otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

download otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

of 28

Transcript of otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    1/28

    1

    OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS TIPE MALIGNA

    A. DEFINISI

    Suatu infeksi kronik pada telinga tengah dan kavitas mastoid, dengan

    discharge yang keluar berulang atau otorrhoea melalui perforasi membran timpani.1

    Secret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. Dulu kita kenal sebagai

    otitis media perforata (OMP). Orang awam biasa menyebutnya congek.2

    Otitis media supuratif kronik tipe maligna adalah OSMK yang disertai

    dengan kolesteatoma. OSMK ini dikenal dengan OSMK tipe bahaya atau OSMKtipe tulang, perforasi pada OSMK tipe bahaya letaknya marginal atau atik, kadang-

    kadang terdapat kolesteatoma dengan perforasi subtotal. Kolesteatoma adalah suatu

    kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus

    lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar.2

    A. ANATOMI

    Gb.1 Anatomi Telinga

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    2/28

    2

    Telinga tengah berbentuk kubus dengan:2

    - Batas luar : Membrane timpani

    - Batas depan : Tuba eustachius

    - Batas bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)

    - Batas belakang : Aditus et antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

    - Batas atas : Tegmen timpani (meningen/otak)

    - Batas dalam :Berturut-turut dari atas kebawah kanalis semisirkularis

    horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round

    window) dan promontorium.

    Gb.2 Anatomi Telinga Tengah

    Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila diliat dari arah liang

    telingan dan terlihat obliq terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida,

    sedangkan bagian bawah pars tensa. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik.

    Ditempat ini terdapat aditus ad antrum yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah

    dengan antrum mastoid. 2

    Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut

    sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kearah bawah yaitu

    pada pukul 7 pada membrane timpani kiri dan pada pukul 5 pada membrane timpani

    kanan. Reflek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh

    membrane timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkular dan radier.

    Serabut inilah yang menimbulkan cahaya berupa kerucut. Secara klinis reflek cahaya ini

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    3/28

    3

    dinilai, misalnya bila letak reflek cahaya mendatar berarti terdapat gangguan pada tuba

    eustachius.2

    Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dari

    prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga

    didapatkan bagian atas depan, atas belakang, bawah depan serta bawah belakang, untuk

    menyatakan letak perforasi membrane timpani.2

    Gb.3 Membra Timpani

    Kavum timpani terdiri dari :3,4

    1. Tulang-tulang pendengaran ( maleus, inkus, stapes).

    2. Dua otot.

    3. Saraf korda timpani.

    4. Saraf pleksus timpanikus.

    Tulang-tulang pendengaran terdiri dari :3,4

    1. Malleus ( hammer / martil).

    2. Inkus ( anvil/landasan)

    3. Stapes ( stirrup / pelana)

    Malleus

    Malleus adalah tulang yang paling besar diantara semua tulang-tulang

    pendengaran dan terletak paling lateral, leher, prosesus brevis (lateral), prosesus anterior,

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    4/28

    4

    lengan (manubrium). panjangnya kira-kira 7,5 sampai 9,0 mm. Kepala terletak pada

    epitimpanum atau didalam rongga atik, sedangkan leher terletak dibelakang pars flaksida

    membran timpani. Manubrium terdapat didalam membrane timpani, bertindak sebagai

    tempat perlekatan serabut-serabut tunika propria. Ruang antara kepala dari maleus dan

    membran Shrapnell dinamakan Ruang Prussak. Maleus ditahan oleh ligamentum maleus

    anterior yang melekat ke tegmen dan juga oleh ligamentum lateral yang terdapat diantara

    basis prosesus brevis dan pinggir lekuk Rivinus.4

    Incus

    Inkus terdiri dari badan inkus ( corpus) dan 2 kaki yaitu : prosesus brevis dan

    prosesus longus. Sudut antara prosesus brevis dan longus membentuk sudut lebih kurang

