ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi...

84
i ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT SURAKARTA TAHUN 1986-1998 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Pada Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun Oleh: METHADWI UTAMI NIM: C0505037 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi...

Page 1: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

i

ORGANISASI PERANTAU MINANG

SULIT AIR SEPAKAT SURAKARTA

TAHUN 1986-1998

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Pada Jurusan Ilmu Sejarah

Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh:

METHADWI UTAMI

NIM: C0505037

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

ORGANISASI PERANTAU MINANG

SULIT AIR SEPAKAT SURAKARTA

TAHUN 1986-1998

Disusun Oleh:

METHADWI UTAMI

NIM: C0505037

Telah di Setujui Oleh Pembimbing

Pembimbing

Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum

NIP. 195402231986012001

Mengetahui

Ketua Jurusan Ilmu Sejarah

Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum

NIP. 195402231986012001

Page 3: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

iii

HALAMAN PENGESAHAN

ORGANISASI PERANTAU MINANG

SULIT AIR SEPAKAT SURAKARTA

TAHUN 1986-1998

Disusun Oleh:

METHADWI UTAMI

NIM: C0505037

Telah di Setujui Oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada Tanggal ………………….2010

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Penguji

Sekretaris Penguji

Penguji I

Penguji II

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M. A

NIP. 195303141985061001

Page 4: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Nama: METHA DWI UTAMI

Nim : C0505037

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul ORGANISASI PERANTAU MINANG Sulit Air sepakat Surakarta Tahun 1986-1998 adalah betul-betul karya sendiri, bukan dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 2010

Yang membuat pernyataan,

METHA DWI UTAMI

Page 5: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

v

HALAMAN MOTTO

“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah (Lessing) “

“Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan-kesalahan, tetapi jadikan

penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi kesalahan lagi”

Page 6: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi Ini Ku Persembahkan Kepada :

· Bapak dan Ibu

· Kakak dan adik-adikku

· Almamaterku.

Page 7: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur alhamdullilah kehadirat Allah SWT atas

berkat rahmat dan hidayah-Nya, serta dengan usaha yang sungguh-sungguh,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebagai salah satu syarat

mencapai gelar sarjana ilmu sejarah pada fakultas sastra dan seni rupa Universitas

Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa penulis tidak akan menyelesaikan skripsi ini

tanpa bimbingan, pengarahan dan petunjuk dari beberapa pihak. Oleh karena itu

pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Sudarno, M. A, selaku Dekan Universitas Sebelas Maret.

2. Ibu Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum, selaku ketua jurusan fakultas sastra

dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. Dan selaku pembimbing utama

yang telah memberikan arahan serta nasehat kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak M. Bagus Sekar Alam, S. S, M. Si, selaku pembimbing akademik

yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni

rupa Universitas Sebelas Maret.

4. Seluruh staf dosen fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret.

5. Bapak Rusdi Salim selaku ketua SAS Surakarta, yang telah meluangkan

waktunya untuk membantu penulis sampai selesainya skripsi ini.

6. Segenap pengurus dan anggota SAS Surakarta, yang telah mau membantu

penulis mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu tercinta, mas angga, gani, agil, adel dan semua keluarga

besarku, terimakasih untuk semuanya,

8. Yusuf ardianto terimakasih atas motivasinya.

Page 8: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

viii

9. Sahabatku sekalian Yuni, Shinta, Acik, Wanti, Weni, Dona, , Siti, yang

selalu memberi semangat buatku hingga terwujudnya skripsi ini, sukses

untuk kita semua, Amin.

10. Sobat-sobat ilmu sejarah, Ari, Benjenk, Cahyo, makasih atas

persahabatannya dan teman –teman seperjuangan angkatan 2005 ilmu

sejarah makasih atas semua kebaikannya.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu hingga terselesainya skripsi ini

Semoga Allah senantiasa melimpahkan segala rahmat dan anugrahnya

sebagai balasan atas segala puji yang telah dilakukan.

Akhirnya dengan menyadari segala kekurangan dan keterbatasan dalam

menyajikan skripsi ini maka kritik dan saran penulis harapkan demi sempurnanya

skripsi ini, dan penulis berharap semoga skripsi yang penulis sajikan dengan

segala kekurangan dan keterbatasan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Waasalamu’alaikum Wr.Wb.

Surakarta, 2010

Penulis

Page 9: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN................................................................................. xii

DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR....................................................................... ............... xv

ABTRAK .................................................................................................. xvi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ....................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 10 E. Kajian Pustaka................................................................................ 10 F. Metode Penelitian .......................................................................... 12 G. Sistematika Penelitian .................................................................... 14

BAB II. MASYARAKAT PERANTAUAN MINANGKABAU ASAL SULIT

AIR SURAKARTA A. Kedatangan Perantauan di Surakarta ............................................. 16 B. Faktor Pendorong Pergi Merantau ................................................. 23

1. Faktor Pendorong....................................................................... 23 a. Faktor Ekonomi.................................................................... 23

Page 10: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

x

b. Faktor Sosial......................................................................... 24 c. Faktor Pendidikan.................................................................. 25 d. Faktor Keamanan.................................................................. 28

2. Faktor Penarik............................................................................ 29 C. Perkembangan Perantau Minang di Surakarta ............................... 30 D. Adaptasi............................................................................................ 32

1. Hubungan Sosial dengan Sesama Perantau ............................. 34 2. Hubungan Sosial dengan Penduduk Pribumi .......................... 35

BAB III. SEJARAH ORGANISASI PERANTAU SULIT AIR SEPAKAT (SAS) SURAKARTA

A. Latar Belakang Berdirinya SAS ..................................................... 37 B. Tujuan SAS .................................................................................... 40 C. Visi dan Misi.............................................................................. .... 41 D. Program Kerja SAS..................................................................... ... 41

a. Jangka pendek....................................................................... ... 41 b. Jangka Panjang...................................................................... ... 43

E. Perkembangan SAS........................................................................ 44

BAB IV. PERAN ORGANISASI SULIT AIR SEPAKAT (SAS) SURAKARTA

A. Peran SAS bagi Mayarakat Perantau ............................................. 53 1. Bidang Ekonomi ....................................................................... 53 2. Bidang Sosial Budaya................................................................ 54 3. Pembangunan Fisik.................................................................... 55

B. Peran SAS Bagi Warga Sulit Air di Kampung............................... 56 1. Bidang Ekonomi........................................................................ 58 2. Bidang Pendidikan..................................................................... 60 3. Bidang Pertanian dan Peternakan............................................... 61 4. Bidang Sosial budaya.................................................................. 61 5. Pembangunan Fisik...................................................................... 64

BAB V KESIMPULAN........................................................................................66

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... . 69 DAFTAR INFORMAN.................................................................................. 73 LAMPIRAN..................................................................................................... 75

Page 11: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Tingklat Pendidikan Perantau Sulit Air di Surakarta

Tabel 2 : Pekerjaan Perantau Sulit Air di Surakarta

Page 12: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

xii

DAFTAR SINGKATAN

· AD/ART : Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga

· BMI : Bank Muamalat Indonesia

· BPR : Bank Perkereditan Rakyat

· DPP : Dewan Pimpinan Pusat

· DPC : Dewan Pimpinan Cabang

· GEBU : Gerakan Seribu

· KAN : Kerapatan Adat Nagari

· KK : Kepala Keluarga :

· Mubes : Musyawarah Besar

· PWSB : Persatuan Warga Sumatra Barat :

· PRRI : Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia

· RAPIN : Rapat Pimpinan

· SAS : Sulit Air Sepakat

· SD : Sekolah Dasar

· SMP : Sekolah Menengah Pertama

· SMA : Sekolah Menengah Atas

Page 13: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

xiii

DAFTAR ISTILAH

· Darek : Daerah pedalaman yang subur

· Pasisie : Dataran rendah yang diselang-selingi oleh rawa

· Sumando : Kedudukan seorang suami Minangkabau, ia

dihormati tetapi tidak memiliki hak atas harta dan keturunan.

· Mamak : Saudara laki-laki ibu, baik adik maupun kakaknya

· Panghulu : Pemimpin dalam adat minangkabau yang

bertanggungjawab dan berkewajiban memelihara anggota kaum, suku dan

nagarinya

· Kemenakan : Anak saudara perempuan, baik laki-laki maupun

perempuan.

· Studie Fonds : Perkumpulan amal yang bertugas memberikan

bantuan demi cita-cita memajukan bidang pendidikan.

· Familie Kongsi : Lembaga yang berperan dalam mengirimkan anak-

anak belajar ke luar negeri.

· Nagari : kesatuan wilayah setingkat desa, terdiri dari

kumpulan kampung.

· Matrinineal : sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan

dari pihak ibu.

· Migrasi : mobilitas penduduk dari daerah pedesaan ke kota

atau kedaerah lain dengan maksud menetap di daerah tujuan.

Page 14: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pernyataan Keputusan Musyawarah Besar (MUBES) Organisasi

Sulit Air Sepakat (SAS)

Llampiran 2 : Surat Keputusan Kerapatan Adat Nagari Sulit Air Kecamatan X

Koto Diatas tentang Pemberian Wewenang Kepada DPP SAS Untuk Penelitian

Perkawinan Secara Adat Bagi Warga Sulit Air

Lampiran 3 : Keputusan Kerapatan Adat Nagari Sulit Air tentang Pengesahan

Kedudukan Adat Warga Sulit Air yang Nikah Dengan Orang Lian.

Lampiran 4 : Surat Keputusan Kerapatan Adat Nagari Sulit Air Kecamatan X

Koto Diatas Kabupaten Dati II Solok tentang Pengesahan Hasil Musyawarah

Pemangku Adat Nagari Sulit Air

Lampiran 5 : Keputusan Kongres Kebudayaan Minangkabau Kelima tentang

Ajaran Dan Pengamalan Adat Basandi Syrak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak

Mangato Adat Mamakai, Alam Takambang Jadi Guru Untuk Seluruh Keluarga

Besar Minangkabau Di Tanah Minang dan Di Rantau

Lampiran 6 : Surat Kabar Harian Terbit, Sabtu 4 Sebtember 1993 tentang

mengubah kebiasan pengiriman wesel

Lampiran 7 : Surat kabar Singgalang 26 Sebtember 1993 tentang

didantatanganinya kerjasama SAS dengan BMI

Page 15: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

xv

Lampiran 8 : Surat kabar Canang Sabtu 19 November 1994 tentang warga SAS

sisihkan 5 % keuntungan untuk pembangunan kampung halaman.

Lampiran 9 : Surat kabar Singgalang 17 Juli 1994 tentang pelantikan DPC SAS

Sydnei

Lampiran 10 : Susunan Pengurus DPC SAS Surakarta periode 2010-2012

Page 16: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Peta Kabupaten Solok

Gambar 2 : Konferensi SAS I tanggal 3 Juli 1970

Gambar 3 : Kartu Tanda Anggota SAS

Gambar 4 : Pelantikan DPC SAS Solo

Gambar 5 : Pertemuan Rutin SAS

Gambar 6 : Peresmian Rumah Bagonjong Solo

Gambar 7 : DPC Malaysia

Page 17: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

xvii

ABSTRAK

Metha Dwi Utami. C0505037. 2010. Organisasi Perantau Minang (Studi Kasus Mengenai Peranan Organisasi Perantau Minang Asal Sulit Air BagiI Pembangunan Nagari Dan Perantau Di Surakarta Pada Tahun 1986-1998) Skripsi: Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Senirupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Apa yang melatarbelakangi masyarakat Minangkabau pergi merantau dan bagaimana cara mereka beradaptasi dengan penduduk lokal? (2) Apa yang melatarbelakangi berdirinya Organisasi Sulit Air Sepakat (SAS)? (3) Bagaimana peranan SAS bagi pembangunan Nagari dan bagi masyarakat perantauan Minangkabau di Surakarta tahun 1986-1998?

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui tentang latarbelakang masyarakat Minangkabau pergi merantau dan cara mereka beradaptasi.(2) Mengumpulkan informasi tentang hal yang melatarbelakangi berdirinya organisasi SAS Surakarta serta peranan SAS dalam pembangunan Nagari dan bagi masyarakat perantauan Minangkabau asal Nagari Sulit Air di Surakarta tahun 1986-1998?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Karena jenis penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode historis, maka sumber yang dimanfaatkan terdiri dari sumber dokumen dan sumber lisan. Pengumpulan data terhadap sumber lisan dilakukan dengan cara menentukan narasumber., melakukan wawancara mendalam dan uji kredibilitas, dengan triagulasi atau crosscheck yang meliputi triagulasi sumber dan metode.

Hasil dari penelitian ini adalah (1) penyebab masyarakat Sulit Air merantau terdiri dari berbagai faktor misalnya saja faktor ekonomi, faktor sosial, faktor pendidikan, keamanan dan daya tarik kota. Mereka merantau dengan harapan mendapatkan ilmu dan kekayaan yang suatu saat dibawa pulang ke kampung halaman. Diperantauan masyarakat sulit air dapat beradaptasi dan berinterksi dengan baik dengan para perantau maupun penduduk lokal. (2) SAS merupakan organisasi bagi perantau minang asal sulit air. SAS didirikan karena banyaknya warga sulit air yang pergi merantau sehingga diperlukannya suatu organisasi kedaerahan untuk mengangkrabkan tali silahturahmi sesama perantau sulit air dan untuk memajukan kampung halaman baik dibidang ekonomi, pembangunan infrastruktur dan lainnya.

Page 18: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat Indonesia terdiri dari beraneka ragam kebudayaan daerah yang sedang dalam proses

pembangunan. Keanekaragaman tersebut pada hakekatnya mewujudkan kesatuan yang telah

tercermin dalam azas Bhinneka Tunggal Ika. Keanekaragaman dalam kesatuan itu sangat berguna

untuk pembangunan bangsa. Adapun kemajemukan masyarakat Indonesia itu adalah terdapatnya

berbagai suku bangsa, bahasa daerah, adat istiadat maupun agama. Berdasarkan pada kenyataan ini,

maka Harsja W Bahtiar menyebut bahwa masyarakat Indonesia mempunyai sistem – sistem budaya

besar. Sistem – sistem budaya besar masyarakat Indonesia dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu

sistem budaya etnik, sistem budaya Indonesia, sistem budaya agama- agama besar dan sistem budaya

asing1.

Berbagai daerah di Indonesia memiliki kebudayaannya masing- masing, begitupula dengan

Sumatra Barat, yang lebih terkenal dengan sebutan suku Minang. Suku Minang merupakan bagian

dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari daratan China Selatan

ke pulau Sumatera sekitar 2.000 sampai 2.500 tahun yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat ini

masuk dari arah timur pulau Sumatera, menyusuri aliran sungai Kampar dan tiba di dataran tinggi

Luhak Nan Tigo (darek)2. Kemudian dari Luhak Nan Tigo inilah suku Minang menyebar ke daerah

pesisir (pasisie) di pantai barat pulau Sumatera, yang terbentang hingga Kerinci di selatan. Selain

berasal dari Luhak Nan Tigo, masyarakat pesisir juga banyak yang berasal dari India Selatan dan

1 Harsja W Bahtiar. 1985. Budaya dan Manusia Indonesia. Yogyakarta: PT. Hanindita. Hal 3-4 2 Wilayah Kebudayaan Minangkabau terdiri dari Luhak (inti), Rantau dan Pesisir (Pasisie). Lihat dalam

Muarif. 2009. Rahasia Sukses Orang Minang di Perantauan. Yogyakarta : PINUS. 1

Page 19: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

2

Persia. Migrasi masyarakat tersebut terjadi ketika pantai barat Sumatera menjadi pelabuhan alternatif

perdagangan selain Malaka, ketika kerajaan tersebut jatuh ke tangan Portugis3.

Masyarakat Minangkabau dikenal dengan budaya merantau. Menurut Mochtar Naim4, merantau

mengandung enam elemen utama, yaitu (1) meninggalkan kampung halaman (2) untuk waktu dekat

atau lama (3) dengan sukarela atau kemauan sendiri (4) dengan tujuan mencari nafkah disamping

mencari ilmu pengetahuan atau mencari pengalaman (5) biasanya mencita-citakan untuk kembali ke

kampung halaman (6) merantau secara kultural sebagai pola kebiasaan masyarakat. Sehingga

merantau dapat diartikan sebagai sebuah pola migrasi masyarakat Minangkabau kesatu wilayah atau

daerah yang menjanjikan harapan untuk masa depan dan pengembangan diri, dalam upaya mencapai

kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik.

Kebiasaan merantau dari orang Minangkabau kiranya bukan hanya sekarang saja terjadi, tetapi

kebiasaan tersebut telah melembaga, sehingga banyak menarik perhatian dari para ahli. Para ahli

sendiri memiliki pendapat yang berbeda – beda tentang awal mula migrasi masyarakat Minangkabau.

Diawali oleh teori gelombang perpindahan suku bangsa di jaman pra sejarah di Asia Tenggara,

Melanesia dan Polinesia seperti yang selama ini didominasi oleh pendapat pendapat dari Kern dan

Heine Gerden mengemukanan bahwa penduduk kepulauan nusantara sekarang ini berasal dari daratan

Asia Tenggara. Teori tersebut mengemukakanan bahwa terdapat 2 arah yang ditempuh oleh bangsa

dahulu itu dalam perpindahan mereka. Arah barat daya melalui semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa

ke Nusa Tenggara dan arah utara ke Taiwan kemudian ke selatan menuju Philipina, Kalimantan dan

Sulawesi dan dari sana ke Iran, Melanesia dan Australia.5 Dari teori ini kiranya dapat diambil

semacam kesimpulan bahwa nenek moyang orang Minangkabau sekarang ini pastilah datang melalui

jalan panjang merantau dari daratan Asia Tenggara terus Semenanjung Malaya dalam masa pra

sejarah.

3 <http://www.google./wikipedia.com>.(diakses tanggal 26 Januari 2010 pukul 13.00) 4 Mochtar Naim. 1978. Merantau, Pola Migrasi Suku Minangkabau. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Hal 3

5 Diskusi tentang “teori gelombang” ini dapat dipelajari lebih jauh di bab Pendahuluan dari Koentjaraningrat (ed). 1982. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan. Hal 1-36

Page 20: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

3

Menurut Mochtar Naim6, masyarakat Minang merantau disebabkan karena laki-laki

Minangkabau menghadapi dilema, di rumah isterinya dia dianggap tamu (sumando) dihormati, tetapi

tanpa hak dan kekuasaan. Di rumah ibunya dia didudukan sebagai mamak yaitu sebagai pengawal dari

keluarga tetapi tanpa hak-hak untuk ikut menikmati hasil sawah ladang yang dapat dibawanya ke

rumah isterinya.

