Organ Dan Sel Dalam Sistem Imun

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem imun merupakan sistem koordinasi respons biologik yang bertujuan melindungi integritas dan identitas individu serta mencegah invasi organisme yang berbahaya di lingkungan yang dapat merusak dirinya. Sistem imun mempuny sedikitnya 3 fungsi utama. Yang pertama adalah suatu fungsi yang sangat spes kesanggupan untuk mengenal dan membedakan berbagai molekul target sasaran da mempunyai respons yang spesifik. Fungsi kedua adalah kesanggupan mem antara antigen diri dan antigen asing. Fungsiketiga adalahfungsi memori yaitu kesanggupan melalui pengalaman kontak sebelumnya dengan zat asing patogen un bereaksi lebih cepat dan lebih kuat daripada kontak pertama. Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh mikroorgani membantu proses penyembuhan dalam tubuh dan membuang atau memperbaiki sel ya rusak apabila terjadi infeksi atau cedera. Sistem ini juga dapat mengidentif faktor-faktor yang bukan berasal dari dirinya non-self! "or#in, $%%&!. B. Rumusan Masalah 'alam makalah ini merumuskan tentang komponen-komponen yang berperan pada sistem imun, diantaranya ( ). *rgan dan sel dalam sistem imun $. +ntibodi dan antigen 3. Sel aksesori atau sel penyaji antigen atau + " .Sitokin dan komplemen .Sekilas tentang sistem /0" pada manusia 1. Sekilas tentang molekul cluster of defferentiation &. resentasi dan rekognisi antigen C. Tujuan 1

description

organ dan sel dalam sistem imun

Transcript of Organ Dan Sel Dalam Sistem Imun

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sistem imun merupakan sistem koordinasi respons biologik yang bertujuan melindungi integritas dan identitas individu serta mencegah invasi organisme dan zat yang berbahaya di lingkungan yang dapat merusak dirinya. Sistem imun mempunyai sedikitnya 3 fungsi utama. Yang pertama adalah suatu fungsi yang sangat spesifik yaitu kesanggupan untuk mengenal dan membedakan berbagai molekul target sasaran dan juga mempunyai respons yang spesifik. Fungsi kedua adalah kesanggupan membedakan antara antigen diri dan antigen asing. Fungsi ketiga adalah fungsi memori yaitu kesanggupan melalui pengalaman kontak sebelumnya dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih cepat dan lebih kuat daripada kontak pertama.Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh mikroorganisme, membantu proses penyembuhan dalam tubuh dan membuang atau memperbaiki sel yang rusak apabila terjadi infeksi atau cedera. Sistem ini juga dapat mengidentifikasi sendiri faktor-faktor yang bukan berasal dari dirinya (non-self) (Corwin, 2007).

B. Rumusan MasalahDalam makalah ini merumuskan tentang komponen-komponen yang berperan pada sistem imun, diantaranya :1.Organ dan sel dalam sistem imun2.Antibodi dan antigen3.Sel aksesori atau sel penyaji antigen atau APC4.Sitokin dan komplemen5.Sekilas tentang sistem MHC pada manusia6.Sekilas tentang molekul cluster of defferentiation7.Presentasi dan rekognisi antigen

C.TujuanTujuan dari pembuatan makalah ini, selain untuk pemenuhan nilai tugas individu dalam mata kuliah sistem hemato-imunologi. Adapun tujuan tersebut, adalah :1.Semoga dalam isi makalah ini, mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami sub bahasan dalam isi makalah.2.Untuk elemen-elemen yang terkait dalam makalah ini, semoga makalah ini dapat dijadikan sumber bahan rujukan dalam kegiatan belajar mengajar dalam perkuliahan atau pun terkait dalam isi makalah ini.

D.Manfaat1.Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang yang terkait dengan makalah ini.2.Dapat memperbanyak referensi belajar yang ada, selain dari sumber lain, sehingga tidak terpaku pada satu bahasan

BAB IIPEMBAHASAN

A. Organ dan sel dalam sistem imun

Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairanlymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam jumlah yang besar pada organ limfoid, dan dapat ditemukan pula dalam keadaan tersebar pada seluruh jaringan tubuh kecuali padacentral nervous system(CNS). Kemampuan sel-sel tersebut untuk bersirkulasi dan mengadakan perpindahan antara darah, lymph, dan jaringan merupakan hal yang sangat penting untuk terjadinya respon imun. Sistem imun harus mampu merespon antigen asing yang mempunyai keragaman molekul sangat besar. Sehubungan dengan tugas sistem imun sebagai alat pertahanan, sistem imun mempunyai mekanisme kerja yang sangat unik meliputi :1. kerjasama dengan sel-sel lain untuk mengenali antigen dan untuk berkembang menjadi sel efektor. 2. mampu keluar-masuk antara sirkulasi dan jaringan, mempunyai daya migrasi menuju jaringan terinfeksi dan homing pada daerah yang terinfeksi itu. 3. limfosit yang spesifik harus mampu menerima stimuli dan melakukan penggandaan klon terhadap antigen yang sesuai. 4. limfosit menempati organ yang menguntungkan untuk terjadinya pertemuan dengan antigen dan juga mendukung perkembangan dan diferensiasinya. Sel-sel yang terlibat dalam sistem imun berasal dari sumsum tulang. Beberapa komponen sistem imun menyelesaikan seluruh proses diferensiasinya di dalam sumsum tulang sedangkan sebagian yang lain menyelesaikan diferensiasinya setelah keluar dari sumsum tulang. Untuk penjelasan hal tersebut akan dibahas pada bab lain. Semua sel yang membentuk komponen darah berasal dari sumsum tulang, termasuk di dalamnya adalah darah merah yang mengangkut oksigen, platelet yang membantu pembekuan darah pada jaringan yang luka, dan sel darah putih yang terlibat dalam sistem imun. Semua komponen sel tersebut berasal dari prekursor yang sama,yaknihematopoietic stem cells(HSC) dalam sumsum tulang. Karena HSC memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua tipe sel darah maka sering disebutpluripoten hematopoietic stem cells.1. Definisi Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh. Sistem imun merupakan sistem koordinasi respons biologik yang bertujuan melindungi integritas dan identitas individu serta mencegah invasi organisme dan zat yang berbahaya di lingkungan yang dapat merusak dirinya. Sistem imun mempunyai sedikitnya 3 fungsi utama. Yang pertama adalah suatu fungsi yang sangat spesifik yaitu kesanggupan untuk mengenal dan membedakan berbagai molekul target sasaran dan juga mempunyai respons yang spesifik. Fungsi kedua adalah kesanggupan membedakan antara antigen diri dan antigen asing. Fungsi ketiga adalah fungsi memori yaitu kesanggupan melalui pengalaman kontak sebelumnya dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih cepat dan lebih kuat daripada kontak pertama.2. Fungsi sistem imun : Pembentuk kekebalan tubuh. Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang membahayakan. Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh. Sistem imun membentuk beberapa lapisan pertahanan tubuh. Lapisan pertahanan tubuh terdiri dari: Lapisan pertahananKomponen pertahananRespon imun

Innate immunity (kekebalan yang diturunkan)

Lapisan pertamaKulit non-spesifik

Membran mukosanon-spesifik

Bakteri alami apatogen non-spesifik

Lapisan keduaSel fagositnon-spesifik

Inflamasinon-spesifik

Protein antimikrobanon-spesifik

sel natural killer (NK)non-spesifik

Acquired immunity (kekebalan yang didapati)

Lapisan ketigaKekebalan humoral (limfosit B)spesifik

kekebalan diperantarai sel (limfosit T)spesifik

3. Pembentukan Kekebalan tubuh dibentuk secara: Kekebalan bawaan (innate immunity) Yaitu kekebalan diturunkan dan ada sejak lahir. Kekebalan bawaan melakukan respon imun non-spesifik dalam waktu yang cepat. Kekebalan adaptif (acquired immunity) Yaitu kekebalan yang didapatkan dari pengenalan tubuh terhadap antigen.Kekebalan adaptif melakukan respon imun spesifik dalam waktu yang lambat.

