PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA...

109
PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA UMANG-UMANG ATAWA ORKES MADUN II KARYA ARIFIN C. NOER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh Yunita NIM. 109013000060 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Transcript of PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA...

Page 1: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH

DRAMA UMANG-UMANG ATAWA ORKES MADUN II KARYA

ARIFIN C. NOER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Yunita

NIM. 109013000060

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH

DRAMA UMANG-UMANG ATAWA ORKES MADUN II KARYA

ARIFIN C. NOER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Yunita

NIM. 109013000060

Di bawah bimbingan

Novi Diah Haryanti, M.Hum

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 3: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul

“Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam Naskah Drama Umang-umang Atawa

Orkes Madun II dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di SMA” yang

disusun oleh Yunita dengan NIM 109013000060 Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing pada

tanggal 10 Maret 2014.

Jakarta, 11 Maret 2014

Pembimbing

Novi Diah Haryanti, M.Hum

Page 4: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin
Page 5: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

KEMENTERIAN AGAMA

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089

UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

FITK No. Revisi: : 01 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

N a m a : Yunita

Tempat, Tgl Lahir : Tangerang, 07 Juni 1991

NIM : 109013000060

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : “Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam Naskah

Drama Umang-umang Atawa Orkes Madun II Karya

Arifin C. Noer dan Implikasinya terhadap

Pembelajaran Sastra”

Dosen Pembimbing : Novi Diah Haryanti, M.Hum.

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, Maret 2014

Mahasiswa Ybs.

Materai 6000

Yunita

NIM. 109013000060

Page 6: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

i

ABSTRAK

Yunita, (109013000060), Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Judul skripsi “Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam Naskah

Drama Umang-umang atawa Orkes Madun II dan Implikasinya terhadap

Pembelajaran Sastra”.

Sastra merupakan bagian kehidupan yang ceritanya diangkat dari peristiwa

nyata. Salah satu dari karya sastra adalah drama, suatu rekaan dunia kecil di atas

panggung yang melakonkan setiap peristiwa.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pandangan hidup seorang

tokoh dalam naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin C.

Noer.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

deskriptif. Subjek penelitian ini, yaitu pandangan hidup tokoh Waska dalam

naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin C. Noer dan

sebagai objek penelitian adalah naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun

II yang berupa dialog-dialog. Tahapan analisis drama meliputi, pengumpulan

dokumentasi kemudian dijabarkan dengan memberikan analisis.

Hasil penelitian dapat penulis simpulkan bahwa pandangan hidup tokoh

Waska dalam naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II, meliputi:

Pertama, ia menganggap bahwa di dunia ini tidak lagi diperlukannya cinta kasih,

semua hal itu malah akan membuat lemah dan tidak bergairah dalam hidup.

Kedua, pandangannya tentang penderitaan berubah, menurutnya, penderitaan

adalah ketika ia menikah dan memilii keluarga. Perempuan yang mencintainya

sepenuh hati dibiarkan menderita lantaran dibiarkannya, tetapi menurutnya,

penderitaan adalah ketika ia bersama dengan perempuan itu. Ia menganggap

semua impian besarnya akan gagal ketika ia memiliki cinta. Cinta itu simbol

kelemahan baginya. Ketiga, pandangan Waska tentang tanggung jawab yang

baginya itu kekokohan hidup, tanggung jawab yang ia miliki adalah tanggung

jawab terhadap waktu jika ingin menjadi orang besar. Keempat adalah pandangan

hidupnya tentang harapan. Harapan baginya adalah omong kosong. Berharap

sama saja menjatuhkan harga diri ke dalam lubang ketakutan.

Kata Kunci: Pandangan Hidup, Umang-umang Atawa Orkes Madun II,

Pembelajaran Sastra

Page 7: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

ii

ABSTRACT

Yunita, (109013000060) Educational Courses Indonesian Languange

and literature. Tarbiyah Science and Teacher Faculty. UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Thesis Title “The Worldview Waska in Umang-umang

atawa Orkes Madun II Drama Script and their Implication with Literature

Study”.

Literature is a part of life that’s the real life who lift in their story. A part

of that’s is the Drama. The microcosm on the stage who act out each event.

The purpose of this study was to describe the character wordiew in

Umang-umang atawa Orkes Madun II Arifin C. Noer work.

The method used in this study is descriptive analysed method. The subject

of this study is the Worldview of Waska in Umang-umang atawa Orkes Madun II

Arifin C. Noer work, and as the object in this Umang-umang atawa Orkes Madun

II which consist of a dialog. The step to analyze this drama script including

documentation collect and then described with the analysed.

The result can the authors conclude that Waskas Worldiew in Umang-

umang atawa Orkes Madun II, including: First, he regard that in this world he

didn’t needed sense of love, because that’s all can make human weak and not

exited to begin the live. Second, his Worldiew of suffer, changed. For him suffer

is when he merried and choosed the family. He let the woman who love him

disappear, because for him suffer is when he together with that woman, so his big

dream can be continued when he throw out his sense of love. Third, for waska,

the responsible of time is the requirement, because if someone can be a “Big

Man” he must be responsible with the time. Fourth, his Wordview of hope. For

him, hope is nonsense. Because when someone started to hoped, he can falling to

the scared.

Key Word: Wordview, Umang-umang Atawa Orkes Madun II, literature study.

Page 8: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah

menganugerahkan nikmat Iman dan Islam serta kekuatan, dan atas rahmat karunia

serta hidayah-Nya, skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik. Shalawat

bermutiarakan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga,

sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti jejak dan langkahnya

hingga akhir zaman nanti.

Tiada kata yang dapat penulis torehkan lagi, kecuali hanyalah ucapan

terima kasih yang tiada terkira atas bimbingan, dorongan serta masukan-masukan

positif untuk membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu,

perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifai, M.A., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA, MPd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia.

3. Dra. Hindun, MPd., selaku sekertaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia.

4. Novi Diah Haryanti, M.Hum., Pembimbing yang dengan sabar dan

ikhlasnya telah memberi petunjuk, bimbingan, saran, masukan, dan

pengarahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada

penulis.

6. Para staf perpustakaan, baik Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan maupun Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah membantu penulis dalam mencari referensi untuk

menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibunda dan ayahanda tercinta Maisyuri Candra Dewi dan Uding Saputra,

yang tak pernah letih merawat, mendoakan, mendukung, dan memberi

motivasi serta bantuan moril maupun materil kepada penulis dengan tulus

dan ikhlas. Skripsi ini sebagai bukti bakti penulis kepada Mama dan Papa.

Page 9: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

iv

8. Adik-adikku tercinta Faizal Alqorni dan Lutfiah Azizah yang selalu

mendo’akan dan mendorong penulis untuk tetap semangat menyelesaikan

skripsi ini.

9. Bohari Muslim yang selalu menemani hari-hari penulis dalam proses

penulisan skripsi ini. Terima kasih kamu yang telah memberikan

bimbingan, kasih sayang, serta semangat kepada penulis.

10. Teman-teman kosant Sarbini, Kak Tanti, Hilda, Wiwi, Bebsy, Nina, Desi,

dan Manda. Terima kasih selalu menemani kala suka maupun duka.

Teman curhat dan keluh kesah. Teman bersama dalam segalanya. Dalam

melewati hari-hari ini tidak akan berarti tanpa ocehan dan laku kalian.

11. Sahabat-sahabatku tercinta di kampus, Hayatun, Rizki Dwi, Jelita, Bundo,

Oi, Dewi, Syena yang telah memberikan kenang-kenangan berupa

persahabatan. Menjalani kuliah bersama kalian sangat menyenangkan.

12. Keluarga besar PBSI UIN ’09, Pandawa dan Srikandi Sastra, Keluarga

besar Teater Syahid, dan Majelis Kantiniyah. Kalian adalah sahabat

sekaligus pengalaman terbaik yang tidak akan pernah penulis lupakan.

Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga

bantuan, bimbingan, semangat, doa, dan dukungan yang diberikan pada penulis

dibalas oleh Allah Swt. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman dan

pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran

serta masukan yang membangun sebagai bahan perbaikan dari berbagai pihak.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya penulis dan umumnya

bagi pembaca. Amin.

Jakarta, 11 Maret 2014

Yunita

Page 10: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

ABSTRACT ....................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................. 5

C. Pembatasan Masalah ................................................................. 6

D. Rumusan Masalah ..................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

G. Metodologi Penelitian ............................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORETIS

A. Hakikat Pandangan Hidup ......................................................... 10

B. Hakikat Drama........................................................................... 15

C. Unsur Intrinsik Drama ............................................................... 22

D. Unsur Ekstrinsik Drama ............................................................ 29

E. Drama sebagai Media Pembelajaran ......................................... 30

F. Penelitian yang Relevan ............................................................ 31

BAB III BIOGRAFI PENGARANG

A. Biografi Pengarang .................................................................... 34

B. Sinopsis ..................................................................................... 38

C. Tentang Caturlogi Orkes Madun dan Arti Kata Umang-umang 40

Page 11: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

vi

BAB IV ANALISIS DATA: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA

DALAM NASKAH DRAMA UMANG-UMANG ATAWA

ORKES MADUN II KARYA ARIFIN C. NOER

A. Unsur Intrinsik Naskah Drama Umang-umang Atawa Orkes

Madun II karya Arifin C. Noer. ................................................. 42

B. Pandangan Hidup Tokoh Waska ............................................... 73

C. Implikasi Naskah Drama terhadap Pembelajaran Sastra ........... 82

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................... 86

B. Saran .......................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 88

LAMPIRAN

Page 12: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra pada umumnya tidak pernah melepaskan diri dalam

hubungannya dengan kehidupan masyarakat. Karya sastra menampilkan

permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam kehidupan manusia yang

berkaitan dengan makna dari situasi sosial dan historis dalam kehidupan

manusia. Karya sastra bukan sekedar aspek permasalahan masyarakat yang

sederhana. Ia merupakan lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai

media, sedangkan bahasa itu sendiri adalah ciptaan sosial. Oleh karena itu,

dapat digambarkan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan yang erat

kaitannya dengan kenyataan yang ada dalam kehidupan sosial.

Salah satu jenis karya sastra ialah drama, ia merupakan karya fiksi yang

bentuk fisiknya berupa dialog. Sama seperti karya sastra pada umumnya, kisah

di dalam drama diangkat dari kehidupan nyata. Kehidupan yang tidak terlepas

dari semua keadaan yang sudah nyata adanya, seperti belajar, berteman,

berkeluarga dan banyak lagi yang lainnya. Di dalam drama, semua itu

disajikan secara detail oleh pengarang melalui perilaku tokoh.

Drama ditulis untuk dipentaskan, dengan demikian ia memang

direncanakan untuk dihadapkan kepada penonton. Dalam situasi semacam itu,

maka ada unsur penting yang harus dipenuhi, yakni keabadian tema dan

kehangatan masalah sosial yang mendasari gagasannya dan yang sekaligus

merupakan perhatian khalayak pada masanya. Tanpa itu drama tidak akan

mendapatkan tempat dalam masyarakat.1 Demikianlah, tema dalam drama dan

tentunya dalam situasi apapun tema dalam drama selalu erat kaitannya dengan

perubahan sosial yang penting.

Drama dikelompokkan ke dalam karya sastra karena media yang

dipergunakan untuk menyampaikan gagasan atau pikiran pengarangnya adalah

1 Sapardi Djoko Damono, Antologi Drama Indonesia, (Jakarta, The Henry Luce

Foundation, Inc, 2006), h. xii-xv

Page 13: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

2

bahasa. Bahasa yang digunakan sangat bermacam-macam dan dapat

memberikan potret-potret kehidupan masyarakat sehari-hari, baik itu yang

tercermin dari prilaku tokoh atau lingkungan sosial yang ada dalam

masyarakat. Hal ini merupakan wujud pengalaman dan pengetahuan sekaligus

imajinasi yang dimiliki oleh pengarang yang kemudian dikemas dengan ribuan

kata-kata yang puitis. Pelibatan pengalaman inilah yang melatar belakangi

terciptanya karya tersebut.

Naskah drama adalah salah satu karya sastra yang dipilih Arifin C. Noer

sebagai proses kreatifnya. Banyak naskah yang kemudian digarapnya sendiri

menjadi sebuah pementasan. Beralih dari itu, penelitian ini tidak menekankan

pada pementasan, tetapi pada karya itu sendiri. Naskah drama yang berbeda

dari karya sastra yang lain, merupakan kumpulan dialog yang berderet, bertek-

tok, dan berirama keseharian. Namun demikian, naskah drama adalah bagian

dari karya sastra yang mengandung unsur kesenian yang utuh.

Dalam penelitian ini, naskah drama Arifin yang diteliti adalah Umang-

umang Atawa Orkes Madun II. Umang-umang adalah sebuah kelompok atau

organisasi yang dipimpin oleh seorang pensiunan pelaut. Organisasi ini

mempunyai kebiasaan meludahi sebagai cerminan bahwa meludahi adalah

penghargaan tertinggi di kelompok tersebut. Kelompok ini sama sekali

berbeda dengan kelompok yang lain. Mereka adalah komplotan manusia yang

mencari tempat bagi kemiskinan, untuk memberontak dan merampok semesta.

Umang-umang Atawa Orkes Madun II mengisahkan tentang seorang

pemimpin perampok yang arogan dan sangat disegani, bernama Waska. Ia dan

komplotannya kerap kali melakukan aksi-aksi perampokan hingga disaat suatu

rencana perampokan besar akan dilakukannya, Waska menderita penyakit

aneh yang membuat semua anggotanya bingung dan sedih memikirkannya.

Ranggong dan Borok merupakan kaki tangan yang setia bagi Waska, mereka

berusaha mencari ramuan agar penyakit yang diderita pemimpinnya itu

lenyap. Akhirnya, mereka mendapatkan ramuan dadar bayi dari dukun sakti,

yang kemudian langsung mereka berikan kepada Waska. Efeknya, dengan

meminum ramuan itu, Waska dan kedua anak buahnya tidak dapat mati.

Page 14: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

3

Naskah drama Umang-umang Atawa Orkes Madun II sering

dihubungkan dengan rekaman kehidupan kelam masyarakat miskin di negeri

ini pada masa lampau, sekarang, atau kelak di masa depan, di mana kejahatan

kerap timbul karena keterpaksaan. Hidup enggan, mati tak mau! Pilihan untuk

menjadi manusia jahat yang mengingkari hati nurani merupakan satu-satunya

jalan untuk bertahan hidup meskipun pilihan itu diselingi nafsu dan kepuasan.

Tuhan pun akhirnya memberikan sebuah hukuman kepada komplotan

perampok itu melalui pemimpinnya karena gaung kejahatan yang

diteriakkannya. Tidak hanya itu, kisah percintaan Waska dengan mucikari

bernama Bigayah disuguhkan secara liar dan vulgar dalam naskah lakon ini.

Tetapi, kisah cinta dan kejayaan Waska makin meredup seperti api dalam

lampion, termakan waktu dan juga kekekalan hidupnya bersama kaki

tangannya yang setia. Upaya waska, Ranggong, dan Borok untuk membunuh

diri ditampilkan dalam beberapa adegan menjelang akhir cerita, kemudian hal

itu menjadi kesia-siaan, sebab melawan hukum alam seperti kematian sama

artinya dengan melawan kehendak Tuhan dan itu adalah harga mati yang tidak

bisa ditawar-tawar lagi.

Sebagai pekerja seni, Arifin C Noer memberi sumbangan yang besar

bagi perkembangan seni peran di Indonesia. Karya-karya tulisnya berupa

naskah drama yang kemudian disutradarainya dan dipentaskan oleh Teater

Ketjil yang dipimpinnya, membuktikan kedudukannya sebagai salah satu

pencetus bentuk teater modern. Sebagai penulis naskah dan sutradara teater,

Arifin merupakan fenomena yang menarik dalam khasanah perkembangan

teater modern Indonesia. Selain giat mengembangkan apa-apa yang

disebutnya teater eksperimental, Arifin juga menjadikan kekayaan teater

tradisi Indonesia sebagai sumber kreativitas. Hal ini diakui oleh banyak

pengamat yang mengatakan bahwa teater Arifin adalah teater modern

Indonesia yang meng- Indonesia.

Di berbagai daerah, terutama di Jawa, mulai tampak kecenderungan

untuk menggunakan bahasa daerah dan memanfaatkan anasir teater tradisional

Page 15: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

4

sebagai bahan untuk pengembangannya.2 Ini jelas merupakan kecenderungan

yang perlu mendapat perhatian terutama karena bahasa lisan yang beredar di

beberapa masyarakat bukanlah bahasa Indonesia yang baku dan bahwa

sebagian besar masyarakat di daerah masih lebih akrab dengan bahasa ibunya

meskipun dalam wujud yang oleh beberapa kalangan bisa saja dianggap

sebagai bahasa yang sudah rusak sebagai akibat dari adanya pengaruh timbal

balik dengan bahasa Indonesia. Hal ini tidak perlu diresahkan sebab pada

dasarnya drama menampilkan dialog yang tentunya bersumber pada bahasa

lisan yang dalam perkembangan bahasa kita tidak ada yang disebut baku.

Dengan bahasa semacam itulah masalah yang berakar dalam-dalam

pada masyarakat tertentu bisa ditangkap intinya untuk kemudian diangkat ke

pentas dan selanjutnya dipergunakan sebagai salah satu bahan bagi masyarakat

yang lebih luas untuk mempertimbangkan kembali konvensi moral dan sosial

yang selama ini menjadi keyakinan orang ramai. Dengan cara demikianlah

maka drama memiliki fungsi yang nyata dalam masyarakat. Fungsi yang nyata

di sini adalah pandangan masyarakat tentang kesenian drama sebagai cara

untuk menikmatinya. Sedangkan yang akan dibahas dalam penelitian ini

pandangan tidak tertuju pada masyarakat saja, melainkan kepada tokoh-tokoh

yang berdialog di dalam sebuah naskah drama. Pandangan itu meliputi; dalam

hal ini hanya berbatas pada naskah drama Umang-umang Atawa Orkes Madun

II karya Arifin C. Noer, yaitu pandangan tentang masalah-masalah tertentu,

misalnya pandangan tentang masalah sosial yang terjadi di masyarakat,

pandangan tentang ideologi tokoh, dan pandangan terhadap agama/keyakinan.

Sudah kita ketahui sebelumnya, bahwa drama lahir dari kehidupan

sosial masyarakat. Dalam penelitian ini, naskah drama yang digarap

menggambarkan keadaan sosial yang carut-marut serta jauh dari kehidupan

yang layak. Namun demikian, pembahasan dalam penelitian ini berkaitan

dengan pengajaran sastra di sekolah. Pengajaran ini dimaksudkan agar siswa

dapat memperoleh pengalaman sastra dan pengetahuan sastra. Salah satu

upaya dalam mencapai tujuan pengajaran sastra yaitu, pengetahuan sastra

2Ibid

Page 16: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

5

yang diajarkan kepada siswa hendaknya berangkat dari suatu penghayatan atas

suatu karya sastra yang konkret. Hal ini dimaksudkan agar pengalaman sastra

yang diajarkan pada siswa melekat dan berakar kuat.

Selain membahas masalah sosial dan pandangan hidup di lingkungan

naskah dan masyarakat, pendidikan pun berperan aktif sebagai penyalur serta

sarana untuk masyarakat mendapatkan pengetahuan. Pendidikan adalah

sebuah wadah untuk menampung kebutaan-kebutaan pada masyarakat tentang

kehidupan. Pendidikan juga menjadi pemersatu beragam bahasa yang ada di

Indonesia menjadi satu bahasa saja, yaitu bahasa Indonesia. Pendidikan di sini,

berkaitan dengan pengajaran sastra, karena sastra merupakan hasil karya seni

yang cenderung angkuh karena mau mengungkapkan segalanya secara utuh.

Namun, tanpa membaca sastra manusia tidak bisa berkaca diri untuk

mengungkapkan kenyataan. Pengajaran sastra bukanlah semata-mata produk

khayalan, tetapi juga hasil produk pengalaman dan berpikir. Dalam dunia

pendidikan, sekolah adalah tempat utama untuk mendapatkan pengalaman

serta berpikir yang kreatif dan inovatif, maka dari itu, penulis mengangkat

judul “PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH

DRAMA UMANG-UMANG ATAWA ORKES MADUN II KARYA ARIFIN

C. NOER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN

SASTRA DI SMA.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah yang

dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya minat baca peserta didik terhadap karya sastra terutama naskah

drama.

2. Kurangnya sarana dan prasarana di sekolah untuk meningkatkan

kreativitas peserta didik terhadap pembelajaran drama, padahal, Umang-

umang Atawa Orkes Madun II relevan dengan dunia pendidikan karena

mengandung nilai sosial, moral, dan pandangan hidup, sehingga dapat

diimplikasikan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Page 17: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

6

3. Kurangnya perhatian peserta didik dalam mengkaji unsur intrinsik naskah

terutama pada pengkajian tokoh dan hal yang berkaitan dengan tokoh.

Misalnya, kepribadian tokoh, pandangan hidup tokoh, dan pandangan-

pandangan tentang masalah tertentu.

4. Kurangnya apresiasi masyarakat luas tentang drama sebagai bahan

pertimbangan dalam memperkenalkan nilai edukasi kepada anak-anak.

5. Kurangnya kesempatan dalam mempelajari drama menjadikan kurangnya

minat peserta didik dalam mempelajari drama.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah bertujuan membatasi banyaknya masalah yang

muncul dalam penelitian ini. Pembatasan masalah juga dapat mempermudah

peneliti agar objek yang diteliti lebih spesifik dan mendalam. Dalam naskah

drama Umang-umang Atawa Orkes Madun II terdapat banyak permasalahan,

maka dari itu, penulis membatasi dan memfokuskan penelitian pada:

1. Unsur intrinsik naskah drama Umang-umang Atawa Orkes Madun II karya

Arifin C. Noer.

2. Pandangan hidup tokoh Waska dalam naskah drama Umang-umang Atawa

Orkes Madun II karya Arifin C. Noer.

3. Implikasi naskah drama Umang-umang Atawa Orkes Madun II terhadap

pembelajaran sastra di SMA.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan pembatasan masalah

penelitian seperti telah dikemukakan di atas, masalah penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana unsur intrinsik naskah drama Umang-umang Atawa Orkes

Madun II karya Arifin C. Noer?

2. Bagaimana pandangan hidup tokoh Waska dalam naskah drama Umang-

umang Atawa Orkes Madun II karya Arifin C. Noer?

Page 18: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

7

3. Bagaimana implikasi naskah drama Umang-umang Atawa Orkes Madun II

Karya Arifin C. Noer terhadap pembelajaran sastra di SMA?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik naskah drama Umang-umang

Atawa Orkes Madun II karya Arifin C. Noer.

2. Mendeskripsikan Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam Naskah Drama

Umang-umang Atawa Orkes Madun II karya Arifin C. Noer.

3. Mendeskripsikan implikasi naskah drama Umang-umang Atawa Orkes

Madun II karya Arifin C. Noer. terhadap pembelajaran sastra di SMA.

F. Manfaat Penelitian

Drama merupakan mata rantai yang langsung menghubungkan sastra

dengan kehidupan kemanusiaan. Manusia tidak terlepas dari bidang keilmuan

dan seni berperan. Maka dari itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi yang bagus dan positif pada khazanah keilmuan dalam bidang

sastra, khususnya pengetahuan tentang pandangan hidup yang terdapat dalam

naskah drama Umang-umang Atawa Orkes Madun II karya Arifin C. Noer.

Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan wawasan

yang lebih terhadap pembaca, penulis, dan pecinta sastra. Khususnya dalam

dunia pendidikan, penelitian ini memberikan manfaat secara teoretis dalam

mengkaji metode-metode pengajaran sastra, yaitu pada pengajaran drama,

karena pengajaran drama merupakan kajian tentang aspek-aspek dan masalah-

masalah kehidupan masyarakat dari sudut literer dan estetika.

G. Metodologi Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan objek kajian berupa

naskah drama, yaitu naskah drama Umang-umang Atawa Orkes Madun II

Page 19: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

8

karya Arifin C Noer. Tempat yang digunakan dalam penelitian tidak

terikat pada satu tempat, karena objek yang dikaji berupa naskah (teks)

karya sastra yaitu naskah drama. Adapun waktu penelitian dimulai pada

September 2013.

