PAncasila Sakti

26
Monumen Pancasila Sakti Deskripsi Monumen Pancasila Sakti Monumen Pancasila Sakti dibangun di atas lahan bekas peristiwa G30S-PKI, atas prakarsa Presiden ke-2 RI, Soeharto. Monumen ini dibangun untuk mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi negara Republik Indonesia, Pancasila dari ancaman ideologi komunis. Ideologi komunis terutama dibawah pengaruh Partai Komunis Indonesia yang pada era tahun 60-an memiliki kekuatan yang cukup besar karena memiliki pemilih yang banyak pada pemilu. Monumen yang berada di area seluas 14,3 hektar ini diresmikan Presiden Soeharto pada Agustus 1973, bertepatan dengan peringhati Hari Kesaktian Pancasila. Tiga tahun kemudian, berdasar Surat Keputusan Menpangad No. KEP.977/9/1996 tanggak 17 September 1966, setiap tahun dimulai tradisi memperingati Hari Peringatan Kesaktian Pancasila. Dan akhirnya, pada 1980, Pusjarah TNI, atau dulu Pusjarah ABRI, mendapat mandat menjadi pengelola Monumen Pancasila Sakti berdasarkan Kepres No. 51/1980. Monumen ini terletak Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di sebelah selatan tempat ini terdapat markas besar Tentara Nasional

description

pancasila

Transcript of PAncasila Sakti

Page 1: PAncasila Sakti

Monumen Pancasila Sakti

Deskripsi Monumen Pancasila Sakti

Monumen Pancasila Sakti dibangun di atas lahan bekas peristiwa G30S-PKI,

atas prakarsa Presiden ke-2 RI, Soeharto. Monumen ini dibangun untuk mengingat

perjuangan para Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi negara

Republik Indonesia, Pancasila dari ancaman ideologi komunis. Ideologi komunis

terutama dibawah pengaruh Partai Komunis Indonesia yang pada era tahun 60-an

memiliki kekuatan yang cukup besar karena memiliki pemilih yang banyak pada

pemilu.

Monumen yang berada di area seluas 14,3 hektar ini diresmikan Presiden

Soeharto pada Agustus 1973, bertepatan dengan peringhati Hari Kesaktian Pancasila.

Tiga tahun kemudian, berdasar Surat Keputusan Menpangad No. KEP.977/9/1996

tanggak 17 September 1966, setiap tahun dimulai tradisi memperingati Hari

Peringatan Kesaktian Pancasila. Dan akhirnya, pada 1980, Pusjarah TNI, atau dulu

Pusjarah ABRI, mendapat mandat menjadi pengelola Monumen Pancasila Sakti

berdasarkan Kepres No. 51/1980. 

Monumen ini terletak Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung,

Jakarta Timur. Di sebelah selatan tempat ini terdapat markas besar Tentara Nasional

Indonesia, Cilangkap, berbatasan di sebelah utara adalah Bandar Udara Halim

Perdanakusuma, yang pada saat peristiwa G30S-PKI menjadi pusat kekuatan PKI,

sedangkan sebelah timur adalah Pasar Pondok Gede, dan sebelah barat, Taman Mini

Indonesia Indah.

Sebelum menjadi sebuah monumen dan museum, tempat ini merupakan tanah

atau kebun kosong yang dijadikan sebagai pusat pelatihan milik Partai Komunis

Indonesia. Kemudian, tempat itu dijadikan sebagai tempat penyiksaan dan

pembuangan mayat para korban Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI). Di

kawasan kebun kosong itu terdapat sebuah lubang sumur tua sedalam 12 meter yang

Page 2: PAncasila Sakti

digunakan untuk membuang jenazah para korban G30S/PKI. Sumur tua itu

berdiameter 75 cm.

1.     Monumen Pancasila Sakti

Monumen Pancasila Sakti berbentuk setengah lingkaran yang diatasnya

berdiri 7 patung Jenderal pahlawan revolusi yang salah satu menunjuk ke arah sumur

di depan monumen. Yang menjadi latar belakang adalah sebuah dinding besar, yang

di sisi atasnya terdapat patung garuda pancasila. Terdapat pula relief yang

menceritakan tentang peristiwa gerakan 30 september PKI.

Relief menceritakan mulai dari kekejaman PKI dalam menyiksa para Jenderal,

lalu menimbun mayat ke dalam sumur. PKI juga digambarkan melakukan kekejaman

kepada rakya Indonesia. Kemudian relief menceritakan bagaimana TNI menumpas

gerakan PKI di bawah komando Pangkostrad Soeharto. PKI digambarkan telah kalah

kepada pasukan TNI.

Terdapat Pesan dalam relief yang berbunyai, “Waspada ...... dan mawas diri

agar peristiwa sematjam ini tidak terulang lagi.”[1] Pesan ini ditujukan kepada

seluruh masyarakat indonesia, agar di kemudian hari peristiwa pemberontakan PKI

tidak terjadi lagi. Bersama pesan disematkan gambaran mengenai peristiwa

penyiksaan Para Jenderal AD di Lubang Buaya.

