PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

117
PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT UNTUK NIKAH PERDA BULUKUMBA DAN MANDAILING NATAL DALAM PERSFEKTIF KOMPARATIF HUKUM ISLAM (Analisis Perda Bulukumba No 6 Tahun 2003 dan Perda Mandailing Natal No 5 Tahun 2003) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperolah Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: RAMDANI NIM: 1110043200015 KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1436 H/ 2015 M

Transcript of PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

Page 1: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT

UNTUK NIKAH PERDA BULUKUMBA DAN MANDAILING

NATAL DALAM PERSFEKTIF KOMPARATIF HUKUM ISLAM

(Analisis Perda Bulukumba No 6 Tahun 2003 dan Perda Mandailing Natal

No 5 Tahun 2003)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan

Guna Memperolah Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

RAMDANI

NIM: 1110043200015

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1436 H/ 2015 M

Page 2: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …
Page 3: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …
Page 4: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …
Page 5: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

iii

ABSTRAK

RAMDANI. NIM 1110043200015. Pandai Baca Tulis Al-Quran sebagai prasyarat

untuk nikah Perda Bulukumba dan Perda Mandailing Natal Dalam Persfektif Komparatif

Hukum Islam (Analisis Perda Bulukumba No 6 Tahun 2003 dan Perda Mandailing Natal No

5 Tahun 2003). Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, konsentrasi Perbandingan

Hukum, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakrta, 1436H/2015M.

Skripsi ini merupakan upaya untuk menjelaskan mengenai pemberlakuan Peraturan

Daerah (Perda) yang berbasis syariah di Indonesia. Banyak Perda-perda yang sengaja dirancang

oleh Partai Politik (Parpol) tertentu untuk memenangkan partai mereka yang seolah-olah

memberikan fasilitas atau langkah baru bagi mayoritas kelompok masyarakat yang ada dalam

suatu daerah tertentu. Padahal kalau diteliti lebih jauh, banyak dari Perda berbasis syariah

tersebut yang melanggar Undang-undang terutama HAM dan hukum Islam. Seperti halnya yang

terjadi di Bulukumba dan Mandailing Natal yaitu Perda tentang pandai baca tulis Al-Quran bagi

siswa dan calon pengantin untuk nikah. Padahal dalam rukun dan syarat nikah tidak ada

kewajiban tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif, yaitu penelitian terhadap

efektivitas pelaksanaan suatu peraturan, terutama dalam hukum Islam dan HAM. Dengan

pendekatan kualitatif yaitu bersumber pada data skunder dan primer dengan pengumpulan data

melalui studi pustaka (library research). Sedangkan analisis data dilakukan analisis kualitatif.

Yaitu upaya yang dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data, memilihnya menjadi

satuan yang sistematis dan sempurna, menemukan apa yang penting dan apa yang dapat

dipelajari, memutuskan apa yang dapat dibaca dan mudah difahami serta menginformasikannya

kepada pembaca.

Tujuan dari penelitian ini agar pembaca dapat memahami sah atau tidaknya suatu aturan

dalam masyarakat walaupun yang merancangnya adalah Pemerintah Daerah. Bertentangan atau

tidak kah suatu peratutan pemerintah dengan hukum Islam dan HAM yang memang dijunjung

tinggi oleh mayoritas masyarakat Muslim.

Page 6: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

iv

بسم الله الرحمن الرحيم

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan taufik dan hidayahNYA, ridho dan „inayahNYA kepada

penulis, sehingga bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang insyallah dengan

keridhoaanNYA memberi manfaat kepada penulis khususnya dan bagi pembaca

pada umunya. Amin

Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah sampaikan kepada junjungan

alam, uswatun hasanan kita, Nabi besar Muhammad SAW.,yang dengan wasilah

ilmu-ilmunya lewat para pengikutnya, kemudian sampai kepada penulis, memberi

peranan penting bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Tiada untaian kata yang pantas untuk disenandungkan, selain rasa syukur

yang tiada terhingga yang menunjukan betapa Allah telah memberikan rasa kasih

dan sayang-NYA kepada penulis dengan memberikan kekuatan fisik, psikis dan

ilmu pengetahuan untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pandai

Baca Tulis Al-Quran Sebagai Prasyarat Untuk Nikah Perda Bulukumba dan

Perda Mandailing Natal Dalam Persfektif Komparatif Hukum Islam

(Analisis Perda Bulukumba No 6 Tahun 2003 dan Perda Mandailing Natal

No 5 Tahun 2003).”

Penulis sangat menyadari selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan beberapa pihak, baik berupa semangat, tukar pikiran maupun berupa

finansial, sehingga penulisan ini selesai. Adapaun penulis, tidak dapat melukiskan

degan untaian kata-kata, ungkapan yang pantas penulis haturkan kepada mereka.

Penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada:

Page 7: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

iv

1. Dr. Asep Saepuddin Jahar, MA., selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semoga menjadi pemimpin yang memberikan teladan dan integritas yang

lebih baik.

2. Dr. Khamami, MA selaku Ketua Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum

(PMH), yang telah memberikan pelayanan dan bantuan kepada penulis.

Kepada ibu Siti Hanna, MA selaku Sekretaris Prodi yang sudah membantu

menyelesaikan penilaian penulis dari awal hingga akhir.

3. Bapak Arskal Salim GP, MA, Ph. D. yang telah membimbing, memberi

ilmu, memotivasi penulis dengan penuh keihklasan selama melakukan

penulisan skripsi sampai dapat diselesaikan dengan hasil yang

memuaskan.

4. Dosen penguji Dr. yang telah menguji penulis dalam ujian skripsi ini, dan

telah memberikan kritik maupun saran serta arahan masukannya untuk

kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Ibu dosen yang telah memberikan tenaga dan pikirannya, untuk

mendidik penulis agar kelak menjadi manusia yag berguna bagi agama,

dunia dan akhirat. Semoga doa dan didikannya menjadi berkah dan dapat

menuntun penulis untuk memasuki kehidupan yang lebih baik.

6. Ayah dan ibuku yang senantiasa mendukung, membimbing, mendidik

penulis dan beramat berjasa, arif mendidik, tiada hentinya mendoakan

anaknya agar menjadi manusia yang shaleh yang berbakti kepada

keduanya dan berguna bagi bangsa dan negara terlebih untuk agama.

Page 8: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

iv

”Doaku selalu ada untukmu bu”. Serta adikku “Maulana” yang selalu

memberikan semangat dan doa kepada penulis.

7. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si yang selalu memberi masukan

saran dan kritiknya dalam penulisan skripsi ini. Semoga apa yang abah

berikan ke penulis, menjadi uswatun hasanah bagi penulis dan diberikan

balasan dengan sebaik-baiknya balasan. Amin.

8. Pegawai Perpustakaan Utama dan Perpustakan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

telah menyediakan bahan-bahan yang menjadikan referensi dalam

penulisan skripsi ini.

9. Kepada My big family, paman-pamanku yang telah memberi semangat,

kepada penulis agar bisa menyelesikan skripsi dengan cepat dan baik .

10. Kepada sahabat PH 2010 Aidz, Wiwin, Rafika, Fani, Winda, Ilyas, Tedi,

Laka, Muzi, Bambang, Ridwan, Sandi, Rianzani, Apri, Dayat, sofa, Fajrin,

Amel, Ipul, Anjo, Ucup, fathur, Bagas, Fathin, Rudhi, sa‟ban (PMF), dan

mutmainah (Fidkom) serta teman-temanku semua yang menjadi guru,

teman diskusi, seperjuangan dalam penulisan skripsi, semoga persahabatan

ini selalu dalam RidhoNYA dan apa yang dicita-citakan akan tercapai.

amin

11. Kepada Berliantika Setyoningrum dan ibu yang memberi kecerian dalam

kehidupan penulis. Dengan do‟a, perhatian serta suportnya menjadi

penyemangat dalam penulisan skripsi ini, moga tetap menjadi pemberi

kecerian bagi penulis.

Page 9: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

iv

12. Kepada sahabat/i Alumni Pondok Pesantren Qotrun Nada (GALAXY) 608

angkatan 2008, Fauzan, Mujtaba, Mahrus, Dzu Falhain, Nurul Anbiya,

Fadhil dan semua sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu,

yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam studi dan selalu

memberikan kenangan tak terlupakan. “Sindiran kalian menjadi

penyemangat bagi penulis, terimakasih”

Akhirnya, kepada semua pihak yang membantu penulisan skripsi ini,

penulis berdoa semoga Allah SWT, senantiasa mencurahkan rahmat dan

hidayahNYA kepada kita semua. Harapan terakhir penulis agar skripsi ini

bermanfaat buat pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 1 April 2015 M

27 Jumaditsaniah 1436 H

Penulis

Page 10: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

SURAT PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................ v

DAFTAR ISI .............................................................................................................. vi

Bab I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 7

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan .............................................. 8

E. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 10

F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 12

Bab II TINJAUAN UMUM TENTANG PRINSIP KEBEBASAN MENIKAH

MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ................. 14

A. Keabsahan Pernikahan ........................................................................ 14

B. Persyaratan Pernikahan........................................................................ 17

C. Kelengkapan Administrasi Pernikahan ............................................... 22

Bab III ANALISIS PERBANDINGAN PERDA BULUKUMBA NO 6 TAHUN

2003 DAN MANDAILING NATAL NO 5 TAHUN 2003. .................. 29

A. Proses Pembentukan Perda .................................................................. 29

Page 11: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

B. Isi Perda ............................................................................................... 40

C. Nama atau Titel Perda ........................................................................ 45

D. Jumlah Pasal dalam Perda ................................................................... 46

E. Struktur Perda ..................................................................................... 47

F. Partai Pengusung Perda ....................................................................... 53

G. Respon Masyarakat terhadap Perda ..................................................... 56

Bab IV ANALISIS PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERDA

BULUKUMBA DAN MANDAILING NATAL .................................... 58

A. Tinjauan Hukum Islam terhadap Perda ............................................. ..58

B. Tinjauan Peraturan HAM terhadap Perda ........................................... 65

Bab V PENUTUP ............................................................................................... 73

A. Kesimpulan .......................................................................................... 73

B. Saran .................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 77

LAMPIRAN 82

A. Peta Kabupaten Bulukumba

B. Peta Kabupaten Mandailing Natal

C. Perda Kabupaten Bulukumba

D. Perda Kabupaten Mandailing Natal

Page 12: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Indonesia bukanlah negara Islam walaupun mayoritas penduduknya adalah

beragama Islam. Tetapi Indonesia menyatukan kepentingan umat beragama

dengan landasan yang kuat, yaitu pada sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”

dan dalam Pasal 29 dari UUD 1945 bahwa negara menjamin umat beragama

untuk memeluk dan menjalankan ajaran Agama1 dan kepercayaannya masing-

masing.

Pemerintahan Indonesia tidak membatasi, bahkan memberikan kebijakan

serta kesempatan kepada umat Islam untuk mengembangkan dan mengamalkan

agamanya baik melalui pendidikan, budaya maupun pembuatan perundang-

undangan yang bernilai Islami. Seperti UU No 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan2,

UU 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan UU lainnya yang berhubungan dengan

pengamalan agama Islam. Serta adanya Impres No 1 tahun 1991 tentang

Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang menginstruksikan kepada Menteri Agama

1Agama adalah suatu ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan)

dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan

dengan pergaulan manusia dengan manusia lainnya serta dengan lingkungan sekitarnya.

lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Gramedia Pustaka Agama, Jakarta, 2008), h. 15. 2Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Lihat UU RI No 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan Pasal 1.

Perkawinan adalah penikahan yaitu akad yang sangat kuat (mitsaqon Gholidhan) untuk

mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Lihat Kompilasi

Hukum Islam, Pasal 2.

Page 13: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

2

untuk melakukan dua langkah hal: pertama, untuk menyebarluaskan KHI yang

akan digunakan oleh instansi-instansi pemerintah yang membutuhkan, dan yang

kedua, untuk menjalankan instansi ini dengan sebaik-baiknya dengan rasa

pertanggung jawaban yang penuh. Kemudian dengan kebijakan negara RI, maka

lahirlah UU No 22 Tahun 1999 dan UU No 25 Tahun 1999 yang kemudian

diamandemenkan melalui UU No 32 Tahun 2004, tentang Otonomi Daerah.

Otonomi daerah ini ternyata memberikan peluang yang lebih luas kepadadaerah

Kabupaten dan Provinsi dalam melaksanakan pemerintahannya secara mandiri.

Mereka hanya tidak otonomi dalam sejumlah sektor tertentu seperti hubungan luar

negeri, pertahanan keamanan, hukum, moneter, dan kebijakan fiskal serta agama.

Kebijakan dalam aspek kehidupan beragama sengaja tidak diserahkan

kepada masing-masing daerah. Pertimbangannya adalah bahwa masalah agama

merupakan hal yang sensitif dan rawan yang dapat menimbulkan ancaman

disintegrasi bangsa. Termasuk kekhawatiran munculnya daerah-daerah tertentu

yang akan lebih menampilkan identitas keagamaan mayoritas diwilayahnya

ketimbang sebagai bagian dari negara kesatuan Indonesia.3 Namun pada

kenyataannya, di daerah yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam, dapat

menerapkan Peraturan Daerah (Perda) yang bernuansa Islami, yang kemudian

dikenal dengan nama Perda berbasis syariah yang kemudian mengawali lahirnya

Perda-Perda yang berasis syariah diberbagai daerah lainnya.

UUD No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, ditetapkan berdasarkan

atas kuatnya tuntutan masyarakat akan perlunya mengatur diri sendiri (wilayah

3 Arskal Salim, “Perda Berbasis Syariah dan Perlindungan Konstitusiaonal Penegakan

HAM”,Jurnal Perempuan 60, (2008),h. 9.

Page 14: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

3

sendiri). Oleh karena tuntutan masyarakat begitu mendesak dan harus direspon

dalam waktu singkat, maka pemerintah dengan persetujuan DPR-RI

mengeluarkan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. Namun sesuai

dengan prosesnya yang begitu mendesak, tentu saja materi, isi dan substansinya

masih banyak kekurangan atau kelemahan dan perlu diantisipasi oleh daerah.

Daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengatasi kekurangan dan

kelemahan itu4.

UU No 22/1999 ini, juga menyerahkan setidaknya 11 kewenangan

pemerintah pusat kepada Pemerintah Daerah. Ada lima bidang yang tetap menjadi

wewenang pemerintah pusat antara lain adalah urusan agama. Dalam UU tersebut

dinyatakan bahwa proses legislasi dalam bentuk Perda tidak lagi harus disahkan

oleh pemerintah pusat asal tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan

peraturan perundangan yang lebih tinggi. Akan tetapi UU No 32/2004 yang

diterbitkan belakangan, menyatakan bahwa sebuah Perda harus mendapatkan

pengesahan pusat atau bagi Perda ditingkat Kabupaten harus mendapatkan

pengesahan pemerintah tingkat Provinsi. Dalam hal ini, Nangroe Aceh Darusalam

(NAD) dikecualikan sebagaimana dibenarkan UU No 44/1999, UU No 18/2001

dan UU No 11/2006 tentang Pemerintah Aceh.

Dalam negara demokratis, setiap kebijakan publik lumrahnya melibatkan

partisipasi publik secara luas. Publik tidak saja berhak mengetahuinya, tetapi

berhak diikutsertakan dalam proses pembuatan kebijakan tersebut secara

partisifatif. Ini dianggap penting untuk meningkatkan penerimaan publik terhadap

4 Haw Wijaya, Pemerintahan Desa/Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

Tentang Pemerintahan Daerah, (Rajawali Pers, Jakarta 2003) , h. 35.

Page 15: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

4

kebijakan yang dibuat. Bahkan, partisipasi juga mencerminkan kebijakan yang

dibuat pemerintah benar-benar untuk kepentingan masyarakat luas. Terkait

dengan Perda syariah, tidak seluruh masyarakat mengetahui adanya Perda.

Contohnya di Kabupaten Bulukumba, terdapat Perda syariah yang mencangkup

keharusan berbusana muslim, pengelolaan ZIS (zakat, infak dan sedekah),

larangan peredaran minuman keras, dan keharusan dapat membaca Al-Quran bagi

pasangan calon pengantin sebelum keduanya dapat dinikahkan, yang ramai

dibincangkan karena terkait dengan praktik bahwa pasangan pengantin yang tidak

dapat membaca Al-Quran, maka dapat ditunda bahkan tidak dapat dinikahkan. 5

Kewenangan membuat Peraturan Daerah6, merupakan wujud nyata

pelaksanaan hak otonomi yang dimiliki oleh suatu daerah. Sebaliknya, Peraturan

Daerah merupakan salah satu sarana dalam penyelenggaraan otonomi daerah.

Perda ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan bersama

DPRD, untuk penyelenggaran otonomi yang dimiliki oleh

Provinsi/Kabupaten/Kota, serta tugas pembantuan. Perda pada dasarnya

merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Perda yang dibuat

oleh suatu daerah, tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum atau

perturan perudang-undangan yang lebih tinggi dan baru memiliki kekuatan

5 Syukron Kamil dan Chaider S. Bamualim, Syariah Islam dan HAM Dampak Perda

Syariah Terhadap Kebebasan Sipil, Hak-Hak Perempuan, dan No-Muslim, (CSRC Uin Jakarta .

2007), h. 119. 6 Perda adalah peratuan perudang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama kepala daerah. Lihat (Pasal 1 angka 8 UU Tentang

Peraturan Perundang-undangan (UUP3).

Page 16: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

5

mengikat setelah diundangkan dengan dimuat dalam lembaran daerah.7

Terdapat perbedaan konsepsi perkawinan antara BW dan UU Perkawinan.

BW menganut konsepsi Perkawinan Perdata. Artinya bahwa suatu perkawinan itu

adalah sah bila mana telah dilangsungkan berdasarkan ketentuan undang-undang

dan telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang

(Pasal 26 BW “Undang-undang memandang soal perkawinan hanya dalam

hubungan-hubungan perdata”). Sedangkan konsepsi menurut UU perkawinan

menyatakan bahwa perkawinan adalah :

1) Ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami

istri.

2) Dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.8

Pernikahan merupakan sunnatullah yang dengan sengaja diciptakan oleh

Allah yang antara lain tujuan penciptaannya adalah untuk melanjutkan keturunan

dan tujuan-tujuan lainya. Allah menciptakan makhlukNya bukan tanpa tujuan,

tetapi didalamnya terkandung rahasia yang sangat dalam agar kehidupan

makhlukNya di dunia ini menjadi tentram. Sebagaimana firmanNya :

يايها الناس ان خلقناكم من ذكروانثي وجعلناكم شعىبا وقبائل لتعارفىا “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-

suku supaya kamu saling kenal mengenal”. (Al-Hujurat 49:13)9

Perkawinan mempunyai asas kebebasan antara calon mempelai dengan

7 Rojali Abdullah. Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilih Kepala Daerah secara

Langsung,(Raja Grafindo Persada 2005), h. 132. 8 Kamarusdiana dan Jaenal Arifin, Perbandingan Hukum Perdata, (Citra Grafika Desain,

Jakarta 2007), h. 4. 9 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Cakrawala Publishing, 2009 jilid 3. ), h. 196.

Page 17: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

6

batasan-batasan yang sudah diatur oleh syariat. Para ulama mazhab sepakat bahwa

pernikahan baru dianggap sah jika dilakukan dengan akad yang mencangkup ijab

dan qobul antara wanita yang dilamar dan lelaki yang melamar, atau antara pihak

yang menggantikannya seperti wakil. Pernikahan dianggap tidak sah hanya

semata-mata berdasarkan suka sama suka tanpa adanya akad10

.

Skripsi ini membahas tentang prasyarat baca tulis Al-Quran bagi calon

pengantin untuk menikah. Prasyarat baca tulis Al-Quran ini pada dasarnya

merupakan hal yang privat bagi setiap individu manusia karena termasuk

keterampilan seseorang dalam keagamaan. Namun, di Bulukumba dan Mandailing

Natal, hal yang bersifat privat ini dimasukan kedalam ranah urusan publik berupa

pembentukan sebuah Peraturan Daerah (Perda). Ternyata selain menjadi syarat

pernikahan, pandai baca tulis Al –Quran ini juga menjadi syarat politik dibeberapa

daerah seperti di Aceh. Oleh sebab itu, maka skripsi ini mencoba membahas

bagaimana hal yang privat ini bisa diangkat menjadi hal yang sifatnya urusan

publik yang diterapkan dalam Perda Bulukumba dan Mandailing Natal.

Maka penulis ingin membahas tentang “ Pandai Baca Tulis Al-Quran

Sebagai Prasyarat Untuk NikahPerda Bulukumba dan Perda Mandailing

Natal Dalam Persfektif Komparatif Hukum Islam (Analisis Perda

Bulukumba No 6 Tahun 2003 dan Perda Mandailing Natal No 5 Tahun

2003).”

10

Muhamad Jawad Mugniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Lentera Jakarta 1999), h. 40. Lihat

juga Wahbah Zuhaili. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. (Gema Insani, Jakarta 2011, jilid 90, h. 106.

Page 18: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan luasnya permasalahan diatas, maka penulis membatasi

permasalahan hanya pada masalah Perda Kabupaten Bulukumba, Sulawesi

Selatan dan Perda Mandailing Natal, Sumatra Utara, tentang Pandai Baca Tulis

Al-Quran sebagai prasyarat untuk nikah menurut peraturan perundang-undangan

khususnya HAM dan hukum Islam. Maka Pokok permasalahan dalam skripsi ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembentukan Perda Bulukumba dan Perda Mandailing

Natal tentang pandai baca tulis Al-Quran sebagai prasyarat untuk nikah

dan konsekuensi Perda tersebut secara politik?

2. Bagaimana isi Perda Bulukumba dan Perda Mandailing Natal dalam teori

persfektif hukum Islam dan HAM tentang pandai baca tulis Al Quran

sebagai prasyarat untuk nikah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian yang dilakukan, tentu harus mempunyai tujuan dan

manfaat yang ingin diperoleh dari hasil penelitian. Dalam merumuskan tujuan

penelitian, penulis berpegang pada masalah yang telah dirumuskan. Adapun

tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap Perda

pandai baca tulis Al-Quran sebagai prasyarat untuk nikah di Perda

Bulukumba No 6 Tahun 2003 dan Perda Mandailing Natal No 5 Tahun

2003.

