PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS...

76
PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN DALAM TRADISI ADAT JAWA DI DESA KEMPAS JAYA KECAMATAN SENYERANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT SKRIPSI Oleh SULIS SETIAWATI NIM: SPM 152150 PEMBIMBING Hermanto Harun.Lc.MHI,Ph.D Rasito. S.H.,M.Hum PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1440 H/2019 M

Transcript of PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS...

Page 1: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL

TINGKEBAN DALAM TRADISI ADAT JAWA DI DESA

KEMPAS JAYA KECAMATAN SENYERANG KABUPATEN

TANJUNG JABUNG BARAT

SKRIPSI

Oleh

SULIS SETIAWATI

NIM: SPM 152150

PEMBIMBING

Hermanto Harun.Lc.MHI,Ph.D

Rasito. S.H.,M.Hum

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

1440 H/2019 M

Page 2: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam
Page 3: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam
Page 4: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam
Page 5: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

MOTTO

٤٨ا فربكم أعلم بمن هو أهدى سبيل ۦيعمل علي شاكلته كل قل

Artinya: Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya (tabiat dan

pengaruh lingkungan) masing-masing". Maka Tuhan kamu lebih

mengetahui siapa-siapa yang lebih benar jalan-Nya.(Qs.Al-Isra‟ayat :84)1

1 Al- Isra‟, (15):84

Page 6: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini kepada ayahanda Romlan yang tercinta yang

senantiasa memberi dukungan baik dari segi materil maupun moril bekerja keras

dari pagi hingga sore demi kesuksesan anaknya dimasa depan. Dan ibunda

Sumiati yang tersayang telah membimbing dan mengasuhku dengan segala

ketabahan dan berkorban lahir dan bathin agar perjuangan ku ini berguna dimasa

depan.

Tak terlupa kepada kakakku edi suprianto, siti umayah, siswanto dan eko

purnomo yang telah membantu dan memberi semangat kepadaku demi

menyelesaikan skripsi ini.

Rekan-rekan dan teman-teman seperjuangan yang selalu dibelakangku untuk

mendukung dan tak lupa kepada kedua dosen pembimbing saya yang telah

membantu menyelsaikan skripsi ini.

Semoga jerih payah dan dukungan tersebut mendapat imbalan dari Allah SWT

Page 7: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

ABSTRAK

Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam Terhadap Ritual

Tingkeban Dalam Tradisi Adat Jawa di Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang

Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui pelaksanaan

ritual tingkeban (7 bulanan) di Desa Kempas Jaya, dan ingin megetahui

bagaimana pandangan Hukum Islam Terhadap Ritual Tingkeban (7 bulanan).

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Yuridis Antropologis. Dengan

menggunakan metode Kualitatif deskriptif. Berdasarkan penelitian yang

dilalakukan, diperoleh hasil dari penelitian sebagai berikut: Pelaksanaan

tingkeban(7 bulanan) kehamilan dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu

sedekahan, pembacaan ayat suci Al-Qur‟an, tahlilan, rujak‟an, siraman atau

mandi, ngrogoh cengkir, brojolan atau brobosan, membelah cengkir, pantes-

pantesan atau ganti busana, dan yang terakhir potong tumpeng. Pandangan

Hukum Islam terhadap pelaksanaan tradisi ritual tingkeban di Desa Kempas Jaya

Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat. dapat saja dilakukan

yang penting masyarakat tidak mengimani simbol-simbol yang terkait di dalam

tingkeban tersebut. Tingkeban juga merupakan perwujudan rasa syukur kepada

Allah SWT sehingga dengan adanya tingkeban ini masyarakat melakukan salah

satu perwujudan rasa syukurnya serta bersedekah kepada orang-orang. Selain itu

merupakan warisan dari budaya keagamaan nenek moyang. harapan yang

terkandung dalam prosesi tingkeban mampu dicapai dengan ibadah yang telah

ditetapkan dalam syariat. sedangkan membaca Ayat Suci Al-Qur an dan tahlilan

hukumnya Mubah dalam ritual tingkeban tersebut.

Kata Kunci: Ritual, Tingkeban, Tradisi Adat Jawa

Page 8: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufiq dan

hidayah-Nya maka penulis dapat meyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan

baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW

sang suri teladan umat, yang telah membawa umat-Nya kealam yang terang

benderang dengan cahaya iman, taqwa dan ilmu pengetahuan.

Perjalanan panjang disertai perjuangan yang melelahkan terasa begitu indah

untuk dikenang suka dukanya dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pandangan Hukum Islam Terhadap Ritual Tingkeban Dalam Tradisi Adat Jawa

di Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat”.

Untuk mendapat gelar sarjana hukum (S.H) Jurusan Perbandingan Madzhab,

Fakultas Syariah, UIN STS Jambi, akhirnya mencapai titik akhir dengan penuh

rasa syukur. Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui, tidak sedikit

hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data

maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,

terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas

penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang turut

membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama sekali kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi.

2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS

Jambi

Page 9: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc.,M.H.I.,Ph.D, selaku wakil Dekan I bidang

Akademik dan Kelembagaan, Ibu Dr. Rahmi Hidayati, M.H.I, selaku

wakil Dekan II bidang Keuangan dan Dr.Yuliatin, M.H.I., selaku wakil

Dekan III bidang Kemahasiswaan di lingkungan Fakultas Syariah UIN

STS Jambi.

4. Bapak Alhusni S.Ag.,M.H,I selaku Ketua Jurusan Perbandingan Mazhab,

Bapak Yudi Armansyah, S.Th.I.,M.Hum selaku Sekretaris Jurusan

Perbandingan Madzhab, Bapak Edi Kurniawan, S.Sy.,M.Phil selaku Staf

Akademik Jurusan Perbandingan Mazhab. Dan Bapak Elvi Alvian,

S.H.,M.H selaku staf pustaka jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas

Syariah UIN STS Jambi.

5. Bapak Hermanto harun.Lc., M.H.I, Ph.D dan Bapak Rasito S.H.M.Hum

selaku Dosen Pembimbing I dan II skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen, asisten dosen dan seluruh karyawan/karyawati

Fakultas Syariah UIN STS Jambi.

Disamping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada

Allah SWT kita memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita

memohon kemaafannya. Semoga amal kebaikan kita diterima oleh Allah

SWT.

Page 10: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ..................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii

MOTTO .......................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ........................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 6

C. Batasan Masalah................................................................. 7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................... 7

E. KerangkaTeori.................................................................... 8

F. Tinjauan Pustaka ................................................................ 16

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ........................................................ 20

B. Lokasi Penelitian ................................................................ 20

C. Jenis dan Sumber Data ....................................................... 21

D. Instrumen Pengumpulan Data ............................................ 22

E. Teknik Analisis Data .......................................................... 23

F. Sistematika Penulisan ........................................................ 24

G. Jadwal Penelitian ................................................................ 25

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI

A. Sejarah terbentuknya Desa Kempas Jaya ........................... 27

B. Letak Geografis Desa Kempas Jaya ................................... 28

C. Struktur Organisasi dan visi misi desa Kempas Jaya…. .... 29

D. Keadaan Penduduk Desa Kempas Jaya.……………….….31

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS PENELITIAN

A. Pelaksanaan Ritual Tingkeban Dalam Tradisi Adat Jawa

B. Di Desa Kempas Jaya......................................................... 37

C. Pandangan Hukum Islam Terhadap Ritual Tingkeban

D. dalam Tradisi Adat Jawa .................................................... 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 60

B. Saran ................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURICULUM VITAE

Page 11: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam sebagai (agama) wahyu dari Allah SWT yang berdimensi

rahmatan lil’alamin memberi pedoman hidup kepada manusia secara

menyeluruh menuju tercapainya kebahagiaan hidup rohani dan jasmani serta

untuk mengatur tata kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun

bermasyarakat. Sebaliknya, persepsi atau konsep hukum diluar Islam semata-

mata hanya menekankan pada sisi kehidupan bermasyarakat, sementara

aturan yang berkaitan dengan sisi kehidupan individu tidak dinamakan hukum

melainkan disebut norma, budipekerti atau susila.2

Islam sebagai agama yang paling sempurna keberadaanya di

dalamnya memuat tata aturan yang lengkap, kesempurnaan agama Islam

seperti tercantum pada Al-qur‟an surat Al-maidah ayat 3:

م دينا فمن سل ل ميوم ٱكلت مك دينك وٱثممت ػليك هؼمت ورضيت مك ٱ

ضطر ف مخمصة غي ٱ

ٱ

حيم غفور ر لل ن ٱ

ث فا

٣متجاهف ل

Artinya: pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan

telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhoi

Islam itu jadi agama bagimu3.

2Mardani, Hukum Islam pengantar ilmu hukum islam di Indonesia, (Yogyakarta: pustaka

pelajar 2010), hllm. 225 3AL-Maidah, (05):3

Page 12: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

Tata aturan yang dihantarkan oleh agama Islam meliputi seluruh

kehidupan, baik yang berhubungan dengan jasmani maupun rohani,

politik, sosial budaya, pekerjaan, sandang pangan dan sebagainya.

Islam hadir kealam dunia ini yang di bawa oleh Nabi dan Rasul

Allah, demikian pula dengan kedatangan Nabi Muhammad SAW, adalah

untuk mengembalikan manusia dari kegelapan kepada cahaya kebenaran,

dan memang Islam dengan kehadirannya menggantikan tata aturan yang

dibuat oleh manusia yang bertentangan dengan wahyu Allah, baik yang

berkenaan dengan aqidah, Syari‟ah, ibadah, dan akhlakul karimah.

Dengan kesucian dan kebenaran Al-Qur‟an dan Al-Hadits maka

inilah pedoman orang yang mengimaninya bukan yang lain, hal ini seperti

yang terungkap dalam firman Allah

ا فبم ميو صنو وفضل ويديم ا ة م يدخليم ف رح غتصموا توۦ فس

وٱ لل

ين ءامنوا تب ل

تلا ٱ س طاا مس

Artinya:Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang

teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan

mereka kedalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan

limpahkan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan

yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.4

ة ي يح ، غن غلبة جن ػامر ، كال : ذنرت امط ند ص فلال ولأب داود ثس ػليو وسل صل الل غند امنب

يم ل يبت بمح ذا رٱى ٱحدك ما يكره فليلل انلنا امفبل ول تردس مسلما فا ل ٱهت ول يدفع ٱحس

نات ا س

ل ٱهت ول ئات ا ي ل تم امس

ة ا حول ول كو

4An-Nissa‟(4):175

Page 13: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

“Imam Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari sahabat

„Uqbah bin „Amir Radhiyallahu anhu, ia berkata: “seseorang menyebut

dihadapan Rasulullah tentang mempercayai gerak-gerik burung, beliau pun

menyanggah; yang terbaik ialah bersikap optimis, jangan sampai hal itu

mengembalikan seseorang muslim dari tujuannya; jika salah seorang dari

kalian melihat sesuatu yang tidak ia senangi, maka hendaklah ia berkata:

“Ya Allah tiada yang mampu mendatangkan kebaikan kecuali engkau, dan

tiada yang mampu menolak kejelekkan kecuali Engkau, tiada daya dan

upaya kecuali dengan (pertolongan) Engkau”.5

ة غن حاجتو ف ي ثو امط : من رد ػليو وسل ر كال كال رسول الله صل الل ك لد ٱ غن اجن ع ش

ك ول خ ل طاييم ل طاي ا ما نفارة ذل كال ٱن يلول ٱحده انل ك ول كاموا ي رسول الل ل خي

ي ا

ك )رواه ٱحد، وصحو الأمحاني ف ل غي )اصلاح المساجد“ا

Dari sahabat Ibnu Umar Radiyallahu anhu, ia berkata: telah bersabda

Rasulullah SAW: “Barang siapa yang dikembalikan ath-thiyarah dari

keperluannya, maka ia telah berbuat syirik” para sahabat bertanya: “ apa

kafarah untuk itu ya Rasulullah? Rasulullah menjawab “Dia mengucapkan,

“Ya Allah tiada ketentuan nasib kecuali Engkau. Tiada tuhan yang berhak

disembah kecuali Engkau” (HR Imam Ahmad, dan di shahihkan oleh al-

abani 116).6

Menanggapi makna dan tujuan daripada maksud ayat dan hadits

tersebut maka bagaimana dengan adat Tingkeban di Desa Kempas Jaya

Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung barat.Dalam prakteknya

adat ada yang bersifat hukum dan ada juga yang bersifat kebiasaan yang

baik, adat yang diperadatkan yang dibuat atas persetujuan bersama, ada

upacara seremonial yang mengandung makna sakral.

Dewasa ini banyak orang Islam yang masih melaksanakan upacara

selamatan yang merupakan peninggalan nenek moyang yang

5 KH. Masyhur, Terjemah Bulughul Maram, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992)

6 Ibid

Page 14: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

dilatarbelakangi oleh ajaran-ajaran non Islam. Tradisi yang sudah menjadi

budaya masyarakat itu sulit untuk dihilangkan, terutama dalam masyarakat

jawa. Bagi orang jawa, hidup ini penuh dengan upacara, baik upacara-

upacara yang berkaitan dengan lingkaran hidup manusia sejak dari

keberadaannya dalam perut ibu, lahir, kanak-kanak, remaja, dewasa

sampai dengan saat kematian.Salah satu tradisi ritual dalam adat Jawa

yaitu tingkeban atau mithoni yang termasuk dalam peristiwa kelahiran.

