Pajak - Koreksi Fiskal
description
Transcript of Pajak - Koreksi Fiskal
Rangkuman Materi Kuliah
Perpajakan
KOREKSI FISKAL
Oleh:
SYAHRIZAL (A311 10 267)
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2012
Pengertian Koreksi Fiskal
Koreksi fiskal timbul karena adanya perbedaan laba menurut akuntansi
dan laba menurut pajak, yang mana koreksi ini dilakukan terhadap laba akuntansi
untuk mendapatkan laba kena pajak.
Laporan keuangan komersial yang disusun oleh perusahaan setiap akhir
periode menunjukkan informasi tentang laba yang diperoleh perusahaan yang
disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim (di Indonesia
berdasarkan standar akuntansi keuangan), dan posisi keuangan perusahaan.
Adanya kecenderungan laporan keuangan yang disusun untuk kepentingan
komersial (selain kantor pajak) maka diperlukan koreksi atau rekonsiliasi fiskal.
Koreksi fiskal adalah koreksi-koreksi yang dilakukan terhadap laba
menurut akuntansi untuk mendapatkan laba menurut pajak. Laba pajak dihitung
dengan menggunakan konsep cara pengakuan dan pengukuran menurut ketentuan
perpajakan. Laba akuntansi sebaiknya dihitung dengan menggunakan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum yang kadang-kadang terdapat perbedaan.
Perbedaan itu adalah sebagai berikut :
a. Perbedaan konsep pendapatan
b. Perbedaan cara pengukuran pendapatan
c. Perbedaan pengakuan pendapatan
d. Perbedaan konsep biaya
e. Perbedaan cara pengukuran dan pengekuan biaya
a. Perbedaan Konsep Pendapatan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) bahwa setiap tambahan
kemampuan ekonomis diakui sebagai pendapatan. Tetapi untuk tujuan pajak tidak
semua tambahan kemampuan ekonomis itu diakui sebagai pendapatan. Misalnya,
deviden yang diterima dari perusahaan tertentu. Dari segi akuntansi deviden ini
merupakan pendapatan. Tetapi untuk pajak, meungkin bukan merupakan
pendapatan, keadaan ini akan mengakibatkan berbedanya laba akuntansi dengan
laba pajak.
b. Perbedaan Cara Pengukuran Pendapatan
Cara pengukuran pendapatan untuk pajak pada umumnya tidak berbeda
dengan pengukuran pendapatan untuk akuntansi, pendapatan umumnya diukur
sebesar jumlah yang dibebankan kepada pembeli. Namun, dalam hal antara
penjual dan pembeli terdapat hubungan istimewa, maka jumlah tersebut mungkin
tidak wajar. Misalnya jumlah tersebut terlalu besar atau terlalu kecil dibandingkan
dengan harga normal apabila kedua perusahaan tidak mempunyai hubungan
istimewa, dalam hal ini demikian pihak pajak dapat mengoreksi jumlah yang
dibebankan kepada pembeli ke araj jumlah yang wajar. Dengan kata lain, terdapat
kemungkinan perbedaan cara pengukuran pendapatan antara pajak dengan
akuntansi, contoh perusahaan dianggap mempunyai hubungan istimewa adalah
perusahaan induk dan perusahaan anak.
c. Perbedaan Pengakuan Pendapatan
Prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK) telah mencantumkan
beberapa kriteria tentang kapan suatu pendapatan dapat diakui. Ketentuan
perpajakan umumnya menganut cara yang sama dengan apa yang terdapat dalam
prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK). Tetapi dalam keadaan tertentu, saat
pengakuan pendapatan menurut akuntansi. Misalnya keuntungan penjualan aktiva
tetap, menurut akuntansi keuntungan ini harus diakui sebagai pendapatan saat
terjadinya penjualan. Untuk tujuan pajak keuntungan dari penjualan aktiva tetap
boleh diakui sekali secara bertahap dalam beberapa tahun melalui pengurangan
terhadap biaya penyusutan.
