PENGARUH TERAPI EKSTRAK ETANOL DAUN KENIKIR (Cosmos
caudatus) DAN ROSUVASTATIN TERHADAP PENINGKATAN KADAR
HDL SERUM TIKUS DISLIPIDEMIA
SKRIPSI
Oleh
Vony Safitri Yusmarina
NIM 112010101039
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
ii
PENGARUH TERAPI EKSTRAK ETANOL DAUN KENIKIR (Cosmos
caudatus) DAN ROSUVASTATIN TERHADAP PENINGKATAN KADAR
HDL SERUM TIKUS DISLIPIDEMIA
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran (S1) dan mencapai gelar Sarjana
Kedokteran
Oleh
Vony Safitri Yusmarina
NIM 112010101039
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
iii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Maha Suci Allah dengan segala
limpahan rahmat dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Pengaruh Terapi Ekstrak Etanol Daun Kenikir (Cosmos caudatus) dan
Rosuvastatin Terhadap Peningkatan Kadar HDL Serum Tikus Dislipidemia.
Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Ayahanda Drs. H. Marsudi dan Ibunda Hj. Yusti Ariani, S.H tercinta, yang
senantiasa memberikan doa, dukungan, bimbingan, nasihat, dan kasih sayang
tiada henti serta telah mendidik dan menjadikanku manusia yang lebih baik.
Senyum dan kebahagiaan mereka adalah harapan terbesarku;
2. Guru-guruku tercinta, yang telah memberikan ilmu dan mendidikku dengan
penuh kesabaran sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi;
3. Almamater Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
iv
MOTO
Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu
kerjakan. (terjemahan Surat Al-Mujadalah ayat 11)1.
Dan carilah pada apa yang dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
Akhirat. Dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuatlah baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan. (terjemahan Surat
Al-Qashash ayat 77)2.
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain (HR Ahmad,
Thabrani, Daruqutni)3.
1,2
Kementerian Agama Republik Indonesia. Al-Quran Tajwid dan Terjemahnya. Bandung: PT Sygma
Examedia Arkanleema
3 Disahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah
v
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Vony Safitri Yusmarina
NIM : 112010101039
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Terapi
Ekstrak Etanol Daun Kenikir (Cosmos caudatus) dan Rosuvastatin Terhadap
Peningkatan Kadar HDL Serum Tikus Dislipidemia adalah benar-benar hasil karya
sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan
pada institusi mana pun, dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas
keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung
tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan
paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata
di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember, 9 Desember 2014
Yang menyatakan,
(Vony Safitri Yusmarina)
112010101039
vi
SKRIPSI
PENGARUH TERAPI EKSTRAK ETANOL DAUN KENIKIR (Cosmos
caudatus) DAN ROSUVASTATIN TERHADAP PENINGKATAN KADAR
HDL SERUM TIKUS DISLIPIDEMIA
Oleh
Vony Safitri Yusmarina
NIM 112010101039
Pembimbing
Dosen Pembimbing Utama : dr. Sugiyanta, M.Ked
Dosen Pembimbing Anggota : dr. Wiwien Sugih Utami, M.Sc
vii
PENGESAHAN
Skripsi berjudul Pengaruh Terapi Ekstrak Etanol Daun Kenikir (Cosmos caudatus)
dan Rosuvastatin Terhadap Peningkatan Kadar HDL Serum Tikus Dislipidemia
telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Jember pada:
hari, tanggal : Selasa, 9 Desember 2014
tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Tim Penguji:
Penguji I,
dr. Hairrudin, M.Kes
NIP. 19751011 200312 1 008
Penguji II,
Dr. dr. Aris Prasetyo, M.Kes
NIP. 19690203 199903 1 001
Penguji III,
dr. Sugiyanta, M.Ked
NIP. 19790207 200501 1 001
Penguji IV,
dr. Wiwien Sugih Utami, M.Sc
NIP. 19760922 200501 2 001
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Jember
dr. Enny Suswati, M.Kes
NIP 19700214 199903 2 001
viii
RINGKASAN
Pengaruh Terapi Ekstrak Etanol Daun Kenikir (Cosmos caudatus) dan
Rosuvastatin Terhadap Peningkatan Kadar HDL Serum Tikus Dislipidemia;
Vony Safitri Yusmarina, 112010101039; 2014: 73 halaman; Jurusan Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
meningkatnya salah satu atau lebih kolesetrol total, LDL, trigliserida, dan atau
penurunan HDL. Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit
aterosklerosis. Peningkatan HDL dapat mencegah terjadinya proses aterosklerosis
sedangkan peningkatan LDL merupakan faktor risiko proses tersebut. Berdasarkan
penelitian WHO diperoleh data bahwa 20% kasus kematian di seluruh dunia
diakibatkan penyakit yang didasari oleh aterosklerosis seperti stroke, infark miokard
dan penyakit jantung koroner. Di Indonesia prevalensi aterosklerosis cukup tinggi,
sekitar 500.000 kejadian baru dan 125.000 meninggal tiap tahun karena manifestasi
stroke.
Terapi primer kondisi dislipidemia adalah dengan menggunkaan obat golongan
statin yang bekerja sebagai penghambat enzim HMG-CoA reduktase yaitu suatu
enzim di hati yang berperan pada sintesis kolesterol. Diantara golongan statin, obat
yang memiliki profil keamanan dan toleransi yang baik adalah rosuvastatin.
Rosuvastatin dapat meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kolesterol LDL lebih
baik dari golongan statin lainnya, namun obat golongan statin memiliki efek samping
menyebabkan gangguan pada hati apabila dikonsumsi dalam dosis tinggi.
Untuk mengurangi efek samping yang dihasilkan dari pemberian obat statin,
terapi dapat digabungkan dengan bahan alam yang dapat mendukung kerja statin
dalam meningkatkan kadar HDL. Daun kenikir memiliki bahan-bahan yang dapat
mendukung kerja obat statin yaitu antioksidan flavonoid yang dapat menghambat
kerja enzim HMG-CoA reduktase dan meningkatkan jumlah HDL. Antioksidan yang
dimiliki daun kenikir sangat besar yaitu 52,18mg flavonoid, 152,01mg polifenol per
gram sampel segar. Daun kenikir juga dapat berfungsi sebagai hepatoprotekror.
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang dilakukan adalah true experimental
laboratories yang dilaksanakan di laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember secara in vivo. Penelitian ini dibagi menjadi kelompok studi dan
kelompok kontrol yang pengambilan sampelnya dilakukan secara randomisasi.
Sampel penelitian adalah hewan coba tikus strain wistar jantan usia dua sampai tiga
bulan dengan berat badan 100-250 gram. Jumlah perlakuan pada penelitian ini adalah
4 perlakuan sehingga tikus wistar jantan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok
kontrol negatif dan kelompok kontrol positif yang diberikan rosuvastatin dosis
0,0009mg/gramBB, kelompok perlakuan pertama dengan dosis 0,4mg/gBB ekstrak
etanol daun kenikir, kelompok perlakuan kedua dengan dosis 0,2 mg/gBB ekstrak
ix
etanol daun kenikir dan 0,00045mg/gBB rosuvastatin. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah dosis ekstrak etanol daun kenikir dan dosis kombinasi ekstrak
etanol daun kenikir dan rosuvastatin. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
kadar HDL serum setelah terapi. Analisis data yang digunakan adalah uji One Way
Anova.
Data yang diperoleh berupa kadar HDL pre test dan post test HDL serum tikus
wistar yang disajikan dalam delta rata-rata kadar HDL. Pada analisis data, data yang
diolah adalah delta kadar HDL serum tikus pre test dan post test yang dianalisis
statistika dengan uji One Way ANOVA. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
kelompok dengan pemberian ekstrak etanol daun kenikir dan rosuvastatin
menunjukkan peningkatan kadar HDL serum. Hasil uji statistik dengan uji One Way
ANOVA, data memiliki perbedaan yang signifikan (p0,005) dengan
kelompok kontrol positif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian terapi
ekstrak etanol daun kenikir dan rosuvastatin memiliki pengaruh dalam meningkatkan
kadar HDL serum tikus wistar yang diberi diet dislipidemia.
x
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah Maha Suci Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh
Terapi Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Kenikir (Cosmos caudatus) dengan
Rosuvastatin Terhadap Kadar HDL Serum Tikus yang Diinduksi Dislipidemia.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
strata satu (S1) Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menemui kendala dan
hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak penulis
mampu menyelesaikannya, oleh karena itu dengan setulus hati penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Enny Suswati, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Jember
atas segala fasilitas dan kesempatan yang diberikan selama menempuh
pendidikan kedokteran di Universitas Jember serta selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa;
2. dr. Sugiyanta, M.Ked selaku Dosen Pembimbing Utama dan dr. Wiwien Sugih
Utami, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Anggota yang telah meluangkan waktu,
pikiran, tenaga, dan perhatiannya dalam penulisan tugas akhir ini;
3. dr. Hairrudin, M.Kes sebagai Dosen Penguji I dan Dr. dr. Aris Prasetyo, M.Kes
sebagai Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan kritik, saran, dan
masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini;
4. Ayahanda Drs. H. Marsudi dan Ibunda Hj. Yusti Ariani, S.H tercinta yang
senantiasa memberikan doa, dukungan, motivasi baik material dan spiritual, serta
semua curahan kasih sayang yang tak akan pernah putus;
5. Adikku tersayang Henny Rismawatie Yusmarina dan Indri L. Rahmawati
Yusmarina yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dorongan semangat,
kasih sayang dan perhatian tiada henti kepadaku;
xi
6. Rekan kerjaku Hanifa Rosyida Risqi Cahyani dan Muhammad Firdaus yang telah
membantu dan selalu memberikan dorongan dan semangat;
7. Analis Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Mbak
Nuris, analis Laboratorium Biomol Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember, Mas Agus, dan analis Laboratorium Biologi Fakultas Farmasi
Universitas Jember, Ibu Widi, terima kasih atas bantuan , kerja sama, dan
masukan yang diberikan selama penelitian skripsi ini;
8. Sahabatku tercinta Tamzila Akbar Nila Sandhi, Ratih Puspita Wulandari, dan
Mbak Meilisa Fani, terimakasih atas doa, dorongan semangat, bantuan, dan
perhatian yang selalu diberikan;
9. Teman-teman angkatan 2011 Cardio tercinta yang telah berjuang bersama-sama
demi meraih gelar Sarjana Kedokteran, terimakasih atas persaudaraan, bantuan
dan semangat yang selalu diberikan;
10. Guru di TK Al- Akbar, SDN Ardimulyo II, SMPN 1 Singosari, SMAN 1
Lawang, dan dosen-dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jember, yang telah
memberikan ilmu dan membuat penulis mencintai ilmu pengetahuan;
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat.