Dan tradisi tingkeban yang hidup dan bertahan pada masyarakat yang

beragama Islam dan seolah-olah adat ini seakan adat yang wajib

dilaksanakan, mereka beranggapan sudah merupakan bagian yang pokok

untuk suatu pencapaian keselamatan dan ketentraman.7

Seperti hasil

wawancara yang dilakukan dengan Ibu Tumini salah satu Dukun beranak

di Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung

Barat.

Istilah tingkeban adalah upacara yang diadakan oleh wanita yang

hamil pertama kali ketika janin atau kandungannya genap berusia

tujuh bulan. Dalam penyelenggaraan ritual ini ada beberapa rangkaian

yang harus dilaksanakan diantaranya siraman atau mandi dan

slametan.Dalam slametan banyak dijumpai adanya sajen-sajen yang

mempunyai makna dan simbol yang terkandung didalamnya dan ritual

tersebut sarana yang disajikan dalam selamatan di buat masing masing

sebanyak tujuh buah. Menurut tradisi Jawa, upacara tingkeban

dilaksanakan pada tanggal 7, 17 dan 27 sebelum bulan purnama pada

penanggalan Jawa, dilaksanakan di kiri atau kanan rumah menghadap

kearah matahari terbit. Yang memandikan jumlahnya juga ganjil

misalnya 5,7atau 9 orang. Setelah disiram, dipakaikan kain atau jarik

sampai tujuh kali, yang terakhir atau ketujuh yang dianggap paling

pantas dikenakan. Diikuti oleh acara pemotongan tumpeng tujuh yang

diawali dengan doa kemudian makan rujak, dan seterusnya. Hakikat

7 Rini Iswari dkk, Pengkajian dan penulisan Upcara Tradisonal di Kabupaten Cilacap,

Dinas pendidikan dan Kebudayaan , (Semarang, 2006, hlm 69.

Page 15: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

dasar dari semua tradisi Jawa adalah suatu ungkapan syukur dan

permohonan kepada Yang Maha Kuasa untuk keselamatan dan

kenteraman, namun diungkapkan dalam bentuk lambang-lambang

yang masing-masing mempunyai makna. Dan apabila ia melanggar,

maka masyarakat sekitar akan segera merespon negatif terhadap hal

tersebut.8

Adapun ritual tingkeban yang setiap daerah maupun kelompok bisa

berbeda, hal ini dikarenakan intensitas pengaruh budaya luar antara daerah

yang satu dengan daerah yang lain berbeda.Pelaksanaan ritual tingkeban

dalam suatu daerah atau kelompok masyarakat, ada yang berdasarkan

nilai-nilai ajaran Islam tetapi kebiasaan terhadap penyelenggaraan ritual

tingkeban itu tidak berdasarkan pada ketentuan ajaran Islam.Selamatan

kehamilan, seperti 3 bulanan atau 7 bulanan, tidak ada dalam ajaran

Islam.Itu termasuk perkara baru dalam agama, dan semua perkara baru

dalam agama adalah bid‟ah, dan semua bid‟ah merupakan kesesatan.

Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:

ك و ين ك محدثة تدػة وك تدػة ضلال وا

محدثت الأمور فا

“Jauhilah semua perkara baru (dalam agama), karena semua perkara baru

(dalam agama) adalah bid‟ah, dan semua bid‟ah merupakan kesesatan.” (HR

Abu Dawud, no. 4607; Tirmidzi, 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari

Al „Irbadh bin Sariyah)

Adanya tradisi atau kebiasan yang didalamnya masih mengandung

makna yang percaya terhadap hal-hal yang berbau religius magis, akan

tetapi pelaku tradisi tersebut adalah seorang muslim yang berpedoman

pada Al-Qur‟an dan hadits sehingga peneliti menganggap hal ini yang

8 Wawancara dengan Ibu Tumini (Dukun beranak). 10 Desember 2018

Page 16: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

penting untuk di pahami. Demikian halnya yang terjadi di Desa Kempas

Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah

menarik untuk diteliti. Masyarakat Jawa secara turun temurun berpegang

teguh kepada adat dan budaya Jawa.Hal ini tidak lepas dari pengaruh adat

dan budaya Jawa yang telah ada sejak dulu.Ritual tingkeban merupakan

suatu tradisi yang selalu dilakukan oleh masyarakat Jawa dalam

mendo‟akan keselamatan calon bayi dan ibunya.9

Berdasarkan uraian diatas maka timbul suatu keinginan untuk

mengadakan suatu penelitian guna mengetahui Hukum dan tujuan tradisi

ritual tingkeban yang telah mentradisi di kalangan masyarakat Jawa.Oleh

karena itu dalam penelitian ini peneliti mengambil judul“Pandangan

Hukum Islam Terhadap Ritual Tingkeban Dalam Tradisi Adat Jawa di

Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung

Barat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan ritual tingkeban dalam tradisi adat jawa di Desa

Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat?

2. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap ritual tingkeban dalam

tradisi adat jawa di Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten

Tanjung Jabung Barat?

9 Rini Iswari dkk, Pengkajian dan penulisan Upcara Tradisonal di Kabupaten Cilacap,

Dinas pendidikan dan Kebudayaan , (Semarang, 2006, hlm 69.

Page 17: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

C. Batasan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan serta tidak menyalahi sistematika

penulisan karya ilmiah sehingga membawa hasil yang diharapkan,maka

penulis merasa perlu membatasi masalah yang akan di bahas dalam skripsi

ini,yang mana penulis membatasi hanya pada masalah pandangan Hukum

Islam terhadap Ritual tingkeban dalam tradisi adat jawa di Desa Kempas Jaya

Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat) Tahun 2018-2019.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada hakikatnya mengungkapkan apa yang akan

dicapai oleh peneliti. Sedangkan tujuan dari penelitian ini sendiri adalah

sejumlah keadaan yang akan dicapai. Adapun tujuan penelitian yang hendak

dilakukan dalam rangka skripsi ini adalah:

a. Ingin mengetahui pelaksanaan ritual tingkeban dalam tradisi adat jawa

b. Ingin mengetahui pandangan Hukum Islam terhadap ritual tingkeban dalam

tradisi adat jawa

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara akademisi dapat menambah wawasan bagi penulis khusunya dan

kepada pembaca umumnya, dalam hal ini berkenaan dengan

pandanganhukum Islam terhadap tradisi ritual tingkeban di Desa

Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Page 18: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

b. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat melengkapi salah satu syarat

guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Pada Jurusan

Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah UIN STS Jambi dan tulisan ini

diharapkan bisa menambah perbendaharaan referensi kepustakaan di

Fakultas Syariah dan bagi mahasiswa yang mengkaji permasalahan

tentang pandangan hukum Islam terhadap ritual tingkeban dalam tradisi

adat jawa di Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten

Tanjung Jabung Barat

E. Kerangka Teori

1. Hukum Islam

Hukum Islam yang terdiri dari rangkaian kata “hukum” dan “Islam”

secara tegas tidak terdapat dalam Al-qur‟an. Kata hukum baik dalam bentuk

ma‟rifah maupun nakirah, disebutkan di 24 ayat dalam Al-qur‟an, namun

tidak satupun dari ayat-ayat tersebut yang mengungkapkan rangkaian kata

“hukum Islam”. Yang biasa digunakan adalah syariat Islam atau hukum

syar‟i.10

Amir Syarifuddin memberi pengertian hukum Islam adalah

“Seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasul tentang

tingkah lakumanusia mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban)

yang diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang beragama Islam.11

10

Badri Khaeruman, Hukum Islam dalam Perubahan Sosial, (Bandung: CV Pustaka Setia,

2010), hlm 5. 11

Baharuddin Ahmad dan Illy Yanti, Eksistensi dan Implementasi Hukum Islam di

Indonesia,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 5

Page 19: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

Dilihat dari segi objek dan pembahasannya, ruang lingkup hukum

Islam dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu ibadah dan

mu‟amalah. Yang termasuk kedalam ibadah, yaitu shalat, puasa, zakat dani

badah haji serta hal-hal yang berkaitan dengannya. Adapun yang termasuk

kedalam muamalah, yaitu munakahat (pernikahan), jual beli, segala macam

transaksi keuangan, jinayat („uqubat, hudud, hukumpidana), mawaris,

qada‟(peradilan), khilafahdan jihad.12

Dari sudut yang lain, hukum Islam sangat menghormati tradisi-tradisi

atau kebiasaan (adat) yang telah ada dalam masyarakat. Dalam hal ini, hukum

Islam melihat bentuk dan isi dari tradisi tersebut.Tidak semua tradisi itu di

terima oleh hukum Islam dan tidak pula sebaliknya.Hukum Islam memandang

suatu tradisi sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri.Jika tradisi itu sebagai

bagian dari masyarakat, tentunya ada nilai kebaikan dalam tradisi

tersebut.Walaupun demikian, dibutuhkan prinsip-prinsip dasar dalam

memandang tradisi masyarakat.Sebab disetiap masyarakat mempunyai tradisi

yang berbeda-beda.13

Tradisi yang hidup di suatu masyarakat akan berkembang menjadi

suatu kebiasaan atau adat di mana pada akhirnya adat tersebut akan

berkembang menjadi suatu hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat.

Dalam hukum Islam, istilah proses perwujudan tradisi menjadi suatu hukum

adalah berdasar kaidah ushul fiqh:

12

Badri Khaeruman, Hukum Islam dalam Perubahan Sosial, (Bandung: CV Pustaka Setia,

2010), hlm. 23-24.

13

Nasrun Harun, Ushul Fiqh I, (Jakarta: Logos, 1996), hlm. 138.

Page 20: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

العادة محكمت

Hukum Islam dalam menyikapi proses pembentukan suatu tradisi menjadi

adat yang pada akhirnya menjadi suatu hukum atau norma yang berlaku di

suatu masyarakat menjadi dua yakni menerima dan menolaknya. Hal tersebut

dikarenakan ada adat yang sesuai dengan kaidah hukum Islam dan ada pula

yang bertentangan dengan Hukum Islam.14

2. Hukum Adat

Pengertian Hukum adat, untuk mendapatkan gambaran apa yang

dimaksud denga Hukum adat, maka penulis telah menelaah beberapa pendapat

sebagai berikut

1. Prof.Mr.B.TerhaarBzn, hukum adat ialah keseluruhan peraturan yang

menjelma dalam keputusan-keputusan dari kepala-kepala adat dan berlaku

secara spontan dalam masyarakat.

2. Prof.Mr.Comelis Van Vollen, hukum adat ialah keseluruhan aturan tingkah

laku masyarakat yang berlaku dan mempunyai sanksi dn belum

dikodifikasikan.

3. Dr.Sukanto.,SH., hukum adat ialah kompleks adat-adat yang umunya tidak

dikitabkan, tidak dikodifikasikan dan bersifat paksaan, mempunyai sanksi

jadi mempunyai akibat hukum.

14

Badri Khaeruman, Hukum Islam dalam Perubahan Sosial, (Bandung: CV Pustaka

Setia, 2010), hlm .23-24

Page 21: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

4. Mr.J.H.P Bellefroit, hukum adat ialah sebagai peraturan-peraturan hidup

yang meskipun tidak diundangkan oleh penguasa, tetapi tetap dihormati dan

ditaati oleh rakyat dengan keyakinan bahwa peraturan-peraturan tersebut

berlaku sebagai hukum.

5. Prof.M.M. Djojo Digoeno, SH, hukum adat ialah hukum yang tidak

bersumber kepada peraturan-peraturan.

Jadi dengan melihat berbagai definisi-definisi tentang apa yang

dimaksud hukum adat, maka disini penulis simpulkan, bahwa yang

dinamakan hukum adat itu sendiri adalah hukum yang ditaati oleh

komunitas adat itu sendiri walau dalam prakteknya tidak dibukukan atau

dikodifikasikan secara langsung. Namun telah menjadi suatu hukum yang

mengikat dan mengatur segala tindak perbuatan daripada masyarakat adat

itu sendiri.

Dari batasan-batasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa terlihat unsur-unsur dari hukum adat, yaitu sebagai berikut:

1. Adanya tingkah laku yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat

2. Tingkah laku tersebut teratur dan sistematik

3. Tingkah laku tersebut mempunyai nilai sakral

4. Adanya keputusan kepala adat

5. Adanya sanksi atau akibat hukum apabila melanggar15

15

Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011)

hlm. 91-93.

Page 22: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

Hukum adat telah berlaku di Indonesia sejak dahulu jika dibandingkan

dengan sistem lain maka hukum adalah yang paling tertua. Hukum Islam baru

dikenal di Indonesia setelah agama Islam disebarkan ke Indonesia. Setelah

Islam datang ke Indonesia hukum Islam telah diakaui dan dilaksanakan oleh

para pemeluk agama Islam di nusantara ini. Hal ni dapat dilihat pada studi

para pujangga yang hidup pada masa itu mengenai hukum Islam dn

perannyadalam menyelasaikan perkara-perkara yang timbul dalam

masayarakat.pada dasarnya, hukum adat adalah hukum yang tidak tertulis ia

tumbuh, berkembang dan hilang sejalan dengan pertumbuhan dan

perkembangan masyarakat. Pada waktu ini sedang diadakan usaha-usaha

untuk mengangkat hukum adat menjadi hukum perundang-undangan dan

dengan begitu di ikhtiarkan memperoleh bentuk tertulis.16

Istilah adat berasal dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan atau

tingkah laku masayarakat yang terjadi begitu lama. Istilah hukum adat itu

sendiri muncul setelah adanya penelitian yang dilakukan oleh orang barat

yang tertarik akan adat istiadat yang beraneka ragam yang terjadi di Kempas

Jaya.

