Pandangan PH MPK terhadap implementasi kurikulum 2013

8
1 PANDANGAN DAN REKOMENDASI PENGURUS HARIAN MPK BERKENAAN DENGAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM Disebutkan pada Pasal 2 peraturan ini, bahwa implementasi kurikulum pada SD, SMP, SMA, dan SMK menggunakan pedoman implementasi kurikulum yang mencakup: a) Pedoman Penyusunan dan Pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; b) Pedoman Pengembangan Muatan Lokal; c) Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler; d) Pedoman Umum Pembelajaran; dan e) Pedoman Evaluasi Kurikulum. Dalam rangka memberikan pandangan dan rekomendasi terkait dengan Implentasi Kurikulum 2013, PH-MPK merasa perlu terlebih dahulu menyoroti beberapa hal pokok dalam peraturan ini, sebagaimana dipaparkan dalam Pedoman Penyusunan dan Pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Pedoman Umum Pembelajaran. PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Pedoman ini mengutip dan mengacu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat (2) yang menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan (baca: SEKOLAH), potensi daerah, dan peserta didik. Dengan mengemban amanat undang-undang tersebut pedoman ini menegaskan bahwa: 1. Kurikulum dikembangkan secara berdiversifikasi dengan maksud agar memungkinkan penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah serta peserta didik; 2. Kurikulum dikembangkan dan dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan. Kurikulum operasional yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan diwujudkan dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan sekolah/madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya sekolah/madrasah dan/atau kelompok sekolah/madrasah yang diselenggarakan sebelum tahun pelajaran baru. Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi: perumusan visi dan misi berdasarkan analisis konteks dengan tetap mempertimbangkan keunggulan dan kebutuhan nasional dan daerah; penyiapan dan penyusunan draf; riviu, revisi, dan finalisasi; pemantapan dan penilaian; serta pengesahan. Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan diselenggarakan oleh tim pengembang kurikulum sekolah.

description

 

Transcript of Pandangan PH MPK terhadap implementasi kurikulum 2013

Page 1: Pandangan PH MPK  terhadap implementasi kurikulum 2013

1

PANDANGAN DAN REKOMENDASI PENGURUS HARIAN MPK BERKENAAN DENGAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI NOMOR 81A TAHUN 2013

TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM

Disebutkan pada Pasal 2 peraturan ini, bahwa implementasi kurikulum pada SD, SMP, SMA, dan SMK menggunakan pedoman implementasi kurikulum yang mencakup:

a) Pedoman Penyusunan dan Pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; b) Pedoman Pengembangan Muatan Lokal; c) Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler; d) Pedoman Umum Pembelajaran; dan e) Pedoman Evaluasi Kurikulum.

Dalam rangka memberikan pandangan dan rekomendasi terkait dengan Implentasi Kurikulum 2013, PH-MPK merasa perlu terlebih dahulu menyoroti beberapa hal pokok dalam peraturan ini, sebagaimana dipaparkan dalam Pedoman Penyusunan dan Pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Pedoman Umum Pembelajaran.

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Pedoman ini mengutip dan mengacu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat (2) yang menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan (baca: SEKOLAH), potensi daerah, dan peserta didik. Dengan mengemban amanat undang-undang tersebut pedoman ini menegaskan bahwa:

1. Kurikulum dikembangkan secara berdiversifikasi dengan maksud agar memungkinkan penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah serta peserta didik;

2. Kurikulum dikembangkan dan dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan. Kurikulum

operasional yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan diwujudkan dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan sekolah/madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya sekolah/madrasah dan/atau kelompok sekolah/madrasah yang diselenggarakan sebelum tahun pelajaran baru. Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi: perumusan visi dan misi berdasarkan analisis konteks dengan tetap mempertimbangkan keunggulan dan kebutuhan nasional dan daerah; penyiapan dan penyusunan draf; riviu, revisi, dan finalisasi; pemantapan dan penilaian; serta pengesahan. Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan diselenggarakan oleh tim pengembang kurikulum sekolah.