Jember, 9 Desember 2014
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... v
HALAMAN PEMBIMBINGAN .............................................................. vi
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vii
RINGKASAN ............................................................................................ viii
PRAKATA ................................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5
2.1 Lipid Plasma ......................................................................... 5
2.1.1 Kolesterol ...................................................................... 5
2.1.2 Lipopoprotein ................................................................ 10
2.1.3 Apopoprotein ................................................................ 12
2.2 Lipoprotein Densitas Tinggi (HDL) ................................... 13
2.2.1 Pengertian HDL ............................................................ 13
2.2.2 Metabolisme HDL ....................................................... 13
2.3 Dislipidemia ........................................................................... 16
xiii
2.3.1 Klasifikasi Kadar Lipid ................................................ 16
2.3.2 Hiperlipidemia dan Aterosklerosis .............................. 17
2.4 Statin ...................................................................................... 17
2.4.1 Pembagian Obat Golongan Statin ................................ 17
2.5 Kenikir .................................................................................. 21
2.5.1 Taksonomi ................................................................... 22
2.5.2 Morfologi ..................................................................... 22
2.5.3 Manfaat ........................................................................ 23
2.6 Diet Tinggi Lemak .............................................................. 25
2.7 Kerangka Teori .................................................................... 26
2.8 Kerangka Konsep.................................................................. 27
2.9 Hipotesis Penelitian ............................................................... 29
BAB 3. METODE PENELITIAN ............................................................ 30
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................... 30
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 30
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.......................................... 30
3.3.1 Populasi ......................................................................... 30
3.3.2 Sampel .......................................................................... 31
3.3.3 Jumlah Sampel ............................................................. 31
3.4 Rancangan Penelitian .......................................................... 32
3.5 Variabel Penelitian .............................................................. 33
3.5.1 Variabel Bebas .............................................................. 33
3.5.2 Variabel Terikat ............................................................ 33
3.5.3 Variabel Terkendali ...................................................... 33
3.6 Definisi Operasional ............................................................ 33
3.7 Alat dan Bahan Penelitian .................................................. 34
3.7.1 Alat ................................................................................ 34
3.7.2 Bahan ........................................................................... 34
3.8 Prosedur Penelitian .............................................................. 35
xiv
3.8.1 Perlakuan Hewan Uji ................................................... 35
3.8.2 Pemberian Diet Dislipidemia ........................................ 35
3.8.3 Pembuatan Ekstrak Daun Kenikir ................................. 36
3.8.4 Pembuatan Larutan Na CMC 1% ................................. 37
3.8.5 Penetapan Dosis Ekstrak Daun Kenikir ........................ 37
3.8.6 Penetapan Dosis Pemberian Rosuvastatin .................... 37
3.8.7 Pengambilan Sampel Darah .......................................... 38
3.8.8 Pemeriksaan Kadar HDL Serum ................................... 38
3.9 Analisis Data ......................................................................... 39
3.10 Alur Penelitian ..................................................................... 40
3.11 Ethical Clearance ................................................................. 41
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 42
4.1 Hasil Penelitian .................................................................... 42
4.1.1 Hasil Ekstraksi Daun Kenikir (Cosmos caudatus) ...... 42
4.1.2 Hasil Pengukuran Kadar HDL Serum Tikus ............... 42
4.1.3 Analisis Data ................................................................ 45
4.2 Pembahasan .......................................................................... 46
BAB 5. PENUTUP .................................................................................... 50
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 50
5.2 Saran ..................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 51
LAMPIRAN ............................................................................................... 57
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Klasifikasi lipoprotein.............................................. ............................. 11
2.2 Komposisi HDL dalam plasma manusia.............................................. . 13
2.3 Klasifikasi kolesterol Total, trigliserida, HDL, dan LDL pada manusia 17
2.4 Kisaran kolesterol normal danhiperkolesterol pada tikus ..................... 17
4.1 Rata-rata kadar HDL serum sebelum dan sesudah pemberian diet
dislipidemia .......................................................................................... 42
4.2 Rata-rata kadar HDL serum ................................................................. 43
4.3 Hasil uji post hoc dengan tes LSD delta kadar HDL pre test dan post test 45
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Biosintesis kolesterol ............................................................................ 6
2.2 Jalur metabolisme kolesterol ................................................................. 8
2.3 Transpor kolesterol................................................................................ 9
2.4 Jalur yang terlibat dalam pembuatan dan perubahan HDL ................... 15
2.5 Kenikir .................................................................................................. 22
2.6 Kerangka teori ....................................................................................... 26
2.7 Kerangka konsep ................................................................................... 27
3.1 Rancangan penelitian ............................................................................ 32
3.2 Alur penelitian ....................................................................................... 40
4.1 Diagram batang rata-rata kadar HDL serum...................................... 43
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Ethical clearance.................................................................................... 57
B. Penghitungan dosis pemberian terapi ..................................................... 59
C. Hasil pengukuran kadar HDL serum ...................................................... 61
D. Uji normalitas dengan Saphiro Wilk test ................................................ 62
E. Dokumentasi penelitian .......................................................................... 68
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dislipidemia merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan peningkatan
jumlah kolesterol dalam darah melebihi ambang normal terutama kadar Low Density
Lipoprotein (LDL) yang diikuti dengan penurunan kadar High Density Lipoprotein
(HDL) darah. Penurunan kadar HDL pada dislipidemia merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Dislipidemia berhubungan dengan
beberapa faktor salah satunya adalah diet tinggi lemak jenuh (Bhatnagar et al., 2008).
Diet tinggi kolesterol merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting dalam
mempengaruhi perkembangan penyakit kardiovaskuler (Mayes, 2009). Asam lemak
jenuh di dalam pakan hiperkolesterol menyebabkan penurunan kadar HDL dengan
cara menekan sintesis HDL melalui penurunan kadar apo A-1 yang merupakan
prekursor untuk pembentukan HDL (Voet, 1995).
Dislipidemia dapat menyebabkan penyakit kardiovaskuler karena telah terbukti
memiliki peranan dalam mengganggu dan mengubah struktur pembuluh darah
sehingga dapat mengganggu fungsi endotel dan menyebabkan lesi, plak, oklusi, dan
emboli (Stapleton et al., 2010). Banyak penelitian membuktikan bahwa kadar
kolesterol total, lipoprotein, LDL, dan VLDL yang tinggi di dalam darah akan
meningkatkan proses aterosklerosis (Makmun et al., 2003). Tingginya kadar LDL
merupakan faktor risiko terjadinya aterosklerosis dan HDL dapat mencegah
terjadinya proses tersebut (Tomkin dan Owens, 2012).
Berdasarkan penelitian WHO diperoleh data bahwa 20% kasus kematian di
seluruh dunia diakibatkan penyakit yang didasari oleh aterosklerosis seperti stroke,
infark miokard dan penyakit jantung koroner. Di Indonesia prevalensi aterosklerosis
cukup tinggi, sekitar 500.000 kejadian baru dan 125.000 meninggal tiap tahun karena
2
manifestasi stroke (Wijaya, 2011). Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) menyatakan prevalensi penyakit kardiovaskuler di Indonesia dari
tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 1972 penyakit kardiovaskuler menempati
urutan ke-11 dengan persentase 5,9% kemudian meningkat menjadi urutan ke-3
sebesar 9,1% pada tahun 1986 dan menjadi penyebab kematian pertama pada tahun
2005. Sampai pada tahun 2007 penyakit jantung koroner di Indonesia sebesar 22.454
kasus (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI,
2008). Menurut WHO (2011) diperkirakan pada tahun 2030 angka kematian akibat
penyakit kardiovaskuler mencapai sekitar 23,6 juta orang. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa hal terpenting untuk mengurangi penyakit kardiovaskuler adalah
dengan mengurangi prevalensi dislipidemia (Bhatnagar et al., 2008).
Salah satu pengelolaan kondisi dislipidemia adalah terapi dengan menggunakan
obat golongan statin (HMG-CoA redukstase inhibitor), cara kerjanya dengan
menghambat secara kompetitif enzim 3-hydroxy-3methylglutaryl oenzyme A
reductase (HMG-CoA reduktase) yaitu suatu enzim di hati yang berperan pada
sintesis kolesterol. Diantara golongan statin, obat yang memiliki profil keamanan dan
tingkat toleransi yang baik adalah rosuvastatin. Rosuvastatin dapat meningkatkan
kadar HDL dan menurunkan kadar LDL lebih signifikan dari jenis obat statin yang
lain serta memiliki interaksi minimal dengan obat lain (Sargowo, 2005).
Untuk mengurangi efek samping yang dihasilkan oleh obat statin, terapi dapat
digabungkan dengan bahan alam yang dapat mendukung kerja obat statin dalam
menurunkan kadar LDL dan meningkatkan kadar HDL. Berdasarkan penelitian, daun
kenikir mengandung bahan-bahan yang dapat mendukug kerja obat statin, diantanya
adalah bahan antioksidan golongan flavonoid yang dapat menghambat kerja enzim
HMG-CoA reduktase dan meningkatkan kadar HDL (Fajrin, 2010 dan Jansen, 1997).
Identifikasi kandungan flavonoid daun kenikir menunjukkan bahwa daun tanaman
kenikir mengandung senyawa polifenol dan flavonoid berturut-turut sebanyak 152,01
mg dan 52,18 mg per 100 g sampel segar (Rahman, 2012).
3
Pemberian terapi gabungan atau kombinasi dinilai efektif apabila kedua bahan
obat bekerja secara sinergis (Jonosewojo, 2005). Dalam hal ini rosuvastatin dapat
menghambat kerja enzim HMG-CoA reduktase, meningkatkan reseptor LDL dan
menurunkan sintesis kolesterol di hati, sedangkan zat yang terdapat pada daun kenikir
seperti antioksidan flavonoid juga dapat menghambat kerja enzim HMG-CoA
reduktase dan meningkatkan jumlah reseptor LDL di hati (Fajrin, 2010 dan Sukma,
2011). Waktu paruh rosuvastatin adalah 20 jam (Sargowo, 2005) sehingga
memungkinkan bahan obat pada daun kenikir dan rosuvastatin dapat bekerja
bersama-sama. Hal tersebut menjadi dasar peneliti untuk menggunakan rosuvastatin
dan ekstrak daun kenikir sebagai terapi dislipidemia. Terapi diberikan secara peroral
dengan memberikan gabungan setengah dosis terapi tunggal pada masing-masing
obat dan pemberian obat kimia dan herbal diberi jeda waktu 2 jam (Jonosewojo,
2012).