3. Ritual

Pengertian ritual Secara leksikal, ritual adalah “bentuk atau metode

tertentu dalam melakukan upacara keagamaan atau upacara penting atau

tatacara dalam bentuk upacara.Makna dasar ini menyiratkan bahwa, di satu sisi

16

Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1998), hlm 207.

Page 23: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

aktivitas ritual berbeda dari aktivitas biasa, terlepas dari ada tidaknya nuansa

keagamaan atau kekhidmatan.

Menurut Gluckman ritual adalah kategori upacara yang lebih terbatas,

tetapi secara simbolis lebih kompleks, karena ritual menyangkal urusan sosial

dan psikologis yang lebih dalam.Lebih jauh ritual dicirikan mengacu pada sifat

dan tujuan yang mistis atau religius.Ritual atau tradisi adalah identik dengan

adat istiadat. Hanya saja dalam pemahaman masyarakat Islam sedikit tidak ada

perbedaan. Adat istiadat biasanya dipakai sebagai tindakan atau tingkah laku

yang berdasarkan pada nila-nilai agama, sedangkan ritual atau tradisi adalah

tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh

sekelompok masyarakat.17

Penggunaan adat atau ritual sebagai sumber hukum Islam selaras

dengan ketentuan yang menurut Ahmad Azhar Basyir meliputi:

a. Dapat diterima dengan kemantapan oleh masyarakat berdasarkan pada

pertimbangan akal sehat dan sejalan dengan tuntutan watak pembaruan

manusia.

b. Menjadi kemantapan umum dalam masyarakat dan dijalankan secara terus

menerus

c. Tidak bertentangan dengan al-Qur‟ an dan sunnah.

d. Benar-benar telah ada pada saat hukum-hukum ijtihadiyah di bentuk

17

Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011)

Page 24: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

e. Dirasakan oleh masyarakat karena mempunyai ketentuan yang mengikat,

mengharuskan ditaati dan mempunyai akibat hukum.18

Adat istiadat atau ritual suatu bangsa itu mulanya timbul dari

kepercayaan agama, yaitu sebelum datangnya Islam.Agama Islam setelah

diyakini dan diamalkan ajarannya oleh suatu bangsa kemudian baru melahirkan

adat pula.Adat yang dipengaruhi oleh agama merupakan perpaduan dari ajaran

kepercayaan agama Hindu, Budha dan Islam. Contoh dari perpaduan itu antara

lain tingkeban, brokohan dan lain-lain.

Pengaruh dari paham tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kepercayaan Hindu Budha

Sebelum Islam masuk di Indonesia khususnya Jawa, masyarakat

Jawa masih berpegang teguh pada adat istiadat agama Hindu Budha.Pada

dasarnya budaya masa lalu merupakan manifestasi kepercayaan Jawa yang

dipengaruhi oleh agama Hindu Budha sehingga banyak tradisi dan ritual.

Tradisi-tradisi ritual Dalam agama Hindu Budha tradisi upacara ritual

masih dapat dilihat keberadaannya sampai saat ini.Upacara tersebut

dilakukan untuk menjaga keseimbangan mikrokosmos dan menghindari

kegoncangan yang dapat menurunkannya kesejahteraan materil. Bentuk

upacara-upacara lain adalah upacara perawatan dan penjamasan pusaka

seperti keris.Pemilikan kebesaran seperti keris ini sebagaimana kepemilikan

18

Ibid

Page 25: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

wahyu (ketiban andaru yaitu sebuah cahaya kilat tanda kebesaran yang telah

jatuh dari langit) merupakan tanda bahwa semua benda pusaka tersebut

dipersonifikasikan dan diberi nama yang dihormati yakni Kyai untuk laki-

laki dan Nyai untuk perempuan.19

Selamatan Pada dasarnya adalah merupakan suatu bentuk tradisi dari

agama Hindu. Selamatan dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan

perbedaan antara satu dengan yang lain. Dan dengan selamatan juga

manusia bisa terhindar dari roh-roh jahat yang akan mengganggu dan

membahayakan manusia.

4. Tingkeban

Tingkeban adalah Ketika kandungan kehamilan memasuki usia tujuh

bulan, maka masyarakat muslim jawa menyebutnya “wes mbobot” (sudah

berbobot, sudah berkualitas). Karena pada usia itu, bentuk bayi dalam

kandungan sudah sempurna, sementara Sang ibu yang mengandung sudah

mulai merasakan “beban”. Saat itulah diadakan ritual yang biasa disebut

mithoni atau tingkeban.Disebut mithoni, karena upacara dilaksanakan saat

kehamilan berusia tujuh bulan.Tujuh bulan dalam bahasa jawa adalah pitu,

maka jadilah mithoni. Disebut “tingkeban”, yakni selamatan kehamilan usia

tujuh bulan dimana “tingkeb” maksudnya adalah “sudah genap”, yakni genap

artinya sudah waktunya, dimana bayi sudah bisa dianggap wajar jika lahir.20

19

https://Muhammadbaihaqi16.com diakses pada tanggal 04-mei 2019 20

Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa,(Yogyakarta: Narasi, 2010) Cet

Ke-1. Hlm 79

Page 26: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

“Sapta kawasa jati adalah citra kehamilan pada bulan ketujuh.Dalam

pandangan dunia Jawa, ketika bayi berada dalam kandungan ibu.Sapta berarti

tujuh.Kawasa berarti kekuasaan, jati berarti nyata. Pengertian secara bebas

adalah jika kodrat yang maha kuasa menghendaki, dapat saja pada bulan ini

lahir bayi dengan sehat dan sempurna”

Orang Jawa menyebut bayi yang lahir pada bulan ketujuh sudah di

anggap matang atau tua.Namun jika pada bulan ini belum lahir, calon orang tua

atau calon neneknya membuat selamatan disebut dengan mitoni atau

Tingkeban.Mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh.Maksud upacara ini

memberikan pengumuman kepada keluarga dan para tetangga bahwa

kehamilan telah menginjak masa tujuh bulan.21

5. Tradisi Tingkeban merupakan suatu upacara ritual adat jawa

Upacara ritual daur hidup dalam masa kehamilan hakekatnya ialah

upacara peralihan sebagai sarana menghilangkan petaka. Jadi semacam inisiasi

yang menunjukkan bahwa upacara itu merupakan penghayatan unsur

kepercayaan lama. Pada tradisi Tingkeban diadakan slametan, dengan harapan

agar ibu yang mengandung dan juga bayi yang akan dilahirkan memperoleh

keselamatan dan tidak ada kesulitan. Peserta selametan memandangnya sebagai

bagian integral dari kehidupan mereka sebagai mahkluk sosial dalam

pemahaman mengenai diri mereka sendiri sebagai orang Jawa, mereka

memandangnya sebagai tradisi lokal. Tradisi tingkeban telah tertanam begitu

21

Ibid

Page 27: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

kuat dalam masyarakat yang menganut budaya tersebut. Melalui pewarisan

yang turun temurun di lingkungan keluarga dan masyarakat, nilai itu

menghujam masuk dan wilayah emosional seseorang karena sejak kecil telah

dibiasakan dengan adat-istiadat Jawa yang tumbuh dalam keluarga maupun

masyarakatnya.22

F. Tinjauan Pustaka

Dalam suatu penelitian ini, sebelum peneliti mengadakan penelitian

proposal lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi karya ilmiah. Maka

langkah awal yang diambil adalah mengkaji terlebih dahulu penelitian-

penelitian skripsi atau karya-karya ilmiah yang sudah ada, yang mempunyai

judul yang hampir samadengan yang akan penulis teliti, oleh karna itu maksud

pengkajian ini adalah agar dapat diketahi bahwa apa yang penulis teliti berbeda

dengan penelitian-penelitian skripsi yang sebelumnya.

Adapun setelah penulis melakukan kajian kepustakaan, penulis

menemukan penelitian yang ada hubungannya dengan masalah yang akan di

teliti Skripsi yang berjudul “Adopsi Ajaran Islam Dalam Ritual Mithoni di

Desa Ngagel Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati” yang ditulis oleh

Muchibbah Sektioningsih Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.23

22

Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa,(Yogyakarta: Narasi, 2010) Cet

Ke-1. Hlm 79 23

Muchibbah Sektioningsih, Adopsi Ajaran Islam Dalam Ritual Mitoni di Desa Ngagel

Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati, (Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan

AgamaUniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 2009)

Page 28: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

Skripsi yang berjudul “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam

dalam Tradisi Mithoni di Desa Brani Kecamatan Sampang Kabupaten

Cilacap” yang ditulis oleh Duwi Fitrianasari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Institut Agama Islam Negeri Purwakerto, pada peneletian ini lebih

menekankan Internalisasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Mithoni di

Desa Brani Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap.24

Skripsi Ujang Yana, “Pembacaan Tiga Surat Al-Qur’an dalam Tradisi

Tujuh Bulanan di Masyarakat Selandaka Sumpuh Banyumas, UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta.25

Skripsi yang berjudul “Adopsi Ajaran Islam Dalam Ritual Mithoni di

Desa Ngagel Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati” yang ditulis oleh

Muchibbah Sektioningsih Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.26

Dari 4 penelitian diatas yang menjadi perbedaan dan persamaan adalah:

Dari skripsi yang berjudul “Adopsi Ajaran Islam Dalam Ritual Mithoni

di Desa Ngagel Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati”. pada penelitian ini

yang membedakan yaitu proses acara ritualnya yang ada memakai sayuran

direbus, aneka ragam polo, dan pisang. Persamaannya sama-sama melakukan

24

Duwi Fitriana Sari, Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi mithoni di

Desa Brani Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap, (Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri Purwakerto 2016). 25

Ujang Yana, Pembacaan Tiga Surat Al-Qur’an Dalam Tradisi Tujuh Bulanan (Di

Masyarakat Selandaka Sumpiuh Banyumas), Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014 26

Muchibbah Sektioningsih, Adopsi Ajaran Islam Dalam Ritual Mitoni di Desa Ngagel

Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati, (Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan

AgamaUniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 2009)

Page 29: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

siraman atau mandi. Skripsi yang berjudul “Internalisasi Nilai-Nilai

Pendidikan Islam dalam Tradisi Mithoni di Desa Brani Kecamatan Sampang

Kabupaten Cilacap”. Yang membedakan yaitu prosesi ritualnya tidak

memakai kelapa gading atau cengkir yang dilukis Kamajaya dan Dewi Ratih,

persamaannya sama-sama diadakan Tadarus Al-Qur‟an. Skripsi Ujang Yana,

“Pembacaan Tiga Surat Al-Qur’an dalam Tradisi Tujuh Bulanan di

Masyarakat Selandaka Sumpuh Banyumas”. Yang membedakan pada

penelitian ini pada acara siraman air kembang dan penyiapan batik tujuh motif

tidak dilakukan, alasan yang paling utama yaitu tidak diadakannya siraman

adalah kesadaran religius si ibu hamil bahwa selain mubazzir prosedur siraman

yang biasanya dilakukan diluar rumah dengan berbalut kain jarik saja dan

ditonton banyak orang bisa menimbulkan dosa sebab telah mengumbar aurat si

ibu hamil. dan persamaannya sama-sama membuat rujak yang dibuat dari tujuh

macam buah. Skripsi yang berjudul “Adopsi Ajaran Islam Dalam Ritual

Mithoni di Desa Ngagel Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati”. pada

penelitian ini yang membedakan yaitu proses acara ritualnya yang ada

memakai sayuran direbus, aneka ragam polo, dan pisang. Persamaannya sama-

sama diadakan tadarus Al-Qur‟an, mandi

Page 30: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

penilitian yuridis antropologis. Yuridis Antropologis merupakan suatu ilmu

yang mempelajari tingkah laku manusia dan tata cara kehidupan serta proses

perjalanan manusia itu sendiri.27

dengan menggunakan metode Kualitatif

Deskriptif. Analisis ini ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang

beberapa kondisi dan menjelaskan serta menggambarkan hasil penelitian yang

dilakukakan di lingkungan penelitian,pendekatan kualitatif yang dimaksud

adalah bahwa terlebih dahulu peneliti mencari literatur atau teori yang

berkaitan dengan penelitian,kemudian teori tersebut disesuaikan dengan

kondisi lapangan penelitian.28

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana dilakukannya penelitian.

Dengan ditetapkannya lokasi, dalam penelitian akan dapat lebih mudah untuk

mengetahui tempat dimana suatu penelitian dilakukan.Lokasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah di Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang

Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

27

Arikunto, Suharsimi.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.( Jakarta:Rineka

Cipta, 2010) 28

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm 25.