    100 derajat. Inkus berukuran 4,8 mm x 5,5 mm pada pinggir dari corpus, prosesus longus

    panjangnya 4,3 mm-5,5 mm. Inkus terletak pada epitimpanum, dimana prosesus brevis

    menuju antrum, prosesus longus jalannya sejajar dengan manubrium dan menuju ke

    bawah. Ujung prosesus longus membengkok kemedial merupakan suatu prosesus yaitu

    prosesus lentikularis. Prosesus ini berhubungan dengan kepala dari stapes. Maleus dan

    inkus bekerja sebagai satu unit, memberikan respon rotasi terhadap gerakan membran

    timpani melalui suatu aksis yang merupakan suatu garis antara ligamentum maleusanterior dan ligamentum inkus pada ujung prosesus brevis. Gerakan-gerakan tersebut

    tetap dipelihara berkesinambungan oleh inkudomaleus. Gerakan rotasi tersebut diubah

    menjadi gerakan seperti piston pada stapes melalui sendi inkudostapedius.4

    Stapes

    Merupakan tulang pendengaran yang teringan, beratnya hanya 2,5 mg, tingginya

    4mm-4,5 mm. Stapes terdiri dari kepala, leher, krura anterior dan posterior dan telapak

    kaki ( foot plate), yang melekat pada foramen ovale dengan perantara ligamentum

    anulare.4

    Tendon stapedius berinsersi pada suatu penonjolan kecil pada permukaan

    posterior dari leher stapes. Kedua krura terdapat pada bagian leher bawah yang lebar dan

    krura anterior lebih tipis dan kurang melengkung dari pada posterior. Kedua berhubungan

    dengan foot plate yang biasanya mempunyai tepi superior yang melengkung, hampir

    lurus pada tepi posterior dan melengkung di anterior dan ujung posterior. panjang foot

    plat e 3 mm dan lebarnya 1,4 mm, dan terletak pada fenestra vestibuli dimana ini melekat

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    5/28

    5

    pada tepi tulang dari kapsul labirin oleh ligamentum anulare Tinggi stapes kira-kira 3,25

    mm.4

    Otot-otot pada kavum timpani.

    Terdiri dari : otot tensor timpani ( muskulus tensor timpani) dan otot stapedius (

    muskulus stapedius) Otot tensor timpani adalah otot kecil panjang yang berada 12 mm

    diatas tuba eustachius. Otot ini melekat pada dinding semikanal tensor timpani. Kanal ini

    terletak diatas liang telinga bagian tulang dan terbuka kearah liang telinga sehingga

    disebut semikanal. Serabut -serabut otot bergabung dan menjadi tendon pada ujung

    timpanisemikanal yang ditandai oleh prosesus kohleoform. Prosesus ini membuat tendon

    tersebut membelok kearah lateral kedalam telinga tengah. Tendon berinsersi pada bagian

    atas leher maleus. Muskulus tensor timpani disarafi oleh cabang saraf kranial ke 5. kerja

    otot ini menyebabkan membran timpani tertarik kearah dalam sehingga menjadi lebih

    tegang dan meningkatkan frekuensi resonansi system penghantar suara serta melemahkan

    suara dengan freksuensi rendah.4

    Otot stapedius adalah otot yang relatif pendek. Bermula dari dalam kanalnya

    didalam eminensia piramid, serabut ototnya melekat ke perios kanal tersebut. Serabut-

    serabutnya bergabung membentuk tendon stapedius yang berinsersi pada apek posteriorleher stapes. M. Stapedius disarafi oleh salah satu cabang saraf kranial ke 7 yang timbul

    ketika saraf tersebut melewati m. stapedius tersebut pada perputarannya yang kedua.

    Kerja m. stapedius menarik stapes ke posterior mengelilingi suatu pasak pada tepi

    posterior basis stapes. Keadaan ini stapes kaku, memperlemah transmisi suara dan

    meningkatkan frekuensi resonansi tulang-tulang pendengaran.4

    Saraf Korda timpani

    Merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke kavum timpani dari kanalikulus

    posterior yang menghubungkan dinding lateral dan posterior. Korda timpani memasuki

    telinga tengah bawah pinggir posterosuperior sulkus timpani danberjalan keatas depan

    lateral keprosesus longus dari inkus dan kemudian ke bagian bawah leher maleus

    tepatnya diperlekatan tendon tensor timpani. Setelah berjalan kearah medial menuju

    ligamentum maleus anterior, saraf ini keluar melalui fisura petrotimpani. Korda timpani

    juga mengandung jaringan sekresi parasimpatetik yang berhubungan dengan kelenjar

    ludah sublingual dan submandibula melalui ganglion submandibular. Korda timpani

    memberikan serabut perasa pada 2/3 depan lidah bagian anterior.4

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    6/28

    6

    Saraf fasial

    Saraf fasial terutamaterdiri dari dua komponen yang berbeda, yaitu :4

    1. Saraf motorik untuk otot-otot yang berasal dari lengkung brankial kedua

    (faringeal) yaitu otot ekspresi wajah, stilohioid, posterior belly m. Digastrik dan

    m. stapedius.

