Sel Imun Edit

26
SISTEM IMUN Sistem imun membentuk sistem pertahanan tubuh terhadap bahan asing seperti mikroorganisma (bakteria, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul berpotensi toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini menyerang bahan asing atau antigen dan juga mempunyai memori supaya dapat mengenali jika terjadi paparan ulang yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan mencetuskan perlawanan yang lebih cepat dan tertingkat. Imunitas merujuk kepada upaya individu yang telah sembuh dari suatu penyakit untuk tetap sehat (kebal) apabila terpapar oleh penyakit yang sama untuk kali kedua dan seterusnya. Imunologi ialah cabang ilmu yang berkaitan dengan pertahanan tubuh terhadap antigen. Imunisasi adalahupaya untuk bertahan terhadap sesuatu penyakit tanpa mendedahkan tubuh kepada penyakit tersebut. Apabila sistem imun cacat, tertekan atau gagal, seperti dalam Sindrom Kurang Daya Tahan (AIDS) dan penyakit-penyakit kelainan imun, dapat membahayakan kesehatan. Suatu ciri asas sistem imun ialah upaya untuk membentuk bahan-bahan yang wujud secara semula jadi atau normal (diri/self) dari bahan-bahan atau agen-agen yang masuk ke dalam tubuh dari luar (bukan diri/nonself) dan menghasilkan perlawanan terhadap bahan bukan diri saja. Tidak adanya 1

Transcript of Sel Imun Edit

SEL-SEL SISTEM IMUN

SISTEM IMUN

Sistem imun membentuk sistem pertahanan tubuh terhadap bahan asing seperti mikroorganisma (bakteria, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul berpotensi toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini menyerang bahan asing atau antigen dan juga mempunyai memori supaya dapat mengenali jika terjadi paparan ulang yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan mencetuskan perlawanan yang lebih cepat dan tertingkat. Imunitas merujuk kepada upaya individu yang telah sembuh dari suatu penyakit untuk tetap sehat (kebal) apabila terpapar oleh penyakit yang sama untuk kali kedua dan seterusnya. Imunologi ialah cabang ilmu yang berkaitan dengan pertahanan tubuh terhadap antigen. Imunisasi adalahupaya untuk bertahan terhadap sesuatu penyakit tanpa mendedahkan tubuh kepada penyakit tersebut. Apabila sistem imun cacat, tertekan atau gagal, seperti dalam Sindrom Kurang Daya Tahan (AIDS) dan penyakit-penyakit kelainan imun, dapat membahayakan kesehatan.

Suatu ciri asas sistem imun ialah upaya untuk membentuk bahan-bahan yang wujud secara semula jadi atau normal (diri/self) dari bahan-bahan atau agen-agen yang masuk ke dalam tubuh dari luar (bukan diri/nonself) dan menghasilkan perlawanan terhadap bahan bukan diri saja. Tidak adanya pertahanan khusus terhadap diri dikenali sebagai toleransi. Pentingnya upaya untuk membedakan antara diri/self dan bukan diri/nonself, serta toleransi diri, ditunjukkan dalam penyakit-penyakit autoimun, apabila fungsi-fungsi tersebut gagal. Penyakit-penyakit ini akan menyerang, apabila bahan normal tubuh dicam sebagai asing dan perlawanan imun dihasilkan terhadap bahan-bahan tersebut. Walau bagaimananpun, sistem imun lsangat penting membedakan antara diri/self dan bukan diri./nonself

FUNGSI SISTEM IMUN: Sistem imun adalah perlu untuk pertahanan tubuh karena ia berfungsi melawan penyakit kekebalan yang melindungi untuk masa yang lama. Dalam keadaan biasa apabila sistem imun terpapar benda asing, akan melawan dengan menghasilkan antibodi dan rangsangan limfosit spesifik-antigen, yang memusnahan mikroorganisma dan penetralan produk-produk toksik (toksin). Suatu fungsi penting sistem imun ialah mengawasi sel-sel tubuh supaya ia tidak abnormal. Sel-sel terinfeksi virus, sel-sel malignan atau sel-sel individu lain dari spesies yang sama, mempunyai penanda-penanda protein pada permukaan luar yang memberi isyarat kepada sistem imun supaya memusnahkannya. Protein-protein ini tergolong dalam sistem yang disebut (Major histocompatibility complex; MHC).