2. Bentuk dan Strategi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

metode deskriptif analisis dan studi kepustakaan. Pendekatan yang

dilakukan adalah secara intrinsik (yaitu pendekatan melalui isi karya sastra

itu sendiri), dan ekstrinsik (pendekatan melalui faktor luar yang

mempengaruhi karya sastra).

“Metode desktiptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan

fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analis”.3 Secara etimologis,

deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Meskipun demikian, analisis

yang berasal dari bahasa Yunani, analyein („ana’= atas, „lyein’ = lepas,

urai), tidak diberikan arti tambahan, tidak semata-mata menguraikan,

melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya.

Metode gabungan yang lain, misalnya deskriptif komparatif, metode

dengan cara menguraikan dan membandingkan, dan metode deskriptif

induktif, metode dengan cara menguraikan yang diikuti dengan

pemahaman dari dalam ke luar.

Kemudian pendekatan intrinsik atau pendekatan melalui isi karya

sastra itu sendiri yang disebut pendekatan objektif. “Pendekatan objektif

merupakan pendekatan yang terpenting sebab pendekatan apa pun yang

dilakukan pada dasarnya bertumpu atas karya sastra itu sendiri.”4 Secara

histori pendekatan ini dapat ditelusuri pada zaman Aristoteles dengan

pertimbangan bahwa sebuah tragedi terdiri atas unsur-unsur kesatuan,

keseluruhan, kebulatan, dan keterjalinan. “Pendekatan objektif dengan

3 Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta,

Pustaka Pelajar, 2007), h. 53. 4 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1995),h.

73.

Page 20: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

9

demikian memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur yang

dikenal dengan analisis intrinsik.”5

3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah teknik

membaca dan mencatat, mengingat objek kajian dalam penelitian ini

adalah sebuah teks, yaitu berupa naskah drama Umangiumang Atawa

Orkes Madun II karya Arifin C Noer. Adapun langkah-langkah

pengumpulan datanya dikelompokkan berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan sebagai berikut:

a. Mengadakan studi kepustakaan untuk pengumpulan bahan.

Langkah awal penelitian ini adalah membaca beberapa pustaka

yang berhubungan dengan objek penelitian untuk mendapatkan

bahan;

b. Membaca naskah drama Umang-umang Atawa Orkes Madun II

untuk menganalisis keterjalinan antarunsur intrinsik dalam drama

tersebut;

c. Membaca naskah drama Umang-umang Atawa Orkes Madun II

untuk menganalisis pandangan tokoh Waska terhadap kehidupan

yang ada dalam naskah drama tersebut;

d. Menyimpulkan hasil analisis yang didasarkan pada analisis data

secara keseluruhan.

5 Kutha Ratna, Op,cit., h. 73

Page 21: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Bab ini berisi tentang kajian kepustakaan yang didasarkan pada teori-teori

yang relevan, yang menyangkut pembahasan dalam penelitian ini. Teori-teori di

sini tentang pandangan hidup, naskah drama serta unsur intrinsiknya, implikasi

naskah terhadap pembelajaran sastra, dan juga penelitian yang relevan.

A. Hakikat Pandangan Hidup

Pemikiran merupakan hal yang mendasar ketika kita ingin atau akan

melakukan sesuatu, baik dalam hal berteman, memenuhi kebutuhan hidup,

bahkan mencari nafkah. Pada umumnya, sesuatu yang kita pikirkan akan

menjadi tolok ukur yang membatasi kita dalam memandang atau menilai

sesuatu. Pemikiran lahir ketika kita berusaha mengeja kemudian mengenal

dan menjadikannya suatu pandangan terhadap hal yang ada dan terjadi di

lingkungan sekitar kita. Hal tersebut tentu saja tidak selalu kebaikan, kadang

sesuatu yang baik menjadi tidak baik di mata kita, sedangkan yang tidak baik

senantiasa membuat kita merasa nyaman.

Sebagai makhluk yang beraktivitas baik fisik maupun psikologis,

manusia memiliki kecenderungan untuk beradaptasi dengan lingkungan di

mana tempat ia tinggal. Lingkungan sekitar kita sangat berpengaruh terhadap

pola pikir dan cara kita memandang sesuatu. Pandangan-pandangan itu yang

akan membuat kita kuat terhadap sesuatu bahkan lemah terhadap sesuatu

yang lain. Manusia pasti memiliki pandangan hidup walau bagaimanapun

bentuknya. Bagaimana kita memperlakukan pandangan hidup itu tergantung

pada orang yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup

sebagai sarana mencapai tujuan, dan ada pula yang memperlakukan sebagai

penimbul kesejahteraan, ketentraman, dan sebagainya.

Pandangan hidup banyak sekali macam dan

ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat

diklasifikasikan berdasarkan asalnya, yaitu terdiri atas

tiga macam: (1) Pandangan hidup yang berasal dari

agama yaitu pandangan hidup yang mutlak

kebenarannya, (2) pandangan hidup yang berupa

Page 22: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

11

ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan

norma yang terdapat di negara tersebut, (3) pandangan

hidup hasil renungan, yaitu pandangan hidup yang relatif

kebenarannya.1

Pandangan hidup banyak macamnya, akan tetapi penulis membatasi

pandangan hidup tokoh dalam naskah drama ini hanya pada pandangan hidup

hasil renungan, yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya. Oleh

karena itu, pembahasan yang dilakukan meliputi pandangan hidup tentang

cinta kasih kepada sesama manusia, pandangan hidup tentang penderitaan,

tanggung jawab, dan harapan. Semua itu akan penulis deskripsikan melalui

karakter tokoh Waska, pemeran utama dalam naskah drama ini.

Penulis membatasi penelitian ini hanya pada pandangan hidup hasil

renungan yang relatif kebenarannya saja, karena pandangan hidup yang

berkaitan dengan ke-Tuhan-an dan juga tentang kenegaraan tidak tersurat

dalam naskah ini.

Tokoh dalam drama adalah manusia yang mengisi panggung, yang

bermain serta mempunyai masalah-masalah sosial di lingkungannya. Ia juga

merupakan manusia yang berpikir kemudian bertindak. Semuanya disajikan

melalui dialog serta pengadeganan di atas panggung. Biasanya, masalah-

masalah yang ditemui adalah “masalah-masalah sosial yang telah menghantui

manusia sejak adanya peradaban manusia karena dianggap sebagai

pengganggu kesejahteraan hidup mereka sehingga merangsang warga

masyarakat untuk mengidentifikasi, menganalisa, memahami, dan

memikirkan cara-cara untuk mengatasinya”.2

Manusia demi kelangsungan hidupnya harus mengadakan kerja sama

dengan sesama manusia. Ada yang berdasarkan ikatan perkawinan,

berdasarkan kesamaan profesi, dan lain sebagainya. Manusia dalam

kehidupannya memiliki tiga fungsi, pertama sebagai makhluk Tuhan, kedua

sebagai individu, dan ketiga sebagai makhluk sosial. Dari ketiga hal itu,

manusia harus memulai peradaban yang baik, yaitu di mana sebagai makhluk

individu harus memenuhi kebutuhan pribadinya. Menurut Koentjaraningrat,

“peradaban ialah bagian-bagian kebudayaan yang halus dan indah seperti

1 M. Habib Mustopo, Ilmu Budaya Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional: 1988), h. 173 2 Drs. Lies Sudibyo, dkk. Ilmu Sosial Budaya Dasar. (Yogyakarta: C.V Andi OFFSET,

2013), h. 3

Page 23: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

12

kesenian”.3 Oleh sebab itu, dalam menjalani kehidupan ini, manusia haruslah

berhati-hati dan memiliki rasa keindahan. Akan tetapi, yang ditampilkan

dalam naskah ini adalah keadaan yang sebaliknya. Lakon yang bermain

adalah kelompok manusia yang memiliki kesamaan nasib, yaitu nasib

terbuang. Terbuang dari kebiasaan-kebiasaan yang seharusnya dijalani oleh

manusia pada umumnya, karena “drama juga kadang-kadang mencemoohkan

sepenuhnya pada tindakan amoral masyarakat”.4

1. Pandangan Hidup Tentang Cinta Kasih

Menurut KBBI, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau rasa sayang

(kepada), ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan

kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta (kepada) atau menaruh belas

kasihan. “Cinta kasih adalah ungkapan perasaan yang diwujudkan dengan

tingkah laku, seperti dengan kata-kata atau pernyataan, dengan tulisan,

dengan gerak, atau dengan media lainnya”.5 Ungkapan itu dapat ditujukan

kepada lawan jenis, orang tua, teman, dan lainnya. Misalnya ungkapan

dengan kata-kata, yaitu, aku cinta kamu, aku sayang kamu, atau terimakasih

telah menyayangiku setulusnya. Ungkapan dengan tingkah laku, misalnya

pelukan, ciuman, menjabat tangan, dan rangkulan. Ungkapan dengan media

misalnya dengan memberikan setangkai bunga, hadiah, dan sebagainya.

Setiap manusia membutuhkan cinta kasih antarsesamanya, karena “cinta

kasih adalah kebutuhan kodrati manusia yang merupakan bagian yang tidak

dapat diabaikan dalam kehidupan manusia “.6 “Namun demikian, soal

pemberian cinta kasih yang sempurna bukanlah yang hanya datang dari satu

arah, misalnya dari orang tua saja, tetapi juga sebaliknya, dari anak ke orang

3 Dr. Elly M. Setiadi, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar edisi kedua (Bandung: Prenada

Media Group, 2007), h. 45 4 Dr. Suwardi Endraswara, Teori Pengkajian Sosiologi Sastra (Yogyakarta: UNY Press,

2012), h. 52 5 Lies Soedibyo, Op,cit., h. 41 6Ibid, h. 42

Page 24: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

13

tuanya (to give and to take), jadi, cinta kasih baru terasa apabila ada dua

pihak yang sama-sama saling menerima sekaligus juga saling member”.7

2. Pandangan Hidup Tentang Penderitaan

Selain memiliki serta mengalami rasa cinta kasih, manusia juga

memiliki atau juga pernah mengalami perasaan yang tidak menyenangkan

seperti sakit hati, siksaan, dan rasa tidak enak, itu semua terjadi karena

manusia memiliki perasaan dan pikiran. Rasa tidak enak ini kadang bersarang

di dalam lingkungan kehidupan manusia, kadang juga di dalam hati atau

dalam pikiran. Rasa tidak menyenangkan ini bisa berupa tidak mendapat

pekerjaan, terasing, gagal dalam tujuan hidup, tidak memiliki cinta dan

sebagainya. Perasaan-perasaan di atas adalah perasaan derita atau

penderitaan. “Penderitaan dari kata derita yang berasal dari bahasa Sansekerta

“dhra” artinya menahan atau mengannggung”.8 Biasanya, yang termasuk

penderitaan ialah keluh kesah, kesengsaraan, kelapran, kekenyangan,

kepanasan, daln lain-lain. “Penderitaan adalah beban fisik atau jiwa manusia

yang dapat menekan diri manusia”.9 Penderitaan biasanya berupa rasa tidak

menyenangkan yang sedang dialami oleh manusia dalam keadaan yang tidak

diduga-duga. Penderitaan bersifat manusiawi, ia merupakan hal yang wajib

kita alami.

Koneksi antara perilaku manusia di dunia nyata dan kinerja sosial yang

dramatis adalah dua hal yang saling terkait. Realitas dunia dan aktivitas

sosial, hampir selalu ditampilkan dalam drama. Seakan-akan, drama juga

memuat konvensi sebagai dokumen sosial. Ketika drama membangun gedung

khusus untuk ritual dan pertunjukan dalam berbagai jenis, dari proses

peradilan untuk bercinta, ketika kita menetapkan adegan dan berdandan atau

dalam bentuk gaun yang diturunkan sedikit jelas konvensi ini ada kemiripan

7 Drs. Supartono Widyosiswoyo,M.M., Ilmu Budaya Dasar. (Bogor: Ghalia Indonesia,

1992), h. 50 8 Drs. Djoko Widagdho, dkk., Ilmu Budaya Dasar. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h.

81 9 Lis Soedibyo, Op,cid., h. 120

Page 25: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

14

dengan kehidupan sosial.10

Hingga sampai sekarang saya pahami, drama jelas

merupakan sebuah interpretasi perilaku sosial sehari-hari dan tindakan

konsekuensial yang ditawarkan secara estetis.

3. Pandangan Hidup Tentang Tanggung Jawab

Setelah rasa cinta kasih dan penderitaan, manusia juga memiliki

pandangan tentang tanggung jawab dan harapan. Sebagai manusia yang

normal, tentulah mempunyai tanggung jawab dan harapan dalam hidupnya.

Hidup manusia di samping sebagai makhluk Tuhan dan makhluk individu,

juga merupakan makhluk sosial, hidup dalam lingkungan masyarakat. Di

dalam interaksi sosial manusia diberi tanggung jawab, di samping ia memiliki

hak juga memiliki kewajiban, dituntut adanya pengabdian dan pengorbanan.

Sebagai makhluk sosial yang beradab dan berbudaya manusia menilai

dan dinilai. Oleh karena itu, untuk mengerti dan menyadari bahwa perbuatan

yang dilakukannya itu baik atau tidak baik, maka dilakukan pertimbangan-

pertimbangan. Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab. Dengan

demikian tanggung jawab berfungsi menyadari akibat baik buruknya

perbuatan yang dilakukan manusia. Menurut Suyadi MP, “tanggung jawab

adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang

disengaja maupun yang tidak disengaja, tanggung jawab juga berarti berbuat

sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya”.11

“Apabila dikaji, tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang

harus dipikul atau dipenuhi sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat,

atau akibat dan perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian, pengorbanan

pihak lain”.12

Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan

segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan

hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan,

perkembangan, dan mati, dan seterusnya, serta terkait serta

berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam

10 Suwardi, Op,cit., h. 52-53 11 Lies Soedibyo, Op,cit., h. 103 12Ibid, h. 102

Page 26: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

15

sebuah hubungan timbal balik baik itu positif, maupun

negatif.13

4. Pandangan Hidup Tentang Harapan

Sebagai manusia, selama ia masih hidup, pastilah memiliki perasaan

berharap. Perbuatan atau tindakan yang mengandung motif, merupakan

tindakan yang mempunyai pengharapan, artinya bahwa tindakan-tindakan itu

ditujukan pada satu titik sasaran akhir, yaitu sebagai hasil imbalan atau upah

dari jerih payah yang telah dilaklukannya.

Menurut KBBI, harapan adalah keinginan untuk dijadikan kenyataan.

Oleh karena itu, harapan adalah keinginan yang timbul dalam diri manusia

berupa cita-cita atau keinginan yang akan dicapainya lewat perbuatan serta

tindakan. Tindakan dan perbuatan itu bisa bersifat pisitif dan negatif.

Bekerja dan belajar tanpa mengenal lelah adalah wujud pengekspresian

untuk mewujudkan harapan. Harapan-harapan itu meliputi: “harapan untuk

memperoleh kelangsungan hidup, memperoleh keamanan, untuk memiliki

hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai, memperoleh status atau

untuk diterima atau diakui di lingkungannya, dan harapan untuk memperoleh

perwujudan dan cita-cita”14

.

B. Hakikat Drama

1. Pengertian Drama dan Naskah Drama

“Drama adalah salah satu bentuk genre sastra. Kata drama berasal

dari bahasa Yunani Dramoi yang artinya berbuat, bertindak, bereaksi, dan

menirukan”.15

“Drama atau sandiwara adalah seni yang mengungkapkan

pikiran atau perasaan orang dengan mempergunakan laku jasmani, dan

ucapan kata-kata”.16

Ini maksudnya adalah drama merupakan bagian dari

13 Elly, Op,cit., h. 178 14 Djoko Widagdho, Op,cit., h.187 15 Sihabudi, dkk, Bahasa Indonesia 2 edisi pertama (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009),

h. 7 16 Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1993), h. 97

Page 27: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

16

seni yang tidak hanya berkumpul dalam imaji seseorang, melainkan

dipertontonkan di hadapan orang banyak/penonton.

Drama adalah sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya

memperlihatkan secara verbal adanya dialogue atau cakapan di antara

tokoh-tokoh yang ada. “Selain didominasi oleh cakapan yang langsung itu,

lazimnya sebuah karya drama juga memperlihatkan adanya semacam

petunjuk pemanggungan yang akan memberikan gambaran tentang

suasana, lokasi, atau apa yang dilakukan oleh tokoh”.17

Drama, yaitu kisah hidup dan kehidupan manusia

yang diceritakan atau diproyeksikan di atas pentas

sebagai suatu bentuk kwalitet komunikasi, situasi,

aksi, (dan segala apa yang terlihat dalam pentas baik

secara obyektip maupun subyektip) yang

menimbulkan perhatian, kehebatan, keterenyuhan, dan

ketegangan perasaan pada pendengar atau

penontonnya di mana konflik sikap dan sifat manusia

sebagai tulang punggungnya.18

Drama, like poetry and fiction, is an art of

words—mainly words of dialogue. People talking is

the basic dramatic situation. Drama is distinguished

from the other forms of literature by performability

and by the objectivity that performability implies.19

Dilihat dari beberapa pengertian drama di atas, drama memiliki dua

dimensi, yaitu drama sebagai teks sastra dan drama sebagai seni

pertunjukan atau seni lakon. Drama sebagai seni pertunjukan atau seni

lakon adalah perpaduan yang harmonis antara sekian banyak seni yang

mewujudkan suatu kisah kehidupan di atas pentas. Pertunjukan drama

haruslah indah dan menjelma menjadi kenikmatan yang diterima oleh

pikiran penontonnya. Naskah drama akan senantiasa berada di dalam

pikiran pembaca saja jika tidak dipentaskan. Akan tetapi, jika naskah

drama itu sudah berada di tangan seorang sutradara, pastilah kita akan

melihat potret kehidupan yang ada di sekitar kita. Sedangkan sebagai genre

17 Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra (Magelang: Indonesia Tera, 2006), h. 95 18 Adhy Asmara dr, Apresiasi Drama, (Yogyakarta: C.V. Nur Cahaya, 1979), h. 12 19 Nine plays, Modern Drama, (Oslo: Uversity Of Oslo), h. ix

Page 28: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

17

sastra, drama ditulis dengan menggunakan bahasa yang memikat dan

elegan. Drama dapat ditulis oleh pengarangnya dengan menggunakan

bahasa yang puitis.

Adapun para ahli yang memberikan definisi

kata drama, yaitu: Aris Toteles Mendefinisikan

drama sebagai tiruan manusia dalam gerak-gerik.

Menurut Balthazar Verhagen, drama adalah

kesenian yang melukiskan sikap dan sifat manusia

dengan gerak. Moulton mendefinisikannya sebagai

kehidupan yang dilukiskan dengan gerak.

Ferdinand Brunetierre mendefinisikan drama

sebagai kehendak manusia yang diungkapkan

dengan action. Sedangkan Alvin B. Kernan

menjelaskan bahwa drama berasal dari kata

“dram”yang berarti berbuat (to do) atau (to act).20

“Menurut John E. Dietrich, “drama adalah suatu ceritera dalam

bentuk dialog (antawacana) tentang konflik (pertentangan) manusia,

diproyeksikan dengan ucapan dan perbuatan dari sebuah panggung kepada

penonton”.21

Dengan kata lain “drama merupakan bentuk yang paling

kongkrit yang secara artistik dapat menceritakan kembali situasi

kemanusiaan, dan hubungan kemanusiaan”.22

Sebagai istilah “drama” dan “teater” ini datang atau kita pinjam dari

khazanah kebudayaan Barat. Secara lebih khusus, asal kedua istilah ini

adalah dari kebudayaan atau tradisi bersastra di Yunani yang pada

awalnya, baik drama maupun teater muncul dari rangkaian upacara

keagamaan, suatu ritual pemujaan terhadap para dewa.23

Pada masa awal

pertumbuhannya di Barat, sebagai bentuk upacara agama, drama

dilaksanakan di lapangan terbuka. Para penonton duduk melingkar atau

membentuk setengah lingkaran, sedangkan upacara dilakukan di tengah

20 Drs. Hasanuddin, M.Hum, Drama Karya dalam Dua Dimensi, (Bandung: Angkasa,

1996), h. 2 21 R.H. Prasmadji, B.A, Teknik Menyutradarai Drama Konvensional, (Jakarta: Balai

Pustaka: 1984), h. 10 22 Rizanur Gani, Pengajaran Sastra Indonesia, (Jakarta: Departemen pendidikan dan

kebudayaan: 1988), h. 253 23 Melani, Op,cit., h. 99

Page 29: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

18

lingkaran tersebut. sementara pada teater di Yunani khususnya, tempat

penonton berada membentuk setengah lingkaran yang semakin besar

radiusnya, semakin tinggi tempat duduk penonton bersangkutan.24

“Perkembangan drama, pada gilirannya kemudian memperlihatkan

adanya pergeseran dari ritual keagamaan menuju kepada suatu eratoria,

suatu seni berbicara yang mempertimbangkan intonasi untuk mendapatkan

efektivitas komunikasi”.25

Dari oratoria ini, kemudian perkembangan

memperlihatkan adanya dua kecenderungan besar. Di satu pihak, ada

kecenderungan eratoria yang sarat dengan musik sebagai elemen

utamanya, yang hingga kini kita kenal dengan teater, dan dipihak lain

muncul pula bentuk eratoria yang hanya mengandalkan cakapan atau

dialog sebagai elemen utama seperti yang kini kita kenal sebagai naskah

drama.

“Naskah berasal dari bahasa Inggris manuskrip dan bahasa Prancis

manuscript, karangan yang ditulis tangan atau diketik, yang dipergunakan

sebagai dasar untuk mencetaknya".26

Naskah pada umumnya adalah

sebuah tulisan tangan yang dibukukan, yang bercerita tentang kehidupan

yang sangat lengkap dan panjang. Sedangkan naskah drama adalah

kumpulan dialog serta terdapat alur pemanggungan di dalamnya. Naskah

drama juga bisa diartikan sebagai rentetan tanya jawab antar lakon/peran

yang dibalut dengan bahasa keseharian. Walaupun semua karya sastra

sudah dipentaskan di kepala pembacanya, tetapi tetap saja naskah drama

yang ditulis dalam bentuk dialog memiliki kemungkinan akan dipentaskan.

Naskah drama juga sama halnya dengan prosa dan novel, memiliki konflik

dan unsur intrinsik yang sama. Hanya saja naskah drama berbentuk dialog

dan merupakan bahan dasar sebuah pementasan. Tidak akan sempurna

sebuah naskah drama apabila tidak dipentaskan.

24Ibid, h. 99 25Ibid, h. 100 26 Hasanuddin M. Hum, Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Penerbit Titian Ilmu

Bandung, 2004)

Page 30: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

19

“Naskah drama adalah suatu cerita drama dalam bentuk antawacana

(dialog) atau dalam bentuk tanya jawab antarpelaku”.27

Naskah drama

sangat beragam coraknya, ada naskah drama yang ringan, berbobot, dan

ada pula yang rumit, naskah drama yang berbobot (baik) adalah naskah

yang bersifat naratif dan konflik karakter, karena mudah dimengerti baik

sebagai karya sastra maupun sebagai seni pertunjukan.28

Suatu naskah

drama yang baik adalah naskah yang memiliki persyaratan nilai dramatik

dan teatrikal, yaitu tidak mengandung masalah yang atau pertanyaan yang

sulit ditemukan jawabannya, dialognya menggunakan bahasa keseharian,

dan tema yang diungkapkan menyangkut soal kehidupan. Naskah yang

rumit yaitu naskah yang alur ceritanya sulit ditangkap, temanya anti tema,

plotnya anti plot, sehingga jika dipentaskan, penonton harus membacanya

terlebih dahulu. Bagaimanapun naskah drama adalah ciptaan manusia yang

harus mengandung keindahan dan hakikatnya tersimpul dalam suatu

perpaduan yang harmonis antara kehidupan perasaan yang indah yang

ditulis oleh seniman. Sebagai karya sastra ia menjelma dalam kata-kata,

sedangkan dalam pertunjukan ia menjelma dalam perpaduan yang

harmonis antara sekian banyak seni yang mewujudkan suatu kisah

kehidupan di atas pentas.

