a1_analisa Roccipi_m. Sakti Sukmayana

download a1_analisa Roccipi_m. Sakti Sukmayana

of 20

description

ROCIIPI

Transcript of a1_analisa Roccipi_m. Sakti Sukmayana

A1_Analisa ROCCIPI_Muhammad Sakti SukmayanaANALISA ROCCIPI RANCANGAN PERDA MRT

1. M. SAKTI SUKMAYANA 0312111320492. M. TEGUH ARYANTO 0312111321023. M. TSALIS FIKHRI 0312111320234. M. KAHFI INDRA S 0312111320245. BHIMANTARA SHANDIA H. 031211131136

RO :1. PENGENDARA MOTOR2. PENGENDARA MOBIL3. PENYEDIA JASA MRT4. PENGGUNA KENDARAAN UMUM

LIA :1. PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR2. PEMERINTAH KOTA SURABAYA3. POLISI4. DIREKTORAT JENDRAL PAJAK

PELAKUPERILAKU BERMASALAH

RO 1PENGENDARA MOTOR Keengganan pengendara motor menggunakan MRT dikarenakan kurangnya kualitas yang tersedia. Pengendara motor kurang menyadari bahaya yang ditimbulkan dari kemacetan.

RO 2PENGENDARA MOBIL Keengganan pengendara mobil beralih ke mode transportasi umum karena kurangya kualitas angkutan umum itu sendiri. Pengendara mobil kurang menyadari bahaya yang ditimbulkan dari kemacetan.

RO 3PENYEDIA JASA MRT Belum ada standar baku dalam hal pembuatan dan operasional kendaraan MRT

RO 4PENGGUNA MRT Kurangnya minat masyarakat dalam menggunakan jasa MRT

LIA 1PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR Belum adanya aturan yang mengatur kewenangan pemprov jawa timur dalam rangka pembuatan MRT Tidak adanya koordinasi yang jelas antara pemerintah kota surabaya dengan pemprov jatim terkait akan dibuatnya MRT

LIA 2PEMERINTAH KOTA SURABAYA Pemerintah Kota Surabaya tidak membuat aturan secara jelas tentang sistem MRT di Surabaya. Tidak adanya tindakan dari pemerintah kota Surabaya untuk menanggulangi masalah kemacetan.

LIA 3 POLISI LALU LINTAS Kurang dalam pengaturan lalu lintas yang lancar atau terhindar dari kemacetan. Polisi kurang tegas dalam praktek penegakan hukum pada kendaraan pribadi yang melanggar.

LIA 4DIREKTORAT JENDRAL PAJAK Kurang efektif dalam penetapan aturan besarnya pajak kendaraan bermotor pribadi, sehingga masyarakat bebas memiliki jumlah kendaraan pribadi yang diinginkan.

RO: Pengendara motorKATEGORI ROCCIPIMASALAHSOLUSI

Rule (Peraturan)Tidak adanya aturan tegas mengenai larangan atau pembatasan terhadap pengendara motor yang ada di jalan, sehingga pengendara motor bisa seenaknya berkendara tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan akibat membludak nya motor- motor yang beroprasi di jalanan sehingga mengakibatkan kemacetanPerlu dibuatnya peraturan perundang undangan yang mengatur mengenai larangan atau pembatasan terhadap jumlah motor yang beroprasi dan segala elemen pendukung yang diperlukan agar terciptanya payung hukum yang kuat untuk melakukan tindakan.

Opportunity (Kesempatan)Diakibatkan karena tidak adanya aturan yang jelas mengenai pembatasan kendaraan bermotor sehingga pengendara motor dapat beroprasi dengan nyaman tanpa berfikir akibat yang ditimbulkan.Perlunya dibentuk suatu aturan yang didalamnya mengatur uji kelayakan terhadap kendaraan yang akan di beroprasi di jalanan. Sehingga peraturan tersebut dapat dijalankan dan dapat dipergunakan dengan semestinya.