Sistem imun kadangkala tidak dapat mengadakan perlawanan, menyebabkan proses-proses patologi semasa infeksi dan keautoimunan. Disebut alergi digunakan apabila perlawanan imun menyebabkan kerusakan sel dan membahayakan hos. Perlawanan terhadap bahan-bahan asing yang lazimnya tidak berbahaya bisa menyebabkan anafilaksis dan kematian. Disini self dikenal sebagai bahan asing atau tidak normal. Sistem imun mungkin menghasilkan antibodi dan mengaktifkan limfosit terhadap sel-sel tersebut menyebabkan penyakit-penyakit autoimun seperti lupus eritematosus, myasthenia gravis, diabetes dan penyakit Graves.

SEL DAN JARINGAN : Sistem imun terdiri dari jenis pertahanan dengan perantaraan antibodi dan perantaraan sel. Sel-sel yang menghasilkan respons kepada antigen ialah limfosit. Terdapat dua jenis limfosit yang berkembang dalam organ limfa primer yang menghasilkan Limfosit B (sel B) berkembang dalam sum-sum tulang; limfosit T (sel T) berkembang dalam timus. Sel B terlibat terus dalam penghasilan antibodi. Sel-sel plasma, yang berasal dari sel B, menghasilkan antibodi yang beredar dalam saluran darah atau dialirkan pada permukaan mukosa usus dan saluran pernafasan. Antibodi menyebabkan peneutralan atau lisis organisma luar sel seperti bakteria, virus bebas dan parasit atau membantu fagositosis organisme tersebut oleh neutrofil dan makrofag.

Sel T terlibat dalam imunitas seluler. Ada dua kelas sel T: sel T helper dan sel T sitotoksik. Sel T helper mengaktifkan limfosit lain, termasuk sel B dan sel T sitotoksik, serta makrofag, dengan membawa protein larut yang disebutl sitokin (atau limfokin). Sel T sitotoksik memusnahkan sel sasaran seperti sel terinfeksi virus atau sel tumor. Kedua-dua jenis sel T ini boleh dibedakan berdasarkan adanya penanda permukaan yang disebut CD4 (pada sel T helper) dan CD8 (pada sel T sitotoksik). Molekul CD4 juga penting sebagai reseptor untuk HIV, yang menginfeksi sel T helper. Kedua- sel T helper dan sitotoksik terlibat dalam system imunitas seluler seperti yang berfungsi untuk pemusnahan organisma intrasel seperti virus dan bakteria yang bisa menetap dalam makrofag. Ini dilakukan dengan pemusnahan sel terinfeksi virus atau pengaktifan makrofag untuk meningkatkan potensi bakterisidnya oleh sel T.

Limfosit B dan T matang terdapat dalam organ limfa sekunder atau periferi seperti limfa, limpa dan jaringan limfa mukosa, di mana sistem imun diatur. Sel-sel ini juga beredar dalam saluran darah. Daya gerakan (mobility) merupakan satu aspek penting fungsi limfosit, karena ini menyebabkan sel-sel tersebut mencari antigen-antigen yang masuk ke dalam jaringan. Kebanyakan limfosit terdapat di antara jaringan limfa dan saluran darah; dari darah sel-sel ini juga masuk ke kawasan-kawasan di mana terjadi peradangan (inflammation) dan berfungsi melawan antigen mikroba yang menyebabkan infeksi. Kehadiran limfosit dalam jumlah yang tinggi dalam jaringan bukan limfa, menunjukan terdapatnya imunitas setempat, seperti pada lesi-lesi terinfeksi atau tempat-tempat di mana berlaku sistem autoimun.

