PAJAK

12
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MEMBAYAR PAJAK PENGASILAN Analysis Of Factors Affecting Compliance In Individual Taxpayers Pay Income Tax (Study of KPP Pratama Malang Utara’s Individual Tax Payers) Debby Farihun Najib Program Studi Akuntansi Universitas Brawijaya Jalan Veteran 15 Malang Dosen Pembimbing: M. Khoiru Rusydi, M.Ak., Ak., BKP. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, pemahaman terhadap self assessment, pelayanan informasi perpajakan dan pelaksanaan sanksi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam membayar pajak penghasilan. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, pemahaman terhadap self assessment, pelayanan informasi perpajakan dan pelaksanaan sanksi perpajakan sedangkan variabel dependen adalah kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Data penelitian ini diambil dari data primer melalui kuesioner. Kuesioner yang disebar sebanyak 100 buah kepada Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara dan kuisioner yang diolah sebanyak 89 buah. Sampel dalam penelitian diambil secara convenience sampling. Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik dalam menganalisis variabel-variabelnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman self assessment dan pelayanan informasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi, sedangkan tingkat pendidikan dan pelaksanaan sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Kata Kunci: Tingkat Pendidikan, Pemahaman terhadap Self Assessment, Pelayanan Informasi Perpajakan, Pelaksanaan Sanksi Perpajakan, Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Abstract This study aimed to determine the effect of educational level, the understanding of the self- assessment, taxation of information services and the implementation of tax penalties on the level of individual taxpayer compliance in paying income tax. Independent variables in this study is the level of education, understanding of self-assessment, taxation of information services and the implementation of tax penalties while the dependent variable is the individual taxpayer compliance. The data of this study were taken from primary data through questionnaires. Questionnaires distributed to as many as 100 pieces of individual taxpayer in the Tax Office Primary North Malang and questionnaires were processed as many as 89 pieces. The samples were taken by convenience sampling. This study used logistic regression analysis to analyze the variables. The results showed that the understanding of self- assessment and taxation of information services do not affect the individual taxpayer compliance, while the level of education and the implementation of tax penalties affect the individual taxpayer compliance. Keywords: education level, understanding the self assessment, tax information services, implementation of sanctions taxation, individual taxpayer compliance

description

uraian tentang pajak

Transcript of PAJAK

Page 1: PAJAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB

PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MEMBAYAR PAJAK PENGASILAN

Analysis Of Factors Affecting Compliance In Individual Taxpayers Pay Income Tax

(Study of KPP Pratama Malang Utara’s Individual Tax Payers)

Debby Farihun Najib

Program Studi Akuntansi Universitas Brawijaya

Jalan Veteran 15 Malang

Dosen Pembimbing:

M. Khoiru Rusydi, M.Ak., Ak., BKP.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, pemahaman terhadap

self assessment, pelayanan informasi perpajakan dan pelaksanaan sanksi perpajakan terhadap

tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam membayar pajak penghasilan. Variabel

Independen dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, pemahaman terhadap self

assessment, pelayanan informasi perpajakan dan pelaksanaan sanksi perpajakan sedangkan

variabel dependen adalah kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Data penelitian ini diambil

dari data primer melalui kuesioner. Kuesioner yang disebar sebanyak 100 buah kepada Wajib

Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara dan kuisioner yang

diolah sebanyak 89 buah. Sampel dalam penelitian diambil secara convenience sampling.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik dalam menganalisis variabel-variabelnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman self assessment dan pelayanan informasi

perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi, sedangkan

tingkat pendidikan dan pelaksanaan sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib

Pajak Orang Pribadi.

Kata Kunci: Tingkat Pendidikan, Pemahaman terhadap Self Assessment, Pelayanan Informasi

Perpajakan, Pelaksanaan Sanksi Perpajakan, Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi

Abstract

This study aimed to determine the effect of educational level, the understanding of the self-

assessment, taxation of information services and the implementation of tax penalties on the

level of individual taxpayer compliance in paying income tax. Independent variables in this

study is the level of education, understanding of self-assessment, taxation of information

services and the implementation of tax penalties while the dependent variable is the

individual taxpayer compliance. The data of this study were taken from primary data through

questionnaires. Questionnaires distributed to as many as 100 pieces of individual taxpayer in

the Tax Office Primary North Malang and questionnaires were processed as many as 89

pieces. The samples were taken by convenience sampling. This study used logistic regression analysis to analyze the variables. The results showed that the understanding of self-

assessment and taxation of information services do not affect the individual taxpayer

compliance, while the level of education and the implementation of tax penalties affect the

individual taxpayer compliance.

Keywords: education level, understanding the self assessment, tax information services,

implementation of sanctions taxation, individual taxpayer compliance

Page 2: PAJAK

PENDAHULUAN

Pembiayaan belanja negara yang semakin

lama semakin bertambah besar memerlukan

penerimaan negara yang berasal dari dalam negeri

tanpa harus bergantung pada bantuan dan pinjaman

dari luar negeri. Hal ini berarti bahwa semua

pembelanjaan negara harus dibiayai dari

pendapatan negara, yaitu penerimaan dari pajak

dan penerimaan bukan pajak (Said dikutip Santi,

2011).

