Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum...

download Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan.pdf

of 26

Transcript of Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum...

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    1/26

    Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak

    sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak badan dan wajib pajak orang

     pribadi (yang menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena pajak).

    Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan perlakuan/pengakuan penghasilan maupun

     biaya antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak.Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :

    a. Beda tetap.

    Yaitu penghasilan dan biaya yang diakui dalam penghitungan laba neto untuk akuntansi

    komersial tetapi tidak diakui dalam penghitungan akuntansi pajak.

    Contoh penghasilan : sumbangan, Penghasilan bunga deposito.

    Contoh biaya : biaya sumbangan, biaya sanksi perpajakan.

     b. Beda waktu

    Yaitu penghasilan dan biaya yang dapat diakui saat ini oleh akuntansi komersial, tetapi tidak

    dapat diakui sekaligus oleh akuntansi pajak, biasanya karena perbedaan metode pengakuan.

    Contoh penghasilan : pendapatan laba selisih kurs

    Contoh biaya : biaya penyusutan, biaya sewaJenis koreksi fiskal adalah sebagai berikut :

    a. Koreksi fiskal positif

    Yaitu koreksi fiskal yang menyebabkan penambahan penghasilan kena pajak dan PPh

    terutang.

    Contoh : Biaya PPh

    Selengkapnya lihat Jenis koreksi fiskal positif.

     b. Koreksi fiskal Negatif

    Yaitu koreksi yang menyebabkan pengurangan penghasilan kena pajak dan PPh terutang.

    Contoh : Penghasilan bunga deposito.

    Selengkapnya lihat Jenis koreksi fiskal negatif.

    Dasar Hukum :a. UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh)

    Jenis Koreksi Fiskal Positif

    Koreksi Fiskal Positif Yaitu koreksi fiskal yang menyebabkan penambahan penghasilan kena

     pajak dan PPh terutang.

    Jenis Koreksi Fiskal Positif antara lain :

    a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk

    dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian

    sisa hasil usaha koperasi.

     b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,

    sekutu, atau anggota.

    c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali :

    1. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan

    kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan

    anjak piutang.

    2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh

    Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

    3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan.

    4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.

    5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan.

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    2/26

    6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk

    usaha pengolahan limbah industry.

    d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan

    asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh

     pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang

     bersangkutan.e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam

     bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh

     pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah

    tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau

     berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

    f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau

    kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan

     pekerjaan yang dilakukan.

    g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amilzakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan

    keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima

    oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya

    diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

    h. Pajak Penghasilan.

    i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau

    orang yang menjadi tanggungannya.

     j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer

    yang modalnya tidak terbagi atas saham.

    k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa

    denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan

    l. Persediaan yang jumlahnya melebihi jumlah berdasarkan metode penghitungan yang

    sudah ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008 tentang PPh.

    m. Penyusutan yang jumlahnya melebihi jumlah berdasarkan metode penghitungan yang

    sudah ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008 tentang PPh.

    n. Biaya yang ditangguhkan pengakuannya.

    Referensi :

    a. Pasal 4, Pasal 6 dan Pasal 9 UU no. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh)

    Jenis Koreksi Fiskal Negatif  Yaitu koreksi yang menyebabkan pengurangan penghasilan kena pajak dan PPh terutang.

    Jenis Koreksi Fiskal Negatif antara lain :

    1. Penghasilan yang telah dikenakan PPh Final antara lain :

    a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang

    negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang

     pribadi.

     b. Penghasilan berupa hadiah undian.

    c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang

    diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal

     pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.

    d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasakonstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan.

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    3/26

    2. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak antara lain :

    a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

    lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh

     penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk

    agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau

    disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yangketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah sepanjang tidak ada

    hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang

     bersangkutan.

     b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu

    derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau

    orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan

    atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,

     pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.

    c. Warisan.

    d. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau

    sebagai pengganti penyertaan modal.e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau

    diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah,

    kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara

    final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit ).

    f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi

    kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.

    g. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib

    Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari

     penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia

    dengan syarat :

     –   Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.

     –   bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang

    menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah

    25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor.

    h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan

    Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.

    i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud

     pada huruf h, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri

    Keuangan.

     j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang

    modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi,termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.

    k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba

    dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,

    dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :

     –   Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam

    sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

     –   sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

    l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut

    dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

    m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam

     bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar padainstansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    4/26

    kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama

    4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut

    dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

    n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

    kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan

    Peraturan Menteri Keuangan.o. Persediaan yang jumlahnya kurang jumlah berdasarkan metode penghitungan yang sudah

    ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008 tentang PPh.

     p. Penyusutan yang jumlahnya kurang jumlah berdasarkan metode penghitungan yang

    sudah ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008 tentang PPh.

    Dasar Hukum :

    a. Pasal 4 UU no. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh)

    Perbedaan Koreksi Fiskal Terdapat perbedaan dalam perlakuan penetapan pendapatan dan biaya menurut Undang-

    Undang Perpajakan Nomor 17 Tahun 2000 dengan Standar Akuntansi Keuangan sebagai

    akibat dari adanya beda tetap dan beda sementara; perlakuan akuntansi terhadap perbedaan

    tersebut perlu dilakukan rekonsiliasi antara laporan keuangan komersil dengan laporankeuangan fiskal; dan pengaruh perbedaan tersebut terhadap laporan keuangan yaitu pada

     besarnya jumlah pajak terutang dan jumlah laba usaha.

    Beda Tetap (Permanent Difference) Bagi perusahaan: semua pemasukan adalah pendapatan yang akan menambah laba kena pajak

    , dan semua pengeluaran adalah beban yang akan mengurangi laba kena pajak.

    Bagi Ditjend Pajak: tidak semua pemasukan adalah faktor penambah laba kena pajak, ada

     beberapa jenis pendapatan yang bukan merupakan faktor penambah laba kena pajak karena

     pendapatan tersebut sudah dikenakan pajak bersifat final, dan tidak semua pengeluaran

    adalah faktor pengurang laba kena pajak karena ada beberapa jenis pengeluaran yang

    sesungguhnya bukan merupakan bagian dari kegiatan perusahaan (sumbangan, entertain

    tanpa daftar normatif). Di dalam Akuntansi Perpajakan perbedaan ini disebut dengan BEDA

    TETAP (Permanent Difference).

    Perincian Beda Tetap Menurut SAK dan Menurut Fiskal

     No Jenis Perbedaan Menurut SAK Menurut Fiskal

    1 Penghasilan Bunga Bank Penghasilan di luar usaha Sudah dipotong PPh yang bersifat final

    2 Penghasilan Deviden Penghasilan di luar usaha Masuk dalam pengecualian objek pajak

    3 Biaya Sumbangan/Hadiah Biaya (tercantum dalam laba/rugi) Tidak mengurangi

     penghasilan

    4 Keuntungan dari penyertaan saham di BEI Penghasilan di luar usaha Tidak menambah

     penghasilan

    5 Penghasilan dari sumbangan/hibah Penghasilan luar biasa Tidak menambah penghasilan6 Tunjangan pegawai dalam bentuk natura Penghasilan (bagi pegawai) dan biaya (bagi

     pemberi kerja) Tidak mengurangi penghasilan

    7 Biaya Entertainment Dapat dimasukkan sebagai biaya Sebagai deductible expense jika ada

    daftar nominatifnya, dan sebaliknya.