Capacity (Kemampuan)Banyak pengendara bermotor yang pada dasarnya belum memiliki kemampuan untuk berkendara misal seorang anak yang belum cukup umur dan tidak memiliki surat-surat kelengkapan berkendaraSudah adanya peraturan yang melarang bagi pengendara kendaraan bermotor yang belum cukup umur, namun perlu adanya tindakan yang tegas seperti penilangan dari pihak polisi yang diharapkan mampu untuk meminimalisir pengguna kendaraan pribadi dalam hal ini motor yang belum mampu dalam berkendara karena belum memiliki surat-surat kelengkapan berkendara.

Communication (Komunikasi)Kurangnya komunikasi yang baik antara Pemerintah dengan RO dalam hal ini pengendara motor khususnya mengenai diperlukannya penambahan aturan mengenai transportasi masa ini.Perlunya sosialisasi kepada RO untuk memberikan pengetahuan mengenai peraturan yang akan ada dan pemahaman mengenai transportasi publik dan segala keuntungan yang ada. Dan mungkin dengan menunjukkan kerja nyata dari peraturan itu sendiri. Seperti penerapan sanksi pidana dan pembatasan kendaraan pribadi.

Interest (Kepentingan)Banyak pengendara motor yang tidak memperdulikan dampak dari banyak nya motor yang beroprasi sehingga mengakibatkan macet dan kecelakaan lalu lintas Menumbuhkan kesadaran bersama kepada pengendara motor tentang akibat yang akan ditimbulkan jika manfaat kendaraan yang beroprasi di jalan tidak sebanding dengan akibat yang akan ditimbulkan

Process (Prosedur)Tidak ada peraturan khusus mengenai penegakan peraturan perundang-undangan. Sehingga peraturan yang akan ada hanya sekedar wacana saja.Perlu dibentuk peraturan khusus untuk mendukung penegakan peraturan yang akan ada. Contohnya peraturan pelaksana atau sebagainya dengan contoh konkritnya pembatasan kendaraan pribadi terlebih dahulu.

Ideologi (Nilai, Sikap, Budaya)RO dalam hal ini pengendara motor menganggap bahwa masalah kemacetan ini menjadi hal yang wajar, jika dilihat dari statistic pembelian kendaraan pribadi, maka perlu kiranya untuk dilakukan pembatasan itu baik berupa larangan maupun sanksi.Pengendara motor seharusnya sadar dan tanggap terhadap beberapa hal terkait dengan manfaat pembatasan kendaraan bermotor ini sehingga manfaatnya untuk banyak pihak bukan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja.

RO Pengendara mobilKATEGORI ROCCIPIMASALAHSOLUSI

Rule (Peraturan)Belum adanya mengenai peraturan perundang undangan yang tegas mengenai larangan atau pun pembatasan mobil pribadi yang beroprasiPerlu adanya peraturan pokok mengenai larangan ataupun pembatasan kendaraan pribadi dalam hal ini adalah mobil

Opportunity (Kesempatan)Diakibatkan karena tidak adanya aturan yang jelas mengenai pembatasan mobil pribadi sehingga pengendara mobil pribadi dapat beroprasi dengan nyaman tanpa berfikir akibat yang ditimbulkan.Perlunya dibentuk suatu aturan yang didalamnya mengatur uji kelayakan terhadap kendaraan yang akan di beroprasi di jalanan dan juga aturan mengenai batas maksimal kendaraan yang dimiliki setiap kepala keluarga khususnya mobil. Sehingga peraturan tersebut dapat dijalankan dan dapat dipergunakan dengan semestinya.

Capacity (Kemampuan)Banyak pengendara mobil yang pada dasarnya belum memiliki kemampuan untuk berkendara misal seorang anak yang belum cukup umur dan tidak memiliki surat-surat kelengkapan berkendaraSudah adanya peraturan yang melarang bagi pengendara kendaraan bermotor yang belum cukup umur, namun perlu adanya tindakan yang tegas seperti penilangan dari pihak polisi yang diharapkan mampu untuk meminimalisir pengguna kendaraan pribadi dalam hal ini mobil yang belum mampu dalam berkendara karena belum memiliki surat-surat kelengkapan berkendara.

