Orientasi Pola Hidup Sehat
-
Upload
zenaaline1 -
Category
Documents
-
view
222 -
download
2
description
Transcript of Orientasi Pola Hidup Sehat
HASIL ORIENTASI POLA HIDUP SEHAT KKNM UNPAD 2015
(DESA SINDANGANGIN, KECAMATAN LAKBOK, KABUPATEN CIAMIS)
I. Data Umum Posyandu
Poin Pertanyaan Hasil Rincian
Lokasi dan persebaran lembaga kesehatan?
Terdapat 4 Posyandu di Desa Sindangangin yang tersebar pada 3 Dusun.
Dusun Jatibarang: 2Dusun Sarimukti: 1Dusun Sapuangin: 1
Jumlah kader kesehatan Total 20 kader kesehatan.
5 kader/posyandu dan terdapat 4 posyandu
sehingga totalnya menjadi 20 kader.
Kegiatan di posyandu
Kegiatan yang dilakukan adalah menimbang dan mengimunisasi bayi & balita. Pada akhir kegiatan dilakukan rapat perencanaan kegiatan bulan depan bersama dengan para ibu yang hadir.
Dilakukan 1 bulan sekali
Antusiasme warga dengan kegiatan
posyandu
Warga cukup antusias dengan kegiatan di posyandu. Namun jumlah warga yang datang akan tergantung dengan masa bertani di desa tersebut.
Warga biasanya tidak datang jika sedang
melakukan kegiatan bertani.
II. Profil Kesehatan Warga
Poin pertanyaan Hasil Rincian
Penyakit yang sering diderita di Desa Sindangangin.
Influenza
Penyakit terparah yang pernah ditangani kader
Typhus
Ada/tidaknya kasus kanker di desa sindangangin
Kader tidak pernah menangani kasus kanker
Data natalitas-mortalitasData tersebut hanya dimiliki oleh pihak pemerintah desa.
III. Kegiatan Terkait Pola Hidup Sehat
Poin Pertanyaan Hasil Rincian
Jarak kandang ke sumur Kurang lebih 5 meter
Saat observasi di lapangan, terlihat
bahwa jarak kandang ke rumah .
Ada/tidaknya penyuluhan pola hidup
sehatAda
Penanaman tumbuhan obat di depan rumah
Ada tanaman obat yang ditanam di depan rumah
Dari Suku Zingiberaceae (jahe-
jahean)
Kegiatan orientasi pola hidup sehat desa Sindangangin dilakukan dengan
cara observasi langsung terhadap kondisi kesehatan lingkungan dan salah satu
fasilitas kesehatan yang ada di desa Sindangangin. Selain itu, peserta KKN juga
mewawancarai salah satu kader kesehatan desa Sindangangin, yaitu Ibu Rani.
Berdasarkan kegiatan orientasi tersebut, dapat dideskripsikan kondisi kesehatan
lingkungan desa Sindangangin kurang baik.
Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain kondisi saluran air
yang tidak lancar, tempat pembuangan sampah yang tidak tertib, dan juga jarak
antara sumur air dengan kandang ternak yang terlalu dekat. Kondisi saluran air
yang ada di desa Sindangangin kurang baik karena aliran air tidak lancar. Aliran
air yang tidak lancar disebabkan oleh tanaman liar serta lumpur yang terdapat
pada saluran air.
Kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah juga mempengaruhi
kondisi kesehatan lingkungan. Di desa ini jarang ditemukan tempat pembuangan
sampah disetiap rumah warga. Masyarakat desa Sindangangin memiliki kebiasaan
membuang sampah pada suatu tanah kosong, sampah yang telah tertimbun di
tanah kosong tersebut kemudian dibakar. Asap hasil pembakaran sampah tersebut
sebenarnya tidak baik untuk kesehatan tubuh manusia. Selain itu, pembuangan
sampah tidak dipisahkan antara sampah organik dan non organik, sehingga dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan.
Kondisi jarak sumur air yang dekat dengan kandang ternak juga dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil observasi,
terlihat bahwa beberapa rumah warga memiliki kandang ternak yang cukuo dekat
dengan sumur air. Perkiraan jarak antara kandang ternak dan sumur air tersebut
yaitu 3-5 meter. Air sumur yang terkontaminasi oleh kotoran ternak dapat
membahayakan kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan kotoran ternak
tersebut dapat mengandung bakteri Eschericia coli dan Salmonella. Kedua jenis
bakteri tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan. Bakteri E. coli dalam jumlah
yang berlebihan pada tubuh dapat menyebabkan penyakit diare, sedangkan bakteri
Salmonella thypii dapat menyebabkan penyakit demam tifoid. Sebaiknya jarak
aman antara kandang ternak dan sumur air adalah 10 meter. Hal tersebut untuk
mencegah terkontaminasinya sumber air bersih dengan kotoran ternak.