Page 31: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

C. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis data yang digunakan, yaitu data

primer, data sekunder dan data tersier.

a. Data Primer

Yang digunakan adalah yang berhubungan langsung dengan objek

yang diteliti. Untuk kesempurnaan informasi diupayakan sumber Nash-

nash Al-Qur‟an dan Hadits Nabi SAW dan buku-buku lain yang berkaitan

dengan pembahasan.29

Data primer merupakan sumber data utama dan mendasar dari

suatu penelitian.Sumber data diperoleh dari informan, yang berupa kata-

kata tindakan.30

Yang akan memberikan informasi tentang situasi dan

kondisi latar penelitian. Serta beberapa dari informasi akan dipilih

berdasarkan kebutuhan penelitian diantaranya yaitu Tokoh Agama, Tokoh

Adat, Kepala Desa, Ketua RT yang berada di Desa Kempas Jaya, warga

setempat.

b. Data Skunder

Data skunder adalah data atau sejumlah keterangan yang

diperoleh secara tidak langsung atau melalui perentara.31

Data juga

merupakan yang diperoleh dari sumber-sumber lain sebagai pendukung

yang dipandang berkaitan dengan pokok kajian yang diteliti. Data

29

Ibid, hlm. 91 30

Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm

152. 31

Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Refisi), (Jambi : Syariah Press, 2014),

hlm. 32

Page 32: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

skunder bersumber dari Tokoh Adat dalam bentuk peraturan atau

Undang-Undang yang ada di Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang

Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

c. Data Tersier

Bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder diperoleh dengan mempelajari

kamus-kamus hukum, kamus ilmiah, kamus bahasa Indonesia dan kamus

yang lain. Dan dari Internet dan Jurnal.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dan fakta penelitian.32

Adapun pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengadakan penelitian secara teliti mengenai fenomena sosial

dan gejala –gejala psikis dengan jalan pengamatan dan percatatan.

Observasi yang digunakan adalah memperhatikan secara akurat, mencatat

fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek

dalam fenomena tersebut.33

32

Ibid. hlm. 37 33

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif teori & Praktik, Cet Ke-3 (Jakarta:

Bumi Aksara, 2015), hlm. 143.

Page 33: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

b. Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalaui Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksi makna

dalam suatu topik.34

Adapun narasumber yang akan melakukan wawancara dengan para

tokoh agama, tokoh adat, kepala desa, ketua RT, warga setempat, orang

yang melaksanakan ritual tingkeban tersebut dan lain-lain.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu.Dikumentasi bisa berbentuk tulian, gambar atau karya-karya yang

monumental dari seseorang.35

Dokumentasi adalah pengumpulan data

melalui data peninggalan tertulis seperti arsip dan termasuk buku-buku

tentang pendapat, teori dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian.36

Data dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian iniyaitu : Jurnal, Skripsi,

Dan data yang berkaitan dengan yang lainnya.

E. Tekhnik Analisis Data

1. Metode Induktif

Yaitu membahas dan menyusun fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian

diambil satu kesimpulan yang bersifat khusus. Metode ini digunakan untuk

memperkuat pendapat penulis yang bersifat umum dengan teori-teori yang

dikemukakan oleh para ahli

34

Ibid 35

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif R&D, (Bandung: Penerbit

Alfabeta. 2014), hlm 72 36

Ibid, hlm 240

Page 34: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

2. Metode Deduktif

Yaitu menganalisis data yang bersifat khusus, kemudian dibahas

kepada permasalahan yang bersifat umum. Metode ini digunakan untuk

mengutip pendapat para ahli untuk menjelaskan dengan lebih luas lagi.

3. Metode Komperatif

Yaitu dengan cara membandingkan antara dua data yang berlainan

untuk mengambil suatu pendapat yang logis, tepat dan kuat untuk bahan

rujukan dan pedoman daam menetapkan masalah yang dibahas.

Bodgan dan Taylor (1975,32) mendefinisikan analisis data sebagai

proses yang mencari usaha secara formal untuk menemukan tema dan

merumuskan ide yang seperti di sarankan oleh data dan sebagai usaha untuk

memberikan bantuan pada tema dan ide itu.37

Tekhnik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif kualitatif dimana dan informasi diperoleh dari lapangan di

deskripsikan secara kualitatif, dengan titik berat pada penjelasan hubungan

kausalitas antara variabel indikator.38

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan dan penyusunan serta pemahaman

tentang skripsi ini penulis membuat susunan dan sistematika penulisan sebagai

berikut :

37

Iskandar, Metodologi penelitian pendidikan dan sosial (kuantitatif dan kualitatif).(

jambi : Gp Pres, 2008), hlm. 254 38

Ibid, hlm 257

Page 35: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

BAB I Pendahuluan, pada bab ini berisi tentang beberapa sub bab

seperti, Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan

Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori dan Tinjauan Pustaka.

BAB II Metodologi Penelitian, bab ini berisi tentang metodologi

penelitian yang terdiri dari sub sebagai berikut, Pendekatan Penelitian, Jenis

dan Sumber Data, Instrumen Pengumupulan Data, Tekhnik Analisis Data,

Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian.

BAB III Gambaran Umum, pada bab ini akan membahas tentang

gambaran umum penelitian di Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang

Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

BAB IV Pembahasan dan hasil penelitian, pada bab ini akan membahas

tentang isi dari skripsi ini yang membahas tentang” Pandangan Hukum Islam

Terhadap Ritual Tingkeban Dalam Tradisi Adat Jawa “(Studi kasus Desa

Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat)”

BAB V Penutup, dibagian bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran

dari hasil penulis skripsi.

G. Jadwal Penelitian

Penulisan ini dilakukan selama enam bulan,Penelitian dilakukan dengan

pembuatan proposal,kemudian dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar

skipsi.Setelah pengesahan judul dan izin riset,maka penulis mengadakan

pengumpulan data.Verifikasi dan analisis data dalam waktu yang

Page 36: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

berurutan.Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan pembimbing sebelum

diajukan kesidang munaqasah.Adapun Jadwal Penelitian sebagai berikut.

Tabel: 1, Jadwal Penelitian.

No Jenis Kegiatan

Penelitian

Bulan

April Mei Juni Juli Agustus Septemb

er

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan Judul X

2 PenunjukkanDosen

Pembimbing

X

3 Pembuatan

Proposal

X X X

4 Seminar Proposal

danPerbaikanHasil

Seminar

X

5 Surat Izin Riset X

6 PengumpulandanPe

nyusunan Data

X

7 Pembuatan Skripsi X X

8 Bimbingan dan

Perbaikan

x X X

9 Agenda dan Ujian

Skripsi

X

10 Perbaikan dan

Penjilidan

x X

Page 37: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Terbentuknya Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang

Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

Rahmat-Nya kami dapat menyampaikan sejarah singkat Desa Kempas Jaya

Kecamatan Senyerang kehadapan kita sekalian.Kami sebut sejarah singkat,

karena yang kami tampilkan pada kesempatan ini, dihimpun dari sumber-

sumber yang diungkapkan secara lisan dari beberapa warga masyarakat yang

menempati pertama kali wilayah Desa Kempas Jaya ini.

Adapaun maksud dan tujuan menyampaikan sejarah singkat Desa

Kempas Jaya, terlebih ditujukan kepada generasi penerus Desa, agar kelak

mereka semua dapat menimbang rasa perjuangan generasi

sebelumnya.Sehingga tumbuh rasa tanggung jawab dalam membangun wilayah

yang telah dirintis secara bersama.

Kami sungguh menyadari besar perjuangan masyarakat pemula (Warga

Transmigran).Maka dengan kemampuan yang sangat terbatas kami

persembahkan ungkapan sejarah singkat ini sebagai wujud bakti kami terhadap

perjuangan mereka, terlebih kepada pendahulu yang telah berpulang kepada

Sang Kholik.Semoga jiwanya senantiasa dikarunai damai abadi di

Surga.Menjadi inspirasi generasi penerus dan dapat memberikan motifasi serta

inovasi pembangunan selanjutnya. Desa kempas jaya adalah sebuah desa yang

Page 38: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

berada di antara desa margo rukun dan desa Kayuoro, kecamatan Senyerang,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Desa Kempas Jaya terbagi dalam beberapa

dusun diantaranya dusun Selayang pandang, dusun Teluk kempas, dusun

Beringin, dan dusun Cemara.Begitupun keberadaan kepemimpinan desa

Kempas Jaya berubah sesuai dengan peraturan yang ada.

Asal mulanya sebelum menjadi Desa Kempas Jaya dahulu bernama

Desa teluk Ketapang. Dan memecah padatahun 2007 dan desa ini ditetapkan

menjadi Desa Kempas Jaya.39

B. Letak Geografis Desa Kempas Jaya

Desa Kempas Jaya terbentuk Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Tanjung Jabung Barat adalah salah satu Desa Yang tertua yang terbentuk pada

zaman dahulu kala yang telah berdiri sejak Tahun 1938 sebelum Indonesia

merdeka.

Secara geografis Desa Kempas Jaya terletak di pesisir Sungai

Pengabuan dan berada 6 Km dari Pusat Kecamatan dan 48 Km dari pusat

Kabupaten, dengan Luas Wilayah lebih kurang 7.758 Ha dan dengan batas

wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara dengan Provinsi Riau

2. Sebelah selatan dengan Sungai Pengabuan

3. Sebelah Timur dengan Desa Kayu Aro

4. Sebelah Barat dengan Desa Margo Rukun

39

Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat,

2019

Page 39: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

Letak ketinggian wilayah daratan Desa Kempas Jaya 0,5 Meter dari permukaan

laut dengan suhu udara 25° C dan maxsimal 37° C.

C. Struktur Organisasi dan Visi dan Misi

1. Struktur Organisasi Pemerintahan

Gambar 2.Struktur Organisasi Pemerintahan desa Kempas Jaya.40

40

Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat, 2019.

BPD

Pujiono

nyaput

KADES

Siti Aminah

SEKDES

sutrisno

KAUR

KESEJAHRTERAAN

Hendri Efendi S.Sy

KAUR

PELAYANAN

Nursalin

KAUR

PEMERINTAHAN

Usman S.Sy

KADUS II

Sahruji

KADUS I

Samsudin

KADUS III

Mudakir

KADUS IV

Taukid

KAUR KEUANGAN

Asroni

KAUR

PERENCANAAN

Darmawan

Page 40: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

2. Visi, Misi dan Program Kerja Desa Kempas Jaya

a. Visi

“Terbentuknya Sistem Pemerintahan Desa Yang Baik, Bijaksana

,Karismatik Dan Bersih Guna Mewujudkan Masyarakat Desa Kempas Jaya

Yang Religius ,Sejahtera Dan Bermartabat.”41

b. Misi

1) Memajukan Pendidikan

Memajukan lagi cara sistem pendidikan yang sudah maju

menjadikan yang lebih maju lagi, dan bagi anak-anak yang tidak bisa

melanjutkan sekolah lagi bisa melanjutkan lagi, dengan diadakanya

sekolah gratis, agar anak-anak yang ada di Desa Kempas Jaya ini yang

tidak mampu karena tidak ada biaya. menjadi anak yang suskses dalam

berpendidikan.

2) Bidang Kesehatan

Mengadakan program folio bagi anak-anak balita agar

pertumbuhannya semakin bagus dan sehat, dan bagi ibu-ibu diadakanya

keluarga berencana(KB).

3) Bidang Pembangunan

Membangun sarana infrasetruktur dari RT menghubungkan ke

RT dari dusun ke dusun dari desa ke desa sampai ketingkat kecamatan,

bisa dilalui kendaraan roda dua.

41

Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat,

2019.

Page 41: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

4) Memajukan Petani

Petani lokal menjadi petani yang berpendidikan, maksudnya

petani yang kurang mengerti untuk mengelola kebun yang baik

menjadikan yang lebih faham dan mengerti sehingga menghasilkan

suatu perkebunannya semakin baik dan subur.

5) Mengajak Masyarakat Hidup Bermasyarakat Bergotong Royong.

Mengajak masyarakat untuk selalu mengamankan desa sehingga

masyarakat hidup rukun damai dan tentram.42

D. Keadaan Penduduk Desa Kempas Jaya

1. Jumlah Penduduk

Salah satu syarat berdirinya suatu wilayah adalah mempunyai

penduduk.Penduduk Desa Kempas Jaya salah satunya adalah warga

pendatang. Adapun jumlah penduduk Desa Kempas Jaya secara

keseluruhan adalah 3.362 orang

Tabel 3. Jumlah penduduk desa Kempas Jaya43

No Penduduk berdasarkan Umur

Jumlah 1-14 tahun 16-65 tahun 66 th keatas

1

758 1.593 1.011 3.362

42

Wawancara dengan Siti Aminah, Kades Desa Kempas Jaya Kec.Senyerang Kab. Tanjung

Jabung Barat 2019 43

Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat, 2019.

Page 42: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

1. Mata Pencaharian dan pendidikan Masyarakat Desa Kempas Jaya

a. Pekerjaan

Mata pencaharian penduduk desa Kempas Jaya dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari mayoritasnya adalah dalam bidang pertanian

karena daerah ini merupakan dataran rendah.Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel dibawah:

Tabel 4.Pekerjaan masyarakat desa Kempas Jaya.44

No JENIS PEKERJAAN JUMLAH

1 PNS 9

2 Buruh/swasta 31

3 Petani 1058

4 Pengrajin 1

5 Pedagang 64

6 Penjahit 5

8 Sopir 2

9 Peternak 33

10 Montir 8

Jumlah 1212

Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa memang mayoroitas mata

pencaharian masyarakat desa Kempas Jaya adalah dalam bidang pertanian

44

Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat, 2019.