Communication (Komunikasi)Kurangnya komunikasi yang baik antara Pemerintah dengan RO dalam hal ini pengendara mobil khususnya mengenai diperlukannya penambahan aturan mengenai transportasi masa ini.Perlunya sosialisasi kepada RO untuk memberikan pengetahuan mengenai peraturan yang akan ada dan pemahaman mengenai transportasi publik dan segala keuntungan yang ada. Dan mungkin dengan menunjukkan kerja nyata dari peraturan itu sendiri. Seperti penerapan sanksi pidana dan pembatasan kendaraan pribadi.

Interest (Kepentingan)Banyak pengendara mobil yang tidak memperdulikan dampak dari banyak nya mobil yang beroprasi sehingga mengakibatkan macet dan polusi udaraMenumbuhkan kesadaran bersama kepada pengendara mobil tentang akibat yang akan ditimbulkan jika manfaat kendaraan yang beroprasi di jalan tidak sebanding dengan akibat yang akan ditimbulkan

Process (Prosedur)Tidak ada peraturan khusus mengenai penegakan peraturan perundang-undangan. Sehingga peraturan yang akan ada hanya sekedar wacana saja.Perlu dibentuk peraturan khusus untuk mendukung penegakan peraturan yang akan ada. Contohnya peraturan pelaksana atau sebagainya dengan contoh konkritnya pembatasan kendaraan pribadi terlebih dahulu.

Ideologi (Nilai, Sikap, Budaya)RO dalam hal ini pengendara mobil menganggap bahwa masalah kemacetan ini menjadi hal yang wajar jika dilihat dari statistic pembelian kendaraan pribadi Maka perlu kiranya untuk dilakukan pembatasanPengendara mobil seharusnya sadar dan tanggap terhadap beberapa hal terkait dengan manfaat pembatasan kendaraan pribadi ini sehingga manfaatnya untuk banyak pihak bukan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja.

RO : Penyedia Jasa MRT Pihak yang menyediakan sarana transportasi yang terdiri dari pemerintah dan swasta.

KATEGORI ROCCIPIMASALAHSOLUSI

Rule (Peraturan)Sebagai penyedia jasa MRT, dalam pelaksanaannya masih menggunakan ketentuan-ketentuan dalam peraturan yang tidak secara khusus mengatur tentang MRT. Hal demikian sangat berbahaya mengingat, dalam tindakan administratif misalnya, dapat dimungkinkan terjadinya tumpang tindih kewenangan yang kemudian mengakibatkan terhambatnya penyediaan sarana dan prasarana utama maupun pendukung MRT. Selain itu, pengaturan MRT yang masih belum menyeluruh membuat pnyedia jasa sulit untuk mengembangkan MRT. Peraturan yang khusus mengatur MRT sangat diperlukan, karena di dalamnya memuat wewenang dan kewajiban penyedia jasa MRT. Pembentukan peraturan terkait MRT yang sistematis dan menyeluruh agar penyedia jasa transportasi umum dapat secara maksimal mengolah sarana dan prasarana utama maupun pendukung MRT sangat diperlukan. Tidak hanya secara procedural (administratif), peraturan terkait juga harus dapat mengatasi permasalahan teknis, seperti standar alat ransportasi dan fasilitas pendukung berupa jalan khusus MRT, halte, dan lain sebagainya.

Opportunity (Kesempatan)Sering terjadi monopoli penyediaan moda transportasi umum menjadikan sebagian penyedia jasa kesulitan mengembangkan usahanya. Selain itu prosedur administrasi yang kurang efisien menyulitkan penyedia menjalankan usaha.Diperlukan pengaturan teknis yang dapat menyeimbangkan kesempatan antar penyedia jasa agar tidak terjadi persaingan tidak sehat, semisal dibuat jadwal lintas antar MRT. Ada pun terkait prosedur administrasi yang menyulitkan dapat disederhanakan, namun tidak boleh menylahi prosedur baku.

