PAJAK
-
Upload
dian-rahma-novitasari -
Category
Documents
-
view
17 -
download
0
description
Transcript of PAJAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB
PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MEMBAYAR PAJAK PENGASILAN
Analysis Of Factors Affecting Compliance In Individual Taxpayers Pay Income Tax
(Study of KPP Pratama Malang Utara’s Individual Tax Payers)
Debby Farihun Najib
Program Studi Akuntansi Universitas Brawijaya
Jalan Veteran 15 Malang
Dosen Pembimbing:
M. Khoiru Rusydi, M.Ak., Ak., BKP.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, pemahaman terhadap
self assessment, pelayanan informasi perpajakan dan pelaksanaan sanksi perpajakan terhadap
tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam membayar pajak penghasilan. Variabel
Independen dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, pemahaman terhadap self
assessment, pelayanan informasi perpajakan dan pelaksanaan sanksi perpajakan sedangkan
variabel dependen adalah kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Data penelitian ini diambil
dari data primer melalui kuesioner. Kuesioner yang disebar sebanyak 100 buah kepada Wajib
Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara dan kuisioner yang
diolah sebanyak 89 buah. Sampel dalam penelitian diambil secara convenience sampling.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik dalam menganalisis variabel-variabelnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman self assessment dan pelayanan informasi
perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi, sedangkan
tingkat pendidikan dan pelaksanaan sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi.
Kata Kunci: Tingkat Pendidikan, Pemahaman terhadap Self Assessment, Pelayanan Informasi
Perpajakan, Pelaksanaan Sanksi Perpajakan, Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi
Abstract
This study aimed to determine the effect of educational level, the understanding of the self-
assessment, taxation of information services and the implementation of tax penalties on the
level of individual taxpayer compliance in paying income tax. Independent variables in this
study is the level of education, understanding of self-assessment, taxation of information
services and the implementation of tax penalties while the dependent variable is the
individual taxpayer compliance. The data of this study were taken from primary data through
questionnaires. Questionnaires distributed to as many as 100 pieces of individual taxpayer in
the Tax Office Primary North Malang and questionnaires were processed as many as 89
pieces. The samples were taken by convenience sampling. This study used logistic regression analysis to analyze the variables. The results showed that the understanding of self-
assessment and taxation of information services do not affect the individual taxpayer
compliance, while the level of education and the implementation of tax penalties affect the
individual taxpayer compliance.
Keywords: education level, understanding the self assessment, tax information services,
implementation of sanctions taxation, individual taxpayer compliance
PENDAHULUAN
Pembiayaan belanja negara yang semakin
lama semakin bertambah besar memerlukan
penerimaan negara yang berasal dari dalam negeri
tanpa harus bergantung pada bantuan dan pinjaman
dari luar negeri. Hal ini berarti bahwa semua
pembelanjaan negara harus dibiayai dari
pendapatan negara, yaitu penerimaan dari pajak
dan penerimaan bukan pajak (Said dikutip Santi,
2011).
Penerimaan bukan pajak merupakan
penerimaan yang berasal dari pemanfaatan sumber
daya alam (migas), pelayanan oleh pemerintah,
pengelolaan kekayaan negara dan lain-lain, yang
sifatnya tidak stabil. Oleh karena itu, saat ini
negara banyak menggantungkan sumber
pembiayaan belanja yang berasal dari pajak
(Muliari dan Setiawan, 2009). Pajak merupakan
sumber penerimaan negara yang pasti dan
mencerminkan kegotongroyongan masyarakat
dalam membiayai negara.
Menurut Departemen Keuangan
(www.fiskal.depkeu.go.id), besarnya peran pajak
dalam membiayai pembangunan juga tercermin
dari sumber penerimaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) tahun 2013 yang 77,9%
dari total penerimaan negara bersumber dari
penerimaan pajak. Mengingat pentingnya peranan
pajak, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat
Jenderal Pajak telah melakukan berbagai upaya
untuk memaksimalkan penerimaan pajak. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah melalui
reformasi peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan dengan diberlakukannya self
assessment system dalam pemungutan pajak sejak
tahun fiskal 1984.
Pada awal tahun 1984, sejak dimulainya tax
reform sistem perpajakan di Indonesia berubah
dari official assessment system menjadi self
assessment system. Dalam official assessment
system tanggung jawab pemungutan terletak
sepenuhnya pada penguasa pemerintah, sedangkan
dalam self assessment system wajib pajak diberi
kepercayaan penuh untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar/menyetor dan
melaporkan besarnya pajak terutang, sesuai dengan
jangka waktu yang telah ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Nampak jelas disini bahwa dalam self assessment
system wajib pajak lebih dipandang sebagai subjek
bukan sebagai objek pajak. Asri dan Vinola (2009)
mengemukakan sebagai konsekuensi dari tax
reform Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
berkewajiban untuk melakukan pelayanan,
pengawasan, pembinaan, dan penerapan sanksi
pajak.