Satu kumpulan kecil limfosit yang bukan sel B atau sel T disebut sel-sel NK (natural killer cells). Sel-sel ini terdiri dari limfosit berukuran besar, mengandung berbagai granula sitosplasma, dan terdapat terutamanya dalam limpa serta peredaran. Asal usul sel-sel NK tidak pasti tetapi sel-sel ini mampu memusnahkan sel tumor dan sel terinfeksi virus secara spontan . Sel-sel ini juga bisa memusnahkan sel-sel antibodi spesifik.

Untuk mengaktifkan limfosit, antigen harus mempunyai reseptor khusus pada permukaan sel. Reseptor pada permukaan sel B ialah imunoglobulin (atau antibodi). Reseptor sel T hampir serupa tetapi tidak sama dengan antibodi. Berbeda dari antibodi, reseptor sel T hanya terdapat pada permukaan sel. Satu lagi kumpulan protein permukaan yang berinteraksi dengan antigen ialah molekul MHC, yang dihasilkan oleh gen-gen MHC. Protein-protein MHC bergabung dengan peptid yang berasal dari antigen protein. Pergabungan ini berlaku pada "lekuk" pergabungan khusus. Protein MHC terdapat dalam dua jenis, molekul MHC kelas I dan kelas II. Sel B bisa mengenali antigen dalam apa bentuk pun, tetapi sel T hanya mengenali antigen pada permukaan sel lain dalam bentuk peptid tergabung kepada molekul MHC. Sel T helper mengenali peptid pada molekul MHC kelas II tetapi sel T sitotoksik mengenali peptid pada molekul MHC kelas I.

Langkah-langkah yang berlaku semasa antigen protein dicuraikan kepada peptid yang tergabung kepada molekul MHC untuk pengenalan sel T dikenali sebagai pemprosesan dan persembahan antigen (antigen processing and presentation). Pada imunitas selulerl-sel spesifik mempersembahkan antigen, menelan protein asing, kemudian mengekspresikan pecahan peptid dari antigen tersebut pada permukaan sel tergabung pada lekuk molekul MHC kelas II. Kompleks MHC-peptid ini kemudian dikenali oleh reseptor sel T helper. Dengan cara yang sama, sel T sitotoksik mengenal pecahan peptid dari virus yang dipersembahkan tergabung dengan molekul MHC kelas I pada permukaan sel terinfeksi virus.

SISTEM IMUN: Apabila antigen asing diperkenalkan ke dalam tubuh untuk kali pertama, sistem imun lazimnya mengambil masa 7-14 hari untuk mencapai puncak dan biasanya perlawanan ini berakhir dalam masa yang singkat. Ini ialah sistem imun primer. Tetapi jika antigen yang sama diperkenalkan untuk kali kedua, perlawanan sekunder perlawanan ini adalah lebih cepat, lebih tinggi dan tahan lebih lama. System imun sekunder ini merupakan ungkapan fenomenon (immunological memory).

Prinsip-prinsip sel yang menjadi dasar pengenalan sistem imun diterangkan melalui teori pemilihan klon yang dikemukakan oleh MacFarlane Burnet pada 1959. Tujahan teori ini adalah : sesuatu antigen asing tertentu bergabung dengan limfosit-limfosit tertentu yang mempunyai reseptor khusus yang bisa berinteraksi dengan antigen tersebut. Dalam populasi limfosit, dimana reseptor terdapat secara klonal; oleh karena semua reseptor pada sesuatu limfosit mempunyai reseptor antigen yang serupa, setiap satu limfosit hanya bisa mengenal dan menghasilkan respons terhadap satu antigen. Oleh karena setiap individu mampu menghasilkan respons terhadap jumlah antigen yang amat tinggi, maka sistem imun terdiri dari banyak klon-klon limfosit yang berbeda. Antigen akan memilih sel B dan sel T spesifik antigen yang sesuai dari populasi yang besar ini.