Kondisi kesehatan masyarakat desa Sindangangin cukup baik. Hal ini dapat
dilihat banyak masyarakat desa Sindangangin yang sudah berumur cukup tua
masih dapat melakukan pekerjaan yang cukup berat seperti bertani. Berdasarkan
hasil wawancara dengan salah satu kader kesehatan desa Sindangangin, yaitu Ibu
Rani, beliau mengatakan penyakit yang paling sering diderita oleh masayrakat
desa adalah batuk pilek dan influenza serta penyakit yang paling parah yang
diderita oleh masyarakat adalah tifus. Penyakit batuk pilek dan influenza
disebabkan perubahan cuaca sehingga kondisi imunitas tubuh menurun dan
mudah terserang penyakit. Penyakit tifus pada umumnya disebabkan oleh bakteri
Salmonella thypii. Bakteri tersebut banyak terdapat pada keadaan lingkungan
yang keadaan sanitasinya kurang baik.
Beberapa masyarakat juga mengalami gatal-gatal kulit. Hal ini dikarenakan
kurangnya kesadaran diri untuk menjaga kebersihan diri. Misalnya masyarakat
yang bermata pencaharian sebagai petani setelah mereka melakukan kegiatan di
sawah, biasanya mereka mencuci tangan dan kakinya dengan air irigasi sawah
yang keadaannya keruh dan tidak terjamin kebersihannya. Selain itu, kegatalan
pada kulit juga dapat disebabkan oleh kondisi air tanah yang kurang baik. Kondisi
air tanah yang ada di desa Sindangangin kurang jernih serta sedikit berbau besi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Rani, beliau mengatakan kader
kesehatan disini belum menemukan kasus warga yang mengidap penyakit kanker.
Kami tidak berhasil menemukan data keadaan tingkat mortalitas dan
natalitas di desa Sindangangin ini. Hal ini dikarenakan data tersebut sudah lama
tidak diperbaharui, sehingga data tersebut tidak dapat menggambarkan keadaan
masyarakat saat ini. Kami menyarankan agar data tersebut sering diperbaharui
dalam jangka waktu tertentu, sehingga memudahkan dalam mengetahui kondisi
masyarakat yang terjadi saat itu.
Dalam menangani masalah-masalah kesehatan yang ada, desa Sindangangin
memiliki 4 posyandu yang tersebar pada 3 dusun. Pada dusun Jatibarang terdapat
2 posyandu, dusun Sarimukti memiliki 1 posyandu, dan dusun Sapuangin
memiliki 1 posyandu. Desa Sindangangin tidak memiliki puskesmas, akan tetapi
desa ini memiliki poskesdes. Akan tetapi, masyarakat desa Sindangangin yang
membutuhkan pelayanan puskesmas dapat mengunjungi puskesmas yang terdapat
di desa Sidaharja. Letak puskesmas desa Sidaharja tersebut tidak terlalu jauh dari
desa Sindangangin.
Kondisi fasilitas yang dimiliki oleh desa Sindangangin sendiri terlihat
kurang perawatan. Hal ini dapat dilihat dari salah satu posyandu yang terdapat
pada dusun Jatibarang, yaitu Posyandu Sakura I. Keadaan cat dinding posyandu
sudah mulai terkelupas, pagar kayu yang sudah lapuk, dan besi yang telah
berkarat. Kondisi posyandu yang seperti ini dapat dikatakan kurang layak
digunakan sebagai sarana kesehatan yang seharusnya bersih dan terawat. Hal ini
dapat terjadi karena kurangnya kesadaran untuk memelihara posyandu. Bangunan
posyandu tersebut juga digunakan untuk kegiatan PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini). Selain itu, untuk mengatasi kekurangan tempat pelayanan kesehatan, dalam
melakukan kegiatan pelayanan kesehatan biasanya dilakukan pada salah satu
rumah warga desa.
Gambar 1. Gedung Posyandu Sakura I(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)
Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan dilakukan oleh kader-kader
kesehatan yang ada di desa Sindangangin. Jumlah kader kesehatan yang terdapat
di desa ini adalah 5 orang disetiap posyandu, sehingga total jumlah kader
kesehatan yang terdapat di desa Sindangangin ini adalah 20 orang. Kegiatan
pelayanan kesehatan yang biasanya dilakukan di posyandu adalah pemeriksaan
kesehatan bayi seperti penimbangan berat badan dan pemberian imunisasi pada
bayi dan balita. Kegiatan posyandu tersebut dilaksanakan pada tanggal 13 setiap
bulannya.
Selain pemeriksaan kesehatan terhadap bayi dan balita, para kader kesehatan
juga mengadakan penyuluhan tentang pola hidup sehat. Akan tetapi antusiasme
warga dalam mengikuti kegiatan kesehatan tersebut tergantung dengan masa
bertani di desa Sindangangin. Kegiatan kesehatan banyak diikuti oleh warga desa
apabila kegiatan tersebut tidak diadakan pada masa tanam atau masa panen padi.
Para masyarakat desa Sindangangin juga dihimbau untuk menanam
beberapa jenis tanaman obat sederhana oleh kader kesehatan. Jenis tanaman obat
yang umumnya ditanam antara lain jahe, kunyit, kencur, jeruk, pepaya, sereh, dan
lengkuas. Tanaman-tanaman obat tersebut biasanya ditanam di halaman rumah
warga.