Sifat-sifat naskah yaitu: (1) estetis, mencerminkan

dan memupuk rasa keindahan, (2) etis, membimbing

kea rah peradaban dan kesusilaan bangsa dan manusia,

(3) edukatif, membawa ke arah kemajuan (bersifat

mendidik), (4) konsultif, memberikan penerangan dan

penyuluhan atas problema dalam masyarakat, (5)

rekreatif, memberikan hiburan kepada publik atau

penonton.29

2. Karakteristik Drama dan Bagian Pembantu Drama

Pada umumnya, drama memiliki dua dimensi, yaitu drama sebagai

karya sastra yang memiliki unsur cerita dan juga sebagai seni pertunjukan

27 R.H. prasmadji, B.A, Op,cit., h. 17 28 Tuti Mutia, Religiusitas naskah drama Kapai-KapaiKarya Arifin C. Noer, Skripsi,

tidak dipublikasikan, 2012, h. 15 29Ibid, h. 16

Page 31: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

20

yang tidak terlepas dari seni lakon dan seni teater. Biarpun kedua aspek

tersebut terpisah, yang satu berupa naskah dan yang satu lagi berupa

pementasan, tetapi keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

terpisah. Naskah drama ditulis dengan memperhatikan segi

pemanggungan, sedangkan pementasan tidak terlepas dari alur naskah itu

sendiri.

Drama memiliki jenis berdasarkan temanya, yaitu drama tragedi atau

duka cerita, yaitu drama yang penuh dengan kesedihan, kemalangan. Hal

ini disebabkan pelaku utama dari awal cerita sampai akhir pertunjukan

senantiasa kandas dalam melawan nasibnya yang buruk. Contoh lakon

drama tragedi yang buruk adalah Kapai-kapai karya Arifin C. Noer.30

Komedi atau suka cerita yaitu drama penggeli hati. Di mana isinya penuh

dengan sindiran atau kecaman terhadap orang-orang atau suatu keadaan

pelaku yang dilebih-lebihkan, drama tragedi dan komedi, yaitu drama yang

penuh dengan kesedihan, tetapi juga hal-hal yang mengembirakan-

menggelikan hati, opera, yaitu drama yang berisikan nyanyian dan musik

pada sebagian besar penampilannya, operette, yaitu drama jenis opera tapi

yang lebih pendek, tableau, drama tanpa kata-kata dari si pelaku, mirip

pantomim, dagelan, yaitu suatu pementasan cerita yang sudah dipenuhi

unsur-unsur lawakan/badutan, drama minikata, yaitu drama yang pada saat

dipentaskannya boleh dikatakan hampir tidak menggunakan dialog sama

sekali, dan sendratari, seni drama tari, tanpa dialog dari pemainnya. Dilihat

dari jenis drama yang telah dipaparkan, Umang-umang Atawa Orkes

Madun II ini termasuk ke dalam drama jenis tragedi atau duka cerita.

“Sebagai naskah lakon atau naskah yang akan dipentaskan, drama

memiliki beberapa bagian pembantu, antara lain: (1) Babak, merupakan

bagian terbesar dalam sebuah lakon drama. Lakon itu sendiri bisa saja

hanya terdiri dari satu, dua, tiga, atau empat babak dan mungkin pula

lebih”. 31

Dalam lakon Umang-umang Atawa Orkes Madun II ini terdiri

30 Adhy asmara, Op,cit., h. 50 31Ibid, h. 46

Page 32: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

21

dari 3 babak dan 76 halaman. Dan di setiap babaknya ditandai dengan

bunyi lonceng. ”Bagian pertama. Lonceng dua kal”.32

(2) Adegan, adalah

bagian dalam babak lakon drama. Sebuah adegan hanya akan

menggambarkan satu suasana yang merupakan rangkaian dari rentetan

suasana-suasana yang terdapat dalam pembabakan lakon drama tersebut.

“Rombongan waska makin banyak muncul tak beraturan untuk kemudian

menyebar dan menyelinap menjauhi pentas.”33

(3) Prolog, kata

pendahuluan dalam suatu lakon drama sebagai pengantar tentang suatu

lakon yang akan disajikan nanti kepada penonton. Dalam naskah drama

ini, tidak terdapat prolog, tetapi langsung diawali dengan bunyi lonceng

dan adegan. Mungkin jika dipentaskan, prolog akan dibuat oleh seorang

sutradara. (4) Dialog atau percakapan, tapi akan lebih tepat kalau disebut

wawankata karena antara tokoh-tokoh dalam lakon drama satu sama

lainnya adalah lawan untuk kata-kata yang dilemparkan oleh masing-

masing tokoh itu sendiri.

Waska : Borok!!

Borok : Gua di kuburan cina, Waska34

(5) Monolog, adalah percakapan seorang pelaku (aktor) dengan dirinya

sendiri.35

Waska: Aku pernah mengharap, tapi

aku tidak pernah mendapat. Aku

pernah memilih, tapi aku ditolak, selalu

ditolak. Kemiskinan telah

menodongku, kelaparan telah

menodongku dan aku tak rela

dicincang oleh kemiskinan dan

kelaparan, maka kutodongkan

kekayaan dan makanan.36

32 Arifin C. Noer, Umang-umang atawa Orkes Madun II, tidak dipublikasikan, h. 1 33Ibid, h. 1 34Ibid, h. 3 35 Adhy asmara, Op,cit., h. 48 36 Arifin, Op,cit., h. 24

Page 33: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

22

C. Unsur Intrinsik Drama

“Drama naskah disebut juga sastra lakon”.37

Sebagai salah satu bentuk

karya sastra, maka drama tidak terlepas dari unsur intrinsik sebuah karya

seperti pada roman maupun puisi. Kesenian drama, meskipun merupakan seni

yang otonom, tetapi ia juga merupakan gabungan dari unsur-unsur kesenian

lain; seperti karya sastra dalam penulisan lakonnya, seni peran atau seni laku

yang dikenal lebih lanjut dengan mimik atau pantomimik, seni deklamasi dan

kadang-kadang ditambah pula dengan seni musik, seni suara, seni tari. Daya

tarik lainnya dengan adanya seni arsitek teater yang mempunyai ciri-ciri yang

khas. Tetapi dari kesemuanya itu, unsur yang paling pokok dalam seni drama,

yaitu, pemain (lakon dalam pertunjukan), panggung (tempat pertunjukan), dan

penonton. Apabila salah satu di antara ketiga tersebut tidak ada, maka drama

tidak dikatakan sebagai seni pertunjukan.

“Sebagai prosa, khususnya, pada karya drama pun dapat dijumpai pula

adanya elemen-elemen tokoh, alur, dan kerangka situasi cerita yang saling

menunjang satu dengan lainnya”.38

Sebagai pembaca karya sastra, khususnya

drama, tugas kita tidaklah habis hanya dengan membaca saja, akan tetapi ada

hal-hal yang harus kita ketahui atau kita pelajari, misalnya, bagaimana cerita

itu tercipta atau apa yang terkandung di dalam karya sastra tersebut. Untuk itu,

kita perlu mengkajinya, karena hal-hal tersebut tidak disampaikan secara

eksplisit oleh pengarang.

1. Tema

Hal pertama yang harus kita ketahui dalam sebuah karya drama adalah

tema. “Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya

sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang

menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan”.39

Setiap karya sastra,

37 Herman J Waluyo, Drama: Teori dan Pengajarannya, (Yogyakarta: Hanindita Graha

Widia, 2001), h. 6 38 Melani, Op,cit., h. 106 39 Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h.

68

Page 34: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

23

termasuk drama pasti memiliki tema yang merupakan gagasan umum dari

keseluruhan cerita, tema itu sendiri membicarakan tentang ide pokok atau hal

yang mendasari isi cerita. Tema tidak disampaikan langsung oleh pengarang

kepada pembaca, akan tetapi ia hadir secara implisit melalui isi cerita.

“Tema merupakan “struktur dalam” dari sebuah karya sastra”.40

Dalam

drama, tema akan dikembangkan melalui alur dramatik dalam plot oleh tokoh-

tokoh dengan perwatakan yang memungkinkan konflik dan diformulasikan

dalam bentuk dialog. Dialog tersebut yang merunutkan tema dari para

lakon/naskah. “Semakin kuat, lengkap, dan mendalam pengalaman jiwa

pengarangnya akan semakin kuat tema yang dikemukakan”.41

Tema yang

kuat, lengkap, dan mendalam biasanya lahir karena pengarang berada dalam

suasana jiwa yang luar biasa. Suasana di mana ia menjadi lakon dalam

naskah/pementasannya. Konflik batin di dalam sebuah naskah drama haruslah

benar-benar dihayati oleh pengarang, karena dengan tema semacam itu,

pembaca akan lebih mudah dan cepat menangkap dan menafsirkan tema yang

dimaksud oleh pengarang.

2. Plot/Alur

Plot merupakan unsur utama pembangun karya drama. Plot atau alur

sebuah cerita ini sangat penting tujuannya karena untuk melihat

kesinambungan antara masing-masing penyajian peristiwa dalam karya sastra.

Stanton mengemukakan bahwa “plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian,

namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa

yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain”.42

Plot ini sendiri merupakan kegiatan dalam memilih cerita, misalnya di tahap

awal itu dinamakan pengenalan, jadi setiap cerita terdapat bagiannya yang

sudah disusun secara apik dan indah oleh pengarang. Tahapan di dalam plot

berfungsi untuk mengetahui urutan waktu penceritaan sebagaimana tahapan

awal di dalam sebuah karya berisikan tentang informasi penting yang

40 Herman, Op,cit., h.26 41Ibid, h. 24 42 Burhan, Op,cit., h. 113

Page 35: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

24

berkaitan dengan peristiwa-peristiwa pada tahap selanjutnya. Biasanya, tahap

pertama disebut tahap pengenalan. Pada tahap ini pengarang memperkenalkan

tokoh-tokoh dramanya dengan watak masing-masing. Pada tahap kedua, alur

peristiwa yang terjadi di dalam sebuah karya biasanya ditandai dengan adanya

konflik antarpelaku yang merupakan bagian paling menegangkan di dalam

sebuah karya. biasanya konflik di sini tidak terlalu serius, hanya pertikaian

awal antarpelaku atau masalah yang dialami oleh para lakon. Dari tahap

pengenalan sebelumnya, sekarang sudah lebih mendalam karena adanya

pertikaian.

Kemudian tahap ketiga yang merupakan tahap klimaks atau titik puncak

cerita. biasanya, konflik yang meningkat itu akan meningkat terus sampai

mencapai titik gawat dari sebuah cerita. Pengarang yang pintar memanjakan

pembaca, pasti akan dibuat geregetan karena keingintahuan pembaca terhadap

akhir cerita yang dibaca. Akhirnya, tahap ini disebut tahap peleraian yang

menampilkan adegan klimaks suatu karya. Di mana dalam tahap ini konflik

sudah mereda atau menurun. Tokoh-tokoh yang memanaskan situasi atau

meruncingkan konflik telah mati atau menemukan jalan pemecahan. Dalam

naskah drama Arifin C. Noer, biasanya akhir dalam ceritanya membutuhkan

penjelasan akhir seperti cerita dalam wayang. Akan tetapi dalam naskah drama

yang dibahas ini, akhir ceritanya menggantung karena merupakan naskah

caturlogi yang berkesinambungan dengan naskah-naskah yang lainnya.

Naskah drama Umang-umang ini merupakan serial kedua dari caturlogi Orkes

Madun, maka dari itu akhir ceritanya tidak ada penjelasan.

3. Tokoh dan Penokohan

Berbicara tentang plot dan unsur lainnya, tokoh dan penokohan di

dalam sebuah karya tidaklah boleh terlupakan, hal ini sangat penting karena

tanpa adanya tokoh (pemain) di dalam sebuah karya, maka tidak akan ada

yang mencipta peristiwa dan tidak akan ada konflik dalam peristiwa tersebut.

Seperti yang dikatakan oleh Waluyu, mengemukakan “penokohan ialah cara

pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, watak tokoh-tokoh, dan bagaimana

Page 36: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

25

ia menggambarkan watak tokoh-tokoh itu”.43

Tokoh di dalam sebuah cerita

haruslah jelas dan memiliki karakter yang kuat untuk membangun cerita dan

menciptakan suasana yang merujuk pada sifat dan sikap para tokoh sehingga

dapat ditafsirkan oleh pembaca. “Tokoh menurut Abrams, adalah orang-

(orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh

pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu

seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam

tindakan”.44

Tokoh memanglah ciptaan pengarang dari imajinasinya, tapi

tokoh merupakan seseorang yang hidup secara wajar sebagaimana ia

menjalani kehidupan ini. Berlaku baik, memiliki moral yang bagus, dan

merencanakan berbagai hal selayaknya manusia yang memiliki kehidupan dan

kebiasaan.

Tokoh atau penokohan erat kaitannya dengan perwatakan. Di dalam

sebuah drama, watak tokoh disajikan melalui dialog-dialog yang dilontarkan

oleh para lakon. Biasanya, hal itu berhubungan dengan nama, jenis kelamin,

tipe fisik, jabatan, dan keadaan jiwanya. Pada naskah drama Arifin ini, tokoh-

tokoh disajikan lewat sutradara yang memainkan dramanya sendiri yaitu

sebagai tokoh utama. Ia sangat jelas menggambarkan keadaan fisik serta

kejiwaan tokoh tersebut. “Dalam wayang kulit atau wayang orang, tokoh-

tokohnya sudah memiliki watak yang khas, yang didukung pula dengan gerak-

gerik, suara, panjang pendeknya dialog, jenis kalimat, dan ungkapan yang

digunakan”.45

Ciri khas naskah drama Arifin adalah dalam tokohnya ia

menyisipkan tokoh wayang sebagai pusat cerita atau malah membalikkan

watak yang sebenarnya dimiliki wayang menjadi berbeda di tangannya. Akan

tetapi tetap saja ia tidak terlepas oleh ketradisionalan dalam karyanya.

4. Dialog

Ciri khas suatu drama adalah naskah yang berbentuk percakapan atau

dialog. Ragam bahasa dalam dialog antar tokoh merupakan ragam lisan yang

43 Nani Tuloli, Teori Fiksi, (Gorontalo: Nurul Jannah, 2000), h. 30 44 Burhan, Op,cit., h. 165 45 Herman, Op,cit., h. 14

Page 37: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

26

komunikatif. Untuk mengetahui sifat dan sikap seorang tokoh, dalam karya

drama, kita mengetahuinya lewat dialog-dialog yang berfungsi sebagai tuturan

dari tokoh satu ke tokoh lainnya. Di dalam dialog terdapat informasi tentang

cerita, atau ide-ide, bahkan hal-hal yang bersifat pandangan hidup. Dialog

dalam drama haruslah ragam bahasa tutur karena jika pembicaraan sepasang

kekasih tidaklah harus menggunakan kelengkapan bahasa. Dialognya haruslah

akrab dan intim, jika kalimatnya lengkap, maka dialog antarkekasih tersebut

tidak akan hidup.

Dialog merupakan kumpulan tanya-jawab antarpelaku yang berfungsi

menciptakan peristiwa di dalam karya drama. Salah satu hal yang

membedakan karya drama dengan karya yang lainnya yaitu, bahwa karya

drama berbentuk dialog. Dialog melancarkan cerita atau lakon, mencerminkan

pikiran tokoh cerita, mengungkapkan watak para tokoh cerita, dan dialog juga

berfungsi menggerakan cerita dan melihat watak atau kepribadian tokoh

cerita. Biasanya pada awal cerita dialog-dialog yang disajikan adalah dialog

yang panjang, karena sebagai penjelasan tentang tokoh-tokoh yang dimaikan.

“Dialog juga harus bersifat estetis, artinya memiliki keindahan bahasa”.46

Hal

ini disebabkan karena kenyataan yang ditampilkan di pentas harus lebih indah

dari kenyataan yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

naskah drama umang-umang yang akan dibahas ini pun memiliki keindahan

dialog yang disajikan, karena naskah drama juga merupakan keperluan

pementasan dan juga merupakan karya sastra. Maka dari itu, bahasa yang

digunakan haruslah mengandung keindahan bahasa dan tetap saja

mengandung unsur bahasa lisan atau bahasa keseharian.

Seorang pengarang drama yang sudah berpengalaman tentulah akan

mampu memadukan unsur estetis dan unsur komunikatif itu. Arifin C. Noer

adalah salah satu pengarang yang memadukan unsur kecapakan tersebut,

karena pada saat mencipta karya drama, pengarang yang berasal dari pentas

seni ini akan membayangkan kemungkinan pementasan.

46Ibid, h. 21

Page 38: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

27

5. Latar/Setting

Selain berbentuk dialog, drama juga tidak terlepas oleh “latar atau

setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian

tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan”.47

Latar termasuk bagian penting di dalam sebuah

karya drama, karena dari situ pembaca akan mengetahui kejadian apa dan

kapan peristiwa itu terjadi. Jika di dalam pementasan, latar berperan untuk

memudahkan pemain sekaligus sutradara untuk merealisasikan kegiatannya di

panggung. Membaca sebuah karya drama, tentu saja kita dihadapkan pada

tempat atau lokasi-lokasi kejadian serta waktu kejadian peristiwa, misalnya,

nama kota, nama jalan, desa, pagi, sore, malam, dan lain-lain yang menandai

jalannya alur cerita.

Menurut Sudjiman, unsur yang membangun latar dapat dikatakan

“bahwa segala keterangan, petunjuk, pengacuan, yang berkaitan dengan

waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra”.48

Latar dalam karya sastra tidak benar-benar disajikan pengarang secara jelas

dan gamblang, melainkan mereka bersifat eksplisit, seperti kepercayaan,

kebudayaan, adat istiadat, dan sebagainya. Begitu juga pada latar waktunya

tidak dijelaskan dengan angka, tetapi disajikan lewat peristiwa yang sedang

terjadi pada saat itu. Ini dimaksudkan agar pembaca tidak hanya terfokus pada

karya drama itu saja, tetapi menelusuri lebih dalam lagi apa yang terjadi dan

apa yang dimiliki oleh latar yang membawa peristiwa itu terjadi.

“Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu,

dan sosial”.49

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Penggunaan latar tempat dengan nama-

nama tertentu haruslah mencerminkan, atau paling tidak tak bertentangan

dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Latar waktu

berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Kejelasan waktu dalam karya drama

47Burhan, Op,cit., h. 216 48 Nani Tuloli, Op,Cit., h. 52 49 Burhan, Op,cit., h. 227

Page 39: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

28

biasanya ditandai keadaan sosial di suatu daerah tertentu, keadaan yang

sedang hangat dibicarakan bahkan dialami oleh sebagian masyarakat. Latar

sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan

sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.50

Bagi

pembaca, latar sosial disajikan oleh pengarang lewat status sosial tokoh,

kebiasaan hidup, adat istiadat, pandangan hidup, tradisi, cara berpikir, cara

bertindak, dan juga keyakinan.

6. Amanat

Di setiap karya sastra, ada hal-hal yang mengilhami kita atau hal yang

harus kita ambil dan kita perbaiki untuk kehidupan kita. Sebut saja itu adalah

upah kita setelah beberapa waktu membacanya bahkan mementaskannya

(untuk karya drama). Hal itu, dalam karya fiksi disebut amanat. Amanat

sendiri lahir ketika kita sudah selesai membaca, mengkaji, bahkan

mementaskannya. Ia berisi pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada

pembaca lewat tulisannya.

Amanat dalam sebuah drama akan lebih mudah dihayati, jika drama itu

dipentaskan. Amanat biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan secara

praktis. Ia merupakan pesan dari pengarang yang memerlukan penafsiran

sebagai bentuk bahwa kita mampu memetik manfaatnya. Setiap pembaca

berbeda-beda menafsirkan makna karya itu bagi dirinya, dan semuanya

cenderung dibenarkan. Misalnya seperti kisah wayang yang diambil dari

Mahabarata biasanya memberikan amanat bahwa kebaikan akan mengalahkan

kejahatan. Amanat tersebut merupakan perang bagi diri sendiri yang sebagai

manusia memiliki sisi baik dan sisi jahat. Begitulah drama yang dipentaskan

memang sangatlah lekat dengan kehidupan kita.

“Dalam naskah drama diperlukan juga petunjuk teknis, yang sering pula

disebut teks samping”.51

Teks samping ini memberikan petunjuk teknis

tentang tokoh, waktu, suasana pentas, musik, keluar masuknya aktor atau

50Ibid, h. 233 51 Herman, Op,cit., h. 29

Page 40: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

29

aktris, keras lemahnya dialog, dan sebagainya. Teks samping ini biasanya

ditulis dengan tulisan yang berbeda dari dialog, biasanya ditulis miring atau

huruf kapital semua. Dalam naskah drama Umang-umang ini, teks samping

ditulis dengan hurup kapital. Teks samping sangat berguna untuk memberikan

petunjuk kepada pemain jika naskah drama ini dipentaskan, dan juga kepada

pembaca jika tidak dipentaskan. Untuk keperluan pementasan, teks samping

memberikan petunjuk kapan aktor harus diam, jeda antarkedua pemain, suara

berbisik, keadaan pemain seperti batuk, dan sebagainya. Di dalam naskah itu

dijelaskan secara jelas dan gamblang, yang berbeda hanya di dalam naskah

drama hal itu ditulis, sedangkan dalam pementasan teks samping berupa

panduan atau bisa disebut bukan dialog.

D. Unsur Ekstrinsik Drama

Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berada di luar karya sastra,

tetapi secara tidak langsung, ia memengaruhi terciptanya sebuah karya lewat

latar belakang sosial pengarang. “Ekstrinsik ialah unsur-unsur pengaruh luar

(eksplanasi) dan unsur lahiriah yang terdapat dalam karya sastra itu”.52

Menurut Welleck dan Warren, bagian yang termasuk unsur “ekstrinsik karya

sastra adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap,

keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi

karya sastra yang ditulisnya”.53

Misalnya karya Arifin ini, ia memasukan

unsur Cirebon lewat nama-nama tokoh dalam naskahnya. “Unsur ekstrinsik

berikutnya adalah keadaan psikologi, baik yang berupa psikologi pengarang

(yang mencakup proses kreatifnya), psikologi pembaca, maupun penerapan

prinsip psikologi dalam karya”.54

Misalnya keadaan psikologis pengarang

memengaruhi keadaan tema, bahasa, serta alur cerita dalam karyanya.

52 P. Suparman Natawijaya, Apresiasi Sastra dan Budaya, (Jakarta: PT Interma, 1982),

h. 101 53 Burhan, Op,cit., h. 24 54Ibid, h. 24

Page 41: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

30

E. Drama sebagai Media Pembelajaran

“Pengajaran drama di sekolah dapat diklasifikasikan ke dalam dua

golongan, yaitu: (1) pengajaran teks drama yang termasuk sastra, dan (2)

pementasan drama yang termasuk bidang teater”.55

Media pembelajaran secara

umum adalah alat bantu proses belajar-mengajar yang digunakan untuk

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, serta keterampilan siswa sehingga

terjadinya proses pembelajaran.

Sebagai media pembelajaran, drama dapat dikategorikan sebagai

pembelajaran teori drama dan pembelajaran apresiasi drama.Masing-masing

pembelajaran ini terdiri atas dua jenis, yaitu teori tentang teks naskah drama

dan apresiasi pementasan drama. Dalam apresiasi itulah, naskah maupun

pementasan adalah hal penting karena teori termasuk dalam kawasan kognitif,

dan apresiasi dalam kawasan afektif. Untuk meningkatkan daya apresiasi

siswa, maka langkah yang ditempuh adalah meningkatkan kemampuan

membaca karya sastra, dalam hal ini adalah naskah drama. Hal ini

dimaksudkan agar siswa memiliki pengetahuan luas tentang sastra, seni, dan

budaya yang terkandung di dalam drama (baik dalam segi pementasan dan

teori serta karya).

