Oral vs Injeksi

13
Sediaan Injeksi Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda 100 mL atau kurang. Sediaan steril untuk kegunaan parenteral digolongkan menjadi 5 jenis yang berbeda yaitu: 1. Obat atau larutan atau emulsi yang digunakan untuk injeksi, ditandai dengan nama Injeksi ….. 2. Sediaan padat, kering, atau cairan pekat tidak mengandung dapar, pengencer, atau bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang sesuai memenuhi persyaratan injeksi, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya disebut …. steril. 3. Sediaan seperti tertera pada 2, tetapi mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau bahan tambahan lain dan dapat dibedakan dari nama bentuknya, disebut …. untuk injeksi. 4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara iv atau ke dalam saluran spinal, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya, disebut Suspensi …. Steril. 5. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai, dibedakan dengan nama … steril untuk suspensi. Keuntungan Sediaan Injeksi

Transcript of Oral vs Injeksi

Page 1: Oral vs Injeksi

Sediaan Injeksi

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang harus

dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan

cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi volume

kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda 100 mL atau kurang.

Sediaan steril untuk kegunaan parenteral digolongkan menjadi 5 jenis yang berbeda yaitu:

1. Obat atau larutan atau emulsi yang digunakan untuk injeksi, ditandai dengan

nama Injeksi …..

2. Sediaan padat, kering, atau cairan pekat tidak mengandung dapar, pengencer, atau bahan

tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang sesuai

memenuhi persyaratan injeksi, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya disebut …. steril.

3. Sediaan seperti tertera pada 2, tetapi mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau

bahan tambahan lain dan dapat dibedakan dari nama bentuknya, disebut …. untuk injeksi.

4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan

secara iv atau ke dalam saluran spinal, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya,

disebut Suspensi …. Steril.

5. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang

memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa

yang sesuai, dibedakan dengan nama … steril untuk suspensi.

Keuntungan Sediaan Injeksi

1. Dapat dicapai efek fisiologis segera, untuk kondisi penyakit tertentu (jantung berhenti)

2. Dapat diberikan untuk sediaan yang tidak efektif diberikan secara oral atau obat yang

dirusak oleh sekresi asam lambung

3. Baik untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi oral (sakit jiwa atau tidak

sadar)

4. Pemberian parenteral memberikan kemungkinan bagi dokter untuk mengontrol obat,

karena pasien harus kembali melakukan pengobatan

Page 2: Oral vs Injeksi

5. Sediaan parenteral dapat menimbulkan efek lokal seperti pada kedokteran

gigi/anastesiologi

6. Pengobatan parenteral merupakan salah satu cara untuk mengoreksi gangguan serius cairan

dan keseimbangan elektrolit

Kerugian Sediaan Injeksi

1. Pemberian sediaan parenteral harus dilakukan oleh personel yang terlatih dan

membutuhkan waktu pemberian yang lebih lama

2. Pemberian obat secara parenteral sangat berkaitan dengan ketentuan prosedur aseptik

dengan rasa nyeri pada lokasi penyuntikan yang tidak selalu dapat dihindari

3. Bila obat telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk menghilangkan/merubah efek

fisiologisnya karena obat telah berada dalam sirkulasi sistemik

4. Harganya relatif lebih mahal, karena persyaratan manufaktur dan pengemasan

5. Masalah lain dapat timbul pada pemberian obat secara parenteral seperti septisema, infeksi

jamur, inkompatibilias karena pencampuran sediaan parenteral dan interaksi obat

6. Persyaratan sediaan parenteral tentang sterilitas, bebas dari partikulat, bebas dari pirogen,

dan stabilitas sediaan parenteral harus disadari oleh semua personel yang terlibat.

Tujuan Pemberian Sediaan Parenteral

1. Untuk memastikan obat sampai ke bagian tubuh atau jaringan yang membutuhkan dengan

konsentrasi yang mencukupi.

2. Untuk mencapai parameter farmakologi tertentu yang terkontrol, seperti waktu

onset, serum peak, kecepatan eliminasi obat dari dalam tubuh.

3. Untuk pasien yang tidak bisa melakukan self medicate

4. Untuk mendapatkan efek biologik yang tidak didapatkan melalui pemakaian oral

5. Untuk alternatif bila rute yang diharapkan (oral) tidak tersedia

6. Untuk mendapatkan efek lokal, untuk meminimalkan efek toksik sistemik

7. Untuk pasien yang tidak sadar, tidak kooperatif, tidak terkontrol

Page 3: Oral vs Injeksi

8. Untuk pengobatan ketidakseimbangan elektrolit dan cairan untuk supply nutrisi jangka

panjang/pendek

9. Untuk mendapatkan efek lokal yang diharapkan

Rute Pemberian Sediaan Injeksi

1. Injeksi intrakutan atau intradermal (ic): volume yang disuntikkan sedikit (0,1 – 0,2 mL).

Biasanya digunakan untuk tujuan diagnosa, misalnya detekdi alergi terhadap suatu zat/obat.