Penerimaan bukan pajak merupakan

penerimaan yang berasal dari pemanfaatan sumber

daya alam (migas), pelayanan oleh pemerintah,

pengelolaan kekayaan negara dan lain-lain, yang

sifatnya tidak stabil. Oleh karena itu, saat ini

negara banyak menggantungkan sumber

pembiayaan belanja yang berasal dari pajak

(Muliari dan Setiawan, 2009). Pajak merupakan

sumber penerimaan negara yang pasti dan

mencerminkan kegotongroyongan masyarakat

dalam membiayai negara.

Menurut Departemen Keuangan

(www.fiskal.depkeu.go.id), besarnya peran pajak

dalam membiayai pembangunan juga tercermin

dari sumber penerimaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) tahun 2013 yang 77,9%

dari total penerimaan negara bersumber dari

penerimaan pajak. Mengingat pentingnya peranan

pajak, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat

Jenderal Pajak telah melakukan berbagai upaya

untuk memaksimalkan penerimaan pajak. Salah

satu upaya yang dilakukan adalah melalui

reformasi peraturan perundang-undangan di bidang

perpajakan dengan diberlakukannya self

assessment system dalam pemungutan pajak sejak

tahun fiskal 1984.

Pada awal tahun 1984, sejak dimulainya tax

reform sistem perpajakan di Indonesia berubah

dari official assessment system menjadi self

assessment system. Dalam official assessment

system tanggung jawab pemungutan terletak

sepenuhnya pada penguasa pemerintah, sedangkan

dalam self assessment system wajib pajak diberi

kepercayaan penuh untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar/menyetor dan

melaporkan besarnya pajak terutang, sesuai dengan

jangka waktu yang telah ditentukan dalam

peraturan perundang-undangan perpajakan.

Nampak jelas disini bahwa dalam self assessment

system wajib pajak lebih dipandang sebagai subjek

bukan sebagai objek pajak. Asri dan Vinola (2009)

mengemukakan sebagai konsekuensi dari tax

reform Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

berkewajiban untuk melakukan pelayanan,

pengawasan, pembinaan, dan penerapan sanksi

pajak.

Salah satu alasan diberlakukannya reformasi

sistem self assessment adalah meningkatnya

kepatuhan membayar pajak (Tarjo dan

Kusumawati, 2006). Hal tersebut dikarenakan

sistem assessment menuntut adanya peran serta

aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban

perpajakannya. Namun, pada kenyataan-nya belum

semua potensi pajak yang ada dapat terpenuhi.

Sebab masih banyak yang belum memiliki

kesadaran akan pentingnya pemenuhan kewajiban

per-pajakan baik bagi negara maupun bagi mereka

sendiri sebagai warga negara yang baik.

Berdasarkan data Ditjen Pajak, rasio kepatuhan

wajib pajak dalam penyampaian Surat

Pemberitahuan Tahunan (SPT) hingga Juni 2012

hanya mencapai 45,5 persen atau 10 juta. Jumlah

SPT diterima mencapai 10.016.082 dari total wajib

pajak terdaftar yang wajib menyampaikan SPT

Tahunan PPh sebesar 22 juta. Sedangkan pada

tahun 2011 rasio kepatuhan wajib pajak sebesar

9.332.626 atau sebesar 52,74 persen dengan

jumlah wajib pajak terdaftar 17.694.317 (Harian

Bisnis Indonesia, 30 Juli 2012).

Salah satu jenis pajak yang berpengaruh

besar dalam meningkatkan ekonomi nasional

adalah pajak penghasilan. Pajak penghasilan

merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban

pajaknya melekat pada subjek pajak yang

bersangkutan, artinya kewajiban pajak tersebut

tidak dapat dilimpahkan kepada subjek lain. Maka

dari itu kesadaran dan kepatuhan subjek pajak

sangat diperlukan. Pajak penghasilan dikenakan

pada subjek pajak yang berkaitan dengan

penghasilan yang diterimanya atau diperolehnya

dalam satu tahun pajak.

Menurut Supriyati dan Hidayati (2008)

penerapan self assessment system tidak terlepas

dari karakteristik wajib pajak, adapun karakteristik

wajib pajak terkait dengan penerapan self

Page 3: PAJAK

assessment system dapat dilihat dari tingkat

pendidikan, jenis penghasilan, tingkat penghasilan

dan alam/masa kerja. Dilihat dari tingkat

pendidikan rendah cenderung akan mempunyai

sifat dalam bentuk perlawanan pasif karena wajib

pajak tidak tahu tentang untuk apa, bagaimana,

kapan, dan kepada siapa pajak harus dibayarkan.

Sebaliknya, wajib pajak yang mempunyai

pendidikan cukup tinggi cenderung mempunyai

sikap dalam bentuk perlawanan aktif.

Dalam mendukung pelaksanaan self

assessment system, pelayanan informasi

perpajakan diharapkan dapat mempermudah wajib

pajak dalam memperoleh kejelasan informasi

perpajakan, sanksi perpajakan pada dasarnya

dimaksudkan agar masyarakat patuh dan mau

melunasi kewajibannya untuk melunasi utang

pajaknya dengan baik dan benar. Usaha untuk

meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak

mempunyai banyak kendala antara lain tingkat

kesadaran wajib pajak yang masih rendah sehingga

wajib pajak telah berusaha untuk memperkecil

kewajiban perpajakannya dari yang semestinya.

Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat

secara umum juga dapat mempengaruhi kepatuhan

Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya. Tingkat pendidikan masyarakat

yang semakin tinggi akan menyebabkan

masyarakat semakin mudah memahami ketentuan

dan peraturan perundang-undangan di bidang

perpajakan yang berlaku. Tingkat pendidikan yang

rendah juga akan tercermin dari masih banyaknya

Wajib Pajak terutama orang pribadi yang

mempunyai pekerjaan bebas yang tidak melakukan

pembukuan atau yang masih melakukan

pembukuan ganda untuk kepentingan pajak.

Tingkat pendidikan yang rendah juga akan

berpeluang Wajib Pajak enggan melaksanakan

kewajiban perpajakannya karena kurangnya

pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan

yang diterapkan.

Penelitian mengenai kepatuhan pajak sudah

sering dilakukan. Penelitian Ikhsan (2007) tentang

kajian faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan wajib pajak menyimpulkan bahwa

secara simultan faktor kejelasan Undang-Undang

dan peraturan perpajakan, filsafat negara dan

tingkat pendidikan wajib pajak secara statistik

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib

pajak.

Santi (2011) melakukan penelitian dengan

kepatuhan WPOP sebagai variabel terikat.

Variabel bebas yang digunakan adalah kesadaran

perpajakan, sikap rasional, lingkungan, sanksi

denda dan sikap fiskus. Hasil dari penelitian

tersebut adalah ada pengaruh signifikan dari

kesadaran perpajakan, sikap rasional, lingkungan,

sanksi denda dan sikap fiskus terhadap kepatuhan

WPOP baik secara parsial maupun simultan.

Arum (2012) juga melakukan penelitian

yang hampir sama dengan penelitian Santi. Yang

membedakannya adalah Santi melakukan

penelitian terhadap kepatuhan WPOP yang

melakukan usaha dan pekerjaan bebas. Variabel

bebas yang digunakan adalah kesadaran wajib

pajak, pelayanan fiskus dan sanksi pajak. Hasil

dari penelitian tersebut adalah ada pengaruh

signifikan dari kesadaran wajib pajak, pelayanan

fiskus dan sanksi pajak terhadap kepatuhan WPOP

yang melakukan usaha dan pekerjaan bebas.

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Kondisi perpajakan yang menuntut

keikutsertaan aktif wajib pajak dalam

menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan

kepatuhan wajib pajak yang tinggi, yaitu

kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban

perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya.

Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara

sukarela (voluntary of complience) merupakan

tulangpunggung dari self assesment system,

dimana wajib pajak bertanggung jawab

menetapkan sendiri kewajiban perpajakan

kemudian secara akurat dan tepat waktu dalam

membayardan melaporkan pajaknya. Menurut

Safri Nurmantu yang dikutip oleh Siti Kurnia

Rahayu (2010:138), kepatuhan perpajakan dapat

didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib

Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan

melaksanakan hak perpajakannya.

Page 4: PAJAK

Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam

Membayar Pajak Penghasilan

Menurut Fallan (1999:141) dalam Siti

Kurnia Rahayu (2010), pentingnya aspek

pengetahuan perpajakan bagi wajib pajak sangat

mempengaruhi sikap wajib Pajak terhadap system

perpajakan yang adil. Dengan kualitas

pengetahuan yang semakin baik akan memberikan

sikap memenuhi kewajiban dengan benar melalui

adanya system perpajakan suatu Negara yang

dianggap adil. Dengan meningkatnya pengetahuan

perpajakan masyarakat melalui pendidikan

perpajakan baik formal maupun nonformal akan

berdampak positif terhadap pemahaman dan

kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak.

Ikhsan Budi R (2007) menyatakan bahwa

secara umum semakin tinggi tingkat pendidikan

wajib pajak, maka semakin mudah pula bagi

mereka untuk memahami peraturan perpajakan.

Wajib pajak yang sudah memahami peraturan

perpajakan, termasuk memahami sanksi

administrasi dan pidana fiskal, diharapkan dapat

memenuhi kewajiban pajaknya. Apabila wajib

pajak mampu untuk memahami peraturan

perpajakan dengan baik, maka mereka akan

memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak

secara teratur.

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis

yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

H0.1: Tingkat pendidikan Wajib Pajak berpengaruh

positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi dalam membayar pajak penghasilan

Pengaruh Pemahaman Terhadap Self

Assessment pada Kepatuhan Wajib Pajak

Orang Pribadi dalam Membayar Pajak

Penghasilan

Self assessment system merupakan suatu

pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri

besarnya pajak terutang. Wajib Pajak diberi

tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan

pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang

perpajakan. Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk

menghitung, membayar dan melaporkan sendiri

pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan

perpajakan yang berlaku. Fungsi penghitungan

memberi hak kepada Wajib Pajak untuk

menentukan sendiri pajak yang terutang sesuai

dengan peraturan perpajakan dan atas dasar

fungsi penghitungan Wajib Pajak berkewajiban

untuk membayar pajak sebesar pajak yang

terutang ke Bank Persepsi atau Kantor Pos. Fungsi

terakhir dari wajib pajak adalah melaporkan

pembayaran dan berapa besar pajak yang telah

dibayar ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis

yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

H0.2: Pemahaman terhadap self assessment

berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib

Pajak Orang Pribadi dalam membayar pajak

penghasilan

Pengaruh Pelayanan Informasi Perpajakan

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi dalam Membayar Pajak Penghasilan

Pelayanan pajak (tax service) bertujuan

untuk memberikan kenyamanan, keamanan, dan

kepastian bagi Wajib Pajak didalam pemenuhan

kewajiban dan haknya di dalam bidang perpajakan.