Mempelajari naskah drama, dapat memperkaya kemampuan membaca

dan memahami jalan cerita, tema, masalah tentang masyarakat, dan juga

melalui dialog-dialog pelakunya, siswa juga belajar tentang bahasa lisan dan

kemampuan tampil percaya diri di depan kelas.Pengajaran drama juga dapat

melatih keterampilan berbahasa siswa, yaitu menyimak, berbicara, membaca,

dan menulis. Siswa akan menyimak naskah yang dibacakan oleh siswa lainnya

yang kemudian ia menganalisis naskah tersebut menjadi tulisan yang

kemudian membacakan juga hasil analisisnya di depan kelas.Drama sangat

penting bagi bagi pendidikan karena dapat mengungkapkan lebih banyak

tentang kemanusiaan dalam segala kekompekan dan konflik-konfliknya itulah

yang membentuk pembelajaran drama. “Drama tidak hanya cermin

55 Herman, Op,cit., h. 156

Page 42: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

31

lingkungan, tetapi juga membantu kita untuk menanggulanginya,

menumbuhkan rasa simpati, imajinasi, dan pengertian”.56

Drama yang baik diajarkan di sekolah harus

memiliki tujuan-tujuan khusus, yaitu: (1)

pengembangan kenikmatan dan keterampilan membaca

dan menafsirkan drama, dan memperkenalkan siswa

dengan sejumlah karya yang signifikan. (2) pengenalan

tradisi drama dan dan peranannya dalam sejarah

kemanusiaan. (3) pengembangan dasar dan citrarasa

terhadap drama, film, dan televise. (4) perangsangan

perhatian terhadap permainan drama dari penunjangan

selera masyarakat. (5) peningkatan pengertian siswa

tentang pentingnya drama sebagai sumber pemekaran

kawasan terhadap masalah-masalah pribadi dan

sosial.57

Apabila tujuan-tujuan di atas dapat dilaksanakan dengan baik, maka

drama mendapat tempat di dalam kurikulum, sehingga keterampilan-

keterampilan drama dapat dikembangkan dalam bentuk proses belajar-

mengajar yang terpola.

F. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan ini dilakukan untuk menghindari hal-

hal yang tidak diinginkan seperti menyontek karya orang lain dan sebagainya.

Untuk menhindari hal-hal tersebut, akan penulis paparkan tentang perbedaan

di antara masing-masing judul dan masalah yang dibahas.

Skripsi yang berjudul “Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai Karya

Arifin C. Noer dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Drama” karya Tuti

Mutia ini adalah skripsi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada

tahun 2013. Mendeskripsikan tentang nilai-nilai religi yang terkandung dalam

naskah tersebut. Hasil penelitiannya meliputi: Pertama, religiusitas otentik

atau religiusitas secara langsung, yaitu penuntutan ke arah yang lebih baik,

dalam hal ini adalah sikap tolong-menolong, kesungguhan, kepasrahan, dan

56 Rizanur Gani, Op,cit., h. 258 57Ibid, h. 260

Page 43: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

32

ketakwaan. Kedua, religiusitas agamis atau religiusitas tidak langsung dalam

menanggapi Tuhan, manusia melewati jalur agama tertentu yang bersifat

formal dan resmi (bukan syariat): I’tikadiyah, amaliyah. Naskah drama Kapai-

kapai karya Arifin C. Noer merupakan naskah yang religiusitas yang

religiusitas yang ditampilkan melalui tokoh utama dan kakek sebagai tokoh

tambahan. Nilai religi yang disampaikan pengarang dapat dijadikan sebagai

media pembelajaran yang sesuai dan mendidik.58

Persamaan yang terdapat

dalam skripsi ini adalah sama-sama meneliti naskah drama dan pengarangnya

yang sama. Sedangkan perbedaannya adalah objek yang dikajinya.

“Semiotika dalam Naskah Drama Umang-umang Karya Arifin C. Noer”

oleh Soediro Satoto. Mahasiswa Universitas Indonesia pada tahun 1997 ini,

penelitiannya berisi tentang semiotik karya, yaitu mengkaji simbol-simbol

yang terdapat dalam naskah drama. Persamaan pada penelitian ini, yaitu sama-

sama meneliti judul naskah drama dan pengarang yang sama. Sedangkan

perbedaannya terdapat pada hasil kajiannya.

“Watak dan Perilaku Tokoh Jumena Martawangsa Dalam Naskah

Drama Sumur Tanpa Dasar Karya Arifin C. Noer”. Skripsi ini ditulis oleh

Muhammad Imam Turmudji, seorang mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra

di Universitas Semarang pada tahun 2003. Tujuan dalam penelitian ini

mendeskripsikan watak dan perilaku tokoh Jumena dan fungsi tokoh Jumena

sebagai pemantik konflik. Hasil penelitiannya menunjukkan berbagai macam

watak dan perilaku tokoh Jumena dan fungsi tokoh Jumena sebagai pemantik

konflik damlam naskah drama Sumur Tanpa Dasar karya Arifin C. Noer.

Persamaan pada penelitian ini yaitu sama-sama meneliti naskah drama dari

pengarang yang sama. Sedangkan perbedaan pada penelitian ini adalah naskah

yang dikaji dan hasil kajiannya.59

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang penulis paparkan di atas, skripsi

berjudul Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam Naskah Drama Umang-

umang atawa Orkes Madun II ini belum pernah ada yang menggunakan judul

58 Tuti Mutia, h. i 59http://journal.unnes.ac.id/sju/indexphp/jsi/article/iew/2390, diunduh pada 10 Maret

20014 pukul 20.00

Page 44: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

33

yang sama. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul tersebut sebagai syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana.

Page 45: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

34

BAB III

BIOGRAFI

Bab ini berisi tentang riwayat hidup Arifin C. Noer, seorang sineas dan juga

seorang dramawan yang karya tulisnya menjadi objek penelitian penulis dalam

pembuatan skripsi.

A. Biografi Pengarang

Arifin C. Noer adalah anak kedua dari Mohammad Adnan, seorang

tukang sate di daerah Cirebon. Arifin sudah memulai kiprahnya dalam dunia

seni sejak masih SMP. Ia menamatkan SD di Taman Siswa Cirebon, kemudian

melanjutkan ke SMP Muhammadiyah Cirebon. Namun demikian, ketika

SMA, ia masuk SMA jurnalistik di Solo. Ia melanjutkan perguruan tingginya

di Fakultas Sosial Politik di Universitas Cokroaminoto, Yogyakarta dan

International Writing Program di Universitas Lowa, Amerika Serikat.1

Arifin, mulai mengenal dunia sastra serta teater saat masih duduk di

bangku SMP. Pada masa itulah karya-karya puisinya ia kirimkan ke majalah

yang terbit di Cirebon dan Bandung, honornya ia belikan buku cerita, baik

dalam maupun luar negeri. Sejak kecil ia memang gemar membaca,

khususnya buku anak-anak terbitan Balai Pustaka 1950-an. Baik fiksi-ilmiah

maupun petualangan Karl May. Tetapi yang paling digemarinya adalah buku

biografi orang-orang besar. Karena, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari

pengalaman serta kerja keras mereka. Hal itu kemudian sangat mempengaruhi

filsafat hidupnya untuk gemar bekerja dan berpikir keras.

Selama aktif di sekolah, ia sempat menjadi pemimpin umum majalah

sekolah dengan sekretarisnya Nani Wijaya (aktris sekaligus istri almarhum

Misbach Yusa Biran). Di luar sekolah, ia selalu melakukan aktivis di RRI

Cirebon. Di situ ia bergaul dengan para seniman Cirebon antara lain Mus

Mualim, Indra Soeradi, dan kemudian Titik Puspa. Di RRI ia mengasuh ruang

puisi serta membuat sandiwara-sandiwara radio. Pada usia 16 tahun, tepatnya

1 Yayat, Hendrayana, Umang-umang Arifin Impian-impian Kemelaratan. (Bandung:

Pikiran Rakyat, 1976), h. 5

Page 46: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

35

saat kelas II SMP, pada 1957, Arifin menciptakan naskah sandiwaranya yang

pertama berjudul Dekaden57, disusul naskah keduanya yang ia tulis saat

duduk di kelas III SMP: Dunia yang Retak.

Menurut Indra Soeradi, aktor dan seniman Cirebon yang „menemukan‟

sekaligus guru N. Riantiarno (Teater Koma), suatu kali pada 1960-an, oleh

Arifin ia pernah diminta membaca beberapa naskah sandiwaranya antara

lain, Tengul, Sumur Tanpa Dasar dan Kasir Kita. Ia tidak mengira bahwa

berpuluh tahun kemudian, naskah-naskah tersebut menjadi cikal bakal

bangkitnya teater Indonesia Baru.2

Menginjak bangku SMA, Arifin merasa kecintaannya terhadap kesenian

semakin memuncak. Ia menjadi penanggung jawab kolom kesenian di koran

setempat, menjadi juri dalam pelbagai lomba kesenian, pembicara dalam

pertemuan peminat teater se-Cirebon, menerjemahkan naskah „berat‟ Komedi

Manusia karya William Sarojan, bahkan sempat menjadi juara dua Bintang

Radio se-Cirebon untuk jenis seriosa. Dan, pada usia SMA, Arifin telah

menciptakan naskah monolog Jangan Lupakan Saya.

Akibat kesibukannya dalam aktivitas kesenian, ia tak hanya dikeluarkan

dari sekolah tetapi juga telah membuat amarah Bapaknya. Apalagi, saat Arifin

memutuskan untuk menjadi seniman saja dan bertekad mau pergi ke Jakarta.

Akibatnya, ia kemudian dikirim ke pesantren Djamsaren di Solo, dan

meneruskan sekolahnya ke SMA Jurnalistik, Solo. Di pesantren itulah lahir

naskah Aminah yang menurut Arifin, merupakan naskah “dewasa”nya yang

pertama. Naskah itu kemudian populer pada 1960-an, karena banyak

dipentaskan oleh grup-grup drama di Jawa.

Tidak hanya dalam dunia teater, Arifin paggilan pria berkepala botak

yang dilahirkan 10 Maret 1941 di Cirebon ini, adalah juga seorang sineas

(orang yang ahli tata cara pembuatan film) yang lengkap. Dia bukan hanya

bisa menyutradarai, tetapi pandai pula menulis cerita dan dijadikan skenario.

Arifin sendiri menulis cerita dan skenario dalam film Bibir Mer, dan langsung

2 Dendy Sugono, Enskiklopedia Sastra Indonesia Modern, (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2009), 34-36

Page 47: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

36

menjadi sutradara, maka apa yang ingin disampaikan ke penonton bisa

diterima secara utuh. Kelancaran bertutur, dan menyelesaikan konflik yang

tidak bertele-tele menjadi ciri khas dan sekaligus kekuatan film-film Arifin.

Untuk sampai ke Bibir Mer, Arifin telah melakukan perjalanan panjang. Dia

giat mementaskan sandiwara sejak tahun 1957. Pertama kali, waktu itu dia

menulis dan sekaligus sebagai sutradara pementasan berjudul Dunia yang

Retak. Tiga tahun kemudian melanjutkan sekolah ke Solo, sampai di sana

bergabung dalam Himpunan Peminat Sastra Surakarta (HPSS), sambil

mencanangkan hari puisi.

Kreativitasnya dibidang penulisan puisi dan drama makin berkembang

sejak pindah ke Yogyakarta. Ditahun 1960, dia bergabung dengan WS Rendra

dalam lingkungan Drama Jogya, dan kemudian ia masuk Teater Muslim

pimpinan Mohammad di Ponegoro. Di situlah, lahir drama Nenek Tercinta,

pemenang pertama sayembara penulisan lakon Teater Muslim. Karyanya yang

lain adalah Mega-mega, pemenang kedua sayembara naskah drama Badan

Pembina Teater Nasional Indonesia (BPTNI) tepatnya tahun 1967.3

Arifin membentuk Teater Ketjil setelah hijrah ke Jakarta. Teater ketjil

adalah sebuah perkumpulan sandiwara atau teater, terutama yang bersifat

eksperimental. Didirikan di Jakarta pada tahun 1968 oleh Arifin C Noer.

Untuk membina anggota-anggotanya dan peminat-peminat lain, perkumpulan

kekeluargaan ini juga memiliki kelas latihan atau diskusi bernama lab teater

ketjil. Pada tahun 1972 naskah dramanya berjudul Kapai-kapai memenangkan

hadiah pertama dalam sayembara penulisan lakon DKJ. Kristisi sastra dan

drama menilai Arifin sebagai salah satu pembaharu dalam dunia drama di

Indonesia, karya-karya drama dan puisinya mempunyai jalinan yang kuat,

puisi-puisinya kuat dramatik, sedangkan drama-dramanya puitik sekali.

Berikut ini adalah karya Arifin semasa hidupnya: Buku kumpulan

sajaknya, Nurul Aini(1963), Siti Aisah (1964),Puisi-puisiyang Kehilangan

Puisi (1967),Selamat Pagi, Jajang (1979), danNyanyian Sepi (1995).

3Ibid

Page 48: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

37

Buku-buku dramanya adalah Lampu Neon (1960), Matahari di Sebuah

Djalan Ketjil (1963), Nenek Tertjinta (1963), Prita Istri Kita (1967), Mega-

Mega (1967), Sepasang Pengantin(1968),Kapai-Kapai (1970),Sumur Tanpa

Dasar (1971),Kasir Kita (1972),Tengul (1973), Orkes Madun I atawa

Madekur dan Tarkeni (1974), Umang-Umang (1976), Sandek Pemuda Pekerja

(1979),Dalam Bayangan Tuhan atawa Interogasi I (1984),Ari-Ari atawa

Interograsi II (1986), dan Ozon atawa Orkes Madun IV (1989).

Selain itu, ia juga menyutradarai banyak film dan sinetron serta menulis

skenarionya, antara lain, Pemberang (1972),Rio Anakku (1973),Melawan

Badai (1974),Petualang-Petualang (1974), Suci Sang Primadona (1978),

Harmoniku (1979), Lingkaran-Lingkaran (1980), Serangan Fajar (1981),

Pengkhianatan G.30 S/PKI (1983), Matahari-Matahari (1985), Sumur Tanpa

Dasar (1989), Taksi (1990), danKeris (1995). Karena film dan sinetron

garapannya itu, Arifin C. Noer dapat menyabet piala The Golden Harvest pada

Festival Film Asia (1972), piala Citra dalam Festival Film Indonesia (1973,

1974, 1990), dan piala Vidia dalam Fistival Sinetron Indonesia (1995). Film

garapannya yang mendapat penghargaan terbesar selama pemerintahan Orde

Baru adalah Pengkhianatan G.30.S/PKI yang dibintangi Umar Kayam. Film

ini selalu diputar setiap tahun melalui TVRI dalam memperingati "Hari

Kesaktian Pancasila" dan baru diberhentikan setelah pemerintahan Orde Baru

tumbang.

Sebagai sastrawan yang unggul dan kreatif, ia juga sering mendapat

hadiah sastra, antara lain, (1) Pemenang Sayembara Penulisan Naskah Lakon

dari Teater Muslim, Yogyakarta (1963) atas karyanya "Matahari di Sebuah

Djalan Ketjil" dan "Nenek Tertjinta", (2) Anugerah Seni dari Pemerintah

Republik Indonesia (1972) atas jasanya dalam mengembangkan kesenian di

Indonesia, (3) Hadiah Sastra ASEAN dari Putra Mahkota Thailand (1990) atas

karyanya Ozon, dan (4) Hadiah Sastra dari Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa (1990). Dramanya Kapai-Kapai diterjemahkan ke

dalam bahasa Inggris oleh Harry Aveling dengan judul Moths dan diterbitkan

di Kuala Lumpur, Malaysia.

Page 49: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

38

Karya Selamat Pagi, Jajang menjadi mas kawin dari pernikahannya

dengan Jajang. Sebelum dengan Jajang, Arifin telah menikah dengan Nurul

Aini dan dikaruniai dua anak. Ia wafat pada 28 Mei 1995 di Jakarta,

karena liver cirrhosis (kelainan pada hati). Ia meninggalkan Jajang, Teater

Ketjil, dunia teater dan film Indonesia yang sangat khas dan unik, serta empat

orang anak: Vita Ariavita, Veda Amritha (dari Nurul Aini), serta Nitta Nazyra

dan Marah Laut (dari Jajang).

B. Sinopsis

Umang-umang atawa orkes madun II karya Arifin ini adalah naskah

kedua dari caturlogi4 orkes madun. Bercerita tentang kemelaratan dan proses

menuju kesejahteraan. Waska seorang tokoh utama sekaligus sutradara dalam

lakon ini adalah lelaki tua yang mempunyai rencana spektakuler, yaitu

merampok semesta. Waska adalah seorang bekas kelasi yang sudah cukup tua.

Ia dimitoskan oleh kawanan-kawanannya sebagai pemimpin terhormat, kuat,

dan tidak boleh mati demi mencapai cita-cita mereka yaitu kehidupan yang

layak. Karena kemiskinan di desa, membuat mereka lari ke kota. Tetapi di

kota, mereka tidak menjadi kaya. Mereka tetap miskin, dan kemiskinan inilah

yang memojokan mereka untuk melakukan kejahatan-kejahatan.

Bersama dengan anak buahnya, ia siap merampok semesta. Tak ada

tempat yang ramah bagi kemelaratan, tidak di desa, tidak juga di kota. Maka,

kemelaratan menampilkan dirinya dalam bentuk kejahatan. Kejahatan inilah

yang menyemangati Waska akan keberadaanya di dunia.

Mulanya, waska adalah seorang humanis, humoris, dan bisa

menertawakan dirinya sendiri. Sayangnya nasib buruk selalu membuntutinya.

Waska berada di lembah kemiskinan yang menyeretnya jadi pemimpin

gerombolan penjahat dan dipuja nyaris seperti nabi. Dia dilukiskan begitu

dekat dengan Sang Nabi tapi juga dekat dengan Dajjal. Waska yang dikenal

4 Empat naskah dramatik Arifin C. Noer: Madekur Tarkeni, Umang-umang, Sandek

Pemuda Pekerja, dan Ozone.

Page 50: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

39

oleh kroni-kroninya sebagai sosok yang kuat, tiba-tiba berubah lemah akibat

sebuah penyakit aneh yang diderita dan tidak tahu apa sebabnya.

Waska yang sakit-sakitan kiranya tidak dapat menjalankan misinya

untuk merampok semesta, datanglah Bigayah, pelacur tua yang ingin menikahi

Waska, yang mencintai Waska dengan sepenuh hatinya. Tetapi sayang sekali,

Bigayah ditolak mentah-mentah oleh Waska lantaran Ia tak ingin menikah.

Karena yang ia lakukan hanyalah kejahatan, dan menikah bukanlah soal

kejahatan.

Setengah abad lebih Waska menunggu saat yang tepat untuk

melaksanakan rencana besarnya. Dia menggagas penjarahan semesta yang

mengerahkan seluruh penjahat dan menjarah seluruh kota. Di tengah sakit

yang parah dia mengomandoi penjarahan itu tanpa bisa dihalang-halangi oleh

peringatan tokoh Jonathan, sahabat senimannya.

Ranggong dan Borok yang merupakan tangan kanan kesayangan

Waska, kemudian mencari penawar. Dadar bayi. Ya, dadar bayi adalah

penawar yang dianjurkan dukun untuk menyembuhkan penyakit Waska.

Setelah mendapat beberapa lahat bayi, dengan susah payah mereka menyuruh

dukun untuk membuatkannya—dengan negosiasi harga tentunya. Berkat

ramuan itu, Waska dapat hidup kembali. Ranggong dan Borok pun ikut makan

dadar bayi tersebut.

Di luar dugaan, khasiat jamu tersebut membuat waska dan kawan-

kawannya hidup abadi sepanjang lebih dari lima generasi manusia. Mereka

pun jatuh bosan karena mereka tidak juga mati, apalagi mereka hanya dalam

keadaan serba “diam” sedangkan yang lain, senantiasa “bergerak”. Jamu yang

mereka minum ternyata tidak ada penawarnya. Mereka melakukan segala cara

untuk mengakhiri hidup mereka. Tapi sayang, semua cara yang dilakukan

hanyalah sia-sia. Mereka tetap hidup dan bernapas seperti layaknya orang

hidup. Mereka ditinggalkan generasinya, ditinggalkan oleh kaki-kaki yang

melangkah maju-mundur, ditinggalkan oleh musim yang terus berulang.

Sampai pada akhirnya, mereka hanya diam menggantung kakinya di pinggiran

Page 51: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

40

laut sambil memancing, karena memikirkan untuk menceburkan diri ke laut

pun tak ada guna.

Mereka membutuhkan mati seperti halnya makhluk hidup yang pernah

mereka temui. Mereka merasa bahwa mati merupakan ketenangan jiwa.

Ketika kita mati, artinya beban hidup yang mengelilingi kita tidak akan berani

datang kembali.

C. Tentang Caturlogi Orkes Madun dan arti kata Umang-umang

Orkes madun adalah sebuah lakon panjang yang merupakan nyanyian

kemiskinan abad XX, kemiskinan badan dan kemiskinan jiwa, kemiskinan

ekonomis dan kemiskinan metafisis. Tokoh-tokoh dalam lakon ini terdiri dari

Rombongan Para Nabi dan Para Badut yang dikepalai Semar. Kedua

rombongan berkenalana dari abad ke abad menghibur manusia dari lakon

deritanya. Para Nabi dengan nyanyian-nyanyian, Para Badut dengan

pertunjukan-pertunjukan sandiwara. Semuanya dibalut dengan semangat

gembira, jenaka, dan cendikia.5

Keempat teks dramatik caturlogi drama orkes madun dapat

dikategorikan sebagai teks radikal, dengan berbagai ciri atau kekhasan, dan

penyimpangan, baik bentuk maupun isinya, termasuk juga cirinya sebagai

drama tragik-komedi. Jadi, bukan radikal dalam pengertian sosial dan politik

yang berkonotasi negatif karena ekstrem dan anarkis.

Umang-umang ini adalah salah satu karya Arifin yang memiliki arti

Semantik, kata umang-umang adalah binatang laut jenis ketam atau siput kecil

yang lemah. Hidup di lumpur di tepi pantai, atau numpang bersarang di bekas

sarang binatang lain yang tidak lagi digunakan. Dalam kondisi dan posisinya

yang kecil lagi lemah, umang-umang dikejar-kejar binatang lainnya yang lebih

besar untuk menjadi atau dijadikan makanan atau mangsanya. Pengunaan kata

Umang-umang ini, menurut keterangan Arifin C Noer mengingatkan ketika

dia berada di pantai laut jawa di daerah Cirebon, asal kelahiran Arifin C Noer,

5 Dokumentasi sastra H.B. Jassin,Umang-umang: kesadaran ACN. (Jakarta: Pelita, 1976),

h. 4

Page 52: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

41

dia melihat binatang laut umang-umang yang kecil dikejar-kejar binatang laut

lainnya yang lebih besar untuk dijadikan mangsanya. Serial kedua lakon Orkes

Madun II ini melukiskan manusia lemah yang dikejar-kejar manusia kuat

untuk dijadikan mangsanya. Maka, tokoh Waska yang ini berkeinginan

menjadi kuat untuk membalaskan dendam kesumatnya kepada para pengejar

makhluk-makhluk kecil untuk dijadikan mangsanya. Oleh karena itu, Waska

ingin menjadi kuat agar dapat melampiaskan dendamnya untuk membalas

dengan cara menodong penodong, merampas perampas, dan merampok

perampok.

Menurut KBBI, arti kedua umang-umang adalah orang yang suka

berpakaian bagus, tapi bukan kepunyaannya sendiri, secara metaforis dapat

dimaknai sebagai orang yang suka menggunakan atau memanfaatkan hal-hal

atau kekuasaan yang bagus, besar, tetapi itu bukan milik/haknya sendiri tentu

tidak pas, mungkin bahkan kedodoran.

Page 53: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

42

BAB IV

ANALISIS

Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam Naskah Drama Umang-umang atawa

Orkes Madun II Karya Arifin C. Noer.

Pada bab iv ini peneliti akan melakukan analisis, mulai dari unsur

intrinsik, ekstrinsik, serta pengajaran drama di sekolah.

A. Unsur Intrinsik Naskah Drama Umang-umang atawa Orkes Madun II

Karya Arifin C. Noer.

1. Tema

Tema merupakan gagasan pokok yang berhubungan dengan premis

drama sekaligus berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah naskah

dan sudut pandang yang dikemukakan oleh pengarangnya.1 Naskah drama

Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin C. Noer bertemakan

kemiskinan dan cara menanggulangi kemiskinan itu sendiri.