Salah satu alasan diberlakukannya reformasi
sistem self assessment adalah meningkatnya
kepatuhan membayar pajak (Tarjo dan
Kusumawati, 2006). Hal tersebut dikarenakan
sistem assessment menuntut adanya peran serta
aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya. Namun, pada kenyataan-nya belum
semua potensi pajak yang ada dapat terpenuhi.
Sebab masih banyak yang belum memiliki
kesadaran akan pentingnya pemenuhan kewajiban
per-pajakan baik bagi negara maupun bagi mereka
sendiri sebagai warga negara yang baik.
Berdasarkan data Ditjen Pajak, rasio kepatuhan
wajib pajak dalam penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) hingga Juni 2012
hanya mencapai 45,5 persen atau 10 juta. Jumlah
SPT diterima mencapai 10.016.082 dari total wajib
pajak terdaftar yang wajib menyampaikan SPT
Tahunan PPh sebesar 22 juta. Sedangkan pada
tahun 2011 rasio kepatuhan wajib pajak sebesar
9.332.626 atau sebesar 52,74 persen dengan
jumlah wajib pajak terdaftar 17.694.317 (Harian
Bisnis Indonesia, 30 Juli 2012).
Salah satu jenis pajak yang berpengaruh
besar dalam meningkatkan ekonomi nasional
adalah pajak penghasilan. Pajak penghasilan
merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban
pajaknya melekat pada subjek pajak yang
bersangkutan, artinya kewajiban pajak tersebut
tidak dapat dilimpahkan kepada subjek lain. Maka
dari itu kesadaran dan kepatuhan subjek pajak
sangat diperlukan. Pajak penghasilan dikenakan
pada subjek pajak yang berkaitan dengan
penghasilan yang diterimanya atau diperolehnya
dalam satu tahun pajak.
Menurut Supriyati dan Hidayati (2008)
penerapan self assessment system tidak terlepas
dari karakteristik wajib pajak, adapun karakteristik
wajib pajak terkait dengan penerapan self
assessment system dapat dilihat dari tingkat
pendidikan, jenis penghasilan, tingkat penghasilan
dan alam/masa kerja. Dilihat dari tingkat
pendidikan rendah cenderung akan mempunyai
sifat dalam bentuk perlawanan pasif karena wajib
pajak tidak tahu tentang untuk apa, bagaimana,
kapan, dan kepada siapa pajak harus dibayarkan.
Sebaliknya, wajib pajak yang mempunyai
pendidikan cukup tinggi cenderung mempunyai
sikap dalam bentuk perlawanan aktif.
Dalam mendukung pelaksanaan self
assessment system, pelayanan informasi
perpajakan diharapkan dapat mempermudah wajib
pajak dalam memperoleh kejelasan informasi
perpajakan, sanksi perpajakan pada dasarnya
dimaksudkan agar masyarakat patuh dan mau
melunasi kewajibannya untuk melunasi utang
pajaknya dengan baik dan benar. Usaha untuk
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak
mempunyai banyak kendala antara lain tingkat
kesadaran wajib pajak yang masih rendah sehingga
wajib pajak telah berusaha untuk memperkecil
kewajiban perpajakannya dari yang semestinya.
Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat
secara umum juga dapat mempengaruhi kepatuhan
Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Tingkat pendidikan masyarakat
yang semakin tinggi akan menyebabkan
masyarakat semakin mudah memahami ketentuan
dan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan yang berlaku. Tingkat pendidikan yang
rendah juga akan tercermin dari masih banyaknya
Wajib Pajak terutama orang pribadi yang
mempunyai pekerjaan bebas yang tidak melakukan
pembukuan atau yang masih melakukan
pembukuan ganda untuk kepentingan pajak.
Tingkat pendidikan yang rendah juga akan
berpeluang Wajib Pajak enggan melaksanakan
kewajiban perpajakannya karena kurangnya
pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan
yang diterapkan.
Penelitian mengenai kepatuhan pajak sudah
sering dilakukan. Penelitian Ikhsan (2007) tentang
kajian faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak menyimpulkan bahwa
secara simultan faktor kejelasan Undang-Undang
dan peraturan perpajakan, filsafat negara dan
tingkat pendidikan wajib pajak secara statistik
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak.
Santi (2011) melakukan penelitian dengan
kepatuhan WPOP sebagai variabel terikat.
Variabel bebas yang digunakan adalah kesadaran
perpajakan, sikap rasional, lingkungan, sanksi
denda dan sikap fiskus. Hasil dari penelitian
tersebut adalah ada pengaruh signifikan dari
kesadaran perpajakan, sikap rasional, lingkungan,
sanksi denda dan sikap fiskus terhadap kepatuhan
WPOP baik secara parsial maupun simultan.