Page 43: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

teruma adalah petani pinang, kemudian petani sawah dan ketiga petani

sawit.Selain petani juga ada masyarakat yang bekerja sebagai guru, PNS,

buruh dan pedagang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

b. Pendidikan

Pendidikanadalah suatu hal yang penting karena pendidikan

merupakan suatu proses, dimana manusia dibekali akal untuk mendapat

ilmu pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan. Dengan

pendidikan manusia akan menjadikan dirinya menjadi manusia yang

cerdas dan berkualitas.

Tabel 5. Tingkat pendidikan desa Kempas Jaya45

Pendidikan Rendah Pendidikan

Tinggi Jumlah

Tamat SD Tamat

SMP Tamat SMA Sarjana

1.331

534

296

42

2.203

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dipahami bahwa masih

banyak penduduk yang masih dikategorikan berpendidikan rendah dari

tamatan SD, SMP dan SMA semuanya berjumlah 91,3 %. Sedangkan

45

Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat, 2019.

Page 44: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

sarjana hanya berjumlah 2,3 % dari jumlah masyarakat yang mengenyam

bangku pendidkan di desaKempas Jaya. 46

c. Tempat Peribadatan

Bila dilihat dari pemeluk agama masyarakat desa Kempas Jaya,

maka mayoritas penduduk desa Kempas Jaya adalah beragama islam.

Kemudian untuk melakukan suatu kegiatan dan aktivitas keagamaan,

maka sangat diperlukan suatu sarana dan fasilitas ibadah tersebut.

Untuk mengetahui jumlah sarana ibadah yang ada di desa Kempas Jaya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6.Tempat peribadatan desa Kempas Jaya47

No JENIS PERIBADATAN JUMLAH

1 Masjid 10

2 Mushola/suru/langgar 6

4 Madrasah 5

5 Gereja -

JUMLAH 21

Desa Kempas Jaya memiliki sepuluh buah masjid sebagai tempat

utama dalam melaksanakan ibadah terutama sholat untuk seluruh

warga.Terdapat enam mushola dan lima madrasah di desa Kempas

46

Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya kec.Senyerang kab.Tanjung Jabung Barat, 2019. 47

Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat,

2019.

Page 45: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

Jaya.Mayoritas bahkan hampir seluruh warga Desa Kempas Jaya

beragama Islam sehingga di desa Kempas Jaya tidak ada terdapat gereja

maupun tempat beribadah lainnya.48

d. Keadaan Listrik dan Telekomunikasi warga

Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung

Jabung Barat penerangan berupa lampu PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga

Diesel), yang mana aliran listrik sudah bisa dinikmati oleh semua warga,

dan ini menjadikan desa ini menjadi terang diwaktu malam hari,

sedangkan untuk akses telekomunikasi warga lebih memilih menggunakan

Handphonedaripada menggunakan telpon rumah, alasan mereka memilih

handphone adalah lebih mudah dan bisa dibawa kemana-mana. Tetapi di

desa Kempas Jaya belum terdapat tower sehingga masyarakat susah untuk

mendapatkan sinyal dan harus mencari sinyal terlebih dahulu dalam

menggunakan hanphone untuk berkomunikasi.49

e. Sarana dan Prasarana Olahraga

Di desa Kempas Jaya pemuda-pemudi tergabung dalam organisasi

Karang Taruna atau pemuda desa yang mana juga terdapat berbagai

macam lapangan olahraga untuk mengembangkan minat dan bakat

pemuda-pemudi desa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table berikut:

48

Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya kec.Senyerang kab.Tanjung Jabung Barat, 2018. 49

Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat,

2018.

Page 46: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

Tabel 7.Sarana olahraga Desa Kempas Jaya50

No SARANA OLAHRAGA JUMLAH

1 Sepakbola 1

2 Voli 9

3 Bulutangkis 3

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa di desa kempas Jaya ada

satu lapangan sepak bola, sembilan lapangan voli Dan satu lapangan bulu

tangkis. Jumlah seluruh sarana dari emapt macam jenis lapangan di desa

kempas Jaya adalah 13 sarana.51

50

Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat,

2019. 51

Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang. Kab. Tanjung Jabung Barat,

2019.

Page 47: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS PENELITIAN

A. Pelaksanaan Ritual Tingkeban dalam tardisi adat jawa di Desa Kempas

Jaya Kecmatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat

1. Sejarah Ritual Tingkeban (7 bulanan)

Upacara Tingkeban merupakan salah satu tradisi yang berasal dari

masyarakat Jawa. Upacara ini disebut juga dengan nama mitoni yang

berasal dari kata pitu yang artinya 7 (tujuh). Upacara ini dilaksanakan di

usia kehamilan 7 bulan dan pada kehamilan pertama kali. Upacara ini

mempunyai makna bahwa pendidikan bukan saja sesudah dewasa, namun

semenjak benih tertanam didalam rahim ibu. Di dalam upacara ini sang ibu

yang sedang hamil akan dimandikan dengan air kembang setaman serta

disertai dengan doa yang bertujuan untuk memohon kepada Tuhan Yang

Maha Esa supaya selalu diberikan rahmat dan juga berkah sehingga bayi

yang akan dilahirkan akan selamat dan sehat.52

Tradisi ini berawal saat pemerintahan Prabu Jayabaya.Ketika itu ada

seorang wanita bernama Niken Satingkeb dengan suaminya yaitu

Sadiya.Keluarga tersebut sudah melahirkan anak 9 kali, tetapi tidak ada satu

pun yang hidup.Karena itulah, keduanya segera menghadap kepada raja

Kediri, yakni Prabu Widayaka (Jayabaya).Oleh sang raja, keluarga tersebut

disarankan supaya menjalankan 3 hal, yaitu pada setiap hari rabu dan sabtu,

52

https://budaya jawa.tradisi-upacara-tingkeban, di akses pada tanggal 04-Mei 2019, Pukul

16:30

Page 48: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

tepatnya pada pukul 17.00, diminta untuk mandi memakai tengkorak kelapa

atau bathok sambil mengucap mantera yang telah diberikan. Setelah mandi

kemudian berganti dengan pakaian yang bersih, cara berpakaiannya adalah

dengan cara menggembol kelapa gading yang dihiasi oleh Sanghyang

Kamajaya dan juga Kamaratih atau Sanghyang Wisnu serta Dewi Sri,

kemudian di-brojol-kan ke bawah. Kelapa muda tersebut, lalu diikat

memakai daun tebu tulak (hitam dan putih) selembar. Setelah kelapa gading

tadi di-brojol-kan, kemudian diputuskan memakai sebilah keris oleh

suaminya.

Ketiga hal tersebutlah, yang nampaknya menjadi dasar masyarakat

tanah Jawa menjalankan tradisi selamatan tingkeban hingga saat ini. Sejak

saat itu, ternyata Niken Satingkeb bisa hamil dan anaknya hidup. Hal

tersebut merupakan lukisan jika orang yang ingin memiliki anak, maka

perlu melakukan kesucian atau kebersihan. Niken Satingkeb sebagai wadah

harus suci, tidak boleh ternoda, sebab harus dibersihkan dengan mandi

keramas. Akhirnya sejak saat itulah jika ada orang hamil, apalagi saat hamil

pertama maka dilakukan Tingkeban atau Mitoni.53

2. Perlengkapan dan proses ritual tingkeban (7 bulanan)

Masyarakat Jawa atau tepatnya suku Jawa, secara antropologi,

budaya adalah orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa

53

https://budaya jawa.tradisi-upacara-tingkeban, di akses pada tanggal 04-Mei 2019, Pukul

16:30

Page 49: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

Jawa dengan berbagai ragam dialeknya secara turun temurun. Masyarakat

Jawa merupakan masyarakat yang diikat oleh norma-norma hidup karena

sejarah, tradisi maupun agama.54

Sudah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat di Desa Kempas jaya,

jika ada seorang ibu hamil mencapai usia 210 hari (7 bulan), maka diadakan

ritual yang di sebut dengan upacara tingkeban. Pada masyarakat muslim, ritual

tersebut disebut tingkeban karena tepat pada usia 7 bulan karena salah satu

menu yang disediakan sebagai jamuaannya adalah rujak yang dibuat dari tujuh

buah. Secara umum, berbagai ritual yang terkait dengan kehamilan seorang

istri, baik ngapati (4 bulan), tingkeban dan sebagainya, dalam istilah arab

disebut Walimat al-haml yakni perayaan kehamilan. Pada sebagian masyarakat

muslim pedesaan, selain ritual ngapati dan mithoni/tingkeban, jika

kehamilannya adalah kehamilan kehamilan yang pertama, ada yang

mengadakan ritual dalam bentuk slametan, yang dilaksanakan setiap bulan

ganjil. Jadi setelah ngapati(4 bulanan),juga ada ritual limanan (bulan kelima),

mithoni/tingkeban (bulan ketujuh) dan sanganan/nyongoni (bulan

kesembilan). Ritual setiap bulan ganjil dilaksanakan dengan tujuan utama,

meminta kepada Allah, agar janin dan ibunya selamat, serta selalu berada

dalam kesehatan dan dalam penjagaan Allah. Sebab menurut keyakinan

sebagian masyarakat pedesaan, ketika janin berusia tujuh bulan, maka itu

termasuk usia yang rawan, dan sudah bisa termasuk “wayah” (sudah

waktunya) jika keluar. Justru kalau bulan genap, yakni kedelapan, itu dianggap

54

Ismawati, Budaya dan Kepercayaan jawa,Yogyakarta: Gama Media, 2002, hlm. 4

Page 50: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

“lebih muda” dibanding saat usia tujuh bulan. Namun walau bagaimanapun

interpretasi atas keyakinan tersebut, inti dari sekian ritual yang dilaksanakan

sesuai dengan kemampuan ekonomi itu bertujuan baik, yakni menjaga

kesehatan, keselamatan dan ketenangan janin ibu dan keluarganya, disamping

meminta perlindungan kepada Allah dari berbagai hal buruk yang tidak di

inginkan.55

Ritual tingkeban berhubungan dengan ritual ngapati(4 bulanan) yaitu

dilaksanakan terkait dengan hadits yang sudah dikemukakan Dari

Abdurrahman yaitu Abdullah bin Mas‟ud RA, beliau berkata:

حن غحد الله جن مسؼود رض غن ٱب غحد امر ثنا رسول الله صل الله ػليو وٱل وسل الله غنو كال : حد

و ٱرتؼي يوما هطفة ث ي مع خللو ف تطن ٱم ن ٱحدك يادق اممصدوق : ا كون ػللة مل ذل ث وىو امص

مات : جك يكو ك وح ويؤمر تبرتع ميو اممل فينفخ فيو امرس ن مضغة مل ذل ث يرسل ا تة رزكو وٱج

ن ٱحدك ميؼمل تؼ ه ا ل غي

ي ل ا وشلي ٱو سؼيد فو الله ال مل ٱىل امجنة حت ما يكون تينو وتينا وع

ن ٱحدك ميؼمل حق ػليو امكتاب فيؼمل تؼمل ٱىل امنار فيدخليا وا ل ذراع فيس

تؼمل ٱىل امنار حت ما ا

حق ػليو امكتاب فيؼمل تؼمل ٱىل امجنة فيدخليا )رواه امحخاري ومسل يكون تينو وتينا ل ذراع فيس )ا

Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas‟ud –semoga Allah meridhainya-

beliau berkata: Rasulullah SAW, menceritakan kepada kami dan beliau

adalah orang yang jujur dan harus dipercaya: Sesungguhnya (fase)

penciptaan kalian dikumpulkan dalam perut ibunya selama 40 hari (dalam

55

Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa,(Yogyakarta: Narasi, 2010) Cet

Ke-1. Hlm 83

Page 51: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

bentuk) nutfah (sperma), kemudian selama itu (40 hari) menjadi segumpal

darah kemudian selama itu (40 hari) menjadi segumpal daging, kemudian

diutuslah Malaikat, ditiupkan ruh dan dicatat 4 hal: rezekinya, ajalnya,

amalannya, apakah ia beruntung atau celaka. Demi Allah Yang Tidak Ada

Sesembahan yang hak Kecuali Dia, sungguh di antara kalian ada yang

beramal dengan amalan penduduk jannah (surga) hingga antara dia dengan

jannah sejarak satu hasta kemudian ia didahului dengan catatan (taqdir)

sehingga beramal dengan amalan penduduk anNaar (neraka), sehingga

masuk ke dalamnya (anNaar). Sesungguhnya ada di antara kalian yang

beramal dengan amalan penduduk anNaar, hingga antara dia dengan anNaar

sejarak satu hasta kemudian ia didahului dengan catatan (taqdir) sehingga

beramal dengan amalan penduduk jannah sehingga masuk ke dalamnya

(jannah) (H.R alBukhari dan Muslim).56

Hal ini menandakan dimulainya kehidupan ruh bagi sang janin. Oleh

sebagian ulama, masa ini juga dijadikan patokan, tidak diperbolehkannya

melakukan aborsi dari kehamilan. Namun mayoritas ulama menyatakan, sejak

terjadinya kehidupan dalam kandungan, aborsi tidak boleh dilakukan.

