OTOMOTIF -...

1

Transcript of OTOMOTIF -...

Page 1: OTOMOTIF - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/4049/1baa0927_Jun18-RamayanaLestariSentosaTbk.pdf · petani yang masih mendapatkan air melalui irigasi teknis atau sumber

OTOMOTIF 35 Selasa, 31 Juli 2018

PROPERTI BAHAN BANGUNAN

�PRODUKSI PANGAN

Musim Tanam Padi Diperkirakan Tertunda

JAKARTA — Penanaman padi untuk musim tanam kemarau yang seharusnya dimulai pada Agustus—September diperkirakan tertunda sei-ring dengan kekeringan yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa.

Andreas menyebutkan lebih dari 50% anggota AB2TI yang tersebar di 85 kabupaten di Indonesia me-laporkan adanya kekeringan.

Salah satu wilayah yang dilanda kekeringan tersebut adalah Lamongan, Jawa Timur. Di beberapa tempat di Lamongan dilaporkan bahwa petani hanya bisa memanen 20%—65% dari produksi biasanya.

Hal yang sama juga dilaporkan terjadi di beberapa lokasi di dae-rah lain seperti Karanganyar—Jawa Tengah, juga Aceh, dan sebagian Sumatra Selatan oleh jaringan AB2TI.

“Itu yang laporan jaringan kami di Lamongan. Namun, ini kami sedang lakukan studinya, survei-survei di beberapa wilayah, sehingga nanti kami bisa sampaikan sesungguhnya sekritis apa atau mungkin sebaliknya,

seaman apa kira-kira produksi di 2018 ini, untuk padi khususnya,” jelasnya saat dihubungi Bisnis, Senin (30/7).

Menurutnya, akan lebih baik jika kalangan petani menanam tanaman palawija untuk sementara hingga musim penghujan tiba guna meng-hindari kemungkinan gagal panen.

“Saran kami ya, jangan menanam padi lagi sampai ada hujan. Jangan nekat lah. Kalaupun mau melan-jutkan, lebih baik tanam palawaija untuk saat ini,” katanya.

Anjuran untuk tidak menanam padi, tak hanya disampaikan bagi pe-tani yang saat ini lahannya mengalami kekeringan parah hingga mengganggu produksi tanaman, tetapi juga untuk petani yang masih mendapatkan air melalui irigasi teknis atau sumber lain seperti pemompaan.

Hal ini, untuk mengantisipasi jika kondisi kekeringan berlangsung lama, apalagi hingga melewati Oktober tahun ini. “Walaupun di situ ada irigasi teknis, walaupun sumber air memadai melalui pemompaan mi-salnya tapi saran saya [lebih baik menanam] palawija karena meng-antisipasi jangan-jangan molor ini panasnya,” tambahnya. (Juli E.R.Manalu)

�KOMODITAS GULA

PTPN X Prioritaskan Giling Tebu Petani

SURABAYA — BUMN Perkebunan yang berbasis di Jawa Timur, PTPN X,

memprioritaskan penggilingan tebu yang dipasok dari petani, yakni sekitar 140.000

ton untuk segera disetor ke Perum Bulog selaku penyerap.

Peni [email protected]

Direktur Komersial PTPN X Slamet Djumantoro mengatakan proses giling tebu perseroan telah mencapai 30% dari target produksi gula tahun ini yang sebanyak 350.000 ton.

“Dari total produksi gula kami, sekitar 65% adalah milik petani, dan 35%-nya milik perseroan. Ini yang punya petani kita giling duluan. Kalau sudah, baru punya kita, kira-kira September sudah tutup giling,” ujarnya seusai pembayaran perdana pembelian gula petani PTPN X oleh Perum Bulog, Senin (30/7).

Dia mengatakan saat ini rata-rata rendemen gula di PTPN X sudah mencapai 8,7%. Menurutnya, rendemen tersebut sudah cukup efi sien dan pabriknya sudah mampu memproduksi gula sesuai de-ngan kualitas yang disyarat-kan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).

Pada 2017, PTPN X mam-pu memproduksi gula 343.747

ton dengan rata-rata rendemen sebesar 7,93% dan produktivi-tas lahan sebesar 5,97 ton/ha. Dari kinerja tersebut, perseroan pun berhasil membukukan laba konsolidasi Rp48 miliar.

Dia menambahkan, PTPN X sendiri telah menggandeng tim survei independen PT Sucofi n-do untuk menganalisis kualitas gula produksi. Berdasarkan hasil survei tersebut, gula produksi PTPN X dinyatakan memenuhi SNI sehingga layak dikonsumsi oleh masyarakat.

“Sekarang ini gula kita sudah SNI semua, dan sudah tidak ada yang tidak SNI sesuai aturan pemerintah. Dengan begitu, Pe-rum Bulog [selaku penyerap] tidak akan mengalami kesulitan dalam hal penjualan gula ke pasar,” imbuh Slamet.

Sebagaimana diketahui, Pe-rum Bulog sepakat untuk me-nyerap 600.000 ton gula milik petani tebu dari sejumlah Perke-bunan Nusantara (PTPN) pada musim giling tahun ini dengan harga Rp9.700/kg.

Wakadivre Bulog Jatim Ce-cep Panji Nandia mengatakan untuk menyerap gula petani rakyat tahap pertama, Bulog akan menyiapkan sekitar Rp685 miliar. “Pada tahap pertama, kami akan menyerap 71.000 ton gula milik beberapa PTPN, termasuk PTPN X,” ujarnya.

Khusus gula PTPN X, lan-jutnya, akan diserap sebanyak

28.000 ton. Pada tahap pertama dari PTPN X ini sudah dilaku-kan pembelian sebanyak 10.477 ton gula senilai Rp101,6 miliar. Dia menambahkan, pembelian gula petani pada tahap pertama sebanyak 10.477 ton tersebut diambil dari produksi gula PG Gempolkrep milik PTPN X pada Rabu (25/7) lalu.