4. Respon ImunRespon imun adalah cara tubuh merespon masuknya antigen ke dalam tubuh.Respon imun terbagi menjadi :a. Respon imun non-spesifikDilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga respons imun alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik.tidak mem-beda-bedakan antigen yang diserang. Respon imun non b. Respon imun spesifik Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen. Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme pertahanan spesifik disebut juga respons imun didapat.

5. Komponen sistem imunKomponen utama sistem imun yang paling utama adalah bagian lapisan pertahanan ketiga, yaitu leukosit.Sistem limfa tersusun atas organ-organ limfatik yang terdiri dari dua, yaitu:Organ limfatik primera. Sumsum tulang, menghasilkan limfosit.b. Timus, tempat pematangan limfosit dari sumsum tulang.Organ limfatik sekundera. Nodus limfa, adalah titik di sepanjang pembuluh limfa yang memiliki ruang (sinus) yang mengandung limfosit dan makrofag. Nodus limfa berfungsi sebagai penyaring mikroorganisme.b. Limpa/spleen, fungsinya membuang antigen dalam darah dan menghancurkan eritrosit yang sudah tua.c. Tonsil, fungsinya memerangi infeksi pada saluran pernapasan bagian atas dan faring.Berdasarkan granula pada plasma, leukosit terbagi menjadi:d. Leukosit granulosit, yaitu leukosit yang plasmanya bergranula, yaitu neutrofil, eosinofil dan basofil.e. Leukosit agranulosit, yaitu leukosit yang plasmanya tidak bergranula, yaitu monosit, limfosit B dan limfosit T.Sel yang terlibat dalam sistem imun sebagai berikut :a.Sel-sel FagositMerupakan kumpulan sel-sel imun yang khusus dalam mencari dan makan bakteria, virus, dan sel-sel tubuh yang mati atau cedera. Terdapat 3 jenis utama yaitu : Sel granulosit, Makrofag, dan sel dendrit.b.Sel GranulositDi dalam sitoplasma sel granulosit terdapat granula dalam jumlah yang banyak pada pengecatan dengan gimsa ataupun yang lain. Jumlah sel-sel granulosit akan meningkat selama ada reaksi sistem imun. Sel-sel tersebut akan segera mengadakan migrasi ke daerah infeksi atau daerah yang mengalami inflamasi. Ada tiga macam granulosit, yaitu, neutrofil, eosinofil, dan basofil. Ketiganya memiliki waktu hidup yang relatif pendek. Neutrofil merupakan fagosit yang paling banyak jumlahnya dalam tubuh kita, sehingga bisa dikatakan sebagai komponen seluler terpenting dalam imunitas innate. Eosinofil akan meningkat jumlahnya dengan drastis jika terdapat infeksi parasit. Basofil juga memiliki fungsi terkait dengan alergi dan inflamasi.c.MakrofagMakrofag merupakan bentuk perkembangan dari monosit. Selama berada pada tahap monosit, sel ini berada dalam sirkulasi darah namun begitu tumbuh menjadi makrofag segera melakukan migrasi ke dalam jaringan-jaringan. Makrofag memiliki kemampuan untuk bergerak keluar masuk suatu jaringan terutama ketika melaksanakan fungsinya sebagai efektor pada imunitas innate.d.Sel DendritSel dendrit (DC) mempunyai tugas untuk menelan antigen dan mempresentasikan kembali antigen yang telah disederhanakan ke permukaan sel. Presentasi antigen yang telah sederhana pada permukaan sel dendriti sangat penting maknanya, karena dengan itu sel-sel limfosit bisa mengenal dan selanjutnya reaksi sistem imun secara bertahap akan dilaksanakan. Pada perkembangan awal, sel dendritik sebagaimana sel monosit berada dalam peredaran darah. Sel dendritik yang belum masak segera mesasuki jaringan. Sel dendritik yang berhadapan dengan patogen akan segera masak dan mengadakan migrasi ke jaringan lymph node.

Gambar 1 : komponen sistem imunSumber : http://materi78.files.wordpress.com/2014/04/imun_bio3_4.pdf

6. Kekebalan DiturunkanKekebalan diturunkan (innate immunity) adalah kekebalan yang ada sejak lahir, dan melakukan respon imun non-spesifik dalam waktu cepat.Komponen-komponen kekebalan diturunkan:a. Kulit (fisik dan mekanik)Tersusun atas keratin yang sulit ditembus antigen. Selain itu, terdapat rambut dan pada saluran pernapasan terdapat silia.b. Membran mukosa (kimiawi)Membran mukosa menghasilkan enzim lisozim yang mengkatalisis penghancuran antigen yang masuk ke tubuh.Enzim lisozim terkandung dalam :

c. Bakteri alami (biologis) Pada tubuh manusia, hidup berbagai macam bakteri alami yang apatogen. Bakteri alami tersebut akan menghambat perkembangan bakteri patogen yang masuk ke tubuh. d. Sel fagosit Sel fagosit terdiri atas neutrofil, monosit dan makrofag. Sel fagosit menghancurkan antigen dengan mekanisme fagositosis. e. Protein antimikroba (komplemen) Adalah protein yang dihasilkan hati dan mengalir dalam darah. Protein antimikroba menempel pada membran sel mikroba agar : Sel asing mengalami lisis (apoptosis). Sel fagosit mudah mengenali mikroba. Merangsang fagosit untuk lebih aktif. f. Interferon Interferon adalah protein yang dihasilkan sel tubuh yang diserang virus. Interferon berfungsi memperingatkan sel lain di sekitarnya akan bahaya suatu antigen. Interferon mampu menghambat jumlah sel yang terinfeksi, karena mengubah sel di sekitarnya menjadi tidak dikenali antigen. g. Sel natural killer (NK) Adalah leukosit yang berjaga di sistem peredaran darah dan limfatik. Sel ini mampu melisis sel kanker dan sel terinfeksi virus. h. Respon inflamasi Adalah peradangan jaringan yang me-rupakan reaksi cepat terhadap kerusakan. Fungsi inflamasi: 1. Membunuh antigen yang masuk. 2. Mencegah penyebaran infeksi. 3. Mempercepat proses penyembuhan. Penyebab inflamasi adalah karena dihasilkannya histamin oleh sel tiang (mast cell) dan kemokin oleh sel fagosit di jaringan (makrofag), yang menyebabkan:

Kinerja respon imun non-spesifik: 1) Jaringan yang terluka mengirim sinyal melalui pembentukan histamin dan kemokin. 2) Histamin akan menyebabkan vasodilatasi dan menyebabkan plasma darah, trombosit, dan protein antimikroba dilepas ke jaringan. 3) Kemokin akan memanggil neutrofil dan monosit lebih banyak dari peredaran darah untuk melakukan fagositosis

B. Antigen Dan Antibodi 1. Definisi Antigen adalah molekul yang dapat merangsang respons imun spesifik untuk melawan antigen itu sendiri atau sel yang membawanya. Miliaran sel B dan T dihasilkan selama perkembangan janin dengan kemungkinan berikatan dengan sekurang kurangya 100 juta antigen berbeda. Antigen yang dapat berikatan dengan sel T atau B termasuk antigen yang melekat pada dinding sel bakteri atau microplasma, selumbung virus, atau serbuk, debu, atau makanan. Setiap sel tubuh individu memiliki protein permukaan yang dapat dikenali sebagai anti gen asing oleh sel B atau sel T dari tubuh individu lain. Bila antigen dapat mengkinftikan dan kemudian memperbanyak diri atau berdiferensiasi, hal ini disebut dengan antigen imunogenik.Antigen adalah segala bentuk molekul yang dianggap oleh tubuh sebagai benda asing.