Page 19: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

8

b. Untuk mengetahui proses pembentukan Perda BulukumbaNo 6 Tahun

2003 dan Perda Mandailing Natal No 5 Tahun 2003.

c. Untuk mengetahui bagaimana pandangan peraturan perundang-undangan

khusunya HAM terhadap Pandai Baca Tulis Al-Quran sebagai prasyarat

untuk nikah Perda Bulukumba No 6 Tahun 2003 dan Perda Mandailing

Natal No 5 Tahun 2003

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini diharapkan dapat mampu menyumbangkan wacana ilmu

pengetahuan yang diperlukan serta menambah khazanah kepustakaan

untuk kepentingan akademik.

b. Sebagai wahana untuk mengembangkan wacana dan pemikiran bagi

peneliti

c. Memberikan informasi pada masyarakat umum tentang Perda Bulukumba

Nomor 6 Tahun 2003 dan Perda Mandailing Natal No 5 Tahun 2003

Tentang Pandai Baca Tulis Al-Quran sebagai prasyarat untuk nikah yang

bersifat privat dapat diangkat keranah urusan publik. Dalam hal ini Perda

Kabupaten Bulukumba dan Perda Kabupaten Mandailing Natal.

D. Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan

1. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kajian ilmu hukum

normatif yaitu pendekatan yang didasarkan pada kaidah-kaidah yang

terdapat dalam hukum syariat, dengan memuat deskripsimasalah yang

Page 20: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

9

diteliti berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan secara cermat dan

mendalam.

2. Metode Pengumpulan

Metode yang digunakan untuk bahan hukum bersifat Library

Researchguna memperoleh landasan teoritis yang diperoleh dari literatur

dan referensi yang berkaitan dengan tema yang akan dibahas. Adapun data

ynag digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah:

a. Data primer meliputi buku-buku, dan Perda Kabupaten Bulukumba,

Sulsel Nomor 6 Tahun 2003 dan Perda Mandailing Natal, Sumatra

Utara No 5 Tahun 2003 tentang Pandai Baca Tulis Al-Quran sebagai

prasyarat untuk nikah.

b. Data skunder terdiri dari buku-buku hukum, peraturan perundang-

undangan, UU No 1 tahun 1974 tentang perkawinan, Kompilasi

Hukum Islam, media cetak, artikel, jurnal data dari internet (website)

yang ada hubungannya dengan materi yang menjadi pokok

permasalahan yang akan dibahas.

c. Data tersier, yakni berupa kamus-kamus sebagai bahan penunjang

dalam penulisan skripsi ini.

3. Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengukur dan menilai sebuah

perundang-undangan Indonesia. Dalam hal ini adalah Perda Kabupaten

Bulukumba No 6 Tahun 2003 dan Perda Kabupaten Mandailing Natal No

5 Tahun 2003 sehingga penelitian ini digolongkan dalam jenis penelitian

Page 21: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

10

kualitatif yaitu data dinyatakan dengan pernyataan dan tidak dinyatakan

dengan angka.

4. Metode Analisis Data

Setelah data tersebut terkumpul, penulis akan menyajikan dan

menganalisisnya secara deduktif. Dimaksudkan untuk memberikan

gambaran secara jelas, sistematis, objektif dan kritis yang dipaparkan

melalui hukum Islam. Perda Bulukumba Nomor 6 tahun 2003 dan Perda

Mandailing Natal No 5 Tahun 2003 mengenai fakta-fakta yang bersifat

normatif tentang permasalahan yang dibahas, dengan berusaha menyajikan

bahan yang relevan dan mendukung.

5. Teknik Penulisan

Adapun Teknik penulisan dan penyusunan skripsi berpedoman pada

Prinsip-prinsip yang telah diatur dan dibukukan dalam buku pedoman

penulisan skiripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013-2014.

E. Tinjauan Pustaka

Judul skripsi ini, memang sebuah wacana kontemporer yang terus menarik

dikaji. Memang ada sarjana yang sudah membahasnya, seperti Adi Sori, dalam

karyanya yang berjudul , “Prasyarat Pandai Baca Tulis Al-Quran Bagi Calon

Pengantin Menurut UU No 39 Tahun 1999 Tentang HAM, Perda No 5 Tahun

2003 Kabupanten Mandailing Natal.”

Dalam penulisan skripsinya, terdapat kekurangan dari apa yang telah di

bahas olehnya karena hanya membahas tentang Perda Mandailing Natal saja,

Page 22: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

11

dantidak membandingkannya dengan Perda Bulukumba11

. Sedangkan dalam

skripsi yang penulis sajikan ini, tidak hanya membahas tentang Perda Mandailing

Natal, akan tetapi juga membandingkan antara Perda Mandailing Natal dan Perda

Bulukumba. Kedua Perda tersebut hampir sama dan hanya penyebutannya yang

berbeda. Oleh karena itu, penulis dalam skripsi ini ingin menjelaskan persamaan

dan perbedaan antara Perda Bulukumba No 6 Tahun 2003 dan Perda Mandailing

Natal No 5 Tahun 2003 Tentang Pandai Baca Tulis Al-Quran Bagi Siswa Dan

Calon Pengantin.

Muhammad Syarif S.Sy, dalam karyanya yang berjudul “Larangan

Melangkahi Kakak Dalam Perkawinan Adat Mandailing Natal (Desa Sirambas

Kecamatan Panyabungan Barat, Mandailing Natal),yang menurutnya hukum adat

Mandailing Natal tergolong unik, bila dibandingkan dengan daerah lain.

Contohnya: “Mamodomi Boru” (menemani calon istri) artinya ada seorang gadis

dari keluarga perempuan yang menemani calon istri tersebut tidur di rumah calon

suami sebelum dilangsungkannya perkawinan, hal ini dilakukan untuk

menghindari terjadinya zina. “Malangkai” (melangkahi) kakak perempuan bagi

seorang adik perempuan yang ingin melangsungkan perkawinan.

Suatu tradisi seorang perempuan yang ingin menikah, namun masih ada

kakak perempuan yang masih belum menikah maka lamaran yang datangpun akan

ditolak oleh pihak keluarga. Menurut pemahaman masyarakat Madina apabila ada

seorang anak gadis yang dilangkahi adik perempuan untuk menikah, maka

kemungkinan sang kakak tersebut sulit untuk mendapatkan jodoh bahkan dapat

11

Adi Sori Hasibuan. Persyaratan Pandai Membaca Al-Quran Bagi Calon Pengantin

Menurut UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM dan KHI (Analisis Peraturan Daerah Kabupaten

Mandailing Natal No 5 Tahun 2003). Jakarta 2009.

Page 23: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

12

diasumsikan kakak tersebut tidak laku. Hal inilah yang mengakibatkan kawin lari

sebagai jalan pintas untuk menghidari penolakan itu. Namun ada juga yang

mempraktekkan tetap menerima lamaran tetapi dengan prasyarat membayar uang

pelangkah kepada kakaknya. Dalam KHI dan literatur fiqih klasik tidak ditemukan

adanya larangan bagi perkawinan melangkahi karena hal ini hanya lah praktek

perkawinan yang menggunakan hukum adat.

Tidak sedikit mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

menghasilkan penelitiannya seperti diatas, seperti mengenai prasyarat pandai baca

tulis Al-Quran yang ditinjau secara umum dari HAM. Akan tetapi, dalam

penelitian ini penulis mempunyai fokus yang berbeda karena mengkaji khusus

terhadap Peraturan Perundang-undangan dan hukum Islam serta membandingkan

alasan Perda-Perda itu diterapkan. Permasalahan ini belum pernah dikupas secara

cermat oleh para sarjana yang disebutkan diatas, lebih-lebih penelitian ini

memiliki wilayah yang berbeda (setiap daerah memiliki latar belakang yang

berbeda dalam membuat suatu peraturannya). Atas pertimbangan di atas penulis

merasa perlu, untuk memaparkan persoalan tersebut dalam skripsi ini dengan

pengkajian komparatif.

Dalam karya ini, penulis mencoba mamaparkan topik yang sangat menarik

ini sebagai kontribusi penelitian yang akan memberi penjelasan atas permasalahan

ditengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab. Tehnik penulisan mengacu

kepada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayutullah Jakarta dengan perincian sebagai berikut:

Page 24: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

13

Bab I Membahas tentang pendahuluan meliputi: latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika

penulisan.Dengan berangkat dari pendahuluan kita sudah

mengetahui garis besar penelitian bab pertama ini adalah sebagai

pengantar. Adapun isi penelitian seluruhnya tertuang dalam bab II,

III, IV. Inti dari penelitian seluruhnya tertuang dalam bab V, berisi

kesimpulan dan saran.

Bab II Membahas tentang tinjauan umum tentang prinsip kebebasan

menikah menurut peraturan perundang-undangan, keabsahan

pernikahan, persyaratan pernikahan, kelengkapan dalam

administrasi pernikahan.

Bab III Membahas tentang analisis perbandingan Perda Bulukumba No 6

tahun 2003 dan Perda Mandailing Natal No 5 tahun 2003, proses

pembentukan Perda, isi Perda, nama dan titel Perda, jumlah pasal

dalam Perda, struktur Perda, Partai pengusung Perda dan respon

masyarakat terhadapPerda.

Bab IV Membahas tentang analisis hukum Islam terhadap Perda

Bulukumba dan Perda Mandailing Natal, tinjauan hukum Islam

terhadap Perda dan Tinjauan Peraturan HAM terhadap Perda.

Bab V Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.

Page 25: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

14

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PRINSIP KEBEBASAN MENIKAH

MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Dalam bab II ini, penulis ingin menjelaskan tentang: Tinjauan umum

tentang prinsip kebebasan menikah menurut peraturan perundang-Undangan yang

berisikan: keabsahan pernikahan, persyaratan pernikahan, dan kelengkapan

administrasi pernikahan.

A. Keabsahan Pernikahan

Setelah ditetapkannya Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan, maka dasar berlakunya hukum Islam dibidang perkawinan, talak, dan

rujuk tentulah Undang-undang No 1 t

Tahun 1974, tepatnya Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 2 ayat (2) yang menetapkan

sebagai berikiut:

“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku guna memperoleh akta nikah

sebagai bukti bahwa perkawinan tersebut adalah sah.”1

Sah dan tidaknya suatu pernikahan ditentukan oleh terpenuhi atau tidak

nya semua rukun dan syarat dalam perkawinan itu sendiri. Rukun dan syarat

dalam sebuah hukum fiqih merupakan hasil ijtihad ulama yang diformulasikan

1 Amir Martosedono, Apa dan bagaimana Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun

1974. (Effhar dan Dahara Prize, Semarang 1992), h. 43.

Page 26: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

15

dari dalil-dalil (nash) serta kondisi objektif masyarakat setempat.2 Jadi, tidak bisa

disah kan apabila pernikahan dilakukan hanya dasar suka sama suka tanpa

memperhitungkan hal-hal yang lain yang berkaitan dengan pernikahan itu sendiri.

Prinsip-prinsip hukum perkawinan yang bersumber dari Al Quran dan

Alhadits, dituangkan dalam garis-garis hukum melalui Undang-Undang No 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) Tahun 1991

mengandung tujuh asas atau kaidah hukum, yaitu:

1. Asas membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.

2. Asas keabsahan pernikahan didasarkan pada hukum agama dan

kepercayaan bagi pihak yang melakukan pernikahan dan harus dicatatkan

oleh petugas yang berwenang.

3. Asas monogamy terbukua. Artinya jika suami tidak mampu berbuat adil

terhadap hak-hak istri bila lebih dari seorang maka cukup seorang saja.

4. Asas calon suami istri telah matang jiwa dan raganya untuk

melangsungkan pernikahan.

5. Asas mempersulit terjadinya perceraian.

6. Asas keseimbangan hak dan kewajiban antara suami istri, baik dalam

kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat. Oleh

karena itu, segala sesuatu maslah dalam keluarga dapat dimusyawarahkan

dan diputuskan bersama oleh suami istri.

7. Asas pencatatan perkawinan. Mempermudah mengetahui manusia yang

sudah menikah atau melakukan pernikahan karena terdaftar dalam akta

2 Yayan Sopian, Islam Negara Tranformasi Hukum Perkawinan Islam Dalam Hukum

Nasional, (UIN Jakarta 2011), h. 125.

Page 27: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

16

pernikahan3

Hukum perkawinan menurut Imam Syafi‟i4 adalah mubah yang

berarti itu dalam rangka memperoleh kenikmatan dan kelezatan yang

hukumnya mubah5. Sedangkan menurut imam Abu Hanifah dan Imam

Ahmad, perkawinan adalah perkara sunah berdasarkan pada penggalan

surat An-Nisa ayat 3:

“jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja,

atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada

tidak berbuat aniaya”. (QS. An-Nisa 3).

Menurut Imam Abu Hanifah6 dan Imam Ahmad

7, ayat diatas

menjelaskan bahwa dasar hukum pernikahan adalah sunah. Walaupun ayat

tersebut mengandung pengertian berpoligami tapi dalam penggalan akhir ayat

tersebut menganjurkan umat Muslim untuk menikah. Alasannya adalah selain

untuk menjalankan sunahnya Rasululah, namun juga untuk mendapatkan

keturunan yang nantinya meneruskan kelestarian umat Islam yang akan datang.

Dengan demikian, Perda yang mewajibkan pandai baca tulis Al-Quran

untuk melangsungkan pernikahan menurut pandangan Islam, boleh diberlakukan.

3 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Sinar Grafika, Jakarta, 2006), h. 7.

4 Abu Abdillah Muhamad bin Idris bin Abbas bin Asyafi‟i bin Said bin Ubaid bin Yazid

bin Hasyim bin Abdul Muthalib bin Manaf bin Qusay. Lahir di Gazah (150 H/767 M) dan wafat di

Mesir (204 H/819 M).

Huzaemah Tahodi Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Logos Wacana Ilmu, Ciputat

2003), h. 120. 55

Abdurahman A- Jazirri, Al-Fiqhu „Ala Al Mazhabi Al Arba‟ah, Fiqih Empat Mazhab,

(Darul Hadts 2004), h. 12. 6 Abu Hanifah An-Nu‟man bin Tsabit bin Zutha al-Taimy. Lahir Kufah (80 H/699 M) dan

wafat di Bagdhad 150 H/767 M).

Huzaemah Tahido Yanggo,Pengantar Perbandingan Mazha,h. 95. 7 Ahmad bin Muhamad bin Hanbal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hasan AS-

Syaibani. Lahir di Bagdhad (164 H/780 M) .

Huzaemah Tahido Yanggo. Pengantar Perbandingan Mazhab, h. 136.

Page 28: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

17

Dengan alasan bahwa dalam ajaran Islam sendiri tidak hanya membatasi suatu

permasalahan melalui satu konsep saja. Namun,terdapat sebuah konsep pemikiran

mujtahid-mujtahid terdahulu, terutama ijtihadnya Imam Malik8 yang dijadikan

sandaran bagi sebagian umat Islam dalam mengambil istinbat dalam menentukan

hukum, yaitu Maslahah Mursalah.9 Dengan tidak bertentangan pada aturan

Maqasid Al-Syari‟ah (tujuan-tujuan syari‟ah)10

selama tujuan pembentukan kedua

Perda tersebut adalah kemaslahatan untuk masyarakat yang akan mewujudkan

suatu lingkungan hidup yang hasanah fi al-dunia dan hasanah fi al-akhirah.

B. Persyaratan Pernikahan

Undang-undang Perkawinan Nasional menjadi pegangan dan telah berlaku

bagi berbagai golongan masyarakat. Bagi umat Islam harus diperlakukan hukum

perkawinan Islam seperti yang ditetapkan oleh UU No 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, dan syahnya perkawinan menurut hukum Islam harus memenuhi

rukun-rukun dan syarat-syarat11

sebagai berikut:

8 Abu Abdillah Malik bin Annas bin Malik bin Abu „Amir bin Al-Harits. Lahir di Madina

(93H/12M) Hijaz dan wafat (179H/798 M) Madina pada pemerintahan Harun Ar_Rasyid.

Huzaemah Tahido Yanggo,Pengantar Perbandingan Mazhab,h. 103. 9 Maslahah Mursalah menurut bahasa adalah mutlak/hakiki, sedangkan istilahnya adalah

kemaslahatan-kemaslahatan yang tidak disyari‟atkan hukum untuk ditetapkan dan tidak ada dalil

tertentu untuk mempertimbangkan atau mengabaikannya, dengan kata lain, hanya untuk

menetapkan kemaslahatan masyarakat bersesuaian dengan tujuan-tujuan syari‟ah (Maqasid Al-

Syari‟ah)

Surahman Hidayat, Al-Madkhil li Dirosaty-Syari‟aty-Islamiyyati, Pengantar Studi Syariah

Mengenal Syari‟ah Islam Lebih Dalam. (Robbani Press Jakarta 2008), h. 35.

Syekh Abdul Wahab Khalaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam Ilmu Ushulul Fiqh, (Raja Grafindo

Persada,Jakarta 2002), h. 123. 10

a) Keselamatan Keyakinan Agama, 2) Keselamatan Jiwa, 3) Keselamatan Akal, 4)

Keselamatan Keluarga/Keturunan dan 5) Keselamatan Harta benda.

Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, Pustaka Firdaus dan P3M,( Pejaten Barat 1997), h. 20. 11

KHI Bab IV tentang Rukun dan Syarat-Syarat Perkawinan, Pasal IV

Page 29: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

18

a. Syarat Umum

Perkawinan itu tidak dilakukan dengan bertentangan kepada larangan-

larangan yang termaktub dalam ketentuan Al-Quran yaitu larangan perkawinan

karena perbedaan agama. Namun, dalam pengecualinnya dalam surat al-Maidah

ayat 5 yaitu khusus lelaki dalam Islam boleh menikahi perempuan ahli kitab

kemudian tidak bertentangan dengan ketentuan surat Al Nisa ayat 22 dan 23

(wanita-wanita yang dilarang untuk dinikahi).

b. Syarat Khusus

1. Adanya calon laki-laki dan calon perempuan.

2. Kedua calon tersebut harus Islam, akil baligh (dewasa dan berakal)

sehat baik rohani maupun jasmani.

3. Harus ada persetujuan bebas antara kedua calon pengantin dengan

demikian tidak boleh perkawinan itu dipaksakan.12

4. Harus ada wali nikah13

Menurut Imam Syafi‟i berdasarkan suatu hadits dari Aisyah, Rasul

mengatakan, bahwa tidak ada pernikahan tanpa adanya wali. Tetapi

menurut Imam Hanafi wanita dewasa tidak perlu pakai wali ketika

hendak menikah.

5. Harus ada dua orang saksi, Islam, dewasa dan adil.

6. Adanya mas kawin (mahar)14

. Hendaknya suami membayar

12

Kamarusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, UIN Jakarta Press.

2007.( Pasal 28 BW), h. 7. 13

Syarat-syarat wali nikah adalah; Islam, adil, baligh, berakal, tidak terganggu

pendengarannya, bukan orang yang sedang pailit dan tidak dalam keadaan Ihram atau haji.

Lutfi Surkalam, Kawin Kontrak Dalam Hukum Nasional Kita, (CV Pamulang 2005), h. 6. 14

Mahar adalah harta yang menjadi hak isteri dari suaminya dengan adanya akad atau

dukhul.Kamarusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (UIN Jakarta Press.

2007), h 30

Page 30: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

19

maharnya kepada sang istri walaupun permasalahan mahar ini

bukanlah termasuk kedalam rukun dari sebuah perkawinan.

7. Adanya proses akad15

nikah yaitu pernyataan ijab dan qobul antar

kedua belah pihak (ijab dari wali calon mempelai wanita dan qobul

dari calon mempelai laki-laki).16

Syarat-syarat perkawinan menurut undang-undang No 1 Tahun 1974, yaitu:

1. Didasarkan kepada asas kebebasan, tidak ada paksaan dalam perkawinan.

2. Berasaskan monogami. Kecuali mendapat dispensasi dari Pengadilan

Agama dengan syarat-syaratnya yang berat untuk beristri lebih dari satu

dan harus ada izin dari istri pertama. Adanya kepastian dari pihak suami

bahwa mampu menjamin keperluan hidup istri dan anak-anak dan berlaku

adil dengan meraka. UU No 1 Tahun 19 Pasal 3 ayat (2),” Pengadilan

dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari satu

apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.”17

3. Pria harus telah berumur 18 (sembilan belas) tahun dan wanita berumur 15

(enam belas) tahun.18

4. Harus mendapat izin dari orang tua masing-masing. Kecuali dalam hal-hal

tertentu dan calon pengantin telah berusia 21 tahun atau lebih, atau

mendapatkan dispensasi dari Pengadilan Agama apabila umurnya kurang

15

Akad adalah apa yang dikaitkan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan oleh

dirinya sendiri atau orang lain dikarenakan berlakunya suatu ketetapan padanya.

Ahmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan. (Raja Grafindo Persada, Jakarta 1995), h. 3. 16

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,

(Kencana Jakarta 2006), h. 59.

17

Abdul Manan dan M. Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenang Peradilan

Agama, (Raja Grafindo Persada Jakarta 2002), h. 10. 18

Kamarusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (UIN Jakarta Press.

2007), h. 7.

Page 31: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

20

dari 18 dan 15 tahun.

5. Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain, kecuali

dispensasi pengadilan.

6. Seorang wanita yang perkawinannya terputus untuk kawin lagi telah

lampau tenggang waktu tunggu.

7. Seorang yang telah cerai untuk yang kedua kalinya. Maka tidak boleh

dilangsungkan perkawinan lagi sepanjang hukum masing-masing agama

dari yang bersangkutan tidak menentukan lain.

8. Perkawinan harus dilangsungkan menurut tata cara perkawinan yang

diatur oleh Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975 jo, Peraturan Mentri

Agama N0 3 Tahun 1975 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk

9. Tidak termasuk dalam larangan-larangan pihak perkawinan, yaitu:

Menurut KHI dalam firman Allah surat Annisa ayat 22-23, tentang

larangan abadi adalah sebagai berikut:

1) Karena pertalian nasab

a. Dengan seorang wanita yang melahirkan atau yang

menurunkannya atau keturunannya.

b. Dengan seorang wanita keturunan ayah dan ibunya.

c. Dengan seorang wanita saudara yang melahirkannya.19

2) Karena pertalian kekerabatan semenda

a. Dengan seorang wanita yang dilahirkan istrinya atau bekas istrinya.

b. Dengan seorang wanita bekas istri orang yang menurunkannya.

19

„Abdul Al-Qadir Manshur, Buku Pintar Fikih Wanita Segala Hal Yang ingin Anda

Ketahui Tentang Perempuan Dalam Hukum Islam. (Zaman Jakarta 2009), h. 32.

Page 32: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

21

c. Dengan seorang wanita keturunan istri atau bekas istri. Kecuali

putusnya hubungan perkawinan dengan bekas istrinya itu qobla

dhukhul.

d. Dengan seorang wanita bekas keturunannya.

