan)

b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis

c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis,

termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek samping/komplikasi Hasil dan

interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis

d. Prognosis

e. Dukungan (support) yang tersedia

2. Siapa yang diberi informasi

a. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan

b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien

c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan bertanggung jawab

atas pasien jika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri

secara langsung

3. Kapan menyampaikan informasi

Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan

4. Di mana menyampaikannya

a. Ruang praktik dokter

b. Bangsal/ruangan tempat pasien dirawat

c. Ruang diskusi

5. Bagaimana menyampaikannya

a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui

telepon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos,

faksimile, sms, internet

b. Persiapan meliputi:

6

Page 7: Panduan Informasi Dan Edukasi New

1) Materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis, prognosis

sudah disepakati oleh tim)

2) Ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang lalu

lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon

3) Waktu yang cukup

4) Media yang digunakan, seperti leaflet, lembar balik, dll

c. Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang

hal yang akan dibicarakan, informasi yang diinginkan dan amati kesiapan

pasien/keluarga menerima informasi yang akan diberikan

Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi, yaitu

SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition, Depkes RI, 1999).

S = Salam

A = Ajak Bicara

J = Jelaskan

I = Ingatkan

Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut :

Salam:

Beri salam dan sapa, tunjukkan bahwa petugas kesehatan bersedia meluangkan waktu

untuk berbicara dengan pasien/keluarga

Ajak Bicara:

Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar

pasien/keluarga mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa

petugas kesehatan menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti

perasaannya. Petugas kesehatan dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup

dalam usaha menggali informasi.

Jelaskan:

Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya,

dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan

persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas.

Ingatkan:

Pemberian informasi dan edukasi yang dilakukan bersama pasien mungkin memasukkan

berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir

percakapan, ingatkan pasien/keluarga untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi

yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun

klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang

kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting. Pendukung dalam pelaksanaan pemberian

materi edukasi dengan menggunakan 2 metoda, yaitu secara langsung (tanya jawab, seminar,

7

Page 8: Panduan Informasi Dan Edukasi New

ceramah, demonstrasi) dan tidak langsung (leaflet, lembar balik, pemasangan poster, papan

pengumuman, media elektronik, majalah, dll). Metode yang diberikan untuk pasien rawat inap

dapat menggunakan teknik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan

teknik tanya jawab, ceramah, demonstrasi, dan pemberian leaflet. Sedangkan pemberian

edukasi dan informasi untuk pasien rawat jalan dapat melalui tatap muka, pemberian leaflet,

pemasangan poster, papan pengumuman, dan media elektronik.

Dengan diberikannya informasi dan edukasi kepada sasaran diharapkan komunikasi yang

disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Pada tahap selanjutnya diperlukan

proses verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi yang

diberikan. Pemahaman yang ditunjukkan oleh pasien dan atau keluarga dapat diwujudkan

dalam bentuk :

1. Mengulangi materi yang diberikan

2. Mendemonstrasikan/memperagakan ketrampilan yang diajarkan

3. Mampu menunjukkan perubahan perilaku sesuai yang diajarkan

4. Bila kesulitan dengan bahasa, pasien dapat menggunakan bahasa isyarat atau dengan

melibatkan keluarganya.

Berikut ini contoh petugas kesehatan melakukan verifikasi tentang edukasi dan

informasi kepada pasien dan keluarga :

1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien baik

dan senang, maka verifikasi yang dilakukan dengan menanyakan kembali edukasi yang

telah diberikan. Pertanyaannya adalah: “ Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-

kira apa yangbpk/ibu bisa pelajari ?”.

2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya mengalami

hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan

yang sama: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa

pelajari ?”.

3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan

emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali

sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami. Proses

pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.

Setiap petugas kesehatan dalam memberikan informasi dan edukasi kepada pasien

wajib untuk mengisi formulir edukasi dan informsi, dan ditandatangani kedua belah pihak

antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien

dan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang benar.

8

Page 9: Panduan Informasi Dan Edukasi New

BAB IV

DOKUMENTASI

A. Pengertian

9

Page 10: Panduan Informasi Dan Edukasi New

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan

komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh perawat dalam melakukan

asuhan keperawatan dan berguna untuk kepentingan klien, tim kesehatan, serta kalangan

perawat sendiri (A. Aziz Alimul). Dokumentasi dalam Bahasa Inggris berarti satu atau

lebih lembar kertas resmi dengan tulisan diatasnya. Dokumentasi berasal dari kata

dokumen yang berarti bahan pustaka, baik berbentuk tulisan maupun berbentuk rekaman

lainnya seperti pita suara/kaset, video, film, gambar dan foto (Suyono trimo 1987, hal 7).

Pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga perlu didokumentasikan oleh

tim kesehatan yang telah memberikan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan pasien.

B. Tujuan

Tujuan dari kegiatan pendokumentasian asuhan, antara lain sebagai sarana

komunikasi. Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna

untuk membantu koordinasi asuhan yang diberikan oleh tim kesehatan, mencegah

informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau mencegah

tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan

meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan pada pasien. Dokumentasi asuhan pada

pasien dibuat untuk menunjang tertibnya administrasi dalam rangka upaya peningkatan

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

C. Dokumentasi Pelaksanaan Pemberian Informasi dan Edukasi di Rumah Sakit

Sebelum memberikan edukasi pada pasien/keluarga, penilaian kebutuhan edukasi

harus dikaji terlebih dahulu oleh Dokter dan petugas kesehatan lainnya. Kebutuhan edukasi

masing-masing pasien tidaklah sama, tergantung dengan kondisi pasien saat itu. Kebutuhan

edukasi pasien meliputi :

1. Tindakan pencegahan

2. Intervensi diit

3. Peralatan khusus

4. Pencegahan resiko jatuh

5. Manajemen nyeri

6. Penyakit

7. Pengobatan

8. Transfuse darah

9. Vaksinasi

10. Pelayanan rohani, dll yang tertuang di form penilaian edukasi.

Setelah kebutuhan edukasi dikaji, selanjutnya menuliskan tujuan diberikan edukasi

tersebut, kemampuan belajar, kesiapan belajar, hambatan dan intervensi mengatasi

10

Page 11: Panduan Informasi Dan Edukasi New

hambatan, metode pembelajaran, dan hasil yang dicapai. Cara pendokumentasian untuk

form penilaian edukasi hanya dengan menuliskan angka yang tertera di dalam kolom form

RM 2A.7 (terlampir). Form penilaian edukasi ini wajib diisi oleh Dokter Jaga atau Dokter

PenanggungJawab Pasien (DPJP) saat menjelaskan penyakit dan disertakan tandatangan,

nama terang. Form pemberian informasi dan edukasi di RM 2A.8 (terlampir) diisi oleh

semua petugas kesehatan yang melakukan asuhan pada pasien. Materi yang diberikan dapat

ditulis di kolom materi edukasi dengan menjabarkannya. Apabila materi tersebut di

bukukan atau bentuk leaflet dapat menuliskan kode buku atau leaflet tersebut di kolom

materi edukasi dengan dibubuhkan tandatangan pemberi edukasi (petugas kesehatan) dan

penerima edukasi (pasien /keluarga). Sedangkan untuk pemberian informasi dan edukasi di

Rawat Jalan hanya menuliskan apa yang telah disampaikan di kolom edukasi.

D. Dokumentasi Pelaksanaan Pemberian Informasi dan Edukasi di Luar Rumah Sakit

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Petugas PKRS terkait pemberian informasi dan edukasi

di luar Rumah Sakit merupakan salah satu program untuk meningkatkan pengetahuan,

kemampuan, kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap pemeliharaan kesehatan.

Jenis kegiatan yang rutin dilaksanakan Rumah Sakit seperti Posyandu dan pendidikan

kesehatan di Daerah Binaan, pendidikan kesehatan di sekolah, siaran radio/televisi yang

sudah bekerjasama dengan Rumah Sakit. Semua kegiatan harus terdokumentasikan dalam

bentuk laporan kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR I

11

Page 12: Panduan Informasi Dan Edukasi New

KATA SAMBUTAN ii

DAFTAR ISI iii

BAB I. DEFINISI 1

A. Informasi 1

B. Edukasi 1

BAB II. RUANG LINGKUP 3

BAB III. TATA LAKSANA 5

BAB IV. DOKUMENTASI 9

A. Pengertian 9

B. Tujuan 9

C. Dokumentasi Pemberian Informasi dan Edukasi di Rumah sakit 10

D. Dokumentasi Pemberian Informasi dan Edukasi di luar Rumah Sakit 10

12