Page 2: Pandangan PH MPK  terhadap implementasi kurikulum 2013

2

Dalam menyusun KTSP perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Peningkatan Iman, Takwa, dan Akhlak Mulia 2. Kebutuhan Kompetensi Masa Depan 3. Peningkatan Potensi, Kecerdasan, dan Minat sesuai dengan Tingkat Perkembangan dan

Kemampuan Peserta Didik 4. Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah dan Lingkungan 5. Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional. 6. Tuntutan Dunia Kerja. 7. Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni. 8. Agama. 9. Dinamika Perkembangan Global. 10. Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan. 11. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat. 12. Kesetaraan Jender. 13. Karakteristik Satuan Pendidikan Tim penyusun KTSP pada SD, SMP, SMA dan SMK terdiri atas: guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Dalam kegiatan penyusunan KTSP, tim penyusun melibatkan komite sekolah, nara sumber, dan pihak lain yang terkait. Koordinasi dan supervisi dilakukan oleh dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan tingkat kabupaten/kota untuk SD dan SMP dan dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan di tingkat provinsi untuk SMA dan SMK. Muatan KTSP terdiri atas muatan kurikulum pada tingkat nasional, muatan kurikulum pada tingkat daerah, dan muatan kekhasan satuan pendidikan. Muatan kurikulum pada tingkat nasional yang dimuat dalam KTSP adalah sebagaimana yang diatur dengan mengacu pada Permendikbud No. 67, 68, 69, 70 tahun 2013, masing-masing secara berurutan, tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD, SMP, SMA, dan SMK. Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah provinsi ditetapkan dengan peraturan gubernur. Begitu pula halnya, apabila muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah kabupaten/kota ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota. Sedangkan muatan kekhasan satuan pendidikan berupa bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal serta program kegiatan yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik. Beban belajar dalam KTSP diatur dalam bentuk sistem paket atau sistem kredit semester, masing-masing terdiri atas pembelajaran tatap muka, penguasan terstruktur, dan kegiatan belajar man diri. KTSP dikelola berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

2. Beragam dan terpadu. 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. 5. Menyeluruh dan berkesinambungan. 6. Belajar sepanjang hayat. 7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Page 3: Pandangan PH MPK  terhadap implementasi kurikulum 2013

3

Pandangan dan Rekomendasi PH-MPK berkaitan dengan Pedoman Penyusunan dan Pengelolaan Kurikulum: 1. Kurikulum 2013 pada tataran operasional adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh sekolah dengan terutama memperhatikan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

2. Setiap unit sekolah seyogyanya menyiapkan dan membentuk Tim Penyusun KTSP yang terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota dengan melibatkan Pengurus Yayasan/Badan Penyelenggara Sekolah, unsur orangtua/wali murid, nara sumber, dan pemangku kepentingan lain yang terkait (Gereja dll).

3. Pengurus Yayasan/Badan Penyelenggara Sekolah dan Tim Penyusunan KTSP perlu mempelajari dengan sesama Permendikbu No. 81A/2013 tentang Implementasi Kurikulum beserta kelima lampirannya, termasuk pedoman implementasi kurikulum ini.

4. Berperan serta aktif dalam pelatihan-pelatihan implementasi kurikulum yang diselenggarakan Pemerintah dan secara kritis menanggapi setiap paparan dengan memperhatikan pedoman ini bagi kepentingan peserta didik yang dipercayakan Tuhan kepada kita.

5. Setiap unit sekolah seyogyanya tidak begitu saja mengikuti "contoh" implementasi kurikulum yang tersedia.

6. Pengurus MPK Wilayah hendaknya mengkoordinir kerjasama antar anggota di wilayah masing-masing agar dapat saling berbagi dan saling membantu dalam rangka mengupayakan implementasi kurikulum dapat terlaksana secara optimal, sesuai dengan potensi dan karakteristik setiap sekolah, dalam rangka menyiapkan generasi mendatang yang beriman dan berkarakter luhur serta mampu memberikan kontribusi terbaik bagi gereja (Tubuh Kristus), masyarakat, bangsa, dan warga dunia, sesuai dengan potensi dan talenta masing-masing.

PEDOMAN UMUM PEMBELAJARAN Pedoman ini dimaksudkan untuk:

1. memfasilitasi guru secara individual dan kelompok dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan melaksanakan pembelajaran dalam berbagai modus, strategi, dan model untuk muatan dan/atau mata pelajaran yang diampunya;

2. memfasilitasi satuan pendidikan dalam merintis atau melanjutkan pengelolaan kurikulum dengan menerapkan sistem kredit semester sebagai perwujudan konsep belajar tuntas sesuai dengan kesiapan masing-masing;

3. memfasilitasi guru secara individual atau kelompok dalam mengembangkan teknik dan instrumen penilaian hasil belajar dengan pendekatan otentik untuk muatan dan/atau mata pelajarannya; dan

Page 4: Pandangan PH MPK  terhadap implementasi kurikulum 2013

4

4. memfasilitasi satuan pendidikan dalam mewujudkan proses pendidikan sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minat sesuai karakteristik peserta didik dan dalam memfasilitasi peserta didik untuk memilih dan menetapkan program peminatan, serta memfasilitasi guru BK atau konselor sekolah untuk menangani dan membantu peserta didik yang secara individual mengalami masalah psikologis atau psikososial.

Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai berikut:

RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus

yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran.

RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

Mendorong partisipasi aktif peserta didik. Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar.

Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dalam RPP perlu dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian pembelajaran remedi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta didik.

Keterkaitan dan keterpaduan. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.

RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya.

Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup. Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja

Page 5: Pandangan PH MPK  terhadap implementasi kurikulum 2013

5

dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Kurikulum 2013 dilengkapi dengan: 1. Standar Kompetensi Lulusan untuk setiap jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah

(SD, SMP, SMA/SMK) sebagaimana ditetapkan dalam Permendikbud No.54/2013. 2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sebagaimana ditetapkan dalam Permendibud

No. 67, 68, 69, 70 tahun 2013, masing-masing tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD, SMP, SMA, SMK.

Kompetensi Inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut: 1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; 2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; 3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan 4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Kompetensi Dasar (KD) dirumuskan untuk menjabarkan Kompetensi Inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut: 1. kelompok 1: kelompok KD sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1; 2. kelompok 2: kelompok KD sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2; 3. kelompok 3: kelompok KD pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3; dan 4. kelompok 4: kelompok KD keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4. Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD (Kompetensi Dasar) yang dikembangkan dari KI (Kompetensi Inti)-3 dan KI (Kompetensi Inti)-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2.

Page 6: Pandangan PH MPK  terhadap implementasi kurikulum 2013

6

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD. Proses pembelajaran terdiri atas kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan lima pengalaman belajar pokok (khususnya pada kegiatan inti) yaitu: (a) mengamati; (b) menanya; (c) mengumpulkan informasi; (d) mengasosiasi; dan mengkomunikasikan. Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran peserta didik didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian portofolio merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Penilaian setiap mata pelajaran meliputi kompetensi pengetahuan, kompetensi keterampilan, dan kompetensi sikap. Kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan menggunakan skala 1–4 (kelipatan 0.33), sedangkan kompetensi sikap menggunakan skala Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K), yang dapat dikonversi ke dalam Predikat A - D Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang peserta didik dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai ≥ 2.66 dari hasil tes formatif. Peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 2.66 diberikan remedial individual atau remedial kelas (bila jumlah peserta didik dengan nilai kurang dari 2,66 lebih dari 75%) sesuai dengan kebutuhan. Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, ketuntasan seorang peserta didik dilakukan dengan memperhatikan aspek sikap pada KI-1 dan KI-2 untuk seluruh matapelajaran, yakni jika profil sikap peserta didik secara umum berada pada kategori baik (B) menurut standar yang ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan. Sebagai pembelajaran tematik terpadu, angka jumlah jam pelajaran per minggu untuk tiap matapelajaran adalah relatif. Guru dapat menyesuaikannya sesuai kebutuhan peserta didik dalam pencapaian kom,petensi yang diharapkan.

Pandangan dan Rekomendasi PH-MPK berkaitan dengan Pedoman Umum Pembelajaran: 1. Semua guru yang bertugas di sekolah-sekolah dalam naungan Badan Penyelenggara

Sekolah anggota MPK perlu dilatih dan dipastikan memiliki kemampuan menyusun, mengevaluasi, dan memperbaiki secara berkelanjutan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang benar-benar sesuai dengan karakteristik sekolah bagi kepentingan para peserta didik yang dipercayakan Tuhan, agar mereka secara aktif dapat mengembangkan semua potensi dan talenta, yang Tuhan anugerahkan kepada mereka masing-masing, secara optimal. Terlepas dari upaya

Page 7: Pandangan PH MPK  terhadap implementasi kurikulum 2013

7

mendorong agar peserta didik menjadi pembelajar yang aktif, penggunaan istilah “berpusat pada peserta didik” atau student-centred hendaknya disikapi dengan kehati-hatian, karena Pendidikan Kristen berpusat kepada Tuhan, bukan pada yang lain. Istilah yang lebih tepat adalah berorientasi pada kebutuhan siswa.

