'Organisasi 'Mahasiswa? - Pustaka Ilmiah Universitas...

2
Pikiran Rakyat ~~e:'l.~ o Selasa o Rabu Kamis o Jumat o Sabtu (" '-' 2 4 5 6 7 8 9 10 11 @ 13 14 15 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 o Mar OApr OMei OJun OJul Ags OSep o Okt ONov -tik· a Ir 'Organisasi 'Mahasiswa? Kalimat mahasiswa tidak aktif berorga- nisasi seperti tuduha»: Terkesan pesimistis atau malah kalimat itu bermakna sebagai ratapan. S UATU hari di warsa 2006. Di satu rumah berkumpullima orang mahasiswa di ruang tengah yang cukup luas. Di sana-sini ada koran dan buku yang tergeletak. Gelap. Sumber cahaya hanya dari sinar matahari yang masuk melalui celah-celah lubang angin. Sejurus mata dari pintu masuk ada bendera berwarna dasar hi- tarn dan di tengahnya lambang Universitas Pa- djadjaran terentang di dinding, Kelima orang ini adalah pengurus inti dari or- ganisasi Keluarga Aktivis Universitas Padjad- jaran. Saat itu usia mereka rata-rata 20-22 tahun. Muda dan energik, tetapi sedang resah. Keresah- an bermula dari makin sepinya rumah organisasi dari aktivitas anggota. Bayu adalah nama maha- siswa yang menjabat sebagai ketua organisasi saat itu. Dia mulai membuka wacana tentang keakti- fari anggota. Gayung bersambung, keempat orang lainnya pun ikut sumbang saran mengenai cara memecahkan masalah partisipasi anggota dalam organisasi. Diputuskan untuk memulai mengin- tensifkan kegiatan yang mengundang anggota. Tentu saja dengan cara-cara yang lebih karikatif. Mungkin terkesan hiburan. Beberapa waktu berselang. Bulan dan tahun berganti masalah partisipasi anggota di organ- isasi itu tak kunjung selesai. Kabar terakhir yang sampai ke Kampus, organisasi itu tutup buku. Bubar. Pasalnya, tidak ada lagi anggota yang par- tisipatif terhadap organisasi. Sebelum bubar, KA-Unpad adalah salah satu organisasi ek- strakampus di Universitas Padjadjaran yang be- rada di garis depan sebelum dan saat reformasi 1998. Mereka melakukan kampanye anti-See- harto, meneriakkan perbaikan manajemen kam- pus, mendampingi pedagang kaki lima dari pe- ngusiran aparat kampus sampai dengan men- dampingi kaum buruh di Rancaekek dan pem- belaan petani. Akan tetapi, halaman perjuangan itu tu-tup buku ketika tidak ada lagi anggota yang berpartisipasi. Dugaan yang sering terlontar dari para maha- siswa mengenai eksistensi organisasi itu adalah karena perubahan zaman. Organisasi politik apalagi yang bersifat organisasi gerakan sudah tidak dilirik karena musuhnya sudah tidak ada. Sudah tidak ada Soeharto rnaka tidak ada ge- rakan mahasiswa.Tidak perlu ada organisasi poli- tik. Beberapa tahun setelah organisasi gerakan seperti KA-Unpad bubar, belakangan masalah yang mirip menimpa pada organisasi lain. Kali ini bukan organisasi politik. Dalam unit sebuah kepanitiaan kecil semacam panitia acara ospek sekalipun mulai sepi dari peminat. Ini terjadi di-- kampus seperti Fikom Unpad. Bukan saja untuk organisasi yang karikatif seperti ospek, seorang dosen dari universitas swasta mengatakan unit kegiatan ilmiah yang terkait dengan teknologi tinggi di kampusnya pun sepi. TeIah diatur Seorang alumnus Fikom Unpad, Holy Rafika menulis di blognya tentang persoalan minat ma- hasiswa terhadap organisasi. Si penulis menyusuri problematika mahasiswa dan organisasi ke tahun 1970-an, saat kebijakan pemerintah tentang Normalisasi Kebijakan Kampus/Badan Koordi- nasi Kampus (NKK/BKK) turun ke kampus. Pengamat politik dan sosial Yudi Latif menyebut, kebijakan itu seperti palu godam bagi organisasi mahasiswa. Keras dan memukul balik mahasiswa. Holy mengatakan, kebijakan NKK/BKK telah "menghadiahi" mahasiswa ruang bermain lain . yang punya kesan jauh dari nuansa politik: Se- butan organisasi mahasiswa menjadi unit kegiatan mahasiswa. Definisi unit kegiatan adalah sebagai ruang penyaluran minat dan bakat mahasiswa. "Definisi UKM (sebagai saluran mi- nat dan bakat) kemudian menjadi pengetahuan mahasiswa atas organisasi mahasiswa hingga sekarang. Mahasiswa sekarang mengenal kategori lembaga mahasiswa yang politis dan yang tidak politis," tulis Holy. . Mengikuti organisasi bisa jadi sekadar ikut atau menjadi bagian penting di dalam organisasi. Di- ibaratkan suatu organisasi seperti tubuh manusia dimana orang-orang dianalogikan sebagai hati, empedu, jantung, paru-paru, tangan, kaki, ram- but, mata dan telinga. Apakah ada di antara .bagian itu sekadar garnis alias bagian yang ikut- Kliping Humas Unpad 2010