    2. Saraf intermedius yang terdiri dari saraf sensori dan sekretomotor parasimpatetis

    preganglionik yang menuju ke semua glandula wajah kecuali parotis.

    Vaskularisasi kavum timpani

    Pembuluh-pembuluh darah yang memberikan vaskularisasi kavum timpani

    adalah arteri-arteri kecil yang melewati tulang yang tebal. Sebagian besar pembuluh

    darah yang menuju kavum timpani berasal dari cabang arteri karotis eksterna. Pada

    daerah anterior mendapat vaskularisasi dari a. timpanika anterior, yang merupakan

    cabang dari a. maksilaris interna yang masuk ke telinga tengah melalui fisura

    petrotimpanika. Pada daerah posterior mendapat vaskularisasi dari a. timpanika psoterior,

    yang merupakan cabang dari a. mastoidea yaitu a. stilomastoidea. Pada daerah superior

    mendapat perdarahan dari cabang a. meningea media juga a. petrosa superior, a.

    timpanika superior dan ramus inkudomalei. Pembuluh vena kavum timpani berjalanbersama-sama dengan pembuluh arteri menuju pleksus venosus pterigoid atau sinus

    petrosus superior. Pembuluh getah bening kavum timpani masuk ke dalam pembuluh

    getah bening retrofaring atau ke nodulus limfatikus parotis.4

    Tuba Eustachius

    Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. bentuknya

    seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani

    dengan nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah,

    depan dan medial dari telinga tengah 13 dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.

    2,4

    Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :4

    1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).

    2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).

    Bagian tulang sebelah lateral berasal dari dinding depan kavum timpani, dan

    bagian tulang rawan medial masuk ke nasofaring. Bagian tulang rawan ini berjalan kearah

    posterior, superior dan medial sepanjang 2/3 bagian keseluruhan panjang tuba (4 cm),

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    7/28

    7

    kemudian bersatu dengan bagian tulang atau timpani. Tempat pertemuan itu merupakan

    bagian yang sempit yang disebut ismus. Bagian tulang tetap terbuka, sedangkan bagian

    tulang rawan selalu tertutup dan berakhir pada dinding lateral nasofaring. Pada orang

    dewasa muara tuba pada bagian timpani terletak kira-kira 2-2,5 cm, lebih tinggi

    dibanding dengan ujungnya nasofaring. Pada anak-anak, tuba pendek, lebar dan letaknya

    mendatar maka infeksi mudah menjalar dari nasofaring ke telinga tengah. Tuba dilapisi

    oleh mukosa saluran nafas yang berisi sel-sel goblet dan kelenjar mucus dan memiliki

    lapisan epitel bersilia didasarnya. Epitel tuba terdiri dari epitel selinder berlapis dengan

    sel selinder. Disini terdapat silia dengan pergerakannya ke arah faring. Sekitar ostium

    tuba terdapat jaringan limfosit yang dinamakan tonsil tuba.2,4

    Otot yang berhubungan dengan tuba eustachius yaitu :4

    1. M. tensor veli palatini

    2. M. elevator veli palatini

    3. M. tensor timpani

    4. M. salpingofaringeus

    Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga yaitu mempertahankan

    keseimbangan tekanan udara didalam kavum timpani dengan tekanan udara luar, drenase

    sekret dari kavum timpani ke nasofaring dan menghalangi masuknya sekret darinasofaring ke kavum timpani.