Dan relief berakhir dengan menunjukkan sosok seorang Soeharto. Soeharto

dalam relief, digambarkan sebagai sosok penyelamat yang menyelamatkan rakyat

dari kebiadaban PKI. Di depan monumen terdapat semacam pelataran atau altar yang

biasa digunakan pengunjung monumen untuk mengabadikan gambar di depan

monumen.

2.     Sumur Lubang Buaya

Terletak persis di depan monumen adalah sumur lubang buaya. Sumur yang

digunakan untuk membuang mayat para Jenderal. Sumur ini berdiameter 75 cm dan

memiliki kedalaman sekitar 12 meter. Di kiri kanan sumur terdapat pagar yang

Page 3: PAncasila Sakti

membatasi pengunjung untuk menghindarkan pengunjung untuk membuang seseuatu

ke dalam sumur. Di sebelah sumur juga terdapat semacam prasasti kecil yang

menjelaskan tentang sumur maut ini.

Keberadaan sumur ini pada saat terjadi peristiwa 30 September sebenarnya

sangat misterius. Sebab keberadaan sumur tidak diketahui karena PKI menghapus

jejak dengan membuat puluhan sumur yang serupa. Sumur lubang buaya yang asli

pada saat peristiwa 30 Semptember ditimbun dengan tanah dan sampah, kemudian di

atasnya dijadikan jalan yang digunakan untuk lalu lalang kendaraan. Itulah yang

membuat keberadaan sumur ini tidak diketahui.

Yang mengetahui letak sumur ini adalah seorang petugas kepolisian yang

pada saat peristiwa 30 semtember sempat berkeliling di kompleks lubang buaya.

Tanpa diketahui oleh pasukan PKI petugas kepolisian ini menyaksikan perbuatan

kejam PKI ini. Benda-benda kepunyaan petugas kepolisian ini masih tersimpan di

ruang paseban. Diantaranya sepeda yang digunakan untk berkeliling dan senjata api

serta pentungan dari kayu.

3.     Rumah Tempat Penyiksaan

Persis di samping sumur lubang buaya terdapat rumah tempat penyiksaan para

Jenderal. Rumah ini dulunya merupakan rumah salah satu simpatisan PKI. Jenderal-

jenderal yang diculik oleh pasukan Cakrabirawa dan pasukan PKI ini ditawan di

rumah tersebut. Kemudian diinterogasi perihal isu resolusi dewan Jenderal yang

berencana untuk menggulingkan Presiden Soekarno. Hingga akhirnya para Jenderal

ini dibunuh dan mayatnya dimasukkan ke dalam sumur yang digali tepat di samping

rumah tersebut.

Rumah yang terdapat pada kompleks monumen pancasila saat ini merupakan

rumah tiruan, rumah asli sudah hancur saat penyerbuan TNI ke lubang buaya. Dalam

rumah terdapat diorama yang menggambarkan tentang penyiksaan yang terjadi pada

malam 30 September 1965. Terdapat beberapa orang yang menginterogasi. Masing-

Page 4: PAncasila Sakti

masing jenderal ditutup matanya kemudian disiksa. Dalam diorama, para Jenderal

dibawa hanaya mengenakan baju tidur biasa dan ada yg berkain sarung.

4.     Museum Pengkhianatan PKI

Musium ini terletak sekitar 300 meter dari lokasi sumur lubang buaya.

Museum ini berbentuk menyerupai sebuah joglo besar. Museum Pengkhianatan PKI

ini Berisi diorama-diorama yang menggambarkan tentang peristiwa G30S PKI. Mulai

dari awal sampai akhir. Museum dengan 3 lantai ini merangkum semua gerak gerik

PKI di berbagai tempat. Rangkuman sebagian besar menggunakan diorama, sebagian

lagi menggunakan gaeri foto yang dipajang di ruangan terpisah.

Tapi terdapat sedikit kejanggalan dalam museum ini. PKI digambarkan

dengan begitu buruk oleh museum. Pelabelan pengkhianat dicapkan kepada PKI

secara menyeluruh, bahkan hingga sampai pada simpatisan-simpatisan di daerah.

Museum ini melupakan beberapa jasa PKI yang tidak bisa dimunafikkan bahwa

mereka juga ikut melawan kapitalisme yang oleh Soekarno dilawan dengan gigih

demi mencapai perekonomian yang berdikari.

Selepas museum pengkhianatan PKI, terdapat salah satu ruang yakni ruang

paseban. Ruang ini menyimpan benda-benda peninggalan Jenderal yang terbunuh

pada malam 30 September. Diantara benda kebanyakan pakaian atau seragam yang

dipakai pada waktu eksekusi. Banyak benda/pakaian yang dipamerkan masih

memiliki noda darah. Untuk memberi tau bagi semua pengunjung bagaimana kondisi

para perwira ABRI ini pada saat peristiwa G30S-PKI.