1.2 Rumusan Masalah
Apakah pemberian terapi ekstrak etanol daun kenikir (Cosmos caudatus) dan
rosuvastatin dapat meningkatkan kadar HDL serum tikus dislipidemia ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi ekstrak
etanol daun kenikir (Cosmos caudatus) dan rosuvastatin terhadap peningkatan kadar
HDL serum tikus dislipidemia.
4
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis kepada berbagai
pihak antara lain:
a. Sebagai data acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh terapi ekstrak
daun kenikir dan rosuvastatin sebagai terapi dislipidemia.
b. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai manfaat kenikir.
5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lipid Plasma
Lipid plasma terdiri dari triasilgliserol (16%), fosfolipid (30%), kolesterol
(14%), dan ester kolesteril (36%), serta sedikit asam lemak rantai panjang tak
teresterifikasi (asam lemak bebas, FFA) (4%) yang merupakan lemak plasma paling
aktif secara metabolik (Botham dan Mayes, 2009:225).
Susunan lipid plasma perlu dimodifikasi dalam bentuk lipoprotein yang larut
dalam air supaya dapat diangkut dalam sirkulasi. Struktur lipoprotein terdiri dari ester
kolesterol dan trigliserida pada yang terletak pada inti lipoprotein dan dikelilingi oleh
fosfolipid, kolesterol non ester, dan apo. Zat-zat tersebut beredar dalam darah sebagai
lipoprotein larut plasma. Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat
sintesisnya menuju tempat penggunaannya (Suyatna, 2007:374).
2.1.1 Kolesterol
Kolesterol bersifat lipid amfipatik dan merupakan komponen struktural esensial
pada membran dan lapisan luar lipoprotein plasma. Kolesterol sebagai produk
metabolisme hewan, terdapat di dalam makanan yang berasal dari hewan, misalnya
kuning telur, daging, hati, dan otak. Kolesterol yang ada di dalam tubuh berasal dari
makanan (eksogen) dan sintesis (endogen) (Botham dan Mayes, 2009:239). Kadar
kolesterol plasma menurun oleh hormon tiroid dan esterogen, kedua hormon ini dapat
meningkatkan jumlah reseptor LDL di hati. Esterogen juga dapat meningkatkan kadar
HDL plasma (Ganong, 2005).
a. Biosintesis kolesterol
Kolesterol endogen disintesis dari asetil-CoA, yang merupakan sumber semua
atom karbon dalam kolesterol. Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap,
6
yaitu: (1) Sintesis mevalonat dari asetil-CoA. (2) Pembentukan unit isoprenoid dari
mevalonat melalui pengeluaran . (3) Kondensasi enam unit isoprenoid untuk
membentuk squalen. (4) Pembentukan lanosterol (steroid induk) melalui siklisasi
squalen. (5) Pembentukan kolesterol dari lanosterol yang berlangsung di membran
retikulum endoplasma dan melibatkan pertukaran-pertukaran di inti steroid dan rantai
samping. Sintesis kolesterol ini dikontrol oleh HMG-CoA reduktase melalui inhibisi
kompetitif (Botham dan Mayes, 2009:239).
Gambar 2.1 Biosintesis kolesterol
b. Metabolisme kolesterol
Metabolisme kolesterol mengikuti beberapa jalur dari metabolisme
lipoprotein. Secara garis besar terdapat tiga jalur metabolisme lipoprotein yang terjadi
dalam tubuh, yaitu :
1) Jalur Metabolisme Eksogen
Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas
sebagai kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut menuju saluran limfe lalu ke dalam
7
darah melalui duktus torasikus. Di dalam jaringan lemak trigliserida dalam
kilomikron mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada
permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan terbentuk asam lemak dan
kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus endotel dan masuk ke
jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali (cadangan)
atau dioksidasi (energi).
Kilomikron remnan adalah kilomikron yang telah dihilangkan sebagian besar
trigliseridanya sehingga ukurannya mengecil sedangkan jumlah ester kolesterol tetap.
Kilomikron remnan ini akan dibersihkan oleh hati dari sirkulasi dengan melakukan
endositosis oleh lisosom. Hasil metabolisme ini berupa kolesterol bebas yang akan
digunakan untuk sintesis berbagai struktur (membran plasma, mielin, hormon steroid,
dan sebagainya), disimpan dalam hati sebagai kolesterol ester kembali atau
diekskresikan menjadi empedu (sebagai kolesterol atau asam empedu) atau diubah
sebagai lipoprotein endogen yang dikeluarkan ke dalam plasma. Kolesterol juga dapat
disintesis dari asetat di bawah pengaruh enzim HMG-CoA reduktase yang menjadi
aktif jika terdapat kekurangan kolesterol endogen. Asupan kolesterol dari darah juga
diatur oleh jumlah reseptor LDL yang terdapat pada permukaan sel hati (Suyatna,
2007).
2) Jalur Metabolisme Endogen
Trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen
dalam bentuk VLDL kaya trigliserida dan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh
lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi partikel lipoprotein
yang lebih kecil yaitu IDL dan LDL. Low Denity Lipoprotein (LDL) merupakan
lipoprotein yang mengandung kolesterol paling banyak dan mengalami katabolisme
melalui reseptor dan jalur non reseptor. Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan oleh
produksi kolesterol endogen. Peningkatan kadar kolesterol sebagian disalurkan ke
dalam makrofag yang akan membentuk sel busa (foam cells) yang berperan dalam
terjadinya aterosklerosis prematur (Suyatna, 2007).
8
3) Jalur Reverse Cholesterol Transport
Jalur ini berkaitan dengan metabolisme kolesterol HDL. High Density
Lipoprotein (HDL) dilepas sebagai partikel kecil yang miskin kolesterol dan
mengandung apo A, C, dan E (HDL nescent) yang berasal dari usus halus dan hati.
High Density Lipoprotein nescent akan mendekati makrofag untuk mengambil
kolesterol yang tersimpan di makrofag dan berubah menjadi HDL dewasa. Kolesterol
yang telah diambil HDL akan diesterifikasi oleh enzim Lecithin Cholesterol
Acyltransferase (LCAT) menjadi kolesteril ester yang akan ditranspor dalam dua
jalur yaitu jalur hati yang akan ditangkap oleh reseptor kolesterol HDL dan kolesteril
ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserida dari VLDL dan IDL yang
akan kembali ke hati dengan bantuan Cholesterol Ester Transfer Protein (CETP)
(Suyatna, 2007).
Gambar 2.2 Jalur metabolisme kolesterol (Suyatna, 2007)
9
c. Transpor Kolesterol
Lipid diangkut di dalam plasma sebagai lipoprotein. Empat kelompok
utama lipoprotein penting yaitu : kilomikron, VLDL, LDL, dan HDL.
Kilomikron mengangkut triasilgliserol hati, LDL menyalurkan kolesterol ke
jaringan, dan HDL membawa kolesterol dari jaringan dan mengembalikannya
ke hati untuk diekskresikan dalam proses yang dikenal sebagai transpor
kolesterol terbalik (reserve cholesterol transport) (Botham dan Mayes,
2009:243).
Gambar 2.3 Transpor kolesterol
Kolesterol dari makanan mencapai keseimbangan dengan kolesterol plasma
dalam beberapa hari dan dengan kolesterol jaringan dalam beberapa minggu. Ester
kolesteril dalam makanan dihidrolisis menjadi kolesterol yang kemudian diserap oleh
usus bersama dengan kolesterol tak teresterifikasi dan lipid lain dalam makanan.
Bersama dengan kolesterol yang disintesis di usus, kolesterol ini kemudian
dimasukkan ke dalam kilomikron. Kolesterol yang diserap oleh usus, sebanyak 80-
10
90% akan mengalami esterifikasi dengan asam lemak rantai panjang di mukosa usus.
Sebanyak 95% kolesterol kilomikron disalurkan ke hati dalam bentuk kilomikron
remnan dan sebagian besar kilomikron yang disekresi oleh hati dalam bentuk VLDL
dipertahankan selama pembentukan IDL dan akhirnya LDL yang diserap oleh
reseptor LDL di hati dan jaringan ekstrahepatik (Botham dan Mayes, 2009:243).
d. Pembuangan kolesterol
Satu-satunya organ yang dapat membuang kolesterol secara aktif adalah hati
yang mengekskresikannya ke dalam saluran empedu untuk dikeluarkan dari tubuh
bersama tinja. Pada metabolisme kolesterol, hati mempunyai peran yang sangat
penting yaitu sebagai tempat sintesis, mengonversi menjadi asam empedu, serta
mengekskresikan kolesterol dan asam empedu bersama dengan empedu. Kolesterol
empedu berasal dari: (1) sintesis kolesterol endogen oleh hepatosit; (2) usus, dibawa
oleh kilomikron remnan; (3) jaringan perifer, dibawa oleh HDL (Hairrudin, 2008).
2.1.2 Lipoprotein
a. Definisi Lipoprotein
Lipoprotein merupakan suatu ikatan biokimia yang terdiri dari lipid dan protein.
Lipid utama di dalam lipoprotein adalah kolesterol, triasilgliserol, dan fosfolipid.
Untuk dapat diangkut dalam sirkulasi darah maka lipid yang bersifat tidak larut air
akan berikatan dengan protein khusus yaitu apoprotein, sehingga membentuk ikatan
yang disebut lipoprotein (Adam, 2006). Lipoprotein memiliki struktur misel, dengan
lipid nonpolar (trigliserida dan kolesterol ester) terkandung dalam pusat hidrofobik
yang dikelilingi oleh lipid amfipatik (kolesterol bebas dan fosfolipid) dan protein.
Protein hidrofilik dan komponen lipid bertugas mengangkut lipid nonpolar
(Montgomery, 1993).
b. Fungsi lipoprotein
Hampir semua lipoprotein dibentuk di dalam hati, yang merupakan tempat
sebagian besar kolesterol plasma, fosfolipid, dan trigliserida (kecuali trigliserida yang
11
diabsorbsi dari usus dalam bentuk kilomikron) disintesis. Sejumlah kecil lipoprotein
densitas tinggi juga disintesis di dalam epitel usus selama absorpsi asam lemak dari
usus. Fungsi utama lipoprotein adalah untuk mengangkut komponen-komponen lipid
di dalam darah. Lipoprotein densitas sangat rendah mengangkut trigliserida yang
disintesis di dalam hati terutama ke jaringan adiposa, sedangkan lipoprotein yang lain
berperan penting dalam tahap-tahap transpor fosfolipid dan kolesterol yang berbeda
dari hati menuju jaringan perifer atau dari jaringan perifer kembali ke hati (Guyton.