3) Karena pertalian sesusuan

a. Karena wanita yang menyusuinya dan seterusnya menurut garis

lurus keatas dan kebawah.

b. Dengan seorang wanita saudara sesusuan dan kemenakan sesusuan

ke bawah.

c. Dengan seorang wanita bibi sesusuan dan nenek bibi sesusuan ke

atas.

d. Dengan anak yang disusui dengan istrinya dan keturunannya.

e. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain

yang berlaku dilarang kawin.20

Adapun larangan perkawinan yang sewaktu-waktu dapat berubah

(muaqqat) menurut KHI adalah: (1) karena wanita bersangkutan masih terikat satu

perkawinan dengan lelaki lain, (2) seorang wanita yang masih berada dalam masa

iddah dengan pria lain, (3) seorang wanita dengan seorang yang beragama

Islam.21

.

Pada dasarnya setiap laki-laki muslim dapat saja menikah dengan siapapun

yang disukainya. Tetapi prinsip itu tidak mutlak karena ada batasan-batasanya

20

M. Idris Ramulyo. Tinjauan Beberapa pasal UU No 1 Thaun 1974 Dari segi Hukum

Perkawinan Islam, (IND-Hill co Jakarta 1990), h. 38. 21

H. Abdul Manan S.H. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Kencana

Jakarta 2006), h. 28.

Page 33: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

22

yang telah dijelaskan dalam Al-Quran. Penggolongan larangan itu adalah:

1. Larangan perkawinan karena perbedaan agama

2. Larangan perkawinan karena pertalian sedarah

3. Larangan perkawinan karena persusuan

4. Larangan perkawinan karena hubungan semenda

5. Larangan perkawinan dengan perempuan bersuami.22

Dari semua persyaratan di atas, tidak ada satupun ada ketentuan yang

mengatur bahwa calon pengantin laki-laki maupun calon pengantin perempuan

diwajibkan memiliki kepandaian atau keterampilan dalam hal membaca Al-Quran.

C. Kelengkapan Administrasi Pernikahan

1. Pelaksanaan Pencatatan

Adapun yang menyangkut sahnya perkawinan dan pencatatannya adalah

berdasarkan Intruksi Presiden No 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

(KHI) yang di sahkan pada tanggal 10 Juli 1991, berisikan pedoman bagi orang-

orang Islam mengenai perkawinan, pewarisan dan perwakafan. Dengan demikian

pada dasarnya perkawinan di Indonesia bersumber kepada:

1. UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

2. Kompilasi Hukum Islam (KHI),

3. Peraturan Perundang-undangan lain sepanjang tidak diatur oleh UU

Perkawinan23

.

22

Muhamad Daud Ali. Hukum Islam dan Peradilan Agama (Kumpulan Tulisan), (Raja

Grafindo Persada 2007), h. 7. Lihat juga M. Idris Ramulyo. Beberapa Masalah Tentang Hukum

Acara Perdata Peradilan Agama dan Hukum Perkawinan Islam. (IND_HILL,Co. 1985), h. 45. 23

Kamarusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (UIN Jakarta Press.

2007), h. 1.

Page 34: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

23

Sahnya sebuah perkawinan dan pencatatannya, ditentukan juga, bahwa:

a. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu.

b. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut Peraturan Perundang-undangan

yang berlaku.

Ketentuan ini dimuat di dalam Pasal 2 UU No 1/197 tentang Perkawinan.

Dengan perumusan pada Pasal 2 ayat (1) ini, tidak ada perkawinan diluar hukum

masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu sesuai dengan Undang-Undang

Dasar 1945.

Penjelasan hukum masing-masing agama dan kepercayaannya, termasuk

juga ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi golongan agama dan

kepercayaannya, itu sepanjang tidak bertentangan atau tidak ditentukan lain dalam

Undang-undang diatas. Maka Pasal 2 menunjuk paling pertama,bahwa

perkawinan harus sesuai dengan hukum masing-masing agama dan kepercayaan

bagi masing-masing pemeluknya. Oleh karena itu, penjelasan atas Pasal 2 ayat (1)

“tidak ada perkawinan di luar hukum masing-masing agama dan kepercayaannya”

jadi bagi orang Islam tidak ada kemungkinan untuk kawin dengan melanggar

“hukum agamanya sendiri”.24

Sedangkan penjelasan tentang ketentuan pencatatan perkawinan adalah:

a. Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya

menurut agama Islam dilakukan oleh Pegawai Pencatat sebagaimana

dimaksud dalam undang-undang No. 32 Tahun 1945 Tentang Pencatatan,

24

Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Rineka Cipta Jakarta 2005), h. 15.

Page 35: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

24

Talak dan Rujuk.

b. Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya

menurut agamanya dan kepercayaannya itu selain agama Islam, dilakukan

oleh Pegawai Pencatat Perkawinan pada Kantor Catatan Sipil sebagaimana

dimaksud dalam berbagai perundang-undangan mengenai pencatat

perkawinan.

Dengan ketentuan tersebut dalam pasal ini maka pencatatan perkawinan

dilakukan oleh dua instansi. Yakni Pegawai Pencatat Nikah, Kantor Urusan

Agama untuk NTR (Nikah, Talak dan Rujuk)25

dan Kantor Catatan Sipil atau

instansi/pejabat yang membantunya.26

.

Sejak disahkannya UU No 1/1974, Departemen agama RI (Direktorat

Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam) telah mengambil peranan secara langsung

dan aktif untuk melaksanakan UU tersebut. Melibatkan dua direktorat yakni

Direktorat Urusan Agama Islam dan Direktorat Pembinaan Badan Peradilan

Agama Islam berdasarkan KMA No 18/1975. Masalah pencatatan pernikahan

menjadi tugas Direktorat Urusan Agama Islam. Sesuai dengan UU No 9/1975 dan

Peraturan Menteri Agama No 1/1975. Maka Departemen Agama melaksanakan

secara vertikal sampai dengan Kantor Urusan Agama Kecamatan melaksanakan

tugas-tugas sebagai pencatat perkawinan atau pecatat nikah.

25

Arso Sostroatmodjo dan A. Wasit Aulawi, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Bukan

Bintang Jakarta 1975), h. 35. 26

Ibid. hal 18. Baca juga: M. Idris Ramulyo. Beberapa Masalah Tentang Hukum Acara

Perdata Peradilan Agama dan Hukum Perkawinan Islam. (IND_HILL,Co. 1985), h. 131.

Page 36: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

25

Dalam undang-undang No 22/1946 dikenal istilah Pegawai Pencatat27

Nikah, Talak dan Rujuk yang lazim disingkat PPN. Untuk diluar Jawa Madura

dibantu oleh tokoh-tokoh agamawan di desa-desa yang dianggap mampu atau

cakap melaksanakan pencatatan perkawianan. Walaupun mereka itu bukan

pegawai negeri, namun diangkat menjadi pembantu Pegawai Pencatat Nikah,

Talak dan Rujuk hal ini diatur dengan surat penetapan Menteri Agama No

14/1955 tentang Pembantu Pegawai Pencatat Nikah, Talak, dan Rujuk yang

disingkat menjadi P3NTR.

2. Pencatatan Perkawinan

Pelaksanaan pencatatan perkawinan, diatur dalam PP No 9/1975 dan

Peraturan Menteri Agama No 3 dan 4/1975. Bab II Pasal 2 (1) PP No 9/1975

pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinananya

menurut Agama Islam dilakukan oleh pegawai sebagaimana dimaskud dalam UU

No 32/1954 tentang Pencatat Nikah, Talak dan Rujuk.

Sebagaimana diketahui pelaksanaan perkawinan itu didahului kegiatan-

kegiatan, baik yang dilakukan oleh calon mempelai maupun oleh pegawai

pencatat perkawinan. Calon mempelai atau orang tuanya atau wakilnya

memberitahukan kehendak melangsungkan perakawinan kepada pegawai pencatat

perkawinan (Pasal 3dan 4 PP). Selanjutnya pegawai tersebut meneliti apakah

syarat-syarat perkawinan telah dipenuhi dan apakah tidak terdapat halangan

menurut undang-undang. Demikian pula meneliti surat-surat yang diperlukan

(Pasal 5 dan 6 PP).

27

Pegawai pencatat adalah pegawai pencatat perkawinan dan perceraian, Peraturan

Pemerintah No 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan Pasal 1d, (sinar Grafika, Jakarta, 2000), h. 32.

Page 37: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

26

Apabila ternyata dari hasil penelitian itu terdapat halangan perkawinan

atau belum terpenuhinya syarat-syarat yang diperlukan, maka keadaan itu segera

diberitahukan kepada calon kedua mempelai atau kepada orang tua atau ke

wakilnya (Pasal 7 ayat (2) PP). Bila pemberitahuan itu dipandang cukup dan

memenuhi syarat yang diperlukan serta tidak terdapat halangan untuk nikah, maka

pegawai pencatat membuat pengumuman tentang pemberitahuan kehendak

melangsungkan perkawinan, menurut formulir yang telah ditetapkan, dan

menempelkannya di Kantor Pencatatan yang mudah di baca oleh umum.

Pegumuman serupa, juga dilakukan di Kantor Pencatatan yang daerah hukumnya

meliputi tempat kediaman masing-masing calon mempelai (Pasal 8 dan Penjelasan

Pasal 9 PP).

Adapun pelaksanaan perkawinannya baru dapat dilangsungkan setelah hari

kesepuluh sejak pengumuman tersebut (Pasal 10 PP). Ketentuan ini dimaksudkan

untuk memberi kesempatan kepada pihak ketiga guna mengajukan keberatan dan

memohon pencegahan perkawian itu apabila ia berpendapat bahwa perkawinan

tersebut tidak dapat dilangsungkan karena terdapatnya halangan atau bahwa salah

satu pihak tidak memenuhi syarat untuk melangsungkan perkawinan (Pasal 13,14,

15 dan 16 UU). Pencegahan itu sendiri harus diajukan kepada pengadilan dalam

daerah hukum dimana perkawian itu akan dilangsungkan dengan memberitahukan

hal itu kepada Pegawai Pencatat yang pada gilirannya memberitahukan hal itu

kepada calon pelai (Pasal 17 UU).

Dengan memperhatikan tatacara dan ketentuan perkawinan menurut

hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya, maka perkawinan

Page 38: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

27

dilaksanakan di hadapan Pegawai Pencatat Perkawinan dan di hadiri oleh dua

orang saksi (Pasal 10 PP). Dan bagi mereka yang melangsungkan perkawinan

menurut agama Islam, maka akad nikahnya dilakukan oleh wali nikah atau yang

mewakilkan.

Sesaat sesudah berlangsungnya perkawinan tersebut, maka kedua

mempelai menanda-tangani Akta Perkawinan28

yang telah disiapkan oleh Pegawai

Pencatat Perkawinan, yang kemudian diikuti oleh kedua orang saksi dan oleh wali

nikah dalam hal perkawinan dilakukan menurut agama Islam. Penanda tanganan

tersebut juga dilakukan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan bersangkutan. Dengan

selesainya penanda tanganan tersebut maka perkawinan telah tercatat secara resmi

dalam catatan sipil29

(Pasal 11 PP).30

Uraian di atas, dalam hal kelengkapan administrasi perkawinan sedikitpun

tidak ada yang menyinggung bagi kedua calon pengantin laki-laki dan perempuan

untuk memiliki kepandaian atau keahlian dalam membaca Al-Quran. Dengan

mempertimbangkan bahwa persyaratan dan kelengkapan administrasi yang tidak

28

Akta Perkawinan adalah sebuah daftar besar (dahulu register perkawinan) yang

memuat antara lain:

a. nama, tempat tanggal lahir, agama/kepercayaan, pekerjaan dan tempat kediaman dari

suami istri, wali nikah, orang tua dari suami istri, saksi-saksi, wakil/kuasa bila

perkawinan dilakukan melalui seorang kuasa.

b. Surat-surat yang diperlukan seperti, izin kawin (Pasal 6 UU), dispensasi kawin (Pasal 7

UU), izin poligami (Pasal 4), izin dari Menteri Hankam/Pangabbagi ABRI, perjanjian

sebagai dimaksud Pasal 29 UU.

c. Lain-lain.

Arso Sostroatmodjo dan A. Wasit Aulawi, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Bukan Bintang

Jakarta 1975), h. 25. 29

Catatan sipil adalah catatan tentang peristiwa penting mengenai keperdataan seseorang

seperti kelahiran, perkawinan, perceraian, kematian dan lain sebagainya. Lihat Soeroso,

Perbandingan Hukum Perdata, (Sinar Grafika, Jakarta, 2003), h. 154. 30

M. Idris Ramulyo. Beberapa Masalah Tentang Hukum Acara Perdata Peradilan

Agama dan Hukum Perkawinan Islam. (IND_HILL,Co. 1985), h. 133. Lihat juga Peraturan

Pemerintah No 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan Pasal 1d, (Sinar Grafika Jakarta 2000), h. 36.

Page 39: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

28

mewajibkan bagi calon pengantin baik laki-laki maupun perempuan untuk

memiliki kemampuan atau keahlian membaca Al-Quran, maka apakah Perda

dapat dibenarkan menurut perspektif HAM dan hukum Islam? pertanyaan ini akan

penulis jawab dalam bab yang akan datang.

Page 40: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

29

BAB III

ANALISIS PERBANDINGAN PERDA BULUKUMBA NOMOR 6 TAHUN

2003 DAN PERDA MANDAILING NATAL NOMOR 5 TAHUN 2003

Dalam bab III ini, penulis ingin menjelaskan tentang: analisis

perbandingan antara Perda Bulukumba Nomor 6 Tahun 2003 dan Perda

Mandailing Natal Nomor 5 Tahun 2003. Pembahasan ini mencakup proses

pembentukan Perda, isi Perda, nama atau titel Perda, jumlah pasal dalam Perda,

struktur Perda, partai pengusung perda dan respon masyarakat terhadap kedua

Perda tersebut.1

A. Proses Pembentukan Perda

1. Kabupaten Bulukumba

Kabupaten Bulukumba adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi

Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Bulukumba.

Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.154,67 km² dan berpenduduk sebanyak

394.757 jiwa (berdasarkan sensus penduduk 2010). Kabupaten Bulukumba

mempunyai 10 kecamatan, 24 kelurahan, serta 123 desa. Berdasarkan referensi-

refernsi yang telah penulis kaji, mayoritas penduduk Kabupaten Bulukumba

adalah 99% beragama Islam2, oleh karena itu wajar kiranya apabila Pemerintah

1Hanya saja patut digaris bawahi sebelumnya, penulis hanya sedikit sekali mendapat

keterangan sejarah dari Perda-perda ini. Terutama keterangan yang membahas tentang Perda

Mandailing Natal No 5 Tahun 2003. Harus diakui, penulis mengalami keterbatasan karena tidak

turun langsung ke lapangan (yaitu Kabupaten Bulukumba di Sulawesi Selatan dan Mandailing

Natal di Sumatra Utara). Untuk meneliti lebih detail asal muasal terbentuknya kedua Perda

tersebut secara kronologis. 2 Anwar Razak, dkk, Menilai Tanggug Jawab Sosial Peraturan daerah Studi Kasus,

Provinsi DKI Jakarta, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sumatra Barat, (Pusataka Study

Hukum Dan kebijakan Indonesia (PSHK) 2009), h. 81.

Page 41: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

30

Daerah/Kabupaten Bulukumba mengharapkan terciptanya lingkungan yang

agamis dalam masyarakat yang dipimpinnya. Tentu saja dengan sosialisasi yang

sangat baik kepada masyarakat sehingga menimbulkan penerimaan dan kesadaran

untuk patuh terhadap Perda tersebut terlebih dengan aturan-aturan yang bersumber

pada agama.

Salah satu Perda yang berbasiskan syariah di Kabupaten Bulukumba ini

adalah Perda No 6 Tahun 2003 tentang Pandai Baca Al-Quran Bagi Siswa dan

Calon Pengantin. Beberapa Perda didaerah ini dibentuk karena adanya gejala

sosial yang terjadi di tengah masyarakat Kabupaten Bulukumba, khususnya

Perda-Perda tentang keagamaan. Sejarah singkat terbentukanya Perda ini adalah

karena pada tahun 2001 masyarakat Bulukumba diresahkan dengan berbagai

penyakit sosial seperti pencurian dan prostitusi. Bahkan, salah satu obyek wisata

di Bulukumba sudah dianggap masyarakat sebagai tempat prostitusi yang

terselubung3.

Menanggapi penyakit sosial tersebut, kaum agamawan memandang

fenomena terkait sebagai penyimpangan terhadap ajaran Agama, sehingga mereka

merasa bertanggungjawab untuk menanggulanginya. Langkah yang diambil kaum

agamawan adalah dengan mencari dukungan dari Pemerintah Daerah yang

kemudian diakomodir dalam format kebijakan daerah4. Misalnya dengan

membentuk Perda-Perda yang bernuansa amar ma’ruf nahi munkar. Langkah ini

mendapat respon positif dari masyarakat dan cukup efektif dalam mempengaruhi

3 Saifuddin Faturusi, Peran Dan Sumbangan Pemuda-Pemuda Bulukumba Dalam

Revolusi kemerdekaan Indonesia, (Lembaga Syariah Hankam Jakarta 1967), h. 25. 4 Otonomi daerah/ kebijakan daerah dipersepsi sebagai “ajang pelanggaran HAM”.

Pakar Hukum Ikatan Alumni Universitas Airlangga Fakultas Hukum, Penegakan Hukum di

Indonesia. (Prestasi Pustaka 2006), h. 20.

Page 42: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

31

perilaku keseharian masyarakat, termasuk perlindungan keselamatan dari

ketentraman masyarakat Bulukumba. Alasan itulah dibentuk Perda yang

berimplikasi terhadap agama, termasuk Perda No 6 Tahun 2003 tentang Pandai

Baca Tulis Al-Quran Bagi Siswa dan Calon Pengantin.

Formalisasi atas berbagai aspirasi masyarakat Muslim di Bulukumba

dilakukan oleh Bupati Patabai Pabokori pada masa pemerintahannya (1999-2004)

dengan menjalankan crash program keagamaan dengan memprioritaskan delapan

aspek kegiatan, yaitu:

1. Pembinaan dan pengembangan pemuda remaja masjid

2. Pembinaan dan pengembangan TK dan TPA

3. Pembinaan dan pengembangan majlis ta’lim

4. Pembinaan dan pengembangan perfustakaan masjid

5. Pembinaan dan pengembangan hifzil Quran

6. Pembinaan dan pengembangan seni bernuansa islami.

7. Pemberdayaan zakat, infak, dan shadaqoh

8. Pelestarian keluarga sakinah mawadah wa rohmah5

MenurutLembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) (dalam

laporannya “Pemantauan terhadap Implementasi Perda-Perda Bermasalah bulan

Oktober 2008 di Bulukumba”), konteks lahirnya Perda No 6/2003 tentang baca

tulis Al-Qur’an bagi murid dan calon pengantin tidak terlepas dari usulan

beberapa pejabat daerah yang ingin membuat payung hukum bagi efektivitas

pelaksanaan program Pemerintah Daerah yang disebut dengan Crash

5 Anwar Razak, dkk, Menilai Tanggug Jawab Sosial Peraturan daerah Studi Kasus,

Provinsi DKI Jakarta, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sumatra Barat, (Pusataka Study

Hukum dan kebijakan Indonesia (PSHK) 2009), h. 80.

Page 43: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

32

ProgramKeagamaan. Proses yang diusulkan oleh Tjamiruddin, salah satu

penggagas Perda yang saat itu menjabat Ketua Tanfidziah NU (Nahdhotul Ulama)

dan Kepala DEPAG (Departement Agama) Bulukumba kepada Bupati Patabai

Pabokori, ternyata mendapat dorongan dari kelompok KPPSI (Komite Persiapan

Pergerakan Syariat Islam) dan Jundullah. Kamaluddin Jaya, selaku ketua

Muhammadiyah yang juga ketua dewan syuro KPPSI Bulukumba mengatakan

bahwa “pembuatan Perda-Perda ini merupakan kebutuhan masyarakat dan

direspon dengan baik karena masyarakat Bulukumba adalah mayoritas Muslim.”6

Seiring dengan crash program tersebut, Perda-Perda lainya yang bernuansa

keagamaan pun muncul, antara lain:

1. Perda No 3 Tahun 2002 tentang minuman alkohol

2. Perda No 2 Tahun 2003 tentang pengelolaan zakat, infak dan shodaqoh

3. Perda No 5 Tahun 2003 tenang berpakaian muslim dan muslimah

4. Perda No 6 Taun 2003 tengang pandai baca tulis Al-Quran bagi siswa dan

calon pengantin.

Oleh banyak kalangan, Perda-Perda tersebut dianggap sebagai Perda

syariat Islam. Namun, menurut Pusat Study Hukum dan Kebijakan Indonesia

(PSHK), mengatakan bahwa keseluruhan Perda-Perda tersebut tak satupun yang

menyebut syariat Islam. Demikian pula dalam sanksi atas pelanggaran Perda ini,

tidak ada yang berdasarkan pada Syariat Islam. Pada intinya, tidak ada perbedaan

6Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) Pemantauan terhadap

Implementasi Perda-perda Bermasalah Bulan Oktober 2008 di Bulukumba, (Pusataka Study

Hukum dan kebijakan Indonesia (PSHK) 2009), diakses pada tanggal 4 Januari 2015 dari

http://www.hiburdunia.com/2012/01/arti-dan-sejarah-bulukumba.html.

Page 44: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

33

Perda tersebut dengan Perda sejenis di daerah Kabupaten yang lain.7

Perda-Perda diatas dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal, yaitu: (1)

ketertiban masyarakat seperti pelanggaran pelacuran dan pendistribusian minuman

keras. (2) kewajiban dan keterampilan keagamaan, seperti pembayaran zakat,

kemampuan baca tulis Al-Quran, dan (3) simbolisme keagamaan berupa pakaian

busana muslim.8

Masyarakat Bulukumba sebelum diberlakukannya Perda tersebut

diresahkan dengan berbagai penyakit sosial seperti pencurian dan prostitusi.

Dengan kata lain, telah jauhnya manusia dengan tuhannya terutama yang dialami

oleh masyarakat Muslim. Hal inilah yang melatar belakangi terciptanya Perda

Bulukumba No 6 Tahun 2003 tersebut.

Sebagai realisasi pemberlakuan Perda No 6/2003 di Kabupaten

Bulukumba, terjadi beberapa kecenderungan dan fakta-fakta yang menarik,

khususnya yang ditemukan di beberapa Desa Muslim di Bulukumba, di antaranya:

a. Pembentukan TK, TPA setiap Masjid/Mushalla

b. Pembentukan TPA orang tua disetiap RT/RW /Dasawisma

c. Mengadakan penataran guru mengaji

d. Pengadaan Al-Qur’an melalui gerakan waqaf Al-Qur’an

e. Mengadakan lomba baca tulis Al-Qur’an setiap Pelaksanaan Hari Besar

Islam (PHBI).