2. Respon sel B terhadap anti gen Ketika menghadpi antigen sfesifik, sel B berikatan dengan antigen tersebut seperti kunci dengan gemoknya. Hal ini menyebabkan sel B berdifernsiasi menjadi sel plasma. Sel plasma pada giliranya mulai mensekresi jutaan molekul antibodi yang dibentuk secara spesifik untuk melawan antigen. Setelah dibentuk, antibodi yang disebut imunoglobulin, berderar melalui aliran darah menemukan antigen yang merangsang pembentukanya dan akhirnya menghancurkanya. Repon yang diperantarai antibodi diperlukan sebagai mekanisme pertahanan terhadap bakteri dan virus yang bersirkulasi serta terhadap toksin yang dihasilkan bakteri.Limfosit mengetahui asing atau tidaknya suatu molekul melalui protein penanda yang disebut MHC (Major Histocompatibility Complex). Molekul MHC adalah protein yang terdapat pada membran sel di tubuh yang dianggap tidak asing. Suatu antigen yang tidak mengandung molekul MHC akan dianggap asing. Macam-macam molekul MHC: 1) Molekul MHC kelas I, ditemukan di sel-sel tubuh, kecuali eritrosit. 2) Molekul MHC kelas II, ditemukan di sel limfosit T, limfosit B dan makrofag. Limfosit mengenali antigen karena dapat berikatan pada epitop antigen. Secara umum, antigen spesifik limfosit adalah: 1) Limfosit B, reseptornya mengenali: a. Antigen uniselular atau prokariotik, misalnya virus dan bakteri. b. Antigen utuh. 2) Limfosit T, reseptornya mengenali: a. Antigen multiselular atau eukariotik, misalnya jamur, cacing parasit, darah transfusi, sel atau organ transplantasi. b. Antigen berupa fragmen.

3. AntibodiAntibodi adalah protein yang menempel pada limfosit B dan dapat mengenali antigen spesifik. Antibodi disebut juga immunoglobin (Ig) karena mengandung protein -globulin. Kelas-kelas antibodi/imunoglobulin Terdapat lima imunoglobulin spesifik yang dibentuk dalam berespons terhadap antigen : IgG, IgM, IgA, IgE, IgD. IgG adalah antibodi yang paling banyak ditemukan dan mencakup sekitar 80% dari semua imunoglobulin dalam darah IgG adalah antibodi utama yang melintasi plasenta dari ibu kepada janinnya selama kehamilan kadar IgG meningkat secara lambat selama respons primer terhadap suatu antigen, tetapi meningkat secara cepat dan dengan kekuatan yang lebih besar pada pajanan kedua.IgM adalah jenis yang pertama kali dibentuk dan paling tinggi konsentrasinya sewaktu pajanan primer pada suatu antigen. Igm adalah antibodi berukuran terbesar.IgA paling banyak terdapat dalam sekresi misalnya air liur, mukus vagina, air susu, sekresi saluran cerna dan paru, dan semen. IgA lebih bekerja secar lokal dari pada sistemik. IgA ibu disalurkan kepada banyinya sewaktu menyusui ( seperti juga IgG dan IgM dalam jumlah yang lebih sedikit ).IgE berperan dalam respons alergi. Imunoglobulin ini juga merupakankan antibodi yang paling terstimulasi pada infeksi parasit. IgD terdapat dalam konsentrasi rendah dalam darah. Peranya dalam respons imun tidak diketahui, meski diakui membantu proses kematangan dan diferensiasi semua sel B.

4. Struktur AntibodiSemua antibodi memiliki penampakan yang sama yang terdiri atas dua rantai berat panjang yang disebut bagian Fc, dan dua ujung kecil yang disebut bagian Fab. Bagian Fc identik untuk semua antibodi dari kelas tunggal ( seperti IgG atau IgM). Bagian Fab bersifat spesifik untuk setiap antibodi dan mengandung tempat ikatan untuk antigen. Peningkatan antigen ke bagian Fab mengaktifkan bagian Fc. Hal ini menyebabkan kerusakan mikroorganisme atau sel pembawa antigen.Reaksi antigen-antibodi:1) Aglutinasi/presipitasi, penggumpalan antigen.2) Netralisasi/detoksifikasi, penetralan toksin yang dihasilkan antigen.3) Opsonisasi, penandaan patogen/sel terinfeksi oleh protein komplemen sebagai sinyal kimiawi.4) Fagositosis, penghancuran patogen/sel terinfeksi.

C. Sel Asesorori/Sel Penyaji Antigen/APC1. DefinisiAntigen-presenting Cel (APC) atau sel aksesori adalah sel asing yang menampilkan antigen kompleks dengan major histocompatibility complex (MHC) pada permukaannya. T-sel dapat mengenali kompleks mereka menggunakan T-sel reseptor (TCRs). Sel ini memproses antigen dan menyajikan untuk T-sel.