    2,4

    Prosesus Mastoideus

    Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke

    kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral

    fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak dibawah duramater pada daerah ini. Pada

    dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Aditus antrum mastoid adalah suatu

    pintu yang besar iregular berasal dari epitisssmpanum posterior menuju rongga antrum

    yang berisi udara, sering disebut sebagai aditus ad antrum. Dinding medial merupakan

    penonjolan dari kanalis semisirkularis lateral. Dibawah dan sedikit ke medial dari

    promontorium terdapat kanalis bagian tulang dari n. fasialis. Antrum mastoid adalah sinus

    yang berisi udara didalam pars petrosa tulang temporal. Berhubungan dengan telinga

    tengah melalui aditus dan mempunyai sel-sel udara mastoid yang berasal dari dinding-

    dindingnya.4

    Antrum sudah berkembang baik pada saat lahir dan pada dewasa mempunyai

    volume 1 ml, panjang dari depan kebelakang sekitar 14 mm, daria atas kebawah 9mm dan

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    8/28

    8

    dari sisi lateral ke medial 7 mm. Dinding medial dari antrum berhubungan dengan kanalis

    semisirkularis posterior dan lebih ke dalam dan inferiornya terletak sakus endolimfatikus

    dan dura dari fosa kranii posterior. Atapnya membentuk bagian dari lantai fosa kranii

    media dan memisahkan antrum dengan otak lobus temporalis. Dinding posterior terutama

    dibentuk oleh tulang yang menutupi sinus. Dinding lateral merupakan bagian dari pars

    skumosa tulang temporal dan meningkat ketebalannya selama hidup dari sekitar 2 mm

    pada saat lahir hingga 12-15 mm pada dewasa. Prosesus mastoid sangat penting untuk

    sistem pneumatisasi telinga. Pneumatisasi didefinisikan sebagai suatu proses

    pembentukan atau perkembangan rongga-rongga udara didalam tulang temporal, dan sel-

    sel udara yang terdapat didalam mastoid adalah sebagian dari sistem pneumatisasi yang

    meliputi banyak bagian dari tulang temporal. Sel-sel prosesus mastoid yang mengandung

    udara berhubungan dengan udara didalam telinga tengah. Bila prosesus mastoid tetap

    berisi tulang-tulang kompakta dikatakan sebagai pneumatisasi jelek dan sel-sel yang

    berpneumatisasi terbatas pada daerah sekitar antrum. 4

    B. KLASIFIKASI

    OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :2,4

    1.

    Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars

    tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit.

    Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba

    eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang

    gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran

    bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi

    sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan

    hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi

    dan mukosiliar yang jelek.2,4

    Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:

    a. Penyakit aktif

    Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului

    oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah

    berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari

    mukoid sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum

    sampai perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang besar

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    9/28

    9

    pada liang telinga luas. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan

    penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila

    tindakan konservatif gagal untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada

    mesotimpanum dengan atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang-

    kadang adanya sekret yang berpulsasi diatas kuadran posterosuperior.4

    b. Penyakit tidak aktif

    Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan

    mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif

    ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh

    dalam telinga.4

    Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani :4

    1. Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis.

    2. Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis.

    3. Mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat yang

    terkontaminasi.

    4. Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia.

    5. Otitis media supuratif akut yang berulang.

    2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang

    Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit

    atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya

    kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan

    kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega,

    berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis.2,4

    Tabel Perbedaan Antara Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Benigna &

    Maligna5

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    10/28

    10

    C. ETIOLOGI

    Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,

    jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring

    (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba

    Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang

    dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Downs syndrom. Adanya tuba patulous,

    menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di

    Amerika Serikat. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi

    adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia)

    dan cell-mediated (seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest

    sebagai sekresi telinga kronis.3,4

    Penyebab OMSK antara lain: 4,5

    1. Lingkungan

    Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi

    mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi,

    dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi.

    Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secaraumum, diet, tempat tinggal yang padat.

    2. Genetik

    Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah

    insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai

    faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis

    media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.

    3. Otitis media sebelumnya.

    Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari

    otitis media akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui factor

    apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi

    keadaan kronis

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    11/28

    11

    4. Infeksi

    Bakteri yang di isolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir

    tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode

    kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah

    Gram-negatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme lainnya.

    5. Infeksi saluran nafas atas

    Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran

    nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah

    menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara

    normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan

    bakteri.

    6. Autoimun

    Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar

    terhadap otitis media kronis.

    7.

    AlergiPenderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi

    dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian

    penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-

    toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.

    8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

    Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh

    edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih

    belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan

    untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa

    tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.

    Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran

    timpani menetap pada OMSK :4

    - Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan

    produksi sekret telinga purulen berlanjut.

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    12/28

    12

    - Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan

    pada perforasi.

    - Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui

    mekanisme migrasi epitel.

    - Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan

    yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga

    mencegah penutupan spontan dari perforasi.

    Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah

    supuratif menjadi kronis majemuk, antara lain :4

    - Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.

    - Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.

    - destruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total

    - Perforasi membran timpani yang menetap.

    - Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya

    pada telinga tengah.

    - Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid. Hal ini dapat

    disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasiatau timpanosklerosis.

    - Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di

    mastoid.

    - Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau

    perubahan mekanisme pertahanan tubuh.

    D. PATOFISIOLOGI

    Otitis Media Supuratif Kronik tipe Maligna yaitu Suatu infeksi kronik pada

    telinga tengah dan kavitas mastoid, dengan discharge yang keluar berulang atau

    otorrhoea melalui perforasi membrane timpani.1 yang disertai dengan kolesteatoma.

    1,2

    Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel

    (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma

    bertambah besar.2

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    13/28

    13

    Kolesteatoma dapat dibagi atas dua jenis :2,4

    1. Kolesteatoma kongenital yang terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan

    pada telinga dengan membrane timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi. Lokasi

    kolesteatom biasanya terletak di kavum timpani, daerah petrosus mastoid atau

    di cerebellopontin angle. Kolesteatoma di cerebellopontin angle sering

    ditemukan secara tidak sengaja oleh ahli saraf.

    2. Kolesteatoma akuisital, yang terbentuk setelah anak lahir. jenis ini terbagi atas

    dua :

    a. Kolesteatoma akuisital primer

    Kolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrane timpani.

    Kolesteatoma timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membrane timpani

    pars flasida karena adanya tekanan negative di telinga tengah akibat gangguan

    tuba (teori invaginasi)

    b. Kolesteatoma akuisital sekunder

    Kolesteatoma terbentuk setelah adanya perforasi membran timpani.

    Kolesteatom terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang

    telinga (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani

    karena iritasi infeksi yang berlangsung lama (teori metaplasi).

    Banyak teori yang diajukan sebagai penyebab kolesteatom didapat primer, tetapi

    sampai sekarang belum ada yang bisa menunjukan penyebab yang sebenarnya.

    Teori-teori itu antara lain : 4

    1. Tekanan negatif dalam atik, menyebabkan invaginasi pars flasida dan

    pembentukan kista.

    2. Metaplasia mukosa telinga tengah dan atik akibat infeksi

    3. Hiperplasia invasif diikuti terbentuknya kista dilapisan basal epidermis pars

    flasida akibat iritasi oleh infeksi.

    4. Sisa-sisa epidermis kongenital yang terdapat di daerah atik.

    5. Hiperkeratosis invasif dari kulit liang telinga bagian dalam

    Massa kolesteatoma ini akan menekan dan mendesak organ disekitarnya serta

    menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis terhadap tulang

    diperhebat oleh karena pembentukan reaksi asam oleh pembusukkan bakteri. Proses

    nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis, meningitis dan

    abses otak.2

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    14/28

    14

    Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tempat pertumbuhan kuman

    (infeksi), yang paling sering adalah proteus dan pseudomonas aeruginosa. Sebaliknya,

    infeksi dapat memicu respon imun local yang mengakibatkan produksi berbagai mediator

    inflamasi dari berbagai sitokin. Sitokin yang di identifikasi terdapat pada matrik

    kolesteatoma adalah interleukin-1 (IL-1), interleukin-6, tumor necrosis factor-a (TNF-a)

    dan transforming growth factor (TGF). Zat-zat ini dapat menstimulasi sel-sel keratinosit

    matriks kolesteatoma bersifat hiperproliferatif, destruktif dan mampu berangiogenesis.2

    Jenis perforasi membrane timpani :2

    Ada 3 tipe perforasi membran timpani berdasarkan letaknya, yaitu :

    1.

    Perforasi sentral (sub total).

    Letak perforasi di sentral dan pars tensa membran timpani. Seluruh tepi

    perforasi masih mengandung sisa membran timpani.

    2. Perforasi marginal.

    Sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus

    timpanikum.

    3. Perforasi atik.

    Letak perforasi di pars flaksida membran timpani, berhubungan dengan

    primary acquired cholesteatoma.

    E. PENEGAKKAN DIAGNOSA

    1. Anamnesa

    1. Telinga berair(otorrhoe)

    Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan

    encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh

    aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak,

    cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai

    reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.