Setelah suatu antigen bergabung dengan reseptor-reseptor spesifik pada limfosit T atau sel B, dan isyarat-isyarat lain yang diperlukan telah disajikan, sel tersebut dirangsang mengadakan proliferasi dan diferensiasi (proliferation and differentiation). Sel-sel anak membentuk klon-klon yang lebih besar. Klon sel B menjadi sel plasma penghasil antibodi spesifik, dan klon sel T menjadi sel T helper atau sitotoksik dengan fungsi imunitas seluler Sel-sel lain dalam kedua klon sel B dan sel T membentuk sel-sel memori (memory cells) yang berusia panjang. Sel-sel memori merupakan sel-sel yng berfungsi untuk rangsangan kali kedua apabila antigen yang sama dipaparkan sekali lagi. Maka apabila sesuatu individu telah pernah mengadakan perlawanan primer terhadap sesuatu antigen, akan terdapat dalam individu tersebut sejumlah sel T dan sel B spesifik yang tinggi, yang berfungsi melawan antigen pada paparan seterusnya. Maka Imunitas sekunder lebih cepat dibanding imunitas primer.

Dalam keadaan tertentu antigen tidak berespon imun tetapi sebaliknya menghasilkan keadaan tak responsif spesifik atau toleransi. Ini paling jelas untuk antigen-antigen self tetapi bisa juga dihasilkan oleh antigen nonself terutama jika antigen-antigen pada janin yang mempunyai sistem imun belum matang atau anak yang baru lahir. Pada peringkat awal dalam organ-organ yang menghasilkan limfosit, sel-sel yang berfungsi sebagai penentu (antigen) self dihapuskan oleh kematian sel terprogram (programmed cell death) (apoptosis). Limfosit dalam organ limfa sekunder bisa diaktifkan tanpa pemusnahan.

ANTIBODI DAN PENGHASILNYA: Antibodi merupakan molekul-molekul dalam plasma yang berfungsi mengenal dan bergabung dengan antigen asing. Antibodi tergolong ke dalam kumpulan protein yang disebut imunoglobulin (Ig). Terdapat lima kelas imunoglobulin berdasarkan perbedaan struktur, iaitu IgG, IgM, IgA, IgD dan IgE. Setiap satu kelas mempunyai ciri-ciri biologi dan fungsi berbeda. Antibodi monoklon banyak digunakan. Antibodi monoklon adalah murni, homogen, dan dihasilkan oleh sel hibrid yang dibentuk dari perlakuran sel B dan sel tumor dalam kultur. Antibodi monoklon bisa digunakan untuk diagnosis dan terapi, seperti dalam penetralan toksin dalam peredaran atau penyasaran (targetting) paparan radioisotop kepada sel kanker.

Antibodi melawan infeksi melalui berbagai cara. Organisme ataupun toksin-toksin yang dihasilkan bisa dinetralkan oleh antibodi yang mengandung bahan-bahan tersebut dan bergabung dengan sel. Antibodi juga membantu sel-sel fagosit (makrofag, neutrofil) menelan bakteri atau menyebabkan lisis organisme dan sel terinfeksi. Ini hasil dari kerjasama antibodi dengan pelengkap atau sel NK.

IgG merupakan antibodi yang paling banyak, terdapat terutamanya dalam serum, serta zat cair dalam badan. IgG adalah benteng pertahanan penting terhadap bakteri, virus masuk tubuh. Pada manusia, IgG merupakan satu-satunya imunoglobulin yang bisa masuk plasenta, Maka penting untuk pertahanan bayi baru lahir terhadap infeksi bakteri dan virus.