Penyebab lainnya ialah, adanya pertumbuhan penduduk yang tidak diiringi dengan bertambahnya

sumber daya alam yang dapat diolah. Jika dahulu hasil pertanian dan perkebunan, sumber utama

tempat mereka hidup dapat menghidupi keluarga, maka kini hasil sumber daya alam yang menjadi

penghasillan utama mereka itu tidak cukup lagi memberi hasil untuk memenuhi kebutuhan bersama,

karena harus dibagi dengan beberapa keluarga. Pada akhirnya, dari pada hidup di kampung, lebih baik

merantau mengadu nasib ke negeri orang.

Dimasa dahulu ketika tanah air orang Minangkabau masih terbatas pada Luhak yang Tiga, pergi

ke pantai timur atau ke pantai barat sudah dipandang sebagai ”merantau”. Dalam percakapan sehari

hari pergi hanya ke kota yang dekat saja sudah dianggap sebagai merantau. Pada akhir – akhir ini

karena Sumatra Barat dari sudut politik dan budaya telah menjadi satu wilayah dan penduduk Sumatra

Barat tidak lagi menganggap dirinya terbagi – bagi ke dalam berbagai subkelompok, mereka terbiasa

menggunakan kata merantau hanya untuk bepergian keluar Sumatra Barat.

Apabila seseorang pergi ke luar daerah budayanya dengan kemauan sendiri dapat juga dipandang

sebagai perbuatan merantau. Hal ini selanjutnya mengandung makna bahwa orang yang merantau

tersebut bukan lagi berkomunikasi dan berinteraksi hanya dengan kaum kerabatnya atau anggota

kelompok etnisnya, melainkan juga dengan orang – orang yang berlatar belakang etnis dan budaya

yang berbeda – beda.

Kebanyakkan daerah – daerah di Indonesia sekarang mempunyai minoritas – minoritas etnis

sebagai akibat dari mobilitas penduduk kota – kota besar khususnya mencerminkan perubahan pola –

pola kependudukan dari masyarakat Indonesia yang terdiri dari banyak suku ini. Orang Minangkabau

6 Kata pengantar Masri Singarimbun dalam Mochtar Naim. 1978. Merantau, Pola Migrasi Suku Minangkabau. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Page 21: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

4

terutama termasuk kelompok yang paling banyak bergerak. Masyarakat Minangkabau sendiri dalam

merantau biasanya memilih kota-kota yang besar dan padat penduduknya. Karena kota besar dianggap

sangat potensial untuk berdagang. Kota di Indonesia yang sangat banyak dijadikan tujuan dari

perantau Minang misalnya saja Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan kota besar lainnya.

Begitupula dengan kota Surakarta. Sebuah kota yang padat penduduknya dan letaknya sangat

strategis. Di Surakarta para perantauan Minangkabau mendapatkan apa yang mereka inginkan seperti

di kota – kota besar lainnya karena kota ini merupakan kota yang berorientasi pada sektor

perdagangan. Hal ini sangat cocok dengan jiwa perantau Minangkabau yang suka berdagang.

Hidup bermasyarakat tidak terlepas dari proses – proses sosial sebagai wujud yang dinamis dari

masyarakat atau gerak masyarakat. Perubahan dan perkembangan masyarakat yang mewujudkan segi

dinamiknya, disebabkan karena adanya hubungan satu dengan lainnya, baik dalam bentuk orang

perorangan maupun kelompok sosial. Hubungan sosial yang terjadi dalam masyarakat sering disebut

proses sosial. Proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan

bersama, misalnya pengaruh mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi,

ekonomi dengan hukum dan seterusnya7.

Bentuk umum dari proses sosial adalah interaksi sosial, oleh karena interaksi soaial merupakan

syarat utama terjadinya aktifitas – aktifitas sosial. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara 2

individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki

kelakuan individu yang lain atau sebakliknya8. Suatu interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila

tidak memenuhi 2 syarat yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Dengan adanya

hubungan atau interaksi tersebut maka akan tercirpta suatu pergaulan hidup dan manusia itu hidup

dalam suatu pergaulan. Salah satu perwujudan dari pergaulan hidup atau kehidupan bersama adalah

7 Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta: Rajawali. Hal 66 8 Bonner dalam Abu Ahmadi. 1975. Pengantar Sosiologi Sosial. Ramadhani. Hal 88

Page 22: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

5

kelompok sosial yang sering disebut sebagai organisasi sosial. 9 Organisasi adalah suatu kelompok

orang yang memiliki tujuan yang sama baik dalam penggunaan sehari – hari maupun ilmiah.

Dikota Surakarta, telah banyak tinggal masyarakat pernatauan Minang khususnya masyarakat

dari Sulit Air. Dan untuk mempererat hubungan antar sesama perantau, maka dibentuklah suatu

perkumpulan yang menghimpun para perantau. Di Surakarta terdapat dua organisasi bagi perantau

Minang, yaitu PWSB (Persatuan Warga Sumatra Barat) Surakarta dan Sulit Air Sepakat (SAS).

PWSB didirikan pada tahun 1971 yang merupakan perkumpulan para perantau Minang yang

berasal dari seluruh daerah Sumatra Barat, yang berada di Surakarta. Anggotanya adalah kepala

keluarga (KK) atau perorangan yang berasal dari Sumatra Barat, bertalian darah atau hubungan

perkawinan serta bertempat tinggal di wilayah Surakarta10. Kegiatan- kegiatan PWSB yaitu selalu

mengadakan acara rutin yaitu pengajian dan arisan rutin setiap bulan yang diadakan dirumah salah

satu anggotanya. Selain itu setiap sesudah hari raya Idul Fitri mereka juga mengadakan Halal Bihalal.

Dengan berbagai macam kegiatan tersebut diharapkan ikatan yang terjadi antar sesama perantau

menjadi lebih erat dan eksistensi mereka di rantau menjadi lebih kuat. Tetapi seiring berjalannya

waktu, PWSB menjadi seperti jalan ditempat. Hal tersebut disebabkan karena anggotanya sibuk

dengan urusannya masing-masing sehingga banyak anggota yang jarang berkumpul-kumpul lagi.

Sedangkan organisasi SAS adalah organisasi perantau Minang asal Nagari Sulit Air. Sulit Air adalah

sebuah nagari setingkat pemerintahan desa dibawah Kecamatan X Koto Diatas Kabupaten Solok,

Sumatra Barat. SAS didirikan oleh perantau asal nagari Sulit Air, pada tahun 1918. Anggotanya

adalah seluruh masyarakat perantauan Minang asal nagari Sulit air. Organisasi SAS tidak hanya

terdapat di Surakarta karena SAS memiliki banyak cabang di seluruh Indonesia bahkan SAS juga

terdapat di luar negri.

PWSB dan SAS memiliki tugas yang sama yaitu berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan

anggotanya terutama kesejahteraan dalam bidang ekonomi, yaitu bersedia meminjamkan sejumlah

9 Selo Soemardjan dan Soelaeman. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. Hal 401 10 Tigo Tungku Sajarangan. 2000. Panduan Persatuan Warga Sumatra Barat Surakarta. Surakarta:

PWSB. Hal 43

Page 23: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

6

dana sebagai modal usaha bagi para anggotanya yang sebagian besar memang memulai bekerja

sebagai pedagang di daerah rantau. Dengan adanya bantuan tersebut, dapat memudahkan anggotanya

untuk berkembang dan hidup mandiri di daerah rantau.

Organisasi SAS didirikan oleh Mahyuddin Dt. Sutan Maharajo Nan Besar atau sering disebut

dengan gelar Datuk Bangkik11 yang berasal dari keluarga bangsawan Minangkabau Tuanku Laras II

yang memimpin nagari Sulit Air abad ke-19. Perjalan SAS kemudian dilanjutkan dan dikembangkan

oleh para tokoh Sulit Air yang berada di Jakarta. Mereka disebut dengan kelompok 4 (empat)

sekawan yaitu: H.Syamsur Bahri Nur, Jamaluddin Tamban, Rosma Rais dan Rozali Usman yang

membesarkan organisasi SAS. Empat tokoh tersebut dianggap dianggap tokoh yang sangat

berpengaruh dalam eksistensi perjalanan SAS yang selanjutnya diteruskan oleh para tokoh muda

lainnya seperti Rainal Rais, Marjohan Djamin dan Mukhlis Linto. Para tokoh muda ini mengorbitkan

SAS menjadi organisasi yang sangat dikenal di kalangan pemerintah daerah provinsi Sumatra Barat

dan organisasi perantau Minang lainnya. Hal ini diutarakan oleh Rusdi Salim sebagai berikut:

“ada beberapa tokoh yang membesarkan organisasi SAS, seperti: Pak Rainal Rais, Pak Rozali Usman. Pak Rainal yang menjabat sebagai Ketua Umum selama 12 tahun telah membuat SAS menjadi besar dan terkenal. Banyak juga orang yang mengatakan bahwa SAS identik dengan Rainal karena pengorbanan dan aktivitas beliau terhadap SAS sangat tinggi, hal ini disebabkan oleh kecintaannya pada nagari Sulit Air yang dalam.”

Eksistensi SAS sebagai sebuah organisasi para perantau mengalami kemajuan setelah sukses

melaksanakan Musyawarah Besar (MUBES) ke-1 di Ciloto Jawa Barat pada tanggal 3Juli 1970.

Mubes pertama tersebut berhasil merumuskan SAS secara formal sebagai organisasi perkumpulan

bagi masyarakat perantau Sulit Air. Hasil Mubes ini kemudian dituangkan dalam Anggaran Dasar

(AD) pada pasal I ayat 2 organisasi SAS dan menjadi pedoman bagi keberlanjutan organisasi yang

dipimpin oleh ketua umum. Berikut nama-nama ketua umum SAS dari tahun 1970 sampai 1998:

Tabel I

11 Datuk Bangkik dianggap sebagai pendiri SAS karena penggagas perlunya sebuah organisasi bagi para

perantau, pencetus untuk organisasi SAS disamping beliau menjabat sebagai tokoh adat dan tokoh pers nasional.

Page 24: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

7

Prioderisasi Ketua Umum DPP SAS Semenjak Dideklarasikan

No Ketua Umum SAS Periode Jabatan

1 H. Syamsur Bahri Nur 1970 s/d 1972

2 H. Rozali Usman, SH 1973 s/d 1977

3 Armon Syamsuddin 1978 s/d 1980

4 Fakruddin Panuh 1981 s/d 1982

5 H. Rozali Usman, SH 1982 s/d 1984

6 Nuraksar 1984 s/d 1986

7 Drs. H. Rainal Rais 1986 s/d 1998

Sumber: DPC SAS Surakarta

Pada tabel I diatas padat dijelaskan bahwa SAS mengalami kemajuan ketika tampuk

kepemimpinan SAS berada pada tangan Drs. H. Rainal Rais. Rainal Rais adalah Ketua Umum SAS

yang ke VII dan menjabat sebagai Ketua Umum selama 6 periode yaitu dari tahun 1986 sampai tahun

1998. Banyak pemikiran – pemikiran Rais Rais yang tertuang dan terealisasi selama menjabat sebagai

Ketua Umum. Selangkah demi selangkah, DPP SAS dibawah kepemimpinannya mulai menapak

kemajuan. Manfaat keberadaan SAS mulai dirasakan perantau asal Sulit Air dimanapun mereka

berada. Pembenahan organisasi atau konsolidasi organisasi yang menjadi program pertama DPP SAS,

mulai memperlihatkan hasil. Satu demi satu DPC SAS yang selama ini kebanyakan tinggal nama,

mulai aktif kembali setelah dikunjungi Ketua Umum DPP SAS dan pengurus lainnya. Pada beberapa

daerah yang dinilai sudah bisa dibentuk cabang baru, dibentuk dan dikukuhkan pengurus DPC SAS.

Suatu daerah atau kota yang dinilai telah pantas dibentuk cabang baru apabila di kota tersebut

bermukim sekurang-kurangnya 10 Kepala Keluarga (KK) dan apabila suatu kota memiliki lebih dari

100 Kepala Keluarga (KK) maka diperbolehkan membuat lebih dari satu cabang atas persetujuan DPP

SAS.

Page 25: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

8

Saat ini SAS telah memiliki sekitar 80 Dewan Perwakilan Cabang (DPC) di seluruh Indonesia

termasuk di Surakarta dan 4 DPC di luar negeri. Peranan SAS dalam pembangunan nagari telah

diakui oleh mantan Gubernur Sumatra Barat Drs. H. Hasan Basri Durin yang menyatakan bahwa

organisasi perantau Sulit Air Sepakat (SAS) merupakan organisasi perantau Minang yang paling kuat

dalam dalam memberikan dukungan dana pembangunan di nagari12.

Dilihat dari awal perkembangan organisasi masyarakat perantauan Minang tersebut, maka dalam

penelitian ini akan dibatasi pada periode antara tahun 1986 sampai pada tahun 1998. Periode yang

diambil dilihat dari realitas yang ada bahwa pada kurun waktu tersebut merupakan tahun-tahun awal

kemajuan organisasi Sulit Air Sepakat (SAS) tepatnya pada saat tampuk pimpinan SAS berada

ditangan Rainal Rais.

Melihat latar belakang masalah tersebut maka penulis mencoba untuk mengadakan suatu

penelitian yang berjudul Organisasi Perantau Minang Sulit Air Sepakat (SAS) di Surakarta pada

tahun 1986-1998.

12 Hasan Basri Durin, “Kini Tidak Perlu Lagi Seluruh Masyarakat Sulit Air Merantau”, Harian Haluan,

Selasa 23 Maret 1993

Page 26: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis mencoba merumuskan beberapa pokok

masalah antara lain:

1. Apa yang melatarbelakangi masyarakat Minangkabau pergi merantau dan bagaimana

cara mereka beradaptasi dengan penduduk local di Surakarta?

2. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Organisasi Sulit Air Sepakat (SAS) Surakarta?

3. Bagaimana peranan SAS bagi pembangunan Nagari Sulit Air dan bagi masyarakat

perantauan Sulit Air di Surakarta tahun 1986-1998?

C. Tujuan Penelitian

Page 27: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

10

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui tentang latarbelakang masyarakat Minangkabau pergi merantau dan cara mereka

beradaptasi.

2. Mengumpulkan informasi tentang hal yang melatarbelakangi berdirinya organisasi SAS

Surakarta

3. Untuk mengetahui peranan SAS dalam pembangunan Nagari dan bagi masyarakat perantauan

asal Nagari Sulit Air di Surakarta

4.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa manfaat, baik itu manfaat praktis

maupun manfaat teoritis yaitu sebagai berikut : (1) Hasil penelitian ini menyajikan seperangkat

informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kepentingan pendidikan, penelitian lebih lanjut

tentang studi life history dan pengabdian masyarakat secara lebih jelas dalam dunia pendidikan. (2)

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang peranan orgasisasi masyarakat perantauan

Minang.

E. Kajian Pustaka

Dalam penelitian ini dipergunakan beberapa literatur sebagai bahan acuan dan pedoman untuk

memecahkan permasalahan dalam penelitian. Literatur – literatur tersebut dipilih berdasarkan

hubungannya dengan permasalahan yang akan dibahas. Dengan literatur – literatur tersebut

diharapkan dapat membantu memecahkan permasalahan – permasalahan yang ada dalam penelitian

ini. Sehingga akan mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan.

Buku yang pertama adalah Sulit Air dalam berita jilid 1-3. Pada buku tersebut berisi informasi

mengenai segala macam tentang SAS, mulai dari sejarahnya, tujuannya, peranannya, tentang

keanggotaannya sampai kegiatan – kegiatan yang diselenggarakan oleh SAS. Disamping itu juga

Page 28: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

11

diselingi dengan informasi tentang Minangkabau antara lain mengenai Klasifikasi adat, rumah

gadang, pepatah petitih dan lain-lain. Skripsi yang berjudul Masyarakat Perantau Minangkabau

(kajian Budaya Masyarakat Perantau Minangkabau asal Sumatra Barat di Kota Salatiga tahun 1975-

1998) karya Asykuri Salam, banyak menjelaskan tentang faktor – faktor yang mendorong masyarakat

Minang merantau seperti faktor fisik (ekologi dan lokasi), faktor ekonomi, faktor ekonomi, faktor

pendidikan, faktor daya tarik kota dan faktor sosial. Selain itu dalam skripsi tersebut juga menjelaskan

mengenai etos kerja para masyarakat perantauan Minang, dimana etos kerja para masyarakat perantau

sangat dipengaruhi oleh adat dan agama.

Buku selanjutnya adalah karangan Usman Pelly yang berjudul Urbanisasi dan Adaptasi

mengangkat tentang tradisi urbanisasi dan adaptasi etnik Minangkabau dan Mandailing. Dua etnik

tersebut memiliki motivasi dan perfektif yang berbeda dalam mempraktekkan dan memandang tradisi,

namun sesungguhnya mereka mendapat dorongan yang kuat dari dalam untuk menyebarkan misi

budaya yang didasarkan pada nilai – nilai dominan dari pandangan dunia masyarakat mereka yang

dalam prakteknya misi itu dihadapkan pada kondisi – kondisi perkotaan, di mana kota merupakan

sasaran migrasi yang berubah dengan cepat.

Buku berikutnya adalah karya dari Mu’arif yang berjudul Rahasia Sukses Orang Minang di

Perantauan (Suku Paling Sukses Merantau di Indonesia). Buku ini banyak menggali mengenai nilai-

nilai tradisi budaya rantau ala Minangkabau yang sudah terkenal. Dalam mengkaji budaya

Minangkabau, Mu’arif meletakkannya dalam dimensi sejarah dan kemudian direfleksikan kembali

dalam konteks tradisi rantau ala Minangkabau kontemporer. Pada buku ini juga banyak dijelaskan

mengenai budaya merantau yang sudah mengakar bagi suku Minang dan adatpun mengajarkan

mengenai merantau. Selain itu pada buku ini juga mengulas mengenai nilai- nilai budaya suku

Minangkabau, yaitu tentang kecintaan orang Minang akan budaya, ilmu dan agama, tentang

kesabaran, kerjasama dan sebagainya.