Waska : Aku pernah memilih, tapi aku ditolak, selalu

ditolak. Kemiskinan telah menodongku, kelaparan telah

menodongku, dan aku tak rela dicincang oleh kemiskinan

dan kelaparan, maka kutodongkan kekayaan”.2

Melalui judul yang sangat sederhana ini, umang-umang memiliki

makna yang sangat dalam. Umang-umang atau yang kita kenal sebagai

kelomang adalah binatang laut jenis ketam atau siput kecil yang lemah.

Hidup di lumpur di tepi pantai, atau numpang bersarang di bekas sarang

binatang lain yang tidak lagi digunakan.Umang-umang yang dipimpin oleh

Waska adalah kumpulan orang terbuang atau orang miskin yang numpang

secara paksa pada harta orang lain, yaitu dengan cara merampok,

menodong, dan sebagainya. Kumpulan orang-orang terbuang ini memiliki

cara menanggulangi kemiskinannya.

Waska : Ranggong, sejak muda saya memimpikan

memimpin suatu operasi besar secara simultan.

1 Herman, Op,cit., h. 24 2 Arifin, Op,cit., h. 24

Page 54: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

43

Seluruh penjuru kota kita serang, kita rampok habis-

habisan. Paling sedikit 130 bank yang ada, 400

pabrik, 2000 perusahaan menengah dan kecil dan

ribuan toko-toko dan warung-warung yang ada di

kota ini, akan kita gedor secara serempak.

Mendadak. Pasti. Pasti menetas impian tua saya ini.

Jumlah kita, anak-anak lapar dan dahaga sudah

menjadi rongga mulut raksasa yang juga akan

mengancam keheningan langit. Kehadiran kita yang

bersama ini akan menggetarkan para nabi dan

malaikat.3

Dialog di atas adalah rencana Waska merampok secara simultan

untuk menanggulangi kemiskinan kelompoknya. Merugikan orang lain

dan memiliki apa yang bukan miliknya. Hal ini sama seperti umang-

umang dalam kehidupan, ia merampok sarang yang lebih baik dan lebih

bagus untuk kelangsungan hidupnya. Ia rela membunuh sang empunya

sarang untuk tempat tinggalnya kelak.

Kemiskinan dengan berbagai jenisnya, merupakan tema sentral

caturlogi naskah drama Orkes Madun. Selain kemiskinan ekonomi,

kemiskinan jiwa, moral, dan kemiskinan metafisis juga disajikan dengan

jelas oleh Arifin dalam naskah lakon ini.

Waska : Kami bertiga berdiri bagaikan

trisula yang berkarat yang digenggam bermilyar

tangan lapar dan dahaga, lapar badan, dan lapar

jiwa.4

Debleng : Betapapun hina dinanya orang

yang ada dalam kubur ini, Tuhan, namun terimalah

dia. Barangkali ia hanyalah serbuk kayu, barangkali

ia hanyalah arang, barangkali ia hanyalah daki,

barangkali ia hanyalah karat pada besi tua, namun

tak bisa dipungkiri ia adalah milikMu, makhlukMu,

maka terimalah ia kembali dalam rahasiaMu.

Kejahatan yang dilakukan orang dalam kubur ini

betul-betul kelewatan, Tuhan. Ia telah menghina

dirinya habis-habisan. Sekali lagi, Tuhan, terimalah

ia karena Engkau pun tahu kami tak bisa

menyimpannya. Amin...5

3 Arifin, Op,cit., h. 5 4Ibid, h. 70 5Ibid, h. 4

Page 55: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

44

Dialog di atas menampilkan bahwa kejahatan memang tidak layak

diterima, akan tetapi, jiwa makhluk tersebut memiliki Tuhan dan harus

mempertanggung jawabkannya kelak di alam lain.

Waska dan komplotannya berjuang memberantas kemiskinan

untuk kesejahteraan dengan cara apapun. Waska berkeinginan untuk

jangan pernah menutupi kejahatan-kejahatan yang terjadi di sekitar kita.

Apabila hanya kebaikan saja yang ditampilkan, mana bisa hal itu disebut

kebaikan. Seringnya kita tidak menyadari bahwa hal-hal yang ada di

sekitar kita hanya menutupi kejahatan saja, bukan memperbaikinya. Di

sini, Arifin secara terang-terangan mengungkapkan kejahatan yang pada

hakikatnya adalah sisi lain dari diri kita sendiri. Manusia memiliki dua sisi,

yang satu sifat baik, dan yang satu lagi bisa dikatakan sifat kejam atau

tidak memiliki rasa belas kasih. Maka, jika kita menginginkan sesuatu,

janganlah pernah untuk berpura-pura baik atau membohongi diri sendiri

untuk kelihatan baik di mata orang lain. Arifin mengajarkan untuk

bersikap biasa, jika kejahatan yang akan engkau lakukan, maka

bertindaklah seperti orang jahat. Tampilkanlah kebaikanmu, maka kau

akan dilindungi Tuhanmu, dan jangan malu menampilkan kejahatanmu

jika memang itu perlu.

Arifin menampilkan kejahatan karena tokoh-tokoh yang berperan

memiliki profesi yang dinilai buruk oleh masyarakat. Itu semua bukan

keinginan mereka semata, keadaanlah yang membuat mereka seperti itu.

Koor : Kemiskinan telah menghalau kami ke

kota yang penuh kemiskinan ini. Kemiskinan telah

mengajar mencuri, mencopet, menjambret,

menodong, menggarong. Desa telah mengusir kami.

Kota telah mengusir kami. Apakah langit juga akan

mengusir kami?6

Kemiskinan memang telah menggerogoti kelompok ini, cara

menanggulanginya tidak dengan berdiam diri dan pasrah terhadap nasib.

Mereka menerobos segala yang berbau konvensional. Mereka merampok

6 Arifin, Op,cit., h. 47

Page 56: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

45

semesta untuk menanggulangi kemiskinan yang menyelimuti mereka.

Keadaan tidak akan memberimu kesempatan jika yang kau lakukan hanya

berdiam diri.

Itulah tema dalam drama, segala yang berbau tentang memberantas

kemiskinan terjadi dalam lakon naskah ini. Selanjutnya, peneliti akan

mendeskripsikan tentang tokoh sekaligus penokohannya dalam naskah

drama Umang-umang atawa Orkes Madun II ini.

2. Tokoh dan Penokohan

“Tokoh dalam fiksi adalah manusia yang diciptakan atau direka oleh

pengarang”.7 Sebagai manusia yang memiliki masalah serta problema

kehidupan, tokoh yang dihadirkan pun berperan dalam menciptakan

konflik serta alur bagi kehidupannya. Tokoh-tokoh yang berperan dalam

naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin C. Noer

ini, yaitu Waska, Borok, Ranggong, Bigayah, Debleng, Gustav, Japar,

Buang, Nabi-nabi, Embah, Embah Putri, Seniman/Jonathan, Tukang Jamu,

Tukang Sekoteng, Tukang Kue, Tukang pijat, Anak kecil, Juru kunci,

Anaknya, Engkos, Dajjal, Dan lain-lain.

Apabila diklasifikasikan dalam kategori penokohan seperti pada

analisis sastra, naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya

Arifin C. Noer memiliki tiga kategori. Pertama tokoh sentral-antagonis,

meliputi: Waska, Borok, dan Ranggong. Kedua, tokoh sentral-protagonis,

yaitu Semar, Seniman/Jonatan. Ketiga, tokoh pendukung, yaitu Bigayah

dan juga tokoh-tokoh pembantu seperti Debleng, Buang, Gustav, Embah,

Embah Putri, Anak, Tukang Jamu, Tukang Sekoteng, Tukang Kue, satu,

Tukang pijat, Anak kecil, Juru kunci, Anaknya, Dajjal, Engkos, dan Japar.

Berikut ini analisis ketiga jenis penokohan tersebut.

a. Tokoh Sentral-Antagonis

Waska, Borok, dan Ranggong adalah tokoh sentral-antagonis, dari

ketiganya, Waska adalah yang mendalangi setiap adegan dalam cerita.

Waska adalah pemimpin kelompok serta biang keladi pertikaian dalam

7 Nani Tuloli, Op,cit., h. 28

Page 57: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

46

naskah lakon ini. Borok dan Ranggong adalah tokoh yang berkaitan

penting dengan Waska.

Waska adalah seorang pemimpin komplotan yang disegani anak

buahnya.

Nabi : Kenapa Waska?

Gustav : Waska, pemimpin besar kami,

pemimpin umat manusia, sedang menderita sakit.

Bahkan pada detik-detik ini ia sedang dalam

keadaan inkoma, sakaratulmaut.

Nabi : Kalian kelewatan, betul-betul

kelewatan. Tuhan, ampunilah mereka karena

mereka menangisi waska.

Debleng : Ya, kami menangisi Waska.

Nabi : Waska, kalian tangisi? Nggak

masuk akal, nggak masuk akal. Waska? Orang

macam itu?

Gustav : Orang katamu? Dia lebih dari

orang.

Ranggong : Orang katamu? Dia raja. Dia

pembesar. Dia pembela. Dia penghibur. Dia juga

adalah sebuah kendi air di suatu jalan lenggang di

suatu desa yang tandus. Dan Tuhan pun tahu tangi

kami adalah ucapan spontan terima kasih kami.8

Begitulah pendapat mereka tentang Waska, seorang pemimpin

komplotan yang ditakuti, dikagumi, dan semua orang patuh padanya.

Mereka sangat patuh, hal ini terlihat pada dialog ketika berikut ini.

Waska : Ranggong!

Ranggong : Ranggong di sini, Waska, di becak nomor

tiga belas.

Waska : Borok!

Borok : Gua di kuburan cina, Waska.

Waska : Japar!

Japar : Aku dalam bus kota, orang tua!9

Meskipun Waska dihormati, dikagumi, dan dipatuhi, ia tetap tidak

ingin disembah layaknya Tuhan. Waska juga makhluk Tuhan, hanya saja

kedudukannya di hadapan anak buahnya dianggap dewa.

8 Arifin, Op,cit., h. 10 9Ibid, h. 3

Page 58: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

47

Waska : Engkos!

Engkos : Engkos tadi sudah diludahi, Waska.

Waska : Keluar sebentar, bajingan. Ke sini!

ENGKOS MENDEKATI WASKA DENGAN

LANGKAHNYA JONGKOK ALA KRATON JAWA

ATAWA SUNDA. DAN MELIHAT INI BUKAN MAIN

MENYALA AMARAH WASKA.10

Waska sangat tidak suka kepada orang yang merendahkan dirinya di

hadapan orang lain, sekalipun di hadapannya. Sebagai pemimpin, Waska

juga mengajarkan kebaikan pada anak buahnya. Ia betul-betul seorang

pemimpin yang bijaksana dan dapat menghargai waktu.

Engkos : Waska, kita sudah tujuh jam

mengintip nonstop. Bagaimana seterusnya?

Waska : Betul-betul anjing kurapan budak

setan. Nggak sabaran. mana bisa dia menjadi

penjahat besar tanpa memiliki ketahanan

menghadapi waktu.11

Waska memiliki prinsip seorang pemimpin, seorang penyabar,

seorang yang pernah berlayar mengarungi waktu. Ia menginginkan anak

buahnya menghargai setiap detik waktu yang berjalan dan tetap

mengawasi keadaan di sekitarnya tanpa rasa bosan. Seperti ia juga yang

seorang bekas kelasi, berlayar penuh kesabaran dan tawakal.

Jonathan : Kamu kehilangan sesuatu tapi

kamu tidak menyadarinya, Waska. Cobalah

sebentar kennangkan semuanya secara utuh.

Berlakulah adil, timbanglah satu demi satu dari

seluruh yang kau miliki.

Waska : Janganlah mencoba mengorek-

ngorek masa lampauku. Sentimental! Dan lagi

apakah kamu kira ketika aku menjadi kelasi

lantaran didorong oleh romantik keremajaan

keluarga ningrat? Seperti romantik semangat

kesenianmu yang penuh skandal itu?12

10Ibid 11Ibid, h. 2 12Ibid, h. 49

Page 59: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

48

Sekalipun waska orang yang ditakuti, ia juga punya kelemahan atau

rasa takut terhadap sesuatu. Hal yang ia takuti adalah Bigayah, perempuan

yang mencintainya habis-habisan.

Bigayah : Waska! Waska!

Waska : Pasti suara itu. Aku mendengar

suara itu. Aku tidak pernah merasa takut kecuali

setiap hari mendengar suara itu. suara itu seperti

suara mendiang ibuku yang tidak pernah jelas

wajahnya. Suara itu seperti suara istriku yang tidak

pernah ada. Suara itu seperti suara anak

perempuanku yang tidak akan pernah lahir, dan

aku takut. Aku berubah jadi badut menghadapi

menghadapi cobaan ini. bigayahkah itu?

Bigayah : Ya Waska, Bigayahmu!13

Waska tidak pernah mencintai seorang perempuan. Ia tak

menginginkan hubungan serius kepada perempuan. Ia pun tak menikah. Ia

adalah penjahat, maka dari itu ia tak menginginkan ada perempuan di

sisinya.

Bigayah : Jangan bersembunyi, Waska.

Jangan bersembunyi. Biar saja polisi-polisi dan

kamtib-kamtib menangkap kita, asalkan kita bisa

tetap bercinta. Biarkan kita terjaring Dewi Ratih

dan Kamjaya, Waska. Nasib buruk, kesialan,

kemelaratan dan penyakit jangan pula kita biarkan

memunaskan cinta kita. Melarat sudah, penyakitan

sudah, tapi janganlah kita dimakan kebencian.

Waska : Aku tidak bersembunyi, aku

bertapa, aku bersemedi, aku menghitung jumlah

semut yang pernah ada dan jumlah tarikan napas

yang selama ini. Jangan dekati aku. Kalau cintamu

tidak atau belum mendapatkan balasan dari hatiku,

adalah karena pikiranku yang jahanam serta penuh

kepongahan yang adalah bagaikan putra Nuh nan

durhaka.14

Sebagai pemimpin besar yang hidup di tengah kemiskinan, maka

Waska pun memiliki rencana yang sangat besar pula. Rencana merampok

13Ibid, h. 18 14Ibid, h. 19

Page 60: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

49

semesta, dalam naskah drama ini diceritakan bagaimana obsesi Waska

terhadap rencananya itu.

Waska : Ranggong!

Ranggong : Saya, Waska!?

Waska : Sebentar lagi kumpulkan semua

orang!

Ranggong : Di sini, Waska?

Waska : Kalau mungkin dan kalau sempat

hubungi juga para sesepuh kita dan bawa ke sini.

Para pelacur yang masih melayani tamu-tamunya

biar menyusul belakangan, asa kamu beritahu juga.

Lalu kalau kebetulan ketemu Borok, bilang

padanya saya tidak sabar menunggu jamu yang

dijanjikannya.

Ranggong : Baik, Waska!

Waka : Rasanya saya harus menceritakan

rencana besar juga. Saya kira inilah malamnya.

Hampir setengah abad saya nantikan malam serupa

ini, anginnya serupa ini, ketetapan hati serupa ini.

Tuhan, impian besar dan spektakuler itu telah

mengganggu selera makanku, telah mengganggu

tidurku, telah mengganggu selera syahwatku

selama hampir setengah abad. Ranggong….

Ranggong : Ya, Waska!

Waska : Ranggong, sejak muda saya

memimpikan memimpin suatu operasi besar secara

simultan. Seluruh penjuru kota kita serang, kita

rampok habis-habisan. Paling sedikit 130 bank

yang ada, 400 pabrik, 2000 perusahaan menengah

dan kecil dan ribuan toko-toko dan warung-

warung yang ada di kota ini, akan kita gedor

secara serempak. Mendadak. Pasti. Pasti menetas

impian tua saya ini. Jumlah kita, anak-anak lapar

dan dahaga sudah menjadi rongga mulut raksasa

yang juga akan mengancam keheningan langit.

Kehadiran kita yang bersama ini akan

menggetarkan para nabi dan malaikat.15

Akan tetapi, di tengah rencana spektakulernya itu, Waska menderita

penyakit yang kita tidak tahu apa namanya. Hingga ia memerintahkan

anak buahnya Borok dan Ranggong untuk mencari jamu dadar bayi.

15Ibid, h. 5

Page 61: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

50

Semar : Sebagian orang menganggap

tokoh Waska itu sebagai lelaki atau jawara tua

setengah sinting. Eksentrik kaya seniman besar.

Sebagian lagi menganggap penyakitnya itu sebagai

guna-guna atau tenung yang dilontarkan orang atau

atau musuhnya. Tapi sebagaian lagi

menganggapnya pada saat seperti itu ia sedang

bercakap-cakap dengan „Yang Maha Kuasa‟

mengingat kedudukannya nyaris seperti nabi. Saya

sendiri sebagai semar yang memerankan tokoh itu

cuma menganggapnya sebagai tokoh yang sangat

kocak yang sadar akan kekocakkannya serta

kekocakkan lingkungannya.16

Kemudian tokoh Borok dan Ranggong yang merupakan anak buah

setia Waska. Mereka juga disebut tokoh antagonis karena perbuatannya

sama persis dengan Waska.

Waska : Kamu gagah laksana golok. Tapi

kamu juga indah laksana fajar. Kamu memang

golokku dan fajarku. Sudah berapa lama kamu

menjadi perampok?

Ranggong : Tepatnya lupa, Waska. Seingat

saya, selepas sekolah dasar sya sudah mulai

mencuri kecil-kecilan dan sekarang umur saya

lebih empat puluh tahun.

Waska : Pengalaman penjara?

Ranggong : Tiga kali tiga tempat.

Waska : Senior kamu, Ranggong, dan itu

artinya kamu bisa mengambil alih peran lebih

besar dalam impian saya itu. kawin?

Ranggong : Tidak, Waska, seperti kamu juga.

Waska : Sempurna. Kamu orang kedua

setelah Borok. Persis seperti impian saya. Ya, ya,

kamu dan Borok seperti tangan kanan dan tangan

kiri, seperti busur dan anak panahnya, lengkap.17

Dalam hal kejahatan yang sama dengan Waska, Borok dan

Ranggong pun sangat setia. Mereka menuruti keinginan Waska yang

sedang sekarat untuk membawakan jamu dadar bayi sebagai obat penawar.

16Ibid, h. 7. 17Ibid, h 5

Page 62: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

51

Ranggong : Artinya, untuk menyambung

umur, kita harus tega mengerjakan hal-hal

sebagai berikut, satu, membunuh bayi. Dua,

membedah bayi. Tiga, merenggut jantung bayi.

Empat, mengeringkan, menjemur, atau

memanggang jantung bayi. Lima, menumbuk

jantung bayi kering sampai halus. Enam,

meminum wedang yang mengandung bubuk

jantung bayi.18

Ranggong dan Borok memang anak buah yang setia, sampai pada

mereka meminum jamu dadar bayi bersama-sama dan tidak mati pun

bersama-sama.

Borok : Kita bunuh diri saja, pak.

LALU MEREKA SALING BERPANDANGAN

SELAMAT TINGGAL DAN SELANJUTNYA

MEREKA BERUSAHA MENUSUK PERUT

MEREKA MASING-MASING DENGAN

TANGKAI KAIL (WALISAN)

TAPI SEBELUM TERLANJUR, ORANG-

ORANG DATANG BERMUNCULAN

MENGGAGALKAN NIAT MEREKA,

SEKUAT TENAGA ORANG-ORANG

MENGHALANGI PERBUATAN NEKAD

MEREKA, LALU SETELAH KETIGANYA

KEMBALI TENANG ORANG-ORANG

KELUAR.

Waska : Nggak jadi mati kita?

Ranggong : Kebaikan yang jelek!

Borok : Pokoknya jahat.

Ranggong : Kita berantem saja yuk bunuh-

bunuhan?

Begitulah ketiganya mencari jalan keluar untuk mati. Mulai dari

berantem, saling memaki, melompat ke jurang, tapi semuanya tidak ada

hasil. Mereka hidup abadi sampai mereka bosan.

18Ibid, h 39

Page 63: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

52

b. Tokoh sentral-protagonis

Tokoh sentral protagonis adalah tokoh yang bersebrangan

pemikirannnya terhadap tokoh antagonis, tokoh-tokoh di sini meliputi:

Semar dan Jonathan/Seniman.

Semar adalah tokoh utama atau wujud lain dari seorang Waska. Ia

sama sekali berbeda dengan Waska, bahkan ia tak menyukai sifat Waska

itu sendiri. Ia juga merupakan sutradara dalam lakon naskah ini.

Semar : Apakah yang sedang terjadi atau

telah terjadi, para penonoton? Nah saya Semar,

pemimpin rombongan sandiwara ini tanpa tedeng

aling-aling ingin menjelaskan apa adanya….19

Semar yang walaupun wujud lain dari Waska, tetapi ia adalah yang

tidak menyetujui rencana spektakuler Waska. Ia juga tidak menyukai

pribadi dan karakter Waska.

Semar : Yang maki-maki dan meludahi

tadi Waska, bukan saya. Terus terang saya

pribadi gak suka sama Waska.

Semar, sebagai kepala rombongan dan sekaligus sutradara dalam

lakon ini berpendapat bahwa tokoh yang diperankan Waska sangatlah

kocak.

Semar : …..Saya sendiri sebagai Semar,

menganggap tokoh yang saya perankan ini sangat

kocak yang sadar akan kekocakkannya dan

kekocakkan lingkungannya.

Semar : Waska memang keras

kepala20

Tokoh Semar adalah wujud lain dari tokoh Waska yang karena tokoh

Waska tidak dapat mati hingga akhir. Usia semar dalam naskah drama

Orkes Madun I atawa Madekur dan Tarkeni adalah 2400 tahun. Dalam

pewayangan, tokoh Semar adalah tokoh Batara Ismaya yang tidak

mengenal mati. Itu mengapa tokoh Waska yang sudah dimakan penyakit

tidak juga mati.

19Ibid, h. 3 20Ibid, h. 39

Page 64: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

53

Di akhir cerita, Semar tidak pernah muncul lagi dalam diri Waska,

akan tetapi Waska bukanlah Waska yang seutuhnya. Semar memang tidak

bernaung lagi dalam tubuh Waska, melainkan meninggalkan warisan yang

berupa keabadian.

Kemudian tokoh Jonathan/seniman yang tidak setuju dengan jalan

hidup Waska dan segala yang dikerjakan Waska, terutama rencana

spektakulernya. Jonathan sengaja mempermainkan pikiran Waska dengan

mengingatkannya tentang masa lalu dan cita-cita Waska terdahulu.

Jonatan : Kamu tidak pingin berlayar lagi?

Waska : Aku sudah tua. Maksudku aku

punya pekerjaan lebih besar.

Jonatan : Amarahmu maksudmu?

Waska : Apalah namanya tapi yang penting

besar dan penting buat kemanusiaan. Dan aku

minta supaya kamu jangan mencoba mengorek-

ngorek masa lampauku, yang pernah kamu tahu

dan yang pernah kamu dengar.

Kemunculan Jonatan bisa dikatakan jarang berdialog dengan tokoh-

tokoh lain karena ia hanya sibuk dengan keseniannya sendiri. Ia sibuk

memainkan biola bahkan ia sama sekali tidak berada dalam satu panggung.

Ia hanya menonton dan sesekali member komentar jika ada kehebohan.

Jonatan : Sebentar, Waska, aku kira

amarahmu mulai tak tentu arah. Terus teranag

aku tak hendak berdebat soal kesenianku, tapi

kamu sendiri tahu kesenian yang kamu bicarakan

sudah lama aku tinggalkan dan kamu sendiri juga

tahu bagaimana selama ini aku menulis serta

menyanyi tentang kalian, tentang kamu.

Waska : Kalau begitu kamu sedang

memainkan sekandal yang lain dan mungkin yang

lebih besar lagi. Jonatan, ternyata jiwamu

cacingan, atau mungkin kamu idiot tanpa

diketahui sejarah. Selama ini kamu mengira

nyanyian kamu, kesenian kamu mewakili

kelaparan kami, amarah kami? Cuah! Ilusi!!! Dan

lebih dari itu, sambil membungkam rasa

persahabatanku padamu, aku menuduhmu, aku

mendakwa kamu telah mengatas namakan kami,

Page 65: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

54

penderitaan-penderitaan kami dan kamu telah

mendapat keuntungan dan kehormatan.