7 Anwar Razak, dkk, Menilai Tanggug Jawab Sosial Peraturan daerah Studi Kasus,

Provinsi DKI Jakarta, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sumatra Barat, (Pusat Study

Hukum dan kebijakan Indonesia (PSHK) 2009), h. 81

8 Arskal Salim, “Perda Berbasis Syariah dan Perlindungan Konstitusional Penegakan

HAM,”Jurnal Perempuan 60. (Jakarta 2008), h. 11.

Page 45: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

34

Disamping itu juga diadakan pembinaan guru-guru mengaji dengan cara sebagai

berikut :

a. Mengadakan pelatihan guru mengaji metode Iqra dan metode albarqi

b. Memberikan tunjangan bulanan melalui sumbangan tetap pelanggan

listrik

c. Membagikan zakat setiap 6 (enam) bulan

d. Menerima sumbangan wajib dari santri setiap selesai panen

e. Menerima biaya pembinaan guru TK-TPA setiap tahun dari Pemerintah

Desa

Di Desa Tamaona, kecamatan Kindang, proses pembelajaran TPA pada

waktu pemerintahan Patabai juga berlangsung dengan ketat. Seperti dijelaskan

oleh Siti Sulistiwati, salah satu guru TPA Masjid Al-Jamiah dan TPA SD 302

LATTAE, bahwa di desa itu juga setiap TPA membebankan kepada santrinya

pembayaran bulanan. Menurut ketetapan BKPRMI (Badan Koordinasi Pemuda-

Remaja Masjid Indonesia) biaya yang dibebankan kepada santri adalah Rp.10.000

perbulan. Namun, karena orang tua santri merasa berat, maka pembayaran

bulanan khususnya di TPA yang dia bina diturunkan menjadi Rp.3.500 perbulan.

Proses pelaksanaan belajar mengaji ini diakui oleh Siti, (salah satu staf pengajar).

Meski berlangsung dengan cukup disiplin, tapi murid-murid senang datang,

mereka berlomba-lomba ikut mengaji. Apalagi biasanya yang lulus dengan baik

akan mendapat hadiah pada saat wisuda. Biasanya juga Bupati saat itu Patabai

Page 46: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

35

Pabokori, datang untuk menghadiri acara wisuda tersebut.9

Di beberapa TPA, proses belajar mengaji bahkan diawali dengan

penandatanganan surat perjanjian antara santri dengan pihak TKA/TPA. Misalnya

di TPA Al-Amanat, Desa Tamaona, Kecamatan Kidang, santri harus

menandatangani kesepakatan yang isinya :

a. Akan tetap rajin mengaji sampai mengkhatamkan 30 juz Al-Qur’an

b. Bila dikemudian hari, berhenti sebelum mengkhatamkan Al-Qur’an,

maka SANGAT SETUJU bila tidak diberikan sertifikat.

Seiring diberlakukannya Perda Bulukumba No 6 Tahun 2003, ada

beberapa persoalan yang muncul. Pertama, persoalan yang dialami oleh guru-guru

mengaji yang dikontrak. Menurut pengakuan salah satu guru ngaji kontrak

Nurbaya, gaji yang diberikan tidak semuanya, karena sudah mengalami

pemotongan. Sebelumnya diberitahukan bahwa gaji para guru mengaji yang sudah

dikontrak oleh Pemda sekitar Rp.300.000,. Namun biasanya yang sampai ke guru-

guru mengaji hanya Rp.150.000.00.Kedua , keinginan beberapa santri untuk

mengaji lebih didasarkan pada ketakutan tidak bisa melanjutkan sekolah pada

jenjang yang lebih tinggi. Sehingga banyak terjadi pula pembelian sertifikat dari

TPA oleh orangtua santri sebagai bukti kelulusan mengaji.

Hal ini diakui oleh Nurmala R, S.Ag, Kepala Sekolah TPA, Al-Amanat

(masih dalam lingkungan Desa Kecamatan Sindang). Menurutnya beberapa

pejabat mendatangi TPA-nya meminta agar bisa diberikan sertifikat. Bahkan ada

yang mau membayar tinggi yang penting sertifikatnya keluar. TPA-nya tidak mau

9Diakses tanggal 4 Januari 2015 darihttp://www.hiburdunia.com/2012/01/arti-dan-

sejarah-bulukumba.html..

Page 47: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

36

memberikan sertifikat, jika seorang santri belum pernah belajar mengaji

ditempatnya. Namun dia mengakui bahwa ada juga TPA di Bulukumba yang mau

mengeluarkan sertifikat palsu, bila dibayar. Menurutnya sertifikat mengaji itu

akhirnya menjadi alat untuk mencari keuntungan.Ketiga, dengan munculnya

TKA/TPA ini membuat tradisi pengajian-pengajian kampung hilang.

Tradisi pengajian kampung yang telah berjalan sekian lama di tiap-tiap

desa mulai meredup. Kebiasaan mengaji di kampung dimana seorang guru

mengaji didatangi santrinya di rumah untuk belajar mengaji di sore hari, dan

sebagai balas jasanya santri membawakan hasil kebun, atau mengangkatkan air

untuk gurunya. Berlanjut dengan acara khatam Al-Qur’an yang disebut dengan

mappatamma atau anganre tamma, juga mulai surut.10

Secara umum proses pembentukan Perda Kabupaten Bulukumba telah

diatur dalam PP No 25 Tahun 2004 Pasal 97 ayat (2)11

. Melihat dari latar belakang

terbentunya Perda Kabupaten Bulukumba, dengan inisiatif dan desakan dari

kelompok-kelompok Islam, maka Kepala Daerah/Bupati Kabupaten Bulukumba

menyetujui terbentuknya Perda tersebut. Dengan melihat tujuannya yakni agar

terciptanya lingkungan yang amar ma’ruf hani munkar yang dapat mecerdaskan

masyarakat tentang pentingnya pandai dalam membaca Al-Quran dan lebih

mendekatkan kepada ajaran Islam yang sesungguhnya. Oleh sebab itu Kepala

Daerah (Bupati) Bulukumba mengesahkan Perda No 6 Tahun 2003 tentang Pandai

Baca Tulis Al-Quran Bagi Siswa dan Calon Pengantin sebagai Peraturan Daerah

10

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) Pemantauan terhadap

Implementasi Perda-perda Bermasalah Oktober 2008 di Bulukumba, diakses tanggal 4 Januari

2015 darihttp://www.hiburdunia.com/2012/01/arti-dan-sejarah-bulukumba.html 11

PP No 25 Tahun 2004 Tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata tertib Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah

Page 48: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

37

yang diberlakukan di masyarakat Kabupaten Bulukumba.

Memasuki tahun kelima, pemberlakuan Perda bidang keagamaan di

Kabupaten bulukumba, mengalami kemunduran. Meskipun secara normatif

pemerintah Kabupaten Bulukumba tetap memberlakukan Perda ini, masyarakat

menganggap bahwa ruh yang melatarbelakangi lahirnya Perda ini mulai redup.

Kegiatan-kegiatan keagamaan tidak lagi menjadi perhatian serius Pemerintah.

Paling tidak hal ini yang dirasakan oleh masyarakat pasca pergantian Bupati

Patabai Pabokori kepada Bupati Sukri Sappewali12

2. Kabupaten Mandailing Natal

Sebelum menjadi sebuah kabupaten, Kabupaten Mandailing Natal adalah

wilayah yang masih termasuk Kabupaten Tapanuli Selatan. Setelah terjadi

pemekaran, dibentuklah Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan undang-undang

Nomor 12 tahun 1998, secara formal diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada

tanggal 9 Maret 199913

.

Kabupaten Mandailing Natal terletak berbatasan dengan Sumatera Barat,

bagian paling selatan dari Propinsi Sumatera Utara. Merupakan daerah yang

secara langsung berbatasandengan Kabupaten Tapanuli Selatan (Kabupaten

induk) dan Propinsi Sumatera Barat. Sejauh initidak ada konflik perbatasan yang

terjadi di antara Propinsi dan Kabupaten yang berbatasanlangsung dengan

kabupaten ini. Dalam hal menjaga tapal batas, Pemerintah KabupatenMandailing

Natal telah melakukan tapal batas Kabupaten di Desa Sampuran dengan

12

Anwar Razak, dkk, Menilai Tanggug Jawab Sosial Peraturan Daerah Studi Kasus,

Provinsi DKI Jakarta, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sumatra Barat. (Pusat Study

Hukum dan kebijakan Indonesia (PSHK) 2009), h. 81. 13

Diakses pada tanggal 6 Januari dari http://www.madina.go.id/index.php/selayang-

pandang/gambaran-umum

Page 49: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

38

KabupatenPasaman Barat, Propinsi Sumatera Barat. Dan telah dilakukan

sosialisasi tentang 10 titik tapal batas antara Kabupaten ini dengan Propinsi dan

Kabupaten lain yang berbatasan langsung.14

Kabupaten Mandailing Natal adalah Kabupaten yang mayoritas

masyarakatnya beragama Islam, sehingga Kabupaten ini dijuluki dengan “Kota

Beriman”. Kabupaten Mandailing Natal juga sering disebut dengan Madina.15

.

Namun, mengutip dari perkataan Adi Sori, dalam skripsinya yang berjudul

“Prasyarat Pandai Baca Tulis Al-Quran Bagi Calon Pengantin Menurut UU No 39

Tahun 1999 Tentang HAM, Perda No 5 Tahun 2003 Kabupanten Mandailing

Natal,” mengatakan bahwa seiring berkembangnya zaman, banyak masyarakat

Mandailing Natal yang mengalami ketidak mampuan dalam membaca Al-Quran

dan tidak dapat mengenali huruf hijaiyah,sehingga mengundang perhatian dari

kalangan ulama-ulama Mandailing Natal untuk berinisiatif melakukan terobosan

baru untuk mengembalikan identitas Kabupaten Mandailing Natal sebagai “Kota

Beriman”.

Inisiatif ini mendapat tanggapan dari pemerintah Mandailing Natal yang

pada akhirnya merealisasikannya lewat kebijakan Pemerintah Daerah yang

berbentuk Peraturan Daerah (Perda) yaitu Perda Kabupaten Mandailing Natal No

5 Tahun 2003 yang telah ditetapkan dan diundangkan sebagai sebuah Perda pada

14

Kajian terhadap pemekaran Kabupaten Mandailing Natal, Toba Samosir, Samosir Dan

Pak-Pak Harat Sebagai Hasil Pemekaran. 15

Diakses pada tanggal 4 Januari

2015dari:http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Mandailing_Natal

Page 50: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

39

tanggal 4 Agustus 2003.16

Inilah yang melatar belakangi proses terebentuknya

Perda Mandailing Natal tersebut.

Perda ini sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas Pendidikan

ajaran agama Islam, terutama peningkatan kemampuan baca aksara Arab di

kalangan masyarakat Madina pada umunya dan khususnya pada kalangan

pelajar17

.

Ada 4 UU yang menjadi dasar Perda Nomor 5 Tahun 2003 Tentang

Pandai Membaca Huruf Al Qur’an Bagi Murid Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama dan Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas serta Calon Pengantin

ini, yaitu: UU No. 12/1998, UU No. 1/1974, UU No. 2/1998 dan UU No. 22/1999

; dua Peraturan Pemerintah ialah: No. 28/1990 dan No. 29/1990 ; Kepres No.

44/1999 ; dua SKB Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri ialah: No.

128/1982 dan No. 44/1982 ; dan Perda Kabupaten Madina No. 1 Tahun 2001.

Pasal 4 Perda No. 5 Tahun 2003 itu menyebutkan bahwa fungsi pandai membaca

Al Qur’an dengan baik dan benar adalah sebagai wahana menanamkan keimanan

dan ketakwaan kepada Allah SWT bagi murid SD, siswa SLTP dan SLTA serta

calon pengantin dan masyarakat adalah dalam rangka membentuk keluarga yang

sakinah, mawaddah warahmah.18

16

Adi sori, “Prasyarat Pandai Baca Tulis Al-Quran Bagi Calon Pengantin Menurut UU

No 39 Tahun 1999 Tentang HAM, Perda No 5 Tahun 2003 Kabupanten Mandailing Natal,” hasil

wawancara dengan H. Mahmudin Pasaribu, Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten

Mandailing Natal, 2003. 17

Diakses pada tanggal 5 Januari 2015 dari: http://www.waspada.co.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=6324:urgensi-peraturan-daerah-syariah&catid=33:artikel-

jumat. 18

Diakses pada tanggal 6 Januari 2015 dari : http://gapensi.org/modules/artikel.php?ID_

Artikel=397&ID_Kategori_Artikel=8. Baca juga “Basyril Hamid Harahap, Madina Yang Madani,

pemerintah Kabupaten Madina ,( Panyabungan 2004), h 25.

Page 51: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

40

Empat Undang-Undang yang menjadi dasar Perda Mandailing Natal No 5

Tahun 2003 tentang Pandai Baca Tulis Al-Quran Bagi Murid Sekolah dan Calon

Pengantin diatas, menjadi alasan bagi Pemerintah Daerah Mandailing Natal

(Bupati) untuk membuat, mengesahkan dan mensosialisasikan Perda tersebut

kepada masyarakat Kabupaten Mandailing Natal.

Informasi yang dapat diakses oleh publik terkait dengan Perda No. 5

Tahun 2003 tentang Pandai Baca Tulis Al-Quran Bagi Murid Sekolah Dasar,

Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Dan Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas serta Calon Pengantin Kabupaten Mandailing Natal tidaklah banyak.

Misalnya, hanya ditemukan sedikit adanyapemberitaan pada media online terkait

Perda pandai baca tulis Al-Quran. Terlebih sulit lagi mencari buku referensi yang

benar-benar membahas tentang Perda Mandailing Natal ini, baik dari sisi sejarah,

proses pembentukan dan hal-hal yang dianggap penting dalam penulisan skripsi

ini.19

Perda di Madina itu, hampir sama dengan peraturan yang dikeluarkan

oleh Kabupaten Bulukumba. Oleh sebab itu, penulis akan menjelaskan kesesuian

dan perbedaan diantara kedua Perda tersebut dalam pembahasan berikut.

B. Isi Peraturan Daerah (Perda)

Isi Perda merupakan penjelasan baik dari bab-bab maupun pasal-pasal

yang terdapat dalam Perda tersebut. Untuk diketahui, setelah penulis teliti, isi

Perda dalam Perda Bulukumba terdapat beberapa kekurangan karena ada

19

Diakses pada tanggal 4 Januari 2015

darihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Mandailing_Natal

Page 52: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

41

beberapa pasal yang tidak dituliskan (dituliskan dari Pasal 7, langsung Pasal 10),

dalam draf pasal-pasalnya. Selebihnya penulis akan jelaskan pada penjelasan

dibawah ini.

Sedangkan Perda bernuansa syariah yang ada di provinsi Sumatra

Utara.Antara lain berisi: agar setiap pemeluk agama Islam wajib fasih membaca

Al Qur’an, setiap warga Muslim wajib menutup auratnya sesuai dengan perintah

yang ada di dalam Al Qur’an. Beberapa pasal Perda yang diterbitkan oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing Natal, diantarannya adalahPerda

Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pandai Membaca Huruf Al Qur’an Bagi Murid

Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Siswa Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas serta Calon Pengantin.

Selanjutnya, isi Perda pada Kabupaten Bulukumba No 6 Tahun 2003 dan

Perda Mandailing Natal No 5 Tahun 2003 tentang Pandai Baca Tulis Al-Quran

Bagi Siswa Dan Calon Pengantin adalah sebagai berikut:

Bab tentang “Ketentuan Umum”dalamPerda Bulukumba, terdapat satu bab

yang berisikan dua pasal, yang tersusun dari: Pengertian daerah diberlakukannya

peraturan tersebut, Pemerintahan Daerah, pandai baca, Al-Quran, pandai baca

huruf Al-Quran, pandai baca Al-Quran yang baik dan benar, murid SD, siswa,

calon pegantin, masyarakat, dan fungsi pandai baca Al-Quran yang baik dan yang

benar. Sedangkan pada Perda Mandailing Natal bab ini hanya ada satu pasal.

Namun lebih bersifat menyeluruh karena selain membahas hal yang sama dengan

Perda Bulukumba diatas, Perda Mandailing Natal pun membahas juga tentang

guru agama dan Kepala Sekolah, Pengawas Pendidikan Agama Islam disingkat

Page 53: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

42

dengan pengawasPENDAIS, danKantor Departemen Agama Penyidik Pegawai

Negeri Sipil yang disingkat PPNS.

Bab tentang “Maksud, Tujuan dan Fungsi” dalamPerda Bulukumba, tidak

memiliki bab khusus yang membahas tentang maksud dan tujuan Perda tersebut

diberlakukan. Perda Bulukumba ini hanya memiliki satu pasal yang hanya

menjelaskan fungsi diberlakukannya Perda, yakni pasal 2 pada bab 1. Sedangkan

Perda Mandailing Natal mempunyai sub bab khusus untuk penjelasan maksud,

tujuan dan fungsi Perda tersebut. Berisikan tiga pasal, terdiri dari: Maksud pandai

baca Al-Qur’an bagi murid SD, siswa SLTP dan SLTA serta calon pengantin,

tujuan pandai baca Al-Qur’an bagi murid SD, SLTP dan SLTA serta calon

pengantin dan masyarakat, danFungsi pandai baca Al-Qur’an dengan baik dan

benar .

Bab tentang “Kewajiban dan Penyelenggaraan Kegiatan” dalam Perda

Bulukumba terdiri dari empat pasal, yaitu: kewajiban bagi siswa SD, SLTP dan

SLTA pandai baca Al-Quran yang baik dan benar sebelum yang akan

menamatkan pendidikan, mewajibkan bagi siswa SD mengenal dasar Ilmu jadwid,

siswa SLTP lancar membaca Al-Qur'an ditambah dengan mengenal ilmutajwid

dan irama dasar, siswa SLTA pandai dan fasih membaca Al-Qur'an sesuai

denganilmu tajwid dan mempunyai irama/seni yang baik sesuai dengan

Makhorijul Huruf nya, mewajibkan setiap sekolah dari SD, SLTP dan SMU untuk

menambah jam pelajaran agama, kepada setiap siswanya yang belum pandai baca

Al-Quran untuk belajar pada institusi lembaga, memberikan sertivikasi kepada

siswa SD,SLTP dan SMU setelah evaluasi sekolah, kewajiban bagi calon

Page 54: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

43

pengantin pandai baca Al-Quran, dan kemampuan bacanya dibuktikan dihadapan

PPN (Pegawai Pencatat Nikah).

Sedangkan pada Perda Mandailing Natal memiliki peratutan yang lebih

luas karena adanya lima pasal pada bab ini. Menambahkan dengan tambahan

ketentuan penyelenggaraan kegiatan pada Perda Bulukumba diatas, yaitu: Kepada

Pemerintah Desa dan tokoh masyarakat serta orang tuamurid atau siswa agar

mendukung, membantu dan memotivasi pelajar, mengikuti kurikulum TPA atau

TPSA, AL-Quran sebagai mata pelajaran baru, kurikulum yang dikembangkan

khususnya untuk membaca Al- Qur’an sebagai mata pelajaran baru, tenaga guru

untuk melaksanakan pendidikan pandai baca Al-Qur’an, sarana dan prasarana,

proses belajar mengajar secara operasional, penilaian atas pandai baca Al-Qur’an

dititik beratkan padakemampuan membaca huruf Al-Qur’an dengan baik dan

benar, penilaian bagi murid yang mengikuti pendidikan pandai baca hurufAl-

Qur’an melalui TPA/MDA sepenuhnya mengikuti ketentuan yang berlaku pada

TPA/MDA setempat.

Bab tentang “Sanksi/ Hukuman /Denda” dalamPerda Bulukumba hanya

terdapat satu pasal yang menjelaskan tentang sanksi bagi tamatan SD, SLTP dan

SMU yang tidak memiliki sertifikat pandai baca Al-Quran. Pengecualian siswa

yang bersangkutan sanggup mengikuti program khusus balajar Al-Quran.

Sedangkan Perda Mandailing Natal memiliki dua pasal pada bab ini. Yaitu

menambahkan sebagaimana Perda Bulukumba diatas dengan tambahan: sanksi

bagi calon pengantin yang tidak mempunyai bukti pandai baca Al-Quran dari

Page 55: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

44

PPN, sanksi memalsukan surat rekomendasi dan sanksi bagi pelanggar dengan

hukuman yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bab tentang “Ketentuan Pidana dan Penyidikan” dalamPerda Bulukumba

tidak memiliki bab maupun pasal yang membahas tentang nominal denda/sanksi

bagi pelanggar Perda. Hanya membahas tentang sanksi pada umumnya

sebagaimana yang telah penulis jelaskan diatas. Sedangkan Perda Mandailing

Natal membahasnya pada pasal 13 bab V angka (1) dan (2) tentang Ketentuan

Pidana dan Penyidikan “Barang siapa yang melakukan pelanggaran terhadap

ketentuanPeraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan 6 (enam)bulan

dan atau denda setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,- (lima jutarupiah); (1) “ Tindak

pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal inimerupakan tindakan pidana

pelanggaran” (2).

Bab tentang “Ketentuan Peralihan”hanya Perda Bulukumba yang memiliki

sub bab seperti ini. Berisikan satu pasal yakni pasal 10 bab IVyang berbunyi

“Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka ketentuan yang mengatur hal

yang sama wajib menyesuaikan dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan

Daerah ini”. Tidak ada keterangan tentang ketentuan peralihan dalam Perda

Mandailing Natal.

Bab PenutupdalamPerda Bulukumba memiliki dua pasal. Pada bab

penutup yang berisikan keterangan tentang hal-hal yang belum diatur dalam Perda

mengenai pelaksaannya akan ditetapkan dengan Keputusan Bupati dan tanggal

diberlakukannya Perda Bulukumba tersebut. Sedangkan Perda Mandailing Natal

tidak memiliki bab penutup. Namun dalam pasal-pasal terakhirnya membahas hal

Page 56: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

45

yang sama pada bab penutup. Seperti: hal-hal yang belum diatur dalam Perda

mengenai pelaksaannya akan ditetapkan dengan Keputusan Bupati dan tanggal

diberlakukannya Perda Mandailing Natal tersebut.