Benda-benda yang dipajang diantaranya baju seragam, senjata, peralatan

memancing dan hobi dari perwira-perwira lainnya. Juga terdapat beberapa benda

seperti sepeda yang digunakan oleh seorang polisi jaga yang pertama kali memergoki

peristiwa G30S-PKI. Semua benda tersimpan rapi di dalam sebuah lemari kaca yang

besar.

5.     Ruang Pamer Terbuka

Page 5: PAncasila Sakti

Selain ruangan yang tertutup, Monumen Pncasila juga memiliki area pameran

terbuka. Beberapa benda yang memiliki peranan dalam peristiwa G30SPKI dipajang

di beberapa tempat di area di sekitar monumen. Salah satu yang dipamerkan misalnya

kendaraan angkut yang digunakan untuk mengangkut pasukan yang memberantas

pemberontakan PKI di Lubang Buaya. Juga Tank yang diletakkan di sisi jalan masuk

menuju kompleks Monumen.

Beberapa benda yang dipajang merupakan benda benda yang berukuran besar

yang sulit jika harus dimasukkan ke dalam arena Museum. Selain kemdaraan tempur

dan tank, terdapat juga senjata berat seperti senjata artileri. Dari beberapa benda yang

terpajang hampir semuanya sudah tidak berfungsi.

B.    Koleksi Museum dan Monumen Pancasila Sakti

Berikut beberapa contoh koleksi Monumen Pancasila Sakti dan Museum

Pengkhianatan Komunis serta ruang pameran Paseban:

a.      Ruang IntroDalam ruang terdapat 3 mozaik foto yang masing-masing menggambarkan:

1. Kekejaman PKI terhadap bangsa sendiri dalam pemberontakan Madiun.

2. Penggalian jenazah korban keganasan PKI dalam Gerakan 30 September 1965

3. Pengadilan gembong-gembong G.30.S/PKI oleh Mahkamah Militer Luar Biasa.

b.     Diorama

·       Peristiwa Tiga Daerah (4 November 1945)

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, kelompok komunis bawah tanah

mulai memasuki organisasi massa dan pemuda seperti Angkatan Pemuda Indonesia

(API) dan Angkatan Muda Repubilik Indonesia (AMRI). Dengan menggunakan

organisasi massa, orang-orang komunis memimpin aksi penggantian pejabat

pemerintah di tiga kabupaten Karesidenan Pekalongan yang meliputi Brebes, Tegal

dan Pemalang.

·       Pemberontakan PKI di Madiun ( 18 September 1948)

Pada saat Pemerintah dan Angkatan Perang memusatkan perhatian untuk

menghadapi Belanda, PKI melakukan pengkhianatan yang didahului dengan

Page 6: PAncasila Sakti

kampanye menyerang politik pemerintah, aksi teror, mengadu domba kekuatan

bersenjata dan sabotase di bidang ekonomi. Dini hari tanggal 18 September 1948 PKI

mengadakan pemberontakan di Madiun. Sejumlah tokoh militer, pejabat pemerintah

dan tokoh masyarakat dibunuh. Di gedung Karesidenan Madiun PKI mengumumkan

bcrdirinya “Soviet Republik Indonesia” dan pembentukan Pemerintah Front Nasional.

·       Pembunuhan di Kawedanan Ngawen (Blora) (20 September 1948)

Pada tanggal 18 September 1948 Markas Kepolisian Distrik Ngawen (Blora)

diserang oleh pasukan PKI. Dua puluh empat orang anggota polisi itu ditahan dan

tujuh orang yang masih muda dipisahkan. Kemudian datang perintah dari Komandan

Pasukan PKI Blora agar mereka dihukum mati.

·       Peristiwa Tanjung Morawa (16 Maret 1953)

Pada tahun 1953 Pemerintah RI Karesidenan Sumatera Timur merencanakan

untuk mencetak sawah percontohan bekas perkebunan tembakau di desa Perdamaian,

Tanjung Morawa. Akan tetapi rencana itu ditentang oleh penggarap liar yang sudah

menempati areal tersebut. Pada tanggal 16 Maret 1953 pemerintah terpaksa

mentraktor areal tersebut dengan dikawal oleh sepasukan polisi. Ketika itulah massa

tani yang didalangi oleh Barisan Tani Indonesia (BTI) orma PKI, melakukan tindak

brutal.

·       Kampanye Budaya PKI (25 Maret 1963)

Tidak hanya dibidang politik yang ingin dikuasai oleh PKI tetapi juga bidang

Iain seperti sastra dan budaya. Salah satu usaha yang dilaksanakan oleh Lembaga

Kebudayaan Rakyat (Lekra) bersama semua lembaga yang ada di bawahnya adalah

memasukan komunisme ke dalam seni dan sastra, mempolitikan budayawan dan

mendiskreditkan lawan. Pada tanggal 22 sampai 25 Maret 1963 diselenggarakan

Konferensi Nasional I Lembaga Sastra Indonesia di Medan.