Transcript of 'Organisasi 'Mahasiswa? - Pustaka Ilmiah Universitas...

Pikiran Rakyat~~e:'l.~o Selasa o Rabu • Kamis o Jumat o Sabtu ("

'-'2 4 5 6 7 8 9 10 11 @ 13 14 15

20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30oMar OApr OMei OJun OJul • Ags OSep o Okt ONov

-tik· •a Ir'Organisasi

'Mahasiswa?Kalimat mahasiswa tidak aktif berorga-

nisasi seperti tuduha»: Terkesan pesimistisatau malah kalimat itu bermakna

sebagai ratapan.

S UATU hari di warsa 2006. Di satu rumahberkumpullima orang mahasiswa di ruangtengah yang cukup luas. Di sana-sini ada

koran dan buku yang tergeletak. Gelap. Sumbercahaya hanya dari sinar matahari yang masukmelalui celah-celah lubang angin. Sejurus matadari pintu masuk ada bendera berwarna dasar hi-tarn dan di tengahnya lambang Universitas Pa-djadjaran terentang di dinding,

Kelima orang ini adalah pengurus inti dari or-ganisasi Keluarga Aktivis Universitas Padjad-jaran. Saat itu usia mereka rata-rata 20-22 tahun.Muda dan energik, tetapi sedang resah. Keresah-an bermula dari makin sepinya rumah organisasidari aktivitas anggota. Bayu adalah nama maha-siswa yang menjabat sebagai ketua organisasi saatitu. Dia mulai membuka wacana tentang keakti-fari anggota. Gayung bersambung, keempat oranglainnya pun ikut sumbang saran mengenai caramemecahkan masalah partisipasi anggota dalamorganisasi. Diputuskan untuk memulai mengin-tensifkan kegiatan yang mengundang anggota.Tentu saja dengan cara-cara yang lebih karikatif.Mungkin terkesan hiburan.

Beberapa waktu berselang. Bulan dan tahunberganti masalah partisipasi anggota di organ-isasi itu tak kunjung selesai. Kabar terakhir yangsampai ke Kampus, organisasi itu tutup buku.Bubar. Pasalnya, tidak ada lagi anggota yang par-tisipatif terhadap organisasi. Sebelum bubar,KA-Unpad adalah salah satu organisasi ek-strakampus di Universitas Padjadjaran yang be-rada di garis depan sebelum dan saat reformasi1998. Mereka melakukan kampanye anti-See-harto, meneriakkan perbaikan manajemen kam-pus, mendampingi pedagang kaki lima dari pe-ngusiran aparat kampus sampai dengan men-dampingi kaum buruh di Rancaekek dan pem-belaan petani. Akan tetapi, halaman perjuanganitu tu-tup buku ketika tidak ada lagi anggotayang berpartisipasi.