2. Fungsi Utama Antigen-presenting Cel (APC)Fungsi utama sel sebagai sel penampil antigen (antigen-presenting cell) terdapat pada sifat fagositik yang mengikat antigen yang terlepas dari mekanisme pertahanan awal dan menampilkan fragmen protein dari antigen tersebut pada kompleks MHC bagi sel T dan sel B. Antigen yang diikat oleh sel dendritik akan ditelan ke dalam sitosol dan dipotong menjadi peptida untuk kemudian diekspresikan menuju ke permukaan sel sebagai antigen MHC.Antigen protein dari mikroba yang memasuki tubuh akan ditangkap oleh APC, kemudian terkumpul di organ limfoid perifer dan dimulailah respons imun. Mikroba masuk ke dalam tubuh terutama melalui kulit, saluran gastrointestinal, dan saluran napas. Epitel merupakan pertahanan fisik terhadap infeksi. Epitel mengandung sekumpulan APC yang tergolong dalam sel dendrit. Di kulit, sel dendrit epidermal disebut sebagai sel Langerhans. Sel dendrit di epitel ini masih imatur karena tidak efisien untuk menstimulasi sel T.Antigen mikroba yang memasuki epitel akan ditangkap oleh sel dendrit dengan cara fagositosis (untuk antigen partikel) atau pinositosis (untuk antigen terlarut). Sel dendrit memiliki reseptor untuk berikatan dengan mikroba. Reseptor tersebut mengenali residu manosa terminal (terminal mannose residue) yang terdapat pada glikoprotein mikroba namun tidak ada pada glikoprotein mamalia. Ketika makrofag dan sel epitel bertemu dengan mikroba, sel tersebut mengeluarkan sitokin tumor necrosis factor (TNF) dan interleukin-1 (IL-1). Sitokin tersebut bekerja pada sel dendrit yang telah menangkap antigen dan menyebabkan sel dendrit terlepas dari epitel.Sel dendrit mempunyai reseptor terhadap kemokin yang diproduksi di kelenjar getah bening yang penuh dengan sel T. Kemokin tersebut akan mengarahkan sel dendrit untuk masuk ke pembuluh limfe dan menuju ke kelenjar getah bening regional. Selama proses migrasi, sel dendrit bermaturasi dari sel yang berfungsi menangkap antigen menjadi APC yang dapat menstimulasi limfosit T. Bentuk dari maturasi ini yaitu molekul MHC dan ko-stimulatornya disintesis dan diekspresikan di permukaan APC.Jika suatu mikroba berhasil menembus epitel dan memasuki jaringan ikat/parenkim, mikroba tersebut akan ditangkap oleh sel dendrit imatur dan dibawa ke kelenjar getah bening. Antigen terlarut di saluran limfe diambil oleh sel dendrit yang berada di kelenjar getah bening, sedangkan antigen di dalam darah diambil oleh sel dendrit yang berada di limpa. Antigen protein dari mikroba yang masuk ke dalam tubuh akan dikumpulkan di kelenjar getah bening sehingga dapat bertemu dengan limfosit T. Sel T naif bersirkulasi terus-menerus dan melewati kelenjar getah bening paling tidak satu kali sehari. Proses pertemuan APC dan sel T naif di kelenjar getah bening sangat efisien. Jika suatu antigen mikroba masuk ke dalam tubuh, respons sel T terhadap antigen ini akan dimulai di kelenjar getah bening regional dalam 12-18 jam.Berbagai jenis APC mempunyai fungsi yang berbeda dalam respons imun tergantung sel T (T cell-dependent immune response). Interdigitating dendritic cells merupakan APC yang paling poten dalam mengaktivasi limfosit T naif. Sel dendrit tidak hanya menyebabkan dimulainya respons sel T namun juga mempengaruhi sifat respons tersebut. Misalnya, terdapat beberapa jenis sel dendrit yang dapat mengarahkan diferensiasi sel T CD4 naif menjadi suatu populasi yang berfungsi melawan suatu jenis mikroba. Sel APC yang lain yaitu makrofag yang tersebar di semua jaringan. Pada respons imun selular, makrofag memfagosit mikroba dan mempresentasikannya ke sel T efektor, yang kemudian mengaktivasi makrofag untuk membunuh mikroba. Limfosit B yang teraktivasi akan mencerna antigen protein dan mempresentasikannya ke sel T helper; proses ini berperan penting dalam perkembangan respons imun humoral. Selain itu, semua sel yang berinti dapat mempresentasikan antigen dari mikroba di dalam sitoplasma kepada sel T sitotoksik.Sel APC berperan penting dalam memulai respons sel T CD8 terhadap antigen mikroba intraselular. Sebagian mikroba (misalnya virus) dapat menginfeksi sel pejamu dengan cepat dan hanya dapat diatasi dengan cara penghancuran sel tersebut oleh sel T sitotoksik. Virus dapat menginfeksi semua jenis sel pejamu (tidak hanya APC saja), dan sel-sel ini tidak dapat memproduksi sinyal yang diperlukan untuk mengaktivasi sel T. Mekanisme yang terjadi pada keadaan ini adalah sel APC memakan sel yang terinfeksi dan mempresentasikan antigen ke limfosit T CD8. Hal ini disebut sebagai cross-presentation, artinya suatu jenis sel (yaitu APC) mempresentasikan antigen dari sel lain (yaitu sel yang terinfeksi) kemudian mengaktivasi limfosit T naif sehingga menjadi spesifik untuk antigen tersebut. Sel APC yang memakan sel terinfeksi juga dapat mempresentasikan antigen ke limfosit T CD4.

3. Jenis APCProfessional APCsTerdapat 3 tipe utama professional antigen-presenting cell: Dendritic cells (DCs), Sel dendritik (dendritic cell, DC) adalah monosit yang terdiferensiasi oleh stimulasi GM-CSF dan IL-4,dan menjadi bagian sistem kekebalan mamalia. Bentuk sel dendritik menyerupai bagian dendrita pada neuron, namun sel dendritik tidak bekerja pada sistem saraf, melainkan berperan sebagai perantara sistem kekebalan turunan menuju sistem kekebalan tiruan. Macrophages B-cells Certain activated epithelial cellsNon-professionalA non-professional APC Fibroblasts (kulit) Thymic epithelial cells Thyroid epithelial cells Glial cells (otak) Pancreatic beta cells Vascular endothelial cells

Sel APC mensintesis molekul MHC kelas II secara terus-menerus di retikulum endoplasma. Selama berada di dalam retikulum endoplasma, molekul MHC kelas II dicegah untuk berikatan dengan peptida di dalam lumen oleh suatu protein yang dinamakan MHC class II-associated invariant chain. Invariant chainini mengandung suatu sekuens yaitu class II invariant chain peptide (CLIP) yang berikatan erat denganpeptide-binding cleft pada MHC kelas II. Invariant chain tersebut juga mengantarkan MHC kelas II ke endosom untuk berikatan dengan peptida antigen eksogen yang telah diproses. Endosom mengandung protein yang dinamakan DM, fungsinya untuk melepaskan CLIP dari molekul MHC kelas II, sehinggapeptide-binding cleft akan terbuka untuk menerima peptida antigen. Jika MHC kelas II dapat berikatan dengan peptida, akan terbentuk kompleks yang stabil dan menuju ke permukaan sel. Namun jika molekul MHC tidak dapat berikatan dengan peptida tersebut, molekul ini menjadi tidak stabil dan dihancurkan oleh protease di dalam endosom. Suatu antigen protein akan dipecah menjadi banyak peptida, tetapi hanya sedikit (satu atau dua) peptida yang dapat berikatan dengan molekul MHC individu tersebut. Oleh sebab itu, hanya peptida ini yang dapat menimbulkan respons imun pada individu tersebut sehingga disebut immunodominant epitopes.Antigen endogen (termasuk antigen virus) akan diproses di retikulum endoplasma dan dipresentasikan oleh molekul MHC kelas I kepada sel T CD8+, sedangkan antigen eksogen diproses di lisosom (endosom) dan dipresentasikan oleh molekul MHC kelas II kepada sel T CD4+Sel APC tidak hanya mempresentasikan peptida antigen kepada sel T, tetapi juga berfungsi sebagai sinyal kedua untuk aktivasi sel T. Antigen merupakan sinyal pertama, sedangkan sinyal kedua adalah mikroba atau APC yang berespons terhadap mikroba. Peran penting dari sinyal kedua ini adalah untuk menjaga agar respons imun spesifik hanya timbul terhadap mikroba dan tidak terhadap bahan-bahan non infeksius yang tidak berbahaya. Berbagai produk dari mikroba dan respons imun non spesifik dapat mengaktifkan APC untuk mengekspresikan sinyal kedua bagi aktivasi limfosit. Sebagai contoh, berbagai bakteri menghasilkan lipopolisakarida (LPS). Pada saat bakteri ditangkap oleh APC, LPS akan menstimulasi APC tersebut. Sebagai respons, APC mengekspresikan protein permukaan yang disebut ko-stimulator. Ko-stimulator ini akan dikenali oleh reseptornya di sel T. Sel APC juga mensekresi sitokin yang akan dikenali oleh reseptor sitokin di sel T. Ko-stimulator dan sitokin bekerja bersama dengan pengenalan antigen olehT cell receptor (TCR) untuk merangsang proliferasi dan diferensiasi sel T. Dalam hal ini, antigen adalah sinyal pertama, sedangkan kostimulator dan sitokin merupakan sinyal kedua.

D. Sitokin dan KomplemenSitokin1. Definisi sitokinSitokin adalah senyawa protein, dengan berat molekul kira-kira 8-80 kDa, yang merupakan mediator larut fase efektor imun natural dan adaptif. Nama dari sitokin bermacam-macam tergantung dari tempat produksinya dan perannya.