    8 Biaya denda dan bunga pajak Pengurang penghasilan Non deductible expense

    9 Hibah/Warisan Dapat diperhitungkan sebagai biaya/penghasilan luar biasa Non deductible

    expense

    Beda Waktu (Time Difference) Perbedaan lainnya adalah perbedaan yang diakibatkan karena bedanya saat pengakuan (waktu

     pengakuan) baik itu terhadap pendapatan maupun beban (pendapatan/beban tangguhan), juga

    akibat perbedaan beban penyusutan dimana pihak Ditjend Pajak menggunakan metode penyusutan Garis Lurus (Straight Line Method) sementara perusahaan mungkin

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    5/26

    menggunakan metode penyusutan yang lain, yang oleh karenanya mengakibatkan adanya

     perbedaan alokasi beban penyusutan. Prakiraan Umur ekonomis atas aktiva tetap juga turut

    memberi kontribusi atas perbedaan tersebut. Dengan kata lain perbedaan metode yang

    digunakan antara akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal. Dalam Akuntansi Perpajakan

    ini disebut dengan BEDA WAKTU (Time Difference).

    Perincian Beda Waktu Menurut SAK dan Menurut Fiskal No Jenis Perbedaan Menurut SAK Menurut Fiskal

    1. Kerugian Piutang

    Depresiasi dan Amortisasi Ada dua metode pengakuan : metode cadangan dan langsung

    a. Depresiasi dihitung dengan mempertimbangkan nilai residu

     b. Umur ekonomis tergantung dari masing-masing aktiva tetap

    c. Metode depresiasi dikelompokkan ke dalam tiga kriteria : berdasarkan waktu, penggunaan,

    kriteria yang lainnya Metode yang diakui metode langsung (yang diakui sebagai biaya hanya

    yang benar-benar tidak tertagih)

    a. Tidak memperhitungkan nilai residu

     b. Umur ditentukan berdasarkan kelompok aktiva

    c. Tetapd. Metode depresiasi yang digunakan ada dua : garis lurus dan saldo menurun

    -end- by Admin @tanyaPAJAK

    Menghitung Pajak Penghasilan Wajib

    Pajak (WP) Badan 

    Posted on  November 22, 2012 Standard Reply 

    Pajak secara bebas dapat dikatakan sebagai suatu kewajiban warga negara berupa pengabdian

    serta peran aktif warga negara dan anggota masyarakat untuk membiayai berbagai keperluan

    negara dalam Pembangunan Nasional, tanpa adanya imbalan secara langsung yang

     pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang Perpajakan untuk tujuan kesejahteraan bangsa

    dan negara.

    Dengan semakin berkembangnya kondisi usaha dan bisnis baik ditingkat nasional maupun

    internasional, maka penghasilan yang diterima wajib pajak badan dalam negeri juga

    meningkat. Badan atau perusahaan merupakan subjek pajak dalam negeri dimana wajib pajak

     badan ini merupakan penyumbang bagi penerimaan negara dari sektor pajak yaitu pajak

     penghasilan badan.

    Dalam hal menjalankan usaha, suatu badan atau perusahaan harus membuat pembukuan

    untuk menunjang kegiatan usahanya. Sama halnya dalam perpajakan, pembukuan juga wajib

    dibuat oleh wajib pajak yang berbentuk badan untuk mempermudah menghitung pajaknya.

    Dalam makalah ini akan dibahas mengenai wajib pajak badan, kewajiban dan hak wajib pajak

     badan dalam perpajakan dan cara penghitungan pajak dari wajib pajak badan.

    Menurut UU No.28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pasal 1

    angka 3, Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik

    yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan

    terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN atau BUMD dengan nama dandalam bentuk apapun, firma, kongsi koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,

    https://tanyapajak1.wordpress.com/2012/11/22/menghitung-pajak-penghasilan-wajib-pajak-wp-badan/https://tanyapajak1.wordpress.com/2012/11/22/menghitung-pajak-penghasilan-wajib-pajak-wp-badan/https://tanyapajak1.wordpress.com/2012/11/22/menghitung-pajak-penghasilan-wajib-pajak-wp-badan/https://tanyapajak1.wordpress.com/2012/11/22/menghitung-pajak-penghasilan-wajib-pajak-wp-badan/https://tanyapajak1.wordpress.com/2012/11/22/menghitung-pajak-penghasilan-wajib-pajak-wp-badan/https://tanyapajak1.wordpress.com/2012/11/22/menghitung-pajak-penghasilan-wajib-pajak-wp-badan/https://tanyapajak1.wordpress.com/tag/koreksi-fiskal/https://tanyapajak1.wordpress.com/tag/koreksi-fiskal/https://tanyapajak1.wordpress.com/2012/11/22/menghitung-pajak-penghasilan-wajib-pajak-wp-badan/#respondhttps://tanyapajak1.wordpress.com/2012/11/22/menghitung-pajak-penghasilan-wajib-pajak-wp-badan/#respondhttps://tanyapajak1.wordpress.com/2012/11/22/menghitung-pajak-penghasilan-wajib-pajak-wp-badan/#respondhttps://tanyapajak1.wordpress.com/2012/11/22/menghitung-pajak-penghasilan-wajib-pajak-wp-badan/#respondhttps://tanyapajak1.wordpress.com/tag/koreksi-fiskal/https://tanyapajak1.wordpress.com/2012/11/22/menghitung-pajak-penghasilan-wajib-pajak-wp-badan/https://tanyapajak1.wordpress.com/2012/11/22/menghitung-pajak-penghasilan-wajib-pajak-wp-badan/https://tanyapajak1.wordpress.com/2012/11/22/menghitung-pajak-penghasilan-wajib-pajak-wp-badan/

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    6/26

    yayasan, organisasi massa, organisasi sosial poltik, atau organisasi lainnya, lembaga dan

     bentuk badan lainnya, termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

    Wajib Pajak Badan adalah Badan seperti yang dimaksud pada UU KUP, meliputi pembayar

     pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan atau memiliki kewajibansubjektif dan kewajiban objektif serta telah mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor

    Pokok Wajib Pajak (NPWP).

    Yang menjadi objek pajak PPh Badan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan

    ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak badan baik yang berasal dari Indonesia

    maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah

    kekayaan wajib pajak badan yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

    Penghasilan menurut UU Pajak Penghasilan adalah tambahan kemampuan ekonomis yang

    diterima atau diperoleh WP, baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang

    dapat dipakai untuk konsumsi maupun untuk menambah kekayaan yang bersangkutan dengannama dan dalam bentuk apapun.

    Adapun contoh cara menghitung penghasilan dapat digambarkan pada bagan sebagai berikut

    :

    Perusahaan Dagang 

    Penjualan Bruto ……………………………………………… Rp 

    -/- Retur ………………………………………………………..  Rp (-)

    Penjualan Netto ………..….………………………………..  Rp

    Harga Pokok Penjualan:

    Persediaan awal tahun ….… Rp__________  

    Pembelian ………………  Rp _ (+)

    Tersedia untuk dijual ……. Rp _

    Persediaan akhir tahun …  Rp (-)

    Harga Pokok Penjualan ……………………………………. Rp (-)

    Laba Bruto Usaha …………………………………………  Rp____________

    Biaya administrsi dan Umum ……………………………  Rp (-)

    Penghasilan Netto Usaha …………………………………  Rp____________

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    7/26

     

    Penghasilan Di Luar Usaha …………  Rp………………….. 

    Biaya Di Luar usaha ……………………  Rp………  ……….. 