Capacity (Kemampuan)Sering kali penyedia jasa tidak dapat memenuhi kriteria dan standar yang telah ditetapkan dengan alasan modal tidak mencukupi. Disamping itu juga pegawai penyedia jasa yang minim pengetahuan terkait prosedur pelayanan dan keselamatan juga turut mempengaruhi minat masyarakat akan layanan MRT.Diperlukan mekanisme pembiayaan bagi penyedia jasa yang efektif dan efisien agar penyedia jasa dapat secara maksimal menjalankan usahanya dan dapat memenuhi kriteria dan standar yang ditentukan. Ada pun pendidikan dasar pelayanan terkait MRT diberikan kepada pegawai terkait. Semisal kondektur MRT diajarkan cara melayani penumpang yang hendak naik atau turun kendaraan.

Communication (Komunikasi)Kurangnya sosilisasi peraturan yang mengatur tentang MRT membuat para penyedia jasa tidak mengetahui atau tidak memahami setiap kewajiban yang harus dipenuhi. Salah satu akibatnya adalah terancamnya keselamatan penumpang karena standar keamanan yang dibawah batas yang telah ditentukan.Pemerintah perlu memberikan sosiallisasi peraturan tentang MRT agar penyedia jasa dapat menentukan standar sesuai dengan yang tercantum dalam peraturan, serta mengetahui kewajiban-kewajiban lain yang harus terpenuhi agar penyediaan MRT dapat dilakukan secara maksimal dan penumpang dapat terlindungi.

Interest (Kepentingan)Seringkali penyedia jasa MRT menawarkan tarif yang rendah bagi para pengguna untuk dapat bersaing dengan penyedia jasa lainnya. Namun yang disayangkan, tariff murah tersebut diikuti dengan buruknya standar kendaraan dan keamanan. Perlu adanya standar baku untuk setiap jenis MRT yang diikuti dengan pengawasan serta sanksi bagi penyedia jasa yang tidak memenuhi standar tersebut. Juga dibutuhkan suatu kondisi yang mendukung persaingan sehat antar penyedia jasa

Process (Prosedur)Kurangnya fasilitas pendukung bagi penyedia jasa sering kali menjadi alasan bagi mereka untuk melakukan hal-hal yang dilarang. Misalnya sering kali ditemukan angkutan kota maupun bus kota yang memberhentikan kendaraan disembarang tempat untuk menurunkan penumpang atau menaikkan penumpang. Prosedur keamanan dalam kendaraan juga sering kali diabaikan oleh penyedia jasa.Diperlukan peningkatan fasilitas pendukung dari segi kualitas maupun kuantitas agar penyedia jasa MRT tidak lagi memiliki alasan untuk melanggar aturan yang ada. Untuk itu diperlukan pula saksi yang tegas untuk menimbulkan efek jera. Standarisasi prosedur juga diperlukan untuk memaksimalkan layanan MRT.

Ideologi (Nilai, Sikap, Budaya)Sekarang ini banyak penyedia jasa yang mengorientasikan layanan mereka semata-mata untuk mencari keuntungan, tanpa memikirkan kenyamanan dan keselamatan penumpangDiperlukan penyuluhan mengenai arti penting MRT dalam banyak aspek yang tidak hanya menyangkut kepentingan penyedia jasa saja, melainkan juga kepentingan penumpang dan bahkan stabilitas sosial dan ekonomi daerah.

RO : Pengguna jasa Setiap orang yang menggunakan jasa MRT

KATEGORI ROCCIPIMASALAHSOLUSI

Rule (Peraturan)Pengaturan dalam perundang-undangan khusus terkait pengguna transportasi umum belum dibentuk hingga saat ini. Ada pun pengaturan yang dapat dikenakan kepada pengguna transportasi umum masih menggunakan perundang-undangan yang subyek hukumnya bersifat general. Diperlukan pengaturan secara khusus dan sistematis yang dimaksudkan untuk melindungi hak-hak pengguna MRT. Dalam pelaksanaannya peraturan khusus ini tidak menghapus semua ketentuan yang menyangkut pengguna MRT, melainkan diharapkan penyusunan peraturan khusus ini dapat bersinergi dengan ketentuan-ketentuan dari peraturan lainnya.