Strategi pelayanan di terapkan untuk membentuk

persepsi masyarakat yang positif tentang pajak

dalam sistem self assesment yang berorientasi

kepada kepuasan Wajib Pajak (taxpayer’s

satisfaction). Melalui kepuasan Wajib Pajak atas

pelayanan yang diperolehnya dapat mendorongnya

untuk membayar pajak sesuai ketentuan sehingga

menurunkan tingkat penghindaran pajak (Zain,

2004). Dari kondisi tersebut dimungkinkan adanya

timbal balik dai Wajib Pajak berupa kepatuhan

dalam membayar pajak penghasilan yang

dimilikinya

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis

yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

H0.3: Pelayanan informasi perpajakan

berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib

Pajak Orang Pribadi dalam membayar pajak

penghasilan

Pengaruh Pelaksanaan Sanksi Perpajakan

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi dalam Membayar Pajak Penghasilan

Sistem pemungutan pajak yang berdasarkan

atas self assessment system, Wajib Pajak diberikan

kepercayaan penuh untuk menghitung menyetor

Page 5: PAJAK

dan melapor sendiri jumlah pajak yang terutang

sesuai dengan peraturan perundang-undangan

perpajakan. Akan tetapi walaupun telah diberikan

kepercayaan, ternyata masih ada Wajib Pajak yang

tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Atas

kepercayaan yang diberikan kepada Wajib Pajak,

maka diperlukan tindakan untuk meningkatkan

kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya. Tindakan tersebut salah

satunya adalah melalui pemberian sanksi kepada

wajib pajak yang tidak patuh. Sehingga Wajib

Pajak yang tidak patuh dan yang kepatuhannya

tergolong rendah, diharapkan dengan diberikannya

sanksi, tingkat kepatuhannya akan menjadi lebih

baik. Berdasarkan uraian tersebut dapat

disimpulkan bahwa penerapan sanksi perpajakan

diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dan

kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya.

Fraternesi (2001) dalam Agus (2006)

menyatakan bahwa WP akan mematuhi

pembayaran pajak bila memandang sanksi denda

akan lebih banyak merugikannya. Semakin banyak

sisa tunggakan pajak yang harus dibayar WP,

maka akan semakin berat bagi WP untuk

melunasinya. Walaupun WP tidak mendapatkan

penghargaan atas kepatuhannya dalam

melaksanakan kewajiban perpajakan, WP akan

dikenakan banyak hukuman apabila alfa atau

sengaja tidak melaksanakan kewajiban

perpajakannya.

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis

yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

H0.4 : Pelaksanaan sanksi perpajakan berpengaruh

positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi dalam membayar pajak penghasilan

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Variabel independen mengenai pemahaman

terhadap self assessment, pelayanan informasi

perpajakan, dan pelaksanaan sanksi perpajakan

diukur dengan menggunakan skala Likert. Dalam

penelitian ini instrumen diukur dengan skala 5

point di setiap pertanyaannya untuk penentuan

sikap responden, yaitu:

Angka 5 : Jika Sangat Setuju (SS)

Angka 4 : Jika Setuju (S)

Angka 3 : Jika Ragu-Ragu / Netral (N)

Angka 2 : Jika Tidak Setuju (TS)

Angka 1 : Jika Sangat Tidak Setuju (STS)

Sedangkan pengukuran variabel dependen

mengenai kepatuhan wajib pajak dalam penelitian

ini menggunakan metode dummy, yaitu

menggunakan kriteria sebagai berikut:

a) Jika KWP (Kepatuhan Wajib Pajak) < 3, maka

diberi skor = 0

b) Jika KWP (Kepatuhan Wajib Pajak) = 3, maka

diberi skor = 1

c) Jika KWP (Kepatuhan Wajib Pajak) > 3, maka

diberi skor = 1

Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib

Pajak Orang Pribadi efektif yang terdaftar di KPP

Pratama Malang Utara per Maret 2013. Dari data

KPP Pratama Malang Utara, tercatat 61.644

Wajib Pajak Orang Pribadi efektif. Penentuan

ukuran sampel dengan menggunakan rumus

Slovin (Umar, 2005 dalam Singgih dan Bawono,

2010) sebagai berikut:

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = error atau tingkat kesalahan yang ditetapkan,

namun masih dapat ditolerir. Tingkat

kesalahan yang ditetapkan sebesar 10%.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan convenience sampling yang artinya

pengambilan sampling secara bebas tanpa

menentukan status, atau keadaan dari responden

sehingga menjadikan peneliti nyaman dan mudah

dalam mengambil sampel (Sekaran, 2009:136).

n = 99,84

61.644

1 + 61.644(0,10)² n =

Page 6: PAJAK

Metode Analisis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan

menggunakan regresi logistik sebagai berikut:

Ln (P/1 – P) = b0 + b1PSA + b2PIP + b3PSP +

b4TP

Keterangan:

Ln = Log natural

P = probabilitas kepatuhan wajib pajak

PSA = pemahaman terhadap self assessment

PIP = pelayanan informasi perpajakan

PSP = pelaksanaan sanksi perpajakan

TP = tingkat pendidikan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan dengan

rumus Slovin (Umar, 2005 dalam Singgih dan

Bawono, 2010), diperoleh ukuran sampel

sebanyak 100 kuesioner. Jumlah kuisioner yang

disebarkan kepada responden sebanyak 100

kuisioner dan yang kembali sebanyak 100

kuisioner. Maka dari itu, didapatkan nilai tingkat

pengembalian kuisioner (respon rate) dalam

penelitian ini adalah 100%. Akan tetapi, setelah

dilakukan pemeriksaan ternyata terdapat 11

kuisioner yang tidak dapat digunakan karena

responden tidak memiliki NPWP sehingga

didapatkan sejumlah kuisioner yang dapat diolah

sebagai sampel dalam penelitian ini adalah

sebanyak 89 kuisioner. Dengan demikian,

didapatkan nilai tingkat pengembalian yang

digunakan (usable respon rate) sebesar 89%.

Jumlah sampel dan tingkat pengembalian kuisioner

dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1

Deskripsi Objek Penelitian

Kuesioner yang disebar 100

Kuesioner yang kembali 100

Dikurangi:

Kuesioner yang digugurkan (11)

Sampel akhir pengamatan 89

Sumber: Data primer, diolah

Deskripsi Variabel

Tabel 2

Statistik Deskriptif

N Min Max Sum Mean Std. Deviation

Total_PSA 89 15 53 3732 41.93 4.882

Total_PIP 89 13 45 3065 34.44 5.125

Total_PSP 89 13 33 2211 24.84 3.411

TP 89 1 5 325 3.65 .862

Total_KWP 89 2 5 421 4.73 .649

Valid N (listwise) 89

Dari tabel 2 diatas diketahui bahwa untuk

variabel pemahaman terhadap self assessment

diperoleh skor jawaban rata-rata (mean) sebesar

41,93 yang apabila dibagi dengan 11 butir

pertanyaan yang ada pada kuisioner, diperoleh

tingkat rata-rata jawaban responden pada skala 3

(dalam jawaban kuisioner berarti netral). Hasil

analisis deskriptif tentang variabel pelayanan

informasi perpajakan diperoleh skor jawaban rata-

rata (mean) sebesar 34,44 yang apabila dibagi

dengan 9 butir pertanyaan yang ada pada

kuisioner, diperoleh tingkat rata-rata jawaban

responden pada skala 3 (dalam jawaban kuisioner

berarti netral). Hasil analisis deskriptif tentang

variabel pelaksanaan sanksi perpajakan diperoleh

skor jawaban rata-rata (mean) sebesar 24,84 yang

apabila dibagi dengan 7 butir pertanyaan yang ada

pada kuisioner, diperoleh tingkat rata-rata jawaban

responden pada skala 3 (dalam jawaban kuisioner

berarti netral).

Data tingkat pendidikan diperoleh

berdasarkan tingkat pendidikan dari wajib pajak di

KPP Malang Utara. Berdasarkan hasil perhitungan

statistik deskriptif diperoleh skor jawaban dengan

rata-rata sebesar 3,57, dalam penelitian dapat

dikategorikan bahwa rata-rata jawaban responden

berada pada skala 4 (dalam jawaban kuisioner

tingkat pendidikan berarti sarjana).

Hasil dari statistik deskriptif tentang

kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam

membayar pajak penghasilan diperoleh nilai rata-

rata adalah 4,73 apabila dibagi dengan 5 butir

pertanyaan pada kuisioner, maka diperoleh nilai

0,946 yang artinya responden penelitian

Page 7: PAJAK

mempunyai tingkat kepatuhan wajib pajak yang

baik.

Pengujian Hipotesis

Analisis pertama yang dilakukan adalah

menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis

model fit adalah:

H0 = Model yang dihipotesiskan fit dengan data.

Ha = Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan

data.

Pengujian ini dilakukan dengan

membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-

2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -

2LL pada akhir (Block Number = 1). Adanya

penurunan nilai -2LL awal (initial -22 funcion)

dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya

menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit

dengan data. Hasil dari pengujian overall model fit

ini ditunjukkan pada analisis tabel dibawah ini.

Tabel 3

Menilai Keseluruhan Model

No -2 Log Likelihood Nilai

1 Awal (Block Number = 0) 26.238

2 Akhir (Block Number = 1) 14.322

Sumber: Data primer yang diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 3 di atas, nilai -2LL awal

adalah sebesar 26.238. Setelah dimasukkan

keempat variabel independen maka nilai -2LL

akhir mengalami penurunan menjadi 14.322,

penurunan likelihood (-2LL) ini menunjukkan

bahwa H0 tidak dapat ditolak yang berarti bahwa

model regresi telah memiliki kesesuaian dengan

data.

Kelayakan model regresi dinilai dengan

menggunakan Hosmer and Lemesshow’s

Goodness of Fit Test. Model ini digunakan untuk

menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok

atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan

model dengan data sehingga dapat dikatakan fit)

(Ghozali, 2009:268). Jika nilai Hosmer and

Lemesshow’s Goodness of Fit Test sama dengan

atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak berarti ada perbedaan signifikan antara model

dengan nilai observasinya sehingga Goodness Fit

Model tidak baik karena tidak memprediksi nilai

observasinya. Jika nilai Hosmer and Lemesshow’s

Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05 maka

hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model

mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat

dikatakan model dapat diterima karena cocok

dengan data observasinya.

Tabel 4

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 .889 8 .999

Sumber: Data primer yang diolah, 2013

Berdasarkan tabel 4 diatas hasil pengujian

dengan menggunakan analisis Hosmer and

Lemesshow’s Goodness of Fit Test, pengujian atas

kelayakan model regresi menunjukkan nilai Chi-

square sebesar 0.889 dengan signifikansi (ρ)

sebesar 0.999. Berdasarkan hasil analisis SPSS

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model

regresi mampu memprediksi nilai observasinya

atau dapat dikatakan model dapat diterima karena

cocok dengan data observasinya. Hal ini

dikarenakan nilai signifikansi (p) lebih besar (>)

dari 0,05.

Besarnya koefisien determinasi pada model

regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke

R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat

diiterpretasikan seperti nilai R square pada regresi

berganda (Ghozali, 2009:219).

Tabel 5

Koefisien Determinasi

Step

-2 Log

likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 14.322a .125 .491

Sumber: Data primer yang diolah, 2013

Hasil output pengolahan data dari SPSS 17.0

yang dapat dilihat pada tabel 4.9, menunjukkan

nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,491. Nilai

tersebut dapat diartikan bahwa variabilitas variabel

dependen yang dapat dijelaskan dalam penelitian

ini adalah sebesar 49% sedangkan 51% lainnya

dijelaskan oleh variabel-variabel di luar model

penelitian.

Model regresi logistik yang dibentuk dengan

menggunakan SPSS 17.0 dengan tingkat

signifikansi 0,05 disajikan pada tabel berikut ini:

Page 8: PAJAK

Tabel 6

Hasil Uji Regresi Logistik

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Total_X1 1.910 .954 4.005 1 .045 6.751

Total_X2 .029 .183 .025 1 .875 1.029

Total_X3 -.354 .237 2.234 1 .135 .702

Total_X4 .419 .204 4.212 1 .040 1.520

Constant -.677 7.292 .009 1 .926 .508

Pembahasan Hasil Penelitian

Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis, dapat disimpulkan bahwa

variabel tingkat pendidikan berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi dalam membayar pajak

penghasilan. Hal ini dibuktikan dengan

hasil pengujian analisis regresi logistik

yang menunjukkan bahwa variabel tingkat

pendidikan memiliki nilai koefisien

positif sebesar 1,910 dan nilai ρ-value

sebesar 4,5% yang lebih kecil dari nilai α

= 5%. Sehingga dapat diartikan bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan wajib

pajak maka semakin tinggi pula

kepatuhan wajib pajak orang pribadi

dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya dalam hal ini adalah pajak

penghasilan. Dengan semakin tinggi

tingkat pendidikan Wajib Pajak maka

diharapkan pemahaman Wajib Pajak atas

undang-undang perpajakan yang berlaku

juga semakin baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Cholifah (2012) yang menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh antara tingkat

pendidikan dengan kepatuhan wajib pajak

orang pribadi dalam membayar pajak

penghasilan. Menurut Ikhsan Budi R

(2007), tingkat pendidikan wajib pajak

merupakan faktor yang berpengaruh

terhadap kesadaran dan kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak. Dengan

semakin tingginya tingkat pendidikan

Wajib Pajak, makin mudah pula bagi

mereka dalam memahami peraturan

perpajakan. Hal ini dibuktikan dengan

adanya pengaruh signifikan dan positif

tingkat pendidikan wajib pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajak. Menurut Fikriningrum (2012),

adanya pemahaman tentang perpajakan

diharapkan dapat mendorong kesadaran

wajib pajak untuk mau membayar pajak

terutangnya. Semakin tinggi Pengetahuan

dan pemahaman tentang peraturan

perpajakan maka semakin tinggi pula

kemauan wajib pajak dalam membayar

pajak.

Pemahaman Self Assessment

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,

dapat disimpulkan bahwa variabel

pemahaman self assessment tidak

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak orang pribadi dalam membayar

pajak penghasilan. Hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Cholifah (2012) yang

menunjukkan bahwa tidak terdapat

pengaruh secara signifikan antara

pemahaman self assessment dengan

kepatuhan wajib pajak orang pribadi

dalam membayar pajak penghasilan. Dari

hasil pengujian regresi logistik

Page 9: PAJAK

menunjukkan bahwa variabel pemahaman

self assessment memiliki nilai koefisien

positif yaitu sebesar 0,029 dan nilai ρ-

value sebesar 87,5% yang lebih besar dari

nilai α : 5%. Sehingga dapat diartikan

bahwa pemahaman wajib pajak atas self

assessment masih belum terlaksana

dengan baik.

Dari hasil pengamatan peneliti

masih banyak wajib pajak yang belum

mampu untuk mengisi SPTnya sendiri

sehingga petugas pajak berusaha keras

membantu wajib pajak dalam mengisi

SPT tersebut. Namun kesadaran wajib

pajak dalam melaporkan SPTnya sebelum

masa jatuh tempo sudah cukup baik

karena wajib pajak sebagian besar

melaporkan SPTnya tepat waktu dan yang

mendapat surat teguran dari petugas pajak

sangat sedikit. Selain itu dengan adanya

Tax Center yang ada di kota Malang, para

wajib orang pribadi yang karena

kesibukan pekerjaannya lebih memilih

menyerahkan urusan perpajakannya

kepada Tax Center dalam hal menghitung,

mengisi SPT serta melaporkan SPTnya ke

KPP. Harapan yang perlu dilakukan

fiskus pajak adalah perlu meningkatkan

intensitas dalam mengadakan

sosialisasi/penyuluhan dan pelatihan

terpadu yang lebih luas mengenai

pelaksanaan self assessment system agar

masyarakat menjadi lebih sadar dan patuh

dalam melaksanakan kewajiban

perpajakannya.

Pelayanan Informasi Perpajakan

Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis, dapat disimpulkan bahwa

variabel pelayanan informasi perpajakan

tidak berpengaruh terhadap kepatuhan

wajib pajak orang pribadi dalam

membayar pajak penghasilan. Hasil

penelitian ini konsisten dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Cholifah

(2012) yang menunjukkan bahwa tidak

terdapat pengaruh secara signifikan antara

pelayanan informasi perpajakan dengan

kepatuhan wajib pajak orang pribadi

dalam membayar pajak penghasilan.

Menurut penelitian Muhammad

Syafiqurrahman dan Sri Suranta (2006),

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

wajib pajak terhadap kepatuhan

pembayaran pajak restoran di Surakarta

menunjukkan bahwa variabel pelayanan

tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak

dikarenakan kurangnya penyuluhan yang

dilakukan. Sri Rustiyaningsih (2011)

menyatakan bahwa kualitas pelayanan

yang baik kepada wajib pajak akan dapat

meningkatkan kepatuhan wajib pajak

dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya, dan begitu juga

sebaliknya. Untuk itu dalam hal

peningkatan kualitas pelayanan kepada

wajib pajak sangat diperlukan untuk

meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Media pelayanan informasi

perpajakan DJP melalui website sudah

cukup baik dengan menampilkan berbagai

informasi dan peraturan perpajakan yang

berlaku yang ditujukan kepada wajib

pajak secara luas. Akan tetapi media

tersebut masih belum sepenuhnya efektif

untuk wajib pajak orang pribadi karena

adanya keterbatasan SDM dan fasilitas

yang dimiliki oleh wajib pajak orang

pribadi untuk mengakses informasi-

informasi tersebut. Petugas pajak perlu

melakukan strategi khusus untuk

mengatasi permasalahan tersebut yang

pada akhirnya dapat meningkatkan

kepatuhan wajib pajak orang pribadi

dengan mengetahui informasi-informasi

perpajakan yang berlaku saat ini.

Pelaksanaan Sanksi Perpajakan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,

dapat disimpulkan bahwa variabel

pelaksanaan sanksi perpajakan

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak orang pribadi dalam membayar

pajak penghasilan. Hasil penelitian ini

tidak sejalan dengan penelitian

Page 10: PAJAK

sebelumnya yang dilakukan oleh Cholifah

(2012) yang menunjukkan bahwa tidak

terdapat pengaruh secara signifikan antara

pelaksanaan sanksi perpajakan dengan

kepatuhan wajib pajak orang pribadi

dalam membayar pajak penghasilan.

Fraternesi (2001) dalam Agus

(2006) menyatakan bahwa WP akan

mematuhi pembayaran pajak bila

memandang sanksi denda akan lebih

banyak merugikannya. Semakin banyak

sisa tunggakan pajak yang harus dibayar

WP, maka akan semakin berat bagi WP

untuk melunasinya. Walaupun WP tidak

mendapatkan penghargaan atas

kepatuhannya dalam melaksanakan

kewajiban perpajakan, WP akan

dikenakan banyak hukuman apabila alfa

atau sengaja tidak melaksanakan

kewajiban perpajakannya. Oleh sebab itu

tidaklah mengherankan apabila di dalam

penelitian ini ditemukan semakin positif

tingkat pelaksanaan sanksi perpajakan

maka semakin meningkat pula kepatuhan

wajib pajak orang pribadi dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya.

Temuan ini mendukung hasil penelitian

Agus (2006), Santi (2012), dan Arum

(2012) menunjukkan bahwa pelaksanaan

sanksi perpajakan berpengaruh positif

signifikan terhadap kepatuhan wajib

pajak.

PENUTUP

Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa variabel tingkat pendidikan dan

pelaksanaan sanksi perpajakan

berpengaruh positif terhadap kepatuhan

Wajib Pajak Orang Pribadi. Hal ini berarti

semakin tinggi tingkat pendidikan Wajib

Pajak Orang Pribadi dan pelaksanaan

sanksi perpajakan, maka semakin tinggi

kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

untuk membayar pajak penghasilan.

Dengan semakin tinggi tingkat pendidikan

Wajib Pajak, maka semakin mudah Wajib

Pajak memahami peraturan perpajakan

yang dapat mendorong kemauan Wajib

Pajak untuk membayar pajak. Selain itu

sanksi denda yang dipandang akan lebih

merugikan, Wajib Pajak Orang Pribadi

akan lebih patuh membayar kewajiban

perpajakannya

Sedangkan variabel pemahaman self

assessment dan pelayanan informasi

perpajakan tidak berpengaruh terhadap

kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

dalam membayar pajak penghasilan. Hal

ini dikarenakan kurangnya

penyuluhan/sosialisasi secara luas

mengenai self assessment system dan

kesibukan Wajib Pajak yang mendorong

Wajib Pajak untuk menyerahkan urusan

perpajakannya kepada tax center yang ada

serta belum efektifnya pelayanan

informasi perpajakan melaui media

website oleh Wajib Pajak Orang Pribadi

yang menyebabkan Wajib Pajak Orang

Pribadi tidak mengetahui peraturan

perpajakan terbaru yang berlaku.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan

keterbatasan penelitian dari penelitian ini,

maka beberapa saran yang dapat

disampaikan adalah:

1. Bagi Aparatur Pajak (fiskus)

Aparatur pajak diharapkan

menerapkan strategi khusus untuk

Wajib Pajak Orang Pribadi dalam hal

penyuluhan/sosialisasi mengenai self

assessment system dan informasi

perpajakan dengan melakukan

pelatihan terpadu secara rutin dengan

wilayah yang lebih luas. Serta

melakukan pengawasan yang lebih

terhadap peraturan perpajakan terkait

sanksi denda yang berlaku. Dengan

mempertimbangkan jumlah sanksi

yang diberlakukan untuk

meningkatkan kesadaran Wajib Pajak

dalam melaksanakan kewajiban

perpajakannya.

Page 11: PAJAK

2. Bagi Wajib Pajak

Wajib pajak diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman dan

pengetahuannya mengenai

perpajakan baik dalam hal self

assessment system, informasi

perpajakan dan sanksi denda yang

berlaku. Dengan meningkatnya

pemahaman dan pengetahuan

mengenai perpajakan, maka dapat

mempermudah Wajib Pajak dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya

sehingga akan dapat meningkatkan

penerimaan pajak.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan untuk

melakukan metode wawancara untuk

mengurangi respon bias dari jawaban

responden dan melakukan penelitian

lanjutan dengan menggunakan

populasi yang lebih luas dalam

meneliti faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan wajib

pajak. Selain itu, diharapkan pula

menggunakan variabel-variabel

pendukung lainnya yang dapat

memungkinan untuk berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak.

DAFTAR PUSTAKA

, 2012. Tingkat Kepatuhan Wajib

Pajak Rendah.

http://www.ortax.org/ortax/?mod=

berita&page=show&id=12450&q

=&hlm=6. diakses pada tanggal 11

September 2012.

Agusti, Asri Fika dan Vinola Herawaty.

2009. Pengaruh Tingkat Kepatu-

han Wajib Pajak Badan Terhadap

Peningkatan Penerimaan Pajak

Yang Dimoderasi Oleh Pemerik-

saan Pajak Pada KPP Pratama.

Makalah Simposium Nasional

Akuntansi 12, Palembang.

Anonim,

http://www.fiskal.depkeu.go.id/20

10/ diakses pada 31 Mei 2013.

Cholifah, Muftiana. 2012. Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempenga-

ruhi Kepatuhan Wajib Pajak

Orang Pribadi Dalam Membayar

Pajak Penghasilan (Studi Kasus

Pada Wajib Pajak Orang Pribadi

Yang Terdaftar Di KPP Pratama

Surakarta). Jurnal Skripsi Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Fikriningrum, Winda Kurnia. 2012.

Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kepatuhan Wajib

Pajak Orang Pribadi Dalam

Memenuhi Kewajiban Membayar

Pajak. Skripsi. Semarang:

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro.

Jatmiko, Agus Nugroho. 2006. Pengaruh

Sikap Wajib Pajak pada Pelaksa-

naan Sanksi Denda, Pelayanan

Fiskus, dan Kesadaran Perpajak-

an Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak. Tesis. Semarang: Program

Studi Magister Akuntansi

Universitas Diponegoro.

Kusumawati, Tarjo dan Indra. 2006.

Analisis Perilaku Wajib Pajak

Orang Pribadi Terhadap Pelaksa-

naan Self Assessment System:

Suatu Studi Di Bangkalan. JAAI

Vol. 10 No. 1, Juni: 2006.

Rustiyaningsih, Sri. 2011. Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Kepatuhan

Wajib Pajak. Widya Warta No.02

Tahun XXXV / Juli 2011, ISSN

0854-1981.

Santi, Anisa Nirmala. 2011. Analisis

Pengaruh Kesadaran Perpajakan,

Sikap Rasional, Lingkungan,

Sanksi Denda dan Sikap Fiskus

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Skripsi. Semarang: Fakultas

Page 12: PAJAK

Ekonomika dan Bisnis Universitas

Diponegoro.

Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga

Bawono. 2010. Pengaruh Inde-

pendensi, Pengalaman, Due

Professional Care dan Akuntabili-

tas terhadap Kualitas Audit (Studi

pada Auditor di KAP “Big Four”

di Indonesia). Simposium

Nasional Akuntansi XIII

Purwokerto.

Supriyati, & Hidayati, Nur. 2008.

Pengaruh Pengetahuan Pajak dan

Persepsi Wajib Pajak Terhadap

Keptuhan Wajib Pajak. Surabaya:

STIE Perbanas.

Syafiqurrahman, Muhammad dan Sri

Suranta. 2006. Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Wajib

Pajak terhadap Kepatuhan Mem-

bayar Pajak Restoran di

Surakarta.

http://sirine.uns.ac.id/penelitian.ph

p?act=detail&idp=178