    Penghasilan netto luar usaha …………………………..  Rp …………………_

    Jumlah Penghasilan Neto (Komersial).…………………  Rp

    ===========

    Dari jumlah penghasilan neto komersial tersebut, kemudian dilakukan penyesuaian-

     penyesuaian (adjust-ment ), yang didasarkan pada aturan-aturan perpajakan untuk

    memperoleh penghasilan neto fiskal, yakni penghasilan neto yang didasarkan pada

     perhitungan yang diakui secara fiskal. Penyesuaian-penyesuaian tersebut disebut KOREKSI

    FISKAL. Koreksi fiskal ada dua macam, yakni koreksi fiskal POSITIF dan koreksi fiskal NEGATIF.

    Pengertian Rekonsiliasi Fiskal

    Karena terjadi perbedaan pengakuan dalam menyusun laporan keuangan antara komersil

    dengan perpajakan maka perlu dilakukan penyesuaian atau rekonsiliasi fiskal. Rekonsiliasi

    fiskal adalah suatu mekanisme penyesuaian pelaporan keuangan wajib pajak badan menurut

    ketentuan komersial diubah menjadi menurut ketentuan perpajakan atau fiskal. Rekonsiliasi

    fiskal adalah sebuah lampiran SPT tahunan PPh Badan berupa kertas kerja yang berisi

     penyesuaian antara laba/rugi sebelum pajak menurut komersial dengan laba/rugi menurut

    SPT Tahunan (perpajakan).

    Untuk melakukan penghitungan PPh Badan, harus diketahui laba fiskal dalam tahun pajak

    yang didapat dari rekonsiliasi fiskal. Rekonsiliasi fiskal dilakukan terhadap seluruh unsur

     penyusunan laporan laba rugi, meliputi pendapatan dan biaya, secara ringkas rekonsiliasi

    fiskal dilakukan terhadap :

    1. Wajib pajak yang memiliki penghasilan final

    2. Wajib pajak yang memiliki penghasilan yang bukan objek pajak

    3. Wajib pajak mengeluarkan biaya-biaya yang tidak boleh menjadi pengurang penghasilan

    (pasal 9 UU PPh)

    4. Wajib pajak mengeluarkan biaya yang boleh menjadi pengurang (biaya fiskal) tetapi

    metode pengakuan biaya tersebut diatur oleh ketentuan fiskal

    5. Wajib pajak mengeluarkan biaya yang dikeluarkan bersama untuk mendapatkan pendapatan yang telah dikenakan PPh final

    Dalam rekonsiliasi fiskal terdapat koreksi fiskal. Dimana koreksi fiskal ini terdiri dari koreksi

     positif dan koreksi negatif. Koreksi positif adalah koreksi yang mengakibatkan laba fiskal

     bertambah atau rugi fiskal berkurang. Koreksi negatif adalah koreksi yang mengakibatkan

    laba fiskal berkurang atau rugi fiskal bertambah.

    a. Koreksi Fiskal Positif: koreksi yang dilakukan atas Laba Rugi Komersial yang

    menghasilkan Laba Fiskal lebih besar dari pada Laba Komersial (atau Rugi Fiskal lebih kecil

    dari pada Rugi Komersial).

    Contoh:

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    8/26

    Uraian Komersial Fiskal Keterangan

    Pemberian sembako untuk pegawai diakui Tidak diakui Harus dikoreksi

    Pemberian fasilitas rekreasi u/ pegawai diakui Tidak diakui Harus dikoreksi

    Pemberian fasilitas tempat tinggal u/pegawai diakui Tidak diakui Harus dikoreksi

    Akibat dari adanya koreksi ini maka biaya yang dihitung secara fiskal menjadi lebih kecil

    dari pada biaya yang dihitung secara komersial. Akibat selanjutnya laba yang dihitung secara

    fiskal menjadi lebih besar dari pada laba yang dihitung secara komersial. Karena laba yang

    dihitung secara fiskal menjadi lebih besar maka disebut koreksi fiskal positif.

     b. Koreksi Fiskal Negatif: koreksi yang dilakukan atas Laba Rugi Komersial yang

    menghasilkan Laba Fiskal lebih kecil dari pada Laba Komersial (atau Rugi Fiskal lebih besar

    dari pada Rugi Komersial).

    Contoh:

    Penyusutan dalam perhitungan Laba Rugi menggunakan Metode Garis Lurus untuk jangka

    waktu lima tahun untuk aset senilai Rp100.000.000. Perhitungan penyusutan Komersial-nya

    adalah sbb:

    Harga perolehan Rp100.000.000

    Penyusutan tahun pertama 20% Rp20.000.000

    Penyusutan dalam perhitungan Laba Rugi Fiskal menggunakan Metode Sado Menurundengan tarif 25% dari Nilai Sisa Buku. Perhitungan penyusutan Fiskalnya adalah sbb:

    Harga perolehan Rp100.000.000

    Penyusutan tahun pertama 25% Rp25.000.000

    Penyusutan tahun pertama adalah 25% dari nilai perolehan, karena pada tahun pertama nilai

     bukunya sama dengan nilai perolehan.

    Jika diperbandingkan antara penyusutan komersial dengan penyusutan komersial akan

    tampak sebagai berikut:

    Uraian Komersial Fiskal Keterangan

    Penyusutan Rp20.000.000 Rp25.000.000 Harus dikoreksi sebesar Rp5.000.000

    Penyusutan fiskal pada contoh tersebut diatas lebih besar Rp5.000.000 dari pada penyusutan

    komer-sial. Karena penyusutan sebagai beban secara fiskal dihitung lebih besar maka

    akibatnya penghasilan secara fiskal menjadi lebih kecil. Karena laba secara fiskal menjadi

    lebih kecil (atau rugi secara fiskal menjadi lebih besar), maka disebut koreksi fiskal negatif.

    Selanjutnya dari dari bagan perhitungan Laba Rugi dengan hasil akhir Jumlah penghasilan

     Neto Komersial tersebut dimuka, dapat diteruskan sebagai berikut:

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    9/26

    Penghasilan Neto Komersial …………………. Rp…………………. 

    Koreksi Positif …………… Rp………………….. 

    Koreksi Negatif …………. Rp………………….. 

    Saldo Koreksi ……………………………………… Rp………………….. + (-)

    Laba/Rugi Fiskal …………………………………. Rp………………….. 

    Untuk memperoleh angka-angka dalam menghitung koreksi fiskal tersebut, harus dipahami

     pengeluaran-pengeluaran/beban yang diakui secara fiskal dan pengeluaran-

     pengeluaran/beban yang tidak diakui secara fiskal. Pengeluaran-pengeluaran yang

    diakui/dapat dikurangkan secara fiskal diatur pada pasal 6 UU Pajak Penghasilan, sedangkan

     pengeluaran-pengeluaran yang tidak diakui/tidak dapat dikurangkan, diatur pada pasal 9 UU

    PPh sebagai diuraikan berikut.

    1. Pengeluaran Yang dapat Dikurangkan (Pasal 6 UU-PPh) 

    Besarnya Penghasilan Kena Pajak WP DN dan BUT ditentukan berdasarkan Penghasilan

    Bruto dikurangi :

    aBiaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan termasuk biaya

     pembelian bahan, termasuk :

    1 Biaya Pembelian Bahan2 Biaya berkenaan pekerjaan atau jasa termasuk :

    UpahMisalnya: upah borongan, upah harian dst

    untuk menye-lesaikan suatu pekerjaan

    Gaji

    Imbalan atas pekerjaan yang berhubungan

    dengan perburuhan

    ( lihat juga psl 9 huruf f dan j )

    Honorarium

    Imbalan atas pekerjaan namun tidak ada

    hubungan perburuhan, misalnya:

    honorarium akuntan, honorarium konsultan,

    imbalan jasa audit, dan jasa-jasa ahli lainnya.