2. Ciri Umum Sitokina. Diproduksi oleh sel-sel yang terlibat dalam respon imun natural dan respon imun spesifik.b. Merupakan mediator dan regulator respon imun dan inflamatori.c. Sekresinya singkat dan terbatas. Sitokin tidak disimpan sebagai bentuk pre-molekul. Sintesisnya diinisiasi oleh transkripsi gena baru yang hidupnya singkat. Produksinya dilakukan jika diperlukan.d. Beberapa macam sitokin diproduksi oleh beberapa tipe sel dan beraksi pada berbagai tipe sel (pleiotropik). Lihat Gambar 2.e. Dalam beberapa kasus, beberapa sitokin mempunyai aksi yang sama (redundan). Lihat Gambar 1. Redundansi ini berdasar pada : reseptor untuk sitokin adalah heterodimer (kadang-kadang heterotrimer) yang dapat dikelompokkan kedalam famili, dimana satu subunit untuk seluruh anggota. Karena subunit tersebut untuk semua anggota, fungsi dalam mengikat sitokin dan dalam signal transduksi, maka reseptor satu sitokin seringkali dapat merespon sitokin yang lain dalam famili yang sama.f. Dapat meningkatkan atau menghambat sintesis sitokin lainnya.g. Dapat meningkatkan atau menghambat aksi sitokin lainnya. Efek ini dapat berupa : antagonis, aditif maupun sinergis. Lihat Gambar 2h. Mengikat reseptor spesifik dengan afinitas yang tinggi.i. Sel yang dapat merespon suatu sitokin adalah : autokrin, parakrin dan endokrin.j. Respon seluler terhadap sitokin, pada umumnya lambat dan memerlukan sintesis mRNA dan protein baru.

Gambar 2 : Beberapa Sifat Umum Sitokin

3. Fungsi Umum Sitokina. Mediator dan regulator imunitas natural Tumor Necrosis Factor (TNF) Interleukin-1 (EL-1) Khemokin-khemokin Interleukin-10 (IL-10) Interferon-gamma (IFN-gamma)b. Mediator dan regulator imunitas spesifik Interleukin-2 (IL-2) Interleukin-4 (IL-4) Interleukin-5 (IL-5) Interleukin-10 (IL-10) Interferon-gamma (INF-gamma)c. Stimulator hematopoisis Interleukin-3 (IL-3) Colony-Stimulating Factors (CSFs)

4. Beberapa Sitokin Terpilih Dalam Fungsinya Sebagai Mediator Dan Regulator Imunitas Naturala. Tumor Necrosis Factor (TNF) atau juga disebut TNF-gamma diproduksi oleh makrofag yang diaktifkan penting sebagai mediator inflamasi akut dalam responnya terhadap bakteri Gram-negatif dan mikroba infeksius lainnya mediator pengumpulan leukosit polimorfonuklear dan monosit pada tempat terjadinya infeksi menstimulasi sel endothelial untuk mengekspresikan molekul adesi baru yang menyebabkan permukaan sel "sticky" untuk PMN dan monosit imenstimulasi sel endothelial dan makrofag untuk memproduksinkhemokin yang menginduksi khemotaksis dan pengumpulan leukosit. beraksi pada hipotalamus untuk memproduksi demam mempromosi produksi protein fase akut oleh hati (lihat Gambar 7)b. Interleukin-1 diproduksi oleh makrofag yang diaktifkan efeknya sama dengan TNF (lihat Gambar 7)c. Khemokin (sitokin-khemotaktik) merupakan kelompok besar senyawa (lebih dari 50) diproduksi oleh sel leukosit dan sel jaringan mengumpulkan leukosit pada tempat terjadinya infeksi memegang peranan yang penting dalam lalu lintas makrofagd. Interleukin-10 diproduksi oleh makrofag yang diaktifkan beraksi sebagai inhibitor makrofag yang diaktifkan,dengan menghambat produksi TNF5. Beberapa Sitokin Terpilih Dalam Fungsinya Sebagai Mediator Dan Regulator Imunitas Spesifika. InterIeukin-2 utamanya diproduksi oleh sel T helper (CD4+); sedikit oleh sel T sitotoksik (CD8+) fungsi utama, mempromosi pendivisian sel T dan meningkatkan produksi sitokin lainnya fungsi lainnya dapat dilihat pada Gambar 2 mempunyai fungsi autokrin pada proliferasi sel Tb. Interleukin-4 diproduksi terutama oleh sel Th2, yang merupakan subpopulasi sel T helper (CD4+). Sel TIE diperlukan untuk produksi antibodi oleh sel B menstimulasi switching klas immunoglobulin menjadi isotope IgE. (IgE terlibat dalam eliminasi helminth dan artropoda yang diperantarai eosinofil) menstimulasi perkembangan sel Th2 dari sel T helper CD4+ nave mempromosi pertumbuhan sel Th2 yang telah didiferensiasic. Interleukin-5 diproduksi terutama oleh sel Th2, subpopulasi dari sel T helper CD4+ mempromosi pertumbuhan dan diferensiasi eosinofil mengaktifkan eosinofil matur (dewasa) IL-4 dan IL-5 bersama dengan IgE mengopsonisasi helminth yang kemudian diikat eosinofil, menyebabkan kematian pada helminth tersebutd. Interferon (INF)Ada tiga kelompok interferon, yaitu : IFN-alfa, IFN-beta dan IFN-gamma IFN-alfa: ada 20 macam varian yang diproduksi oleh leukosit dalam merespon virus. IFN-beta: merupakan protein tunggal, yang diproduksi oleh fibroblast dan sel yang lainnya dalam merespon virus. IFN-alfa dan IFN-beta, keduanya menghambat replikasi sel dan meningkatkan ekspresi MHC klas I pada sel viral. IFN-gamma: Diproduksi oleh sel Th1 subpopulasi sel T helper CD4+, sel T sitotoksik (CD8+) dan sel NK. Sel Th1 terlibat eliminasi pathogen yang terletak intraseluler dalam kompartemen vasikuler. INF-gamma berfungsi dalam imunitas natural dan imunitas spesifik.Imunitas natural: IFN-gamma memacu fungsi mikrobisidal makrofag melaluipembentukan oksida nitrit (NO) dan intermediate oksigen reaktif (ROI)Imunitas spesifik: IFN-gamma menstimulasi ekspresi MHC kelas I dan II dan sebagai molekul kostimulator pada sel APC IFN-gamma mempromosi diferensiasi sel T helper naive menjadi sel Th1 IFN-gamma mengaktifkan PMN dan sel sitotoksik dan meningkatkan sitotoksisitas sel NK.e. Transforming Growth Factor (TGF-beta) Merupakan inhibitor sitokin yang diproduksi oleh sel T, makrofag, dan tipe-tipe sel lainnya. Menghambat proliferasi dan diferensiasi sel T Menghambat aktivasi makrofag Beraksi pada PMN dan sel endothelial untuk menghambat efek pro inflamatori sitokin5. Beberapa Sitokin Terpilih Dalam Fungsinya Sebagai Stimulator Hematopoiesisa. Interleukin-3 diproduksi sel T helper mempromosi pertumbuhan dan diferensiasi progenitor sumsum tulangb. Colony-Stimulating Factors (CSFs) Diproduksi oleh sel T, makrofag, sel endothelial, fibroblast GM-CSF (granulocyte-macrophage colony-stimulating factor), mempromosi pertumbuhan dan diferensiasi progenitor sumsum tulang M-SCF (macrophage colony-stimulating factor) terlibat dalam perkembangan dan fungsi monosit/makrofag G-CSF (granulocyte colony-stimulating factor), menstimulasi produksi PMN

Komplemen 1. Definisi Komplemen adalah senyawa yang mampu melisis sel yang diselimuti Ab, labil panas (rusak, jika dipanaskan pada suhu 56C, selama 30 menit).Protein Sistem KomplemenProtein sistem komplemen terdiri dari lebih 25 protein yang berbeda (Tabel 1), diproduksi jaringan dan sel yang berbeda, termasuk hepatosit, makrofag dan sel epitel gut. Protein-protein ini diaktifkan oleh bermacam-macam agen dan aktivasi mereka terbentuk dalam kaskade yang menyebabkan lisis. Sebagai akibat, dengan tidak adanya salah satu dari kornponen dalam kaskade, dapat mengganggu kaskade dan hasil akhir reaksi tersebut.Komponen-komponen komplemen dapat berinteraksi satu dengan yang lain, akibat itu terjadilah serangkaian aktivitas biologik yang berakhir dengan lisis sel.