Arum (2012) juga melakukan penelitian
yang hampir sama dengan penelitian Santi. Yang
membedakannya adalah Santi melakukan
penelitian terhadap kepatuhan WPOP yang
melakukan usaha dan pekerjaan bebas. Variabel
bebas yang digunakan adalah kesadaran wajib
pajak, pelayanan fiskus dan sanksi pajak. Hasil
dari penelitian tersebut adalah ada pengaruh
signifikan dari kesadaran wajib pajak, pelayanan
fiskus dan sanksi pajak terhadap kepatuhan WPOP
yang melakukan usaha dan pekerjaan bebas.
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Kondisi perpajakan yang menuntut
keikutsertaan aktif wajib pajak dalam
menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan
kepatuhan wajib pajak yang tinggi, yaitu
kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban
perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya.
Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara
sukarela (voluntary of complience) merupakan
tulangpunggung dari self assesment system,
dimana wajib pajak bertanggung jawab
menetapkan sendiri kewajiban perpajakan
kemudian secara akurat dan tepat waktu dalam
membayardan melaporkan pajaknya. Menurut
Safri Nurmantu yang dikutip oleh Siti Kurnia
Rahayu (2010:138), kepatuhan perpajakan dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib
Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya.
Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam
Membayar Pajak Penghasilan
Menurut Fallan (1999:141) dalam Siti
Kurnia Rahayu (2010), pentingnya aspek
pengetahuan perpajakan bagi wajib pajak sangat
mempengaruhi sikap wajib Pajak terhadap system
perpajakan yang adil. Dengan kualitas
pengetahuan yang semakin baik akan memberikan
sikap memenuhi kewajiban dengan benar melalui
adanya system perpajakan suatu Negara yang
dianggap adil. Dengan meningkatnya pengetahuan
perpajakan masyarakat melalui pendidikan
perpajakan baik formal maupun nonformal akan
berdampak positif terhadap pemahaman dan
kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak.
Ikhsan Budi R (2007) menyatakan bahwa
secara umum semakin tinggi tingkat pendidikan
wajib pajak, maka semakin mudah pula bagi
mereka untuk memahami peraturan perpajakan.
Wajib pajak yang sudah memahami peraturan
perpajakan, termasuk memahami sanksi
administrasi dan pidana fiskal, diharapkan dapat
memenuhi kewajiban pajaknya. Apabila wajib
pajak mampu untuk memahami peraturan
perpajakan dengan baik, maka mereka akan
memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak
secara teratur.
Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis
yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
H0.1: Tingkat pendidikan Wajib Pajak berpengaruh
positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi dalam membayar pajak penghasilan
Pengaruh Pemahaman Terhadap Self
Assessment pada Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi dalam Membayar Pajak
Penghasilan
Self assessment system merupakan suatu
pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak terutang. Wajib Pajak diberi
tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan
pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang
perpajakan. Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk
menghitung, membayar dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku. Fungsi penghitungan
memberi hak kepada Wajib Pajak untuk
menentukan sendiri pajak yang terutang sesuai
dengan peraturan perpajakan dan atas dasar
fungsi penghitungan Wajib Pajak berkewajiban
untuk membayar pajak sebesar pajak yang
terutang ke Bank Persepsi atau Kantor Pos. Fungsi
terakhir dari wajib pajak adalah melaporkan
pembayaran dan berapa besar pajak yang telah
dibayar ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis
yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
H0.2: Pemahaman terhadap self assessment
berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi dalam membayar pajak
penghasilan
Pengaruh Pelayanan Informasi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi dalam Membayar Pajak Penghasilan
Pelayanan pajak (tax service) bertujuan
untuk memberikan kenyamanan, keamanan, dan
kepastian bagi Wajib Pajak didalam pemenuhan
kewajiban dan haknya di dalam bidang perpajakan.
Strategi pelayanan di terapkan untuk membentuk
persepsi masyarakat yang positif tentang pajak
dalam sistem self assesment yang berorientasi
kepada kepuasan Wajib Pajak (taxpayer’s
satisfaction). Melalui kepuasan Wajib Pajak atas
pelayanan yang diperolehnya dapat mendorongnya
untuk membayar pajak sesuai ketentuan sehingga
menurunkan tingkat penghindaran pajak (Zain,
2004). Dari kondisi tersebut dimungkinkan adanya
timbal balik dai Wajib Pajak berupa kepatuhan
dalam membayar pajak penghasilan yang
dimilikinya
Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis
yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
H0.3: Pelayanan informasi perpajakan
berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi dalam membayar pajak
penghasilan
Pengaruh Pelaksanaan Sanksi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi dalam Membayar Pajak Penghasilan
Sistem pemungutan pajak yang berdasarkan
atas self assessment system, Wajib Pajak diberikan
kepercayaan penuh untuk menghitung menyetor
dan melapor sendiri jumlah pajak yang terutang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Akan tetapi walaupun telah diberikan
kepercayaan, ternyata masih ada Wajib Pajak yang
tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Atas
kepercayaan yang diberikan kepada Wajib Pajak,
maka diperlukan tindakan untuk meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya. Tindakan tersebut salah
satunya adalah melalui pemberian sanksi kepada
wajib pajak yang tidak patuh. Sehingga Wajib
Pajak yang tidak patuh dan yang kepatuhannya
tergolong rendah, diharapkan dengan diberikannya
sanksi, tingkat kepatuhannya akan menjadi lebih
baik. Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa penerapan sanksi perpajakan
diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dan
kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya.