C. Nama Atau Titel Perda

Adapun nama atau titel yang dipakai oleh Peraturan Daerah (Perda)

Kabupaten Bulukumba dalam Perdanya adalah Lembar Daerah Kabupaten

Bulukumba Tahun 2003 Nomor 06 seri C Nomor 4 Peraturan Daerah kabupaten

Bulukumba Nomor 6 Tahun 2003 “PERATURAN DAERAH KABUPATEN

BULUKUMBA TENTANG PANDAI BACA AL’QURAN BAGI SISWA DAN

CALON PENGANTIN DALAM KABUPATEN BULUKUMBA”.

Sedangkan nama atau titel yang di pakai oleh Peraturan Daerah (Perda)

pada Kabupaten Mandailing Natal dalam peraturannya adalah Pemerintahan

Kabupaten Mandailing Natal Peraturan Daerah Kabupaten Mandailing Natal

nomor 5 Tahun 2003 “PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANDAILING

NATAL TENTANG PANDAI BACA AL-QUR’AN BAGI MURID SEKOLAH

DASAR, SISWA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA DANSISWA

SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS SERTA CALON PENGANTIN”

Dengan demikian, kalau dicermati, penggunaan nama atau titel dalam

Peraturan Daerah (Perda) antara Kabupaten Bulukumba dan Mandailing Natal

tidaklah jauh berbeda. Hanya saja pada Perda Kabupaten Bulukumba memakai

kata yang lebih umum dalam penamaannya khususnya dalam kata “siswa”.

Sedangkan pada Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Mandailing Natal

penggunaan kata “siswa” disebutkan secara lebih rinci. Dengan menyebutkan “

Page 57: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

46

MURID SEKOLAH DASAR, SISWA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT

PERTAMA DANSISWA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS”.

Walaupun dalam kedua Perda tersebut memiliki nama dan titel yang berbeda,

namun sama-sama memiliki tujuan dan fungsi yang hampir sama dalam peraturan

Perda tersebut. Dari persamaan dan perbedaan nama atau titel kedua Perda diatas,

maka tidaklah memberikan banyak berpengaruh.

D. Jumlah Pasal Dalam Perda.

Perda Kabupaten Bulukumba memiliki lebih sedikit pasal dari pada Perda

Kabupaten Mandailing Natal meskipun masing-masing memilki lima bab dalam

Perdanya. Adapun pasal-pasal dalam Peraturan Daerah (Perda) Bulukumba, terdiri

dari lima bab dan dua belas Pasal, yaitu:

Bab I tentang Ketentuan Umum, terdiri dari dua pasal. Pasal satu

berisikan sepuluh butir, dua rincian dan pasal dua terdiri dari satu pasal. Bab II

tentang Kewajiban dan Penyelenggaraan Kegiatan, terdiri dari empat pasal. Pasal

satu terdiri dari dua angka dan tiga butir, pasal dua terdiri dari tiga angka, pasal

tiga terdiri dari satu pasal, pasal empat terdiri dari dua angka. Bab III tentang

Sanksi, terdiri dari satu pasal dan dua angka. Bab IV tentang Ketentuan Peralihan

hanya terdiri dari satu pasal. Bab V Penutup, terdiri dari dua Pasal 20

Sedangkan jumlah pasal yang terdapat dalam Peraturan Daerah (Perda)

Mandailing Natal, adalah lima bab dan lima belas pasal, yaitu:

20

Diakses pada tanggal 13 Desember 2015 dari http://medan.bpk.go.id/wp-

content/uploads/2011/12/Perda-No.05-Th-2003-Pandai-baca-huruf-Al-Quran-Bagi-murid-SD.-

SMP.SMA-serta-calon-pengantin.pdf.

Kedua Perda terlampir dalam skripsi ini.

Page 58: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

47

Bab I tentang Ketentuan umum, terdiri dari satu pasal. Pasal satu berisikan

empat belas butir. Bab II tentang Maksud, Tujuan dan Fungsi, terdiri dari tiga

pasal. Pasal satu terdiri dari satu pasal, pasal dua terdiri dari dua butir: butir

pertama terdiri dari tiga angka dan butir kedua terdiri dari dua angka. dan pasal

tiga terdiri dari satu pasal. Bab III tentang Kewajiban dan Menyelenggarakan

Kegiatan, terdiri dari enam pasal. Pasal pertama terdiri dari dua angka dan tiga

butir, pasal kedua terdiri dari tiga angka, pasal ketiga terdiri dari empat butir,

pasal keempat terdiri dari empat angka, pasal kelima terdiri dari dua angka dan

pasal keenam terdiri dari dua angka. Bab IV tentang Sanksi, terdiri dari dua pasal.

Pasal pertama terdiri dari tiga angka dan pasal kedua terdiri dari dua angka. Bab V

tentang Ketentuan Pidana dan Penyidikan, terdiri dari tiga pasal. Pasal pertama

terdiri dari dua angka, pasal kedua terdiri dari satu pasal dan pasal ketiga terdiri

dari satu pasal.21

E. Struktur Perda

Struktur Perda adalah tatanan atau sistem yang mencakup susunan isi

Perda yang berkaitan dengan ketentuan umum, kewajiban dan larangan

penyelenggaraan kegiatan, sanksi/hukuman, dan ketentuan peralihan/penutup.

Terdapat perbedaan dan persamaan dalam stuktur Perda Bulukumba

dan Perda Mandailing Natal, berikut penjelasan yang penulis ingin sampaikan.

Adapun Struktur Peraturan Daerah pada Perda Kabupaten Bulukumba,

yaitu;

21

Diakses pada tanggal 15 Desember 2015 dari

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0CD0QFjAF&url

=http%3A%2F%2Fwww.madina.go.id%2Findex.

Page 59: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

48

Bab Iyaitu tentang Ketentuan Umum yang berisikan dua pasal:Pasal

1menjelaskan tentang Daerah, Pemerintahan Daerah, pandai baca, Al-Quran,

pandai baca huruf Al-Qur'an, pandai baca huruf Al-Qur'an dengan baik dan benar,

murid SD, Siswa, calon pengantin, dan tujuan diberlakukannya Perda tersebut

pada masyarakat Kabupaten Bulukumba.Pasal 2 mengenai fungsi pandai baca Al-

Qur'an dengan baik dan benar.

Bab IIyaitu tentang Kewajiban dan Penyelenggaraan Kegiatan, yang

berisikan empat pasal:Pasal 3menjelaskan kewajiban setiap siswa baik SD, SMP

maupun SMA pandai baca tulis Al-Quran yang baik dan benar, baik dari ilmu

tajwid, mengenal huruf hijaiyah dan seni irama dasar membaca Al-Quran.Pasal

4menyarankan setiap sekolah menambah jam pelajaran agama dan memberi nilai

tersendiri untuk mata pelajaran tersebut.Pasal 5memberikan sertifikat kepala siswa

setelah lulus ujian yang dikeluarkan oleh sekolah atau lembaga yang

bersangkutan.Pasal 6kewajiban calon pengantin memiliki kemampuan baca tulis

Al-Quran sebelum pernikahannya, yang kemudian dibuktikan dihadapan Pegawai

Pencatat Nikah (PPN).

Bab III yaitu tentang Sanksi yang terdiri dari satu pasal:Pasal 7Bagi setiap

tamatan SD dan/atau SLTP yang akan melanjutkan pendidikan pada jenjang

pendidikan berikutnya, tetapi tidak memiliki sertifikat kelulusan baca Al-Quran,

maka ditangguhkan dahulu sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan

berikutnya. Namun, ada pengecualian apabila siswa tersebut menyatakan

kesanggupan untuk mengikuti program khusus baca Al-Quran yang diketahui oleh

kedua orang tuanya.

Page 60: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

49

Bab IV tentang Ketentuan Peralihan, yang terdiri dari satu pasal:Pasal

10memberlakukan ketentuan yang mengatur hal yang sama wajib menyesuaikan

dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.

Bab V tentang Penutup yang berdiri dari dua pasal: Pasal 11 menjelaskan

tentang pelaksanaan penetapan peraturan tersebut oleh keputusan Bupati. Pasal 12

pemberlakuan Peraturan Daerah tersebut dan himbauan kepada masyarakat

Kabupaten Bulukumba untuk mentaatinya.

Sedangkan struktur Perda pada Perda Kabupaten Mandailing Natal adalah:

Bab 1 tentang Ketentuan Umum yang terdiri dari satu pasal:Pasal

1menjelaskan tentang Daerah, Pemerintahan daerah, pandai baca, Al-Quran,

pandai baca huruf Al-Qur'an, pandai baca huruf Al-Qur'an dengan baik dan benar,

murid SD, siswa sekolah lanjutan, calon pengantin, masyarakat, guru Agama dan

Kepala Sekolah, pengawas pendidikan Agama Islam disingkat dengan pengawas

PENDAIS, Kantor Departemen Agama, Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang

disingkat adalah PPNS yang diangkat berdasarkan Peraturan Perundang-undangan

yang berlaku.

Bab 2 tentang Maksud, tujuan dan Fungsi yang terdiri dari tiga

pasal:Pasal 2membahas tentang: Maksud pandai baca Al-Qur’an bagi murid SD,

siswa SLTP dan SLTAserta calon pengantin.Pasal 3membahas tetang: Tujuan

pandai baca Al-Qur’an bagi murid SD, SLTP dan SLTA serta calon pengantin dan

masyarakat. Pasal 4membahas tentang: Fungsi pandai baca Al-Qur’an dengan

baik dan benar.

Page 61: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

50

Bab III tentang Kewajiban dan Menyelenggarakan Kegiatan yang terdiri

dari enam pasal:Pasal 5mewajibkan semua murid menamatkan jenjang pendidikan

Al-Quran baik dari pengenalan huruf hijaiyah, ilmu tajwid, dan seni baca Al-

Quran yang baik dan benar.Pasal 6menginstruksikan kepada setiap sekolah untuk

menambah jam pelajaran Agama khususnya belajar Al-Quran, mewajibkan semua

murid pandai baca tulis Al-Quran, dan anjuran kepada Pemerintahan Desa dan

orang tua agar mendukung dan memotivasi pelajar. Pasal 7mengikuti

penyelenggaraan kegiatan baik di TPA atau disekolah khususnya untuk

mempelajari Al-Quran, menjelaskan tentang tenaga guru pendidik dan sarana dan

prasarana yang diperlukan. Pasal 8menjelaskan tentang proses belajar mengajar

secara operasional, menitik beratkan penilaian pada kemampuan baca huruf Al-

Quran yang baik dan benar, penilaian itu sesuai dengan ketentuan yang berlaku

dimasing-masing tempat dan penilaian tersebut harus menjadi penilaian tersendiri

sebagai satu mata pelajaran. Pasal 9memberikan sertifikat bagi murid yang telah

lulus ujian Al-Quran. Sertifikat yang dikeluarkan langsung oleh Bupati atau

pejabat yang ditunjuk.Pasal 10mewajibkan bagi calon pengantin mampu membaca

Al-Quran dengan baik dan benar, yang dibuktikan di depan Pejabat Pencatat

Nikah (PPN).

Bab IV tentang Sanksi yang terdiri dari dua pasal:Pasal 11tidak

memberikan sertifikat kepada semua murid yang tidak lulus ujian baca Al-Quran,

kecuali yang bersangkutan bersedia untuk mengikuti program khusus baca Al-

Quran yang diadakan sekolah atau lembaga bersangkutan. Bagi calon pengantin

yang tidak dapat menunjukan bukti pandai baca Al-Quran, maka pernikahannya

Page 62: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

51

ditangguhkan sampai yang bersangkutan pandai baca Al-Quran.Pasal 12apabila

sertifikat pandai baca Al-Quran terbukti palsu, maka dapat dikenakan sanksi

sesuai dengan hukum dan ketentuan yang berlaku

Bab V tentang Ketentuan Pidana Dan Penyidikan yang terdiri dari tiga

pasal:Pasal 13menjelaskan sanksi bagi yang melanggar Perda tersebut baik sanksi

denda maupun kurungan.Pasal 14Hal-hal yang belum cukup diatur dalam

Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur

kemudian oleh Bupati.Pasal 15pemberlakuan Perda sejak diundangkan, agar dapat

dipatuhi oleh setiap orang (masyarakat Mandailing Natal).

Dari kedua struktur Perda diatas dapat disimpulkan bahwa stuktur Perda

Kabupaten Bulukumba dan Perda Kabupaten Mandailing Natal sama-sama

memiliki lima struktur namun berbeda dalam bilangan pasal. Nampaknya

penyusunan pada Perda Bulukumba, kalau dicermati hanya ada sepuluh Pasal

walaupun tertulis dengan duabelas pasal, karna ada bilangan pasal yang

melongkap (dari pasal 7 langsung Pasal 10) yang menandakan kekurang

telitiannya para pembuat Perda tersebut. Sedangkan pada perda Mandailing Natal,

sempurna dalam bilangan Pasal dan ketentuan-ketentuannya, yakni limabelas

pasal.

Adapun yang menjadi inti persamaan dan perbedaan struktural antara

kedua Perda tersebut, adalah:

Bab Itentang Ketentuan Umum yaitu: Kedua Perda tersebut masing-

masing menyebutkan daerah diberlakukan Perda, Pemerintah Daerah masing-

masing, pandai baca, Al-Quran, pandai baca huruf Alquran, murid SD, SLTP dan

Page 63: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

52

SMU, calon pengantin, dan masyarakat.

Bab IIada perbedaan antara kedua Perda tersebut, Perda Bulukumba hanya

menjelaskan tentang fungsi diberlakukannya Perda No 6 tahun 2003 dan pasal

tentang Fungsi pemberlakuan Perda itu pun, dijelaskan pada bab satu. Sedangkan

pada Perda Mandailing Natal tidak hanya membahas tentang fungsi diberlakukan

Perdanya saja, bahkan juga menjelaskan maksud dan tujuan pemberlakuan Perda

Mandailing Natal No 5 Tahun 2003.

Bab III dalam Kewajiban dan Penyelenggaraan Kegiatan sama diantara

kedua Perda tersebut, sama-sama memiliki empat pasal yang sama pula dalam

tujuannya dan dijelaskan semuanya dalam Pasal dan butiran-butiran pasalnya.

Hanya saja pada Perda Bulukumba menempatkan bab ini (kewajiban dan

penyelenggaraan kegiatan) diletakkan pada bab keduanya.

Bab IV yaitu tentang sanksi. Perda Bulukumba hanya membahas tentang

sanksi bagi setiap tamatan SD dan/atau SLTP dan tidak membahas tentang sanksi

bagi calon pengantin. Dan menepatkan bab ini (sanksi) pada bagian bab

ketiganya. Sedangkan Perda Mandailing Natal dipandang lebih sempurna karna

membahas sanksi untuk calon pengantinnya sesuai dengan nama atau titel yang

dipakai dalam Perdanya (Pandai Baca Tulis Al-Quran Bagi Murid Sekolah Dasar

Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan Calon Pengantin).

Bab V pada Perda Bulukumba adalah penutup sebagaimana ketentuan

pemberlakuan Perda yang terhitung mulai Perda tersebut disahkan tanpa

menjelaskan tentang bilangan nominal denda sanksi atau hukuman kurungan

penjara yang diterima oleh pelanggar, sedangkan pada Perda Mandailing Natal

Page 64: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

53

disebutkan bilangan nominal denda sanksi atau hukuman kurungan penjara yang

diterima oleh pelanggar aturan Perda tersebut, dan bab penutupnya terdapat dalam

Pasal 15 dalam bab lima (Ketentuan Pidana dan Penyidik). Dengan demikian,

Perda Mandiling Natal dinilai lebih layak/ lebih sesuai dengan perspektif legal

drafting (susunan peraturan Perundang-undangan).

F. Partai Pengusung Perda

Hasil dua kali pemilihan umum 1999-2004 yang berlangsung di

Kabupaten Bulukumba, masih memperlihatkan eksistensi kekuatan polotik lama.

Dari tiga besar partai pemenang pemilu 1999-2004, Partai Golkar merupakan

kekuatan terbesar di Bulukumba. Kemudian disusul Partai Persatuan

pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Hanya saja pada pemilu

2004, posisi PAN tergantikan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Sebagai catatan, kekuasaan Golkar hanya dapat disaingi oleh beberapa

partai yang mengandalkan basis massanya dikalangan masyarakat khususnya

umat Islam, yang kebetulan direpresentasikan oleh PPP, PAN dan PKS.

Keberhasilan PKS menjadi tiga besar partai pemenang pemilu 2004, tidak terlepas

dari kemampuan partai mengandalkan perolehan suara dari masyarakat perkotaan

yang sejak 2002 mengalami peningkatan. Sedangkan partai Golkar,

keberhasilannya menempatkan diri sebagai pemenang dalam percaturan politik di

Kabupaten Bulukumba, tidak terlepas dari perhatian dan kemampuan mereka

meraup suara dari kelompok masyarakat Bulukumba yang sebagian besar latar

belakang pendidikan tidak tamat SD (46,60 %) dan bermata pencaharian di bidang

Page 65: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

54

pertanian, kehutanan, perburuhan, dan perikanan (102.210 orang tahun 2005).22

Sedangkan Kabupaten Mandailing Natal, resmi terbentuk pada tanggal 23

Nopember 1998 berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1998 tanggal 23

Nopember 1998 Tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten

Mandailing Natal.

Selanjutnya Kabupaten Mandailing Natal diresmikan oleh Menteri Dalam

Negeri Syarwan Hamid pada tanggal 9 Maret 1999 di Kantor Gubernur Sumatera

Utara Medan dan pejabat Bupati Mandailing Natal pada masa itu adalah H. Amru

Daulay, SH yang diusung oleh Partai Demokrat,23

dan Drs Hasim Nasution,

selaku wakit bupati Madina yang diusung oleh Partai golkar. Selain dua partai

tersebut, ada pula partai-partai yang mecalonkan angggotanya untuk menjadi

bupati Madina. Diantaranya adalah Partai Partai Amanat Nasional (PAN), Partai

Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).24

Sedangkan peresmian gedung

sementara kantor pemerintahan Mandailing Natal di Panyabungan dilakukan oleh

Gubernur Sumatera Utara, Alm. Tengku Rizal Nurdin, pada tanggal 11 Maret

1999, di komplek bekas perkantoran Proyek Pembangunan Irigasi Batang Gadis

di daerah Dalan Lidang Kecamatan Panyabungan yang kemudian dioperasikan

22

Anwar Razak, dkk, Menilai Tanggung Jawab Sosial Peraturan Daerah Studi Kasus,

Provinsi DKI Jakarta, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sumatra Barat. (Pusataka Study

Hukum Dan kebijakan Indonesia (PSHK) 2009), h. 74. 23

Amrun Daulay adalah politisi Partai Demokrat kelahiran Sibolga, Sumatera Utara pada

20 Juli 1946. Ia terpilih menjadi anggota DPR dari Dapil II Sumatera Utara yang meliputi Kab.

Labuhan Batu, Kab. Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kab. Mandailing Natal, Kab.

Nias, Kab. Nias Selatan, Kota Sibolga, Kab. Tapanuli Tengah, Kab. Tapanuli Utara, Kab.

Humbang Hasundutan, Kab. Toba Samosir, Kab. Samosir, Kab. Padang Lawas Utara, Kab.

Padang Lawas. Diakses pada tanggal 7 Januari 2015 dari

http://profil.merdeka.com/indonesia/a/amrun-daulay/ 24

Diakses pada tanggal 7 April 2015 dari

https://litsuscaleg2014.wordpress.com/category/sumatra-utara/serdang-bedagai/

Page 66: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

55

sebagai komplek perkantoran pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal dan

sekarang lebih dikenal dengan komplek perkantoran Bupati lama.

Istilah Mandailing Natal sendiri pada mulanya sudah dikenal sejak tahun

1365 berdasarkan karya sejarah Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu

Prapanca. Kemudian setelah Kabupaten Mandailing Natal resmi terbentuk, istilah

tersebut disosialisasikan oleh H. Amru Daulay, SH., selaku Pejabat Bupati

Mandailing Natal berdasarkan Surat Keputusan Nomor 100/253.TU/1999 yang

menyebutkan bahwa akronim nama Kabupaten Mandailing Natal adalah

Kabupaten Madina yang Madani.

Selanjutnya pada tahun 2000 Pejabat Bupati Mandailing Natal H. Amru

Daulay, SH, diangkat menjadi Bupati Mandailing Natal defenitip untuk periode

tahun 2000 sampai dengan tahun 2005. Melalui pemilihan Kepala Daerah

(PILKADA) secara langsung pada tahun 2005, bapak H. Amru Daulay, SH

kembali terpilih untuk memimpin pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal

untuk periode yang kedua sampai dengan tahun 2010.25

Meski baru berusia sebelas tahun Kabupaten Mandailing Natal dipimpin

Bupati H Amru Daulay,SH bersama Wakil Bupati Drs Hasim Nasution, dalam

gerak langkahnya tidak kalah dengan Kabupaten lainnya yang sudah cukup

dewasa, termasuk Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai induknya.

Daerah ini sudah banyak membawa perubahan ke arah kemajuan termasuk

pertumbuhan ekonominya yang semakin menggeliat. Berkat tekad dan tangan

25

https://salambue.wordpress.com/sejarah-terbentuk-kab-madina/, diakses pada tanggal 1

Februari 2015.

Page 67: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

56

dingin Bupati Amru Daulay, SH mencurahkan seluruh tenaga, pikiran dan

kreativitasnya untuk membangun dan menjadikan Madina sebagai kabupaten yang

diperhitungkan di Sumatra utara.

Amru Daulay selaku bupati pertama dan memimpin Madina dua priode

sudah banyak berbuat dan membangun kabupaten itu dengan luar biasa dan sangat

membanggakan. Pembangunan komplek perkantoran di perbukitan Payaloting

Panyabungan adalah awal keberhasilan dan kebangkitan pembangunan di

Madina.26

G. Respon Masyarakat Terhadap Perda.

Kabupaten Bulukumba terdapat empat jenis Perda berbasis syariah yang

mencangkup keharusan berbusana Muslim, pengelolaan ZIS (zakat, infak dan

sedekah), larangan peredaran minuman keras dan keharusan dapat membaca Al-

Quran. Karena mayoritas masyarakat mengetahui seluruh Perda yang ada,

tampaknya proses sosialisasi pelaksanaan Perda cukup intensif, bahkan untuk

Perda tentang keharusan mampu membaca Al-Quran bagi pasangan pengantin

baru sebelum keduanya melangsungkan pernikahan, di anggap popular karena

ramai dibincangkan masyarakat. Hal ini terkait dengan praktik bahwa pasangan

pengantin yang tidak mampu membaca Al-Quran dapat ditunda dan bahkan tidak

dapat dinikahkan.27

Perda ini mendapat respon yang cepat dari masyarakat saat

disosialisasikan apalagi jumlah penduduk Bulukumba 99% beragama Islam.