2. Aktivasi Kaskade KomplemenAktivasi komplemeji dapat dibagi menjadi 4 kaskade :a. Kaskade Klasikb. Kaskade Lektinc. Kaskade Alteraatifd. Kaskade LisisKaskade 1 dan 2, menyebabkan aktivasi C5 convertase, yang menghasilkanprotein pecahan komplemen C5b, penting untuk aktivasi kaskade penyerangmembran.a. Kaskade KlasikKaskade klasik (Gambar 1), pada keadaan normal memerlukan kompleks Ag-Ab,protein komplemen Cl, C4, C2, C3 dan kation Ca+ and Mg++Aktivasi Cl, Ikatan Clqrs (kompleks tergantung Ca), terdapat dalam serum normal, dengankompleks Ag-Ab menghasilkan autokatalisis Clr. Clr memecah Cls danpecahannya menjadi suatu enzim (C4-C2 convertase) yang mampu memecahC4 maupun C2.

Gambar 3 : Kaskade Klasik sistem komplemen

Aktivasi C4 dan C2 (terbentuknya C3 convertase): Cls yang aktif memecah C4 menjadi C4a dan C4b. C4b mengikat partikel antigen atau membran sel, sedangkan C4a tetap sebagai peptida aktif biologik pada sisi reaksi. C4b yang mengikat C2 yang mudah dipengaruhi Cls dan dipecah menjadi C2a dan C2b. C2a tetap sebagai kompleks dengan C4b., sedangkan C2b dilepas ke dalam lingkungan mikro. Kompleks C4b2a dikenal sebagai C3 convertase dan C2a merupakan bagian enzim.Aktivasi C3 (terbentuknya C5 convertase): C3 convertase, dengan adanya Mg++, memecah C3 menjadi C3a dan C3b. C3b terikat pada membran, membentuk kompleks C4b2a3b, sedangkan C3a tetap berada dalam lingkungan mikro. Kompleks C4b2a3b, berfungsi sebagai C5 convertase yang memecah C5 menjadi C5a dan C5b. Terbentuknya C5 convertase ini, menandai akhir dari kaskade klasik.b. Kaskade LektinAdanya kaskade lektin, aktivasi C4 dapat dicapai tanpa partisipasiantibodi dan Cl (Gambar 2). Kaskade ini diinisiasi oleh 3 protein, yaitu : MBL (mannan-binding lectin), juga dikenal sebagai MBP(mannan-binding protein), yang berinteraksi dengan dua mannan-binding lectin-associated serine proteases (MASP dan MADSP2) yang analog dengan Clr dan Cls. Interaksi ini menghasilkan kompleks yang analog dengan Clqrs dan menyebabkan aktivasi kaskade klasik yang tidak tergantung antibodi. Clq juga mengikat beberapa agen, misalnya beberapa retrovirus, mikoplasma, asam poli-inosinat dan agregat IgG dan menginisiasi kaskade klasik.

c. Kaskade AlternatifKaskade alternatif dimulai dengan aktivasi C3 dan memerlukan faktor B dan Mg, yang kesemuanya terdapat dalam serum normal. Aktivasi Spontan C3: suatu molekul metastabil seperti C3b (C3i) dihasilkan oleh adanya hidrolisis lambat dari C3 native. C3i mengikat faktor B yang dipecah oleh faktor D untuk menghasilkan C3iBb. Kompleks C3iBb memecah C3 menjadi C3a dan C3b. C3b mengikat factor B, yang juga dipecah lagi oleh faktor D untuk menghasilkan C3bBb (C3 convertase). C3 convertase (juga dihasilkan dari kaskade klasik : C4b2a ) apabila tidak diaktifkan akan meneruskan aksinya pada C3 dan menyebabkan deplesi total C3.d. Kaskade LisisKaskade litik (penyerang membran) melibatkan komponen C5, C6, C7, C8 dan C9. C5 convertase yang diturunkan dari kaskade klasik maupun alternatif memecah C5 menjadi C5a dan C5b. C5b mengikat C6 dan selanjutnya C7 menghasilkan kompleks C5b67 yang hidrofobik, yang menyerang dengan cepat membrane plasma. Kemudian, C3 terikat pada kompleks ini dan menyebabkan masuknya beberapa molekul C9, terikat pada kompleks ini dan menyebabkan pembentukan pori-pori pada membran dan menghasilkan lisis sel. Lisis target sel oleh kompleks C5b6789 adalah non enzimatik dan dipercaya tergantung pada bentuk fisik membran plasma. C5b67 dapat terikat juga pada membran sel manapun yang mengakibatkan lisis sel. Tidak adanya diskriminasi seperti ini merusak sel yang dekat, dicegah oleh protein S (vitronektin) yang mengikat kompleks C5b67 dan membloknya untuk tidak terikat pada sel tanpa diskriminasi, selain target utama.

3. Produk Aktif Biologik Aktivasi KomplemenAktivasi komplemen menghasilkan produk yang mempunyai beberapa aktivitas biologik yang mendukung adanya resistensi anafilaksis dan inflamasi. Produk kinin: C2b yang dihasilkan selama aktivasi komplemen kaskade klasik adalah prokinin yang menjadi aktif karena proses pengubahan enzimatik oleh plasmin. Produk C2b yang berlebihan dicegah oleh aktivasi C2 yang dipengaruhi oleh Cl inhibitor (Cl-INH) yang juga dikenal sebagai serpin, memindah Clqrs dari kompleks Clqrs (Gambar 8).Defisiensi secara genetik Cl-INH menyebabkan adanya over produksi C2b dan mengakibatkan terjadinya edema hereditari angioneurotik. Kondisi ini dapat diobati dengan Danasol yang meningkatkan produksi Cl-INH atau dengan asam -amino kaproat yang menurunkan aktivitas plasmin.

Gambar 4 : Pengaturan Clrs (C4 convertase) oleh C1-INH

Anafilaktoksin : C4a, C3a dan C5a (meningkat karena adanya aktivitas kaskade komplemen) adalah anafilaktoksin yang menyebabkan degranulasi sel basofil / sel mast dan kontraksi otot polos. Efek peptida ini dikontrol oleh karboksi peptidase B (C3a-INA)Faktor khemotaktik : C5a dan MAC (C5b67), keduanya adalah faktor khemotatik. C5a juga merupakan activator yang poten untuk neutrofil, basofil dan makrofag dan menyebabkan induksi molekul adesi pada sel indotelial vaskuler.Opsonin : C3b dan C4b pada permukaan organisme melekat pada reseptor-C (CR1) pada sel fagosit dan mengakibatkan fagositosis. Produk biologik aktif yang lain: Produk degradasi C3 (iC3b, C3d dan C3e) juga terikat pada sel yang berbeda oleh reseptor yang berbeda dan memodulasi fangs! mereka.

E. Sistem MHC pada manusia 1. Definisi The Major Histocompatibiiity Complex (MHC) merupakan lokus yang komplek, terdiri dari sekelompok gen yang terletak pada lengan pendek kromosom 6. Berdasarkan perbedaan struktur dan fungsinya, gen ini dikategorikan kedalam 3 kelas, dimana tiap-tiap kelasnya sangat komplek dan polymorphic. Dua dari tiga kelas ini, kelas l dan kelas ll, disamakan dengan gen human leukoeyte antigen (HLA), yang diketahui berperan penting pada transplantasi jaringan pada individu yang berbeda.