Fraternesi (2001) dalam Agus (2006)
menyatakan bahwa WP akan mematuhi
pembayaran pajak bila memandang sanksi denda
akan lebih banyak merugikannya. Semakin banyak
sisa tunggakan pajak yang harus dibayar WP,
maka akan semakin berat bagi WP untuk
melunasinya. Walaupun WP tidak mendapatkan
penghargaan atas kepatuhannya dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan, WP akan
dikenakan banyak hukuman apabila alfa atau
sengaja tidak melaksanakan kewajiban
perpajakannya.
Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis
yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
H0.4 : Pelaksanaan sanksi perpajakan berpengaruh
positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi dalam membayar pajak penghasilan
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel independen mengenai pemahaman
terhadap self assessment, pelayanan informasi
perpajakan, dan pelaksanaan sanksi perpajakan
diukur dengan menggunakan skala Likert. Dalam
penelitian ini instrumen diukur dengan skala 5
point di setiap pertanyaannya untuk penentuan
sikap responden, yaitu:
Angka 5 : Jika Sangat Setuju (SS)
Angka 4 : Jika Setuju (S)
Angka 3 : Jika Ragu-Ragu / Netral (N)
Angka 2 : Jika Tidak Setuju (TS)
Angka 1 : Jika Sangat Tidak Setuju (STS)
Sedangkan pengukuran variabel dependen
mengenai kepatuhan wajib pajak dalam penelitian
ini menggunakan metode dummy, yaitu
menggunakan kriteria sebagai berikut:
a) Jika KWP (Kepatuhan Wajib Pajak) < 3, maka
diberi skor = 0
b) Jika KWP (Kepatuhan Wajib Pajak) = 3, maka
diberi skor = 1
c) Jika KWP (Kepatuhan Wajib Pajak) > 3, maka
diberi skor = 1
Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib
Pajak Orang Pribadi efektif yang terdaftar di KPP
Pratama Malang Utara per Maret 2013. Dari data
KPP Pratama Malang Utara, tercatat 61.644
Wajib Pajak Orang Pribadi efektif. Penentuan
ukuran sampel dengan menggunakan rumus
Slovin (Umar, 2005 dalam Singgih dan Bawono,
2010) sebagai berikut:
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = error atau tingkat kesalahan yang ditetapkan,
namun masih dapat ditolerir. Tingkat
kesalahan yang ditetapkan sebesar 10%.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan convenience sampling yang artinya
pengambilan sampling secara bebas tanpa
menentukan status, atau keadaan dari responden
sehingga menjadikan peneliti nyaman dan mudah
dalam mengambil sampel (Sekaran, 2009:136).
n = 99,84
61.644
1 + 61.644(0,10)² n =
Metode Analisis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan regresi logistik sebagai berikut:
Ln (P/1 – P) = b0 + b1PSA + b2PIP + b3PSP +
b4TP
Keterangan:
Ln = Log natural
P = probabilitas kepatuhan wajib pajak
PSA = pemahaman terhadap self assessment
PIP = pelayanan informasi perpajakan
PSP = pelaksanaan sanksi perpajakan
TP = tingkat pendidikan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan dengan
rumus Slovin (Umar, 2005 dalam Singgih dan
Bawono, 2010), diperoleh ukuran sampel
sebanyak 100 kuesioner. Jumlah kuisioner yang
disebarkan kepada responden sebanyak 100
kuisioner dan yang kembali sebanyak 100
kuisioner. Maka dari itu, didapatkan nilai tingkat
pengembalian kuisioner (respon rate) dalam
penelitian ini adalah 100%. Akan tetapi, setelah
dilakukan pemeriksaan ternyata terdapat 11
kuisioner yang tidak dapat digunakan karena
responden tidak memiliki NPWP sehingga
didapatkan sejumlah kuisioner yang dapat diolah
sebagai sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 89 kuisioner. Dengan demikian,
didapatkan nilai tingkat pengembalian yang
digunakan (usable respon rate) sebesar 89%.