26

http://apakabarsidimpuan.com/2010/03/amru-daulay-dan-madina/, diakses pada tanggal

24 Januari 2015. 27

Sukron Kamil dan Chaider S. Bamualim, Syariah Islam dan HAM Dampak Perda

Syariah Terhadap Kebebasan Sipil, Hak-hak Perempuan, dan No-Muslim.(CSRC UIN Jakarta

2007),h. 116.

Page 68: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

57

Sehingga implementasi Perda dapat dengan cepat dirasakan manfaatnya oleh

masyarakat Bulukumba. Dampaknya pun dapat terukur, misalnya saja, kalangan

masyarakat yang beragama Islam menjadi sadar terhadap perlunya mematuhi

Perda apalagi aturan-aturan yang bersumber pada agama. Selain itu, simbol-

simbol keagaman menjadi semangkin marak di mana masyarakat secara individu

maupun kolektif menggunakan simbol-simbol tersebut.28

Para responden menilai,

sistem pemerintahan otonomi tidak menjadi halangan untuk pelaksanaan syariat

Islam bagi penganutnya di Sulawesi Selatan (Bulukumba).29

Hanya saja, penulis tidak dapat menyajikan respon masyarakat Kabupaten

Mandailing Natal terhadap Perda No 5 Tahun 2003, karena keterbatasan data dan

referensi yang penulis alami. Harus diakui bahwa penulis sama sekali tidak

menemukan keterangan yang membahas respon masyarakat Mandailing Natal

terhadap pemberlakuan Perda tentang kewajiban memiliki kemampuan baca tulis

Al-Quran bagi siswa yang ingin melangsungkan pendidikannya dan calon

pengantin yang ingin melangsungkan pernikahannya.

28

Ibid, h. 74. 29

A. Rahmat Rosadi dan M Rais Ahmad, Formalisasi Syariat Islam Dalam Persfektif

Tata Hukum Indonesia, (Ghalia Indonesia 2006), h. 37.

Page 69: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

58

BAB IV

ANALISIS PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERDA

BULUKUMBA DAN PERDA MANDAILING NATAL

Pada bab ini, penulis mencoba memaparkan tentang: Analisis hukum

Islam dan HAM terhadap Perda-perda Tersebut. Terdiri dari: tinjauan hukum

Islam terhadap Perda dan tinjauan HAM terhadap Perda.

A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perda

Islam adalah agama yang sempurna diturunkan. Sehingga dari hal yang

terkecil sampai yang terbesarpun dijelaskan dalam ajarannya baik dalam segi

„ubudiah, mu‟amalah maupun munakahah. Dalam masalah munakahah, Indonesia

memiliki kitab rujukan selain UU perkawinan No 1 Tahun 1974, yaitu KHI

(Kompilasi Hukum Islam) yang diperuntukan hanya untuk masyarakat yang

beragama Islam ketika menghadapi masalah dalam bidang

munakahah/pernikahan.

Disamping itu, Islam merupakan sebuah agama yang selalu menjunjung

tinggi kebebasan, dengan batasan pada ajaran syariatnya. Oleh karenanya tidak

ada paksaan untuk memeluk agama ini1, sesuai dengan Pasal 22 No 39 Tahun

1999 tentang Hak Atas Kebebasan Pribadi.2 Namun, ketika seseorang telah

masuk kedalam agama Islam, (mukalaf) maka orang tersebut mau tidak mau harus

mengikuti ajaran agama tersebut (taklif). Walaupun Islam menghormati

1 Pasal 28 UUD, bahwa setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut

agamanya. 2 UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM, (Sinar Grafika, Jakarta, 2000), h. 10.

Page 70: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

59

kebebasan, namun ada batasan-batasan yang sudah diatur dalam ajaran agama ini.

Seperti pembatasan-pembatasan yang terdapat dalam masalah perkawinan.

Kompilasi Hukum Islam yang disingkat KHI menjelaskan semua hal-hal yang

membahas tentang pernikahan, perwakafan dan kewarisan.

Walaupun perkawinan memiliki rukun dan syarat yang harus dipenuhi,

namun pada pokoknya rukun perkawinan yang disepakati oleh ulama fikih adalah

“ijab” dan “qobul”. Implementasi dari ijab dan qobul ini, akan melahirkan

hubungan-hubungan hukum antara kedua belah pihak. Pengucapannya merupakan

simbol dan bukti persetujuan secara lahir oleh kedua belah pihak sebagai tanda

kerelaan mereka secara bathin. Karena itu, ia harus diucapkan dengan bahasa yang

mudah dimengerti. Oleh karena itu dengan alasan tertentu, ijab qobul boleh

berupa tulisan atau isyarat. Lafaz ijab qobul yang disepaki oleh ulama fikih adalah

an-nikah atau at-tazwij (pernikahan atau perkawinan).3

Selain ijab dan qobul, mayoritas ulama menetapkan bahwa adanya calon

suami, calon istri dan wali sebagai rukun perkawinan.4Namun, para ulama

berbeda pendapat tentang penentuan rukun dan syarat nikah. Menurut Hanafiyah,

rukun nikah hanya terdiri dari ijab dan qobul saja. Menurut Syafi’iyah syarat

perkawinan itu terdiri dari calon mempelai laki, calon mempelai perempuan,

seorang wali, dua orang saksi dan ijab qobul. Sedang menurut Malikiyah,

berpendapat bahwa yang termasuk rukun nikah adalah wali, mahar suami istri dan

3 Yaswirman, Hukum Keluarga Karakteristik dan prospek Doktrin Islam dan Adat Dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, (Rajawali Pers, Jakarta, 2011), h. 190. 4 Yaswirman, Hukum Keluarga Karakteristik dan prospek Doktrin Islam dan Adat Dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 91.

Page 71: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

60

shighat ijab qobul.5Malikiyah tidak menempatkan saksi sebagai rukun, sedangkan

Syafi’iyah menjadikan dua orang saksi sebagai rukun.6

Sementara yang dipakai oleh penduduk Indonesia yang mayoritas

bermazhab Syafi’i, rukun perkawinannya ada lima macam, yaitu: 1) calon

mempelai laki-laki, 2) calon mempelai perempuan, 3)dua orang saksi, 4) wali dan

5) ijab qobul7. Rukun adalah sesuatu yang ada dalam hakekat dan merupakan

bagian atau unsur yang mensyahkan suatu perbuatan. Sedangkan syarat adalah

sesuatu yang berada diluar hakikat dan tidak termasuk unsur dari suatu perbuatan.

Sebagai catatan, bahwa permasalah mahar menurut sebagian ulama adalah

sesuatu yang harus ada dalam setiap pernikahan, tetapi tidak termasuk ke dalam

rukun. Karena mahar tersebut, tidak mesti disebut dalam akad perkawinan dan

tidak mesti diserahkan pada waktu akad itu berlangsung. Dengan demikian,

mahar itu termasuk kedalam syarat perkawinan.8

Keterangan rukun dan syarat perkawinan ini adalah mutlak adanya dalam

KHI (kompilasi hukum Islam) pada bab IV pasal 14 tentang rukun dan syarat

perkawinan yang didasarkan kepada Al-Quran dan Hadist. Jika dikaitkan dengan

kedua Perda (Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Mandailing Natal), yang

sama-sama mewajibkan pandai baca tulis Al-Quran bagi siswa dan calon

pengantin yang ingin melangsungkan pernikahannya, maka tidak ada keterangan

5 Yayan Sopian, Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dan hukum

Nasional, (Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat 2011), h. 125. 6 Kamarusdiana dan Jaenal aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (UIN Jakarta Press,

2007), h.3. 7 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, (Elsas Jakarta

2008), h 14. 8 Amir syarifudiin, Hukum Perkawinan Islam Di indonsia Antara Fiqih Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, (Kencana Jakarta 2006), h. 23.

Page 72: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

61

dalam KHI maupun ajaran agama Islam yang menjelaskan bahwa pandai baca

tulis Al-Quran bagi calon mempelai baik laki-laki maupun calon mempelai

perempuan wajib memiliki kepandaian baca tulis Al-Quran.

Secara tidak langsung, penjelasan menurut Perda tersebut, bahwa

seseorang yang ingin menikah, namun tidak pandai baca tulis Al-Quran, maka

pernikahannya di tangguhkan bahkan dapat dibatalkan. Hal ini tentu bertentangan

karena menikah merupakan ibadah yang dapat menyempurnakan agama seorang

Muslim dan dapat menghadap Allah dengan kondisi yang paling baik dan suci.

Sesuai dengan sabda Rasulullah “Siapa yang diberi karunia Allah berupa istri

yang sholehah, sungguh dia telah menolongnya untuk (menyempurnakan)

sebagian agamanya. Maka hendaklah bertaqwa kepada Allah pada sebagian yang

lain (HR Thabrani dan Hakim dengan sanad yang shoheh)9.

Menanggapi fenomena ini, hukum Islam sangatlah fleksibel, karena tidak

hanya membatasi masalah tersebut pada hakekat rukun dan syarat pernikahan

saja. Namun, ada sebuah pemikiran ulama mazhab tentang konsep “Maslahah

Mursalah” yang diijtihadkan oleh Imam Malik. Maslahah mursalah secara bahasa

tersusun dari dua kata “maslahah” dan mursalah”. Maslahah berasal dari kata

sholaha yasluhu mashalatanyang artinya sesuatu yang mendatangkan kebaikan.

Sedangkan mursalah berasal dari kata arsala yursilu mursalan yang artinya

diutus, dikirim atau digunakan. Jadi, penggabungan dari kedua kata tersebut

(maslahatil mursalah) yaitu prinsip kemaslahatan (kebaikan) yang dipergunakan

untuk menetapkan suatu hukum Islam, juga dapat dikatakan suatu perbuatan yang

9 Sayyid sabiq, Fiqih Sunnah, (Cakrawala Jakarta 2011), h. 50.

Page 73: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

62

mengandung nilai kebaikan (manfaat).10

Imam Al Ghazali mendefinisikan maslahah mursalah yaitu sesuatu yang

mendatangkan manfaat (kemaslahatan) dan menjauhkan mudharat (kerusakan).

Namun hakekat dari kemaslahatan adalah memelihara tujuan syara’ (dalam

menetapkan hukum)11

yaitu maqosidu as syariah. Tujuan umum dari

pemberlakuan hukum syariat adalah untuk merealisasikan kemaslahatan hidup

manusia dengan mendatangkan manfaah (kebaikan) dan menghindari mudharat

(kejelekan). Kemaslahatan yang hakiki berorientasi kepada terpeliharanya lima

perkara, yaitu agama, jiwa, harta, akal dan keturunan.12

Dengan demikian, Perda-Perda yang mewajibkan pandai baca tulis Al-

Quran bagi setiap siswa/murid dan calon pengantin sebelum melangsungkan

pernikahannya, menurut penulis, memiliki legalitas atau legitimasi dengan tujuan

yang benar-benar untuk kemasahatan (dalam hal ini adalah termasuk dalam

kemaslahatan memelihara agama dan keturunan) sebagaimana dengan penjelasan

diatas. Penting dicatat, bahwa maslahah mursalahyang diterapkan harus

memenuhi persyaratannya. Para ulama terdahulu seperti As-Syatibi telah

memberikan persyaratan penggunaaan maslahah mursalah. Persyaratan-

persyaratan tesebut dipertegas oleh Abd Wahab Khalaff yaitu:

1. Maslahah mursalah tidak boleh bertentangan dengan maqosidu as-

syariah, dalil-dalil kulli, semangat ajaran Islam dan dalil-dalil juz‟i yang

qothi‟ wurud dan dilalahnya

10

Ahmad Mukri Aji, Urgensi Maslahat Mursalah Dalam Diaglektika Pemikiran Hukum

Islam, (Pena Ilahi Bogor 2012), h. 23. 11

Amir Syarifudin, Ushul Fiqh, (Prenada Media Group Jakarta 2009), h. 322. 12

Saifuddin Sidiq, Ushul Fiqh, (Prenada Media Group, Jakarta 2011), h . 15.

Page 74: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

63

2. Kemaslahatan tersebut harus menyakinkan dalam arti harus ada

pembahasan dan penelitian yang rasional dan mendalam sehingga kita

yakin bahwa hal tersebut memberikan manfaat atau menolak

kemudharatan

3. Kemaslahatan tersebut bersifat umum

4. Pelaksanaannya tidak menimbulkan kesulitan yang tidak wajar.13

Oleh karena itu tidaklah main-main ketika umat Islam mencita-citakan

tegaknya masyarakat Negara yang adil dan terampuni, keyakinan perlunya

persiapan hukum bersandarkan syariat (Al-Quran dan Hadits) menjadi bagian

yang vital idiologis masyarakat Islam yang bergantung kepada pemahaman umat

Islam terhadap ajaran Islam dan stuktur Negara modern.14

Agar tercipta keharmonisan dalam hubungan antar umat dalam suatu

daerah, para ulama mengadakan penelitian terhadap sejumlah aturan yang ada

yang kemudian dikembalikan kepada Al-Quran dan Hadits yang akhirnya

melahirkan kaidah: “al-ashlu fi al-„alaqah al-salm” hukum asal dalam hubungan

(sosialisasi) itu adalah kedamaian15

.

Dengan demikian, ketika menerapkan suatu konsep maslahah mursalah,

penegak hukum (dalam hal ini adalah Bupati Bulukumba dan Mandailing Natal)

harus memperhatikan syarat-syarat tersebut, agar Perda tersebut mempunyai

landasan yang kokoh menurut teori Hukum Islam.

13

Ahmad Dzajuli, Ilmu fiqih Penggalian, perkembangan, dan Penerapan Hukum Islam,

Kencana Jakarta 2006. 14

Jawahir Thontowi, Islam, Politik, dan Hukum Esai-Esai Ilmiah Untuk Pembaruan.

(Madya Press Yogyakarta 2002), h. 17. 15

A Djazuli, Fiqih Siyasah Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam Rambu-Rambu

Syariah. (Kencana Bogor 2003), h. 18.

Page 75: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

64

Dengan penjelasan diatas, Perda yang mewajibkan masyarakatnya pandai

baca tulis Al-Quran sebagai ketentuan kenaikan kelas (bagi siswa) dan

melangsungkan pernikahan (bagi calon pengantin), dipandang bersifat legalitas

dengan tujuan agar terciptanya kemaslahatan yang baik bagi yang

menjalankannya. Bagi siswa yang ingin naik kelas, agar lebih bisa mendalami

ajaran Islam terutama tentang baca tulis Al-Quran dan bagi calon pengantin, agar

menjadi keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah dengan bekal pandai baca

tulis Al-Quran yang dimilikinya sebelum pernikahan.

B. Tinjauan HAM Terhadap Perda

Dalam ajaran Islam, bentuk perlindungan terhadap hak asasi manusia

berdasar kepada tujuan diturunkannya syariat Islam, yaitu untuk melindungi dan

memelihara kepentingan hidup manusia baik materiil maupun spiritual, individual

maupun sosial.16

Oleh karenanya, terdapat dua kewajiban yang diperintahkan

kepada umat manusia dibawah petunjuk ilahi, yaitu: Huququllah (hak-hak Allah)

yaitu: kewajiban manusia terhadap Allah dan Huququl „ibad (hak-hak manusia)

merupakan kewajiban-kewajiban manusia terhadap sesamanya dan terhadap

makhluk Allah lainnya.

Dari konsep ajaran ini, lahirnya HAM (Hak Asasi Manusia). Ada dua

macam HAM jika dilihat dari kategori Huququl „Ibad. Pertama, HAM yang

keberadaannya dapat diselenggarakan oleh suatu Negara (Islam). Kedua adalah

HAM yang keberadaannya tidak secara langsung dapat dilaksanakan oleh suatu

16

Ridwan HR. Fiqih Politik Gagasan, Harapan dan Kenyataan, (Fh UII press

Yogyakarta 2007), h. 31.

Page 76: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

65

Negara. Hak-hak yang pertama dapat disebut sebagai hak-hak legal, sedangkan

hak-hak yang kedua disebut dengan hak-hak moral.17

Jenis HAM yang kedua

inilah yang tanpa disadari sering dilanggar oleh orang kebanyakan.

Abdullah Ahmad An-Naim18

menyatakan lebih jauh, bahwa Negara tidak

dapat memaksakan penerapan syariat Islam bagi warganya, tetapi justru harus

memberi jaminan perlindungan terhadap warganya yang beragama Islam untuk

melaksanakan perintah-perintah ajaran Islam sesuai dengan keyakinan dan

pandangan keagamaan yang mereka pilih secara sukarela, dan bukannya sebagai

kewajiban keagamaan yang diintruksikan oleh Negara.

Apabila dipaksakan, jelas akan berbenturan dengan tiga aspek HAM,

yaitu: Kebebasa Individual Muslim, Ancaman Terhadap Hak Perempuan19

, dan

Hak Kelompok MinoritasNon Muslim. Ia berpendapat bahwa penerapan formal

syariah di era modern sesungguhnya tidak selaras dengan tata hubungan

internasional dan prinsip-prinsip HAM, khususnya atas tiga hal:

a. Kebebasan Individual Muslim

Salah satu aspek utama yang tampak dalam penerapan format syariat Islam

melalui Perda adalah upaya perangkat negara memperkecil hak individual Muslim

untuk memiliki pandangan dan tafsiran sendiri mengenai suatu ajaran keagamaan.

17

Syeikh Saukat Husain, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Gema insani Jakarta 1996),

h. 55. 18

Professor Olof Palme pada university of ushala (1991-1992). Direktur ekskutif Afrika

Watch , Washington D.C (juli 1993). Lahir di Sudan, belajar hukum di Khartoum, Cambridge

(Inggris), dan Edinburg (Ph. D 1976), banyak sekali menulis tentang topik yang berkaitan dengan

status, aplikasi dan pembaharuan internal hukum islam. Karya Utamanya Toward In Islamic

Reformation.

Abdullah Ahmad An Naim dan Mohammed Arkoun, Dekontruksi Syariah II Kritik Konsep

Penjelajahan Lain. (printing Cemerlang 2009), h. 80. 19

Mawlana Abul A’la Mawdudi, HAM dalam Islam Konvensi Tentang Penghapusan

Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Kaum Wanita, (Sinar Grafika Offiset, 1995), h. 45.

Page 77: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

66

Perda-perda yang berbasis syariah dianggap merupakan rujukan dalam

menentukan satu-satunya model standar pelaksanaan praktek keagamaan yang

dapat diterima dan dipandang sah secara hukum di sebuah daerah. Ketika Perda

macam ini diberlakukan oleh penguasa ekskutif daerah, tak heran seluruh

masyarakat daerah bersangkutan diminta secara sukarela maupun terpaksa untuk

menyesuaikan diri dan mematuhi sepenuhnya ketentuan perintah dari Perda itu.

Menurut Ifdhal Kasim, kenyataan seperti ini jelas-jelas telah membatasi

hak individual muslim yang dilindungi oleh konstitusi RI bahwa setiap orang

bebas memeluk Agama dan beribadah menurut agamanya (Pasal 28E:1) dan

setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran

dan sikap sesuai dengan hati nuraninya (Pasal 28E:2).20

b. Ancaman Terhadap Hak Perempuan21

Moeslim Abdurrahman pernah menyatakan bahwa korban pertama sebagai

akibat penerapan format syariah Islam adalah perempuan. Jika

mempertimbangkan fakta bahwa beberapa Perda berbasis syariah yang diterapkan

oleh sebagian Kabupaten/Kota di Indonesia, secara nyata telah menghambat hak

perempuan. Seperti hak untuk bergerak dan kesempatan untuk mengakses sesuatu

mencakup perjalanan di waktu malam, kunjungan ke suatu tempat, penggunaan

busana tertentu sampai akses ke masalah posisi jabatan tertentu.

20

Ifdhal Kasim, Hak Sipil Dan Politik esau-Esai Pilihan. Buku 1. Lembaga study dan

advokat masyrakat (ELSAM), Jakarta 2001, diakses pada tanggal 4 Januari 2015 dari

http://www.hiburdunia.com/2012/01/arti-dan-sejarah-bulukumba.html.

21 Konvensi tentang penghapusan segala bentuk dikriminasi terhadap kaum wanita, 1979

yang disahkan oleh Majlis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Desember 1979).

Maulana Abdul A’la Maududi, Hak- Hak Manusia Dalam Islam, (Sinar Grafika Offiset, 1995), h.

15.

Page 78: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

67

Perda-perda itu dirumuskan secara umum tanpa mencantumkan secara

tegas jenis kelamin perempuan, tetapi secara praktisnya mengancam terhadap hak

perempuan. Contohnya Perda Tangerang N0 8/2005 tentang pelarangan

pelacuran, “Setiap orang yang sikap dan prilakunya mencurigakan, sehingga

menimbulkan anggapan bahwa ia/mereka pelacur dilarang berada di jalan-jalan

umum, di lapangan, di rumah penginapan, losmen, hotel, asrama, rumah,

kontrakan, warung kopi, tempat hiburan, gedung tempat tontonan, di sudut-sudut

jalan atau lorong tempat lain di daerah”.

Satu hal yang menjadi akibat buruk dari diberlakukannya perda-perda

bernuansa syariat Islam, pada umumnya perempuan yang menjadi sasaran

sekaligus korban. Hal itu, dinilai wajar karena Perda-perda tersebut obyeknya

lebih mengarah pada perempuan. Seperti keharusan perempuan memakai jilbab,

pemberlakuan jam malam, dan lain-lain.

Sementara itu, menurut Rumadi (intelektual muda NU yang juga aktivis

Wahid Institute) mengkategorikan kecenderungan sejumlah perda syariat Islam

pada tiga kelompok. Kecenderungan pertama, adalah bersifat mengatur isu-isu

moral yang secara umum tidak terkait dengan agama, misalkan tentang kesusilaan

atau pelacuran. Kecenderungan kedua, berkarakter mengatur tentang

“keterampilan” beragama seseorang muslim. Contohnya Perda di Bulukumba

(Sulawesi Selatan) ada perda yang mengatur keharusan seorang bisa baca tulis al-

Qur’an dengan baik dan benar. Sedangkan kecenderungan berikutnya adalah

perda yang mengatur tentang fashion atau cara berpakaian seseorang.

Page 79: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

68

Perda tersebut bermaksud mengarahkan masyarakat untuk berpakaian

dengan model tertentu, pakaian khas seorang “muslim”. Sehingga pernah terjadi

di Bulukumba juga, ada cerita seorang biarawati yang diundang oleh kepala desa.