2. Antigen sendiri Setiap orang memiliki antigen permukaan sel yang unik. Antigen yang disebut protein MHC ini sejenis sidik jari sel. (pada manusia, terkadang protein ini disebut juga antigen histokompatibilitas.) terdapat dua kelompok protein MHC : MHC I dan MHC II. Protein MHC I berada dekat dengan semua sel tubuh kecuali sel darah merah. Protein MHC II ditemukan hanya pada permukaan makrofag dan sel B. Protein MHC memiliki dua Fungsi : (1) Menampakan antigen sendiri pada sel T, dan (2) meningkat antigen asing dan menampakanya pada sel T. Molekul MHC I meningkat dan menampakan antigen hanya pada sel T sitotoksik, sedangkan molekul MHC II melakuakan keduanya hanya pada sel T helper ( baik Th1 maupun Th2).Peran Major Histocompatibility Antigen (MHC)Telah disebutkan di atas bahwa respons imun terhadap sebagian besar antigen hanya dimulai bila antigen telah ditangkap dan diproses serta dipresentasikan oleh sel APC. Oleh karena itu sel T hanya mengenal imunogen yang terikat pada protein MHC pada permukaan sel lain. Ada 2 kelas MHC yaitu : Protein MHC kelas I. Diekspresikan oleh semua tipe sel somatik dan digunakan untuk presentasi antigen kepada sel TCD8 yang sebagian besar adalah sel sitotoksik. Hampir sebagian besar sel mempresentasikan antigen ke sel T sitotoksik (sel Tc) serta merupakan target/sasaran dari sel Tc tersebut. Protein MHC kelas II. Diekspresikan hanya oleh makrofag dan beberapa sel lain untuk presentasi antigen kepada sel TCD4 yang sebagian besar adalah sel T helper (Th). Aktivasi sel Th ini diperlukan untuk respons imun yang sesungguhnya dan sel APC dengan MHC kelas II merupakan poros penting dalam mengontrol respons imun tersebut.

3. Gen MHC Protein MHC diwariskan dalam bentuk loci berangkai dekat empat (kelompok gen) pada kromosom 6. Gen ini, yang disebut kompleks histocompatibilitas mayor, biasanya diwariskan bersama sama, disertai sepasang loci yang diterima dari setiap sel induk. Alel dari setiap loci kemungkinan banyak yang berbeda beda yang dapat menghasilkan lebih dari satu milyar kombinasi antigen. Oleh karena itu tidaklah mungkin protein MHC dua individu yang tidak sedara cocok satu sama lain. Kembar identik dapat meiliki kesamaan protein, dan saudara kandung serta keturunan dari ekdua anak tersebut akan lebih cenderung mengalami kecocokan protein MHC dkibandingkan dengan kedua individu yang tidak sedarah.

4. Peran protein MHC dalam mengontrol imunitas Setelah sel asing atau tidak dikenal difagositosis oleh makrofag atau berikatan dengan sel B, Antigen dari sel ditampilkan terhadap makrofag atau sel B yang berdekatan dengan antigen MHC II pejamu. Antigen asing dan antigen MHC II ditampilkan bersama untuk melewati sel T hepar (CD4). Setiap kali melewatinya, sel T helper membandingkan antigen asing atau tidak dikenal dengan antigen MHC II pejamu. Bila ketika membandingkan antigen tersebut, sel T helpar mengenali antigen asing, sel ini mensekresi sitokinin yang mengaktifkan sel B menjadi sel plasma pensekresi antibodi. Bila antigen yang muncul terlihat oleh sel T helpar dan sangat mirip dengan protein MHC II pada sel B atau makrofag, sel T helper tidak akan teraktivasi, atau mungkin dapat menjadi sel T regulatori dan antigen tidak akan diserang.Untuk mengaktifkan sel sitotosik (CD8), protein MHC I ditampilkan oleh antigen asing atau tidak dikenal. Semua sel menampakan protein MHC I sehingga setiap sel dapat menampilkan antigen asing terhadap sel CD8 untuk dibandingkan. Sel yang terinfeksi virus menghasilkan protein abnormal seperti yang dilakukan oleh sel kanker. Protein abnormal ini dikenali sebagai antigen dan ditampilkan pada sel CD8 bersama dengan protein MHC I.ketika sel T sitotoksik berhadapan dengan protein abnormal yang dibandingkan dengan protein MHC I, sel tersebut dirangsang untuk memulai serangan terhadap antigen.

5. Penolakan tandur dan antigen HLA Ketidakcocokan protein-protein MHC adalah penyebab utama penolakan tandur. Tidak semua antigen sel perlu dicocokan. Akan tetapi, semakin dekat kecocokan profil MHC antara donor dan penerima, semakin besar kemungkinan bahwa tandur akan diterima. Penolakan tandur adalah salah satu contoh imunitas seluler.

6. Pembentukan toleransi diriSelama masa genetasi, ratusan ribu sel T dan B dibentuk. Sebagian dari sel T dan B ini bersifat komplementer, dengan demikian mampu bereaksi terhadap antigen-antigen pejamu. Untuk menyingkirkan potensi serangan terhadap sel pejamu, sel T yang berada di timus dan sel B di sumsum tulang terpajan selama masa kritis embriogenesis pada banyak antigen pejamu. Bila ketika itu sel T atau B berhadapan dengan antigen yang memiliki kecocokan dengan sel tersebut, sel-sel T atau B diprogram untuk mengalami apoptosis dan destruksi diri. Hal ini menyisakan hanya sel yang toleran terhadap antigen pejamu. Teori teloransi ini disebut teori delesi klonal, karena menjelaskan eliminasi klonal sel imun yang bereaksi terhadap antigen sendiri.Metode lain juga dapat digunakan untuk memastikan eliminasi sel yang berpotensi menyerang antigen pejamu. Mekanisme ini, yang disebut penginaftikan klonal, terjadi di luar timus selama perkembangan janin dan sepanjang kehidupan. Dalam proses ini, antigen MHC II ditampilkan pada sel T helpar. Bila sel T helpar menghadapi antigen spesifik dengan kecocokan di antara protein MHC, sel T helper akan mengalami apoptosis.Karena sel T helpar sanat penting dalam pengaktifan sel B untuk menjadi sel plasma, deleso kolonal dan peningaktifan kolonal dari sel T dapat menyingkirkan imunitas seluler dan humoral terhadap antigen sendiri. Dalam proses ini, toleransi dikenali sebagi proses aktif yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup (survival) pejamu untuk mengakibatkan timbulnya respons imun terhadap sel-sel pejamu dan menyebabkan suatu keadaan yang disebut penyakit otoimun.

7. Pengecualian terhadap eliminasi klonal Sebagian jaringan tumbuh selama perkembangan masa janin tanpa terpajan ke sel T imatur, jaringan-jaringan ini tetap terpisah dari sistem imun setelah lahir. Apabila kemudian jaringan-jaringan tersebut terpajan ke sel-sel imun, maka dapat terjadi serangan terhadap mereka. Sel-sel yang dalam keadaan normal terpisah dari sistem imun adalah sel-sel tertentu di testis dan mata.

8. Respons sel T dan B terhadap antigen asingRespons sel B melibatkan peningkatan sel B dengan antigen asing. Sel T helpar menampilkan potongan antigen, baik oleh sel B secara langsung atau oleh makrofag yang telah mengfagositosis antigen. Bila antigen berbeda dengan protein MHC II yang ditampilkan oleh sel B atau makrofag, sel T helpar melepaskan sitokinin yang mengaktifakan sel B. Hal ini menyebabkan sel B menjadi sel plasma pensekresi antibodi. Antibodi tersebut akan meningkat antigen di seluruh tubuh dan menyusun penghancuranya. Sel T juga merangsang makrofag untuk meningkatkan fagositosis organisme dan mengaktifkan sel darah putih dan komplemen untuk membantu respons pertahanan.Respons diperantarai sel melibatkan proses menampilkan protein asing oleh setiap sel terinfeksi-organisme atau sel intraseluler yang menjadi kanker (cancerous) pada sel T sitotosik bersama dengan protein MHC I yang dihasilkanya. Hal ini mengaktifkan sel sitotosik yang dapat menghancurkan sel pembawa protein asing.