Jumlah sampel dan tingkat pengembalian kuisioner
dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1
Deskripsi Objek Penelitian
Kuesioner yang disebar 100
Kuesioner yang kembali 100
Dikurangi:
Kuesioner yang digugurkan (11)
Sampel akhir pengamatan 89
Sumber: Data primer, diolah
Deskripsi Variabel
Tabel 2
Statistik Deskriptif
N Min Max Sum Mean Std. Deviation
Total_PSA 89 15 53 3732 41.93 4.882
Total_PIP 89 13 45 3065 34.44 5.125
Total_PSP 89 13 33 2211 24.84 3.411
TP 89 1 5 325 3.65 .862
Total_KWP 89 2 5 421 4.73 .649
Valid N (listwise) 89
Dari tabel 2 diatas diketahui bahwa untuk
variabel pemahaman terhadap self assessment
diperoleh skor jawaban rata-rata (mean) sebesar
41,93 yang apabila dibagi dengan 11 butir
pertanyaan yang ada pada kuisioner, diperoleh
tingkat rata-rata jawaban responden pada skala 3
(dalam jawaban kuisioner berarti netral). Hasil
analisis deskriptif tentang variabel pelayanan
informasi perpajakan diperoleh skor jawaban rata-
rata (mean) sebesar 34,44 yang apabila dibagi
dengan 9 butir pertanyaan yang ada pada
kuisioner, diperoleh tingkat rata-rata jawaban
responden pada skala 3 (dalam jawaban kuisioner
berarti netral). Hasil analisis deskriptif tentang
variabel pelaksanaan sanksi perpajakan diperoleh
skor jawaban rata-rata (mean) sebesar 24,84 yang
apabila dibagi dengan 7 butir pertanyaan yang ada
pada kuisioner, diperoleh tingkat rata-rata jawaban
responden pada skala 3 (dalam jawaban kuisioner
berarti netral).
Data tingkat pendidikan diperoleh
berdasarkan tingkat pendidikan dari wajib pajak di
KPP Malang Utara. Berdasarkan hasil perhitungan
statistik deskriptif diperoleh skor jawaban dengan
rata-rata sebesar 3,57, dalam penelitian dapat
dikategorikan bahwa rata-rata jawaban responden
berada pada skala 4 (dalam jawaban kuisioner
tingkat pendidikan berarti sarjana).
Hasil dari statistik deskriptif tentang
kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam
membayar pajak penghasilan diperoleh nilai rata-
rata adalah 4,73 apabila dibagi dengan 5 butir
pertanyaan pada kuisioner, maka diperoleh nilai
0,946 yang artinya responden penelitian
mempunyai tingkat kepatuhan wajib pajak yang
baik.
Pengujian Hipotesis
Analisis pertama yang dilakukan adalah
menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis
model fit adalah:
H0 = Model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Ha = Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan
data.
Pengujian ini dilakukan dengan
membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-
2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -
2LL pada akhir (Block Number = 1). Adanya
penurunan nilai -2LL awal (initial -22 funcion)
dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya
menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit
dengan data. Hasil dari pengujian overall model fit
ini ditunjukkan pada analisis tabel dibawah ini.
Tabel 3
Menilai Keseluruhan Model
No -2 Log Likelihood Nilai
1 Awal (Block Number = 0) 26.238
2 Akhir (Block Number = 1) 14.322
Sumber: Data primer yang diolah, 2013
Berdasarkan Tabel 3 di atas, nilai -2LL awal
adalah sebesar 26.238. Setelah dimasukkan
keempat variabel independen maka nilai -2LL
akhir mengalami penurunan menjadi 14.322,
penurunan likelihood (-2LL) ini menunjukkan
bahwa H0 tidak dapat ditolak yang berarti bahwa
model regresi telah memiliki kesesuaian dengan
data.
Kelayakan model regresi dinilai dengan
menggunakan Hosmer and Lemesshow’s
Goodness of Fit Test. Model ini digunakan untuk
menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok
atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan
model dengan data sehingga dapat dikatakan fit)
(Ghozali, 2009:268). Jika nilai Hosmer and
Lemesshow’s Goodness of Fit Test sama dengan
atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak berarti ada perbedaan signifikan antara model
dengan nilai observasinya sehingga Goodness Fit
Model tidak baik karena tidak memprediksi nilai
observasinya. Jika nilai Hosmer and Lemesshow’s
Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05 maka
hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model
mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat
dikatakan model dapat diterima karena cocok
dengan data observasinya.