2008).
c. Jenis-Jenis Lipoprotein
Lipoprotein dibedakan berdasarkan rasio antara lipid dan protein sehingga
menghasilkan berat jenis yang berbeda-beda yang terdiri atas beberapa fraksi yaitu
kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein
(IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL) dengan
ciri-ciri yang disajikan pada Tabel 2.l (Assmann et al., 2004).
Tabel 2.1 Klasifikasi lipoprotein
Ultracentrifuge Kilomikron VLDL LDL HDL
1) Densitas hidrasi
(g/ml )
400 20-400 0-20 -
3) Elektroforesis Tidak bergerak Pre-beta Beta Alfa
4) Diameter (A) 800-5000 300-800 180-280 50-120
5) Susunan :
% trigliserida
% kolesterol ester
% kolesterol
% phospholipid
% protein
85
4
2
7
1-2
52
17
7
15
9
10
37
8
23
22
4
18
2
25
51
6) Apoprotein utama A,B,C B,C,E B A,E
7) Asal Usus Usus, hati Hasil akhir
metabolisme
VLDL
Usus, hati
8) Fungsi Transport
trigliserida
eksogen
Transport
trigliserida
endogen
Transport
kolesterol dan
phospholipid ke
sel perifer
Transport
kolesterol dari
sel perfer ke hati
12
2.1.3 Apoprotein
Apoprotein atau apo merupakan unsur pokok protein pada lipoprotein dan
mempunyai struktur dan fungsi yang penting. Apoprotein mempunyai bagian yang
polar dan non polar. Bagian polar terletak mengarah ke medium aqueous dan bagian
non polar terikat dan mengelilingi trigliserida dan kolesteril ester. Fungsi apoprotein
sebagai sel ligan yang dapat berikatan dengan sel permukaan spesifik reseptor
lipoprotein, abnormalitas pada ikatan tersebut dapat menyebabkan dislipidemia.
Apoprotein juga berfungsi mengaktifkan dan menghambat enzim, misalnya
lipoprotein lipase diaktifkan oleh apo C-II dan dihambat oleh apo C-III. Defisiensi
apo C-II menyebabkan kerusakan dalam aktivasi lipoprotein lipase dan menyebabkan
hidrolisis kilomikron dan VLDL menjadi tidak sempurna. Apoprotein A-I merupakan
kofaktor untuk mengaktivasi LCAT yang harus diaktifkan sebelum esterifikasi
kolesterol terjadi (Forster, 1998).
Beberapa apoprotein bersifat menyatu (integral) dan tidak bisa dilepaskan,
sementara sebagian lagi dapat berpindah dengan bebas ke lipoprotein lainnya. Satu
atau lebih apoprotein ditemukan pada setiap lipoprotein. Menurut penataan ABC,
apoprotein utama HDL (-lipoprotein) diberi simbol A. Apoprotein utama LDL (-
lipoprotein) adalah apo B, yang juga ditemukan pada VLDL dan kilomikron.
Apoprotein B pada kilomikron (B-48) lebih kecil daripada apo B-100 di hati.
Apoprotein C-I, C-II, dan C-III merupakan polipeptida berukuran lebih kecil yang
dipindahkan secara bebas di antara beberapa lipoprotein yang berlainan. Beberapa
apoprotein lainnya telah ditemukan pula pada lipoprotein plasma. Salah satunya
adalah apo E yang kaya arginin dan diisolasi dari VLDL serta HDL (Mayes, 2001).
13
2.2 Lipoprotein Densitas Tinggi (HDL)
2.2.1 Pengertian HDL
High Density Lipoprotein (HDL) disebut juga -lipoprotein adalah partikel
yang padat, memiliki ukuran yang kecil, dan mengandung protein paling tinggi
diantara lipoprotein lain. HDL disintesis dalam hati dan usus kemudian
ditransportasikan ke dalam aliran darah. Fungsi HDL adalah membawa kolesterol
dalam membran ke sel hati untuk didegradasi kembali dan digunakan untuk sintesis
asam empedu. HDL disebut juga kolesterol baik karena mempunyai efek
antiaterogenik yaitu mengangkut kolesterol bebas dari pembuluh darah dan jaringan
lain menuju hati selanjutnya mengeluarkannya lewat empedu (Assmann et al., 2004).
Tabel 2.2 Komposisi HDL dalam plasma manusia
Lipoprotein Sumber Diameter
(nm)
Densitas
(g/ml)
Komposisi Komponen
lipid
utama
Apoprotein Protein
(%)
Lipid
(%)
HDL1
Hati, usus,
VLDL,
kilomikron
20-25 1,019-
1,063 32 68
Fosfolipid,
kolesterol
A-I, A-II,
A-IV, C-I,
C-II, C-III,
D2, E
HDL2 10-20 1,063-
1,125 33 67
HDL3 5-10 1,125-
1,210 57 43
PraHDL3 1,210 A-I
Sumber: Mayes, 2009: 226
2.2.2 Metabolisme HDL
High Density Lipoprotein (HDL) mengambil bagian di dalam metabolisme
triasilgliserol maupun kolesterol. High Density Lipoprotein disekresi di hati dan
intestinum. High Density Lipoprotein nascent (HDL yang baru disekresikan) dari
intestinum tidak mengandung apo C dan E, tetapi hanya mengandung apo A.
Apoprotein C dan E disintesis di hati dan dipindahkan dari HDL hati ke HDL usus
ketika HDL usus memasuki plasma. Fungsi HDL adalah sebagai tempat
14
penyimpanan apo C dan E yang dibutuhkan dalam metabolisme kilomikron dan
VLDL (Botham dan Mayes, 2009: 229).
High Density Lipoprotein nascent terdiri dari lapis ganda fosfolipid diskoid
yang mengandung apo A dan kolesterol bebas. Lipoprotein ini serupa dengan partikel
yang ditemukan di dalam plasma pasien dengan defisiensi enzim plasma LCAT dan
di dalam pasien ikterus obstruktif. Lecithin Cholesterol Acyltransferase (LCAT) dan
aktivator LCAT apo A-I berikatan dengan diskoid dan fosfolipid permukaan. Proses
katalis oleh LCAT mengonversi fosfolipid permukaan dan kolesterol bebas menjadi
ester kolesteril dan lisolesitin. Ester kolesteril nonpolar bergerak menuju bagian
interior lapisan ganda yang bersifat hidrofobik, sedangkan lisolesitin dipindahkan ke
albumin plasma. Reaksi tersebut meghasilkan bagian inti yang nonpolar dan
terbentuk HDL pseudomisel sferis yang dibungkus oleh lapisan permukaan lipid polar
dan apo, hal ini akan mempermudah pengeluaran kolesterol yang tidak teresterifikai
dari lipoprotein dan jaringan (Botham dan Mayes, 2009: 230).
Siklus HDL yang dikemukakan untuk menjelaskan pengangkutan balik
kolesterol dari jaringan ke hati dikenal sebagai proses transpor kolesterol terbalik
(reverse cholesterol transport). Siklus tersebut melibatkan ambilan dan esterifikasi
kolesterol oleh HDL3 yang menjadi lebih besar dan kurang rapat dengan membentuk
HDL2.. Class B Scavenger Receptor B1 (SR-B1) yang diidentifikasi sebagai reseptor
HDL dengan peranan ganda dalam metabolisme HDL. Di hati dan jaringan
steroidogenik, reseptor ini mengikat HDL melalui apo A-I, dan ester kolesteril secara
selektif disalurkan ke sel meskipun partikelnya sendiri, termasuk apo A-I, tidak
diserap. Di jaringan, SR-B1 memerantarai penerimaan kolesterol dari sel oleh HDL
yang kemudian mengangkutnya ke hati untuk diekskresikan melalui empedu. HDL3
yang dihasilkan dari HDL diskoid melalui kerja LCAT, menerima kolesterol dari
jaringan melalui SR-B1 dan kolesterol kemudian diesterifikasi oleh LCAT, yang
memperbesar ukuran partikel untuk membentuk HDL2 yang kurang padat. High
Density Lipoprotein3 kemudian terbentuk kembali, baik setelah penyaluran selektif
15
ester kolesteril ke hati melalui SR-B1 atau melalui hidrolisis triasilgliserol dan
fosfolipid HDL2 oleh enzim lipase hati (Botham dan Mayes, 2009: 230).
Pertukaran antara HDL2 dan HDL3 disebut sebagai siklus HDL. Apoprotein A-I
bebas dihasilkan oleh proses ini dan membentuk pra-HDL setelah berikatan dengan
sejumlah kecil fosfolipid dan kolesterol, sedangkan kelebihan apo A-I diekskresi di
ginjal. Mekanisme penting kedua untuk transpor berlawanan kolesterol melibatkan
ATP-binding cassette transporter A1 (ABCA-1). ATP-binding cassette transporter
A1 (ABCA-1) cenderung untuk memindahkan kolesterol dari sel ke partikel yang
kurang memiliki lipid, seperti pra-HDL atau apo-A1 yang kemudian diubah menjadi
HDL3 melalui HDL diskoid (Botham dan Mayes, 2009: 230).
Gambar 2.4 Jalur yang terlibat dalam pembuatan dan perubahan HDL (Sumber: Assmann
et al., 2004).
16
Kadar HDL bervariasi secara timbal balik dengan kadar trigliserida plasma dan
secara langsung dengan aktivitas lipoprotein lipase. Kadar HDL2 berbanding terbalik
dengan insidensi aterosklerosis koroner diduga karena HDL mencerminkan efisiensi
kolesterol terbalik. High Density Lipoprotein1 ditemukan di dalam darah hewan yang
hiperkolesterolemia akibat makanan, HDL ini kaya akan kolesterol dan hanya
memiliki apo E (Botham dan Mayes, 2009: 230-231).
2.3 Dislipidemia
Dislipidemia adalah peningkatan satu atau lebih dari komponen lemak yang
terdiri dari kolesterol, fosfolipid, atau trigliserida (Priyanto, 2009 dan Katzung,
2006). Berdasarkan penyebabnya dislipidemia dibagi menjadi 2, yaitu dislipidemia
primer dan dislipidemia sekunder. Dislipidemia primer terutama disebabkan oleh
kelainan genetik yang biasanya diketahui pada saat pemeriksaan laboratorium karena
tidak menimbulkan keluhan. Sementara dislipidemia sekunder adalah peningkatan
kadar lipid dalam darah yang disebabkan oleh suatu penyakit tertentu, obat-obatan
atau penyebab lain selain faktor genetik (Hairrudin, 2008).
2.3.1 Klasifikasi kadar lipid
Klasifikasi kadar lipid yang ada dalam plasma dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Kisaran kolesterol normal dan hiperkolesterol pada tikus dapat dilihat pada Tabel 2.4.