Jadi ritual upacara tersebut dimaksudkan sebagai langkah antisipasi,

memohon kepada Allah agar semuanya menjadi baikdi sisi Alllah. Wajar jika

antisipasi ini dilakukan menyongsong “hari penentuan”,yakni sebelum tepat

berusia 210 hari ini ritual sebenarnya adalah berdoa (sebagai sikap bersyukur,

ketundukan dan kepasrahan, sekaligus meminta permohonan perlindungan),

mengajukan permohonan kepada Allah agar nanti lahir sebagai manusia yang

utuh sempurna, yang sehat, yang di anugerahi rezekinya yang baik dan lapang,

berumur panjang, bermanfaat, yang penuh dengan nilai-nilai ibadah, beruntung

didunia dan di akhirat ia dapat menjadi generasi yang Islam yang shalih atau

shaliahah.57

Seperti hasil wawancara dengan Bapak Suyoto salah satu Tokoh

56

Al-Imam Muhyiddin Yahya Bin Syarifuddin An-Nawawi, Kkitab Al-Arba‟in 57

Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa,(Yogyakarta: Narasi, 2010) Cet

Ke-1. Hlm 72

Page 52: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

Adat Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung

Barat

Selain berdoa, dalam ritual tersebut juga dilakukan sedekah, yang

diberikan kepada tetangga terdekat dan sanak famili. Bentuk shadaqah

bermacam-macam, dari sekedar mengadakan kenduri, menyembelih

kambing, hingga membagikan uang, pakaiandan sebagainya.58

sebagaimana dikemukakan dalam sebuah hadits, bahwa “ash-shadaqatu

lda’filbala”, bahwa dengan bersedekah dapat menjadi benteng dari bala‟

ketetapan yang buruk atau cobaan yang tidak mampu ditanggung. Bisa dikatakan

bahwa dengan bersedekah itulah dapat dilakukan upaya “menembus takdir” Allah.

Karena dalam doktrin agama diyakini, bahwa doa dan sedekah adalah dua energi

yang mampu menjadi sarana menembus takdir, selama dilakukan dengan ikhlas

karena Allah.59

Seperti hasil wawancara dengan Bapak Suyoto selaku Tokoh

Agama

Dan sebelum sedekahan, mengadakan acara sima‟an, yakni

pembacaan Al-Qur‟an oleh yang hafal Al-Qur‟an 30 juz dengan

disimak oleh orang banyak, sampai selesai. Kemudian malamya

diadakan pembacaan beberapa kitab jenis Al-Maulid (kitab yang berisi

sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW). Atau manaqib (kitab yang

berisi tentang sejarah kelahiran ulama besar terkenal). Agar anak yang

akan lahir kelak selalu menggunakan Al-Qur‟an sebagai pedoman

hidup, dan dapat mentauladani Rasulullah SAW serta tokoh ulama-

auliya yang dibacakan kitab maulidnya.60

Dalam menggelar proses tingkeban ada beberapa ritual yang perlu di

lakukan secara berurutan mulai dari siraman, hingga membagikan

rujak kepada para tamu undangan. Dalam upacara tujuh bulanan

(tingkeban) perlu menyediakan beragam perlengkapan yang

58

Wawancara dengan bapak Suyoto (Tokoh Agama) Desa Kempas Jaya Kecamatan

SenyerangKabupaten Tanjung Jabung Barat 2019 59

Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa,(Yogyakarta: Narasi, 2010) Cet

Ke-1. Hlm 72 60

Wawancara dengan bapak Suyoto (tokohAgama) Desa Kempas Jaya Kecamatan

SenyerangKabupaten Tanjung Jabung Barat 2019

Page 53: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

jumlahnya serba tujuh. Antara lain: bubur tujuh warna, kombinasi 7

macam yaitu jenang merah, jenang putih, merah ditumpangi putih,

putih ditumpangi merah, putih disilang merah, merah disilang putih,

(bubur putih diatasnya dikasih parutan kelapa dan sisiran gula jawa).

dan aneka jajanan dan berbagai perlengkapan lainnya61

Peringatan 7 bulanan sendiri hukumya tidaklah wajib namun boleh

selama acara ini mengandung banyak unsur-unsur kebaikan seperti membuat

rujak, sedekah, membaca qiratil Qur‟an, dan tahlilan. Kemudian yang

terpenting adalah tidak mengandung unsur-unsur negative dan melenceng dari

ketentuan Islam. Adapun proses kehamilan yang dilakukan oleh masyarakat

Desa Kempas Jaya yaitu62

a. Menentukan hari tingkeban

Jauh-jauh hari di Desa Kempas Jaya sebelum usia kandungan

memasuki 7 bulan (tingkeban) calon orang tua bayi harus menentukan hari

yang baik, ada yang melaksanakan serba tujuh yaitu 7, 17, dan 27. Ada

juga yang sesuai dengan petungan/hitungan jawa. Menurut petungan jawa

hari-hari yang baik itu memiliki neptu genap dan jumlahnya 12 atau 16.

Table: 8. Neptu Dino Lan Pasaran Petungan Jawa63

NO Nama hari Neptune Nama pasaran Neptune

1 Ahad 5 Pon 7

2 Senin 4 Wage 4

3 Selasa 3 Kliwon 8

4 Rabu 7 Legi 5

5 Kamis 8 Pahing 6

6 Jum‟at 6

7 Sabtu 9

61

Wawancara dengan Ibu Tumini (Dukun Beranak) di Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang

Kab. Tanjung Jabung Barat, 21 Maret 2019. 62

Wawancara dengan Bapak Senen ( Kepala Adat) Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang

Kab. Tanjung Jabung Barat, 21 Maret 2019. 63

ibid

Page 54: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

b. Sedekah

Sedekah yang dimaksud di sini yaitu memberikan nasi kepada

tetangga terdekat , seperti kepada Ustadz-Ustadz dan kepada sesepuh.

Didalam Al-Qur‟an banyak sekali ayat-ayat yang dianjurkan kaum

muslimin untuk senantiasa memberikan sedekah. Diantaranya ayat yang

dimaksud adalah firman Allah SWT:

مناس وم ح تي ٱ صل

ل من ٱمر تصدكة ٱو مؼروف ٱو ا

م ا وىه ن ن تتغاء ل خي ف نثي م

ل ٱ ن يفؼل ذ

لل ١١٨ فسوف هؤثيو ٱجرا غظامرضات ٱ

Artinya: Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali

bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,

atau berbuat ma‟ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia.

barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah

SWT, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS.

An-Nissa [4]: 114

c. Membaca qiratil Qur‟an

Acara 7 bulanan di Desa Kempas Jaya biasanya sorenya di isi

dengan bacaan ayat suci Al-qur‟an serta memanjatkan doa-doa untuk

kebaikan sang janin. Surah yang dianjurkan untuk dibaca pada peringatan

7 bulanan (tingkeban) adalah surah Al-Fatihah, surah Yusuf dan Surah

Maryam. Dan Hal ini dimaksudkan agar kelak sang anak bisa

mendapatkan ibrah dari isi ayat tersebut.64

Sedangkan Surah Yusuf dan

64

Wawancara dengan bapak Suyoto (Tokoh Agama) Desa Kempas Jaya Kecamatan

Senyerang, Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2019

Page 55: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

surah Maryam merupakan ayat-ayat Al-Qur‟an, membaca Al-Qur‟an

adalah salah satu rangkain amal-amal pokok dalam agama Islam,

sebagaimana shalat dan infak. Firman Allah dalam QS. Fathir ayat 29-

30.65

ا وػلاهية ير يم س ا رزكن ة وٱهفلوا مم لوه مص وٱكاموا ٱ لل

ة ٱ ين يتلون نت ل

ن ٱ

ن ثحور ا رة م ٩٢جون

وۥ غفور شكور هۦ ا ن فض يم ٱجوره ويزيده م ٣٣ميوف

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-

Qur‟ an, mendirikan shalat,serta menginfakkan sebagian harta

yang telah kami anugrahkan kepada mereka, baik mereka infakkan

dengan diam-diam maupun dengan terang-terangan, mereka itu

ibaratnya mengharapkan perniagaan yang tidak akan mengalami

kerugian. Sebab, Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan

menambahkan karunianya kepada mereka. Sengguh allah maha

pengampun lagi maha mensyukuri kebaikan.

Karena pentingnya membaca Al-Qur‟an, Rasulullah Saw memerintahkan

agar setiap keluarga mendidik putra-putrinya membaca Al-Qur‟an. Dari

uraian di atas, maka dengan pembacaan surat Al-Fatihah dimaksudkan

untuk melandasi terkabulnya doa. Sebab surat Al-Fatihah mempunyai

khasiat seperti yang dinyatakan oleh Rasulullah Saw. dalam sabdanya

yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi:

ة مما كر ئت ل )رواه امحي لي امفا ت

“Surah Al-fatihah itu memberikan keperluan apa saja yang diniatkan

ketika membacanya”(HR. Imam al-Baihaqi- Kitab kunuz al-Haqaiqi bi

Hamisy al-Jami‟ash-Shaghir).66

65

Nurul Fitroh, Ritual tingkeban dalam perspektif Aqidah Islam, 2015, hlm 68-70 66

Ibid,. Hlm. 68-70

Page 56: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

Al-Fatihah juga punya nama Ummul-kitab, yang artinya “induk

kitab Al-Qur‟an”. Juga punya nama lainSurah As-Sual yang artinya “surat

untuk memohon hajat dan keperluan”. Dengan demikian khasiat

pembacaan surat Al-Fatihah tersebut juga berkaitan dengan penyataan niat

agar mudah terkabulnya doa. Dari hal tersebut, maka dengan membaca

surat Al-Fatihah diharapkan agar hajat dari shahibul hajat dikabulkan.

Sedangkan, surah Yusuf dan surah Maryam yang merupakan ayat-ayat Al-

Qur‟an dalam tradisi tingkeban, shahibul hajat mempunyai harapan agar

diberi keberkahan, dan karunia dari Allah SWT dan dengan pembacaan

surat-surat tersebut maka secara tidak langsung juga telah mendidik si

jabang bayi untuk membaca Al-Qur‟an. Hal ini dikarenakan si jabang bayi

saat pelaksanaan tradisi tingkeban mendengarkan apa yang dibaca ketika

pelaksanaan tradisi tingkeban berlangsung.

Namun begitu, tidak ada ketentuan baku mengenai surah apa yang

diharus dibaca saat peringatanritual tingkeban(7 bulanan) ini, artinya kita

bebas membaca surah dalam Al-Qur‟an adalah baik dan dapat memberikan

ibrah yang baik bagi calon anaknya kelak.67

67

Nurul Fitroh, Ritual tingkeban dalam perspektif Aqidah Islam, 2015, hlm 68-70

Page 57: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

d. Tahlilan

Tahlilan yaitu berkumpul bersama dirumah berdzkir dan

mendoakan agar ibu dan sijabang bayi dalam kandungan selamat sampai

proses melahirkan, dan bayi yang dilahirkan dalam keadaaan sehat.68

e. Rujak atau Rujak‟an

Bumbunya pedas dengan 7 macam buah-buahan, seperti buah

mangga, buah jeruk, buah kedondong, buah nanas, buah jambu, buah

mentimudan buah bengkoang. rujak ini mempunyai makna tersendiri

yaitu apabila membuatnya terasa pedas atau sedap melambangkan bahwa

ibu bayi yang mengandung akan melahirkan bayi perempuan dan

sebaliknya apabila rujak tersebut rasanya biasa maka anak yang

dilahirkan laki-laki.69

f. Siraman atau mandi

Merupakan simbol upacara bagi pernyataan tanda pembersih diri, baik

fisik maupun jiwa. Pembersih secara simbolis ini bertujuan membebaskan

calon ibu dari dosa sehingga kalau kelak si calon ibu melahirkan anak tidak

mempunyai beban moral sehingga proses kelahirannya menjadi lancar.

Upacara siraman dilakukan di kamar mandi dan dipimpin oleh anggota

keluarga yang tertua. Kembang yang digunakan dalam acara siraman yaitu

68

Wawancara dengan bapak Senen (Tokoh Adat) Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2019 69

Wawancara dengan bapak senen (tokoh adat) desa kempas Jaya Kecamatan Senyerang

Kabupaten TanjungJabung Barat 2019

Page 58: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

bermacam-macam dan mempunyai makna masing-masing yaitu

diantaranya:

Tabel, 9. jenis Bunga dan Maknanya.70

No Jenis Bunga Maknanya

1 Bunga melati (putih) Seputih hati

2 Bunga mawar ( merah) Semerah-merah kita harus lihat

juga yang putih

3 Bunga puji raman (ungu) Penghormatan

4 Bunga sepiring (putih) Sesuci-suci hati

5 Bunga cempako (kuning) Persahabatan

6 Bunga sekuntum Keindahan

7 Bunga rumput (hijau) Ketertiban dalam hidup

g. Ngrogoh cengkir

Cengkir adalah sebutan untuk buah kelapa yang masih sangat muda.

