Pancasila makalah Garam

5
MAKALAH PANCASILA IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB INDONESIA MENGIMPOR GARAM DARI NEGARA LAIN DISUSUN OLEH : DWIKI ALAMANDA AZHIMI M 11512304 ARSITEKTUR

description

menjelaskan tentang mengapa indonesia masih mengimpor garam

Transcript of Pancasila makalah Garam

MAKALAHPANCASILAIDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB INDONESIA MENGIMPOR GARAM DARI NEGARA LAIN

DISUSUN OLEH :DWIKI ALAMANDA AZHIMI M11512304ARSITEKTURUNIVERSITAS ISLAM INDONESIAPendahuluanKegiatan mengimpor garam adalah salah satu masalah besar yang dialami oleh masyarakat Indonesia saat ini yang tidak begitu diperhatikan dan dihiraukan pemerintah Indonesia. Padahal, perairan Indonesia sangat luas yaitu sekitar 3.287.010 km^2 dan pantainya sangat panjang sehingga disebut dengan Negara perairan selain itu, Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang ke-4 di dunia. Hal tersebut berpotensi menjadikan Indonesia sebagi produsen garam. Namun sepertinya, nasib para petani garam Indonesia saat ini tidak dipedulikan oleh pemerintah. Dengan alasan sumber daya alam yang ada Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan garam dalam negeri, kondisi tersebut seolah memaksa pemerintah untuk menetapkan kebijakan impor garam dari negara lain guna memenuhi kebutuhan garam masyarakat Indonesia. Namun sangat disayangkan, seolah kecanduan mereka hanya terus menerus melakukan impor tanpa memikirkan bagaimana kehidupan petani garam. Dan tanpa pemerintah sadari, jika mereka terus terusan melakukan impor garam maka garam hasil dari Indonesia sendiri tidak akan laku dan para petani garam Indonesia akan kehilangan pekerjaan mereka.

Faktor Penyebab Pemerintah Mengimpor Garam1. Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan garam dalam negeri.Kondisi kurangnya sumber daya alam memaksa pemerintah untuk menetapkan kebijakan impor garam dari negara lain guna memenuhi kebutuhan garam masyarakat Indonesia. Namun, hingga kini belum terlihat upaya siginifikan dari pemerintah untuk meng-upgrade teknologi pengolahan garam seperti minimnya dukungan modal, teknologi, dan insfrastruktur pengelolaan garam di Indonesia.. Bahkan tidak ada pemikiran insentif bagi petani garam sehingga sebagian besar dari mereka tidak mampu lagi berproduksi.

2. Garam hasil dari Indonesia kurang asin atau kurang berasa (kualitas kurang baik)Para petani beralasan garam meka kurang asin disebakan oleh pemerintah yang tidak pernah memperdulikan nasib mereka.. Seperti, pemerintah tidak pernah memberikan infrastruktur yang bagus dan memadai serta menyediakan para petani peralatan yang diperlukan untuk proses pengolahan garam. Pemerintah dinilai hanya meminta hasil yang maksimum saja dari petani garam tanpa menyadari kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembuatan garam di Indonesia. Para petani garam juga memerlukan peralatan dan infrastruktur yang memadai untuk menghasilkan garam yang maksimum,jika infrastrukturnya juga tidak memadai otomatis hasilnya akan kurang bagus sehingga menyebabkan rasa garam hasil dari Indonesia kurang asin.3. Politik Kebijakan Impor Garam IndonesiaYang terjadi saat ini, meskipun perairan Indonesia sangat luas, namun pengolahan garam yang masih sangat tradisional menghambat efisiensi, kualitas, dan kuantitas produksi garam lokal dan lagi tidak adanya sinkronitas antar data yang disajikan oleh kementrian-kementrian terkait. Secara statistik tidak terdapat kesesuaian antar data yang disajikan terkait kemampuan produksi garam lokal sehingga angka-angka yang muncul tidak bisa dipertanggungjawabkan. Akibatnya kebijakan impor garam yang seharusnya didasarkan pada alokasi kebutuhan garam lokal juga tidak memiliki kejelasan. Menurut Lukman Baihaki, peneliti pada Pusat Studi Perdagangan Dunia (PSPD) UGM, motivasi pemerintah tidak lagi didarkan pada kesejahteraan rakyat, justru keuntungan materi sebesar-besarnya bagi kelompok-kelompok kepentingan tertentu telah menjadi landasan dalam pengambilan kebijakan.4. Kebijakan mengimpor garam adalah bagian dari perdagangan bebasPada tahun 2007, Atih Suryati, Komisaris Utama PT. Garam (Persero), terjadi kelebihan pasokan garam sebesar 200.000 ton. Dan, sekarang impor garam masih dilakukan, padahal para petani garam sedang melakukan panen raya sejak bulan Juli lalu di berbagai daerah. Keberadaan garam impor telah membuat harga garam lokal jatuh sebesar 43,75%. Ada dugaan, politik impor garam ini bukan sekedar untuk merespon menurunnya produksi garam nasional, melainkan untuk memenuhi kepentingan produsen garam seperti Australia untuk menjual garamnya di Indonesia. Ini merupakan bentuk dukungan pemerintah Indonesia terhadap agenda perdagangan bebas.KesimpulanKenyataan di atas menunjukkan bahwa persoalannya terletak pada pemerintah. Pertama, tidak adanya komunikasi antara pemerintah dan para petani garam sehingga cenderung merugikan posisi petani dan menurunkan kualitas produktifitas garam di Indonesia. Di samping itu, di dalam kebijakan impor ini ada juga di latarbelakangi kepentingan segelintir importir yang bernafsu meraup keuntungan besar tanpa memikirkan efek bagi garam beserta petani garam Indonesia.