·       Rongrongan PKI terhadap ABRI (1964 -1965)     .

Kampanye anti ABRI, khususnya TNI-AD berlatar belakang pada

kecemburuan PKI karena ABRI berhasil membendung pengaruh PKI dikalangan

rakyat. Berbagai macam cara kampanye anti ABRI telah dilakukan PKI seperti

Page 7: PAncasila Sakti

tuduhan, isyu, provokasi, fitnah politik, dan Iain-Iain. Sejak tahun 1964 PKI dengan

“Ofensif Revolusionernya” secara gencar menyerang ABRI seperti tuntutan

pembubaran aparat teritorial dan puncaknya isyu Dewan Jenderal 1965.

·       Peristiwa Kanigoro (13 januari 1965)

Peristiwa ini terjadi di Kecamatan Kras, Kedtri, tanggal 13 Januari 1965,

dimana para peserta Mental Training Pelajar Islam Indonesia Jawa Timur diserang

oleh masssa Pemuda Rakyat (PR) dan Barisan Tani Indonesia (BTI).

·       Peristiwa Bandar Betsy (14 Mei 1965)

Untuk menggagalkan rencana pemerintah di bidang landreform, PKI dan

organisasi massanya melancarkan aksi sepihak yakni menguasai secara tidak syah

tanah negara di beberapa tempat. Salah satu di antaranya di Perusahaan Perkebunan

Negara (PPN) Karet IX Bandar Betsi, Pematangan Siantar. Pada tanggal 14 Mei

1965, kurang lebih 200 anggota Barisan Tani Indonesia (BTI), Pemuda Rakyat (PR),

dan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) menanami secara liar tanah perkebunan

karet terscbut.

·       Pawai Ofensif Revolusioner PKI di Jakarta (23 Mei 1965)

Setelah merasa dirinya kuat, PKI mulai melancarkan ofensif revolusioner

yang bertujuan untuk menggalang dan mempengaruhi massa agar berpihak

kepadanya. Bentuk unjuk kekuatan itu ialah aksi kekerasan. aksi terror tuntutan

pembentukan Kabinet Nasakom dan Angkatan Kelima dan sebagainya. Salah satu

unjuk kekuatan itu ialah penyelenggaraan rapat raksasa di Stadion Utama Senayan

tanggal 23 Mei 1965 dalam rangka peringatan ulang tahun ke-45 PKI.

·       Penyerbuan Gubernuran .lawa Timur  (27 September 1965)

Salah satu usaha mendiskreditkan aparatur pemerintah telah dilakukan PKI

terhadap Gubernur Jawa Timur. Dengan dalih akan menyampaikan resolusi tuntutan

penurunan harga 9 bahan pokok..

c.      Koleksi Museum dan Monumen Pancasila Sakti

Page 8: PAncasila Sakti

Didalam Museum Paseban Monumen Pancasila Sakti terdapat beberapa

diorama sebagai berikut:

·       Rapat-Rapat Persiapan Pemberontakan

Pada bulan September 1965 ketua CC PKI D.N Aidit memerintahkan Syam

Kamaruzaman Pimpinan Biro Khusus untuk menyusun suatu rencana pemberontakan.

Syam mengadakan rapat sebanyak 16 kali dengan Pono dan Waluyo anggota

Pimpinan Biro Khusus Pusat, Kepala Biro Khusus Daerah dan oknum-oknum ABRI

yang sudah dibina PKI.

·       Latihan Sukarelawan di Lubang Buaya 5 Juli – 30 September

Untuk   persiapan   melancarkan   pemberontakan,   PKI   mengadakan  

latihan kemiliteran bagi para anggotanya. Dalih yang dipakai ialah melatih para

sukarelawan dalam rangka konfrontasi terhadap Malaysia. PKI menuntut agar

pemerintah membentuk Angkatan kelima dengan mempersenjatai buruh dan tani.

Anggota-anggota yang dilatih berjumlah kurang lebih 3700 orang terdiri atas

anggota-anggota Pemuda Rakyat (PR), Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dan

organisasi massa PKI lainya di Lubang Buaya.

·       Penculikan Men/Pangad Letjen TNI A. Yani (1 Oktober 1965)

Pukul 02.30 tanggal 1 Oktober 1965) pasukan penculik G.30.S/PKI sudah

berkumpul di Lubang Buaya. Pasukan dengan nama Pasopati dipimpin Lettu Dul

Arief. Pasukan penculikan Men/Pangad Letjen TNI A. Yani memakai seragarn

Cakrabirawa tiba disasaran pukul 04.00 dan berhasil melucuti regu pengawal.