    Keluarnya secret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat

    disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar

    setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai

    adanya sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor

    memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-

    keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganasunsur mukoid

    dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    15/28

    15

    secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan

    granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang

    mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah

    kemungkinan tuberkulosis.1,4

    2. Gangguan pendengaran

    Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.

    Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.

    Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat,

    karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan

    efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang

    dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan

    dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan

    pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak

    perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran

    suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli

    konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali

    juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambangpendengaran yang didapat harus di interpretasikan secara hati-hati. Penurunan

    fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi

    karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel

    labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif

    akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi

    kohlea.1,4

    3. Otalgia (nyeri telinga)

    Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan

    suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya

    drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan

    pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau

    ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin

    oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang

    komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus

    lateralis. 1,

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    16/28

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    17/28

    17

    tergantung dari hasil pemeriksaan (audiometri atau test berbisik). Derajat

    ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan intensitas

    pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang ekivalen

    dengan skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran

    menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.4

    Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran :4

    - Normal : -10 dB sampai 26 dB

    - Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB

    - Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB

    -

    Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB

    - Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB

    - Tuli total : lebih dari 90 dB.

    Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi

    kohlea. Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan

    tulang serta penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat

    diperkirakan, dan bisa ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk

    perbaikan pendengaran. Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bias

    membantu :4

    1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB

    2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif

    30-50 dB apabila disertai perforasi.

    3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih

    utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.

    4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagai manapun keadaan

    hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.

    Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian pendenga randengan

    menggunakan garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur dengan masking adalah

    dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli campur.

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    18/28

    18

    5. Pemeriksaan Radiologi.

    a. Proyeksi Schuller

    Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas.

    Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus

    lateral dan tegmen.

    b. Proyeksi Mayer atau Owen,

    Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran

    tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah

    kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.

    c. Proyeksi Stenver

    Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih

    jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis

    semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang

    sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran.

    d. Proyeksi Chause III

    Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat

    memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau

    CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.

    6. Kultur

    TANDA KLINIS

    Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :4

    1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular

    2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.

    3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)

    4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

    F. TERAPI

    Prinsip dari OMSK tibe maligna adalah pembedahan yaitu mastoidektomi.

    Terapi konservatif medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum

    dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum

    mastoidektomi.

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    19/28

    19

    I. Terapi Pembedahan

    Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada

    OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain: 2

    1. Mastoidektomi sederhana (Simple mastoidectomy)

    Operasi ini dilakukan pada OSMK tipe aman atau benigna yang dengan

    pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan

    pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya adalah supaya

    infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran

    tidak diperbaiki.2

    2.

    Mastoidektomi radikal

    Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe maligna dengan infeksi atau

    kolesteatoma yang sudah menyabar luas. Pada operasi ini rongga mastoid dan

    kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara

    liang telinga luar dan tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga

    daerah tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang

    jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intracranial. Fungsi pendengarantidak diperbaiki. Kerugian operasi ini adalah pasien tidak diperbolehkan berenang.

    Pasien harus datang teratur untuk kontrol.2

    3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

    Operasi ini dilakukan pada OMSk dengan kolesteatoma di daerah atik,

    tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan

    dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ini adalah untuk

    membuang jaringa patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan

    pendengaran yang masih ada.2

    4.

    Miringoplasti

    Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal

    dengan timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran

    timpani. Tujuan operasi ini ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga

    tengah pada OMSK tipe aman dengan perforasi menetap. Operasi ini dilakukan

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    20/28

    20

    pada OMSK tipe aman atau benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan

    yang hanya disebabkan oleh perforasi membrane timpani.2

    5. Timpanoplasti

    Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang

    lebih berat atau OMSK tipe aman/benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan

    pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit

    serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain rekonstruksi membrane

    timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran.

    Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka

    dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, dan V. sebelum rekostruksi

    dikerjakan lebih dulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa

    mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang pula

    operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12 bulan. 2

    6. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)

    Operasi ini merupakan teknik timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus

    OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas.Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran

    tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding

    posterior liang telinga). Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di

    kavum timpani, dikerjakan melalui dua jalan (combined approach) yaitu melalui

    liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior.