Opportunity (Kesempatan)Kurangnya tempat pemberhentian, dan kuantitas MRT yang masih sangat sedikit saat ini menjadi kendala utama bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan fasilitas ini untuk aktifitas sehari-hari. Juga biaya untuk menggunakan fasilitas ini baagi sebagian masyarakat dirasa masih terlalu tinggi.Penambahan fasilitas-fasilitas pendukung serta penambahan jumlah dan jenis MRT menajdi solusi konkrit untuk memenuhi kebutuhan MRT masyarakat. Kuantitas yang telah memenuhi kebutuhan masyarakat juga harus diikuti dengan penyesuaian tariff yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahkan jika perlu, dapat dilakukan segmentasi tariff dengan mempertimbangkan factor yang berpengaruh pada daya beli masyarakat.

Capacity (Kemampuan)Mahalnya tarif untuk dapat menikmati fasilitas MRT menjadi kendala utama yang menyebabkan masyarakat enggan menggunakan MRTDiperlukan pengaturan dan penetapan tarif yg dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahkan jika perlu, dilakukan segmentasi tarif dengan mekanisme tertentu untuk meringankan beban kalangan masyarakat ekonomi rendah.

Communication (Komunikasi)Kurangnya sosialisasi terkait manfaat, efektifitas dan efisiensi yang diperoleh dari penggunaan MRTPerlu adanya sosialisasi yang intens mengenai seluk beluk dan keuntungan menggunakan MRT sebagai moda transportasi utama kepada masyarakat luas.

Interest (Kepentingan)Kurangnya minat masyarakat untuk menggunakan MRT dikarenakan masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi yang dirasa lebih nyaman dan dapat digunakan kemana pun sesuai keinginan sendiri. Serta sentiment negatif MRT yang dianggap kotor, kurang nyaman, dan terkesan membutuhkan biaya lebih mahal dibandingkan menggunakan kendaraan pribadiUntuk itu diperlukan pengadaan moda MRT yang nyaman, aman, dan murah. Rasa nyaman dapat diperoleh melalui pembersihan kendaraan secara berkala, penggantian bagian kendaraan yang tidak layak ikut dioperasikan. Keamanan dapat secara maksimal jika ada sanksi kepada petugas MRT maupun penumpang yang tidak mematuhi peraturan. Semua itu harus dapat terlaksana tanpa meberlakukan kenaikan harga tiket.

Process (Prosedur)

Ideologi (Nilai, Sikap, Budaya)Ketidak tahuan dan rasa tidak ingin tahu akan kemudahan yang diberikan oleh pemerintah melalui fasilitas MRT menjadi sikap yang buruk yang ditunjukkan masyarakatPenyuluhan dan sosialisasi terkait MRT dapat dilakukan secara intens agar masyarakat sedikit demi sedikit mau melirik dan mulai menggunakan MRT sebagai saran transportasi utama

LIA : Pemerintah Provinsi Jawa TimurKATEGORI ROCCIPIMASALAHSOLUSI

Rule (Peraturan)Belum adanya mengenai peraturan perundang undangan yang tegas mengenai transportasi masa ini yang menyulitkan pemerintah provinsi untuk menjadi dasar dibuatnya peraturan yang baru.Perlu adanya peraturan pokok mengenai MRT.

Opportunity (Kesempatan)Kurangnya kesempatan untuk membahas bersama dengan masyarakat maupun pemeritah kota mengenai masalah kemacetan yang melanda di Surabaya yang seharusnya dapat diatasi dengan adanya system MRT.Perlunya sosialisasi mengenai system MRT ini yang nantinya akan mengurangi kemacetan.

Capacity (Kemampuan)Kurangnya sarana dan prasana yang memadai sehingga pemprov kebingungan harus bertindak apa untuk mengatasi kemacetan yang ada.Perlunya kinerja yang lebih aktif dari pemprov untuk berkoordinasi dengan baik dengan RO dan LIA yang lain. Bahkan jika diperlukan untuk membuat sebuah badan khusus mengenai proyek ini.

Communication (Komunikasi)Kurangnya sosialisasi antara LIA dengan RO, sehingga kurangnya kerja sama antara mereka.Perlunya sosialisasi mengenai MRT dan segala keuntungan yang akan diperoleh nantinya.