Kemudian segera membawa ke kawasan Lubang Buaya

·       Penganiayaan di Lubang Buaya (1 Oktober 1965)

Dini hari tanggai 1 Oktober 1965 gerombolan G.30.S/PKI menculik 6 pejabat

teras TNI AD dan seorang perwira pertama. Di Lubang Buaya tubuh mereka dirusak

dengan benda-benda tumpul dan senjata tajam yan masih hidup disiksa satu demi satu

kemudian kepalanya ditembak. Sesudah disiksa para korban dilemparkan kedalam

sumur tua sempit. Penyiksaan dan pembunuhan itu dilakukan oleh anggota Pemuda

Rakyat (PR), Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dan ormas-ormas PKI lainnya.

Page 9: PAncasila Sakti

·       Pengamanan Lanuma Halim Perdanakusuma (2 Oktober 1965)

Panglima Kostrad Mayjen TNI Seoharto rnengeluarkan perintah untuk segera

mengamankan Lapangan Udara Halim Perdanakusuma mengingat kekuatan

G.30.S/PKI berpusat dipangkalan tersebut.Pasukan yang akan melaksanakan tugas

pengamanan terdiri atas 1 Yon RPKAD, 1 Yon Para Kujang Siliwangi yang diperkuat

1 kompi panser. Pasukan bergerak pukul 03.00 tanggal 2 Oktober 1965 dari Markas

Kostrad menuju Lapangan Udara Halim Perdanakusuma dari arah timur. Mereka tiba

dilempat sasaran pukul 06.00 pagi tanggal 2 Oktober 1965. Lapangan Halim

Perdanakusuma dijaga oleh Yon 454/Diponegoro yang diperalat G.30.S/PKI.

Beberapa orang anggota RPKAD berhasil menyusup sampai ketempat parkir

pesawat-pesawat terbang, sedang anggota lainya sudah berada didepan Yon 454.

Dengan gerakan pendadakan, maka pasukan RPKAD dan Kujang berhasil

melumpuhkan pasukan Yon 454. Pukul 06.10 Halim berhasil dikuasai oleh RPKAD

dan Yon Para Kujang dan gerakan selanjutnya ialah menguasai Lubang Buaya.

·       Pengangkatan Jenazah (4 Oktober 1965)

Setelah menguasai Halim Perdanakusuma, pasukan RPKAD melanjutkan

gerakan ke Lubang Buaya. Setelah daerah iu diamankan, mulai melakukan pencarian

jenazah perwira-perwira TNI-AD yang diculik oleh gerombolan G.30.S/PKI. Sore

hari tanggal 3 Oktober 1965 diperolah pentunjuk dari anggota POLRI yang pernah

ditawan oleh gerombolan G.30.S/PKI. la memberitahu bahwa perwira-perwira

tersebut jenazahnya dikubur di sekitar tempat pelatihan musuh.

·       Tindak Lanjut Pelarangan Partai Komunis Indonesia (26 Jnni 1982)

Pada tanggal 12 Maret 1966, Partai Komunis Indonesia berikut semua

organisasinya yang seazaz/berlindung/bernaung dibawahnya, dibubarkan oleh

Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/I966. Untuk mengantisipasi munculnya bahaya

laten komunis, berdasarkan Intruksi Presiden No. 10 tahun 1982, Komando Operasi

Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) berkerja sama dengan Lembaga

Pertahanan Nasional mengadakan Penataran Kewaspadaan Nasional (Tarpadnas).

Page 10: PAncasila Sakti

Sejak tanggal 19 September 1991 Tarpadnas diikuti oleh wakil-wakil pemuda dari 27

Provinsi dan berbagai organisasi massa pemuda.

·       Foto Para Pahlawan Revolusi

Tujuh foto pahlawan revolusi setengah badan dalam ukuran besar yaitu foto

Letjen TNI Ahtnad Yani, Mayjen TNI Soeprapto, Mayjen TNI M. T. Harjono,

Mayjen TNI S. Parman, Brigjen D.I. Pandjaitan, Brigjen TNI Soetojo Siswomihardjo,

dan Lettu Pierre Andries Tendean.

·       Ruang Relik

Ruang Relik berisi barang-barang peninggalan para pahlawan revolusi

terutama pakaian yang dikenakan pada saat beliau gugur, petikan visum dokter,

peluru yang diketemukan dalam tubuhnya, tali pengikat dan lain-lain. Di ruangan ini

disajikan pula Aqualung (alat bantu pernafasan) dan sebuah radio lapangan yang

pernah digunakan Jenderal Soeharto pada waktu memimpin penumpasan G.30.S/PKI,

·       Ruang Teater

Di ruangan ini disajikan pertunjukan video cassette digital (VCD) yang berisi

rekaman bersejarah sekitar pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi dari sumur tua

Lubang Buaya, pemakaman ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Sidang Mahmillub

serta pengangkatan Jenderal Soeharto menjadi pejabat Presiden RI pada tanggal 12

Maret 1967. Masa putar VCD ini kurang lebih 30 menit.