Dan buku yang terakhir adalah dari Soleman B. Taneko yang berjudul Struktur dan Proses Sosial

: Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan (1990) secara keseluruhan membahas bagaimana

Page 29: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

12

keberadaan struktur dan proses sosial dalam masyarakat. Bab ketiga dalam buku ini membicarakan

tentang kelompok – kelompok sosial sebagai salah satu unsur pokok dari struktur sosial, yang

meliputi manusia sebagai makhluk sosial, pengertian kelompok sosial serta bentuk – bentuk kelompok

sosial. Organisasi sosial kemasyarakatan yang ingin diteli lebih lanjut termasuk ke dalam bentuk

kelompok sosial community ( komunitas ) karena organisasi sosial kemasyarakatan merupakan suatu

kelompok sosial yang dinyatakan sebagai masyarakat setempat, suatu kelompok yang bertempat

tinggal dalam suatu wilayah tertentu dengan batas – batas tertentu pula, dimana kelompok itu dapat

memenuhi kebutuhan hidup dan dilingkupi oleh perasaan kelompok serta interaksi yang lebih besar di

antara para anggotanya.

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini, agar dapat dikaji secara mendalam dan dianalisis maka

digunakan metode sejarah kritis. Metode penelitian sejarah itu sendiri , menurut Gilbert J.G

merupakan seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber – sumber sejarah

secara efektif, menilainya secara kritis dan mengajukan sintesis dari hasil – hasil yang dicapai dalam

bentuk tertulis13.

Studi tentang, Organisasi Perantau Minang Sulit Air Sepakat (SAS) di Surakarta pada tahun

1986-1998, merupakan penelitian sejarah dengan menggunakan perangkat metode ilmu sejarah, yaitu

(1) pengumpulan sumber, (2) verifikasi ( kritik sejarah, keabsahan sumber ), (3) interpretasi ( analisis

dan sistensis ) dan (4) penulisan. Empat tahapan tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang

lain14. Dengan metode ini mampu membantu berusaha memecahkan gejala – gejala berdasarkan masa

lampau secara ilmiah untuk menentukan spesifikasi yang berguna dalam usaha untuk memahami

kenyataan – kenyataan sejarah.

Tahap (1) yaitu pengumpulan sumber, adalah suatu proses pengumpulan data dalam hal ini

dilakukan dengan mencari sumber data, wawancara dan studi kepustakaan lewat buku – buku yang

13 Dudung Abdurahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta : Logas Wacana Ilmu. Hal 43

14 Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang. Halaman 95.

Page 30: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

13

berkaitan dengan masalah yang diteliti, serta dengan memperbandingkan data – data untuk diambil

kesimpulan. Data yang digunakan dari berbagai instansi kemudian diperbandingkan dengan fakta

yang ada di lapangan sehingga dapat ditarik kesimpulan. Setelah data terkumpul, masuk pada tahap

(2) verifikasi ( kritik sejarah, keabsahan sumber ), yaitu untuk mengetahui kebenaran dari sumber –

sumber yang ada, yang berupa kritik intern ( mengenai isi sumber data ) dan kritik ekstern ( mengenai

susunan ataupun sistematika yang dipakai dalam sumber tersebut ). Setelah adanya kritik sumber,

maka masuk pada tahap (3) yaitu interpretasi ( analisis dan sistensis ) yaitu penafsiran terhadap fakta

– fakta diperoleh dari data – data yang telah diseleksi dan telah dilakukan kritik sumber.

Dan tahap (4) historiografi yaitu penulisan dengan merangkaikan fakta – fakta menjadi suatu

kisah atau cerita yang dapat dipertanggungjawabkan. Empat tahapan tersebut saling berkaitan antara

satu dengan yang lain. Dengan metode ini mampu membantu berusaha memecahkan gejala – gejala

berdasarkan masa lampau secara ilmiah untuk menentukan spesifikasi yang berguna dalam usaha

untuk memahami kenyataan – kenyataan sejarah.

H. Sistematika

Sistematika penulisan skripsi terdiri dari bagian awal skripsi, bagian isi dan bagian akhir. Bab isi

terdiri dari 5 bab antara lain yaitu:

Bab I berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika skripsi. Pada bab II

berisi mengenai mobilitas orang Minang di kota Surakarta, mulai dari faktor pendorong orang Minang

datang ke kota Surakarta, perkembangannya serta bagaimana mereka beradaptasi dikota Surakarta.

Bab III menjelaskan mengenai gambaran umum perkembangan SAS Surakarta. Mulai dari

sejarah berdirinya SAS, tujuannya, visi dan misi, perkembangannya, tentang keanggotaannya sampai

kegiatan – kegiatan yang rutin diselenggarakan oleh SAS. Bab IV menjelaskan mengenai peranan

SAS bagi pembangunan Nagari dan bagi perantau di Surakarta tahun 1986-1998 serta hambatan-

Page 31: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

14

hambatan yang terjadi pada organisasi SAS Surakarta. Dan pada bab V adalah kesimpulan, berisi

kesimpulan dari keseluruhan bab yang telah dijelaskan sebelumnya yang terkait dengan permasalahan

yang dikaji, kemudian kesimpulan ini juga menjawab rumusan masalah dalam penelitian.

Page 32: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

15

BAB II

Masyarakat Perantauan Minangkabau

Asal Sulit Air di Surakarta

A. Kedatangan Perantau Sulit Air di Surakarta

Etnis Minangkabau merupakan salah satu etnis di Indonesia yang memiliki tingkat mobilitas

yang tinggi. Hampir diseluruh kota di Indonesia terdapat etnis Minangkabau. Mobilitas yang tinggi

tersebut disebabkan oleh adanya tradisi merantau pada etnis Minangkabau. Di Minangkabau, laki-

laki yang sudah cukup umur, akan pergi keluar daerah untuk merantau. Mereka merantau dengan

harapan yang tinggi untuk membawa hasil di rantau ke kampung halaman. Menurut Mantra15,

mobilitas perantau Minangkabau tergolong ke dalam mobilitas tidak permanen, artinya mereka masih

memiliki keinginan untuk kembali ke kampung halaman.

Perantau Minangkabau asal Sulit Air muncul pertama kali di Surakarta pada tahun 1960. Pada

saat itu hanya ada 2 orang dan merupakan sepasang suami istri. Orang tersebut bernama Munaf dan

Nurhayati. Pada saat itu Munaf dan Nurhayati tidak memiliki sanak saudara yang tinggal di Surakarta.

Menurut Nurhayati16, ia pergi merantau ke Surakarta karena mengikuti keinginan suami yang ingin

berdagang di Surakarta. Menurutnya Surakarta saat itu belum begitu ramai namun sangat strategis

untuk berdagang. Ia memulai usaha kecil-kecilan yaitu dengan berdagang sepatu sandal. Ia berjualan

dengan cara berkeliling dan mangkal (menetap) di suatu tempat. Menurutnya cara seperti itu lebih

menguntungkan daripada hanya diam menunggu barang dagangan. Cara berdagang tersebut

memberikan keuntungan yang cukup banyak baginya. Aktivitas dagang yang berpindah- pindah

15 Ida Bagoes Mantra,1983, Migrasi Penduduk Indonesia, Yogyakarta:Pusat Studi Kependudukan UGM.

Halaman 24 16 Wawancara dengan Nurhayati, pada tanggal 1 November 2009

18

Page 33: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

16

tersebut menjadikan ia bertemu dengan teman-teman Minangkabau dari Sumatra Barat dan dari

Nagari Sulit Air khususnya.

Sekitar tahun 1970 an mulai banyak berdatangan perantau Sulit Air. Salah satunya adalah

Burhan Malin Sutan17. Burhan Malin Sutan pertama kali merantau ke kota Pekanbaru pada tahun

1953, ketika berumur 13 tahun. Ketika itu ia pergi merantau ke Pekanbaru karena kondisi Sumatra

Barat sudah tidak aman lagi pasca PRRI dan Pekanbaru merupakan kota yang tidak terlalu jauh dari

Sumatra Barat. Ia tinggal di Surakarta karena diajak oleh beberapa orang temannya. Jadi ia pergi

merantau bersama dengan beberapa orang temannya. Kebetulan ia memiliki paman yang berada di

Surakarta dan akhirnya ia tinggal dirumah pamannya tersebut. Setelah cukup lama tinggal di rumah

pamannya tersebut ia merasa tidak enak pada pamannya tersebut karena menumpang terlalu lama dan

membebaninya. Ia ingin membantu pamannya dengan cara mencari pekerjaan, tetapi tidak mudah

untuk mendapatkan pekerjaan dengan modal ijasah SD. Setelah cukup lama mencari pekerjaan dan

tidak dapat, akhirnya pamannya menawarkan agar ia menunggu jualan pamannya, sementara

pamannya membuka usaha baru.

Banyak para perantau yang pada awalnya bingung harus bagaimana di rantau. Mereka tidak

memiliki ijasah dan pengalaman kerja, sementara beban hidup terus bertambah. Oleh karena itu, satu-

satunya jalan yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja di sektor informal misalnya

berdagang. Berdagang tidak butuh keterampilan dan hanya butuh modal sedikit. Itupun jika tidak

memiliki modal, teman-teman yang ada dirantau yang keberadaannya sudah cukup mapan biasanya

pasti bersedia membantu misalnya meminjami modal untuk berdagang.

B. Faktor Pendorong Pergi Merantau

Dalam suatu daerah tentu banyak sekali faktor yang mempengaruhi orang untuk menetap disitu

atau orang untuk berpindah dari situ. Secara umum, faktor – faktor tersebut terbagi dalam faktor

pendorong (push factor) dan faktor penarik ( pull factor). Namun keputusan seseorang untuk

17 Wawancara dengan Burhan Malin Sutan , tanggal 5 November 2009

Page 34: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

17

merantau bukan karena faktor – faktor nyata di tempat asal maupun tempat tujuan, melainkan

tanggapan seseorang terhadap faktor – faktor tersebut. Faktor - faktor yang mempengaruhi orang

untuk merantau antara lain:18

1. Faktor Pendorong

Ada banyak faktor yang dapat mendorong seseorang atau kelompok untuk merantau.

Faktor – faktor ini biasanya menggambarkan keadaan dan situasi di kampung halaman.

Antara penduduk yang satu dengan penduduk yang lain sudah pasti ada perbedaan tentang

faktor yang mendorong. Secara garis besar, faktor – faktor tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:

a. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan faktor utama yang mendorong banyak orang Minang

merantau ke Surakarta. Sekalipun sawah cukup untuk kelangsungan hidup keluarga, tetapi

orang muda selalu didorong untuk pergi merantau mencari rejeki agar nanti ia dapat berdiri

sendiri dan dapat menghidupi keluarganya disaat ia sudah siap untuk berumah tangga.

Dorongan untuk pergi merantau terasa semakin kuat ketika sawah sudah mulai tidak

mencukupi lagi, kecendrungan untuk pergi merantau akan semakin tinggi.

Faktor inilah yang mendorong seorang Liswarti hingga rela meninggalkan kampung

halamannya di Sulit Air dan hidup dirantau. Ia datang ke kota Surakarta pada tahun 1975.

Menurutnya keluarganya hidup pas-pasan sehingga ia harus mencari penghasilan tambahan

untuk membantu keluarganya. Dan akhirnya ia memutuskan untuk bekerja dirantau dan

mengirimkan uang ke keluarganya dikampung. Dia sekarang berjualan sepatu dan tas di pasar

Nusukan. Dan dia merasa lebih baik bekerja di Surakarta dari pada hanya tinggal di Sulit Air.

b. Faktor Sosial

18 Lee,Everett S. Suatu Teori Migrasi. Yogyakarta : PPK UGM. Hal 8

Page 35: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

18

Struktur sosial di Minangkabau yang Matrilineal tidak cukup memberikan tempat yang

kokoh bagi laki laki dalam kehidupan keluarga. Dalam arti ia tidak mempunyai kekuasaan

yang kuat di rumah isterinya dan tidak pula di rumah ibunya sendiri. Laki-laki Minang

memiliki tanggung jawab ganda yaitu sebagai bapak dari anak-anaknya dan sebagai mamak

dari kemenakannya. Mamak adalah merupakan pembimbing atau pengarah (guide) dari pada

kemenakan dan saudara perempuannya. Ia mempunyai hak dan kewajiban dan bertanggung

jawab penuh terhadap kehidupan kemenakannya. Dan sebagai bapak dari anak-anaknya, ia

juga harus bertanggung jawab kepada keluarganya dan untuk membesarkan anak-anaknya19.

Laki-laki yang belum berumah tangga, walaupun dia merupakan keluarga tetapi tidak

dapat mengerjakan sawah milik keluarganya kecuali atas izin dari saudara perempuannya.

Sehingga laki-laki tidak merasa terlalu diikat dengan tanah dan tanahpun tidak mengikatnya

untuk tetap tinggal di kampung. Ketidaktergantungan mereka kepada tanah juga

menimbulkan sikap menilai rendah terhadap kehidupan bertani. Orang tani yang tiak pernah

kemana-mana dianggap bernilai rendah. Masyarakat sebaliknya menilai keatas kepada orang

yang berdagang dan orang-orang lainnya yang banyak merantau, apalagi kalau mereka

mampu memperlihatkan hasil dari jerih payah yang ia dapatkan di rantau. Tantangan untuk

merantau oleh karena itu tinggi dan pujian yang didapat jika berhasil juga bernilai tinggi.

Anak laki-laki telah didorong untuk meninggalkan rumah sejak berumur muda. Seperti

pantun Minang yang berbunyi: “Karantau madang di hulu, Babuah babungo alun, Marantau

bujang dahulu, Dikampung baguno balun”. Pada pantun tersebut dijelaskan mengenai

kewajiban bagi seorang lali-laki muda Minang untuk pergi merantau. Laki-laki Minang

semenjak kecil telah disuruh untuk tidur di surau dan belajar mempersiapkan diri untuk

menghadapi kehidupan yang sulit dikemudian hari. Dorongan untuk pergi merantau oleh

19 Murad, Aud. Merantau : Out Migration in a Matrilineal Society of West Sumatra. 1980. Departement of

Demography : Australia National University. Hal XIV

Page 36: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

19

karena itu disiapkan secara berangsur angsur sejak dari umur muda. Oleh karena itu laki-laki

Minang merasa terombang ambing dan akhirnya memutuskan untuk pergi merantau.

c. Faktor Pendidikan

Usaha mencari pendidikan yang lebih baik merupakan salah satu alasan utama orang

Minang meninggalkan Sumatra Barat20. Berbeda dengan faktor ekonomi yang mengenai

keseluruhan penduduk, alasan pendidikan akan selalu terbatas pada anak – anak pembesar

setempat, pegawai yang terhormat ataupun pedagang kaya yang ingin meningkatkan

pendidikan anaknya ke tingkat yang lebih tinggi lagi di Jawa. Sekalipun hanya terbatas pada

golongan tertentu saja penduduk yang bersekolah, faktor pendidikan terbukti telah menjadi

faktor pendorong yang mampu merangsang yang lainnya, karena setiap pelajar yang

merantau membukakan jalan untuk pelajar yang lainnya. Cerita – cirita tentang kemajuan dan

keberhasilan yang terdengar dengan pencapaian pendidikan oleh para pelajar di rantau

mendorong yang muda – muda untuk mengikuti jejak langkahnya. Para lulusan yang masih

muda ini biasanya tidak kembali pulang tetapi sebaliknya menetap dirantau. Konsep

merantau adalah mencari ilmu dan pengalaman untuk mempersiapkan diri agar dapat hidup

berguna di kampung nanti sesudah kembali dari rantau.

Faktor inilah yang mendorong Betty21 untuk merantau. Ia ingin memperoleh pendidikan

yang lebih baik. Menurutnya sekolah di rantau jauh lebih bagus dan berkualitas. Fasilitas

pendidikan yang ada dirantaupun sangatlah lengkap sehingga ia menjadi lebih bersemangat

untuk menuntut ilmu setinggi tingginya. Berkat kegigihannya untuk menuntut ilmu di rantau,

sekarang Betty telah menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Surakarta.

Pendidikan menurut Burhan tidak hanya terbatas pada pendidikan formal saja. Tetapi

juga pendidikan non formal. Walaupun ia hanya seorang yang lulus SD secara formal, tetapi

beranggapan bahwa mencari pengalaman juga merupakan pendidikan. Menurutnya

20 Evers, Hans Dieter. 1986. Sosiologi Perkotaan: Urbanisasi dan Sengketa Tanah di Indonesia dan Malaysia. Jakarta:LP3ES. Hal 110

21 Wawancara dengan Betty pada tanggal 2 Maret 2010

Page 37: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

20

pengalaman adalah guru yang paling berharga, sehingga ia rela merantau karena ingin

mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang seluas mungkin. Pekerjaan yang telah ia

tekuni bermacam-macam mulai dari berjualan sepatu dan sandal, membuka warung makan

dan berjualan ayam. Selain Burhan, banyak para perantau yang mengatakan bahwa dirantau

ia akan mendapatkan pengalaman yang tidak ia dapatkan di kampung halaman. Berikut tabel

tingkat pendidikan kepala keluarga yang berasal dari Sulit Air yang berada di Surakarta :

Tabel II. Tingkat Pendidikan Perantau Asal Sulit Air di Surakarta

Tahun Tingkat Pendidikan Jumlah

SD SMP SMA Sarjana

1986 1 2 16 - 19

1988 1 3 25 - 29

1990 - 6 30 - 36

1992 2 4 41 - 47

1994 - 2 46 - 48

1996 - 1 48 3 52

1998 2 21 52 6 81

Sumber: DPC SAS Surakarta tahun 2009

Melihat data tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan mereka rata- rata SMA, SMP,

sarjana, dan SD. Sehingga demikian pendidikan mereka tergolong pas-pasan. Faktor yang

menyebabkan pendidikannya pas-pasan adalah faktor ekonomi. Keadaan ekonomi orang tua

yang kurang cukup tidak memungkinkan mereka untuk melanjutkan pendidikan yang lebih

tinggi karena pendidikan yang lebih tinggi membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dengan

pendidikan yang kurang memadai para perantau tidak mengharapkan pekerjaan sebagai

pegawai negri yang bekerja di sektor pemerintahan. Mereka kemudian memilih bekerja di

Page 38: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

21

sektor informal seperti berdagang, sedangkankan peluang yang baik untuk berdaganag lebih

banyak tersedia dirantau daripada di kampung halaman, untuk itulah mereka merantau.

Pekerjaan seperti berdagang menurut mereka tidak memerlukan pendidikan formal yang

tinggi melainkan cukup dengan sabar, ulet dan tidak mudah putus asa. Adapun perincian

mengenai mata pencaharian perantau Sulit Air adalah sebagai berikut

Tabel III

Jenis Mata Pencaharian Perantau Sulit Air

Tahun Mata Pencaharian Jumlah

Pegai Negeri Pedagang Pegai Swasta Lain-lain

1986 - 21 2 - 22

1988 - 34 - 1 35

1990 2 38 1 - 41

Page 39: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

22

1992 - 40 1 1 42

1994 - 45 5 - 50

1996 3 47 7 1 58

1998 5 68 8 3 84

Sumber: DPC SAS Surakarta tahun 2009

Dari tabel III dapat diketahui bahwa mayoritas perantau Sulit Air bekerja sebagai

pedagang. Hal tersebut sebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan perantau Sulit Air,

seperti yang terlihat pada tabel II.

d. Faktor keamanan

Pergolakan di Sumatra pada tahun 1950 turut menentukan bagi lahirnya budaya rantau.