    Teknik operasi ini pada OMSK tipe bahaya belum disepakatioleh para ahli karena

    sering terjadi kekambuhan kolesteatoma.2

    II. Terapi konservatif

    Ada 3 cara terapi konservatif (medikamentosa) otitis media supuratif kronik

    (OMSK) benigna, yaitu :4

    1. Obat pencuci telinga. Bahannya H2O2 3%. Berikan selama 3-5 hari. Pengobatan

    ini kita berikan bila sekret telinga keluar terus-menerus.

    2. Obat tetes telinga. Lanjutkan memberikan obat tetes telinga yang mengandung

    antibiotik & kortikosteroid setelah sekret yang keluar telah berkurang. Jangan

    berikan selama lebih 1-2 minggu secara berturut-turut. Juga hindari pemberiannya

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    21/28

    21

    pada otitis media supuratif kronik OMSK) tenang. Hal ini disebabkan semua

    antibiotik tetes telinga bersifat ototoksik.

    3. Obat antibiotik. Berikan antibiotik oral golongan ampisilin atau eritromisin

    sebelum hasil tes resistensi obat kita terima. Berikan eritromisin jika pasien alergi

    terhadap golongan penisilin. Berikan ampisilin asam klavulanat bila terjadi

    resistensi ampisilin.

    G. KOMPLIKASI

    Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga

    tengah yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur

    disekitarnya. Pertahanan pertama ini adalah mukosa kavum timpani yang juga

    seperti mukosa saluran napas, mampu melokalisir nyeri. Bila sawar ini runtuh masih

    ada sawar yang kedua yaitu dinding tulang kavum timpani dan mastoid. Bila sawar

    ini runtuh maka struktur lunak disekitarnya akan terkena. Runtuhnya periosteum

    akan menyebabkan terjadinya abses subperiosteal. Apabila infeksi mengarah

    kedalam, ke tulang temporal, maka akan menyebabkan paresis nervus fasialis dan

    labirinitis. Bila infeksi mengarah ke kranial, akan menyebabkan abses ekstradural,

    tromboflebitis sinus lateralis, meningitis dan abses otak. Bila sawar tulangterlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan granulasi akan terbentuk.

    2

    Adams dkk (1989) mengemukakan klasifikasi sebagai berikut :2

    A. Komplikasi ditelinga tengah :

    1. Perforasi persisten

    2. Erosi tulang pendengaran

    3. Paralisis nervus fasial

    B. Komplikasi telinga dalam

    1. Fistel labirin

    2. Labirinitis supuratif

    3. Tuli saraf ( sensorineural)

    C. Komplikasi ekstradural

    1. Abses ekstradural

    2. Trombosis sinus lateralis

    3. Petrositis

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    22/28

    22

    D. Komplikasi ke susunan saraf pusat

    1. Meningitis

    2. Abses otak

    3. Hindrosefalus otitis

    Shambough (2003) membagi komplikasi otitis media menjadi :2

    a. Komplikasi intratemporal

    - Perforasi membrane timpani

    - Mastoiditis akut

    - Paresis n. Fasialis

    - Labirinitis

    - petrositis

    b. Komplikasi ekstratemporal

    - Abses subperiosteal

    c. Komplikasi intracranial

    - Abses otak

    - Tromboplebitis

    -

    Hidrosefalus otikus- Empiema subdura

    - Abses subdural/ ekstradura

    Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3

    macam lintasan : 4

    1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak

    2. Menembus selaput otak.

    3. Masuk kejaringan otak.

    1. Penyebaran ke selaput otak dapat terjadi akibat dari beberapa faktor

    Melalui jalan yang sudah ada, seperti garis fraktur tulang temporal,

    bagian tulang yang lemah atau defek karena pembedahan, dapat memudahkan

    masuknya infeksi. Labirin juga dapat dianggap sebagai jalan penyebaran yang

    sudah ada begitu telah terinfeksi, menyebabkan mudahnya infeksi ke fosa kranii

    media. Jalan lain penyebaran ialah melalui tromboflebitis vena emisaria

    menembus dinding mastoid ke dura dan sinus durameter. Tromboflebitis pada

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    23/28

    23

    susunan kanal haversian merupakan osteitis atau osteomielitis dan merupakan

    faktor utama penyebaran menembus sawar tulang daerah mastoid dan telinga

    tengah. 4

    2. Penyebaran menembus selaput otak.

    Dimulai begitu penyakit mencapai dura, menyebabkan pakimeningitis.