Cengkir dalam adat jawa juga memiliki arti “Kencenge pikir” yang berarti

manusia yang memiliki pemikiran yang kuat, tidak mudah goyah oleh hal-

hal yang mengarah kearah negative. Cengkir juga memiliki filosofi sosok

manusia yang tenang namun mampu menyejukkan yang lain.71

Dan Cengkir

berarti tunas kelapa, sebagai simbolis cikal bakal bayi yang akan menjadi

manusia dewasa kelak. Cengkir berjumlah dua buah diambil oleh sang ayah

untuk selanjutnya dilaksanakan ritual brobosan (meluncurkan).72

h. Brojolan atau brobosan

70

Ibid 71

https://Muhammadbaihaqi16.com diakses pada tanggal 04-Mei 2019 pukul 20:15 72

Wawancara dengan bapak senen (Tokoh Adat) desa kempas Jaya Kecamatan Senyerang

Kabupaten TanjungJabung Barat 2019

Page 59: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

Sanga ayah akan meluncurkan dua cengkir tersebut dari balik kain yang

dipakai sang ibu. Cengkir atau kelapa muda yang dipakai sebelumnya telah

dilukis Dewi Kamaratih melambangkan bayi wanita jelita dan Dewa

Kamanjaya melambangkan bayi pria rupawan.73

i. Membelah cengkir

Selanjutnya dua butir kelapa gading yang masing-masing telah

digambari Dewa Kamajaya dan Dewi Ratih, gambar tokoh wayang

melambangkan doa, agar nantinya si bayi jika laki-laki akan setampan Dewa

kamajaya dan jika wanita secantik Dewi Ratih. Kedua dewa dan dewi ini

merupakan lambang kasih sayang sejati. Oleh si calon ibu, kedua butir

kelapa diserahkan pada suaminya (calon bapak), yang akan membelah

kedua butir kelapa gading menjadi dua bagian dengan bendo. Ini

melambangkan, bahwa jenis kelamin apapun, nantinya, terserah pada

kekuasaan Allah.74

j. Pantes-pantesan atau ganti busana

Dalam acara pantes-pantes ini calon ibu pakai kain kebaya 7 macam.

Kain dan kebaya yang pertama sampai yang ke enam merupakan busana

yang menunjukkan kemewahan dan kebesaran. Ibu-ibu yang hadir saat

ditanya apakah si calon ibu pantas menggunakan busana-busana tersebut

memberikan jawaban : “dereng Pantes” (belum pantas). Setelah dipakaikan

73

Ibid 74

Wawancara dengan bapak Senen (Tokoh Adat) desa kempas Jaya Kecamatan Senyerang

Kabupaten TanjungJabung Barat 2019

Page 60: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

busana ke tujuh yang berupa kain lurik dengan motif sederhana, baru ibu-

ibu yang hadir menjawab : “pantes” (pantas). Ini melambangkan, doa agar si

bayi nantinya menjadi orang yang sederhana.

Angka 7 melambangkan 7 lubang tubuh (2 di mata, 2 di telinga, 1

hidung, 1 di mulut, dan 1 di alat kelamin), yang harus selalu dijaga kesucian

dan kebersihannya. Ada pengertian lain dari angka 7 ini disebut keratabasa.

Angka 7, dalam bahasa jawa disebut pitu, keratabasa dari pitulungan

(pertolongan). Dan ini menjadi salah satu ritual unik dalam prosesi

tingkeban. Dan Pantes-pantes disini memakai 7 kain batik jenis kain disini

berbeda dan mempunyai makna masing-masing yaitu diantaranya:

Tabel,10. jenis kain dan maknanya.75

No Jenis kain batik Maknanya

1 Sidomukti Kebahgiaan

2 Sidoluhur Kemuliaan

3 Truntun Nilai-nilai yang selalu di pegang teguh

4 Parang kusuma Perjuangan untuk hidup

5 Semen rama Akan lahir anak yang kasih kepada orang

tua yang sebentar lagi akan menjadi

bapak dan ibu tetap bertahan selama-

lamanya

6 Udan iris Anak yang akan lahir akan

menyenangkan dalam kehadirannya di

masyarakat

7 Cakar ayam Anak yang lahir dapat mandiri dan

memenuhi kebutuhan sendiri

k. Potong tumpeng

75

Wawncara dengan Bapak Senen ( Tokoh Adat) Desa Kempas JayaKecamatan Senyerang

Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Page 61: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

Tumpeng berasal dari sebuah singkatan “ yen metu kudu mempeng”

yang memiliki arti tersendiri. Bila diterjemahkan dalam bahasa indonesia

berarti ( keluar harus sungguh-sungguh semangat).76

Tak heran jika nasi

tumpeng dari dulu hingga saat ini sering dijadikan hidangan dalam suatu

perayaan yang memiliki makna ucapan syukur ataupun kebahgiaan. sebab,

makna tumpeng sendiri adalah baik, yakni ketika terlahir manusia harus

menjalani kehidupan dijalan Tuhan dengan semangat, yakin, fokus, dan

tidak mudah puts asa.

Upacara potong tumpeng ini melambangkan rasa syukur kepada Tuhan

dan sekaligus ungkapan atau ajaran hidup mengenai kebersamaan dan

kerukunan. Ternyata, dalam penyajian tumpeng biasanya dilengkapi dengan

tujuh macam lauk-pauk. Tujuh dalam bahasa jawa berarti pitu. Angka pitu

berarti pitulungan(pertolongan). Berikut makna dari macam lauk-pauk yang

biasa disajikan dalam tumpeng:

1. Nasi berbentuk kerucut

Nasi dibentuk menjadi bentukan kerucut dapat diartikan sebagai

harapan agar hidup selalu sejahtera, melambangkan kesejahteraan,

kekayaan, atau rezeki yang melimpah.

2. Ayam

Pemilihan ayam sebagai pelengkap tumpeng adalah aam jago

(jantan) yang dimasak utuh ingkung dengan bumbu kuning/kunir dan

76

Ibid

Page 62: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

diberi areh (kaldu santan yang kental) yang menjadi simbol menyembah

Tuhan dengan khusuk dengan hati yang tenang. Dimana ketenangan hati

dicapai dengan mengendalikan diri dan sabar.

Menyembelih ayam jago juga mempunyai makna menghindari

dari sifat-sifat buruk ayam jago, antara lain: sombong, congkak, kalau

berbicara selalau menyela dan merasa tahu/menang/benar sendiri

(berkokok) tidak setia dan tidak perhatian kepada anak istri.77

3. Ikan

Ikan teri umumnya digoreng dengan tepung atau dengan tepung

atau tanpa tepung . ikan ini menjadi simbol dari ketabahan, keuletan dala

hidup dan sanggup hidup dalam situasi ekonomi yang bawah sekalipun.

Ikan teri selalu hidup bergerombol. Filosofi yang dapat diambil, sebagai

contoh dari kebersamaan dan kerukunan.78

4. Telur rebus

Nasi tumpeng dilengkapi dengan telur rebus utuh. Telur direbus

bukan didadar atau mata sapi, dan disajikan utuh dengan kulitnya, jadi

tidak dipotong sehingga untuk memakannya hrus di kupas dahulu.

Piwulang jawa mengajarkan “tata, titi, titas dan tatas”, yang berarti etos

kerja yang baik adalah kerja yang yang terencana, teliti, tepat

perhitungan dan diselesaikan dengan tuntas.Telur juga menjadi simbol

77

https://www.idntimes.com/irma wulandriani, diakses pada tanggal 04-Mei 2019 pukul

19:15 78

Ibid

Page 63: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

jika manusia diciptakan dengan fitrah yang sama. Yang membedakan

nantinya hanyalah ketakwaan dan tingkah lakunya.

5. Sayur urap

Pelengkap lainya dalah sayur urap. Sayuran yang digunakan

antara lain kangkung, bayam, kacang panjang, toge dengan bumbu

sambal parutan kelapa atau urap dan lain-lain:

a. Kangkung berarti jinangkung yang berarti melindung

b. Bayam (bayem) berarti ayem tentrem

c. Toge (cambah) yang berarti tumbuh

d. Kacang panjang berari linuwih atau mempunyai kelebihan dibanding

lainnya

e. Bawang merah melambangkan mempertimbangkan segala sesuatu

dengan matang baik buruknya

f. Cabe merah diujung tumpeng merupakan simbol dilah/api yang

memberikan penerangan/tauladan yang bermanfaat bagi orang lain

g. Bumbu urap berarti urip (hidup) atau mampu menafkahi

keluarganya.79

3. Pandangan Masyarakat yang melaksanakan tradisi tingkeban

Menurut pendapat Ibu Eka setelah melaksanakan tradisi tersebut dia

merasakan hati yang tentram, dan berharap semoga pada waktu

melahirkan di beri keselamatan.80

79

https://www.idntimes.com/irma wulandriani, diakses pada tanggal 04-Mei 2019 pukul

19:15 80

Wawancara dengan ibu Ekapada tanggal 02 Maret 2019

Page 64: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

Sedangkan menurut ibu Sunarti, dia merasakan manfaat yang banyak

dengan melakukan tradisi tersebut, selain membaca Alqur‟an untuk

keselamatan calon bayi dan ibunya kita bisa bersodaqoh dengan

memberikan makanan pada tetangga.81

4. Eksistensi Ritual Tingkeban

Dapat di katakan bahwa maksud penyelenggaraan upacara

kehamilan ialah agar embrio yang ada di dalam kandungan dan ibu yang

mengandung senantiasa memperoleh keselamatan. Namun ada motivasi

yang mendorong dilakukannya penyelenggaraan rangkaian upacara

kehamilan, yaitu aspek tradisi kepercayaaan yang lama dan aspek

primordial. Adapun aspek tradisi kepercayaan lama, sangat diyakini untuk

melakukan ritus-ritus sebagai sarana mutlak agar bakal bayi dan ibu yang

hamil senantiasa terhindar dari malapetaka.Adapun aspek solidaritas

priomordial, terutama adatistiadat yang secara turun temurun dilestarikan

oleh kelompok sosialnya. Adatistiadat yang berkaitan dengan masa

kehamilan, juga mencerminkan salah satu etik status sosial kelompoknya.

Mengabaikan adat-istiadat yang mencerminkan salah satu etik status sosial

itu, dapat dinilai sebagai suatu ulah yang tidak memperlihatkan watak

golongan bangsawan, tidak menunjukkan solidaritas primordial golongan

bangsawan tidak disenangi. Mengabaikan adat-istadat mengakibatkan

celaan dan nama buruk bagi keluarga yang bersangkutan di mata kelompok

sosialnya. Karena ulahnya itu, bukan saja dinilai tidak sesuai dengan etik

status sosial golongan bangsawan, tidak menghormati pranatan dan leluhur,

81

Wawancara dengan ibu Sunarti pada tanggal 05 Maret 2019

Page 65: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

melainkan juga dapat merusak keseimbangan tata hidup kelompok

sosialnya.82

B. Pandangan Hukum Islam Terhadap Ritual Tingkeban dalam tradisi adat

jawa

Setiap agama dalam arti seluas-luasnya tentu memiliki aspek fundamental

(dasar) yakni aspek kepercayaan atau keyakinan, terutama kepercayaan

terhadap sesuatu yang sakral, yang suci atau yang ghaib.Islam dan tradisi

merupakan dua yang berlainan, tetapi dalam perwujudannya dapat saling

bertaut, saling mempengaruhi, saling mengisi, dan saling mewarnai perilaku

seseorang.Sedangkan tradisi merupakan suatu hasil budi daya manusia yang

bersumber dari ajaran nenek moyang, adat istiadat dan budaya tersebut

merupakan khasanah sosial yang memiliki nilai positif dalam masyarakat

tardisional.Adat istiadat telah dijadikan secara efektif menjadi alasan

komunikasi sosial dan sekaligus sebagai perekat antara individu atau antar

masyarakat adat.

Dalam banyak literatur fiqih, istilah adat dan „Urf merupakan dua kata

yang sangat akrab di telinga. Banyak ulama fiqh mengartikan „Urf sebagai

kebiasaan yang dilakukan banyak orang (kelompok) dan timbul dari kreatifitas

manusia dalam membangun nilai-nilai budaya. Berbeda dengan adat yang oleh

fuqoha diartikan sebagai tradisi secara umum tanpa memandang apakah

dilakukan oleh satu orang atau kelompok.

82

Nurul Fitroh, Ritual tingkeban dalam perspektif Aqidah Islam, 2015, hlm 19-20

Page 66: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

„Urf itu ada dua macam, yaitu „urf shohih dan „urf fasid (rusak). „Urf

shahih ialah sesuatu yang telah saling dikenal oleh manusia dan tidak

bertentangan degan dalil syara‟, juga tidak menghalalkan yang haram dan juga

tidak membatalkan yang wajib,seperti kebiasaan masyarakat jahiliyah sebelum

masa kenabian untuk menghormati tamu, dengan memberi mereka pelayanan

makan, minum dan tempat tinggal. Semua itu ternyata juga dibenarkan dan

dihargai didalam masyarakat Islam.83

Adapun Urf fasid yaitu sesuatu yang telah saling dikenal manusia,

tetapi sesuatu itu bertentangan dengan syara‟ atau menghalalkan yang haram

dan membatalkan yang wajib, seperti saling mengerti manusia tentang

beberapa perbuatan mungkar dalam upacara kelahiran anak.

Maka „Urf shahih harus dipelihara dalam pembentukan hukum dan

dalam pengadilan. Bagi seorang mujtahid harus memeliharanya dalam waktu

membentuk hukum.84

Seorang qadhi (hakim) juga harus memeliharanya ketika

mengadili, karena sesuatu yang telah saling dikenal manusia tetapi tidak

menjadi adat kebiasaan, maka sesuatu yang disepakati, dan di anggap ada

kemaslahatannya, selama sesuatu itu tidak bertentangan dengan syara‟ maka

harus dipelihara.