Karena tidak ingin bermasalah, si biarawati ini menyesuaikan pakaiannya dengan

menggunakan jilbab.22

Walaupun bunyi pasal diatas tidak menyebutkan satu katapun mengenai

perempuan, dengan mudah ditemukan bahwa kandungan pengertian pasal

tersebut, nyatanya berdampak pada pembatasan hak perempuan untuk melakukan

aktivitas di malam hari.

c. Hak Kelompok Minoritas23

Non Muslim

Salah satu pendorong Perda berbasis syariah yang berlaku di beberapa

Kabupaten/Kota adalah tingkat populasi di daerah tersebut yang mayoritas

beragama Islam. Hal ini mengandung makna bahwa berhubung Muslim adalah

mayoritas penduduk, maka kepentingan ekslusif mereka mendapat prioritas utama

ketimbang kelompok minoritas non-Muslim yang juga berdiam di daerah tersebut.

Pendapat ini lebih jauh menyatakan bahwa kelompok mayoritas keagamaan boleh

memasukan pandangan-pandangan keagamaannya ke dalam regulasi negara dan

memberlakukannya untuk seluruh warga setempat. Hal ini dapat membawa akibat

negatif bagi jaminan-jaminan hak-hak kelompok minoritas keagamaan yang ada

22

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CCYQ

FjAC&url=http%3A%2F%2Fwww.nu.or.id%2Fa%2Cpublic-m%2Cdinamic-s%2Cpdf-ids%2C1-

id%2C5142-lang%2Cid-diakses pada tanggal 7 april 2015. 23

“Semua ras manusia adalah sama di muka hukum. Tidak boleh seorangpun

diperlakukan berbeda karena warna kulit, darah, bahasa, agama, atau sebab-sebab lain”.

Rafsanjani, Keadilan Sosial Pandangan Islam Tentang HAM Hegemoni Barat dan Solusi Dunia

Modern. (Yayasan Nusantara Cendikia, 2001), h. 33.

Page 80: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

69

dalam daerah tersebut.24

Salah satu bentuk HAM dalam Al Quran dan Sunnah adalah hak untuk

menikah dan berumah tanggga. Hak ini ditandai dengan kebebasan melakukan

perkawinan. Setiap orang berhak memilih pasangan yang cocok dengan nya untuk

membangun rumah tangga. Dengan perkawinan itu seseorang dapat melanjutkan

keturunannnya sehingga manusia akan berkembang biak dan bertambah banyak.

Mengenai kebebasan untuk menikah ini, ketentuan Agama Islam sedikit berbeda

dengan ketentuan yang tercantum dalam Universal Declaration Of Human

Rights(Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia). Perbedaan agama yang

dipandang tidak menjadi halangan perkawinan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-

Bangsa) itu, justru dalam Islam menjadi salah satu hal yang bisa menjadi

penghalang dilangsungkannya suatu perkawinan.25

Mengutip pendapat Denny Indrayana (kompleksitas Peraturan, hlm 6),

bahwa beberapa Perda berbasis syariah secara sengaja telah dibuat sedemikian

rupa agar dapat disahkan oleh DPRD dan terhindar dari kemungkinan pembatalan

oleh Departemen Dalam Negeri melalui proses eksekutif rivew (peninjauan

ulang). Rujukan yang sering digunakan adalah UU No 22/1999/dan UU No

32/2004 (Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah). Sebuah Undang-undang

yang memberi kewenangan mengatur pengelolaan daerah secara otonom dalam

beberapa sektor tertentu.

Pengujian terhadap peraturan kebijakan tersebut, tentu saja dilakukan

24

Arskal Salim, “Perda Berbasis Syariah dan perlindungan Konstitusional Penegakan

HAM,” Jurnal Perempuan 60 (2008), h. 23. 25

Ahmad Chaeruddin, “Hak Asasi Manusia Dalam Islam dan Per-UU_an Indonesia”, Jurnal

Ahkam FSH,(1999), h. 55.

Page 81: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

70

dalam rangka pengawasan kekuasaan yudisial terhadap kekuasaan pemerintah

yang besifat bebas. Dengan kata lain, lembaga peradilan (kekuasaan yudisial)

memiliki kewenangan untuk menilai dan menguji kebijakan yang digariskan oleh

pemerintah atau pejabat administrasi negara. Pengujian tersebut, mutlak dilakukan

demi pencegahan kemungkinan penyalahgunaan kewenangan untuk memenuhi

tuntutan perkembangan zaman yang semangkin memberikan perhatian dan

perlindungan yang mengikat terhadap hak-hak asasi manusia.26

Dengan demikian, walaupun urusan keagamaan bukanlah kewenangan

daerah, Perda-Perda berbasis syariat dianggap absah karena merupakan peraturan

lokal yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah sosial dan memelihara

ketertiban publik disuatu wilayah Pemerintahan Daerah. Perda-Perda tersebut

berusaha agar penampilannya tidak terlihat mencantumkan sedikitpun persoalan

pelaksanaan syariat bagi Umat Islam, melainkan masalah sosial kemasyarakatan.

Dengan cara seperti ini, Perda-Perda itu dapat terhindar dari benturan dengan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi diatasnya, padahal fakta

dilapangan menunjukan bahwa Perda-Perda itu secara materiel bertentangan

dengan hak-hak asasi manusia yang telah ditetapkan secara tegas oleh konstitusi

RI.27

Walaupun Perda-perda berbasis syariah ini dapat diloloskan dengan

pertimbangan sama dengan pembentukan Perda pada umumnya yang didasarkan

atas otonomi daerah, namun, permasalahan tentang keagamaan belum diturunkan

26

Hotma P. Sibuea, Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan, Asas Hukum

Pemerintahan Yang Baik, (Erlangga, ciracas, Jakarta, 2010), h. 146. 27

Arskal Salim, “Perda Berbasis Syariah dan Perlindungan Konstitusional Penegakan

HAM,” Jurnal perempuan 60, (2008), h. 16.

Page 82: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

71

oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, dengan kata lain, urusan

keagamaan adalah wewenang Pemerintah Pusat. Begitu juga, keagamaan adalah

sebuah hak pribadi, hak privat yang dimiliki oleh seseorang. Sebagaimana

penjelasan pada UU 1945 Pasal 29 ayat 2 tentang agama. (“Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan

untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu”). Penjelasan dari

Pasal 29 ayat 2 tersebut adalah bahwa setiap warga negara memiliki agama dan

kepercayaanya sendiri tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun. Tidak ada

yang bisa melarang orang untuk memilih agama yang diyakininya. Setiap agama

memiliki cara dan proses ibadah yang bermacam-macam, oleh karena itu setiap

warga negara tidak boleh untuk melarang orang beribadah. Supaya tidak banyak

konflik-konflik yang muncul di Indonesia28

.

Penjelasan diatas ketika dikaitkan dengan kedua Perda (Perda Bulukumba dan

Perda Mandailing Natal), ternyata menimbulkan sebuah diskriminasi terhadap

masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Dengan secara tidak langsung kedua

Perda tersebut menjelaskan bahwa seseorang yang tidak dapat baca tulis Al-

Quran, maka tidak dapat melangsungkan pernikahannya. Dengan arti yang sama

bahwa seseorang tersebut tidak memenuhi syarat-syarat perundang-undangan

ketika ingin melangsungkan pernikahannya. Oleh sebab itu pencegahan atau

pembatalan perkawinan dalam Perda ini sangatlah mungkin adanya.

Pencegahan perkawinan itu sesuai dengan keterangan yang terdapat dalam

KHI Pasal 60 ayat 2 “Pencegahan perkawinan dapat dapat dilakukan bila calon

28

http://budhivensius.blogspot.com/2013/10/penjelasan-dari-isi-uud-1945-pasal-29.html,

diakses pada tanggal 7 April 2015.

Page 83: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

72

suami atau calon istri yang akan melangsungkan pernikahan tidak memenuhi

syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan menurut hukum Islam dan

peraturan perundang-undangan”. Sedangkan Tujuan pencegahan ini adalah agar

terhindar dari perkawinan yang terlarang.29

Berkenaan dengan penjelasan dari hukum Islam dan HAM diatas, ternyata

tidak sedikitpun dari kedua penjelasan tersebut, yang mencantumkan pandai baca

tulis Al-Quran sebagai syarat atau rukun untuk sebuah pernikahan.

29

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fiqih UU No 1/1974 Sampai KHI, (Kencana, Jakarta,

2006), h. 97.

Page 84: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

73

BAB V

PENUTUP

Bab V ini merupakan bab penutup dari rangkaian bab-bab sebelumnya.

Penulis mencoba menyajikan kesimpulan dari apa yang telah penulis kumpulkan

baik dari data-data atau keterangan-keterangan yang mencakup isi dalam

penulisan skripsi ini. Selain itu penulis juga ingin memberi saran sebagai

himbauan, harapan dan pertimbangan kepada setiap Kepala Daerah khususnya,

dan seluruh masyarakat pada umumnya mengenai kesadaran dan pengetahuan

tentang penerapan Perda yang berbasis syariah

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari seluruh pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab

sebelumnya, pada akhirnya penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Menurut Peraturan Perundang-undangan khususnya Undang-undang

tentang HAM, (Pasal 39 Tahun 1999), kedua Perda tesebut (Perda

Kabupaten Bulukumba No 6 Tahun 2003 dan Perda Kabupaten

Mandailing Natal No 5 Tahun 2003) dipandang tidak sesuai dengan apa

yang menjadi kebebasan seseorang dalam menentukan jalan hidup. Isi

pokok kedua Perda tersebut adalah mewajibkan pandai baca tulis Al-

Quran bagi siswa dan calon pengantin sebagai syarat diberlangsungkannya

sebuah pernikahan. Dengan kata lain, jika salah seorang calon pengantin

tidak memiliki kepandaian dalam membaca dan menulis Al-Quran maka

Page 85: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

74

bisa dikatakan orang tersebut terhambat, bahkan batal dalam

melangsungkan pernikahannya.

2. Menikah adalah hak seseorang dalam menjalani hidupnya demi

kelangsungan keturunannya di masa depan. Dengan adanya Peraturan

Daerah yang mewajibkan pandai baca tulis Al-Quran sebagai syarat

pernikahan, secara otomatis ada hak seseorang yang kelihatannya

dipersulit bahkan dikekang dengan peraturan tersebut. Selain itu, didalam

undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, tidak ada

keterangan atau penjelasan sedikit pun yang menjelaskan bahwa pandai

baca tulis Al-Quran adalah syarat untuk diberlangsungkannya pernikahan.

3. Perda Kabupaten Bulukumba No 6 Tahun 2003 dan Perda Kabupaten

Mandailing Natal No 5 Tahun 2003, sama-sama memiliki peraturan

mewajibkan pandai baca tulis Al-Quran sebagai syarat melangsungkan

pernikahan. Sebagaimana telah diketahui bahwa rukun dalam pernikahan

menurut Agama Islam hanya ada 5, yaitu: 1) calon mempelai laki-laki, 2)

calon mempelai perempuan, 3) dua orang saksi, 4) wali dari mempelai

perempuan, dan 5) ijab qobul. Dengan demikian kedua Perda itu

bertentangan dengan keterangan dalam KHI maupun ajaran agama Islam

yang tidak sedikit pun menjelaskan bahwa pandai baca tulis al-Quran bagi

seseorang baik calon mempelai laki-laki atau calon mempelai perempuan

dalam melangsungkan pernikahannya adalah sebuah kewajiban.

4. Namun demikian, dalam ajaran Islam terdapat sebuah konsep pemikiran

mujtahid-mujtahid terdahulu terutama ijtihadnya Imam Malik. dijadikan

Page 86: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

75

juga sandaran bagi sebagian umat Islam dalam mengambil istinbat dengan

menentukan hukum, yaitu Maslahah Mursalah, Sepanjang tidak

bertentangan pada aturan Maqasid Al-Syari’ah (tujuan-tujuan syari’ah).

Apabila tujuan pembentukan kedua Perda tersebut termasuk mewujudkan

kemaslahatan untuk masyarakat, maka Perda tersebut boleh diberlakukan.

Namun, penerapan konsep maslahah mursalah pun harus memiliki

landasan yang pasti. Karena konsep ini memiliki prasyarat yang harus di

penuhi. Berdasarkan hal ini, hemat penulis, keberadaan kedua Perda

tersebut tidak bermasalah dari segi prosedur dan tujuan yang berdasarkan

kepada kemaslahatan masyarakat. Namun dari sudut pandangan-

pandangan HAM, kedua Perda tersebut dipandang bermasalah oleh

sebagian kalangan.

B. Saran- saran

1. Bagi setiap Kepala Daerah seyogyanya bermusyawarah terlebih dahulu

dengan kaum Agamawan atau orang yang paham masalah agama di daerah

tersebut, mengenai pemikiran/ide sebuah peraturan sebelum perencanaan

pemberlakuannya.Memberikan sosialisasi kepada masyarakat yang

dipimpinnya terlebih mengenai peraturan yang dibuat di daerahnya agar

tidak ada salah paham atau ketidaktahuan masyarakat tentang

pemberlakuan Perda tersebut, yang berujung pada pandangan diskriminasi

oleh masyarakat.

2. Sosialisasi dinilai sangat penting didalam menjalankan sebuah rancangan

peraturan perundang-undangan.Karena dengan adanya sosialisasi

Page 87: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

76

masyarakat dapat menilai baik atau tidaknya peraturan yang dibentuk oleh

Kepala Daerah tersebut. Alhasil Peraturan Daerah tersebut mendapatkan

respon yang positif sekaligus dukungan penuh dari masyarakat sehingga

peraturan tersebut berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Page 88: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

77

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rojali, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilih Kepala Daerah

secara Langsung,Rajagrafindo Persada 2005.

Abu Zahrah, Muhammad, Ushul Fiqih, Pustaka Firdaus dan P3M, Pejatan Barat

1997.

Aji, Ahmad Mukri, Urgensi Maslahat Mursalah Dalam Diaglektika Pemikiran

Hukum Islam, Pena Ilahi Bogor 2012.

Al-Jaziri, Abdurrahman, Al-Fiqhu ‘Ala Al-Mazahibi Al- Arba’ah, Fiqih Emapat

Mazhab, Darul Hadits 2004.

A’la Maududi, Maulana Abdul, Hak- Hak Manusia Dalam Islam, Sinar Grafika

Offiset, 1995.

A’la Mawdudi, Mawlana Abul, HAM dalam Islam Konvensi Tentang Penghapusan

Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Kaum Wanita, Grafindo

Persada1979.

Ali ,Muhamad Daud, Hukum Islam dan Peradilan Agama (Kumpulan Tulisan),

Raja Garfindo Persada 2007.

An Naim, Ahmad dan Mohammed Arkoun, Dekontruksi Syariah II Kritik Konsep

Penjelajahan Lain, printing Cemerlang 2009.

Arifin, Jaenal dan Kamarusdiana, Perbandingan Hukum Perdata, Citra Grafika

Desain, Jakarta 2007.

Chaeruddin, Ahmad, “Hak Asasi Manusia Dalam Islam Dan Per-UU_an

Indonesia”, Jurnal Ahkam FSH, 1998.

Djazuli, Ahmad, Fiqih Siyasah Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam Rambu-

Rambu Syariah, Kencana Bogor 2003.

Fakultas Hukum, Pakar Hukum Ikatan Alumni Universitas Airlangga, Penegakan

Hukum Di Indonesia, Prestasi Pustaka 2006.

Faturusi, Saifuddin, Peran dan Sumbangan Pemuda-Pemuda Bulukumba Dalam

Revolusi kemerdekaan Indonesia, Lembaga Syariah Hankam Jakarta 1967.

Page 89: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

78

Harahap, Basyril Hamid, Madina Yang Madani, pemerintah Kabupaten Madina ,

Panyabungan 2004.

Hasibuan, Adi Sori, Persyaratan Pandai Membaca Al-Quran Bagi Calon

Pengantin Menurut UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM dan KHI

(Analisis Peraturan Daerah Kabupaten Mandailing Natal No 5 Tahun

2003), Skripsi PMH UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 2009.

Hidayat, Surahman, Al-Madkhil li Dirosaty-Syari’aty-Islamiyyati, Pengantar Studi

Syariah Mengenal Syari’ah Islam Lebih Dalam, Robbani Press Jakarta

2008.

Kamil, Syukron dan Chaider S. Bamualim, Syariah Islam dan HAM Dampak

Perda Syariah Terhadap Kebebasan Sipil, Hak-Hak Perempuan, dan No-

Muslim, CSRC Uin Jakarta, 2007.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kasim, Ifdhal, Hak Sipil dan Politik Esai-Esai Pilihan. Buku 1. Lembaga study

dan advokat masyrakat (ELSAM), (Jakarta 2001). Diakses 4 Januari 2015

dari http://www.hiburdunia.com/2012/01/arti-dan-sejarah-

bulukumba.html..

Khalaf, Syekh Abdul Wahab, Ilmu ushul Fiqih, Rineca Cipta Jakarta 2005.

KHI Bab IV tentang Rukun dan Syarat-Syarat Perkawinan, Pasal IV

Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 2.

Kuzari Ahmad, Nikah Sebagai Perikatan, Raja Grafindo Persada, Jakarta 19950.

Kitab Undang-undang Pokok Perkawinan Beserta Peraturan Perkawinan Khusus

Untuk ABRI,Polri, Pegawi Kejaksaan, PNS,Sinar Grafika Jakarta 2000.

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) Pemantauan terhadap

Implementasi Perda-perda Bermasalah Bulan Oktober 2008 di

Bulukumba

Manan, Abdul S.H dan M. fauzan, S.H, Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenang

Peradilan Agama, Raja Grafindo Persada Jakarta 2002.

Page 90: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

79

Manshur, Abd Al-Qadir, Buku Pintar Fikih Wanita Segala Hal Yang ingin Anda

Ketahui Tentang Perempuan Dalam Hukum Islam, Zaman Jakarta 2009.

Martosedon, Amir , Apa dan bagaimana Undang-Undang Perkawinan Nomor 1

Tahun 1974, Effhar dan Dahara Prize, Semarang 1992.

Mugniyah, Muhamad Jawad, Fiqih Lima Mazhab, (Lentera Jakarta 1999), h….

Nuruddin, H. Amiur dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di

Indonesia, Kencana Jakarta 2006.

PP No 25 Tahun 2004 Tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata tertib Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah

Rafsanjani, Keadialn Sisoal Pandangan Islam Tentang HAM Hegemoni Barat dan

Solusi Dunia Modern, Yayasan Nusantara Cendikia, 2001.

Ramulyo, M. Idris. Tinjauan Beberapa pasal UU No 1 TaHun 1974 Dari segi

Hukum Perkawinan Islam, IND-Hill co Jakarta 1990.

Ramulyo, H. Abdul Manan S.H. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di

Indonesia, Kencana Jakarta 2006.

Ramulyo, M. Idris. Beberapa Masalah Tentang Hukum Acara Perdata Peradilan

Agama dan Hukum Perkawinan Islam. IND_HILL,Co. 1985.

Razak, Anwar, dkk, Menilai Tanggug Jawab Sosial Peraturan daerah Studi Kasus,

Provinsi DKI Jakarta, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sumatra

Barat. Pusat Study Hukum dan kebijakan Indonesia (PSHK) 2009

Rosadi, Rahmat dan M Rais Ahmad, Formalisasi Syariat Islam Dalam Persfektif

Tata Hukum Indonesia, Ghalia Indonesia 2006Terhadap Kebebasan Sipil,

Hak-hak Perempuan, dan No-Muslim,CSRC UIN Jakarta 2007.

Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, jilid 3, Publisihing 2004.

Salim, Arskal. Perda Berbasis Syariah dan Perlindungan Konstitusiaonal

Penegakan HAM. Jurnal Perempuan 60, 2008.

Sopian, Yayan, Islam Negara Tranformasi Hukum Perkawinan Islam Dalam

Hukum Nasional, Uin Jakarta 2011.

Page 91: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

80

Sostroatmodjo, H. Arso. S.H dan A. Wasit Aulawi, Hukum Perkawinan di

Indonesia, Bukan Bintang Jakarta 1975.

Sudarsono. S.H, M,Si, Hukum Perkawinan Nasional, Rineka Cipta Jakarta 2005.

Surkalam, Lutfi, Kawin Kontrak Dalam Hukum Nasional Kita, CV Pamulang

2005.

Sholeh, Asrorun Ni’am, Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, Elsas

Jakarta 2008.

Syarifudiin, Amir, Hukum Perkawinan Islam Di indonsia Antara Fiqih Munakahat

dan Undang-Undang Perkawinan, Kencana Jakarta 2006.

Thontowi, Jawahir, Islam, Politik, dan Hukum Esai-Esai Ilmiah Untuk Pembaruan,

Madya Press Yogyakarta 2002.

Undang-undang Pokok Perkawinan Beserta Peraturan Perkawinan Khusus Untuk

ABRI, Polri, Pegawi Kejaksaan, PNS, Pasal 1d. tentang pegawai pencatat

nikah.

UU HAM No 39 Tahun 1999.

Yanggo, Huzaemah Tahido, Pengantar Perbandingan Mazhab, Logos Wacana

Ilmu Ciputat 2003.

Zuhaili, Wahbah . Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Gema Insani, Jakarta 2011, jilid 9.

Diakses pada tanggal 24 Januari 2015 dari

http://apakabarsidimpuan.com/2010/03/amru-daulay-dan madina/

Diakses pada tanggal 6 Januari 2015 dari

http://gapensi.org/modules/artikel.php?ID_Artikel=397&ID_Kategori_Artikel=8

Diakses pada tanggal 4 Januari 2015 dari

http://www.hiburdunia.com/2012/01/arti-dan-sejarah-bulukumba.html

Diakses pada tanggal 4 Januari 2015 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Mandailing_Natal

Diakses pada tanggal 7 Januari 2015 dari

http://profil.merdeka.com/indonesia/a/amrun-daulay/

Page 92: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

81

Diakses pada tanggal 13 Desember 2015 dari http://medan.bpk.go.id/wp-

content/uploads/2011/12/Perda-No.05-Th-2003-Pandai-baca-huruf-Al-Quran-

Bagi-murid-SD.-SMP.SMA-serta-calon-pengantin.pdf.

Diakses pada tanggal 1 Februari 2015 dari

https://salambue.wordpress.com/sejarah-terbentuk-kab-madina/

Diakses pada tanggal 6 Januari dari http://www.madina.go.id/index.php/selayang-

pandang/gambaran-umum

Diakses pada tanggal 15 Desember 2015 dari

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0

CD0QFjAF&url=http%3A%2F%2Fwww.madina.go.id%2Findex.

Diakses pada tanggal 5 Januari 2015 dari

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=632

4:urgensi-peraturan-daerah-syariah&catid=33:artikel-jumat.