Jonatan : Aku menyesal sekali persahabatan

kita yang berpuluh tahun berakhir seperti ini,

maksudku kamu putus secara sepihak dan keji

seperti ini. tapi sebelum segala sesuatunya

berakhir aku minta supaya kamu sudi

mendengarkan penjelasan-penjelasan tentang

kesenian saya, tentang akhlak dan tentang nilai

persahabatan.

Sifat dan sikap Jonatan dianggap keterlaluan oleh Waska, karena

mereka pernah menjadi sahabat yang melakukan pekerjaan secara

bersama-sama, perjalanan bersama-sama, keinginan bersama-sama,

segalanya bersama-sama.

Jelas sekali Waska lupa akan persahabatannya dengan Jonatan, ia

lupa segalanya. Akan tetapi, Waska bukanlah orang yang munafik, ia jelas

mengatakan kepada Jonatan bahwa ia tak menyukai Jonatan sedikitpun

untuk saat itu. Ia jelas menolak secara terang-terangan tanpa basa-basi dan

tanpa perihal apapun. Tidak seperti Jonatan yang munafik, yang merusak

orang lain untuk kesenangan dirinya sendiri, untuk ketenaran dirinya

sendiri.

c. Tokoh pendukung

Bigayah adalah seorang pelacur tua yang sangat mencintai Waska. Ia

merelakan apapun Waska. Namun tak disangka, Waska justru menolak

mentah-mentah cinta suci dari Bigayah karena sesuatu alasan.

Bigayah : Sudah hampir empat puluh tahun

aku dirundung cinta suci atasmu, Waska,

masihkah kau menampik?

Waska : Aku mohon janganlah engkau

memperdengarkan suaramu. Frekuensi suaramu

sedemikian rupa menyebabkan gendang telingaku

terluka dan jantung melipatkan debarannya tujuh

ribu kali perdetik. Aku mohon, Bigayah, aku

mohon.

Bigayah : Bungkus ketupat empat puluh

lebaran yang lalu suguhanku yang kau makan

Page 66: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

55

masih kusimpan sebagai kenang-kenangan,

Waska. Juga punting minak jingo yang kamu

hisap empat puluh tahun yang lau masih kusimpn

sebgai tanda bukti kasihku padamu, Waska.

Bahkan tikar yang kita pergunakan pertama kali

malam itu, empat puluh cap gomeh yang lalu

masih tergantung sebagai hiasan dinding

rumahku, Waska.

Empat puluh Waska, angka yang cukup banyak

dan cukup baik, masihkah kau menolak

lamaranku, kehadiranku, cintaku. Waska, pada

usiamu yang hampir seratus tahun seperti sekrang

ini kau memerlukan seorang teman dalam

kekosonganmu dan kesunyianmu.21

Sungguh begitu setianya Bigayah kepada Waska, tapi cintanya

berpetuk sebelah tangan. Waska orang kuat dan hebat yang menganggap

pernikahan adalah omong kosong belaka. Oleh karena itu, ia tidak mau

menikah atau terikat dengan orang lain.

Kemudian ada Nabi yang menjadi pendukung dalam naskah drama

ini. nabi menganggap kelompok yang dipimpin oleh Waska hanyalah para

manusia yang putus asa dan ketakutan dalam mengahdapi kenyataan.

Nabi : Tapi, Waska, apakah kamu tidak

menyadari, sebenarnya kamu dan kawan-

kawanmu sedang diliputi oleh suatu sikap

keputusasaan yang sangat gelap mengerikan?22

Itulah penggambaran tokoh-tokoh dalam naskah drama Umang-

umang atawa orkes madun II ini. Penggambaran tokoh berfungsi untuk

memperkenalkan sifat dan sikap lakon dalam menjalani kehidupan di

dalam naskah. Ketika tokoh sudah dijelaskan dan dideskripsikan, penulis

melanjutkan analis unsur intrinsik berikutnya, yaitu mengenai alur.

3. Alur

Alur merupakan jalan cerita dalam sebuah karya sastra. Ia

mencipta setiap peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra.

21 Arifin, Op,Cit., h. 29 22Ibid, h. 37

Page 67: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

56

Naskah drama Umang-umang Atawa Orkes Madun II ini terdiri

dari tiga bagian (babak) dan tidak terdapat jumlah serta nomor-nomor

adegan. Bagian pertama terdiri dari 34 halaman, bagian kedua terdiridari

15 halaman, dan bagian ketiga terdiri dari 29 halaman.

Sebagai naskah drama, jika naskah drama ini diasosiasikan seperti

manusia, naskah atau pertunjukannya memiliki dua wajah, dua

kepribadian. Wajah pertama, Waska dengan umang-umang sebagai bala

tentaranya. Wajah kedua adalah Semar dan para anggota aktif orkes

madun.

Bagian pertama adalah pengenalan atau pelukisan awal cerita. Di

mana dalam tahap ini pembaca diperkenalkan dengan tokoh-tokoh drama

dengan watak masing-masing. Dalam naskah drama Umang-umang,

Waska adalah tokoh utama sekaligus pemimpin sebuah kelompok.

Kelompok ini terbentuk karena mereka memiliki kesamaan nasib dan

kebutuhan.

Diceritakan ada rombongan orkes keliling yang di pimpin oleh

Semar. Rombongan orkes ini akan mementaskan tentang seorang penjahat

berumur panjang bernama Waska.

Waska : Aku akan memulai uraian panjang

dalam pertemuan besar ini dengan suatu

kebenaran. Dan kebenaran itu berbunyi bahwa

“Lihatlah, kami yang terdiri dari berbagai agama,

keyakinan, kepercayaan, berbagai suku, berbagai

daerah telah dikumpulkan dan disatukan oleh

ikatan nasib yang kuat dan tekad semangat yang

kuat!” Ya, anak-anaku kita telah disatukan oleh

kesamaan nasib dan tidak oleh apa yang disebut

kebajikan atau agama, apalagi kebenaran. Atau

dengan kalimat yang lain, kita telah dipersatukan

oleh kebutuhan-kebutuhan dasar kita sebagai

insan. Amin.23

Kelompok ini adalah bentukan dari rombongan orkes madun yang

dipimpin oleh Semar, sutradara sekaligus memainkan peran Waska.

23Ibid, h. 44

Page 68: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

57

Semar : Nah, saya Semar, pemimpin

rombongan sandiwara ini tanpa tedeng aling-aling

ingin menjelaskan apa adanya. Para penonton,

percayalah dan yakinlah bahwa mereka tadi sedang

dalam perjalanan dipimpin oleh seorang penjahat

besar bernama Waska, yang kebetulan saya

mainkan sendiri sambil sekaligus menyutradarai.

Lantas, perjalanan ke manakah, para penonton?

Jawabannya: Tontonlah sandiwara ini.24

Berawal dari kehidupan kepala rombongan ini, yaitu Waska, yang

memiliki cita-cita merampok semesta. Ia adalah tokoh antagonis karena

berwatak keras kepala, diktator, dan menjadi sumber pertikaian dalam

lakon ini. Waska memiliki dua anak buah yang setia, yaitu Borok dan

Ranggong yang watak dan perilakunya mirip dengan yang dijalani oleh

Waska, akan tetapi sangat patuh dan tunduk kepada pemimpinnya itu.

Ranggong : Kamu lebih tua, jauh lebih tua dari

pada saya, tapi kamu juga lebih kuat dalam segala

hal. Kamu adalah tauladanku. Kamu adalah cita-

citaku.kamu adalah panduku. Waska,

kebanggaanku berkibar-kibar setiap kali aku

menatap garis-garis wajahmu yang tajam

bagaikan mata pisau membara.25

Begitu mulia dan sangat diagungkan Waska dalam kelompoknya.

Hingga apa-apa yang diperintahkan Waska tak ada yang berani menolak.

Dalam hal kejahatan, Borok dan Ranggong dikatakan sangat

sempurna oleh Waska karena jalan hidup yang mereka lakoni sama dengan

jalan hidup yang dilakoni Waska, yaitu mencuri, dipenjara, dan tidak

menikah. Semua itu disukai Waska karena mereka tidak akan memiliki

kesibukan lain selain melayani dan mengikuti Waska.

Bagian kedua adalah bagian komplikasi atau pertikaian awal.

Waska seorang pemimpin yang sangat gagah dan dianggap putra Nabi

Nuh ternyata memiliki penyakit yang begitu memedihkan. Konflik atau

pertikaian dalam lakon ini dimulai karena pemimpin kelompok yang

24Ibid, h. 3 25Ibid, h. 27

Page 69: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

58

istimewa itu menderita penyakit yang aneh. Di mana, Waska tidak hanya

memiliki konflik pada dirinya saja (konflik internal). Ia pun memiliki

konflik di luar dirinya sendiri, yaitu dengan cintanya dan dengan

sahabatanya (konflik eksternal).

Konflik internal yang dimiliki Waska bahwa ia menderita penyakit

aneh dan penyakitnya itu perlu disembuhkan agar rencana spektakulernya

dalam merampok semesta itu terwujud. Tiba-tiba saja, ketika Waska dan

bala tentaranya sedang mengadakan pertemuan, ia sakit kemudian rebahan

dan kaku.

DEBLENG LALU MENGGUNCANG-

GUNCANGKAN TUBUH WASKA, TAPI

WASKA TIDAK BEREAKSI SAMA SEKALI.

MELIHAT KEADAAN TUANNYA YANG

LUAR BIASA INI, SEGERA SAJA ORANG-

ORANG SAMA MENGGUNCANG-

GUNCANGKAN TUBUH WASKA.

SEMUANYA DILIPUTI KECEMASAN.

Semua orang menjadi cemas dan bingung. Kalau tidak ada Waska

pemimpin besar itu, siapa yang akan memimpin mereka nanti? Waska

yang sakit-sakitan kiranya tidak dapat menjalankan misinya untuk

merampok semesta.

Semar : Sebagaian orang menganggap tokoh

Waska itu sebagai laki-laki atau jawara tua

setengah sinting, eksentrik kayak seniman

besar. Sebagian lagi menganggap penyakitnya

itu sebagai akibat guna-guna.

Banyak dugaan-dugaan atas penyakit yang diderita Waska,

sementara bala tentaranya meributkan siapa yang akan menjadi pemimpin.

Mereka bertengkar satu sama lain tentang siapa yang akan menjadi

pemimpin. Saling beradu pendapat dan saling merasa dirinya paling hebat.

Mereka membenarkan bahwa siapa yang paling kuat dalam hal bertarung,

dialah yang layak menggantikan Waska. Padahal, setengah abad lebih

Waska menunggu saat yang tepat untuk melaksanakan rencana besarnya.

Page 70: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

59

Dia menggagas penjarahan semesta yang mengerahkan seluruh penjahat

dan menjarah seluruh kota.

Konflik eksternal yang menimpa Waska yaitu kemunculan

Bigayah, pelacur tua yang ingin menikahi Waska, yang mencintai Waska

dengan sepenuh hatinya. Ia memaksa Waska untuk menikahinya dan

hidup bersama dengannya.

Bigayah : Saya betul-betul tidak habis mengerti

kenapa Waska selalu menolak setiap kali saya ajak

kawin.26

Bigayah tidak jera jika hanya ditolak Waska, ia terus mendatangi

Waska dan akan merawatnya, ia tidak percaya bahwa seorang Waska

tidak mencintainya. Tanpa peduli rencana besar Waska, Bigayah terus-

terusan mengejar Waska.

Kemudian konflik eksternal lainnya, yaitu dengan munculnya

sosok Jonatan, sahabat Waska yang selalu memberikan peringatan-

peringatan serta mencoba menggali masa lalu Waska untuk menghalangi

rencana besar Waska. Kemunculan Jonatan sangat tidak diduga-duga, ia

hadir untuk menggagalkan rencana Waska dan bala tentaranya. Jonatan

terus-terusan membujuk Waska agar mengingat masa lalunya ketika

mereka berdua sedang berlayar dilautan lepas.

Begitu berkecamuk pikiran Waska. Hampir ia tidak dapat minum,

dan makan, serta tidur dengan tenang atas rencana besarnya itu.

Bagian ketiga atau titik puncak cerita, di sini konflik yang

meningkat itu akan meningkat terus sampai mencapai klimaks atau titik

puncak atau puncak kegawatan dalam cerita.

Di tengah sakitnya yang begitu parah, Waska tetap memiliki anak

buah yang setia, yaitu Ranggong dan Borok yang merupakan tangan kanan

dan tangan kiri kesayangan Waska, yang kemudian mencari penawar

untuk kesembuhan Waska.

26Ibid, h. 32

Page 71: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

60

Ranggong : Ya, Embah tologlah kami. berikan

jamu itu. nyawa Waska sudah getas sekali.

Beberapa detik saja Embah terlambat menolong,

putuslah semuanya.

Embah : Kenapa? Kenapa kalau putus? dan

lagi apa benar putus? apa kamu tahu? Putus?

begitu? Orang-orang macam kalianlah yang

membuat hidup menjadi bising. Sekarang aku

minta supaya kalian jangan lagi mengganggu

tidurku. Malam sudah larut. Aku harus tidur.

Sayang sekali yang memiliki resep jamu itu tidak mau

memberikannya kepada mereka berdua. Si tukang jamu malah tidur pulas.

Borok dan Ranggong melalukan berbagai cara untuk membangunkannya.

Mulai dari memanggil-manggil sampai mengguncang-guncangkan

tubuhnya. akhirnya, karena keadaan di sekitarnya tidak membiarkannya

untuk tidur, Embah Wiku bangun dengan malas-malasan.

Kemudian mereka berdebat atas jamu Dadar Bayi yang tidak akan

diberikan Embah kepda Ranggong dan Borok. Setelah perdebatan yang

sangat panjang dan sangat sengit itu, akhirnya Embah menyerah dan

memberikan resep kepada mereka berdua.

Borok : Kami tidak perlu minum mbah.

Kami perlu minum jamu itu.

Embah Putri : Duduk saja dulu. Soal jamu itu

soal sepele.

LALU KETIGANYA DUDUK

Embah Putri : Kami punya banyak macam jamu.

Jamu klingsir, galian singset, jamu nafsu kuda,

jamu kanker, jamu saraf…….

Borok : Bukan jamu itu, Mbah.

Embah Putri : Embah tahu, jangan cerewet.

Kamu menginginkan jamu dadar bayi.

Tidak hanya itu, Embah Putri walaupun tukang jamu tetap tidak

bisa meracik jamu itu sendiri. Ramuan-ramuannya harus diracik sendiri

oleh Borok dan Ranggong. Embah putri hanya memberikan resepnya saja.

Dadar bayi. Ya, dadar bayi adalah penawar yang dianjurkan dukun untuk

Page 72: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

61

menyembuhkan penyakit Waska, karena bahan-bahannya dibuat dari

jantung bayi yang dikeringkan.

Ranggong : Jadi, kami harus mendapatkan

jantung bayi dan mengeringkannya, mbah?

Embah Putri : Ya, kamu tega? Mengeringkannya

lalu kamu tumbuk sampai halus dan selanjutnya

dapat kamu minum bersama minuman apa saja

asal panas. Nah, kamu tega?

Setelah berpamitan dan dengan syarat yang telah diberikan Embah

Putri, berangkatlah Borok dan Ranggong ke kuburan untuk mencari mayat

bayi. Di pekuburan, mereka bertemu Juru Kunci dan Anaknya. Penggalian

serta pengambilan mayat bayi dibantu oleh Juru Kunci dan anaknya.

KOOR : Empat belas pemain mencangkul

bersama. Empat belas pocong bayi dicomot

bersama. Mot!27

Setelah lima belas pocong bayi yang dikumpulkan oleh Juru kunci

dan Anaknya, kemudian mereka bertengkar dengan Borok dan Ranggong

atas tidak setujunya Juru Kunci karena yang diambil oleh Borok dan

Ranggong bukan kain kafan, melainkan mayat bayi yang lima belas itu.

Juru kunci tidak setuju karena biasanya, orang-orang yang datang ke sana

hanya mengambil kain kafan. Akhirnya, karena merasa niat dan kerjanya

ada yang menghalangi, langsung saja Borok membunuh Juru Kunci

beserta Anaknya.

Juru Kunci : Berhenti! Kalau nggak berhenti

gua granat.

Borok : Modar! Gua granat duluan. Bum!

TUBUH JURU KUNCI BERSERAK.

Si Anak : Lu bunuh babe gua?

Borok : Modar! Bum!

TUBUH SI ANAK BERSERAK.

Juru kunci dan anaknya pun mati dibunuh oleh Borok. Akhirnya

Borok dan Ranggong meracik jamu dan kemudian akan pulang menemui

Waska dan memberikan jamu itu.

27Ibid, h. 66

Page 73: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

62

Di tengah sakitnya dan menunggu jamu yang sedang dibawa oleh

anak buahnya, Waska dengan susah hati menolak keinginan Bigayah yang

mengajaknya menikah. Bigayah terus merayu Waska dan Waska terus

menghindari Bigayah. Kejadian ini berulang-ulang, Bigayah selalu

menghampiri Waska dan sangat lemah untuk meladeninya.

Kemudian Jonatan yang terus mengintimidasi Waska akan masa

lalunya. Ia menganggap Waska telah melupakan persahabatan mereka

ketika mereka di kapal dulu. Waska merasa tidak kuat menghadapi ocehan

Jonatan yang begitu membuatnya marah. Akhirnya, dengan berat hati,

Waska memutuskan persahabatannya dengan Jonatan, si seniman yang

selalu berbohong atas cerita yang ditulisnya.

Bagian keempat adalah resolusi atau penyelesaian, di mana pada

tahap ini konflik telah mereda atau menurun. Tokoh-tokoh yang

menghalangi jalan Waska untuk merampok semesta ada yang mati dan ada

yang diam hanya menonton saja. Seperti Jonatan dan Bigayah, mereka

hanya ikut menonton dan diam seribu bahasa.

Ranggong : Kita menang Borok.

LALU KETIGANYA BERDIRI DI PUCUK

BUKIT SEMENTARA PARA PENGIKUT

MEREKA MEMENUHI LEMBAH.

TERJALNYA DAERAH ITU BUKAN MAIN.

DAN MATAHARI BUKAN MAIN

TERIKNYA.

Waska : Dalam beberapa detik lagi kita

akan mendengarkan nafas amarah kita yang

dihembuskan oleh gas bau bacin dari perut kita

yang kosong, melanda sebagai wadah epidemik

yang tak akan tertahankan oleh kota yang

sombong ini. di bukit terjal ini kami berdiri

bagaikan batang lilin hitam dengan nyala ungu.

Waska berpidato atas kemenangannya. Ia tak jadi mati. Ia sembuh

total dan seperti muda kembali. Ia Berjaya dan ia merampok semesta

bersama komplotannya. Tujuannya tercapai, cita-citanya tercapai.Akan

tetapi, efeknya sangat signifikan, mereka bertiga tidak jadi mati.

Page 74: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

63

Naskah drama ini menyajikan alur secara langsung dengan

peristiwa-peistiwa dan konflik yang berurutan. Konfliknya sudah

ditampilkan di awal cerita, karena ini adalah naskah kedua setelah

Madekur Tarkeni. Oleh karena itu, sudah kita ketahui bersama bahwa

sebagian kecil ceritanya sudah digambarkan di naskah sebelumnya.

Naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II menggunakan alur

maju, yaitu peristiwa yang disajikan dibuat secara merunut dan kronologis.

4. Setting/latar

“Setting atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar”.28

Penentuan ini harus secara cermat sebab naskah drama harus juga

memberikan kemungkinan untuk dipentaskan. Setting biasanya memiliki

tiga dimensi, yaitu: tempat, ruang, dan waktu.

Latar tempat pada naskah lakon ini terletak di Jakarta, atau lebih

tepatnya di Jakarta Barat dan Jakarta Utara, yaitu di Kota Tua.

Satu : Nggak nengok dulu di gerbong?

Kata gerbong di sini adalah sebutan pada gerbong tua, yaitu istilah

untuk Kota Tua di Jakarta Barat, karena berada di wilayah yang strategis

atau dekat dengan laut. Pada sejarahnya, Belanda memilih daerah-daerah

dekat laut untuk dijadikan pusat perdagangan. Oleh karena itu, ciri-ciri

lingkungan sejarah di Kota Tua banyak menunjukkan kekuatan politik

kolonial VOC yang berorientasikan politik dagang militer melalui

kekuatan maritimnya.29

Begitu pula Waska yang seorang bekas kelasi atau

pensiunan pelaut. Dialog-dialog lain yang menyatakan bahwa latar tempat

pada stasiun kereta api/gerbong.

Bigayah : Tapi kok situ berani melarang

saya bicara keras padahal keras itu adat saya dan

di stasiun tua ini adat serta kepribadian di junjung

tinggi.

28 Herman, Op,cit., h. 23 29 Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Sejarah

Kotatua, (Jakarta : Jaya Raya, 2007), h. 87

Page 75: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

64

Satu : Betul bigayah, kami berkumpul di

sekitar gerbong tua karena di dalam gerbong itu

Waska sedang berkelahi dengan ajalnya.

Di Kota Tua wilayah Jakarta Barat juga banyak terdapat masyarakat

Tionghoa atau yang disebut orang-orang Cina.

Waska : Borok!

Borok : Gua di kuburan Cina, Waska.30

Ketika dipanggil oleh Waska, Borok mengatakan bahwa ia di kuburan

Cina. Itu pertanda bahwa latar tempat yang digunakan oleh pengarang

adalah sekitar wilayah Jakarta Barat di Gerbong Tua dan di kuburan Cina.

Drama bertujuan untuk dipentaskan, maka dari itu latar tempat lebih

dipusatkan hanya pada satu tempat saja. Ada beberapa tempat seperti

rumah, kuburan, dan sungai. Boleh jadi itu semua masih berada di sekitar

Jakarta.

Setelah tempat dianalisis, latar waktu yang menandakan kapan

peristiwa itu terjadi juga harus dianalisis. Latar waktu berarti juga zaman

terjadinya lakon itu. Latar waktu dalam naskah ini tidak dipaparkan oleh

pengarang, akan tetapi naskah ini hadir di tahun 1976.31

Biasanya

pengarang adalah pencatat sejarah yang baik, karena tulisannya berupa

peristiwa-peristiwa yang kadang peristiwa itu menyembunyikan dirinya

dari masyarakat. Tugas pengarang adalah menguak setiap rahasia yang

patut diketahui.

Naskah dibuat ketika mahasiswa berkumpul untuk menolak

kedatangan Perdana Menteri Jepang, yaitu Tanaka Kakuei. Pada tahun

1974 berdekatan dengan pementasan naskah Umang-umang ini, yaitu pada

tahun 1976. Di sini, Arifin ingin mengingatkan pada penonton bahwa telah

terjadi pemberontakan besar oleh mahasiswa akan kedatangan Perdana

Menteri Jepang.

Di hari kelabu itu, pusat pertokoan yang dikenal dengan Proyek

Senen di Jakarta dibakar masa. Unjuk rasa mahasiswa yang berakhir rusuh

30 Arifin, Op,cit., h. 5 31 Arifin, Op,cit., h. 87

Page 76: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

65

itu dikenal sebagai Malari, Peristiwa Limabelas Januari tentang kerusuhan

sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974 di Jakarta. Peristiwa Malari

dilatari kemarahan rakyat karena melambungnya harga beras dan bahan

kebutuhan pokok. Penyebabnya adalah resesi dunia sejak 1973 lantaran

embargo minyak oleh negara-negara Arab dan melambungnya harga

minyak dunia. Ekspresi kemarahan itu muncul melalui mahasiswa karena

selama enam bulan sebelumnya mereka diminta Soemitro mengkritik

pemerintah dengan alasan untuk memberikan umpan balik atas kebijakan

pemerintah.32

Selain melakukan aksi, kelompok mahasiswa juga mengatur strategi

agar dapat melakukan pertemuan dengan mahasiswa yang lain. Hal ini

sama dengan yang tercatat dalam naskah, Waska si pemimpin komplotan

yang mengumpulkan setiap balatentaranya.