Dugaan yang sering terlontar dari para maha-

siswa mengenai eksistensi organisasi itu adalahkarena perubahan zaman. Organisasi politikapalagi yang bersifat organisasi gerakan sudahtidak dilirik karena musuhnya sudah tidak ada.Sudah tidak ada Soeharto rnaka tidak ada ge-rakan mahasiswa.Tidak perlu ada organisasi poli-tik. Beberapa tahun setelah organisasi gerakanseperti KA-Unpad bubar, belakangan masalahyang mirip menimpa pada organisasi lain. Kali inibukan organisasi politik. Dalam unit sebuahkepanitiaan kecil semacam panitia acara ospeksekalipun mulai sepi dari peminat. Ini terjadi di--kampus seperti Fikom Unpad. Bukan saja untukorganisasi yang karikatif seperti ospek, seorangdosen dari universitas swasta mengatakan unitkegiatan ilmiah yang terkait dengan teknologitinggi di kampusnya pun sepi.

TeIah diaturSeorang alumnus Fikom Unpad, Holy Rafika

menulis di blognya tentang persoalan minat ma-hasiswa terhadap organisasi. Si penulis menyusuriproblematika mahasiswa dan organisasi ke tahun1970-an, saat kebijakan pemerintah tentangNormalisasi Kebijakan Kampus/Badan Koordi-nasi Kampus (NKK/BKK) turun ke kampus.Pengamat politik dan sosial Yudi Latif menyebut,kebijakan itu seperti palu godam bagi organisasimahasiswa. Keras dan memukul balik mahasiswa.

Holy mengatakan, kebijakan NKK/BKK telah"menghadiahi" mahasiswa ruang bermain lain .yang punya kesan jauh dari nuansa politik: Se-butan organisasi mahasiswa menjadi unitkegiatan mahasiswa. Definisi unit kegiatanadalah sebagai ruang penyaluran minat dan bakatmahasiswa. "Definisi UKM (sebagai saluran mi-nat dan bakat) kemudian menjadi pengetahuanmahasiswa atas organisasi mahasiswa hinggasekarang. Mahasiswa sekarang mengenal kategorilembaga mahasiswa yang politis dan yang tidakpolitis," tulis Holy. .

Mengikuti organisasi bisa jadi sekadar ikut ataumenjadi bagian penting di dalam organisasi. Di-ibaratkan suatu organisasi seperti tubuh manusiadimana orang-orang dianalogikan sebagai hati,empedu, jantung, paru-paru, tangan, kaki, ram-but, mata dan telinga. Apakah ada di antara.bagian itu sekadar garnis alias bagian yang ikut-

Kliping Humas Unpad 2010

ikutan menjadi pemanis?Kalimat mahasiswa tidak aktif berorganisasi

seperti tuduhan. Terkesan pesimistis, atau malahkalimat itu bermakna sebagai ratapan. Tergan-tung bagaimana pengucapan dan siapa yangmengucapkan kalimat di-atas bisa punya maknatuduhan, pesimistis, atau ratapan. Tapi adanyakalimat itu merupakan wacana yang mengemukadi antara mahasiswa hari ini, bahkan jauh hari se-belum tulisan ini dimuat Kampus.

Kampus mengambil pendapat salah seorangalumni Universitas Pendidikan Indonesia AangKusmawan mengenai wacana minat mahasiswaterhadap organisasi. Aang mulai dengan rnenghi-tung angka anggota unit yang pemah diikutinyayaitu Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan (UK-SK) dengan jumlah mahasiswa di UPl. Hitunganper tahun ada 60 orang dari 25 ribu offing rnaha-siswa di UPI yang menjadi anggota. Ini sekadarhitungan kuantiratif Pada tahun 2007 di harianini sempat ada diskusi tiga orang penulis maha-siswa mengenai fenomena mahasiswa berorgani-sasi. Di Mimbar Akademik Pikiran Rakyat edisi 21[uni 2007, Deni Indriana (saat itu masih maha-siswa jurusan jurnalistik Fakultas Ilmu Komu-nikasi Universitas Islam Bandung) mengusulkankegiatan organisasi mahasiswa dimasukkan kedalam kurikulum. Pemyataan Deni ini terkaitmekanisme menambah kuantitas mahasiswaberorganisasi.