F. Molekul cluster Of DiferentiationCluster diferensiasi (cluster penunjukan atau Klasifikasi Determinan) (sering disingkat sebagai CD) adalah protokol yang digunakan untuk identifikasi dan investigasi molekul permukaan sel memberikan target untuk immunophenotyping sel. Dalam hal fisiologi, molekul CD dapat bertindak dalam berbagai cara, sering bertindak sebagai reseptor atau ligan (molekul yang mengaktifkan reseptor) penting untuk sel. Sebuah kaskade sinyal biasanya dimulai, mengubah perilaku sel (lihat sinyal sel ). Beberapa protein CD tidak berperan dalam signaling sel, namun memiliki fungsi lain, seperti adhesi sel . CD nomenklatur diusulkan dan didirikan pada Workshop 1 Internasional dan Konferensi Manusia Leukocyte Diferensiasi Antigen (HLDA), yang diselenggarakan di Paris pada tahun 1982. Sistem ini dimaksudkan untuk klasifikasi dari banyak antibodi monoklonal ( mAbs) yang dihasilkan oleh laboratorium yang berbeda di seluruh dunia terhadap epitop pada molekul permukaan leukosit (sel darah putih) . Sejak itu, penggunaannya telah meluas ke berbagai jenis sel lain, dan lebih dari 320 CD cluster yang unik dan subclusters telah diidentifikasi. Molekul permukaan yang diusulkan diberikan sebuah nomor CD sekali dua spesifik antibodi monoklonal (mAb) ditunjukkan untuk mengikat molekul. Jika molekul belum baik ditandai, atau hanya memiliki satu mAb, biasanya diberikan indikator sementara "w" (seperti dalam "CDw186").Populasi sel biasanya didefinisikan dengan menggunakan '+' atau '-' simbol untuk menunjukkan apakah fraksi sel tertentu mengekspresikan atau tidak memiliki molekul CD. Misalnya, " CD34 +, CD31 - "sel yang mengekspresikan CD34, tapi tidak CD31. Kombinasi CD ini biasanya sesuai dengan sel induk , yang bertentangan dengan sepenuhnya dibedakan sel endotel . Beberapa populasi sel juga dapat didefinisikan sebagai hi, mid atau rendah (alternatif terang, pertengahan atau redup), menunjukkan variabilitas keseluruhan dalam ekspresi CD, terutama bila dibandingkan dengan sel-sel lain yang dipelajari. Sebuah tinjauan perkembangan sel T di timus menggunakan nomenklatur ini untuk mengidentifikasi sel-sel transisi dari CD4 pertengahan / CD8 pertengahan sel positif ganda untuk CD4 hi / CD8.Sistem CD umumnya digunakan sebagai penanda sel dalamimmunophenotyping, yang memungkinkan sel untuk didefinisikan berdasarkan apa molekul yang hadir pada permukaannya.Tanda tersebut sering digunakan untuk menghubungkan sel dengan fungsi kekebalan tertentu.Sementara menggunakan satu CD molekul untuk menentukan populasi jarang (meskipun beberapa contoh ada), menggabungkan penanda telah memungkinkan untuk jenis sel dengan definisi yang sangat spesifik dalam sistem kekebalan tubuh.Molekul CD digunakan dalam memilah menggunakan berbagai metode termasuk selaliran cytometry.Jenis selSpidol CD

sel indukCD34+,CD31-,CD117

semualeukositkelompokCD45+

GranulositCD45 +,CD11b,CD15+,CD24+,CD114+, CD182 +[7]

MonositCD45 +,CD14+,CD114+,CD11a, CD11b, CD91 +,[7]CD16+[8]

T limfositCD45 +,CD3+

Sel T pembantuCD45 +, CD3 +,CD4+

Sel T regulatorCD4,CD25, danFoxp3

Sel T sitotoksikCD45 +, CD3 +,CD8+

Limfosit BCD45 +,CD19+ CD45 + atau,CD20+,CD24+,CD38,CD22

TrombositCD45 +,CD61+

Sel pembunuh alamiCD16+,CD56+, CD3-,CD31,CD30, CD38

Dua molekul CD yang umum digunakan adalahCD4danCD8, yang, secara umum, digunakan sebagai penanda untukpembantudansitotoksikT sel, masing-masing.Molekul-molekul ini didefinisikan dalam kombinasi dengan CD3 +, karena beberapa leukosit lain juga mengungkapkan molekul CD ini (beberapa makrofag mengekspresikan rendahnya tingkat CD4,sel dendritikmengungkapkan tingkat tinggi CD8).Human immunodeficiency virus (HIV) mengikat CD4 dan reseptor kemokin pada permukaan sel T helper untuk mendapatkan masuk.Jumlah sel CD4 dan CD8 T dalam darah sering digunakan untuk memantau perkembangan infeksi HIV.Fungsi fisiologisSementara molekul CD sangat berguna dalam mendefinisikan leukosit, merekatidak hanya penanda pada permukaan sel.Sementara hanya sebagian kecil dari molekul CD diketahui telah benar-benar ditandai, kebanyakan dari mereka memiliki fungsi penting.Dalam contoh CD4 & CD8, molekul ini sangat penting dalamantigenpengakuan.Lain (misalnya,CD135) bertindak sebagai reseptor permukaan sel faktor pertumbuhan

G. Presentasi dan rekognisi antigena. PresentasiRespons imun tubuh dipicu oleh masuknya antigen / mikroorganisme ke dalam tubuh dan dihadapi oleh sel makrofag selanjutnya akan berperan sebagai antigen presenting cell (APC). Sel ini akan menangkap sejumlah kecil antigen dan diekspresikan ke permukaan sel yang dapat dikenali oleh sel limfosit T penolong (Th atau T helper). Sel Th ini akan teraktivasi dan (selanjutnya sel Th ini) akan mengaktivasi limfosit lain seperti sel limfosit B atau sel limfosit T sitotoksik. Sel T sitotoksik kemudian berpoliferasi dan mempunyai fungsi efektor untuk mengeliminasi antigen. Setiap prosesi sel limfosit dan sel APC bekerja sama melalui kontak langsung atau melalui sekresi sitokin regulator. Sel-sel ini juga dapat berinteraksi secara simultan dengan sel tipe lain atau dengan komponen komplemen, kinin atau sistem fibrinolitik yang menghasilkan aktivasi fagosit, pembekuan darah atau penyembuhan luka.b. Rekognisi AntigenKetika kuman atau bakteri masuk kedalam tubuh maka terjadi proses rekognisi dimana antigen itu dicoba dikenali (self or non self) sebelum bereaksi, biasanya dengan menggunakan limfosit. Setelah itu terjadi proses proliferasi dimana limfosit yang beredar mengirimkan pesan ke nodus limfatik untuk mensensitisasi limfosit tubuh menjadi limfosit T / limfosit B. Kemudian baru terjadi respon baik itu humoral dan selular.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam jumlah yang besar pada organ limfoid, dan dapat ditemukan pula dalam keadaan tersebar pada seluruh jaringan tubuh kecuali pada central nervous system (CNS). Kemampuan sel-sel tersebut untuk bersirkulasi dan mengadakan perpindahan antara darah, lymph, dan jaringan merupakan hal yang sangat penting untuk terjadinya respon imun.1