IgM ialah imunoglobulin berukuran paling besar dan terdiri dari lima unit yang digabungkan. IgM ialah kelas antibodi yang dihasilkan paling awal dalam imunitas primer dan ia merupakan pengaktif sistem pelengkap yang efisien. Sistem pelengkap terdiri dari satu set protein plasma yang apabila diaktifkan dalam urutan yang betul membentuk saluran pada membran sel sasaran dan menyebabkan kematian sel. IgM dan pelengkap amat efisien memusnahkan bakteri Gram negatif atau parasit protozoa yang telah memasukki saluran darah. Pelengkap juga menyebabkan anti peradangan apabila diaktifkan.

IgA merupakan benteng terhadap organisme patogen dalam usus, saluran pernafasan dan saluran urogenital. Sel B penghasil antibodi yang terdapat di kawasan-kawasan ini menghasilkan molekul IgA dimer, yang diangkut melintasi selaput epitelium dan disalurkan pada permukaan mukosa. IgA mencegah pergabungan bakteri dan virus ke epitelium, dan mencegah penyakit setempat atau patogen menyebar ke bahagian tubuh yang lain. IgA adalah antibodi yang banyak di dalam tubuh.

IgE bisa melawan alergi secara cepat seperti asma . Antibodi ini bergabung dengan permukaan sel-sel mast yang tersebar pada saluran darah. Sel-sel ini mengandungi granula-granula yang terdiri dari histamina dan bahan anti peradangan lain dan bahan-bahan ini dibebaskan dengan cepat apabila terpapar partikel-partikel seperti bunga atau bulu hewa , bergabung dengan molekul IgE yang tergabung pada permukaan sel mast. Histamin dan bahan-bahan lain yang dibebaskan oleh sel mast menyebabkan gejala-gejala berhubungan dengan alergi.

IgD beroperasi bersama IgM sebagai reseptor untuk antigen pada permukaan sel B. Jumlah IgD Amat sedikit Input dari sel T helper biasanya diperlukan untuk perkembangan sel B menjadi sel plasma penghasil antibodi. Sel T helper menghasilkan protein-protein larut, atau sitokin, yang disebutl interleukin (IL) 4, 5 dan 6 yang menyebabkan sel B memisah setelah bergabung dengan antigen. Fungsi sel T helper menerangkan mengapa penghasila antibodi berkurangan dalam penyakit AIDS, di mana sel T helper dimusnahkan oleh infeksi HIV.

IMUNITAS SELULER: Imunitas seluler diperankan oleh sel T, yang menghasilkan sitokin untuk mengaktifkan limfosit, makrofag, granulosit dan sel-sel sum-sum tulang; sel T juga melisiskan secara terus sel-sel terinfeksi atau tak normal. Sel T memainkan beberapa fungsi dalam imunitas seluler. Salah satu fungsi utamanya ialah pertahanan terhadap mikroorganisme yang masuk dan berkembangbiak dalam sel, termasuk bakteri intrasel, dan virus. Mekanisme-mekanisme yang terlibat dalam melisiskan sel terinfeksi virus melalui kontak terus dengan sel T sitotoksik, dan pengaktifan makrofag melalui penghasilan interferon oleh sel T helper. Sel T juga meningkatkan imunitas terhadap parasit dengan mempengaruhi produk sel mast, IgE dan eosinofil dengan menghasilkan 1L-3 dan 1L-5 serta membantu menghasilkan antibodi secara umum.

Sel T untuk imunitas terhadap penyakit bakteri, atau virus, misalnya tuberkulin .perlawanan seperti ini memainkan peranan penting dalam pembentukan lesi-lesi patologi dalam penyakit-penyakit seperti tuberkulosis dan mumps, serta terlibat dalam (contact dermatitis).

Imunitas seluler juga menyebabkan penolakan jaringan. Antigen-antigen utama yang dikenal pada jaringan dalam penolakan ialah antigen-antigen MHC. Sel T juga bertanggungjawab memusnahkan sel-sel tumor. Satu lagi jenis sel yang terlibat dalam imunitas seluler ialah sel limfokin (lymphokine-activated killer cells; LAK cells) yang juga berfungsi memusnahkan sel-sel tumor. Sel-sel LAK berfungsi untuk memusnahkan sel-sel tumor setelah diaktifkan oleh 1L-2 yang dihasilkan oleh sel T penolong.