Interest (Kepentingan)Dengan belum adanya peraturan yang tegas mengenai siapa yang paling berwenang menyelenggarakan proyek MRT ini, kepentingan dari masing masing LIA pun saling berbenturan sehingga satu sama lain tidak ada yang mengalah dan malah menjadikan proyek ini terbengkalai jika memang hingga saat ini tidak ada peraturan yang mengakomodirSebagai salah satu yang bisa menyelenggarakan proyek ini, sebenarnya perlu dilakukannya kerjasama yang baik dengan LIA yang lain agar tidak terjadi lagi benturan kepentingan di dalamnya.

Process (Prosedur)Lambatnya proses pembentukan peraturan perundang undangan pokok sehingga memperlambat semua mega proyek yang semestinya bisa dijalankan dengan baik ini.Peningkatan SDM yang mampu membuat peraturan yang baik dan mengingatkan bahwa perlunya dibuat aturan ini untuk mengurangi kemacetan yang semakin hari semakin masif.

Ideologi (Nilai, Sikap, Budaya)Sikap acuh tak acuh dari pemprov jawa timur untuk turun langsung dalam melaksanakan fungsi perwakilan pemerintah pusat di daerah.Pemprov seharusnya lebih aktif dalam mengkoordinasikan setiap permasalahan yang ada di daerah, khususnya kota surabaya, kepada pemerintah pusat. Sehingga masalah tersebut dapat dihadapi lebih mudah dengan koordinasi yang baik.

LIA : Pemerintah Kota SurabayaKATEGORI ROCCIPIMASALAHSOLUSI

Rule (Peraturan)Adanya peraturan perundang-undangan, namun tidak ada tindakan lebih lanjut dalam pengimplementasian ke dalam sistem pemerintahan kota. Perlunya dibuat peraturan daerah yang mengatur lebih lanjut menenai proses maupun tata cara pengaturan transportasi publik agar adanya kejelasan aturan yang bisa dijadikan acuan oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam melaksanakan fungsinya membentuk transportasi publik yang lebih baik.

Opportunity (Kesempatan)Adanya celah untuk tidak melakukan tindakan penegakan tersebut, karena banyaknya masalah yang diselesaikan pemerintah. Sehingga kurangnya perhatian khusus terhadap masalah transportasi publik ini.Perlunya dibentuk tim khusus dalam pelaksanaan peraturan yang sudah ada. Sehingga peraturan tersebut dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.

Capacity (Kemampuan)Kurangnya sarana dan prasarana dalam mode transportasi publik di surabaya menyebabkan kurangnya wilayah yang bisa dijangkau oleh transportasi publik.Penambahan sarana dan prasarana untuk mendukung akomodasi yang lebih tinggi dari transportasi publik dan juga membuat suatu badan khusus untuk mendukung penegakan peraturan yang sudah ada.

Communication (Komunikasi)Kurangnya komunikasi yang baik antara Pemerintah kota Surabaya dan juga RO mengenai diperlukannya penambahan aturan mengenai transportasi masa iniPerlunya Pemerintah kota Surabaya untuk mengadakan sosialisasi kepada RO untuk memberikan pengetahuan mengenai peraturan yang akan ada dan pemahaman mengenai transportasi publik dan segala keuntungan yang ada. Dan mungkin dengan menunjukkan kerja nyata dari peraturan itu sendiri. Seperti penerapan sanksi pidana dan pembatasan kendaraan pribadi.

Interest (Kepentingan)Kurangnya tindakan yang nyata dari Pemerintah Kota Surabaya dalam pengaturan sistem transportasi publik sehingga menyebabkan ketidakteraturan mode transportasi publik sehingga menimbulkan keengganan masyarakat dalam menggunakan mode transportasi publik.Harus ada tindakan tegas dari Pemerintah Kota Surabaya baik dalam pengaturan sistem transportasi publik maupun bagaimana cara agar bisa menarik minat para pengguna transportasi publik supaya lebih nyaman dan aman dalam menggunakan mode transportasi tersebut, sehingga bisa lebih menekan angka peningkatan jumlah pengguna kendaraan pribadi.