Merupakan Sjafri Sairin22 pergolakan tahun 1950 membawa sejumlah implikasi sosial bagi

masyarakat Minangkabau. Mereka merasa telah dikalahkan oleh rezim. Kekalahan ini

menjadi beban psikologis yang tidak mudah. Untuk meringankan beban psikologis ini,

sebagian masyarakat Minangkabau melakukan migrasi secara besar-besaran ke berbagai kota,

terutama pulau Jawa. Faktor keamanan tersebut, melatarbelakangi Burhan untuk merantau. Ia

mengatakan pergi merantau disebabkan karena kondisi Sumatra Barat sudah tidak aman lagi.

Ketika itu Sumatra Barat terjadi PRRI pada tahun 1958. Karena itu ia tauma untuk kembali

ke Sulit Air.

2. Faktor Penarik

Faktor – faktor yang menarik seseorang untuk melakukan migrasi biasanya

menggambarkan situasi daerah tujuan. Gambaran – gambaran tersebut merupakan gambaran

positif dengan berbagai kemudahan dan tersediannya berbagai fasilitas di kota sehingga

22 Sjafri Sairin. “Minangkabau yang Gelisah: Sebuah Catatan Singkat” <http://www.melayuonline.com,>

diakses pada tanggal 23 November 2009 pukul 11.00

Page 40: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

23

menarik seseorang untuk meninggalkan kampong halaman. Faktor – faktor tersebut adalah

daya tarik kota dan informasi dari teman atau saudara yang pernah merantau tentang daerah

tujuan sangat mempengaruhi keputusan seseorang, terutama bagi yang belum pernah

merantau untuk pergi meninggalkan kampong halaman. Biasanya informasi mengatakan

bahwa di kota segala macam pekerjaan mudah didapat dan tersedia segala macam bentuk

hiburan. Faktor inilah yang mendorong mereka untuk hidup dan bekerja di kota. Informasi-

informasi tersebut di atas dapat menyebabkan (1) dorongan untuk pindah akan semakin kuat

diantara tenaga potensial di desa,(2) pranata sosial yang mengontrol mengalirnya warga desa

yang keluar semakin longgar,(3) pergerakan penduduk yang tertuju di daerah

tertentu,(4)perubahan pola interaksi dan pemilikan lahan di desa yang melihat lahan sebagai

komoditi pasar23.

C. Adaptasi

Dalam perspektif kebudayaan, kemampuan beradaptasi merupakan salah satu bentuk dari

daya hidup stamina kebudayaan. Menurut budayawan W.S. Rendra24 kemampuan

beradapatasi dalam perfektif kebudayaan ialah kesadaran kreatif untuk mengatasi tantangan

keadaan. Sebab, keadaan di suatu tempat tidak sama dengan di tempat lain. Keadaan itu bisa

berupa faktor iklim,stuktur geografis, watak manusia, atau sistem sosial dan budaya. Dalam

kondisi seperti inilah, stamina kebudayaan suatu bangsa diuji.

Kemampuan beradaptasi para perantau dari Sulit Air memang patut diakui. Sikap

familiar, mudah berkomunikasi, dan membaur bersama orang lain dari berbagai latar

belakang etnis, menunjukan bahwa mereka memiliki kemampuan beradaptasi dengan baik.

23 Bintaro R. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Jakarta:Ghalia Indonesia. 1989. Hal 66 24 W.S. Rendra, Penyair dan Kritik Sosial.Yogyakarta: Kepel Press 2001.Hal 51

Page 41: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

24

Stamina kebudayaan Minangkabau, terutama yang tercermin pada pribadi-pribadi perantau,

sangat kokoh dan tetap terjaga. “Di mana bumi dipijak,disitu langit dijunjung”, adalah

filosofi para perantau Minang, dan hal itulah yang menjadi kunci keberhasilan orang-orang

Minangkabau di tanah rantau. Sekalipun harus bercampur baur dengan etnik lain, mereka bisa

berdaptasi dengan baik. Meskipun harus berintraksi dengan orang-orang yang menggunakan

bahasa lain, tetapi mereka bisa beradaptasi dengan cepat.

Orang Sulit Air selalu mudah bergaul dengan siapa saja. Kemampuan mereka dalam

beradaptasi telah diwarisi secara turun temurun. Orang minang selalu terbuka kepada siapa

saja, tanpa melihat latar belakang orangnya. Menurut Gamawan Fauzi25, kemanapun orang-

orang Minangkabau merantau selalu dituntut untuk bisa beradaptasi dengan baik. Mereka

dituntut supaya bisa membaur dengan budaya setempat. Ditambah dengan kemampuan

berkomunikasi, mereka juga harus selalu berusaha menghindari konflik.

Sepanjang sejarahnya, orang Minang di perantauan tidak pernah terlibat konflik dengan

masyarakat di manapun mereka berada. Ini karena budaya dan perilaku hidup mereka yang

yang terbuka, tidak eksklusif, dan hidup membaur dengan masyarakat setempat. Di mana pun

rantaunya, orang Minang tidak pernah membuat “kampung”. Tidak ditemukan ada Kampung

Minang di kota-kota di mana perantau Minang jumlahnya cukup banyak. Sebaliknya, di

kampung halamannya sendiri mereka memberikan “kampung” kepada para pendatang,

termasuk kepada orang Cina. Di Padang, Bukittinggi dan Payakumbuh ada Kampung Cino

(Cina), di Padang dan Solok ada Kampung Jao (Jawa), atau Kampung Keling di Padang dan

Pariaman. Karena daya adaptasi, kemampuan menyesuaikan diri, yang tinggi itu, mereka pun

diterima oleh masyarakat di mana mereka berada. Mereka memiliki cara-cara tersendiri yang

tidak dimiliki oleh etnis lain dalam hal beradaptasi. Adaptasi tersebut meliputi banyak hal,

25 Gamawan Fauzi “Budaya Merantau orang minang”. Postmetro Padang, Sabtu 11 Oktober 2008

Page 42: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

25

diantaranya dalam hal perkawinan, aktivitas organisasi dan hubungan dengan sesama

perantau maupun dengan masyarakat pribumi.

1. Hubungan Sosial dengan sesama Perantau

Perantau yang baru datang datang pada awalnya menjalin kontak dengan sesama

perantau, dimana mereka saling menyesuaikan diri terhadap kebiasaan teman-teman satu

etnisnya. Penyesuaian antara sesama perantau dapat terjadi dengan sendirinya misalnya

mereka saling membiasakan diri hidup dalam satu wilayah kontrakan, bekerja sama dalam

satu wilayah, berjualan di lingkungan yang sama. Dalam berkomunikasipun mereka

menggunakan bahasa yang sama. Rasa senasip sepenanggungan para perantau menjadikan

ikatan menjadi lebih kuat, sehingga lebih cepat terjadi pembauran antar sesama perantau.

Jenis pekerjaan yang dilakukan orang Sulit Air juga tergantung pada pendidikan yang

mereka miliki. Mereka yang berpendidikan atas cenderung bekerja di sektor pemerintahan

dan mengelompok sesama temannya yang setingkat, sedangkan mereka yang berpendidikan

rendah cendrung bekerja disektor perdagangan kecil dan mengelompok dengan sesama

pedagang.

Seringnya mereka bersatu dijalanan sebagai pedagang kaki lima membuat mereka bisa

leluasa dalam bergaul. Mereka sering saling membantu antara satu dengan yang lain. Bila

yang satu membutuhkan bantuan, maka yang lain dengan suka rela bersedia membantu. Jenis

bantuan yang diberikan tidak terbatas pada hal yang bersifat sosial saja, namun juga yang

bersifat ekonomis. Sehingga hubungan antar sesama perantau Minangkabau asal Sulit Air

menjadi akrab.

2. Hubungan Sosial perantau dengan penduduk pribumi

Perantau yang melakukan mobilitas ke kota, akan hidup dan tinggal di kota dengan

menempati rumah-rumah yang tidak jauh berbeda dengan masyarakat pribumi walaupun

kebanyakan para perantau tinggal dirumah kontrakan. Letak rumah mereka tidak teratur dan

Page 43: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

26

saling berdekatan. Sekalipun mereka tinggal di kontrakan, tetapi mereka tetap melakukan

hubungan dengan masyarakat di sekitarnya dalam kegiatan sehari-hari. Sebagai pendatang,

yang memasuki lingkungan yang baru dan berbeda dengan lingkungan sebelumnya, maka

mereka harus menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan penduduk setempat.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mochar Naim, suku Jawa merupakan salah satu

suku yang disukai oleh orang Minangkabau untuk diajak bergaul. Karakter lemah lembut

yang dimiliki suku Jawa adalah salah satu alasan mereka suka dengan suku Jawa, mereka

membedakan dengan suku Batak ysng menurut mereka berperangai kasar26. Keadaan tersebut

menjadikan mereka tidak terlalu susah untuk dapat bergaul dengan orang Jawa. Mereka

memiliki berbagai usaha untuk beradaptasi dengan masyarakat pribumi yaitu dengan

mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh masyarakat. Kegiatan –kegiatan tersebut

seperti kerja bakti, arisan, menengok tetangga yang lagi sakit, mengikuti organisasi pedagang

yang diadakan oleh para pedagang pribumi, bahkan banyak perantau yang menikah dengan

pribumi.

Perkawinan antar etnis yang dilakukan oleh orang Sulit Air pada masa sekarang ini juga

mulai banyak terjadi. Menurut Rusdi Salim27 saat ini hampir 80% peranakan Sulit Air yang

menikah dengan penduduk lokal. Jika kebetulan isteri yang Minangkabau atau Sulit Air,

kemungkinannya adalah bahwa anak mereka akan mengidentifikasi dirinya kepada ibunya,

oleh karena itu si anak akan mengklaim dirinya sebagai orang Minangkabau. Status anak

tersebut juga didukung oleh adat Minangkabau yang menghitung keturunan berdasarkan garis

ibu. Sedangkan jika kebetulan yang Sulit Air atau Minangkabau adalah suami dan isteri

bukan Minangkabau, akibatnya anak-anak akan dikenali hanya sebagai anak pisang28.

26 Mochtar Naim, Merantau, Pola Migrasi Suku Minangkabau. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

1978. halaman 204 27 Wawancara dengan Rusdi Salim tanggal 20 Februari 2010 28 Contoh terbaik dalam hal ini diberikan oleh Hamka dalam novelnya : Tenggelamnya Kapal Van Der

Wijck, di mana tokoh utama cerita, yakni Zainudin menemukan dirinya sebagai orang asing di kampung ayahnya di Sumatra barat, yang selama ini ia idam-idamkan untuk melihatnya. Dia akhirnya menyadari bahwa

Page 44: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

27

Sehingga jika dilihat mereka benar-benar dapat menyatu den beradaptasi dengan penduduk

pribumi.

D. Perkembangan Perantau Minang di Surakarta

Perantau Minangkabau yang ada di rantau ada yang berhasil dan ada pula yang kurang berhasil.

Tetapi setidaknya jarang dari mereka yang kurang berhasil terus pulang ke kampung halaman. Jika

mereka akan pulang, akan menunggu bekalnya cukup dulu atau jika tidak pulang akan mengirimkan

uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sanak saudaranya. Mereka ingin meningkatkan taraf

hidup keluarga yang ada di kampunga halaman.

Tujuan utama selama berada di rantau adalah menabung atau mengumpulkan sebanyak mungkin

uang untuk persiapan dibawa pulang ke kampung halaman. Untuk itu mereka dalam hidup sehari-hari

di perantauan harus berlaku hemat dalam pengeluaran dan perbelanjaan. Mereka sangat menghindari

pola hidup yang boros dan membuang-buang uang.

Para perantau pada saat berangkat merantau terkadang tidak membawa apa-apa, tetapi setelah

berada dirantau mereka banyak memiliki barang-barang seperti barang-barang ektronik, kendaraan

atau bahkan memiliki rumah sendiri. Keadaan yang demikian membuat mereka harus berpikir dua

kali untuk pulang ke kampung halaman. Dirantau mereka mendapatkan semua yang mereka inginkan,

sedangkan di kampung mereka belum tentu akan mendapatkan hal yang sama.

Memang tujuan semula merantau adalah untuk mengumpulkan uang dan harta untuk dibawa

pulang ke kampung halaman, tetapi dalam kenyataannya tidak sesederhana itu. Mereka bingung jika

ditanya akan pulang atau tidak, terutama para perantau yang sudah mapan. Jika ditanya untuk

mengirimkan uang atau hasil jerih payah ke kampung biasanya mereka akan bersedia, tetapi jika harus

kembali dan tinggal di kampung mereka belum tentu bersedia.

dengan berayahkan orang Minangkabau (sedanghkan ibunya orang bugis) tidaklah menyebabkan ia menjadi orang Minangkabau pula. Di Sumatra Barat rat-rata orang menganggap dia sebagai orang Bugis, karena ibunya orang Bugis. Lihat dalam Hamka. 1957. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Jakarta : Balai Pustaka

Page 45: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

28

Hal ini dialami oleh Muhamad Rusdi Salim29. Ia sekarang telah memili kios sendiri. Ia berjualan

tas, helm dan pulsa. Menurutnya ia tidak memiliki keinginan untuk kembali menetap di kampung

halaman. Ia sudah mengajak seluruh keluarganya di rantau. Ia bahkan sudah memiliki rumah di

rantau. Keadaan yang sudah mapan tersebut menjadikan ia ingin menghabiskan sisa-sisa hidupnya di

rantau bersama keluarganya. Ia pulang ke Sulit Air hanya jika ada keperluan penting yang

mengharuskannya untuk pulang ke Sulit Air.

Hal yang dialami oleh Sabililah juga sama. Ia tidak ingin pulang ke kampung halaman dan ingin

mengembangkan usahanya di rantau. Ia lebih senang tinggal di kota karena di kota segala sesuatunya

juga mudah didapat. Ia membayangkan jika harus pulang, mungkin ia belum tentu bisa hidup seperti

sekarang. Hal serupa banyak diutarakan oleh para perantau. Mereka yang sudah cukup mapan di

rantau atau mungkin sudah memiliki keluarga di rantau tidak memiliki pikiran lagi untuk pulang ke

kampung halaman. Yang ada dipikiran mereka adalah bagaimana usaha mereka di rantau dapat

menjadi lebih baik dan berkembang sehingga dapat menjamin masa depan mereka. Bagi mereka,

pulang ke kampung setelah tinggal cukup lama di rantau dan sudah dapat beradaptasi dengan

rantau merupakan proses merantau juga. Karena mereka harus beradaptasi dengan lingkungan

kampung yang mungkin sudah banyak berubah dan agak asing karena jarang melihatnya. Mereka

terkadang tidak tahu harus mengerjakan apa di kampung karena pekerjaan di kampung berbeda

dengan yang ada di rantau.

Para perantau yang sudah cukup berhasil biasanya akan mengajak saudara maupun teman-

temannya yang ada di kampung halaman. Keadaan yang demikian menjadikan kampung halaman

mereka menjadi sepi. Di kampung halaman mereka jika letaknya di kota, masih ada para pendatang

dari luar Sumatra Barat. Mereka inilah yang meramaikan suasanya di kampung halaman para

perantau. Tetapi lain halnya jika keadaannya di desa, maka desa akan kekurangan tenaga kerja,

terutama tenaga kerja laki-laki karena sebagian besar yang merantau adalah kaum laki-laki. Pada

tahun 1993 warga Sulit Air berjumlah 70.000 jiwa, 55.000 diantaranya berada dirantau dan hanya

29 Wawancara dengan Muhamad Rusdi Salim tanggal 3 Oktober 2009 jam 15.00

Page 46: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

29

sebanyak 15.000 jiwa yang berada di kampung. Kampung halaman biasanya akan ramai hanya ketika

hari raya Idhul Fitri tiba. Para perantau datang ke Sulit Air selain untuk mengunjungi kampung, juga

untuk mengadakan Musyawarah Besar (Mubes) SAS yang memang dilaksanakan di Sulit Air setiap 2

tahun sekali untuk memilih ketua umum SAS30.

30 Singgalang, ”Musyawarah Besar SAS Ke-XII di Sulit Air Dihadiri 10.000 Perantau”, Minggu 21 Maret

1993, Hal 11

Page 47: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

30

BAB III

Organisasi Perantau Sulit Air Sepakat (SAS)

A. Asal Usul Nama Nagari Sulit Air

Nagari Sulit Air merupakan bagian dari Kecamatan X Koto Di atas Kabupaten Solok Sumatra

Barat. Ditinjau dari struktur bahasa Sulit Air terdiri dari dua suku kata yaitu Sulit dan Air. Dalam

kamus bahasa Indonesia kata sulit sama dengan maknanya susah, langka dan berat

mendapatkannya, sedangkan air berarti sebuah zat atau benda cair yang bermanfaat bagi kehidupan

manusia31. Jadi istilah Sulit Air mengandung makna yang menjelaskan sebuah wilayah yang kering

dan tidak subur, sehingga susah mendapatkan air sebagai kebutuhan pokok kehidupan.

Menurut catatan sejarah asal usul nagari Sulit Air dan orang yang pertama sekali menempati

nagari Sulit Air adalah Dt. Mulo Nan Kawi beserta rombongannya. Penelusuran sejarah dimulai dari

perjalanan (hijrahnya) Dt. Mulo Nan Kawi dan istrinya Puti Anggo Ati dari daerah asalnya Pariangan

Padang Panjang. Perjalanan Dt. Mulo Nan Kawi beserta rombongan bertujuan pergi ke nagari Solok

yang dapat ditempuh melintasi jalan Timur melewati pinggiran danau Singkarak. Jalan yang

ditempuh tersebut berupa hutan lebat dan bukit-bukit. Perjalanan itu memakan waktu berhari-hari.