2. Injeksi subkutan (sc) atau hipoderma: disuntikkan ke dalam jaringan di bawah kulit ke dalam

alveola. Larutan sedapat mungkin isotonis, sedang pH sebaiknya netral, tujuannya untuk

mengurangi iritasi jaringan dan mencegah kemungkinan terjadinya nekrosis (mengendornya

kulit). Jumlah larutan yang disuntikkan tidak lebih dari 1 mL.

3. Injeksi intramuskular (im): disuntikkan ke dalam otot daging dan volume sedapat mungkin

tidak lebih dari 4 mL. Penyuntikan volume besar dilakukan perlahan-lahan untuk mencegah

rasa sakit.

4. Injeksi intravena (iv): mengandung cairan yang tidak menimbulkan iritasi dan dapat

bercampur dengan air, volume pemberian 1-10 mL. Larutan biasanya isotonis atau

hipertonis. Jika hipertonis maka harus diberikan perlahan-lahan. Jika dosis tunggal dan

diberikan lebih dari 15 mL, tidak boleh mengandung bakterisida, dan jika lebih dari 10 mL

harus bebas pirogen. Pemberian lebih dari 10 mL umumnya disebut infus, larutan

diusahakan isotonis dan diberikan dengan kecepatan 50 tetes/menit dan lebih baik pada

suhu badan.

5. Injeksi intraarterium (ia): mengandung cairan non iritan yang dapat bercampur dengan air,

volume yang disuntikkan 1-10 mL dan digunakan bila diperlukan efek obat yang segera

dalam daerah perifer. Tidak boleh mengandung bakterisida.

6. Injeksi intrakardial (ikd): berupa larutan, hanya digunakan untuk keadaan gawat, disuntikkan

ke dalam otot jantung atau ventrikulus. Tidak boleh mengandung bakterisida.

7. Injeksi intratekal (it), intraspinal, intradural: disuntikkan ke dalam saluran sum-sum tulang

belakang (antara 3-4 atau 5-6 lumba vertebra) yang berisi cairan cerebrospinal. Berupa

larutan, harus isotonis, harus benar-benar steril, bersih sebab jaringan syaraf di daerah ini

sangat peka.

Page 4: Oral vs Injeksi

8. Injeksi intratikulus: disuntikkan ke dalam cairan sendi dalam rongga sendi.

9. Injeksi subkonjungtiva: disuntikkan pada selaput lendir mata bawah, umumnya tidak lebih

dari 1 mL

10. Injeksi yang lain: (a) intraperitoneal (ip): disuntikkan langsung ke dalam rongga perut; (b)

peridural (pd), ekstra dural: disuntikkan ke dalam ruang epidura, terletak di atas durameter,

lapisan penutup terluar dari otak dan sum-sum tulang belakang; (c) intrasisernal (is):

disuntikkan pada saluran sum-sum tulang belakang pada otak.

Page 5: Oral vs Injeksi

Bentuk-bentuk Sedian Injeksi

1. Larutan air: merupakan bentuk yang paling sederhana dan banyak digunakan. Bentuk

larutan air dapat digunakan untuk semua rute pemberian.

2. Suspensi air: biasanya diberikan dalam rute intramuscular(im) dan subkutan (sc). Suspensi

tidak pernah diberikan secara intravena (iv), intraarteri, inraspinal, inrakardiak, atau injeksi

optalmik. Ukuran partikel suspensi biasanya kecil dan distribusi ukuran partikel harus

dikontrol untuk meyakinkan partikel dapat melewati jarum suntik saat pemberian. Ukuran

partikel tidak boleh membesar dan tidak boleh terjadi caking saat penyimpanan.

3. Larutan kering: untuk sediaan yang larut dalam air, tetapi tidak stabil di air.

4. Larutan minyak: dibuat bila zat aktif tidak larut air tetapi larut dalam minyak dan diberikan

melalui im. Larutan minyak menimbulkan efek depo, untuk masalah iritasi dan sensitisasi,

suspensi air lebih dipilih dibanding larutan minya.