Process (Prosedur)Tidak ada peraturan khusus mengenai penegakan peraturan perundang-undangan. Sehingga peraturan yang akan ada hanya sekedar wacana saja.Perlu dibentuk peraturan khusus untuk mendukung penegakan peraturan yang akan ada. Contohnya peraturan pelaksana atau sebagainya dengan contoh konkritnya pembatasan kendaraan pribadi terlebih dahulu.

Ideologi (Nilai, Sikap, Budaya)Pemerintah Kota Surabaya menganggap masalah kemacetan ini menjadi hal yang wajar jika dilihat dari statistik pembelian kendaraan pribadi dan juga ketidakmampuan baik dalam masalah keilmuan maupun dalam hal finasial. Pemerintah Kota Surabaya perlu melakukan pengkajian lebih dan mempelajari lebih mengenai apa yang semestinya dilakukan dengan salah satu caranya yaitu belajar dari Negara yang sudah sukses melakukan system transportasi masa ini dan perlu adanya kerjasama yang konkret yang berkesinambungan dari Pemerintah Kota Surabaya dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam rangka menciptakan transportasi publik yang lebih baik di Surabaya.

LIA : POLISIKATEGORI ROCCIPIMASALAHSOLUSI

Rule (Peraturan)Tidak adanya aturan yang jelas mengenai peraturan perundang-undangan yang mengatur sistem keamanan di MRT sehingga menghambat kinerja LIA itu sendiri. Perlu dibuatnya peraturan perundang undangan yang mengatur mengenai MRT, khususnya aturan mengenai keamanan masyarakat sehingga membantu instansi penegak hukum dalam menjalankan peran dan fungsinya sesuai payung hukum yang ada.

Opportunity (Kesempatan)Adanya celah untuk tidak melakukan tindakan penegakan hukum tersebut, karena banyaknya masalah lain yang diselesaikan pihak kepolisian lalu lintas. Sehingga kurangnya perhatian khusus mengenai transportasi massa ini.Perlunya dibentuk badan khusus dalam badan struktur kepolisian lalu lintas guna penegakan peraturan yang sudah ada. Sehingga peraturan tersebut dapat ditegakkan dan dapat dipergunakan dengan semestinya secara maksimal.

Capacity (Kemampuan)Kurangnya partisipasi masyarakat untuk membantu penegak hukum dalam hal ini kepolisian lalu lintas dalam penyelenggaraan lalu lintas yang tertib dan amanPemberian penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga keamanan dan kenyamanan saat penggunaan transportasi masa ini. Serta penambahan personil dalam angkutan tersebut.

Communication (Komunikasi)Kurangnya keterbukaan masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah ini karena hal tersebut membuat sulit LIA dalam penegakan hukumnya terhadap RO saat pemanfaatan angkutan tersebut.Perlunya pemerintah memberikan kegiatan penyuluhan terhadap RO, sehingga RO dapat ikut serta dalam menjaga fasilitas yang disediakan pemerintah. Serta LIA dapat menjalankan fungsi dan perannya sebagaimana mestinya

Interest (Kepentingan)

Process (Prosedur)Tidak adanya pengaturan secara jelas alur penanggulangan kemacetan oleh penegak hukum. Dan tidak adanya aturan mengenai standart umum kendaraan pribadi ataupun angkutan umum, sehingga sering terjadi kemacetan oleh kendaraan bermotorPerlu dibentuk aturan pelaksana dalam penerapan peraturan perundang-undangan yang telah ada. Dan perlu diatur mengenai kualitas kendaraan sebelum diperbolehkan beroperasi di jalanan, melalui pengecekan kendaraan secara langsung per 5 tahun umur kendaraan saat perpanjangan STNK baru kendaraan tersebut.

Ideologi (Nilai, Sikap, Budaya)Sikap kepolisian lalu lintas yang kurang tegas dalam penindak lanjutan kualitas kendaraan bermotor yang sudah tidak layak pakai secara kualitas. Akibatnya pembludakan kendaraan bermotor pribadi ataupun angkutan umum yang tidak terkontrol.Lebih tidak pandang bulu dalam penegakan hukum di lapangan, selalu melakukan pengecekan stnk serta sim di jalan raya terhadap kendaraan bermotor yang dirasa tidak layak pakai menurut aturan yang berlaku. Membatasi masa perpanjangan STNK kendaraan bermotor yang dibolehkan dalam beroperasi di jalan.