Banyak tempat telah dilalui oleh Dt. Mulo Nan Kawi beserta istri dan rombongan, dan akhirnya ia

sampai disuatu tempat dataran yang cukup luas dan disanalah mereka memasang kemah untuk

beristirahat. Puti Anggo Ati puas dengan tempat itu, karena bukit32 idamannya terlihat jelas dari

sana, tempat itu adalah lapangan Koto Tuo sekarang. Sewaktu Puti Anggo Ati bangun pagi dan keluar

dari kemah sambil menikmati keindahan pemandangan alam, timbul keinginan untuk menetap

selamanya ditempat tersebut dan mengatakan kepada suaminya Dt. Mulo Nan Kawi untuk tidak

31 Kamus Besar Basaha Indonesia. 1998. Jakarta: Balai Pustaka 32 Bukit itu berwarna merah-putih, seperti warna bendera Negara Indonesia. Bukit ini merupakan

kebanggaan warga Sulit Air dan menjadi salah satu factor penarik perantau untuk pulang kampong karena memiliki kesan tersendiri untuk dipandang.

30

Page 48: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

31

melanjutkan perjalanan ke Solok. Selanjutnya Puti Anggo Ati ingin mandi di sungai, kemudian ia

melihat dan memandangi air yang keluar berdesak-desakkan dari celah –celah batu. Hal yang amat

mengesankan Puti Anggo Ati dan berkata kepada suaminya: “tuan, lieklah sulieknya aie kalu”. “iyo

suliek aie di siko, inggo indak mungkin kito tingga di soko”33 (melihat air tersebut yang berdesak-

desakan ingin keluar mereka mengatakan air sulit didaerah ini). Maka dari peristiwa tersebut nama

nagari Sulit Air berasal.

Sulit Air hanya memiliki luas 80 km persegi dengan 13 desa yang sebagaian besar terdiri dari

tanah gersang dan hanya 690 ha lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian tanaman pangan

dan 297 ha untuk tanaman keras. Kondisi alamnya yang sedemikian rupa yang menyebabkan

sebagaian besar penduduknya pergi merantau34. Terbukti pada tahun 70-an, masyarakat Sulit Air

terkenal sebagai terpadat aliran masuk wesel dari luar di seluruh Sumatra Barat35. Sehingga Sulit air

terkenal dengan sebutan sebagai Nagari Wesel. Hal itu karena banyaknya perantau dari daerah ini

mengirim untuk keluarganya di kampung. Dari tahun ketahun pun, semakin banyak warga Sulit Air

yang pergi perantau. Pada tahun 1993 tercatat jumlah warga Sulit Air sekitar 70.000 orang, yang

mana hampir 55.000 orang warganya berada diperantauan dan sisanya sekitar 15.000 orang tinggal

dikampung36. Dan pada tahun 1994 jumlah warga Sulit Air yang berada dirantau semakin bertambah

yaitu menjadi 65.000 orang.

B. Latar belakang berdirinya SAS Surakarta

33 Rozali Usman, Rangkayo Sutan, dkk. 1975. Asal Usul Nagari Sulit Air dan persukuan Sulit Air. Jakarta :

Rora Karya. Hal 12 34 Singgalang, “ Gubernur di Sulit Air: Industri RT Atasi Kesenjangan Sosial”. Selasa 23 Maret 1993 35 Oneng Ananda, “Sulit Air Sepakat (SAS): Membangun di dan dari Perantauan” dalam Forum Pemuda,

Oktober 1992 Kolom Lensa OK”P”,

36 Singgalang, ”Musyawarah Besar SAS Ke-XII di Sulit Air Dihadiri 10.000 Perantau”, Minggu 21 Maret 1993

Page 49: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

32

Masyarakat kita merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai organisasi – organisasi. Kita

dilahirkan di dalam organisasi, dididik melalui organisasi dan hampir semua dari kita melewati masa

hidup dengan bekerja untuk kepentingan organisasi. Definisi organisasi menurut Amitai Etzioni

adalah unit sosial (atau pengelompokan manusia) yang sengaja di bentuk dan dengan penuh

pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan – tujuan tertentu. Demikian juga dengan masyarakat

perantau Minang asal Sulit Air dimana di dalam kehidupannya tidak bisa di lepaskan dari keberadaan

organisasi Sulit Air Sepakat (SAS).

Sulit Air Sepakat (SAS) adalah sebuah organisasi warga perantau yang berasal dari kenagarian

Sulit Air kabupaten Solok provinsi Sumatra Barat. Organisasi SAS didirikan oleh tokoh-tokoh

perantau yang berada di kota Padang pada tahun 191837. Sampai saat ini kota Padang telah

disepakati sebagai kota pertama terbentuknya organisasi perantau Sulit Air secara aklamasi.

Organisasi SAS didirikan oleh Mahyuddin Dt. Sutan Maharajo Nan Besar atau serinng disebut

dengan gelar Datuk Bangkik38 yang berasal dari keluarga bangsawan Minangkabau Tuanku Laras II

yang memimpin nagari Sulit Air abad ke-19. Gelar Datuk Bangkik merupakan gelar penghargaan dari

masyarakat Sulit Air atas jasa beliau yang telah membangun daerah Sulit Air melalui penggalangan

organisasi perantauan disamping beliau dianggap sebagai tokoh pemersatu yang telah dikenal baik

oleh masyarakat Sulit Air melalui pendirian surat kabar “Pelita kecil” pada tahun 1918 di kota

Padang39.

SAS Surakarta berdiri pada tahun 1961, oleh tokoh-tokoh yang berasal dari Sulit Air yang tinggal

di Surakarta yaitu Ismail Datuak Bagindo Rajo, Munaf Arif, Bachtiar Sati Baheran, Munir Sati Keadilan

dan Agus Salim.

37 SAS didirikan oleh para perantau Sulit Air yang berada dikota Padang pada tahun 1918, sehingga kota

Padang dianggap sebagai tempat berdirinya organisasi SAS. 38 Datuk Bangkik dianggap sebagai pendiri SAS karena penggagas perlunya sebuah organisasi bagi para

perantau, pencetus untuk organisasi SAS disamping beliau menjabat sebagai tokoh adat dan tokoh pers nasional. 39 Bukti yang menegaskan Datuk Bangkik sebagai pendiri organisasi SAS tertulis dalam Autobiografi Zainal

Abidin Achmad, halaman 18.

Page 50: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

33

Program kerja masing- masing DPC SAS mendapat perhatian dari DPP SAS, terutama dalam

pembangunan gedung serbaguna yang sangat vital keberadaannya dalam menggalang rasa

persatuan dan kesatuan perantau asal Sulit Air. Dan hampir diseluruh cabang-cabang SAS di seluruh

Indonesia dan mancanegara telah memiliki gedung serbaguna masing-masing. Seperti pada DPC SAS

Surakarta, dimana gedung tersebut digunakan untuk pertemuan anggota setiap bulannya dan juga

merupakan kantor dari DPC SAS Surakarta. Program kerja DPC SAS Surakarta adalah setiap tanggal 1

selalu berkumpul silahturahmi antar anggota. Selain itu juga mengadakan simpan pinjam. Dengan

adanya simpan pinjam ini sangat membantu angoota – anggota yang sebagian besar berprofesi

sebagai pedagang. Pinjaman yang di dapat digunakan sebagai modal usaha dan untuk melebarkan

usaha agar dapat menghidupi keluarganya baik yang keluarga yang berada di rantau atau yang

berada di kampung halaman.

C. Tujuan

Tujuan ialah suatu kondisi atau keadaan pada waktu yang akan datang, yang membantu

pencapaian misi organisasi. Tujuan mempunyai sifat lebih konkret dan khas dibandingkan

dengan misi, tujuan organisasi mencangkup beberapa fungsi, diantaranya yaitu memberikan

pengarahan dengan cara menggambarkan keadaan masa yang akan datang yang senantiasa

berusaha dikejar dan diwujudkan oleh organisasi. Dengan demikian tujuan tersebut

menciptakan pula sejumlah pedoman bagi landasan kegiatan organisasi40.

Suatu organisasi didirikan pastilah dengan suatu maksud dan tujuan yang jelas. Karena

dengan maksud dan tujuan tersebut akan mengarahkan pada tegaknya perjuangan, yaitu

menentukan jenis kegiatan yang akan dilakukan dan besarnya usaha yang akan

diperjuangkan. Pada awalnya pendirian organisasi SAS dilatarbelakangi oleh keinginan

masyarakat Sulit Air yang ada diperantauan untuk sekedar berkumpul-kumpul dalam suatu

wadah paguyuban di rantau. Kebiasaan berkumpul-kumpul diwarung (kedai) kopi semasa

40 Agus Dharma, S.H, M.Ed(editor). Organisasi (Perilaku, Sturuktur dan Proses ) Jilid 1. Jakarta:

Erlangga. 1992. Halaman 37

Page 51: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

34

berada di kampung sambil bercerita masalah politik, ekonomi, agama dan masalah sosial

budaya terbawa sampai mereka berada dirantau. Pada awal pendirian SAS, masyarakat

berkumpul apabila hanya ada kemalangan (kematian). Namun pada tahap perkembangannya,

mereka memanfaatkan moment tersebut untuk saling memberikan informasi atau kabar

tentang dirinya masing-masing di daerah perantauan. Kemudian fungsi ini diformalkan

kedalam sebuah organisasi yang saat ini memiliki multi fungsi yaitu fungsi manifes dan

fungsi laten. Fungsi manifes SAS adalah sebagai wadah silaturahmi para perantau dan

menerima bantuan sosial perantau yang bertujuan untuk pembangunan nagari Sulit Air dan

daerah perantauan41. Sedangkan fungsi laten SAS adalah sebagai tempat berkumpul,

perjodohan, pembentukkan jaringan dalam mencari pekerjaan yang akhirnya dapat

memperkuat hubungan silaturahmi bagi kesatuan daerah Sulit Air itu sendiri42. Untuk lebih

menguatkan maksud dan tujuan dibentuknya organisasi perantau Sulit Air Sepakat (SAS)

maka dimasukkan ke dalam Anggaran Dasar(AD) pasal II yang berbunyi SAS didirikan

dengan maksud dan tujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat Sulit Air dalam

rangka pembangunan bangsa dan tanah air Indonesia.

D. Visi dan Misi

Visi dari SAS adalah menjadi suatu organisasi perantauan yang mandiri dan bermanfaat

bagi kampung halaman dan bagi perantau asal sulit air. Dan untuk mencapai maksud tersebut,

maka misi dari SAS sebagai berikut : (1) berusaha menanamkan dan memupuk rasa

kesadaran berkeluarga, kesadaran bermasyarakat, kesadaran berorganisasi, kesadaran

bernegara dan kesadaran beragama di kalangan anggota. (2) SAS berusaha memperjuangkan

perbaikan sosial, ekonomi, pendidikan dan kebudayaan untuk meningkatkan derajat hidup

41 Sumbangan sosial perantau diperuntukkan untuk daerah rantau dan nagari Sulit Air. Bagi daerah rantau

digunakan untuk membangun gedung serba guna(pertemuan), penyediaan tanah pekuburan dan aktifitas koperasi simpan pinjam. Sedangkan untuk nagari Sulit Air adalah membangun berbagai infrastruktur berupa jalan, jembatan, masjid, mushalla dan peningkatan sumber daya manusia.

42 Irdam Huri. 2006. Filantropi Kaum Perantau, Studi Kasus Kedermawanan Sosial Organisasi Perantau Sulit Air Sepakat (SAS) Kabupaten Solok Sumatra Barat. Depok: Piramedia. Halaman 65

Page 52: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

35

masyarakat Sulit Air. (3) dan SAS berusaha menggali dan membina segenap potensi yang ada

dalam masyaraksat Sulit Air, dalam rangka usahanya mencapai Sulit Air Jaya, seirama

dengan pembangunan bangsa dan tanah air Indonesia.

E. Perkembangan SAS

1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah rangkaian aturan yang menunjukkan hubungan antara fungsi

organisasi yang meliputi pimpinan, tugas wewenang serta tanggung jawab yang masing –

masing mempunyai peranan tertentu dalam kesatuan yang utuh mencapai tujuan organisasi.

Struktur organisasi yang sehat berarti tiap-tiap satuan organisasi yang ada dapat

menjalankan peranannya dengan tertib. Struktur organisasi yang efisien berarti dalam

menjalankan peranannya tersebut, masing – masing satuan organisasi dapat mencapai

perbandingan terbaik antara usaha dan hasil kerja.

SAS dipimpin oleh Dewan Pimpinan Pusat SAS (DPP SAS), sedangkan cabang- cabang

SAS dipimpin oleh Dewan Pimpinan Cabang SAS (DPP SAS). DPP SAS dipilih oleh dan

bertanggung jawab kepada Musyawarah SAS. Masa bakti DPP SAS dinyatakan berakhir

setelah ketua Umum DPP SAS terpilih dalam musyawarah Besar SAS.

DPC SAS dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada Rapat Anggota Cabang SAS yang

bersangkutan. Masa bakti DPC SAS, dinyatakan berakhir setelah ketua Cabang SAS yang

baru terpilih dalam Rapat Anggota Cabang. DPP SAS dan DPC SAS didampingi oleh Dewan

Kehormatan. Cabang- cabang SAS yang berdekatan dikoordinasikan oleh koordinator

Wilayah SAS (KORWIL SAS). Organisasi SAS mempunyai alat kelengkapan berupa:

a. Musyawarah Besar (Mubes)

Kekuasaan tertinggi berada pada Musyawarah SAS. Musyawarah Besar (Mubes) SAS

adalah pertemuan cabang-cabang SAS yang diselenggarakan untuk membicarakan kegiatan

Page 53: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

36

dan masalah-masalah organisasi dan masalah –masalah yang dihadapi Sulit Air pada

umumnya. Musyawarah Besar SAS diselenggarakan oleh DPP SAS sekali dalam dua tahun,

namun dapat ditunda atau dipercepat atas dasar alas an-alasan kuat lagi wajar dari DPP SAS

atau atas persetujuan sekurang-kurangnya dua pertiga cabang SAS yang ada. Penundaan

penyelenggaraan konperensi tidak boleh lebih dari setahun dari waktu yang telah ditetapkan.

Mubes SAS di selenggarakan di Sulit Air, pada akhir Ramadhan atau Idul Fitri tahun

yang bersangkutan. Atas dasar alsan- alasan kuat DPP SAS yang tidak bisa diperkirakan

sebelumnya dan persetujuan tertulis sekurang-kurangnya sepertiga cabang SAS yang ada,

konperensi SAS dapat diadakan diluar Sulit Air. Bila karena satu dan lain hal DPP SAS tidak

menyelenggarakan Musyawarah sebagaimana disebutkan diatas, maka Dewan Pembina DPP

SAS bersama Korwil-korwil dan cabang-cabang SAS hendaklah bermufakat untuk

mengambil alih penyelenggaraannya. DPC SAS yang karena satu dan lain hal tidak dapat

menghadiri Musyawarah harus memberitahukan perihal ketidakhadirannya kepada DPP SAS

atau Panitia Penyelenggara Musyawarah SAS disertai alasan – alasan yang jelas serta

menyatakan dapat menerima atau tidak penyelenggaraan konperensi. Musyawarah dianggap

sah bila dhadiri oleh sekurang – kurangnya sepertiga cabang SAS yang ada. Bila quorum

tersebut tidak dapat dicapai, penyelenggaraan konperensi ditunda sehari untuk memberi

kesempatan bagi kehadiran delegasi yang terlambat dating dan datangnya surat dari cabang

SAS yang berhalangan hadir. DPC SAS yang tidak hadir namun memberitahukan perihal

ketidak hadirannya dan menyatakan menyetujui berlangsungnya Musyawarah dapat dianggap

sebagai menghadiri Konperensi dalam pengertian menambah jumlah suara yang mensahkan

berlangsungnya koperensi tersebut.

Warga penetap sulit Air memiliki hak satu suara dalam Musyawarah (sama dengan

cabang SAS) dan diwakili oleh yang berhak mengatasnamakan Sulit Air dalam pengertian

pemerintahan. Hak dan wewenang cabang SAS dalam Musyawarah adalah sama, masing-

Page 54: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

37

masing berhak atas satu suara. Keputusan –keputusan dalam musyawarah diambil secara

musyawarah untuk mufakat. Bila dengan cara ini keputusan tidak dapat diambil, barulah

diadakan pemungutan suara (voting) dan keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

Bila suara berimbang maka pilihan pimpinan rapat menentukan. Musyawarah diadakan untuk

memilih Ketua Umum DPP SAS untuk masa bakti 2 tahun. Ketua Umum terpilih

berkedudukan sebagai mandataris keputusan-keputusan musyawarah dan pimpinan tertinggi

organisasi. Komposisi dan personalia DPP SAS lainnya ditentukan oleh Ketua Umum

terpilih, tanpa bantuan atau dengan formatur yang ditunjuk musyawarah.

(1) Musyawarah Kerja

Musyawarah kerja adalah pertemuan cabang-cabang yang diselenggarakan oleh DPP

SAS untuk membahas perkembangan organisasi.

(2) Rapat anggota

Rapat angoota adalah pertemuan seluruh anggota cabang yang merupakan kekuasaan

tertinggi di tingkat cabang dan diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 2 tahun.

b. Kepengurusan Organisasi SAS

(1) DPP SAS

Dewan Pimpinan Pusat (DPP) merupakan pimpinan tertinggi organisasi, yang terdiri dari

seorang Ketua Umum, beberapa orang Ketua, seorang Sekretaris Jendral dan seorang

Sekretaris, seorang Bendahara Umum dan seorang Bendahara serta beberapa orang seksi.

Ketua Umum dipilih oleh dan bertanggung jawabpada Mubes.

Pimpinan sehari – hari terletak pada DPP SAS. dalam melakukan tugasnya, DPP SAS

dapat mengadakan Musyawarah Kerja (Muker), berhak mengeluarkan peraturan-peraturan,

penetapan-penetapan, keputusan tertinggi organisasi, menganugerahkan penghargaan,

kehormatan dan tanda jasa atas nama organisasi, sepanjang tidak bertentangan dengan azas

dan tujuan organisasi.

Page 55: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

38

Keputusan-keputusan penting DPP SAS diambil secara musyawarah untuk mufakat. Bila

terjadi perbedaan pandangan, suara Ketua Umum menentukan, kecuali bila tidak disetujui

olehlebih dari duapertiga anggota DPP SAS. Bila Ketua Umum karena satu dan lain hal tidak

dapat menjalankan tugasnya maka pimpinan tertinggi organisasi dijabat oleh Ketua I yang

posisinya berada di bawah peringkat Ketua Umum. Bila Ketua I ini berhalangan atau tidak

melaksanakannya, maka diambil alih oleh Sekretaris Jendral, begitu seterusnya. Dalam

keadaan demikian pejabat tersebut menggunakan sebutan Pejabat Ketua Umum DPP SAS.