17
Tabel 2.3 Klasifikasi kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL pada manusia
Lipid plasma Kadar (mg/dl) Kriteria
Kolesterol total < 200 Diinginkan
200-239 Cukup tinggi
240 Tinggi Kolesterol LDL < 100 Optimal
100-129 Jauh atau di atas optimal
130-159 Cukup tinggi
160-189 Tinggi
190 Sangat tinggi Kolesterol HDL < 40 Rendah
60 Tinggi < 150 Normal
Trigliserida 150-199 Cukup tinggi
200-499 Tinggi
500 Sangat tinggi
Sumber : Wells et al., 2009
Tabel 2.4 Kisaran kolesterol normal dan hiperkolesterol pada tikus
Lipid plasma Kisaran yang ideal (mg/dl) Hiperkolesterol (mg/dl)
Kolesterol total 80 -100 115 200
LDL 10 80 100 150
HDL 40 60 20 40
Trigliserida 60 145 150 200
Sumber : Eshrat, 2002 ; Bani, 2006
2.3.2 Dislipidemia dan Aterosklerosis
Selain kadar kolesterol plasma yang diyakini sebagai faktor utama yang
mendorong aterosklerosis, saat ini triasilgliserol juga merupakan faktor risiko yang
berdiri sendiri. Aterosklerosis ditandai oleh penimbunan kolesterol dan ester
kolesteril dari lipoprotein plasma ke dinding arteri. Penyakit yang menyebabkan
peningkatan berkepanjangan kadar VLDL, IDL, kilomikron remnan, dan LDL dalam
darah (seperti: diabetes mellitus, nefrosis lipid, hipotiroidisme, dan penyakit
18
dislipidemia lainnya) sering disertai oleh aterosklerosis. Terdapat hubungan terbalik
antara kadar HDL dan penyakit jantung koroner sehingga rasio LDL:HDL merupakan
parameter prediktif yang penting. Hal ini konsisten dengan fungsi HDL dalam
transpor kolesterol terbalik (Botham dan Mayes, 2009:248).
2.4 Statin
Statin adalah obat yang berperan sebagai kompetitif inhibitor terhadap 3-
hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A (HMG CoA) reductase, yaitu enzim yang
berfungsi untuk biosintesis kolesterol. Penurunan kadar kolesterol menginduksi sel
hati untuk meningkatkan reseptor LDL sehingga jumlah LDL yang dimetabolisme
dalam hati. Statin mampu menurunkan LDL dan meningkatkan HDL plasma
(Suyatna, 2009).
2.4.1 Pembagian Obat Golongan Statin
Dalam golongan statin terdapat beberapa macam obat yaitu Simvastatin,
Lovastatin, Atorvastin, Cerivastatin, Fluvastatin, Mevastatin, Pitavastatin,
Pravastatin, Rosuvastatin (Tjay dan Kirana, 2007). Berbagai obat statin yaitu
fluvastatin, lovastatin, simvastatin, atorvastatin, dan rosuvastatin mengalami
biotransformasi oleh isozim cytochrome P450 dalam hati, tetapi pravastatin tidak
melalui jalur metabolisme cytochrome P450.
a. Simvastatin
Simvastatin merupakan nama generik obat, sedangkan nama dagangnya adalah
Zocor. Simvastatin adalah obat penurun kolesterol yang bekerja dengan menghambat
produksi kolesterol di hati dan usus, menurunkan kolesterol darah secara keseluruhan
dan menurunkan kadar LDL darah. Indikasi penggunaan simvastatin adalah untuk
penderita hiperkolesterolemia primer, pasien yang tidak cukup memberikan respon
terhadap diet, mengurangi kejadian klinis, memperlambat progresif aterosklerosis
koroner pada pasien penyakit jantung koroner dan penderita kadar kolesterol 5,5
mmol/l atau lebih. Kontra indikasi sediaan ini adalah untuk wanita hamil, menyusui,
19
pasien dengan penyakit hati aktif atau peningkatan serum transaminase yang tidak
dapat dijelaskan penyebabnya. Dosis tunggal awal adalah 10 mg/hari. Dalam interval
kurang dari empat minggu dosis dapat menyesuaikan dalam kisaran lazim 10-40
mg/hari. Penderita penyakit jantung koroner awal 20 mg/hari. Efek samping
simvastatin adalah pusing, sakit kepala, konstipasi, diare, dispepsia, mual, ruam kulit,
nyeri abdomen, nyeri dada, gangguan penglihatan, hepatitis dan anemia. Pemakaian
simvastatin dalam jangka waktu yang lama menyebabkan gangguan fungsi kognitif
seperti amnesia, transient global amnesia, aphasia dan gangguan memori jangka
pendek.
Simvastatin merupakan prodrug dalam bentuk lakton yang harus dihidrolisis
terlebih dulu menjadi bentuk aktifnya yaitu asam -hidroksi di hati, lebih dari 95%
hasil hidrolisisnya akan berikatan dengan protein plasma. Konsentrasi obat bebas di
dalam sirkulasi sistemik sangat rendah yaitu kurang dari 5%, dan memiliki waktu
paruh 2 jam. Sebagian besar obat akan dieksresi melalui hati. Pemberian obat
dilakukan pada malam hari (Witztum, 1996).
b. Lovastatin
Lovastatin merupakan salah satu obat penurun kolesterol golongan statin.
Lovastatin sebagai agen hipokolesterolemia mampu menurunkan kadar kolesterol
serum, LDL, trigliserol dan VLDL dalam darah (Albert, 1989). Obat golongan ini
sangat efektif untuk mengobati dislipidemia karena merupakan inhibitor kompetitif
dari 3-hidroksi-3-metilglutaril-koenzim-A (HMG-KoA) reduktase (Goodman and
Gilman, 2001). Lovastatin merupakan agen penurun kolesterol yang diisolasi dari
Aspergillus terreus (Merck, 2005). Obat golongan statin ini dapat menurunkan
biosintesis kolesterol dengan cara menghambat secara kompetitif enzim HMG-KoA
reduktase. Enzim ini merupakan enzim yang mengkatalisis konversi HMG-KoA
menjadi mevalonat, suatu prekursor sterol, termasuk kolesterol. Efek tersebut dapat
meningkatkan katabolisme fraksional LDL maupun ekstraksi prekursor LDL oleh
hati, sehingga mengurangi simpanan LDL plasma. Oleh sebab itu, ekstraksi lintas
pertama oleh hati dari obat tersebut cukup besar, maka efek utamanya terjadi di hati
20
(Katzung, 2006). Lovastatin di metabolisme oleh hidroksilasi dan dieksresi melalui
empedu, sedangkan sekitar 80% suatu dosis oral muncul dalam tinja, ini
menggambarkan eksresi obat dalam empedu sebaik obat yang tidak diabsorpsi. Efek
samping akut lovastatin rendah. Disfungsi hepar terlihat sekitar 2% pasien
(Raharjo,2009).
c. Atorvastatin
Atorvastatsin merupakan molekul garam kalsium trihidrat, sebuah molekul
kalsium atorvastatin yang mengikat tiga molekul air. Atorvastatin merupakan salah
satu zat aktif penurun kolesterol darah golongan statin atau penghambat/inhibitor
HMG-CoA reduktase, yaitu senyawa yang dapat menghambat konversi enzim HMG-
CoA reduktase menjadi mevalonat sehingga menghambat pembentukan kolesterol
endogen. Berbeda dengan prodrug lakton lovastatin dan simvastatin, atorvastatin
memiliki 3 asam hidroksil aktif dan tidak memerlukan hidrolisis in vivo. Atorvastatin
dan metabolit aktifnya yang secara struktur serupa dengan HMG-CoA berkompetisi
untuk menempati sisi aktif HMG-CoA reduktase. Penurunan konsentrasi kolesterol
total dan LDL dihasilkan oleh dosis biasa atorvastatin yang secara substansial
menghasilkan penurunan lebih besar dibandingkan dengan monoterapi dengan
antilipemik lainnya. Dalam sebuah studi terkontrol dan tak terkontrol rata-rata
penurunan kolesterol total 17-46%, 25-61% LDL, dan 10-37% trigliserida pada
pasien dengan hiperkolesterolemia primer yang menerima atorvastatin 2,5-80 mg/hari
selama setidaknya 6 minggu, dan mengalami peningkatan HDL sekitar 3-12%. Pada
pasien dengan dislipidemia disertai hipertensi yang menerima kombinasi tetap
atorvastatin (10-80 mg) dan amlodipin (5-10 mg) konsentrasi LDL serum turun
sebesar 33-49% setelah terapi selama 8 minggu. Atorvastatin menghasilkan
penurunan konsentrasi kolesterol total LDL lebih besar bila dibandingkan dengan
statin lainnya (fluvastatin, lovastatin, simvastatin dan pravastatin) (McEvoy, 2008).
Waktu paruh atorvastatin adalah 14 jam. (Suyatna, 2007).
d. Rosuvastatin
21
Rosuvastatin adalah salah satu obat golongan inhibitor HMG-CoA reduktase
atau lebih dikenal dengan golongan statin. Mekanisme kerja dalam menurunkan
kolesterol adalah melalui penghambatan sintesis kolesetrol dalam hati, dengan
meghambat enzim HMG-CoA reduktase. Hasilnya terdapat penurunan kolesterol dan
peningkatan reseptor LDL, sehingga kadar LDL di dalam sirkulasi menurun.
Penurunan produksi LDL menyebabkan penghambatan sintesis VLDL di hati, yang
merupakan prekursor LDL.
Rosuvastatin merupakan golongan obat statin yang tergolong baru di pasaran,
disetujui oleh FDA pada bulan Agustus 2003. Kelebihan rosuvastatin adalah
memiliki efek peningkatan HDL lebih tinggi dari golongan statin lainnya seperti
simvastatin dan atorvastatin (McTaggart, 2008), menghambat HMG-CoA reduktase
lebih besar dari obat golongan statin lainnya, hidrofisilitas dan selektivitas untuk
masuk dan aktif di hepar, memiliki waktu paruh yang panjang yaitu 20-24 jam,
mengalami metabolisme minimal pada sitokrom P-450, tidak ada metabolisme
signifikan pada sistem sitokrom 3A4, ini menandakan potensi yang rendah untuk
interaksi antar obat, dan tidak ada perbedaan efek farmakologis rosuvastatin
sehubungan dengan pemberian dosis pada siang atau malam hari, umur, jenis
kelamin, dan masuknya makanan (Sargowo, 2005).
Di Indonesia, sediaan rosuvastatin yang disetujui oleh FDA adalah tablet 5 mg,
10 mg, 20 mg, dan 40 mg dengan indikasi untuk mengatasi hiperkolesterolemia.