Buang : Saudara-saudaraku, segeralah

kumpul di alun-alun, maksud saya di kompleks

kuburan berbagai bangsa dan berbagai agama. Di atas

tanah yang di dalamnya kursi leluhur kita itu Waska

pemimpin jempolan akan mebagi-bagikan impian

spektakuler dan kolosalnya dari ketentraman jiwa

kita.33

Kejadian mengumpulkan bala tentara Waska dan para mahasiswa dari

setiap golongan yang mendukung rencana Hariman Siregar itu ada

kemiripan. Waska dan bala tentaranya akan merampok semesta, sedangkan

Hariman dan orang-orang yang mendukungnya akan menguak semua

kesalahan pemerintahan pada saat itu. waska dan bala tentaranya

mengadakan rapat di sekitar daerah Jakarta, sedangkan Hariman sering

mengadakan pertemuan di Jl. Telukbetung, kediaman Jajang Pamoentjak,

istri dari almarhum Arifin C. Noer.

Waska dan baa tentaranya merampok besar-besaran dengan

menghancurkan toko-toko, pabrik-pabrik, dan bangunan yang ada di

32 Jopie Lasut, Malari : Melawan Soeharto dan Barisan Jenderal ORBA, (Depok:

Yayasan Penghayat Keadilan, 2001), h. 91 33 Arifin, Op,cit., h. 40

Page 77: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

66

sekitar Jakarta. Di dalam sejarah pun tercatat bahwa peristiwa Malari

mengadakan aksi pembakaran dan pengrusakan terhadap bangunan-

bangunan yang ada di Jakarta. Sebanyak 807 mobil dan 187 sepeda motor

rusak atau dibakar, 144 buah gedung rusak atau terbakar, dan 160

kilogram emas hilang dari sejumlah toko perhiasan. Wilayah pertokoan

Senen menjadi titik perhatian kala itu, mengingat pembangunan pertokoan

yang memakan biaya Rp2,7 Milyar habis dilahap api.34

Pada waktu itu

kurs Dollar masih 25 rupiah, begitu banyak kerugian akibat

pemberontakan mahasiswa.

Ironisnya, hingga saat ini sebagian orang masih mempertanyakan

siapa dalang dibalik peristiwa kerusuhan tersebut. Salah seorang

mahasiswa Universitas Indonesia yang bernama Hariman menyebutkan

bahwa Malari sebagai puncak dari gerakan kritis terhadap konsep

pembangunan yang dilakukan pemerintah Orde Baru saat itu.

Peristiwa Malari dapat dilihat dari berbagai perspektif. Ada yang

memandanganya sebagai demonstrasi mahasiswa menentang modal asing,

terutama Jepang. beberapa pengamat melihat peristiwa itu sebagai

ketidaksenangan kaum intelektual terhadap Aspri (asisten pribadi)

Presiden Soeharto (Ali Moertopo, Soedjono Humardani, dll) yang

memiliki kekuasaan teramat besar. Ada pula analisis tentang friksi elite

militer, khususnya rivalitas Jenderal Soemitro dengan Ali Moertopo.

Sebagaimana diketahui, kecenderungan serupa juga tampak dikemudian

hari dalam kasus Mei 1998 (Wiranto vs Prabowo).

Peristiwa pemberontakan mahasiswa terhadap pemerintah ini

digambarkan oleh Arifin sebagai komplotan Umang-umang yang arti

semantisnya adalah orang yang memakai baju atau celana milik orang lain.

Jelas, satu mahasiswa yang mengatur dan bertindak sesuka hati tanpa tahu

apa yang ia lakukan. Padahal, ini adalah kerja Pemerintah untuk

membangun Negara. Mahasiswa malah serta-merta merusak dan ingin

menggagalkan rencana Pemerintah. Akhirnya, rencana menggagalkan itu

34 Jopie Lasut, Op,cit., h. 91

Page 78: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

67

jelas gagal total. Hal tersebut malah merugikan masyarakat dan

Pemerintah. Itulah, seorang mahasiswa yang berani mengambil hak atas

cara kerja pemerintah, ketika ditangannya, rencana itu malah hancur dan

kedodoran, tidak pantas.

Bisa jadi memang arti semantis umang-umang di sini mengibaratkan

pemerintah yang menguras habis uang rakyat untuk modal pembangunan

dan kerja sama dengan negara Asing dengan menaikan harga-harga hingga

melambung tinggi. Menaikan harga saat itu bisa saja hanya alasan

pemerintah, padahal uang rakyat dilahap habis untuk keperluan pribadinya.

Itulah pemerintah yang memakai uang rakyat, masa kepemimpinannya

menjadi kedodoran dan tidak pantas, banyak yang menentang.

Kemudian latar ruang yang disebut tempat kejadian atau keadaan

keperluan untuk pementasan. Misalnya, di ruang keluarga modern yang

kaya akan lain dari ruang keluarga tradisional yang miskin. Hal ini

dibutuhkan untuk keperluan pemanggungan.

Ruang dalam naskah ini adalah kehidupan miskin.

Koor : Kemiskinan telah menghalau kami ke

kota yang penuh kemiskinan ini. Kemiskinan

telah mengajar mencuri, mencopet, menjambret,

menodong, menggarong. Desa telah mengusir

kami. Kota telah mengusir kami. Apakah langit

juga akan mengusir kami?35

Kemiskinan sudah pasti dirasakan masyarakat Jakarta saat itu

setelah kejadian Malari yang membakar hangus semua bangunan dan

kendaraan. Kemiskinan moral, kemiskinan tata negara, dan kemiskinan

pendapat tentang negara di bawah kekuasaan Soeharto, Orde Baru. Wajar

saja jika mahasiswa mengadakan kerja sama antarmahasiswa lainnya

untuk melawan pemerintahan.

35Ibid, h. 47

Page 79: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

68

5. Dialog

Bahasa yang digunakan dalam naskah drama biasanya berbentuk

dialog. Dialog-dialog inilah yang membentuk konflik serta jalan cerita

pada sebuah naskah drama. Dialog biasanya berupa bahasa lisan atau

bahasa sehari-sehari, tetapi di dalam sebuah karya sastra, dialog juga

bersifat estetis seperti yang dikemukakan oleh ahli. “Dialog juga harus

bersifat estetis, artinya memiliki keindahan bahasa”.36

Dialog menggunakan bahasa lisan yang tidak baku karena naskah

drama bertujuan untuk dipentaskan. Sedangkan sifatnya yang estetis

menunjukkan bahwa naskah drama adalah keperluan karya sastra sebagai

bahan bacaan.

Contoh dialog sehari-hari dengan bahasa lisan yang tidak baku.

Ranggong :Jangan terlalu

berkepanjangan, Bigayah. Kasihan Waska,

kasihan jiwanya.

Debleng : Kalau terlalu lama

mengangis nanti serak.

Ranggong : Jangan ngaco, Debleng!37

Dialog ini dikatakan tidak baku karena bahasa yang dipakai bahasa

sehari-hari, tidak menggunakan bahasa intelek atau puitis. Berikut ini

adalah contoh dialog dengan menggunakan bahasa yang estetis.

Debleng : Betapapun hina dinanya orang

yang ada dalam kubur ini, Tuhan, namun

terimalah dia. Barangkali ia hanyalah serbuk

kayu, barangkali ia hanyalah arang, barangkali ia

hanyalah daki, barangkali ia hanyalah karat pada

besi tua, namun tak bisa dipungkiri ia adalah

milikMu, makhlukMu, maka terimalah ia karena

Engkau tahu kami tak bisa menyimpannya.

Mengapa dikatakan estetis, karena dialog di atas mengandung unsur

puitis yang menggunakan bahasa kiasan atau gaya bahasa metafora38

, yaitu

“Barangkali ia hanyalah karat pada besi tua,….”

36 Herman. Op,ci.t, h. 21 37 Arifin, Op,cit., h. 31 38 Melani, Op,cit., h. 40

Page 80: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

69

Embah : Malam sudah larut, angin sangat

lembut

Dan saya sudah siap akan hanyut, tidur,

Istirahat dari siang gerah dan kemelut39

Dialog di atas juga dikatakan sebagai dialog yang menggunakan

bahasa yang estetis, artinya mengandung unsur keindahan atau unsur

puitis. Ada kesamaan bunyi di dalam dialog tersebut, sehingga dialog

tersebut dikatakan estetis atau mengandung unsur keindahan. Ada juga

beberapa dialog yang mengandung unsur puitis lainnya seperti di bawah

ini.

Embah: Kalau besok matahari menggeliat,

diapun akan menyaksikan aku juga menggeliat,

segar penuh rasa terimakasih kepada udara, pada

burung-burung yang berkicau, kepada semua

saja, yang kuhirup yang kurasa, yang kuraba,

yang kulihat, yang kudengar, yang kupirikan,

yang kubayangkan, semua saja, yang kadang

menyedihkan, yang kadang menggembirakan.

Atau barangkali besok aku diam, kaku,

membeku, tidak lagi ikut menggeliat bersama

kuntum-kuntum bunga, namun pasti jiwaku tetap

segar, tetap penuh rasa terimakasih kepada

semua saja, juga kepada ketabahanku.40

Begitulah dialog dalam drama, menggunakan bahasa sehari-hari dan

bahasa yang puitis juga, karena ia termasuk dalam karya sastra.

selanjutnya kita akan membahas amanat yang terkandung dalam naskah

drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin C. Noer.

6. Amanat

Amanat adalah pesan yang disampaikan oleh pengarang kepada

pembaca lewat karyanya. Amanat dalam naskah drama ini adalah seperti

berikut.

Embah Putri : Kita harus hidup artinya kita juga

harus mati. Hidup membutuhkan mati. Dan alam

39 Arifin, Op,cit., h. 48 40Ibid, h. 48-49

Page 81: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

70

memiliki sesuatu sistim manajemen dan

organisasi yang paling sempurna. Dan alam

selalu efisien dalam segala hal. Anak-anakku,

setiap makhluk mempunyai batas waktu hidup

yang pada dasarnya telah disesuaikan dengan

kemampuan makhluk itu dalam rangka

kesemestaan. Di luar atau keluar dari kerangka ini

akan menyebabkan kegoncangan-kegoncangan,

baik pada semesta maupun pada yang

bersangkutan sendiri. Yakinlah bahwa setiap

penyelewengan hanya akan menghasilkan

penyelewengan juga.41

Amanat yang disampaikan ini perihal menjaga alam, kematian, serta

akibatnya. Kita sebagai makhluk yang hidup di bumi yang memiliki

kekayaan alam yang berlimpah, haruslah pintar dalam mengolah serta

menyuburkan. Jika kita merusak ekosistim alam, maka alam pun akan

membalas dendam dengan caranya sendiri. Jangan serakah terhadap alam

dan juga pada diri sendiri, bersikaplah efisien dan memanfaatkan segala

yang ada dan mengolahnya kembali. Seperti yang terkandung dalam QS.

Ar-Rum (30) Ayat 41-42.

41Ibid, h. 56

Page 82: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

71

Ayat 41 memiliki arti bahwa “Telah nampak kerusakan di darat dan

di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah

merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar

mereka kembali (ke jalan yang benar). Sedangkan ayat 42 memiliki arti

“Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana

kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu

adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”

Isi kandungan dari ayat tersebut menjelaskan bahwa selain untuk

beribadah kepada Allah, manusia juga diciptakan Allah sebagai khalifah di

muka bumi. Kerusakan berupa musibah, bencana, dan malapetaka yang

terjadi di permukaan bumi baik di darat maupun di laut disebabkan oleh

ulah manusia itu sendiri. Kerusakan yang terjadi melalui lima bidang

kehidupan, pertama kerusakan di bidang keimanan. Kedua, kerusakan

dalam bidang mental dan intelektual. Ketiga, kerusakan dalam bidang

pembinaan dan kehidupan keluarga. Keempat, kerusakan dalam bidang

martabat manusia dan kelima kerusakan dalam bidang material dan

sumber daya alam.

Dalam alquran juga terdapat ayat yang menjelaskan tentang larangan

bunuh diri.

Bunuh diri sangat dilarang dan dibenci oleh Allah SWT karena

hanya Dialah yang berhak mengambil kehidupan yang telah Dia berikan.

Dengan bunuh diri, seseorang akan merasakan penderitaan tiga kali, yaitu

penderitaaan di dunia yang mendorongnya berbuat seperti itu, penderitaan

menjelang kematiannya, dan penderitaan yang kekal di akhirat nanti.

Berikut surat An-Nisa ayat 29-30 tentang larangan memakan harta

orang lain dan bunuh diri,

Page 83: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

72

yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan

janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu. Pada ayat 30 mengandung arti “dan barang siapa

berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak

akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah

bagi Allah.

kedua ayat ini menegaskan agar umat islam menghargai harta dan

jiwa orang lain, sama seperti mereka menghormati jiwa dan hartanya

sendiri dan janganlah mereka berlaku keji dan zalim. Segala bentuk

pemerkosaan terhadap harta orang lain adalah perbuatan tercela, kecuali

berazaskan transaksi yang sah serta pemiliknya melakukan transaksi ini

dengan kerelaan yang penuh. Melanggar harta orang lain adalah kezaliman

jiwa pelakunya, dari itulah, perbuatan yang dilakukan nanti mendatangkan

hukuman dan siksaan yang berat.

Dari dua ayat di atas, terdapat beberapa pelajaran yang dapat dipetik:

1. Islam menghormati kepemilikan pribadi dan kerelaan pemilik

merupakan syarat bertransaksi.

2. Sistem ekonomi yang tidak benar hanya akan melahirkan

kesenjangan sosial yang akan melahirkan masalah sosial.

Page 84: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

73

3. Islam melarang tindak pencurian dan penipuan yang dapat

merugikan orang lain.

4. Jiwa manusia itu mulia, maka dari itu islam mengharamkan hukum

bunuh diri atau membunuh orang lain.

5. Allah Swt mengasihi manusia, tetapi tetap bersikap tegas terhadap

para pelaku kezaliman, karena hak masyarakat sangat penting di

sisi Allah.

Sesungguhnya setiap makhluk yang hidup memerlukan mati. Waska,

Borok, dan Ranggong adalah makhluk hidup yang membutuhkan mati.

Mereka mencari mati agar mereka dapat terlepas dari beban-beban hidup

yang bersifat materialis. Mereka membutuhka mati untuk memperoleh

ketenangan jiwa. Itulah yang mereka lakukan untuk memperoleh

ketenangan. Tidak di desa, tidak di kota, tidak juga kematian, semuanya

ingin tenang.

B. Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam Naskah Drama Umang-umang

Karya Arifin C. Noer.

1. Pandangan Tokoh Waska tentang Cinta Kasih

Waska adalah tokoh utama yang mencipta konflik dan mencipta

setiap peristiwa. Waska adalah sosok yang anti-kemapanan. Anti-

kemapanan beragam macamnya. Terkait latar waktu, anti-kemapanan di

sini adalah anti terhadap pemerintahan Orde Baru.

Waska bukanlah seorang pelaut yang melalui jalur pendidikan untuk

melakukan pekerjaannya itu. Ia hanya korban pemerintahan yang

mengandalkan pengalaman. Setelah pemerintahan berganti, lepaslah tugas

Waska untuk mengarungi lautan. Layaknya seorang pelaut, ia hanya hidup

sendiri di tengah samudera, tidak mengenal orangtua, kerabat, bahkan

cinta. Akan tetapi, ketika ia berada di daratan dan memimpin komplotan,

ia dikenalkan banyak hal. Walaupun begitu, tetap saja cara pandangnya

terhadap dunia masih seperti ketika ia di lautan.

Page 85: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

74

Pandangan hidup Waska tentang cinta kasih adalah bahwa ia tidak

mengakui keberadaan cinta. Ia menampik adanya keberadaan cinta dan

keberadaan Bigayah, mucikari lokal di lingkungan Waska. Meskipun

Bigayah sangat sering mendekati Waska, akan tetapi Waska selalu

menampik dan memilih untuk lari.

Bigayah : Sudah hampir empat puluh tahun aku

dirundung cinta suci atasmu, Waska, masihkah kau

menampik?

Begitu berartinya Waska bagi Bigayah, sampai-sampai segala hal

yang berkaitan dengan Waska ia simpan rapih dalam hatinya dan

kebiasaannya. Akan tetapi, Waska selalu menjauh dan pergi dari hadapan

Bigayah.

Bigayah : Jangan bersembunyi, Waska. Jangan

bersembunyi. Biar saja polisi-polisi dan kamtib-kamtib

menangkap kita, asalkan kita bisa tetap bercinta.

Biarkan kita terjaring Dewi Ratih dan Kamajaya,

Waska. Nasib buruk, kesialan, kemelaratan, dan

penyakit jangan pula kita biarkan memusnahkan cinta

kita. Melarat sudah, penyakitan sudah, tapi janganlah

kita dimakan kebencian.

Waska memang menampik keberadaan cinta, akan tetapi bukan

berarti ia tidak pernah merasakan cinta. Ia juga merasakan cinta layaknya

manusia biasa. Ia pernah juga mengakui bahwa ia rindu dengan Bigayah,

bahkan pada saat ia sedang dalam keadaan panik, ia selalu meneriakan

nama Bigayah, bukan nama Tuhan atau sosok superior lainnya.

Waska : Aku mohon janganlah engkau

memperdengarkan suaramu. Frekuensi suaramu

sedemikian rupa menyebabkan gendang telingaku

terluka dan jantung melipatkan debarannya tujuh ribu

kali perdetik. Aku mohon, Bigayah, aku mohon.

Apabila kita merasakan cinta, pastilah degupan jantung kita berlipat-

lipat cepatnya. Itulah bukti bahwa Waska merasakan cintanya kepada

Bigayah. Tetapi ia menampiknya dan menolaknya mentah-mentah. Itu

semua ia lakukan karena ia adalah penjahat besar yang tidak akan

Page 86: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

75

menikah. Baginya, menikah adalah omong kosong belaka yang terdapat

dalam dongeng.

Waska : Kalau cintamu tidak atau belum

mendapatkan balasan dari hatiku, adalah karena

pikiranku yang jahanam serta penuh kepongahan yang

adalah bagaikan putra Nuh nan durhaka.42

Menurut Waska, jika ia mencintai berarti rencana besarnya untuk

merampok semesta akan sia-sia. Ia sombong dengan dirinya sendiri yang

menurutnya ia bisa hidup tanpa pendamping hidup. Ia melakukan hal-hal

yang bersebrangan dengan masyarakat umum seperti menikah, memiliki

keturunan, dan sebagainya.

Setiap manusia, khususnya laki-laki yang gagal dalam menjalankan

rencananya karena dijanjikan tiga hal; Harta, Tahta, dan Wanita. Ketiga

hal itu yang sedari dulu menjadi rayuan dan hasutan yang membuat

seseorang tidak tahan untuk tidak menolaknya. Hariman Siregar, dalam

kasusnya tidak menampik cinta, justru ia menampik harta dan tahta.

Sebelum dipenjarakan oleh Soeharto, Hariman sempat bertemu Soeharto

dan ia dijanjikan akan mendapatkan hadiah jika rencananya mengajak

mahasiswa lain terhadap aksi anti-jepang yang bekerja sama dalam

pembangunan Indonesia dibatalkan. Sama halnya dengan Umang-umang,

Arifin menggambarkan Waska yang menampik cinta karena harta dan

tahta tentu tidak akan menjadi penggoda untuk menggagalkan rencana

Waska dalam merampok semesta. Waska dan bala tentaranya hidup dalam

kemiskinan, tidak mungkin harta dan tahta menjadi simbol untuk

menggagalkan rencana besar Waska. Oleh karena itu, Arifin membuat

Waska menampik cinta. Pengaruhnya sama-sama besar ketika dihadapkan

oleh tiga hal tersebut, harta, tahta, dan wanita.

42Ibid, h. 19

Page 87: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

76

2. Pandangan Tokoh Waska tentang Penderitaan.

Waska dan bala tentaranya (umang-umang) memang sudah akrab

dengan penderitaan, hidup dalam penderitaan, tergencet, subordinat, tidak

diterima masyarakat, dan lain-lain. Penderitaan-penderitaan yang mereka

alami akhirnya membuka keyakinan bahwa ternyata mereka semua

ditakdirkan untuk menjadi entitas yang selalu bersebrangan dengan apapun

yang masyarakat umum menyatakannya sebagai „mapan‟.

Waska : Tidak Jonatan, segala tindak-tandukkku,

langkah-langkahku, sepak-terjangku, semua perbuatan-

perbuatanku didorong oleh semangat mencari makan

sebagai layaknya jenis hewan lainnya. dan segala

ocehanmu tentang akhlak, budi pekerti, tentang moral,

tentang tetek bengek lainnya, sekarang aku tahu

hanyalah tetek bengek orang yang kenyang dan tidak

untuk orang yang lapar. Mereka mempeributkan semua

itu hanyalah agar waktu makan mereka tidak

terganggu. Dan segala macam omong kosong itu

secara bangga kamu nyanyikan di mana-mana dan

kamu mendapatkan tepuk tangan, lemparan bunga,

lemparan uang, lemparan makanan, bahkan lemparan

kehormatan. Suatu skandal terbesar yang tak pernah

terungkap.43

Misalnya, mendapatkan uang dengan bekerja. Akan tetapi yang

dilakukan mereka adalah mereka mendapatkan uang dengan merampok.

Mereka merampok semata-mata bukan hanya untuk menyambung hidup,

melainkan hendak menyatakan bahwa merampok dengan mengajar murid

taman kanak-kanak adalah sama saja derajatnya. Seperti halnya Jonatan, ia

mendapatkan uang dan segala macamnya dengan menulis puisi tentang

kemiskinan yang kemudian ia mendapatkan apresiasi yang bagus dari

masyarakat atas gambaran kemiskinan yang ia buat.

Seorang pengarang mempunyai pengaruh yang besar terhadap tokoh

yang ia buat dalam karyanya. Begitu pula dengan Arifin C. Noer yang

membuat tokoh Waska menjadi seorang pembangkang terhadap

43Ibid, h. 72-73

Page 88: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

77

pemerintahan yang nyatanya pada masa pengarang tersebut menulis

naskah ini, rezim orde baru sedang melakukan hegemoni besar-besaran.

Sebagai naskah drama, jika naskah drama ini diasosiasikan seperti

manusia, naskah atau pertunjukannya memiliki dua wajah, dua

kepribadian. Wajah pertama, Waska dengan umang-umang sebagai bala

tentaranya. Wajah kedua adalah Semar dan para anggota aktif orkes

madun.

Dalam kehidupannya, Arifin menggambarkan Waska adalah seorang

cendikiawan dan Semar adalah pemimpin yang memiliki umur panjang,

seperti pemerintahan Soeharto dengan kemiliterannya, 32 tahun. Masa

kepemimpinan paling lama di Indonesia.

Semar yang hanya menonton Waska dan bala tentaranya yang asik

merampok semesta sama halnya dengan Soeharto yang menonton saja

ketika kaum cendikiawan memberontak atas kepemimpinannya dengan

melibatkan kerja sama dari negara asing. Gerakan cendikiawan yang

menentang pihak asing untuk bekerja sama ini digambarkan oleh Arifin

lewat umang-umangnya lewat perampokan besar-besaran yang pada saat

itu sedang gaungnya pembangunan di tangan kepemimpinan Soeharto.

Waska digambarkan sedang menyusun rencana besar untuk mengubah

cara pandang bala tentaranya agar mengikuti caranya menentang

pemerintahan yang sedang melakukan pembangunan besar-besaran, akan

tetapi pemerintah tidak pernah melihat bahwa rakyat kecil menderita

akibat perekonomian melemah dan pembangunan terus maju pesat.

Pemerintahan Orde Baru berjanji akan membangun ekonomi

nasional dan meningkatkan taraf pendidikan dan kesejahteraan. Orde Baru

memang mampu membangun ekonomi nasional, tetapi tidak mampu

meningkatkan taraf pendidikan dan kesejahteraan. Orde Baru

mengembangkan gaya pemerintahan yang paternalistik, namun juga

menindas. Orde Baru berusaha mencari keterlibatan rakyat untuk

mendapatkan legitimasi, tetapi hanya lewat cara-cara yang dikendalikan

dengan cermat. Sebagian besar pembangunan ekonomi nasional

Page 89: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

78

bergantung pada perusahaan asing dan hanya terjadi pertumbuhan kecil

pada industri pribumi.44

Itulah bukti sejarah yang ditulis oleh seorang sastrawan apabila tidak

ada orang yang pada waktu itu tidak dapat menulis secara terang-terangan

karena takut pada pemerintah, yaitu pemerintahan Orde Baru ditangan

Soeharto. Pada akhirnya, elite Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto,

keluarga, dan kroni-kroninya menciptakan bentuk pemerintahan yang

terkadang disebut kleptokrasi: pemerintahan yang dipimpin oleh para

pencuri.45

3. Pandangan Waska tentang Tanggung Jawab.

Menurut WJS. Poerwodarminto, “tanggung jawab adalah suatu yang

menjadi kewajiban (keharusan) untuk dilaksanakan, dibahas, dan

sebagainya”.46

Waska sangat menghargai setiap detik yang ia lakukan. Ia sangat

bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat. Menurutnya, tanggung jawab

adalah suatu kepercayaan hidup. Tidak bertanggung jawab sama saja

dengan tidak memiliki cita-cita. Itu bentuk tanggung jawabnya terhadap

hal yang ia inginkan.