·       Ruang Pameran Foto

Ruang ini menyajikan foto-foto pengangkatan dan pemakaman jenazah

Pahlawan Revolusi ke Taman Makam Pahlwan Kalibata Jakarta.

d.     Rumah-Rumah Bersejarah

·       Rumah Diorama Penyiksaan

Menggambarkan penyiksaan para korban yang masih dalam keadaan hidup.

Mereka adalah Mayor Jenderal TNI S. Parman, Brigjen TNI Soetojo Siswomihardjo,

dan Lettu Pierre Andries Tendean.

·       Rumah Pos Komando

Page 11: PAncasila Sakti

Rumah ini milik seorang penduduk RW 02 Lubang Buaya bernama Haji

Sueb. Pada waktu meletusnya G.30.S/PKI tahun 1965, dipakai oleh pimpinan gerakan

yaitu eks Letkol Untung dalam rangka mempersiapkan penculikan terhadap 7 perwira

TNI-AD.

·       Dapur Umum

Rumah Dapur Umum merupakan salah satu rumah bersejarah yang ada di

lokasi Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya. Rumah tersebut dilestarikan sebagai

koleksi benda bersejarah karena merupakan bagian dari sarana yang dipakai oleh PKI

untuk menunjang terlaksananya kegiatan penganiayaan dan pembunuhan terhadap 7

orang perwira TNI AD dalam peristiwa G.30.S/PKI. Rumah yang statusnya milik ibu

Amroh itu dipakai oleh PKI sebagai tempat penyediaan sarana konsumsi gerombolan

G.30.S/PKI di Lubang Buaya.

·       Mobil Dinas Pangkostrad Mayor Jenderal TNI Soeharto

Dengan menggunakan Jeep Toyota Kanvas Nomor : 04-62957/44-01, Mayor

Jenderal TNI Soeharto segera bertindak untuk menumpas G.30.S/PKI, yang didalangi

oleh eks Letkol Untung dan tokoh PKI yang lain. Mayor Jenderal TNI Soeharto dari

rumahnya di jalan Agus Salim menuju Markas Kostrad menggunakan kendaraan

dinas Jeep Toyota Kanvas yang disetir oleh Pra Soewondo.

·       Truk Dodge

Mobil truk yang digunakan olehntak G.30.S/PKI untuk membawa jenazah

Brigjen TNI D.I Pandjaitan, yang dipamerkan di lokasi Museum Pancasila Sakti

(pameran taman), adalah mobil truk Dodge tahun 1961 buatan Amerika Serikat

dengan nomor polisi B. 2982.L  merupakan replika kendaraan jemputan P. N. Arta

Yasa, yang sekarang divisi cetak uang logam Perum Peruri. Kendaraan tersebut

dirampas oleh pemberontak G.30.S/PKI disekitar jalan Iskandar Syah daerah Blok.

M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

·       Panser Saraceen

Kendaraan yang dipakai untuk membawa jenazah adalah jenis panser. Panser

dengan tipe PCMK -2 Saraceen adalah sebuah kendaraan lapis baja yang berasaI dari

Page 12: PAncasila Sakti

Negara Inggris. Kendaraan tersebut dipakai oleh Organik Batalyon Kaveleri 7 Kodam

V/Jaya. Pada tahun 1976 dipindahkan ke Batalyon Kaveleri 3 Kodam VIII/Brawijaya

dipakai untuk mendukung penugasan operasi militer di Timor Timur. Pada bulan Juli

1985 ditarik dari penugasan di Timor Timur untuk diabadikan di Monumen Pancasila

Sakti.

 **************************************************************

******

C.     Latar Belakang Dibangunnya Monumen dan Peristiwa G30S-PKI

Salah satu misteri terbesar bagi sejarah bangsa Indonesia adalah peristiwa

G30S-PKI. G30S-PKI adalah sebutan bagi peristiwa yang terjadi pada tahun 1965

bulan September tanggal 30 malam. Sebuah usaha kudeta yang gagal total dari

kelompok kecil di PKI. Disebut kelompok kecil karena rencana kudeta ini hanya

diketahui oleh sedikit simpatisan PKI. Para eksekutor dari rencana ini sendiri berasal

dari simpatisan PKI yang berasal dari angkatan darat dan pasukan Cakrabirawa.

Sedangkan petinggi PKI tidak bertindak langsung turun ke lapangan.

Fakta di atas dibuktikan oleh pengakuan-pengakuan pelaku dan pemimpin

G30S-PKI seperti Letkol Untung, Letkol Syarief, Brigjen M.A Supardjo dll dalam

mahmilub. Dalam persidangan mereka mengakui bahwa telah terjadi pembunuhan

terhadap Beberapa perwira angkatan darat yang berpangkat Jenderal.[2] Peristiwa

penculikan dan pembunuhan ini sendiri tidak bisa dijelaskan secara terperinci maksud

tujuan dan latar belakangnya.