LIA : DIREKTORAT JENDRAL PAJAKKATEGORI ROCCIPIMASALAHSOLUSI

Rule (Peraturan)Belum adanya aturan pasti mengenai pemungutan pajak kendaraan bermotor sesuai jumlah yang ditentukan dengan sistem pemberatan bagi pemilik kendaraan bermotor pribadi yang memiliki lebih dari 1 (satu) kendaraan.Perlu adanya peraturan penerapan pajak daerah yang diatur dalam peraturan khusus mengenai MRT.

Opportunity (Kesempatan)Kurangnya kesempatan pemerintah khususnya dirjen perpajakan dalam penyuluhan aturan-aturan perpajakan kendaraan bermotor kepada masyarakat. Contoh seperti mengapa kendaraan pribadi dimahalkan dalam pemungutan pajaknya.Perlu adanya sosialisasi pentingnya memaksimalkan angkutan umum, dan menjaga kendaraan agar kualitasnya standart keamanan, lingkungan serta kualitas yang baik.

Capacity (Kemampuan)Kurang mengontrol dalam tindak penyelewangan pajak kendaraan bermotorPerlu adanya aturan mengenai sanksi dalam pelaksanaan pemungutan pajak yang tidak sesuai dengan undang-undang, begitupun sanksi terhadap pemilik kendaraan pribadi yang tidak taat pajak.

Communication (Komunikasi)Kurangnya sosialisasi antara LIA dengan RO, sehingga kurangnya kerja sama antara mereka.Perlunya sosialisasi mengenai MRT dan segala keuntungan yang akan diperoleh nantinya.

Interest (Kepentingan)Dengan adanya MRT. Pendapatan negara terancam akan turun dari jumlah kendaraan pribadi yang menurun. Yakni pajak kendaraan juga merupakan sumber pendapatan daerah yang ditengarai menyumbang banyak.Penerapan sistem pajak pada angkutan umum di tiap penggunaan fasilitas pemerintah, serta peningkatan kualitas angkutan masa tersebut, untuk menarik publik interest penggunaan MRT tersebut, sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah melalui pungutan pajak penyedia jasa.

Process (Prosedur)Proses pembentukan peraturan mengenai MRT ini yang tertunda cukup lama, karena proses yang kurang jelas dari pihak swasta dan pemerintah.Peningkatan SDM yang mampu membuat peraturan yang baik dan mengingatkan bahwa perlunya dibuat aturan ini untuk mengurangi kemacetan yang semakin hari semakin masif.

Ideologi (Nilai, Sikap, Budaya)

SOLUSI YANG DITAWARKANKemacetan merupakan suatu hal yang harus diatasi dengan adanya suatu hubungan yang harmonis baik dari pihak LIA maupun RO, sehingga hal tersebut akan mengakibatkan adanya kondisi dimana terciptanya suatu keteraturan di jalan raya. Hubungan yang harmonis tersebut bisa terjadi apabila aturan yang dibuat dari LIA dipatuhi dan dijalankan oleh RO.Dalam masalah ini menurut kelompok kami LIA dalam hal ini adalah Pemerintah Kota Surabaya harus lebih berperan aktif dalam hal memberikan aturan yang jelas tentang sistem MRT di surabaya dengan membuat suatu perda khusus tentang MRT diamana berisi tentang aturan mengenai sistem MRT di Surabaya, dan langkah-langkah yang ditempuh Pemerintah Kota Surabaya untuk mengurangi jumlah pengendara kendaraan pribadi, dan juga bilamana diperlukan perlu adanya badan khusus yang bertugas menjalankan, mengontrol, dan juga mengawasi jalannya mode transportasi massal di Surabaya. Selain itu perlu juga adanya tindakan dari LIA lain yaitu misalnya, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan lebih berperan aktif dalam dalam pengkoordinasian masalah kemacetan sehingga akan lebih cepat ditangani, dan juga adanya dukungan dari LIA yang telah kelompok kami jelaskan dalam tabel diatas tersebut.20