Tabel 4
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 .889 8 .999
Sumber: Data primer yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel 4 diatas hasil pengujian
dengan menggunakan analisis Hosmer and
Lemesshow’s Goodness of Fit Test, pengujian atas
kelayakan model regresi menunjukkan nilai Chi-
square sebesar 0.889 dengan signifikansi (ρ)
sebesar 0.999. Berdasarkan hasil analisis SPSS
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi mampu memprediksi nilai observasinya
atau dapat dikatakan model dapat diterima karena
cocok dengan data observasinya. Hal ini
dikarenakan nilai signifikansi (p) lebih besar (>)
dari 0,05.
Besarnya koefisien determinasi pada model
regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke
R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat
diiterpretasikan seperti nilai R square pada regresi
berganda (Ghozali, 2009:219).
Tabel 5
Koefisien Determinasi
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 14.322a .125 .491
Sumber: Data primer yang diolah, 2013
Hasil output pengolahan data dari SPSS 17.0
yang dapat dilihat pada tabel 4.9, menunjukkan
nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,491. Nilai
tersebut dapat diartikan bahwa variabilitas variabel
dependen yang dapat dijelaskan dalam penelitian
ini adalah sebesar 49% sedangkan 51% lainnya
dijelaskan oleh variabel-variabel di luar model
penelitian.
Model regresi logistik yang dibentuk dengan
menggunakan SPSS 17.0 dengan tingkat
signifikansi 0,05 disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Hasil Uji Regresi Logistik
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Total_X1 1.910 .954 4.005 1 .045 6.751
Total_X2 .029 .183 .025 1 .875 1.029
Total_X3 -.354 .237 2.234 1 .135 .702
Total_X4 .419 .204 4.212 1 .040 1.520
Constant -.677 7.292 .009 1 .926 .508
Pembahasan Hasil Penelitian
Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis, dapat disimpulkan bahwa
variabel tingkat pendidikan berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi dalam membayar pajak
penghasilan. Hal ini dibuktikan dengan
hasil pengujian analisis regresi logistik
yang menunjukkan bahwa variabel tingkat
pendidikan memiliki nilai koefisien
positif sebesar 1,910 dan nilai ρ-value
sebesar 4,5% yang lebih kecil dari nilai α
= 5%. Sehingga dapat diartikan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan wajib
pajak maka semakin tinggi pula
kepatuhan wajib pajak orang pribadi
dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya dalam hal ini adalah pajak
penghasilan. Dengan semakin tinggi
tingkat pendidikan Wajib Pajak maka
diharapkan pemahaman Wajib Pajak atas
undang-undang perpajakan yang berlaku
juga semakin baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Cholifah (2012) yang menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh antara tingkat
pendidikan dengan kepatuhan wajib pajak
orang pribadi dalam membayar pajak
penghasilan. Menurut Ikhsan Budi R
(2007), tingkat pendidikan wajib pajak
merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap kesadaran dan kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak. Dengan
semakin tingginya tingkat pendidikan
Wajib Pajak, makin mudah pula bagi
mereka dalam memahami peraturan
perpajakan. Hal ini dibuktikan dengan
adanya pengaruh signifikan dan positif
tingkat pendidikan wajib pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak. Menurut Fikriningrum (2012),
adanya pemahaman tentang perpajakan
diharapkan dapat mendorong kesadaran
wajib pajak untuk mau membayar pajak
terutangnya. Semakin tinggi Pengetahuan
dan pemahaman tentang peraturan
perpajakan maka semakin tinggi pula
kemauan wajib pajak dalam membayar
pajak.
Pemahaman Self Assessment
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,
dapat disimpulkan bahwa variabel
pemahaman self assessment tidak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi dalam membayar
pajak penghasilan. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Cholifah (2012) yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh secara signifikan antara
pemahaman self assessment dengan
kepatuhan wajib pajak orang pribadi
dalam membayar pajak penghasilan. Dari
hasil pengujian regresi logistik
menunjukkan bahwa variabel pemahaman
self assessment memiliki nilai koefisien
positif yaitu sebesar 0,029 dan nilai ρ-
value sebesar 87,5% yang lebih besar dari
nilai α : 5%. Sehingga dapat diartikan
bahwa pemahaman wajib pajak atas self
assessment masih belum terlaksana
dengan baik.
Dari hasil pengamatan peneliti
masih banyak wajib pajak yang belum
mampu untuk mengisi SPTnya sendiri
sehingga petugas pajak berusaha keras
membantu wajib pajak dalam mengisi
SPT tersebut. Namun kesadaran wajib
pajak dalam melaporkan SPTnya sebelum
masa jatuh tempo sudah cukup baik
karena wajib pajak sebagian besar
melaporkan SPTnya tepat waktu dan yang
mendapat surat teguran dari petugas pajak
sangat sedikit. Selain itu dengan adanya
Tax Center yang ada di kota Malang, para
wajib orang pribadi yang karena
kesibukan pekerjaannya lebih memilih
menyerahkan urusan perpajakannya
kepada Tax Center dalam hal menghitung,
mengisi SPT serta melaporkan SPTnya ke
KPP. Harapan yang perlu dilakukan
fiskus pajak adalah perlu meningkatkan
intensitas dalam mengadakan
sosialisasi/penyuluhan dan pelatihan
terpadu yang lebih luas mengenai
pelaksanaan self assessment system agar
masyarakat menjadi lebih sadar dan patuh
dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya.