Berikut gambar struktur organisasi DPP SAS :

Gambar 1

Struktur Organisasi DPP SAS

Ketua Umum Wakil Ketua I

Wakil Ketua II Wakil Ketua III

Page 56: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

39

(2) DPC SAS

Pimpinan sehari-hari di cabang-cabang, dipegang oleh DPC SAS. DPC SAS dipimpin

oleh seorang Ketua yang dipilih dalam rapat anggota cabang. Komposisi dan personalia

anggota DPC SAS lainnya ditentukan oleh Ketua terpilih atau formatur yang ditunjuk untuk

itu. Masa kepengurusan DPC SAS adalah 2 tahun. Masa bakti DPC SAS tersebut diusahakan

Sekretaris Jendral

Bendahara

Ketua-Ketua Bidang

Ketua Bidang Organisasi

Ketua Bidang Usaha

Ketua Bidang Kesra

Ketua Bidang Humas dan Dokumen

Ketua Bidang Olahraga/pemuda

Ketua Bidang Hukum

Wakil Sekretaris Jendral

Wakil Bendahara

Page 57: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

40

sama dengan masa bakti DPP SAS yang berakhir dengan selesainya musyawarah SAS

berikutnya. Bila karena kepasifan DPC SAS atau sebab lain rapat anggota sekali 2 tahun

untukmembentuk pengurus baru tidak terselenggarakan maka anggota DPC yang ada harus

menyelenggarakannya. Bila juga tdak ada maka tugas penyelenggaraannya berturut-turut

adalah oleh Dewan Kehormatan, Korwil dan kerakhir DPP SAS. Kepengurusan DPC SAS

disahkan dan dilantik oleh DPP SAS dan DPP SAS dapat mewakilkan kepada Korwil SAS

yang mewilayahi cabang SAS yang bersangkutan. Keputusan – keputusan dalam rapat

anggota dan rapat DPC SAS diambil secara musyawarah untuk mufakat, dengan

mengutamakan pandangan Ketua sebagai pimpinan DPC SAS. bila dengan cara demikian

keputusan tidak diperoleh, dapat dilakukan pemungutan suara (voting) dan keputusan diambil

berdasarkan suara terbanyak.

Sturuktur DPC SAS, terdiri dari 1 Dewan penasehat yang berfungsi sebagai pemberi

nasehat dan saran disetiap DPC. Pada setiap DPC- DPC SAS yang menjadi pengurus harian

dan pelaksananya adalah ketua sebagai penanggung jawab kerja harian, yang dibantu oleh

wakil ketua. Selain itu terdapat juga sekretaris yang mencatat semua yang kegiatan-kegiatan

yang dilaksanakan oleh SAS. Dan seorang bendahara yang bertugas untuk menghitung semua

pengeluaran dan pemasukan uang pada SAS. Pada DPC SAS juga terdapat seksi-seksi yang

membidangi berbagai kegiatan. Yang pertama adalah Humas, simpan pinjam, arisan, sosial,

dakwah, bundo kanduang, dan pembangunan.

(3) Koordinator Wilayah

Page 58: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

41

Dalam menjalankan organisasinya, SAS yang DPP nya berada di Ibukota Negara

Indonesia, Jakarta dibantu oleh VIII Kordinator Wilayah (Korwil). Koordinator Wilayah

adalah aparat DPP SAS. Pengangkatan diusulkan oleh cabang-cabang daerah setempat yang

disahkan oleh DPP SAS. Setiap Korwil terdiri dari beberapa DPC –DPC yang tersebar di

seluruh wilayah Indonesia yang jumlahnya sudah mencapai 80 DPC. Adapun Korwil-Korwil

tersebut meliputi:

Pada gambar diatas dijelaskan bahwa SAS memiliki VIII Kordinator Wilayah (Korwil).

Korwil I membawahi wilayah kerja di daerah Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat. Pada

Korwil I ini terdapat 9 DPC yang terdiri dari 7 DPC di Sumatra Barat dan sisanya adalah

DPC Aceh dan Sumatra Utara. Pada Korwil II Riau terdapat 12 DPC, pada Korwil III

Page 59: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

42

terdapat 14 DPC, pada Korwil IV terdapat 15 DPC, Korwil V terdapat 13 DPC, Korwil VI

terdapat 10 DPC dan Korwil VII terdapat 6 DPC serta cabang-cabang di Luar Negeri.

(4) Dewan Pembina SAS

Dewan Pembina SAS merupakan lembaga kelengkapan organisasi ditingkat DPP SAS

yang terdiri dari, mantan Ketum dan Sekjen DPP SAS, mantan Dewan Pengurus SAS. dewan

Pembina SAS diangkat melalui Musyawarah SAS dan masa baktinya sama dengan masa

bakti DPP SAS.

Dewan Pembinan SAS mempunyai wewenang untuk memberi pengarahan, saran

gagasan serta nasehat baik diminta maupun tidak pada DPP SAS setiap saat apabila

diperlukan. Dewan Pembina SAS bertugas mengawas pelaksanaan AD/ART SAS yaitu

memperlajari pengaduan tertulis dari pihak manapun tentang pelanggaran AD/ART SAS oleh

anggota SAS serta mengadakan penelitian seperlunya. Dan jika terbukti adanya pelanggaran

AD/ART SAS oleh anggota SAS, Dewan Pembina melaporkan pada DPP SAS dengan

menjelaskan pertimbangannya untuk menjalankan sanksi bagi pelanggar.

(5) Dewan Kehormatan

Dewan Kehormatan merupakan lembaga kelengkapan organisasi ditingkat DPP atau

DPC yang terdiri dari para bekas aktifis SAS, orang-orang berjasa terhadap SAS , pejabat

pemerintah atau tokoh masyarakat setempat yang berjasa atau diharapkan dapat memberikan

peran serta bagi kemajuan SAS seperti disebutkan pada ART pasal 1 ayat 3.

Dewan Kehormatan diangkat melalui musyawarah SAS atau Rapat Anggota Cabang

untuk masa jabatan 2tahun mulai saat musyawarah dan berakhir pada musyawarah

berikutnya.

Dewan Kehormatan bertugas dan berwewenang untuk member nasehat dan saran serta

gagasan di bidang ekonomi, social dan budaya terutama yang berkaitan dengan pembangunan

Page 60: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

43

ekonomi masyarakat Sulit Air baik diminta maupun tidak khususnya dalam rangka

pengembangan organisasi SAS.

2. Program Kerja

a. Jangka pendek

(1).Pembenahan organisasi

- DPP SAS melakukan inventarisasi ulang terhadap keberadaan DPC-DPC yang ada.

- Salah satu Ketua DPP SAS harus ada yang berdomisili di Sulit Air

- Struktur organisasi dibuat jelas penamaannya dan tugasnya.

- Dalam struktur organisasi SAS diharapkan ada yang membidangi SAS Wanita.

- Membuat KTA (Kartu Anggota) SAS disemua lini organisasi.

- Menuntaskan pembenahan (sertifikasi Aset-aset) di pusat dan daerah.

- Pembinaan IPPSA adalah tanggung jawab SAS baik di pusat maupun daerah.

- DPP memberikan teguran tertulis kepada DPC-DPC yang aktif tetapi tidak

mengirim utusannya pada Mubes.

(2).Bidang Komunikasi

- Membuat website dan milis khusus SAS

- Meningkatkan komunikasi dan kunjungan kerja keseluruh DPC yang ada minimal

1X dalam periodenya.

- Meningkatkan komunikasi dan informasi dengan Tiga Tungku Sajarangan (KAN,

Walinagari, dan BMN)

(3).Bidang pendidikan

- Membuat data potensi sarjana Sulit Air untuk dicarikan lowongan pekerjaannya.

- Memotivasi DPC-DPC SAS dalam membuat pelatihan, kursus dalam berbagai

bidang yang diminati generasi muda.

Page 61: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

44

- Memberikan beasiswa dan memotivasi pelajar-pelajar yang berpotensi serta orang

tuanya ekonomi lemah.

(4).Bidang ekonomi

- Memberdayakan perekonomian dengan mencarikan solusi untuk permodalan dan

pemasaran.

- DPP SAS mengadakan pelatihan dalam bidang ekonomi minimal IX dalam

periodenya.

b. Jangka Panjang

(1) Adanya kesepahaman dan seiring sejalan dalam pembangunan di Sulit Air dan

perantauan, antar KAN, SAS dan Wali nagari.

(2) Adanya saling keterkaitan dan saling kontrol antara Wali nagari dengan BMN demi

terciptanya keharmonisan dan ketenangan masyarakat Sulit Air.

(3) Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM, DPP SAS mendorong DPC untuk lebih

memperhatikan beasiswa yang tidak mampu terutama yang pintar.

(4) Pada bulan Desember tahun 1972 adanya keputusan KAN tentang membolehkan

kawin sesuku asalkan berbeda Datuk Inyiek (Datuk niniek), DPP SAS dan KAN

supaya menerbitkan buku tentang suku, berikut Datuk ninieknya sebagai pedoman

bagi masyarakat Sulit Air baik di perantauan maupun di kampung halaman.

(5) Adanya iuran DPC SAS ke DPP SAS per tahun minimal dengan klasifikasi sebagai

berikut:

- DPC SAS yang mempunyai KK 50 sebesar Rp. 100.000

- DPC SAS yang mempunyai KK 50 sampai 100 sebesar Rp. 200.000

- DPC SAS yang mempunyai KK 100 sebesar Rp 300.000

- DPP agar menghidupkan kembali pengetahuan adat kepada seluruh warag Sulit Air

Page 62: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

45

(6) KTA supaya diberikan keseluruh warga Sulit Air di perantauan dan di kampung

dalaman agar memudahkan komunikasi sesama anggota dan mengurangi saling

kecurigaan.

(7) Mendorong pembangunan ekonomi di seluruh cabang.

(8) Semua aset SAS dikembalikan atas nama SAS bukan atas nama pribadi

(9) Mubes yang akan datang supaya di persiapkan lebih matang dan lebih baik.

F. Pola Hubungan Kerja

Pola dan hubungan kerja yang telah terbentuk dalam organisasi SAS sejak tahun 1918,

disebabkan karena adanya jaringan dan kepercayaan antara masyarakat yang merantau dengan

masyarakat yang tinggal di kampung dalam pembangunan. Pola hubungan kerja di organisasi SAS

didasari oleh rasa saling mempercayai dan menuju kepentingan bersama yang dimiliki oleh masing-

masing pengurus DPC dan DPP SAS serta masyarakt rantau untuk mencapai tujuan bersama yaitu

membangun nagari Sulit Air yang jaya, adapun pola hubungan kerja dalam organisasi SAS43 meliputi:

1. Pola Hubungan Kerja DPP SAS dengan Masing-Masing DPC di Daerah Rantau

SAS sebagai organisasi perantau telah memiliki perwakilan dibanyak tempat. Dalam

menjalankan roda organisasi, SAS telah dijadikan sebagai wadah bersama dalam mencapai

tujuan pembangunan di Sulit Air. Organisasi SAS adalah organisasi terbesar di Sumatra Barat

dan telah memiliki kantor pusat (DPP) dan kantor perwakilan di tingkat provinsi di setiap

daerah di Indonesia (DPC). Pola hubungan antara DPP dan DPC lebih sebagai perpanjang

tangan perwakilan DPP di setiap daerah atau DPC bertugas sebagai perbantuan DPP di

tingkat provinsi. Prinsip-prinsip dasar dari bentuk hubungan kerja antara DPP SAS dengan

DPC dalam menjalankan misi organisasi SAS sebagai berikut:

43 Ibid, halaman 72-78

Page 63: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

46

a. DPP SAS melakukan pembinaan pada masing-masing DPC SAS yang ada di berbagai

daerah di Indonesia dan luar negeri. Pembinaan tersebut berupa kunjungan langsung DPP

SAS ke masing-masing DPC. Pada kunjungan tersebut DPP SAS biasanya melantik pengurus

DPC dan memberikan motivasi perantau di daerah kunjungannya agar menjaga silaturahmi

sesama perantau dan kerabat yang ditinggalkan. Selain itu juga memberikan sumbangan uang

untuk meningkatkan pembangunan di masing-masing DPC, seperti pembangunan gedung

serbaguna, tanah pekuburan dan pembinaan koperasi.

b. DPP SAS mengkoordinir semua DPC dalam kegiatan pulang basamo yang

diselenggarakan satu kali dalam 2 tahun di Sulit Air. Dalam kegiatan tersebut diadakan

Musyawarah Besar (Mubes) yang membahas berbagai persoalan pembangunan dan

bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat nagari Sulit Air.

c. DPP SAS mengkoordinir dan mengajak semua DPC menggalang kedermawanan sosial

perantau di tempat mereka masing-masing untuk membantu pembangunan di nagari Sulit Air.

d. Setiap menghasilkan keputusan dalam musyawarah kerja SAS, pengurus DPP SAS

mengeluarkan surat edaran atau instruksi kepada masing-masing DPC untuk dapat

dilaksanakan segala hasil keputusan dalam musyawarah kerja SAS.

2. Pola Hubungan Kerja DPP SAS dengan Masyarakat Rantau, Kampung dan Pemerintahan

Nagari Sulit Air

Implementasi pola hubungan antara masyarakat rantau, DPP SAS dengan DPC SAS dan

masyarakat kampung terlihat dalam setiap agenda Mubes yang selalu membahas berbagai

persoalan yang berkembang di kampung dan daereah rantau diantaranya: (1) membahas

perkembangan dan tantangan yang dihadapi organisasi SAS baik yang ditingkat DPC

maupun DPP SAS, (2) membahas perkembangan dan persoalan serta pembiayaan

pembangunan di kampung, (3) membicarakan persoalan sosial ekonomi dan budaya

masyarakat kampung dan rantau, (4) membahas peningkatan pendidikan masyarakat di Sulit

Page 64: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

47

Air yang ada dikampung maupun yang diperantauan dan (5) merumuskan agenda

musyawarah kerja (muker) DPP SAS sebagai wujud tindak lanjut hasil Mubes.

Pola hubungan kerja DPP SAS dengan DPC setelah Mubes di Sulit Air dilakukan

musyawarah kerja di luar nagari Sulit Air. Sedangkan Mubes disepakati para pengurus DPP,

DPC SAS serta masyarakat rantau selalu diadakan di Sulit Air sebagai upaya mengenang

kampung halaman. Hubungan DPP SAS dengan pemerintahan nagari relatif berjalan baik.

Hal ini didukung oleh adanya visi dan misi yang sama antara SAS dengan pemerintahan

nagari untuk memajukan nagari Sulit Air dari berbagai aspek pembangunan

3. Pola Hubungan Kerja Organisasi SAS dengan Organisasi Perantau Minang lainnya.

Hubungan atau bentuk kerjasama organisasi sosial perantau SAS dengan organisasi

perantau Minang lainnya belum begitu kongkret. Pola hubungan hanya sebatas menghadiri

undangan perkumpulan rantau se-Sumatra Barat (Minang), dengan mengadakan kegiata-

kegiatan tertentu. Organisasi SAS biasanya diminta sebagai narasumber dengan membagi

pengalamannya kepada para perantau Minangkabau lainnya, karena bagi setiap organisasi

perantau yang berasal dari Sumatra Barat menjadikan SAS sebagai percontohan sebab SAS

dianggap berhasil.

Page 65: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

48

BAB IV

Peranan Organisasi Sulit Air Sepakat (SAS)

A. Bagi Masyarakat Perantau

1. Bidang Ekonomi

SAS sebagai organisasi sosial kemasyarakatan berusaha mensejahterakan anggotanya

terutama dibidang ekonomi. Salah satunya adalah ketika SAS mendapat mendapat bantuan

modal dalam bentuk pinjaman tanpa bunga dari pengusaha Probo Sutedjo yang berjumlah

Rp. 100 juta kepada pedagang kecil asal Sulit Air. Modal yang diberikan tersebut dibagikan

kepada 400 sampai 500 orang pedagang kecil dengan nilai Rp. 250.000 hingga Rp. 500.000

per orang. Cara mencicilnya yaitu dengan membayar Rp. 2000 per hari. Bagi anggota SAS

yang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang, dengan bantuan modal tersebut sangat

membantu mereka yang memang kekurang modal untuk mengembangkan usahanya. Pada

tahun 1991.

Pada tanggal 18 Sebtember 1993, DPP SAS menjalin kerjasama dengan Bank Muamalat

Indonesia (BMI) dalam melakukan pembinaan pengusaha kecil. Dalam dua tahun 1993-1995,

kedua belah pihak sepakat bersama-sama membina 200 orang pengusaha kecil sektor formal.

BMI memberikan bantuan modal sebesar Rp. 2 milyar44. Pembinaan terhadap para pengusaha

kecil, tidak hanya di bidang pendanaan, tetapi juga masalah manajemen dan administrasinya.

Para pengusaha kecil yang dibina, akan menerima pinjaman dana dari Bank Muamalat mulai

dari Rp. 5.000.000 sampai Rp. 90.000.000 sesuai dengan proposal yang diajukan masing-

masing pengusaha45.

44 Republika, “DPP SAS dan BMI Bina Pengusaha Kecil”. Selasa 21 Sebtember 1993 45 Haluan, “DPP Sulit Air Sepakat Adakan Kerjasama dengan Bank Muamalat”. Minggu 19 Sebtember

1993

55

Page 66: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

49

Sama seperti yang dilakukan oleh DPP SAS, DPC SAS cabang Surakarta juga berusaha

membantu anggotanya dalam masalah ekonomi. SAS Surakarta mendirikan koperasi simpan

pinjam. Dengan adanya Koperasi tersebut, memudahkan anggotanya untuk meminjam uang.

Uang tersebut biasanya dipinjam untuk menambah modal untuk kulak’an. Karena sebagian

besar anggota dari SAS Surakarta berprofesi sebagai pedagang. Kemudahan tersebut

dirasakan pula oleh Liswarti46. Ia yang berprofesi sebagai pedagang merasa sangat terbantu

dengan adanya pinjaman tersebut. Dengan uang pinjaman tersebut ia bisa menambah barang

dagangannya yang dulunya hanya berjialan sepatu dan sandal, sekarang ia bisa berjualan tas

juga.

2. Bidang Sosial Budaya

Semenjak didirikannya organisasi SAS, banyak keuntungan yang dirasakan oleh para

perantau asal Nagari Sulit Air. Salah satunya dirasakan oleh Rusdi Salim47. Ia mengatakan

dengan adanya SAS, ia bisa berkumpul dengan orang –orang yang berasal dari kampungnya

yang mungkin dulunya ketika berada di kampung mereka tidak saling kenal, tetapi ketika

berada dirantau justru hubungan mereka lebih dekat. Hal tersebut disebabkan karena mereka

merasa senasib karena sama-sama orang yang hidup dirantau. Sehingga tidak heran jika

hubungan silahturahmi diantara meraka sangat erat. Biasanya setiap tanggal 1 setiap

bulannya, SAS Surakarta mengadakan pertemuan rutin. Pada pertemuan itu biasanya

mengadakan arisan dan pengajian. Selain itu terkadang dibeberapa pertemuan rutin diadakan

pembekalan dan penjelasan mengenai adat dan budaya Minangkabau pada umumnya dan

tradisi adat Sulit Air khususnya. Pembekalan tersebut dimaksudkan agar generasi muda

mengetahui, mengamalkan dan melestarikan adat dan budaya Miangkabau dan Sulit Air.