Engkos : Waska, kita sudah tujuh jam

mengintip nonstop, bagaimana seterusnya?

Waska : Betul-betul anjing kurapan budak

setan itu. nggak sabaran. Mana bisa ia menjadi

penjahat besar tanpa memiliki ketahanan

menghadapi waktu.

Bertanggung jawab itu dimulai dari hal kecil, misalnya dalam

menghadapi waktu. Kalau dalam mengahadapi waktu saja kita tidak bisa

bertanggung jawab, bagaimana dengan perihal yang lain? Menurut Waska,

tanggung jawab adalah perwujudan kesadaran akan kewajibannya, maka

44 Jopie Lasut, Malari : Melawan Soeharto dan Barisan Jenderal ORBA, (Depok:

Yayasan Penghayat Keadilan, 2001), h. 10 45Ibid 46 Lies, Op,cit., h. 103

Page 90: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

79

dari itu, apabila ada bala tentaranya melakukan hal diluar keinginannya

atau tidak mewujudkan kesadarannya akan kewajibannya, pasti Waska

tidak menyukainya. Hal yang tidak diinginkan Waska, yaitu bahwa bala

tentaranya tidak sabar dan tidak memiliki tanggung jawab terhadap waktu.

Menurutnya, apabila ingin menjadi penjahat besar haruslah sabar dan

harus seksama dalam memperhatikan, baik itu memperhatikan lawan,

bahkan kawan. Agar sewaktu-waktu, hal itu akan mengajari kita

bagaimana caranya bertindak selanjutnya.

Menghargai waktu adalah bentuk tanggung jawab paling mendasar

bagi Waska. Dari situlah kita berusaha dengan sekuat tenaga untuk

mencapai kesadaran kita akan tanggung jawab. Menurutnya, jika kita

mencintai atau menginginkan sesuatu, kita harus menjalani setiap detik

dari prosesnya. Tidak boleh lemah, tidak banyak bicara, tidak banyak

mengeluh, apalagi murung dan gagal. Pandangan hidup Waska akan

tanggung jawab adalah perihal membuktikan dan bekerja keras. Ia rela

melakukan apapun agar rencana besarnya dalam merampok semesta

berhasil. Walaupun akibatnya ia tak dapat mati.

Begitulah Waska, apapun yang diinginkannya harus dilaksankan

dengan baik dan dengan berbagai cara yang baik. Menurutnya, jika sesuatu

dijalankan dengan mementingkan proses, apapun hasilnya, pasti akan

berpengaruh pada hati, pikiran, maupun jiwa. Pada saat itu Waska

memang akan melakukan kegiatan yang sangat besar dan terencana,

karena ia dan komplotannya memang diasingkan dari dunia luar.

Perbuatan besar itu tidak akan ia sia-siakan hanya karena salah satu bala

tentaranya tidak bertanggung jawab terhadap waktu. Oleh karena itu ia

membunuh Engkos karena tidak sabar menghadapi waktu.

SAMBIL MELUDAHKAN SEDERETAN KATA-

KATA UMPATAN, WASKA MELEMPARI

ENGKOS DENGAN BATU DAN APA SAJA

YANG DIDAPAT. ORANG-ORANG YANG

MENONTON PUN IKUT MELEMPARI,

MEREKA BARU BERHENTI KETIKA ENGKOS

SUDAH NGGAK BERKUTIK LAGI.

Page 91: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

80

Membunuh di sini adalah simbol untuk menjelaskan bahwa hal yang

buruk (tidak menghargai waktu, disiplin) itu dihilangkan. Semua hal yang

kita lakukan pasti ada akibatnya dan harus harus ada yang dikorbankan.

4. Pandangan Hidup Waska tentang harapan.

Setiap manusia yang hidup pasti memiliki harapan. Harapan adalah

keinginan yang diimpikan atau sesuatu itu belum terjadi. Apabila kita

ingin mewujudkannya, diperlukan kerja keras serta kegigihan yang kuat.

Pandangan Waska tentang harapan adalah keputusasaan. Ia

menganggap dirinya adalah orang yang terbuang dari kehidupan nyata.

Pekerjaan tidak ia miliki, keluarga dan kebahagiaan dalam keluarga hanya

dongeng menurutnya, berharap untuk diakui masyarakat pun sudah tidak

bisa ia lakukan. Akhirnya, mengumpulkan manusia-manusia yang

memiliki kesamaan nasib dengannya dan menjadi penjahat besar adalah

harapan barunya bagi kelangsungan hidup yang ia jalani.

Waska : Aku pernah memilih, tapi aku

ditolak, selalu ditolak. Kemiskinan telah

menodongku, kelaparan telah menodongku, dan

aku tak rela dicincang oleh kemiskinan dan

kelaparan, maka kutodongkan kekayaan”.47

Kehidupan yang kejam memang tidak pernah memberi ampun bagi

siapa saja yang tidak memiliki tempat pada kekayaan. Kemiskinan adalah

komedi bagi kekayaan, yang mana ceritanya sangat perih megiris ulu hati,

akan tetapi tetap ditertawakan karena kebodohan. Miskin adalah simbol

kebodohan di zaman itu, tetapi Waska memiliki harapan yang besar, yaitu

membalas dendam atas kepongahan dan kekayaan.

Harapan manusia sangatlah banyak, begitupun Waska yang berharap

terlalu banyak. Berharap pada kenyataan ia diasingkan, berharap pada

hidup layak, ia tidak menjadi apa-apa. Akhirnya, ketika semua sudah habis

ia harap, ia ingin sekali mendapat ketenangan yang menurutnya adalah

47 Arifin, Op,cit., h. 24

Page 92: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

81

kematian, ya, dia berharap mati. Ia ingin mati untuk mendapatkan

ketenangan. Menurutnya, mati itu berarti ia terlepas dari beban hidup dan

kebisingan akan kebutuhan yang begitu memaksa untuk dipenuhi.

Kematian menurutnya adalah sumber ketenangan, yaitu segala

sesuatu yang ia anggap tenang dan terhindar dari kehidupan nyata. Akan

tetapi sangat disayangkan, kematian yang ia inginkan tidak ia peroleh. Ia

dikhianati mentah-mentah oleh kehidupan. Harapan adalah sesuatu yang

harus kita kerjakan untuk mencapainya. Untuk mencapai kematian itu, ia

mencoba membunuh dirinya sendiri dengan berbagai cara. Akhirnya, sia-

sia. Ia tetap hidup sampai di naskah drama selanjutnya.

Sebagai naskah drama, jika naskah drama ini diasosiasikan seperti

manusia, naskah atau pertunjukannya memiliki dua wajah, dua

kepribadian. Wajah pertama, Waska dengan umang-umang sebagai bala

tentaranya. Wajah kedua adalah Semar dan para anggota aktif orkes

madun.

Waska tidak dapat mati karena ia adalah wujud lain dari Semar, yang

mana dalam naskah sebelumnya, yaitu Orkes Madun I atawa Madekur dan

Tarkeni, usia Semar adalah 2400 tahun. Dalam pewayangan, tokoh Semar

adalah tokoh Batara Ismaya yang tidak mengenal mati. Itu mengapa tokoh

Waska yang sudah dimakan penyakit itu tidak juga mati.

Di akhir cerita, Semar tidak pernah muncul lagi dalam diri Waska,

akan tetapi Waska bukanlah Waska yang seutuhnya. Semar memang tidak

bernaung lagi dalam tubuh Waska, melainkan meninggalkan warisan yang

berupa keabadian. Semar sering berganti wujud menjadi Waska, dalam

pewayangan, Semar dikenal sebagai Dewa yang mengejawantah, “apabila

diperlukan dalam penyelesaian tuntutan yang sangat penting, Semar

berubah wujud menjadi Sang-hyang Ismaya”48

atau Batara Ismaya

48 Suwandono, dkk, Ensiklopedi Wayang Purwa, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h. 470

Page 93: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

82

C. Implikasi naskah drama Umang-umang terhadap Pembelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia

Menurut KBBI, kata implikasi berarti keterlibatan atau keadaan terlibat.

Implikasi dalam sebuah naskah drama berarti melibatkan naskah drama dalam

pembelajaran sastra di sekolah. Dalam penelitian ini, yang diimplikasikan

kedalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah naskah drama

Umang-umang karya Arifin C. Noer.

Sebagai salah satu bentuk karya sastra, drama merupakan bagian dari

materi ajar bahasa dan sastra Indonesia yang tercantum dalam GBPP sekolah

menengah atas (SMA). Oleh sebab itu, materi ajar ini harus disuguhkan sesuai

dengan kompetensi yang ingin dicapai, yaitu siswa mampu memahami drama

dan menganalisa pementasan drama, serta memerankan tokoh dalam drama.

Drama adalah bentuk sastra yang dapat merangsang gairah dan

mengasyikan para pemain dan penonton sehingga sangat digemari

masyarakat. Selain mudah disesuaikan untuk dimainkan dan dinikmati

masyarakat segala umur, drama sangat tinggi nilai pendidikannya. “Drama

merupakan peragaan tingkah laku manusia yang mendasar, drama baru dapat

disusun dan dipentaskan dengan berhasil jika diikuti pengamatan yang teliti

baik oleh penulis, maupun para pemainnya”.49

Apabila mencermati kompetensi materi ajar drama yang terpapar dalam

silabus kelas IX, maka materi ajar ini diarahkan agar siswa tidak terbatas

mengetahui sejauh mana memahami tema, watak tokoh, alur, serta konflik

dalam drama saja. Pelibatan langsung seperti pementasan drama juga

dibutuhkan untuk mengasah peserta didik ke arah kemampuan dalam

menghadapi kenyataan di luar sekolah. Salah satu upaya dalam mencapai

tujuan pengajaran sastra yaitu, pengetahuan sastra yang diajarkan kepada

siswa hendaknya berangkat dari suatu penghayatan atas suatu karya sastra

yang kongkrit. Hal ini dimaksudkan agar pengalaman sastra yang diajarkan

pada siswa melekat dan berakar kuat.

49 B. Brahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: KANISIUS, 1988), h. 89

Page 94: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

83

Kenyataannya, kegiatan mementaskan drama dalam materi ajar jarang

sekali dilakukan. Hal ini disebabkan ruang dan waktu yang tersedia dalam

kurikulum untuk mengarahkan siswa ke arah tersebut cukup terbatas.

Mengacu pada alasan itulah, sebagian guru tidak mengarahkan secara optimal

peserta didik untuk menggali kemampuan mereka dalam menyusun naskah

drama dan bagaimana mementaskannya. Semua itu terlepas agar materi yang

diajarkan tidak bertumpu pada kemampuan kognitif semata.

Padahal, dunia drama adalah dunia yang menyenangkan bagi peserta

didik seusia mereka, karena dalam prosesnya, mereka dapat bermain serta

berekspresi dengan bebas tanpa sekat yang membatasi ruang ekspresi yang

ditampilkannya. Kenyamanan yang menyenangkan adalah hal yang tidak

dapat ditawar bila guru ingin membangun kepercayaan diri peserta didik.

Dengan kepercayaan diri, maka mereka dengan senang hati mengeksplor

segala kreativitasnya dan selalu ingin berbuat/berlaku.

Pengajaran drama di SMA tidaklah direncanakan untuk melahirkan

dramawan-dramawan muda atau Arifin-arifin muda. Melainkan untuk

melahirkan kelompok remaja siswa yang meminati dan menggairahi drama.

Dalam prosesnya, drama sangat berpengaruh dalam pengembangan

karakter, penguatan karakter, dan pengembangan mental peserta didik, karena

yang diajarkan di panggung kecil itu, bagaimana tubuh manusia di atas

panggung memiliki sosok yang kuat dan juga karakter yang kuat. Drama

berada pada wilayah rohani (sesuatu yang bersih tidak ada niat buruk), maka

dari itu, si pemain harus melatih dirinya sedemikian rupa, karena tubuhnya

merupakan pusat artistik dan di atas panggung ia bekerja sama dengan orang

banyak dan juga ia mengemban pesan untuk disampaikan pada orang banyak.

Mempelajari drama, artinya kita belajar mengenal dan memahami satu sama

lain, karena ia hidup dalam satu komunitas. Konsekuensinya adalah

bagaimana satu sama lain saling mengenal, dan mengenalnya pun bukan

secara basa-basi. Tetapi mengenal yang intim, artinya mengenal kekurangan

dan kelebihan orang yang di dalamnya, di mana mengenal kekurangan

kelebihan itu menjadi modal dasar untuk masuk ke dalam wilayah penciptaan.

Page 95: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

84

Artinya proses dalam drama memberikan ruang seadanya untuk mereka

bersikap jujur di atas panggung. Ini yang menjadi pijakan dasar bagaimana

peserta didik harus memproses dirinya secara optimal. Peserta didik tidak bisa

memperlakukan panggung semena-mena, karena panggung seperti ruang

belajar untuk kita bersikap penuh kejujuran, penghargaan, dan kerendahan

hati, agar yang dihadirkan itu bersifat apa adanya. Seni adalah sesuatu yang

dapat menyentuh, karena ia berada di wilayah rohani, yaitu sesuatu yang

sakral, bersih, tidak ada tendensi, pretensi, dan tidak ada niatan buruk. Apabila

sesuatu tidak ada niatan buruk, tidak ada niatan jahat, disampaikan apa adanya

dan setulusnya, baik dengan kemasan komedi maupun tragedi, akan tetapi

dapat membuat penonton tersentuh. Itulah fungsi seni sebenarnya, cukup

dengan menyentuh penonton.

“Drama merupakan bentuk yang paling kongkrit, yang secara artistik

dapat menciptakan kembali situasi kemanusiaan dan hubungan

kemanusiaan”.50

Ini dimaksudkan untuk menanamkan kesadaran pada peserta

didik, bahwa drama memiliki fungsi yang esensial dalam pembinaan proses

pemanusiaan insan-insan modern yang selalu dilanda oleh konflik-konflik

yang tak terselesaikan. Kebiasaan-kebiasaan itu dihadirkan dalam drama lewat

instrumen yang sangat penting dalam proses penginternalisasian peranan-

peranan sosial setiap individu di dalam masyarakat. Maka dari itu, proses yang

dilakukan peserta didik dalam mempelajari drama sudah tertanam dalam diri

sehingga hanya memperkuat dan memperdalam peran yang dimainkan.

Pengajaran di dalam drama tidak semata-mata berperan dan

berlenggak-lenggok di atas panggung, tidak juga mengantarkan peserta didik

pada kemampuan melakonkan kehidupan, tetapi memikirkan dan lebih

merenungi makna kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya di masa

depan. Dalam hubungannya, drama merupakan mata rantai yang langsung

menghubungkan sastra dengan kehidupan kemanusian. Olehnya, perancangan

50 Drs. Rizanur Gani, Pengajaran Sastra Indonesia, (Jakarta: Departemen pendidikan dan

kebudayaan, 1988), h.323

Page 96: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

85

dan pelaksaan pengajaran drama hendaknya mampu mengantarkan peserta

didik ke arah proses memanusiakan diri secara lebih jujur dan terhormat.

Proses belajar drama bukan hanya sekedar proses pelengkap, tetapi

merupakan proses belajar-mengajar yang serius. Walaupun kelihatannya

secara sepintas lalu peserta didik hanya „main-main‟, tetapi main-main yang

sungguhan. Peserta didik dilatih menjadi pribadi yang tangguh, yang mampu

menentukan dan melaksanakan sendiri peran-perannya, mengambil sikap yang

tepat dan mandiri. Guru tidak akan mungkin banyak berbuat jika peserta didik

tidak tampil dalam kondisi yang kreatif. Sebab, dalam drama moderen,

kemampuan pengembangan improvisasi sangat diperlukan. Dengan

improvisasi itu, siswa mampu memberikan interpretasi yang tepat terhadap

peran yang dibeban kepadanya. Sesungguhnya, akting yang menawan dari

seorang dramawan besar seperti Arifin, Rendra, dan Putu Wijaya terletak pada

kemampuan improvisasi yang luar biasa. Terkadang, mereka memunculkan

interpretasi yang mencengangkan, yang mungkin tidak terjabarkan dalam

naskah drama tersebut. Di sinilah kematangan seorang aktor diuji, sehingga

penampilannya bukan hanya menawan dan mempesona, tetapi mengantarkan

penonton pada proses berpikir yang mencerminkan kadar renungannya.

Page 97: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

86

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin ini

merupakan naskah nyanyian kemiskinan moral dan kemiskinan jiwa.

Waska adalah tokoh utama pemimpin kelompok manusia yang

memiliki kesamaan nasib, yaitu hidup dalam kemiskinan. Kemiskinan

menjadi tema sentral dalam naskah ini. Tokoh-tokoh yang bermain pun

memiliki nasib yang tidak jauh dari kemiskinan. Alur dalam naskah ini

dipadatkan dengan peristiwa-peristiwa yang kronologis dan berurutan.

Seperti halnya kehidupan sehari-hari, dialog dalam naskah juga

menggunakan bahasa sehari-hari yang verbal.

2. Hidup dalam kemiskinan membuat pandangan tentang hidup tokoh

Waska berubah. Pertama, ia menganggap bahwa di dunia ini tidak lagi

diperlukannya cinta kasih, semua hal itu malah akan membuat lemah

dan tidak bergairah dalam hidup. Kedua, pandangannya tentang

penderitaan berubah, menurutnya, penderitaan adalah ketika ia

menikah dan memilii keluarga. Perempuan yang mencintainya sepenuh

hati dibiarkan menderita lantaran dibiarkannya, tetapi menurutnya,

penderitaan adalah ketika ia bersama dengan perempuan itu. Ia

menganggap semua impian besarnya akan gagal ketika ia memiliki

cinta. Cinta itu simbol kelemahan baginya. Ketiga, pandangan Waska

tentang tanggung jawab yang baginya itu kekokohan hidup, tanggung

jawab yang ia miliki adalah tanggung jawab terhadap waktu jika ingin

menjadi orang besar. Keempat adalah pandangan hidupnya tentang

harapan. Harapan baginya adalah omong kosong. Berharap sama saja

menjatuhkan harga diri ke dalam lubang ketakutan.

3. Implikasi drama terhadap pembelajaran sastra untuk mendidik peserta

didik ke arah kemanusiaan. Pengajaran di dalam drama tidak semata-

mata berperan dan berlenggak-lenggok di atas panggung, tidak juga

mengantarkan peserta didik pada kemampuan melakonkan kehidupan,

Page 98: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

87

tetapi memikirkan dan lebih merenungi makna kehidupan yang sedang

dan akan dihadapinya di masa depan. Dalam hubungannya, drama

merupakan mata rantai yang langsung menghubungkan sastra dengan

kehidupan kemanusiann. Jadi, perancangan dan pelaksaan pengajaran

drama hendaknya mampu mengantarkan peserta didik ke arah proses

memanusiakan diri secara lebih jujur dan terhormat.

B. Saran

Dari simpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang

konstruktif bagi pembaca dan khususnya bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Bagi Guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, agar mampu

merangsang peserta didik dengan metode-metode yang diajarkan di sekolah

sehingga pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan kurikulum yang

ditetapkan. Bagi peserta didik, yaitu mampu membaca teks naskah drama,

menganalisis, kemudian mengapresiasikannya dalam bentuk pertunjukan dan

dalam prosesnya dapat mengambil hikmahnya. Bagi sekolah diharapkan

menyediakan sarana dan prasana sebagai penunjang keterampilan peserta

didik dalam berkarya. Bagi peneliti lain, diharapkan menjadi lebih baik dan

memiliki semangat yang tinggi dalam menapresiasi drama.

Page 99: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

88

DAFTAR PUSTAKA

Asmara, Adhy, Apresiasi Drama, Yogyakarta: C.V. Nur Cahaya, 1979.

BA, Prasmadji, Teknik Menyutradarai Drama Konvensional, Jakarta: Balai

Pustaka 1984

Brahmanto, B, Metode Pengajaran Sastra, Yogyakarta: KANISIUS, 1988.

Budianta, Melani, dkk, Membaca Sastra, Magelang: Indonesia Tera, 2006.

Damono, Sapardi, Antologi Drama Indonesia, Jakarta, The Henry Luce

Foundation, Inc, 2006.

Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Jakarta, Sejarah Kotatua, Jakarta: Jakarta

Culture and Heritage, 2007.

Effendy, Bisri, Majalah Kebudayaan; Nasib Kultur Pesisir di Cirebon, Depok:

Desantara Utama, 2002.

Endraswara, Suwardi, Teori Pengkajian Sosiologi Sastra, Yogyakarta: UNY

Press, 2012.

Gani, Rizanur, Pengajaran Sastra Indonesia, Jakarta: Departemen pendidikan dan

kebudayaan, 1988.

Hasanuddin, Ensiklopedi Sastra Indonesia, Bandung: Penerbit Titian Ilmu

Bandung, 2004.

Hendrayana, Yayat, Umang-umang Arifin Impian-impian Kemelaratan, Bandung:

Pikiran Rakyat, 1976.

http://journal.unnes.ac.id/sju/indexphp/jsi/article/iew/2390, diunduh pada 10

Maret 20014 pukul 20.00 WIB.

Kamisa, Kamus Besar Bahasa Indonesia; dilengkapi Ejaan Yang Disempurnakan

dan Kosa Kata Baru, Surabaya: Cahaya Agency, 1997

Kridalaksana, Harimurti, Kamus Linguistik; Edisi keempat, Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2008.

Kutha Ratna, NyomanTeori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, Yogyakarta,

Pustaka Pelajar, 2007.

Lasut, Jopie, Malari: Melawan Soeharto dan Barisan Jenderal ORBA, Jakarta:

Yayasan Penghayat Keadilan, 2001.

Page 100: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin

89

Mustopo, M. Habib, Ilmu Budaya Dasar, Surabaya: Usaha Nasional: 1988.

Mutia, Tuti, Religiusitas naskah drama Kapai-KapaiKarya Arifin C. Noer, Skripsi

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta,tidak dipublikasikan, 2012.

Natawijaya, P. Suparman, Apresiasi Sastra dan Budaya, Jakarta: PT Interma,

1982.

N, N, Umang-umang: kesadaran ACN. Jakarta: Pelita, 1976

Noer, Arifin, C, Umang-umang atawa Orkes Madun II, Dokumentasi Dewan

Kesenian Jakarta. 1976

Nurgiyantoro, Burhan,Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah Mada Press,

1995.

Plays, Nine, Modern Drama, Oslo: University Of Oslo, 2001.

Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1993.

Sudibyo, Lies, dkk. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: C.V Andi OFFSET,

2013.

Setiadi, Elly, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar edisi kedua, Bandung: Prenada

Media Group, 2007.

Sihabudi, dkk, Bahasa Indonesia 2 edisi pertama, Surabaya: Amanah Pustaka,

2009.

Sugono, Dendy, Ensiklopedi Sastra Indonesia Modern, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009.

Sulaeman, Munandar, Ilmu Budaya Dasar, Bandung: PT Refika Aditama, 1998.

Suwandono, dkk, Ensiklopedi Wayang Purwa, Jakarta: Balai Pustaka, 1991.

Tuloli, Nani, Teori Fiksi, Gorontalo: Nurul Jannah, 2000.

Waluyo, Herman J, Drama: Teori dan Pengajarannya, Yogyakarta: Hanindita

Graha Widia, 2001.

Widagdho, Djoko, dkk, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

W, Supartono, Ilmu Budaya Dasar, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.

Page 101: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin
Page 102: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin
Page 103: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin
Page 104: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin
Page 105: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin
Page 106: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin
Page 107: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin
Page 108: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin
Page 109: PANDANGAN HIDUP TOKOH WASKA DALAM NASKAH DRAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25243/3/YUNITA... · naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin