output (2)

73
PENGARUH TERAPI EKSTRAK ETANOL DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus) DAN ROSUVASTATIN TERHADAP PENINGKATAN KADAR HDL SERUM TIKUS DISLIPIDEMIA SKRIPSI Oleh Vony Safitri Yusmarina NIM 112010101039 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2014

description

jdg

Transcript of output (2)

  • PENGARUH TERAPI EKSTRAK ETANOL DAUN KENIKIR (Cosmos

    caudatus) DAN ROSUVASTATIN TERHADAP PENINGKATAN KADAR

    HDL SERUM TIKUS DISLIPIDEMIA

    SKRIPSI

    Oleh

    Vony Safitri Yusmarina

    NIM 112010101039

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2014

  • ii

    PENGARUH TERAPI EKSTRAK ETANOL DAUN KENIKIR (Cosmos

    caudatus) DAN ROSUVASTATIN TERHADAP PENINGKATAN KADAR

    HDL SERUM TIKUS DISLIPIDEMIA

    SKRIPSI

    diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

    menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran (S1) dan mencapai gelar Sarjana

    Kedokteran

    Oleh

    Vony Safitri Yusmarina

    NIM 112010101039

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2014

  • iii

    PERSEMBAHAN

    Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Maha Suci Allah dengan segala

    limpahan rahmat dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

    berjudul Pengaruh Terapi Ekstrak Etanol Daun Kenikir (Cosmos caudatus) dan

    Rosuvastatin Terhadap Peningkatan Kadar HDL Serum Tikus Dislipidemia.

    Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, skripsi ini saya persembahkan untuk :

    1. Ayahanda Drs. H. Marsudi dan Ibunda Hj. Yusti Ariani, S.H tercinta, yang

    senantiasa memberikan doa, dukungan, bimbingan, nasihat, dan kasih sayang

    tiada henti serta telah mendidik dan menjadikanku manusia yang lebih baik.

    Senyum dan kebahagiaan mereka adalah harapan terbesarku;

    2. Guru-guruku tercinta, yang telah memberikan ilmu dan mendidikku dengan

    penuh kesabaran sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi;

    3. Almamater Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

  • iv

    MOTO

    Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-

    orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu

    kerjakan. (terjemahan Surat Al-Mujadalah ayat 11)1.

    Dan carilah pada apa yang dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri

    Akhirat. Dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan

    berbuatlah baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan. (terjemahan Surat

    Al-Qashash ayat 77)2.

    Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain (HR Ahmad,

    Thabrani, Daruqutni)3.

    1,2

    Kementerian Agama Republik Indonesia. Al-Quran Tajwid dan Terjemahnya. Bandung: PT Sygma

    Examedia Arkanleema

    3 Disahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah

  • v

    PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Vony Safitri Yusmarina

    NIM : 112010101039

    menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Terapi

    Ekstrak Etanol Daun Kenikir (Cosmos caudatus) dan Rosuvastatin Terhadap

    Peningkatan Kadar HDL Serum Tikus Dislipidemia adalah benar-benar hasil karya

    sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan

    pada institusi mana pun, dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas

    keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung

    tinggi.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan

    paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata

    di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

    Jember, 9 Desember 2014

    Yang menyatakan,

    (Vony Safitri Yusmarina)

    112010101039

  • vi

    SKRIPSI

    PENGARUH TERAPI EKSTRAK ETANOL DAUN KENIKIR (Cosmos

    caudatus) DAN ROSUVASTATIN TERHADAP PENINGKATAN KADAR

    HDL SERUM TIKUS DISLIPIDEMIA

    Oleh

    Vony Safitri Yusmarina

    NIM 112010101039

    Pembimbing

    Dosen Pembimbing Utama : dr. Sugiyanta, M.Ked

    Dosen Pembimbing Anggota : dr. Wiwien Sugih Utami, M.Sc

  • vii

    PENGESAHAN

    Skripsi berjudul Pengaruh Terapi Ekstrak Etanol Daun Kenikir (Cosmos caudatus)

    dan Rosuvastatin Terhadap Peningkatan Kadar HDL Serum Tikus Dislipidemia

    telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Jember pada:

    hari, tanggal : Selasa, 9 Desember 2014

    tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

    Tim Penguji:

    Penguji I,

    dr. Hairrudin, M.Kes

    NIP. 19751011 200312 1 008

    Penguji II,

    Dr. dr. Aris Prasetyo, M.Kes

    NIP. 19690203 199903 1 001

    Penguji III,

    dr. Sugiyanta, M.Ked

    NIP. 19790207 200501 1 001

    Penguji IV,

    dr. Wiwien Sugih Utami, M.Sc

    NIP. 19760922 200501 2 001

    Mengesahkan,

    Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Jember

    dr. Enny Suswati, M.Kes

    NIP 19700214 199903 2 001

  • viii

    RINGKASAN

    Pengaruh Terapi Ekstrak Etanol Daun Kenikir (Cosmos caudatus) dan

    Rosuvastatin Terhadap Peningkatan Kadar HDL Serum Tikus Dislipidemia;

    Vony Safitri Yusmarina, 112010101039; 2014: 73 halaman; Jurusan Pendidikan

    Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

    Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

    meningkatnya salah satu atau lebih kolesetrol total, LDL, trigliserida, dan atau

    penurunan HDL. Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit

    aterosklerosis. Peningkatan HDL dapat mencegah terjadinya proses aterosklerosis

    sedangkan peningkatan LDL merupakan faktor risiko proses tersebut. Berdasarkan

    penelitian WHO diperoleh data bahwa 20% kasus kematian di seluruh dunia

    diakibatkan penyakit yang didasari oleh aterosklerosis seperti stroke, infark miokard

    dan penyakit jantung koroner. Di Indonesia prevalensi aterosklerosis cukup tinggi,

    sekitar 500.000 kejadian baru dan 125.000 meninggal tiap tahun karena manifestasi

    stroke.

    Terapi primer kondisi dislipidemia adalah dengan menggunkaan obat golongan

    statin yang bekerja sebagai penghambat enzim HMG-CoA reduktase yaitu suatu

    enzim di hati yang berperan pada sintesis kolesterol. Diantara golongan statin, obat

    yang memiliki profil keamanan dan toleransi yang baik adalah rosuvastatin.

    Rosuvastatin dapat meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kolesterol LDL lebih

    baik dari golongan statin lainnya, namun obat golongan statin memiliki efek samping

    menyebabkan gangguan pada hati apabila dikonsumsi dalam dosis tinggi.

    Untuk mengurangi efek samping yang dihasilkan dari pemberian obat statin,

    terapi dapat digabungkan dengan bahan alam yang dapat mendukung kerja statin

    dalam meningkatkan kadar HDL. Daun kenikir memiliki bahan-bahan yang dapat

    mendukung kerja obat statin yaitu antioksidan flavonoid yang dapat menghambat

    kerja enzim HMG-CoA reduktase dan meningkatkan jumlah HDL. Antioksidan yang

    dimiliki daun kenikir sangat besar yaitu 52,18mg flavonoid, 152,01mg polifenol per

    gram sampel segar. Daun kenikir juga dapat berfungsi sebagai hepatoprotekror.

    Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang dilakukan adalah true experimental

    laboratories yang dilaksanakan di laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi

    Universitas Jember secara in vivo. Penelitian ini dibagi menjadi kelompok studi dan

    kelompok kontrol yang pengambilan sampelnya dilakukan secara randomisasi.

    Sampel penelitian adalah hewan coba tikus strain wistar jantan usia dua sampai tiga

    bulan dengan berat badan 100-250 gram. Jumlah perlakuan pada penelitian ini adalah

    4 perlakuan sehingga tikus wistar jantan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok

    kontrol negatif dan kelompok kontrol positif yang diberikan rosuvastatin dosis

    0,0009mg/gramBB, kelompok perlakuan pertama dengan dosis 0,4mg/gBB ekstrak

    etanol daun kenikir, kelompok perlakuan kedua dengan dosis 0,2 mg/gBB ekstrak

  • ix

    etanol daun kenikir dan 0,00045mg/gBB rosuvastatin. Variabel bebas dalam

    penelitian ini adalah dosis ekstrak etanol daun kenikir dan dosis kombinasi ekstrak

    etanol daun kenikir dan rosuvastatin. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

    kadar HDL serum setelah terapi. Analisis data yang digunakan adalah uji One Way

    Anova.

    Data yang diperoleh berupa kadar HDL pre test dan post test HDL serum tikus

    wistar yang disajikan dalam delta rata-rata kadar HDL. Pada analisis data, data yang

    diolah adalah delta kadar HDL serum tikus pre test dan post test yang dianalisis

    statistika dengan uji One Way ANOVA. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa

    kelompok dengan pemberian ekstrak etanol daun kenikir dan rosuvastatin

    menunjukkan peningkatan kadar HDL serum. Hasil uji statistik dengan uji One Way

    ANOVA, data memiliki perbedaan yang signifikan (p0,005) dengan

    kelompok kontrol positif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian terapi

    ekstrak etanol daun kenikir dan rosuvastatin memiliki pengaruh dalam meningkatkan

    kadar HDL serum tikus wistar yang diberi diet dislipidemia.

  • x

    PRAKATA

    Puji syukur ke hadirat Allah Maha Suci Allah SWT atas segala rahmat dan

    karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh

    Terapi Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Kenikir (Cosmos caudatus) dengan

    Rosuvastatin Terhadap Kadar HDL Serum Tikus yang Diinduksi Dislipidemia.

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan

    strata satu (S1) Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

    Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menemui kendala dan

    hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak penulis

    mampu menyelesaikannya, oleh karena itu dengan setulus hati penulis

    menyampaikan terima kasih kepada:

    1. dr. Enny Suswati, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Jember

    atas segala fasilitas dan kesempatan yang diberikan selama menempuh

    pendidikan kedokteran di Universitas Jember serta selaku Dosen Pembimbing

    Akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa;

    2. dr. Sugiyanta, M.Ked selaku Dosen Pembimbing Utama dan dr. Wiwien Sugih

    Utami, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Anggota yang telah meluangkan waktu,

    pikiran, tenaga, dan perhatiannya dalam penulisan tugas akhir ini;

    3. dr. Hairrudin, M.Kes sebagai Dosen Penguji I dan Dr. dr. Aris Prasetyo, M.Kes

    sebagai Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan kritik, saran, dan

    masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini;

    4. Ayahanda Drs. H. Marsudi dan Ibunda Hj. Yusti Ariani, S.H tercinta yang

    senantiasa memberikan doa, dukungan, motivasi baik material dan spiritual, serta

    semua curahan kasih sayang yang tak akan pernah putus;

    5. Adikku tersayang Henny Rismawatie Yusmarina dan Indri L. Rahmawati

    Yusmarina yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dorongan semangat,

    kasih sayang dan perhatian tiada henti kepadaku;

  • xi

    6. Rekan kerjaku Hanifa Rosyida Risqi Cahyani dan Muhammad Firdaus yang telah

    membantu dan selalu memberikan dorongan dan semangat;

    7. Analis Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Mbak

    Nuris, analis Laboratorium Biomol Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

    Jember, Mas Agus, dan analis Laboratorium Biologi Fakultas Farmasi

    Universitas Jember, Ibu Widi, terima kasih atas bantuan , kerja sama, dan

    masukan yang diberikan selama penelitian skripsi ini;

    8. Sahabatku tercinta Tamzila Akbar Nila Sandhi, Ratih Puspita Wulandari, dan

    Mbak Meilisa Fani, terimakasih atas doa, dorongan semangat, bantuan, dan

    perhatian yang selalu diberikan;

    9. Teman-teman angkatan 2011 Cardio tercinta yang telah berjuang bersama-sama

    demi meraih gelar Sarjana Kedokteran, terimakasih atas persaudaraan, bantuan

    dan semangat yang selalu diberikan;

    10. Guru di TK Al- Akbar, SDN Ardimulyo II, SMPN 1 Singosari, SMAN 1

    Lawang, dan dosen-dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jember, yang telah

    memberikan ilmu dan membuat penulis mencintai ilmu pengetahuan;

    11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

    dapat disebutkan satu persatu.

    Penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua

    pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini

    dapat bermanfaat.

    Jember, 9 Desember 2014

    Penulis

  • xii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iii

    HALAMAN MOTTO ............................................................................... iv

    HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... v

    HALAMAN PEMBIMBINGAN .............................................................. vi

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vii

    RINGKASAN ............................................................................................ viii

    PRAKATA ................................................................................................. x

    DAFTAR ISI .............................................................................................. xii

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii

    BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 3

    1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 3

    1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 4

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5

    2.1 Lipid Plasma ......................................................................... 5

    2.1.1 Kolesterol ...................................................................... 5

    2.1.2 Lipopoprotein ................................................................ 10

    2.1.3 Apopoprotein ................................................................ 12

    2.2 Lipoprotein Densitas Tinggi (HDL) ................................... 13

    2.2.1 Pengertian HDL ............................................................ 13

    2.2.2 Metabolisme HDL ....................................................... 13

    2.3 Dislipidemia ........................................................................... 16

  • xiii

    2.3.1 Klasifikasi Kadar Lipid ................................................ 16

    2.3.2 Hiperlipidemia dan Aterosklerosis .............................. 17

    2.4 Statin ...................................................................................... 17

    2.4.1 Pembagian Obat Golongan Statin ................................ 17

    2.5 Kenikir .................................................................................. 21

    2.5.1 Taksonomi ................................................................... 22

    2.5.2 Morfologi ..................................................................... 22

    2.5.3 Manfaat ........................................................................ 23

    2.6 Diet Tinggi Lemak .............................................................. 25

    2.7 Kerangka Teori .................................................................... 26

    2.8 Kerangka Konsep.................................................................. 27

    2.9 Hipotesis Penelitian ............................................................... 29

    BAB 3. METODE PENELITIAN ............................................................ 30

    3.1 Jenis Penelitian ..................................................................... 30

    3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 30

    3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.......................................... 30

    3.3.1 Populasi ......................................................................... 30

    3.3.2 Sampel .......................................................................... 31

    3.3.3 Jumlah Sampel ............................................................. 31

    3.4 Rancangan Penelitian .......................................................... 32

    3.5 Variabel Penelitian .............................................................. 33

    3.5.1 Variabel Bebas .............................................................. 33

    3.5.2 Variabel Terikat ............................................................ 33

    3.5.3 Variabel Terkendali ...................................................... 33

    3.6 Definisi Operasional ............................................................ 33

    3.7 Alat dan Bahan Penelitian .................................................. 34

    3.7.1 Alat ................................................................................ 34

    3.7.2 Bahan ........................................................................... 34

    3.8 Prosedur Penelitian .............................................................. 35

  • xiv

    3.8.1 Perlakuan Hewan Uji ................................................... 35

    3.8.2 Pemberian Diet Dislipidemia ........................................ 35

    3.8.3 Pembuatan Ekstrak Daun Kenikir ................................. 36

    3.8.4 Pembuatan Larutan Na CMC 1% ................................. 37

    3.8.5 Penetapan Dosis Ekstrak Daun Kenikir ........................ 37

    3.8.6 Penetapan Dosis Pemberian Rosuvastatin .................... 37

    3.8.7 Pengambilan Sampel Darah .......................................... 38

    3.8.8 Pemeriksaan Kadar HDL Serum ................................... 38

    3.9 Analisis Data ......................................................................... 39

    3.10 Alur Penelitian ..................................................................... 40

    3.11 Ethical Clearance ................................................................. 41

    BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 42

    4.1 Hasil Penelitian .................................................................... 42

    4.1.1 Hasil Ekstraksi Daun Kenikir (Cosmos caudatus) ...... 42

    4.1.2 Hasil Pengukuran Kadar HDL Serum Tikus ............... 42

    4.1.3 Analisis Data ................................................................ 45

    4.2 Pembahasan .......................................................................... 46

    BAB 5. PENUTUP .................................................................................... 50

    5.1 Kesimpulan ........................................................................... 50

    5.2 Saran ..................................................................................... 50

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 51

    LAMPIRAN ............................................................................................... 57

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    2.1 Klasifikasi lipoprotein.............................................. ............................. 11

    2.2 Komposisi HDL dalam plasma manusia.............................................. . 13

    2.3 Klasifikasi kolesterol Total, trigliserida, HDL, dan LDL pada manusia 17

    2.4 Kisaran kolesterol normal danhiperkolesterol pada tikus ..................... 17

    4.1 Rata-rata kadar HDL serum sebelum dan sesudah pemberian diet

    dislipidemia .......................................................................................... 42

    4.2 Rata-rata kadar HDL serum ................................................................. 43

    4.3 Hasil uji post hoc dengan tes LSD delta kadar HDL pre test dan post test 45

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    2.1 Biosintesis kolesterol ............................................................................ 6

    2.2 Jalur metabolisme kolesterol ................................................................. 8

    2.3 Transpor kolesterol................................................................................ 9

    2.4 Jalur yang terlibat dalam pembuatan dan perubahan HDL ................... 15

    2.5 Kenikir .................................................................................................. 22

    2.6 Kerangka teori ....................................................................................... 26

    2.7 Kerangka konsep ................................................................................... 27

    3.1 Rancangan penelitian ............................................................................ 32

    3.2 Alur penelitian ....................................................................................... 40

    4.1 Diagram batang rata-rata kadar HDL serum...................................... 43

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    A. Ethical clearance.................................................................................... 57

    B. Penghitungan dosis pemberian terapi ..................................................... 59

    C. Hasil pengukuran kadar HDL serum ...................................................... 61

    D. Uji normalitas dengan Saphiro Wilk test ................................................ 62

    E. Dokumentasi penelitian .......................................................................... 68

  • 1

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dislipidemia merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan peningkatan

    jumlah kolesterol dalam darah melebihi ambang normal terutama kadar Low Density

    Lipoprotein (LDL) yang diikuti dengan penurunan kadar High Density Lipoprotein

    (HDL) darah. Penurunan kadar HDL pada dislipidemia merupakan salah satu faktor

    risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Dislipidemia berhubungan dengan

    beberapa faktor salah satunya adalah diet tinggi lemak jenuh (Bhatnagar et al., 2008).

    Diet tinggi kolesterol merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting dalam

    mempengaruhi perkembangan penyakit kardiovaskuler (Mayes, 2009). Asam lemak

    jenuh di dalam pakan hiperkolesterol menyebabkan penurunan kadar HDL dengan

    cara menekan sintesis HDL melalui penurunan kadar apo A-1 yang merupakan

    prekursor untuk pembentukan HDL (Voet, 1995).

    Dislipidemia dapat menyebabkan penyakit kardiovaskuler karena telah terbukti

    memiliki peranan dalam mengganggu dan mengubah struktur pembuluh darah

    sehingga dapat mengganggu fungsi endotel dan menyebabkan lesi, plak, oklusi, dan

    emboli (Stapleton et al., 2010). Banyak penelitian membuktikan bahwa kadar

    kolesterol total, lipoprotein, LDL, dan VLDL yang tinggi di dalam darah akan

    meningkatkan proses aterosklerosis (Makmun et al., 2003). Tingginya kadar LDL

    merupakan faktor risiko terjadinya aterosklerosis dan HDL dapat mencegah

    terjadinya proses tersebut (Tomkin dan Owens, 2012).

    Berdasarkan penelitian WHO diperoleh data bahwa 20% kasus kematian di

    seluruh dunia diakibatkan penyakit yang didasari oleh aterosklerosis seperti stroke,

    infark miokard dan penyakit jantung koroner. Di Indonesia prevalensi aterosklerosis

    cukup tinggi, sekitar 500.000 kejadian baru dan 125.000 meninggal tiap tahun karena

  • 2

    manifestasi stroke (Wijaya, 2011). Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah

    Tangga (SKRT) menyatakan prevalensi penyakit kardiovaskuler di Indonesia dari

    tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 1972 penyakit kardiovaskuler menempati

    urutan ke-11 dengan persentase 5,9% kemudian meningkat menjadi urutan ke-3

    sebesar 9,1% pada tahun 1986 dan menjadi penyebab kematian pertama pada tahun

    2005. Sampai pada tahun 2007 penyakit jantung koroner di Indonesia sebesar 22.454

    kasus (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI,

    2008). Menurut WHO (2011) diperkirakan pada tahun 2030 angka kematian akibat

    penyakit kardiovaskuler mencapai sekitar 23,6 juta orang. Beberapa penelitian

    menunjukkan bahwa hal terpenting untuk mengurangi penyakit kardiovaskuler adalah

    dengan mengurangi prevalensi dislipidemia (Bhatnagar et al., 2008).

    Salah satu pengelolaan kondisi dislipidemia adalah terapi dengan menggunakan

    obat golongan statin (HMG-CoA redukstase inhibitor), cara kerjanya dengan

    menghambat secara kompetitif enzim 3-hydroxy-3methylglutaryl oenzyme A

    reductase (HMG-CoA reduktase) yaitu suatu enzim di hati yang berperan pada

    sintesis kolesterol. Diantara golongan statin, obat yang memiliki profil keamanan dan

    tingkat toleransi yang baik adalah rosuvastatin. Rosuvastatin dapat meningkatkan

    kadar HDL dan menurunkan kadar LDL lebih signifikan dari jenis obat statin yang

    lain serta memiliki interaksi minimal dengan obat lain (Sargowo, 2005).

    Untuk mengurangi efek samping yang dihasilkan oleh obat statin, terapi dapat

    digabungkan dengan bahan alam yang dapat mendukung kerja obat statin dalam

    menurunkan kadar LDL dan meningkatkan kadar HDL. Berdasarkan penelitian, daun

    kenikir mengandung bahan-bahan yang dapat mendukug kerja obat statin, diantanya

    adalah bahan antioksidan golongan flavonoid yang dapat menghambat kerja enzim

    HMG-CoA reduktase dan meningkatkan kadar HDL (Fajrin, 2010 dan Jansen, 1997).

    Identifikasi kandungan flavonoid daun kenikir menunjukkan bahwa daun tanaman

    kenikir mengandung senyawa polifenol dan flavonoid berturut-turut sebanyak 152,01

    mg dan 52,18 mg per 100 g sampel segar (Rahman, 2012).

  • 3

    Pemberian terapi gabungan atau kombinasi dinilai efektif apabila kedua bahan

    obat bekerja secara sinergis (Jonosewojo, 2005). Dalam hal ini rosuvastatin dapat

    menghambat kerja enzim HMG-CoA reduktase, meningkatkan reseptor LDL dan

    menurunkan sintesis kolesterol di hati, sedangkan zat yang terdapat pada daun kenikir

    seperti antioksidan flavonoid juga dapat menghambat kerja enzim HMG-CoA

    reduktase dan meningkatkan jumlah reseptor LDL di hati (Fajrin, 2010 dan Sukma,

    2011). Waktu paruh rosuvastatin adalah 20 jam (Sargowo, 2005) sehingga

    memungkinkan bahan obat pada daun kenikir dan rosuvastatin dapat bekerja

    bersama-sama. Hal tersebut menjadi dasar peneliti untuk menggunakan rosuvastatin

    dan ekstrak daun kenikir sebagai terapi dislipidemia. Terapi diberikan secara peroral

    dengan memberikan gabungan setengah dosis terapi tunggal pada masing-masing

    obat dan pemberian obat kimia dan herbal diberi jeda waktu 2 jam (Jonosewojo,

    2012).

    1.2 Rumusan Masalah

    Apakah pemberian terapi ekstrak etanol daun kenikir (Cosmos caudatus) dan

    rosuvastatin dapat meningkatkan kadar HDL serum tikus dislipidemia ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi ekstrak

    etanol daun kenikir (Cosmos caudatus) dan rosuvastatin terhadap peningkatan kadar

    HDL serum tikus dislipidemia.

  • 4

    1.4 Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis kepada berbagai

    pihak antara lain:

    a. Sebagai data acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh terapi ekstrak

    daun kenikir dan rosuvastatin sebagai terapi dislipidemia.

    b. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai manfaat kenikir.

  • 5

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Lipid Plasma

    Lipid plasma terdiri dari triasilgliserol (16%), fosfolipid (30%), kolesterol

    (14%), dan ester kolesteril (36%), serta sedikit asam lemak rantai panjang tak

    teresterifikasi (asam lemak bebas, FFA) (4%) yang merupakan lemak plasma paling

    aktif secara metabolik (Botham dan Mayes, 2009:225).

    Susunan lipid plasma perlu dimodifikasi dalam bentuk lipoprotein yang larut

    dalam air supaya dapat diangkut dalam sirkulasi. Struktur lipoprotein terdiri dari ester

    kolesterol dan trigliserida pada yang terletak pada inti lipoprotein dan dikelilingi oleh

    fosfolipid, kolesterol non ester, dan apo. Zat-zat tersebut beredar dalam darah sebagai

    lipoprotein larut plasma. Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat

    sintesisnya menuju tempat penggunaannya (Suyatna, 2007:374).

    2.1.1 Kolesterol

    Kolesterol bersifat lipid amfipatik dan merupakan komponen struktural esensial

    pada membran dan lapisan luar lipoprotein plasma. Kolesterol sebagai produk

    metabolisme hewan, terdapat di dalam makanan yang berasal dari hewan, misalnya

    kuning telur, daging, hati, dan otak. Kolesterol yang ada di dalam tubuh berasal dari

    makanan (eksogen) dan sintesis (endogen) (Botham dan Mayes, 2009:239). Kadar

    kolesterol plasma menurun oleh hormon tiroid dan esterogen, kedua hormon ini dapat

    meningkatkan jumlah reseptor LDL di hati. Esterogen juga dapat meningkatkan kadar

    HDL plasma (Ganong, 2005).

    a. Biosintesis kolesterol

    Kolesterol endogen disintesis dari asetil-CoA, yang merupakan sumber semua

    atom karbon dalam kolesterol. Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap,

  • 6

    yaitu: (1) Sintesis mevalonat dari asetil-CoA. (2) Pembentukan unit isoprenoid dari

    mevalonat melalui pengeluaran . (3) Kondensasi enam unit isoprenoid untuk

    membentuk squalen. (4) Pembentukan lanosterol (steroid induk) melalui siklisasi

    squalen. (5) Pembentukan kolesterol dari lanosterol yang berlangsung di membran

    retikulum endoplasma dan melibatkan pertukaran-pertukaran di inti steroid dan rantai

    samping. Sintesis kolesterol ini dikontrol oleh HMG-CoA reduktase melalui inhibisi

    kompetitif (Botham dan Mayes, 2009:239).

    Gambar 2.1 Biosintesis kolesterol

    b. Metabolisme kolesterol

    Metabolisme kolesterol mengikuti beberapa jalur dari metabolisme

    lipoprotein. Secara garis besar terdapat tiga jalur metabolisme lipoprotein yang terjadi

    dalam tubuh, yaitu :

    1) Jalur Metabolisme Eksogen

    Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas

    sebagai kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut menuju saluran limfe lalu ke dalam

  • 7

    darah melalui duktus torasikus. Di dalam jaringan lemak trigliserida dalam

    kilomikron mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada

    permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan terbentuk asam lemak dan

    kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus endotel dan masuk ke

    jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali (cadangan)

    atau dioksidasi (energi).

    Kilomikron remnan adalah kilomikron yang telah dihilangkan sebagian besar

    trigliseridanya sehingga ukurannya mengecil sedangkan jumlah ester kolesterol tetap.

    Kilomikron remnan ini akan dibersihkan oleh hati dari sirkulasi dengan melakukan

    endositosis oleh lisosom. Hasil metabolisme ini berupa kolesterol bebas yang akan

    digunakan untuk sintesis berbagai struktur (membran plasma, mielin, hormon steroid,

    dan sebagainya), disimpan dalam hati sebagai kolesterol ester kembali atau

    diekskresikan menjadi empedu (sebagai kolesterol atau asam empedu) atau diubah

    sebagai lipoprotein endogen yang dikeluarkan ke dalam plasma. Kolesterol juga dapat

    disintesis dari asetat di bawah pengaruh enzim HMG-CoA reduktase yang menjadi

    aktif jika terdapat kekurangan kolesterol endogen. Asupan kolesterol dari darah juga

    diatur oleh jumlah reseptor LDL yang terdapat pada permukaan sel hati (Suyatna,

    2007).

    2) Jalur Metabolisme Endogen

    Trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen

    dalam bentuk VLDL kaya trigliserida dan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh

    lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi partikel lipoprotein

    yang lebih kecil yaitu IDL dan LDL. Low Denity Lipoprotein (LDL) merupakan

    lipoprotein yang mengandung kolesterol paling banyak dan mengalami katabolisme

    melalui reseptor dan jalur non reseptor. Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan oleh

    produksi kolesterol endogen. Peningkatan kadar kolesterol sebagian disalurkan ke

    dalam makrofag yang akan membentuk sel busa (foam cells) yang berperan dalam

    terjadinya aterosklerosis prematur (Suyatna, 2007).

  • 8

    3) Jalur Reverse Cholesterol Transport

    Jalur ini berkaitan dengan metabolisme kolesterol HDL. High Density

    Lipoprotein (HDL) dilepas sebagai partikel kecil yang miskin kolesterol dan

    mengandung apo A, C, dan E (HDL nescent) yang berasal dari usus halus dan hati.

    High Density Lipoprotein nescent akan mendekati makrofag untuk mengambil

    kolesterol yang tersimpan di makrofag dan berubah menjadi HDL dewasa. Kolesterol

    yang telah diambil HDL akan diesterifikasi oleh enzim Lecithin Cholesterol

    Acyltransferase (LCAT) menjadi kolesteril ester yang akan ditranspor dalam dua

    jalur yaitu jalur hati yang akan ditangkap oleh reseptor kolesterol HDL dan kolesteril

    ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserida dari VLDL dan IDL yang

    akan kembali ke hati dengan bantuan Cholesterol Ester Transfer Protein (CETP)

    (Suyatna, 2007).

    Gambar 2.2 Jalur metabolisme kolesterol (Suyatna, 2007)

  • 9

    c. Transpor Kolesterol

    Lipid diangkut di dalam plasma sebagai lipoprotein. Empat kelompok

    utama lipoprotein penting yaitu : kilomikron, VLDL, LDL, dan HDL.

    Kilomikron mengangkut triasilgliserol hati, LDL menyalurkan kolesterol ke

    jaringan, dan HDL membawa kolesterol dari jaringan dan mengembalikannya

    ke hati untuk diekskresikan dalam proses yang dikenal sebagai transpor

    kolesterol terbalik (reserve cholesterol transport) (Botham dan Mayes,

    2009:243).

    Gambar 2.3 Transpor kolesterol

    Kolesterol dari makanan mencapai keseimbangan dengan kolesterol plasma

    dalam beberapa hari dan dengan kolesterol jaringan dalam beberapa minggu. Ester

    kolesteril dalam makanan dihidrolisis menjadi kolesterol yang kemudian diserap oleh

    usus bersama dengan kolesterol tak teresterifikasi dan lipid lain dalam makanan.

    Bersama dengan kolesterol yang disintesis di usus, kolesterol ini kemudian

    dimasukkan ke dalam kilomikron. Kolesterol yang diserap oleh usus, sebanyak 80-

  • 10

    90% akan mengalami esterifikasi dengan asam lemak rantai panjang di mukosa usus.

    Sebanyak 95% kolesterol kilomikron disalurkan ke hati dalam bentuk kilomikron

    remnan dan sebagian besar kilomikron yang disekresi oleh hati dalam bentuk VLDL

    dipertahankan selama pembentukan IDL dan akhirnya LDL yang diserap oleh

    reseptor LDL di hati dan jaringan ekstrahepatik (Botham dan Mayes, 2009:243).

    d. Pembuangan kolesterol

    Satu-satunya organ yang dapat membuang kolesterol secara aktif adalah hati

    yang mengekskresikannya ke dalam saluran empedu untuk dikeluarkan dari tubuh

    bersama tinja. Pada metabolisme kolesterol, hati mempunyai peran yang sangat

    penting yaitu sebagai tempat sintesis, mengonversi menjadi asam empedu, serta

    mengekskresikan kolesterol dan asam empedu bersama dengan empedu. Kolesterol

    empedu berasal dari: (1) sintesis kolesterol endogen oleh hepatosit; (2) usus, dibawa

    oleh kilomikron remnan; (3) jaringan perifer, dibawa oleh HDL (Hairrudin, 2008).

    2.1.2 Lipoprotein

    a. Definisi Lipoprotein

    Lipoprotein merupakan suatu ikatan biokimia yang terdiri dari lipid dan protein.

    Lipid utama di dalam lipoprotein adalah kolesterol, triasilgliserol, dan fosfolipid.

    Untuk dapat diangkut dalam sirkulasi darah maka lipid yang bersifat tidak larut air

    akan berikatan dengan protein khusus yaitu apoprotein, sehingga membentuk ikatan

    yang disebut lipoprotein (Adam, 2006). Lipoprotein memiliki struktur misel, dengan

    lipid nonpolar (trigliserida dan kolesterol ester) terkandung dalam pusat hidrofobik

    yang dikelilingi oleh lipid amfipatik (kolesterol bebas dan fosfolipid) dan protein.

    Protein hidrofilik dan komponen lipid bertugas mengangkut lipid nonpolar

    (Montgomery, 1993).

    b. Fungsi lipoprotein

    Hampir semua lipoprotein dibentuk di dalam hati, yang merupakan tempat

    sebagian besar kolesterol plasma, fosfolipid, dan trigliserida (kecuali trigliserida yang

  • 11

    diabsorbsi dari usus dalam bentuk kilomikron) disintesis. Sejumlah kecil lipoprotein

    densitas tinggi juga disintesis di dalam epitel usus selama absorpsi asam lemak dari

    usus. Fungsi utama lipoprotein adalah untuk mengangkut komponen-komponen lipid

    di dalam darah. Lipoprotein densitas sangat rendah mengangkut trigliserida yang

    disintesis di dalam hati terutama ke jaringan adiposa, sedangkan lipoprotein yang lain

    berperan penting dalam tahap-tahap transpor fosfolipid dan kolesterol yang berbeda

    dari hati menuju jaringan perifer atau dari jaringan perifer kembali ke hati (Guyton.

    2008).

    c. Jenis-Jenis Lipoprotein

    Lipoprotein dibedakan berdasarkan rasio antara lipid dan protein sehingga

    menghasilkan berat jenis yang berbeda-beda yang terdiri atas beberapa fraksi yaitu

    kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein

    (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL) dengan

    ciri-ciri yang disajikan pada Tabel 2.l (Assmann et al., 2004).

    Tabel 2.1 Klasifikasi lipoprotein

    Ultracentrifuge Kilomikron VLDL LDL HDL

    1) Densitas hidrasi

    (g/ml )

    400 20-400 0-20 -

    3) Elektroforesis Tidak bergerak Pre-beta Beta Alfa

    4) Diameter (A) 800-5000 300-800 180-280 50-120

    5) Susunan :

    % trigliserida

    % kolesterol ester

    % kolesterol

    % phospholipid

    % protein

    85

    4

    2

    7

    1-2

    52

    17

    7

    15

    9

    10

    37

    8

    23

    22

    4

    18

    2

    25

    51

    6) Apoprotein utama A,B,C B,C,E B A,E

    7) Asal Usus Usus, hati Hasil akhir

    metabolisme

    VLDL

    Usus, hati

    8) Fungsi Transport

    trigliserida

    eksogen

    Transport

    trigliserida

    endogen

    Transport

    kolesterol dan

    phospholipid ke

    sel perifer

    Transport

    kolesterol dari

    sel perfer ke hati

  • 12

    2.1.3 Apoprotein

    Apoprotein atau apo merupakan unsur pokok protein pada lipoprotein dan

    mempunyai struktur dan fungsi yang penting. Apoprotein mempunyai bagian yang

    polar dan non polar. Bagian polar terletak mengarah ke medium aqueous dan bagian

    non polar terikat dan mengelilingi trigliserida dan kolesteril ester. Fungsi apoprotein

    sebagai sel ligan yang dapat berikatan dengan sel permukaan spesifik reseptor

    lipoprotein, abnormalitas pada ikatan tersebut dapat menyebabkan dislipidemia.

    Apoprotein juga berfungsi mengaktifkan dan menghambat enzim, misalnya

    lipoprotein lipase diaktifkan oleh apo C-II dan dihambat oleh apo C-III. Defisiensi

    apo C-II menyebabkan kerusakan dalam aktivasi lipoprotein lipase dan menyebabkan

    hidrolisis kilomikron dan VLDL menjadi tidak sempurna. Apoprotein A-I merupakan

    kofaktor untuk mengaktivasi LCAT yang harus diaktifkan sebelum esterifikasi

    kolesterol terjadi (Forster, 1998).

    Beberapa apoprotein bersifat menyatu (integral) dan tidak bisa dilepaskan,

    sementara sebagian lagi dapat berpindah dengan bebas ke lipoprotein lainnya. Satu

    atau lebih apoprotein ditemukan pada setiap lipoprotein. Menurut penataan ABC,

    apoprotein utama HDL (-lipoprotein) diberi simbol A. Apoprotein utama LDL (-

    lipoprotein) adalah apo B, yang juga ditemukan pada VLDL dan kilomikron.

    Apoprotein B pada kilomikron (B-48) lebih kecil daripada apo B-100 di hati.

    Apoprotein C-I, C-II, dan C-III merupakan polipeptida berukuran lebih kecil yang

    dipindahkan secara bebas di antara beberapa lipoprotein yang berlainan. Beberapa

    apoprotein lainnya telah ditemukan pula pada lipoprotein plasma. Salah satunya

    adalah apo E yang kaya arginin dan diisolasi dari VLDL serta HDL (Mayes, 2001).

  • 13

    2.2 Lipoprotein Densitas Tinggi (HDL)

    2.2.1 Pengertian HDL

    High Density Lipoprotein (HDL) disebut juga -lipoprotein adalah partikel

    yang padat, memiliki ukuran yang kecil, dan mengandung protein paling tinggi

    diantara lipoprotein lain. HDL disintesis dalam hati dan usus kemudian

    ditransportasikan ke dalam aliran darah. Fungsi HDL adalah membawa kolesterol

    dalam membran ke sel hati untuk didegradasi kembali dan digunakan untuk sintesis

    asam empedu. HDL disebut juga kolesterol baik karena mempunyai efek

    antiaterogenik yaitu mengangkut kolesterol bebas dari pembuluh darah dan jaringan

    lain menuju hati selanjutnya mengeluarkannya lewat empedu (Assmann et al., 2004).

    Tabel 2.2 Komposisi HDL dalam plasma manusia

    Lipoprotein Sumber Diameter

    (nm)

    Densitas

    (g/ml)

    Komposisi Komponen

    lipid

    utama

    Apoprotein Protein

    (%)

    Lipid

    (%)

    HDL1

    Hati, usus,

    VLDL,

    kilomikron

    20-25 1,019-

    1,063 32 68

    Fosfolipid,

    kolesterol

    A-I, A-II,

    A-IV, C-I,

    C-II, C-III,

    D2, E

    HDL2 10-20 1,063-

    1,125 33 67

    HDL3 5-10 1,125-

    1,210 57 43

    PraHDL3 1,210 A-I

    Sumber: Mayes, 2009: 226

    2.2.2 Metabolisme HDL

    High Density Lipoprotein (HDL) mengambil bagian di dalam metabolisme

    triasilgliserol maupun kolesterol. High Density Lipoprotein disekresi di hati dan

    intestinum. High Density Lipoprotein nascent (HDL yang baru disekresikan) dari

    intestinum tidak mengandung apo C dan E, tetapi hanya mengandung apo A.

    Apoprotein C dan E disintesis di hati dan dipindahkan dari HDL hati ke HDL usus

    ketika HDL usus memasuki plasma. Fungsi HDL adalah sebagai tempat

  • 14

    penyimpanan apo C dan E yang dibutuhkan dalam metabolisme kilomikron dan

    VLDL (Botham dan Mayes, 2009: 229).

    High Density Lipoprotein nascent terdiri dari lapis ganda fosfolipid diskoid

    yang mengandung apo A dan kolesterol bebas. Lipoprotein ini serupa dengan partikel

    yang ditemukan di dalam plasma pasien dengan defisiensi enzim plasma LCAT dan

    di dalam pasien ikterus obstruktif. Lecithin Cholesterol Acyltransferase (LCAT) dan

    aktivator LCAT apo A-I berikatan dengan diskoid dan fosfolipid permukaan. Proses

    katalis oleh LCAT mengonversi fosfolipid permukaan dan kolesterol bebas menjadi

    ester kolesteril dan lisolesitin. Ester kolesteril nonpolar bergerak menuju bagian

    interior lapisan ganda yang bersifat hidrofobik, sedangkan lisolesitin dipindahkan ke

    albumin plasma. Reaksi tersebut meghasilkan bagian inti yang nonpolar dan

    terbentuk HDL pseudomisel sferis yang dibungkus oleh lapisan permukaan lipid polar

    dan apo, hal ini akan mempermudah pengeluaran kolesterol yang tidak teresterifikai

    dari lipoprotein dan jaringan (Botham dan Mayes, 2009: 230).

    Siklus HDL yang dikemukakan untuk menjelaskan pengangkutan balik

    kolesterol dari jaringan ke hati dikenal sebagai proses transpor kolesterol terbalik

    (reverse cholesterol transport). Siklus tersebut melibatkan ambilan dan esterifikasi

    kolesterol oleh HDL3 yang menjadi lebih besar dan kurang rapat dengan membentuk

    HDL2.. Class B Scavenger Receptor B1 (SR-B1) yang diidentifikasi sebagai reseptor

    HDL dengan peranan ganda dalam metabolisme HDL. Di hati dan jaringan

    steroidogenik, reseptor ini mengikat HDL melalui apo A-I, dan ester kolesteril secara

    selektif disalurkan ke sel meskipun partikelnya sendiri, termasuk apo A-I, tidak

    diserap. Di jaringan, SR-B1 memerantarai penerimaan kolesterol dari sel oleh HDL

    yang kemudian mengangkutnya ke hati untuk diekskresikan melalui empedu. HDL3

    yang dihasilkan dari HDL diskoid melalui kerja LCAT, menerima kolesterol dari

    jaringan melalui SR-B1 dan kolesterol kemudian diesterifikasi oleh LCAT, yang

    memperbesar ukuran partikel untuk membentuk HDL2 yang kurang padat. High

    Density Lipoprotein3 kemudian terbentuk kembali, baik setelah penyaluran selektif

  • 15

    ester kolesteril ke hati melalui SR-B1 atau melalui hidrolisis triasilgliserol dan

    fosfolipid HDL2 oleh enzim lipase hati (Botham dan Mayes, 2009: 230).

    Pertukaran antara HDL2 dan HDL3 disebut sebagai siklus HDL. Apoprotein A-I

    bebas dihasilkan oleh proses ini dan membentuk pra-HDL setelah berikatan dengan

    sejumlah kecil fosfolipid dan kolesterol, sedangkan kelebihan apo A-I diekskresi di

    ginjal. Mekanisme penting kedua untuk transpor berlawanan kolesterol melibatkan

    ATP-binding cassette transporter A1 (ABCA-1). ATP-binding cassette transporter

    A1 (ABCA-1) cenderung untuk memindahkan kolesterol dari sel ke partikel yang

    kurang memiliki lipid, seperti pra-HDL atau apo-A1 yang kemudian diubah menjadi

    HDL3 melalui HDL diskoid (Botham dan Mayes, 2009: 230).

    Gambar 2.4 Jalur yang terlibat dalam pembuatan dan perubahan HDL (Sumber: Assmann

    et al., 2004).

  • 16

    Kadar HDL bervariasi secara timbal balik dengan kadar trigliserida plasma dan

    secara langsung dengan aktivitas lipoprotein lipase. Kadar HDL2 berbanding terbalik

    dengan insidensi aterosklerosis koroner diduga karena HDL mencerminkan efisiensi

    kolesterol terbalik. High Density Lipoprotein1 ditemukan di dalam darah hewan yang

    hiperkolesterolemia akibat makanan, HDL ini kaya akan kolesterol dan hanya

    memiliki apo E (Botham dan Mayes, 2009: 230-231).

    2.3 Dislipidemia

    Dislipidemia adalah peningkatan satu atau lebih dari komponen lemak yang

    terdiri dari kolesterol, fosfolipid, atau trigliserida (Priyanto, 2009 dan Katzung,

    2006). Berdasarkan penyebabnya dislipidemia dibagi menjadi 2, yaitu dislipidemia

    primer dan dislipidemia sekunder. Dislipidemia primer terutama disebabkan oleh

    kelainan genetik yang biasanya diketahui pada saat pemeriksaan laboratorium karena

    tidak menimbulkan keluhan. Sementara dislipidemia sekunder adalah peningkatan

    kadar lipid dalam darah yang disebabkan oleh suatu penyakit tertentu, obat-obatan

    atau penyebab lain selain faktor genetik (Hairrudin, 2008).

    2.3.1 Klasifikasi kadar lipid

    Klasifikasi kadar lipid yang ada dalam plasma dapat dilihat pada Tabel 2.3.

    Kisaran kolesterol normal dan hiperkolesterol pada tikus dapat dilihat pada Tabel 2.4.

  • 17

    Tabel 2.3 Klasifikasi kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL pada manusia

    Lipid plasma Kadar (mg/dl) Kriteria

    Kolesterol total < 200 Diinginkan

    200-239 Cukup tinggi

    240 Tinggi Kolesterol LDL < 100 Optimal

    100-129 Jauh atau di atas optimal

    130-159 Cukup tinggi

    160-189 Tinggi

    190 Sangat tinggi Kolesterol HDL < 40 Rendah

    60 Tinggi < 150 Normal

    Trigliserida 150-199 Cukup tinggi

    200-499 Tinggi

    500 Sangat tinggi

    Sumber : Wells et al., 2009

    Tabel 2.4 Kisaran kolesterol normal dan hiperkolesterol pada tikus

    Lipid plasma Kisaran yang ideal (mg/dl) Hiperkolesterol (mg/dl)

    Kolesterol total 80 -100 115 200

    LDL 10 80 100 150

    HDL 40 60 20 40

    Trigliserida 60 145 150 200

    Sumber : Eshrat, 2002 ; Bani, 2006

    2.3.2 Dislipidemia dan Aterosklerosis

    Selain kadar kolesterol plasma yang diyakini sebagai faktor utama yang

    mendorong aterosklerosis, saat ini triasilgliserol juga merupakan faktor risiko yang

    berdiri sendiri. Aterosklerosis ditandai oleh penimbunan kolesterol dan ester

    kolesteril dari lipoprotein plasma ke dinding arteri. Penyakit yang menyebabkan

    peningkatan berkepanjangan kadar VLDL, IDL, kilomikron remnan, dan LDL dalam

    darah (seperti: diabetes mellitus, nefrosis lipid, hipotiroidisme, dan penyakit

  • 18

    dislipidemia lainnya) sering disertai oleh aterosklerosis. Terdapat hubungan terbalik

    antara kadar HDL dan penyakit jantung koroner sehingga rasio LDL:HDL merupakan

    parameter prediktif yang penting. Hal ini konsisten dengan fungsi HDL dalam

    transpor kolesterol terbalik (Botham dan Mayes, 2009:248).

    2.4 Statin

    Statin adalah obat yang berperan sebagai kompetitif inhibitor terhadap 3-

    hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A (HMG CoA) reductase, yaitu enzim yang

    berfungsi untuk biosintesis kolesterol. Penurunan kadar kolesterol menginduksi sel

    hati untuk meningkatkan reseptor LDL sehingga jumlah LDL yang dimetabolisme

    dalam hati. Statin mampu menurunkan LDL dan meningkatkan HDL plasma

    (Suyatna, 2009).

    2.4.1 Pembagian Obat Golongan Statin

    Dalam golongan statin terdapat beberapa macam obat yaitu Simvastatin,

    Lovastatin, Atorvastin, Cerivastatin, Fluvastatin, Mevastatin, Pitavastatin,

    Pravastatin, Rosuvastatin (Tjay dan Kirana, 2007). Berbagai obat statin yaitu

    fluvastatin, lovastatin, simvastatin, atorvastatin, dan rosuvastatin mengalami

    biotransformasi oleh isozim cytochrome P450 dalam hati, tetapi pravastatin tidak

    melalui jalur metabolisme cytochrome P450.

    a. Simvastatin

    Simvastatin merupakan nama generik obat, sedangkan nama dagangnya adalah

    Zocor. Simvastatin adalah obat penurun kolesterol yang bekerja dengan menghambat

    produksi kolesterol di hati dan usus, menurunkan kolesterol darah secara keseluruhan

    dan menurunkan kadar LDL darah. Indikasi penggunaan simvastatin adalah untuk

    penderita hiperkolesterolemia primer, pasien yang tidak cukup memberikan respon

    terhadap diet, mengurangi kejadian klinis, memperlambat progresif aterosklerosis

    koroner pada pasien penyakit jantung koroner dan penderita kadar kolesterol 5,5

    mmol/l atau lebih. Kontra indikasi sediaan ini adalah untuk wanita hamil, menyusui,

  • 19

    pasien dengan penyakit hati aktif atau peningkatan serum transaminase yang tidak

    dapat dijelaskan penyebabnya. Dosis tunggal awal adalah 10 mg/hari. Dalam interval

    kurang dari empat minggu dosis dapat menyesuaikan dalam kisaran lazim 10-40

    mg/hari. Penderita penyakit jantung koroner awal 20 mg/hari. Efek samping

    simvastatin adalah pusing, sakit kepala, konstipasi, diare, dispepsia, mual, ruam kulit,

    nyeri abdomen, nyeri dada, gangguan penglihatan, hepatitis dan anemia. Pemakaian

    simvastatin dalam jangka waktu yang lama menyebabkan gangguan fungsi kognitif

    seperti amnesia, transient global amnesia, aphasia dan gangguan memori jangka

    pendek.

    Simvastatin merupakan prodrug dalam bentuk lakton yang harus dihidrolisis

    terlebih dulu menjadi bentuk aktifnya yaitu asam -hidroksi di hati, lebih dari 95%

    hasil hidrolisisnya akan berikatan dengan protein plasma. Konsentrasi obat bebas di

    dalam sirkulasi sistemik sangat rendah yaitu kurang dari 5%, dan memiliki waktu

    paruh 2 jam. Sebagian besar obat akan dieksresi melalui hati. Pemberian obat

    dilakukan pada malam hari (Witztum, 1996).

    b. Lovastatin

    Lovastatin merupakan salah satu obat penurun kolesterol golongan statin.

    Lovastatin sebagai agen hipokolesterolemia mampu menurunkan kadar kolesterol

    serum, LDL, trigliserol dan VLDL dalam darah (Albert, 1989). Obat golongan ini

    sangat efektif untuk mengobati dislipidemia karena merupakan inhibitor kompetitif

    dari 3-hidroksi-3-metilglutaril-koenzim-A (HMG-KoA) reduktase (Goodman and

    Gilman, 2001). Lovastatin merupakan agen penurun kolesterol yang diisolasi dari

    Aspergillus terreus (Merck, 2005). Obat golongan statin ini dapat menurunkan

    biosintesis kolesterol dengan cara menghambat secara kompetitif enzim HMG-KoA

    reduktase. Enzim ini merupakan enzim yang mengkatalisis konversi HMG-KoA

    menjadi mevalonat, suatu prekursor sterol, termasuk kolesterol. Efek tersebut dapat

    meningkatkan katabolisme fraksional LDL maupun ekstraksi prekursor LDL oleh

    hati, sehingga mengurangi simpanan LDL plasma. Oleh sebab itu, ekstraksi lintas

    pertama oleh hati dari obat tersebut cukup besar, maka efek utamanya terjadi di hati

  • 20

    (Katzung, 2006). Lovastatin di metabolisme oleh hidroksilasi dan dieksresi melalui

    empedu, sedangkan sekitar 80% suatu dosis oral muncul dalam tinja, ini

    menggambarkan eksresi obat dalam empedu sebaik obat yang tidak diabsorpsi. Efek

    samping akut lovastatin rendah. Disfungsi hepar terlihat sekitar 2% pasien

    (Raharjo,2009).

    c. Atorvastatin

    Atorvastatsin merupakan molekul garam kalsium trihidrat, sebuah molekul

    kalsium atorvastatin yang mengikat tiga molekul air. Atorvastatin merupakan salah

    satu zat aktif penurun kolesterol darah golongan statin atau penghambat/inhibitor

    HMG-CoA reduktase, yaitu senyawa yang dapat menghambat konversi enzim HMG-

    CoA reduktase menjadi mevalonat sehingga menghambat pembentukan kolesterol

    endogen. Berbeda dengan prodrug lakton lovastatin dan simvastatin, atorvastatin

    memiliki 3 asam hidroksil aktif dan tidak memerlukan hidrolisis in vivo. Atorvastatin

    dan metabolit aktifnya yang secara struktur serupa dengan HMG-CoA berkompetisi

    untuk menempati sisi aktif HMG-CoA reduktase. Penurunan konsentrasi kolesterol

    total dan LDL dihasilkan oleh dosis biasa atorvastatin yang secara substansial

    menghasilkan penurunan lebih besar dibandingkan dengan monoterapi dengan

    antilipemik lainnya. Dalam sebuah studi terkontrol dan tak terkontrol rata-rata

    penurunan kolesterol total 17-46%, 25-61% LDL, dan 10-37% trigliserida pada

    pasien dengan hiperkolesterolemia primer yang menerima atorvastatin 2,5-80 mg/hari

    selama setidaknya 6 minggu, dan mengalami peningkatan HDL sekitar 3-12%. Pada

    pasien dengan dislipidemia disertai hipertensi yang menerima kombinasi tetap

    atorvastatin (10-80 mg) dan amlodipin (5-10 mg) konsentrasi LDL serum turun

    sebesar 33-49% setelah terapi selama 8 minggu. Atorvastatin menghasilkan

    penurunan konsentrasi kolesterol total LDL lebih besar bila dibandingkan dengan

    statin lainnya (fluvastatin, lovastatin, simvastatin dan pravastatin) (McEvoy, 2008).

    Waktu paruh atorvastatin adalah 14 jam. (Suyatna, 2007).

    d. Rosuvastatin

  • 21

    Rosuvastatin adalah salah satu obat golongan inhibitor HMG-CoA reduktase

    atau lebih dikenal dengan golongan statin. Mekanisme kerja dalam menurunkan

    kolesterol adalah melalui penghambatan sintesis kolesetrol dalam hati, dengan

    meghambat enzim HMG-CoA reduktase. Hasilnya terdapat penurunan kolesterol dan

    peningkatan reseptor LDL, sehingga kadar LDL di dalam sirkulasi menurun.

    Penurunan produksi LDL menyebabkan penghambatan sintesis VLDL di hati, yang

    merupakan prekursor LDL.

    Rosuvastatin merupakan golongan obat statin yang tergolong baru di pasaran,

    disetujui oleh FDA pada bulan Agustus 2003. Kelebihan rosuvastatin adalah

    memiliki efek peningkatan HDL lebih tinggi dari golongan statin lainnya seperti

    simvastatin dan atorvastatin (McTaggart, 2008), menghambat HMG-CoA reduktase

    lebih besar dari obat golongan statin lainnya, hidrofisilitas dan selektivitas untuk

    masuk dan aktif di hepar, memiliki waktu paruh yang panjang yaitu 20-24 jam,

    mengalami metabolisme minimal pada sitokrom P-450, tidak ada metabolisme

    signifikan pada sistem sitokrom 3A4, ini menandakan potensi yang rendah untuk

    interaksi antar obat, dan tidak ada perbedaan efek farmakologis rosuvastatin

    sehubungan dengan pemberian dosis pada siang atau malam hari, umur, jenis

    kelamin, dan masuknya makanan (Sargowo, 2005).

    Di Indonesia, sediaan rosuvastatin yang disetujui oleh FDA adalah tablet 5 mg,

    10 mg, 20 mg, dan 40 mg dengan indikasi untuk mengatasi hiperkolesterolemia.

    Adapun indikasi lengkap yang disetujui, yaitu rosuvastatin diindikasikan sebagai

    terapi tambahan jika upaya diet dan olah raga tidak mencukupi, bagi pasien dengan

    hiperkolesterolemia primer (tipe IIa), termasuk Heterozygous Familial

    Hypercholesterolaemiaatau Mixed Dyslipidemia (tipe Iib), dan diindikasikan pada

    pasien dengan Homozygot Familial Hypercholesterolaemia sebagai tambahan upaya

    diet dan terapi penurunan lipid (Badan POM RI, 2006).

  • 22

    2.5 Kenikir

    2.5.1 Taksonomi

    Gambar 2.5 Kenikir (Cosmos caudatus)

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Magnoliopsida

    Ordo : Asterales

    Famili : Asteraceae

    Genus : Cosmos

    Spesies : caudatus Kunth

    Jenis : Cosmos caudatus H.B.K

    2.5.2 Morfologi

    Kenikir merupakan tanaman perdu, semusim, tidak berkayu dengan batang

    yang tumbuh tegak berwarna hijau keunguan. Kenikir memiliki daun yang majemuk,

    bersilang berhadapan, bentuk menyirip, ujung runcing, tepi rata dan berwarna hijau

    atau hijau kekuningan. Bunga tanaman kenikir merupakan bunga majemuk yang

    memiliki tangkai bunga, berbentuk seperti cawan, serta memiliki kelopak di bagian

  • 23

    bawah bunga berwarna hijau yang berbentuk seperti lonceng. Biji tanaman kenikir

    keras dan kecil, berbentuk jarum, berwarna hitam, dan memiliki panjang sekitar 1 cm

    (van den Bergh, 1994).

    2.5.3 Manfaat

    Daun dan pucuk daun kenikir dapat diambil dan dikonsumsi sebagai sayuran

    karena mengandung banyak air, serat, dan mineral (van den Begh, 1994). Hasil

    penelitian Ragasa et al. (1997), menunjukkan bahwa daun kenikir yang diekstrak

    dengan kloroform memiliki aktivitas antimikroba yang baik terhadap penghambatan

    Staphylococcus aureus, Saccharomyces cereviseae, dan Candida albicans.

    Daun kenikir (Cosmos caudatus) mengandung saponin, flavonoid, polifenol

    dan minyak atsiri (Fuzzati et al., 1995). Identifikasi kandungan flavonoid yang

    dilakukan oleh Batari (2007) menggunakan daun tanaman kenikir yang berasal dari

    pasar lokal di daerah Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil penelitian tersebut

    menunjukkan bahwa daun tanaman kenikir yang diekstrak dengan kloroform

    mengandung senyawa fenol dan flavonoid berturut-turut sebagai 152,01 mg dan

    52,18 mg per 100 g sampel segar. Nilai tersebut membuktikan bahwa daun tanaman

    kenikir dapat dijadikan sebagai alternatif bahan obat karena memiliki kemampuan

    antioksidan yang tinggi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Shui et al. (2005),

    dengan menggunakan uji free radical spiking (dengan menggunakan instrumen

    HPLC/MS), diketahui bahwa kenikir memiliki aktivitas antioksidan yang sangat

    tinggi, yaitu setara dengan sekitar 2400 mg asam askorbat per 100 gram sampel segar.

    Komponen antioksidan utama yang diidentifikasi merupakan senyawa polar, yaitu

    golongan dari proantosianidin yang berbentuk sebagai dimer hingga heksamer,

    quercetin glikosida, klorogenik, neo-klorogenik, dan asam kriptoklorogenik.

    Penelitian mengenai kandungan komponen-komponen quercetin dan quercetin

    glikosida pada ekstrak kenikir dengan metanol, juga dilakukan di Malaysia pada

    bulan Juli 2000 (Israf et al, 2003).

  • 24

    Penelitian mengenai efek flavonoid dan quersetin terhadap kadar lipid tikus

    yang diberi diet dislipidemia, didapatkan bahwa terjadi peningkatan kadar kolesterol

    HDL, penurunan kadar kolesterol LDL dan trigliserida (Ricardo et al., 2001).

    Sedangkan pada penelitian lain dikatakan bahwa quercetin dapat meningkatkan kadar

    kolesterol HDL sampai 28,6% pada tikus yang diberi diet tinggi lemak (Yugarani et

    al., 1992). Mekanisme kerja senyawa flavonoid dalam meningkatkan kadar HDL

    serum adalah dengan cara meningkatkan aktivitas Lechitin-Cholesterol Acyl

    Taransferase (LCAT) dan meningkatkan produksi apo A-1. Apolipoprotein A-1

    bertugas sebagai kofaktor enzim untuk LCAT serta sebagai ligan untuk interaksi

    dengan reseptor lipoprotein dalam jaringan. Enzim LCAT merupakan enzim yang

    dapat mengonversi kolesterol bebas menjadi ester kolesterol yang lebih hidrofobik,

    sehingga ester kolesterol dapat berikatan dengan partikel inti lipoprotein untuk

    membentuk HDL baru dan akan meningkatkan kadar HDL serum, sehingga dengan

    peningkatan Apo A-1 diharapkan dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL serum

    (Baba et al., 2007; Rousset, 2010; dan Vijayakumar, 2006). Senyawa flavonoid juga

    dapat meningkatkan jumlah kolesterol HDL dengan cara meningkatkan pelepasan

    kolesterol dari makrofag dan meningkatkan ekspresi ATP-binding cassette (ABCA-1)

    (Helal et al., 2013). Senyawa flavonoid juga dapat menurunkan kadar kolesterol total

    dan trigliserida darah adalah dengan cara menghambat HMG-CoA reduktase yang

    berfungsi sebagai pengkatalis dalam pembentukan kolesterol (Lewis, 2005).

    Daun kenikir juga memiliki kandungan minyak atsiri yang dapat menurunkan

    rasio LDL:HDL. Minyak atsiri memiliki bahan aktif DADS yang dapat menghambat

    kerja HMG-CoA reductase sehingga menyebabkan penurunan sintesis kolesterol dan

    meningkatkan reseptor LDL. Hal ini menyebabkan kadar LDL plasma menurun dan

    terjadi supresi terhadap produksi apo B-100. Produksi apo B-100 berhubungan

    terbalik dengan produksi apo A-1, sehingga supresi terhadap Apo B-100 akan

    meningkatkan produksi apo A-1 (Murray, 2003).

  • 25

    2.6 Diet Tinggi Lemak

    Terdapat beberapa macam cara pembuatan pakan dan penentuan lamanya

    pemberian diet untuk tikus dislipidemia :

    a. Campuran kuning telur bebek sebanyak 4 ml/hari dan lemak babi 180 gram/100

    gram ransum untuk 18 ekor tikus diberikan melalui sonde lambung selama 7 hari

    (Fatimah, 2007).

    b. Diet aterogenik yang akan meningkatkan kadar kolesterol pada tikus dengan

    mentode Constantinides, menggunakan 0,006 mg adrenalin inisial intravena dan

    diet 5 mg kuning telur intermitten selama 14 hari (Maliya, 2006).

    c. Pemberian diet campuran minyak babi dan kuning telur bebekdengan

    perbandingan 1:1 (v/v) yang dicampur dengan kolesterol murni 2%. Dosis yang

    diberikan sebanyak 1 ml/100gBB secara oral setiap hari selama 30 hari

    (Chasanah, 2014).

    Pada penelitian ini cara diet dislipidemia yang digunakan adalah cara pertama

    karena bahan yang digunakan mudah didapat dan tidak membutuhkan waktu yang

    lama untuk memberi diet dislipidemia pada tikus.

  • 26

    Flavonoid 1. Menghambat kerja enzim

    HMG CoA reduktase

    2. Penurunan sintesis

    kolesterol di hati

    3. Penurunan sintesis ApoB

    4. Meningkatkan reseptor

    LDL di hati

    5. Meningkatkan sintesis

    apo A-I di hati

    Diet tinggi kolesterol

    Tikus Dislipidemia

    Ekstrak etanol daun

    kenikir

    Rosuvastatin

    1. Meningkatkan aktivitas LCAT

    (Lechitin Cholesterol Acyl

    Taransferase)

    2. Meningkatkan produksi apo A-1

    3. Meningkatkan pelepasan

    kolesterol dari makrofag

    4. Meningkatkan ekspresi ATP-

    binding cassette (ABCA-1)

    5. Menghambat kerja enzim HMG

    CoA reduktase

    2.7 Kerangka Teori

    Gambar 2.6 Kerangka Teori

  • 27

    2.8 Kerangka Konsep

    Keterangan :

    Gambar 2.7 Kerangka konsep

    = Variabel bebas

    = Menurunkan

    = Meningkatkan

    Diet dislipidemia

    Rosuvastatin

    Produksi apo A-I

    hepar HDL Plasma

    Produksi apo A-I

    intestinum Makrofag

    ABCA-1 LCAT

    HDL nascent Permukaan HDL3

    LCAT

    Ekstrak daun kenikir

    Flavonoid

  • 28

    Pada tikus dislipidemia yang diberi diet tinggi kolesterol, diberikan ekstrak

    etanol daun kenikir dan rosuvastatin. Pada ekstrak daun kenikir didapatkan

    kandungan flavonoid. Flavonoid dapat menghambat kerja enzim HMG-CoA

    reduktase, meningkatkan aktivitas Lechitin-Cholesterol Acyl Taransferase (LCAT)

    dan meningkatkan produksi apo A-1. Apoprotein A-1 bertugas sebagai kofaktor

    enzim untuk LCAT serta sebagai ligan untuk interaksi dengan reseptor lipoprotein

    dalam jaringan. Enzim LCAT merupakan enzim yang dapat mengonversi kolesterol

    bebas menjadi ester kolesterol yang lebih hidrofobik, sehingga ester kolesterol dapat

    berikatan dengan partikel inti lipoprotein untuk membentuk HDL baru dan akan

    meningkatkan kadar HDL serum (Baba et al., 2007; Rousset, 2010; dan Vijayakumar,

    2006). Senyawa flavonoid juga dapat meningkatkan ekspresi ATP-binding cassette

    (ABCA-1) (Helal et al., 2013).

    Pemberian rosuvastatin dapat menghambat kerja enzim HMG-CoA reduktase

    dalam hati sehingga dapat menurunkan produksi kolesterol. Penghambatan terhadap

    HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan sintesa kolesterol dan meningkatkan

    jumlah reseptor LDL (Jansen, 1997). Hal ini menyebabkan kadar LDL plasma

    menurun dan terjadi supresi terhadap produksi apo B-100. Produksi apo B-100

    berhubungan terbalik dengan produksi apo A-1, sehingga supresi terhadap produksi

    apo B-100 akan menyebabkan kenaikan kadar apo A-1. Apoprotein A-1 bila

    berikatan dengan fosfolipid dan kolesterol dalam jumlah minimal akan membentuk

    pre- HDL yang selanjutnya akan menjadi HDL matur, sehingga kenaikan apo A-1

    dapat menyebabkan kenaikan kadar HDL (Jansen, 1997).

    . Pemberian rosuvastatin dapat menghambat kerja enzim HMG-CoA reduktase

    dalam hati sehingga dapat menurunkan produksi kolesterol. Pemberian ekstrak daun

    kenikir dan rosuvstatin diharapkan dapat meningkatkan kadar HDL dan memperbaiki

    kondisi dislipidemia.

  • 29

    2.9 Hipotesis Penelitian

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah pemberian terapi ekstrak etanol daun

    kenikir (Cosmos caudatus) dan rosuvastatin dapat meningkatkan kadar HDL serum

    tikus yang diberi diet dislipidemia.

  • 30

    BAB 3. METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratoris (True

    experimental design), disebut sebagai true experiment karena dalam desain ini

    peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya

    eksperimen. Penelitian ini menggunakan desain pre and post randomized controlled

    group design. Dalam desain ini terdapat 4 kelompok yang masing-masing dipilih

    secara random (R). Dua kelompok sebagai kelompok kontrol dan dua kelompok

    lainnya diberi perlakuan (X).

    3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

    Pemeliharaan hewan coba, diet dislipidemia, perlakuan pada hewan percobaan,

    dan pengambilan sampel darah dilakukan di Laboratorium Biomedik Fakultas

    Kedokteran Gigi Universitas Jember. Ekstraksi daun kenikir dilakukan di

    Laboratorium Biologi Fakultas Farmasi Universitas Jember. Pemeriksaan kadar HDL

    dilakukan di Laboratorium Biomol dan Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas

    Jember. Penelitian ini berlangsung selama 4 minggu pada bulan Oktober November

    2014.

    3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah

    3.3.1 Populasi

    Populasi pada penelitian ini adalah Rattus novergicus jantan galur Wistar.

  • 31

    3.3.2 Sampel

    Kriteria sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Rattus novergicus jantan galur Wistar.

    b. Tikus berwarna bulu putih dan sehat (bergerak aktif).

    c. Umur 2 - 3 bulan.

    d. Berat rata-rata 150 gram, dengan rentang 100-250 gram.

    Pada penelitian ini terdapat kriteria inklusi dan ekslusi yang bertujuan untuk

    membuat homogen sampel yang akan digunakan. Kriteria inklusi sampel penelitian

    yang digunakan adalah sampel yang mengalami peningkatan berat badan dan kadar

    HDL serum menurun setelah pemberian diet dislipidemia. Sedangkan kriteria

    eksklusi sampel penelitian adalah tikus yang mati karena sakit selama masa adaptasi,

    diet, dan pemberian terapi.

    3.3.3 Jumlah Sampel

    Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus Federer sebagai berikut:

    (t-1) (r-1) 15

    (4-1) (r-1) 15

    3 (r-1) 15

    3r-3 15

    3r 18

    R 6

    Keterangan:

    t : jumlah kelompok

    r : jumlah sampel per kelompok

    Besar sampel yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan dengan rumus di atas

    minimal sebanyak 6 ekor tikus untuk masing-masing kelompok. Jadi, dalam

    penelitian ini jumlah sampel yang digunakan untuk 4 kelompok adalah 24 ekor tikus.

  • 32

    3.4 Rancangan Penelitian

    Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah randomized

    pre and post test controlled group design, dengan 2 kelompok kontrol dan 2

    kelompok perlakuan. Secara skematis rancangan penelitian dijelaskan pada Gambar

    3.1.

    K(-) Opre(-) Opost(-)

    Po A

    K1 Opre1 Opost1

    K2 Opre2 Opost2

    K(+) Opre(+) Opost(+)

    Keterangan:

    Po = populasi

    R = randomisasi

    K(-) = kelompok kontrol negatif K1,2 = kelompok perlakuan 1,2

    K(+) = kelompok kontrol positif

    I

    = diet dislipidemia (kuning telur bebek 4 ml/hari sonde oral +

    lemak babi 1,43gram per hari)

    Opre(-) = observasi pre test kelompok kontrol negatif

    Opre1 = observasi pre test kelompok perlakuan 1

    Opre2 = observasi pre test kelompok perlakuan 2

    Opre(+) = observasi pre test kelompok kontrol positif

    P1 = perlakuan kelompok 1 (ekstrak daun kenikir 0,4 mg/gramBB)

    P2

    = perlakuan kelompok 2 (ekstrak kenikir 0,2 mg/kgBB + rosuvastatin

    0,00045 mg/gramBB)

    P(+) = perlakuan kelompok kontrol positif (rosuvastatin 0,0009 mg/gramBB)

    Opost(-) = observasi post test kelompok kontrol negatif

    Opost1 = observasi post test kelompok perlakuan 1

    Opost2 = observasi post test kelompok perlakuan 2

    Opost(+) = observasi post test kelompok kontrol positif

    A = analisis data

    Gambar 3.1 Rancangan penelitian

    I

    P1

    R

    I

    I P2

    I P(+)

  • 33

    3.5 Variabel Penelitian

    3.5.1 Variabel Bebas

    Daun kenikir dan rosuvastatin.

    3.5.2 Variabel Terikat

    Kadar HDL serum setelah terapi dengan esktrak daun kenikir dan rosuvastatin.

    3.5.3 Variabel Terkendali

    Jenis hewan coba, umur hewan coba, berat badan hewan coba, jenis kelamin,

    pemeliharaan dan perawatan hewan coba, dosis ekstrak daun kenikir dan rosuvastatin.

    3.6 Definisi Operasional

    a. Daun kenikir diperoleh dari Kabupaten Jember dan dipasarkan di pasar

    tradisional. Daun dipilih yang masih berwarna hijau (selain daun kenikir muda

    pada ujung batang). Ekstrak dibuat dari daun kenikir yang dikeringkan dan

    diekstraksi dengan metode maserasi Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan

    pelarut etanol 96%.

    b. Rosuvastatin 10 mg dengan merk Crestor yang diproduksi PT Astra Zeneca

    c. Kadar HDL diperoleh dengan menggunakan metode CHOD-PAP dengan

    prinsip spektrofotometri enzimatis dari darah retroorbita dan jantung tikus

    dengan kadar normal HDL plasma darah tikus yaitu 35 mg/dl (Schaerfer et al.

    dalam Hartoyo et al., 2008).

    d. Na CMC 1% digunakan untuk melarutkan bahan (rosuvastatin dan ekstrak

    kenikir) yang didapat dari Fakultas Farmasi Universitas Jember

  • 34

    3.7 Alat dan Bahan Penelitian

    3.7.1 Alat

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

    a. Kandang, tempat makan, dan minum tikus

    b. Timbangan untuk menimbang pakan dan berat badan tikus

    c. Neraca OHAUS untuk menimbang dosis ekstrak daun kenikir dan dosis

    rosuvastatin

    d. Instrumen pembuatan ekstrak daun kenikir dengan metode maserasi antara

    lain blender, rotatory evaporator, dan almari pengering.

    e. Lemari pendingin untuk menyimpan ekstrak daun kenikir

    f. Instrumen untuk melarutkan Na-CMC antara lain gelas ukur, pengaduk, dan

    labu spirtus

    g. Spuit yang telah dimodifikasi untuk memasukkan ekstrak dan rosuvastatin

    ke mulut tikus.

    h. Tabung mikrokapiler untuk pengambilan darah tikus melalui sinus orbital

    i. Tabung EDTA untuk menampung sampel darah tikus

    3.7.2 Bahan

    a. Pakan turbo 521

    b. Bahan diet dislipidemia antara lain kuning telur bebek dan lemak babi.

    c. Ekstrak daun kenikir

    d. Rosuvastatin 10 mg

    e. Na-CMC

    f. Obat anestesi Ketamine

  • 35

    3.8 Prosedur Penelitian

    3.8.1 Perlakuan Hewan Uji

    Hewan uji dipelihara dalam 24 kandang dan satu kandang berisi 1 tikus. Tikus

    diadaptasi dengan keadaan laboratorium selama 7 hari dan diberi pakan turbo 521

    sebanyak 20 gram per ekor per hari dan air diberi ad libitum. Sisa pakan ditimbang

    setiap hari sebelum diganti dengan pakan yang baru. Penimbangan berat badan

    dilakukan seminggu sekali dan setiap sebelum diterapi.

    Pada hari percobaan, semua hewan uji ditimbang dan masing-masing diberi

    tanda pengenal pada ekornya, kemudian 24 ekor tikus dibagi menjadi 4 kelompok

    berdasarkan sistem lottre dan diambil secara acak untuk proses randomisasi. Masing-

    masing kelompok terdiri dari 6 ekor, yaitu :

    1 : kontrol negatif, tikus diberi diet dislipidemia dan pakan turbo 521.

    2 : perlakuan 1, tikus yang diberi diet dislipidemia, pakan turbo 521, dan

    diberi terapi ekstrak kenikir 0,4 mg/gramBB.

    3 : perlakuan 2, tikus yang diberi diet dislipidemia, pakan turbo 521, dan

    diberi terapi ekstrak kenikir 0,2 mg/gramBB + rosuvastatin 0,00045

    mg/gramBB. Terapi ekstrak kenikir diberikan minimal 2 jam setelah

    pemberian rosuvasttain.

    4 : kontrol positif, tikus yang diberi diet dislipidemia, pakan turbo 521 dan

    diberi terapi rosuvastatin 0,0009 mg/gramBB.

    3.8.2 Pemberian Diet Dislipidemia

    Diet dislipidemia pada hewan uji menggunakan metode yang telah digunakan

    pada penelitian Fatimah (2007) yaitu dengan pemberian campuran kuning telur bebek

    sebanyak 4 ml per hari dan lemak babi 180 gram/100 gram ransum untuk 18 ekor

    tikus diberikan melalui sonde lambung selama 7 hari.

    Pada penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 24 ekor tikus dan lama

    diet adalah 7 hari, sehingga komposisi yang diberikan adalah lemak babi sebanyak

  • 36

    1,43 gram per tikus per hari ditambah dengan kuning telur 4ml per hari dan diberikan

    melalui sonde lambung.

    3.8.3 Pembuatan Ekstrak Daun Kenikir

    Metode yang digunakan pada pembuatan ekstrak daun kenikir adalah metode

    maserasi. Cara ini merupakan metode yang mudah digunakan untuk menarik

    komponen-komponen yang terkandung dalam sampel dengan cara merendam

    simplisia dengan pelarut. Perendaman simplisia akan mengakibatkan pemecahan

    dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel

    sehingga metabolit sekunder atau zat aktif yang berada di dalam sitoplasma akan larut

    (warna penyari menjadi merah kehitaman) karena adanya perbedaan konsentrasi

    antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel (Darwis, 2000). Pelarut yang

    digunakan pada penelitian ini adalah etanol 96% karena merupakan pelarut universal

    yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar sehingga diharapkan dengan

    menggunakan pelarut etanol 96% zat aktif yang diperlukan tertarik sepenuhnya.

    Cara pembuatan ekstrak:

    Daun kenikir dicuci bersih dan dirajang kasar kemudian ditiriskan dengan cara

    dibolak-balik secara berkala. Setelah ditiriskan, dikeringkan dengan suhu 50 ,

    kemudian dihaluskan dengan blender hingga menjadi simplisia. Simplisia dimaserasi

    dengan etanol 96% sebanyak 2x, masing-masing dilakukan dalam 24 jam. Pada

    maserasi pertama perbandingan simplisia:pelarut yaitu 1:3, dan untuk maserasi kedua

    perbandingannya 1:2. Filtrat dan ampas dipisahkan, filtrat dikumpulkan untuk

    dievaporasi menggunakan Rotatory Vacum Evaporator (RVE) dengan suhu 50 dan

    kecepatan 180 rpm.

  • 37

    3.8.4 Pembuatan Larutan Na CMC 1%

    Na CMC (NatriumCarboxymethyle Cellulose) merupakan suspending agent

    yang digunakan untuk mensuspensikan bahan-bahan obat yang mempunyai sifat tidak

    larut dalam air. Larutan Na CMC yang akan digunakan untuk penelitian adalah

    larutan Na CMC 1% b/v. Larutan Na CMC 1% b/v dibuat dengan cara menimbang

    Na CMC sebanyak 1 gram kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest hangat.

    3.8.5 Penetapan Dosis Ekstrak Daun Kenikir

    Dosis ekstrak kenikir yang digunakan pada penelitian ini adalah 400 mg/kgBB

    tikus, ditetapkan berdasarkan hasil trial sebelumnya. Dosis yang digunakan

    ditentukan berdasarkan dosis efektif dan dosis toksik yang telah diketahui melalui

    penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelitian Perumal et al (2013) tentang efek

    daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth) terhadap profil lipid hewan yang diberi diet

    dislipidemia disimpulkan bahwa dosis 200 mg/kgBB selama 4 minggu secara efektif

    mampu memperbaiki profil lipid, menurunkan level glukosa, menormalkan jumlah

    total kolesterol, trigliserida, menurunkan kolesterol LDL dan indeks aterogenik.

    Berdasarkan penelitian Norazlina et al (2013) dosis toksik kenikir adalah 500 mg/kg

    BB selama 7 hari.

    3.8.6 Penetapan Dosis Pemberian Rosuvastatin

    Dosis rosuvastatin yang dikonsumsi oleh manusia adalah 10-40 mg per hari.

    Namun penggunaan rosuvastatin tahap awal adalah sebesar 10 mg per hari.

    Perhitungan konversi dosis manusia (70 kg) ke tikus (200 gram) adalah 0,018. Data

    hasil konversi dosis yang digunakan untuk tikus adalah

  • 38

    Dosis untuk tikus :

    10 mg x 0,018 = 0,18 mg/200 gramBB

    = 0,0009 mg/gramBB

    3.8.7 Pengambilan Sampel Darah

    Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kadar HDL serum sebelum dan

    setelah diet dislipidemia dilakukan melalui sinus retroorbita. Sebelum mengambil

    sampel darah, tikus dianestesi terlebih dahulu dengan ketamine 0,2 ml intra muskular,

    kemudian sampel darah diambil melalui sinus retroorbitalis dengan tabung

    mikrokapiler. Masing-masing tikus diambil sampel darah sebanyak 2 mL.

    Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kadar HDL serum setelah

    perlakuan diambil dari jantung bagian ventrikel dextra. Sebelum mengambil sampel

    darah, tikus dianestesi terlebih dahulu dengan etanol. Pengambilan sampel darah

    masing-masing tikus sebanyak 2 mL.

    3.8.8 Pemeriksaan Kadar HDL Serum

    Pemeriksaan kadar HDL serum dilakukan dengan metode CHOD-PAP

    (Cholesterol Oxidase Phenol Aminoantipyrin): enzymatic photometric test dengan

    prinsip kerja kolesterol dan esternya dibebaskan dari lipoprotein melalui reaksi

    oksidasi dan hidrolisis. Kolesterol esterase menghidrolisis ester dan H2O2 dibentuk

    dari kolesterol dalam proses oksidasi enzimatik oleh kolesterol oksidase, H2O2

    bereaksi dengan 4-amino antipyrine dan phenol kemudian dengan katalisator

    peroksidase membentuk quinonimine berwarna yang menjadi indikator reaksi

    kolorimetri (Ratna, 2007).

    Pemeriksaan dilakukan dua kali, yaitu pemeriksaan pertama dengan metode

    presipitasi menggunakan reagen HDL, kemudian dilakukan pemeriksaan kedua untuk

  • 39

    mengetahui kadar HDL serum dengan menggunakan reagen kolesterol. Hasil

    pemeriksaan kedua diperiksa menggunakan alat spektrofotometer dengan panjang

    gelombang 546nm kemudian didapatkan nilai absorbansi sampel.

    Penghitungan kadar HDL serum menggunakan rumus:

    Konstanta standar = 200 mg/dl

    3.9 Analisis Data

    Data yang diperoleh dianalisis secara komputerisasi dengan Uji One Way

    ANOVA menggunakan Software Statistical Product and Servive Solution 21 PS

    (SPSS 21) dengan taraf signifikan p

  • 40

    3.10 Alur Penelitian

    Gambar 3.2 Alur Penelitian

    24 ekor tikus wistar jantan

    Tikus diadaptasi selama 7 hari

    Randomisasi

    Kelompok

    Kontrol Negatif

    Kelompok

    Kontrol Positif

    Kelompok

    Perlakuan II

    Kelompok

    Perlakuan I

    Pemberian diberi diet dislipidemia dengan memberikan kuning telur bebek 4

    ml per hari secara sonde per oral dan lemak babi 1,43 gram per hari selama 7

    hari

    Pengambilan sampel darah untuk mengetahui kadar HDL pre test

    Analisis Data

    Pengambilan sampel darah untuk mengetahui kadar HDL post test

    Pemberian

    rosuvastatin

    0,0009

    mg/gramBB

    selama 14

    hari

    Pemberian

    ekstrak daun

    kenikir

    (Cosmos

    caudatus)

    0,4

    mg/gramBB

    selama 14

    hari

    Pemberian

    ekstrak daun

    kenikir

    (Cosmos

    caudatus) 0,2

    mg/gramBB

    +

    rosuvastatin

    0,00045

    mg/gramBB

    selama 14

    hari

    Hasil

  • 41

    3.11 Ethical Clearance

    Persetujuan etik penelitian (ethical clearance) terhadap prosedur yang akan

    dilakukan diajukan ke komisi etik penelitian Fakultas Kedokteran Universitas

    Jember.

  • 42

    BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian

    4.1.1 Hasil Ekstraksi Daun Kenikir (Cosmos caudatus)

    Jumlah daun kenikir segar yang akan diekstraksi adalah 302,4 gram, kemudian

    daun dikeringkan sehingga berat daun menjadi 248,27 gram. Daun kenikir kering

    dihaluskan hingga didapatkan simplisia 256,39 gram. Hasil ekstraksi simplisia

    dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96% didapatkan 35,50 gram

    ekstrak kental.

    Rendemen ekstrak dihitung berdasarkan perbandingan berat akhir (berat ekstrak

    yang dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel yang digunakan) dikalikan

    100%. Berdasarkan penghitungan tersebut didapatkan hasil rendemen ekstrak daun

    kenikir 13,85%.

    4.1.2 Hasil Pengukuran Kadar HDL Serum Tikus

    Berdasarkan hasil pemberian diet dislipidemia selama 7 hari didapatkan kadar

    rata-rata HDL serum sebelum dan sesudah diet pada Tabel 4.1

    Tabel 4.1 Rata-rata kadar HDL serum sebelum dan sesudah pemberian diet dislipidemia

    Kategori Rata-rataSD (mg/dl) (mg/dl) % Sebelum Sesudah

    HDL serum 41,489,44 32,709,20 - 8,78 21%

    SD: Standar Deviasi

    Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa rata-rata kadar HDL serum tikus awal

    sebelum diberi diet memiliki nilai normal yaitu sebesar 41,48 mg/dl, setelah diberi

  • 43

    diet rata-rata kadar HDL serum tikus mengalami penurunan sebesar 8,78 mg/dl

    menjadi 32,70 mg/dl. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kadar HDL serum tikus

    telah tergolong dalam klasifikasi dislipidemia menurut Hartoyo et al. (2008) yang

    menyebutkan bahwa kadar normal HDL serum tikus adalah >35 mg/dl.

    Data yang dihasilkan setelah pemberian terapi berupa rata-rata kadar HDL pada

    4 kelompok penelitian (kontrol negatif, perlakuan 1, perlakuan 2, dan kontrol positif)

    disajikan pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.1.

    Tabel 4.2 Rata-rata kadar HDL serum

    Kelompok Pre-Test

    (mg/dl SD)

    Post-Test

    (mg/dl SD) (mg/dl) %

    Kontrol Negatif 43,21 9,87 34,88 2,71 -8,3 -19,2%

    Perlakuan 1 27,13 6,84 39,63 6,08 12,50 46%

    Perlakuan 2 30,60 4,18 32,48 6,27 1,88 6,1%

    Kontrol Positif 28,65 5,68 39,15 6,07 10,5 36,6%

    SD: Standar Deviasi

    Berdasarkan Tabel 4.2 maka dapat diperoleh diagram rata-rata kadar kolesterol

    HDL serum sebagai berikut:

    Gambar 4.1 Diagram batang rata-rata kadar HDL serum

    43,219,87

    27,136,84 29,852,88 28,655,68

    34,882,71

    39,636,08

    32,486,27

    39,156,07

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    K(-) P1 P2 K(+)

    Ra

    ta-r

    ata

    HD

    L s

    eru

    m

  • 44

    Keterangan:

    K(-) = Kelompok kontrol negatif dengan pemberian diet dislipidemia.

    P1 = Kelompok perlakuan I dengan pemberian diet dislipidemia dan terapi

    ekstrak etanol daun kenikir 0,4 mg/gramBB.

    P2 = Kelompok perlakuan II dengan pemberian diet dislipidemia dan terapi

    ekstrak etanol daun kenikir 0,2 mg/gramBB dan rosuvastatin 0,00045

    mg/gramBB.

    K(+) = Kelompok kontrol positif dengan pemberian diet dislipidemia dan terapi

    rosuvastatin 0,0009 mg/gramBB.

    Pada kelompok K(-) didapatkan rata-rata kadar HDL setelah diet dislipidemia

    sebesar 43,21mg/dl dan setelah mendapatkan perlakuan sebesar 34,88 mg/dl.

    Perubahan rata-rata kadar HDL dari sebelum dan setelah perlakuan adalah mengalami

    penurunan sebesar 8,3 mg/dl.

    Rata-rata kadar HDL pada kelompok P1 setelah diet dislipidemia sebesar

    27,13 mg/dl dan setelah mendapatkan perlakuan didapatkan hasil sebesar 39,63

    mg/dl. Perubahan kadar HDL secara rata-rata dari sebelum dan setelah perlakuan

    adalah mengalami peningkatan sebesar 12,50 mg/dl.

    Hasil pemeriksaan kelompok P2 didapatkan rata-rata kadar HDL setelah diet

    dislipidemia sebesar 30,60 mg/dl dan setelah mendapatkan perlakuan didapatkan

    hasil sebesar 32,48 mg/dl. Perubahan rata-rata kadar HDL sebelum dan setelah

    perlakuan adalah mengalami peningkatan sebesar 1,88 mg/dl.

    Pada kelompok K(+) didapatkan rata-rata kadar HDL setelah diet dislipidemia

    sebesar 28,65 mg/dl dan setelah mendapatkan perlakuan didapatkan hasil sebesar

    39,15 mg/dl. Perubahan kadar HDL secara rata-rata dari sebelum dan setelah

    perlakuan adalah mengalami peningkatan sebesar 10,5 mg/dl.

    Rata-rata kadar kolesterol HDL kelompok P1 pada Gambar 4.1 menunjukkan

    bahwa hasil yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lain (K(-),

    P2, dan K(+)). Kelompok P1 dan P2 dengan nilai delta rata-rata kadar HDL pre test

    dan post test, yaitu 12,50 mg/dl dan 1,88 mg/dl, memiliki pengaruh dalam