IMUNITAS : Pada transplantasi organ atau jaringan, akan menolak jaringan asing. Dalam masa beberapa hari jaringan tersebut menjadi merah, kemudian gelap dan akhirnya mati. Sebaliknya, jika kulit ditransplantasi dari satu bagian ke bagian lain pada tubuh seseorang, atau dari satu kembar kepada kembarnya, jaringan itu diterima. penolakan ini disebabkan karena adanya perbedaan antigen antara jaringan individu yang berlainan.

Upaya untuk mencegah penolakan organ. Penderita diberikan dadah yang bertindak menghalang respons sel T yang terlibat dalam penolakan . Pada masa kini gabungan terapi yang canggih terdiri dari siklosporin, yang menghalangi pengaktifan sel T melalui produksi 1L-2 dan azathioprine, yang menghalangi pertumbuhan sel lalu mengurangi proliferasi sel T yang menghambat sintesis sitokin. Satu risiko besar pemindahan jaringan yang mengandung limfosit ialah (graf-versus-host; GVH). Dalam penyakit GVH, sel T sitotoksik berpindah masuk ke dalam jaringan hos (penerima) dan memusnahkan sel. Sel T hanya bisa menyerang hos jika sistem imun hos tidak sempurna, sama seperti yang disebabkan oleh penyakit atau dadah-dadah penghambat imunitas yang diberikan kepada hos untuk mencegah penolakan. GVH merupakan suatu masalah besar apabila sum-sum tulang dipindahkan kepada penerima yang tidak imunokompeten. Limfosit yang dipindahkan menyerang semua jaringan hos, dan jika tidak dirawat dengan baik, akan merusakkan organ-organ penting seperti jantung dan ginjal.

SEL-SEL SISTEM IMUN

A. Ontogeni sel-sel imun

Sistem imun vertebrata melibatkan beberapa organ serta banyak jenis sel. Semua sel darah, termasuk sel-sel sistem imun berasal dari sel-sel induk hematopoietik yang terdapat dalam sum-sum tulang. Sel-sel ini merupakan sel-sel yang belum menjalani proses diferensiasi (differentiation). Sel-sel ini belum berdeferensiasi, berproliferasi (proliferate) sepanjang hidupnya untuk menyiapkan keperluan penggantian sel-sel matang yang digunakan semasa aktivitas normal.

Sel-sel ini adalah pluripoten (berpotensi menjadi pelbagai sel berlainan) dan menjadi unipoten selepas proses diferensiasi. Ada 2 jalur utama diferensiasi:

1. Jalur limfopoietik: sel-sel yang menjalani diferensiasi melalui jalan ini akan membentuk limfosit (T atau B).

2. Jalur (myeloid): menghasilkan monosit dan sel-sel lain seperti granulosit dan platlet.

Sel NK (natural killer) juga berdiferensiasi melalui jalur limfopoietik tetapi akhirnya akan menjadi sel yang terdiferensiasi daripada sel T. Terdapat satu lagi populasi sel yang bukan sel B atau T, dan jalur diferensiasi kurang pasti. Ini disebutl sebagai sel-sel "null".

Jalur perkembangan pelbagai jenis sel dari sel induk pluripoten dalam sum-sum tulang.

B. Ontogeni limfosit B

Proses diferensiasi sel induk menjadi sel B matang berlangsung dalam organ limfa primer. Organ-organ limfa primer tempat pematangan limfosit B berkembang dalam spesies yang berlainan:

1. Burung: Dalam spesies avian (burung), sel-sel pokok dari sum-sum tulang berpindah ke Bursa Fabricius dan menjalani proses pematangan. Sel-sel ini keluar dari Bursa sebagai sel B matang.