Page 93: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

86

PETA KABUPATEN BULUKUMBA

1

1 http://bulukumba.wikimapia.org/id/map/

Page 94: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

87

PETA KABUPATEN MANDAILING NATAL

1

1 https://bpbdmadina.files.wordpress.com/2011/05/madina.jpg

Page 95: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA

TAHUN 2003 NOMOR 06 SERI C NOMOR 04

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA

NOMOR 06 TAHUN 2003

TENTANG

PANDAI BACA AL-QUR'AN BAGI SISWA DAN CALON PENGANTIN DALAM KABUPATEN

BULUKUMBA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULUKUMBA,

Menimbang : a. bahwa Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.

b. bahwa Pendidikan Agama Islam di Indonesia sebagai Sub Sistim Pendidikan

berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistim Pendidikan

Nasional, bercita-cita untuk terwujudnya Insan Islami atau Muslim Paripurna

yang mencerminkan ciri-ciri kualitas manusia seutuhnya.

c. bahwa kemampuan baca Alqur'an bagi setiap murid Sekolah Dasar dan Siswa

Page 96: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, serta Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam yang memiliki arti Strategis

untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, khususnya dalam rangka

menanamkan nilai-nilai iman dan taqwa bagi generasi muda dan masyarakat

pada umumnya. bahwa untuk memenuhi maksud huruf a, b dan c diatas perlu

mengatur tentang Pandai Baca Al Qur'an Bagi Siswa dan Calon Pengantin

dalam Kabupaten Bulukumba.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembetukan Daerah-Daerah

Tingkat II di Sulawesi (lembaran Negara Nomor 74 Tahun 1959, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 1822)

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3839);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor

72 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

4. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang

Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara

Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

Page 97: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah

dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom i Lembaran Negara Tahun

2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3953);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi

Perangkat Daerah;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000

Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4022);

8. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknis Penyusunan

Peraturan Perundang - undangan dan Bentuk Rancangan Undang - undang,

Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Presiden;

9. Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 6 Tahun 1988 tentang

Penyidik Sipil dalam Lingkup Pemerintah Tk.II Bulukumba (Lembaran

Daerah Tahun 1988 Nomor 1 Seri D Nomor 8).

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TENTANG PANDAI

BACA AL’QURAN BAGI SISWA DAN CALON PENGANTIN DALAM

KABUPATEN BULUKUMBA

Page 98: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Daerah adalah Kabupaten Bulukumba

b. Pcmerintah Daerah adalah Pemerinlah Kabupaten Bulukumba.

c. Pandai Baca adalah kemampuan seseorang untuk membaca huruf| atau lambang baik huruf

arab atau latin dan sebagainya

d. Al-Qur'an adalah Kitab Suci bagi umat islam yang berisi wahyu Allah SWT yang

diturunkannya melalui Nabi Muhammad Rasulullah SAW dengan perantaraan Malaikat

Jibril dan membacanya menjadi ibadah.

e. Pandai baca huruf Al-Qur'an adalah kemampuan seseorang muslim/muslimah untuk

membaca huruf Al-Qur'an dengan baik dan benar;

f. Pandai baca huruf Al-Qur'an dengan baik dan benar kemampuanj seseorang membaca Al-

Qufan dengan fasih dengan Ilmu Tajwid;

g. Murid SD yang beragama islam termasuk Madrasah Ibtidaiyah (Ml) dan sederajat se

Kabupaten Bulukumba.

h. Siswa adalah Siswa SLTP dan SMU yang beragama islam atau yang sederajat se Kabupaten

Bulukumba

Page 99: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

i. Calon Pengantin adalah seorang laki-laki dan atau perempuan beragama islam yang akan

melangsungkan pernikahan.

j. Masyarakat adalah masyarkat Kabupaten Bulukumba.

1) Dapat/mampu membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar serta terbiasa membaca dan

mencintai Al-Qur'an dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

2) Dapat/mampu memahami dan menghapal ayat-ayat Al-Qur'an untuk bacaan shalat

sekaligus dalam rangka memakmurkan dan mencintai mesjid, mushalla dan surau, serta

dapat menjadi imam yang baik dalam shalat.

Pasal 2

Fungsi Pandai baca Al-Qur'an dengan baik dan benar adalah sebagai wa.hana menanamkan

keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahuwata'ala kepada murid SD, sis\va SLTP dan

siswa SLTA serta calon pengantian dan masyarakat dalam rangka membentuk keluarga sakinah

mawaddah Warrahmaah.

BAB II

KEWAJIBAN DAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN

Pasal 3

(1) Setiap Siswa SD, SLTP dan Siswa SLTA yang akan menamatkan jenjang pendidikan wajib

pandai baca Al-Qufan dengan baik dan benar

(2) Pandai baca huruf Al-Qur'an dengan baik dan benar sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah:

Page 100: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

a. Siswa SD lancar membaca huruf Al-Qur'an dengan mengenal tajwid dasar.

b. Siswa SLTP lancar membaca Al-Qur'an dengan mengenal ilmu tajwid dan irama dasar.

c. Siswa SLTA pandai dan fasih membaca Al-Qur'an sesuai dengan ilmu tajwid dan

mempunyai irama / seni yang baik sesuai dengan fitrahnya.

Pasal 4

(1) Setiap Sekolah mulai tingkat SD, SLTP dan SMU agar menambah jam pelajaran Agama

yang digunakan khusus untuk mempelajari Al-Qur'an melalui muatan lokal.

(2) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap Sekolah agar mewajibkan

kepada setiap siswanya yang belum pandai baca belajar pada institusi lembaga.

(3) Penilaian hasil pelajar bagi murid SD Siswa SLTP/SMU yang mcngikuti I pendidikan pandai

baca huruf Al-Qufan sebagai mata pelajaran baru ( ditulis sebagai mata pelajaran tersendiri

dan memiliki nilai tersendiri.

Pasal 5

Hasil penilaian pendidikan pandai baca huruf Al-Qur"an sebagaimana dimaksud pada pasal 4

pada akhir pendidikan kepada setiap murid SD dan Siswa SLTP/SLTA diberikan sertifikat

setelah dilaksanakan pengujian / evaluasi oleh sckolah / lembaga lain yang bersangkutan.

Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikeluarkan oleh Bupati atau pejabat yang

ditunjuk berdasarkan rekomendasi dan sekolah yanu bersangkutan dan pengawas pendidikan

Agama Islam.

Page 101: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

Pasal 6

(1) Setiap pasangan calon pengantin yang akan melaksanakan pernikahan wajib mampun

membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar.

(2) Kemampuan membaca huruf Al-Qur’an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan

dihadapan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) atau dihadapan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah

(P3N) yang bertugasi membimbing acara pernikahan tersebut.

BAB III

SANKSI

Pasal 7

(1) Bagi setiap tamatan SD dan/atau SLTP yang akan melanjutkan pendidikan pada jenjang

pendidikan berikutnya, ternyata tidak mampu membaca huruf Al-Qur'an dengan baik

dan/atau tidak memilik sertifikat pandai baca huruf Al-Qur'an maka yang bersangkutan tidak

belum dapat diterima pada jenjang pendidikan tersebut.

(2) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada aval (1) adalah apabila siswa

yang bersangkutan yang diketahui oleh orang tua walinya menyatakan kesanggupannya

untuk mengikutkan program khusus belajar baca huruf Al-Qur’an baik yang diadakan

disekoiah tersebut atau pada tern pat lain.

Page 102: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

BAB IV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 10

Dengan berlakunva Peraturan Daerah ini maka ketentuan yang mengatur hal yang saina wajib

memesuaikan dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.

BAB V

PENUTUP

Pasal 11

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan

ditetapkan dengan Keputusan Bupati

Pasal 12

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangannya dalam Lembaran Daerah

Kabupaten Bulukumba.

Page 103: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

Disahkan di Bulukumba

pada tanggal 25 Agustus 2003

BUPATI BULUKUMBA

ttd.

H. ANDI PATABAI PABOKORI

Disetujui oleh:

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Dengan Keputusan Nomor :05 KPTS DPRD-BLK VIII 2003

Pada tanggal 25 Agustus 2003.

Diundangkan di : Bulukumba

pada tanggal : 1 September 2003

SEKRETARIS DAERAH

ttd

Drs. H. MAPPIGAU SAMMA, MSi, MBA

Pangkat Pembina Utama Muda

NIP : 010 071 921

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA

Page 104: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

TAHUN 2003 NOOR 06 SERI C NOMOR 04.

Page 105: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

PEMERINTAH KABUPATEN MANDAILING NATAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL

NOMOR 05 TAHUN 2003

TENTANG

PANDAI BACA HURUF AL-QUR’AN BAGI MURID SEKOLAH DASAR, SISWA

SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA DAN SISWA SEKOLAH LANJUTAN

TINGKAT ATAS SERTA CALON PENGANTIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MANDAILING NATAL

Menimbang : a. bahwa alqurana adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi

Muhamad SAW, seabagi salah satu rahmat yang tiada tara bagi alam semsta,

didalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi dasar hukum, petunjuk

pedoaman dan pelajaran serta ibadah bagi orang yang mmembaca, mempelajari,

mengimani serta mengamalkannya.

b. bahwa pendidiakn nasioanal bertujuan mencerdaskan bkehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia seutuhnya. Yaitu manusia beriman dan bertaqwa

kepada terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memilki

pengetahuan yang mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

keterampilan sehat jasmani dan rohani, keperibadian yang mantap dan

berkebangsaan;

c. bahwa Pendidikan Agama Islam di Indonesia sebagai sub sistem pendidikan

berdasarkan undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan

Page 106: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

nasional, cita-cita mewujudkan insan kamil atau muslim paripurna yang

mencerminkan ciri-ciri kualitas manusia seutuhnya;

d. bahwa kemampuan baca Al-Qur’an bagi setiap murid sekolah dasar dan siswa

sekolah lanjutan tingkat pertama, serta sekolah lanjutan tingkat atas merupakan

bagian pendidikan agama islam yang memiliki arti strategis untuk ikut

mencerdaskan kehidupan bangsa, khususnya dalam rangka menanamkan nilai

nilai iman dan taqwa bagi generasi muda dan masyarakat pada umumnya;

e. bahwa berdasarkan terhadap kemampuan baca Al-Qur’an bagi murid sekolah

dasar, siswa lanjutan tingkat pertama dan siswa lanjutan tingkat atas di

Kabupaten Mandailing Natal ternyata masih banyak yang tidak mampu;

f. bahwa dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman serta

pengalaman Al-Qur’an oleh seluruh lapisan masyarakat, sesuai dengan falsafah

adat maka dipandang perlu menetapkan peraturan tentang pandai baca Al-

Qur’an;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kebupaten Daerah

Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten Daerah Tingkat II Mandailing Natal;

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara

Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3019);

3. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Perkawinan (Lembaran Negara

Tahun 1974 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3390);

4. Undang – undang Nomor 22, tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah

(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3829 );

Page 107: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar (

Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3412 );

6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah (

Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3413 );

7. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang teknik penyusunan peraturan

perundang-undangan dan bentuk rancangan undang-undang rancangan peraturan

pemerintah, rancangan keputusan presiden ( Lembaran Negara Tahun 1999

Nomor 70 );

8. Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 128

Tahun 1982 dan Nomor 44 Tahun 1982 tentang usaha meningkatkan

kemampuan membaca tulis huruf Al-Qur’an bagi umat islam dan dalam rangka

penghayatan dan pengamalan Al-Qur’an dalam kehidupan seharihari;

9. Peraturan Daerah Kabupaten Mandailing Natal Nomor 1 tahun 2001 tentang

Pembentukan Susunan Organisasi Tata Kerja Sekretariat Kabupaten Mandailing

Natal;

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAl

MEMUTUSKAN

Page 108: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL TENTANG

PANDAI BACA AL-QUR’AN BAGI MURID SEKOLAH DASAR, SISWA

SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA DAN SISWA SEKOLAH

LANJUTAN TINGKAT ATAS SERTA CALON PENGANTIN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Daerah adalah Kabupaten Mandailing Natal;

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing

Natal;

c. Pandai baca adalah kemampuan seorang untuk membaca huruf atau

lambang, baik huruf arab atau huruf latin dan sebagainya;

d. Al-Qur’an adalah kitab suci yang berisi wahyu Allah SWT yang

diturunkannya melalui nabi Muhammad SAW dengan perantara

Malaikat Jibril dan membacanya menjadi ibadah;

e. Pandai baca Al-Qur’an adalah kemampuan untuk membaca huruf Al-

Qur’an dengan baik dan benar;

f. Murid sekolah dasar dan selanjutnya disingkat dengan murid SD adalah

murid SD termasuk Madrasyah Ibtidaiyah ( MI ) dan sederajat se-

Kabupaten Mandailing Natal.

Page 109: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

g. Siswa sekolah lanjutan tingkat pertama selanjutnya disingkat dengan

SLTP adalah siswa SLTP termasuk Tsanawiyah ( MTs ) dan sederajat

se-Kabupaten Mandailing Natal;

h. Siswa sekolah lanjutan tingkat atas selanjutnya disingkat dengan SLTA

adalah siswa SMU, SMK, Madrasyah Aliayah dan sederajat se-

Kabupaten Mandailing Natal;

i. Calon pengantin adalah seorang laki-laki atau perempuan yang akan

melangsungkan pernikahan;

j. Masyarakat adalah masyarakat Kabupaten Mandailing Natal;

k. Guru Agama dan Kepala Sekolah adalah guru agama dan kepala

sekolah dasar, SLTP dan SLTA se-Kabupaten Mandailing Natal;

l. Pengawas pendidikan Agama Islam disingkat dengan pengawas

PENDAIS adalah pengawas Pendidikan Agama Islam di Kabupaten

Mandailing Natal;

m. Kantor Departemen Agama adalah kantor Departemen Agama

Kabupaten Mandailing Natal;

n. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang disingkat adalah PPNS adalah

Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kabupaten

Mandailing Natal yang diangkat berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku;Natal yang diangkat berdasarkan Peraturan

Perundangundangan yang berlaku;

BAB II

MAKSUD, TUJUAN DAN FUNGSI

Page 110: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

Pasal 2

Maksud pandai baca Al-Qur’an bagi murid SD, siswa SLTP dan SLTA

serta calon pengantin adalah untuk membentuk insan kaum dan muslim /

muslimah yang sempurna dan mencerminkan ciri-ciri kualitas manusia

seutuhnya sebagaimana yang terkandung dalam Al-Qur’an;

Pasal 3

Tujuan pandai baca Al-Qur’an bagi murid SD, SLTP dan SLTA serta calon

pengantin dan masyarakat adalah :

a. Tujuan Umum;

Tujuan Umum adalah agar setiap murid SD, Siswa SLTP dan SLTA serta

calon pengantin dan masyarakat :

1). Memiliki sikap sebagai orang muslim / muslimah yang baik dan berakhlak

mulia;

2). Memiliki sikap sebagai warga Negara Indonesia dan masyarakat yang baik,

berbudi luhur, berdisiplin dan bertaqwa kepada ALLAH SWT;

3). Mempunyai pengetahuan tentang dasar-dasar hidup beragama islam serta

terampil dan taat melaksanakan Ibadah;

b. Tujuan Khusus;

Tujuan Khusus pandai baca Al-Qur’an adalah agar setiap murid SD, siswa SLTP

dan SLTA serta calon pengantin dan masyarakat :

Page 111: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

1). Dapat / mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta terbiasa

membaca dan mencintai Al-Qur’an dan mengaflikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari;

2). Dapat / mampu memahami dan menghafal ayat-ayat Al-Qur’an untuk

bacaan sholat sekaligus dalam rangka memakmurkan dan mencintai mesjid,

mushallah dan surau serta dapat menjadi imam yang baik dalam shalat;

Pasal 4

Fungsi pandai baca Al-Qur’an dengan baik dan benar adalah sebagai wahana

menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada ALLAH SWT bagi murid SD,

siswa SLTP dan SLTA serta calon pengantin dan masyarakat adalah dalam

rangka membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah.

BAB III

KEWAJIBAN DAN MENYELENGGARAKAN KEGIATAN

Pasal 5

(1) Setiap murid SD, siswa SLTP dan SLTA yang akan menamatkan jenjang

pendidikan wajib baca Al-Qur’an dengan baik dan benar;

(2) Pandai baca Al-Qur’an sengan baik dan benar sebagaimana dimaksud ayat (1)

adalah :

a. Murid SD lancar membaca Al-Qur’an dengan mengenal tajwid dasar;

b. Siswa SLTP lancar membaca Al-Qur’an dengan mengenal ilmu Tajwid dan

irama dasar;

Page 112: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

c. Siswa SLTA pandai dan fasih baca Al-Qur’an sesuai dengan ilmu tajwid

dan mempunyai irama / seni yang baik sesuai dengan fitranya.

Pasal 6

(1) Setiap sekolah mulai dari SD, SLTP dan SLTA agar menambah jam pelajaran

Agama yang dipergunakan khusus untuk mempelajari Al-Qur’an melalui dari

intrakulikuler;

(2) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap sekolah agar

mewajibkan kepada setiap murid atau siswanya yang belum pandai baca Al-

Qur’an di MDA / MBW / MBU atau TPA dan TPSA, mesjid surau dan

sebagainya;

(3) Kepada Pemerintah Desa dan tokoh masyarakat serta orang tua murid dan atau

siswa agar mendukung, membantu dan memotovasi relajar sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (2);

Pasal 7

Ketentuan penyelenggaraan kegiatan sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (1)

adalah sebagai berikut :

a. Mengikuti kurikulum TPA atau TPSA dan atau mengikuti kurikulum yang di

tetapkan instansi terkait;

b. Kurikulum yang dikembangkan khususnya untuk membaca Al- Qur’an sebagai

mata pelajaran baru;

c. Tenaga Guru untuk melaksanakan pendidikan pandai baca Al- Qur’an adalah

guru pendidikan agama Islam di sekolah yang bersangkutan dan atau dari guru

Page 113: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

yang ditunjuk oleh pemerintah daerah atau guru pembimbing TPA / TPSA /

MDA atau dari guru menggaji atau dari tokoh setempat;

d. Sarana dan Prasarana yang diperlukan diutamakan dari Sekolah yang

bersangkuta;

Pasal 8

(1) Proses belajar mengajar secara opearsional adalah tanggung jawab guru atau

tenaga pendidikan, sedangkan pembinaannya secara umum adalah teknis

adalah tanggung jawab Departemen Agama, Dinas Pendidikan dan Kekayaan

dan Lembaga Informasi lainnya;

(2) Penilaian atas pandai baca Al-Qur’an dititik beratkan pada kemampuan

membaca huruf Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan tingkat

pendidikannya;

(3) Penilaian bagi murid yang mengikuti pendidikan pandai baca huruf Al-Qur’an

melalui TPA / MDA sepenuhnya mengikuti ketentuan yang berlaku pada TPA

/ MDA setempat;

(4) Penilaian hasil belajar bagi murid SD dan siswa SLTP / SLTA yang

mengikuti pendidikan pandai baca huruf Al-Qur’an sebagai mata pelajaran

baru, di tulis sebagai mata pelajaran tersendiri dan memiliki nilai tersendiri;

Pasal 9

(1) Hasil penilaian pendidikan pandai baca huruf Al-Qu’ran sebagaimana

dimaksud pada pasal (8) pada akhir pendidikan kepada setiap murid SD dan

siswa SLTP / SLTA diberikan sertifikat setelah dilaksanakan pengujian /

evaluasi oleh sekolah yang bersangkutan;

Page 114: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

(2) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau

pejabat yang ditunjuk berdasarkan rekomendasi dari sekolah yang

bersangkutan dan pengawas Pendidikan Agama Islam;

Pasal 10

(1) Setiap pasangan calon pengantin yang akan melaksanakan pernikahan wajib

mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar;

(2) Kemampuan membaca Al-Qur’an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di

buktikan dihadapan Pegawai Pencatat Nikah ( PPN ) atau dihadapan

Pembantu Pegawai Pencatat Nikah ( P3N ) yang bertugas membimbing acara

pernikahan tersebut;

BAB IV

SANKSI

Pasal 11

(1) Bagi setiap yang tamat SD dan atau SLTP yang akan melanjutkan pendidikan

pada jenjang pendidikan berikutnya ternyata tidak mampu membaca Al-

Qur’an dengan baik dan benar atau tidak memiliki sertifikat pandai baca

huruf Al-Qur’an, maka yang bersangkutan tidak / belum dapat diterima pada

jenjang pendidikan tersebut;

(2) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

apabila siswa yang bersangkutan diketahui orang tua atau walinya

Page 115: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

mengatakan kesanggupannya untuk mengikuti program khusus belajar baca

huruf Al-Qur’an, baik yang diadakan di sekolah tersebut atau ditempat lain;

(3) Bagi calon pengantin yang tidak dapat membuktikan pandai baca huruf Al-

Qur’an dengan baik dan benar dihadapan PPN atau P3N sebagaimana

dimaksud pada pasal 10 ayat (2) maka pelaksanaan Nikahnya ditangguhkan

sampai yang bersangkutan pandai baca Al- Qur’an;

Pasal 12

(1) Apabila sertifikat yang dikeluarkan berdasarkan rekomendasi dari sekolah dan

pengawas Pendidikan Agama Islam sebagaimana dimaksud pada pasal 9 ayat

(2) ternyata mengundang ke palsuan maka kepada yang memberikan

rekomendasi dapat dikenakan sanksi;

(2) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Pegawai Negeri Sipil dapat

dikenkan sanksi / hokum disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan

Peraturan Negeri Sipil sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun

1980 atau peraturan disiplin lainnya yang berlaku, sedangkan bagi yang bukan

Pegawai Negeri Sipil dapat dikenakan sanksi / hukuman sesuai dengan

ketentuan yang berlaku;

BAB V

KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN

Pasal 13

(1) Barang siapa yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan

Daerah ini diancam dengan pidana kurungan 6 ( enam ) bulan dan atau denda

setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,- ( lima juta rupiah );

Page 116: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini merupakan

tindakan pidana pelanggaran;

Pasal 14

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang

mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur kemudian oleh Bupati.

Pasal 15

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak Tanggal diundangkan. Agar supaya

setiap orang dapat mengetahuainya, memerintahkan pengundangan peraturan

Daerah ini dengan menempatkannya dalam lembaran Daerah kabupaten

Mandailing Natal.

Page 117: PANDAI BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI PERASYARAT …

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL

TAHUN 2003 NOMOR 5 SERI D1,2

1 http://medan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/12/Perda-No.05-Th-2003-Pandai-baca-huruf-Al-Quran-Bagi-

murid-SD.-SMP.SMA-serta-calon-pengantin.pdf... 2http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0CD0QFjAF&

url=http%3A%2F%2Fwww.madina.go.id%2Findex.