5. Suspensi minyak: injeksi suspensi bisa juga dibuat dalam pembawa minyak, meskipun

pembuatannya lebih jarang dibanding suspensi air. Suspensi minyak dapat menimbulkan

efek depot/lepas lambat pada rute pemberian im.

6. Injeksi minyak: senyawa yang bersifat lipofilik banyak yang dibuat dalam bentuk injeksi

minyak. Sediaan ini secara umum digunakan dengan rute im, dan pada keadaan normal

tidak digunakan untuk rute lain.

7. Emulsi: zat yang bersifat lipofilik juga dapat dibuat dalam bentuk emulsi o/w. Zat dapat

dilarutkan dalam larutan minyak atau zatnya sendiri sudah benbentuk minyak. Droplet

minyak harus dikontrol dengan hati-hati dan pada saat penyimpanan agar emulsi tidak

pecah. Ukuran droplet ideal 3 μm. Biasanya dalam bentuk nutrisi parenteral.

8. Larutan koloidal: biasanya diberikan melalui rute im.

9. Sistem pelarut campur: banyak kondisi klinik sangat diperlukan suatu zat dibuat dalam

bentuk larutan sejati, agar siap bercampur dengan larutan iv ketika diberikan. Untuk zat

yang sukar larut dalam air, maka selain digunakan dalam bentuk garam atau diformulasi

dalam pH tinggi atau rendah, beberapa zat dapat pula diformulasi dalam pelarut campur.

Kosolvent digunakan untuk menurunkan polaritas pembawa sehingga zat lebih larut.

Pemberian biasanya mengiritasi, toksik dan menimbulkan rasa nyeri. Pemberian intravena

Page 6: Oral vs Injeksi

perlu dilakukan perlahan untuk mencegah presipitasi zat aktif. Pemilihan kosolvent terbatas

oleh toksitas.

10. Larutan terkonsentrasi: berupa konsentrat dan diberikan dengan dilarutkan dahulu di dalam

larutan iv.

11. Serbuk untuk injeksi: beberapa zat yang tidak stabil dalam air, sehingga dibuat dalam bentuk

serbuk untuk injeksi. Sediaan ini bisa berupa serbuk ‘dry filled’ atau serbuk liofilisasi (‘freeze

dried’).

12. Implant: biasanya berupa hormon dan diberikan dengan maksud pemberian lambat, ditunda

atau dikontrol, dimana pemberian tidak dapat dilakukan via oral.

Alasan obat dibuat sediaan parenteral:

1. Kadar obat sampai ke target

Jumlah obat yang sampai ke jaringan target sesuai dengan jumlah yang diinginkan untuk

terapi.

2. Parameter farmakologi

Meliputi waktu paruh, C maks., onset.

3. Jaminan dosis dan kepatuhan

Terutama untuk pasien-pasien rawat jalan

4. Efek biologis

Efek biologis tidak dapat dicapai jika obat diberikan peroral.. Contoh: amphoterin B

(absorbsi jelek) dan insulin (rusak oleh asam lambung).

5. Altrnatif rute, jika tidak bisa lewat oral.

6. Dikehendaki efek lokal dengan menghindari efek atau reaksi toksik sistemik.

Contoh: methotreksat, penggunaan secara intratekal untuk pengobatan leukimia.

7. Kondisi pasien

Untuk pasien-pasien yang tidak saar, tidak kooperatif, atau tidak bisa dikontrol

8. Inbalance (cairan badan dan elektroli)

Page 7: Oral vs Injeksi

Contoh: muntahber serius, sehingga kekurangan elektrolit yang penting dan segera harus

dikembalikan

9. Efek lokal yang diinginkan. Contoh: anestesi lokal

Faktor-faktor farmasetik yang berpengaruh pada penggunaan parenteral:

1. Kelarutan obat dan volume injeksi

Kelarutan obat akan berpengaruh pada volume injeksi, jika mudah larut mak volume

yang diberikan kecil. Untuk obat yang sukar larut dapat dibuat dalam bentuk

suspensi atau dengan kosolvensi.

2. Karakteristik bahan pembawa

water: air ada spesifikasi khusus

water-miscible solvent (solven yang campur dengan air)

water-immiscible solvent (solven yang tidak campur dengan air)

3. pH dan osmolalitas injeksi

» Isohidris yaitu pH larutan sama dengan pH darah. Kalu bisa pH sama dengan pH

darah, tapi tidak selalu, tergantung pada stabilitas obat.

» Isotonis, yaitu tekanan osmosis larutan sama dengan tekanan osmosis cairan tubuh.