Adapun indikasi lengkap yang disetujui, yaitu rosuvastatin diindikasikan sebagai
terapi tambahan jika upaya diet dan olah raga tidak mencukupi, bagi pasien dengan
hiperkolesterolemia primer (tipe IIa), termasuk Heterozygous Familial
Hypercholesterolaemiaatau Mixed Dyslipidemia (tipe Iib), dan diindikasikan pada
pasien dengan Homozygot Familial Hypercholesterolaemia sebagai tambahan upaya
diet dan terapi penurunan lipid (Badan POM RI, 2006).
22
2.5 Kenikir
2.5.1 Taksonomi
Gambar 2.5 Kenikir (Cosmos caudatus)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Cosmos
Spesies : caudatus Kunth
Jenis : Cosmos caudatus H.B.K
2.5.2 Morfologi
Kenikir merupakan tanaman perdu, semusim, tidak berkayu dengan batang
yang tumbuh tegak berwarna hijau keunguan. Kenikir memiliki daun yang majemuk,
bersilang berhadapan, bentuk menyirip, ujung runcing, tepi rata dan berwarna hijau
atau hijau kekuningan. Bunga tanaman kenikir merupakan bunga majemuk yang
memiliki tangkai bunga, berbentuk seperti cawan, serta memiliki kelopak di bagian
23
bawah bunga berwarna hijau yang berbentuk seperti lonceng. Biji tanaman kenikir
keras dan kecil, berbentuk jarum, berwarna hitam, dan memiliki panjang sekitar 1 cm
(van den Bergh, 1994).
2.5.3 Manfaat
Daun dan pucuk daun kenikir dapat diambil dan dikonsumsi sebagai sayuran
karena mengandung banyak air, serat, dan mineral (van den Begh, 1994). Hasil
penelitian Ragasa et al. (1997), menunjukkan bahwa daun kenikir yang diekstrak
dengan kloroform memiliki aktivitas antimikroba yang baik terhadap penghambatan
Staphylococcus aureus, Saccharomyces cereviseae, dan Candida albicans.
Daun kenikir (Cosmos caudatus) mengandung saponin, flavonoid, polifenol
dan minyak atsiri (Fuzzati et al., 1995). Identifikasi kandungan flavonoid yang
dilakukan oleh Batari (2007) menggunakan daun tanaman kenikir yang berasal dari
pasar lokal di daerah Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa daun tanaman kenikir yang diekstrak dengan kloroform
mengandung senyawa fenol dan flavonoid berturut-turut sebagai 152,01 mg dan
52,18 mg per 100 g sampel segar. Nilai tersebut membuktikan bahwa daun tanaman
kenikir dapat dijadikan sebagai alternatif bahan obat karena memiliki kemampuan
antioksidan yang tinggi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Shui et al. (2005),
dengan menggunakan uji free radical spiking (dengan menggunakan instrumen
HPLC/MS), diketahui bahwa kenikir memiliki aktivitas antioksidan yang sangat
tinggi, yaitu setara dengan sekitar 2400 mg asam askorbat per 100 gram sampel segar.
Komponen antioksidan utama yang diidentifikasi merupakan senyawa polar, yaitu
golongan dari proantosianidin yang berbentuk sebagai dimer hingga heksamer,
quercetin glikosida, klorogenik, neo-klorogenik, dan asam kriptoklorogenik.
Penelitian mengenai kandungan komponen-komponen quercetin dan quercetin
glikosida pada ekstrak kenikir dengan metanol, juga dilakukan di Malaysia pada
bulan Juli 2000 (Israf et al, 2003).
24
Penelitian mengenai efek flavonoid dan quersetin terhadap kadar lipid tikus
yang diberi diet dislipidemia, didapatkan bahwa terjadi peningkatan kadar kolesterol
HDL, penurunan kadar kolesterol LDL dan trigliserida (Ricardo et al., 2001).
Sedangkan pada penelitian lain dikatakan bahwa quercetin dapat meningkatkan kadar
kolesterol HDL sampai 28,6% pada tikus yang diberi diet tinggi lemak (Yugarani et
al., 1992). Mekanisme kerja senyawa flavonoid dalam meningkatkan kadar HDL
serum adalah dengan cara meningkatkan aktivitas Lechitin-Cholesterol Acyl
Taransferase (LCAT) dan meningkatkan produksi apo A-1. Apolipoprotein A-1
bertugas sebagai kofaktor enzim untuk LCAT serta sebagai ligan untuk interaksi
dengan reseptor lipoprotein dalam jaringan. Enzim LCAT merupakan enzim yang
dapat mengonversi kolesterol bebas menjadi ester kolesterol yang lebih hidrofobik,
sehingga ester kolesterol dapat berikatan dengan partikel inti lipoprotein untuk
membentuk HDL baru dan akan meningkatkan kadar HDL serum, sehingga dengan
peningkatan Apo A-1 diharapkan dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL serum
(Baba et al., 2007; Rousset, 2010; dan Vijayakumar, 2006). Senyawa flavonoid juga
dapat meningkatkan jumlah kolesterol HDL dengan cara meningkatkan pelepasan
kolesterol dari makrofag dan meningkatkan ekspresi ATP-binding cassette (ABCA-1)
(Helal et al., 2013). Senyawa flavonoid juga dapat menurunkan kadar kolesterol total
dan trigliserida darah adalah dengan cara menghambat HMG-CoA reduktase yang
berfungsi sebagai pengkatalis dalam pembentukan kolesterol (Lewis, 2005).
Daun kenikir juga memiliki kandungan minyak atsiri yang dapat menurunkan
rasio LDL:HDL. Minyak atsiri memiliki bahan aktif DADS yang dapat menghambat
kerja HMG-CoA reductase sehingga menyebabkan penurunan sintesis kolesterol dan
meningkatkan reseptor LDL. Hal ini menyebabkan kadar LDL plasma menurun dan
terjadi supresi terhadap produksi apo B-100. Produksi apo B-100 berhubungan
terbalik dengan produksi apo A-1, sehingga supresi terhadap Apo B-100 akan
meningkatkan produksi apo A-1 (Murray, 2003).
25
2.6 Diet Tinggi Lemak
Terdapat beberapa macam cara pembuatan pakan dan penentuan lamanya
pemberian diet untuk tikus dislipidemia :
a. Campuran kuning telur bebek sebanyak 4 ml/hari dan lemak babi 180 gram/100
gram ransum untuk 18 ekor tikus diberikan melalui sonde lambung selama 7 hari
(Fatimah, 2007).
b. Diet aterogenik yang akan meningkatkan kadar kolesterol pada tikus dengan
mentode Constantinides, menggunakan 0,006 mg adrenalin inisial intravena dan
diet 5 mg kuning telur intermitten selama 14 hari (Maliya, 2006).
c. Pemberian diet campuran minyak babi dan kuning telur bebekdengan
perbandingan 1:1 (v/v) yang dicampur dengan kolesterol murni 2%. Dosis yang
diberikan sebanyak 1 ml/100gBB secara oral setiap hari selama 30 hari
(Chasanah, 2014).
Pada penelitian ini cara diet dislipidemia yang digunakan adalah cara pertama
karena bahan yang digunakan mudah didapat dan tidak membutuhkan waktu yang
lama untuk memberi diet dislipidemia pada tikus.
26
Flavonoid 1. Menghambat kerja enzim
HMG CoA reduktase
2. Penurunan sintesis
kolesterol di hati
3. Penurunan sintesis ApoB
4. Meningkatkan reseptor
LDL di hati
5. Meningkatkan sintesis
apo A-I di hati
Diet tinggi kolesterol
Tikus Dislipidemia
Ekstrak etanol daun
kenikir
Rosuvastatin
1. Meningkatkan aktivitas LCAT
(Lechitin Cholesterol Acyl
Taransferase)
2. Meningkatkan produksi apo A-1
3. Meningkatkan pelepasan
kolesterol dari makrofag
4. Meningkatkan ekspresi ATP-
binding cassette (ABCA-1)
5. Menghambat kerja enzim HMG
CoA reduktase
2.7 Kerangka Teori
Gambar 2.6 Kerangka Teori
27
2.8 Kerangka Konsep
Keterangan :
Gambar 2.7 Kerangka konsep
= Variabel bebas
= Menurunkan
= Meningkatkan
Diet dislipidemia
Rosuvastatin
Produksi apo A-I
hepar HDL Plasma
Produksi apo A-I
intestinum Makrofag
ABCA-1 LCAT
HDL nascent Permukaan HDL3
LCAT
Ekstrak daun kenikir
Flavonoid
28
Pada tikus dislipidemia yang diberi diet tinggi kolesterol, diberikan ekstrak
etanol daun kenikir dan rosuvastatin. Pada ekstrak daun kenikir didapatkan
kandungan flavonoid. Flavonoid dapat menghambat kerja enzim HMG-CoA
reduktase, meningkatkan aktivitas Lechitin-Cholesterol Acyl Taransferase (LCAT)
dan meningkatkan produksi apo A-1. Apoprotein A-1 bertugas sebagai kofaktor
enzim untuk LCAT serta sebagai ligan untuk interaksi dengan reseptor lipoprotein
dalam jaringan. Enzim LCAT merupakan enzim yang dapat mengonversi kolesterol
bebas menjadi ester kolesterol yang lebih hidrofobik, sehingga ester kolesterol dapat
berikatan dengan partikel inti lipoprotein untuk membentuk HDL baru dan akan
meningkatkan kadar HDL serum (Baba et al., 2007; Rousset, 2010; dan Vijayakumar,
2006). Senyawa flavonoid juga dapat meningkatkan ekspresi ATP-binding cassette
(ABCA-1) (Helal et al., 2013).
Pemberian rosuvastatin dapat menghambat kerja enzim HMG-CoA reduktase
dalam hati sehingga dapat menurunkan produksi kolesterol. Penghambatan terhadap
HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan sintesa kolesterol dan meningkatkan
jumlah reseptor LDL (Jansen, 1997). Hal ini menyebabkan kadar LDL plasma
menurun dan terjadi supresi terhadap produksi apo B-100. Produksi apo B-100
berhubungan terbalik dengan produksi apo A-1, sehingga supresi terhadap produksi
apo B-100 akan menyebabkan kenaikan kadar apo A-1. Apoprotein A-1 bila
berikatan dengan fosfolipid dan kolesterol dalam jumlah minimal akan membentuk
pre- HDL yang selanjutnya akan menjadi HDL matur, sehingga kenaikan apo A-1
dapat menyebabkan kenaikan kadar HDL (Jansen, 1997).
. Pemberian rosuvastatin dapat menghambat kerja enzim HMG-CoA reduktase
dalam hati sehingga dapat menurunkan produksi kolesterol. Pemberian ekstrak daun
kenikir dan rosuvstatin diharapkan dapat meningkatkan kadar HDL dan memperbaiki
kondisi dislipidemia.