2. Di samping itu semua guru tersebut perlu secara bertahap dibekali dengan kemampuan mendesain pengalaman belajar bagi anak didik mereka, merancang dan melaksanakan asesmen serta mampu menjalankan peran sebagai fasilitator dan mentor belajar (bukan menjadi satu-satunya nara sumber yang mungkin selama ini dilakukan dalam proses pembelajaran).

3. Pengurus yayasan (badan penyelenggara) anggota MPK bersama kepala sekolah hendaknya berupaya secara maksimal agar pembuatan RPP tidak hanya sekedar “copy & paste” dari “contoh” yang tersedia.

RPP harus dirancang dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Mengidentifikasi hasil belajar dan dampaknya (output & outcome) dengan mempelajari secara seksama KI dan KD serta merumuskan tujuan pembelajaran dan indikator sesuai dengan karakteristik sekolah, peserta didik, dan lingkungannya. b) Menetapkan bukti capaiannya (asesmen formatif dan sumatif) c) Merancang pengalaman belajar yang menyenangkan dan mampu mendorong anak didik agar dapat menjadi pembelajar aktif dan sepanjang hayat. (Referensi: http://cft.vanderbilt.edu/guides-sub-pages/understanding-by-design/) 4. Tim Penyusun Kurikulum Sekolah dan para guru perlu memperhatikan mengantisipasi

dengan baik adanya KI-1 (sikap spritual) dan KI-2 (sikap sosial) beserta KD masing-masing sebagai jabarannya pada setiap jenjang dan mata pelajaran. Perlu diperhatikan, bahwa pengembangan sikap spiritual dan sosial tidak sama dengan pengetahuan tentang sikap spiritual dan sosial, walaupun pengetahuan (pada proses pembelajaran langsung) diperlukan untuk menuntun ke arah pembentukan dan pengembangan sikap (yang seharusnya dibina melalui proses pembelajaran tidak langsung, baik di kelas ataupun di luar kelas, berlandaskan nilai-nilai Kristiani sebagaimana diajarkan dalam Alkitab. Dalam hal ini, yang terpenting adalah keteladanan guru dalam mengembangkan relasi pribadi dengan Tuhan yang telah menciptakan dan menebus hidupnya.

5. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif dalam proses pembelajaran perlu diupayakan oleh sekolah sesuai dengan situasi dan kondisi.

6. Pembelajaran tematik dan terpadu (integratif), baik di jenjang pendidikan dasar maupun menengah diperlukan agar anak didik terbiasa berfikir dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata yang pada umumnya bersifat kompleks serta memerlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan secara terintegrasi. Namun pelaksanaannya bersifat fleksibel (relatif) sesuai dengan kondisi sekolah serta perlu dirancang dengan seksama dan tidak mengorbankan penguasaan konsep-konsep mata pelajaran atau disiplin ilmu masing-masing.

7. Pada jenjang Sekolah Dasar (kelas 1, 2, dan 3) di mana IPA dan IPS terintegrasi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, para guru perlu menyikapinya dengan bijak sehingga pola pikir investigatif eksperensial anak didik tetap dapat berkembang hingga tingkat berfikir dalam ranah kognitif yang tertinggi.

8. Sekolah perlu memperhatikan dan mengupayakan setiap anak didiknya menguasai Keterampilan Abad XXI (lihat referensi: http://www.p21.org/our-work/p21-

Page 8: Pandangan PH MPK  terhadap implementasi kurikulum 2013

8

framework). 9. Ketuntasan belajar para peserta didik perlu dipikirkan dengan baik pencapaiannya

(bukan dengan sekedar memberikan “ujian ulangan”). Penerapan sistem SKS bisa mulai dipertimbangkan untuk mengakomodasi keperluan ini, khususnya pada jenjang pendidikan menengah.

10. PH-MPK sedang mengupayakan sebuah platform pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (e-learning), yang dapat diakses oleh para guru sekolah-sekolah di bawah naungan yayasan/badan penyelenggara sekolah anggota MPK, sebagai pelengkap pelatihan yang bersifat face-to-face agar guru dapat mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan sebagaimana diatur dalam Permendikbud No 35 tahun 2010 tentang Juknis Jabatan Fungsional Guru.

Jakarta, 3 April 2014

PENGURUS HARIAN MAJELIS PENDIDIKAN KRISTEN DI INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Umum, Ir. David J. Tjandra, M.A. Drs. Jopie J.A. Rory, S.H., M.H.