Namun, ide Deni ini ditolak oleh Satrya Las-mana, juga tercatat sebagal mahasiswa di Unisbasaat itu. Satrya menulis di Mimbar Akademikedisi 5 [uli 2007 bahwa organisasi bukanlah kuli-ah sehingga tidak perlu menjadi mata kuliah.Satrya mengatakan, mahasiswa mengikuti orga-nisasi mahasiswa karena kebutuhannya. Se lamaada kebutuhan menyalurkan minat dan bakat,mahasiswa akan masuk suatu organisasi. Debatantara Deni dan Satrya dalam menyikapi minatmahasiswa berorganisasi dikomentari pula olehpenulis lain di Mimbar Akademik yaitu HolvRafika. Holy, yang saat menanggapi tulisan itumasih berstatus mahasiswa di Fikom Unpad,menulis bahwa persoalan paling pokok dalammasalah itu bukanlah pada persoalan naik atauturunnya jumlah mahasiswa.

Dia menulis, "turun atau tidaknya minat ter-

hadap organisasi kemahasiswaan, menurutpenulis, adalah kurang penting. [ika organisasikemahasiswaan tidak menjadi usaha manusiadalam lingkungan pendidikan tinggi untukbertindak kritis-emansipatoris, buat apa organ-isasi itu mempunyai banyak anggota? Atau, un-tuk apa organisasi kemahasiswaan hams sesuaidengan kebutuhan jika kebutuhan itu sendiriadalah palsu?"

"Ada yang telah rnengatur kondisi mahasiswasaat ini," ujar Aang Kusmawan. Aang yang duluaktif di organisasi UKSK UPI ini ingin menga-takan bahwa masalah mahasiswa berorganisasi ju-ga tidak terlepas dari peran birokrasi pendidikanyang menuntut mahasiswa untuk cepat lulus.Frasa cepat lulus itu berarti mahasiswa haruslebih banyak mengalihkan perhatian mereka pa-da studi ketimbang hal-hal lain di luar studi,seperti organisasi.

Mitos bahwa mahasiswa susah lulus karenaberorganisasi, menurut Aang, adalah salah besar(lihat boks, !TB Tetap Berorganisasi), Persoalanlulus cepat dan lama adalah masalah integritasdan kapasitas mahasiswa itu sendiri ketikaberhadapan dengan ujian. Susah lulus bisa dise-babkan karena nilai yang jauh di bawah standar.Malah jika mahasiswa pintar berorganisasi dalamarti mahasiswa itu menjadi pemikir dan pemecahmasalah, cara berpikir itu bisa terbawa dalamperkuliahan. Cara berpikir sistematis dan argu-mentatif diperlukan dalam menjawab soal ujian,baik teknik maupun sosial.

Lantas apa yang terjadi ketika mahasiswa tidaklagi berorganisasi di dalam kampus? Seorangkawan di Unpad meratapi kampusnya yang mulaisepi dari kegiatan mahasiswa seperti diskusi sam-pai main bola. Di kampus UPI, Aang pun mulaimengerinyitkan dahi jika tidak ada mahasiswaberorganisasi maka siapa yang mengkritisi per-soalan kampus? Lebih jauh lagi apakah akan adagenerasi di negeri ini yang bisa mengurus orga-nisasi besar bemama negara atau mungkin orga-nisasi ekonomi sekelas perusahaan dagang jikamereka tidak pemah menyentuh organisasi dimasa kecilnya? ***

Agus Rakasiwikampus_pr®yahoo.com