2. Mamalia: Proses pembentukan sel B berlaku dalam sum-sum tulang (atau dalam sel limfa pada mukosa usus).

Proses pembentukan sel pokok menjadi sel B matang adalah bebas antigen (antigen independent) karena ia tidak bergantung kepada pendedahan terhadap antigen. Semasa pemasakan, proses pemilihan yang memusnahkan sel-sel yang berpotensi menghasilkan antibodi terhadap diri berlaku. Selepas diferensiasi ini, sel B matang yang mampu melawan dengan antigen asing (non self) terhasil. Penanda-penanda permukaan limfosit B: Penanda-penanda permukaan terdiri dari molekul yang mempunyai fungsi masing-masing dan ada yang boleh digunakan untuk pembentukan sel B dari sel lain.

1. Imunoglobulin permukaan (surface immunoglobulin; sIg): sIg berfungsi sebagai reseptor untuk antigen. Reseptor ini terdiri dari molekul IgM atau IgD monomer yang tergabung kepada molekul CD79. Molekul ini adalah unik untuk sel B. Reseptor sel B untuk antigen terdiri dari molekul imunoglobulin permukaan, sama ada dari kelas IgM atau IgD. Molekul imunoglobulin ini terkompleks kepada dua pasang molekul CD79 (Ig dan Ig) yang berfungsi memindahkan isyarat untuk pengaktifan sel B.

2. Reseptor Fc (FcR)(CD32): Hampir kesemua sel B yang matang membawa reseptor untuk bahagian Fc IgG. CD32 memainkan peranan penting dalam "antibody feedback" di mana sel B dinaktifkan oleh antibodi dengan memberikan isyarat negatif kepada sel B.

3. Reseptor EBV (CD21): Terlibat dalam pengaktifan sel B dengan meningkatkan isyarat pengaktifan selepas antigen bergabung kepada sIg. Epstein-Barr virus (EBV) boleh bergabung dengan reseptor ini dan memasukki sel B.

4. Molekul MHC kelas II: Molekul-molekul ini diperlukan untuk mempersembahkan antigen bagi pencetusan sel T serta penjanaan bantuan yang diperlukan semasa pengaktifan sel B.

5. Molekul-molekul ko-perangsangan B7 dan CD40: Molekul-molekul ini diperlukan untuk pengaktifan sel B. B7 banyak terdapat pada sel B teraktif. CD40 berinteraksi dengan molekul CD40L pada sel T dan penting dalam pertukaran kelas antibodi dari IgM ke IgG.

Gambar menunjukkan beberapa molekul yang terdapat pada permukaan sel B matang.

C. Ontogeni limfosit T

Sel-sel dari sum-sum tulang memasukki timus (thymus). Dalam timus sel-sel T berfungsi untuk mengenali antara antigen-antigen diri (self) dan bukan diri (non-self). Sebahagian besar sel yang menjalani pematangan dalam timus musnah termasuk sel-sel yang berpotensi untuk melawan self, Dengan cara ini serangan melawan imun terhadap diri dicegah. Oleh sel-sel matang yang keluar dari timus merupakan sel-sel yang hanya akan melawan terhadap non self. Lebih dari 90% dari sel-sel yang masuk ke dalam timus dari sum-sum tulang, musnah. Semasa perkembangan, sel-sel ini menyusun semula gen-gen yang akan digunakan untuk membentuk reseptor sel T (Reseptor ini berfungsi untuk pengaktifan sel T). Sel-sel yang gagal membentuk reseptor berfungsi karena penyusunan semula gen-gen yang tak sempurna akan hilang. Satu lagi sebab utama pemusnahan banyak limfosit dalam timus ialah karena berlaku proses pemilihan dalam timus. Dalam pemilihan positif reseptor sel T (TcR) berinteraksi dengan molekul MHC pada permukaan sel epitelium pada korteks timus. Sel-sel yang tidak dapat berinteraksi akan mati melalui proses apoptosis . Pemilihan positif akan menyebabkan proliferasi dan pengembangan populasi sel T yang tidak musnah. Sel-sel ini akan "terdidik" kepada molekul MHC yang diekspresikan pada sel epitelium, dan sepanjang hidupnya hanya akan menghasilkan perlawanan jika antigen tergabung kepada molekul MHC yang serupa. Sel-sel yang mempunyai reseptor terhadap antigen self dan non self akan berkembang selepas pemilihan positif. Untuk menghalang sel-sel yang berpotensi melawan antigen diri yang keluar dari timus, sel-sel ini menjalani pemilihan negatif. Ini berlaku melalui interaksi dengan interdigitating dendritic cells pada persimpangan korteks-medula. Sel-sel T berinteraksi dengan molekul MHC I dan II bersama peptid diri pada bahagian tersebut. Sel-sel yang berinteraksi dengan afiniti tinggi akan dimusnahkan melalui apoptosis. Maka pemilihan negatif menghapuskan sel T yang mengungkap reseptor-reseptor spesifik untuk antigen diri. Dengan demikian sel yang berpotensi berfungsi melawan terhadap diri musnah dan sel-sel sistem imun lazimnya tidak menghasilkan perlawanan terhadap diri. (self)