Pelayanan Informasi Perpajakan
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis, dapat disimpulkan bahwa
variabel pelayanan informasi perpajakan
tidak berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi dalam
membayar pajak penghasilan. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Cholifah
(2012) yang menunjukkan bahwa tidak
terdapat pengaruh secara signifikan antara
pelayanan informasi perpajakan dengan
kepatuhan wajib pajak orang pribadi
dalam membayar pajak penghasilan.
Menurut penelitian Muhammad
Syafiqurrahman dan Sri Suranta (2006),
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
wajib pajak terhadap kepatuhan
pembayaran pajak restoran di Surakarta
menunjukkan bahwa variabel pelayanan
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak
dikarenakan kurangnya penyuluhan yang
dilakukan. Sri Rustiyaningsih (2011)
menyatakan bahwa kualitas pelayanan
yang baik kepada wajib pajak akan dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya, dan begitu juga
sebaliknya. Untuk itu dalam hal
peningkatan kualitas pelayanan kepada
wajib pajak sangat diperlukan untuk
meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Media pelayanan informasi
perpajakan DJP melalui website sudah
cukup baik dengan menampilkan berbagai
informasi dan peraturan perpajakan yang
berlaku yang ditujukan kepada wajib
pajak secara luas. Akan tetapi media
tersebut masih belum sepenuhnya efektif
untuk wajib pajak orang pribadi karena
adanya keterbatasan SDM dan fasilitas
yang dimiliki oleh wajib pajak orang
pribadi untuk mengakses informasi-
informasi tersebut. Petugas pajak perlu
melakukan strategi khusus untuk
mengatasi permasalahan tersebut yang
pada akhirnya dapat meningkatkan
kepatuhan wajib pajak orang pribadi
dengan mengetahui informasi-informasi
perpajakan yang berlaku saat ini.
Pelaksanaan Sanksi Perpajakan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,
dapat disimpulkan bahwa variabel
pelaksanaan sanksi perpajakan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi dalam membayar
pajak penghasilan. Hasil penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Cholifah
(2012) yang menunjukkan bahwa tidak
terdapat pengaruh secara signifikan antara
pelaksanaan sanksi perpajakan dengan
kepatuhan wajib pajak orang pribadi
dalam membayar pajak penghasilan.
Fraternesi (2001) dalam Agus
(2006) menyatakan bahwa WP akan
mematuhi pembayaran pajak bila
memandang sanksi denda akan lebih
banyak merugikannya. Semakin banyak
sisa tunggakan pajak yang harus dibayar
WP, maka akan semakin berat bagi WP
untuk melunasinya. Walaupun WP tidak
mendapatkan penghargaan atas
kepatuhannya dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan, WP akan
dikenakan banyak hukuman apabila alfa
atau sengaja tidak melaksanakan
kewajiban perpajakannya. Oleh sebab itu
tidaklah mengherankan apabila di dalam
penelitian ini ditemukan semakin positif
tingkat pelaksanaan sanksi perpajakan
maka semakin meningkat pula kepatuhan
wajib pajak orang pribadi dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
Temuan ini mendukung hasil penelitian
Agus (2006), Santi (2012), dan Arum
(2012) menunjukkan bahwa pelaksanaan
sanksi perpajakan berpengaruh positif
signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak.
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel tingkat pendidikan dan
pelaksanaan sanksi perpajakan
berpengaruh positif terhadap kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi. Hal ini berarti
semakin tinggi tingkat pendidikan Wajib
Pajak Orang Pribadi dan pelaksanaan
sanksi perpajakan, maka semakin tinggi
kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
untuk membayar pajak penghasilan.