    Bonus Misalnya imbalan atas prestasi kerja

    GratifikasiPemberian kepada pegawai karena

     perusahaan memperoleh laba yang besar.

    Tunjangan dalam bentuk uang

    Contoh: tunjangan isteri, anak,

    kemahalan, tunjangan ke-sehatan, tunjangan

    transport, THR dsb.

    3 Bunga, Sewa dan Royalty

    Bunga

    Harus digunakan dalam rangka menjalankan

    usaha. Bunga atas pinjaman yang tertanam

    dalam deposito tidak dapat dikurangkan.

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    10/26

    (SE-46/PJ.04/95; tgl 5-10-1995)

    Sewa

    Misalnya sewa gudang, sewa tempat usaha,

    sewa alat-alat berat dsb.

    Tidak termasuk:sewa sewa rumah untuk pegawai.

    Royalty Contoh: imbalan atas pemakaian merk dsb

    4 Biaya perjalananDalam rangka menjalankan tugas perusahaan

    misalnya: tiket pesawat, biaya hotel dsb.

    5 Biaya pengelolaan limbah

    Misalnya biaya untuk mengelola limbah

    mercuri untuk bidang usaha pertambangan

    emas, agar mengurangi dampak negatif

    terhadap lingkungan.

    6 Premi assuransi

    Untuk asuransi yang berkaitan dengan usaha.

    contoh : asuransi kebakaran, asuransikerugian, asuransi kenda-raan perusahaan

    dsb.

    Lihat psl 9 huruf d

    7 Biaya Promosi dan PenjualanDiatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri

    Keuangan.

    8 Biaya administrasi Contoh: alat tulis, kantor dsb

    Rincian tersebut diatas merupakan contoh, karena disebutkan termasuk, berarti ada

     pengurangkan lain yang diakui secara fiskal, misalnya:

    Biaya representasi/intertainment, jamuan

    tamu

    Dapat dikurangkan asal dalam rangkamenjalankan usaha dengan syarat dibuatkan

    daftar nominatif yang dilampirkan dalam

    SPT PPh.

    (SE-27/PJ.22/1986)

    Telepon

    · Biaya langganan telepon biasa

    sepenuhnya dapat dikurangkan;

    · Biaya langganan telepon seluler atau

     biaya pulsa telepon seluler untuk pegawai

    karena jabatannya dapat dikurangkan sebesar50%.

    (Kep-220/PJ/2002)

    Biaya pemeliharaan kendaraan

    · Biaya pemeliharaan kendaraan,

     perbaikan rutin untuk kendaraan operasional

     perusahaan seluruhnya dapat dibebankan

    sebagai biaya, termasuk untuk kendaraan

    antar jemput karyawan;

    · Biaya pemeliharaan, perbaikan mobil

    sedan untuk pegawai tertentu perusahaan

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    11/26

    dapat dibebankan sebagai biaya sebesar 50%

    (Kep-220/PJ/2002)

    Listrik dan air untuk perusahaan9 Pajak selain PPh Contoh : PBB, PKB dan pajak-pajak daerah

     b Penyusutan dan Amortisasi Diatur lebih lanjut pada psl 11

    cIuran kepada Dana Pensiun, yang

     pendiriannya disyahkan oleh Menkeu

    Maksudnya untuk dana pensiun

    karyawannya.

    dKerugian karena Pengalihan Harta yang

    dimiliki dan digunakan dalam perusahaan

    Contoh : perusahan menjual sebagian alat

     produksinya, dalam hal harga jual lebih

    rendah dari nilai sisa buku fiskalnya.

    E Rugi Selisih Kurs

    Misalnya perusahaan telah meminjam dana

    dari LN, yang pada saat mengembalikan kurs

    valasnya telah mengalami kenaikan terhadaprupiah.

    fBiaya Penelitian dan pengembang-an yg

    dilakukan di Indonesia

    G Bea siswa, magang, pelatihan

    h

    Piutang yang nyata tidak dapat ditagih

    dengan syarat

    a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam

     perhitungan L/R Komer-sial;

     b. Harus disertai Daftar Nominatif yang

    diserahkan kepada DJP.

    c. Penagihannya telah diserakan

    kpd Pengadilan negeri atau instansi

     pemerintah yang mena-ngani piutang

    negara, atau adanya perjanjian tertulis ten-

    tang penghapusan piutang

    i

    Sumbangan dalam rangka penang-

    gulangan Bencana Nasional sesuai dengan

    ketentuan dalam Peraturan Pemerintah;

    Sumbangan dalam rangka peneli-tian dan

     pengembangan yang dila-kukan di

    Indonesia, sesuai dengan ketentuan dalam

    Peraturan Peme-rintah;

    k

    Biaya pembangunan infrastruktur sosial

    sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan

    Pemerintah;

    l Sumbangan fasilitas pendidikan yang

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    12/26

    ketentuannya diatue dengan PeraturanPemerintah.

    M

    Sumbangan dalam rangka pembinaan olah

    raga, sesuai de-ngan ketentuan dalam

    Peraturan Pemerintah;

    2. Pengeluanan Yang Tidak Dapat Dikurangkan (psl 9 UU PPh) 

    UraianUraian, contoh dan pengaturan lebih

    lanjut

    a Pembagian Laba Contoh : dividen, SHU Koperasi

     bBiaya untuk kepentingan pribadi pemegang

    saham

    Contoh: biaya service mobil pribadi

     pemegang saham

    c Pembentukan/pemupukan dana cadanganContoh: pencadangan untuk piutang taktertagih misalnya dalam hal terjadi

     penjualan kredit

    Kecuali untuk:

    · Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha

     bank, Badan Usaha lain yang usahanya

    menyalurkan kredit, SGU dng hak opsi, peru-

    sahaan pembiayaan konsumen, perusahaan anjak

     piutang.

    a. Untuk bank umum besarnya cadangan

    yang dapat dikurangkan sebagai biayaadalah:

    § 50% dari kredit yang digolongkan

    diragukan, setelah dikurangi anggunan;

    § 100% dari kredit yang digolongkan

    macet, setelah dikurangi nilai anggunan.

    · Cadangan untuk usaha asuransi, termasuk

    cadangan untuk ban-tuan sosial yang dibentuk

    Jam-sostek.

    · Cadangan penjaminan untuk Lembaga

    Penjamin Simpanan.

    · cadangan biaya reklamasi untuk usaha

     pertambangan;

    · Cadangan untuk biaya penana-man kembali

    usaha kehutanan;

    · Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan

    tempat pembuang-an limbah industri.

    Dengan syarat-syarat yang diatur dalam PeraturanMenteri Keuangan

     b. Untuk bank perkreditan rakyat,

     besarnya cadangan yang dapat

    dikurangkan sebagai biaya adalah:

    § 0.5% dari kredit yang digolongkan

    lancar;

    § 3% dari kredit yang digolongkan

    kurang lancar, setelah dikurangi dengan

    nilai anggunan yang dikuasai;

    § 50% dari kredit yang digolongkan

    diragukan, setelah dikurangi dengan nilai

    anggunan yang dikuarai;

    § 100% dari nilai kredit yang

    digolongkan macet, yang masih tercatatdalam pembukuan, setelah dikurangi

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    13/26

    dengan nilai anggunan yang dikuasai.

    c. Untuk SGU sebesar 2,5% dari rata-2

    saldo piutang ;

    d. Besarnya cadangan cadangan premiuntuk menutup klaim yang jatuh tempo

    ditentukan oleh perhitungan aktuaria dan

    mendapatkan pengesahan oleh Badan

    Pengawasan Modal dan Lambaga

    Keuangan.