Dalam siaran radio pasca penculikan beberapa perwira senior berpangkat

Jenderal, PKI mengumumkan bahwa tindakan yang diambil oleh pelaku G30S-PKI

adalah untuk melindungi kepentingan revolusi bangsa dari kudeta yang akan

dilakukan oleh Dewan Jenderal. Dewan Jenderal disebutkan telah menyusun rencana

untuk melakukan tidakan kontra-revolusi pada tanggal 5 oktober dengan mengambil

alih kekuasaan dari tangan Presiden Soekarno. Secara tersirat, PKI meninginkan

Page 13: PAncasila Sakti

pembentukan opini publik bahwa tindakan G30S-PKI adalah demi melindungi Banga

Indonesia dari kudeta dewan Jenderal.[3]

PKI kemudian juga mengumumkan pembentukan Dewan Revolusioner yang

bertugas untuk membersihkan benih-benih makar dalam ABRI sebagai pengaruh dari

adanya Dewan Jenderal. Dewan revolusioner setia kepada Soekarno, demikian salah

satu bunyi pengumuman dalam radio RRI. Dewan revolusioner menunjuk Letkol

Untung sebagai pemimpin tertingginya. Semua petinggi militer harus tunduk pada

dewan revolusi ini, karena dewan revolusi mengklaim bahwa tindakan mereka telah

disetujui oleh Presiden Sokearno demi kepentingan Negara.

PKI juga menyebarkan perintah kepada simpatisan di daerah untuk ikut

mendukung gerakan G30S-PKI dengan ikut menumpas adanya bibit-bibit

pemberontakan yang akan dilakukan oleh dewan Jenderal. Beberapa wilayah di Jawa

Tengah dan Yogyakarta sempat mengalami peristiwa yang serupa dengan G30S-PKI.

Begitu juga di Surakarta, namun hanya di Yogyakarta yang mengalami peristiwa

pembunuhan perwira yang disangka bagian dari Dewan Jenderal.

Titik balik gerakan G30S-PKI adalah langkah balasan yang dilancarkan oleh

Mayjen Soeharto selaku Jenderal Senior yang tidak termasuk dalam daftar

penculikan. Soharto mengambil langkah awal dengan mengambil alih kekuasaan atas

militer selaku jabatannya sebagai Pangkostrad. Dengan langkah awal ini Soeharto

mulai melakukan upaya pembersihan PKI.

Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menyerang Radio RRI yang

sebelumnya dikuasai oleh Dewan Revolusioner. Lewat pengumuman radio

menyatakan bahwa gerakan Dewan Revolusioner adalah gerakan kudeta yang

direncanakan akan merebut kekuasaan dari Presiden Soekarno untuk kemudin

membentuk negara Komunis di Indonesia. Soeharto menyatakan bahwa perwira-

perwira yang diculik PKI telah dibunuh dengan keji.[4] Pernyataan Soeharto ini

mulai membangkitkan kemarahan Rakyat.

Rakyat mulai bergerak memusuhi PKI, kabar penyiksaan dan pembunuhan di

Lubang Buaya menjadi salah satu pemicu, selain propaganda yang juga dilakukan

Page 14: PAncasila Sakti

oleh Soeharto. Terlebih berita yang disampaikan diwarnai pula dengan penyerbuan ke

kantor RRI dan menyiarkan siaran darurat yang beritanya berisi tentang kudeta yang

dilakukan oleh Dewan Revolusi.

Soeharto mulai merencanakan serangan ke basisi kekuatan utama G30S-PKI

yakni di daerah Halim dan Lubang Buaya. Dengan menggunakan kekuatan penuh

Lubang Buaya akhirnya dapat dikuasai setelah sebelumnya Lanud Halim

Perdanakusuma juga telah dikuasai. Sedangkan untuk di dalam kota, diadakan

pengawalan yang melibatkan beberapa kendaraan lapis baja.

Soeharto akhirnya bisa menguasai keadaan setelah berhasil menumpas

kekuatan PKI di dua basis pentingnya. Peristiwa yang terjadi dengan begitu cepat dan

tertutup ini membuat tidak banyak orang yang mengetahui apa sebenarnya yang telah

terjadi. Tidak adanya keseimbangan informasi membuat banyak masyarakat yang

tidak mendapatkan informasi yang benar. Diantaranya adalah tidak adanya penjelasan

tentang kebenaran isu Dewan Jenderal.

Hal tersebut membuat peristiwa G30S-PKI menjadi peristiwa yang misterius.

Barang-barang bukti serta kesaksian tidak dibuka kepada publik, sehingga publik

hanya menerima apa-apa yang dikatakan oleh Mayjen Soeharto selaku Pangkostrad

yang bertugas mengambil alih komando jika tidak ada lagi Jenderal yang memimpin.

Para pelaku gerakan ini juga diadili secara tertutup di Mahmilub.