29
2.9 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah pemberian terapi ekstrak etanol daun
kenikir (Cosmos caudatus) dan rosuvastatin dapat meningkatkan kadar HDL serum
tikus yang diberi diet dislipidemia.
30
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratoris (True
experimental design), disebut sebagai true experiment karena dalam desain ini
peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya
eksperimen. Penelitian ini menggunakan desain pre and post randomized controlled
group design. Dalam desain ini terdapat 4 kelompok yang masing-masing dipilih
secara random (R). Dua kelompok sebagai kelompok kontrol dan dua kelompok
lainnya diberi perlakuan (X).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Pemeliharaan hewan coba, diet dislipidemia, perlakuan pada hewan percobaan,
dan pengambilan sampel darah dilakukan di Laboratorium Biomedik Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember. Ekstraksi daun kenikir dilakukan di
Laboratorium Biologi Fakultas Farmasi Universitas Jember. Pemeriksaan kadar HDL
dilakukan di Laboratorium Biomol dan Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas
Jember. Penelitian ini berlangsung selama 4 minggu pada bulan Oktober November
2014.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah Rattus novergicus jantan galur Wistar.
31
3.3.2 Sampel
Kriteria sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Rattus novergicus jantan galur Wistar.
b. Tikus berwarna bulu putih dan sehat (bergerak aktif).
c. Umur 2 - 3 bulan.
d. Berat rata-rata 150 gram, dengan rentang 100-250 gram.
Pada penelitian ini terdapat kriteria inklusi dan ekslusi yang bertujuan untuk
membuat homogen sampel yang akan digunakan. Kriteria inklusi sampel penelitian
yang digunakan adalah sampel yang mengalami peningkatan berat badan dan kadar
HDL serum menurun setelah pemberian diet dislipidemia. Sedangkan kriteria
eksklusi sampel penelitian adalah tikus yang mati karena sakit selama masa adaptasi,
diet, dan pemberian terapi.
3.3.3 Jumlah Sampel
Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus Federer sebagai berikut:
(t-1) (r-1) 15
(4-1) (r-1) 15
3 (r-1) 15
3r-3 15
3r 18
R 6
Keterangan:
t : jumlah kelompok
r : jumlah sampel per kelompok
Besar sampel yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan dengan rumus di atas
minimal sebanyak 6 ekor tikus untuk masing-masing kelompok. Jadi, dalam
penelitian ini jumlah sampel yang digunakan untuk 4 kelompok adalah 24 ekor tikus.
32
3.4 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah randomized
pre and post test controlled group design, dengan 2 kelompok kontrol dan 2
kelompok perlakuan. Secara skematis rancangan penelitian dijelaskan pada Gambar
3.1.
K(-) Opre(-) Opost(-)
Po A
K1 Opre1 Opost1
K2 Opre2 Opost2
K(+) Opre(+) Opost(+)
Keterangan:
Po = populasi
R = randomisasi
K(-) = kelompok kontrol negatif K1,2 = kelompok perlakuan 1,2
K(+) = kelompok kontrol positif
I
= diet dislipidemia (kuning telur bebek 4 ml/hari sonde oral +
lemak babi 1,43gram per hari)
Opre(-) = observasi pre test kelompok kontrol negatif
Opre1 = observasi pre test kelompok perlakuan 1
Opre2 = observasi pre test kelompok perlakuan 2
Opre(+) = observasi pre test kelompok kontrol positif
P1 = perlakuan kelompok 1 (ekstrak daun kenikir 0,4 mg/gramBB)
P2
= perlakuan kelompok 2 (ekstrak kenikir 0,2 mg/kgBB + rosuvastatin
0,00045 mg/gramBB)
P(+) = perlakuan kelompok kontrol positif (rosuvastatin 0,0009 mg/gramBB)
Opost(-) = observasi post test kelompok kontrol negatif
Opost1 = observasi post test kelompok perlakuan 1
Opost2 = observasi post test kelompok perlakuan 2
Opost(+) = observasi post test kelompok kontrol positif
A = analisis data
Gambar 3.1 Rancangan penelitian
I
P1
R
I
I P2
I P(+)
33
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Bebas
Daun kenikir dan rosuvastatin.
3.5.2 Variabel Terikat
Kadar HDL serum setelah terapi dengan esktrak daun kenikir dan rosuvastatin.
3.5.3 Variabel Terkendali
Jenis hewan coba, umur hewan coba, berat badan hewan coba, jenis kelamin,
pemeliharaan dan perawatan hewan coba, dosis ekstrak daun kenikir dan rosuvastatin.
3.6 Definisi Operasional
a. Daun kenikir diperoleh dari Kabupaten Jember dan dipasarkan di pasar
tradisional. Daun dipilih yang masih berwarna hijau (selain daun kenikir muda
pada ujung batang). Ekstrak dibuat dari daun kenikir yang dikeringkan dan
diekstraksi dengan metode maserasi Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan
pelarut etanol 96%.
b. Rosuvastatin 10 mg dengan merk Crestor yang diproduksi PT Astra Zeneca
c. Kadar HDL diperoleh dengan menggunakan metode CHOD-PAP dengan
prinsip spektrofotometri enzimatis dari darah retroorbita dan jantung tikus
dengan kadar normal HDL plasma darah tikus yaitu 35 mg/dl (Schaerfer et al.
dalam Hartoyo et al., 2008).
d. Na CMC 1% digunakan untuk melarutkan bahan (rosuvastatin dan ekstrak
kenikir) yang didapat dari Fakultas Farmasi Universitas Jember
34
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
a. Kandang, tempat makan, dan minum tikus
b. Timbangan untuk menimbang pakan dan berat badan tikus
c. Neraca OHAUS untuk menimbang dosis ekstrak daun kenikir dan dosis
rosuvastatin
d. Instrumen pembuatan ekstrak daun kenikir dengan metode maserasi antara
lain blender, rotatory evaporator, dan almari pengering.
e. Lemari pendingin untuk menyimpan ekstrak daun kenikir
f. Instrumen untuk melarutkan Na-CMC antara lain gelas ukur, pengaduk, dan
labu spirtus
g. Spuit yang telah dimodifikasi untuk memasukkan ekstrak dan rosuvastatin
ke mulut tikus.
h. Tabung mikrokapiler untuk pengambilan darah tikus melalui sinus orbital
i. Tabung EDTA untuk menampung sampel darah tikus
3.7.2 Bahan
a. Pakan turbo 521
b. Bahan diet dislipidemia antara lain kuning telur bebek dan lemak babi.
c. Ekstrak daun kenikir
d. Rosuvastatin 10 mg
e. Na-CMC
f. Obat anestesi Ketamine
35
3.8 Prosedur Penelitian
3.8.1 Perlakuan Hewan Uji
Hewan uji dipelihara dalam 24 kandang dan satu kandang berisi 1 tikus. Tikus
diadaptasi dengan keadaan laboratorium selama 7 hari dan diberi pakan turbo 521
sebanyak 20 gram per ekor per hari dan air diberi ad libitum. Sisa pakan ditimbang
setiap hari sebelum diganti dengan pakan yang baru. Penimbangan berat badan
dilakukan seminggu sekali dan setiap sebelum diterapi.
Pada hari percobaan, semua hewan uji ditimbang dan masing-masing diberi
tanda pengenal pada ekornya, kemudian 24 ekor tikus dibagi menjadi 4 kelompok
berdasarkan sistem lottre dan diambil secara acak untuk proses randomisasi. Masing-
masing kelompok terdiri dari 6 ekor, yaitu :
1 : kontrol negatif, tikus diberi diet dislipidemia dan pakan turbo 521.
2 : perlakuan 1, tikus yang diberi diet dislipidemia, pakan turbo 521, dan
diberi terapi ekstrak kenikir 0,4 mg/gramBB.
3 : perlakuan 2, tikus yang diberi diet dislipidemia, pakan turbo 521, dan
diberi terapi ekstrak kenikir 0,2 mg/gramBB + rosuvastatin 0,00045
mg/gramBB. Terapi ekstrak kenikir diberikan minimal 2 jam setelah
pemberian rosuvasttain.
4 : kontrol positif, tikus yang diberi diet dislipidemia, pakan turbo 521 dan
diberi terapi rosuvastatin 0,0009 mg/gramBB.
3.8.2 Pemberian Diet Dislipidemia
Diet dislipidemia pada hewan uji menggunakan metode yang telah digunakan
pada penelitian Fatimah (2007) yaitu dengan pemberian campuran kuning telur bebek
sebanyak 4 ml per hari dan lemak babi 180 gram/100 gram ransum untuk 18 ekor
tikus diberikan melalui sonde lambung selama 7 hari.
Pada penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 24 ekor tikus dan lama
diet adalah 7 hari, sehingga komposisi yang diberikan adalah lemak babi sebanyak
36
1,43 gram per tikus per hari ditambah dengan kuning telur 4ml per hari dan diberikan
melalui sonde lambung.
3.8.3 Pembuatan Ekstrak Daun Kenikir
Metode yang digunakan pada pembuatan ekstrak daun kenikir adalah metode
maserasi. Cara ini merupakan metode yang mudah digunakan untuk menarik
komponen-komponen yang terkandung dalam sampel dengan cara merendam
simplisia dengan pelarut. Perendaman simplisia akan mengakibatkan pemecahan
dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel
sehingga metabolit sekunder atau zat aktif yang berada di dalam sitoplasma akan larut
(warna penyari menjadi merah kehitaman) karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel (Darwis, 2000). Pelarut yang
digunakan pada penelitian ini adalah etanol 96% karena merupakan pelarut universal
yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar sehingga diharapkan dengan
menggunakan pelarut etanol 96% zat aktif yang diperlukan tertarik sepenuhnya.
Cara pembuatan ekstrak:
Daun kenikir dicuci bersih dan dirajang kasar kemudian ditiriskan dengan cara
dibolak-balik secara berkala. Setelah ditiriskan, dikeringkan dengan suhu 50 ,
kemudian dihaluskan dengan blender hingga menjadi simplisia. Simplisia dimaserasi
dengan etanol 96% sebanyak 2x, masing-masing dilakukan dalam 24 jam. Pada
maserasi pertama perbandingan simplisia:pelarut yaitu 1:3, dan untuk maserasi kedua
perbandingannya 1:2. Filtrat dan ampas dipisahkan, filtrat dikumpulkan untuk
dievaporasi menggunakan Rotatory Vacum Evaporator (RVE) dengan suhu 50 dan
kecepatan 180 rpm.