    (Kep MK-80/95, jo Kep MK-68/1999, jo

    Kep MK-204/2000, jo. Per Men-03/2006)

    d

    Premi assuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa,

    dwiguna yang dibayar sendiri oleh Wajib

    Pajak.Orang Pribadi.

    Bandingkan dengan asuransi pada uraian

     pasal 6.

    Kecuali dibayar oleh pemberi kerja dan dihitung

    sebagai penghasilan bagi pegawai ybs.

    Bila asuransi dibayar oleh pemberi kerja

    maka premi tersebut dapat dikurangkan

    sebagai biaya.

    e

    Penggantian

    sehubungan dengan

    pekerjaan/jasa dalambentuk natura dan

    kenikmatan 

    Contoh:

    · Pengobatan cuma-cuma untuk untuk

     pegawai, dimana perusahaan langsung

    membayar kepada RS/ klinik

    · Pemberian beras, gula dsb.

    · Fasilitas perumahan;

    Kecuali :

    · makan/minum bagi semua kar-

    yawan/pegawai;

    · antar jemput karyawab;

    · imbalan dalam bentuk natura di daerah

    tertentu;

    · berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.

    Yang diatur lebih lanjut berdasar-kan Peraturan

    Menteri Keuangan.

    Daerah tertentu dimaksud adalah daerah

    terpencil yang layak dikembangkan

    Contoh: pakaian kerja yang berkaitan

    dengan keselamatan kerja, seragam

    satpam, seragam pabrik, pakaian proyek

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    14/26

    dsb.

    f

    Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayar

    kpd pemegang saham, dan yg mempunyai

    hubungan istimewa

    g Hibah, bantuan, sumbangan dan warisan

    Kecuali:

    · Zakat yang diterima oleh badan amil zakat

    atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau

    disyah-kan oleh pemerintah atau

    · Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia,

    yang diterima oleh Lembaga keagamaan yang

    dibentuk atau disyahkan oleh pemerintah,

    Yang ketentuannya diatur berdasar-kan Peraturan

    Pemerintah.

    h Pajak Penghasilan

    iBiaya untuk kepentingan pribadi WP dan

    keluarganya

    Contoh: biaya bahan bakar dan servis

    mobil pribadi WP.OP

    Gaji yang dibayarkan kpd anggota persekutuan,firma, CV yang modalnya tidak terbagi atas

    saham

    Dalam hal WP berbentuk firma atau CV

    tidak atas saham-saham, maka pemberianimbalan kepada anggota persekutuan

    tidak boleh dikurangkan.

    kSanksi bunga, denda, kenaikan serta sanksi

     pidana pajak

    Contoh: sanksi bunga atas keterlambatan

    menyetor PPh, sanksi denda dsb

    3. Rincian Koreksi Fiskal dan Rekonsiliasi antara Laporan Keuangan Komersial

    dengan Laporan Keuangan Fiskal 

    Telah disebutkan dimuka bahwa untuk tujuan menghitung Penghasilan Kena Pajak, laporan

    keuangan perlu dilakukan penyesuaian/koreksi fiskal. Bagan tersebut dibawah ini menyajikan

    ikhtisar koreksi fiskal tersebut, yang didasarkan pada pasal 6, pasal 9 dan pasal 11 Undang

    Undang Pajak Penghasilan.

    Uraian

    Akuntansi

    Komersial

    KoreksiPPh/

    FiskalBeda

    Tetap

    Beda

    Waktu

    I Penjualan x  –    –   x

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    15/26

    II Harga Pokok Penjualan

    Metode FIFO x  –    –   x

    Metode Rata-rata x  –    –   x

    Metode LIFO x  –   k  –  

    III Laba Bruto Usaha ( I –  II ) x x

    IV Beban Usaha

    1 Gaji x  –    –   x

    2 Tunjangan PPh 21 x  –    –   x

    3 PPh 21 dibayar perusahaan x k  –    –  

    4

    Tunjangan dalam bentuk uang, misalnya : tunjangan

    isteri, tunjangan anak, tunjangan kesehatan, THR dsb

    asal diberikan dalam bentuk uang.

    x  –    –   x

    5

    Imbalan dalam bentuk natura/kenikmatan atau fasilitas,

    misalnya:

    · Pengobatan cuma-cuma untuk untuk pegawai,

    dimana perusahaan langsung membayar kepada RS/

    klinik

    · Pemberian beras, gula dsb.

    · Fasilitas perumahan;

    · Rekreasi.

    x k  –    –  

    7

    Imbalan dalam bentuk natura/kenikmatan atau fasilitas

    yang merupakan pengecualian yang disebut diatas

    · makan/minum bagi semua karyawan;

    · antar jemput pegawai perusahaan;

    · imbalan dalam bentuk natura di daerah tertentu;

    · berkaitan dengan pelaksanaan peker-jaan

    misalnya : seragam pabrik, sera-gam proyek.

    x  –    –   x

    8

    Bunga, dengan syarat : digunakan dalam rangka

    menjalankan usaha. x  –    –   x

    9

    Bunga atas pinjaman yang tertanam dalam deposito

    tidak dapat dikurangkan.

    (SE-46/PJ.04/95; tgl 5-10-1995)

    x k  –    –  

    10 Sewa : misalnya sewa gudang, sewa tem-pat usaha dsb. x  –    –   x

    11 Sewa rumah untuk ditempati pegawai x k

    12 Royalty, misalnya imbalan atas pemakaian merek. x  –    –   x

    13Biaya perjalanan dalam rangka menjalan-kan tugas

     perusahaan.x  –    –   x

    14 Biaya pengelolaan limbah, misalnya biaya untukmencegah pencemaran lingkungan

    x  –    –   x

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    16/26

    15Premi asuransi yakni asuransi yang berkaitan denganusaha wajib pajak misalnya : asuransi kebakaran,

    asuransi kerugian, asuransi kendaraan perusahaan dsb

    x  –    –   x

    16

    Premi asuransi kesehatan, asuransi kece-lakaan, asuransi

    iwa, asuransi dwiguna yang dibayar sendiri oleh Wajib

    Pajak Orang Pribadi

     –    –    –    –  

    17

    Biaya representasi/ intertainment, jamuan tamu.