    Dura sangat resisten terhadap penyebaran infeksi, akan menebal, hiperemi, dan

    lebih melekat ketulang. Jaringan granulasi terbentuk pada dura yang terbuka, dan

    ruang subdura yang berdekatan terobliterasi.4

    3. Penyebaran ke jaringan otak.

    Pembentukan abses biasanya terjadi pada daerah diantara ventrikel dan

    permukaan korteks atau tengah lobus serebelum. Cara penyebaran infeksi ke

    jaringan otak ini dapat terjadi baik akibat tromboflebitis atau perluasan infeksi ke

    ruang Virchow Robin yang berakhir didaerah vaskular subkortek.

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    24/28

    24

    KESIMPULAN

    Suatu infeksi kronik pada telinga tengah dan kavitas mastoid, dengan discharge

    yang keluar berulang atau otorrhoea melalui perforasi membrane timpani.1

    yang disertai

    dengan kolesteatoma. OSMK ini dikenal dengan OSMK tipe bahaya atau OSMK tipe

    tulang.2

    Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna yaitu adanya Abses atau fistel

    retroaurikular, jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum

    timpani, pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)dan foto rontgen

    mastoid adanya gambaran kolesteatom.

    Prinsip Terapi dari OMSK tipe maligna adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi

    dg atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dg medikamentosa hanya terapi

    sementara sebelum dilakukan pembedahan.

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    25/28

    25

    DAFTAR PUSTAKA

    1. World Health Organization. 2004. Chronic Suppurative Otitis Media Burden of

    Illness and Management Options. Child and Adolescent Health and Development

    Prevention of Blindness and Deafness. Geneva, Switzerland

    2. Djaafar. Z.A; Helmi; Restuti D.R. 2007. Kelainan Telinga Tengah pada Buku Ajar

    Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Ed. 6, Pg: 64-86.

    Jakarta. FKUI

    3. David Parry, MD et al. 2011. Chronic Suppurative Otitis Media. Diakses pada

    tanggal 29 september 2012 dari http://emedicine.medscape.com/article/859501-

    overview#showall

    4. Muchtar, M. 2010. Otitis Media Supuratif Kronik. Diakses pada tanggal 30

    september 2012 padahttp://magneticmadihah.blogspot.com/2010/09/otitis-media-

    supuatif-kronik-referat.html

    5. Risky & Roni. 2012. Otitis Media Supuratif Kronik.

    http://magneticmadihah.blogspot.com/2010/09/otitis-media-supuatif-kronik-referat.htmlhttp://magneticmadihah.blogspot.com/2010/09/otitis-media-supuatif-kronik-referat.htmlhttp://magneticmadihah.blogspot.com/2010/09/otitis-media-supuatif-kronik-referat.htmlhttp://magneticmadihah.blogspot.com/2010/09/otitis-media-supuatif-kronik-referat.html
  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    26/28

    26

    KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

    ILMU KESEHATAN TELINGA DAN TENGGOROK

    OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK MALIGNA

    OLEH:

    ALI JAHIDIN

    07310013

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MALAHAYATI

    RUMAH SAKIT KABANJAHE

    SUMATRA UTARA

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    27/28

    27

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang

    OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK MALIGNA ini dapat selesai sesuai

    waktunya, makalah ini ditunjukan guna memenuhi tugas akhir Ilmu Kesehatan telinga

    dan tenggorokan.

    Saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan

    makalah ini, makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penyusun

    mengharapkan kritik dan saran guna kesempurnaan makalah ini dan guna perbaikan di

    makalah selanjutnya.

    Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca dan dapat

    bermanfaat bagi Ilmu Kesehatan telinga dan tenggorokan pada khususnya.

  • 8/10/2019 otitis media supuratif kronik tipe maligna.docx

    28/28

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ......................................................................................................... I

    Daftar Isi .................................................................................................................. II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi ................................................................................................. 1

    B. Klasifikasi ............................................................................................ 8

    C.

    Etiologi ................................................................................................. 10

    D. Patofisiologi ......................................................................................... 12

    E. Penegakan diagnosa ............................................................................. 14

    F. Terapi ................................................................................................... 18

    G. Komplikasi ........................................................................................... 21

    KESIMPULAN ........................................................................................................ 24

    DAFTAR PUSTAKA