d. Perbedaan Konsep Biaya
Menurut Prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK) setiap penurunan
manfaat ekonomis dibebankan sebagai biaya. Tetapi, untuk tujuan pajak, tidak
semua penurunan manfaat ekonomis boleh dinbebankan sebagai biaya. Konsep
biaya untuk tujuan pajak dengan tegas telah disebutkan yaitu terbatas pada biaya
untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, oleh sebab itu terdapat
kemungkinan bahwa suatu biaya yang menurut akuntansi layak untuk tujuan
pajak. Contohnya adalah sumbangan, untuk tujuan pajak, sumbangan yang
diberikan tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
e. Perbedaan cara Pengukuran dan Pengakuan Biaya
Seperti halnya, pengukuran biaya untuk tujuan pajak pada umumnya tidak
berbeda dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK), yaitu sebesar harga
pertukaran. Tetapi apabila diantara pihak-pihak yang melakukan transaksi
terhadap hubungan istimewa, maka pihak pajak dapat menentukan kembali harga
pertukaran yang terjadi, sebab transaksi terhadap pihak yang berhubungan
istimewa tersebut dapat diatur dan merugikan negara. Misalnya harga pertukaran
dinyatakan terlalu tinggi dibandingkan dengan harga normal.
Kapan dan bagamaimana suatu biaya berbeda antara ketentuan perpajakan
dengan Prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK) misalnya pembebanan biaya
penyusutan. Pembebanan biaya penyusutan aktiva telah ditentukan dalam
undang-undang, selain menggunakan metode garis lurus juga menggunakan
metode saldo menurun. Tarif penyusutan yang digunakan juga telah ditetapkan,
biaya penyusutan untuk tujuan pajak ini mungkin berbeda dengan biaya
penyusutan untuk menghitung laba akuntansi. Misalnya penyusutan untuk tujuan
laba akuntansi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus disebabkan atas
dasar manfaat aktiva yang bersangkutan.
Perbedaan konsep, cara pengukuran dan pengakuan pendapatan dan biaya
antara pajak dan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK) menyebabkan
perlunya koreksi fiskal. Koreksi ini dilakukan dengan maksud menyesuaikan laba
akuntansi dengan ketentuan-ketentuan perpajakan sehingga diperoleh laba yang
menjadi dasar pengenaan pajak (laba kena pajak).
Jenis-Jenis Koreksi Fiskal :
Jenis koreksi fiskal di sini merupakan jenis-jenis perbedaan antara akuntansi
komersial dengan ketentuan fiskal (UU Nomor 10 TAHUN 1994 jo UU Nomor
17 Tahun 2000), yaitu terdiri dari :
1. Beda Tetap:
Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan sedangkan menurut
ketentuan PPh bukan penghasilan. Misalnya dividen yang diterima oleh
Perseroan Terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri dari penyertaan modal
sebesar 25% atau lebih pada badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di
Indonesia.
Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut
ketentuan PPh telah dikenakan PPh yang bersifat final. Penghasilan ini
dikenakan pajak tersendiri (final) sehingga dipisahkan (tidak perlu digabung)
dengan penghasilan lainnya dalam menghitung PPh yang terutang. Misalnya :
penghasilan atas bunga deposito atau tabungan lainnya yang telah dipotong
PPh Final oleh Bank sebesar 20%.
Menurut akuntansi komersial merupakan beban (biaya) sedangkan menurut
ketentuan PPh tidak dapat dibebankan (Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2000 ), misalnya ;
Biaya-biaya yang digunakan untuk memperoleh penghasilan yang
bukan obyek pajak atau pengenaan pajaknya bersifat final.
Penggantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan.
Sanksi perpajakan berupa bunga, denda, dan kenaikan.
Biaya-biaya yang menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan
karena tidak memenuhi syarat-syarat tertentu (misalnya ; daftar
nominatif biaya entertainment, daftar nominatif atas peghapusan
piutang).
2. Beda Waktu :
Beda waktu merupakan perbedaan metode yang digunakan antara akuntansi
komersial dengan ketentuan fiskal, misalnya ;
Metode penyusutan
Metode penilaian persediaan
Penyisihan piutang tak tertagih
Rugi-laba selisih kurs
Dan sebagainya.