Cecep berjanji akan responsif dalam pembayaran gula petani. Hal ini merupakan bentuk ko-mitmen sinergi BUMN antara Holding Perkebunan Nusantara dan Perum Bulog dalam meng-emban amanah dari Kementerian BUMN untuk menyerap gula petani.

Menurut Slamet, acara pem-bayaran pembelian gula oleh Bulog tersebut membuktikan bahwa penjualan gula petani tidak lagi menjadi permasalahan.

“Harapan kami ke depannya adalah petani tebu dapat lebih fokus dalam pengelolaan lahan, di mana angka rendemen dan produktivitas dapat meningkat setiap periode,” ujarnya.

HARGA TERUKURDi sisi lain, kalangan peta-

ni tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) berharap

agar harga gula milik petani bisa terukur dengan baik.

Ketua DPD APTRI PTPN X Mubin mengatakan para petani bersyukur bahwa pemerintah melalui Perum Bulog bersedia membeli gula petani dengan harga Rp9.700/kg. Harga ter-sebut, katanya, cukup terukur karena tidak membebani petani maupun konsumen.

“Kami tidak ingin keuntung-an yang banyak yang penting terukur, karena kalau pada saat kami tidak panen raya, kami juga menjadi konsumen,” katanya .

Dia menjelaskan tahun lalu, gula petani hanya dibeli sekitar Rp9.400/kg.

Namun, dengan kebijakan yang diambil pemerintah, petani bisa merasakan harga Rp9.700/kg meskipun sebelumnya tim APTRI menginginkan harga Rp10.500/kg.

“Yang penting sekarang ba-gaimana petani meningkatkan kompetensi masing-masing su-paya bisa mencapai rendemen yang bagus,” katanya.

Dia menambahkan pihaknya berharap dengan harga pem-belian gula petani oleh Bulog tersebut dapat mengerek harga pasaran sehingga meningkatkan pendapatan petani tebu.

�PENCEGAHAN PENYAKIT HEWAN

Kementan Gandeng FAOJAKARTA — Pemerintah meng-

gandeng lembaga pangan dunia FAO untuk mengimplementasikan program pencegahan munculnya penyakit infeksi baru pada ternak.

Direktur Kesehatan Hewan Ke-menterian Pertanian Fadjar Sumping mengatakan dengan pertumbuhan populasi, globalisasi, dan degradasi lingkungan yang terjadi sangat cepat, Indonesia merupakan salah satu ne-gara yang dikenal sebagai ‘hotspot’ di Asia Tenggara atau negara yang berisiko tinggi terkena pandemik penyakit infeksi baru seperti flu burung dan Mers-COV.

“Para ahli memperkirakan lima penyakit baru pada manusia muncul tiap tahun, tiga di antaranya ber-sumber dari binatang atau bersifat zoonosis. Apabila pengendalian pe-nyakit zoonosis yang bersumber dari hewan tidak dilakukan dengan baik, risiko yang timbul lebih besar dari nilai ekonomi karena menyangkut nyawa manusia,” katanya dalam ke-terangan resmi yang diterima Bisnis, Senin (30/7).

Fadjar menjelaskan, selama hampir 3 tahun terakhir pihaknya aktif me-ningkatkan kemampuan para petugas kesehatan di lapangan untuk bisa mendeteksi secara dini, mencegah,

dan mengendalikan ancaman pan-demik tersebut.

Dia menambahkan, pihaknya juga menggandeng semua pihak terkait melalui pendekatan yang disebut “one health”.

Pendekatan ini melibatkan berba-gai sektor pemerintahan, termasuk Kementerian Kesehatan, Badan Pe-rencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kemenko PMK, Kementerian Perdagangan, asosiasi peternak hingga lembaga internasional.

Sementara itu, Team Leader FAO Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases (ECTAD) Indone-sia James Mc Grane menyebutkan program EPT2 memang difokuskan untuk membantu Pemerintah Indo-nesia dalam mendeteksi virus yang berpotensi menjadi pandemik.

Selain itu, ada juga upaya untuk meningkatkan kapasitas laboratori-um dalam mendukung pengawasan, dan meningkatkan kemampuan respons petugas baik di pusat ma-upun di daerah.

“Program ini juga difokuskan un-tuk mencegah ancaman resistensi antimikroba yang sudah menjadi isu global,” jelasnya. (Juli E.R.Manalu)

�Perum Bulog sepa-kat untuk menyerap 600.000 ton gula milik petani tebu dari sejumlah PTPN pada musim giling tahun ini dengan harga Rp9.700/kg.

Bisnis/Paulus Tandi Bone

Petani memeriksa garam yang baru dipanen di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Minggu (29/7). Pemerintah bersiap melakukan uji coba sistem resi gudang yang diharapkan bisa menjaga stabilitas harga garam nasional saat periode panen raya garam rakyat yang dimulai pada semester II tahun ini.

�RESI GUDANG

86.206ton

99.860ton

202.936ton

768.939ton

1.186.515ton

JawaBarat

SumatraSelatan

JawaTengah

Lampung JawaTimur

3,43% 3,82%

Produksi**

Pangsa Pasar

9,45% 30,29% 48,26%

Sentra ProdusenTebu Nasional2017*

P

Sumber: Kementerian Pertanian

BISNIS/BISNIS/TRI UTOMOTRI UTOMOBISNIS/TRI UTOMO

Ket: *angka estimasi, **dalam bentuk gula hablur

A G R I B I S N I S

langgeng
Rectangle
langgeng
Rectangle
langgeng
Typewriter
31 Juli 2018, Bisnis Indonesia|Hal.35