Dengan semakin tinggi tingkat pendidikan
Wajib Pajak, maka semakin mudah Wajib
Pajak memahami peraturan perpajakan
yang dapat mendorong kemauan Wajib
Pajak untuk membayar pajak. Selain itu
sanksi denda yang dipandang akan lebih
merugikan, Wajib Pajak Orang Pribadi
akan lebih patuh membayar kewajiban
perpajakannya
Sedangkan variabel pemahaman self
assessment dan pelayanan informasi
perpajakan tidak berpengaruh terhadap
kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
dalam membayar pajak penghasilan. Hal
ini dikarenakan kurangnya
penyuluhan/sosialisasi secara luas
mengenai self assessment system dan
kesibukan Wajib Pajak yang mendorong
Wajib Pajak untuk menyerahkan urusan
perpajakannya kepada tax center yang ada
serta belum efektifnya pelayanan
informasi perpajakan melaui media
website oleh Wajib Pajak Orang Pribadi
yang menyebabkan Wajib Pajak Orang
Pribadi tidak mengetahui peraturan
perpajakan terbaru yang berlaku.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan
keterbatasan penelitian dari penelitian ini,
maka beberapa saran yang dapat
disampaikan adalah:
1. Bagi Aparatur Pajak (fiskus)
Aparatur pajak diharapkan
menerapkan strategi khusus untuk
Wajib Pajak Orang Pribadi dalam hal
penyuluhan/sosialisasi mengenai self
assessment system dan informasi
perpajakan dengan melakukan
pelatihan terpadu secara rutin dengan
wilayah yang lebih luas. Serta
melakukan pengawasan yang lebih
terhadap peraturan perpajakan terkait
sanksi denda yang berlaku. Dengan
mempertimbangkan jumlah sanksi
yang diberlakukan untuk
meningkatkan kesadaran Wajib Pajak
dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya.
2. Bagi Wajib Pajak
Wajib pajak diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman dan
pengetahuannya mengenai
perpajakan baik dalam hal self
assessment system, informasi
perpajakan dan sanksi denda yang
berlaku. Dengan meningkatnya
pemahaman dan pengetahuan
mengenai perpajakan, maka dapat
mempermudah Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya
sehingga akan dapat meningkatkan
penerimaan pajak.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk
melakukan metode wawancara untuk
mengurangi respon bias dari jawaban
responden dan melakukan penelitian
lanjutan dengan menggunakan
populasi yang lebih luas dalam
meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib
pajak. Selain itu, diharapkan pula
menggunakan variabel-variabel
pendukung lainnya yang dapat
memungkinan untuk berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak.
DAFTAR PUSTAKA
, 2012. Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak Rendah.
http://www.ortax.org/ortax/?mod=
berita&page=show&id=12450&q
=&hlm=6. diakses pada tanggal 11
September 2012.
Agusti, Asri Fika dan Vinola Herawaty.
2009. Pengaruh Tingkat Kepatu-
han Wajib Pajak Badan Terhadap
Peningkatan Penerimaan Pajak
Yang Dimoderasi Oleh Pemerik-
saan Pajak Pada KPP Pratama.
Makalah Simposium Nasional
Akuntansi 12, Palembang.
Anonim,
http://www.fiskal.depkeu.go.id/20
10/ diakses pada 31 Mei 2013.
Cholifah, Muftiana. 2012. Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempenga-
ruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Membayar
Pajak Penghasilan (Studi Kasus
Pada Wajib Pajak Orang Pribadi
Yang Terdaftar Di KPP Pratama
Surakarta). Jurnal Skripsi Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Fikriningrum, Winda Kurnia. 2012.
Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi Dalam
Memenuhi Kewajiban Membayar
Pajak. Skripsi. Semarang:
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro.
Jatmiko, Agus Nugroho. 2006. Pengaruh
Sikap Wajib Pajak pada Pelaksa-
naan Sanksi Denda, Pelayanan
Fiskus, dan Kesadaran Perpajak-
an Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak. Tesis. Semarang: Program
Studi Magister Akuntansi
Universitas Diponegoro.
Kusumawati, Tarjo dan Indra. 2006.
Analisis Perilaku Wajib Pajak
Orang Pribadi Terhadap Pelaksa-
naan Self Assessment System:
Suatu Studi Di Bangkalan. JAAI
Vol. 10 No. 1, Juni: 2006.
Rustiyaningsih, Sri. 2011. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kepatuhan
Wajib Pajak. Widya Warta No.02
Tahun XXXV / Juli 2011, ISSN
0854-1981.
Santi, Anisa Nirmala. 2011. Analisis
Pengaruh Kesadaran Perpajakan,
Sikap Rasional, Lingkungan,
Sanksi Denda dan Sikap Fiskus
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Skripsi. Semarang: Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro.
Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga
Bawono. 2010. Pengaruh Inde-
pendensi, Pengalaman, Due
Professional Care dan Akuntabili-
tas terhadap Kualitas Audit (Studi
pada Auditor di KAP “Big Four”
di Indonesia). Simposium
Nasional Akuntansi XIII
Purwokerto.
Supriyati, & Hidayati, Nur. 2008.
Pengaruh Pengetahuan Pajak dan
Persepsi Wajib Pajak Terhadap
Keptuhan Wajib Pajak. Surabaya:
STIE Perbanas.
Syafiqurrahman, Muhammad dan Sri
Suranta. 2006. Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Wajib
Pajak terhadap Kepatuhan Mem-
bayar Pajak Restoran di
Surakarta.
http://sirine.uns.ac.id/penelitian.ph
p?act=detail&idp=178