Pembekalan tersebut perlu dilakukan karena generasi muda Sulit Air besar dirantau sehingga

46 Wawancara dengan Liswarti, tanggal 1 Januari 2010 47 Wawancara dengan Rusdi Salim, tanggal 1 Januari 2010

Page 67: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

50

hanya sedikit yang mereka pahami mengenai adat kampung halaman mereka. Keberhasilan

SAS Surakarta dalam membina generasi muda terbukti dengan sering diadakannya

pementasan drama Minang di Taman Budaya Surakarta. Selain bermain drama, kaum muda

terbut juga memainkan alat music tradisional Minang. Hal tersebut membuktikan kecintaan

mereka terhadap kampung halaman, walaupun mereka besar di daerah rantau.

3. Pembangunan Fisik

Penting suatu gedung serbaguna bagi organisasi, sangat disadari oleh SAS.. karena

dengan adanya sebuah Gedung maka memudahkan mereka untuk bertemu dan berinteraksi.

Oleh karena itu DPP SAS mewajibkan kepada seluruh cabang-cabang SAS di Indonesia dan

di luar negeri untuk memiliki gedung sendiri. SAS cabang Surakarta, telah memiliki

gedungnya sendiri. Gedung tersebut dibangun seperti rumah adat Minangkabau yaitu Rumah

Bagonjong. Gedung tersebut berfungsi sebagai tempat diadakanannya pertemuan rutin dan

acara-acara SAS lainnya.

B. Bagi Warga Sulit Air

Orang Minang selalu membaur dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya di rantau,

namun ada sesuatu hal yang unik dan selalu menjadi ciri khas mereka. Yakni kepedulian dan

kecintaan kepada kampung halaman. Sebagai masyarakat penganut matrilial (keturunan menurut

garis ibu), jelas mereka mempunyai rasa cinta yang sangat besar kepada ibu yang melahirkannya.

Demikian pula dalam hal mencintai tanah kelahiran atau kampung halamannya, orang Minang pun

sangat menonjol, tak obah mencintai ibunya sendiri. Bahkan, orang (keturunan) Minang yang lahir di

rantau pun tetap mencintai dan peduli dengan negeri ini sebagaimana kita lihat pada diri mayoritas

Page 68: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

51

penduduk Negeri Sembilan di Malaysia yang tanpa ragu menyatakan bahwa mereka adalah

penganut adat Minang48.

Di rantau mereka tetap mempertahankan jati diri sebagai orang Minang yang menganut “Adat

basandi syarak, syarak basandi Kitabullah” adalah penyatuan intisari dari kaidah-kaidah ajaran

agama Islam yang bersifat universal dengan adat Minangkabau yang bersifat lokal, secara terencana,

teratur, terpadu, dinamis, dan saling mendukung49. Mereka tetap setia memelihara budaya, adat

istiadat, tradisi, dan kesenian daerah asal mereka. Bahkan sudah tradisi, hampir setiap tahun

bersamaan dengan momentum Hari Raya Idul Fitri. Setinggi-tinggi terbang bangau, kembalinya ke

kubangan jua. Sejauh-jauh merantau, kampung halaman terbayang jua. Sehabat-hebatnya orang

Minang di rantau, setinggi apapun jabatan dan kedudukannya, mereka tetap saja memerlukan

pengakuan dan eksistensi di kampung halaman atau negeri asalnya.

Kecintaan kepada kampung halaman mereka ditunjukkan, setidaknya, dalam dua hal. Pertama,

kepedulian yang tinggi kepada negeri asal dan adat-budayanya. Kedua, di mana tempat mereka

berada, mereka membangun ikatan-ikatan kekeluargaan dalam bentuk kesatuan se-nagari asal, se-

kabupaten, atau yang lebih luas dalam ikatan kekeluargaan Minang atau Sumatera Barat. Seperti

yang dilakukan oleh masyarakat perantauan asal Sulit Air dengan organisasinya SAS (Sulit Air

Sepakat). SAS membantu warga Sulit Air di perantauan, selain itu SAS juga tidak lupa untuk

membangun kampung halaman, Nagari Sulit Air.

Bukti kepedulian para perantau adalah mereka memberikan bantuan dengan cara mengirimkan

uang dan menyerahkan kepada sanak famili atau orang kampung bagaimana cara

mempergunakannya sesuai kebutuhan. Tetapi semenjak SAS dipimpin oleh Rainal Rais pola seperti

itu mulai dihentikan. Jika dulu para perantau ibarat “memberikan ikan” kepada orang yang tinggal

48 Gamawan Fauzi. “Budaya Merantau Orang Minang”. <http://www.ekopadang.wordpress.com>.(diakses

tanggal 7 Agustus pukul 15.48) 49 Penjelasan tentang ajaran dan pengalaman adat Basandi Starak, Syarak Basandi Kitabullah, syarak

Mangato Adat Mamakai, Alam Takambang Jadi Guru, terdapat pada Draf keputusan mufakat dan kesepakatan Kongres Kebudayaan Minangkabau yang kelima.

Page 69: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

52

dikampung, sekarang mereka mengubah sistem dengan cara “memberikan pancing”, artinya

“meminta orang kampung berusaha mengail untuk mendapatkan ikan”. Pada awalnya memang

terasa berat bagi masyarakat yang terbiasa bekerja asal-asalan dan merasa cukup dari kiriman anak

dan saudaranya dari perantauan, tetapi setelah menyadari mengapa Rainal Rais dan DPP SAS

membudayakan metode pemberian pancing, bukan ikan, masyarakat yang tinggal di kampung

halaman menyadari bahwa tujuannya adalah untuk menyuruh mereka tumbuh menjadi insan yang

mandiri yang memiliki sumber perekonomian sendiri untuk membangun masa depan. Karena

kesadaran masyarakat Sulit Air untuk menjadi insan yang mandiri telah tumbuh dan berkembang

berkat peran serta DPP SAS dan perantau Sulit Air yang tersebar diseluruh pelosok nusantara,

bahkan luar negeri, maka pada tahun 1990, Pemerintah Daerah Sumatra Barat menjadikan Sulit Air

sebagai pilot Project Nagari Mandiri.

Para perantau mulai mengurangi bantuan untuk saudara di kampung dalam bentuk uang atau

wesel, tetapi berbentuk sarana dan prasarana penunjang peningkatan perekonomian dan

mengembangkan usaha sulaman bordir dan pembuatan mukena yang pemasarannya dibantu oleh

para perantau Sulit Air yang tersebar diberbagai daerah. Disamping itu, bantuan untuk membangun

dan meningkatkan sarana pendidikan yang amat vital artinya dalam meningkatkan sumber daya

manusia di Sulit Air, dan pengembangan usaha seperti bibit tanaman dan ternak yang bisa

dikembangkan.

1. Bidang Ekonomi

Langkah yang pertama yang dilakukan oleh SAS untuk membangun Sulit Air adalah

dengan mengumpulkan dana dari para perantau untuk diinvestasikan dengan membangun

berbagai proyek-proyek. Proyek yang dibangun SAS dimaksudkan agar warga betah tinggal

dikampung ketimbang harus merantau. Usaha ini diarahkan untuk mencegah terjadinya arus

urbanisasi.

Page 70: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

53

Salah satu langkah yang diambil adalah mengumpulkan dana mendirikan PT. Surya,

singkatan dari Sulit Air Jaya, sebuah lembaga keuangan yang akan menghimpun dana dari

hartawan asal Sulit Air untuk pembangunan dan peningkatan perekonomian di kampung

halaman. Sementara itu, perwakilan DPP SAS di Sulit Air mulai mencari dan mengumpulkan

informasi tentang apa saja yang harus dibuat dan dikembangkan untuk meningkatkan

perekonomian agar tidak banyak lagi pemuda yang pergi merantau. Gagasan membangun

perekonomian di Sulit Air untuk membendung niat pemuda pergi merantau karena pikiran

dan tenaga mereka juga sangat dibutuhkan dalam pembangunan dikampung halaman.

Berkat informasi dan proposal yang jelas, upaya menghimpun dana oleh PT. Surya lewat

penjualan obligasi atau penjualan saham mulai berjalan dengan baik dan terarah. Dana yang

terkumpul dijadikan sebagai modal pertama Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Didirikannya

BPR (Bank Perkreditan Rakyat) sebagai konsep dari Gebu Minang. BPR Surya Katialo

adalah salah satunya. Pemberian nama BPR Surya Katialo memiliki arti dan maksud

tersendiri. Batang Katialo, yang tidak saja mengalir membelah Nagari Sulit Air, tetapi juga

nagari lain di mudik dan hilirnya. Dengan dinamakannya lembaga keuangan yang akan

membantu peningkatan perekonomian Nagari Sulit Air BPR Surya Katialo, berarti Bank itu

tidak hanya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Sulit Air, tetapi juga oleh nagari –nagari yang

berdekatan, terutama yang dilintasi Batang Katialo.

BPR ini telah banyak membantu masyarakat Sulit Air dalam mendapatkan modal usaha,

khususnya masyarakat di pedesaan yang berada dibawah garis kemiskinan. Arah dan tujuan

dari BPR yaitu mendukung home industry. Warga dikampung memproduksi kerajinan,

sementara warga dirantau ikut memasarkannya. Melalui Gerakan Seribu Minang (Gebu

Minang) mewajibkan setiap orang yang merantau untuk menyediakan uangnya Rp 1.000

untuk membantu program pembangunan di Sulit Air50. BPR Surya Katialo yang berkantor di

50 Nana. “Mengubah Kebiasaan Pengiriman Wesel” dalam Harian Terbit, Sabtu 4 September 1993

Page 71: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

54

Sulit Air merupakan satu dari tujuh BPR dari proyek Gebu Minang yang diresmikan pada

bulan November 1990 oleh JB Sumarlin yang saat itu menjabat sebagai Menteri Keuangan51.

2. Bidang Pendidikan

Saat SAS dipimpin oleh Rainal Rais, SAS mengembangkan pengabdiannya kepada

kampung halaman, dengan serius menangani dunia pendidikan. SAS dan warga Sulit Air,

ingin menekankan bahwa orang Minang tidak hanya pandai berdagang tetapi juga

mementingkan dunia pendidikan untuk menyiapkan generasi muda yang tangguh dan intelek.

Bukti dari keseriusan itu yaitu, atas inisiatif DPP SAS di nagari Sulit Air pada tahun 1992

telah berdiri 14 SD Negeri, 2 SD Impres, 1 SMP Negeri, 1 SMA, 4TK dan membangun

pesantren modern. Pembangunan sekolah-sekolah oleh SAS tersebut sangat membantu warga

Sulit Air. Seperti ketika pada tahun 1993 saat SMA Negeri Sulit Air diresmikan

pemakaiannya. SMA tersebut saat itu adalah satu-satunya sekolah tingkatan SMA di Sulit

Air. Sebelumnya pelajar SMP yang hendak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih

tinggi harus bersekolah ke Singkarak ( 22 KM dari Sulit Air) atau harus ke Solok52. Tentu

saja keberadaan SMA Negeri di Sulit Air itu sangat membantu warga.

51 Singgalang, PT BPR Surya Katialo Untung 11 Juta”. Minggu 5 Sebtember 1993 52 Singgalang, “Gubernur di Sulit Air: Industri RT Atasi Kesenjangan Sosial”. Selasa 23 Maret 1993

Page 72: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

55

3. Bidang Pertanian dan Peternakan

Selain membina jiwa dagang masyarakat Sulit Air yang berada dirantau, SAS juga

memberikan pembinaan bagi penduduk yang menetap di kampung. Pembinaan tersebut pada

bidang pertanian dan peternakan. Sulit Air yang hanya memiliki luas 80 km persegi dengan

13 desa yang sebagaian besar terdiri dari tanah gersang dan hanya 690 ha lahan yang dapat

dimanfaatkan untuk pertanian tanaman pangan dan 297 ha untuk tanaman keras. Lahan

tersebut ada yang dimanfaatkan untuk pertanian padi gogo, menanam kedele. Selain itu

dalam usaha mengentaskan kemiskinan DPP SAS juga membangun Peternakan ayam buras53.

4. Bidang Sosial budaya

Seperti Nagari-Nagari lain di Ranah Minang, masyarakat Sulit Air dikenal sebagai orang

yang taat beribadah dan melaksanakan kaidah-kaidah adat yang diwariskan nenek moyang.

Bahkan mereka bisa dikatakan terjebak dalam sikap fanatik buta dalam melaksanakan adat

yang merupakan undang-undang tak tertulis dan mutlak harus dilaksanakan bila tidak ingin

dikucilkan oleh masyarakat sekitarnya.

Dalam masalah perkawinan misalnya, sampai pada akhir dekade 70an, masyarakat Sulit

Air yang kawin dengan orang yang bukan berasal dari Sulit Air, apalagi dengan orag dari luar

Sumatra Barat, akan dipandang rendah oleh sebagian bear masyarakat Sulit Air, sehingga

banyak diantaranya yang merantau, dalam artian tidak pernah atau enggan pulang ke Sulit Air

bila tidak terlalu penting.

Sebagai Ketua Umum DPP SAS yang diberi tanggung jawab menggerakkan dan

memotori pembangunan di Sulit Air, Rainal Rais yang pada saat itu masih menjabat,

menganggap hal iu amat merugikan. Ia menyadari bahwa hal-hal yang menyangkut adat-

istiadat tidak gampang untuk merubahnya, karena itu telah mendarah daging dalam

kehidupan masyarakat Sulit Air. Untuk itu ia harus melakukan pendekatan dengan para

53Haluan, “DPP SAS Akan Bangun Proyek Peternakan Ayam Buras di Desa”. Selasa 17 Mei 1994

Page 73: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

56

pemuka adat atau penghulu suku yang ada di Sulit Air. Melalui para pemuka adat itulah

perubahan-perubahan dibidang adat bisa dilakukan. Meskipun ada pepatah adat “indak

lakang dek paneh, indak lapuakdek hujan” (adat tidak lekang karena panas, tidak lapuk

karena hujan), namun pepatah lain juga mengatakan “syara’ babuhua mati, adat babuhua

sintak(syara’ berbuhul mati, adat berbuhul sentak). Artinya hukum agama bersifat normatif,

tak dapat dirubah. Tetapi hukum adat bersifat elastis. Adat bisa dirubah sesuai dengan

tuntutan zaman demi kemajuan masyarakat adat itu sendiri. Perubahan adat itu boleh

dilakukan sepanjang tidak kontradisi dengan hukum agama Islam, karena yang menjadi

filosofis mendasar kehidupan orang Minangkabau adalah “adat basandi sayara’, syara’

basandi kitabullah”.

Konsep perubahan tatanan adat itu pertama kali dibahas dalam Rapat Pimpinan (Rapin)

DPP SAS. Dan kemudian menjadi agenda pembicaraan dalam rapat-rapat selanjutnya. Pada

hakekatnya, pemikiran tentang tentang perubahan tatanan dan nilai adat telah dimulai

pimpinan DPP SAS yang membuahkan lima keputusan KAN Sulit Air dalam hal “perluasan

Pintu Perkawinan” pada tanggal 7 Desembe 1972, yaitu: (1) belum sependapat dengan

perbanyakan suku atau penambahan suku sebagai usaha sarana perluasan pintu perkawinan,

(2) memperbolehkan atau membenarkan perkawinan warga Sulit Air yang berlainan Datuk

Ninik dalam persukuan secara adat di perntauan dan tidak dituntut secara adat, (3) warga

Sulit Air yang tinggal di kampung, bila menghendaki pula perkawinan seperti itu, akan

dibicarakan secara mendalam dalam Kerapatan Adat Nagari (KAN), (4) memperingan dan

menyederhanakan upacara perkawinan adat, (5) keputusan ini mulai berlaku tanggal 7

Desember 197254. Namun konsep pemikiran secara utuh dan didukung dengan penjelasan dan

pemahaman tentang adat yang bisa dipertanggung jawabkan baru muncul pada masa

kepemimpinan DPP SAS yang dipegang oleh Rainal Rais.

54 Rhian D’Kincai. 2003. Rainal Rais Abdi Organisasi. Jakarta:PT Rora Karya. Halaman 39

Page 74: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

57

Pemikiran tentang perubahan adat yang telah menjadi Keputusan Kerapatan Adat Nagari

Sulit Air, membawa dampak positif pada pembangunan di Sulit Air. Diantaranya, keputusan

KAN Sulit Air tentang pemberian status adat kepada urang sumando setelah mengisi adat dan

menuang limbago yang berlaku dalam nagari Sulit Air. Dengan memiliki status adat dalam

tatanan kehidupan masyarakat Sulit Air, meski hanya sebagai urang sumando, rasa cinta

terhadap Sulit Air menjadi semakin dalam, sehingga ajakan untuk ikut berperan serta dalam

pembangunan nagari Sulit Air mendapat sambutan hangat. Selanjutnya urang sumando

dengan senang hati merogoh kantongnya untuk ikut membiayai pembangunan sarana ibadah,

pendidikan dan pembangunan secara ibadah, pendidikan dan pembangunan sarana untuk

peningkatan taraf perekonomian masyarakat Sulit Air yang setia menunggui kampung

halaman.

5. Pembangunan Fisik

Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, termasuk teknologi komunikasi serta kuatnya

tuntutan perkembangan tata hubungan dan pergaulan bangsa-bangsa di dunia saat ini, sebagai

pengaruh dari globalisasi, masyarakat Minang pada umumnya dan warga Sulit Air

khususnya, tidak mungkin untuk membatasi masuknya pengaruh asing ditengah –tengah

kehidupan mereka. Mereka hanya bisa membatasi dan membentengi diri mereka agar tidak

terombang ambing ditengah-tengah kemajuan ilmu dan globalisasi. Nilai –nilai budaya adat

Minangkabau serta nilai-nilai keagamaan yang telah melekat kuat dalam diri masing- masing

individu, merupakan benteng bagi mereka. Nilai-nilai tersebut dibentuk melalui tata

pergaulan dan tata kehidupan yang berpusat di Rumah Gadang.