Berdasarkan pelaksanaan 7 bulanan (tingkeban) sebenarnya

pelaksanaan tingkeban berangkat dari hadist Nabi yang diriwayatkan oleh

Bukhari, yang menjelaskan tentang proses perkembangan janin dalam rahim

perkembangan seorang perempuan. Dalam hadits tersebut dinyatakan bahwa

83

Abdul Wahab Khalaf. Kaidah-kaidah Hukum Islam (Iilmu Ushul Fiqh). (Jakarta:

Rajawali Pers) hlm 134-135 84

Ibid

Page 67: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

pada saat janin umur 120 hari (4 bulan) dalam kandungannya ditiupkan ruh dan

ditentukan 4 perkara yaitu umur, jodoh, rezeki dan nasibnya.85

Sekalipun dalam hadits tersebut tidak ada perintah untuk melakukan

ritual, tetapi melakukan permohonan pada saat itu tidak dilarang.dengan sadar

hadist tersebut, maka kebiasaan orang jawa khususnya Desa Kempas Jaya

mengadakan upacara adat untuk melakukan permohonan agar janin yang ada

didalam rahim seorang istri lahir selamat dan menjadi anak yang sholeh dan

sholehah. Seperti hasil wawancara bersama bapak Suyoto bahwa:

Pada dasarnya tingkeban merupakan ritual yang bernilai sakral dan

bertujuan sangat mulia, karena dalam ritual terdapat permohonan doa

kepada Allah. Dan dikumandangkan kalimat-kalimat shalawat-

shalawat Nabi, pembacaan ayat suci Al-Qur‟an serta tahlilan.

Shalawat nabi merupakan bukti pelaksanaan tingkeban secara Islami.

Dikumandangkan shalawat Nabi dalam tradisi umat Islam di Kempas

Jaya dikenal dengan berzanji. Berzanji ini diharapakan dapat

memberikan pendidikan kepada janin yang dikandung oleh sang ibu

sejak si jabang bayi masih dalam kandungan seiring dengan

ditiupkannya ruh kepada sijabang bayi86

.

Jadi, kalau kita melihat penjelasan diatas, pada prinsipnya islam tidak

mengenal tradisi tingkeban atau 7 bulanan. Kalaupun ada, namanya selamatan.

Adapun itu pelaksanaannya tidak boleh berlebihan dan tetap berada dalam

konteks Islam.

Jadi, melihat prosesi dan keyakinan mengenai ritual tingkeban maka,

apabila tingkeban itu diyakini dan atau dikaitkan dengan agama, sehingga

menyebabkan ketakutan jika tidak melaksanakannya, maka hal ini jelas

menyimpang dari syariat Islam, karena Allah SWT tidak mensyariatkan hal

85

Ibid.,hlm. 162 86

Wawancara dengan bapak Suyoto (Tokoh Agama) Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang

Kab. Tanjung Jabung Barat

Page 68: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

tersebut sehingga akan mengarah pada upaya muhdastatul umur (perkara

mengada-ngada atau dibuat-buat) atau menambahi agama, dan itu tergolong

bid‟ah yang sesat. Akan tetapi, jika acara ini diyakini sebagai bagian dari

ibadah maka jenis ritual seperti ini dilarang, karena tidak ada syari‟at yang

mendasarinya. Karena bagaimanapun, islam telah disempurnakan bagi umat

manusia sebagai jalan yang lurus menuju Ridho Allah SWT.

Acara pelaksanaan 7 bulanan lebih bagusnya tidak diadakan maka

hendaklah luruskan niatnya, yakni bersyukur kepada Allah bahwa janin ini

telah diselamatkan hingga usia tujuh bulan (tidak keguguran). Berdoalah kepda

Allah karena berdoa dianjurkan dalam Islm agar si bayi, khususnya, kelak

menjadi manusia yang shaleh, dan kepada keluarganya semoga Allah

menjadikannya keluarga muslim yang berbahagia dunia dan akhirat.

Rasulullah SAW sebagai imam dan panutan kita yang terbaik dan

paling sempurna tidak pernah melakukan tradisi seperti itu ketika istri beliau

Khodijah ra, hamil 7 bulan sebanyak 7 kali kehamilan. Demikian pula Fatimah

putri Rasulullah SAW, ketika ia hamil beberapa kali kehamilan tidak pernah

sekalipun melakukan ritual dan tradisi tingkeban (7 bulanan) ketika masa

kehamilannya. Dan para wanita sahabat Nabi SAW juga demikian, tidak ada

seorangpun dari mereka yang melakukan tradisi 7 bulan ketika mereka hamil.

Di dalam hadits yang shohih Rasulullah SAW bersabda: dan sebaik-baik

petunjuk adalah Nabi Muhammad SAW.

Disini Ada dua pendapat menurut tokoh Ulama NU dan

Muhammadiyah dalam tardisi ritual tingkeban dalam tradisi adat Jawa.

Page 69: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

Menurut ulama NU ritual tingkeban tidak diharamkan dan tidak pula

diwajibkan dalam artian boleh dilaksanakan selama dilakukan dengan tidak

melanggar atau bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Apabila melanggar dan

bertentangan maka diharamkan. Sedangkan menurut Tokoh Muhammadiyah

memeperingati tingkeban itu hukumnya bid‟ah sebab tradisi tersebut tidak

pernah dilakukan oleh Nabi sebelumnya.87

87

Yuli Saraswati, Hukum memperingati Tingkeban pada masyarakat Jawa Menurut

Pandangan Nahdlatul Ulama’ dan Tokoh Muhammadiyah

Page 70: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis uraikan pada bab-bab yang diatas, maka

setelah penulis membaca uraian dari beberapa kesimpulan yang merupakan inti

dari skripsi ini, maka untuk lebih tegasnya dapat penulis sajikan sebagai

berikut:

1. Pelaksanaan tingkeban(7 bulanan) kehamilan dilakukan dengan beberapa

kegiatan yaitu sedekahan, pembacaan ayat suci Al-Qur‟an, tahlilan,

rujak‟an, siraman atau mandi, ngrogoh cengkir, brojolan atau brobosan,

membelah cengkir, pantes-pantesan atau ganti busana, dan yang terakhir

potong tumpeng.

2. Pandangan Hukum Islam terhadap pelaksanaan tradisi ritual tingkeban di

Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Bahwa dalam tardisi tingkeban dapat saja dilakukan yang penting

masyarakat tidak mengimani simbol-simbol yang terkait di dalam tingkeban

tersebut. Tingkeban juga merupakan perwujudan rasa syukur kepada Allah

SWT sehingga dengan adanya tingkeban ini masyarakat melakukan salah

satu perwujudan rasa syukurnya serta bersedekah kepada orang-orang.

Selain itu merupakan warisan dari budaya keagamaan nenek moyang.

harapan yang terkandung dalam prosesi tingkeban mampu dicapai dengan

ibadah yang telah ditetapkan dalam syariat. sedangkan membaca Ayat Suci

Al-Qur an dan tahlilan hukunya Mubah dalam ritual tingkeban tersebut.

Page 71: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

2. Saran-Saran

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang terdapat dalam pembahasan

skripsi yang penulis susun dan dihubungkan dengan kondisi kehidupan

sekarang ini agar adat dapat diperbiki hal-hal yang telah menyimpang dari

ajaran Islam dan meletakkannya dengan baik sesuai dengan syariat Islam.

Yang telah menyimpang dari ajaran agama karena tradisi turun temurun yang

dibawa oleh nenek moyang dan tetap diprtahankan, maka penulis ingin

memberikan saran:

1. Kepada seluruh kaum muslimin, penulis menyarankan supaya ajaran islam

tetap dijadikan pegangan hidup, termasuk dalam urusan tradisi yang trun

temurun dari nenek moyang, pertimbangan lain jangan sampai mengalahkan

pertimbangan agama.

2. Kepada seluruh masyarakat pada umumnya dan masyarakat desa kempas

jaya pada khususnya selalu berhati-hati agar jangan sampai berbuat yang

melanggar akidah islamiyah.

3. Kepada tokoh agama hendaknya mnghapus kebiasaan yang tidak sesuai

dengan syariat islam dengan cara yang baik agar tidak terjadi perselisihan

antara warga yaitu memasukkan syariaat islam itu kedalam adat yang ada

sedikit demi sedikit.

4. Untuk kalangan mahasiswa, penulis sangat mengaharapkan agar kiranya

semakin luas dan mendalam untuk melakukan penelitian tentang ritual tujuh

bulan(tingkeban) masyarakat desa kempas jaya khususnya masyarakat

Page 72: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

orang jawa sehingga banyak literatur-literatur yang di miliki dalam hal ritual

kehamilan dikemudian hari.

3. Kata Penutup

Dengan mengucapkan Alhamdulillah,maka akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penulisan dan penyelesaian skripsi ini sesuai dengan data-data

yang penulis peroleh dari sumbenya,dan kemudian dianalisis melalui prosedur

Ilmiah menurut kemampuan yang penulis miliki.

Sehubungan dengan itu penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kata sempurna, masih banyak terdapat kekeliruan dan kekurangan

dalam penulisannya. Oleh karena itu,kepada semua pihak yang sempat

membaca karya ini,penulis sangat mengharapkan saran, kritikan, ataupun

perbaikan demi kesempurnaan penulisan karya ini.

Disini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan dorongan dan memotivasi dalam penyelesaian

penulisan penyusunan karya ini,dan kepada Allah SWT jualah penulis

mengharap agar semua sumbangsih tersebut menjadi amal kebaikan yang

diterima di sisi-Nya.

Dan pada akhirnya dengan sebuah harapan, agar kiranya hasil karya ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak,dan juga bisa menjadi amal ibadah penulis

yang mendapat keridhaan Allah SWT. Aamiin.

Page 73: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Al-Qur‟an dan terjemahan, Semarang: CV. Toha Putra, 1989.

Abdul Wahab Khalaf. Kaidah-kaidah Hukum Islam (Iilmu Ushul Fiqh).

(Jakarta: Rajawali Pers)

Badri Khaeruman, Hukum Islam dalam Perubahan Sosial, Bandung: CV

PustakaSetia, 2010.

Baharuddin Ahmad dan IllyYanti, Eksistensi dan Implementasi Hukum

Islam

Di Indonesia,Yogyakarta: PustakaPelajar, 2015.

Clifford Gaeertz, Abangan Santri Priyayi dan Masyarakat Jawa,

Terj.Aswab Makasin, Pustaka Jaya, Jakarta, 1983.

Ismawati, “Budaya dan Kepercayaan jawa’’, dalam M. Darori Amin (ed),

Islam dan kebudayaan jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2002.

Laksanto Utomo,HukumAdat, Jakarta: RajawaliPers, 2016.

Mardani, Hukum Islam pengantar ilmu hukum islam di

Indonesia,Yogyakarta

Pustaka pelajar, 2010.

Moloeng,Lexy Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2005.

Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1998)

Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, Yogyakarta:

Narasi, 2010.

Nasrun Harun, Ushul Fiqh I, (Jakarta: Logos, 1996).

Rachmat Syafi‟I/ Ilmu Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka Setia. 2010.

Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (EdisiRefisi), Jambi : Syariah

Press, 2014

Page 74: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

B. Lain-lain

Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung

Barat, 2019.

Khud Irwantodul, Pantangan Dalam Budaya Jawa di Kelurahan Demangan

Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta, Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2014.

Muchibbah Sektioningsih, Adopsi Ajaran Islam Dalam Ritual Mitoni di Desa

Ngagel Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati, Fakultas Ushuluddin

Jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri SunanKalijaga,

2009.

Nurul Fitroh, Jurnal Ritual tingkeban dalam perspektif Aqidah Islam, 2015.

Rini Iswari dkk, Pengkajian dan Penulisan Upacara Tradisional di Kabupaten

Cilacap, Dinas pendidikan dan Kebudayaan, Semarang, 2006

Ujang Yana, Pembacaan Tiga Surat Al-Qur’an Dalam Tradisi Tujuh Bulanan

Di Masyarakat Selandaka Sumpiuh Banyumas, Skripsi UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta, 2014.

Wawncara dengan ibu Eka

Wawancara denganBapakSenen, Tokoh Adat Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat

Wawancara dengan Siti Aminah, Kades Desa Kempas Jaya Kec.Senyerang

Kab. Tanjung Jabung Barat

Wawancara dengan ibu Sunarti

Wawancara Dengan bapak Suyoto, Tokoh Agama Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat

Wawancara dengan Tumini Dukun Beranak Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat

C. Internet

https://budaya jawa. tradisi-upacara-tingkeban, di akses pada tanggal 04 Mei

2019

Page 75: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

https://www.idntimes.com/irma wulandriani, di akses pada tanggal 04 Mei

2019

https://Muhammad baihaqi16.com, di akses pada tanggal 04 Mei 2019

Page 76: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL TINGKEBAN …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/SPM152150_SULIS SETIAWATI_PER… · ABSTRAK Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam

DAFTAR RIWAYAT

( CURRICULUM VITAE )

Nama : Sulis Setiawati

Temapt/Tgl Lahir : Sei Buluh Lajer 05 November 1996

Email : [email protected]

No Hp. : 085290892856

Alamat : Villa Karya Mandiri, Mendalo.

Pendidikan Formal

1. SD Negeri 141/V Kempas Jaya

2. MTS Nurul Huda Kempas Jaya

3. MA Al-Baqiyatusshalihat Kuala Tungkal

Pengalaman Organisasi

1. LDK Al-Uswah

Motto Hidup

Hiduplah seakan kamu akan mati besok dan belajarlah seakan kamu akan

hidup selamaya.