Di luar isotonis disebut paratonis, meliputi: hipotonis dan hipertonis.

o hipotonis yaitu tekanan osmosis larutan lebih kecil dari tekanan osmosis

cairan tubuh (NaCl 0,9%). NaCl jika terurai menjadi Na (15,1 mOsmol) dan Cl

(154 mOsmol) sehingga total 308 mOsmol. Sedngkan tekanan osmosis cairan

tubuh yaitu 300 mOsmol. Pada hipotonis, cairan masuk ke tubuh dan masuk

ke sel darah merah, sehingga sel darah merah bisa pecah(ireversibel)

o hipertonis, yaitu tekanan osmosis larutan lebih besar dari tekanan osmosis

cairan tubuh. Air kan mengalir keluar dari sel darah sehinggga sel mengkerut

(krenasi), bersifat reversibel.

SYARAT SEDIAAN STERIL

Harus memenuhi 3 syarat berikut, yairu secara fisika, kimia, dan biologi.

FISIKA

Tipe sediaan larutan

Page 8: Oral vs Injeksi

1. Sediaan obat harus jernih. Jernih maksudnya tidak ada partikel yang tidak larut dalam

sediaan tersebut. Jadi, meskipun sediaan berearna, tetap terlihat jernih (tidak keruh).

2. Tidak berwarna. Maksudnya sediaan larutan bisa saja berwarna, namun warna larutan

sama dengan warna zat aktifnya sehingga tidak ada campuran warna lain dalam

sediaan itu.

3. Bebasa dari partikel asing. Partikel asing; partikel yang bukan penyusun obat. Sumber

partikel bisa berasal dari: air, bahan kimia, personil yang bekerja, seratr dari

alat/pakaian personil, alat-alat, lingkungan, pengemas (gelas, plastik).

4. Keseragaman volume/berat. Terutama untuk sediaan solid steril.

5. Memenuhi uji kebocoran. Terutama untuk injeksi yang dikemas dalam ampul. Uji

kebocoran dapat dilakukan dengan:

» uji dengan larutan warna (dye bath test)

» metode penarikan vakum ganda (the double vacuum pull method)

6. Stabil. Artinya sediaan tidak mengalami degradasi fisika. Misal jika bentuk sediaan

larutan maka sediaan tersebut tetap berada dalam bentuk larutan (bukan suspensi).

Sifat stabil ini berkaitan dengan formulasi. Ketidakstabilan dapat dilihat dari:

terjadi perubahan warna

Contoh: larutan adrenalin yang awalnya berwarna jernih karena teroksidasi akan

menjadi merah karena terbentuk adenokrom.

terjadi pengendapan

Contoh: injeksi aminophilin dibuat dengan air bebas CO2, karena jika tidak bebas

CO2 maka akan terbewntuk theopilin yang kelarutannya kecil dalam air sehingga

kanmengendap. Akibatnya dosis menjadi berkurang.

Per Oral

Sediaan per oral yaitu sediaan yang diberikan melalui mulut, yang akan masuk ke dalam

saluran penvernaan dan mengalami Absorbsi, Distribu, Metabolisme dan Ekskresi.

Page 9: Oral vs Injeksi

Rute oral adalah rute yang paling mudah dan paling umum digunakan. Obat diberikan

melalui mulut dan ditelan. Keuntungannya:

relatif aman,

praktis,

ekonomis,

meminimalkan ketidaknyamanan pada klien dan dengan efek samping yang paling

kecil,

lebih mudah dalam segi formulasi dan kualiti kontrol sediaan

Kerugiannya:

timbul efek lambat,

tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar, tidak

kooperatif;

untuk obat iritatif dan rasa tidak enak penggunaannya terbatas,

obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung/ usus tidak bermanfaat (penisilin

G, insulin),

obat absorpsi tidak teratur,

on set kerja obat oral lebih lambat dan efeknya lebih lama,

mengalami first pass metabolism, sehingga bioavaibilitas obat <100%

Bentuk sediaan per oral secara garis besar diantaranya:

1. Tablet

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan

pengisi.

2. Suspensi

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus

dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.

3. Syrup

Syrup adalah larutan oral yang mengandung gula atau sukrosa lain yang kadarnya

tinggi

4. Eliksir

Page 10: Oral vs Injeksi

Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang memiliki rasa dan bau sedap,

mengandung selain obat juga zat tambahan atau zat pemanis lainnya, zat warna, zat

wewangi, zat pengawet yang digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama

digunakan etanol yang dimaksud untuk mempertinggi kelarutan obat.

5. Emulsi

Sistem 2 fasa, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam

bentuk tetesan kecil.