    Dapat dikurangkan asal dalam rangka menjalankan

    usaha dengan syarat dibuat-kan daftar nominatif yang

    dilampirkan dalam SPT PPh. (SE-27/PJ.22/1986)

    x  –    –   x

    18Biaya langganan telepon biasa untuk per-usahaan,

    sepenuhnya dapat dikurangkan;x  –    –   x

    19

    Biaya langganan telepon seluler atau biaya pulsa telepon

    seluler untuk pegawai karena jabatannya dapat

    dikurangkan sebesar 50%. (Kep-220/PJ/2002)

    x k x

    20

    Biaya pemeliharaan kendaraan, perbaikan rutin untuk

    kendaraan operasional perusahaan seluruhnya dapat

    dibebankan sebagai biaya, termasuk untuk kendaraanantar jemput karyawan;

    x  –    –   x

    21

    Biaya pemeliharaan, perbaikan mobil sedan untuk

     pegawai tertentu perusahaan dapat dibebankan sebagai

     biaya sebesar 50%

    (Kep-220/PJ/2002)

    x k  –   x

    22 Listrik dan air untuk kepentingan perusa-haan x  –    –   x

    23Iuran kepada Dana Pensiun, yang pendiriannya

    disyahkan oleh Menkeux  –    –   x

    24

    Biaya penelitian dan pengembangan yang jumlahnya

    wajar untuk untuk menemukan teknologi atau sistem

     baru asal dilakukan di Indonesia, dapat dibebankan

    sebagai biaya perusahaan

    x  –    –   x

    25

    Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan bea siswa,

    magang dan pelatihan dalam rangka peningkatan

    kualitas sumber daya manusia dapat dibebankan sebagai

     biaya perusahaan

    x  –    –   x

    26

    Kerugian karena piutang yang tidak dapat ditagih(bukan bank/SGU hak opsi)

    a. Penyisihan

     b. Metode Langsung dengan syarat dibuat-kan daftar

    nominatif, penagihannya telah dilimpahkan kepada

    BUPLN, Pengadilan;

    c. Telah dipublikasikan

    x

    x

     –  

     –  

    k

     –  

     –  

    x

    27 Pembagian laba dengan nama atau dalam bentuk apapun  –    –    –    –  

    28 Biaya untuk kepentingan pribadi pemegang saham  –    –    –    –  

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    17/26

    29Pajak pajak, termasuk : PBB, PKB, dan pajak-pajaklainnya

    x  –    –   x

    30 Pajak Penghasilan  –    –    –    –  

    31

    Sanksi administratif perpajakan, berupa bunga, denda

    dan kenaikan, serta sanksi pidana berupa denda dan

    kenaikan

    x x  –    –  

    32

    Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan

    kepada pemegang saham dan yang mempunyai

    hubungan istimewa sebagai imbalan atas jasa yang

    diberikan.

     –    –    –    –  

    33 Sumbangan pada umumnya x k  –    –  

    34

    Sumbangan dalam rangka penanggulangan Bencana

     Nasional sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan

    Pemerintah; x x

    35Biaya pembangunan infrastruktur sesuai dengan

    ketentuan dalam Peraturan Pemerintah;x  –    –   X

    36

    Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan

    yang dilakukan di Indonesia sesuai dengan ketentuan

    dalam Peraturan Pemerintah; x X

    37Sumbangan untuk Fasilitas Pendidikan sesuai dengan

    ketentuan dalam Peraturan Pemerintah;x X

    38Sumbangan dalam rangka pembinaan oleh raga sesuai

    dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah;x x

    39 Penyusutan Harta (diuraikan tersendiri) x  –   x x

    40 Amortisasi (diuraikan tersendiri) x  –   x xV Laba Usaha ( III –  IV) x  –    –   x

    VI Penghasilan Diluar Usaha

    1Dividen sebagai hasil dari penyertaan modal kepada

     perusahaan di Dalam Negeri.x  –    –   x

    2

    Dividen sbg hasil dari penyertaan modal kepada

     perusahaan di DN, dimana penyer-taannya sebesar 25%

    atau lebih dari modal perusahaan tempat investasi

    dilakukan.

    x x  –    –  

    3Bunga atas deposito, tabungan lainnya pada bank-bank

    di Indonesiax k  –    –  

    4Keuntungan atas penjualan saham perusa haan lain,

    yang dilakukan di luar bursa efekx  –    –   x

    5

    Keuntungan atas penjualan saham, dan sekuritas

    lainnya, transaksi derifatif, yang dilakukan di bursa

    efek, dan penjualan saham pada perusahaan

     pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal

    ventura.

    x k  –    –  

    6 Keuntungan pengalihan harta perusahaan x  –    –   x

    7 Penghasilan royalty x  –    –   x

    8

    Penghasilan dari persewaan atas tanah dan atau

     bangunan, dikenakan PPh Final 10% x k  –    –  

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    18/26

    9Penghasilan karena pengoperan harta berupa tanah dan

    atau bangunanx k  –    –  

    10 Keuntungan selisih kurs x  –    –   x

    11 Hadiah, penghargaan x k  –    –  

    12

    Penerimaan hibah dari pihak yang tidak ada hubungan

    dengan usaha, pekerjaan, misalnya hibah dari induk

     perusahaan

     –    –    –    –  

    VIIPenghasilan Neto dari Usaha dan dari Luar Usaha ( V +

    VI )x k k x

    Keterangan :

    x=Terdapat kesamaan dalam perlakuan atau terdapat nilai yang sama-sama diakui walaupun

    umlahnya mungkin berbeda;

     –  =Tidak terdapat angka atau jumlah yang perlu dicatat atau dibukukan atau tiidak dilakukankoreksi fiskal

    k=Terdapat koreksi antara Laba Rugi Komersial dengan Laba Rugi Fiskal (Penghasilan

    Kena Pajak)

    4. Rangkuman Hubungan antara Perhitungan L/R Komersial dengan Perhitungan

    L/R Rugi Fiskal 

    Sebenarnya perhitungan Laba Rugi Fiskal itu didasarkan pada perhitungan Laba Rugi

    Komersial sesuai dengan standar Akuntansi Keuangan, namun terdapat penyesuaian- penyesuaian terbatas untuk hal-hal tertentu. Kesamaan maupun perbedaan diantara keduanya

    yang dapat dikelompokkan/diklasifikasi sebagai berikut:

    No Kalsifikasi  Penjelasan atau Contoh 

    1 Kesamaan Pengaturan

    Pengaturan dalam Menghitung Laba Rugi Fiskal

    sama/mengikuti keten-tuan/ pengaturan umum

    dalam menghitung Laba Rugi Komersial.

    Untuk menghitung Laba Fiskal,

    Dapat Dikurangkan: beban gaji, upah, biaya

     promosi, sewa ruangan, biaya listrik, air, telepon,

    alat tulis/kantor, perjalanan dinas, jasa-jasa yang

    terkait dengan usaha, pemeliharaan mobil,

     pemeliharaan mesin, dsb.

    Tidak Dapat Dikurangkan: pengeluaran untuk

    kepentingan pribadi bagi WP perorangan,

     pengeluaran-pengeluran yang tidak ada

    hubungannya dengan usaha WP.

    2 Perbedaan Pengaturana Perbedaan Prinsip Pengaturan dalam Menghitung Laba Rugi Fiskal

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    19/26

     berbeda dengan ketentuan/pengaturan dalam

    menghitung Laba Rugi Komersial.

    Untuk menghitung Laba Fiskal,

    Tidak dapat dikurangkan beban-beban untuk pegawai:

      yang diberikan dalam bentuk natura misalnya:

     pemberian sembako, bingkisan lebaran.

      imbalan dalam bentuk fasilitas-fasilitas,

    misalnya fasilitas: kesehatan, perumahan, pajak,

    yang ditanggung perusahaan.

      Sumbangan.

    Catatan : terdapat pengecualian, misalnya seragam

    satpam/kerja, makan untuk semua pegawai

    ditempat kerja, sumbangan-sumbangan tertentu

    misalnya: sumbangan dalam rangka

     penanggualangan bencana nasional, sumbangan

    dalam rangka pembinaan olah raga, sumbangan

    dalam rangka penelitian dan pengembangan, dapat

    dikurangkan.

     b

    Keterbatasan pilihan

    dalam menentukan

    metode Pembukuan/

    Akuntansi

    Dalam hal penyusutan, Fiskal hanya mengenal

    metode Garis Lurus dan Metode SaldoMenurun. Fiskal tidak mengenal penyusutan

    lainnya misalnya: Metode Penyusutan berdasarkan

    am Jasa, Metode Penyusutan berdasarkan Hasil

    Produksi. Demikian juga tidak dikenal adanya

    nilai residu dalam hal penyusutan fiskal.

    Dalam hal penilaian persediaaan/harga pokok,

    Fiskal hanya mengenal metode  FIFO  dan Metode

    Rata-rata. Fiskal tidak mengenal metode lainnya

    misalnya: metode  LIFO,  Lower Cost or Market  

    dsb.

    Dalam hal terdapat kerugian karena adanya piutang

    tak tertagih, fiskal hanya mengenal pembebanan

    secara langsung dengan syarat-syarat

    tertentu. Pada dasarnya Fiskal tidak mengenal

    metode pencadangan untuk hal tersebut.

    cDiakui sebagai biaya

    dengan syarat

    Pengeluaran tertentu dapat diakui sebagai biaya

    apabila dipenuhi sya-ratnya. Misalnya biaya

    entertaintment   dapat dikurangkan sebagai biaya

    apabila disertai dengan daftar nominatif.

    d Tidaksepenuhnya diakui

    Penyusutan mobil sedan dan pemeliharaannya, pulsa telepon seluler, hanya diakui sebagai beban

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    20/26

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    21/26

    sedarah dankeluarga

    semenda

    dalam garis

    keturunan

    lurus sertaanak angkat,

    yang menjadi

    tanggungan

    sepenuhya,

     paling banyak

    3 orang

    Penetapan jumlah PTKP ini dilakukan pada keadaan awal tahun, sehingga tambahan

    tanggungan keluarga pada tahun berjalan, misalnya terdapat kelahiran anak, maka untuk

    tahun tersebut belum mempengaruhi jumlah PTKP. PTKP baru disesuaikan pada tahun

     berikutnya. Hal yang sebaliknya juga demikian, misalnya berkurangnya tanggungan keluarga

    karena adanya kematian, maka PTKP baru disesuaikan pada tahun berikutnya.

    Dimaksud sebagai keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus adalah anak, cucu, ayah dan

    ibu dari wajib pajak. Sedangkan dimaksud dengan keluarga semenda dalam garis keturunan

    lurus adalah ayah mertua dan ibu mertua. Mereka dapat menjadi bagian dari PTKP dengan

    syarat menjadi tanggungan sepenuhnya bagi wajib pajak serta jumlahnya maksimum tiga

    orang.

    6. Kompensasi Kerugian 

    Sebagaimana disebutkan dimuka setelah diperoleh jumlah penghasilan neto, untuk

    mendapatkan penghasilan kena pajak dikurangi terlebih dahulu dengan kerugian tahun-tahun

    sebelumnya apabila ada, yang lazim disebut kompensasi kerugian. Untuk lebih memudahkan

    memahaminya dibawah ini disajikan sebuah contoh sebagai berikut :

    PT ABC pada tahun 2009 menderita kerugian fiskal sebesar Rp1.200.000.000.

    Dalam lima tahun berikutnya diperoleh laba fiskal sebagai berikut :

    Tahun 2010 laba fiskal Rp200.000.000,00

    Tahun 2011 rugi fiskal Rp300.000.000,00

    Tahun 2012 laba fiskal Nihil

    Tahun 2013 Laba fiskal Rp100.000.000,00

    Tahun 2014 Laba fiskal Rp800.000.000,00

    Kompensasi kerugian dihitung sebagai berikut :

    2009 Rugi Fsikal (Rp1.200.000.000,00)

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    22/26

    2010 Laba Fiskal Rp200.000.000,00

    Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00)

    2011 Rugi Fiskal (Rp300.000.000,00)

    Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00)

    2012 Laba Fiskal Nihil

    Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00)

    2013 Laba fiskal Rp100.000.000,00

    Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp900.000.000,00)

    2014 Laba fiskal Rp800.000.000,00

    Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp100.000.000,00)

    Sisa rugi fiskal 2009 sebesar Rp100.000.000,00 yang masih tersisa tersebut pada akhir tahun

    2014 tidak dapat dikompensasikan lagi untuk tahun 2015 dan tahun-tahun

    selanjutnya. Sedangkan rugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp300.000.000,00 hanya dapat

    dikompensasikan dengan laba fiskal untuk tahun 2015 dan 2016 saja, karena jangka waktu

    kompensasi dibatasi untuk waktu lima tahun.

    7. Menghitung Pajak Penghasilan/Penerapan Tarif PPh 

    Setelah diketahui jumlah penghasilan kena pajak, proses selanjutnya dalam menghitung pajak

     penghasilan adalah menerapkan tarif pajaknya. Tarif pajak penghasilan diatur pada pasal 17

    Undang Undang Pajak Penghasilan sebagai berikut :

    Sampai dengan tahun 2008 

    a. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi

    Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

    1 Sampai dengan Rp25.000.000,00 5%

    2 Diatas Rp25.000.000,00 sampai dengan Rp50.000.000,00 10%

    3 Diatas Rp50.000.000,00 sampai dengan Rp100.000.000,00 15%

    4 Diatas Rp100.000.000,00 sampai dengan Rp200.000.000,00 25%

    5 Diatas Rp200.000.000,00 35%

     b. Untuk Wajib Pajak Badan

    Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

    1 Sampai dengan Rp50.000.000,00 10%

    2 Diatas 50.000.000,00 sampai dengan Rp100.000.000,00 15%

    3 Diatas Rp100.000.000,00 30%

    Mulai tahun 2009 

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    23/26

    a. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi

    Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

    1 Sampai dengan Rp50.000.000 5%

    2 Diatas Rp50.000.000 sampai dengan Rp250.000.000 15%

    3 Diatas Rp250.000.000 sampai dengan Rp500.000.000 25%

    4 Diatas Rp500.000.000 30%

    Contoh penerapan tarif untuk wajib pajak orang pribadi

    Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp600.000.000

    5% Rp50.000.000 Rp2.500.000

    15% Rp200.000.000 Rp30.000.000

    25% Rp250.000.000 Rp62.500.000

    30% Rp100.000.000 Rp30.000.000

    Jumlah Rp125.000.000

    Tarif tertinggi untuk wajib pajak orang pribadi dapat diturunkan menjadi paling rendah 25%

    yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

     b. Untuk Wajib Pajak Badan dan Bentuk Usaha Tetap dikenakan tarif tunggal sebesar 28%.

    Contoh penerapan tarif untuk wajib pajak badan

    Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp1.250.000.000. Peredaran Bruto sebesarRp51.000.000.000.

    PPh terutang 28% x Rp1.250.000.000 = RpRp350.000.000.

    Tarif tersebut menjadi 25% yang mulai berlaku sejak tahun 2010.

    c. Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit

    40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang diseor diperdagangkan di

     bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif

    sebesar 5% (lima persen) lebih rendah dari pada tarif biasa.

    d. Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dengan peredaran bruto sampai dengan

    Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah) mendapatkan fasilitas berupa pengurangan tarif

    sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif biasa yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak

    dari bagian Penghasilan Bruto sampai dengan Rp4.800.000.000 (empat milyar rupiah).