Rumah Gadang di Minangkabau adalah sebuah pusat kehidupan sekaligus sebagai

lambang kehadiran suatu kaum. Raumah Gadang berfungsi sebagai tempat utnuk bermufakat

dalam memutuskan serta memusyawarahkan berbagai hal yang menyangkut dengan

kepentingan bersama. Pentingnya pembangunan Rumah Gadang sangat disadari oleh SAS,

Page 75: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

58

sehingga SAS bersama-sama warga kampung membangun Rumah Gadang. Dan pada tahun

1993 SAS meresmikan pemakaian Rumah Gadang Lima Ruang55 yang dihiasi oleh ukiran

khas Minang. Pembangunan Rumah Adat ini bukan hanya untuk diagung-agungkan dan

dibangga-banggakan tetapi difungsikan sebagaimana seharusnya. Dengan adanya Rumah

Gadang Lima Ruang, kemenakan dapat bermusyawarah dan mufakat untuk menyampaikan

sesuatu yang menyangkut dengan kaum dan kemasyarakatan. Dalam tiga tahun, yaitu pada

tahun 1990 sampai 1993 SAS telah berhasil membangun bangunan Rumah Gadang sebanyak

5 buah dan merenovasi 2 Rumah Gadang.

Selain membantu membangun Rumah Gadang, SAS juga membantu perintah dalam

membangun tempat wisata. Seperti membangun jenjang seribu (tangga seribu). Semenjak

awal pembangunan tersebut, masyarakat setempat langsung mendapat dampak yang positif.

Dengan adanya proyek pembangunan jenjang seribu, banyak warga desa yang menjadi tenaga

kerjanya, sehingga miningkatnya taraf ekonomi masyarakat setempat.

Selain sarana fisik, DPP SAS juga membangun non fisik yaitu membelikan peralatan

band, peralatan musiktradisional dan pakaian tradisional untuk group randai dan qasidah,

guna menggairahlan kehidupan remaja Sulit Air, bantuan untuk kegiatan PKK dan karang

taruna di 13 desa di Sulit Air, membantu pembiayaan penyelenggaraan Pokerdes, membantu

pengadaan sarana olahraga, pengadaan alat-alat tulis untuk kantor-kantor desa Sulit Air,

memberikan pakaian pada para penghulu, dan sejumlah kegiatan lainnya yang amat berguna

bagi pembangunan Sulit Air.

55 Harian Umum Semangat, “Status Rumah Gadang Minang”. Rabu, 31 Maret 1993

Page 76: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

59

C. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi oleh Organisasi Sulit Air Sepakat (SAS)

1. Pengelolaan dan Penertiban Aset Organisasi

Persoalan paling krusial yang dihadapi oleh pengurus DPP SAS yang berkududukan di

Jakarta adalah penertiban aset-aset yang telah dimiliki oleh masyarakat perantau Sulit Air.

Aset-aset tersebut tersebar pada banyak daerah di Indonesia maupun di luar negeri. Estimasi

aset yang ddimiliki oleh SAS pada tahun 1994 adalah sebesar 10 Milyar56. Taksiran aset yang

dimiliki oleh SAS dalam bentuk gedung serba guna yang tersebar disetiap DPC SAS

diseluruh Indonesia dan luar negeri yang pada tahun itu DPC SAS berjumlah 82.

Penertiban aset SAS menjadi agenda kerja setiap pengurus DPP SAS karena belum

semua DPC SAS yang mengaktektekan kepemilikan gedungnya menjadi hak milik SAS. Hal

tersebut dikarenakan (1) masih kurangnya pengetahuan dan pemahaman masing-masing DPC

terhadap penertiban aset-aset di DPC dalam satu wadah yaitu organisasi sosial perantau Sulit

Air Sepakat (SAS). Pengurus DPC masih belum memahami sepenuhnya bahwa SAS sebagai

wadah pemersatu masyarakat rantau. (2) masing-masing DPC masih keberatan untuk

mengatasnamakan semua aset yang ada pada masing-masing daerah karena takut kalau aset

aset di daerah dikuasai oleh DPP SAS, dan (3) DPC merasa tidak perlu asetnya ditertibkan

oleh DPP SAS karena meskipun semua aset yang ada di DPC atas nama salah seorang atau

beberapa tokoh, pengurus DPC tetap berinduk pada SAS artinya semua bentuk sumbangan

dari masyarakat di rantau tetap mengatasnamakan SAS.

Strategi untuk mengatasi masalah penertiban aset SAS yaitu dengan mensosialisasikan

kepada setiap pengurus DPC tentang pentingnya penertiban aset-aset SAS pada masing-

masing daerah di rantau, melalui kunjungan DPP SAS kesemua DPC SAS yang ada di daerah

56 Maridjus Piliang. “Gedung Serbaguna SAS Bernilai Rp. 10 Milyar”. Canang, Sabtu 12 s/d 18

Novermber 1994

Page 77: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

60

rantau dan mengukuhkan bahwa aset perantau yang ada di DPC SAS tidak akan menjadi

milik DPP SAS, yang dijelaskan pada pasal X dalam AD/ART SAS.

2. Sumber Pembiayaan Organisasi

Setiap organisasi dalam menjalankan tujuannya memerlukan dana sebagai alat atau

media melancarkan berbagai kegiatan organisasi. Suatu organisasi yang mapan dapat dilihat

dari kepemilikan dana yang cukup dari organisasi tersebut dalam mengembangkan dan

menjalankan tujuan organisasinya, sebagaimana yang diinginkan dan dicia-citakan oleh

setiap anggotan-anggotanya. Mengenai pembiayaan organisasi SAS, telah tercantum dalam

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) SAS pasal XI yang berbunyi:

kegiatan dan program kerja SAS dibiayai oleh para anggotanya sendiri dalam bentuk iuran

bulanan, donatur tetap, sumbangan sukarela serta perolehan-perolehan lainnya yang sah dan

halal dan tidak mengikat. Pada umumnya, dana tersebut tidak cukup untuk menjalankan

semua kegiatan dan tujuan organisasi yang telah diagendakan oleh pengurus SAS melalui

musyawarah besar dan musyarawah kerja. Untuk menutupi kekurangan dana operasional dan

program-program SAS yang telah diagendakan tersebut maka kedermawanan ketua atau

pengurus menjadi faktor penentu bahwa program SAS tersebut dapat berjalan atau tidak.

3. Regenerasi Dalam Organisasi

Keberadaan dan keberlanjutan sebuah organisasi ditentukan oleh pembinaan dan

pengkaderan yang dilakukan oleh organisasi tersebut dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Proses regenerasi merupakan hal yang penting dari sebuah organisasi untuk

mencapai semua visi dan misi organisasi. Pengurus-pengurus SAS saat ini adalah orang-

orang yang lahir di Sulit Air. Mereka memiliki “rasa cinta” kampung halaman yang kuat. Ada

kekhawatiran bila generasi ini tidak ada lagi, sehingga SAS dijalankan oleh orang-orang Sulit

Air yang besar di rantau, maka SAS tidak akan berkembang karena kecintaannya terhadap

Page 78: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

61

nagari Sulit Air tidak sekuat orang yang lahir di Sulit Air. Namun kondisi tersebut bisa diatasi

karena pengurus SAS sangat menaruh kepedulian yang cukup kuat dalam proses regenerasi

kepemimpinan. Strategi regenerasi yang dilakukan oleh pengurus senior yaitu dengan

melibatkan generasi muda dalam kepengurusan SAS. Strategi lain adalah dengan

menanamkan “rasa cinta” terhadap kampung yang dimanifestasi dalam kegiataan pulang

basamo.

Page 79: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

62

BAB V

KESIMPULAN

Berbagai daerah di Indonesia memiliki kebudayaannya masing- masing, begitupula dengan

Sumatra Barat, yang lebih terkenal dengan sebutan suku Minang. Etnis Minangkabau merupakan

salah satu etnis di Indonesia yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi. Hampir diseluruh kota di

Indonesia terdapat etnis Minangkabau. Mobilitas yang tinggi tersebut disebabkan oleh adanya

tradisi merantau pada etnis Minangkabau.

Dalam suatu daerah tentu banyak sekali faktor yang mempengaruhi orang untuk menetap disitu

atau orang untuk berpindah dari situ. Secara umum, faktor – factor yang menyebabkan banyak

masyarakat Sulit Air merantau terbagi dalam faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik ( pull

factor). Faktor pendorong terdiri dari faktor ekonomi, sosial, pendidikan dan keamanan. Sedangkan

yang menjadi faktor penarik ialah daya tarik kota yang menjadi tujuan rantau dan berbagai informasi

dari keluarga, saudara dan teman yang sudah pernah merantau ke daerah tersebut.

Orang Minang selalu mudah bergaul dengan siapa saja. Kemampuan mereka dalam beradaptasi

telah diwarisi secara turun temurun. Orang minang selalu terbuka kepada siapa saja, tanpa melihat

latar belakang orangnya. Kemanapun orang-orang Minangkabau merantau selalu dituntut untuk bisa

beradaptasi dengan baik. Mereka dituntut supaya bisa membaur dengan budaya setempat.

Ditambah dengan kemampuan berkomunikasi, mereka juga harus selalu berusaha menghindari

konflik. Sepanjang sejarahnya, orang Minang di perantauan tidak pernah terlibat konflik dengan

masyarakat di manapun mereka berada. Ini karena budaya dan perilaku hidup mereka yang yang

terbuka, tidak eksklusif, dan hidup membaur dengan masyarakat setempat. Di mana pun rantaunya,

orang Minang tidak pernah membuat “kampung”.

Perkawinan antar etnis yang dilakukan oleh orang Minangkabau pada masa sekarang ini juga

mulai banyak terjadi. Saat ini hampir 80% peranakan Sulit Air yang menikah dengan penduduk lokal.

71

Page 80: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

63

Jika kebetulan isteri yang Minangkabau, kemungkinannya adalah bahwa anak mereka akan

mengidentifikasi dirinya kepada ibunya, oleh karena itu si anak akan mengklaim dirinya sebagai

orang Minangkabau. Status anak tersebut juga didukung oleh adat Minangkabau yang menghitung

keturunan berdasarkan garis ibu. Sedangkan jika kebetulan yang Minangkabau adalah suami dan

isteri bukan Minangkabau, akibat nya anak-anak akan dikenali hanya sebagai anak pisang. Sehingga

jika dilihat mereka benar-benar dapat menyatu den beradaptasi dengan penduduk pribumi.

SAS merupakan salah satu organisasi perantau Minang yang terbesar dan paling terkenal di

Provinsi Sumatra Barat. Organisasi ini didirikan oleh perantau dari Nagari Sulit Air. Nagari Sulit Air

merupakan bagian dari Kecamatan X Koto Diatas Kabupaten Solok Sumatra Barat. Sulit Air hanya

memiliki luas 80 km persegi dengan 13 desa yang sebagaian besar terdiri dari tanah gersang dan

hanya 690 ha lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian tanaman pangan dan 297 ha untuk

tanaman keras. Kondisi alamnya yang sedemikian rupa yang menyebabkan sebagaian besar

penduduknya pergi merantau

Organisasi SAS didirikan karena sebagian besar warga Sulit Air hidup ditanah perantauan

dengan berbagai macam kepentingan dan profesi. Sehingga untuk mempererat hubungan antar

sesasama perantau dari Sulit Air maka dibentuklah organisasi SAS (Sulit Air Sepakat). Organisasi ini

didirikan pada tahun 1918 dan merupakan organisasi perantau pertama di Sumatra Barat. SAS

adalah organisasi sosial kekeluargaan yang berazaskan Pancasila.

Organisasi SAS telah berdiri sejak tahun 1918 tetapi baru pada tanggal 3 Juli 1970 yaitu dalam

Musyawarah Besar (MUBES) ke-1 di Ciloto Jawa Barat , baru dikukuhkan sebagai organisasi bagi

seluruh perantauan asal Sulit Air. SAS mengalami kemajuan ketika tampuk kepemimpinan SAS

berada pada tangan Drs. H. Rainal Rais. Rainal Rais adalah Ketua Umum SAS yang ke VII dan

menjabat sebagai Ketua Umum selama 6 periode yaitu dari tahun 1986 sampai tahun 1998. Banyak

pemikiran – pemikiran Rais Rais yang tertuang dan terealisasi selama menjabat sebagai Ketua

Page 81: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

64

Umum. Selangkah demi selangkah, DPP SAS dibawah kepemimpinannya mulai menapak kemajuan.

Manfaat keberadaan SAS mulai dirasakan perantau asal Sulit Air dimanapun mereka berada.

SAS tidak hanya memperhatikan kesejahteraan perantau tetapi juga memperhatikan kampung

Sulit Air. Banyak hal yang telah dilakukan oeh SAS baik bagi perantau maupun kampung. Misalnya

diperantauan telah didirikan koperasi simpan pinjam, rumah bagonjong untuk tempat pertemuan

serta membantu para perantau jika mengalami kesusahan. Sedangkan di kampung, SAS banyak

mendirikan sekolah-sekolah dari tingkat dasar sampai menengah, selain itu juga menggerakkan

warga kampung untuk tidak hanya pasrah menunggu kiriman uang dari rantau tetapi harus bekerja

di kampung agar lebih mandiri.

Page 82: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

65

DAFTAR PUSTAKA Asykuri Salam. 2006. Masyarakat Perantau Minangkabau kajian sosial budaya Masyarakat

Perantau Minangkabau Asal Sumatra Barat di kota Salatiga tahun 1975-1998. Skripsi. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Agus Dharma, S.H, M.Ed (editor). 1992. Organisasi (Perilaku, Sturuktur dan Proses ) Jilid

1. Jakarta : Erlangga. Bintaro R. 1989. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Jakarta : Ghalia Indonesia. Dudung Abdurahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta : Logas Wacana Ilmu. Evers, Hans Dieter. 1986. Sosiologi Perkotaan: Urbanisasi dan Sengketa Tanah di Indonesia

dan Malaysia. Jakarta : LP3ES. Hamka. 1957. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Jakarta : Balai Pustaka Harsja W Bahtiar. 1985. Budaya dan Manusia Indonesia. Yogyakarta: PT. Hanindita. Ida Bagoes Mantra. 1983. Migrasi Penduduk Indonesia. Yogyakarta : Pusat Studim

Kependudukan UGM. Irdam Huri. 2006. Filantropi Kaum Perantau, Studi Kasus Kedermawanan Sosial Organisasi

Perantau Sulit Air Sepakat (SAS) Kabupaten Solok Sumatra Barat. Depok: Piramedia

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1998. Jakarta: Balai Pustaka Koentjaraningrat (ed). 1982. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan. Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang. Lee, Everett S. Suatu Teori Migrasi. Yogyakarta : PPK UGM. Maridjus Piliang. “Gedung Serbaguna SAS Bernilai Rp. 10 Milyar”. Canang, Sabtu 12 s/d 18

Novermber 1994 Mochtar Naim. 1978. Merantau, Pola Migrasi Suku Minangkabau. Yogyakarta : Universitas

Gajah Mada Muarif. 2009. Rahasia Sukses Orang Minang di Perantauan. Yogyakarta : PINUS. Murad, Auda. 1980. Merantau : Out Migration in a Matrilineal Society of West Sumatra.

Departement of Demography : Australia National University. Usman, Pelly. 1994. Urbanisasi dan Adaptasi Peranan Misi Budaya Minangkabau dan

Mandailing. Jakarta : LP3ES

Page 83: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

66

Rendra, WS. 2001. Penyair dan Kritik Sosial. Yogyakarta : Kepel Press Rhian D’Kincai. 2003. Rainal Rais Abdi Organisasi. Jakarta : PT Rora Karya. Rozali Usman, Rangkayo Sutan, dkk. 1975. Asal Usul Nagari Sulit Air dan Persukuan Sulit

Air. Jakarta : Rora Karya. Selo Soemardjan dan Soelaeman. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta : Rajawali. Tigo Tungku Sajarangan. 2000. Panduan Persatuan Warga Sumatra Barat Surakarta.

Surakarta : PWSB. Surat Kabar : Gamawan Fauzi “Budaya Merantau orang minang”. Postmetro Padang, Sabtu 11 Oktober

2008 Hafrizal Chan. “Pembangunan Jenjang Seribu Serap Tenaga Kaum Ibu Sulit Air” dalam

Haluan, Selasa 15 Februari 1994 Haluan, “DPP Sulit Air Sepakat Adakan Kerjasama dengan Bank Muamalat”. Minggu 19

Sebtember 1993 Haluan, “DPP SAS Akan Bangun Proyek Peternakan Ayam Buras di Desa”. Selasa 17 Mei

1994 Harian Umum Semangat. “Status Rumah Gadang Minang”. Rabu, 31 Maret 1993 Hasan Basri Durin, “Kini Tidak Perlu Lagi Seluruh Masyarakat Sulit Air Merantau” dalam

Harian Haluan, Selasa 23 Maret 1993 Mafri Amir. “Jangan Berikan Ikan” dalam Harian Umum Semangat, Selasa 23 Maret 1993 Nana. “Mengubah Kebiasaan Pengiriman Wesel” dalam Harian Terbit, Sabtu 4 September

1993 Oneng Ananda, “Sulit Air Sepakat (SAS): Membangun di dan dari Perantauan” dalam Forum

Pemuda, Oktober 1992 Kolom Lensa OK”P”, Republika, “DPP SAS dan BMI Bina Pengusaha Kecil”. Selasa 21 Sebtember 1993 Singgalang, “ Gubernur di Sulit Air: Industri RT Atasi Kesenjangan Sosial”. Selasa 23 Maret

1993 Singgalang, ”Musyawarah Besar SAS Ke-XII di Sulit Air Dihadiri 10.000 Perantau”, Minggu

21 Maret 1993

Page 84: ORGANISASI PERANTAU MINANG SULIT AIR SEPAKAT …... · yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 4. Seluruh staf dosen

67

Singgalang, “PT BPR Surya Katialo Untung 11 Juta”. Minggu 5 Sebtember 1993 Suara SAS, edisi November 2007 s/d Maret 2008 Suara SAS, edisi Juli 2009 s/d Maret 2010 Syafril Amir. “Ditandatangani Kerjasama SAS dengan Bank Muamalat Indonesia” dalam

Sulit Air dalam Berita, Minggu 26 September 1993 Internet : Gamawan Fauzi. “Budaya Merantau Orang Minang”.

<http://www.ekopadang.wordpress.com>.(diakses tanggal 7 Agustus pukul 15.48) Sjafri Sairin, “Minangkabau yang Gelisah: Sebuah Catatan Singkat” dalam

<http://www.melayuonline.com,>.(diakses pada tanggal 23 November 2009 pukul 11.00)

<http://www.google./wikipedia.com>.(diakses tanggal 26 Januari 2010 pukul 13.00)