Langkah inilah yang kelak di kemudian hari akan membawa Soeharto kepada

kekuasaan sebagai presiden. Soeharto telah mendapat kepercayaan dari masyarakat

karena telah dianggap berhasil dalam meredam peristiwa G30S-PKI. Soeharto secara

halus sebenarnya telah melakukan kudtea kepada Presiden Soekarno dengan tidak

mematuhi perintahnya. Dengan pembangkangan ini serta lebih memilih untuk

melaksanakan inisiatifnya sendiri.[5]

Peristiwa G30S-PKI lebih jauh lagi, telah mampu mengantarkan Soeharto

menjadi Presiden. Pada masa kepemimpinannya, lokasi lubang buaya menjadi tempat

yang begitu sakral. Lubang buaya dianggap sebagai tempat permulaan bagi jalan

mulus Soeharto sebagai Presiden. Maka tak heran lokasi ini begitu diperhatikan

Page 15: PAncasila Sakti

sampai sampai Soeharto mendirikan sebuah monumen di lokasi ini. Tidak hanya

monumen, museum dan beberapa ruang pameran juga dibangun disini dengan tujuan

agar masyarakat Indonesia akan selalu mengingat peristiwa G30S-PKI.

Beberapa pendapat mewarnai kontroversi mengenai Monumen Pancasila

Sakti. Beberapa berpendapat bahwa Monumen ini hanyalah propaganda Soeharto

untuk melegitimasi kekuasaannya karena dulu pernah sangat berjasa bagi negara.

Selain itu, penimpaan kesalahan pada PKI juga menuai beberapa pertanyaan dari

banyak pihak. Ada anggapan bahwa peristiwa G30S-PKI hanyalah gerakan kup oleh

tentara junior angkatan darat kepada para seniornya.[6]

Pada masa pemerintahan Soeharto, monumen ini digunakan untuk menarik

sumpah setia kepada pancasila para menteri-menteri kabinetnya. Tiap tahun juga

selalu diperingati hari kesaktian Pancasila setiap tanggal 1 Oktober. Pada masa orde

baru, hari kesaktian pancasila merupakan salah satu hari yang sakaral dimana pada

hari itu semua instansi pemerintah wajib melakkan upacara bendera.

D.    Arti Penting Monumen Pancasila Bagi Masyarakat Indonesia.                

Sebagai monumen, Monumen Pancasila Sakti memiliki fungsi untuk

mengenang kejadian yang menjadi latar belakang pembangunannya. Dalam hal ini

Monumem Pacasila Sakti dibangun untuk mengenang jasa pahlawan revolusi yang

gugur dalam peristiwa G30S-PKI. Selain untuk mengenal pahlawan secara personil,

Monumen ini juga menjadi pengingat atas jasa ABRI yang telah menumpas gerakan

PKI dan jasa Soeharto.

Monumen Pancasila Sakti juga memiliki manfaat sebagai pengiingat untuk

lebih waspada. Terutama kewaspadaan terhadap gerakan PKI. Pada salah satu relief

tertulis pesan kewaspadaan akan bahaya laten komunis di Indonesia. Dalam relief

disebutkan, jika PKI hadir kembali di Indonesia maka kekacauan dan kekejaman pasti

akan terjadi. Karena itulah pemerintah orde baru begitu menjaga agar PKI tidak hadir

lagi di Indonesia.

Page 16: PAncasila Sakti

Monumen Pancasila Sakti juga bisa dijadikan referensi sejarah. Banyak benda

benda bersejarah yang ada di sini. Terutama benda-benda dari peristiwa G30S-PKI.

Monumen ini sendiri bisa membantu dalam visualisasi kejadian pada peristiwa G30S-

PKI karena dalam monumen setting tempat diseseuaikan dengan keadaan aslinya.

Salah satunya bangunan rumah dan sumur lubang buaya yang keadaannya masih

sama dengan yang ada di tanggal 30 September 1965.

Selain itu, Monumen Pancasila juga menjadi alternatif tempat rekreasi bagi

warga ibukota khususnya, serta masyarakat Indonesia pada umumnya. Suasana

tempat yang asri, masih rimbun dengan banyak pepohonan membuat tempat ini enak

dikunjungi untuk sekedar melepas penat dari suasana di kota yang pengap suasana

yang tenang juga bisa menyegarkan pikiran. Juga bisa menjadi tempat liburan bagi

seluruh keluarga yang terjangkau, baik untuk masalah waktu maupun masalah biaya.

[1] John Roosa. Dalil Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto. hlm. 10

[2] John Roosa. Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto. Hlm. 40

[3] Id. hlm. 55[4] Nugroho Notosusanto. Tragedi Nasional percobaan Kup G30S-PKI di Indonesia. hlm 57[5] Eros Djarot. Siapa Sebenarnya Soeharto: Fakta dan Kesaksian Para Pelaku Sejarah G30S-PKI, hlm. 42[6] John Roosa. Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto. Hlm. 102

http://lejerk.blogspot.com/2012/03/deskripsi-monumen-pancasila-sakti.html