37
3.8.4 Pembuatan Larutan Na CMC 1%
Na CMC (NatriumCarboxymethyle Cellulose) merupakan suspending agent
yang digunakan untuk mensuspensikan bahan-bahan obat yang mempunyai sifat tidak
larut dalam air. Larutan Na CMC yang akan digunakan untuk penelitian adalah
larutan Na CMC 1% b/v. Larutan Na CMC 1% b/v dibuat dengan cara menimbang
Na CMC sebanyak 1 gram kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest hangat.
3.8.5 Penetapan Dosis Ekstrak Daun Kenikir
Dosis ekstrak kenikir yang digunakan pada penelitian ini adalah 400 mg/kgBB
tikus, ditetapkan berdasarkan hasil trial sebelumnya. Dosis yang digunakan
ditentukan berdasarkan dosis efektif dan dosis toksik yang telah diketahui melalui
penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelitian Perumal et al (2013) tentang efek
daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth) terhadap profil lipid hewan yang diberi diet
dislipidemia disimpulkan bahwa dosis 200 mg/kgBB selama 4 minggu secara efektif
mampu memperbaiki profil lipid, menurunkan level glukosa, menormalkan jumlah
total kolesterol, trigliserida, menurunkan kolesterol LDL dan indeks aterogenik.
Berdasarkan penelitian Norazlina et al (2013) dosis toksik kenikir adalah 500 mg/kg
BB selama 7 hari.
3.8.6 Penetapan Dosis Pemberian Rosuvastatin
Dosis rosuvastatin yang dikonsumsi oleh manusia adalah 10-40 mg per hari.
Namun penggunaan rosuvastatin tahap awal adalah sebesar 10 mg per hari.
Perhitungan konversi dosis manusia (70 kg) ke tikus (200 gram) adalah 0,018. Data
hasil konversi dosis yang digunakan untuk tikus adalah
38
Dosis untuk tikus :
10 mg x 0,018 = 0,18 mg/200 gramBB
= 0,0009 mg/gramBB
3.8.7 Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kadar HDL serum sebelum dan
setelah diet dislipidemia dilakukan melalui sinus retroorbita. Sebelum mengambil
sampel darah, tikus dianestesi terlebih dahulu dengan ketamine 0,2 ml intra muskular,
kemudian sampel darah diambil melalui sinus retroorbitalis dengan tabung
mikrokapiler. Masing-masing tikus diambil sampel darah sebanyak 2 mL.
Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kadar HDL serum setelah
perlakuan diambil dari jantung bagian ventrikel dextra. Sebelum mengambil sampel
darah, tikus dianestesi terlebih dahulu dengan etanol. Pengambilan sampel darah
masing-masing tikus sebanyak 2 mL.
3.8.8 Pemeriksaan Kadar HDL Serum
Pemeriksaan kadar HDL serum dilakukan dengan metode CHOD-PAP
(Cholesterol Oxidase Phenol Aminoantipyrin): enzymatic photometric test dengan
prinsip kerja kolesterol dan esternya dibebaskan dari lipoprotein melalui reaksi
oksidasi dan hidrolisis. Kolesterol esterase menghidrolisis ester dan H2O2 dibentuk
dari kolesterol dalam proses oksidasi enzimatik oleh kolesterol oksidase, H2O2
bereaksi dengan 4-amino antipyrine dan phenol kemudian dengan katalisator
peroksidase membentuk quinonimine berwarna yang menjadi indikator reaksi
kolorimetri (Ratna, 2007).
Pemeriksaan dilakukan dua kali, yaitu pemeriksaan pertama dengan metode
presipitasi menggunakan reagen HDL, kemudian dilakukan pemeriksaan kedua untuk
39
mengetahui kadar HDL serum dengan menggunakan reagen kolesterol. Hasil
pemeriksaan kedua diperiksa menggunakan alat spektrofotometer dengan panjang
gelombang 546nm kemudian didapatkan nilai absorbansi sampel.
Penghitungan kadar HDL serum menggunakan rumus:
Konstanta standar = 200 mg/dl
3.9 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara komputerisasi dengan Uji One Way
ANOVA menggunakan Software Statistical Product and Servive Solution 21 PS
(SPSS 21) dengan taraf signifikan p
40
3.10 Alur Penelitian
Gambar 3.2 Alur Penelitian
24 ekor tikus wistar jantan
Tikus diadaptasi selama 7 hari
Randomisasi
Kelompok
Kontrol Negatif
Kelompok
Kontrol Positif
Kelompok
Perlakuan II
Kelompok
Perlakuan I
Pemberian diberi diet dislipidemia dengan memberikan kuning telur bebek 4
ml per hari secara sonde per oral dan lemak babi 1,43 gram per hari selama 7
hari
Pengambilan sampel darah untuk mengetahui kadar HDL pre test
Analisis Data
Pengambilan sampel darah untuk mengetahui kadar HDL post test
Pemberian
rosuvastatin
0,0009
mg/gramBB
selama 14
hari
Pemberian
ekstrak daun
kenikir
(Cosmos
caudatus)
0,4
mg/gramBB
selama 14
hari
Pemberian
ekstrak daun
kenikir
(Cosmos
caudatus) 0,2
mg/gramBB
+
rosuvastatin
0,00045
mg/gramBB
selama 14
hari
Hasil
41
3.11 Ethical Clearance
Persetujuan etik penelitian (ethical clearance) terhadap prosedur yang akan
dilakukan diajukan ke komisi etik penelitian Fakultas Kedokteran Universitas
Jember.
42
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Ekstraksi Daun Kenikir (Cosmos caudatus)
Jumlah daun kenikir segar yang akan diekstraksi adalah 302,4 gram, kemudian
daun dikeringkan sehingga berat daun menjadi 248,27 gram. Daun kenikir kering
dihaluskan hingga didapatkan simplisia 256,39 gram. Hasil ekstraksi simplisia
dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96% didapatkan 35,50 gram
ekstrak kental.
Rendemen ekstrak dihitung berdasarkan perbandingan berat akhir (berat ekstrak
yang dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel yang digunakan) dikalikan
100%. Berdasarkan penghitungan tersebut didapatkan hasil rendemen ekstrak daun
kenikir 13,85%.
4.1.2 Hasil Pengukuran Kadar HDL Serum Tikus
Berdasarkan hasil pemberian diet dislipidemia selama 7 hari didapatkan kadar
rata-rata HDL serum sebelum dan sesudah diet pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Rata-rata kadar HDL serum sebelum dan sesudah pemberian diet dislipidemia
Kategori Rata-rataSD (mg/dl) (mg/dl) % Sebelum Sesudah
HDL serum 41,489,44 32,709,20 - 8,78 21%
SD: Standar Deviasi
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa rata-rata kadar HDL serum tikus awal
sebelum diberi diet memiliki nilai normal yaitu sebesar 41,48 mg/dl, setelah diberi
43
diet rata-rata kadar HDL serum tikus mengalami penurunan sebesar 8,78 mg/dl
menjadi 32,70 mg/dl. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kadar HDL serum tikus
telah tergolong dalam klasifikasi dislipidemia menurut Hartoyo et al. (2008) yang
menyebutkan bahwa kadar normal HDL serum tikus adalah >35 mg/dl.
Data yang dihasilkan setelah pemberian terapi berupa rata-rata kadar HDL pada
4 kelompok penelitian (kontrol negatif, perlakuan 1, perlakuan 2, dan kontrol positif)
disajikan pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.1.
Tabel 4.2 Rata-rata kadar HDL serum
Kelompok Pre-Test
(mg/dl SD)
Post-Test
(mg/dl SD) (mg/dl) %
Kontrol Negatif 43,21 9,87 34,88 2,71 -8,3 -19,2%
Perlakuan 1 27,13 6,84 39,63 6,08 12,50 46%
Perlakuan 2 30,60 4,18 32,48 6,27 1,88 6,1%
Kontrol Positif 28,65 5,68 39,15 6,07 10,5 36,6%
SD: Standar Deviasi
Berdasarkan Tabel 4.2 maka dapat diperoleh diagram rata-rata kadar kolesterol
HDL serum sebagai berikut:
Gambar 4.1 Diagram batang rata-rata kadar HDL serum
43,219,87
27,136,84 29,852,88 28,655,68
34,882,71
39,636,08
32,486,27
39,156,07
0
10
20
30
40
50
60
K(-) P1 P2 K(+)
Ra
ta-r
ata
HD
L s
eru
m
44
Keterangan:
K(-) = Kelompok kontrol negatif dengan pemberian diet dislipidemia.
P1 = Kelompok perlakuan I dengan pemberian diet dislipidemia dan terapi
ekstrak etanol daun kenikir 0,4 mg/gramBB.
P2 = Kelompok perlakuan II dengan pemberian diet dislipidemia dan terapi
ekstrak etanol daun kenikir 0,2 mg/gramBB dan rosuvastatin 0,00045
mg/gramBB.
K(+) = Kelompok kontrol positif dengan pemberian diet dislipidemia dan terapi
rosuvastatin 0,0009 mg/gramBB.
Pada kelompok K(-) didapatkan rata-rata kadar HDL setelah diet dislipidemia
sebesar 43,21mg/dl dan setelah mendapatkan perlakuan sebesar 34,88 mg/dl.
Perubahan rata-rata kadar HDL dari sebelum dan setelah perlakuan adalah mengalami
penurunan sebesar 8,3 mg/dl.
Rata-rata kadar HDL pada kelompok P1 setelah diet dislipidemia sebesar
27,13 mg/dl dan setelah mendapatkan perlakuan didapatkan hasil sebesar 39,63
mg/dl. Perubahan kadar HDL secara rata-rata dari sebelum dan setelah perlakuan
adalah mengalami peningkatan sebesar 12,50 mg/dl.
Hasil pemeriksaan kelompok P2 didapatkan rata-rata kadar HDL setelah diet
dislipidemia sebesar 30,60 mg/dl dan setelah mendapatkan perlakuan didapatkan
hasil sebesar 32,48 mg/dl. Perubahan rata-rata kadar HDL sebelum dan setelah
perlakuan adalah mengalami peningkatan sebesar 1,88 mg/dl.
Pada kelompok K(+) didapatkan rata-rata kadar HDL setelah diet dislipidemia
sebesar 28,65 mg/dl dan setelah mendapatkan perlakuan didapatkan hasil sebesar
39,15 mg/dl. Perubahan kadar HDL secara rata-rata dari sebelum dan setelah
perlakuan adalah mengalami peningkatan sebesar 10,5 mg/dl.
Rata-rata kadar kolesterol HDL kelompok P1 pada Gambar 4.1 menunjukkan
bahwa hasil yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lain (K(-),
P2, dan K(+)). Kelompok P1 dan P2 dengan nilai delta rata-rata kadar HDL pre test
dan post test, yaitu 12,50 mg/dl dan 1,88 mg/dl, memiliki pengaruh dalam
Top Related