    Contoh Penerapan Tarif

    Peredaran Bruto Penghasilan Kena Pajak Tari PPh Terutang

    1 4.500.000.000 562.500.000 14% 78.750.000

    2 25.000.000.000 3.125.000.0002a 4.800.000.000 600.000.000 14% 84.000.000

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    24/26

    2b 20.200.000.000 2.525.000.000 28% 707.000.000

    791.000.000

    9. Norma Penghitungan 

    Pada prinsipnya wajib pajak baik wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan

    diwajibkan untuk menyelenggarakan pembukuan. Berdasarkan pembukuan tersebut

     penghasilan kena pajak dapat dihitung. Pada kenyataannya tidak semua wajib pajak mampu

    menyelenggarakan pembukuan. Untuk itu Undang Undang Pajak memberikan kemungkinan

     bahwa wajib pajak boleh tidak menyelenggarakan pembukuan, namun cukup

    menyelenggarakan pencatan saja, dengan syarat :

      WP dimaksud adalah WP Orang Pribadi;

      Peredaran brutonya dalam satu tahun tidak lebih dari Rp4.800.000.000,00

      WP memberitahukan sebelumnya kepada Kantor Pelayanan Pajak.

    Pencatatan sebagai dimaksudkan dimuka terdiri dari data yang dikumpulkan secara teratur

    tentang peredaran bruto dan atau penerimaan penghasilan, yang nantinya digunakan sebagai

    dasar untuk menghitung pajak terutang. [psl 28 (9) KUP]. Penghitungan pajak terutang yang

    didasarkan pada catatan tersebut dilakukan dengan Norma Penghitungan.

     Norma penghitungan adalah pedoman untuk memghitung besarnya penghasilan netto yang

    diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

    Sebagaimana disebutkan dimuka, Norma Penghitungan digunakan untuk menghitung pajak

    terhadap wajib pajak yang diijinkan untuk hanya mengelenggarakan pencatatan. Akan tetapi

    disamping diperuntukkan bagi wajib pajak yang diijinkan hanya menyelenggarakan pencatan,

     Norma Penghitungan diterapkan juga terhadap WP yang seharusnya menyelenggarakan

     pembukuan namun ternyata tidak tidak sepenuhnya menyelenggarakan pembukuan, tidak

     bersedia menunjukkan pembukuan, bukti-bukti pembukuan pada saat dilakukan pemeriksaan

     pajak. Penerapan Norma Penghitungan yang terakhir ini disertai dengan pemberian sanksi

    administrasi. [psl 14 (5) PPh].

    Contoh Penerapan Norma Penghitungan untuk menghitung Pajak Penghasilan bagi wajib pajak yang tidak menyelenggarakan pembukuan namun hanya menyelenggarakan pencatatan,

    dan telah mendapatkan ijin dari Dirjen Pajak.

    Tahun 2010

    Peredaran usaha WP Orang Pribadi pedagang Tekstil …….. Rp4.000.000.000. 

    Penghasilan Netto 30%……………………………………………….. Rp1.200.000.000. 

    Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), Kawin dengan 3 anak

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    25/26

      Diri WP ……………………… Rp.15.840.000

      Tambahan karena kawin Rp 1.320.000

      Tambahan 3 anak ……… Rp 3.960.000

    Jumlah……………………………………………………………..…………..Rp 21.120.000

    Penghasilan Kena Pajak ………………………………………………  Rp1.178.880.000

    Pajak Penghasilan terutang:

    5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000

    15% x Rp250.000.000 = Rp 30.000.000

    25% x Rp250.000.000 = Rp 62.500.000

    30% x Rp678.880.000 = Rp203.664.000

    Jumlah ………………………………  Rp298.664.000

    [ pasal 14 PPh jo Kep-536/PJ/2000 ]

    Fasilitas perpajakan diberikan untuk memberikan kemudahan bagi sektor-sektor usaha

    tertentu dengan pertimbangan tertentu, misalnya daya saing, penyerapan lapangan kerja dan

     perlindungan kepentingan umum. Adapun berbagai fasilitas dan insentif perpajakan bagiwajib pajak badan, sebagai berikut :

    1. Fasilitas perpajakan yang berkaitan dengan tarif pajak

    a. Fasilitas tarif pasal 17 ayat (2B) UU PPh

    Dimana fasilitas ini diberikan kepada WP Badan dalam negeri yang berbentuk perseroan

    terbuka dan paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor, diperdagangkan

    dibursa efek Indonesia. Fasilitas bagi perseroan yang memenuhi persyaratan dapat

    memperoleh tarif 5% lebih rendah dari tarif yang berlaku.

     b. Fasilitas tarif pasal 31E ayat (1) UU PPh

    Fasilitas ini diberikan kepada Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto

    sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa

     pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif PPh Pasal 17 yang dikenakanatas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp

    4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah)

    2. Fasilitas perpajakan yang berkaitan dengan non tarif atau insentif

    Fasilitas ini dapat berupa pajak dibebaskan, tidak dipungut, atau ditanggung pemerintah.

    a. Fasilitas PPh untuk penanaman modal dibidang usaha tertentu dan atau didaerah-daerah

    tertentu.

    Pihak yang berhak mendapat fasilitas ini adalah wajib pajak badan dalam negeri berbentuk

     perseroan terbatas dan koperasi, baik yang baru berdiri maupun yang telah ada, serta

    melakukan penanaman modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada pada bidang

    usaha tertentu dan daerah tertentu. Fasilitas yang diberikan yaitu :1) Pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% dari jumlah penanaman yang dilakukan,

  • 8/18/2019 Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak…

    26/26

    2) Penyusutan dan maortisasi yang dipercepat,

    3) Kompensasi kerugian yang lebih lama tetapi tidak lebih dari 10 tahun,

    4) Pengenaan PPh atas deviden yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri sebesar

    10% atau tarif lebih rendah menurut persetujuan penghindaran pajak berganda yang berlaku.

     b. Fasilitas untuk PPN atau PPnBMDalam bidang PPN terdapat dua fasilitas yaitu pajak terutang tidak dipungut dan pembebasan

    dari pengenaan pajak yang dapat berlaku sementara atau selamanya. Jadi pihak-pihak yang

    memiliki usaha dan membantu kehidupan bangsa akan mendapat fasilitas perpajakan.

    Misalnya kegiatan yang sifatnya untuk menyendiakan alat-alat TNI, POLRI, dll. Dan

    kegiatan yang meningkatkan kecerdasan bangsa seperti buku-buku pelajaran, dll.

    3. Fasilitas yang membutuhkan surat keterangan bebas (SKB)

    SKB dapat diajukan oleh WP kepada kantor pajak yang terkait dengan kewajiban PPh pasal

    21, PPh pasal 22 misal atas impor emas batangan untuk ekspor emas batangan, PPh pasal 23

    atas pemotongan PPh bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI, SKB terkait PPN.

    4. Fasilitas perpajakan terkait kondisi-kondisi tertentu

    a. Pengembalian pendahuluan kelebihan pajak

    Fasilitas ini berkaitan dengan pengembalian kelebihan pajak yang mana wajib pajak yang

    memenuhi kriteria tertentu didahulukan daripada wajib pajak lainnya. Melalui penelitian

    tanpa pemeriksaan dengan jangka waktu tiga bulan untuk PPh dan satu bulan untuk PPN.

     b. Pengurangan PPh pasal 25 karena keadaan perubahan usaha

    c. Fasilitas perpajakan karena pengecualian terkait kondisi tertentu