Gambar menunjukkan proses pemilihan positif dan negatif dalam timus

Subpopulasi sel T:

1. Sel T Helper (TH): berfungsi menyiapkan "bantuan" atau meningkatkan ungkapan fungsi imun sel-sel lain. Umpamanya, sel T helper diperlukan oleh sel B untuk menghasilkan antibodi terhadap banyak antigen.

2. Sel T sitotoksik (TC): menyebabkan sitolisis dan kematian sel-sel sasaran seperti sel terinfeksi virus.

3. Sel T penekan (Ts): menekan ungkapan fungsi imun sel-sel lain.

Penanda-penanda permukaan sel T

1. TcR (Reseptor Sel T Khusus Untuk Antigen): Berfungsi untuk bergabung dengan antigen. Terdiri dari molekul pengancam antigen (Ti) yang tergabung rapat dengan kompleks polipeptid CD3. Terdiri dari 2 jenis - dan ; setiap sel T hanya mempunyai salah satu kombinasi reseptor. Sebahagian besar sel T mengungkap reseptor jenis .

Reseptor sel T terdiri dari kombinasi reseptor khusus untuk antigen (TcR atau Ti) yang tergabung kepada molekul CD3. TcR terdiri dari 2 rantai, iaitu kombinasi dan (seperti dalam gambar di atas) atau dan . Reseptor khusus antigen akan mengcam epitop yang tergabung kepada molekul MHC. Molekul CD3 terdiri dari 6 rantai protein yang berfungsi memindahkan isyarat untuk pengaktifan sel T.

2. CD4 dan CD8: Molekul aksesori, berperanan dalam interaksi sel T dengan sel bukan T. Sel T helper mengekspresikan molekul CD4 dan sel T sitotoksik mengekspresikanCD8.

3. Molekul-molekul perlekatan (adhesion molecules):

i. CD2 berfungsi sebagai ligand untuk molekul LFA-3 (CD58). ii. LFA-1 berinteraksi dengan ICAM-1 D. Sel-sel yang memproses dan mempersembahkan antigen

Komponen ketiga, terdiri dari sel-sel mononukleus monosit/makrofag, sel dendritik. Secara keseluruhan sel-sel ini (serta organ di mana ia terdapat) membentuk sistem retikuloendotelium, yaitu sistem yang terlibat untuk menangkap antigen yang memasukki tubuh. Makrofag dalam sistem ini mempunyai dua fungsi utama iaitu:

menangkap dan memusnahkan bahan asing

memproses bahan asing dan mempersembahkanya kepada sel T untuk pengaktifan sel T.

Pelbagai molekul yang terdapat pada permukaan sel T helper yang terlibat dalam interaksi dengan sel penyaji antigen (APC). Interaksi antara molekul-molekul ini diperlukan untuk pengaktifan sel T.

PAGE 1